implemantasi pasal 31 undang-undang … 2018 309 tahun 1945 yakni membentuk suatu pemerintahan yang...

14
SIPENDIKUM 2018 307 IMPLEMANTASI PASAL 31 UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA DALAM MEWUJUDKAN PEMERATAAN PENDIDIKAN DAN PERLUASAAN AKSES PENDIDIKAN Suartini Supendi 1 Email: [email protected] Abstrak Implementasi Pasal 31 UUD NRI Tahun 1945 tertuang dalam berbagai kebijakan pemerintah khususnya dalam pemerataan dan perluasaan akses pendidikan di Indonesia. Tujuan negara yang termaktub dalam pembukaan alinea keempat dalam pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa Penelitian ini merupakan penelitian hukum (normatif). Pendekatan yang akan digunakan dalam penelitian hukum ini yakni meliputi Statute Approach (Pendekatan Perundang-undangan). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi terhadap pasal 31 UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 belum terlaksana dengan baik karena banyak faktor yang menjadi hambatan khususnya faktor ekonomi danamun demikian peraturan mengenai Kata kunci: Pemerataan, Perluasaan, Akses Pendidikan. Pendahuluan Pasal 31 UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berisi tentang hak dan kewajiban dalam pendidikan dan kebudayaan. Bahwa setiap Warga Negara wajib mengikuti Pendidikan Dasar dan Pemerintah wajib membiayainya. Realisasi pasal tersebut pemerintah mencanangkan berbagai program wajib belajar dari mulai pendidikan dasar yang hingga kini berkembang menjadi tidak hanya pada pendidikan dasar tapi pada pendidikan menengah dan atas. Sebagaimana tercantum dalam pasal 1 Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SisDiknas) yaitu “Pend idikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, keceerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. 2 Selain Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional Undang-undang Perlindungan anak pun mengatur ketentuan bahwa anak wajib mendapatkan pendidikan 1 Penulis adalah Dosen Fakultas Hukum Universitas Al Azhar Indonesia 2 Indonesia, Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional, UU No. 20 tahun 2003, LN No. 78 tahun 2003 dan TLN No. 4301, Pasal 1.

Upload: dinhphuc

Post on 09-Mar-2019

233 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: IMPLEMANTASI PASAL 31 UNDANG-UNDANG … 2018 309 Tahun 1945 yakni membentuk suatu Pemerintahan yang dapat mencerdaskan kehidupan bangsa dan sebagai implementasi dari pasal 31 UUD Negara

SIPENDIKUM 2018

307

IMPLEMANTASI PASAL 31 UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA

REPUBLIK INDONESIA DALAM MEWUJUDKAN PEMERATAAN

PENDIDIKAN DAN PERLUASAAN AKSES PENDIDIKAN

Suartini Supendi1

Email: [email protected]

Abstrak

Implementasi Pasal 31 UUD NRI Tahun 1945 tertuang dalam berbagai

kebijakan pemerintah khususnya dalam pemerataan dan perluasaan akses

pendidikan di Indonesia. Tujuan negara yang termaktub dalam pembukaan

alinea keempat dalam pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun

1945 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa Penelitian ini merupakan

penelitian hukum (normatif). Pendekatan yang akan digunakan dalam

penelitian hukum ini yakni meliputi Statute Approach (Pendekatan

Perundang-undangan). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

implementasi terhadap pasal 31 UUD Negara Republik Indonesia Tahun

1945 belum terlaksana dengan baik karena banyak faktor yang menjadi

hambatan khususnya faktor ekonomi danamun demikian peraturan

mengenai

Kata kunci: Pemerataan, Perluasaan, Akses Pendidikan.

Pendahuluan

Pasal 31 UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berisi tentang hak dan

kewajiban dalam pendidikan dan kebudayaan. Bahwa setiap Warga Negara wajib

mengikuti Pendidikan Dasar dan Pemerintah wajib membiayainya. Realisasi pasal

tersebut pemerintah mencanangkan berbagai program wajib belajar dari mulai

pendidikan dasar yang hingga kini berkembang menjadi tidak hanya pada pendidikan

dasar tapi pada pendidikan menengah dan atas.

Sebagaimana tercantum dalam pasal 1 Undang-undang No. 20 tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional (SisDiknas) yaitu “Pendidikan adalah usaha sadar

dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta

didik secara aktif mengembangkan potensi diri untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, keceerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.2

Selain Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional Undang-undang

Perlindungan anak pun mengatur ketentuan bahwa anak wajib mendapatkan pendidikan

1Penulis adalah Dosen Fakultas Hukum Universitas Al Azhar Indonesia

2 Indonesia, Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional, UU No. 20 tahun 2003, LN No. 78

tahun 2003 dan TLN No. 4301, Pasal 1.

Page 2: IMPLEMANTASI PASAL 31 UNDANG-UNDANG … 2018 309 Tahun 1945 yakni membentuk suatu Pemerintahan yang dapat mencerdaskan kehidupan bangsa dan sebagai implementasi dari pasal 31 UUD Negara

SIPENDIKUM 2018

308

dan tumbuh kembang sesuai dengan minat dan bakat hal itu tercantum di pasal 9

Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan anak.

Perwujudan Pemerataan Pendidikan merupakan suatu Kebijakan Pemerintah

dalam mewujudkan pemerataan dan perluasan akses pendidikan dan sebagai

pelaksanaan dari rumusan tujuan Negara Indonesia yang secara lengkap dirumuskan

dalam alenia keempat pembukaan Undang-undang Dasar 1945 yang meliputi:

1. Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia,

2. Memajukan kesejahteraan umum,

3. Mencerdaskan kehidupan bangsa,

4. Ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan abadi dan

keadilan sosial.

Pada tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia tidak hanya menjadi

tugas utama negara tetapi juga rakyat Indonesia harus aktif dalam usaha mencerdaskan

diri, karena kegiatan Pendidikan yang diharapkan menjadi output yang baik bagi

kehidupan bangsa Indonesia akan dapat terealisasikan jika semua pihak mendukung

penyelenggaraaannya. Tidak hanya tertumpu pada kebijakan pemerintah dan birokrasi

pendidikan tapi juga tanggungjawab orangtua dan masyarakat.3

Pelaksanaan Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar yang pelaksanaannya

juga menjadi tanggungjawab Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat seperti

yang tertuang dalam pasal 34 UU No. 20 tahun tentang SisDiknas adalah sebagai

berikut:

(1) “Setiap warga Negara berusia 6 (enam) tahun dapat mengikuti Program

Wajib Belajar.”

