ikm

29
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kelurahan Sosromenduran, Kecamatan Gedongtengen, Kota Yogyakarta sebagai daerah yang padat penduduk (luas wilayah 0,50 km 2 dengan jumlah penduduk 10.888 jiwa) sangat rentan terhadap isu kesehatan dan kebersihan lingkungan. Menurut Puskesmas Gedongtengen, salah satu penyakit yang jumlahnya mulai meningkat dalam sebulan terakhir ini pada anak usia sekolah dasar adalah diare. Berdasarkan data Puskesmas dari September-November 2013 pada kelompok umur 5, penyakit yang paling sering terjadi adalah infeksi saluran napas atas, dengan diare dan gastroentritis menempati posisi ke-5. Sedangkan penyakit seperti demam berdarah (DB) dan demam berdarah dengue (DBD) biasanya terjadi terutama pada musim hujan, sedangkan dari data tersebut kasus DB maupun DBD tidak masuk dalam 10 penyakit tersering. Penyakit gastrointestinal ini adalah salah satu penyakit menular dan erat kaitannya dengan kebiasaan mencuci tangan. Penyakit menular pada manusia merupakan masalah penting yang dapat terjadi setiap saat, terutama di negara berkembang seperti Indonesia.

Upload: kusumalaga-ramadhana-putra

Post on 12-Dec-2015

8 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Ilmu Kesehatan Masyarakat

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

I.1.Latar Belakang

Kelurahan Sosromenduran, Kecamatan Gedongtengen, Kota

Yogyakarta sebagai daerah yang padat penduduk (luas wilayah 0,50 km2 dengan

jumlah penduduk 10.888 jiwa) sangat rentan terhadap isu kesehatan dan

kebersihan lingkungan. Menurut Puskesmas Gedongtengen, salah satu penyakit

yang jumlahnya mulai meningkat dalam sebulan terakhir ini pada anak usia

sekolah dasar adalah diare. Berdasarkan data Puskesmas dari September-

November 2013 pada kelompok umur 5, penyakit yang paling sering terjadi

adalah infeksi saluran napas atas, dengan diare dan gastroentritis menempati

posisi ke-5. Sedangkan penyakit seperti demam berdarah (DB) dan demam

berdarah dengue (DBD) biasanya terjadi terutama pada musim hujan, sedangkan

dari data tersebut kasus DB maupun DBD tidak masuk dalam 10 penyakit

tersering.

Penyakit gastrointestinal ini adalah salah satu penyakit menular dan erat

kaitannya dengan kebiasaan mencuci tangan. Penyakit menular pada manusia

merupakan masalah penting yang dapat terjadi setiap saat, terutama di negara

berkembang seperti Indonesia. Penyakit menular dapat menyebar dengan

beberapa cara yaitu melalui vektor, permukaan kulit, udara, air, makanan, dan

binatang.

Kebiasaan mencuci tangan adalah cara terbaik untuk menghindari sakit

dan kebiasaan sederhana ini hanya membutuhkan sabun dan air. Cuci tangan

adalah tindakan paling utama dan menjadi cara mencegah serangan dari penyakit.

Mencuci tangan adalah suatu kegiatan membersihkan bagian telapak, punggung

tangan, dan jari agar bersih dari kotoran dan membunuh kuman penyebab

penyakit.

I.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dapat diambil

rumusan masalah penelitian sebagai berikut: Bagaimana tingkat pengetahuan dan

perilaku siswa SD Netral D Kelurahan Sosromenduran?

I.3. Tujuan Penilitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan

perilaku siswa SD Netral D Kelurahan Sosromenduran.

I.4. Manfaat Penelitian

Hasil penilaian ini dapat dijadikan sarana pembelajaran bagi pekerja

kesehatan tentang pemahaman masyarakat umumnya dan siswa SD Netral

khususnya terkait pengetahuan dan perilaku mencuci tangan. Juga manfaat bagi

siswa dan guru SD Netral dalam meningkatkan pentingnya cuci tangan.

