repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5795/10/bab ii.docx · web viewpeningkatan hasil...
TRANSCRIPT
19
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Pembelajaran Model Discovery Learning
a. Pengertian Model Pembelajaran
Belajar meliputi tidak hanya mata pelajaran, tetapi juga
penguasaan, kebiasaan, persepsi, kesenangan, minat, penyesuaian
sosial, bermacam-macam keterampilan dan cita-cita (Oemar
Hamalik, 2009 h. 45). Dalam proses pembelajaran diperlukan suatu
model pembelajaran yang cocok untuk materi yang akan kita
sampaikan kepada peserta didik. Menurut Syaiful Sagala (2013 h.
63) :
Dalam pembelajaran pendidik harus memahami hakekat materi pembelajaran yang diajarkan sebagai suatu pelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik dan memahami berbagai model pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan peserta didik untuk belajar dengan perencanaan pengajaran yang matang oleh pendidik.
Menurut Winataputra (Sagala, 2010 h. 63) Model pembelajaran
adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam
melakukan sesuatu kegiatan belajar dan mengajar. Menurut ahli
pembelajaran Joyce. Iet al (Sagala, 2010 h. 63) mendefinisikan
model pembelajaran:
“A model of teaching is aplan or pattern that we can use to design face to face teaching in classroom or tutorial setting and to shape instructional materials-including books, films, tapes, and computer-mediated programs and curriculums
20
(long term courses of study)”. Secara bebas dapat diartikan bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, tape recorder, computer, kurikulum, dan lain sebagainya.
Menurut Joice Bruce, Marsha Weil, dan Emily Calhoun (2011,
h. 30) suatu model pengajaran merupakan gambaran suatu
lingkungan pembelajaran, yang juga meliputi perilaku kita sebagai
guru saat model tersebut diterapkan.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran adalah suatu perencanaan yang digunakan sebagai
pedoman dalam merencanakan pembelajaran untuk merancang
bahan-bahan pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan
disampaikan di dalam kelas.
b. Pengertian Model Pembelajaran Discovery Learning
Menurut Oemar Hamalik (Mohamad Takdir Ilahi, 2012 h.29)
discovery adalah proses pembelajaran yang menitik beratkan pada
mental intelektual para anak didik dalam memecahkan berbagai
persoalan yang dihadapi, sehingga menemukan suatu konsep atau
generalisasi yang dapat diterapkan di lapangan.
Menurut Masarudin Siregar (Mohammad Takdir Ilahi, 2012
h.30) discovery by learning adalah proses pembelajaran untuk
21
menemukan sesuatu yang baru dalam dalam kegiatan belajar
mengajar.
Menurut Yunus Abidin (2014 : 175) model discovery adalah
Model discovery (dalam bahasa Indonesia sering disebut model penyingkapan) didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila siswa disajikan materi pembelajaran yang masih bersifat belum tuntas atau belum lengkap sehingga menuntut siswa menyingkapkan beberapa informasi yang diperlukan untuk melengkapi materi ajar tersebut.
Menurut Mulyasa (Mohamad Takdir Ilahi, 2012 h.32)
menyatakan bahwa
Discovery strategy merupakan strategi pembelajaran yang menekankan pengalaman langsung dilapangan, tanpa harus selalu bergantung pada teori-teori pembelajaran yang ada dalam pedoman buku pelajaran. Dengan kata lain proses pembelajaran lebih diproyeksikan dari pada hasil yang hendak dicapai melalui perwujudan pembelajaran.
Menurut Wilcox (Slavin, 1977)(Salmon, 2013), dalam
pembelajaran dengan penemuan siswa didorong untuk belajar
sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan
konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk
memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang
memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri
mereka sendiri.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan
bahwa model pembelajaran discovery learning atau discovery
strategy adalah suatu model pembelajaran yang berlangsung dalam
22
proses pembelajaran yang mengembangkan cara belajar aktif dengan
menemukan dan memecahkan masalah sendiri sehingga pengetahuan
yang diperoleh akan bertahan lama dalam ingatan peserta didik.
c. Tujuan Belajar pada Pembelajaran Discovery Learning
Menurut Mohammad Takdir Illahi (2012 h. 47) tujuan
pembelajaran discovery strategy yang memiliki pengaruh besar bagi
anak didik adalah sebagai berikut:
1) Untuk mengembangkan kreativitas;2) Untuk mendapatkan pengalaman langsung dalam belajar;3) Untuk mengembangkan kemampuan berpikir rasional dan
kritis;4) Untuk meningkatkan keaktifan anak didik dalam proses
pembelajaran;5) Untuk belajar memecahkan masalah; dan6) Untuk mendapatkan inovasi dalam proses pembelajaran.
d. Kelebihan dan Kelemahan dalam Pembelajaran Discovery
Strategy
1) Kelebihan dari Pembelajaran Discovery Strategy
Menurut Mohammad Takdir Illahi (2012 h. 70) kebihan
belajar mengajar dengan discovery strategy, yaitu:
a) Dalam penyampaian bahan discovery strategy, digunakan kegiatan dan pengalaman langsung. Kegiatan dan pengalaman tersebut akan lebih menarik perhatian anak didik dan memungkinkan pembentukan konsep-konsep abstrak yang mempunyai makna.
