ilmu kealaman dasar
DESCRIPTION
ilmu kealaman dasarTRANSCRIPT
ALAM PIKIRAN MANUSIA DAN PERKEMBANGANNYA
Manusia merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa sebagai khalifah di bumi dengan
dibekali akal pikiran dan diberi hasrat ingin tahu tentang benda dan peristiwa yang terjadi di
sekitarnya. Sedangkan pada hewan, usaha untuk eksplorasi ke alam sekitar di dorong oleh
insting yang terpusat pada usaha untuk mempertahankan dan melangsungkan hidupnya.
Seseorang yang mempelajari science (IPA) akan segera menyadari bahwa ia
menemukan “window to the world”. Suatu gejala alam terdiri atas problem-problem yang
dipecahkan dengan metode ilmiah. Dalam menghadapi problem-problem tersebut akan
menimbulkan kesadaran untuk menemukan konsep-konsep pengertian pemecahan problem
yang membantu dalam mengembangkan ketrampilan intelektual, sikap ilmiah, dan metode
ilmiah. Proses perkembangan kesadaran ini adalah perkembangan mental yang dimulai dari
kurang/tidak mengerti sampai menjadi mengerti (lack of understanding to understanding).
Wuryadi mengemukakan bahwa perkembangan kesadaran tersebut sebagai berikut:
Kesadaran akan adanya gejala
Kesadaran akan adanya problem
Kesadaran akan adanya cara-cara memecahkan problem
Kesadaran akan adanya konsep-konsep pengertian
Kesadaran akan adanyasaling hubungan antara konsep-konsep pengertian
Kesadaran akan adanya pengembangan sikap dan metode ilmiah
INDIVIDU/MANUSIA
Sikap-sikap dasar manusia individual:
o Auguste Comte melihat bahwa perilaku individu tidak meru-pakan cerminan dari perilaku kelompok atau masyarakat. Individu tidak merupakan unit/satuan masyarakat.
o Perbedaan individu dengan kelompok, itu lebih disebabkan oleh adanya kecenderungan pembawaan dari individu tersebut atau karena instink, yaitu; Egoistic instinc (instink terhadap dirinya sendiri), dan Altruistic instinc (instink terhadap orang lain).
TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN PIKIRAN MANUSIA
TAHAP TEOLOGIS
o Tingkat pemikiran manusia bahwa benda-benda di dunia ini semuanya berjiwa dan disebabkan oleh suatu kekuatan yang berada diatas manusia.
Tahap Teologis dibagi menjadi 3 sub-ordinat, yaitu:
o Fetishism/Animisme; gejala yang terjadi karena kekuatan gaib/supernatural. o Polytheisme; gejala yang terjadi karena adanya kekuatan para dewa. o Monotheism; gejala yang terjadi karena adanya satu Tuhan.
TAHAP METAFISIS
Pada tahap ini, manusia masih percaya bahwa gejal-gejala didunia ini disebabkan oleh kekuatan-kekuatan yang berada diatas manusia.
Manusia belum berusaha untuk mencari sebab-sebab dan akibat-akibat gejala-gejala tersebut.
TAHAP POSITIF
Tahap dimana manusia telah sanggup untuk berfikir secara ilmiah, dan pada tahap ini ilmu pengetahuan berkembang.
KELEBIHAN MANUSIA DARI PENGHUNI BUMI LAINNYA
Manusia sebagai HOMO SAPIENS :
Homo Sapiens adalah mahluk yang berpikir sehingga merupakan mahluk yang cerdas dan
bijaksana. Dengan daya pikirnya manusia dapat berpikir apakah yang sebaiknya dilakukan
pada masa sekarang atau masa yang akan datang berdasar kan pertimbangan masa lalu yang
merupakan pengalaman. Pemikiran yang sifatnya abstrak merupakan salah satu wujud
budaya manusia yang kemudian diikuti wujud budaya lain, berupa tindakan atau perilaku,
ataupun kemampuan mengerjakan suatu tindakan.
Manusia sebagai HOMO FABER:
Homo Faber : artinya manusia dapat membuat alat-alat dan mempergunakannya atau disebut
sebagai manusia kerja dengan salah satu tindakan atau wujud budayanya berupa barang
buatan manusia (artifact). Manusia menciptakan alat-alat karena menyadari kemampuan
inderanya terbatas, sehingga diupayakan membuat peralatan sebagai sarana pembantu untuk
mencapai tujuan. Misalnya, karena indera matanya tidak mampu melihat angkasa luar atau
mahluk kecil-kecil maka diciptakan teropong bintang dan mikroskop, karena terbatasnya
kekuatan fisik maka diciptakannya roda sebagai sarana utama keretauntuk mengangkut
barang-barang berat.
