ilmu fiqih
DESCRIPTION
MATA KULIAH FIQIHTRANSCRIPT
A. RAHN
1. Pengertian RahnSecara etimologi, gadai (al-rahn) berarti al-tsubut dan al-habs yaitu penetapan dan penahanan. Sedangkan secara terminologi, al-rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis. Dengan demikian, pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa rahn adalah semacam jaminan utang atau gadai.
2. Dasar Hukum Rahna. Al-Qur’an
... ه� ت� ت� ت�ا ت� ت م� ه ؤ� � م�ى �� ت � د� ت� ه� ؤ� ت� ض�ا �ؤ �ت �ؤ ه� ه� �ؤ �ت ت م� ت� ؤ م!ا ت� " ة$ ت& ؤ' ه) ؤ( �� ت ة ه* م, ت� ض)ا م ت-ا ؤ.� ه/ م0 ت �ؤ ت� ت. ر, ت2 ت3 ه�ى ت5 �ؤ ه� ؤ6 ه- ؤ م!� ت. “Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai) sedang kamu
tidak memperoleh seorang penulis, Maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang)....”(QS. al-Baqarah: 283)
Ayat tersebut secara eksplisit menyebutkan “barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang)”. Dalam dunia finansial, barang tanggungan bisa dikenal sebgai jaminan (collateral) atau objek pegadaian.[30]
b. Al-Haditsر/ م/ي ت8 ؤ م� ض5ا ؤ9 م� ه� ت6 ت* ت9 ت. ر: ت; ت� ت�ى م!� د> م� ه=' تي ؤ م� ت�ا ت�ا ت< ت,ى ت� ؤ? � �ت �� ت ت3 ت. م� ؤ� ت� ت5 ���� ت��ى ت@ Aت� م) 6� ت �� ت� ت� ت=ا ؤ6 ت5 ���� A&م ت9 ت$ Bت Cم ت5ا ؤ ت5
“Aisyah ra. berkata bahwa Rasulullah membeli makanan dari seorang Yahudi dan menjaminkan kepadanya baju besi.” (HR. Bukhari no. 1926, kitab al-Bayu, dan Muslim)
�Dت م!� م� م� ت( ت2 ت6 �م Eه ت, Bؤ هي د9 ت�/ �� ه ت) ت� ت. ض�ا ه*' ؤ, ت� ت ت-ا �Dت م!� م� م� ت( ت2 ت6 �م Fه ت- ؤ, هي ه ؤ* ,� ت �� �ت �� ت ت3 ت. م� ؤ� ت� ت5 ه� ��� ت��ى ت@ م� ��� Gه ه3' ت9 Gت تHا Gت تHا ؤ�6 ت5 ���� A&م ت9 Iت ت, ؤي ه*, A�م ت� ؤ ت5 ه$ ت( ت2 6� ت �� Eه ت, Bؤ تي ت. Fه ت- ؤ, تي م�> �� ت � ت�ى ت5 ت. ض�ا ه*' ؤ, ت� ت ت-اAbu Hurairah ra. berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Apabila ada ternak
digadaikan, punggungnya boleh dinaiki (oleh orang yang menerima gadai) karena ia telah mengeluarkan biaya (menjaga)nya. Apabila ternak itu digadaikan, air susunya yang deras boleh diminum (oleh orang yang menerima gadai) karena ia telah mengeluarka biaya (menjaga)nya. Kepada orang yang naik dan minum, ia harus mengeluarkan biaya perawatannya.” (HR. Jamaah kecuali Muslim dan Nasa’i, Bukhari no. 2329, kitab ar-Rahn)[31]
4. Rukun dan Syarat Rahna. Rukun Rahn1) Pelaku akad, yaitu rahin (yang menyerahkan barang), dan murtahin (penerima barang);2) Objek akad, yaitu marhun (barang jaminan) danmarhun bih (pembiayaan); dan
3) Shighat, yaitu ijab dan qabul.[32]b. Syarat Rahn1) Kedua belah pihak adalah orang yang sah melakukan tindakan hukum seperti dalam jual beli. Dengan demikian, tidak sah orang gila atau anak kecil melakukan peggadaian.2) Barang yang digadaikan adalah sesuatu yang segera dapat diterima/dikuasai oleh yang menerima gadai, bukan barang yang masih dalam penguasaan orang lain.3) Memenuhi ketentuan administrasi apabila aqad dilakukan dengan pegadaian yang dikelola oleh pemerintah.[33]
5. Pengambilan Manfaat Barang GadaiDalam pengambilan manfaat barang-barang yang digadaikan, para ulama berbeda
pendapat, di antaranya jumhur fuqaha dan Ahmad.Jumhur Fuqaha berpendapat bahwa murtahin tidak boleh mengambil manfaat barang
gadaian tersebut, sekalipun rahin mengizinkannya, karena hal ini termasuk kepada utang yang dapat menarik manfaat, sehingga bila dimanfaatkan termasuk riba.