b) Discovery strategy lebih realistis dan mempunyai makna. Sebab para anak didik dapat bekerja langsung dengan contoh-contoh nyata. Mereka langsung menerapkan berbagai bahan uji coba yang diberikan
23
guru, sehingga mereka dapat bekerja sesuai dengan kemampuan intelektual yang dimiliki.
c) Discovery strategy merupakan suatu model pemecahan masalah. Para anak didik langsung menerapkan prinsip dan langkah awal dalam pemecahan masalah. Melalui strategi ini, mereka mempunyai peluang untuk belajar lebih intens dalam memecahkan masalah, sehingga dapat berguna dalam menghadapi kehidupan di kemudian hari. Discovery strategy yang menitikberatkan pada kemampuan memecahkan suatu persoalan sangat relevan dengan perkembangan masa kini, dimana kita untuk berpikir solutif mengenai suatu persoalan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Itulah sebabnya, discovery strategy perlu diaktualisasikan dalam kehidupan nyata, sehingga memungkinkan anak didik untuk menjawab persoalan kehidupan yang lebih kompleks.
d) Dengan sejumlah transfer secara langsung, maka kegiatan discovery strategy akan lebih mudah diserap oleh anak didik dalam memahami kondisi tertentu yang berkenaan dengan aktivitas belajar.
e) Discovery strategy banyak memberikan kesempatan bagi para anak didik untuk terlibat langsung dalam kegiatan belajar. Kegiatan demikian akan banyak membangkitkan motivasi belajar, karena disesuaikan dengan minat dan kebutuhan mereka sendiri.
2) Kelemahan dari Pembelajaran Discovery Strategy
Menurut Mohammad Takdir Illahi (2012 h. 72) kelemahan
dalam penerapan discovery strategi, yaitu:
a) Berkenaan dengan waktu. Belajar mengajar menggunakan discovery strategy membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan metode langsung. Hal ini disebabkan untuk bisa memahami strategi ini, dibutuhkan tahapan-tahapan yang panjang dan kemampuan memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya.
b) Bagi anak didik yang berusia muda, kemampuan berpikir rasional mereka masih terbatas. Dalam belajar discovery, sering mereka menggunakan empirisnya yang sangat subyektif untuk untuk memperkuat pelaksanaan prakonsepnya. Hal ini disebabkan usia mereka yang muda masih membutuhkan kematangan
24
dalam berpikir rasional mengenai suatu konsep atau teori. Kemampuan berpikir rasional dapat mempermudah pemahaman discovery yang memerlukan kemampuan intelektualnya.
c) Kesukaran dalam menggunakan faktor subyektifitas ini menimbulkan kesukaran dalam memahami suatu persoalan yang berkenaan dengan pengajaran discovery strategy.
d) Faktor kebudayaan dan kebiasaan. Belajar discovery strategy menuntut kemandirian, kepercayaan pada diri sendiri, dan kebiasaan bertindak sebagai subyek. Tuntutan terhadapa pembelajaran discovery strategy, sesungguhnya membutuhkan kebiasaan yang sesuai dengan kondisi anak didik. Tuntutan-tuntutan tersebut, setidaknya akan memberikan keterpaksaan yang tidak biasa dilakukan dengan menggunakan sebuah aktivitas yang biasa dalam proses pembelajaran.
e. Implikasi Discovery Learning dari Burnner
Menurut Muhammad Takdir Illahi (2012 h. 41) implikasi
mendasar discorvery learning dapat kita jabarkan sebagai berikut:
1) Melalui pembelajaran discorvery, potensi intelektual para peserta anak didik akan semakin meningkat, sehingga menimbulkan harapan baru untuk menuju kesuksesan. Dengan perkembangan itu, mereka menjadi cakap dalam mengembangkan strategi dilingkungan yang teratur maupun tidak teratur.
2) Dengan menekankan discorvery learning, anak didik akan belajar berorganisasi dan menghadapi problem dengan metode hit and miss. Mereka akan berusaha mencari pemecahan masalah sendiriyang sesuai dengan kapasitas mereka sebagai pembelajar (learners) jika mengalami kesulitan, mereka bisa bertanya dan berkonsultasi dengan tenaga pendidik yang berkompeten dalam hal tersebut, yang akan memberikan keyakinan mendalam bagi pengembangan diri mereka di masa depan. Itulah sebabnya, mereka harus bisa mengatur kegiatan belajar dengan organisasi yang matang dan terstruktur.
3) Discovery learning yang di perkenalkan oleh Brunner mengarah pada self-reward. Dengan kata lain anak didik
25
akan mencapai kepuasan karena telah menemukan pemecahan sendiri, dan dengan pengalaman memecahkan masalah itulah, ia bisa meningkatkan skill dan teknik dalam pekerjaannya melalui problem-problem riil di lingkungan ia tinggal.
f. Bentuk Kegiatan dari Pembelajaran Discovery Strategy
Kegiatan discovery strategy dapat dilakukan dengan melalu
berbagai cara, sebagai mana yang ditawarkan R. Ibrahim dan Nana
Syaodih (Mohammad Takdir Illahi, 2012 h. 93) adalah sebagai
berikut:
1) Berdiskusi;2) Bertanya;3) Melakukan pengamatan (observation);4) Mengadakan percobaan (experiment);5) Menstimulasi;6) Meakukan penelitian (inquiry approach); dan7) Memecahkan masalah.
g. Langkah-langkah dan Prosedur Pembelajaran Discovery
Strategy
Menurut Mohammad Takdir Illahi (2012 h. 83) langkah-langkah
pokok yang harus dilalui terlebih dahulu untuk mempermudah
penerapan discovery strategy, adalah sebagai bagai berikut:
1) Adanya masalah yang akan dipecahkan;2) Sesuai dengan kemampuan kognitif anak didik;3) Konsep atau prinsip yang ditemukan harus ditulis secara
jelas;4) Harus tersedia alat atau bahan yang diperlukan;5) Suasana kelas harus diatur sedemikian rupa;6) Guru memberi kesempatan anak didik untuk
mengumpulkan data; dan
26
7) Harus dapat memberikan jawaban secara tepat sesuai dengan data yang diperlukan anak didik.
