iii objek dan metode penelitian 3.1 objek penelitian...

17
III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah gaya kepemimpinan ketua umum dan kinerja karyawan di KSU Tandangsari. Sedangkan subjek penelitian ini adalah para karyawan di KSU Tandangsari. 3.2 Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan menggunakan metode survei dengan pendekatan kuantitatif, pendekatan ini berusaha mengoperasionalkan konsep-konsep abstrak menjadi dapat diukur. Metode ini menghimpun informasi dari sampel yang diperoleh dari suatu populasi, dengan tujuan untuk melakukan generalisasi populasi darimana sampel itu diambil. 3.2.1 Penentuan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di KSU Tandangsari Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang Provinsi Jawa Barat. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan sebagai berikut : 1) Merupakan koperasi yang bergerak dalam pengembangan ternak sapi perah di Kabupaten Sumedang. 2) KSU Tandangsari merupakan suatu koperasi serba usaha dimana karyawannya melayani anggota dari kalangan peternak dan non peternak.

Upload: hoangnga

Post on 10-Aug-2019

235 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

24

III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah gaya kepemimpinan ketua umum dan kinerja

karyawan di KSU Tandangsari. Sedangkan subjek penelitian ini adalah para

karyawan di KSU Tandangsari.

3.2 Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan menggunakan metode survei dengan pendekatan

kuantitatif, pendekatan ini berusaha mengoperasionalkan konsep-konsep abstrak

menjadi dapat diukur. Metode ini menghimpun informasi dari sampel yang

diperoleh dari suatu populasi, dengan tujuan untuk melakukan generalisasi populasi

darimana sampel itu diambil.

3.2.1 Penentuan Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di KSU Tandangsari Kecamatan Tanjungsari Kabupaten

Sumedang Provinsi Jawa Barat. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara

sengaja (purposive) dengan pertimbangan sebagai berikut :

1) Merupakan koperasi yang bergerak dalam pengembangan ternak sapi perah di

Kabupaten Sumedang.

2) KSU Tandangsari merupakan suatu koperasi serba usaha dimana karyawannya

melayani anggota dari kalangan peternak dan non peternak.

25

3.2.2 Penentuan Responden

Penentuan responden dalam penelitian ini bertujuan untuk memperoleh

informasi yang dibutuhkan oleh peneliti. Penggalian data kuantitatif dalam

penelitian ini diperoleh dari beberapa responden, yaitu:

1) Ketua Umum KSU Tandangsari

2) Pengurus KSU Tandangsari

3) Karyawan KSU Tandangsari

Penentuan responden dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik

proportional random sampling. Teknik ini merupakan pengambilann sampel secara

proporsi dilakukan dengan mengambil responden dari setiap wilayah ditentukan

secara seimbang dengan banyaknya responden dalam masing-masing wilayah

(Arikunto, 2006).

Ukuran responden dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan

Rumus Parel dkk. (1983), yang menyatakan bahwa metode tersebut merupakan

desain pengambilan sampel yang setiap elemen tunggal dalam peluang mempunyai

peluang diketahui dan sama untuk terpilih menjadi subjek. Rumus Parel dkk. (1983)

yang digunakan sebagai berikut:

𝑛ℎ =𝑁ℎ

𝑁× 𝑛

Keterangan :

nh = Jumlah responden sampel pada kelompok

Nh = Jumlah populasi pada kelompok

N = Jumlah populasi seluruh kelompok

n = Jumlah responden sampel

26

Ukuran sampel yang diambil berjumlah 31 karyawan dari 54 karyawan untuk

mewakili karyawan KSU Tandangsari. Hal ini berdasarkan pada ketentuan bahwa

sampel yang besar jika jumlahnya lebih besar atau sama dengan (≥) 30, maka akan

mendekati kurva distribusi normal (Singarimbun dan S. Efendi, 1989). Ukuran

masing-masing responden pada setiap bidang dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Ukuran Responden di KSU Tandangsari

No Bidang Jumlah

Pegawai

Jumlah

Responden

1 Data dan Akuntansi 1 1

2 Keuangan 1 1

3 Administrasi Umum 4 2

4 Pembelian dan Penjualan Susu 4 2

5 Produksi dan Distribusi Susu Murni 21 12

6 Makanan Ternak 5 3

7 Kesehatan Hewan dan Inseminasi Buatan 9 5

8 Simpan Pinjam 8 4

9 Penyuluhan dan Recording 1 1

Jumlah 54 31

Berdasarkan rumus yang telah diuraikan, penentuan sampel untuk masing-

masing bidang sebagai berikut :