Manusia sebagai HOMO LONGUENS:
Homo Longuens: adalah manusia dapat berbicara sehingga apa yang menjadi pemikiran
dalam otaknya dapat disampaikan melalui bahasa kepada manusia lain. Bahasa sebagai
ekspresi dalam tingkat biasa adalah bahasa lisan. Antara suku bangsa dengan suku bangsa
lain terdapat perbedaan bahasa. Di tingkat bangsa, perbedaan bahasa tersebut akan semakin
jauh. Perbedaan lebih tinggi diwujudkan dalam tulisan sehingga sebuah pemikiran dapat
diterima oleh bangsa atau generasi bangsa lain (bila tahu mengartikannya).
Manusia sebagiai HOMO SOCIUS:
Manusia sebagai Homo Socius artinya manusia dapat hidup bermasyarakat, bukan
bergerombol seperti binatang yang hanya mengenal hukum rimba, yaitu yang kuat yang
berkuasa. Manusia bermasyarakat diatur dengan tata tertib demi kepentingan bersama. Dalam
masyarakat manusia terjadi tindakan tolong-menolong. Dengan tindakan itu, walaupun
fisiknya relatif lemah, tetapi dengan kemampuan nalar yang panjang tujuan-tujuan
bermasyarakat dapat dicapai.
Manusia sebahai HOMO AECCONOMICUS :
Artinya manusia dapat mangadakan usaha atas dasar perhitungan ekonomi (Homo
Aeconomicus). Salah satu prinsip dalam hukum ekonomi adalah, bahwa semua kegiatan
harus atas dasar untung-rugi, untung apabila input lebih besar daripada output, rugi
sebaliknya. Dalam tingkat sederhana manusia mencukupi kebutuhannya sendiri, kemudian
atas dasar jasa maka dikembangkan sistem pasar sehingga hasil produksinya dijual di
pasaran. Makin luas pemasaran barang makin banyak diperoleh keuntungan. Salah satu usaha
meningkatkan produktivitas kerja dapat dijalankan dengan mempergunakan teknologi
modern sehingga dapat ditingkatkan produktivitas kerja manusia.
Manusia sebagai HOMO RELIGIUS:
Artinya manusia menyadari adanya kekauatan ghaib yang memiliki kemampuan lebih hebat
daripada kemampuan manusia, sehingga menjadikan manusia berkepercayaan atau beragama.
Dalam tahap awal lahir animisme, dinamisme, dan totenisme yang sekarang dikategorikan
sebagai kepercayaan, kadang-kadang dikatakan sebagai agama alami. Kemusian lahirlah
kepercayaan yang disebut sebagai agama samawi yang percaya kepada Tuhan Yang Maha
Esa, percaya kepada nabiNya, dan kitab suciNya yang dipergunakan sebagai pedoman.
Manusia sebagai HOMO HUMANUS dan HOMO AESTETICUS:
Artinya manusia berbudaya, sedangkan homo aesteticus artinya manusia yang tahu akan
keindahan. Dari perbedaan-perbedaan yang sedemikian banyak makin nyata bahwa manusia
memang memilki sifat-sifat yang unik yang jauh berbeda dari pada hewan apalagi tumbuhan.
Sehingga manusia tidak dapat disamakan dengan binatang atau tumbuhan
Rasa ingin tahu manusia (curiosity) selalu berkembang karena pikiran manusia berkembang
dari waktu kewaktu, rasa ingin tahunya atau pengetahuannya selalu bertambah sehingga
terjadi timbunan pengetahuan . Jadi pengetahuannya tidak idle, sedemikian rupa terjadilah
perkembangan akal manusia sehingga justru daya pikirnya lebih berperan dari pada fisiknya.
Dengan akal tersebut manusia memenuhi tujuan hidupnya disamping untuk melestarikan
hidup untuk memenuhi kepuasan hidup serta juga untuk mencapai cita-cita.
Manusia selalu ingin tahu dalam hal apa sesungguhnya yang ada (know what), bagaimana
sesuatu terjadi (know how), dan mengapa demikian (know why) terhadap segala hal. Orang
tidak puas apabila yang ingin diketahui tidak terjawab. Keingintahuan manusia tidak terbatas
pada keadaan diri manusia sendiri atau keadaan sekelilingnya, tetapi terhadap semua hal yang
ada di alam fana ini bahkan terhadap hal-hal yang ghaib.