Menurut Syah (2004) (dalam Yunus Abidin, 2014 h. 177) dalam
mengaplikasikan model discovery di proses pembelajaran, ada
beberapa tahapan atau langkah-langkah pembelajaran yang harus
dilaksanankan, yaitu sebagai berikut:
1) StimulasiPada tahap ini siswa dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungan dan dirangsang untuk melakukan kegiatan penyelidikan guna menjawab kebingungan tersebut. Kebingungan dalam diri siswa ini sejalan dengan adanya informasi yang belum tuntas disajikan guru.
2) Menyatakan masalahPada tahap ini siswa diarahkan untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis.
3) Pengumpulan dataPada tahap ini siswa ditugaskan untuk melakukan kegiatan eksplorasi, pencarian, dan penelusuran dalam rangka mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar hipotesis yang telah diajukannya. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui aktivitas wawancara, kunjungan lapangan, dan atau kunjungan pustaka.
4) Pengolahan dataPada tahap ini siswa mengolah data dan informasi yang telah diperolehnya baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan.
5) PembuktianPada tahap ini siswa melalukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternative, dihubungkan dengan hasil pengolahan data.
6) Menarik kesimpulanPada tahap ini siswa menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil evaluasi.
27
2. Pemahaman Konsep
Dalam proses mengajar, hal yang penting adalah pencapaian pada
tujuan pembelajaran yaitu agar siswa mampu memahami sesuatu
berdasarkan pengalaman belajarnya. Pemahaman konsep terdiri dari dua
kata yaitu pemahaman dan konsep.
a. Pengertian Pemahaman
Menururt blog pendidikan yang saya akses pada hari
minggu 13 juli 2014 08:01pm, mengutip Purwanto (1994: 44)
pemahaman adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan
siswa mampu memahami arti, konsep, situasi serta fakta yang di
ketahui.
Menurut blog pendidikan yang saya akses pada hari minggu
13 juli 2014 08:01pm, mengutip Mulyasa (2005: 78)
menyatakan pemahaman adalah kedalaman kognitif dan afektif
yang dimiliki oleh individu.
Menurut Virlianti (2002: 6) pemahaman adalah konsepsi
yang bisa dicerna atau dipahami oleh peserta didik sehingga
mereka mengerti apa yang dimaksudkan, mampu menemukan
cara untuk mengungkapkan konsepsi tersebut, serta dapat
mengeksplorasi kemungkinan yang terkait.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
pemahaman adalah tingkat kemampuan peserta didik dalam
28
memahami suatu arti, konsep, dan fakta yang diketahui sehingga
dapat mengeksplorasi pengetahuan yang dimilikinya.
b. Pengertian Konsep
Menurut Rosser 1984 (Syaiful Sagala, 2013 h. 73)
menyatakan bahwa konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili
satu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan,
atau hubungan-hubungan yang mempunyai atribut-atribut yang
sama.
Konsep menurut Ruseffendi (1998: 157) konsep adalah
suatu ide abstrak yang memungkinkan kita untuk
mengklasifikasikan atau mengelompokkan objek atau kejadian
itu merupakan contoh dan bukan contoh dan ide tersebut.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpilkan bahwa,
konsep adalah suatu ide abstrak yang mewakili suatu objek,
kejadian, dan kegiatan yang dapat memungkinkan kita untuk
mengelompokkan objek, kejadian, dan kegiatan itu merupakan
contoh atau non contoh.
c. Pengertian Pemahaman konsep
Menururt Dedi Siswoyo dalam blognya yang saya akses
pada hari minggu 13 juli 2014 08:01pm, mengutip Sanjaya
(2009) pemahaman konsep adalah
29
kemampuan siswa yang berupa penguasaan sejumlah materi pelajaran, tetapi mampu mengungkapkan kembali dalam bentuk lain yang mudah dimengerti, memberikan interprestasi data dan mampu mengaplikasi konsep yang sesuai dengan struktur kognitif yang dimilikinya.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman
konsep adalah kemampuan peserta didik dalam memahami
sejumlah materi pelajaran, namun peserta didik dapat
mengungkapkan kembali dalam bentuk lain yang mudah di
mengerti dan dipahami oleh dirinya dan orang lain.
Kriteria dari pemahaman konsep yaitu:
1) Menyatakan ulang sebuah konsep;2) Mengklasifikasian obyek-obyek menurut sifat-sifat
tertentu;3) Memberi contoh dan non contoh dari konsep;4) Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu
konsep; dan5) Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur
atau operasi tertentu.
