ilmu al-qur’an dan tafsir
TRANSCRIPT
TUMBUHAN SEBAGAI SUMBER GIZI DALAM TAFSIR
KEMENTERIAN AGAMA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Disusun Oleh
SITI JARONAH: 11150340000132
ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA 2020 M/1442
ii
iii
PENGESAHAN SIDANG MUNAQASYAH
Skripsi yang berjudul TUMBUHAN SEBAGAI SUMBER GIZI
DALAM TAFSIR KEMENTERIAN AGAMA telah diujikan dalam
Sidang Munaqasyah Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 02 Juli 2020. Skripsi
ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Agama (S.Ag) pada Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir.
Jakarta, 1 Oktober 2020
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,
D r. Eva Nugraha, M. Ag. dc
F ahrizal Mahdi, Lc., MIRKH NIP. 19710217 199803 1 002 NIP. 19820816 201503 1 004
Anggota,
Penguji I, Penguji II,
M uslih, M. Ag.
NIP. 19721024 200312 1 002
Pembimbing,
D r. Hasani Ahmad Said, M.A.
NIP. 19820221 200901 1 024
M oh. Anwar Syarifuddin, MA
iv
v
ABSTRAK
Siti Jaronah: Tumbuhan Sebagai Sumber Gizi Dalam Tafsir
Kementerian Agama
Skripsi ini membahas tentang beberapa tumbuhan yang berfungsi
sebagai sumber gizi dalam perspektif al-Qur’an, sebagaimana manusia
hidup perlu mengonsumsi makanan yang kaya akan zat gizi untuk
mendapatkan tubuh yang sehat karena dengan tubuh yang sehat kita dapat
memaksimalkan ibadah kepada Allah SWT. penelitian ini bermaksud
mencari tahu bagaimana pandangan tafsir Kementerian Agama tetang
beberapa ayat al-Qur’an yang berbicara tentang bahan pangan yang
tercantum dalam al-Qur’an surat ‘Abasa ayat 27-31 yakni padi-padian,
sayur-sayuran, dan buah-buahan. penelitian ini menggunakan metode
kepustakaan (library research) dengan pendekatan metode tafsir
maudhu’i, selanjutnya penulis menerapkan pendekatan deskriptif analisis
dalam penelitian ini.
Data utama yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari Kitab
Tafsir Kementerian Agama RI sebuah karya kolektif yang diakomodir
oleh pemerintah Indonesia. Dari tafsir itu penulis mengambil penjelasan
mengenai beberapa tumbuhan yang berfungsi sebagai sumber gizi dalam
al-Qur’an.
Dalam penelitian ini penulis menemukan bahwa dalam tafsir
Kementerian Agama menjelaskan bahwa beberapa tumbuhan yang
disebutkan di dalam al-Qur’an mengandung zat gizi seperti karbohidrat,
protein, mineral, vitamin dll.Oleh karena itu, tumbuhan tersebut
dianjurkan untuk dikonsumsi untuk kesehatan tubuh manusia.
Kata Kunci: Tumbuhan, gizi, Tafsir Kementerian Agama
vi
KATA PENGANTAR
حْمٰنِ ِ الرَّ حِيْمِ بسِْمِ اللّٰه الرَّ Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt., yang
berkat segala petunjuk, taufik, cahaya ilmu dan rahmatnya akhirnya
penulis dapat menyelesaikan penelitian ini, shalawat dan salam penulis
panjatkan kepada Nabi besar kita Muhammad Saw, keluarga, sahabat dan
semua penerus ajarannya. Semoga kelak kita diakui sebagai umatnya dan
mendapatkan syafaat darinya. Skripsi berjudul: “Tumbuhan sebagai
Sumber Gizi dalam Tafsir Kementerian Agama” merupakan karya ilmiah
penulis yang diajukan guna memenuhi syarat dalam penyelesaian
pendidikan pada Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk
itu penulis akan menerima dengan senang hati segala bentuk koreksi dan
saran-saran demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.
Pada dasarnya proses penulisan skripsi ini, tidak terlepas dari
sumbangsih maupun dukungan berbagai pihak yang turut memberikan
andil, baik secara moril ataupun materil. Oleh karena itu, dengan segala
hormat dan kerendahan hati penulis mengucapkan rasa syukur serta
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Kepada Yth. Segenap civitas Akademik UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta; Prof. Dr. Amani Burhanudin Lubis, Lc, M.A., selaku Rektor
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Yusuf Rahman, M.A., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. Eva Nugraha, M.A., selaku ketua jurusan Ilmu Al-Qur’an dan
Tafsir dan Fahrizal Mahdi Lc, MIRKH., selaku Sekretaris Jurusan
Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir.
vii
4. Dosen Penasihat Akademik, Dr. Mafri Amir, M.A., yang telah banyak
memberi masukan kepada penulis selama studi di kampus UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
5. Dosen pembimbing skripsi, Dr. Hasani Ahmad Said, M.A., yang telah
ikhlas meluangkan waktunya untuk membimbing, mengarahkan serta
memberi motivasi kepada penulis sehingga penulisan skripsi ini dapat
terselesaikan.
6. Seluruh dosen Fakultas Ushuluddin khususnya Dosen Jurusan Ilmu
Al-Qur’an dan Tafsir yang dengan sabar dan ikhlas membagi ilmu,
wawasan serta pengalaman kepada penulis selama studi di kampus ini.
7. Segenap Pimpinan dan Stap Perpustakaan Utama UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Pasca Sarjana UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Fakultas Ushuluddin, Perpustakaan
Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta, yang telah memberikan fasilitas
serta rujukan-rujukan sebagai sumber referensi.
8. Kepada kedua orang tuaku tercinta, Ayahanda H. Saepulloh dan
Ibunda Hj. Suanah yang tidak pernah henti-hentinya memberikan
dukungan serta do’a-do’a terbaik selama perjalanan pendidikan
penulis. Untuk kakak-kakak tercinta Dewi, Samsul Falah, Iin Sofiah,
Siti Aisyah, Ina Purnasih, dan Huda Prasetya yang selalu memberikan
do’a, motivasi, serta mengingatkan penulis agar senan tiasa menjaga
kesehatan dengan baik selama penyelesaian skripsi ini. Semoga
dengan terselesaikannya skripsi ini dapat menjadi salah satu hal
membanggakan yang bisa penulis berikan.
9. Kepada Abi Bahrudin dan Umi Tuti Rosmaya selaku pimpinan
Pondok Pesantren Daar El-Hikam yang turut serta memberikan ilmu
serta dukungan kepada penulis.
viii
viii
10. Keluarga besar Pondok Pesantren Daar El-Hikam, khususnya El-
Darhik angkatan 2016 serta teman-teman, adik-adik kamar tiga yang
dengan senang hati selalu menghibur di saat penulis ada pada titik
stres dalam penyelesaian skripsi ini.
11. Kepada sahabat-sahabat tercinta, Nurlaili Nabilah, Sifa Fauziah, Vera
Dinajani, Isnaeni, Nanda K Hermina, Makrifat, Fariida, Kiki Zakiyah,
Izzah, Ade Ulfah, dan Munawaroh yang tak pernah bosan mendengar
segala keluhan-keluhan penulis serta tak henti-hentinya saling
memberikan motivasi satu sama lain.
12. Adik-adik tersayang, Fira Ratnadila, Ade Julia, Widiya, Azkia, Jihan
Nabila, Neng Maulida, Livia Amalia, Lusi Ulfah, Lutfi Rohmah dan
Siti Khodijah yang selalu perhatian menanyakan bagaimana progres
penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
13. Segenap Rekan KKN 007 GRAMAHITA khususnya Intan Lilis
Sugiarti yang selalu siap menemani penulis menghabiskan waktu di
perustakaan, keluarga besar Desa Rancalabuh yang telah memberikan
banyak pengalaman kepada penulis tentang bagaimana terjun langsung
kepada masyarakat dengan baik.
14. Teman-teman seperjuangan, angkatan 2015 jurusan Ilmu Al-Qur’an
dan Tafsir khususnya kelas C yang selama kurang lebih empat tahun
ini sudah mau menjadi teman diskusi yang sangat baik dengan penulis,
semoga Allah memberikan kelancaran dalam segala urusan dan
semoga Allah SWT memberikan kemudahan atas segala kesulitan.
Terakhir, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat dan dapat
menambah khazanah kepada siapapun yang membacanya.
Jakarta, 11 Maret 2020
Siti Jaronah
ix
PEDOMAN TRANSLITERASI
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Keputusan Rektor UIN Syarif Hidayatullah JakartaNomor: 507 Tahun
2017
Huruf
Arab
Huruf
Latin Keterangan
Tidak dilambangkan ا
B Be ب
T Te ت
Ts Te dan es ث
J Je ج
H h dengan garis bawah ح
Kh ka dan ha خ
D De د
Dz de dan zet ذ
R Er ر
Z Zet ز
S Es س
Sy es dan ya ش
S es dengan garis di bawah ص
ḏ de dengan garis di bawah ض
ṯ te dengan garis di bawah ط
ẕ zet dengan garis di bawah ظ
koma terbalik di atas hadap kanan ̒ ع
Gh ge dan ha غ
F Ef ف
Q Ki ق
K Ka ك
L El ل
M Em م
N En ن
W We و
H Ha ه
Apostrof ˋ ء
Y Ye ي
x
2. Vokal
Vokal adalah bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia,
terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau
diftong. Untuk vokal tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai
berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
ˊ A Fathah
ˏ I Kasrah
U Ḏammah ۥ
Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya ada sebagai
berikut:
Tanda Vokal
Arab
Tanda Vokal
Latin
Keterangan
Ai a dan i ايَ
Au a dan u اوَ
3. Vokal Panjang
Ketentuan alih aksara vokal panjang (mad), yang dalam bahasa
dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:
Tanda Vokal
Arab
Tanda Vokal
Latin
Keterangan
 a dengan topi di atas با
Î i dengan topi di atas بِيْ
Û u dengan topi di atas بوُْ
4. Kata Sandang
Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan
dengan huruf, yaitu dialihaksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti
huruf syamsiah maupun huruf kamariah. Contoh: al-rijâl bukan ar-
rijâl, al-dîwân bukan ad- dâwân.
xi
5. Syaddah (Tasydîd)
Syaddah atau tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab
dilambangkan dengan sebuah tanda tasydîd ) ّ ) dalam alih aksara ini
dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang
diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf
yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang yang
diikuti oleh huruf-huruf syamsiyah. Misalnya, kata (الضرورة) tidak
ditulis ad-ḏarûrah melainkan al-ḏarûrah, demikian seterusnya.
6. Ta Marbûṯah
Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat
pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan
menjadi huruf /h/ (lihat contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga
berlaku jika ta marbûṯah tersebut diikuti oleh kata sifat (na’t) (lihat
contoh 2). Namun, jika huruf ta marbûṯah tersebut diikuti kata benda
(ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (lihat
contoh 3).
No Kata Arab Alih Aksara
Ṯarîqah طريقة 1
al-Jâmi‘ah al-Islâmiyyah الجامعة الإسلامية 2
Wahdat al-wujûd وحدة الوجود 3
7. Huruf Kapital
Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf tidak dikenal, dalam alih
aksara ini huruf capital tersebut juga digunakan, dengan mengikuti
ketentuan yang berlaku dalam Ejan Bahasa Indonesia (EBI), antara
lainuntuk menuliskan permulaan kalimat, huruf awal nama tempat,
nama bulan, nama diri, dan lain-lain. Jika nama diri didahului oleh kata
xii
sandang, maka yang ditulis dengan huruf capital tetap huruf awal nama
diri tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya. Contoh: Abû
Hâmid al-Ghazâlî bukan Abû Hâmid Al-Ghazâlî, al-Kindi bukan Al-
Kindi.
Beberapa ketentuan lain dalam EBI sebetulnya juga dapat diterapkan
dalam alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring
(italic) atau cetak tebal (bold). Jika menurut EBI, judul buku itu ditulis
dengan cetak miring, maka demikian halnya dalam alih aksaranya,
demikian seterusnya.
Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang
berasal dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan
meskipun akar katanya berasal dari bahasa Arab. Mislanya ditulis
Abdussamad al-Palimbani, tidak ‘Abd al-Samad al-Palimbani: Nuruddin
al-Raniri, tidak Nûr al-Dîn al-Rânîrî.
xiii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................. iii
LEMBAR PERNYATAAN .................................................................. iv
ABSTRAK ............................................................................................. v
KATA PENGANTAR .......................................................................... vi
PEDOMAN TRANSLITERASI .......................................................... ix
DAFTAR ISI ......................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah................... 5
C. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 6
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian................................................. 9
E. Metodologi Penelitian .............................................................. 9
F. Sistematika Pembahasan .......................................................... 10
BAB II GAMBARAN UMUM KITAB TAFSIR
KEMENTERIAN AGAMA
A. Penulisan Kitab Tafsir Kementerian Agama ............................ 13
B. Latar Belakang Penyempurnaan Kitab ..................................... 15
C. Metode dan Corak Penafsiran .................................................. 19
BAB III DESKRIPSI TENTANG GIZI DAN TUMBUHAN
DALAM AL-QUR’AN
A. Definisi Sumber Gizi ................................................................ 21
B. Faktor-faktor Yang Menyebabkan Kekurangan Gizi ............... 23
C. Tumbuhan Dalam Al-Qur’an ................................................... 26
1. Ayat Tentang Tumbuhan Dalam Al-Qur’an ..................... 27
2. Fungsi Tumbuhan Dalam Al-Qur’an ................................ 31
xiv
3. Anjuran Pemanfaatan Tumbuhan dan Larangan
Pengrusakan Alam Dalam Al-Qur’an ................................ 35
BAB IV TUMBUHAN YANG BERFUNGSI SEBAGAI
SUMBER GIZI
A. Tumbuhan Sebagai Sumber Makanan Bagi Makhluk Hidup ... 41
B. Konsep Gizi Yang Melekat Pada Makanan Yang Baik ........... 45
C. Tumbuhan Sebagai Sumber Gizi dalam Al-Qur’an .................. 50
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................... 63
B. Saran .......................................................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 65
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kosa Kata Al-Qur’an Terkait Tumbuhan dan
Pepohonan............................................................................ 28
Tabel 4.1 Tumbuhan Sebagai Sumber Makanan Bagi Makhluk
Hidup ................................................................................... 43
Tabel 4.2 Diksi H}ala>lan T}ayyiban.......................................................... 48
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sebagai makhluk hidup manusia tidak bisa terlepas dari
hubungannya dengan alam, salah satunya tumbuh-tumbuhan. Tumbuh-
tumbuhan menjadi salah satu sumber pokok untuk memenuhi
kebutuhan hidup manusia, yakni kebutuhan sandang, pangan maupun
papan. kesemuanya itu merupakan hasil dari pemanfaatan alam yaitu
tumbuh-tumbuhan.
Sebagai makhluk hidup manusia membutuhkan bahan pangan
untuk kelangsungan hidup, untuk mendapatkan tubuh yang sehat
manusia memerlukan sumber makanan yang mengandung beberapa
zat gizi, seperti: karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air.
bahan pangan atau sumber makanan tersebut berasal dari tumbuhan
dan hewan.1
Pangan adalah bahan-bahan yang dimakan sehari-hari untuk
memenuhi kebutuhan bagi pemeliharaan, pertumbuhan, kerja dan
penggantian jaringan tubuh yang rusak.2 Adapun menurut Zulaika
Matondang:
“Pangan adalah hak asasi manusia. orientasi dalam
mengkonsumsi pangan telah bergeser dari perhatian pada
komoditas menjadi perhatian pada nutrisi atau gizi. Dengan
mengonsumsi beraneka ragam pangan dengan prinsip gizi
seimbang guna membentuk sumber daya manusia yang sehat,
aktif dan produktif.”3
1 Eko budi Minarno dan Liliek Hariani, Gizi dan Kesehatan Perspektif Al-Qur’an
dan Sains (Yogyakarta: UIN-Malang Press, 2008), 4. 2Laura J dkk, Food, Nutrion and Agriculture, Terj. Suhardjo (Jakarta: UI-Press),
2006), 12. 3Zulaikha Matondang, Ketahanan Pangan dalam Peningkatan Pembangunan
Ekonomi Serta Kaitannya dalam Pandangan Islam (Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, IAIN Padangsidimpuan), 30.
2
2
Selain berfungsi sebagai sumber makanan, tumbuhan juga
berfungsi sebagai obat, penghasil oksigen, sebagai bahan bangunan,
dan sebagai bahan energi utama.4
Allah swt menciptakan tumbuh-tumbuhan di muka bumi ini
tidak lain untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, salah satunya
untuk dimanfaatkan sebagai bahan makanan. Di dalam ajaran Islam
tujuan dari makan itu sendiri adalah untuk memperkuat tubuh agar
dengan kekuatan tubuh itu seseorang mampu melaksanakan ibadah
kepada Allah swt.5 Selain itu, di dalam Al-Qur’an juga diperintahkan
untuk mengonsumsi makanan-makanan yang baik, sehat dan bergizi,
sebagaimana tercantum di dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat
168:
“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa
yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-
langkah syaitan; karena Sesungguhnya syaitan itu adalah
musuh yang nyata bagimu”. (Al-Baqarah/2:168)
Ayat di atas menunjukkan bahwa manusia harus memilih
makanan yang halal dan ṭayyib (baik). Dalam Al-Qur’an, makanan
disebut sebanyak 48 kali, dilafalkan dengan ṭa’am. Dalam perspektif
Tafsir Kementerian Agama RI kriteria makanan yang halal adalah
makanan yang diizinkan untuk dikonsumsi menurut aturan hukum
Islam, sebab pada hakikatnya semua makanan adalah halal kecuali
4 Mulyati Rahayu dan Kazuhiro Horada “Peran Tumbuhan dalam Kehidupan
Tradisional Masyarakat, Lokal di Taman Nsional Gunung Halimun Jawa Barat,” Jurnal Berita Biologi, Vol. 7, No. 1, April 2004 dan No. 2 (Agustus 2004): 18.
5 R.H. Su’dan, Al-Qur’an & Panduan Kesehatan Masyarakat (Jakarta: PT Dana
Bhakti Prima Yasa, 1997), 171.
3
3
yang dilarang, baik oleh Al-Qur’an maupun hadis. Adapun kriteria
baik (ṭayyib) terkait dengan kebutuhan fisik manusia, seperti
kebutuhan energi dan kesehatan.6
Dengan mengonsumsi makanan yang h}ala>lan t}ayyiban maka
manusia akan mencapai kesalehan pribadi dan kesalehan sosial.
Karena selain berfungsi untuk memenuhi kebutuhan jasmani yang
baik, makanan yang h}ala>lan t}ayyiban juga dapat menumbuhan
kecerdasan otak, sebaliknya makanan haram yang dikonsumsi
seseorang selain dapat menimbulkan penyakit bagi tubuhnya ia juga
dapat menghalangi terkabulnya do’a-do’a orang tersebut dari Allah
swt.7
Pada umumnya, setiap bahan pangan mengandung beberapa zat
gizi. Imbangan zat gizi ini sangat berbeda antara pangan yang satu
dengan pangan lainnya. Perbedaan ini antara lain disebabkan oleh
susunan zat gizi pokok dari pangan itu sendiri serta berkurangnya atau
hilangnya zat gizi tertentu oleh pengaruh penanganan selanjutnya.