Rasul bersabda:ض�ا م9 ت' ه= ت� ض$ �ت ت2 ؤ6 ت� ,� ت ت; Jر ؤ, Hت ه�: ه-
“Setiap utang yang menarik manfaat adalah termasuk riba.”(Riwayat Harits bin Abi Usamah)
Menurut Imam Ahmad, Ishak, al-Laits, dan al-Hasan, jika barang gadaian berupa kendaraan yang dapat dipergunakan atau binatang ternak yang dapat diambil susunya, maka penerima gadai dapat mengambil manfaat dari kedua benda gadai tersebut disesuaikan dengan biaya pemeliharaan yang dikeluarkannya selama kendaraan atau binatang ternak itu ada padanya. Rasul bersabda:
ت$ ت( ت2 6� ت �� Eه ت, Bؤ تي ت. Fه ت- ؤ, تي م�ى �� ت � ت�ى ت5 ت. ض�ا ؤ' ه* ؤ, ت� ت ت-ا �Dت م� م� م� ت( ت2 ت6 �م Eه ت, Bؤ هي د9 ت�/ �� ه ؤ) ت� ت. ض�ا ؤ' ه* ؤ, ت� ت ت-ا �Dت م� ت(ت ت2 ت6 �م Fه ت- ؤ, تي ه, ؤ= Lت� ت��“Binatang tunggangan yang tergadai boleh ditunggangi karena pembiayaannya, dan
suatu binatang yang tergadai boleh diambil susunya untuk diminum karena pembiayaannya, bagi orang yang menunggang dan meminum susunya wajib memberikan biaya.” (HR. Bukhori, Abu Daud)
Dari dua pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pemegang barang gadai berkewajiban memberikan makanan bila barang gadaian itu adalah hewan. Harus memberikan bensin bila pemegang gadai memegang barang gadaian berupa kendaraan. Jadi, yang dibolehkan di sini adalah adanya upaya pemeliharaan terhadap barang gadaian yang ada pada dirinya.[34]
6. Resiko Kerusakan Marhun (Barang Jaminan)Bila marhun hilang di bawah penguasaan murtahin, maka murtahin tidak wajib
menggantinya, kecuali bila rusak atau hilangnya itu karena kelalaian murtahin atau karena disia-siakan, umpamanya murtahinbermain-main dengan api, lalu terbakar barang gadaian itu, atau gudang tak dikunci, lalu barang-barang itu hilang dicuri orang.
Pokoknya murtahin diwajibkan memelihara sebagaimana layaknya, bila tidak demikian, ketika ada cacat atau kerusakan apalagi hilang, menjadi tanggung jawab murtahin.[35]
7. Penyelesaian GadaiApabila pada waktu pembayaran yang telah ditentukan rahin belum membayar
utangnya, hak murtahin adalah menjual marhun, pembelinya boleh murtahin sendiri atau yang lain, tetapi dengan harga yang umum berlaku pada waktu itu dari penjualan marhun tersebut.