Menurut blog pendidikan yang saya akses pada hari minggu
13 juli 2014 08:01pm, mengutip Patria (2007: 22) indikator
yang termuat dalam pemahaman konsep diantaranya:
1) Mampu menerangkan secara verbal mengenai apa yang telah dicapai;
2) Mampu mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan dipenuhi atau tidaknya persyaratan yang membentuk konsep tersebut;
3) Mampu menerapkan hubungan antara konsep dan prosedur;
4) Mampu memberikan contoh dan contoh kontra dari konsep yang dipelajari;
30
5) Mampu mengembangkan konsep yang telah dipelajari.
3. Pembelajaran Tematik
a. Pengertian Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang berdasarkan
tema, dan mengaitkan atau menggabungkan beberapa mata pelajaran
kedalam tema tersebut untuk memberikan pengalaman belajar yang
bermakna bagi diri peserta didik. Pembelajaran tematik pada
dasarnya adalah pembelajaran terpadu atau model pembelajaran
terpadu yang mengaitkan beberapa mata pelajaran kedalam sebuah
tema yang memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi
peserta didik. Begitu pula menurut Depdiknas, 2006: 5 (Trianto,
2013 h. 147) mengatakan bahwa pembelajaran tematik pada
dasarnya adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan
tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat
memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.
Menurut Sri Anitah 2003 (Trianto, 2013 h. 150) menyatakan
bahwa pembelajaran terpadu sebagai suatu konsep yang
menggunakan pendekatan pembelajaran yang melibatkan konsep-
konsep secara terkoneksi baik secara inter maupun antar mata
pelajaran.
Menurut Zais Robert 1976 (Trianto, 2013 h. 151) mengatakan
bahwa pembelajaran terpadu memberikan gambaran bagaimana
31
pengalaman belajar secara terintegrasi memberi dampak yang penuh
makna dan bagaimana pengintegrasian itu dilakukan.
Menurut Hadi Subroto 2009: 9 (Trianto, 2013 h. 151)
menegaskan pembelajaran terpadu adalah
Pembelajaran yang diawali dengan suatu pokok bahasan atau tema tertentu yang dikaitkan sengan pokok bahasan lain, konsep tertentu dikaitkan dengan konsep lain, yang dilakukan secara spontan atau direncanakan, baik dalam satu bidang studi atau lebih, dan dengan beragam pengalaman belajar siswa, maka pembelajaran akan lebih bermakna. Maka pada umumnya pembelajaran tematik atau terpadu adalah pembelajaran yang menggunakan tema tertentu untuk mengaitkan antara beberapa isi mata pelajaran dan pengalaman kehidupan nyata sehari-hari siswa sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna bagi siswa.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran tematik atau pembelajaran terpadu adalah
pembelajaran berdasarkan tema yang memadukan atau mengaitkan
beberapa materi pembelajaran dari berbagai standar kompetensi dan
kompetensi dasar dari beberapa mata pelajaran sehingga peserta
didik dapat pengalaman bermakna sehingga pengetahuan yang
dimilikinya tetap tersimpan dalam memorinya.
b. Prinsip Dasar Pembelajaran Tematik
Menurut Ujang Sukadi, dkk 2001: 109 (Trianto, 2013 h. 154)
pembelajaran terpadu memiliki satu tema actual, dekat dengan dunia siswa, dan ada kaitannya dengan kehidupan sehari-hari.materi pembelajaran yang dapat dipadukan dalam satu tema perlu mempertimbangkan karakteristik
32
peserta didik, seperti minat yang dimiliki oleh masing-masing individu atau peserta didik, kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik, kebutuhan yang diperlukan oleh peserta didik, dan pengetahuan awal yang dimiliki oleh peserta didik.
Menurut Trianto (2013 h. 154) secara umum prinsip-prinsip
pembelajaran tematik dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Prinsip penggalian tema Prinsip penggalian merupakan prinsip utama atau fokus dalam pembelajaran tematik. Dalam penggalian tema hendaklah memperhatikan beberapa persyaratan, yaitu sebagai berikut:
a) Tema hendaknya tidak terlalu luas, namun dapat dengan mudah dapat digunakan untuk memadukan banyak mata pelajaran;
b) Tema harus bermakna, maksudnya ialah tema yang dipilih untuk dikaji harus memberikan bekal bagi siswa untuk belajar selanjutnya;
c) Tema harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologis anak;
d) Tema dikembangkan harus mewadahi sebagian besar minat anak;
e) Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan peristiwa-peristiwa autentik yang terjadi di dalam rentang waktu belajar;
f) Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan kurikulum yang berlaku serta harapan masyarakat (asas relevansi); dan
g) Tema yang dipilih hendaknya juga mempertimbangkan ketersediaan sumber belajar.
2) Prinsip pengelolaan pembelajaranPengolaan pembelajaran dapat optimal apabila guru
mampu menempatkan dirinya dalam keseluruhan proses. Menurut Prabowo (2000), bahwa salam pengolaan pembelajaran hendaklah guru dapat berlaku sebagai berikut:
a) Guru hendaknya jangan menjadi single actor yang mendominasi pembicaraan dalam proses belajar mengajar;
b) Pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap tugas yang menuntut adanya kerja sama kelompok;
33
c) Guru perlu mengakomodasi terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali tidak terpikirkan dalam perencanaan.
3) Prinsip evaluasiDalam melaksanakan evaluasi dalam pembelajaran
tematik, maka diperlukan beberapa langkah-langkah positif antara lain:
a) Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri (self-evaluation/self-assessment) disamping bentuk evaluasi lainnya;
b) Guru perlu mengajak para siswa untuk mengevaluasi perolehan belajar yang telah dicapai berdasarkan kriteria keberhasilan penbcapaian tujuan pembelajara yang akan dicapai.