Untuk mencukupi keperluan gizi seseorang kiranya perlu mengetahui
sumber-sumber zat gizi yang terdapat pada berbagai kelompok
pangan, sehingga ada usaha untuk merencanakan produksi pangan
yang sesuai dengan kebutuhan. Adapun sumber-sumber zat gizi dari
berbagai kelompok pangan adalah sebagai berikut: padi-padian, akar-
akaran, umbi-umbian, buah-buahan berpati, kacang-kacangan, biji-
bijian berminyak, sayur-sayuran, pangan hewani, lemak dan minyak,
madu, gula dan sirup.8
6 Kementerian Agama, Tafsir IlmiMakanan dan Minuman Dalam Perspektif Al-
Qur’an dan Sains (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2011), 2. 7Waharjani, Makanan Yang Halal Lagi Baik dan Implikasinya Terhadap Kesalehan
Seseorang (Jurnal Komunikasi dan Pendidikan Islam, Volume 4, Nomor 2, Desember 2015): 202.
8 Eko budi Minarno dan Liliek Hariani, Gizi dan Kesehatan Perspektif Al-Qur’an
dan Sains (Yogyakarta: UIN-Malang Press, 2008), h. 49-50.
4
4
Kualitas sumber daya manusia ditentukan oleh keadaan gizi
yang menjadi syarat utama kesehatan. Ketidaktahuan seseorang akan
hubungan makanan dan kesehatan menjadi salah satu faktor
munculnya gizi buruk seperti kurangnya jumlah dan kualitas makanan
yang dikonsumsi, makan berlebihan yang tidak sehat yang kemudian
menimbulkan masalah gizi ganda yang berbahaya bagi kesehatan
tubuh.9 Allah swt telah menyediakan berbagai macam tumbuhan di
muka bumi ini untuk dikonsumsi manusia sebagai makanan bergizi
yang berguna bagi kesehatan. Oleh karena itu dibutuhkan pengetahuan
akan tumbuh-tumbuhan yang mengandung sumber gizi yang telah
Allah sebutkan di dalam al-Qur’an.
Di era modern ini banyak sekali orang-orang yang menafsirkan
ayat-ayat al-Qur’an yang kemudian dikaitkan dengan ilmu
pengetahuan, hal ini tidak lain bertujuan untuk menunjukkan mukjizat
al-Qur’an sebagai sumber segala ilmu, salah satunya ialah ilmu
pengetahuan atau sains.10
Alasan penulis mengambil tafsir Kementerian Agama dalam
penelitian ini karena Kementrian Agama telah melahirkan beberapa
karya dalam ranah penafsiran yaitu Al-Qur’an dan Tafsirnya, Tafsir al-
Qur’an Tematik dan Tafsir Ilmi dengan menggunakan pendekatan
ilmiah. Salah satu tema dari tafsir ilmi tersebut adalah “Tumbuhan
Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains” di dalamnya dijelaskan hal-
hal yang berkaitan dengan tumbuhan salah satunya ialah fungsi-fungsi
tumbuhan secara umum, sejauh pencarian yang penulis lakukan belum
ada pembahasan secara mendalam mengenai fungsi tumbuhan sebagai
9 Silvera Oktavia, dkk, “Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi Buruk
Pada Balita Di Kota Semarang Tahun 2017.” Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol. 5 No. 3 (Juli 2017): 186.
10 Eva Iryani, “Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan”. Jurnal Ilmiah, Universitas
Batnghari Jambi Vol. 17 No. 3 (Tahun 2007): 73-74.
5
5
sumber gizi dalam kitab tafsir tersebut. Oleh karena itu, penulis merasa
perlu melakukan penelitian ini guna memperoleh sebuah pemahaman
baru yang lebih komprehensif terhadap tema ini. Dari segala
pemaparan latar belakang di atas maka penelitian skripsi ini penulis
beri judul “Tumbuhan Sebagai Sumber Gizi dalam Tafsir
Kementerian Agama”.
B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah ialah suatu tahap permulaan dari
penguasaan masalah di mana suatu objek tertentu dalam situasi
tertentu dapat dikenali sebagai suatu masalah11
, sebagaimana yang
kita ketahui di dalam Al-Qur’an tumbuh-tumbuhan mendapatkan
perhatian yang sangat besar, apabila dikaji lebih dalam kita akan
mengetahui banyakan pembahasan mengenai tumbuh-tumbuhan
dalam Al-Qur’an dengan pembahasannya yang tentunya sangat
komprehensif seperti: anjuran pemanfaatan tumbuhan dalam al-
Qur’an, fungsi tumbuhan bagi makhluk hidup, fungsi tumbuhan
sebagai sumber gizi, tumbuhan sebagai mukjizat ilmiah dan
tumbuh-tumbuhan sebagai obat dalam al-Qur’an.
2. Batasan Masalah
Dari penjelasan latar belakang di atas, banyak persoalan yang
terkait dengan penelitian ini. Dan cara agar pembahasan ini terarah
dengan baik maka penulis akan membatasi permasalahan ini
dengan memfokuskan penafsiran ayat yang berkaitan dengan
11
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003), 18.
6
6
pembahasan bahwa tumbuhan merupakan Sumber Gizi dalam
Tafsir Kementerian Agama
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah tersebut maka rumusan
masalahnya adalah:
Bagaimana penjelasan Tafsir Kementerian Agama terkait
manfaat tumbuhan sebagai sumber gizi?
C. Tinjauan Pustaka
Untuk menghindari terjadinya kesamaan dalam pembahasan
dengan penelitian yang lain, penulis menelusuri kajian-kajian yang
pernah dilakukan atau yang memiliki kesamaan. Hal ini dilakukan
untuk menunjukkan dan membuktikan orisinalitas sebuah karya yang
tujuannya untuk menghindari pengulangan penelitian atau plagiasi
karya orang lain.
Lebih lanjut, pembahasan tentang hal ini bukanlah hal yang
baru, sudah banyak yang melakukan penelitian tentang ini diantaranya:
1. Tatik Maisaroh dalam skripsinya yang berjudul “Akhlak Terhadap
Lingkungan Hidup Dalam Al-Qur’an,12
ia membahas tentang
akhlak terhadap lingkungan (alam), berkenaan dengan prilaku
manusia menurut M. Quraish Shihab dalam tafsir Al-Misbah.
Dengan mendeskripsikan bagaimana prilaku manusia terhadap
lingkungan salah satunya alam yg sesuai dengan tuntunan Allah
dalam al-Qur’an.
2. Skripsi oleh Muhammad Ali Fuadi jurusan Tafsir Hadis
Universitas Walisongo Semarang yang berjudul “Ayat-ayat
12
Tatik Maisaroh, “Akhlak Terhadap Lingkungan Hidup Dalam Al-Qur’an (Studi Tafsir Al-Misbah)” (Skripsi SI., Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2017)
7
7
Pertanian Dalam Al-Qur’an,13
dengan mengungkapkan penafsiran
Thanthawi Jauhari terkait ayat-ayat tentang pertanian serta
menjelaskan kontekstualisasi penafsiran Thanthawi Jauhari tentang
ayat-ayat pertanian yang digambarkan dalam al-Qur’an dalam
sistem pertanian di Indonesia.
3. Skripsi karya Afriadi Fauzan yang berjudul “Tumbuh-tumbuhan
dan Buah-buahan Dalam Al-Qur’an”,14
ia menegaskan bahwa
tumbuh-tumbuhan dan buah-buah merupakan ayat Kauniyah
Allah. Dan memaparkan bahwasanya dalam al-Qur’an terdapat
ayat-ayat yang menyebutkan nama tumbuh-tumbuhan dan buah-
buahan secara eksplisit.
4. Khairuddin dalam skripsinya yang berjudul “Morfologi Dan
Anatomi Buah Dalam Al-Qur’an”,15
ia mengungkapkan aspek
struktur luar maupun dalam yang terdapat pada buah dalam al-
Qur’an. Dan ia menjelaskan bahwa dalam al-Qur’an disebutkan
bahwa buah-buahan meliliki ragam bentuk baik struktur luar
maupun dalam tergantung pada jenis buahnya.
5. Jurnal karya Muhammad Julkarnain dengan judul “Tumbuhan
Dalam Perspektif Al-Qur’an Dan Sains”,16
ia menjelaskan solusi
pertentangan seputar relasi al-Qur’an dan perkembangan ilmu
pengetahuan yang dinamis dalam Epistemologi Tafsir Ilmi
Kemenag: Tumbuhan Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains.
6. Jurnal karya Abdul Mustaqim yang berjudul “Etika
Pemanfaatan Keanekaragaman Hayati Dalam Perspektif Al-
13
Muhammad Ali Fuadi, “Ayat-ayat Pertanian Dalam Al-Qur’an (Studi Analisis Terhadap Penafsiran Thanthawi Jauhari)” (Skripsi SI., Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, 2016)
14 Afriadi Fauzan, “Tumbuh-tumbuhan dan Buah-buahan Dalam Al-Qur’an”
(Skripsi SI., Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2015) 15
Khairuddin, “Morfologi dan Anatomi Buah Dalam Al-Qur’an” (Skripsi SI., Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, 2015)
16 Muhammad Julkarnain, “Efistemologi Tafsir Ilmi Kemenag: Tumbuhan Dalam
Perspektif Al-Qur’an dan Sains”. Jurnal Penelitian Keislaman, Vol. 10, No. 1 (Januari 2014)
8
8
Qur’an”,17
dia mengungkapkan bagaimana perspektif al-Qur’an
dalam melihat pemanfaatan keanekaragaman hayati.
7. Jurnal karya Ahmad Fikri yang berjudul “Penggunaan Unsur
Tumbuh-Tumbuhan Dalam Gaya Bahasa Al-Tasybih di Dlam
Al-Qur’an Al-Karim”,18
dia menjelaskan tentang unsur
tumbuhan dalam Al-Qur’an dalam gaya bahasa tasybih dengan
Al- ‘I’jaz al-Lughawiy yang terdapat dalam bahasa al-Qur’an.
8. Skripsi karya Hajar Nur Setyowati yang berjudul “Hadis
Tentang Keutamaan Bercocok Tanam”,19
dia membahas kajian
Ma’ani Al-Hadis pada hadis keutaam bercocok tanam.
9. Skripsi karya Aam Syamsiah yang berjudul “Sains Sebagai
Jalan Mengenal Allah (Makrifat)”,20
ia menjelaskan tentang
bagaimana sains menjembatani untuk bisa mengenal Allah
(makrifat).
10. Jurnal karya Moh. Anwar Syarifuddin yang berjudul
“Penafsiran Tematik Saintifik Al-Qur’an Di Indonesia (kajian
atas karya-karya penafsiran bertema penjelasan saintifik ayat-
ayat Al-Qur’an)”,21
di dalam penlitian ini ditelaah tentang
kemunculan karya-karya penafsiran tematik saintifik di
Indonesia, dengan penelitian ini diharapkan akan menemukan
17
Abdul Mustaqim, “Etika Pemanfaatan Keanekaragaman Hayati Dalam Perspektif Al-Qur’an”. Jurnal Hermeneutik, Vol. 9, No. 2 (Desember 2015)
18 Ahmad Fikri, “Penggunaan Unsur Tumbuh-tumbuhan Dalam Gaya Bahasa Al-
Tasybih di Dalam Al-Qur’an Al-Karim”. Jurnal ‘Ulum Islamiyyah, Vol. 16 (Desember 2015)
19 Hajar Nur Setyowat, “Hadis Tentang Keutamaan Bercocok Tanam (Studi Ma’ani
Al-Hadis)” (Skripsi SI., Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009) 20
Aam Syamsiah, “Sains Sebagai Jalan Mengenal Allah (Makrifat)” (Skripsi SI Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung, 2017)
21Moh. Anwar Syarifuddin, Penafsiran Tematik Al-Qur’an Di Indonesia (Kajian
atas Karya-karya Penafsiran Bertema Penjelasan Saintifik Ayat-ayat Al-Qur’an), (Jurnal: Pusat Penelitian Dan Penerbitan (PUSLITPEN) LP2M UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015)
9
9
bukti adanya pengaruh dari latar belakang budaya dan
pendidikan dari munculnya minat yang cukup tinggi terhadap
aktivitas pengkajian ayat-ayat kauniyah di dalam Al-Qur’an.
D. Tujuan dan Manfaat
Begitu banyak ayat-ayat yang membahas tentang tumbuh-
tumbuhan, namun masih banyak yang belum terkuak, maka dari itu
tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui penafsiran pada ayat-ayat tumbuhan yang berfungsi
sebagai sumber gizi dalam Tafsir Kementerian Agama
2. Untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana (S1) pada
jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir di Fakultas Ushuluddin UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Selanjutnya, dengan penelitian ini penulis berharap akan
mendatangkan manfaat ilmiah diantaranya:
1. Memberikan pengetahuan tentang tumbuh-tumbuhan yang
berfungsi sebagai sumber gizi dalam Tafsir Kementerian Agama
2. Memperkaya Khazanah dalam ilmiah di bidang tafsir Al-Qur’an
3. Memberikan sumbangan pemikiran khususnya pada jurusan Ilmu
Al-Qur’an dan Tafsir
E. Metodelogi Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif-
analitis agar lebih sistematis dalam teknik pengumpulan data yang
bersumber dari kitab tafsir Kementrian Agama dan kitab lain yang
berkaitan dengan kajian penulis.
1. Jenis Penelitian
10
10
Penelitian ini adalah penelitian pustaka (library reseach) atau
penelitian yang bersifat kualitatif karena teknik pengkajiannya
berdasar dari sumber yang tertulis. Adapun objek utama dalam
penelitian ini adalah penafsiran Kementrian Agama terhadap ayat-
ayat tumbuhan yang berfungsi sebagai sumber gizi .
Sementara itu, dalam pembahasannya penelitian ini
menggunakan metode tafsir maud}u>’i (tematik), adapun yang
dimaksud dalam metode tafsir mauḍū’i adalah menghimpun
seluruh atau sebagian ayat-ayat yang berkenan dengan topik
pembahasan tertentu untuk mencari benang merah dalam suatu
permasalahan.22
Penulis mencoba melihat ayat al-Qur’an tentang
tumbuhan dengan pendekatan tematik dengan tujuan akan
mendapatkan jawaban secara komprehensif terhadap fungsi
tumbuhan sebagai sumber gizi dalam al-Qur’an.
2. Sumber Data
Data pustaka terbagi dua yaitu data primer dan data sekunder,
penelitian ini menjadikan kiitab-kitab Tafsir Kementerian Agama
sebagai sumber primer. Yang kemudian didukung kitab-kitab tafsir
lain sebagai data sekunder. Beberapa kitab tafsir yang dianggap
representative antara lain: Tafsir al-Misbah karya M. Quraish
Shihab dan Tafsir al-Azhar karya Prof. Hamka. Selain itu untuk
mengolah dan mempertajam analisis, penulis juga menggunakan
data-data yang berupa buku, artikel, jurnal ilmiah dan lain
sebagainya yang mendukung penelitian ini.
22
Hujair A. H. Sanaky, “Metode Tafsir.” Jurnal Al-Mawarid UII Edisi XVIII (2008): 279.
11
11
F. Sistematika Penulisan
Teknin penulisan skripsi ini mengacu pada pedoman penulisan
karya ilmiah dalam “Keputusan Rektor UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta tentang Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Skripsi, Tesis, dan
Disertasi No. 507 Tahun 2017” yang disusun oleh Tim Penyusun dan
diterbitkan pada tahun 2017.
G. Sistematika Pembahasan
Penyusunan skripsi ini terdiri dari lima bab, yang terdiri atas
sub bab. Adapun sistematika penulisan tersebut adalah sebagai berikut:
Bab pertama, berupa pendahuluan yang berisi latar belakang
masalah, dari tema yang dibahas, rumusan dan batasan masalah yang
iangkat, serta metodelogi penelitian yang akan penulis terapkan. Selain
itu, di bab ini juga dipaparkan tinjauan pustaka dan sistematika
pembahasan.
Bab kedua, berupa tinjauan umum tentang gambaran kitab
tafsir Kementerian Agama, di dalamnya tercantum latar belakang
penulisan kitab Tafsir Kementrian Agama, metode penafsiran dan
corak penafsiran.
Bab ketiga, berupa deskripsi tentang tumbuhan dan gizi secara
umum, di dalamnya juga dipaparkan tentang definisi gizi, faktor-faktor
yang menyebabkan kekurangan gizi, anjuran pemanfaatan tumbuhan
serta larangan perusakan alam.
Bab keempat, menjelaskan tentang tumbuh-tumbuhan yang
berfungsi sebagai makanan bagi semua makhluk hidup, konsep gizi
yang melekat pada makanan yang baik, kemudian tumbuh-tumbuhan
yang berfunsi sebagai sumber gizi yang disebutkan di dalam al-Qur’an
juga dilengkapi dengan penafsiran Kementrian Agama.
12
12
Bab kelima, berupa penutup, yang meliputi; kesimpulan, yang
berisi jawaban atas pertanyaan yang telah disebutkan dalam
perumusan masalah, dan saran, berupa saran-saran seputar isi serta
esensi terhadap hasil penelitian yang ditulis. Disampaikan juga hal-hal
apa saja yang harus ditindak lanjuti sebagai hasil penelitian yang telah
dilakukan.
13
BAB II
GAMBARAN UMUM KITAB TAFSIR KEMENTERIAN AGAMA
A. Penulisan Kitab Tafsir Kementerian Agama
Kitab Al-Quran dan Tafsirnya disusun sejak tahun 1972 sebagai
proyek lanjutan dari penyusunan Al-Qur’an dan Terjemahnya yang
mana memiliki gagasan sebagai komitmen Depag RI untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat muslim di Indonesia akan kitab suci.23
Selanjutnya, Departemen Agama (dalam prosesnya berganti
nama menjadi Kementerian Agama) menyusun tafsir kolektif yang
berdasar pada tafsir tematik, kemudian pada tahun 2009 Lajnah
Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Badan Litbang dan Diklat
Kementerian Agama RI juga menyusun tafsir ilmi atau kajian terhadap
ayat-ayat kauniyah.
Menurut Howard M Federspiel, dalam kajian al-Qur’an di
Indonesia:
“Al-Qur’an dan Tafsirnya ini secara riil disusun sebagai
bagian dari program rezim Orde Baru dengan tujuan jangka
panjang bagi bangsa Indonesia dalam pembangunan spiritual
untuk mengimbangi pembangunan fisik.”24
Mukti Ali yang menjadi Menteri Agama RI pada saat itu
mengemukakan pandangan para aktivis muslim yang menyetujui
kerjasama antara pemerintah orde baru dengan umat Islam dalam
pembangunan nasional. Ulama sangat penting berada di barisan depan
23
Hasani Ahmad Said, Diskursus Munasabah Al-Qur’an dalam Tafsir Al-Misbah (Jakarta: Amzah, 2015), 35.
24Howard M. Federspiel, Kajian Al-Qur’an di Indonesia: Dari Mahmud Yunus
Hingga Quraish Shihab (Bandung: Mizan, 1996), 47.