Hak murtahin hanyalah sebesar piutangnya, dengan akibat apabila harga penjualan marhun lebih besar dari jumlah utang, sisanya dikembalikan kepada rahin. Apabila sebaliknya, harga penjualan marhunkurang dari jumlah utang, rahin masih menanggung pembayaran kekurangannya.[36]
8. Riba dan GadaiPerjanjian gadai pada dasarnya adalah perjanjian utang-piutang, hanya saja dalam
gadai ada jaminannya, riba akan terjadi dalam gadai apabila dalam akad gadai ditentukan bahwa rahin harus memberikan tambahan kepada murtahin ketika membayar utangnya atau ketika akad gadai ditentukan syarat-syarat, kemudian syarat tersebut dilaksanakan.
Bila rahin tidak mampu membayar utangnya hingga pada waktu yang telah ditentukan, kemudian murtahin menjual marhun dengan tidak memberikan kelebihan harga marhun kepada rahin, maka di sini juga telah berlaku riba.[37]
9. Manfaat RahnManfaat yang dapat diambil oleh bank dari prinsip rahn adalah sebagai berikut:a. Menjaga kemungkinan nasabah untuk lalai atau bermain-main dengan fasilitas pembiayaan yang diberikan bank.b. Memberikan keamanan bagi semua penabung dan pemegang deposito bahwa dananya tidak akan hilang begitu saja jika nasabah peminjam ingkar janji karena ada suatu aset atau barang (marhun) yang dipegang oleh bank.c. Jika rahn diterapkan dalam mekanisme pegadaian, sudah barang tentu akan sangat membantu saudara kita yang kesulitan dana, terutama di daerah-daerah.
B. AL WADI’AH
Kata wadi’ah berasal dari wada’asy syai-a, yaitu meninggalkan sesuatu. Sesuatu yang
seseorang tinggalkan pada orang lain agar dijaga disebut wadi’ah, karena dia
meninggalkannya pada orang yang sanggup menjaga. Secara harfiah, Al-wadi’ah dapat
diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak yang lain, baik individu maupun
badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip
menghendakinya.
Menurut bahasa wadiah artinya yaitu meninggalkan atau meletakkan. Yaitu meletakan
sesuatu pada orang lain untuk dipelihara atau dijaga. Sedangkan menurut istilah wadiah
artinya yaitu memberikan kekuasaan kepada orang lain untuk menjaga hartanya atau
barangnya dengan secara terang-terangan atau dengan isyarat yang semakna dengan itu.
Ada dua definisi yang dikemukakan oleh ulama fiqh, yaitu :
1.Ulama madzhab Hanafi mendefinisikan :
“ mengikut sertakan orang lain dalam memelihara harta baik dengan ungkapan yang
jelas maupun isyarat”
Umpamanya ada seseorang menitipkan sesuatu pada seseorang dan si penerima titipan
menjawab ia atau mengangguk atau dengan diam yang berarti setuju, maka akad tersebut
sah hukumnya.
2.Madzhab Hambali, Syafi’I dan Maliki ( jumhur ulama ) mendefinisikan wadi’ah
sebagai berikut :
“ mewakilkan orang lain untuk memelihara harta tertentu dengan cara tertentu “
B. DASAR HUKUM WADI’AH
– Q.S. An Nisaa’(4) ayat 58:
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia
supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang
sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha
Melihat.”