TINGKAT HUBUNGAN MANUSIA DENGAN ALAM:
Pertama adalah manusia yang masih sangat tergantung dengan alam, sehingga ada kesan
bahwa ia adalah bagian dari alam. Manusia dalam tingkat demikian disebut sebagai manusia
alam (natural man). Yang hidupnya bergantung pada pemberian alam (food gathering).
Segala keperluan hidupnya dipenuhi dengan jalan meramu untuk memenuhi kebutuhan
primernya, berupa sandang, papan, dan pangan. Manusia alam masih menganut apa yang
disebut sebagai agama alam animisme, dinamisme, aau totenisme.
Kedua, adalah manusia yang sudah menguasai alam, sehingga ada kesan manusia sebagai
raja dunia. Manusia pada tingkat demikian disebut sebagai manusia budaya (cultural man)
yang hidupnya dilakukan dengan cara menghasilkan apa yang dibutuhkan (food producing).
Pada awalnya food producing masih berkaitan dengan alam, seperti bercocok tanam,
memelihara ternak, yang merupakan tingkat primer. Kemudian diusahakan jasa sebagai
sumber kehidupan yang lebih banyak hasilnya dan merupakan tingkat sekunder dalam food
producing. Manusia juga dikenal sebagai pencipta kedua (second creator). Banyak hal yang
ada dalam alam berubah karena kemampuan manusia mencipta.
Rasa ingin tahu manusia berasal dari ingin mengenal dirinya sendiri, yang akhirnya disadari
bahwa dirinya terdiri atas dua unsur yaitu rohani dan jasmani. Roh diketahui ada dalam tubuh
manusia berdasarkan pengalaman dan pengertian tentang mimpi serta kenyataan bahwa orang
akan meninggal dan tubuh akan membusuk. Manusia percaya bahwa Roh akan abadi.
Perkembangan selanjutnya adalah keingintahuan manusia pada alam sekitarnya. Dengan
kemampuan bahasa manusia berkomunikasi dan bertukar pengalaman tentang segala hal yang
ada di alam serta kegunaannya bagi manusia. Meskipun demikian manusia masih mempunyai
keterbatasan misalnya keterbatasan manusia dalam melihat, mendengar, berpikir dan
merasakan. Untuk itulah manusia berusaha menciptakan alat yang dapat membantu
mengatasi keterbatasan tersebut. Dengan peralatan tersebut, memang dapat mengetahui apa
yang terkandung di dalam alam, tetapi sebagian besar masih merupakan teka-teki.
Mitos dan mitologi, mitos adalah cerita rakyat yang dibuat-buat atau dongeng yang ada
kaitanya dengan kejadian, gejala yang terdapat di alam, seperti tokoh, pelangi, petir, gempa
bumi, dan manusia perkasa. Cerita tersebut dimaksudkan untuk menjawab keterbatasan
pengetahuan manusia tentang alam. Mitologi berarti pengetahuan tentang mitos. Mitologi
merupakan kumpulan cerita-cerita mitos, banyak muncul pada zaman prasejarah, yang
disampaikan dari mulut kemulut atau secra lisan. Secara garis besar mitologi dapat dibedakan
menjadi tiga macam, mitos sebenarnya, cerita rakyat dan legenda.
Mitos sebenarnya adalah manusia dengan imajinasinya berusaha secara sungguh-sungguh
menrangkan gejala alam yang ada, namun usahanya belum dapat tepat karena kurang
memiliki pengetahuan sehingga untuk bagian tersebut orang mengaitkannya dengan seorang
tokoh, dewa, atau dewi.
Tujuan manusia menciptakan MITOS :
karena pada saat itu penduduk masih dalam tingkat mistis peradabannya. Mereka percaya
akan adanya kekuatan-kekuatan gaib yang melebihi kekuatan manusia biasa. Dalam zaman
demikianlah, mitos dipercayai kebenarannya karena beberapa faktor.
