iii.docx

20
III.1 Strategi Peningkatan Mutu Pelayanan Menurut Parasuraman dkk (1985) ada lima dimensi untuk menilai mutu pelayanan kesehatan yaitu : 1. Kehandalan (Reliability) Yaitu kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan sesuai yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya, kinerja harus sesuai dengan harapan pelanggan yang berarti ketepatan waktu, pelayanan yang sama untuk semua pelanggan tanpa kesalahan, sikap simpati dan dengan akurasi yang tinggi, memberikan informasi yang akurat, sehingga ketrampilan, kemampuan dan penampilan dalam menyelesaikan pekerjaan yang diberikan sesuai dengan apa yang ditetapkan sehingga menimbulkan rasa percaya pasien terhadap pelayanan yang diberikan. 2. Empati (Emphaty) Meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan komunikasi yang baik, perhatian pribadi dan memahami kebutuhan para pasien. Disamping itu empati dapat diartikan sebagai harapan pasien yang dinilai berdasarkan kemampuan petugas dalam memahami dan menempatkan diri pada keadaan yang dihadapi atau dialami pasien. Empati diyakini berpengaruh terhadap hasil komunikasi dalam berbagai tipe dari hubungan-hubungan sosial kita sehari-hari, tanpa empati komunikasi diantara petugas kesehatan dengan pasien akan mengurangi kualitas pelayanan kesehatan.

Upload: mithaitalia8

Post on 19-Jan-2016

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: III.docx

III.1 Strategi Peningkatan Mutu Pelayanan

Menurut Parasuraman dkk (1985) ada lima dimensi untuk menilai mutu pelayanan

kesehatan yaitu :

1. Kehandalan (Reliability)

Yaitu kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan sesuai yang dijanjikan

secara akurat dan terpercaya, kinerja harus sesuai dengan harapan pelanggan yang berarti

ketepatan waktu, pelayanan yang sama untuk semua pelanggan tanpa kesalahan, sikap

simpati dan dengan akurasi yang tinggi, memberikan informasi yang akurat, sehingga

ketrampilan, kemampuan dan penampilan dalam menyelesaikan pekerjaan yang diberikan

sesuai dengan apa yang ditetapkan sehingga menimbulkan rasa percaya pasien terhadap

pelayanan yang diberikan.

2. Empati (Emphaty)

Meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan komunikasi yang baik, perhatian

pribadi dan memahami kebutuhan para pasien. Disamping itu empati dapat diartikan sebagai

harapan pasien yang dinilai berdasarkan kemampuan petugas dalam memahami dan

menempatkan diri pada keadaan yang dihadapi atau dialami pasien.

Empati diyakini berpengaruh terhadap hasil komunikasi dalam berbagai tipe dari

hubungan-hubungan sosial kita sehari-hari, tanpa empati komunikasi diantara petugas

kesehatan dengan pasien akan mengurangi kualitas pelayanan kesehatan.

Empati yakni peduli, memberi perhatian pribadi dengan pasien atau dengan kata lain

kemampuan untuk merasakan dengan tepat perasaan orang lain dan untuk

mengkomunikasikan pengertian ini kapada orang trsebut.

Sikap petugas yang sabar dan telaten dalam menghadapi pasien cukup memberikan

harapan yang baik kepada pasien, disamping itu petugas memiliki rasa hormat, bersahabat,

memahami keadaan yang dialami pasien dengan baik merupakan harapan para pasien.

3. Berwujud (Tangibles)

Kemampuan suatu perusahaan dalam menunjukkan aksistensinya kepada pihak

ekseternal, dimana penampilan dan kemampuan sarana dan prasarana fisik perusahaan dan

keadaan lingkungan sekitarnya adalah bukti nyata pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa

yaitu meliputi fasilitas fisik (gedung), perlengkapan dan peralatan yang digunakan

(teknologi), dn penampilan pegawai serta media komunikasi.

Page 2: III.docx

4. Ketanggapan (Responsiveness)

Yaitu suatu kemampuan untuk membantu dan memberikan pelayanan yang tepat pada

pasien, dengan menyampaikan informasi yang jelas, jangan membiarkan pasien menunggu

tanpa adanya suatu alasan yang jelas menyebabkan persepsi yang negatif dalam kualitas

pelayanan.