ISPA

Fever unknown origin

Disturbances in tooth eruption

Tonsilitis

Periapical abscess without sinus

Dermatitis, unspecified

Diarrhea andd Gastroenteritis non specific

Common cold

Cough

Penyakit pulpa & jaringan perapikal

Gambar 1. Diagram penyakit tersering pada kelompok umur 5-14 tahun

BAB III

METODE PENELITIAN

III.1. Rancangan Penelitian

Pada penelitian ini kami memakai metode penelitian cross-sectional

menggunakan rancangan penelitian observational deskriptif. Studi cross-sectional

adalah rancangan studi epidemiologi yang mempelajari hubungan penyakit dan

paparan (faktor penelitian) dengan cara mengamati status paparan dan penyakit

serentak pada individu-individu dari populasi tunggal pada satu saat atau satu

periode. Tujuan studi cross sectional adalah untuk memperoleh gambaran pola

penyakit dan determinan-determinannya pada populasi sasaran (Budiarto E.,

2002).

Rancangan penelitian observational deskriptif dipilih karena studi

deskriptif adalah riset epidemiologi yang bertujuan menggambarkan pola

distribusi penyakit dan determinan penyakit menurut populasi, letak geografik dan

waktu indikator yang digunakan mencakup faktor-faktor sosio demografik seperti

umur, jenis kelamin, kelas SD, maupun variabel-variabel gaya hidup seperti faktor

lingkungan, intensi dan sumber pembelajaran (Thomas C. T., 1998).

III.2. Populasi dan Subyek

Populasi pada penelitian ini adalah Anak SD Netral D Kelurahan

Sosromenduran Kecamatan Gedongtengen Kota Yogyakarta dari kelas 3 sampai

kelas 6 dipilih sebagai subjek dalam penelitian ini dikarenakan anak seumuran SD

rentan terhadap suatu penyakit tertentu yang berhubungan tentang kebersihan.

Tangan merupakan transmisi kuman yang paling utama dan kebersihan tangan

merupakan aspek penting dalam menekan ketidakhadiran anak-anak SD ke

sekolah dikarenakan sakit (Claudia H. L. Dkk, 2012).

Dari semua anak SD tersebut dilakukan total sampling dan didapatkan

jumlah sampel sebesar 92 orang anak. Total sampling dipilih dari anak SD Netral

dari kelas 3 sampai kelas 6 di Kelurahan Sosromenduran Kecamatan

Gedongtengen Kota Yogyakarta, maka dalam penelitian ini menggunakan metode

total sampling yakni seluruh populasi menjadi anggota yang akan diamati sebagai

sampel, karena sampel yang besar cenderung memberikan atau lebih mendekati

nilai sesungguhnya terhadap populasi atau dapat dikatakan semakin kecil

kesalahan (penyimpangan terhadap nilai populasi) (National Research Councilo,

1999).

Kriteria inklusi yang dipakai pada penelitian ini adalah anak dengan jenis

kelamin laki-laki dan perempuan kelas 3 sampai kelas 6 yang sekolah di SD

Netral D Kelurahan Sosromenduran Kecamatan Gedongtengen Kota Yogyakarta.

Kriteria eksklusi yang dipakai pada penelitian ini adalah anak yang tidak bersedia

mengikuti penelitian, anak yang tidak masuk sekolah dan anak yang belum

kompeten (belum bisa baca tulis dan tidak paham dengan penjelasan peneliti,

misalnya responden tidak mengerti apa yang dimaksudkan pada kuisioner yang

diberikan.

III.3. Metode Pengambilan Data

Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer. Dalam

penelitian ini digunakan instrument berupa kuesioner untuk mengetahui

pengetahuan dan perilaku cuci tangan pada anak-anak SD Netral D Kelurahan

Sosromenduran Kecamatan Gedongtengen Kodya Yogyakarta.

Untuk menilai tingkat pengetahuan dan mengukur perilaku cuci tangan

pada anak-anak SD dalam penelitian ini menggunakan instrumen berupa

kuesioner. Kuesioner ini diambil dari kuesioner yang pernah digunakan dalam

penelitian serupa sebelumnya (Yalcin SS dkk., 2004).

Kuesioner ini merupakan suatu daftar pertanyaan yang sudah disiapkan

sebelumnya. Adapun data yang ditanyakan dalam kuesioner ini adalah sebagai

berikut :

a. Pengisian dan pengumpulan kuesioner dilakukan Identitas responden yang

meliputi nama, jenis kelamin, kelas.

b. Pengetahuan responden terhadap bagaimana cara mencuci tangan yang benar.

c. Sikap responden terhadap kepentingan cuci tangan.

d. Intensi responden untuk mencuci tangan.

e. Sumber pembelajaran yang didapatkan responden tentang kepentingan cuci

tangan.

f. Masalah yang didapatkan responden tentang kepentingan cuci tangan.

g. Lingkungan pendukung yang mendukung responden ke arah perilaku cuci

tangan.