4) Prinsip reaksiGuru harus bereaksi dalam aksi siswa dalam semua
peristiwa serta tidak mengarahkan aspek yang sempit tetapi ke sebuah kesatuan yang utuh dan bermakna.
c. Manfaat Pembelajaran Tematik
Menurut Trianto (2013 h. 157) Pelaksanaan pembelajaran
dengan memanfaatkan tema ini, akan diperoleh beberapa manfaat,
yaitu sebagai berikut:
1) Dengan menggabungkan beberapa kompetensi dasar dan indikator serta isi mata pelajaran akan terjadi penghematan, karena tumpang tindih materi dapat dikurangi bahkan dihilangkan;
2) Siswa mampu melihat hubungan yang bermakna sebab isi/materi pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat, bukan tujuan akhir;
3) Pembelajaran akan menjadi utuh sehingga akan mendapat pengertian mengenai proses dan materi yang tidak terpecah-pecah; dan
4) Dengan adanya pemaduan antar mata pelajaran, maka penguasaan konsep akan semakin baik dan meningkat.
34
d. Karakteristik Pembelajaran Tematik
Menurut Depdiknas 2006: 6 (Trianto, 2013 h. 162)
pembelajaran tematik memiliki beberapa ciri khas antara lain sebagai
berikut:
1) Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah dasar;
2) Kegiatan-kegiatan yang dipilih salam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan siswa;
3) Kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama;
4) Membantu mengembangkan keterampilan berpikir siswa;5) Menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai
dengan permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lingkungannya; dan
6) Mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerja sama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.
Selain itu, menurut Depdiknas, 2006 (Trianto, 2013 h. 163)
sebagai model pembelajaran disekolah dasar/madrasah ibtidaiyah,
pembelajaran tematik memiliki karakteristik antara lain: berpusat
pada siswa; memberikan pengalaman langsung; pemisahan mata
pelajaran tidak begitu jelas; menyajikan konsep dari berbagai mata
pelajaran; bersifat fleksibel; hasil pembelajaran sesuai sengan minat
dan kebutuhan siswa; dan menggunakan prinsip belajar sambil
bermain dan menyenangkan.
35
e. Keuntungan Pembelajaran Tematik
Menurut panduan KTSP, 2007: 253 (Trianto, 2013 h. 153)
pembelajaran tematik sebagai bagian daripada pembelajaran terpadu
memiliki banyak keuntungan yang dapat dicapai, yaitu sebagai
berikut:
1) Memudahkan pemusatan perhatian pada satu tema tertentu;2) Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan
mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar isi mata pelajaran dalam tema yang sama;
3) Pemahamanmateri mata pelajaran lebih mendalam dan berkesan;
4) Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa;
5) Lebih dapat dirasakan manfaat dan makna belajar karena materi dapat disajikan dalam konteks tema yang jelas;
6) Siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam suatu mata pelajaran dan sekaligus dapat mempelajari mata pelajaran lain; dan
7) Guru dapat menghemat waktu sebab mata pelajaran yang disajikan secara tematik dapat dipersiapkan sekaligus, dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan, dan waktu selebihnya dapat dimanfaatkan untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan materi.
Selain itu, menurut Trianto (2013 h. 160) apabila ditinjau aspek
guru dan peserta didik, pembelajaran tematik memiliki beberapa
keuntungan yaitu:
Keuntungan pembelajaran tematik bagi guru, antara lain:
1) Tersedia waktu lebih banyak untuk pembelajaran. Materi pembelajaran tidak dibatasi oleh jam pelajaran, melainkan dapat dilanjutkan sepanjang hari, mencakup berbagai mata pelajaran;
2) Hubungan antar pelajaran dan topic dapat diajarkan secara logis dan alami;
36
3) Dapat ditunjukkan bahwa belajar merupakan kegiatan yang kontinu, tidak terbatas pada buku paket, jam pelajaran, atau bahkan empat dinding sekolah. Guru dapat membantu siswa memperluas kesempatan belajar ke berbagai aspek kehidupan;
4) Guru bebas membantu siswa melihat masalah, situasi, atau topik dari berbagai sudut pandang; dan
5) Pengembangan masyarakat belajar terfasilitasi. Penekanan pada kompetensi bisa dikurangi dan diganti dengan kerja sama dan kolaborasi.
Adapun keuntungan pembelajaran tematik bagi siswa antara
lain:
1) Dapat lebih memfokuskan diri pada proses belajar, daripada hasil belajar;
2) Menghilangkan batas semu antar bagian kurikulum dan menyediakan pendekatan proses belajar yang integratif;
3) Menyediakan kurikulum yang berpusat pada siswa yang dikaitkan dengan minat, kebutuhan, dan kecerdasan mereka didorong untuk membuat keputusan sendiri dan bertanggung jawabpada keberhasilan belajar;
4) Merangsang penemuan dan penyelidikan mandiri di dalam dan di luar kelas; dan
5) Membantu siswa membangun hubungan antara konsep dan ide, sehingga meningkatkan apresiasi dan pemahaman.
