imam syahid hasan al-banna
DESCRIPTION
Sirah Hasan Al-BannaTRANSCRIPT
Imam Syahid Hasan Al-Banna “Sang Guru Dunia”
(Bagian ke-1)
dakwatuna.com - Sejarah mencatat dengan tintas emas seorang Guru mujahid (pejuang) dan
mujtahid (pembaharu) yang bernama Imam Syahid Hasan Al-Banna. Beliau awalnya sebagai
seorang guru madrasah di kampung halamannya di Negara Mesir namun pemikiran dan
keshalihannya bisa membangkitkan umat dari kelelapan tidur yang panjang menuju cahaya Islam
yang terang benderang. Semua ini, diawali dengan program pendidikan yang terarah dan
berkesinambungan dengan pendekatan nurani. Hasilnya, murid dan pengikutnya tersebar di
seluruh dunia dan Imam Syahid Hasan Al-Banna dijadikan sebagai simbol kebangkitan Islam
dunia.
Riwayat Kelahiran Imam Hasan Al-Banna
Imam Hassan Al Banna lahir pada Oktober 1906 di desa al Mahmudiya yang terletak di
daerah Al Buhairah, Iskandariah, Mesir. Beliau berasal dari sebuah keluarga Ulama yang
dihormati dan terkenal karena begitu kuat menaati ajaran dan nilai-nilai Islam. Mujahid Islam ini
dibesarkan dalam suasana keluarga yang Islami dan hidupnya sangat sederhana. Sejak kecil
Hasan Al-Banna dididik dalam rumah tangga yang mementingkan pengembangan daya pikiran
dan ilmu pengetahuaan. Budaya membaca merupakan suatu hal yang dikembangkan ayah Al-
Banna sehingga di rumahnya terdapat perpustakaan yang lengkap berisi buku-buku berkualitas
para ulama-ulama besar dan pemikir-pemikir Islam sebelumnya.
Hassan Al Banna merupakan anak sulung dari lima bersaudara. Ayahnya, Syeikh Ahmad
ibn Abd al Rahman al-Banna adalah seorang ulama, imam, guru dan pengarang beberapa buah
kitab hadis dan fiqih perundangan Islam, tamatan dari Universiti Al Azhar Mesir. Beliau dikenal
sebagai seorang yang bersopan santun, pemurah, rendah hati dan tingkah laku yang menarik.
Ayah Hasan Al-Banna bekerja sebagai tukang jam di desa al Mahmudiyah, untuk memenuhi
kebutuhan keluarganya. Selebihnya ia gunakan untuk mengkaji, mendalami dan mengajar ilmu-
ilmu agama seperti tafsir al Quran dan hadis kepada penduduk di daerahnya.
Pendidikan Hasan Al-Banna
Sejak dini Hasan Al-Banna sudah ditempa oleh keluarganya yang taat beragama untuk
meraih dan memperdalam ilmu di berbagai tempat dan majelis ilmu. Pertama kali beliau
menggali ilmu di Madrasah Ar Rasyad, kemudian melanjutkan di Madrasah ‘Idadiyah di kota
Mahmudiyah tempat beliau dilahirkan.
Pada usianya yang masih muda, Hasan Al-Banna sudah memiliki perhatian yang besar
terhadap persoalan pendidikan dan dakwah. Beliaupun mampu beraktivitas dalam menegakkan
amar ma’ruf nahi mungkar. Bersama teman-temannya di sekolah, dibentuklah perkumpulan
“Akhlaq Adabiyah” dan “Al-Man’il Muharramat”. Melalui perkumpulan inilah beliau
menyuarakan kebenaran dan melawan kebatilan. Kelihatannya memang sejak muda Hasan Al-
Banna menginginkan sangat dakwah Islamiyah tegak dan kokoh di persada negeri Mesir.
Pada tahun 1920 Hasan Al-Banna melanjutkan pendidikannya di Darul Mu’allimin
Damanhur, hingga menyelesaikan hafalan Al-Quran diusianya yang belum genap 14 tahun.