Pada waktu dan tempat yang sama dengan mengumpulkan anak-anak SD

Netral D Kecamatan Sosromenduran Kelurahan Gedongtengen Kota Yogyakarta.

Kuesioner diisi sendiri oleh responden dengan didampingi oleh peneliti.

Untuk pertanyaan, jawaban benar diberi nilai 1 dan jawaban yang salah

diberi nilai 0. Selanjutnya nilai ini dijumlah dan dikelompokkan menjadi kategori

tinggi dengan rentang nilai 4-5, sedang dengan rentang nilai 2-3, dan rendah

dengan rentang nilai -1. Jawaban sering dan selalu dimasukkan dalam kategori

terbiasa perilaku (cuci tangan sudah menjadi kebiasaan) dan jawaban kadang-

kadang, jarang dan tidak pernah dimasukkan dalam kategori tidak terbiasa (cuci

tangan tidak menjadi kebiasaan) perilaku.

III.4. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 9 Desember 2013 sampai 20

Desember 2013 di SD Netral D Kecamatan Sosromeduran Kelurahan

Gedongtengen Kota Yogyakarta. Penelitian ini terdiri dari tiga tahap yaitu :

a. Tahap persiapan, terdiri dari mempersiapkan perizinan penelitian ke pihak

kecamatan, kelurahan, puskesmas setempat dan SD tempat melakukan

penelitian. Tahap persiapan meliputi observasi lapangan, mencari

permasalahan penelitian, menentukan topik dan judul penelitian, pencarian

data subjek, penyusunan instrumen yang digunakan yaitu kuesioner

terstruktur.

b. Tahap pelaksanaan, pada tahap ini dilakukan pengambilan data (pembagian

kuesioner, pengisian kuesioner, dan entry data hasil kuesioner ke komputer).

Pengambilan data dilakukan pada tanggal 13 Desember 2013.

c. Tahap pelaporan, dilakukan dengan mengolah, menganalisa hasil yang

didapat, menyusun laporan dan berkonsultasi dengan pembimbing serta

melakukan presentasi hasil.

III.5. Variabel dan Definisi Operasional

1. Jenis kelamin

Jenis kelamin merupakan jenis kelamin responden penelitian yang terdiri dari

laki-laki dan perempuan.

2. Kelas SD

Kelas SD responden yang terhitung pada saat penelitian dilakukan

3. Tingkat pengetahuan.

Tingkat pengetahuan adalah apa yang di pahami dan dikatahui responden

penelitian yang diukur dari jawaban dalam pertanyaan di kuesioner.

4. Perilaku

Perilaku adalah apa yang dilakukan oleh responden penelitian yang diukur

dari jawaban pertanyaan dalam kuesioner.

III.6. Analisis Data

Proses pengolahan data dimulai dengan : 1) Pengumpulan data; 2)

Analisis data dilakukan secara manual berdasarkan kuesioner dan dengan bantuan

software Microsoft Excel 2007, meliputi tabulasi, meringkas, dan menyusun data

dalam suatu tabel atau diagram sehingga dapat dibaca dengan mudah. Analisa

data pada penelitian ini menggunakan analisa statistik deskriptif.

III.7. Jadwal Penelitian

Tempat penelitian adalah di SD Netral D Kelurahan Sosromenduran Kecamatan Gedongtengen Kota Yogyakarta dan penelitian dilaksanakan mulai tanggal 9 Desember 2013 sampai 20 Desember 2013 dengan rincian pada Tabel 1.

Tabel 1. Jadwal Penelitian

Kegiatan Tanggal

9 1

0

11 12 1

3

14 1

5

16 17 1

8

19 20

Observasi Lapangan

Identifikasi dan perumusan

masalah

Membuat rancangan

penelitian

Pengambilan data

Penyuluhan di SD

Pengolahan dan analisis

data

Penulisan laporan

penelitian

Presentasi hasil

Gambar 2. Alur Penelitian

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1. Karakteristik Responden

IV.2.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Diagram di bawah ini menunjukkan distribusi responden berdasarkan

jenis kelamin. Tampak bahwa jumlah responden perempuan sedikit lebih banyak

dibandingkan responden laki-laki, tetapi masih cukup seimbang. Responden laki-

laki sebanyak 42 orang (45,7%) dan responden perempuan sebanyak 50 orang

(54,3%).