(2) “Pemerintah dan Pemerintah daerah menjamin terselenggaranya Wajib

Belajar minimal pada Jenjang Pendidikan Dasar tanpa memungut biaya.” 4

(3) “Wajib Belajar merupakan tanggungjawab negara yang diselenggarakan oleh

Lembaga Pendidikan Pemerintah, Pemerintah daerah dan masyarakat.”

(4) “Ketentuan mengenai Wajib Belajar sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),

ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.”

Penelitian terhadap Perwujudan Pemerataan Pendidikan menarik untuk dikaji

setidaknya disebabkan oleh 3 (tiga) hal yaitu:

Pertama, bahwa Pendidikan adalah hak setiap warga negara untuk

memperolehnya sehingga pelaksanaan Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar harus

terealisasikan dalam kehidupan bangsa Indonesia serta untuk mewujudkan tujuan

nasional yang diamanatkan dalam alinea keempat UUD Negara Republik Indonesia

3 Masyarakat sebagai wadah interaksi social politik yang luas, serta mobilisasi kelompok untuk

berpartisipasi pada berbagai aktivitas, dapat berlangsung sesuai dengan aturan dan kepantasan yang ada,

lihat Feisal Tamin, Reformasi Birokrasi (Analisis Pendayagunaan Aparatur Negara), cetakan ke-1

(Bandung: Belantika, 2004), hal 51. 4 Jenjang Pendidikan adalah tingkat pendidikan persekolahan yang berkesinambungan antara satu jenjang

dengan jenjang yang lainnya. Jenjang Pendidikan yang termasuk jalur Pendidikan sekolah adalah Jenjang

Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah dan Pendidikan Tinggi, Lihat Lima Puluh Tahun

Perkembangan Pendidikan di Indonesia Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tahun 1996, hal 176.

Page 3: IMPLEMANTASI PASAL 31 UNDANG-UNDANG … 2018 309 Tahun 1945 yakni membentuk suatu Pemerintahan yang dapat mencerdaskan kehidupan bangsa dan sebagai implementasi dari pasal 31 UUD Negara

SIPENDIKUM 2018

309

Tahun 1945 yakni membentuk suatu Pemerintahan yang dapat mencerdaskan kehidupan

bangsa dan sebagai implementasi dari pasal 31 UUD Negara Republik Indonesia Tahun

1945.

Kedua, bahwa Permasalahan pemerataan dan perluasan akses Pendidikan

merupakan dua hal yang tak dapat dipisahkan karena keduanya tidak bersifat alternatif,

kita tidak mungkin memilih pemerataan pendidikan baru kemudian perluasan akses

pendidikan ataupun sebaliknya5.

Ketiga, bahwa hambatan-hambatan yang ada dalam pelaksanaan Program Wajib

Belajar Pendidikan Dasar baik dari segi Kebijakan Pemerintahan maupun dari faktor

ekonomi, sosial dan budaya harus segera ditangani dengan cepat oleh Pemetrintah.

Tiga hal yang dikemukakan diatas merupakan suatu gambaran yang amat

penting karena dengan dikajinya tiga maslah tersebut maka akan kita dapatkan

gambaran yang jelas tentang penyelenggaraan Perwujudan Pemerataan Pendidikan di

Indonesia apakah telah berjalan baik atau kelemahan tersebut telah dapat teratasi. Dan

tiga hal diatas didasari pada fakta-fakta yang kita temui dan kita dapatkan dari berbagai

penelitian para pakar pendidikan atau lembaga yang mendukung program tersebut.

Berdasarkan latar belakang dikemukakan diatas, maka yang menjadi

permasalahan dalam penulisan ini adalah bagaimanakah Implementasi pasal 31 UUD

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam mewujudkan pemerataan dan perluasaan

akses pendidikan.

Metode Penelitian

Rancangan ini menggunakan pendekatan yuridis normatif, yaitu jenis

pendekatan yang mengkaji atau menganalisis data sekunder seperti bahan pustaka atau

data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primerdan bahan hukum sekunder . Bahan-

bahan tersebut disusun secara sistematis, dikaji kemudian dibandingkan dan ditarik

kesimpulan dalam hubungannya dengan masalah yang diteliti.

Pendekatan undang-undang (statute approach) dilakukan dengan menelaah

semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang

5 Program penuntasan wajib belajar pendidikan dasar( wajar diknas) 9 (sembilan) tahun merupakan upaya

pemerintah dalam memberikan pelayanan yang adil dan merata bagi penduduk yang menghadapi

hambatan ekonomi dan sosial-budaya ( yaitu penduduk dalam kemiskinan, memiliki hambatan geografis,

daerah perbatasan, dan daerah terpencil), maupun hambatan atau kelainan fisik, emosi, mental serta

intelektual peserta didik. Maka diperlukan strategi yang lebih efektif antara lain dengan membantu dan

memberikan kemudahan mereka yang belum bersekolah, mengalami putus sekolah, serta lulusan

SD/MI/SDLB yang tidak bisa melanjutkan ke SMP/MTs/ SMPLB yang masih besar jumlahnya agar

bisa memperoleh layanan pendidikan. https://www.kompasiana.com/lisbudirahayu/peningkatan-mutu-

pendidikan-dengan-akses-yang-meluas-dan-merata diakses tanggal 19 Februari 2018

Page 4: IMPLEMANTASI PASAL 31 UNDANG-UNDANG … 2018 309 Tahun 1945 yakni membentuk suatu Pemerintahan yang dapat mencerdaskan kehidupan bangsa dan sebagai implementasi dari pasal 31 UUD Negara

SIPENDIKUM 2018

310

sedang ditangani.6 Dalam metode pendekatan undang-undang peneliti perlu memahami

hierarki, dan asas-asas dalam peraturan perundang-undangan.7 Dalam penelitian ini

pendekatan dilakukan dengan menelaah peraturan perundang undangan maupun hukum

positif yang berlaku di negara Indonesia khususnya yang berkaitan dengan

implementasi pasal 31 UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 terkait dengan

pemerataan dan perluasan akses pendidikan.