5. Jaminan Kepastian (Assurance)

Yaitu mencakup pengetahuan, kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki

petugas kesehatan, bebas dari bahaya, resiko atau keragu-raguan. Asuransi diartikan sebagai

salah satu kegiatan menjaga kepastian atau menjamin keadaan dari apa yang dijamin atau

suatu indikasi menimbulkan rasa kepercayan Selain itu dimensi mutu pelayanan kesehatan

meliputi:

1. Kompetensi Teknis (Technical Competence)

Keterampilan, kemampuan dan penampilan petugas, manajer dan staf pendukung dalam

memberikan pelayanan kepada pasien sehingga menimbulkan kepuasan pasien.

Kompetensi teknis berhubungan dengan bagaimana cara petugas mengikuti standar

pelayanan yang telah ditetapkan

2. Akses terhadap pelayanan (Accessibility)

Akses atau jalan dalam memberikan pelayanan kepada pasien tidak terhalang oleh

keadaan geografis, sosial ekonomi, budaya, organisasi maupun hambatan yang terjadi

karena perbedaan bahasa.

a. Geografis

Dalam hal ini keadaan geografis merupakan keadaan daerah yang akan mendapat

pelayanan, dapat diukur dengan jenis tansportasi yang digunakan untuk menuju tempat

pasien, jarak / jauh dan tidaknya tempat yang dituju, waktu perjalanan.

b. Akses ekonomi

Berkaitan dengan kemampuan memberikan pelayanan kesehatan yang

pembiayaannya terjangkau pasien. Pelayanan yang diberikan memperhatikan keadaan

ekonomi pasien, apabila pasien kurang mampu bukan berarti tidak diberikan pelayanan

yang maksimal. Dalam hal ini yang dimaksud memberikan pelayanan kesehatan yang

pembiayaan terjangkau yaitu pasien diberi jalan lain untuk tetap mendapat pelayanan

kesehatan melalui bantuan misalnya dari pemerintah dengan menggunakan ASKESKIN

Page 3: III.docx

c. Akses sosial atau budaya

Berkaitan dengan diterimanya pelayana yang dikaitkan dengan nilai budaya,

kepercayaan dan perilaku dari masyarakat setempat.

d. Akses organisasi

Berkaitan dengan sejauh mana pelayanan diatur untuk kenyamanan pasien, jam

kerja klinik, waktu tunggu.

e. Akses bahasa

Pelayanan diberikan dalam bahasa atau dialek setempat yang dipahami pasien.

3. Efektifitas (Effectiveness)

Kualitas pelayanan kesehatan tergantung dari efektifitas yang menyangkut norma

pelayanan kesehatan dan petunjuk klinis sesuai dengan standar yang ada.

4. Hubungan Antar Manusia (Interpersonal Relation)

Berkaitan dg interaksi antara petugas kesehatan dengan pasien, manajer dan petugas, dan

antara tim kesehatan dengan masyarakat.

5. Efisiensi (Efficiency)

Pelayanan yang efisien akan memberikan perhatian yang optimal daripada

memaksimalkan pelayanan kepada pasien dan masyarakat. Petugas akan memberikan

pelayanan yang terbaik dengan sumber daya yang dimiliki

6. Kelangsungan pelayanan (Continuity)

Pasien akan menerima pelayanan yang lengkap yang dibutuhkan termasuk rujukan tanpa

interupsi, berhenti atau mengulangi prosedur, diagnosa dan terapi yang tidak perlu.

7. Keamanan (Safety)

Berarti mengurangi risiko cedera, infeksi, efek samping, atau bahaya lain yang berkaitan

dengan pelayanan.

8. Kenyamanan (Amnieties)

Berkaitan dengan pelayanan kesehatan yang tidak berhubungan langsung dengan

efektifitas klinis, tetapi dapat mempengaruhi kepuasan pasien dan bersedianya untuk

kembali ke fasilitas kesehatan untuk memperoleh pelayanan berikutnya

(L.D. Brown etal, op.cit., hlm 2-6).

(Wiyono DJ. 1999. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan : Teori, Strategi dan Aplikasi, Universitas

Airlangga, Surabaya.)