1) Bidang Data dan Akuntansi

𝑛1 =1

54× 30 = 0,5 ≈ 1

2) Bidang Keuangan

𝑛2 =1

54× 30 = 0,5 ≈ 1

3) Bidang Administrasi Umum

𝑛4 =4

54× 30 = 2,2 ≈ 2

4) Bidang Pembelian dan Penjualan Susu

𝑛5 =4

54× 30 = 2,2 ≈ 2

5) Bidang Produksi dan Distribusi Susu

𝑛6 =21

54× 30 = 11,6 ≈ 12

6) Bidang Makanan Ternak

𝑛7 =5

54× 30 = 2,7 ≈ 3

27

7) Bidang Kesehatan Hewan dan Inseminasi Buatan

𝑛8 =9

54× 30 = 4,9 ≈ 5

8) Bidang Simpan Pinjam

𝑛9 =8

54× 34 = 4,4 ≈ 4

9) Bidang Penyuluhan dan Recording

𝑛10 =1

54× 30 = 0,5 ≈ 1

3.2.3 Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer

adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tanpa melalui

perantara) dan data sekunder adalah data penelitian yang diperoleh secara tidak

langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain).

Pengumpulan data pada penelitian ini akan menggunakan teknik

pengumpulan data:

1) Wawancara

Wawancara merupakan cara yang sangat penting untuk mengajukan

pertanyaan, tujuannya adalah untuk menangkap presepsi, pikiran, pendapat,

perasaan orang terhadap suatu gejala, peristiwa, fakta, atau realita. Metode

wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara terbuka, yaitu

wawancara yang dilakukan peneliti dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan

yang tidak dibatasi jawabannya, artinya pertanyaan diajukan mengundang jawaban

yang terbuka (Emzir, 2012). Dengan demikian wawancara jenis ini diharapkan

dapat memperoleh lebih banyak informasi yang dibutuhkan peneliti.

2) Observasi

Metode observasi adalah bagian dalam pengumpulan data, observasi berarti

mengumpulkan data langsung di lapangan. Observasi dapat diartikan sebagai

28

proses yang disengaja dan dilakukan secara sistematis terencana, terarah, pada

suatu tujuan dengan mengamati fenomena yang terjadi pada orang maupun

kelompok untuk mendapatkan informasi yang dibutukan dalam penelitian.

3.2.4 Operasional Variabel

Variabel adalah gejala-gejala yang menunjukkan variasi, baik dalam jenisnya,

maupun dalam tingkatannya. Variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini

terdiri dari variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y).

1) Variabel Bebas

Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Gaya

Kepemimpinan Ketua Umum KSU Tandangsari.

2) Variabel Terikat

Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kinerja karyawan

KSU Tandangsari.

3.2.4.1 Variabel Bebas

Variabel bebas (X) pada penelitian ini adalah gaya kepemimpinan Ketua

Umum KSU Tandangsari. Gaya kepemimpinan adalah pola perilaku dan strategi

yang disukai dan sering diterapkan oleh seorang pemimpin dalam rangka mencapai

sasaran organisasi. Menurut Danim (2012) ada tiga macam gaya kepemimpinan

yang memengaruhi bawahan agar sasaran organisasi tercapai, yaitu gaya

kepemimpinan otokratik, gaya kepemimpinan demokratis dan gaya kepemimpinan

permisif. Pengukuran variabel gaya kepemimpinan dapat diukur melalui indikator

sebagai berikut :

29

1) Tanggung Jawab

Tanggung jawab merupakan perbuatan sebagai perwujudan kesadaran akan

kewajiban sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan. Seorang pemimpin harus

memiliki tanggung jawab untuk orang-orang di bawah kepemimpinannya, dalam

hal ini dikategorikan berdasarkan :

a) Rendah : Pemimpin tidak melaksanakan kewajibannya sesuai peraturan

yang telah ditetapkan (skor 1).

b) Sedang : Pemimpin terkadang melaksanakan kewajibannya sesuai peraturan

yang telah ditetapkan (skor 2).

c) Tinggi : Pemimpin selalu melaksanan kewajibannya sesuai dengan

peraturan yang telah ditetapkan (skor 3).