– Q.S. Al Baqarah (2) ayat 283:
“…Jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang
dipercayai itu menunaikan amanahnya (titipannya) dan hendaklah ia bertakwa kepada
Tuhannya…”
– Hadist Riwayat Abu Daud dan Tirmidzi
Rasulullah Saw bersabda, “Tunaikanlah amanah (titipan) kepada yang berhak
menerimanya dan jangan membalas khianat kepada orang yang telah mengkhianatimu”
C. RUKUN DAN SYARAT WADI’AH
1. Orang yang berakad
Orang yang berakad adalah muwaddi sebagai orang yang menitipkan barangnya (penitip)
dan mustaudasebagai orang yang dititipi barang (penerima titipan).
Orang yang berakad hendaklah orang yang sehat (tidak gila) diantaranya yaitu:
1. Baligh
2. Berakal
3. Kemauan sendiri, tidak dipaksa
Dalam mazhab Hanafi baliqh dan berakal tidak dijadikan syarat dari orang yang sedang
berakad, jadi anak kecil yang dizinkan oleh walinya boleh untuk melakukan akad
wadi’ah ini.
2. Barang titipan
Barang yang dititipkan harus jelas dan dapat dipegang atau dikuasai, maksudnya ialah
barang itu haruslah jelas identitasnya dan dapat dikuasai untuk dipelihara.
3. Sighah (akad)
Syarat sighah yaitu kedua belah pihak melafazkan akad yaitu orang yang menitipkan
(muwaddi) dan orang yang diberi titipan (mustauda).
D. PEMBAGIAN DAN PENERAPAN WADI’AH
1. Wadi’ah Yad Amanah
Adalah akad penitipan barang/uang dimana pihak penerima (Mustauda) tidak
diperkenankan penggunaan barang/uang dari si penitip (Muwaddi) tersebut dan tidak
bertanggung jawab atas kerusakan atau kelalaian yang bukan disebabkan oleh kelalaian si
penerima titipan (Mustauda). Dan sebagai gantinya si penitip (Muwaddi) wajib untuk
membayar kepada orang yang dititipi (Mustauda), namun boleh juga untuk tidak
membayar asalkan orang yang dititipi tidak merasa keberatan dan menganggapnya
sedekah.
Contoh penerapannya dalam perbankan syariah adalah safe deposit box. Layanan Safe
Deposit Box (SDB) adalah jasa penyewaan kotak penyimpanan harta atau surat-surat
berharga yang dirancang secara khusus dari bahan baja dan ditempatkan dalam ruang
khasanah yang kokoh dan tahan api untuk menjaga keamanan barang yang disimpan dan
memberikan rasa aman bagi penggunanya.
2. Wadi’ah Yad adh Dhamanah.
Wadi’ah Yad Dhamanah adalah akad penitipan barang atau uang dimana pihak penerima
titipan dengan atau tanpa izin pemilik barang dapat memanfaatkan barang atau uang yang
dititipkan dan harus bertanggungjawab terhadap kehilangan atau kerusakan barang
tersebut.
Contoh penerapannya dalam perbankan syariah adalah giro dan tabungan wadi’ah. Giro
Wadi’ah adalah giro yang dijalankan berdasarkan akad wadi’ah, yakni titipan murni yang
setiap saat dapat diambil jika pemiliknya menghendaki. Sarana penyimpanan dana
dengan pengelolaan berdasarkan prinsip al-Wadi’ah Yad Dhomanah yang penarikannya
dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan media cek atau bilyet giro. Dengan
prinsip tersebut titipan akan dimanfaatkan dan diinvestasikan Bank secara produktif
dalam bentuk pembiayaan kepada berbagai jenis usaha dari usaha kecil dan menengah
sampai pada tingkat korporat secara profesional tanpa melupakan prinsip syariah. Bank
menjamin keamanan dana secara utuh dan ketersediaan dana setiap saat guna membantu
kelancaran transaksi.
Tabungan wadiah merupakan tabungan yang dijalankan berdasarkan akad wadiah, yakni
titipan murni yang harus dijaga dan dikembalikan setiap saat sesuai dengan kehendak
pemiliknya. Nasabah jika hendak mengambil simpanannya dapat datang langsung ke
bank dengan membawa buku tabungan, slip penarikan, atau melalui fasilitas ATM.