14
dalam gerakan moral untuk mempromosikan nilai-nilai yang positif
tentang pembangunan nasional.25
Ide penulisan Tafsir Depatemen Agama ini dilandasi oleh
komitmen Depag untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Indonseia di
bidang kitab suci dengan harapan dapat membantu umat Islam untuk
lebih memahami kandungan kitab suci al-Qur’an secara mendalam.
Al-Qur’an yang dalam bahasa aslinya ialah berbahasa Arab,
tidak mudah untuk dimengerti oleh semua umat Islam di Indonesia.
Oleh karena itu hadirnya tafsir al-Qur’an dan terjemah al-Qur’an
dirasa sangat penting bagi masyarakat Indonesia untuk dapat mencapai
pemahaman terhadap isi kandungan al-Qur’an itu sendiri. Atas dasar
itulah, sejak semula Pemerintah Indonesia menaruh perhatian yang
besar terhadap terjemah al-Quran dan tafsir al-Qur’an.26
Dengan rampungnya Al-Qur’an dan Terjemahnya dan Al-Qur’an
dan Tafsirnya, menurut Howard M. Fiderspiel:
“Sejumlah target telah terpenuhi. Pertama, pembutan
tafsir-tafsir tersebut menjadi bagian dari rencana pembangunan
pemerintah, Kedua, dengan dilibatkannya para cendekiawan dari
berbagai IAIN dalam penerjemahan dan penafsirannya,
memperlihatkan kedewasaan dan kemampuannya sebagai para
ahli tafsir. Ketiga, satu kelompok bangsa Indonesia dari luar
pemerintah yang disebut “Muslim Nasional”,telah menginginkan
agar pandangan idelogi mereka akan bisa dijelaskan melalui
pembuatan tafsir-tafsir tersebut.”27
Kitab Al-Qur’an al-karÎm wa Tafsiruhu pada awal
percetakannya tidak langsung secara lengkap 30 juz, melainkan
bertahap. Pertama kali dicetak pada tahun 1975 yakni jilid 1 yang
25
Mafri Amir, Literatur Tafsir Indonesia (Ciputat: Mazhab Ciputat, 2013), 212. 26
Ahmad Parwoto, “Disorientasi Seksual dalam Tafsir Indonesia (Studi Tafsir Departemen Agama)” (Skripsi SI., Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2017), 64.
27Howard M. Federspiel, Kajian Al-Qur’an di Indonesia: dari Mahmud Yunus
Hingga Quraish Shihab, 49-50.
15
15
memuat juz 1 sampai dengan juz 3, dan bertahap setiap tahun
percetakan setiap jilidnya, sehingga percetakan secara lengkap 30 juz
baru selesai pada tahun 1980. Hanya saja, pada saat itu proses
percetakan masih dalam format dan kualitas sederhana.28
Untuk menghadirkan al-Qur’an dan Tafsirnya, Menteri Agama
pada tahun 1972 membentuk tim penyusunan yang disebut Dewan
Penyelenggara Penafsir al-Qur’an yang diketuai oleh Prof. R.H.A
Soenarjo, S.H. dengan KMA No. 90 Tahun 1972, kemudian
disempurnakan dengan KMA No.8 Tahun 1973 dengan ketua tim Prof.
H. Bustami A. Gani dan selanjutnya disempurnakan lagi dengan KMA
No. 30 Tahun 1980 dengan ketua tim Prof. K.H Ibrahim Hosen, LML.
Adapun susunan tim tafsir tersebut sebagai berikut: Prof. K.H. Ibrahim
Hosen, LML. (Ketua merangkap anggota), K.H. Syukri Ghazali
(Wakil Ketua merangkap anggota), R.H. Hoesein Thoib (Sekretaris
merangkap anggota), Prof. H. Bustami A. Gani (Anggota), Prof. Dr.
K.H. Muchtar Yahya (Anggota) ,
Drs. Kamal Muchtar (Anggota), Prof.
K.H. Anwar Musaddad (Anggota),
K.H. Sapari (Anggota), Prof.
K.H.M. Salim Fachri (Anggota), K.H. Muchtar Lutfi El Anshari
(Anggota), Dr. J.S. Badudu (Anggota), H.M. Amin Nashir (Anggota),
H.A. Aziz Darmawijaya (Anggota), K.H.M. Nur Asjik, M.A.
(Anggota) dan K.H.A Razak (Anggota)29
B. Latar Belakang Penyempurnaan Kitab (Edisi yang
disempurnakan)
Penyempurnaan kitab ini dilakukan melalui Tim kerja yang
dibentuk melalui Surat Keputusan Menteri Agama RI (KMA) No. 280
28
Sudirman SN, “Al-Qur’an Al-Karim Wa Tafsiruhu (Edisi Yang Disempurnakan) Karya Departemen Agama (Suatu Kajian Metodologi)” (Tesis S2 Universitas Islam Negeri Alauddin Makasar, 2016), 60.
29Depag RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya (Edisi yang disempurnakan), jilid II, h. xxi.
16
16
tahun 2003, Tim kerja melalui KMA ini, diberikan kewenangan untuk
memperbaiki serta menyempurnakan secara menyeluruh terhadap
Kitab Al-Qur’anAl-Kari>m wa Tafsi>ruhu karya Departemen Agama RI
yang telah ditulis oleh tim sebelumnya.30
Perkembangan bahasa, dinamika masyarakat, serta ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang mengalami kemajuan lebih
pesat daripada 30 tahun yang lalu dimana tafsir al-Qur’an pertama kali
diterbitkan, maka penyempurnaan terhadap tafsir al-Qur’an secara
menyeluruh ini dirasa perlu dilakukan. Kemudian untuk memperoleh
masukan dari para ulama dan para pakar tentang tafsir al-Qur’an
Departemen Agama, maka dilakukanlah musyawarah Kerja Ulama al-
Quran yang berlangsung tanggal 28 s.d. 30 april 2003 di Wisma
Departemen Agama Tugu Bogor.31
Sebagai tindak lanjut Muker Ulama al-Qur’an tersebut Menteri
Agama telah membuat tim dengan Keputusan Menteri Agama RI
Nomor 280 tahun 2003, dan kemudian ada penyertaaan dari LIPI yang
susunannya sebagai berikut: Prof. Dr. H.M. Atho Mudzhar (
Pengarah), Drs. H. Fadhal AR. Bafadal, M.Sc. (Pengarah), Dr. H.
Ahsin Sakho Muhammad, M.A. (Ketua merangkap anggota), Prof.
K.H. Ali Mustafa Yakub, M.A. (Wakil Ketua merangkap anggota),
Drs. H. Muhammad Shohib, M.A. (Sekretaris merangkap anggota),
Prof. Dr. H. Rif’at Syauqi Nawawi, M.A. (Anggota), Prof. Dr. H.
Salman Harun (Anggota), Dr. Hj. Faizah Ali Sibromalisi (Anggota),
Dr. H. Muslih Abdul Karim (Anggota), Dr. H. Ali Audah (Anggota),
Dr. H. Muhammad Hisyam (Anggota), Prof. Dr. Hj. Huzaimah T.
Yanggo, M.A. (Anggota), Prof. Dr. H.M. Salim Umar, M.A.
(Anggota) , Prof. Dr. H. Hamdani Anwar, M.A. (Anggota), Drs. H.
30
Sudirman SN, Al-Qur’an Al-Karim Wa Tafsiruhu (Edisi Yang Disempurnakan) Karya Departemen Agama (Suatu Kajian Metodologi), 60.
31Depag RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya (Edisi yang disempurnakan), (Jakarta: Depag
RI, 2004), jilid II, h. xviii.
17
17
Sibli Sardjaja, LML. (Anggota), Drs. H. Mazmur Sya’roni (Anggota),
dan Drs. H. M. Syatbi AH (Anggota). Adapun bagian dari staf
sekretarisnya yaitu: Drs. H. Rosehan Anwar, APU, Abdul Aziz Sidqi,
M.Ag, Joni Syatri, S.Ag dan Muhammad Musadad, S.Th.I32
Tim tersebut didukung oleh Menteri Agama selaku Pembina,
K.H. Sahal Mahfudz, Prof. K.H. Ali Yafie, Prof. Drs. H. Asmuni Abd.
Rahman, Prof. Drs. H. Kamal Muchtar, dan K.H. Syafi’i Hadzmi
(Alm) selaku penasehat, serta Prof. Dr. H.M. Quraish Shihab dan Prof.
Dr. H. Said Agil Husin Al-Munawwar, M.A. selaku konsultan
Ahli/Narasumber. Ditargetkan setiap tahun tim ini dapat
menyelesaikan 6 juz, sehingga diharapkan akan selesai seluruhnya
pada tahun 2007.
Adapun aspek-aspek yang disempurnakan pada Tafsir
Departemen Agama ialah:33
1. Aspek bahasa, karena dirasa sudah tidak sesuai dengan
perkembangan bahasa Indonesia pada zaman sekarang.
2. Aspek substansi, berkenaan dengan makna dan kandungan ayat,
3. Aspek muna>sabah34 dan asba>b Al-nuzu>l.35
4. Aspek penyempurnaan hadis, melengkapi hadis dengan sanad dan
rawi.
5. Aspek transliterasi, mengacu pada Pedoman Transliterasi-Arab-
Latin berdasarkan SKB dua Menteri tahun 1987.
6. Dilengkapi dengan kajian ayat-ayat kauniyah.
32
Depag RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya (Edisi yang disempurnakan), xiii. 33
Khoirun Ni’mah, “Analisis Semantik Kata Majnun Dalam Tafsir Departemen Agama RI” (Skripsi SI., Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, 2016), 31-32.
34 Munasabah adalah kemiripan-kemiripan yang terdapat pada hal-hal tertentu
dalam al-Qur’an baik surat maupun ayat-ayatnya yang menghubungkan uraian satu dengan yang lainnya. Lihat Rachmat Syafi’I, Pengentar Ilmu Tafsir (Bandung, Pustaka Setia, 2012), 37.
35Asbabun nuzul adalah suatu keterangan mengenai suatu ayat atau rangkaian ayat
yang berisi sebab-sebab turunnya ayat al-Qur’an atau menjelaskan hukum suatu kasus pada kejadian saat ayat tersebut diturunkan, lihat Muhammad Chirzin, Mengerti Asbabun Nuzul (Jakarta: Zaman, 2015), 17.
18
18
7. Teks ayat al-Qur’an menggunakan rasm ‘us|ma>ni,36diambil dari
Mushaf al-Qur’an Standar yang ditulis ulang.
8. Terjemah al-Qur’an menggunakan al-Qur’an dan Terjemahnya
Departemen Agama yang disempurnakan.
9. Dilengkapi dengan kosa kata, untuk menjelaskan makna lafal
tertentu pada ayat yang ditafsirkan.
10. Pada setiap bagian akhir setiap jilid diberi indeks.
11. Diupayakan membedakan karakteristik penulisan teks Arab, antara
kelompok ayat yang ditafsirkan, ayat-ayat pendukung, dan
penulisan teks hadis.
Sebagai wujud pelaksanaan rekomendasi Musyawarah Kerja
Ulama Al-Qur’an tangga 8 s/d 16 Desember 2006 di Ciloto, maka
direkomendasikanlah penulisan tafsir tematik.37
Tafsir Tematik salah
satu model penafsiran dengan upaya untuk memahami dan
menjelaskan kandungan ayat al-Qur’an dengan cara menghimpun
ayat-ayat dari berbagai surah yang berkaitan dengan satu topik,
kemudian dianalisa kandungan ayat-ayat tersebut dengan diperkaya
keterangan hadis-hadis yang relevan dengan tema tertentu hingga
menjadi satu kesatuan konsep yang utuh.38
Pada tahun 2011 diterbitkan lima buku dengan tema-tema yang
ditetapkan dalam penyusunan tafsir tematik yang mengacu pada
berbagai dinamika dan perkembangan yang terjadi di masyarakat,
tema-tema tersebut ialah: 1) Al-Qur’an dan Kebhinekaan, 2) Tanggung
36
Rasm Usmani adalah cara penulisan kalimat-kalimat al-Qur’an yang disetujui sahabat Usman bin Affan (35 H/655 M), Lihat Zainal Arifin, Kajian Ilmu Rasm Usmani dalam Mushaf Al-Qur’an Standar Usmani Indonesia ( vol. 6, No 1, 2013), 36.
37Kementerian Agama RI, Tafsir Al-Qur’an Tematik: Pembangunan Generasi
Muda (Jakarta: Lajnah Pentashihan Al-Qur’an, 2012), xiv. 38
Didi Junaidi, “Mengenal Lebih Dekat Metode Tafsir Maudlu’i”. Diya al-Afkar, Vol. 4 No. 01 (Juni 2016): 23.
19
19
Jawab Sosial, 3) Komunikasi dan Informasi, 4) Pembanguan Generasi
Muda, dan 5) Al-Qur’an dan Kenegaraan.39
Selanjutnya, Kementerian Agama RI melalui Bidang Litbang
dan Diklat yang dilaksanakan oleh Lajnah Pentashihan Mushaf al-
Qur’an bekerja sama dengan LIPI menggagas Tafsir Ilmi yang
bercorak saintifik dengan metode tematik tepatnya pada tahun 2009.
Karya tafsir ini merupakan karya pertama pemerintah Indonesia di
bidang tafsir yang bercorak saintifik (al-Launi al-‘ilmi).40
Tim penyusun tafsir ini ialah para pakar yang dibagi menjadi dua
kategori dengan latar belakang keilmuan yang berbeda. Pertama,
mereka yang menguasai persoalan kebahsaan al-Qur’an dan hal-hal
terkait penafsiran seperti, asba>b al-Nuzu>l, muna>sabat al-aya>t, riwayat-
riwayat dalam penafsiran dan ilmu-ilmu keislaman lainnya. Kedua,
mereka yang menguasai persoalan-persoalan saintifik seperti fisika,
kimia, biologi, astronomi, dll. Keduanya bersinegri dalam bentuk
ijtihad kolektif untuk menjelaskan ayat-ayat kauniyyah dalam al-
Qur’an.41
Tafsir ilmi hasil dari kerjasama antara Kementerian Agama dan
Lembaga Ilmu Pengetahuan ini telah berhasil diterbitkan pada tahun
2011 dengan terdiri dari tiga tema, yaitu: 1) Air dalam Perspektif Al-
Qur’an dan Sains, 2) Tumbuhan dalam Perspektif Al-Qur’an dan
Sains, 3) Kiamat dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains.42
39
Kementerian Agama RI, Pembangunan Generasi Muda (Tafsir Al-Qur’an Tematik), xiv.
40Faizin, “Integrasi Agama Dan Sains Dalam Tafsir Ilmi Kementrian Agama”.
Jurnal Ushuluddin, Vol. 25 No. 1 (Januari-Juni 2017): 24. 41
Annas Rolli Muchlisin dan Khairun Nisa, Geliat Tafsir ‘Ilmi di Indonesia dari Tafsir Al-Nur hingga Tafsir Salman,” Journal of Islamic Studies and Humanities, Vol. 2, No. 2 (Desember 2017), 257.
42Kementerian Agama, Tumbuhan dalam Perspektif Al-Qur’an (Tafsir Ilmi),xiv.
20
20
C. Metode dan Corak Penafsiran
Metode yang digunakan pada tafsir Depag yaitu metode tah}li>li
yang terhitung sedang. Artinya tidak terlalu ensiklopedis. Adapun
pendekatannya menggunakan gabungan antara al-ma’tsu>r43 dan al-
ra’yi44 meskipun al-ma’tsu>rnya lebih dominan.45
Kitab Al-Qur’an Al-
Kari>m wa Tafsi>ruhu dalam penyempurnaannya, kementerian Agama
membentuk tim pakar LIPI yang khusus untuk mengkaji ayat-ayat
kauniyah atas kajian ayat dari perspektif Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi. Maka dengan detailnya penjelasan pada ayat-ayat tersebut
dan teori-teori Ilmu Pengetahuan/Sains yang mendominasi penafsiran
di dalamnya, maka dapat disimpulkan bahwa tafsir karya Departemen
Agama bercorak ‘ilmi. Selain bercorak ‘ilmi, tafsir Depag juga bisa
dikatakan ssebagai kitab tafsir dengan corak h}ida’i, karena meskipun
menggunakan berbagai pendekatan dalam penafsirannya baik ayat
yang berbicara tentang akidah, hukum, kisah-kisah, dan lainnya,
namun pada akhirnya tetap diarahkan pada sisi h}ida’i-nya yakni agar
manusia dapat mengambil pelajaran.46
43Tafsir bi al-ma’tsu>r adalah penafsiran ayat-ayat al-Qur’an dengan menggunakan
riwayat-riwayat yang ada dalam al-Qur’an, Sunnah, perkataan sahabat, bahkan para tabi’in, lihat Junair Suratman, “Pendekatan Penafsiran Al-Qur’an Yang Didasarkan Instrumen Riwayat, Nalar, dan IsyaratBatin.” Jurnal Intizar, Vol. 20, No. 1 (2014): 46.
44Tafsir bi al-Ra’yi adalah tafsir di mana mufassir berpedoman pada pemahaman
pribadi dan kesimpulan yang murni berdasarkan rasio untuk menjelaskan makna, di mana pemahaman tersebut tidak sesuai dengan ruh syariat dan bersandar pada nash-nash syariat, lihat Syaikh Manna’ Al-Qatthan, Dasar-dasar Ilmu Al-Qur’an (Jakarta: Ummul Qura’, 2016), 536.
45 Hasani Ahmad Said, Diskursus Munasabah Al-Qur’an dalam Tafsir Al-Misbah,
36. 46
Sudirman SN, Al-Qur’an Al-Karim Wa Tafsiruhu (Edisi Yang Disempurnakan) Karya Departemen Agama (Suatu Kajian Metodologi), h. 168.
21
BAB III
DESKRIPSI TENTANG GIZI DAN TUMBUHAN DALAM AL-
QUR’AN
A. Definisi Sumber Gizi
Secara etimologi kata gizi berasal dari bahasa Arab ghidza yang
berarti zat makanan, dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah
nutrion yang berarti bahan makanan atau zat gizi atau sering diartikan
sebagai ilmu gizi. Secara terminologi Gizi adalah suatu proses
organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal
melalui proses digesti, absorpasi, transpotasi, penyimpanan,
metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari
organ-organ, serta menghasilkan energi. Kata gizi merupakan kata
yang relatif baru dikenal sekitar tahun 1857.47
Dalam perkembangannya ilmu gizi sebenarnya sudah dimulai
sejak masa manusia purba pada abad pertengahan sampai munculnya
ilmu pengetahuan pada abad 19 dan abad 20. Pada masa purba ilmu
gizi dikaitkan dengan penggambaran manusia sebagai pemburu
makanan. Fungsi utama makanan pada masa tersebut hanya sebagai
upaya mempertahankan hidup.48
Antonie Lavoiser seorang ahli kimia dari Prancis atau yang biasa
disebut Bapak Ilmu Gizi telah berhasil meletakkan dasar Ilmu Gizi
berupa fungsi kimia dan biokimia dalam tubuh manusia. Ilmu gizi
lahir diawali dengan penemuan tentang hal yang berkaitan dengan
penggunaan energi makanan yang meliputi proses pernapasan,
oksidasi dan kalorimetri.49
47
Susilowati dan Kuspriyanto, Gizi Dalam Daur Kehidupan, (Bandung: PT Refika Aditama, 2016), 1.