Pertama, karena keterbatsan pengetahuan manusia
Kedua, karena keterbatsan penalaran manusia
Ketiga, karena keingintahuan manusia untuk sementara telah terpenuhi. Telah dikemukakan
bahwa kebenaran memang harus dapat diterima oleh akal, tetapi sebagian lagi dapat diterima
secara intuisi, yaitu penerimaan atas dasar kata hati tentang sesuatu itu benar. Kata hati yang
irasional dalam kehidupan masyarakat awam sudah dapat diterima sebagai suatu kebenaran
(pseudo science), kebenaran dan hasaratnya ingin tahu sudah terpenuhi,paling tidak untuk
sementara waktu.
Manusia berpikir rasional:
Rasional adalah menerima sesuatu atas dasar kebenaran pikiran atau rasio. Pham tersebut
bersumber pada akal manusia yang diolah dalam otak. Dengan berpikir rasional, manusia
dapat meletakkan hubungan dari apa yang telah diketahui dan yang sedang dihadapi.
Kemampuan manusia mempergunakan daya akalnya disebut inteligensi, sehingga dapat
disebutkan adanya manusia yang mempunyai intelegensinya rendah,, normal dan tinggi.
Dalam perkembangan sejarah manusia, terdapat kesan bahwa pada mulanya perasaan
manusialah yang lebih berperan dalam kehidupannya, sehingga timbul kepercaayaan atau
agama dan rasa sosial. Dengan makin banyaknya persoalan yang harus dihadapi, manusia
makin banyak mempergunakan akalnya dan kurang mementingkan perasaan.
CARA MANUSIA MEMPEROLEH PENGETAHUAN PADA ZAMAN DULU
Yaitu dengan mengandalkan perasaan daripada kebenaran pikiran antara lain dengan
prasangka, intuisi, dan main coba-coba.
Memperoleh pengetahuan dengan prasangka
Memperoleh pengetahuan dengan prasangka berati sebelum menyangka, dengan belum
terjadinya sesuatu secara pasti orang dapat menyangka bahwa sesuatu hal ada kemungkinan
benar. Sangkaan masih banyak mempergunakan perasaan daripada pikiran dan belum ada
bukti-bukti kebenarannya. Sebagai contoh, dugaan orang Babilonia tenatang terjadinya hujan
yang menyangka bahwa hujan turun dari langit karena atap dunia (langit) yang bocor.
Memperoleh pengetahuan dengan intuisi,
Intuisi adalah pandangan bathiniah tanpa urutan pikiran, dengan serta merta pandangan
tersebut tembus mengenai suatu peristiwa atau kebenaran atau dapat disebut ilham. Intuisi
tanpa diiringi proses berpikir sebelumnya, sering dalam keadaan setengah sadar, samar-
samar, namun tiba-tiba dan pasti memunculkan suatu keyakinan yang tepat. Unsur kepastian
intuisi mirip insting dan pengertian terhadap kebenaran perlu prasangka sendiri. Biasanya
wanita mempunyai logika berpikir intuitif yang dadapt diterima oleh akal namun belum tentu
benar.
Memperoleh pengetahuan dengan trial dan error,
Trial dan error adalah cara memperoleh pengetahuan dengan coba-coba dan berharap-harap,
mudah-mudahan dapat memperoleh hasil yang mendatangkan keuntungan. Cara ini jauh
lebih maju dibandingkan kedua cara diatas walaupun sering salah, namun orang sudah
melakukan percobaan seperti dalam metode ilmiah. Hanya karena kurang penegertian dan
pengalaman, orang melaukan coba-coba, biasanya diawali dengan penemuan-penemuan yang
diperoleh secara kebetulan.
Memperoleh pengetahuan melalui wahyu
Pengetahuan yang diperoleh manusia melalui wahyu merupakan pengetahuan kebenaran
yang berasal dari Tuhan yang kebenarannya bersifat mutlak. Pengetahuan tersebut diberikan
Tuhan melalui para utusannya (Nabi, Rasul, Utusan Tuhan) dengan wahyu. Kebenaran
pengetahuan tersebut merupakan keyakinan (kepercayaan) yang harus ditaati dan
dilaksanakan sesuai dengan wahyu yang merupakan petunjuk bagi umat manusia.