Pada penelitian hukum normatif yang diteliti hanya bahan pustaka atau data

sekunder, yang mungkin mencakup bahan hukum primer, sekunder dan tertier”. Bahan

hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat; bahan hukum sekunder adalah

bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti

misalnya, rancangan undang-undang, hasil-hasil penelitian, hasil karya dari kalangan

hukum, dan seterusnya; serta bahan hukum tertier adalah bahan yang memberikan

petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, misalnya

kamus, ensiklopedia, indeks kumulatif, dan seterusnya.8

Hasil dan Pembahasan

Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar dalam Kaitannya dengan Implementasi

Pasal 31 UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Wajib belajar adalah amanat konstitusi yang perlu dikawal bersama. Pemerintah,

Keluarga, serta masyarakat perlu bersinergi. Tanggung Jawab ini tidak bisa ditimpakan

hanya pada kelompok partikular. Lebih dari itu, harus adanya langkah konkret yang

mendesak untuk dilakukan9, diantaranya:

1. Pertama, diperkuat kembali program layanan pendidikan dasar, terutama bagi

masyarakat tidak mampu.

2. Kedua, sekolah harus diberi kepercayaan dan kemandirian melaksanakan

wajib belajar melalui pendekatan kontekstual yang bersandar manajemen

berbasis sekolah.

3. Ketiga, sekolah swasta perlu diberi kesempatan yang lebih besar menampung

anak usia wajib belajar dengan penyediaan layanan pendidikan bermutu.

4. Keempat, perlu adanya peningkatan partisipasi masayarakat (misalnya:

dewan pendidikan, komite sekolah, tokoh masyarakat, tokoh agama, kepala

desa, karang taruna, pemuda gereja, jemaah pengajian, serta kelompok tani

dan nelayan) dalam penuntusan wajib belajar.

5. Kelima, pemerintah daerah harus sungguh-sungguh menggalang kekuatan

dari berbagai pihak guna mencapai target tersebut. Penanganan Wajib belajar

yang diserahkan secara lokal mewajibkan pemerintah daerah agar tidak

semata-mata menunggu bantuan pusat.

6 Johnny Ibrahim, Teori & Metodologi Penelitian Hukum Normatif , Jawa Timur : Bayu Media

Publishing, Cetakan ke-4, 2008, halaman 93. 7 Ibid., hlm. 96.

8 Ibid., hlm 98.

9 M. Thorin Hasan, Pendidikan Dasar (Program Wajib Belajar dalam Bayang Keraguan),

http://kompas.com-wacana.mht, diakses tanggal senin 24 November 2017.

Page 5: IMPLEMANTASI PASAL 31 UNDANG-UNDANG … 2018 309 Tahun 1945 yakni membentuk suatu Pemerintahan yang dapat mencerdaskan kehidupan bangsa dan sebagai implementasi dari pasal 31 UUD Negara

SIPENDIKUM 2018

311

Komitmen antara masyarakat dan pemerintah yang tertuang dalam pembukaan

Undang-undang Dasar 1945 alinea keempat yang mana salah satu tujuan nasional

adalah mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia dan diamanatkan dalam pasal 31

UUD Negara Republik Tahun 1945 ayat (2) bahwa “ Setiap warga negara wajib

mengikuti pendidikan dasar dan pemerintahan wajib membiayainya”. Mengacu pada

hal tersebut juga dirumuskan dalam pasal 31 UUD Negara Republik Tahun 1945 ayat

(4) “Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh

persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan

belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional.

Adapun bentuk konkrit dari implementasi pasal 31 Undang-undang Dasar 1945

tersebut adalah program wajib belajar yang dicanangkan pemerintah sejak tahun 1984.

Wajib belajar terutama yang termasuk pada pembebasan biaya pendidikan sebagai

bentuk tanggung jawab negara terhadap penyelenggaraan program tersebut. program

ini merupakan jaminan bagi seluruh rakyat Indonesia untuk mendapat pendidikan yang

menjadi hak dasar dalam hidupnya, sehingga pelaksanaan seluruh jenjang pendidikan

dasar seharusnya sudah dapat terlaksana dengan baik. Hal ini merupakan

tanggungjawab pemerintah untuk membiayainya sampai anak-anak yang bersangkutan

menamatkan jenjang pendidikan dasar sembilan tahun seperti yang dicanangkan dan

diselenggarakan oleh pemerintah.10

Adapun hal yang terkait dengan Implementasi Pasal 31 Undang-Undang Dasar

1945 dengan penyelenggaraan program wajib belajar pendidikan dasar yang

diselenggarakan oleh Pemerintah akan dibahas penulis dengan menjabarkannya

kedalam hak dasar warga negara Indonesia dalam bidang pendidikan.

Hak Dasar Warga Negara Indonesia Dalam Bidang Pendidikan

Hak dasar warga negara merupakan hak asasi yang melekat dalam diri manusia

itu sendiri, kewajiban bagi pemerintah untuk melindungi dan menjaga hak tersebut. Di

Indonesia hak asasi manusia mulai menjad sorotan utama bagi pemerintah pada tahun

1999 dengan lahirnya reformasi di negara kita. Pengakuan terhadap Perlindungan Hak

Asasi Manusia dapat dilihat dalam Undang-undang tentang hak asasi manusia yaitu UU

No. 39 tahun 1999.

Salah satu komponen Hak Dasar Warga Negara adalah hak dalam bidang

pendidikan yang mana Pendidikan adalah prioritas bagi anak-anak berusia 7-15 tahun

atau kita sebut sebagai anak usia sekolah dan Wajib Belajar Pendidikan Dasar.

Pernyataan tersebut telah ada dalam salah satu rumusan tujuan Nasional yang terdapat

dalam alinea keempat pembukaan UUD NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN

1945, yang mengatakan ikut mencerdaskan kehidupan bangsa dan sesuai dengan amanat

pasal 31 undang-undang dasar 194511

.

10

Jimly, Asshidiqie, Konsolidasi naskah UUD NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 sesudah

perubahan keempat, (Jakarta : Yasif Watampone, 2003), hal 73-75. 11 Hernadi Affandi, Tanggung Jawab Negara Dalam Pemenuhan Hak Atas Pendidikan Menurut Undang-

undang Dasar Tahun 1945, Jurnal Hukum POSITUM Vol. 1, No. 2, Juni 2017, Hal 218-243, hlm 1.