2) Kepercayaan

Kepercayaan merupakan keyakinan terhadap integritas, kemampuan atau

karakter seseorang atau sesuatu. Kepercayaan dapat membuat seseorang menjadi

percaya diri, terbuka, jujur, bersedia mengambil risiko dan merasa lebih nyaman

dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Seorang pemimpin perlu memberikan

kepercayaan kepada karyawannya untuk setiap pekerjaan yang diberikan, dalam hal

ini dikategorikan berdasarkan :

a) Rendah : Seorang pemimpin tidak mempercayai hasil pekerjaan

bawahannya (skor 1).

b) Sedang : Seorang pemimpin mempercayai hasil pekerjaan bawahannya

(skor 2).

c) Tinggi : Seorang pemimpin mempercayai dan menghargai hasil pekerjaan

bawahannya (skor 3).

30

3) Komunikasi

Komunikasi adalah proses penyampaian pesan, gagasan atau pikiran seorang

karyawan kepada pemimpin atau sebaliknya, secara langsung atau tidak langsung.

Dalam hal ini dikategorikan berdasarkan:

a) Rendah : Komunikasi antara pemimpin dan karyawannya dilakukan kurang

dari 2 kali dalam satu bulan (skor 1).

b) Sedang : Komunikasi antara pemimpin dan karyawannya dilakukan 2

sampai dengan 3 kali dalam satu bulan (skor 2).

c) Tinggi : Komunikasi antara pemimpin dan karyawannya dilakukan lebih

dari 3 kali dalam satu bulan (skor 3).

4) Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan merupakan proses penerjemahan dari sebuah

keinginan-keinginan berbagai pihak. Pengambilan keputusan dalam menyelesaikan

masalah dilakukan oleh pemimpin setelah melalui proses diskusi dengan para

karyawan. Pengambilan keputusan dalam hal ini dikategorikan berdasarkan:

a) Rendah : Pengambilan keputusan dilakukan pemimpin 1 kali dalam sebulan

(skor 1).

b) Sedang : Pengambilan keputusan dilakukan pemimpin 2 sampai 3 kali dalam

sebulan (skor 2).

c) Tinggi : Pengambilan keputusan dilakukan pemimpin lebih dari 3 kali

dalam sebulan (skor 3).

5) Empati

Empati merupakan sikap bagian kecerdasan emosi yang harus dimiliki oleh

seorang pemimpin untuk dapat memahami karyawannya dan dapat

31

mepertimbangkan keadaan karyawannya seputar pekerjaan. Empati dalam hal ini

dikategorikan berdasarkan:

a) Rendah : Pemimpin kurang memahami keadaan karyawannya (skor 1).

b) Sedang : Pemimpin bersedia untuk mendengarkan permasalahan yang

dialami karyawannya (skor 2).

c) Tinggi : Pemimpin bersedia untuk mendengarkan permasalahan yang

dialami karyawannya dan memberikan solusi (skor 3).

Indikator-indikator gaya kepemimpinan tersebut dirumuskan menjadi

beberapa pertanyaan dengan pemberian skor pada setiap jawaban responden. Nilai

masing-masing indikator diperoleh dari total skor jawaban responden atas

pertanyaan pada indikator tersebut. Setiap pertanyaan responden yang dinilai terdiri

dari tiga opsi skala ordinal yaitu 1, 2, dan 3 yang masing-masing menunjukan nilai

kualitatif rendah, sedang dan tinggi.

Pembagian ketiga kelas kategori dilakukan dengan menggunakan rumus kelas

interval. Untuk membuat kelas interval harus ditentukan terlebih dahulu batas atas

dan batas bawah. Batas atas adalah skor tertinggi sedangkan batas bawah adalah

skor terendah. Untuk menambah ketelitian data yang diperoleh maka skor tertinggi

ditambah 0,5 dan skor terendah dikurangi 0,5. Nilai batas atas dan batas bawah yang

diperoleh digunakan untuk menentukan rentang yaitu skor tertinggi atau batas atas

dikurangi skor terendah atau batas bawah (Sudjana, 2005). Perhitungan kategori

untuk setiap indikator dengan masing-masing 4 pertanyaan adalah sebagai berikut:

Batas Atas Kelas = (Jumlah Pertanyaan x 3) + 0,5

= (4 × 3) + 0,5

= 12,5

Batas Bawah Kelas = (Jumlah Pertanyaan x 1) – 0,5

32

= (4 × 1) − 0,5

= 3,5

Rentang = Batas Atas – Batas Bawah

= 12,5 – 3,5

= 9

0,5 = Nilai Koreksi

Panjang Interval = 𝑅𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔

𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠

= 9

3

= 3

Kategori kelas untuk masing-masing indikator yaitu :