f. Sintaks Atau Langkah-Langkah Model Pembelajaran Tematik
Menurut Prabowo 2006 (Trianto, 2013 h. 167), langkah-langkah
(sintaks) pembelajaran terpadu secara khusus dapat dibuat tersendiri
berupa langkah-langkah baru dengan ada sedikit perbedaan yakni
sebagai berikut:
Pertama, tahap perencanaan. Pada tahap ini hal-hal yang dilakukan oleh guru antara lain:
1) Menentukan kompetensi dasar; dan2) Menentukan indikator dan hasil belajar
37
Kedua, tahap pelaksanaan yang meliputi subtahap:1) Proses pembelajaran oleh guru. Adapun langkah yang
ditempuh guru antara lain:a) Menyampaikan konsep pendukung yang harus
dikuasai siswa;b) Menyampaikan konsep-konsep pokok yang akan
dikuasai oleh siswa;c) Menyampaikan keterampilan proses yang akan
dikembangkan;d) Menyampaikan alat dan bahan yang akan
dibutuhkan; dane) Menyampaikan pertanyaan kunci.
2) Tahap manajemen, yang meliputi langkah-langkah:a) Pengelolaan kelas, dimana kelas dibagi kedalam
beberapa kelompok;b) Kegiatan proses;c) Kegiatan pencatatan data; dand) Diskusi
Ketiga, evaluasi. Meliputi:1) Evaluasi proses. Adapun hal-hal yang menjadi
perhatian evaluasi proses terdiri dari:a) Ketepatan hasil pengamatan;b) Ketepatan penyusunan alat dan bahan; danc) Ketepatan menganalisis data
2) Evaluasi hasil, yaitu penguasaan konsep-konsep sesuai indikator yang telah ditetapkan.
3) Evaluasi psikomotorik, yaitu penguasaan penggunaan alat ukur.
Tabel 2.1
Sintaks Pembelajaran Tematik dalam Setting Pembelajaran Langsung dan Pembelajaran Kooperatif
Tahap Tingkah Laku Guru
Fase-1
Pendahuluan
1. Mengaitkan pelajaran sekarang dengan pelajaran
sebelumnya
2. Memotivasi siswa
3. Memberikan pertanyaan kepada siswa untuk mengetahui
konsep-konsep prasyarat yang sudah dikuasai oleh siswa
4. Menjelaskan tujuan pembelajaran (kompetensi dasar dan
38
indikator)
Fase-2
Presentasi materi
1. Presentasi konsep-konsep yang harus dikuasai oleh siswa
2. Presentasi keterampilan proses yang dikembangkan
3. Presentasi alat dan bahan yang dibutuhkan melalui charta
4. Memodelkan penggunaan peralatan melalui charta
Fase-3
Membimbing pelatihan
1. Menempatkan siswa kedalam kelompok belajar
2. Mengingatkan cara siswa bekerja dan berdiskusi secara
kelompok sesuai komposisi kelompok
3. Membagi buku siswa dan LKS
4. Mengingatkan cara menyusun laporan hasil kegiatan
5. Memberikan bimbingan seperlunya
6. Mengumpulkan hasil kerja kelompok setelah batas waktu
yang ditentukan
Fase-4
Menelaah pemahaman dan
memberikan umpan balik
1. Mempersiapkan kelompok belajar untuk diskusi kelas
2. Meminta salah satu anggota kelompok untuk
mempresentasikan hasil kegiatan sesuai dengan LKS yang
telah dikerjakan
3. Meminta anggota kelompok lain menanggapi hasil
presentasi
4. Membimbing siswa menyimpulkan hasil diskusi
Fase-5
Mengembangkan dengan
memberikan kesempatan
untuk pelatihan lanjut dan
penetapan
1. Mengecek dan memberikan umpan balik terhadap tugas
yang dilakukan
2. Membimbing siswa menyimpulokan seluruh materi
pembelajaran yang baru saja dipelajari
3. Memberikan tugas rumah
Fase-6
Menganalisis dan
mengevaluasi
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi
terhadap kinerja mereka
Sumber: Trianto, 2005: 122 (Trianto, 2013: 169)
4. Materi Sumber Energi dalam Pembelajaran Tematik
Materi Sumber energi dalam pembelajaran tematik tema selalu
berhemat energi subtema pemanfaatan energi pada kegiatan
pembelajaran keempat dan kelima di kelas IV terdiri dari beberapa mata
39
pelajaran yaitu mata pelajaran Bahasa Indonesia, mata pelajaran IPA
(Ilmu Pengetahuan Alam), mata pelajaran Matematika, dan mata
pelajaran SBdP. Pembelajaran tersebut mengacu pada:
Tabel 2.2Kompetensi Inti dan kompetensi dasar KI 1 dan KI 2
Kompetensi Inti Kompetensi Dasar KI 1 dan KI 21. Menerima, menjalankan, dan
menghargai ajaran agama yang dianutnya.
2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangga.
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar, melihat, membaca)mdan bertanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, sekolah, dan tempat bermain
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis, dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.
Bahasa Indonesia3.1 Menggali informasi dari teks
laporan hasil pengamatan tentang gaya, gerak, energi panas, bunyi, dan cahaya dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku.
3.5 Menggali informasi dari teks ulasan buku tentang nilai peninggalan sejarah dan perkembangan Hindu – Budha di Indonesia dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulisan dengan memilih dan memilah kosakata baku.
4.1 Mengamati, mengolah, dan menyajikan teks laporan hasil pengamatan tentang gaya, gerak, energi panas,bunyi, dan cahaya dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku.
