ii. tinjauan pustaka 2.1 monitoring dan evaluasi 2.1.1 ... 2.pdf · dilakukan dalam program krpl...

23
10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Monitoring dan Evaluasi 2.1.1 Pengertian dan tujuan monitoring Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 (dalam IPDN, 2011), disebutkan bahwa monitoring merupakan suatu kegiatan mengamati secara seksama suatu keadaan atau kondisi, termasuk juga perilaku atau kegiatan tertentu, dengan tujuan agar semua data masukan atau informasi yang diperoleh dari hasil pengamatan tersebut dapat menjadi landasan dalam mengambil keputusan tindakan selanjutnya yang diperlukan. Tindakan tersebut diperlukan seandainya hasil pengamatan menunjukkan adanya hal atau kondisi yang tidak sesuai dengan yang direncanakan semula. Monitoring dilaksanakan dengan maksud agar proyek dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien dengan menyediakan umpan balik bagi pengelola proyek pada setiap tingkatan. Umpan balik ini memungkinkan pemimpin proyek menyempurnakan rencana operasional proyek dan mengambil tindakan korektif tepat pada waktunya jika terjadi masalah dan hambatan (Deptan, 1989). Monitoring adalah proses kegiatan pengawasan terhadap implementasi kebijakan yang meliputi keterkaitan antara implementasi dan hasil-hasilnya (out- comes) (Hogwood and Gunn, 1989). William N. Dunn (1994), menjelaskan bahwa monitoring mempunyai beberapa tujuan, sebagai berikut. a. Compliance (kesesuaian/kepatuhan)

Upload: vancong

Post on 15-Aug-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Monitoring dan Evaluasi 2.1.1 ... 2.pdf · dilakukan dalam program KRPL diantaranya, teknik budidaya tanaman pangan, buah dan sayuran, toga, teknik budidaya

10

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Monitoring dan Evaluasi

2.1.1 Pengertian dan tujuan monitoring

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 (dalam IPDN, 2011),

disebutkan bahwa monitoring merupakan suatu kegiatan mengamati secara seksama

suatu keadaan atau kondisi, termasuk juga perilaku atau kegiatan tertentu, dengan

tujuan agar semua data masukan atau informasi yang diperoleh dari hasil pengamatan

tersebut dapat menjadi landasan dalam mengambil keputusan tindakan selanjutnya

yang diperlukan. Tindakan tersebut diperlukan seandainya hasil pengamatan

menunjukkan adanya hal atau kondisi yang tidak sesuai dengan yang direncanakan

semula. Monitoring dilaksanakan dengan maksud agar proyek dapat mencapai tujuan

secara efektif dan efisien dengan menyediakan umpan balik bagi pengelola proyek

pada setiap tingkatan. Umpan balik ini memungkinkan pemimpin proyek

menyempurnakan rencana operasional proyek dan mengambil tindakan korektif tepat

pada waktunya jika terjadi masalah dan hambatan (Deptan, 1989).

Monitoring adalah proses kegiatan pengawasan terhadap implementasi

kebijakan yang meliputi keterkaitan antara implementasi dan hasil-hasilnya (out-

comes) (Hogwood and Gunn, 1989). William N. Dunn (1994), menjelaskan bahwa

monitoring mempunyai beberapa tujuan, sebagai berikut.

a. Compliance (kesesuaian/kepatuhan)

Page 2: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Monitoring dan Evaluasi 2.1.1 ... 2.pdf · dilakukan dalam program KRPL diantaranya, teknik budidaya tanaman pangan, buah dan sayuran, toga, teknik budidaya

11

Menentukan apakah implementasi kebijakan tersebut sesuai dengan standard dan

prosedur yang telah ditentukan.

b. Auditing (pemeriksaan)

Menentukan apakah sumber-sumber/pelayanan kepada kelompok sasaran (target

groups) memang benar-benar sampai kepada mereka.

c. Accounting (Akuntansi)

Menentukan perubahan sosial dan ekonomi apa saja yang terjadi setelah

implementasi sejumlah kebijakan publik dari waktu ke waktu.

d. Explanation (Penjelasan)

Menjelaskan mengenai hasil-hasil kebijakan publik berbeda dengan tujuan

kebijakan publik.

Monitoring berkaitan erat dengan evaluasi, karena evaluasi memerlukan hasil

dari monitoring yang digunakan dalam melihat kontribusi program yang berjalan

untuk dievaluasi.

2.1.2 Pengertian dan ragam evaluasi

Pengertian evaluasi menurut Hornby dan Parnwell (dalam Mardikanto, 2009)

adalah sebagai suatu tindakan pengambilan keputusan untuk menilai suatu objek,

keadaan, peristiwa atau kegiatan tertentu yang sedang diamati. Pengertian tersebut

juga dikemukakan oleh Soumelis (1983) yang mengartikan evaluasi sebagai proses

pengambilan keputusan melalui kegiatan membanding-bandingkan hasil pengamatan

terhadap suatu obyek. Diartikan oleh Seepersad dan Henderson (1984) mengartikan

Page 3: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Monitoring dan Evaluasi 2.1.1 ... 2.pdf · dilakukan dalam program KRPL diantaranya, teknik budidaya tanaman pangan, buah dan sayuran, toga, teknik budidaya

12

evaluasi sebagai kegiatan sistematis yang dimaksudkan untuk melakukan pengukuran

dan penilaian terhadap sesuatu obyek berdasarkan pedoman yang telah ada.