45.7%

54.3%

Laki-lakiPerempuan

Gambar 3. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

IV.2.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Kelas

Dari diagram di bawah ini, terlihat bahwa jumlah responden pada kelas 3,

4 dan 5 cenderung merata dengan jumlah responden terbanyak berasal dari kelas

6. Responden dari kelas 3 sebanyak 20 orang (21,7%), dari kelas 4 sebanyak 22

orang (23,9%), dari kelas 5 sebanyak 20 orang (21,7%), dan dari kelas 6 yaitu

sebanyak 30 orang (32,6%).

Kelas 3 Kelas 4 Kelas 5 Kelas 60.0%

5.0%

10.0%

15.0%

20.0%

25.0%

30.0%

35.0%

21.7%23.9%

21.7%

32.6%

Gambar 4. Karakteristik Responden Berdasarkan Kelas

IV.2. Hasil

IV.2.1. Tingkat Pengetahuan Responden Terhadap Cara Cuci Tangan

Pengukuran tingkat pengetahuan responden dilakukan dengan soalan

dasar tentang konsep cuci tangan dalam kuestioner. Responden yang mempunyai

tingkat pengetahuan tinggi adalah mereka yang menjawab sedikitnya 4 dari 5 soal,

sebanyak 100% (92 orang). Tidak ada responden yang masuk dalam kategori

tingkat pengetahuan sedang atau rendah. Secara kesimpulan, semua responden

mempunyai pengetahuan cuci tangan yang cukup tinggi.

Tinggi Sedang Rendah0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

Gambar 5. Tingkat pengetahuan responden terhadap cara cuci tangan yang benar

IV.2.2. Kebiasaan Cuci Tangan Setelah Buang Air

82,7%

8,7%

4,3% 4,3%

Cuci Tangan Setelah Buang Air

SelaluSeringKadang-kadangJarangTidak Pernah

Gambar 6. Kebiasaan responden cuci tangan setelah buang air

Sejumlah 76 orang (82,7%) selalu cuci tangan dan 8 orang (8,7%) sering

cuci tangan setelah buang air besar dan kecil. Sejumlah 4 orang (4,3% )kadang-

kadang mencuci tangan dan sebanyak 4 orang (4,3%) tidak pernah mencuci

tangan setelah buang air. Tidak ada responden yang jarang mencuci tangan.

Jumlah responden yang terbiasa mencuci tangan setelah buang air adalah 91,4%.

IV.2.3. Ketaatan Mencuci Tangan Sebelum Makan

87%

6,5%

2,2%4,3%

Cuci Tangan Sebelum Makan

SelaluSeringKadang-kadangJarangTidak Pernah

Gambar 7. Ketaatan responden cuci tangan sebelum makan

Proporsi responden yang terbiasa (sering dan selalu) mencuci tangan

sebelum makan adalah 86 orang (93,5%). 2 orang (2,2%) dan 4 orang (4,3%)

masing-masing kadang-kadang dan jarang mencuci tangan sebelum makan. Tidak

ada responden yang tidak pernah mencuci tangan sebelum makan.

IV.2.4. Ketaatan Cuci Tangan Setelah Batuk dan Bersin

Dari data yang diperoleh, sejumlah 44 orang (47,8%) yang terbiasa

mencuci tangan setelah batuk dan bersin. Sebanyak 34 orang (37%) kadang-

kadang dan 8 orang (8,7%) jarang mencuci tangan setelah batuk dan bersin. 6

orang (6,5%) tidak pernah mencuci tangan stelah batuk dan bersin.

32,6%

15,2%37%

8,7%

6,5%

Cuci Tangan Setelah Batuk dan Bersin

SelaluSeringKadang-kadangJarangTidak Pernah

Gambar 8. Ketaatan responden cuci tangan setelah batuk dan bersin

IV.2.5. Ketaatan Cuci Tangan Setelah Bermain

65,2%

10,9%

17,4%6,5%

Cuci Tangan Setelah Bermain

SelaluSeringKadang-kadangJarangTidak Pernah

Gambar 9. Ketaatan responden cuci tangan setelah bermain

Sejumlah 70 orang (76,1%) responden terbiasa mencuci tangan setelah

bermain. Tidak ada responden yang tidak pernah mencuci tangan setelah bermain.

