ilmu terbagi menjadi dua pandangan yaitu ilmu bebas nilai

6
Ilmu terbagi menjadi dua pandangan yaitu ilmu bebas nilai (value free) dan ilmu terikat nilai/ ilmu tak bebas nilai (value bound). Berikut penjelasannya, 1. Paradigma Ilmu Bebas Nilai Ilmu bebas nilai dalam bahasa Inggris sering disebut dengan value free, yang menyatakan bahwa ilmu dan teknologi adalah bersifat otonom. Ilmu secara otonom tidak memiliki keterkaitan sama seklai dengan nilai. Bebas nilai berarti semua kegiatan terkait dengan penyelidikan ilmiah harus disandarkan pada hakikat ilmu itu sendiri. Ilmu menolak campur tangan faktro eksternal yang tidak secara hakiki menentukan ilmu itu sendiri. Josep Situmorang menyatakan bahwa sekurang-kurangnya ada 3 faktor sebagai indikator bahwa ilmu itu bebas nilai, yaitu: a. Ilmu harus bebas dari pengendalian-pengendalian nilai. Maksudnya adalah bahwa ilmu harus bebas dari pengaruh eksternal seperti faktor ideologis, religious, cultural, dan social. b. Diperlukan adanya kebebasan usaha ilmiah agar otonom ilmu terjamin. Kebebasan di sisni menyangkut kemungkinan yang tersedia dan penentuan diri. c. Penelitian ilmiah tidak luput dari pertimbangan etis yang sering dituding menghambat kemajuan ilmu, karena nilai etis sendiri itu bersifat universal. Dalam pandanagn ilmu yang bebas nilai, eksplorasi alam tanpa batas dapat dibenarkan, karena hal tersebut untuk

Upload: munawar

Post on 12-Aug-2015

1.045 views

Category:

Documents


22 download

TRANSCRIPT

Page 1: Ilmu Terbagi Menjadi Dua Pandangan Yaitu Ilmu Bebas Nilai

Ilmu terbagi menjadi dua pandangan yaitu ilmu bebas nilai (value free) dan ilmu terikat

nilai/ ilmu tak bebas nilai (value bound). Berikut penjelasannya,  

1.      Paradigma Ilmu Bebas Nilai

Ilmu bebas nilai dalam bahasa Inggris sering disebut dengan value free, yang

menyatakan bahwa ilmu dan teknologi adalah bersifat otonom. Ilmu secara otonom tidak

memiliki keterkaitan sama seklai dengan nilai. Bebas nilai berarti semua kegiatan terkait

dengan penyelidikan ilmiah harus disandarkan pada hakikat ilmu itu sendiri. Ilmu menolak

campur tangan faktro eksternal yang tidak secara hakiki menentukan ilmu itu sendiri.

Josep Situmorang menyatakan bahwa sekurang-kurangnya ada 3 faktor sebagai

indikator bahwa ilmu itu bebas nilai, yaitu:

a.       Ilmu harus bebas dari pengendalian-pengendalian nilai. Maksudnya adalah bahwa ilmu

harus bebas dari pengaruh eksternal seperti faktor ideologis, religious, cultural, dan social.

b.      Diperlukan adanya kebebasan usaha ilmiah agar otonom ilmu terjamin. Kebebasan di sisni

menyangkut kemungkinan yang tersedia dan penentuan diri.

c.       Penelitian ilmiah tidak luput dari pertimbangan etis yang sering dituding menghambat

kemajuan ilmu, karena nilai etis sendiri itu bersifat universal.