Page 4: III.docx

III.2 Mekanisme Peningkatan Mutu Pelayanan

Menurut Trilogi Juran mekanisme peningkatan mutu pelayanan adalah:

1. Quality Planning, meliputi:

a. Menentukan pelanggan.

b. Menentukan kebutuhan pelanggan.

c. Mengembangkan gambaran produk sesuai dengan kebutuhan pelanggan.

d. Mengembangkan proses yang mampu menghasilkan produk sesuai dengan

gambaran produk.

e. Mentrasfer rencana menjadi kebutuhan pelaksanaan.

2. Quality Control, meliputi:

a. Mengevaluasi kinerja produk saat ini.

b. Membandingkan kinerja sesungguhnya dengan tujuan produk

c. Melaksanakan atau memperbaiki perbedaan.

3. Quality Improvement, meliputi:

a. Mengembangkan infrastruktur.

b. Mengidentifikasi proyek peningkatan mutu.

c. Membentuk tim mutu.

d. Menyiapkan tim dengan sumber daya dan pelatihan serta motivasi untuk

mendiagnosis penyebab, menstimulasi perbaikan, dan mengembangkan

pengawasan untuk mempertahankan peningkatan.

(Depkes. 2005. Quality Assurance.)

III.3 Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan

1. Penataan organisasi

Penataan organisasi menjadi organisasi yang efisien, efektif dengan struktur dan uraian

tugas yang jelas, dan jalinan hubungan kerja yang berpegang pada prinsip organization

through the function.

2. Regulasi peraturan perundangan

Page 5: III.docx

Pengkajian secara komprehensif terhadap berbagai peraturan perundangan yang telah

ada dan diikuti dengan regulasi yang mendukung pelaksanaan kebijakan tersebut di

atas.

3. Pemantapan jejaring

Pengembangan dan pemantapan jejaring dengan pusat unggulan pelayanan dan sistem

rujukannya akan sangat meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelayanan kesehatan,

sehingga dengan demikian akan meningkatkan mutu pelayanan.

4. Standarisasi

Standarisasi merupakan kegiatan penting yang harus dilaksanakan, meliputi standar

tenaga baik kuantitatif maupun kualitatif, sarana dan fasilitas, kemampuan, metode,

pencatatan dan pelaporan dan lain-lain. Luaran yang diharapkan juga harus

distandarisasi.

5. Pengembangan sumber daya manusia

Penyelenggaraan berbagai pendidikan dan pelatihan secara berkelanjutan dan

berkesinambungan untuk menghasilkan sumber daya manusia yang profesional, yang

kompeten dan memiliki moral dan etika, mempunyai dedikasi yang tinggi, kreatif dan

inovatif serta bersikap antisipatif terhadap berbagai perubahan yang akan terjadi baik

perubahan secara lokal maupun global.

6. Quality Assurance

Berbagai komponen kegiatan quality assurance harus segera dilaksanakan dengan

diikuti oleh perencanaan dan pelaksanaan berbagai upaya perbaikan dan peningkatan

untuk mencapai peningkatan mutu pelayanan. Data dan informasi yang diperoleh

dianalysis dengan cermat ( root cause analysis ) dan dilanjutkan dengan penyusunan

rancangan tindakan perbaikan yang tepat dengan melibatkan semua pihak yang

berkepentingan. Semuanya ini dilakukan dengan pendekatan “tailor’s model“ dan

Plan- Do- Control- Action (PDCA). (Depkes. 2005. Quality Assurance.)

7. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dilakukan dengan membangun

kerjasama dan kolaborasi dengan pusat-pusat unggulan baik yang bertaraf lokal atau

dalam negeri maupun internasional. Penerapan berbagai pengembangan ilmu

Page 6: III.docx

pengetahuan dan teknologi tersebut harus dilakukan dengan mempertimbangkan aspek

pembiayaan.

8. Peningkatan peran serta masyarakat dan organisasi profesi

Peningkatan peran organisasi profesi terutama dalam pembinaan anggota sesuai

dengan standar profesi dan peningkatan mutu sumber daya manusia.

9. Peningkatan kontrol sosial

Peningkatan pengawasan dan kontrol masyarakat terhadap penyelenggaraan pelayanan

kesehatan akan meningkatkan akuntabilitas, transparansi dan mutu pelayanan.