Apabila X :

3,5 – 6,5 : Rendah

6,6 – 9,5 : Sedang

9,6– 12,5 : Tinggi

Nilai gaya kepemimpinan (X1) diperoleh dari nilai total seluruh jawaban

responden pada semua indikator di variabel bebas. Berdasarkan variabel bebas

terdapat 20 pertanyaan. Skor total dari keseluruhan nilai variabel bebas

dikategorikan ke dalam tiga kategori berdasarkan kelas interval. Perhitungannya

sebagai berikut:

Panjang Interval = 𝐵𝑎𝑡𝑎𝑠 𝐴𝑡𝑎𝑠−𝐵𝑎𝑡𝑎𝑠 𝐵𝑎𝑤𝑎ℎ

𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠

= ((20×3)+0,5)−((20×1)−0,5)

3

= 60,5−19,5

3

= 13,67 ≈ 14

33

Kategori kelas untuk gaya kepemimpinan yaitu:

Apabila X1 :

19,5 – 33,5 : Gaya Kepemimpinan Kategori Rendah

33,6 – 47,5 : Gaya Kepemimpinan Kategori Sedang

47,6 – 60,5 : Gaya Kepemimpinan Kategori Tinggi

3.2.4.2 Variabel Terikat

Variabel terikat (Y) pada penelitian ini adalah kinerja karyawan yang

diartikan sebagai suatu pencapaian hasil kerja sesuai dengan aturan dan standar

yang berlaku pada masing-masing organisasi. Perbaikan kinerja baik untuk individu

maupun kelompok menjadi pusat perhatian dalam upaya meningkatkan kinerja

organisasi.

Sedarmayanti (2009) mengemukakan bahwa terdapat lima indikator kinerja

yang merupakan aspek-aspek untuk menjadi ukuran dalam menilai kinerja.

Indikator untuk mengukur kinerja karyawan secara individu, yaitu :

1) Kualitas Pekerjaan

Kualitas pekerjaan diukur dari persepsi karyawan terhadap kualitas pekerjaan

yang dihasilkan serta kesempurnaan tugas terhadap keterampilan dan kemampuan

karyawan. Kualitas pekerjaan karyawan dalam hal ini dikategorikan berdasarkan:

a) Rendah : Hasil pekerjaan tidak sesuai dengan tugas pokok dan fungsi

masing-masing divisi (skor 1).

b) Sedang : Hasil pekerjaan terkadang sesuai dengan tugas pokok dan fungsi

masing-masing divisi (skor 2).

c) Tinggi : Hasil pekerjaan selalu sesuai dengan tugas pokok dan fungsi

masing-masing divisi (skor 3).

34

2) Ketepatan Waktu

Ketepatan waktu merupakan tingkat aktivitas diselesaikan pada awal waktu

yang dinyatakan sesuai dengan aturan atau standar waktu yang telah ditetapkan

dalam bekerja. Ketepatan waktu dalam hal ini dikategorikan berdasarkan:

a) Rendah : Bekerja tidak sesuai dengan peraturan waktu yang telah ditetapkan

(skor 1).

b) Sedang : Bekerja sesuai dengan peraturan waktu yang telah ditetapkan (skor

2).

c) Tinggi : Bekerja sesuai dengan peraturan waktu yang telah ditetapkan dan

tingkat kehadiran baik (skor 3).

3) Inisiatif

Inisiatif adalah kemampuan seseorang dalam bekerja untuk menghasilkan

sesuatu yang baru atau asli atau menghasilkan suatu pemecahan masalah. Karyawan

yang memiliki inisiatif dengan segera dapat melihat masalah yang muncul dan

mencari solusi atas permasalahan tersebut. Inisiatif dalam bekerja dalam hal ini

dikategorikan berdasarkan:

a) Rendah : Tidak memiliki inisiatif dalam bekerja (skor 1).

b) Sedang : Terkadang memiliki inisiatif dalam bekerja (skor 2).

c) Tinggi : Memiliki inisiatif dalam bekerja dan dapat mencapai target sesuai

masing-masing divisi (skor 3).

4) Kemampuan

Kemampuan dalam bekerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seorang

karyawan dalam melaksanakan tugas-tugas yang diberikan kepadanya.