48Ayu Bulan Febry, dkk, Ilmu Gizi Untuk Praktisi Kesehatan (Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2013),1. 49
Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, Gizi Dan Kesehatan Masyarakat, (Jakarta: Rajawali Pres, 2010), 3-4.
22
Selanjutnya, para ahli juga telah menemukan susunan kimia
yang berguna bagi kesehatan tubuh atau yang biasa disebut sebagai zat
gizi. Berbagai penelitian tentang berbagai kebutuhan zat gizi telah
dilakukan, juga penelitian tentang akibat kekurangan maupun
kelebihan zat gizi terhadap kesehatan. Agar tubuh dapat
mempertahankan kelangsungan hidupnya, tubuh melakukan
pemeliharaan dengan mengganti jaringan yang rusak, melakukan
kegiatan, dan pertumbuhan sampai mencapai usia dewasa. Untuk
menjalankan ketiga fungsi tersebut tubuh memerlukan sejumlah zat
gizi setiap hari melalui makanan. Jika jumlah zat gizi tersebut tidak
terpenuhi atau kelebihan, maka kesehatan yang optimal tidak akan bisa
dicapai.50
Dalam ilmu gizi dikenal lima macam zat gizi, yaitu
karbohidrat,51
lemak,52
protein,53
mineral,54
dan vitamin.55
Dalam
pengelompokannya zat gizi dibagi berdasarkan fungsi dan jumlah
yang dibutuhkan.
50
Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, Gizi Dan Kesehatan Masyarakat,4. 51
Karbohidrat merupakan salah satu sumber energi, selain lemak dan protein. Karbohidrat menyumbangkan energi sebesar 4 kalori/gram dan merupakan senyawa organic yang terdiri dari carbon, hydrogen dan oksigen yang disimpan dalam otot hati, lihat Ayu Bulan Febry, dkk, Ilmu Gizi Untuk Praktisi Kesehatan, 5.
52Lemak adalah senyawa organik yang terdiri dari atom karbon, hydrogen, dan
oksigen.Lemak bersifat larut dalam pelarut lemak.Lemak berfungsi sebagai pembangun jaringan dan juga sumber energy, lihat Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, Gizi Dan Kesehatan Masyarakat, 42.
53Protein adalah komponen dasar sel dan dibutuhkan untuk pertumbuhan,
penggantian dan perbaikan sel Protein juga merupakan komponen utama dalam semua sel hidup, protein yang berarti pertama atau utama merupakan makro molekul yang paling melimpah dalam sel hidup. Lihat Eva Ellya Sibagariang, Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi, 31.
54Mineral adalah salah satu zat gizi yang dibutuhkan tubuh. Mineral memegang
peranan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ, maupun fungsi tubuh secara keseluruhan, lihat Ella Salamah, dkk, “Kandungan Mineral Remis (Corbicula Javanica) Akibat Proses Pengolahan,” Jurnal Aktuatika, Vol III No. 1 (Maret 2012): 75.
55Vitamin adalah suatu zat senyawa kompleks yang sangat dibutuhkan oleh tubuh
yang berfungsi untuk membantu pengaturan atau proses kegiatan tubuh, kekurangan vitamin dapat menyebabkan besarnya peluang terkena penyakit, lihat Ruri Hartika Zain, “Representasi Pengetahuan (Knowledge) Berbasis Rule (Rule-Based) Dalam Menganalisa Kekurangan Vitamin Pada Tubuh Manusia,” Jurnal Media Processor Vol. 8, No. 2 (Juni 2013), 53.
23
23
Berdasarkan fungsinya, zat gizi digolongkan ke dalam
“Triguna Makanan”, yaitu sebagai berikut:56
a. Sumber zat tenaga, zat gizi yang termasuk ke dalam sumber zat
tenaga adalah padi-padian, umbi-umbian, serta tepung-
tepungan, seperti beras, jagung, gandum, ubi-ubian, kentang,
dll.
b. Sumber zat pengatur, yaitu sayuran dan buah-buahan. Zat
pengatur mengandung berbagai vitamin dan mineral yang
berperan untuk melancarkan berkerjanya fungsi organ tubuh.
c. Sumber zat pembangun, yaitu kacang-kacangan, makanan
hewani, dan hasil olahannya. Makanan sumber zat pembangun
yang berasal dari nabati adalah kacang-kacangan, tempe, dan
tahu. Zat pembangun berperan sangat penting untuk
pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan seseorang.
B. Faktor-faktor Yang Menyebabkan Kekurangan Gizi
Kualitas sumber daya manusia ditentukan oleh keadaan gizi
yang menjadi syarat utama kesehatan. Adapun faktor yang
menyebabkan gizi buruk dapat dikelompokkan menjadi dua bagian,
yaitu penyebab langsung dan penyebab tak langsung. Penyebab
langsung gizi buruk adalah kurangnya jumlah dan kualitas makanan
yang dikonsumsi serta menderita penyakit infeksi, sedangkan
penyabab tidak langsung gizi buruk adalah kurangnya ketersediaan
pangan rumah tangga, kemiskinan, pola asuh yang kurang memadai
dan pendidikan yang rendah.57
56
Susilowati dan Kuspriyanto, Gizi Dalam Daur Kehidupan, 6. 57
Silvera Oktavia, dkk, “Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi
Buruk Pada Balita Di Kota Semarang Tahun 2017,” Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol.
5 No 3 (Juli 2017): 186.
24
24
Berikut beberapa faktor tidak langsung yang mendorong
terjadinya gangguan gizi terutama pada balita:
1. Ketidaktahuan Akan Hubungan Makanan dan Kesehatan
Pola makan yang sehat memerlukan keberanekaragaman.
Sehingga ada makanan yang berguna untuk energi dan semangat
serta ada makanan yang berguna untuk pertumbuhan. Makanan
yang berguna untuk energi dan semangat seperti makanan-
makanan yang kaya akan zat tepung, gula dan lemak. Adapun
makanan yang berguna untuk pertumbuhan seperti makanan-
makanan yang kaya akan protein dan mineral. Selain itu, ada juga
makanan yang berguna sebagai daya tahan tubuh seperti makanan-
makanan yang kaya akan berbagai macam vitamin yang berasal
dari buah-buahan dan sayur-sayuran.58
Kebiasaan pola makan yang kurang sehat bukan hanya
terjadi pada keluarga yang kurang mampu, tetapi juga pada
keluarga yang berpenghasilan baik. Orang yang daya belinya
cukup dan tinggi dapat membeli semua jenis makanan, sehingga
kebiasaan makannya sering berlebihan dan tidak sehat. Akibatnya,
kelompok ini mudah terserang penyakit degenerative seperti darah
tinggi,59
kanker,60
kencing manis,61
kegemukan, dan sebagainya.62
58
Muhammad Kamil’ Abdushshamad, Mukjizat Ilmiah Dalam Al-Qur’an(Jakarta:
Akbar Media Eka Sarana, 2003), 235-236. 59
Darah tinggi atau hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari
140 mmHg dan tekanan darah diastolic lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran
dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat, lihat Pusat Data dan
Informasi Kementrian Kesehatan RI, Hipertensi, (Jakarta, 2014), 1. 60
Kanker adalah penyakit yang timbul akibat pertumbuhan tidak normal sel jaringan
tubuh yang berubah menjadi sel kanker, lihat Pusat Data dan Informasi Kementrian
Kesehatan RI, Situasi Penyakit Kanker, (Jakarta, 2015), 1. 61
Kencing manis atau diabetes adalah penyakit gangguan metabolic menahun akibat
pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin
yang diproduksi secara efektif. Insulin adalah hormon yang mengatur kesesimbangan
kadar gula darah. Akibatnya terjadi peningkatan konsentrasi glukosa di dalam darah,
lihat Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI, Situasi dan Analisis Diabetes,
(Jakarta, 2014), 1.
25
25
2. Masalah Gizi ganda
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang
sedang mengalami masalah gizi ganda. Masalah gizi ganda yang
sedang dihadapi Indonesia adalah terjadinya masalah gizi kurang
yang belum terselesaikan dan bersamaan pula muncul masalah gizi
lebih. Berat badan lebih (overweight) dan obesitas merupakan
kondisi seseorang dimana ketidakseimbangan antara jumlah energi
yang dikonsumsi dengan yang dibutuhkan oleh tubuh. Kegemukan
dan obesitas adalah masalah yang banyak terjadi pada usia dewasa,
namun tidak menutup kemungkinan masalah tersebut juga terjadi
pada anak-anak usia sekolah.63
Faktor penyebab obesitas pada remaja bersifat multifaktorial.
Peningkatan konsumsi makanan cepat saji (fast food), rendahnya
aktivitas fisik, faktor genetik, faktor psikologis, status sosial
ekonomi, program diet, usia, dan jenis kelamin merupakan faktor-
faktor yang berkontribusi pada perubahan keseimbangan energi
dan berujung pada kejadian obesitas.64
Kebiasaan mengkonsumsi
makanan yang melebihi kecukupan gizinya menimbulkan masalah
gizi lebih yang lebih utamanya terjadi di kalangan masyarakat
perkotaan.
3. Makan Berlebihan, Tidak Sehat
Selain tergantung pada uang, meningkatkan dan memelihara
keadaan gizi yang baik juga memerlukan pengetahuan. Oleh
karena itu, masalah gizi tidak hanya rawan terjadi pada masyarakat
62
Eko Budi Minarno dan Liliek Hariani, Gizi Dan Kesehatan Perspektif A-Qur’an dan Sains (Yogyakarta: UIN-Malang Press, 2008), 211.
63Nadya Dayinta N Ermano dan Bambang Wirjatmadi, Hubungan Aktivitas Fisik
Dan Asupan Gizi Dengan Status Gizi Lebih Pada Anak Usia Sekolah Dasar di Sdn Ketabang 1 Kota Surabaya Tahun 2017 (Departemen Gizi Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, 2018) h. 98.
64Weni Kurdanti, dkk, “aktor-faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Obesitas Pada
Remaja,’ Jurnal Gizi Klinik Indonesia, Vol. 11, No. 4 (April 2015), 180.
26
26
yang daya belinya rendah tetapi juga rawan bagi yang daya belinya
tinggi.
Masalah gizi yang timbul, baik itu gizi kurang atau gizi lebih
sebenarnya disebabkan oleh perilaku mausia itu sendiri yang tidak
bisa mengatur keseimbangan pola makan antara konsumi gizi dan
kecukupan gizinya. Sebagai solusinya hal ini membutuhkan
pengetahuan yang benar mengenai gizi, dengan pengetahuan itu
kita akan tahu bagaimana cara mengatur pola makan sehingga
seimbang, tidak berkekurangan dan tidak berebihan.
Tidak ada satu jenis pun makanan yang mengandung lengkap
semua zat gizi, yang mampu membuat seseorang hidup sehat,
tumbuh kembang dan produktif. Oleh sebab itu, setiap orang perlu
mengkonsumsi aneka ragam makanan. Makanan yang
beranekaragam dapat memberikan manfaat besar terhadap
kesehatan. Sebab zat gizi yang tidak terkandung dalam satu jenis
bahan makanan, akan dilengkapi oleh zat gizi serupa dari bahan
makanan yang lain.65
C. Tumbuhan Dalam Al-Qur’an
Di dalam al-Qur’an tumbuhan dan hewan disebutkan berulang kali.
Penyebutan tersebut mengandung berbagai maksud, mulai dari
perumpamaan, simbolisasi, kegunaannya sebagai obat dan makanan
sampai pada uraian atas suatu proses ilmu pengetahuan yang sedang
berlangsung.66
Melihat sejarah perkembangan kehidupan manusia sejak dulu
hingga sekarang, tumbuhan merupakan salah satu peran penting yang
harus selalu ada sebagai bahan pangan penunjang untuk kelangsungan
65
Eko Budi Minarno dan LiIiek Hariani, Gizi Dan Kesehatan Perspektif Al-Qur’an dan Sains, 217.
66 Kementerian Agama, Tafsir Ilmi: Tumbuhan dalam Perspektif Al-Qur’an dan
Sains (Jakarta: Lajnah Pentashihan Al-Qur’an), 4-5.
27
27
hidup manusia. Selain itu tumbuhan juga sangat penting bagi
perkembangan hewan. Maka dapat disimpulkan bahwa perkembangan
kehidupan manusia dan hewan sangat bergantung pada tumbuh-
tumbuhan.67
Jauh sebelum kehidupan manusia dan hewan ada di permukaan
bumi, tumbuhan telah giat melakukan pembentukan berbagai zat
makanan, terutama zat tepung melalui cara fotosintesis yang
tersimpan dalam sel. Sel dan jaringan tumbuhan ini adalah sumber
energi yang telah disediakan sang pencipta bagi manusia dan hewan.
Betapa pentingnya tumbuh-tumbuhan bagi kehidupan manusia dan
hewan, sehingga banyak ahli yang menandaskan bahwa “tanpa
tumbuh-tumbuhan tidak mungkin manusia dan hewan berada di muka
bumi ini”.68
1. Ayat-ayat Tentang Tumbuhan Dalam Al-Qur’an
Di dalam al-Qur’an dapat ditemukan banyak kata atau istilah
yang terkait dengan tumbuhan atau pepohonan, seperti bagian-
bagiannya; yaitu akar, dahan, batang, ranting, jenis biji-bijian,
sayuran, buah-buahan dan lainnya. Penyebutannya berjumlah 112
ayat yang tersebar pada 47 surah. Sejarah Islam mencatat sejumlah
nama yang ahli dalam bidang tumbuh-tumbuhan di masa lalu,
antara lain Ibnu Sina yang menulis buku Al-Qanun fit-Tibb dan
memasukkan jenis tumbuhan obat-obatan dalam pembahasannya,
Daud al-Antakiy, Ibnu al-Biytar, dan al-Idrisiy. Jauh sebelum itu,
Abu Hanifah al-Daynawari (w. 281 H) telah menulis buku “Kitab
an-Nabat” yang menganalisis dan menjelaskan jenis tumbuh-
tumbuhan, termasuk manfaatnya dalam pengobatannya.69
67
Yayan Sutrian, Pengantar Anatomi Tumbuh-tumbuhan: Tentang Sel dan Jaringan (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), 7-8.
68 Yayan Sutrian, Pengantar Anatomi Tumbuh-tumbuhan: Tentang Sel dan
Jaringan, 8. 69
Kementerian Agama, Tafsir Al-Qur’an Tematik Pelestarian Lingkungan Hidup (Jakarta: Lajnah Pentashihan Al-Qur’an, 2012), 121.
28
28
Berikut beberapa kosakata al-Qur’an yang terkait dengan
tumbuh-tumbuhan dan pepohonan: 70
Tabel 3.1 Term Tumbuhan dalam Al-Qur’an
No Kosakata Arti/Maksudnya Tempat (surah)
penyebutannya
1 `Abb / أب Jenis rumput yang dimakan
hewan. Atau sega,a sesuatu
yang tumbuh di muka bumi
‘Abasa/ 80: 31
2 `Asl أصل/ Bagian dasar yang membuat
tumbuhan tegak, seperti akar.
Ibrahim/ 14: 24
3 `Afnân أفنان/ Ranting yang lembut Ar-Rahman/ 55:
48
4 `Akmâm /أكمام Kelopak mayang Ar-Rahman/
55:11
5 `Akl /أكل Makanan Ar-Ra’d/ 13: 4
6 `A’jâz أ عجاز/ Batang-batang pohon al-Qamar/ 54:
20
7 Baql بقل / Setiap yang membuat
bumi/tanah menjadi hijau
al-Baqarah/2: 61
8 Basâl بصل / Bawang al-Baqarah/ 2:
61
9 Tîn تين / Buah Tin At-Tin/ 95: 1
10 Tsamar ثمر / Buah al-An’am/ 6: 99,
141
11 Juruz/ جرز Tanah yang tidak terdapat
tumbuhan di atasnya. Atau
tanah tandus yang tidak dapat
menumbuhkan tanaman
al-Kahf/ 18: 8,
dan as-Sajdah/
32: 27
12 Jannah/ جنة Kebun yang memiliki banyak
pepohonan sehingga
menaungi dan menutupinya
dengan daun dan batangnya.
Surga disebut juga dengan
jannah.
al-Kahf/ 18: 55
d
13 Jidz’-
judzû’ –جذع
جذوع /
Batang pohon Maryam/ 19: 23
dan Taha /20:
71
14 Habba- Jenis gandum atau lainnya al-An’am/ 6: 99
70
Kementerian Agama, Tafsir Al-Qur’an Tematik Pelestarian Lingkungan Hidup, 121-124.
29
29
Habbah –حب
حبة /
yang memiliki tangkai dan Qaf/ 50: 9
15 Harts حرث / Tanaman al-Baqarah/ 2:
71
16 Hasâd-hasîd
حصيد / –حصاد
Panen/ saat menuai Qaf/ 50: 9
17 Khardal
خردل /
Tumbuhan yang memiliki biji
yang sangat kecil
al-Anbiya’/ 21:
47
18 Khuḏr خضر / Warna hijau (daun) Yusuf/ 12: 43
19 Khamṯ خمط / Setiap tumbuhan yang
berbuah pahit. Atau buah dari
pohon yang berduri.
Saba’/ 34: 16
20 Duhn دهن / Hasil perasan dari tanaman
yang berlemak, seperti
minyak
al-Mu’minun /
23: 20
21 Ruṯab/ رطب Kurma yang sudah mulai
lembut dan matang
Maryam/ 19:25
22 Rummân رمان
/
Buah atau pohon delima Ar-Rahman /
55:68
23 Rayhan / ريحان Setiap yang berbau wangi al-Waqi’ah /
56:89
24 Zar’-Zuru’
زروع –زرع
Tanaman Ar-Ra’d / 13:4
25 Zaqqûm / زقوم Pohon dengan buah yang
pahit dan bau yang tidak
enak. Bila tersentuh kulit
akan melukainya. Disebut
dalam al-Qur’an dalam
konteks siksa di neraka.