Responden yang kadang-kadang dan jarang mencuci tangan setelah bermain

adalah masing-masing 16 orang (17,4%) dan 6 orang (6,5%).

IV.2.6. Ketaatan Penggunaan Sabun Untuk Cuci Tangan

Selalu

Sering

Kadang-kadang

Jarang

Tidak Pernah

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90%

80,4%6,5%

10,9%

2,2%

Penggunaan Sabun

Penggunaan Sabun

Gambar 10. Ketaatan responden menggunakan sabun untuk cuci tangan

Diagram di atas menunjukkan proporsi kebiasaan responden menggunakan

sabun sewaktu mencuci tangan. Responden yang sering dan selalu mencuci tangan

dengan sabun adalah masing-masing sebanyak 74 orang (80,4%) dan 6 orang

(6,5%). Sebanyak 10 orang (10,9%) kadang-kadang menggunakan sabun dan 2

orang (2,2%) jarang menggunakan sabun untuk mencuci tangan. Tidak ada

responden yang tidak pernah menggunakan sabun untuk mencuci tangan.

Responden yang terbiasa mencuci tangan dengan sabun adalah 86,9%.

IV.2.7. Edukasi sebelumnya yang telah diterima oleh responden

Gambar 11. Edukasi mengenai cara cuci tangan sebelumnya

Diagram menunjukkan proporsi responden yang pernah mendapat edukasi

sebelumnya tentang cara cuci tangan. Sebanyak 93.6% (86 orang) menjawab

sudah pernah mendapat edukasi sebelumnya tentang cara cuci tangan sementara

4.3% (4 orang) memberi respon belum pernah. 2.1% (2 orang) memberi respons

ragu-ragu.

IV.2.8. Media belajar tentang cara cuci tangan

Diagram di bawah menunjukkan proporsi responden yang telah belajar

tentang cuci tangan. 60.9% (56 orang) menyatakan telah belajar dari orang tua dan

32.6% (30 orang) menyatakan telah belajar dari sekolah. Hanya 4.3% (4 orang)

menyatakan telah belajar dari acara TV dan 2.1% (2 orang) telah belajar dari acara

penyuluhan sebelumnya. Tidak ada responden yang memilih jawaban lain-lain.

Gambar 12. Sumber pengetahuan tentang cuci tangan

IV.2.9. Gejala Gastrointestinal dalam 2 minggu terakhir

Gambar 13. Gejala gastrointestinal dalam 2 minggu terakhir

Dari kuesioner juga didapatkan data mengenai gejala gastrointestinal

dalam 2 minggu terakhir, yaitu sakit perut atau mual muntah. Sebesar 65.2% (60

orang) menjawab tidak mengalami gejala dalam 2 minggu terakhir. Sebanyak

17.4% (16 orang) menyatakan mengalami gejala satu kali, 13.0% (12 orang)

menyatakan 2 kali dan 4.3% (4 orang) menyatakan mengalami gejala

gastrointestinal 3 kali dalam 2 minggu terakhir.

IV.2.10. Peran Orang Tua untuk Cuci Tangan Terhadap Responden

Gambar 14. Peran orang tua dalam perilaku mencuci tangan

Diagram menunjukkan proporsi responden yang mendapat dukungan

orang tua di rumah untuk mencuci tangan sebelum makan. Proporsi responden

yang menjawab ‘selalu’ sebanyak 76.1% atau 70 orang) yang menunjukkan

majoritas sampel mendapat dukungan yang cukup tinggi untuk peringatan cuci

tangan dari lingkungan. Sebanyak 15.2% (14 orang) responden menjawab ‘sering’

dan 8.7% (8 orang) menjawab ‘kadang’ diingatkan untuk cuci tangan. Proporsi

responden yang terbiasa (sering dan selalu) diingatkan untuk cuci tangan adalah

91.3%.

IV.1. Pembahasan

Berdasarkan diagram dan analisis data di atas, persebaran jenis kelamin

tergolong representatif dalam menggambarkan perilaku cuci tangan responden

karena terdiri dari proporsi jenis kelamin yang relatif seimbang yaitu laki-laki

sebanyak 45,7% dan perempuan sebanyak 54,3%. Meskipun demikian, belum ada

bukti yang menunjukkan hubungan antara jenis kelamin dengan perilaku cuci

tangan pada usia sekolah.