Beliaupun aktif dalam pergerakan melawan penjajah. Pada tahun 1923 beliau melanjutkan
pendidikannya di Darul Ulum Kairo. Di sinilah Hasan Al-Banna banyak mendapatkan wawasan
yang luas dan mendalam. Pendidikannya di Darul Ulum diselesaikan pada tahun 1927 M, dengan
hasil yang sangat memuaskan. Luar biasa, beliau menduduki rangking pertama di Darul Ulum
dan rangking kelima di seluruh Mesir dalam usianya yang baru menginjak 21 tahun.
Semenjak di Darul Ulum Kairo, Hasan Al-Banna mendapatkan cakrawala berfikir lebih
luas dan wawasan yang mendalam dan semakin giat dalam amal Islami. Bersama kawan-
kawannya beliau melaksanakan dakwah di berbagai tempat, di masjid, di perkumpulan-
perkumpulan, kedai kopi ataupun di club-club bahkan juga berdakwah di pasar atau tempat
keramaian.
Hasan Al-Banna Sebagai Seorang Guru
Setelah menyelesaikan pendidikannya di Darul Ulum Kairo, Hasan Al-Banna bekerja
sebagai guru Ibtidaiyah (setingkat SD) di Ismailiyah. Meskipun mendapatkan penawaran untuk
melanjutkan pendidikan, namun beliau lebih menyenangi menjadi guru di Ismailiyah hingga 19
tahun beliau berkhidmat mengajar di sana.
Sebagai guru SD (Ibtidaiyah), beliau disiplin dalam melaksanakan tugasnya. Dengan
tanggung jawab penuh dan usaha maksimal, beliau mengajar dan mendidik muridnya. Hasan Al-
Banna belum pernah terlambat datang ke sekolah (tempat kerja) karena beliau menyadari bahwa
dirinyalah berperan sebagai guru yang harus memberikan keteladanan. Melaksanakan tugas
dengan tulus ikhlas hingga beliau merasakan sebuah kenikmatan dan kebahagiaan dalam
hidupnya. Hasan Al-Banna meyakini bahwa Allah telah menciptakannya diri menjadi seorang
guru atau pendidik dalam melahirkan generasi yang tangguh untuk kebangkitan Islam.
Hasan Al-Banna disenangi dan dihormati oleh murid-muridnya, para guru, kepala
sekolah dan karyawan. Mereka pun mencintai usaha dakwah yang diemban Al Banna dan
bergabung dengan kafilah penegak kebenaran tersebut. Makanya pengikut dan teman
seperjuangan Hasan Al-Banna semakin hari semakin bertambah menandakan bahwa gerakan
dakwahnya itu memberikan manfaat nyata dalam kehidupan umat.
Kemudian suatu hal yang sangat mengagumkan berkaitan dengan kedisiplinan dalam
mengajar adalah, “ Bila ada ikhwan (saudara) yang menelpon dirinya ketika sedang mengajar di
kelas, kemudian petugas memberitahukan padanya. Maka beliau berpesan kepada petugas
tersebut : “Katakan kepadanya, saya sedang mengajar dan tidak dapat meninggalkan kelas
sebelum selesai jam pelajaran”. Subhannallah, begitulah komitmen Hasan Al-Banna dalam
menunaikan tugas mulia ini dalam melahirkan kader bangsa.
(Bagian ke-2)dakwatuna.com - Hasan Al-Banna sangat prihatin dan bersedih menyaksikan kondisi umat
Islam, baik di dalam negeri atau pun di dunia Arab pada umumnya. Waktu itu negara Islam
dalam cengkraman penjajahan negara barat, kekayaan Negara habis dikuras dan dikirim ke
negara penjajah, rakyat hidup dalam tekanan dahsyat, tidak ada kebebasan, semua diatur
penjajah. Orang yang vokal terhadap penjajah bisa hilang seketika. Para pengkhianat dipelihara
sedemikian rupa, sebagai kaki tangan penjajah dalam menguasai rakyatnya. Makanya, banyak
rakyat yang mati di tangan orang Mesir sendiri karena hanya memenuhi ambisi pribadi dan
keuntungan singkat.