4.5 Mengolah dan menyajikan teks ulasan buku tentang nilai peninggalan sejarah dan perkembangan Hindu-Budha di Indonesia secara mandiri dalam bahasa
40
Indonesia lisan dan tulisan dengan memilih dan memilah kosakata baku.
IPA3.4 Membedakan berbagai
bentuk energi melalui pengamatan dan mendeskripsikan pemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari.
4.6 Menyajikan laporan tentang sumber daya alam dan pemanfaatannya oleh masyarakat.
Matematika3.4 Memahami faktor dan
kelipatan bilangan serta bilangan prima.
3.5 Menentukan kelipatan persekutuan dua buah bilangan dan menentukan kelipatan persekutuan terkecil (KPK).
4.5 Mengemukakan kembali dengan kalimat sendiri, menyatakan kalimat matematika, dan memecahkan masalah dengan efektif permasalahan yang berkaitan dengan KPK dan FPB, satuan kuantitas, desimal dan persen terkait dengan aktivitas sehari-hari di rumah, sekolah, atau tempat bermain, serta memeriksa kebenarannya
SBdP3.5 Mengetahui berbagai alur
cara dan pengolahan media karya kreatif
4.13 Membuat karya kreatif dengan cara meronce memanfaatkan bahan alam dan buatan dari lingkungan
Sumber: Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013 Buku Guru SD/MI Kelas IV
41
B. Hasil Penelitian Terdahulu yang Sesuai dengan Penelitian
Beberapa hasil penelitian yang dilakukan terkait dengan model discovery
learning diantaranya, sebagai berikut:
1. Naviah Yunari (2012), dengan judul PENINGKATAN HASIL
BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL DISCOVERY
LEARNING MATERI PECAHAN DI KELAS III SDN 1 WONOREJO
KECAMATAN PAGERWOJO KABUPATEN TULUNGAGUNG,
pada penelitian tersebut menguraikan bagaimana penerapan model
discovery learning dalam meningkatkan pembelajaran matematika
materi pecahan dan mencari jawaban apakah model discovery
learning dapat meningkatkan hasil pembelajaran matematika di kelas
III SDN 1 Wonorejo Kecamatan Pagerwojo Kabupaten
Tulungagung. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat
disimpulkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar Matematika
setelah diterapkan pembelajaran menggunakan model discovery
learning. Dengan demikian hendaknya pendidik dapat menggunakan
model ini saat melaksanakan pembelajaran.
2. Ina Azariya Yupita dan Waspodo Tjipto S (2013), dalam jurnal
pendidikan volume 01 nomor 02 tahun 2013, 0-216, yang berjudul
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DI SEKOLAH
DASAR. Penelitian tersebut dilaksanakan di SDN Surabaya, pada
peserta didik kelas IV. Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas
42
pada pembelajaran IPS pada kelas IV SDN Surabaya diperoleh hasil
penilitian, sebagai berikut:
a. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan
model discovery dapat meningkatkan aktivitas pendidik dan
peserta didik serta hasil belajar siswa.
b. Peningkatan proses pembelajaran ini dengan penerapan simulasi
ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian tindakan
kelas melalui pola siklus I dan siklus II.
3. Novita Hadati (2012), dalam proposal skripsinya yang berjudul
MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENEMUKAN
KALIMAT UTAMA PARAGRAF MELALUI METODE
DISCOVERY DI KELAS IV SDN 2 TELAGA KECAMATAN
TELAGA KABUPATEN GORONTALO. Penelitian tersebut
dilaksanakan di Kelas IV SDN 2 Telaga Kecamatan Telaga
Kabupaten Gorontalo. Pada penelitian ini menggunakan penelitian
tindakan kelas. Hasil observasi yang dilakukan peneliti terhadap
siswa kelas IV di SDN 2 Telaga Kecamatan Telaga Kabupaten
Gorontalo, peneliti menemukan sebagian besar siswa sulit dalam
menemukan kalimat utama. Berdasarkan data pada observasi awal,
dari 38 siswa hanya 5 orang atau 13,16 % yang memiliki
kemampuan menemukan kalimat utama, dan 33 siswa atau 86,84%
yang belum memiliki kemampuan menemukan kalimat utama.
Setelah peneliti menerapkan metode discovery hasil penelitian itu
43
menunjukan adanya peningkatan kemampuan menemukan kalimat
utama pada peserta didik kelas IV. Darihasil penelitian tersebut
dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan peserta
didik dalam menemukan kalimat utama dengan menggunakan
metode discovery.
44
Dari hasil penelitian terdahulu yang diatas tersebut dapat digambarkan seperti di bawah ini:
Tabel 2.3
Penelitian Terdahulu
JudulTempat
Penelitian
Pendekatan dan
AnalisisHasil Penelitian Persamaan Perbedaan
PENINGKATAN
HASIL BELAJAR
SISWA MELALUI
PENERAPAN
MODEL
DISCOVERY
LEARNING
MATERI
PECAHAN DI
Di kelas III
SDN 1
Wonorejo
kecamatan
Pagerwojo
kabupaten
Tulungagung
Metode penelitian
yang digunakan
adalah PTK dengan
pendekatan kualitatif
deskriptif. Langkah-
langkah penelitian
berupa perencanaan,
pelaksanaan,
observasi dan
Hasil penelitian yang
telah dilaksanakan
dengan penerapan
model discovery
learning, diperoleh
peningkatan hasil
belajar matematika
materi pecahan pada
siswa di kelas III.
