imobilisasi
DESCRIPTION
imobilisasi kepTRANSCRIPT
IMOBILISASI
DEFINISI
Keadaan di mana seseorang tidak dapat bergerak secara
bebas karena kondisi Gangguan mobilitas fisik
(imobilisasi) didefinisikan oleh North American Nursing
Diagnosis Association (NANDA) sebagai suatu keadaan
ketika individu mengalami atau berisiko mengalamni
keterbatasan gerak fisik. (Kim et al, 1995)
Imobilitas atau imobilisasi merupakan yang mengganggu
pergerakan (aktivitas), misalnya mengalami trauma
tulang belakang, cedera otak berat disertai fraktur pada
ekstremitas, dan sebagainya. (Hidayat, 2009)
Beberapa faktor yang
dapat mengakibatkan
terjadinya imobilisasi
yaitu: 1. Gangguan muskuloskeletalOsteoporosis, Atrofi, Kontraktur, Kekakuan sendi
2. Gangguan kardiovaskularHipotensi postural, Vasodilatasi vena, penggunaan valsava manuver
3. Gangguan sistem respirasi Penurunan gerak pernapasan,
Bertambahnya sekresi paru,AtelektasisPneumonia hipostasis
Jenis imobilisasi :
1. Imobilitas fisikmerupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik dengan tujuan mencegah terjadinya gangguan komplikasi pergerakan
2. Imobilitas intelektual merupakan keadaan ketika seseorang mengalami keterbatasan daya pikir
3. Imobilitas emosional merupakan keadaan ketika seseorang mengalami pembatasan secara emosional
4. Imobilitas sosialkeadaan idividu yang mengalami hambatan dalam melakukan interaksi sosial karena keadaan penyakitnya sehingga dapat memengaruhi perannya dalam kehidupan sosial
Manifestasi klinis:
• Perubahan metabolik• Perubahan sistem respirasi• Perubahan sistem kardiovaskuler• Perubahan sistem muskuloskeletal• Perubahan sistem integumen• Perubahan eliminasi urine
• woc
Asuhan keperawatan
Pengkajian a. Identitas klienb. Riwayat penyakit sekarang
Pengkajian riwayat pasien saat ini meliputi alasan pasien yang menyebabkan terjadi keluhan atau gangguan dalam imobilitas, seperti adanya nyeri, kelemahan otot, kelelahan, tingkat imobilitas, daerah terganggunya karena imobilitas, dan lama terjadinya gangguan mobilitas
c. Riwayat penyakit yang pernah dideritaPengkajian riwayat penyakit yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan mobilitas, misalnya adanya riwayat penyakit sistem neurologis (kecelakaan cerebrovaskular, trauma kepala, peningkatan tekanan intrakranial) , riwayat penyakit sistem muskuloskeletal (osteoporosis, fraktur, artritis)
d. Pemeriksaan fisik • Sistem metabolikPada umumnya anoreksi terjadi pada klien imobilisasi. Asupan makanan klien harus dikaji terlebih dahulu sebelum nampan diberikan, untuk menentukan jumlah yang dimakan. Ketidakseimbangan nutrisi dapat dihidari apabila perawat mengkaji pola makan klien dan makanan yang disukai sebelum keadaan imobilisasi.• Sistem respiratoriPengkajian sistem respiratori harus dilakukan minimal setiap 2 jam pada klien yang mengalami keterbatasan aktivitas. Pengkajian pada sistem respiratori meliputi :
Inspeksi : pergerakan dinding dada selama sikus inspirasi-ekspirasi penuh. Jika klien mempunyai area atelektasis, gerakan dadanya menjadi asimetris.
Auskultasi : seluruh area paru-paru untuk mengidentifikasi gangguan suara napas, crackles, atau mengi. Auskultasi harus berfokus pada area paru-paru yang tergantung karena sekresi paru cenderung menumpuk di area bagian bawah.
• Sistem kardiovaskuler. Pengkajian sistem kardiovaskular yang harus dilakukan pada
pasien imobilisasi, meliputi :memantau tekanan darah, tekanan darah klien harus diukur,
terutama jika berubah dari berbaring (rekumben) ke duduk atau berdiri akibat risiko terjadinya hipotensi ortostatik.
mengevaluasi nadi apeks maupun nadi perifer, berbaring dalam posisi rekumben meningkatkan beban kerja jantung dan mengakibatkan nadi meningkat. Pada beberapa klien, terutama lansia, jantung tidak dapat mentoleransi peningkatan beban kerja, dan berkembang menjadi gagal jantung. Suara jantung ketiga yang terdengar di bagian apeks merupakan indikasi awal gagal jantung kongestif. Memantau nadi perifer memungkinkan perawat mengevaluasi kemampuan jantung memompa darah.
• Sistem MuskuloskeletalKelainan musculoskeletal utama dapat diidentifikasi selama
pengkajian meliputi penurunan tonus otot, kehilangan massa otot, dan kontraktur. Pengkajian rentang gerak adalah penting data dasar yang mana hasil pengukuran nantinya dibandingkan untuk mengevaluasi terjadi kehilangan mobilisasi sendi. Pengkajian rentang gerak dilakukan pada daerah seperti bahu, siku, lengan, panggul, dan kaki.
• Sistem IntegumenPerawat harus terus menerus mengkaji kulit klien terhadap
tanda-tanda kerusakan. Kulit harus diobservasi ketika klien bergerak, diperhatikan higienisnya, atau dipenuhi kebutuhan eliminasinya. Pengkajian minimal harus dilakukan 2 jam
• Sistem EliminasiStatus eliminasi klien harus dievaluasi setiap shift, dan total asupan dan haluaran dievaluasi setiap 24 jam. Perawat harus menentukan bahwa klien menerima jumlah dan jenis cairan melalui oral atau parenteral dengan benar.Tidak adekuat asupan dan haluaran atau ketidakseimbangan cairan dan elektrolit meningkatkan resiko gangguan sistem ginjal, bergeser dari infeksi berulang menjadi gagal ginjal. Dehidrasi juga meningkatkan resiko kerusakan kulit, pembentukan trombus, infeksi pernafasan, dan konstipasi. Pengkajian status eliminasi juga meliputi frekuensi dan konsistensi pengeluaran feses
Diagnosa keperawata
n1. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan
penurunan rentang gerak.2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan
imobilisasi.3. Gangguan penurunan curah jantung berhubungan
dengan imobilitas.4. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan
menurunnya ekspansi paru.5. Retensi urine berhubungan dengan gangguan
mobilitas fisik.
ROM Range of motion (ROM)
Gerakan dalam keadaan normal dapat dilakukan oleh sendi yang bersangkutan . tujuan ROM adalah :
1.Mempertahankan atau memelihara kekuatan otot2.Memelihara mobilitas persendian3.Merangsang sirkulasi darah4.Mencegah kelainan bentuk
Klasifikasi ROMROM AktifROM Pasif
Manfaat ROM1.memperbaiki tonus otot2.meningkatkat mobilisasi sendi3.memperbaiki toleransi otot untuk latihan4.meningkatkan massa otot5.mengurangi kehilangan tulang