Dari beberapa pengertian yang telah dikemukakan, terdapat beberapa pokok

pikiran yang terkandung dalam pengertian “evaluasi” sebagai kegiatan terencana dan

sistematis yang meliputi sebagai berikut.

a. Pengamatan untuk mengumpulkan data dan fakta,

b. Penggunaan “pedoman” yang telah ditetapkan,

c. Pengukuran atau membandingkan hasil pengamatan dengan pedoman-pedoman

sudah ditetapkan terlebih dahulu,

d. Pengambilan keputusan atau penilaian (Mardikanto, 2009).

Dikembangkan oleh Sutjipta (2009), ada lima ciri dalam evaluasi meliputi (1)

kualitas: apakah program baik atau tidak baik, kualitas isi program, kegiatan

pendidik, media yang digunakan, penampilan pelaksana program, (2) kesesuaian

(suitability): pemenuhan kebutuhan dan harapan masyarakat. Program tidak

menyulitkan atau membebani masyarakat, sesuai dengan tingkat teknis, sosial dan

ekonomis masyarakat, (3) keefektifan: seberapa jauh tujuan tercapai, (4) efisiensi:

penggunaan sumber daya dengan baik, dan (5) kegunaan (importance): kegunaan

bagi masyarakat yang ikut terlibat dalam program.

Berdasarkan waktu dan pelaksananya, evaluasi dibedakan menjadi beberapa

ragam pengertian seperti berikut.

a. Evaluasi formatif dan evaluasi sumatif

Page 4: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Monitoring dan Evaluasi 2.1.1 ... 2.pdf · dilakukan dalam program KRPL diantaranya, teknik budidaya tanaman pangan, buah dan sayuran, toga, teknik budidaya

13

Dinyatakan oleh Taylor (dalam Mardikanto, 2009), evaluasi formatif adalah

evaluasi yang dilaksanakan terhadap program atau kegiatan yang telah dirumuskan,

sebelum program atau kegiatan itu sendiri dilaksanakan. Sedangkan evaluasi sumatif,

merupakan kegiatan evaluasi yang dilakukan setelah program selesai dilaksanakan.

b. Evaluasi intern dan evaluasi ekstern

Dikemukakan oleh Sanders & Sullins (dalam Mardikanto, 2009), bahwa suatu

evaluasi internal, yang diadakan secara internal oleh staf yang bekerja pada program

tersebut, biasanya berkembang secara alami. Tujuannya adalah untuk mengumpulkan

feedback pada aspek program yang ditinjau dan kemungkinan revisi sedang

berlangsung.

Evaluasi ekstern, adalah evaluasi yang dilaksanakan oleh pihak luar,

meskipun inisiatif dilakukannya evaluasi dapat muncul dari kalangan orang luar, atau

justru diminta oleh organisasi pemilik atau pelaksana program yang bersangkutan

(Mardikanto, 2009).

2.2 Pengertian Dampak

Dampak (impact) ialah hasil yang diperoleh dari efek proyek. Dampak ini

merupakan kenyataan yang sesungguhnya dihasilkan oleh proyek pada tingkat yang

lebih luas dan menjadi tujuan jangka panjang proyek. Dampak juga dapat diartikan

sebagai perubahan akhir dalam kondisi kehidupan kelompok sasaran yang

diakibatkan (sepenuhnya atau sebagiannya) oleh pelaksanaan suatu proyek atau

program (Soeharto, 1990).

Page 5: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Monitoring dan Evaluasi 2.1.1 ... 2.pdf · dilakukan dalam program KRPL diantaranya, teknik budidaya tanaman pangan, buah dan sayuran, toga, teknik budidaya

14

2.2.1 Dampak teknis

1. Teknis KRPL

Disebutkan oleh Mardikanto (2009), evaluasi teknis adalah kegiatan evaluasi

yang sasarannya dan ukurannya menggunakan ukuran-ukuran teknis (fisik), seperti

seberapa jauh volume kegiatan telah dapat diselesaikan, seberapa jauh persyaratan

teknis telah ditepati, berapa jumlah orang yang terlibat atau terjangkau oleh program

yang dilaksanakan, bagaimana kualitas bahan yang digunakan, atau kualitas fisik

yang digunakan. Berikut diuraikan teknis yang dibutuhkan di dalam mengembangkan

KRPL.

a. Kebun Bibit

Kebun bibit merupakan salah satu sumber bibit dalam pengembangan KRPL,

sebagai upaya menuju terciptanya rumah pangan lestari (RPL). RPL adalah rumah

tangga yang memanfaatkan pekarangan secara optimal untuk budidaya tanaman

sayuran, pangan, ternak dan ikan, menggunakan teknologi hemat lahan secara

berkesinambungan untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi sehari hari, serta

menambah pendapatan keluarga.