Di sisi lain, pengamalan agama di tengah masyarakat tidak tampak, pergaulan bebas
merajalela, banyak pemuda pemudi yang mengikuti arus westernisasi yang bebas dari nilai-nilai.
Organisasi atau Kelompok agama tidak akur dan mudah tersulut perpecahan, sementara ulama
tidak bisa berbuat banyak bahkan di antara juga ada yang terpesona dengan rayuan dunia.
Hal inilah yang membuat hidup Hasan Al-Banna tidak tenang, tidurnya tidak nyenyak
dan makannya tidak enak. Beliau berpikir keras untuk mencari solusi tepat dalam
menyelamatkan umat dari kehancuran. Kemudian dengan semangat membara dan strategi
dakwah yang hebat , beliau tampil sebagai “ Guru Umat “ bekerja keras dan berkerja ikhlas
untuk mendidik dan membimbing umat ke jalan yang benar. Hasan Al-Banna berdakwah dari
masjid ke masjid, masuk dari satu kedai ke kedai lain, berdiskusi dengan dosen dan mahasiswa,
menyadarkan anak muda, merekat ulama serta menyatukan tokoh bangsa untuk bersama
berjuang menegakkan kalimatillah.
Hasan Al-Banna mendirikan Organisasi Ikhwanul Muslimin
Kecerdasan Hasan Al-Banna, kelembutan bahasanya dan kesholehan pribadinya,
menyebabkan dakwahnya dan usaha pendidikannya mendapat simpati. Seruan dakwahnya,
disambut meriah dan ajakannya menghasilkan buah nan indah. Banyak di antara masyarakat
terutama dari kalangan anak muda yang bergabung dengan gerakan dakwah dan gelombang
pendidikan yang dikoordinirnya. Al hasil, Hasan Al-Banna mendirikan sebuah organisasi yang
bernama Ikhwanul Muslimin pada bulan maret 1928 sebagai wadah perjuanagan. Organisasi ini
bergerak di bidang dakwah, pendidikan, dan sosial. Karena organisasi ini dikelola secara
professional dengan manajemen modern maka organisasi ini berkembang dengan pesat. Berbagai
kegiatan dakwah dan sosial kemasyarakatan membius umat bergabung dengan gerakan ini.
Untuk beberapa waktu lamanya beliau menetap di Ismaliyah, kota di mana beliau
mendirikan kantor pertama Ikhwanul Muslimin bersama beberapa pengikutnya. Beliau kemudian
menyebarkan dakwahnya secara luas melalui kegiatan dakwah dan pendidikan yang terorganisir.
Tuntunan dakwah selanjutnya mendorong beliau mengunjungi banyak daerah bahkan sampai ke
desa-desa. Kerja keras itu akhirnya memang membuahkan hasil yang gemilang. Dalam waktu
yang singkat, gerakan dakwah dan pendidikan beliau telah memiliki cabang di hampir seluruh
penjuru Mesir.
Keberadaan Organisasi ini, membangkitkan kesadaran rakyat untuk berdaulat, mereka
bahu membahu untuk bisa menjadi kuat dengan menjalin komunikasi hebat dalam masyarakat
dibawah panji Islam dan persaudaran yang mengikat. Kondisi ini menyebabkan penjajah dan
pengkhianat rakyat berusaha menghambat laju gerakan dakwah ini, menangkap dan menghabisi
para tokohnya yang berkhidmat dengan harapan agar organisasi berumur singkat.
Pemikiran Hasan Al-Banna tentang Pendidikan
Konsep pendidikan Hasan Al-Banna berorientasi pada pemecahan problema umat yang
menghambat terbentuknya umat yang kuat karena dominasi barat selama ini dalam dunia
pendidikan. Beliau berpikir untuk membebaskan umat dari belenggu kehinaan maka sistem
pendidikan harus dibenahi. Beliau berusaha menghilangkan dikotomi antara pendidikan agama
dengan pendidikan umum. Dengan demikian pendidikan agama dari sumber autentik harus
disampaikan pada setiap pelajar sekolah umum dan sekolah agama (madrasah) harus mendapat
ilmu-ilmu umum yang sangat bermanfaat dalam kehidupan pelajar.