Page 6: IMPLEMANTASI PASAL 31 UNDANG-UNDANG … 2018 309 Tahun 1945 yakni membentuk suatu Pemerintahan yang dapat mencerdaskan kehidupan bangsa dan sebagai implementasi dari pasal 31 UUD Negara

SIPENDIKUM 2018

312

Uraian diatas akan dibahas lebih lanjut dalam Hak anak dalam bidang

Pendidikan ditinjau dari :

1. Undang-undang Dasar 1945

Tujuan Nasional negara Indonesia yang tertuang dalam pembukaan UUD

NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 alenia keempat yang mana

salah satu butirnya mengatakan tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan

bangsa. Keinginan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Keinginan untuk

mencerdaskan kehidupan bangsa. Keinginan untuk mencerdaskan bangsa yang

dimulai pada tahun 1984 dengan dicanangkannya Program Wajib Belajar 6

tahun yang sekarang diperluas menjadi wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun.

Undang-undang dasar 1945 yang juga telah diubah empat kali oleh MPR pada

tahun 2002 dimana salah satu pasal yang ditambahkannya adalah pasal tentang

hak warga negara untuk memperoleh pendidikan dasar. Seperti tercantum dalam

pasal 31 UUD NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 disebutkan

bahwa :

1. Setiap warga negara berhak untuk mendapat Pendidikan

2. Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib

membiayainya.

3. Pemerintahan mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem Pendidikan

Pengajaran Nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta

akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur

dengan Undang-undang.

4. Negara memperioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua

puluh persen dari anggaran pendapatan belanja negara dan anggaran

pendapatan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan

pendidikan nasional

5. Pemerintahan memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan

menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan

peradaban serta kesejahteraan umat manusia.

Hak atas pendidikan merupakan konsepsi HAM generasi kedua yang mencakup

upaya menjamin pemenuhan kebutuhan untuk mengejar kemajuan ekonomi, sosial dan

kebudayaan, termasuk hak atas pendidikan, hak untuk menentukan status politik, hak

untuk menikmati ragam penemuan-penemuan ilmiah, dan lain sebagainya.

Inilah salah satu mengapa suatu negara sangat peduli terhadap pendidikan

sehingga menyediakan anggaran dalam jumlah besar untuk penyelenggaraan

pendidikan. Semua itu dilakukan dalam rangka membangun suatu sistem pendidikan

yang memiliki karakteristik, kualitas, arah, dan output yang diinginkan. Untuk

memastikan terwujudnya keinginan tersebut banyak negara mengarahkan kontrol yang

sangat ketat terhadap program-program pendidikan baik yang diselenggarakan sendiri

oleh pemerintah maupun yang diselenggarakan oleh masyarakat dengan memberikan

sanksi yang melanggar.

Page 7: IMPLEMANTASI PASAL 31 UNDANG-UNDANG … 2018 309 Tahun 1945 yakni membentuk suatu Pemerintahan yang dapat mencerdaskan kehidupan bangsa dan sebagai implementasi dari pasal 31 UUD Negara

SIPENDIKUM 2018

313

Bagaimanapun juga, pendidikan dalam makna sebagai refleksi dari hak asasi

manusia untuk menentukan masa depannya sendiri haruslah merupakan proses

pengalaman belajar dan untuk menyadari eksistensinya sebagai manusia seutuhnya

dalam menyongsong masa depan. Sehingga sebagian dari pendidikan dapat dikatakan

sebagai “ pendidikan kehidupan masa depan” tidak semuanya mengacu pada keadaan

tersebut namun pendidikan adalah prioritas negara untuk membangun bangsa dan

generasi mudanya12

.

Hambatan Dalam Perwujudan Pemerataan akses Pendidikan

Setiap penyelenggaraan program pemerintahan pastilah akan menemukan

hambatan-hambatan dalam pelaksanaannya baik dari segi ekonomi maupun dari segi

sosial dan budaya semua ini disebabkan bahwa pendidikan bukan hanya persoalan

mendidik bangsa menjadi suatu output yang baik tetapi juga sebagai suatu hubungan

keterkaitan antara faktor ekonomi, faktor sosial budaya, di mana faktor-faktor tersebut

amat erat membayang-bayangi dan menjadi hambatan dalam pelaksanaan program

tersebut13

.

Ketiga faktor ini dirasakan penting untuk dikaji karena faktor-faktor itulah yang

kerap kali membayang-bayangi langkah pendidikan di Indonesia, yang bukan asing lagi

bagi kita mengatakan bahwa mahalnya pendidikan di negara kita dan faktor sosial

budaya yang menyebabkan banyak masyarakat beranggapan bahwa pendidikan bukan

jalan untuk merubah hidup mereka dengan pernyataan “sekolah tinggi-tinggi pun

percuma kalau hanya menjadi pengangguran” dan berbagai ragam budaya yang

mengatakan bahwa perempuan itu tidak boleh sekolah tinggi-tinggi karena nantinya

akan disokong oleh pria untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya setelah menikah.

Hal inilah yang kerap menghambat jalannya program tersebut bahkan menjadi

suatu alasan logis bagi masyarakat untuk tidak atau enggan berpartisipasi dalam bidang

pendidikan. Walaupun kita tidak boleh juga menutup mata dari faktor geografis

Indonesia dalam pemerataan dan perolehan akses pendidikan sulitnya jangkauan

geografis suatu daerah akan juga menghambatnya jalannya program tersebut.

Hambatan-hambatan yang dihadapi akan diuraikan sebagai berikut :

a. Hambatan dalam bidang Ekonomi

12 Lukman Hakim, Pemertaan akses pendidikan bagi rakyat sesuai dengan amanat undang-undang

Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jurnal EduTech Vol. 2 No. 1 Maret 2016,

hlm 1.