Apakah itu yang dimaksud,
wallahu’alam
As-Saffat / 37:
62
26 Zanjabil
زنجبيل /
Jahe al-Insan / 75: 17
27 Zayt زيت / Minyak hasil perasan dari
zaitun
An-Nur / 24: 35
28 Sidr سدر / Sejenis pohon bidara Saba’ / 34: 16
29 Sunbulah
سنبلة/
Tangai pohon al-Baqarah /2:
261
30 Sâq-Sûq / ساق
سوق –
Batang pohon a-Fath / 48: 29
31 Syajarah / Pohon Ibrahim / 14: 24
30
30
شجرة
32 Syaṯâhu / شطاه Sesuatu yang keluar dari
tanaman dan bercabang
al-Fath / 48: 29
33 Sibg / صبغ Bahan pembangkit selera al-Mu’minun /
23: 20
34 Dari’ / ضريع Jenis makanan penghuni
neraka
al-Gasyiyah /
88: 6
35 Ṯalh/ طلح Pohon pisang al-Waqi’ah / 56:
29
36 Ṯhal’ / طلع Pohon yang menjulang Qaf / 50: 10
37 ‘Asf / عصف Kulit biji-bijian Ar-Rahman /
55: 12
38 ‘Adas / عد س Kacang adas al-Baqarah / 2:
61
39 ‘Asal / عسل Madu Muhammad /
47: 15
40 ‘Urjûn /
عرجون
Buah anggur Yasin / 36: 209
41 Fakihah -
fawâkih / -فاكهة
فواكه
Buah-buahan Yasin / 36: 75
42 Far’ / فرع Pucuk pohon Ibrahim / 14: 24
43 Fatil / فتيل Tumbuhan yang belum
merekah
An-Nisa’ / 4: 49
44 Fûm / فوم Bawang putih atau gandum al-Baqarah / 2:
61
45 Qitsâ’ / قثاء Tumbuhan yang buahnya
mirip mentimun
al-Baqarah / 2:
61
46 Qaḏb / قضب Sayuran yang dimakan seger,
atau pohon yang rantingnya
memanjang dan melebar
‘Abasa / 80: 28
47 Qutûf / قطوف Buah yang sudah matang dan
siap dipetik
al-Insan / 76: 14
48 Qiṯmîr /قطمير Kulit lunak yang menyelimuti
biji
Fatir / 35: 13
49 Qinwân / قنوان Tangkai-tangkai yang
menjulang
al-An’am / 6: 99
50 Kâfûr / كافور Jenis wangian al-Insan / 76: 5
51 Lînah / لينه Kurma atau batang/ ranting
pohon
al-Hasyr / 59: 5
52 Ma’rusyât / Tanaman yang merambat al-An’am / 6:
31
31
141 معروشات
53 Mann / من Sejenis madu yang beku dan
turun dari langit
al-Baqarah / 2:
57
54 Mar’a / مرعى Tempat menggembala
ternak(padang rumput)
An-Nazi’at/ 79:
31
55 Nabât / نبات Tanaman/ tumbuhan Yunus / 10: 24
56 Nakhl-nakhîl
/ نخيل -نخل
Kurma al-An’am / 6: 99
57 Naḏîd-
manḏûd /
منضود -نضيد
Pohon dengan buah yang
bersusun-susun
Qaf / 50: 10
58 Nawa’ /نوى Biji (kurma) al-An’am / 6: 95
59 Waraq / ورق Daun al-A’raf / 7: 22
60 Hasyim / هشيم Tanaman yang kering al-Qamar / 54:
31
61 Yaqṯîn / يقطين Tanaman yang tidak memiliki
batang dan melebar di atas
tanah seperti mentimun,
semangka dll.
As-Saffat / 37:
146
2. Fungsi Tumbuhan dalam Al-Qur’an
Tumbuh-tumbuhan dan pepohonan memiliki banyak manfaat
bagi makhluk lain di muka bumi. Berikut beberapa kesimpulan
dari al-Qur’an tentang manfaat tumbuh-tumbuhan:
a. Tumbuhan sebagai sumber makanan
Tumbuhan yang kaya akan berbagai macam kandungan
seperti vitamin, karbohidrat, lemak, serat, juga protein nabati
sangat baik dimanfaatkan sebagai sumber makanan pokok yang
sangat penting untuk membantu kesehatan pada tubuh. Selain
dapat dimanfaatkan sebagai sumber makanan pokok, tumbuhan
juga dapat dimanfaatkan sebagai bumbu masakan dan pewarna
makanan untuk dapat menghasilkan makanan yang lebih
sehat.71
71
Yeni Nurhidayah dkk, “Tumbuhan Berptensi Bahan Pangan di Desa Sebangun Kecamatan Sebawi Kabupaten Sambas,” Protobiont, Vol. 4, No. 1(2015): 151.
32
32
b. Tumbuhan sebagai obat-obatan
Beberapa jenis tumbuhan selain berfungsi sebagai bahan
makanan juga berfungsi sebagai obat-obatan. Tumbuhan
menjadi salah satu sumber utama dalam proses pencegahan dan
pengobatan terhadap berbagai penyakit. QS. An-Nahl/16: 69
menyatakan dengan tegas bahwa dari sari tumbuhan dan buah-
buahan yang diisap oleh lebah dihasilkan madu yang
didalamnya terkandung obat.72
“Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-
buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah
dimudahkan (bagimu).dari perut lebah itu ke luar
minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di
dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi
manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-
benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang
yang memikirkan (QS. An-Nahl/16: 69)”.
Di dalam al-Qur’an hanya ada satu makanan atau
minuman yang disebutkan oleh Allah yang didalamnya
mengandung obat, makanan atau minuman itu ialah madu.
Dalam Tafsir Ibn Kas|i>r pada ayat di atas diterangkan bahwa
madu lebah itu tidak selalu sama warnanya dan tidak pula
rasanya. Madu memiliki berbagai macam warna, ada yang
putih, kuning, merah, dan warna-warna lainnya yang indah
72
Kementerian Agama, Tafsir Al-Qur’an Tematik Pelestarian Lingkungan Hidup, 134.
33
33
sesuai dengan tempat peternakan dan makanannya.Yakni,
sesumgguhnya ilham dari Allah kepada serangga lebah ini
yang memerintahkan kepadanya agar menempuh jalan yang
Telah ditetapkam untuknya seraya memikul tugas menisap sari
buah-buahan, lalu mengumpulkan dan memprosesnya secara
alami menjadi lilin dan madu.73
Seorang professor dari Universitas Walikato di Selandia
Baru yaitu Prof. Peter Molan telah melakukan penelitian pada
madu dan telah berhasil menemukan salah satu keistimewaan
yang terdapat pada madu. Madu memiliki kadar anti oksidan
yang cukup tinggi, madu juga dapat mengobati penyakit
sembelit akut dan tidak memiliki efek samping. Selain itu
dalam penelitian mendalamnya Prof. Molan juga menemukan
bahwa madu dapat meminimalisasi keberadaan penyakit
kanker. Menurutnya, tidak akan ada benda apapun di alam
semesta ini yang menyerupai madu dalam hal
kemampuannya.74
Selain madu, para ahli telah menemukan tumbuhan lain
yang kaya akan manfaat dalam pengobatan yaitu zaitun.
Minyak yang dihasilkan dari buah zaitun memiliki beberapa
keuntungan, di antaranya dapat menjaga kesehatan jantung dan
pembuluh darah, mencegah kanker, membantu pertumbuhan
tulang, membantu pertumbuhan anak, mengurangi tekanan
darah, menurunkan asam lambung dan lain sebagainya.75
73
M. Quraish Shihab,Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, Vol 8 ( Jakarta: Lentera Hati, 2002), 204.
74Hisham Thalbah, Kemukjizatan Tumbuhan dan Buah-buahan (Ensiklopedia
Mukjizat Al-Qur’an Dan Hadis), Jilid 6(Bekasi: Sapta Sentosa, 2008), 68. 75
Nurhidayah, “Urgensi Tumbuhan Bagi Kehidupan Dalam Perspektif Al-Qur’an” (Skripsi S1, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), 57-58.
34
34
c. Tumbuhan Sebagai Penghasil Oksigen
Menurut para ahli fosil, tumbuhan tertua baru ditemukan
sekitar 450 juta tahun yang lalu, kemudian diikuti oleh
makhluk-makhluk lain, seperti hewan dan manusia.Yang
diperkirakan kehidupannya dimulai sekitar 200 ribu tahun yang
lalu. Proses penahapan ini bukanlah tanpa maksud. Kehadiran
tumbuhan jauh sebelum manusia dan hewan karena ia memiliki
peran yang sangat besar dalam melapisi atmosfir bumi dengan
oksigen sehingga layak untuk dihuni. Oksigen adalah bahan
bernapas bagi semua makhluk hidup, termasuk manusia dan
hewan. Apabila tidak ada tumbuhan sebagai penghasil oksigen,
maka persediaan oksigen di udara suatu saat akan habis dan hal
tersebut akan menjadi akhir dari semua makhluk hidup di
bumi. Tumbuhan dapat memproduksi oksigen karena sel
tumbuhan, tidak sebagaimana sel manusia dan binatang, dapat
menggunakan secara langsung energi matahari. Tumbuhan
akan mengubah energi matahari menjadi energi kimia, dan
menyimpannya dalam bentuk nutrien dengan cara yang khusus.
Proses ini dinamakan fotosintesis.76
Al-Qur’an surah Yasin/36: 80
“Yaitu Tuhan yang menjadikan untukmu api dari kayu
yang hijau, Maka tiba-tiba kamu nyalakan (api) dari kayu
itu(Qs. Yaasiin/36: 80)”.
Para penyusun Tafsir al-Muntakhab memberikan
komentar pada ayat ini yaitu bahwa ayat ini telah
76
Kementerian Agama, Tafsir Al-Qur’an Tematik Pelestarian Lingkungan Hidup, h. 137
35
35
mengisyaratkan fakta ilmu pengetahuan alam mengenai siklus
air pada bumi. Proses penguapan air laut dan samudra yang
membentuk awan kemudian menurunkan air hujan ke
permukaan bumi. Air hujan yang turun di atas permukaan bumi
itu kemudian membentuk sungai yang mengalirkan sumber
kehidupan ke daerah-daerah kering dan jauh untuk pada
akhirnya bermuara di laut. Secara alami air berputar dari laut
ke udara, dari udara ke daratan dan dari daratan ke laut lagi,
dan begitu sampai seterusnya.77
3. Anjuran Pemanfaatan Tumbuhan dan Larangan Pengrusakan
Alam
Sumber daya alam adalah segala bentuk kandungan alam,
sebagai nikmat dan karunia Allah swt yang bisa dieksploitasi dan
diolah manusia untuk mendukung kelangsungan hidupnya dan
keperluan makhluk-makhluk lain. Sumber daya alam tersebut
adalah sumber daya alam mineral, sumber daya laut, sumber daya
hutan, dan lain-lain. Al-Qur’an tidak pernah menginformasikan
segala sesuatu di alam ini hanya sebagai unsur lingkungan
semata,melainkan seluruhnya merupakan sumber daya yang
memberi manfaat bagi manusia dan makhluk lain.
Selain diperintahkan untuk memanfaatkan alam, manusia
juga diberi amanat sebagai makhluk yang paling
bertanggungjawab terhadap alam dengan cara melestarikan alam
dan tidak merusaknya.
77
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, 345-346.
36
36
a. Anjuran Pemanfaatan Tumbuhan
Islam telah menuntut manusia untuk menyelidiki dan
memahami pola Tuhan dalam alam, termasuk di dalamnya
adalah pola perawatan dengan penuh kasih sayang, perawatan
sekaligus membuatnya menjadi indah. Lebih dari itu Islam juga
menuntut manusia untuk menghidupkan tanah-tanah yang tidak
produktif dengan menanaminya pohon-pohon atau tanam-
tanaman, bukan hanya untuk kepentingan sesaat tetapi juga
untuk generasi manusia di masa depan.78
Al-Qur’an surat al-An’am/6: 141
“Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang
berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon korma,
tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun
dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak
sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermacam-
macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di
hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir
miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-
lebihan (Qs. Al-An’am/6: 141)”.
Ayat ini berbicara tentang sayuran dan buah segar beserta
rasanya, dalam konteks zakat pertanian dan ketidaksukaan
78
Fachruddin M. Mangunjaya dkk, Menanam Sebelum Kiamat: Islam, Ekologi, dan Gerakan Lingkungan Hidup (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2007), 7.
37
37
Allah terhadap apa saja yang sifatnya berlebihan. Manusia
diberitahu bahwa semua itu Allah ciptakan sebagai makanan
bagi manusia. Allah menginginkan agar manusia memperoleh
semua itu dengan bercocok tanam. Setelah memanen hasilnya
mereka didorong untuk memberi sebagiannya kepada orang
lain dalam bentuk zakat, dan berterima kasih kepada Allah atas
berkah yang diberikan oleh-Nya.79
Nabi Muhammad SAW juga menganjurkan kita untuk
bercocok tanam, sebagaimana hadis berikut: Hadis tentang
keutamaan bercocok tanam.
عن قتادة عن أنس بن مالك رضي الله عنه قال قال رسول الله
صلى الله عليه وسلم : ما من مسلم يغرس غرسا، أو يزرع زرعا
مة، إلا كان له به صدقة. وقال لنا فيأكل منه طير أو إنسان أو بهي
مسلم حدثنا أبان حدثنا قتادة حدثنا أنس عن النبي صلى الله عليه
.وسلم“Dari Qatadah dari Anas RA, dia berkata, “Rasulullah
SAW bersabda, ‘Tidaklah seorang muslim menanam
tanaman atau menumbuhkan tumbuhan lalu dimakan oleh
burung, manusia atau hewan ternak, melainkan hal itu
menjadi sedekah baginya.”Muslim berkata kepada kami;
Aban telah menceritakan kepada kami, Anas telah
menceritakan kepada kami dari Nabi SAW”.80
b. Larangan Pengrusakan Alam
Allah telah menciptkan bumi dan seisinya untuk
dijadikan sebagai lingkupan hidup bagi manusia. namun, selain
berfungsi sebagai lingkungan hidup bagi manusia, bumi juga
merupakan satu kesatuan dari jalinan alam raya yang jauh lebih
besar, yang dinyatakan oleh al-Qur’an cukup penting dan
79
Kementerian Agama, Tafsir Ilmi: Tumbuhan Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains (Jakarta: Lajnah Pentashihan Al-Qur’an), 19.
80 Al-Imam Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Baari Syarah Shahih
Bukhari(Kitab Muzara’ah) (Riyadh: Maktabah Darussalam, 1418), 211.
38
38
strategis dalam rangka memelihara lingkungan hidupnya untuk
menjaga dan memelihara keseimbangan alam raya.81
Di dalam ajaran Islam terdapat dua konsep yang
berkaitan dengan penciptaan manusia dan alam semesta, yakni
konsep Khali>fah dan Amanah. Konsep khali>fah telah menyatak
bahwa Allah telah memilih manusia sebagai khali>fah di muka
bumi ini (Khali>fatullah fi al-’Ard}). Sebagai makhluk yang telah
dipilih sebagai wakil Allah manusia wajib untuk dapat
mempersentasikan dirinya seseuai dengan sifat-sifat Allah. Dan
salah satu sifat Allah tentang alam adalah sebagai pemelihara
atau penjaga alam. Dengan demikian, sebagai waki Allah di
muka bumi ini, manusia harus aktif dan bertanggung jawab
untuk menjaga bumi. Artiya, menjaga keberlangsungan fungsi
bumi dan keberlanjutan kehidupannya.82
Al-Qur’an surat al-Baqarah/2: 30
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat:
"Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di
muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan
membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah,
Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau
dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:
81
Kementerian Agama, Tafsir Al-Qur’an Tematik Pelestarian Lingkungan Hidup, 209.
82 Arif Sumantri, Kesehatan Lingkungan (Jakarta: Kencana Prenada Medaia Grup,
2010), 268.
39
39
"Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui” (Qs. Al-Baqarah/1: 30)”.
Sebagian mufassir berpendapat bahwa yang dimaksud
dengan khali>fah ( ليفةخ ) di sini adalah pengganti Allah dalam
melaksanakan perintah-perintah-Nya kepada manusia.
Karenanya, istilah yang menyatakan, “Manusia adalah Khalifah
Allah di bumi” ialah manusia mendapatkan tanggung jawab
sebagai seorang khali>fah atau pemimpin yang ditugaskan untuk
menjaga bumi ini dengan baik.83
Dalam tafsir Departemen Agama dijelaskan bahwa yang
dimaksud dengan kekhalifahan Adam a.s. di bumi ini adalah
kedudukannya sebagai khali>fah di bumi ini, untuk
melaksanakan perintah-perintahNya dan memakmurkan bumi
serta memanfaatkan segala apa yang ada padanya. Kemudian,
para ulama telah menyebutkan syarat-syarat yang harus dimiliki
eh tokoh pemimpin yang dimaksudkan itu, antara lain ialah: adil
serta berpengetahuan yang memungkinkannya untuk bertindak
sebagai hakim yang mujtahid, tidak mempunyai cacat
jasmaniah, serta berpengalaman cukup dan tidak pilih kasih
dalam menjalankan hukum-hukum Allah.84
Lingkungan merupakan bagian mutlak dari kehidupan
manusia.Lingkungan sudah ada sebelum manusia berada di
bumi. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan manusia di bumi
sangat dipengaruhi dan bergantung pada lingkungan hidup.
Manusia tidak akan dapat hidup tanpa adanya tumbuh-
83
Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maragi (Semarang: PT. Karya Toko Putra, 1992), 135.
84 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jilid I (Jakarta: Depag RI,
2004), 87.
40
40
tumbuhan, hewan dan komponen benda-benda lain di
lingkungannya. Karena itu, untuk menjaga kelestarian
lingkungan hidup diperlukan pengetahuan tentang lingkungan
hidup dan semua permasalahannya, maka manusia dapat
mengelola lingkungan hidup secara baik dan benar, sehingga
pembangunan tetap terselenggara tanpa merusak lingkungan.85
85
Azhar, “Manusia Dan Sains Dalam Perspektif Al-Qur’an”. Lantanida Journal, Vol.4 No. 1 (2016), 81-82.
41
BAB IV
TUMBUHAN YANG BERFUNGSI SEBAGAI SUMBER GIZI
A. Tumbuhan Sebagai Sumber Makanan Bagi Makhluk Hidup
Sebagai makhluk hidup manusia mebutuhkan bahan pangan
untuk kelangsungan hidup, bahan pangan yang dibutuhkan manusia
adalah yang mengandung beberapa zat gizi, seperti: karbohidrat,
lemak, protein vitamin, air dan mineral. Sumber makanan tersebut
dapat diperoleh dari tumbuhan.86
Proses tumbuhnya tumbuhan-tumbuhan tersebut telah dijelaskan
dalam al-Qur’an surat Al-An’am ayat 99 sebagai berikut:
“Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami
tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan Maka
Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang
menghijau. Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir
yang banyak; dan dari mayang korma mengurai tangkai-tangkai
yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (kami keluarkan pula)
zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa.perhatikanlah
buahnya di waktu pohonnya berbuah dan (perhatikan pulalah)
86
Laura J dkk, Food, Nutrion and Agriculture, Terj. Suhardjo (Jakarta: UI-Press, 2006), 12.
42
42
kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-
tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman.
Allah swt menjelaskan bahwa Dia telah menurunkan hujan dari
langit yang menyebabkan tumbuhnya berbagai jenis tumbuhan yang
terdiri dari berbagai ragam bentuk, macam dan rasa, Sebagai firman
Allah swt dalam Qs. Ar-Ra’d/13: 4“disirami dengan air yang sama,
tetapi Kami lebihkan tanaman yang satu dari yang lainnya dalah hal
rasa.” Disebutkan hujan turun dari langit adalah menurut kebiasaan
mereka (سماء) “Sama>” atau langit digunakan untuk apa saja yang
berada di atas; sedang yang dimaksud Sama dalam ayat ini ialah
Sah}a>b” yang berarti awan seperti ditunjukkan dalam firman“ (سحاب)
Allah: “pernahkah kamu memperhatikan air yang kamu minum?