Memperoleh pengetahuan dengan metode ilmiah/metode ilmiah dan
implementasinya
Suatu pengetahuan dapat dikatakan pengatahuan yang ilmiah apabila memenuhi syarat-
syarat antara lain: objektif, metodik, sistematik, dan berlaku umum. Salah satu syarat ilmu
pengetahuan tersebut harus diperoleh melalui metode ilmiah. Kriteria metode ilmiah yang
digunakan dalam penelitian antara lain: harus berdasarkan fakta, bebas prasangka,
menggunakan prinsip-prinsip analisis, hipotesis, berukuran objektif, serta menggunakan
teknik kuantitatif dan kualitatif. Metode ilmiah mempunyai keterbatasan maupun
keunggulan. Keterbatasan metode ilmiah adalah ketidaksanggupannya menjangkau untuk
menguji adanya Tuhan. Sedangkan keunggulannya antara lain:
1. Mencintai kebenaran yang objektif dan bersikap adil
2. Kebenaran ilmu tidak absolut sehingga dapat dicari terus-menerus
3. Mengurangi kepercayaan pada tahayul, astrologi, peruntungan dan lain-lain.
Untuk mendapatkan pengetahuan yang kebenarannya dapat diandalkan harus melalui
cara-cara yang langkah-langkahnya teratur, terkontrol dan teruji. Langkah tersebut harus
didasarkan pada sikap dan metode ilmiah. Metode ilmiah merupakan ciri khas dari ilmu
pengetahuan alam, yaitu dalam memperoleh suatu kebenaran ilmiah yang dimulai dari
merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, menguji hipotesis dan menarik kesimpulan.
SIFAT KEINGINTAHUAN MANUSIA
Logika dan Pengetahuan
Logika dalah pengetahuan dan kecakapan untuk berpikir dengan lurus, tepat dan
sehat. Dalam mempergunakan logika manusia mengenal logika kodratih dan logka ilmiah.
Logika kodratiah merupakan cara berpikir secara spontan dalam menanggapi atau
memecahkan suatu persoalan. Logika ilmiah dapat memperhalus dan mempertajam pikiran
dan akal budi, sehingga hasil pemikirannya dapat benar-benar lurus, tepat, dan sehat sehingga
terhindar dari kesesatan.
Alam, Logika, dan Manusia
Cara yang umum dipergunakan dalam logika adalah silogisme. Silogisme adalah
pengambilan keputusan atau kebenaran yang disimpulkan dari dua premis. Dikenal dua
premis, yaitu mayor dan minor. Berdasarkan premis mayor orang memperoleh kebenaran
yang sifatnya umum, sedangkan dari premis minor seseorang memperoleh kebenaran yang
sifatnya khusus. Kedua kebenaran tersebut dapat ditarik sebuah kesimpulan kebenaran.
Contohnya :
Pemis mayor : Semua orang pasti akan mati;
Premis minor: Ahmad adalah orang;
Kesimpulan : Ahmad pasti akan mati.
PANDANGAN MANUSIA TERHADAP ALAM
Pandangan Antroposentris;
Antroposentris (antropo= manusia, sentris = pusat) adalah anggapan bahwa manusia menjadi
pusat segala-galanya.
Pandangan Geosentris;
Geosentris (geos=bumi) adalah pandangan bahwa bumi menjadi pusat alam semesta dan
semua benda langit mengelilingi bumi, dikemukakan oleh Ptolomues (abad 6 SM), yang
didukung oleh Thales (624-548 SM)’ dia yang mengemukakan pedoman pelayaran bagi
pelaut Yunani dengan menentukan bintang kutub. Menemukan ada 4 musin dalam 1 tahun.
Ilmuwan yang mendukung:
Anaximander (610-546 SM), mengemukakan bahwa langit berputar dengan poros bintang
kutub. Ilmuwan yang mendukung:
Phythagoras (580-500 SM), terkenal dengan dalilnya segitiga siku-siku (Dalil Phytagoras, a2
= b2 + c2 ) dan jumlah sudut segitiga adalah 180 derajat.
Erasthothenes (276-195 SM), orang pertama yang menghitung ukuran bumi adalah bulat,
dengan mengukur peredaran matahari dari Seyne (Mesir) ke Iskandariah, dan ditekukan
bahawa ukuran keliling bumi adalah 36.000 km, sedikit meleset karena ukuran bumi
sebenarnya adalah 40.000 km.
Pandangan Heliosentris:Helios=matahari, jadi pandangan heliosentris adalah anggapan bahwa alam semesta berpusat pada matahari. Pendapat ini merupakan perubahan drastis dari pendapat geosentris sepeti
yang dikemukakan Ptolomeus. Sampai sekarang paham ini masih bertahan sebagai salah satu kebenaran. Ilmuwan yang mendukung:Nicholaus Copernicus (1473-1543), mengemukakan bahwa revolusi peredaran benda-benda
langit, diletakkan atas dasar pengertian Heliosentris.