13 Pembangunan pendidikan merupakan salah satu prioritas utama dalam agenda pembangunan nasional.

Pembangunan pendidikan sangat penting karena perannya yang signifikan dalam mencapai kemajuan di

berbagai bidang kehidupan: sosial, ekonomi, politik, dan budaya. Karena itu, pemerintah berkewajiban

untuk memenuhi hak setiap warga negara dalam memperoleh layanan pendidikan guna meningkatkan

kualitas hidup bangsa Indonesia sebagaimana diamanatkan oleh UUD 1945, yang mewajibkan

pemerintah bertanggung jawab dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan menciptakan kesejahteraan

umum. https://argorekmomenoreh.wordpress.com/2013/12/28/pemerataan-pendidikan/ diakses tanggal 10 februari 2018.

Page 8: IMPLEMANTASI PASAL 31 UNDANG-UNDANG … 2018 309 Tahun 1945 yakni membentuk suatu Pemerintahan yang dapat mencerdaskan kehidupan bangsa dan sebagai implementasi dari pasal 31 UUD Negara

SIPENDIKUM 2018

314

Pendidikan memberikan kontribusi secara signifikan terhadap pembangunan

ekonomi,14

bersamaan dengan itu pendidikan harus didukung pembiayaan memadai,

terutama diperuntukkan bagi penuntasan program wajib belajar pendidikan dasar

sembilan tahun dan kini sudah menjadi wajib belajar 12 tahun maka pemerintah harus

menjamin seluruh anak usia sekolah dasar memperoleh pendidikan dasar.

Banyaknya angka anak putus sekolah karena kesulitan ekonomi mengakibatkan

mereka tidak mempunyai kesempatan untuk terus bersekolah dan melanjutkan

pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Harus diakui bahwa faktor biaya atau ekonomi

selama ini merupakan kendala utama bagi anak-anak yang kurang mampu untuk

meneruskan pendidikan. Faktor ekonomi juga menyebabkan masyarakat yang pada

ekonomi rendah kurang memahami arti penting dari pelaksanaan program wajib belajar

pendidikan dasar dan dapat juga dikarenakan kurang jelasnya sosialisasi program

pendidikan dan keterbukaan penyelenggarakan pendidikan akan informasi kepada

masyarakat. DKI Jakarta menyelenggarkan Program Kartu Jakarta Pintar yaitu program

yang mana pemerintah memberikan dana melalui kartu tersebut untuk kebutuhan

sekolah anak-anak yang kurang mampu sehingga tidak ada alasan bagi masyarakat tidak

menyekolahkan anaknya karena alasan ekonomi atau kemiskinan.

Faktor ekonomi selalu dikaitkan dengan kemiskinan rakyat sehingga kemiskinan

menjadi dua hal yang pelik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, dan

menyebabkan terhambatnya peningkatan taraf hidup seseorang di berbagai bidang,

seperti menyebabkan ketertinggalan seseorang dalam berbagai bidang seperti misalnya

peningkatan pendidikan, yang mana dapat kita buktikan dengan beberapa siswa putus

sekolah karena biaya pendidikan yang semakin mahal, belum lagi persoalan lainnya

seperti akses ekonomi, sosial, budaya dan politik, yang mana tetap saja masyarakat

miskin kurang dapat mengakses secara maksimal.

Kemiskinan yang secara alami terjadi disebabkan faktor alam yang kurang

mendukung terhadap penggunaanya. Masyarakat di hadapkan pada daerah-daerah

dengan tanah yang tandus dan mudah mengalami kekeringan, hasil panen yang

merupakan penopang hidup kadang tidak sesuai yang diinginkan (gagal panen),

keadaan-keadaan ini membuat masyarakat tersebut ekstra menggali rezeki demi

kelangsungan hidupnya.

Masalah kemiskinan dan kebodohan masih menjadi masalah besar khususnya

pada daerah yang kondisi geografi sangat sulit terjangkau untuk pembangunan dan

pemberian layanan umum baik pendidikan, kesehatan perumahan dan lain sebagainya.

Kedua masalah tersebut adalah masalah yang akan menghambat pembangunan baik

ekonomi maupun sumber daya manusianya.

14

Tidak diragukan lagi, salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi di negara Korea adalah

komitmen yang kuat dalam membangun pendidikan. Berbagai studi menunjukkan basis pendidikan di

Korea memang amat kokoh. Pemerintah Korea mengambil langkah-langkah eksapnsif antara tahun 1960-

an dan 1990-an guna memperluas akses pendidikan bagi segenap warga negara dengan

menyelenggarakan program wajib belajar pendidikan dasar sudah dilaksanakan sejak lama dan berhasil

dituntaskan tahun 1965. http://[email protected], pendidikan, diakses 2 November 2017.

Page 9: IMPLEMANTASI PASAL 31 UNDANG-UNDANG … 2018 309 Tahun 1945 yakni membentuk suatu Pemerintahan yang dapat mencerdaskan kehidupan bangsa dan sebagai implementasi dari pasal 31 UUD Negara

SIPENDIKUM 2018

315

Sebagai solusi untuk rakyat miskin akan perolehan pendidikan maka pemerintah

mengeluarkan kebijakan dengan berbagai macam program dari program wajib belajar

dari pendidikan dasar hingga menengah lalu sekarang sudah beranjak maju ke

pendidikan atas dan program dana BOS ( Bantuan Operasioanl Sekolah) , BOS buku

dan Pengadaan Bus sekolah gratis atau pemerintah daerah dengan program kebijakan

lainnya untuk mewujudkan pemerataan pendidikan sehingga faktor kemiskinan yang

menjadi faktor penghambat program seharusnya sudah tidak ada lagi namun pada

kenyataan masalah ekonomi dan kemiskinan tetap saja menjadi hambatan bagi

masyarakat untuk memperoleh pendidikan dengan beragam alasan seperti biaya

sekolahnya yang gratis baju dan lain-lain nya mahal belum lagi transportasi dan

kebutuhan anak lainnya .

b. Hambatan dalam bidang Sosial dan budaya

Pentingnya memahami nilai-nilai budaya sebagai energi sosial yang mendorong

kreativitas dan inovasi masyarakat termasuk kelompok etnis dan agama. Di negara-

negara berkembang ada kelompok yang gagal atau kelompok yang berhasil dari pada

lainnya hal itu disebabkan nilai budaya secara kokoh membentuk kinerja politik,

ekonomi, dan sosial suatu bangsa. Dengan demikian bukan kolonialisme atau model

bantuan ekonomi negara-negara maju yang melahirkan “ketergantungan” itu.15

Dalam masyarakat kita terdapat sejumlah nilai budaya tradisional yang

meletakkan tugas utama perempuan di arena domestik. Sudah sering dikeluhkan bahwa

jika sumber-sumber pendanaan keluarga terbatas, maka harus didahulukan untuk

sekolah adalah anak laki-laki.16

Hal ini umumnya dikaitkan dengan tugas pria yang

apabila sudah dewasa ia harus mencari nafkah, hal inipun tidak dapat terlupakan bahwa

tugas perempuan sebagai pendidik dan menjaga kesejahteraan keluarga juga sebagai ibu

yang telah mempersiapkan anak-anaknya untuk dapat berkembang dan bersaing baik

dari pendidikan maupun dari kreativitas anak tersebut.