Kamukah yang menurunkan dari awan ataukah Kami yang
menurunkan? Qs. Al-Waqi’ah/56: 68-69. Allah menjelaskan bahwa
air itu sebagai sebab bagi tumbuhnya segala macam tumbuh-
tumbuhan yang beraneka ragam bentuk jenis dan rasanya, agar
manusia dapat mengetahui betapa kekuasaan Allah mengatur
kehidupan tumbuh-tumbuhan itu.87
Kemudian Allah menyebutkan perincian dari tumbuhan yang
beraneka ragam itu; di antaranya ialah rerumputan yang tumbuh
berumpun-rumpun sehingga kelihatan menghijau, tumbuhan jenis ini
mengeluarkan buah yang berbentuk butiran-butiran kecil yang
terhimpun dalam tangkai seperti gandum, syair dan padi. Kemudian
jenis tumbuhan yang mengeluarkan buah dari dalam sebuah tandan
yang menjulai rendah sehingga mudah dipetik, yang termasuk jenis
tumbuhan ini ialah kurma. Terakhir disebutkan juga tumbuhan dari
87
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya (Edisi yang disempurnakan), jilid III (Jakarta: Depag RI, 2004), 227-228.
43
43
jenis lain yang beraneka ragam seperti anggur, zaitun, dan delima yang
mempunyai persamaan dan perbedaan sifat bentuk dan rasanya.88
Tabel 4.1 Tumbuhan Sebagai Sumber Makanan Bagi Makhluk Hidup
No Diksi Al-
Qur’an
Tafsir
Kemenag 1
Tafsir Kemenag
II
Tafsir Kemenag
III
الله، سماء، ماء، 1
نبات، حبا،
نخل، أعناب،
زيتون، الرمان،
Allah swt
menjelaskan
bahwa Dia
telah
menurunkan
air hujan dari
langit yang
menyebabkan
tumbuhanya
berbagai jenis
tumbuhan
seperti
butiran-
butiran (padi,
gandum,
syair), kurma,
anggur, zaitun
dan delima.
Dengan
tumbuh-
tumbuhan
tersebutlah
manusia
mendapatkan
makanannya.
fase manusia
dan hewan
memperoleh
makananya
ialah pertama,
Allah
menurunkan
air hujan dari
langit untuk
menyirami
bumi, kedua,
tanah terbelah
dan tumbuhan
mulai keluar,
ketiga, dari
tumbuhan itu
keluarlah biji-
bijian, dan
buah-buahan
yang
dihasilkan oleh
tumbuhan.
Allah swt telah
menyedikan
sumber makanan
bagi manusia
dari bumi yang
tiada habis-
habisnya.
Sumber makanan
tersebut berasal
dari tanah berupa
tanaman yang
didukung oleh
keberadaan air
dan sinar
matahari melalui
proses
fotosintesis. Dari
tumbuhan itu
Allah
menciptakan
biji-bijian, sayur-
sayuran dan
buah-buahan
sebagai makanan
bagi manusia.
88
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, 228.
44
44
Jadi, fase manusia dan hewan dapat memperoleh makanannya
ialah pertama turunnya air hujan dari langit yang menyirami bumi,
kedua terbelahnya tanah kemudian dari dalam tanah tersebut keluarlah
tumbuhan yang didukung oleh keberadaan air yang turun dari langit
dan sinar matahari melalui proses fotosintesis, ketiga dari tumbuhan
yang keluar dari tanah itulah Allah menciptakan, biji-bijian, sayur-
sayuran dan buah-buahan yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber
makanan bagi makhluk hidup. 89
Hamka menjelaskan bahwa dalam ayat ini juga diterangkan
kepentingan air hujan bagi kehidupan. Air hujan itulah yang
menyebabkan tumbuhnya berbagai warna tumbuh-tumbuhan, besar dan
kecil, sejak dari rumput sampai beringin, bumi menjadi subur.Selain
itu, kita juga diperintahkan untuk memperhatikan belahnya buah dan
bijisampai kepada munculnya berbagai ragam buah-buahan, maka
semuanya itu adalah mengajak kita berfikir, untuk menambah ilmu
tentang alam dan akhirnya membuat kita meneguhkan iman kita
kepada Allah.90
Ayat ini menegaskan bahwa Allah lah yang telah menurunkan air
dari langit dalam bentuk hujan yang deras dan banyak, lalu Allah
keluarkan tumbuh-tumbuhan yang disebabkan oleh turunnya air hujan
tersebut. Mengutip dari kitab al-Muntakhab fi al-Tafsi>r, Quraish
Shihab mengemukakan bahwa:
“Ayat ini menerangkan tentang proses penciptaan buah
yang tumbuh dan berkembang melalui beberapa fase hingga
samapi pada fase kematangan. Pada saat fase kematangan itu,
suatu jenis buah mengandung komposisi zat gula, minyak,
protein, berbagai zat karbohidrat, dan zat tepung.Semuanya itu
terbentuk atas bantuan cahaya matahari yang masuk melalui
89
Kementerian Agama, Tafsir Al-Qur’an Tematik: Pelestarian Lingkungan Hidup, cet. Ke 2 (Jakarta: Lajnah Pentashihan Al-Qur’an, 2012), 131.
90Hamka, Tafsir Al-Azhar, juz VII (Jakarta: Pustaka Penjas, 1983), 291.
45
45
klorofil yang pada umumnya terdapat pada bagian pohon
berwarna hijau, terutama pada daun.”91
Pada surat an-Nah}l ayat 11 juga dijelaskan bahwa dengan air
hujan Allah telah menumbuhkan tanaman dan buah-buahan. Bumi yang
tandus akan menjadi subur dengan turunya air hujan sehingga
tumbuhlah berbagai jenis tumbuhan. Selain berfungsi untuk
menumbuhkan tumbuhan, air juga menjadi sumber utama yang
dibutuhkan oleh manusia dan makhluk hidup lainnya. Di darat, air
dijumpai dalam bentuk sungai, danau dan air yang tersimpan di dalam
tanah.Selain digunakan sebagai air minum, air juga diperlukan untuk
pertanian, peternakan, transportasi, sumber energi bahkan pariwisata.92
Dari beberapa pemaparan di atas maka dapat penulis
simpulkan bahwa Allah telah menjamin kehidupan makhlukNya
dengan menyediakan tumbuhan sebagai sumber makanan untuk
kelangsungan hidup. Dalam proses tumbuhnya tumbuh-tumbuhan
air menjadi salah satu faktor penting, karena dengan air bumi
menjadi subur kemudian terbelah, dari dalam tanah itu muncul
tumbuhan, dan dari tumbuhan itu keluarlah biji-bijian dan buah-
buhan yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber makanan yang
mengandung gizi yang baik.
B. Konsep Gizi yang Melekat Pada Makanan yang Baik
Makanan dan minuman sangat penting bagi manusia, bukan
hanya untuk memenuhi kebutuhan fisik melainkan juga untuk
memenuhi kebutuhan spiritual.Manusia perlu bersyukur karena Allah
swt telah menyediakan beragam makanan di bumi ini, selain itu, Allah
91
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, vol 1 (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 573-574.
92Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Badan Litbang dan Diklat Kementrian
Agama RI denga Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Penciptaan Bumi Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2010), 14.
46
46
juga telah menciptakan sistem pencernaan makanan dan metabolism
makanan dalam tubuh dengan amat canggih.93
Dalam al-Qur’an Allah memerintahkan manusia untuk
megkonsumi makanan yang baik, yakni makanan yang menyehatkan
dan tidak menimbulkan penyakit. Allah swt berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang
baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah
kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah”
(Qs. Al-Baqarah/2: 172)
Di dalam ayat ini ditegaskan agar seorang mukmin memakan
makanan yang baik yang diberikan Allah, selain itu, rezeki yang
diberikan oleh Allah juga haruslah disyukuri. Dalam ayat ini perintah
ditunjukkan kepada orang mukmin saja agar mereka memakan rezeki
Allah yang baik-baik. Oleh sebab itu, perintah ini diiringi dengan
perintah mensyukurinya. Sedangkan dalam ayat 168 perintah Allah
untuk memakan makanan yang baik-baik ditunjukkan kepada manusia
pada umumnya, karenanya pada ayat tersebut juga diiringi dengan
larangan untuk mengikuti ajaran setan.94
Dalam al-Qur’an kriteria makanan yang baik (t}ayyib) yang
disebutkan pada ayat di atas dilengkapi dengan kriteria halal seperti
dijelaskan pada surah al-Baqarah/2: 168
93
Kementerian Agama RI, Tafsir Ilmi: Makanan dan Minuman Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2011), 1.
94Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya (Edisi yang disempurnakan),
jilid I, 254.
47
47
“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa
yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-
langkah syaitan; karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh
yang nyata bagimu” (Qs. Al-Baqarah/2: 168)
Ibn ‘Abbas mengatakan bahwa ayat ini turun mengenai suatu
kaum yang terdiri dari Bani Saqif, Bani Amir bin Sa’sa’ah, Khuza’ah
dan Bani Mudli. Mereka mengharamkan menurut kemauan mereka
sendiri memakan beberapa jenis binatang seperti bahirah yaitu unta
betina yang telah beranak lima kali dan anak kelima itu jantan, lalu
dibelah telinganya; dan wasilah yaitu domba yang beranak dua ekor,
satu jantan dan satu betina, lalu anak yang jantan tidak boleh dimakan
dan harus diserahkan kepada berhala. Kabilah-kabilah itu hanya
mengharamkan beberapa jenis tanaman dan binatang berdasarkan
hokum yang mereka tetapkan dengan mengikuti tradisi yang mereka
warisi dari nenek moyang mereka, padahal Allah tidak
mengharamkan memakan jenis binatang itu, bahkan telah
menjelaskan apa-apa yang diharamkan memakan-Nya dalam
firmannya Qs. Al-Maidah/5: 3 yaitu: “diharamkan bagimu
(memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang
disembelih atas nama selain Allah, dan (hewan yang mati) tercekik,
yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang
buas, kecuali yang sempet kamu sembelih, dan (diharamkan juga
48
48
bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga)
mengundi nasib dengan anak panah, itu adalah suatu kefasikan.”95
Segala jenis makanan selain dari yang disebutkan dalam ayat
ketiga surat al-Maidah di atas boleh dimakan. Namun, beberapa
ulama berpendapat bahwa di samping yang disebutkan dalam ayat
utu, ada lagi yang diharamkan memakannya berdasarkan hadis
Rasulullah saw seperti makan binatang yang bertaring tajam atau
bercakar kuat. Selain dari yang diharamkan Allah dan selain yang
tersebut dalam hadis sesuai dengan pendapat sebagian ulama adalah
halal, boleh dimakan.
Tabel 4.2
Tabel Diksi H}ala>lan T}ayyiban
No Nama Tafsir Penjelasan
1 Al-Qur’andan
Tafsirnya
Kemenag
Makanan yang halal yaitu makanan yang
tidak haram, baik zatnya maupun cara
memperolehnya. Sedangkan makanan
yang baik (t}ayyib) yaitu makanan yang
sehat, aman dan tidak berlebihan.
2 Tafsir Tematik
Kemenag
Tidak dijelaskan
3 Tafsir Ilmi
Kemenag
Makanan yang halal adalah makanan
yang diizinkan dikonsumsi menurut
aturan hukum Islam baik al-Qur’an
maupun hadis. sedangkan makanan yang
T}ayyibadalah makanan yang memberikan
cukup energi (kalori) dan mampu
menjaga kesehatan dan pertumbuhan.
4 Tafsir al-Misbah Makanan yang halal adalah makanan
yang tidak haram, agama tidak melarang
untuk memakannya.
5 Jurnal Tahkim Makanan yang halal adalah makanan
95
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya (Edisi yang disempurnakan), jilid II, 287.
49
49
yang diperoleh sesuai dengan ketentuan
syari’at Islam. Sedangkan makanan yang
t}ayyib (baik) adalah makanan yang
mengandung zat yang dibutuhkan oleh
tubuh yang jumlah dan mutunya
seimbang gizinya.
Ayat-ayat di atas menunjukkan bahwa manusia harus memilih
makanan yang halal dan baik (t}ayyib). Makanan yang halal adalah
makanan yang dizinkan dikonsumsi menurut aturan hukum Islam baik
oleh al-Qur’an maupun hadis, adapun kriteria baik (t}ayyib) terkait
dengan kebutuhan fisik manusia, seperti kebutuhan energi dan
kesehatan adalah makanan yang memberi cukup energi (kalori) dan
mampu menjaga kesehatan dan pertumbuhan.96
Makanan yang halal adalah makanan yang tidak haram, agama
tidak melarang untuk memakannya.Makanan haram ada dua macam
yaitu haram karena zatnya seperti babi, bangkai, dan darah; dan ada
yang haram karena sesuatu bukan dari zatnya, seperti makanan yang
tidak diizinkan oleh pemiliknya untuk dimakan atau digunakan.97
Dengan mengonsumsi makanan yang h}ala>lan t}ayyiban maka manusia
akan mencapai kesalehan pribadi dan kesalehan sosial. Karena selain
berfungsi untuk memenuhi kebutuhan jasmani yang baik, makanan
yang h}ala>lan t}ayyiban juga dapat menumbuhan kecerdasan otak,
sebaliknya makanan haram yang dikonsumsi seseorang selain dapat
menimbulkan penyakit bagi tubuhnya ia juga dapat menghalangi
terkabulnya do’a-do’a orang tersebut dari Allah swt.98
96
Kementrian Agama RI, Makanan dan Minuman Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains, 2.
97M. Quraish Shihab, Al-Mishbah, 380.
98Waharjani, Makanan Yang Halal Lagi Baik dan Implikasinya Terhadap Kesalehan
Seseorang (Jurnal Komunikasi dan Pendidikan Islam, Volume 4, Nomor 2, Desember 2015): 202.
50
50
Menurut hukum Islam makanan yang h}ala>lan t}ayyiban
sebagaimana yang dijelaskan dalam al-Qur’an surat al-Baqarah/2: 168
di atas sebagai berikut: halal disini ialah dilihat dari bagaimana
makanan ini didapatkan dengan cara yang sesuai dengan ketentuan
syairat Islam, yaitu dalam memperolehnya tidak dengan cara mencuri,
menipu, korupsi dll. Adapun maksud t}ayyib (baik) pada ayat ini ialah
makanan yang mengandung zat yang dibutuhkan oleh tubuh, baik
jumlahnya maupun mutunya hendaklah seimbang gizinya.99
C. Tumbuhan Yang Berfungsi Sebagai Sumber Gizi dalam Al-
Qur’an
Allah swt telah memerintahkan manusia untuk memerhatikan
makanannya, selain itu Allah juga telah menyediakan sumber
makanan di bumi ini tiada habis-habisnya. Dari tumbuhan Allah
menciptkan biji-bijian, sayur-sayuran, dan buah-buahan sebagai
makanan bergizi bagi manusia. Allah swt berfirman:
“lalu Kami tumbuhkan biji-bijian di bumi itu, anggur dan
sayur-sayuran, zaitun dan kurma, kebun-kebun (yang) lebat,
dan buah-buahan serta rumput-rumputan, untuk kesenanganmu
dan untuk binatang-binatang ternakmu”. (Qs. ‘Abasa/80: 27-
32)
Pada al-Qur’an surat ‘Abasa ayat 24 Allah memerintahkan
manusia untuk memperhatikan makanannya. Sebagaimana Allah telah
99
Huzaemah Tahido Yanggo, Makanan dan Minuman Dalam Perspektif Hukum Islam (Jurnal Tahkim, Vol. IX No. 2, Desember 2013): 9.
51
51
menyiapkan makanan yang bergizi yang mengandung protein,
karbohidrat, dan lain-lain sehingga memenuhi kebutuhan hidupnya.
Dengan makanan yang bergizi itu manusia dapat merasakan
kelezatannya juga menjadi pendorong bagi pemeliharaan tubuhnya
sehingga tetap dalam keadaan sehat, dengan tubuh yang sehat maka ia
akan mampu menunaikan kewajiban-kewajibannya salah satunya
dalam beribadah kepada Allah swt. Pada ayat 25-26 dijelaskan bahwa
Allah swt telah mencurahkan air hujan dari langit sehingga memenuhi
semua kebutuhan makhluk hidup, kemudian Allah membukakan
permukaan bumi dengan sebaik-baiknya agar udara dan sinar marahari
dapat masuk ke dalam bagian bumi, sehingga tanahnya menjadi subur
untuk menumbuhkan berbagai tanaman.100
Kemudian pada ayat ayat 27-32 Allah menyebutkan beberapa
macam tumbuh-tumbuhan, pertama, Allah menumbuhkan di bumi
biji-bijian seperti gandum, padi, dan lain-lainnya yang menjadi
makanan pokok. Kedua, dan ketiga, Allah menumbuhkan pula buah
anggur dan bermacam sayuran yang dapat dimakan secara langsung.
Keempat dan kelima, buah zaitun dan pohon kurma. Keenam, kebun-
kebun yang besar, tinggi dan lebat buahnya. Tidak hanya buahnya
saja yang dapat dimanfaatkan tetapi pohonnya juga dapat dijadikan
bahan bangunan dan alat-alat perumahan.Ketujuh, bermacam-macam
buah-buahan yang lain, seperti buah pir, apel, mangga dan
sebagainya. Kedelapan, berbagai macam rumput-rumputan.101
Dengan menyebutkan buah-buahan, sayur-sayuran dan kebun-
kebun yang subur, maka terbitlah Baldatun T}ayyibatun Wa Rabbun
Ghofu>r (negeri yang makmur dan Allah yan memberi ampun,
sebagaimana diceritakan dalam surah Saba’ ayat 15. Dan dari
100
Depag RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, 603. 101
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, 603.
52
52
berbagai macam rumput-rumputan yang Allah ciptakan itu ialah untuk
dijadikan sebagai bahan makanan untuk binatang ternak yang
dipelihara oleh manusia.102
Dalam ayat di atas Allah menyebutkan biji-bijian (sejenis padi,
gandum), sayur-sayuran, dan buah-buahan (kurma, anggur, zaitun).
Tumbuhan-tumbuhan tersebut merupakan bahan pangan nabati yang
mengandung zat gizi, penjelasnnya sebagai berikut:
1. Biji-bijian
Al-Habb (biji-bijian) merupakan makanan pokok manusia
yang mengandung karbohidrat dan protein, makanan yang
termasuk jenis ini ialah padi, gandum, dan jagung.103
Dalam Tafsir
Ilmi Kementerian Agama dijelaskan bahwa salah satu sumber
karbohidrat adalah berasal dari padi-padian, bahkan padi-padian
merupakan sumber karbohidrat yang kompleks karena pati yang
terkandung dalam beras, gandum, dan jagung akan tercerna dalam
usus secara perlahan dan memberikan energi bagi tubuh.