(http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/05/strategi-dan-upaya-peningkatan-

mutu.html)

III.4 Pendekatan Melalui Konsep Kesehatan Masyarakat

a. P4K

1. Melalui P4K (program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi) yang

adalah suatu kegiatan yang difasilitasi oleh bidan di desa dalam rangka peningkatan

peran aktif suami, keluarga dan masyarakat dalam merencanakan persalinan yang

aman dan persiapan menghadapi komplikasi bagi ibu hamil, termasuk perencanaan

dan penggunaan KB pasca persalinan dengan menggunakan stiker sebagai media

notifikasi sasaran dalam rangka meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan

bagi ibu dan bayi baru lahir.

(Satrianegara, M. Fais. 2009. Buku Ajar Organisasi Dan Manajemen Pelayanan

Kesehatan Serta Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.)

Tujuan P4K:

Meningkatnya cakupan dan mutu pelayanan kesehatan bagi ibu hamil dan bayi baru

lahir melalui peningkatan peran aktif keluarga dan masyarakat dalam merencanakan

persalinan aman dan persiapanmenghadapi komplikasi dan tanda bahaya kebidanan

bagi ibu sehingga melahirkan bayi yang sehat.

(Satrianegara, M. Fais. 2009. Buku Ajar Organisasi Dan Manajemen Pelayanan

Kesehatan Serta Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.)

Page 7: III.docx

Tahap Kegiatan P4K:

1. Orientasi P4K dengan Stiker

2. Sosialisasi

3. Operasionalisasi P4K dengan Stiker di tingkat desa:

• Manfaatkan pertemuan bulanan di tingkat desa/kelurahan

• Mengaktifkan Forum Peduli KIA

• Kontak dengan ibu hamil dan keluarga dalam pengisian stiker

• Pemasangan stiker dirumah ibu hamil

• Pendataan jumlah ibu hamil di wilayah desa

• Pengelolaan donor darah dan sarana transportasi/ambulans desa

• Pembuatan dan Penandatanganan AmanatPersalinan

4. Rekapitulasi pelaporan

5. Forum Komunikasi

b. Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil

Kelas Ibu Hamil ini merupakan sarana untuk belajar bersama tentang kesehatan bagi ibu

hamil, dalam bentuk tatap muka dalam kelompok yang bertujuan untuk meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan ibu-ibu mengenai kehamilan, perawatan kehamilan, persalinan,

perawatan nifas, perawatan bayi baru lahir, mitos, penyakit menular dan akte kelahiran.

Kelas Ibu Hamil adalah kelompok belajar ibu-ibu hamil dengan umur kehamilan antara 4

minggu s/d 36 minggu (menjelang persalinan) dengan jumlah peserta maksimal 10 orang. Di

kelas ini ibu-ibu hamil akan belajar bersama, diskusi dan tukar pengalaman tentang kesehatan

Ibu dan anak (KIA) secara menyeluruh dan sistimatis serta dapat dilaksanakan secara

terjadwal dan berkesinambungan.

Kelas ibu hamil difasilitasi oleh bidan/tenaga kesehatan dengan menggunakan paket

Kelas Ibu Hamil yaitu Buku KIA, Flip chart (lembar balik), Pedoman Pelaksanaan Kelas Ibu

Hamil, Pegangan Fasilitator Kelas Ibu Hamil dan Buku senam Ibu Hamil.

Tujuan Umum kelas ibu hamil adalah untuk meningkatkan pengetahuan, merubah sikap

dan perilaku ibu agar memahami tentang kehamilan, perubahan tubuh dan keluhan selama

kehamilan, perawatan kehamilan, persalinan, perawatan Nifas, KB pasca persalinan,

perawatan bayi baru lahir, mitos/kepercayaan/adat istiadat setempat, penyakit menular dan

akte kelahiran.

Tujuan Khususnya ada 2, yaitu :

Page 8: III.docx

1. Terjadinya interaksi dan berbagi pengalaman antar peserta (ibu hamil dengan ibu hamil)

dan antar ibu hamil dengan petugas kesehatan/bidan tentang kehamilan, perubahan tubuh

dan keluhan selama kehamilan, perawatan kehamilan, persalinan, Perawatan Nifas, KB

pasca persalinan, perawatan bayi baru lahir, mitos/kepercayaan/adat istiadat setempat.