Pada prinsipnya, pendidikan mendorong terbentuknya rasa saling menghormati

dan menghargai serta menciptakan kerjasama antar perempuan dan laki-lakiserta

menghapuskan diskriminasi gender dalam memperoleh hak pendidikan dan pengajaran

seperti dalam pasal 31 undang-undang Dasar 1945 dan undang-undang Nomor 20 tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Keterbatasan pendidikan dan pelatihan bagi kaum perempuan untuk

meningkatkan posisi tawar menawar menuju kesetaraan gender masih memerlukan

perjuangan yang lebih serius.17

Kondisi dan posisi perempuan di Indonesia masih jauh

15

Ketergantungan merupakan implikasi adanya inferioti, dimana suatu negara tidak bias mengendalikan

nasibnya dan hanya melakukan apa yang diperintahkan oleh negara-negara lain seperti tang dikemukan

David Landes dalam The Wealthand Property of Nation yang diterjemahkan dalam yang berjudul hamper

semua perbedaan berasal dari budaya. Kusnaka Adimihardja, Nilai Budaya Mendorong Kemajuan

Manusia, http://www.pikiranrakyat.com/cetak/2007/01/2007/05/0902.html, diakses tanggal 5 November

2017. 16

Anggit Pulungsih, Pemberdayaan Pendidikan Perempuan, http://www.disdakmen.org/?hal=0.html,

diakses tanggal 2 November 2017. 17

Ibid.,

Page 10: IMPLEMANTASI PASAL 31 UNDANG-UNDANG … 2018 309 Tahun 1945 yakni membentuk suatu Pemerintahan yang dapat mencerdaskan kehidupan bangsa dan sebagai implementasi dari pasal 31 UUD Negara

SIPENDIKUM 2018

316

tertinggal dibanding laki-laki dalam berbagai aspek kehidupan.18

Di bidang pendidikan,

dapat kita lihat bahwa semakin tinggi jenjang pendidikan maka semakin berkurangnya

peserta didik perempuan.

Perjuangan R.A Kartini yang membuat perempuan Indonesia maju dalam bidang

pendidikan19

yang mana cita-cita pendidikannya adalah kesetaraan gender yang menuju

kepada perbaikan kedudukan derajat wanita hal ini disebabkan karena melihat

kepincangan dalam masyarakatnya serta perlakuan yang tidak adil terhadap kaum

wanita Indonesia. Cikal bakal pendidikan perempuan lahir darinya yang mana ia

membuka sekolah umum untuk kaum perempuan sebagai upaya untuk mewujudkan

cita-cita pendidikannya. Bukan hanya R.A Kartini saja yang memperjuangkan

pendidikan untuk perempuan tetapi juga Rd. Dewi Sartika20

pun ikut memperjuangkan

pendidikan perempuan yang mana cita-citanya merupakan cita-cita R.A Kartini juga

yaitu memperjuangkan derajat wanita untuk kesetaraan gender dengan membuka

sekolah istri.

Pergeseran paradigma pengelolaan pendidikan dasar dan menengah telah

tercermin dalam visi pembangunan pendidikan nasional yaitu mewujudkan sistem dan

iklim pendidikan nasional yang demokratis dan berkualitas guna tercapainya bangsa

yang berakhlak dunia, kreatif, inovatif berwawasan kebangsaan cerdas, terampil, serta

menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Sesuai dengan kebijakan pemerintah dalam

penyelenggaraan pendidikan dan dalam penjelasan umum pasal-pasal yang berkaitan

dengan pendidikan.

Di dalam kehidupan ekonomi, tidak adanya kehendak bersama tersebut

menemukan pernyataan di dalam bentuk tidak adanya permintaan sosial yang dihayati

bersama oleh seluruh elemen masyarakat (common social demand).21

Setiap masyarakat

politik, menurut Furnival dari kelompok nomad sampai berdaulat, berangsur-angsur

melalui suatu periode waktu tertentu membentuk peradaban dan kebudayaannya sendiri

: membentuk kesenian sendiri baik dalam bentuk sastra, seni lukis, maupun musik serta

membentuk berbagai kebiasaan di dalam kehidupan sehari-hari: berupa terbentuknya

sistem pendidikan informal dimana setiap anggotanya tersosialisir sebagai anggota

masyarakat tersebut.22

Dengan diakuinya dinamika sebagai inti jiwa masyarakat, banyak sosiolog

modern yang mencurahkan perhaitannya pada masalah-masalah perubahan sosial

kebudayaan pada masyarakat.23

Masalah tersebut menjadi lebih penting lagi dalam

hubungannya dengan pembangunan ekonomi yang diusahakan oleh banyak msayrakat

18

Ibid., 19

I. Djumhur dan Dana Saputra, Sejarah Pendidikan, (Bandung: CV Ilmu, 1959), hal 150-155. 20

Ibid., hal 156-159. 21

Dikutif dari buku Sistem Sosial Indonesia yang ditulis oleh Nasikun, yang mana pendapat tersebut

dipaparkan oleh J.S. Furnival dalam bukunya “colonial policy and practice: A comparative Study of

Burma and Netherlands India, New York University Press. Washington Square, New York, 1956, hal

306-308. 22

Nasikun, Sistem Sosial Indonesia, (Jakarta: PT. Rajawali Grafindo Persada 2007), hal 37. 23

Soerjono Soekanto, Sosisologi Suatu Pengantar, Cetakan ke-38 (Jakarta : PT. Grafindo Persada, 2005)

hal 303.