Karbohidrat diubah dalam tubuh manusia menjadi air,
karbondioksida, dan energi. Energi atau kalori yang terbentuk
dalam reaksi tersebut digunakan untk kerja otot, dengan demikian
pada hakikatnya karbohidrat merupakan sumber bahan bakar bagi
manusia sebagaimana bensin dalam mobil dan motor.104
Jenis biji-bijian yang umum ditanam dan digunakan adalah
padi, jagung, gandum, juwawut dan sorgum.Beras, jagung dan
gandum merupakan bagian terbesar (60-80 %) dari susunan
pangan yang dikonsumsi penduduk di negara-negara Asia
Tenggara. Dalam keadaan kering, bahan pangan ini mengandung
102
Hamka, Juz ‘Amma Tafsir al-Azhar, cet. 1(Jakarta: Gema Insani, 2015), 132. 103
Kementerian Agama, Pelestarian Lingkungan Hidup, 132. 104
Kementerian Agama, Makanan dan Minuman Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains, 14-16.
53
53
protein yang berkisar antara 7-14%, karbohidrat 63-79%, dan
lemak 1-4%. Dalam bahan pangan ini vitamin yang sangat dikenal
adalah vitamin B kompleks dan khusus untuk jagung kuning
banyak mengandung vitamin A. kemudian, dalam butir padi yang
utuh merupakan sumber thiamin, riboflavin, niasin dan zat besi.105
sebagian kalangan berpendapat bahwa padi lebih istimewa
dibandingkan dengan bahan pangan lainnya, padi dianggap
sebagai makanan pokok yang sempurna dengan gizi yang
mencukupi yang manusia butuhkan.106
Satu piring nasi atau 70
gram beras memberi protein sebesar 5,3 gram sehingga dalam
sehari mendapat 15,9 g atau 35 persen kebutuhan protein orang
dewasa.107
Al-Qur’an surat al-An’am/6: 99 menyebutkan beberapa
jenis tumbuhan yang terdiri dari berbagai bentuk, macam, dan
rasanya, untuk manusia. Pada ayat tersebut yang terlebih dahulu
disebut adalah tumbuhan atau tanaman yang hijau (Padi, jagung,
dll) kemudian baru menyebut empat jenis buah, yaitu kurma,
anggur, zaitun dan delima. Dalam Tafsir Al-Misbah Qurasih
Shihab menjelaskan bahwa menurut Fakhruddin ar-Razi
penyebutan dengan susunan seperti itu sungguh sangat serasi dan
tepat. Bahwa tumbuhan atau tanaman hijau yang terlebih dahulu
disebut karena ia adalah makanan. Adapun hasil dari tanaman
adalah buah-buahan, maka wajar jika disebut sesudahnya karena
makanan lebih utama dari buah-buahan. Kemudian, dari beberapa
jenis buah, yang pertama kali disebut adalah buah kurma karena
kurma dalam masyarat Arab merupakan makanan yang dapat
105
Eko Budi Minarno dan Liliek Hariani, Gizi dan Kesehatan Perspektif Al-Qur’an dan Sains (Yogyakarta: UIN-Malang Press, 2008), 51.
106Nadiah Thayyarah, Buku Pintar Sains Dalam Al-Qur’an (Jakarta: Zaman, 2013),
44-745. 107
Tejasari, Nilai-nilai Gizi Pangan (Jakarta: Graha Ilmu, 2005), 13.
54
54
menggantikan makanan pokok. Setelah kurma, anggur karena ia
merupakan buah istimewa dan dapat dimanfaatkan begitu muncul
dan manfaatnya terus-menerus. Selanjutnya adalah zaitun, zaitun
adalah buah yang sangat banyak manfaatnya, darinya diperoleh
minyak yang sangat jernih, di samping buahnya yang lezat.
Terakhir adalah delima, delima adalah buah yang
mengagumkan.108
2. Sayuran
Sayur-sayuran adalah bahan pangan dari berbagai tanaman
yang meliputi daun akar, batang, bunga ataupun buahnya. Sayur
dan buah merupakan bahan pangan yang sangat penting, Pedoman
Umum Gizi Seimbang (PUGS) memberikan aturan bahwa sayur
dan buah harus dikonsumsi dengan porsi sayur 1,5- 2 mangkuk,
buah 2-3 potong dalam sehari. Kebutuhan ini dipenuhi dengan
menyediakan sayur dan buah secara beragam. Selain itu, kita juga
perlu memerhatikan mutu dan keadaan bahan pangan baik saat
dimakan mentah atau dimasak.
Penggunaan sayuran hijau atau kuning membantu dalam
memenuhi kebutuhan tubuh akan mineral, serta protein dalam
jumlah yang kecil, sayuran ini adalah sumber utama yang baik
akan besi dan nilai vitamin A. Pada umumnya, semakin gelap
warna sayuran maka semakin banyak mengandung besi dan
vitamin A. Di Asia Tenggara khususnya di Indonesia sayuran
hijau atau kuning ini dengan mudah dan cepat tumbuh secara
alami maupun ditanam, seperti bayam, kol, rebung, labu, lada,
tunas, jantung pisang dan daun hijau dari semua jenis (termasuk
daun dari banyak tanaman akar-akaran dan umbi-umbian).
108
M. Quraish Shihab, Al-Mishbah, 576-577.
55
55
Namun, di banyak rumah tangga sayuran ini tidak dikonsumsi
sesering dan sebanyak seharusnya, padahal jika sayuran ini
dikonsumsi setiap hari secara teratur dalam jumlah yang cukup
banyak maka akan memperbaiki mutu susunan pangan.
Di antara jenis sayuran yang disebut dalam al-Qur’an yaitu:
Bas}al (bawang merah), fu>m (bawang putih), mentimun yang
sama-sama disebutkan di dalam Qs. Al-Baqarah/2: 61. Khardal
(sawi) disebutkan dua kali di dalam al-Qur’an yaitu pada surat al-
Anbiya/21: 47 dan surat Luqman/31: 16, dua-duanya berbicara
tentang biji khardal yang dikaitkan dengan perhatian dan balasan
Allah atas sekecil apapun perbuatan manusia. Kemudian yaqt}i>n
(labu) yaitu sejenis tumbuhan rumpun dan juga termasuk jenis
sayuran yang paling bagus, mudah dicerna dan tidak melelahkan
lambung. Yaqt}i>n disebutkan dalam QS: as-Saffat/37: 146.109
a. Bawang merah dan bawang putih
Bawang banyak digunakan dalam berbagai resep
makanan di berbagai dunia.Tumbuhannya bisa dijadikan
bumbu penyedap makanan dan bagian umbinya telah
dimanfaatkan sebagai bahan makanan dalam berbagai budaya
kuno.Selain itu, pada masa Yunani para atlet mengonsumsi
banyak bawang karena dipercaya dapat menyeimbangkan
kandungan dalam darah.110
b. Mentimun
109
Kementerian Agama, Pelestarian Lingkungan Hidup, 132. 110
Kementerian Agama, Tafsir Ilmi: Tumbuhan Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains (Jakarta: Lajnah Pentashihan Al-Qur’an), 105.
56
56
Buah mentimun mengandung cukup banyak vitamin B1,
B2, B3, B5, B6, asam folik, vitamin C, dan beberapa mineral
seperti kalsium, besi, magnesium, fosfor, potassium dan zinc.
Dalam Kitab At-Tibb An-Nabawi (Pengobatan Rasulullah)
karya az-Zahabi dan Ibnu Qayyim al-Jauziyah bahwa
mentimun dapat dijadikan sebagai obat sariawan jika rutin
dikonsumsi setiap hari.111
c. Sawi (Khardal)
Seluruh bagian dari kelompok tanaman ini dimanfaatkan
sebagai bahan makanan: akar, daun (kubis), bunga (bunga kol,
brokoli), dan biji (minyak sawi). Kandungan nutrisi dalam
sawi cukup baik, misalnya vitamin C, serat dengan kadar
tinggi dan nutrisi lain yang dapat berperan sebagai antikanker.
Tetapi, komponen anti kanker ini akan menurun signifikan
bila sayur dimasak matang, berbeda jika sekedar direbus atau
digoreng sebentar.112
d. Labu (Yaqt}i>n)
Dalam bahasa Arab, kata yaqtin mencakup semua
tumbuhan yang tidak memiliki cabang (tumbuhan merambat),
termasuk di dalamnya semangka dan mentiumn.Labu yang
disebutkan di dalam al-Qur’an mengacu pada labu Inggris:
pumpkin yang juga disebut dubba’ atau Qar’. Labu dapat
dimanfaatkan buahnya baik yang muda atau yng sudah masak,
buahnya yang masih muda biasa dimanfaatkan sebagai
sayuran, sedangkan kulit buah yang sudah masak yang sudah
dikeringkan dapat digunakan sebagai botol.113
111
Kementerian Agama, Tumbuhan Dalam Perspektif Al-Qur’an, 113. 112
Kementerian Agama, Tumbuhan Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains, 121. 113
Kementrian Agama, Tumbuhan Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains, 117.
57
57
3. Buah-buahan
Nilai gizi yang terkandung di dalam buah-buahan hampir sama
dengan yang terkandung di dalam sayur-sayuran, hanya saja
perbedaannya, di dalam buah-buahan terdapat gula-gula yang
mudah dicerna serta memiliki rasa manis. Sebagian besar buah-
buahan merupakan sumber vitamin C dan khusus buah yang
dengan kulit yang berwarna orange sebagian besar merupakan
sumber vitamin A. beberapa buah-buahan hanya menghasilkan
energi dalam jumlah kecil diantarannya yaitu: buah pisang, durian,
alpukat dan mangga. Selain mengandung energi buah alpukat juga
merupakan sumber lemak yang tinggi. Selain itu, dilihat dari
aspek ilmiah, buah-buahan adalah bahan pangan sebagai sumber
mineral dan vitamin. Seperti halnya dengan sayur-sayuran, buah-
buahan juga mengandung makronutrien yang lengkap yaitu:
protein, lemak dan karbohidrat. Kandungan mineral dan vitamin
yang terkandung dalam buah-buhahan lebih banyak dibandingkan
kandungan mikronatrium.
Dalam al-Qur’an surat al-Mu’minum/23: 19 dijelaskan bahwa
Allah swt telah menumbuhkan buah-buahan untuk makanan bagi
manusia.
“Lalu dengan air itu, Kami tumbuhkan untuk kamu kebun-
kebun kurma dan anggur; di dalam kebun-kebun itu kamu
peroleh buah-buahan yang banyak dan sebahagian dari
buah-buahan itu kamu makan,” (Qs. Al-Mu’minun/23: 19)
Allah swt menjadikan air yang tersimpan di dalam bumi
mampu menumbuhkan kebun-kebun kurma, anggur dan buah-
58
58
buahan yang sangat banyak, dari sebagaian buah-buahan itu dapat
dijadikan sebagai bahan makanan yang baik dan menyehatkan.
Selain dimanfaatkan sebagai makanan, tumbuhan tersebut juga
dapat dijadikan sebagai sumber penghidupan, seperti hasil pohon
lada, pala, cengkeh dll. Dikeluarkan juga dari gunung Sinai pohon
zaitun yang menghasilkan minyak yang dapat digunakan untuk
melezatkan makanan, selain itu minyak zaitun juga banyak
digunakan sebagai bahan kosmetik dan obat-obatan karena zaitun
yang tidak mengandung kolesterol yang berbahaya bagi tubuh.114
Di antara jenis buah-buahan yang disebutkan di dalam al-
Qur’an yaitu buah Tin atau buah ara yang tercantum dalam Qs. At-
Tin/95: 1. Mengutip dari buku an-Nabatat Fil-Qur’anil-Karim
karya Prof. Dr. Jamaluddin Husain menjelaskan bahwa tin yang
kering mengandung 75% karbohidrat, 3.1% protein dan 0,2%
lemak. Selain itu buah tin juga kaya vitamin A, B1. B2, asam
formiat,asam sitrat, sodium, potassium, kalsium, besi dan fosfor.
selanjutnya buah Zaitun tercantum dalam Qs. An-Nur/24: 35 dan
at-Tin/95: 1, buah zaitun mengandung protein yang cukup tinggi,
zat garam, besi, fosfor, serta vitamin A dan B. selanjutnya kurma
atau nakhl, rutab tercantum dalam Qs Maryam/19: 25 dan al-
Mu’minun/23: 19. Kurma mengandung sekitar 20% air dan 65%
kalori. Yang terakhir Delima atau rumman tercantum dalam Qs al-
An’am/6: 99, 141 dan dalam Qs ar-Rahman/55: 68. Kandungan
protein dan lemak pada buah delima sangat sedikit. Naum, ia kaya
akan sodium, ribivlavin, thiamin, niacin, vitamin c, kalsium dan
fosfor.115
a. Tin
114
Depag RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, 503-504. 115
Kementerian Agama, Pelestarian Lingkungan Hidup, (Jakarta: Lajnah Pentashihan, 133-134.
59
59
Buah tin mengandung mineral yang lebih lengkap
dibanding buah lainnya. 40 gram buah tin mengandung 244 mg
kalium116
(7% dari kebutuhan perhari), 53 mg kalsium117
(6%
dari kebutuhan per hari), dan 1,2 mg besi (6% dari kebutuhan
per hari). Buah tin juga juga berfungsi mempercepat
penyembuhan pada pasien, karena mengandung bahan-bahan
yang diperlukan tubuh untuk kembali segar dan berenergi.118
b. Zaitun
Buah zaitun mengandung protein yang cukup tinggi, zat
garam, besi, fosfor,119
serta vitamin A120
dan vitamin B,121
zaitun juga dipercaya dapat menghaluskan kulit sehingga
dimanfaatkan dalam industri sabun.122
c. Kurma
Buah kurma kaya akan kandungan gula, lemak, protein,
serta dan beberapa vitamin penting. Selain itu, buah kurma
116
Kalium adalah mineral yang berfungsi untuk mengendalikan tekanan darah, terapi darah tinggi, serta membersihkan karbondioksida di dalam darah, lihat Ni Luh Clcik dkk, “Penentuan Kadar Kalium (K) Dan Kalsium (Ca) Dalam labu Siam (Sechium Edule) Serta Pengaruh Tempat Tumbuhnya”, Jurnal Akademika Kimia, Vol 1, No. 4 (2012): 175.
117 Kalsium merupakan mineral yang penting bagi manusia yang berperan dalam
proses pertumbuhan tulang dan gigi, proses pembekuan darah, fungsi kerja otot-otot termasuk otot jantung, metabolisme tingkat sel, sistem pernapasan. Lihat Amanda Dewi Permana Shita dan Sulistyani, “Pengaruh Kalsium Terhadap Tumbuh Kembang Gigi Bagi Anak,” Stomatognatic (J.K.G. Unej) Vol. 7 No. 3 (2010): 40.
118Kementerian Agama, Tumbuhan Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains, 69.
119 Fosfor merupakan zat penting dari semua jaringan tubuh yang berfungsi untuk
memberi energi dan kekuatan untuk metabolisme lemak dan pati sebagai penunjang kesehatan gigi dan gusi, lihat Sandey Tantra Paramitha, “Optimalisasi Pemanfaatan Mineral Fosfor Dalam Membentuk Kesehatan Fisik Anak Usia Dini Melalui Reeduksi Keluarga,” Gladi Jurnal Ilmu Keolahragaan, 09 (1), (Maret 2018): 25.
120Vitamin A berfungsi untuk pertumbuhan, penglihatan, reproduksi dan
pemeliharaan sel epitel. Sumber vitamin A berasal dari bahan pangan hewani, namun tubuh manusia dapat juga menggunakan pro-vitamin dari bahan pangan nabati, lihat Deddy Muchtadi, Materi Pokok Metabolisme Zat Gizi Pangan (Tangsel: Universitas Terbuka, 2015), 41.
121Vitamin B merupakan nutrisi yang esensial, termasuk di dalamnya adalah
thiamin, riboflavin, niasin, vitamin B6, asam folat, vitamin B12, biotin, dan asam pantotenat. Lihat Riska Habriel Ruslie, “Peranan Vitamin Sebagai Nutrisi Pada Bayi Prematur,” vol 4, No. 1 ( Januari -Juni 2012): 98.
122Kementerian Agama, Tumbuhan Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains, 60.
60
60
juga kaya akan mineral seperti minyak, kalsium, sulfur,123
besi,
kalium, fosfor dan mangan, menjadikannya sebagai sumber
nutrisi utama pada masyarakat Arab.124
d. Delima
Buah delima banyak digunakan sebagai makanan sehat
karena mengandung protein serta lemaknya yang rendah.
Delima kaya akan sodium, riboflavin,125
thiamin,126
niasin,127
vitamin C,128
yang mengandung cukup banyak
antioksidan. Selain itu, delima juga kaya akan mineral, seperti
fosfor dan kalsium.129
e. Anggur
Buah anggur adalah sumber glukosa, fruktosa, dan
beberapa mineral seperti sodium, potassium, kalsium dan
besi.Kandungan vitamin di dalam buah anggur dapat mencegah
pendarahan pada penderita diabetes, gangguan urat nadi pada
penderita atherosclerosis.130
Penafsiran dalam penggalan ayat “Dan untuk kamu pula
buah-buahan bermcam-macam banyaknya.” Di bukit-bukit
123
Sulfur adalah mineral yang diperlukan untuk pembekuan kolagen, metabolism enzim, energy. Dan pembekuan darah, lihat Ayu Buan Febry, dkk, Ilmu Gizi Untuk Praktisi Kesehatan (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), 11.
124Kementerian Agama, Tumbuhan Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains, 70.
125 Riboflavin adalah vitamin B-2 yang berfungsi untuk metabolisme karbohidrat,
penglihatan dan kulit, lihat Sabar Subakti, “Asupan Bahan Makanan Dan Gizi Bagi Atlet Renang,” Jurnal Ilmu Keolahragaan, Vol. 8, No. 2 (Juli - Desember 2010): 114.
126Thiamin atau vitamin B-1 berperan dalam metabolisme karbohidrat untuk
pembentukan energy.Kekuranag thiamin dapat menimbulkan kurang nafsu makan, cepat merasa lelah, kerusakan pembuluh darah, sel syaraf, dan menimbulka penyakit beri-beri, lihat Deddy Muchtadi, Materi Pokok Metabolisme Zat Gizi Pangan, 40.
127 Niasin atau vitamin B-3 merupakan nama generic untuk asam nikotinat dan
nikotinamida yang berfungsi sebagai sumber vitamin dalam makanan, lihat Vivi Triana, “Macam-macam Vitamin Dan Fungsinya Dalam Tubuh Manusia,” Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol 1, No. 1 (September 2006): 44.
128Vitamin C diperlukan untuk produksi kolagen, pembentukan tulang dan gigi,
penyimpanan yodium, pertumbuhan jaringan, penyembuhan, pembentukan sel darah merah, kekebalan terhadap infeksi, lihat Ayu Bulan Febyy, dkk, Ilmu Gizi Untuk Praktisi Kesehatan, 9.
129Kementerian Agama, Tumbuhan Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains, 54.
130Kementerian Agama, Tumbuhan Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains, 84.
61
61
sekeliling Jazirah Arab tumbuhlah anggur, kurma, zaitun, tin dan
buah-buahan yang lain. Indonesia adalah negeri khatulistiwa yang
di dalamnya terdapat berbagai macam buah-buahan yang tidak
terdapat di Jazirah Arab, seperti durian, rambutan, papaya, pisang
dengan segala ragamnya, kedongdong, sawo, manggis, duku, dll.