SEJARAH PENGETAHUAN YANG DIPEROLEH MANUSIA
a. Zaman Purba
Pada zaman ini manusia masih menggunakan alat-alat yang terbuat dari batu dan tulang.
Manusia mengetahui cara bercocok tanam dan beternak meskipun masih secara nomaden
(berpindah-pindah)
b. Zaman Kuno
Pengetahuan yang dikumpulkan pada zaman kuno berasal dari kemampuan mengamati dan
membeda-bedakan, serta dari hasil percobaan yang sifatnya spekulatif atau trial and error.
Semua pengetahuan yang diperoleh diterima sebagaimana adanya, belum ada usaha untuk
mencari asal-usul dan sebab akibat dari segala sesuatu.
Pada saat manusia mulai memiliki kemampuan menulis membaca dan berhitung maka
pengetahuan yang terkumpul dicatat secara tertib dan berlangsung terus menerus. Misalnya
dari pengamatan dan pencatatan peredaran matahari, ahli astronomi Babilonia menetapkan
pembagian waktu, tahun dibagi dalam 12 bulan, minggu dibagi dalam 7 hari dan hari dalam
24 jam. Selanjutnya jam dibagi dalam 60 menit dan menit dalam 60 detik. Kemudian satuan
enam puluh ini juga digunakan untuk
pengukuran sudut, 60 detik sama dengan 1 menit, 60 menit sama dengan 1 derajad dan satu
lingkaran penuh sama dengan 360o.
Demikian pula ahli Babilonia dapat meramalkan terjadinya gerhana matahari, tiap 18
tahun tambah 10 atau 11 hari. Ini terjadi kira-kira 3000 SM.
Pada tahun 2980-2950 SM telah dapat dibangun piramid di Mesir untuk menghormati
dewa agar tidak terjadi bahaya banjir di sungai Nil. Pembangunan piramid itu menunjukkan
bahwa pengetahuan teknik bangunan dan matematika khususnya geometri dan aritmatika
telah maju. Kurang lebih tahun 1.600 SM orang mesir telah menghitung keliling lingkaran
sama dengan tiga kali garis tengahnya sedang luas lingkaran sama dengan seperdua belas
kuadrat kelilingnya.
b. Zaman Yunani Kuno
Perkembangan ilmu pengetahuan berkembang pesat sekali pada zaman Yunani,
disebabkan oleh kemampuan berpikir rasional dari bangsa Yunani. Pada tahap ini manusia
tidak hanya menerima pengetahuan sebagaimana adanya tetapi secara spekulatif mencoba
mencari jawab tentang asal-usul dan sebab-akibat dari segala sesuatu.
1. Thales (624-548 SM)
Ahli filsafat dan matematika, pelopor dari segala cabang ilmu. Ia dianggap orang
pertama yang mempertanyakan dasar dari alam dan segala isinya. Thales berpendapat bahwa
pangkal segala sesuatu adalah air: dari air asal segala sesuatu, kepada air pula ia akan
kembali. Disamping itu dia juga menyatakan bahwa bintang mengeluarkan cahaya sendiri,
sedangkan bulan menerima cahaya dari matahari.
2. Anaximenes (588-526 SM)
Berpendapat bahwa zat dasar adalah udara. Segala zat terjadi dari udara yang merapat
dan merenggang. Pendapat ini mungkin dihubungkan dengan kenyataan bahwa manusia itu
tergantung kepada pernafasan.
3. Anaximander (610-546 SM)
Berpendapat langit dengan segala isinya itu mengelilingi bumi dan sebenarnya langit
yang nampak itu hanya separohnya
4. ]Heraklitos (535-475 SM)
Menyatakan bahwa api adalah asal segala sesuatu, sebab api ini yang menggerakkan
sesuatu, menghidupkan alam semesta, yang berubah-ubah sifatnya didalam proses yang
kekal. Yang kekal hanyalah perubahan, segala sesuatu adalah mengalir.
5. Pythagoras (580-499 SM)
Mengemukakan 4 unsur dasar yaitu bumi, air, udara, dan api. Dalam bidang
matematika menemukan dalil yang terkenal yaitu bahwa kuadrat panjang sisi miring sebuah
segi tiga siku-siku sama dengan jumlah kuadrat panjang kedua sisi sikusikunya.
6. Empedokles (495-435 SM)
Menerima 4 unsur dasar menurut Pythagoras dan menyatakan bahwa sifat segala
benda terjadi dari pencampuran keempat unsur itu dalam perbandingan yang berbeda.