Page 11: IMPLEMANTASI PASAL 31 UNDANG-UNDANG … 2018 309 Tahun 1945 yakni membentuk suatu Pemerintahan yang dapat mencerdaskan kehidupan bangsa dan sebagai implementasi dari pasal 31 UUD Negara

SIPENDIKUM 2018

317

negara-negara yang memperoleh kemerdekaan politiknya setelah perang dunia ke- II.

Perubahan-perubahan sosial dapat diketahui dari ciri-ciri tertentu,24

antara lain adalah

tidak adanya masyarakat yang berhenti perkembangnya karena setiap masyrakat

megalami perubahan secara cepat atau lambat, perubahan yang terjadi pada lembaga

kemasyarakatan tertentu akan diikuti dengan perubahan lembaga-lembaga sosial

lainnya, perubahan tidak dapat dibatasi pada bidang kebendaan atau bidang spiritual

saja, karena kedua bidang tersebut mempunyai kaitan timbal balik yang sangat kuat.

Tinjauan sosial dan budaya tidak terlepas dari hubungan antara manusia,

hubungan antara kelompok serta hubungan manusia dengan kelompok, dalam proses

kehidupan masyarakat, yang mana lazimnya disebut dengan proses interaksi sosial.

Dalam proses ini melibatkan anak, remaja, orang dewasa bahkan orang tua dan terjadi

sosialisasi.25

Menyoroti peranan lingkungan sosial dalam mempengaruhi tumbuhnya motifasi

dan keberhasilan studi anak dan remaja kiranya jelas bahwa ada pengaruh yang

menunjang dan ada yang mengahalanginya kedua-duanya akan dijelaskan dengan cara

mengungkapkan peranan yang diharapkan dari lingkungan-lingkungan tersebut dan

peranan yang nyata atau sesungguhnya yang terungkap dalam pola prilaku.

Lingkungan-lingkungan yang mempengaruhinya adalah:

1. Orang tua, saudara-saudara dan kerabat dekat.

2. Kelompok Sepermainan.

3. Kelompok Pendidik.

Sudah tentu perlu kita berikan catatan bahwa lingkungan tersebut diatas juga

dipengaruhi oleh lingkungan sosial yang lebih besar, seperti misalnya lingkungan

tetangga, lingkungan bekerja, lingkungan organisasi, lingkungan masyarakat dan

bagian-bagiannya, maupun negara sebagai lingkungan sosial-ekonomi-politik.

Lingkungan juga mempengaruhi pola pikir anak dan remaja dalam menyikapi

pendidikan seperti kenyataan yang mereka liat dalam keseharian atau fakta yang pada

masa kini lebih transparan dapat ditemukan di berbagai media baik cetak maupun

elektronik membentuk pola pikir anak akan kebutuhannya atas pendidikan seperti kita

contohkan pada lingkungan pedesaan seseorang yang bersekolah pada jenjang

Perguruan Tinggi sangatlah minim dalam jumlah tetapi dalam kota-kota besar seseorang

dapat melanjutkan pendidikan sampai kenjenjang Perguruan Tinggi dengan jumlah yang

banyak dikarenakan pergesaran pola pikir masyarakat bahwa perguruan tinggi

merupakan suatu level yang harus ditempuh oleh anakya yang tidak banyak kita temui

banyak orang tua yang rela menjual harta benda mereka untuk menyekolahkan anaknya.

Adanya budaya malu bagi sebagaian orang tua yang cukup mampu dalam bidang materi

jika tidak menyekolahkan anaknya sampai pada perguruan tinggi dikarenakan anggapan

24

Ibid., hal 310. 25

Sosialisasi tersebut merupakan suatu kegiatan yang bertujuan agar pihak yang dididik atau diajak,

kemudian mematuhi kaidah-kaidah dan nilai yang berlaku dan dianut oleh masyarakat, yang tujuan

pokoknya manusia dapat menanamkan kaidah dan nilai dalam kehidupannya serta menghargainya. Ibid.,

hal 142.

Page 12: IMPLEMANTASI PASAL 31 UNDANG-UNDANG … 2018 309 Tahun 1945 yakni membentuk suatu Pemerintahan yang dapat mencerdaskan kehidupan bangsa dan sebagai implementasi dari pasal 31 UUD Negara

SIPENDIKUM 2018

318

masyarakat yang kian bergeser sehingga membentuk opini untuk apa harta yang

melimpahkan jika ia tidak mampu menyekolahkan anaknya sampai pada perguruan

tinggi.

Faktor ekonomi dan sosial dan budaya memang menarik untuk dikaji dengan

berbagai versi dan cara namun semuanya merupakan faktor yang akan menghambat

majunya Pendidikan Indonesia jika tidak segera diberikan solusi dan diberantas sampai

pada akar permasalahnnya. Banyaknya pengangguran di Indonesia membuat suram

catatan keberhasilan pendidikan karena dengan kata lain apakah output yang dihasilkan

pemerintah mempunyai jaminan untuk dapat bekerja layak dan mampu menghidupi

mereka. Inilah janji dari pemerintah yang mana output dihasilkan tersebut dibina dan

dikembangakan untuk menjadi insan-insan profesional dan bukan hanya untuk siswa

yang berprestasi saja tetapi bagi siswa yang sudah berpartisipasi dalam bidang

pendidikan sampai level tertinggi pun harus diberikan kesempatan yang sama.