C. QARDH
1. Pengertian QardhQardh secara etimologi adalah pinjaman. Secara terminologi muamalah adalah memiliki sesuatu (hasil pinjaman) yang dikembalikan (pinjaman tersebut) sebagai penggantinya dengan nilai yang sama. Secara teknis qardh adalah akad pemberian pinjaman dari seseorang/lembaga keuangan syariah kepada orang lain/nasabah yang dipergunakan untuk keperluan mendesak. Pengembalian pinjaman ditentukan dalam jumlah yang sama dan dalam jangka waktu tertentu (sesuai kesepakatanbesama) dan pembayarannya bisa dilakukan secara angsuran atau sekaligus.
2. Dasar Hukum Qardha. Al-Qur’an
�ة ؤي م, ت- ة, ؤ; ت� ه� ت� ت. ه� ت� ه� ت2 �م ه� ه� ت� ض6ا Mت ت8 ض&ا ؤ, Hت ت� ��� Jه م, ؤ( هي ؤ> ت��� � �Dت ؤ ت�“Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik. Maka Allah
akan melipat-gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan dia akan memperoleh pahala yang banyak.” (QS. Al-Hadiid: 11)
Yang menjadi landasan dalil dalam ayat ini adalah kita diseru untuk “meminjamkan kepada Allah”, artinya untuk membelanjakan harta di jalan Allah.
Selaras dengan meminjamkan kepada Allah, kita juga diseru untuk “meminjamkan kepada sesama manusia”, sebagai bagian dari kehidupan bermasyarakat (civil society).[41]
b. Al-Hadits Iض ,� ت ت� ت=ا م� Hت ت/ Nت ت- ت ت-ا Oت� م!�ل م ؤ� ت ,� ت ت� ض&ا ؤ, Hت ض�ا م� Mؤ ه� Jه م, ؤ( هي �ر م� Mؤ ه� ؤ م� ت�ا Gت تHا �ت �� ت ت3 ت. م� ؤ� ت� ت5 ه� ��� ت��ى ت@ Aت� م) 6� ت �� ت� ت� ر� '�ه Mؤ ت� م �ؤ � م ت5
Ibnu Mas’ud meriwayatkan bahwa Nabi saw. berkata, “Bukan seorang muslim (mereka) yang meminjamkan muslim (lainnya) dua kali kecuali yang satunya adalah
(senilai) sedekah.” (HR Ibnu Majah no. 2421, kitab al-Ahkam; Ibnu Hibban dan Baihaqi)
Jه ؤ, ت( ؤ� ت.� ت=ا م� تQا ت�� م, Bؤ �ت �م ه$ Hت ت/ Nت� �� ض�ا ه�' ؤ� ت� م$ 6� ت Rت ؤ� � Eم ت�ا ت�ى ت5 A�م ت> م, ؤ3 ه� ت$ ت� ؤ� ت� هت ؤي ت� ت9 �ت �� ت ت3 ت. م� ؤ� ت� ت5 ه� ��� ت��ى ت@ م� ��� Gه ه3' ت9 Gت تHا Gت تا H Sم م� تا � م �ؤ Tم ت� ت� ؤ ت5 ر$ ت; ت8ا ؤؤ م� Oت� م!�ل Jه م, ؤ( ت� Mؤ تي Oت ل Jه م, ؤ( ت� Mؤ ه� �� ت. Uه ت/ ؤ6 م5 ت. Gه تا Mؤ تي ت: Cم ت�Mا �� ت� Oت ل Gت تHا م$ Hت ت/ Nت� �� ت م� ه: ت� ؤ� ت� Jم ؤ, ت( �� Gه ت�ا ت�ا ت: ؤي م, ؤ) مم; تيا هت ؤ� ه( ت� ت, Bت ت5 ت$ ت� م� ت�ا Qت �مAnas bin Malik berkata bahwa Rasulullah berkata, “Aku melihat pada waktu malam
di-isra’-kan, pada pintu surga tertulis: sedekah dibalas sepuluh kali lipat dan qardh delapan belas kali. Aku bertanya, ‘Wahai Jibril, mengapa qardh lebih utama dari sedekah?’ Ia menjawab, ‘Karena peminta-minta sesuatu dan ia punya, sedangkan yang meminjam tidak akan meminjam kecuali karena keperluan’.” (HR Ibnu Majah no.2422, kitab al-Ahkam, dan Baihaqi)[42]