Keempat unsur itu adalah sifat panas, dingin, basah dan kering. Kering dan dingin
membentuk bumi, panas dan kering unsur pembentuk api. Air dari basah dan dingin, udara
dari basah dan panas. Selain itu juga dinyatakan bahwa segala benda yang sejenis akan tarik
menarik, sedang yang berlawanan akan tolak menolak.
7. Leukippos dan Demokritos (460-370 SM)
Dalam mencari unsur dasar dari segala sesuatu Leukippos & Demokritos
mengemukakan teori atom sebagai berikut : Zat memiliki bangun butir. Segala zat terdiri atas
atom, yang tidak dapat dibagi, tak dapat dimusnahkan tak dapat diubah. Atom-atom dapat
berbeda dalam jumlah dan susunan atom. Semua perubahan akibat dari penggabungan dan
penguraian atom menurut hukum sebab akibat. Tidak ada masalah kebetulan dan ciptaan.
Yang ada hanyalah atom dan kehampaan
8. Plato (427-345 SM)
Menyangkal teori atom, yang menganggap bahwa kebaikan dan keindahan itu timbul
dari sebab-akibat mekanik. Plato menyatakan bahwa pengetahuan yang benar adalah yang
sejak semula telah ada dalam alam pikiran atau alam ide. Apa yang nampak oleh pancaindera
hanyalah bayangan belaka. Pengalaman yang kekal dan benar adalah yang telah dibawa oleh
roh dari alam yang gaib.
9. Aristoteles (384-322 SM)
Menerima 4 unsur dasar: tanah, udara, air dan api dan menambahkan unsur yang
kelima yaitu eter atau "quint essentia". Ia menganggap unsur yang satu dapat berubah
menjadi unsure yang lain, kecuali eter yang tak dapat berubah. Dari air dan tanah yang
menjadi masak terjadi garam, biji dan logam. Emas adalah logam yang tidak mengandung
tanah. Logam perak, tembaga, timah putih dan besi, pada dasarnya banyak mengandung
tanah. Semua logam akan mengalami proses memasak menjadi logam mulia, yaitu emas.
Pendapat bahwa unsur berubah menjadi unsur lain inilah yang menjadi dasar dari alkimia
untuk mengubah logam biasa menjadi emas. Pendapat Aristoteles yang lain adalah bahwa
untuk mencari pengetahuan yang benar adalah dengan jalan pikiran secara deduktif. Berbeda
dengan Plato, Aristoteles menyangkal bahwa pengetahuan yang benar itu berasal dari dunia
yang gaib. Melainkan menghargai pengetahuan yang diperoleh dan dibuktikan dengan
pancaindera.
10. Ptolomeus (127-151)
Berpendapat bahwa bumi sebagai pusat jagat raya, bintang dan matahari mengelilingi
bumi (geosentrisme). Planet beredar melalui orbitnya sendiri dan terletak antara bumi dan
bintang. Karya Ptolomeus ditulis sekitar tahun 150 dan diberi nama Syntaxis, yang kemudian
oleh bangsa Arab dinamakan Almagest yang menjadi ensiklopedia dalam ilmu perbintangan.
Pendapat dan pandangan dari Aristoteles serta Ptolomeus berpengaruh sangat lama sampai
dengan menjelang zaman modern, yaitu sampai zaman Galileo, Geosentrisme diganti dengan
heliosentris (matahari sebagai pusat jagat raya).
c. Zaman Pertengahan
Zaman Alkimia (abad 1-2)
Ahli alkimia menerima pendapat empat buah unsur dan bahkan menambahkan tiga
lagi, yaitu: air raksa, belerang dan garam. Disini pengertian usur lebih dimaksudkan sebagai
sifatnya daripada unsur itu
sendiri.
Air raksa = logam yang mudah menjadi uap.
Belerang = mudah terbakar dan memberi warna.
Garam = tak dapat terbakar dan bersifat tanah.
Zaman Latrokimia (latros = Tabib)
Beberapa cendekiawan Islam diantaranya :
1. Al Khowarisni (825)
Menyusun buku Aljabar dan Artimatika yang kemudian mendorong penggunaan sistim
desimal. Menurut catatan sejarah karya Al Khowarisni merupakan pengembangan dari karya
bangsa Hindu yang bernama Aryabhata (476) dan Brahmagupta (628). Kemudian Omar
Khayam (1043-1132) ahli matematika dan astronomi; Abu Ibnusina (atau Avicenna, 980-
1137) menulis buku tentang kedokteran.