Faktor-faktor yang telah diuraikan diatas berdasarkan pada hasil penelitian dan

kenyataan yang hidup pada masyarakat Indonesia, baik faktor ekonomi maupu faktor

sosial budaya yang mana keduanya merupakan hambatan dalam penyelenggaraan

program wajib belajar pendidikan dasar memang suatu yang ironis kita perlihatkan dari

keadaan negara kita sehingga kita tidak dapat menutup mata kita untuk berpaling dari

kedua hal. Kemajuan suatu bangsa dapat terlihat dari segi peningkatan perekonomian

bangsa, peningkatan pendidikan dan peningkatan sosial budaya dalam diri masyarakat

untuk menjadi bangsa yang berkembang.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian bahwa Implementasi pasal 31 Undang-undang

Dasar 1945 merupakan penjabaran langsung hak-hak pendidikan bagi warga negara

Indonesia , keterkaitan antara implementasi pasal tersebut merupakan kajian kebijakan

pemerintah yang dapat disoroti dengan hasil kebijakan dan konsekuensinya terhadap

warga negara Indonesia. Perwujudan pasal tersebut dijabarkan pada kebijakan-

kebijakan lain di bidang pendidikan yang mana arah dan tujuan serta pelaksanaan dan

evaluasi atas penyelenggaraan tersebut pun diatur dalam peraturan perundang-undangan

di Indonesia. Terkait langsung antara implementasi pasal 31 UUD NEGARA

REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 adalah pemenuhan hak anak atas pendidikan

dan upaya untuk meningkatkan pemerataan dan perluasan akses menuju demokrasi dan

berkeadilan dalam penyelenggaraan program wajib belajar pendidikan dasar. Faktor

yang menghambat jalannya penyelenggaraan program wajib belajar pendidikan dasar

adalah faktor ekonomi yang cendrung dikaitkan pada faktor kemiskinan rakyat, serta

faktor sosial budaya masyarakat Indonesia dan kurangnya partisipasi masyarakat secara

penuh akan pendidikan anak-anak mereka yang perlu kita berikan solusi sehingga target

dan sasaran serta tujuan kebijakan tersebut terpenuhi.

Page 13: IMPLEMANTASI PASAL 31 UNDANG-UNDANG … 2018 309 Tahun 1945 yakni membentuk suatu Pemerintahan yang dapat mencerdaskan kehidupan bangsa dan sebagai implementasi dari pasal 31 UUD Negara

SIPENDIKUM 2018

319

Daftar Pustaka

Feisal Tamin, Reformasi Birokrasi (Analisis Pendayagunaan Aparatur Negara),

cetakan ke-1 (Bandung: Belantika, 2004)

Lima Puluh Tahun Perkembangan Pendidikan di Indonesia Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan tahun 1996

Sf. Marbun, dkk., Dimensi-dimensi Pemikiran Hukum Administrasi, (Yogyakarta: UII-

Press, 2002)

Maleho Soemarsono, Negara Hukum ditinjau dari sudut teori tujuan negar, (Jurnal

Hukum & Pembangunan tahun ke-37 No,2 April-Juni 2007, (Jakarta: Badan

Penerbit FH UI, 2007)

Padmowahyono, Kuliah-kuliah Ilmu Negara, cetakan 1, (Jakarta: Indi Hill, 1966)

Soehino, Ilmu Negara, cetakan 1, (Yogyakarta: Liberty, 1986)

Saipul Anwar dan Marzuki Lubis, Sendi-sendi hukum AdministrasiNegara, (Medan:

Gelora Madani Perss, 2004)

Gunther Tuebner, Dilemmas of law in the welfare state, (Berlin: New York: de Gruyter,

1985), page 13-14.

Muchtar Pakpahan, Ilmu Negara dan Politik, cetakan pertama, (Jakarta: Bumi intitama

sejahtera, 2006)

Safri Nugraha, privatisation of state enterprises in the 20th

century a step forwards of

backwards?, first edition, (Jakarta: Institute for law and economics studies Faculty

of law University of Indonesai, 2004

Meriam Budiarjo, Dasar-dasar Ilmu Politik,cetakan keduapuluh delapan, (Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama,2006)

Jilmy, Asshidiqqie, Konstitusi dan Konstitualisme Indonesi, (Jakarta: 2004),

Damanto, SS, Kamus Bahasa Indonesia Lengkap, (Surabaya: Apolo, 1997)

Safri Nugraha, dkk, Hukum Administrasi Negara, cetakan pertama, (Jakarta: FHUI,

2005)

Tim Penyususn Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar

Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990)

I. Djumhur dan Dana Saputra, Sejarah Pendidikan, (Bandung: CV Ilmu, 1959)

Nasikun, Sistem Sosial Indonesia, (Jakarta: PT. Rajawali Grafindo Persada 2007)

Page 14: IMPLEMANTASI PASAL 31 UNDANG-UNDANG … 2018 309 Tahun 1945 yakni membentuk suatu Pemerintahan yang dapat mencerdaskan kehidupan bangsa dan sebagai implementasi dari pasal 31 UUD Negara

SIPENDIKUM 2018

320

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Cetakan ke-38 (Jakarta : PT. Grafindo

Persada, 2005).

Harun, Al-Rasyid, Naskah Undang-undang Dasar 1945 sesudah empat kali diubah

MPR, edisi revisi, (Jakarta: UI-Perss, 2004)

M. Thorin Hasan, Pendidikan Dasar (Program Wajib Belajar dalam Bayang

Keraguan), http://kompas.com-wacana.mht, diakses tanggal senin 24 November

2016.

Lukman Hakim, Pemertaan akses pendidikan bagi rakyat sesuai dengan amanat undang-

undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jurnal

EduTech Vol. 2 No. 1 Maret 2016, hlm 1.

Website:

Jimly, Asshidiqie, Konsolidasi naskah UUD NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TAHUN 1945 sesudah perubahan keempat, (Jakarta: Yasif Watampone, 2003)

http://[email protected], pendidikan, diakses 2 November 2016.

Wasid, Mansur, http://www.dutamasyrakat.com/rubrik/php?id=20590&kat=opini.html,

diakses tanggal 5 November 2016.

http://www.riau.go.id/index.php?module=articele&func=dispaly&ptid=1&aid=667.html

, diakses tanggal 3 November 2016.

http://www.pikiranrakyat.com/cetak/2007/01/2007/05/0902.html, diakses tanggal 5

November 2016.

Anggit Pulungsih, Pemberdayaan Pendidikan Perempuan,

http://www.disdakmen.org/?hal=0.html, diakses tanggal 2 November 2016.

Pan Mohammad Faiz, “Penafsiran konsep penguasaan negara berdasarkan pasal 33

UUD NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 dan putusan Mahkamah

Konstitusi,” http://www.jurnalhukum.blogspot.com, diakses tanggal 5 Oktober

2007.

https://argorekmomenoreh.wordpress.com/2013/12/28/pemerataan-pendidikan/

https://www.kompasiana.com/lisbudirahayu/peningkatan-mutu-pendidikan-dengan-

akses-yang-meluas-dan-merata