Dalam pandanagn ilmu yang bebas nilai, eksplorasi alam tanpa batas dapat

dibenarkan, karena hal tersebut untuk kepentingan ilmu itu sendiri, yang terkdang hal

tersebut dapat merugikan lingkungan. Contoh untuk hal ini adalah teknologi air

condition, yang ternyata berpengaruh pada pemansan global dan lubang ozon semakin

melebar, tetapi ilmu pembuatan alat pendingin ruangan ini semata untuk pengembangan

teknologi itu dengan tanpa memperdulikan dampak yang ditimbulakan pada lingkungan

sekitar. Setidaknya, ada problem nilai ekologis dalam ilmu tersebut, tetapi ilmu bebas nilai

menganggap nilai ekologis tersebut menghambat perkembangan ilmu. Dalam ilmu bebas

nilai tujuan dari ilimu itu untuk ilmu.

2.      Paradigma Ilmu Tidak Bebas Nilai

Ilmu yang tidak bebas nilai (value bond) memandang bahwa ilmu itu selalu terikat

dengan nilai dan harus dikembangkan dengan mempertimbangkan aspek nilai.

Perkembangan nilai tidak lepas dari dari nilai-nilai ekonomis, sosial, religius, dan nilai-nilai

yang lainnya.

Page 2: Ilmu Terbagi Menjadi Dua Pandangan Yaitu Ilmu Bebas Nilai

Menurut salah satu filsof yang mengerti teori value bond, yaitu Jurgen Habermas

berpendapat bahwa ilmu, sekalipun ilmu alam tidak mungkin bebas nilai, karena setiap ilmu

selau ada kepentingan-kepentingan. Dia juga membedakan ilmu menjadi 3 macam, sesuai

kepentingan-kepentingan masing-masing;

a.       Pengetahuan yang pertama, berupa ilmu-ilmu alam yang bekerja secara empiris-analitis.

Ilmu ini menyelidiki gejala-gejala alam secara empiris dan menyajikan hasil penyelidikan

untuk kepentingan-kepentingan manusia. Dari ilmu ini pula disusun teori-teori yang ilmiah

agar dapat diturunkan pengetahuan-pengetahuan terapan yang besifat teknis. Pengetahuan

teknis ini menghasilkan teknologi sebagai upaya manusia untuk mengelola dunia atau

alamnya.

b.      Pengetahuan yang kedua, berlawanan dengan pengetahuana yang pertama, karena tidak

menyelidiki sesuatu dan tidak menghasilkan sesuatu, melainkan memahami manusia sebagai

sesamanya, memperlancar hubungan sosial. Aspek kemasyarakatan yang dibicarakan adalah

hubungan sosial atau interaksi, sedangkan kepentingan yang dikejar oleh pengetahuana ini

adalah pemahaman makna.

c.       Pengetahuan yang ketiga, teori kritis. Yaitu membongkar penindasan dan mendewasakan

manusia pada otonomi dirinya sendiri. Sadar diri amat dipentingkan disini. Aspek sosial yang

mendasarinya adalah dominasi kekuasaan dan kepentingan yang dikejar adalah pembebasan

atau emansipasi manusia.

Ilmu yang tidak bebas nilai ini memandang bahwa ilmu itu selalu terkait dengan nilai

dan harus di kembangkan dengan mempertimbangkan nilai. Ilmu jelas tidak mungkin bisa

terlepas dari nilai-nilai kepentingan-kepentingan baik politik, ekonomi, sosial, keagamaan,

lingkungan dan sebagainya.

Ghozali Bachri, dkk. 2005. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga. Rizal Mustansyir dan Misnal Munir, Pengantar Filsafat Ilmu. Yogyakarta : Tiara WacanaSurajiyo. 2007. Suatu pengantar Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia. Jakarta : Bumi aksara.Beerling, Kwee, Mooij Van Peursen. 1986. Pengantar Filsafat Ilmu. Yogyakarta : Tiara wacana.

     http : blogpendidikan.com/info/ilmu_bebas_nilai     www.magri.undip.ac.id/images/stories/prof_soedharsono.ppt

Jujun S. Suriasumantri. (2005) Filsafat Ilmu : Sebuah Pengantar Populer. Jakarta : Sinar Harapan.

Rinjin, Ketut. (1997) Pengantar Filsafat Ilmu dan Ilmu Sosial Dasar. Bandung : CV Kayumas.