Penggunaan
model
pembelajaran
yang digunakan
oleh Naviah
Yunari model
pembelajaran
discovery
Komponen yang
ditingkatkan hasil
belajar sedangkan
saya pemahaman
konsep dan materi
yang disampaikan
berbeda.
45
KELAS III SDN 1
WONOREJO
KECAMATAN
PAGERWOJO
KABUPATEN
TULUNGAGUNG
refleksi. Data yang
diperoleh berupa
hasil tes, lembar
observasi,
wawancara dan
dokumentasi.
Analisis data diawali
dengan
mengumpulkan data,
menyajikan dan
mendeskripsikan
data kemudian
menarik kesimpulan.
Peningkatan hasil
belajar dari
pratindakan, siklus I
ke siklus II sebagai
berikut. Pada tahap
pra tindakan rata-rata
nilai kelas 53,73
dengan prosentase
ketuntasan 32%.
Siklus I dari
pertemuan 1 ke
pertemuan 2
mengalami
peningkatan rata-rata
learning
46
sebesar 3,16 dengan
peningkatan
persentase ketuntasan
secara klasikal sebesar
10%. Siklus II dari
pertemuan 1 ke
pertemuan 2
mengalami
peningkatan rata-rata
sebesar 9,22 dengan
peningkatan
prosentase ketuntasan
secara klasikal sebesar
16 %. Berdasarkan
47
hasil penelitian
tersebut dapat
disimpulkan bahwa
terjadi peningkatan
hasil belajar
Matematika setelah
diterapkan
pembelajaran
menggunakan model
discovery learning.
PENERAPAN
MODEL
PEMBELAJARAN
DISCOVERY
SDN Surabaya,
pada peserta
didik kelas IV
Jenis penelitian yang
digunakan adalah
Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) dengan
metode deskriptif
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
pembelajaran dengan
menggunakanmodel
Discovery dapat
Model
pembelajaran
yang digunakan
oleh Ina Azariya
Komponen yang
ditingkatkan oleh Ina
Azariya Yupita dan
Waspodo Tjipto S
48
UNTUK
MENINGKATKA
N HASIL
BELAJAR IPS DI
SEKOLAH
DASAR
kualitatif. Teknik
pengumpulan datayang
yang digunakan adalah
observasi untuk
mengetahui aktivitas
guru dan siswa, tes
untuk mengetahui hasil
belajar siswa, serta
wawancara untuk
mengetahui kendala-
kendala yang dihadapi
pada saat kegiatan
pembelajaran
denganmenggunakan
model pembelajaran
Discovery.
meningkatkan
aktivitas guru dan
siswa serta hasil
belajar siswa. Hal ini
terbukti dari
hasil pengamatan
yang diperoleh pada
tiap siklusnya. Pada
siklus I, aktivitas guru
mencapai 78,57%,
aktivitas siswa
66,07%, dan hasil
belajar siswa 63,89%.
Pada siklus II, aktivitas
guru mencapai 83,9%,
aktivitas siswa 78,6%, dan
hasil belajar siswa
77,77%. Dan pada siklus
Yupita dan
Waspodo Tjipto S
adalah model
pembelajaran
discovery
learning.
adalah hasil belajar.
Sedangkan saya
komponen yang
ditingkatkan adalah
pemahaman konsep.
Materi yang di
sampaikan pun
berbeda.
49
III, aktivitas guru
mencapai 91,07%,
aktivitas siswa 87,5%, dan
hasil belajar siswa94,44%.
Maka dapat disimpulkan
bahwa penerapan model
pembelajaran Discovery
yang dilaksanakan
dalam pembelajaran
IPS pada materi
perkembangan
teknologi dapat
meningkatkan
aktivitas guru,
aktivitas siswa, dan
hasil belajar siswa
kelas IV SDN
Surabaya.
50
MENINGKATKA
N KEMAMPUAN
SISWA
MENEMUKAN
KALIMAT
UTAMA
PARAGRAF
MELALUI
METODE
DISCOVERY DI
KELAS IV SDN 2
TELAGA
KECAMATAN
TELAGA
DI KELAS IV
SDN 2
TELAGA
KECAMATAN
TELAGA
KABUPATEN
GORONTALO
Pada penelitian ini
menggunakan
penelitian tindakan
kelas. pengumpulan
data yang digunakan
dalam penelitian
tersebut adalah
Observasi, Tes, dan
Dokumentasi.
Hasil observasi yang
dilakukan peneliti
terhadap siswa kelas
IV di SDN 2 Telaga
Kecamatan Telaga
Kabupaten Gorontalo,
peneliti menemukan
sebagian besar siswa
sulit dalam
menemukan kalimat
utama. Berdasarkan
data pada observasi
awal, dari 38 siswa
hanya 5 orang atau
Penggunaan
model
pembelajaran
yang digunakan
oleh Novit Hadati
metode discovery
Komponen yang
ditingkatkan berbeda
Novita Hadati
kemampuan siswa
menemukan kalimat
utama sedangkan saya
meningkatkan
pemahaman konsep,
dan materi yang
disampaikan berbeda.
51
KABUPATEN
GORONTALO
13,16 % yang
memiliki kemampuan
menemukan kalimat
utama, dan 33 siswa
atau 86,84% yang
belum memiliki
kemampuan
menemukan kalimat
utama. Setelah
peneliti menerapkan
metode discovery
hasil penelitian itu
menunjukan adanya
peningkatan