Yang sangat menarik dari konsep pendidikan Hasan Al-Banna adalah pengembangan
potensi yang ada pada diri manusia. Semua aspek kehidupan manusia menjadi sasaran atau target
pendidikan Islam yang bersifat universal dan terpadu. Dalam hal ini seorang ulama dunia, Yusuf
Al Qardhawi, mengatakan, ”Pendidikan Islam yang dikelola oleh Hasan Al-Banna tidak hanya
mementingkan satu segi tertentu, dan tidak pula mengharuskan adanya spesialisasi yang sempit,
melainkan mencakup semua aspek secara terpadu dan seimbang. Pendidikan Islam tidak hanya
mementingkan ruhani dan moral seperti yang terdapat pada paham kaum sufi, dan tidak pula
hanya menekankan pendidikan rasio seperti yang didambakan kaum filosof, dan tidak juga hanya
mementingkan latihan keterampilan dan disiplin sebagaimana pendidikan dalam kemeliteran,
tetapi pendidikan Islam itu mementingkan semua dimensi secara seimbang.”
Dengan program pendidikan dan dakwah yang dilakukan oleh Hasan Al-Banna melalui
organisasi Ikhwanul Muslimin, maka banyak lahir kader-kader Islam yang militan. Mereka
memahami Islam secara baik dan benar serta berjuang untuk kejayaan Islam. Mereka berusaha
bangkit dari keterpurukan yang melanda selama ini menuju kejayaan dengan izzah Islam yang
bercahaya.
Akhir hayat Hasan Al-Banna
Gerakan dakwah dan pendidikan yang dilakukan oleh Hasan Al-Banna membuat
penguasa menjadi dzalim pada waktu itu. Penguasa menganggap Hasan Al-Banna dengan
organisasinya sebuah ancaman dan akan menghancurkan tahta kekuasaannya. Oleh karenanya
mereka membuat makar jahat, untuk menghabisi nyawa Hasan Al-Banna dengan harapan agar
dakwah Ikhwanul Muslimin akan tenggelam.
Tepat hari Sabtu malam Minggu tanggal 12 Desember 1949, Hasan Al-Banna ditembak
oleh orang bejat suruhan pengkhianat rakyat. Hasan Al-Banna pulang ke Rahmatullah dengan
tenang, dengan wajah ceriah dan senyum yang mempesona sebagai seorang syuhada.
Terselimutilah di hari itu langit Mesir dengan kesedihan, mendung duka membahana dan rintik
tanggis membahasahi buminya.
Yang lebih menyedihkan lagi, rezimpun tidak mengizinkan umat Islam untuk merawat
jenazahnya dan bertakziyah ke rumah shohibul musibah. Untuk menunjukkan keangkuhan dan
kedengkiannya terhadap Hasan Al-Banna, mereka susun penjagaan militer secara ketat yang siap
untuk bertempur dan tank-tank yang seakan-akan menghadapi sebuah pertempuran yang dahsyat.
Tidak seorangpun diizinkan membawa jenazahnya menuju makam kecuali orang tuanya beserta
kedua saudari perempuannya.
Hasan Al-Banna telah pergi untuk selama-selamanya, meninggalkan umat dalam duka
nestapa karena ulah penjajah dan rezim yang berkuasa. Namun, karena ketulusan hati Hasan Al-
Banna , semangat juangnya dan kecintaannya pada agama dan Negara, menjadikan magnet hebat
bagi pengikutnya dalam melanjutkan perjuangannya. Hasan Al-Banna pergi sebagai “ Guru
Dunia “ yang telah mengajarkan pada semua manusia agar istiqamah berjuang di jalan Allah.
Sekalipun jasadnya sudah tiada namun konsep perjuangannya masih hidup sepanjang masa.