2. Meningkatkan pemahaman, sikap dan perilaku ibu hamil tentang:

a. Kehamilan, perubahan tubuh dan keluhan (apakah kehamilan itu, perubahan tubuh

selama kehamilan, keluhan umum saat hamil dan cara mengatasinya, apa saja yang

perlu dilakukan ibu hamil dan pengaturan gizi termasuk pemberian tablet tambah

darah untuk penanggulangan anemia).

b. Perawatan kehamilan (kesiapan psikologis menghadapi kehamilan, hubungan suami

isteri selama kehamilan, obat yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi oleh ibu hamil,

tanda bahaya kehamilan, dan P4K (perencanaan persalinan dan pencegahan

komplikasi).

c. Persalinan (tanda-tanda persalinan, tanda bahaya persalinan dan proses persalinan).

d. Perawatan Nifas (apa saja yang dilakukan ibu nifas agar dapat menyusui ekslusif,

bagaimana menjaga kesehatan ibu nifas, tanda-tanda bahaya dan penyakit ibu nifas.

e. KB Pasca nifas

f. Perawatan bayi baru lahir (perawatan bayi baru lahir, pemberian k1 injeksi, tanda

bahaya bayi baru lahir, pengamatan perkembangan bayi/anak dan pemberian imunisasi

pada bayi baru lahir).

g. Mitos/kepercayaan/adat istiadat setempat yang berkaitan dengan kesehatan ibu dan

anak.

h. Penyakit menular (IMS, informasi dasar HIV-AIDS dan pencegahan dan penanganan

malaria pada ibu hamil).

i. Akte kelahiran.

(http://karjopusk.blogspot.com/2013/04/pelaksanaan-kelas-ibu-hamil.html)

c. ANC (Ante Natal Care)

Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan

profesional (dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter umum, bidan dan

perawat) kepada ibu hamil selama masa kehamilannya, yang mengikuti program

Page 9: III.docx

pedoman pelayanan antenatal yang ada dengan titik berat pada kegiatan promotif dan

preventif.

Dalam bahasa program kesehatan ibu dan anak, kunjungan antenatal ini diberi

kode angka K yang merupakan singkatan dari kunjungan. Pemeriksaan antenatal yang

lengkap adalah K1, K2, K3 dan K4. Hal ini berarti, minimal dilakukan sekali

kunjungan antenatal hingga usia kehamilan 28 minggu, sekali kunjungan antenatal

selama kehamilan 28-36 minggu dan sebanyak dua kali kunjungan antenatal pada usia

kehamilan diatas 36 minggu.

Selama melakukan kunjungan untuk asuhan antenatal, para ibu hamil akan

mendapatkan serangkaian pelayanan yang terkait dengan upaya memastikan ada

tidaknya kehamilan dan penelusuran berbagai kemungkinan adanya penyulit atau

gangguan kesehatan selama kehamilan yang mungkin dapat mengganggu kualitas dan

luaran kehamilan. Identifikasi kehamilan diperoleh melalui pengenalan perubahan

anatomi dan fisiologi kehamilan seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Bila

diperlukan, dapat dilakukan uji hormonal kehamilan dengan menggunakan berbagai

metoda yang tersedia.

(http://dinkes-kabmelawi.blogspot.com/2012/12/pelayanan-kesehatan-ibu-hamil-k1-

dan-k4.html)

III.5 Pendekatan Melalui Pengembangan Organisasi

Bentuk – bentuk program kemitraan yang dapat dilakukan pada upaya peningkatan

keselamatan ibu diantaranya sebagai berikut :

a. Kemitraan dengan ibu – ibu PKK

Pendekatan partisipasif ini melibatkan kaum ibu mampu mengenali dan

menentukan prioritas masalah kesehatan ibu, menyusun rencana pemecahan masalah

bersama pemerintah setempat dan melaksanakannya. Beberapa kegiatan yang dapat

dilakukan  adalah pendidikan dan pelatihan kaum wanita dan pria tentang persalinan

yang aman dirumah serta tentang keluarga berencana, mengembangkan persiapan

rujukan ke rumah sakit dan mengembangkan materi informasi tentang kesehatan

reproduksi.