Perlainan ragam buah-buahan tersebut disebabkan oleh faktor
iklim bumi, iklim daerah, dan dapat pula karena kadar atau ukuran
air yang diturunkan Allah. “Dan dari padanyalah kamu makan.”
Yakni semua ini dicipta Allah untuk menjadi makanan kamu.131
Kata (فواكه) fawa>kih adalah bentuk jamak dari kata (فاكهة)
fa>kihah yang biasa diterjemahkan buah. Kata ini terambil dari kata
( فكه ) fakiha yang berarti lezat/nyaman. Apa yang masuk ke mulut
jika tujuannya untuk mengenyangkan misalnya nasi ia dinamai
t}a’a>m. Tetapi, jika tujuannya untuk kelezatan dan kenyamanan, ia
dinamai fa>kihah. Ada makanan yang berfungsi sebagai makanan
mengenyangkan sekaligus untuk kelezatan, seperti dalam
masyarakat Arab misalnya kurma atau pisang di beberapa negara
di Afrika. Ada juga yang hanya berfungsi sebagai makanan
kelezatan atau katakanlah sebagai makanan penutup dan “pencuci
mulut”. Buah zaitun adalah makanan yang dimakan bersama
makanan pokok, tetapi ia bukan makanan pokok, sekaligus bukan
juga makanan penutup tetapi dimakan bersama makanan pokok.132
Dari aneka tumbuhan sebagai sumber gizi di atas
menunjukkan betapa nilai gizi dalam kehidupan manusia.
Sebagaimana Allah telah memerintahkan manusia untuk
mengonsumsi makanan yang halal dan baik, dalam Tafsir
Kementerian Agama sendiri kriteria makanan yang baik adalah
makanan yang mengandung nilai gizi yang sangat penting untuk
131
Hamka, Tafsir Al-Azhar, 30. 132
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, 347.
62
62
kesehatan tubuh manusia. Di dalam ajaran Islam tujuan dari makan
itu sendiri adalah untuk memperkuat tubuh agar dengan kekuatan
tubuh itu seseorang mampu melaksanakan ibadah kepada Allah
swt dengan lebih maksimal.
Dalam penafsiran ayat-ayat al-Qur’an yang berkaitan
dengan gizi dan tumbuhan oleh Kementerian Agama dapat
diambil kesimpulan bahwa Allah tidak semata-mata
memerintahkan manusia untuk mengonsumsi makanan yang baik
yang memiliki nilai gizi, tetapi Allah juga telah menyediakan
berbagai macam tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai
sumber gizi bagi manusia. Allah swt menciptakan tumbuhan
dengan jenis biji-bijian sebagai sumber karbohidrat, kacang-
kacangan sebagai sumber protein dan lemak, kemudian sayuran
dan buah-buahan sebagai sumber vitamin. Selain berfungsi sebagai
sumber makanan yang bergizi tumbuhan juga berfungsi sebagai
obat-obatan dan bahan penghasil oksigen yang penting bagi
kehidupan makhluk hidup.
Dari pemaparan di atas jelaslah bahwa Allah tidak pernah
menciptakan sesuatu tanpa menyertakan manfaat di dalamnya.
Seandainya Allah tidak menciptakan tumbuhan di muka bumi ini
maka mustahil kehidupan makhluk hidup dapat berlangsung
dengan baik sampai saat ini.
63
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan penelitan terhadap beberapa ayat yang
berkaitan dengan tumbuhan yang berfungsi sumber gizi dalam tafsir
kementerian Agama beserta relevansi sainsnya, maka dapat
disimpulkan bahwa:
Di dalam al-Qur’an telah disebutkan beberapa jenis tumbuhan
seperti: padi-padian, kacang-kacangan, sayur-sayuran dan buah-
buahan menurut perspektif tafsir Kementerian Agama khususnya
Tafsir Ilmi maupun sains telah sepakat bahwa jenis tumbuh-tumbuhan
yang disebutkan di atas mengandung sumber gizi yang baik untuk
kelangsungan hidup manusia. padi-padian yang kaya akan karbohidrat
dianjurkan untuk dikonsumsi agar dapat memberikan energi bagi
tubuh, kacang-kacangan yang kaya akan protein sangat baik
dikonsumsi untuk membantu masa pertumbuhan, buah-buahan dan
sayuran sama-sama kaya akan berbagai jenis vitamin yang berfungsi
untuk menjaga daya tahan tubuh agar tetap sehat, namun yang
membedakan antara buah-buahan dan sayuran yaitu di dalam buah-
buahan terdapat gula-gula sehingga mudah untuk dicerna serta
memliliki rasa manis.
Untuk mendapatkan tubuh yang sehat, maka harus diawali dengan
pola makan yang sehat, dan pola makan yang sehat bergantung pada
kesimbangan dan keberagaman makanan yang masuk ke dalam tubuh,
yang dimaksud keberagaman di sini ialah mengandung berbagai zat
gizi baik itu, karbohidrat, lemak, protein, mineral, maupun vitamin
kesemuanya itu harus seimbang kita konsumi, karena apabila kita
kekurangan salah satu dari zat gizi yang disebutkan di atas maka kita
64
64
tidak akan mendapatkan tubuh yang sehat. Allah menciptakan tumbuh-
tumbuahan di muka bumi ini tidak lain untuk memenuhi kebutuhan
hidup manusia terutama tumbuh-tumbuhan yang mengandung zat gizi
yang dimanfaatkan sebagai sumber makanan, karena di dalam ajaran
Islam tujuan dari makan itu sendiri adalah untuk memperkuat tubuh
agar dengan kekuatan tubuh itu seseorang dapat melaksanakan Ibadah
kepada Allah swt.
B. Saran
Penulis sadari bahwa dalam penelitian ini masih terdapat
banyak kekurangan, disebabkan keterbatasan dalam upaya meneliti.
Kajian ini dirasa masih sangat jauh dari kesempurnaan, selain
berfungsi sebagai sumber zat gizi di dalam al-Qur’an juga telah
disebutkan berbagai fungsi tumbuhan yang dianjurkan untuk
dimanfaatkan oleh manusia, seperti: Fungsi tumbuhan sebagai obat,
tumbuhan sebagai penghasil oksigen, dll yang dapat dikaji lebih lanjut
dengan perspektif sains dan al-Qur’an.
Dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan hingga akhir
tentulah masih sangat banyak kekurangan, baik yang berkaitan dengan
ide, sistematika penulisan dan pemilihan kata-kata. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang
budiman demi kesempurnaan penelitian ini dan penelitian-penelitian
selanjutnya.
65
DAFTAR PUSTAKA
Abdushshamad, Muhammad Kamil’, Mukjizat Ilmiah Dalam Al-
Qur’an(Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2003).
Amir,Mafri , Literatur Tafsir Indonesia (Ciputat: Mazhab Ciputat, 2013).
Arifin,Zainal, Kajian Ilmu Rasm Usmani dalam Mushaf Al-Qur’anStandar
Usmani Indonesia( vol. 6, No 1, 2013).
Asqalani, Al-Imam Al-Hafizh Ibnu Hajar, Fathul Baari Syarah
ShahihBukhari(Kitab Muzara’ah) (Riyadh: Maktabah Darussalam,
1418).
Azhar, Manusia Dan Sains Dalam Perspektif Al-Qur’an (Lantanida
Journal, Vol.4 No. 1, 2016).
Chirzin, Muhammad, Mengerti Asbabun Nuzul (Jakarta: Zaman, 2015).
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya (Edisi yang
disempurnakan), (Jakarta: Depag RI, 2004).
Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, Gizi Dan Kesehatan
Masyarakat, (Jakarta: Rajawali Pres, 2010).
Ermano, Nadya Dayinta N dan Wirjatmadi Bambang, Hubungan Aktivitas
Fisik Dan Asupan Gizi Dengan Status Gizi Lebih Pada Anak Usia
Sekolah Dasar di Sdn Ketabang 1 Kota Surabaya Tahun 2017
(Departemen Gizi Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Airlangga, 2018).
Faizin, Integrasi Agama Dan Sains Dalam Tafsir Ilmi Kementrian Agama
(Jurnal Ushuluddin, Vol. 25 No. 1, Januari-Juni 2017).
Fauzan, Afriadi, Tumbuh-tumbuhan dan Buah-buahan Dalam Al-Qur’an
(Skripsi: Program Studi Ilmu Al-Qur'an da’ Tafsir, Fakultas
Ushuluddindan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,
2015).
Febry, Ayu Bulan, dkk, Ilmu Gizi Untuk Praktisi
Kesehatan,(Yogyakarta:Graha Ilmu, 2013).
Federspiel, Howard M, Kajian Al-Qur’an Di Indonesia: Dari Mahmud
Yunus Hingga Quraish Shihab, (Bandung: Mizan, 1996).
66
66
Fikri, Ahmad, Penggunaan Unsur Tumbuh-tumbuhan Dalam Gaya
Bahasa Al-Tasybih di Dalam Al-Qur’an Al-Karim (Jurnal ‘Ulum
Islamiyyah, Vol.16 (Desember) 2015).
Fuadi, Muhammad Ali, Ayat-ayat Pertanian Dalam Al-Qur’an (Studi
Analisis Terhadap Penafsiran Thanthawi Jauhari), (Skripsi:
Program Studi Tafsir dan Hadis, Fakultas Ushuluddin dan
Humaniora UINWalisongo Semarang, 2016).
Hamidah, Siti, “Sayuran dan Buah Serta Manfaatnya Bagi Kesehatan.”
Mafaza (18 Januari, 2015): 10.
Hamka, Juz ‘Amma Tafsir al-Azhar (Jakarta: Gema Insani, 2015).
Hamka, Tafsir Al-Azhar (Jakarta: Pustaka Penjas, 1983).
Iryani, Eva, Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan (Jurnal Ilmiah, Universitas
Batnghari Jambi Vol. 17 No. 3 Tahun 2007).
J,Laura dkk, Food, Nutrion and Agriculture, Terj. Suhardjo (Jakarta:
Universitas Indonesia (UI-Press), 2006).
Junaidi, Didi, Mengenal Lebih Dekat Metode Tafsir Maudlu’i (Diya
alAfkar, Vol. 4 No. 01 Juni 2016).
Junair, Suratman, “Pendekatan Penafsiran Al-Qur’an Yang Didasarkan
Instrumen Riwayat, Nalar, dan IsyaratBatin.” Jurnal Intizar, Vol.
20, No. 1 (2014): 46.
Kementrian Agama RI, Pembangunan Generasi Muda (Tafsir Al-Qur’an
Tematik), (Jakarta: Lajnah Pentashihan Al-Qur’an, 2011).
Kementrian Agama, Tafsir Al-Qur’an Tematik Pelestarian
LingkunganHidup (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-
Qur’an, 2012).
Kementrian Agama, Tafsir IlmiMakanan dan Minuman Dalam Perspektif
Al-Qur’an dan Sains (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-
Qur’an,2011).
Khairuddin, Morfologi dan Anatomi Buah Dalam Al-Qur’an (Skripsi:
Program Studi Tafsir dan Hadis, Fakultas Ushuluddin dan
Humaniora UIN Walisongo Semarang, 2015).
67
67
Kurdanti, Weni, dkk, Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kejadian
Obesitas Pada Remaja(Jurnal Gizi Klinik Indonesia, Vol. 11, No.
4, April 2015).
Maisaroh, Tatik, Akhlak Terhadap Lingkungan Hidup Dalam Al-Qur’an
(Studi Tafsir Al-Misbah), (Skripsi: Program Studi Ilmu Al-Qur’an
dan Tafsir, Fakultas Ushuluddin UIN Raden Intan Lampung,
2017).
Mangunjaya, Fachruddin M dkk, Menanam Sebelum Kiamat: Islam,
Ekologi, dan Gerakan Lingkungan Hidup (Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 2007).
Matondang, Zulaikha, Ketahanan Pangan Dalam Peningkatan
Pembangunan Ekonomi Serta Kaitannya Dalam Pandangan
Islam(Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, IAIN
Padangsidimpuan).
Minarno, Eko Budi dan Liliek Hariani, Gizi dan Kesehatan Perspektif
AlQur’an dan Sains (Yogyakarta: UIN-Malang Press, 2008).
Muchlisin, Annas Rollidan Khairun Nisa, Geliat Tafsir ‘Ilmi di Indonesia
dari Tafsir Al-Nur hingga Tafsir Salman (Journal of Islamic
Studies andHumanities, Vol. 2, No. 2, Desember 2017).
Muchtadi, Deddy, Materi Pokok Metabolisme Zat Gizi Pangan
(Tangsel:Universitas Terbuka, 2015).
Mustaqim, Abdul, Etika Pemanfaatan Keanekaragaman Hayati Dalam
Perspektif Al-Qur’an (Jurnal Hermeneutik, Vol. 9, No. 2.
Desember2015).
Nadiah, Thayyarah, Buku Pintar Sains Dalam Al-Qur’an. Jakarta: Zaman,
2013.
Nurhidayah, Urgensi Tumbuhan Bagi Kehidupan Dalam Perspektif Al-
Qur’an (Skripsi: Program Studi Tafsir Hadis, Fakultas Ushuluddin
UINSyarif Hidayatullah Jakarta, 2010).
Oktavia, Silvera, dkk, Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Status
Gizi Buruk Pada Balita Di Kota Semarang Tahun 2017 (Jurnal
Kesehatan Masyarakat, Vol. 5 No 3, Juli 2017).
Paramitha, Sandey Tantra, Optimalisasi Pemanfaatan Mineral Fosfor
Dalam Membentuk Kesehatan Fisik Anak Usia Dini Melalui
68
68
Reeduksi Keluarga (Gladi Jurnal Ilmu Keolahragaan, 09 (1),
Maret 2018).
Parwoto, Ahmad, Disorientasi Seksual Dalam Tafsir Indonesia (Studi
Tafsir Departemen Agama), (Skripsi: Program Studi Tafsir Hadits,
Fakultas Ushuluddin UIN Raden Intan Lampung, 2017).
Program Studi Tasawuf Psikoterapi, Fakultas Ushuluddin UIN Sunan
Gunung Djati Bandung, 2017).
Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI, Hipertensi, (Jakarta,
2014).
Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI, Situasi dan Analisis
Diabetes, (Jakarta, 2014).
Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI, Situasi Penyakit
Kanker, (Jakarta, 2015).
Qatthan, Manna’, Dasar-dasar Ilmu Al-Qur’an (Jakarta: Ummul Qura’,
2016).
Qurthubi, Imam, Tafsir Al-Qurthubi, Terj. Sudi Rosdi, dkk (Jakarta:
Pustaka Azzam, 2008).
Rahayu, Mulyatidan Kazuhiro Horada, Peran Tumbuhan Dalam
Kehidupan Tradisional Masyarakat, Lokal Di Taman Nsional
Gunung Halimun Jawa Barat (Jurnal Berita Biologi, Vol. 7, No. 1,
April 2004 dan No. 2 Agustus 2004).
Rahman, Andi, Kualitas Hadis Dalam Tafsir Al-Qur’an Depag RI, (Tesis,
Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008).
Ruslie, Riska Habriel, Peranan Vitamin Sebagai Nutrisi Pada Bayi
Prematur (vol 4, No. 1, Januari – Juni 2012).
Said, Hasani Ahmad, Diskursus Munasabah Al-Qur’an Dalam Tafsir al-
Misbah, (Jakarta: AMZAH, 2015).
Salamah, Ella, dkk, Kandungan Mineral Remis (Corbicula Javanica)
Akibat Proses Pengolahan (Jurnal Aktuatika, Vol III No. 1 Maret
2012).
Sanaky, Hujair A. H, Metode Tafsir (Jurnal Al-Mawarid UII Edisi XVIII
2008).
69
69
Setyowati, Hajar Nur, Hadis Tentang Keutamaan Bercocok Tanam (Studi
Ma’ani Al-Hadis), (Skripsi: Program Studi Tafsir Hadis, Fakultas
Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009).
Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-
Qur’an (Jakarta: Lentera Hati, 2002).
Shita, Amanda Dewi Permana dan Sulistyani. “Pengaruh Kalsium
Terhadap Tumbuh Kembang Gigi Bagi Anak.” Stomatognatic
J.K.G. Unej, Vol. 7 No. 3 (2010): 40.
Sibagariang, Eva Ellya, Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi, (Jakarta: CV
Trans Info Media, 2010).
SN, Sudirman, Al-Qur’an Al-Karim Wa Tafsiruhu (Edisi Yang
Disempurnakan) Karya Departemen Agama (Suatu Kajian
Metodologi), (Tesis: Program Studi Ilmu Tafsir Pascasarjana UIN
Alauddin Makasar, 2016).
Su’dan, Al-Qur’an & Panduan Kesehatan Masyarakat, (Jakarta: PT Dana
Bhakti Prima Yasa, 1997).
Subakti, Sabar, Asupan Bahan Makanan Dan Gizi Bagi Atlet Renang
(Jurnal Ilmu Keolahragaan, Vol. 8 (2) Juli - Desember 2010).
Sumantri, Arif, Kesehatan Lingkungan (Jakarta: Kencana Prenada Medaia
Grup, 2010).
Susilowati dan Kuspriyanto, Gizi Dalam Daur Kehidupan, (Bandung: PT
Refika Aditama, 2016).
Syafi’I, Rachmat, Pengentar Ilmu Tafsir (Bandung, Pustaka Setia, 2012).
Syamsiah, Aam, Sains Sebagai Jalan Mengenal Allah (Makrifat), (Skripsi:
Syarifuddin, Moh Anwar, Penafsiran Tematik Al-Qur’an Di Indonesia
(Kajian atas Karya-karya Penafsiran Bertema Penjelasan Saintifik
Ayat-ayat Al-Qur’an), (Jurnal: Pusat Penelitian Dan Penerbitan
(PUSLITPEN) LP2M UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015).
Tejasari, Nilai-nilai Gizi Pangan. Jakarta: Graha Ilmu, 2005.
Thalbah, Hisham, Kemukjizatan Tumbuhan dan Buah-buahan
(Ensiklopedia Mukjizat Al-Qur’an Dan Hadis), (Bekasi: Sapta
Sentosa, 2008).
70
70
Triana, Vivi, Macam-macam Vitamin Dan Fungsinya Dalam Tubuh
Manusia, (Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2006, 1(1)).
Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian
Sosial(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003).
Utami, Ulfah, Konservasi Sumber Daya Alam (Malang: UIN-Malang
Press, 2008).
Waharjani.“Makanan Yang Halal Lagi Baik dan Implikasinya Terhadap
Kesalehan Seseorang.”Jurnal Komunikasi dan Pendidikan Islam,
Vol. 4, No. 2 (Desember 2015): 202.
Yanggo, Huzaemah Tahido, “Makanan dan Minuman Dalam Perspektif
Hukum Islam.” Jurnal Tahkim, Vol. IX No. 2 (Desember 2013):
9.
Zain, Ruri Hartika, Representasi Pengetahuan (Knowledge) Berbasis Rule
(Rule-Based) Dalam Menganalisa Kekurangan Vitamin Pada
Tubuh Manusia, (Jurnal Media Processor Vol. 8, No. 2, Juni
2013).