Secara garis besar sumbangan bangsa Arab dalam pengembangan pengetahuan alam adalah:
1. Menerjemahkan peninggalan bangsa Yunani, mengembangkannya dan kemudian
menyebarkan ke Eropa dan selanjutnya dikembangkan di Eropa.
2. Mengembangkan metode eksperimen sehingga memperluas pengamatan dalam lapangan
kedokteran, obat-obatan, astronomi, kimia dan biologi.
3. Memantapkan penggunaan sistim penulisan bilangan dengan dasar sepuluh dan ditulis
dengan posisi letak, artinya nilai suatu angka terletak pada letaknya.
Contoh :
Bilangan 2132 = paling depan berarti dua ribuan, berturut-turut kebelakang, satu ratusan, tiga
puluhan dan dua satuan. Cabang matematika elementer yaitu aljabar diawali dan
dikembangkan bangsa Arab.
d. Zaman Modern, Timbulnya Ilmu Pengetahuan Alam (abad 15-sekarang)
Pengetahuan yang terkumpul sejak zaman Yunani sampai abad pertengahan sudah
banyak tetapi belum sistimatis dan belum dianalisis menurut jalan pikiran tertentu. Biasanya
pemikiran diwarnai cara berpikir filsafat, agama atau bahkan mistik. Setelah alat sempurna
dikembangkan metode eksperimen.
1. Roger Bacon (1214-1294)
Menyatakan bahwa pada hakekatnya ilmu pengetahuan alam adalah ilmu yang
berdasarkan kepada kenyataan yang disusun dan dibentuk dari pengalamnan, penyelidikan
dan percobaan. Matematika merupakan dasar untuk berpikir dan merupakan kunci untuk
mencari kebenaran dalam ilmu pengetahuan.
2. Leonardo da Vinci (1452-1519)
Pernah menyatakan bahwa: Percobaan tidak mungkin sesat, yang tersesat adalah
pandangan dan pertimbangan kita.
3. Francis Bacon (1561-1626)
Berpendapat bahwa cara berfikir induktif merupakan satu-satunya jalan untuk
mencapai kebenaran. Hanya percobaan dan penyelidikan yang menumbuhkan pengertian
terhadap keadaan alam. Mulai saat itu kegiatan eksperimen ditingkatkansehingga cara
memperoleh pengetahuan dilakukan dengan langkahlangkah:
1). Observasi dan pengumpulan data
2). Menyusun model atau ramalan generalisasi
3). Melakukan eksperimen untuk menguji ramalan atau generalisasi
sehingga diperoleh kesimpulan atau hukum yang lebih mantap.
4. Nicolas Copernicus (1473-1543)
Ahli astronomi, matematika dan pengobatan.
Karyanya adalah:
1). Matahari adalah pusat dari sitim tatasurya (heliosentrisme)
2). Bumi mengelilingi matahari sedangkan bulan mengelilingi bumi.
5. Johannes Keppler (1571-1630)
1. Orbit dari semua planet berbentuk elips.
2. Dalam waktu yang sama, maka garis penghubung antara planet dan matahari selalu melintas
bidang yang luasnya sama
3. Pangkat dua dari waktu yang dibutuhkan sebuah planet untuk mengelilingi matahari adalah
sebanding dengan pangkat tiga dari jarak rata-rata planet itu dengan matahari.
6. Galileo Galilei (1546-1642)
Antara lain menemukan 4 hukum gerak, penemuan tata bulan planet Jupiter,
mendukung heliosentrisme dari Copernicus dan hukum Keppler. Ia juga menyatakan bahwa
bulan tidak datar, penuh dengan gunung, planet Mercurius dan Venus tidak memancarkan
cahaya sendiri dan juga menemukan 4 buah bulan pada planet Jupiter. Penemuannya ini
didasarkan atas pengamatan dengan alat teropong bintangnya.
Perkembangan IPA sangat pesat setelah dikenalkannya konsep fisika kuantum dan
relativitas pada abad 20. Konsep yang modern ini mempengaruhi konsep IPA secara
keseluruhan dan menyebabkan adanya revisi serta penyesuaian-penyesuaian konsep ke arah
yang modern. Dengan demikian, terdapat dua konsep IPA yang berkembang, yakni IPA
Klasik dan IPA Modern.