Page 10: III.docx

b. Pengkaderan tokoh masyarakat

Memberikan pembekalan dari dinas kesehatan, Badan Kependudukan Keluarga

Berencana Nasional (BKKBN), Ikatan Bidan Indonesia (IBI), Ikatan Dokter Indonesia

(IDI), dan lain – lain kepada tokoh masyarakat yang dipercaya oleh masyarakat

setempat misalnya kepala suku tentang pentingnya pemeriksaan ibu hamil di

puskesmas.

c. Kemitraan dengan dukun bayi.

Untuk meminimalisir terjadinya kematian bayi pada saat persalinan, Dinkes Papua

mulai membangun kemitraan dengan dukun bayi guna membantu kelancaran

persalinan. Langkah yang ditempuh dengan cara memanfaatkan tenaga dukun guna

mengantarkan bumil ke tempat praktik bidan pada saat ditemui ibu persalinan. Setiap 4

kali persalinan para dukun itu diberi uang Rp 100 ribu. Bukan berarti membasmi

keberadaan para dukun itu. Tapi mereka masih diperlukan untuk perawatan bayi pasca

kelahiran, itulah bentuk kemitraan yang dibangun.

d. Kemitraan dengan bidan .

Perlu dilakukan dengan asosiasi kebidanan (IBI) dalam mendukung pelayanan

kesehatan reproduksi. Melalui asosiasi ini diharapkan para bidan mengikuti program

pelatihan kesehatan reproduksi yang mencakup penanganan kegawatan obstetri,

pencegahan infeksi dan keluarga berencana. Perhatian utama organisasi ini adalah

memaksimalkan kebijakan dan dukungan teknis yang lestari dalam menjaga kualitas

pelayanan kesehatan ibu.

(http://drihsangpi.wordpress.com/2013/04/12/upaya-peningkatan-promosi-kesehatan-

melalui-program-kemitraan/)

III.6 Kegiatan Dalam Menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI)

1. Peningkatan kualitas dan cakupan pelayanan, melalui :

a. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan antara lain berupa penyediaan

tenaga bidan di desa, kesinambungan keberadaan bidan desa, penyediaan fasilitas

Page 11: III.docx

pertolongan persalinan pada polindes/pustu dan puskesmas, kemitraan bidan dan

dukun bayi, serta berbagai pelatihan bagi petugas.

b. Penyediaan pelayanan kegawatdaruratan yang berkualitas dan sesuai standar,

antara lain bidan desa di polindes, puskesmas PONED (Pelayanan Obstetri

Neonatal Emergency Dasar), Rumah sakit PONEK (Pelayanan Obstetri Neonatal

Emergency Kualitas) 24 jam.

c. Mencegah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan

komplikasi keguguran, antara lain dalam bentuk KIE untuk mencegah terjadinya 4

terlalu, pelayanan KB berkualitas pasca persalinan dan pasca keguguran,

pelayanan asuhan pasca keguguran dan meningkatkan partisipasi aktif pria.

d. Pemantapan kerjasama lintas program dan sektor, antara lain dengan jalan

menjalin kemitraan dengan pemda, organisasi profesi (IDI, POGI, IDAI, IBI,

PPNI), Perinasia, PMI, LSM dan berbagai swasta.

e. Peningkatan partisipasi perempuan, keluarga dan masyarakat, antara lain dalam

bentuk meningkatkan pengetahuan tentang tanda bahaya, pencegahan terlambat 1

dan 2, serta menyediakan buku KIA. Kesiapan keluarga dan masyarakat dalam

menghadapi persalinan dan kegawatdaruratan (dana, transportasi, donor darah),

jaga selama hamil, cegah 4 terlalu, penyediaan dan pemanfaatan yankes ibu dan

bayi, partisipasi dalam jaga mutu pelayanan.

2. Peningkatan kapasitas manajemen pengelola program, melalui peningkatan

kemampuan pengelola program agar mampu melaksanakan, merencanakan dan

mengevaluasi kegiatan sesuai kondisi daerah.

3. Sosialisasi dan advokasi , melalui penyusunan hasil informasi cakupan program dan

data informasi tentang masalah yang dihadapi daerah sebagai substansi untuk

sosialisasi dan advokasi. Kepada para penentu kebijakan agar lebih berpihak kepada

kepentingan ibu dan anak.