Kemampuan ini sangat diperlukan seorang karyawan dalam melakukan

pekerjaannya. Kemampuan dalam bekerja dalam hal ini dikategorikan berdasarkan:

35

a) Rendah : Tidak mampu mengerjakan pekerjaan yang sesuai dengan rencana

kerja masing-masing divisi (skor 1).

b) Sedang : Mampu mengerjakan pekerjaan yang sesuai dengan rencana kerja

masing-masing divisi namun hasilnya tidak sesuai harapan (skor

2).

c) Tinggi : Mampu mengerjakan pekerjaan yang sesuai dengan rencana kerja

masing-masing divisi dan hasilnya sesuai harapan (skor 3).

5) Komunikasi

Komunikasi adalah suatu proses dalam menyampaikan pesan dari seseorang

kepada orang lain dengan bertujuan untuk memberitahu, mengeluarkan pendapat,

mengubah pola sikap atau perilaku baik langsung maupun tidak langsung.

Komunikasi dalam hubungan kerja sangat diperlukan agar terjalin hubungan yang

baik dengan pimpinan maupun rekan kerja. Komunikasi dalam hal ini dikategorikan

berdasarkan:

a) Rendah : Komunikasi yang terjalin dengan rekan kerja dilakukan kurang dari

2 kali dalam satu minggu (skor 1).

b) Sedang : Komunikasi yang terjalin dengan rekan kerja dilakukan 2 sampai 4

kali dalam satu minggu (skor 2).

c) Tinggi : Komunikasi yang terjakin dengan rekan kerja dilakukan lebih dari

4 kali dalam satu minggu (skor 3).

Indikator-indikator kinerja karyawan tersebut dirumuskan menjadi beberapa

pertanyaan dengan pemberian skor pada setiap jawaban responden. Nilai masing-

masing indikator diperoleh dari total skor jawaban responden atas pertanyaan pada

indikator tersebut. Setiap pertanyaan responden yang dinilai terdiri dari tiga opsi

36

skala ordinal yaitu 1, 2, dan 3 yang masing-masing menunjukan nilai kualitatif

rendah, sedang dan tinggi.

Pembagian ketiga kelas kategori dilakukan dengan menggunakan rumus kelas

interval. Untuk membuat kelas interval harus ditentukan terlebih dahulu batas atas

dan batas bawah. Batas atas adalah skor tertinggi sedangkan batas bawah adalah

skor terendah. Untuk menambah ketelitian data yang diperoleh maka skor tertinggi

ditambah 0,5 dan skor terendah dikurangi 0,5. Nilai batas atas dan batas bawah yang

diperoleh digunakan untuk menentukan rentang yaitu skor tertinggi atau batas atas

dikurangi skor terendah atau batas bawah (Sudjana, 2005). Perhitungan kategori

untuk setiap indikator dengan masing-masing 4 pertanyaan adalah sebagai berikut:

Batas Atas Kelas = (Jumlah Pertanyaan x 3) + 0,5

= (4 × 3) + 0,5

= 12,5

Batas Bawah Kelas = (Jumlah Pertanyaan x 1) – 0,5

= (4 × 1) − 0,5

= 3,5

Rentang = Batas Atas – Batas Bawah

= 12,5 – 3,5

= 9

0,5 = Nilai Koreksi

Panjang Interval = 𝑅𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔

𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠

= 9

3

= 3

37

Kategori kelas untuk masing-masing indikator yaitu :

Apabila Y :

3,5 – 6,5 : Rendah

6,6 – 9,5 : Sedang

9,6 – 12,5 : Tinggi

Nilai kinerja karyawan (Y1) diperoleh dari nilai total seluruh jawaban

responden pada semua indikator di variabel terikat. Berdasarkan variabel terikat

terdapat 20 pertanyaan. Skor total dari keseluruhan nilai variabel terikat

dikategorikan ke dalam tiga kategori berdasarkan kelas interval. Perhitungannya

sebagai berikut:

Panjang Interval = 𝐵𝑎𝑡𝑎𝑠 𝐴𝑡𝑎𝑠−𝐵𝑎𝑡𝑎𝑠 𝐵𝑎𝑤𝑎ℎ

𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠

= ((20×3)+0,5)−((20×1)−0,5)

3

= 60,5−19,5

3

= 13,67 ≈ 14

Kategori kelas untuk kinerja karyawan yaitu:

Apabila Y1 :

19,5 – 33,5 : Kinerja Karyawan Kategori Rendah

33,6 – 47,5 : Kinerja Karyawan Kategori Sedang

47,6 – 60,5 : Kinerja Karyawan Kategori Tinggi

3.2.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara

mendeskripsikan dan menginterpretasikan data yang ada untuk menggambarkan

fenomena yang terjadi. Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan

statistik nonparametrik. Metode statistik nonparametrik merupakan metode statistik

38

yang dapat digunakan dengan mengabaikan asumsi-asumsi yang melandasi

penggunaan metode statistic parametrik, terutama yang berkaitan dengan distribusi

normal. Salah satu uji statistic nonparametric yang digunakan dalam analisis data

ini yaitu uji koefisien korelasi rank spearman.

3.2.5.1 Uji Korelasi Rank Spearman

Uji korelasi Rank Spearman merupakan uji statistik yang ditunjukan untuk

mengetahui hubungan dua variabel yang berskala ordinal. Pengujian dilakukan

setelah data dari masing-masing variabel dijumlahkan skornya. Kemudian skor

yang diperoleh dihitung menggunakan uji korelasi Rank Spearman dengan bantuan

program SPSS (Statistical Package for Social Sciences) versi 22. Adapun langkah-

langkah uji korelasi Rank Spearman sebagai berikut :

1) Membuka lembar kerja SPSS, kemudian klik variable view pada bagian name

dan tuliskan pada nomer 1 yaitu gaya kepemimpinan (X) dan pada nomer 2

yaitu kinerja karyawan (Y).

2) Kemudian klik data view dan masukkan skor dari masing-masing variabel.

3) Selanjutnya dari menu bar di layout SPSS klik analyze → correlate →

bivariate.

4) Setelah muncul kotak dialog dengan nama bivariate correlations, masukkan

variabel gaya kepemimpinan dan kinerja keryawan ke kotak variables lalu pada

bagian correlations coefficients hilangkan tanda ceklis pada pearson dan

berikan tanda ceklis pada spearman. Untuk kolom test of significance pilih two-

tailed dan berikan tanda ceklis pada flag significant correlations.

5) Terakhir klik OK agar memulai proses perhitungan lalu akan muncul layout

output.

39

Kemudian untuk menguji korelasi antara variabel bebas (X) dan variabel

terikat (Y) dilakukan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis merupakan prosedur

yang akan menghasilkan keputusan untuk menerima atau menolak hipotesis

(Hasan, 2006). Uji signifikasi terhadap hipotesis tersebut pada penelitian ini akan

dilakukan dengan menggunakan uji t dengan rumus sebagai berikut:

𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 𝑟𝑠√𝑁 − 2

1 − 𝑟𝑠2

Korelasi akan signifikan jika t hitung > t tabel dengan taraf nyata ∝ = 0,01 artinya

variabel tersebut reliable. Hipotesis yang diajukan :

H0 : Tidak terdapat hubungan yang positif antara gaya kepemimpinan Ketua

Umum KSU Tandangsari dengan kinerja karyawan di KSU Tandangsari.

H1 : Terdapat hubungan yang positif antara gaya kepemimpinan Ketua

Umum KSU Tandangsari dengan kinerja karyawan di KSU Tandangsari

Kaidah keputusan :

Jika thitung ≤ ttabel terima H0

Berarti tidak ada hubungan yang positif antara gaya kepemimpinan ketua

umum dengan kinerja karyawan di KSU Tandangsari.

Jika thitung > ttabel tolak H0

Berarti ada hubungan yang positif antara gaya kepemimpinan ketua umum

dengan kinerja karyawan di KSU Tandangsari.

Interpretasi tingkat hubungan diuji dengan interpretasi Guilford (1956).

Aturan Guilford membagi nilai rasio korelasi ke dalam beberapa tingkatan sebagai

berikut (Guilford, 1956 dalam Setiawan, 2009) :

40

Tabel 2. Interpretasi Tingkat Hubungan

Nilai Koefisien Hubungan

rs < 0,20 Hubungan dua variabel sangat lemah

0,20 ≤ rs < 0,40 Hubungan dua variabel lemah

0,40 ≤ rs < 0,70 Hubungan dua variabel cukup berarti

0,70 ≤ rs < 0,90 Hubungan dua variabel kuat

0,90 ≤ rs < 1,00 Hubungan dua variabel sangat kuat