Tingkat pengetahuan responden mengenai cuci tangan yang baik dan

benar tergolong tinggi, hal ini dapat dilihat dari diagram dan analisis data di atas,

terlihat bahwa seluruh responden (100%) memiliki tingkat pengetahuan tinggi

mengenai cuci tangan.

Perilaku mencuci tangan diukur pada empat saat penting penggunaan

sabun untuk mencuci tangan. Berdasarkan analisis data didapatkan bahwa

sebanyak 91,4% responden terbiasa mencuci tangan sehabis buang air kecil dan

besar, 93,5% terbiasa mencuci tangan sebelum makan, 76,1% terbiasa mencuci

tangan setelah bermain, dan 47,8% mencuci tangan setelah batuk atau bersin.

Sebanyak 86,9% terbiasa mencuci tangan mengunakan sabun. Hal ini dapat

dikarenakan sebagian besar responden merupakan masyarakat kota yang telah

mempunyai kesadaran yang tinggi tentang cara mencuci tangan yang baik dan

benar.

Responden yang terbiasa mencuci tangan setelah bermain tergolong

cukup tinggi yaitu 76,1%. Proporsi responden yang terbiasa mencuci tangan

setelah batuk atau bersin tergolong cukup rendah yaitu 47,8%. Hal ini

kemungkinan disebebkan oleh barier kognitif (WHO, 2006) yakni kurangnya

pengetahuan responden setingkat SD mengenai mortalitas dan morbiditas terkait

penyakit menular dan konsep kuman atau bakteri yang tidak terlihat.

Peran orang tua dalam memantau kepatuhan anak mencuci tangan

tergolong tinggi. Sebanyak 76.1% responden menjawab sering dan 15.2%

menjawab selalu pada pertanyaan mengenai peran orang tua dalam mengingatkan

anak mencuci tangan. Hal ini dapat dikarenakan masyarakat yang tinggal di

wilayah perkotaan sebagian besar sudah memiliki kesadaran mengenai mencuci

tangan dan penyakit yang dapat menular melalui kontak tangan, dan telah

menanamkan perilaku tersebut kepada anak-anak.

Sebanyak 17.4% responden mengalami sakit perut atau diare sebanyak

satu kali dalam 2 minggu terakhir dan 65.2% menjawab tidak pernah mengalami

sakit perut atau diare dalam 2 minggu terakhir. Akan tetapi, kejadian sakit perut

dan diare belum dapat dikorelasikan dengan perilaku atau kebiasaan cuci tangan

responden

Sumber belajar mencuci tangan terbanyak adalah dari orang tua, diikuti

dari sekolah, kemudian dari acara TV dan paling sedikit adalah dari penyuluhan

Hal ini dapat dipahami mengingat anak usia sekolah dasar masih memiliki

kecenderungan untuk mematuhi orang tua dan menerima ilmu dari mereka.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1. Kesimpulan

Penelitian ini melibatkan 92 orang anak SD kelas 3-6 di SD Netral D

kelurahan Sosromenduran, kecamatan Gedongtengen Kota Yogyakarta. Dari hasil

penilaian menggunakan kuesioner terhadap anak-anak SD dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:

a. Seluruh responden memiliki pengetahuan dasar yang memadai mengenai

cara mencuci tangan yang benar (tingkat pengetahuan tinggi).

b. Perilaku cuci tangan cukup baik bagi anak-anak kelas 3-6 SD Netral D di

kelurahan Sosromenduran, kecamatan Gedongtengen Kota Yogyakarta.

V.2. Saran

Untuk Peneliti:

Untuk mendapatkan hasil yang lebih bermakna tentang tingkat

pengetahuan dan perilaku cuci tangan yang benar dapat dilakukan upaya:

a. Melakukan penelitian selanjutnya menggunakan metode pretest dan

posttest

b. Menambah instrumen yang bersifat observasi langsung ke daerah tempat

tinggal anak untuk melengkapi dan meningkatkan validitas hasil

penelitian

c. Penelitian yang akan datang dapat dilakukan dengan mengkorelasikan

apakah ada hubungan diantara tingkat pengetahuan dan perilaku cuci

tangan

Untuk Sekolah:

a. Meningkatkan ketersediaan dan kepraktisan fasilitas cuci tangan.

b. Melestarikan budaya cuci tangan yang baik dan benar.

c. Meningkatkan kepedulian dan kewaspadaan terhadap penyakit menular

di lingkungan sekitar.