Selain hal-hal yang sudah disampaikan di atas, diperlukan juga strategi berbasis

masyarakat yang akan mendukung tercapainya tujuan upaya keselamatan ibu meliputi:

1. Melibatkan anggota masyarakat, khususnya wanita dan pelaksana pelayanan setempat,

dalam upaya memperbaiki kesehatan ibu.

Page 12: III.docx

2. Bekerjasama dengan masyarakat, wanita, keluarga dan dukun untuk mengubah sikap

terhadap keterlambatan mendapat pertolongan.

3. Menyediakan pendidikan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran tentang

komplikasi obstetri serta kapan dan dimana mencari pertolongan.

Konsep pengembangan sistem informasi dan pola rujukan dalam peningkatan upaya

kesehatan ibu dapat dimulai dari dukun bayi yang masih menjadi ujung tombak dalam

pelayanan persalinan diharapkan telah menjadi bagian tenaga pendampingan yang

menjadi bagian integral kemitraan pelayanan persalinan. Penemuan kasus persalinan akan

dirujuk oleh dukun bayi ke bidan desa yang kemudian akan dirujuk kepada tingkat yang

lebih tinggi (dokter/bidan ditingkat Puskesmas, dokter/bidan rumah sakit tingkat

kabupaten/kota dan dokter/bidan rumah sakit tingkat propinsi). Namun demikan alur

informasi dapat dirujuk ke jenjang lebih tinggi mengingat kasus kematian persalinan

masih banyak terjadi karena keterlambatan dalam memberikan pertolongan persalinan.

Promosi kesehatan dalam sistem informasi diarahkan bagaimana informasi tentang

persalinan secepat mungkin sampai kepada masyarakat, tenaga kesehatan yang menolong

persalinan sehingga tindakan dini dapat dilakukan dalam menolong persalinan.

Media komunikasi seperti keberadaan handphone saat ini dapat dijadikan sebagai

sarana dalam menyampaikan informasi persalinan kepada bidan yang akan menolong

persalinan. Demikian juga untuk daerah yang sudah maju Dinas Kesehatan perlu

merancang media informasi yang dapat diakses secara online melalui pembuatan website

tentang kesehatan ibu dan anak.

Page 13: III.docx

Rangkuman Rencana Program

No.

Kegiatan Sasaran Frekwensi

1. Pemberian Reward : Staf puskesmas yang bertugas akan

diberikan pelatihan gratis mengenai ANC / K4

Akan diberikan suplemen vitamin bagi ibu hamil yang menghadiri acara penyuluhan

2 Orang Staf Puskesmas

Semua Ibu Hamil yang hadir

1 bulan sekali

Setiap penyuluhan

2. Metode Penyuluhan : Ibu hamil akan diberikan

pembekalan materi yang dikemas secara menarik dengan dipadu dengan permainan / kuis seputar ANC / K4 dan disediakan hadiah / doorprize

Akan diadakan penyuluhan keliling dari satu desa ke desa yang lain bergantian agar tidak memberatkan ibu hamil untuk datang ke puskesmas

Akan disediakan spanduk / pamflet / alat peraga yang lebih mendukung pelayanan ANC agar mudah memberi informasi pada ibu hamil

Semua Ibu Hamil yang hadir

Staf Puskesmas yang bertugas

1 bulan sekaliSetiap penyuluhan

3 bulan sekali

1 bulan sekaliSetiap penyuluhan

3. Pelatihan : Akan diadakan pelatihan bagi Staf

Puskesmas / Bidan Desa / mengenai pentingnya ANC / K4

Akan diadakan pelatihan bagi dukun beranak mengenai pentingnya ANC / K4

5 orang Staf Puskesmas

10 orang Bidan Desa

Seluruh Dukun beranak

3 bulan sekali

1 minggu sekali selama 6 bulan

4. Pemenuhan kebutuhan fisiologis : Akan disediakan uang transportasi

untuk ibu hamil dan Staf Ibu Hamil Staf Puskesmas

Setiap kali diadakan

Page 14: III.docx

Puskesmas dari rumah masing-masing ke puskesmas

Akan disediakan konsumsi kotak Snack / Makan Siang bagi ibu hamil dan staf puskesmas

penyuluhan