Page 3: Ilmu Terbagi Menjadi Dua Pandangan Yaitu Ilmu Bebas Nilai

Qardhawi, yusuf. (2001) Al-Qur’an Akal dan Ilmu Pengetahuan. Jakarta gema insane press.

Lubis, Solly. (1994) Filsafat Ilmu dan Penelitian . Bandung: CV Mandar Maju

Beerling, (1986) Pengantar Filsafat Ilmu. Yogyaka(1) Buku: Filsafat Ilmu

Pengarang: Pokja akademik

Hal :123-124

(2) Buku : Filsafat Ilmu

Pengarang : Drs. Rizal Mustansyir M.Hum dan Drs. Misnal Munir M.Hum

Hal : 172-173

Berbeda dengan ilmu yang bebas nilai, ilmu yang tidak bebas nilai (valuebond) memandang

bahwa ilmu itu selalu terkait dengan nilai dan harus dikembangkan dengan mempertimbangkan

aspek nilai.

Pengembangan ilmu jelas tidak mungkin bisa terlepas dari nilai-nilai, lepas dari kepentingan-

kepentingan baik politis, ekonomis, sosial, religius, ekologis dsb. Salah satu filosof yang

memegangi teori valuebond adalah Jurgen habermas. Dia berpendapat bahwa ilmu bahkan ilmu

alam sekalipun tidaklah mungkin bebas nilai karena pengembangan setiap ilmu selalu ada

kepentingan-kepentingan. Yang membedakan tiga macam ilmu dengan kepnentingan masing-

masing. Pengetahuan yang pertama berupa ilmu-ilmu alam yang bekerja secara empiris-analitis.

Ilmu-ilmu ini menyelidiki gejala-gejala alam secar empiris dan meyajikan hasil penyelidikan itu

untuk kepentingan-kepentingan manusia. Teori-teori ilmiah disusun agar darinya dapat

diturunkan pengetahuan terapan yang bersifat teknis. Pengetahuan teknis ini menghasilkan

teknologi sebagai upaya manusia mengelola dunia atau alamnya. Pengetahuan yang kedua

mempunyai pola yang sangat berlainan, sebab tidak menyelidiki sesuatu dan tidak menghasilkan

sesuatu, melainkan memahami manusia sebagai sesamanya, memperlancar hubungan sosial.

Pengetahuan ini oleh Habermas disebut dengan studi historis Harmenetik. Sifat historis

memperlihatkan adanya gjala perkembangan dari objek yang diselidiki, yakni manusia. Hasil

yang bisa diperoleh dari sini adalah kemampuan komunikasi, saling pengertian karena

pemahaman makna. Inilah arti hemenetik dimaksudkan, yaitu penafsiran menurut tatacara

tertentu yang dihasilkanoleh pengetahuan itu. Aspek kemasyarakatan yang dibicarakan di sini

adalah hubungan sosial atau interaksi, sedangkan kepentingan yang dikejar oleh pengetahuan ini

Page 4: Ilmu Terbagi Menjadi Dua Pandangan Yaitu Ilmu Bebas Nilai

adalah pemahaman makna. Sementara itu pengetahuan ketiga adalah teori kritis, yang

membongkar penindasan dan mendewasakan manusia pada otonomi dirinya sendiri. Sadar diri

sangat dipentingkan disini. Aspek sosial yang mendasarinya adalah dominasi kekuasaan dan

kepentingan yang dikejar adalah pembebasan atau emansipasi manusia.

Jelas sekali dalam pandangan habermas bahwa ilmu sendiri dikonstruksi untuk keoentingan-

kepentingan tertentu, yakni nilai rasional antara manusia dan alam, manusia dn manusia, dan

nilai penghormatan terhadap manusia. Jika lahirnya ilmu saja terkait dengan nilai, maka ilmu itu

sendiri tidak mungkin bekerja lepas dari nilai.