c. IjmaPara ulama telah menyepakati bahwa al-qardh boleh dilakukan. Kesepakatan ulama
ini didasari tabiat manusia yang tidak bisa hidup tanpa pertolongan dan bantuan saudaranya. Tidak ada seorang pun yang memiliki segala barang yang ia butuhkan. Oleh karena itu, pinjam-meminjam sudah menjadi satu bagian dari kehidupan didunia ini. Islam adalah agama yang sangat memperhatikan segenap kebutuhan umatnya.[43]
4. Rukun dan Syarat Qardha. Rukun Qardh1) Pelaku akad, yaitu muqridh (pemberi pinjaman), pihak yang memiliki dana, dan muqtaridh (peminjam), pihak yang membutuhkan dana;2) Objek akad, yaitu qardh (dana);3) Tujuan, yaitu ‘iwad atau countervalue berupa pinjaman tanpa imbalan (pinjaman Rp X,- dikembalikan Rp X,-); dan4) Shighat, yaitu ijab dan qabul.[44]b. Syarat Qardh1) Syarat Muqrida) Muqridh harus seorang Ahliyat at-Tabarru’ (layak bersosial), maksudnya orang yang mempunyai kecakapan dalam menggunakan hartanya secara mutlak menurut pandangan syariat.b) Tidak adanya paksaan (Ikhtiyar), seorang muqridh dalam memberikan bantuan hutang harus didasarkan atas keinginannya sendiri dan tidak ada paksaan dari pihak lain.2) Muqtaridh haruslah orang yang Ahliyah mu’amalah, artinya orang tersebut harus baligh, berakal waras, dan tidak mahjur (bukan orang yang oleh syariat tidak diperkenankan mengatur sendiri hartanya karena faktor-faktor tertentu).3) Objek akad adalah setiap barang yang boleh dijadikan obyek jual beli, boleh pula dijadikan obyek akad qardh.4) Shighat berupa ucapan serah terima harus jelas dan bisa dimengerti oleh kedua belah pihak, sehingga tidak menimbulkan kesalah pahaman dikemudian hari.[45]
5. Aplikasi Qardh dalam Perbankan
a. Sebagai produk pelengkap nasabah yang telah terbukti loyalitas dan bonafiditasnya, yang membutuhkan dana talangan segera untuk masa yang relatif pendek. Nasabah tersebut akan mengembalikan secepatnya sejumlah uang yang dipinjamnya itu.b. Sebagai fasilitas nasabah yang memerlukan dana cepat, sedangkan ia tidak bisa menarik dananya karena, misalnya, tersimpan dalam bentuk deposito.c. Sebagai produk untuk menyumbang usaha kecil/mikro atau membantu sektor sosial. Guna memenuhi skema khusus ini telah dikenal suatu produk khusus yaitu al-qardh al-hasan.[46]
6. Manfaat Qardha. Memungkinkan nasabah yang sedang dalam kesulitan mendesak untuk mendapat talangan jangka pendek.b. al-qardh al-hasan juga merupakan salah satu ciri pembeda antara bank syari’ah dan bank konvensional yang di dalamnya terkandung misi sosial, di samping misi komersial.c. Adanya misi sosial-kemasyarakatan ini akan meningkatkan citra baik dan meningkatkan loyalitas masyarakat terhadap bank syariah.