Kebun bibit dapat memberikan kesinambungan usaha budidaya tanaman bagi

anggota dan keuntungan ekonomi bagi kelompok melalui usaha penjualan bibit dan

tanaman. Kebun bibit adalah lahan untuk pembibitan yang dilengkapi dengan

beberapa peralatan dan dikelola atas partisipasi aktif masyarakat untuk memproduksi

bibit agar dapat memenuhi kebutuhan bibit tanaman bagi peserta RPL dan warga

Page 6: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Monitoring dan Evaluasi 2.1.1 ... 2.pdf · dilakukan dalam program KRPL diantaranya, teknik budidaya tanaman pangan, buah dan sayuran, toga, teknik budidaya

15

masyarakat di kawasan yang selanjutnya disebut kebun bibit desa (KBD). Lahan

untuk kebun bibit sebaiknya merupakan lahan terbuka, dan banyak mendapat cahaya

matahari langsung, berdekatan dengan sumber air dan lahan cukup luas di sekitarnya

sehingga mempermudah pengembangan kebun bibit di masa datang. Ukuran kebun

bibit tergantung pada volume bibit yang akan di produksi dan ukuran luas bangunan

rumah bibit.

b. Komoditas pangan/tanaman lokal

Komoditas yang dimaksud adalah berbagai jenis tanaman sumber pangan

lokal bernilai ekonomis tinggi yang dibutuhkan dan disukai oleh masyarakat di

kawasan pelaksanaan program KRPL. Tanaman sayuran misalnya kangkung, bayam,

bunga kol, selada, sawi, pare, gambas, labu siam, terong atau lainnya. Tanaman

rempah dan obat yaitu jahe, kencur, temulawak, kunyit atau lainnya. Buah-buahan

meliputi pepaya, jambu, belimbing, srikaya, sirsak atau lainnya. Demikian juga

pangan lokal berupa ubi jalar, singkong, ganyong, garut atau lainnya. Sumber pangan

hewani yang banyak dikonsumsi sehari hari dan dikembangkan antara lain, ayam

lokal, kelinci, ikan lele atau lainnya.

c. Media tanam

Media tanam adalah suatu media atau bahan yang digunakan untuk tempat

tumbuh dan berkembangnya akar tanaman, media tanam juga merupakan komponen

utama ketika akan bercocok tanam.

Page 7: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Monitoring dan Evaluasi 2.1.1 ... 2.pdf · dilakukan dalam program KRPL diantaranya, teknik budidaya tanaman pangan, buah dan sayuran, toga, teknik budidaya

16

Mengenal media tanam dalam kegiatan bercocok tanam merupakan suatu

keharusan, karena media yang akan digunakan untuk menanam harus disesuaikan

dengan jenis tanaman yang akan ditanam. Hal ini dikarenakan tidak semua jenis

tanaman memiliki habitat yang sama. Untuk mendapatkan media tanam yang baik

dan sesuai dengan jenis tanaman yang akan ditanam, kita harus memiliki pemahaman

mengenai karakteristik media tanam yang berbeda-beda dari setiap jenisnya.

d. Sarana produksi

Tersedianya sarana produksi di tingkat lokal merupakan syarat mutlak yang

harus dipenuhi untuk berlangsungnya pembangunan pertanian. sarana produksi yang

dimaksud antara lain: pupuk, obat-obatan pengendali hama, benih.

1) Pupuk

Pupuk diberikan agar tanaman (tumbuhan yang diusahakan manusia) dapat

tumbuh, berkembang dan menghasilkan sesuai yang diharapkan. Rekayasa genetik

dan lingkungan di lakukan agar tanaman memberikan kinerja yang lebih baik.

Dengan bantuan hasil tanaman tersebut, unsur yang semula berada dalam tanah

masuk ke dalam tubuh manusia.

2) Obat-obatan pengendali hama

Obat-obatan pengendali hama meliputi pestisida alami dan pestisida kimia, namun

dalam penerapanya dalam program KRPL dianjurakan menggunakan pestisida

alami. Penggunaan obat-obatan pengendali hama bertujuan untuk mencegah

Page 8: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Monitoring dan Evaluasi 2.1.1 ... 2.pdf · dilakukan dalam program KRPL diantaranya, teknik budidaya tanaman pangan, buah dan sayuran, toga, teknik budidaya

17

kerugian petani didalam membudidayakan tanamannya akibat serangan hama yang

merusak tanaman.

3) Benih

Pemilihan benih juga merupakan hal penting bagi petani dan pelaku usahatani,

karena benih yang baik dan sehat merupakan dasar bagi pertumbuhan tanaman

agar dapat tumbuh dan dan berkembang serta berproduksi secara optimum.

e. Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman secara umum mencakup segala kegiatan yang

berkaitan dengan upaya menjaga kelangsungan hidup tanaman agar tetap hidup sehat

dan memiliki produktivitas tinggi. Pemelihaaan tanaman meliputi pemberian pupuk

(disarankan organik), penyiraman dan pengendalian hama penyakit. Pada ternak

meliputi pemberian pakan, air minum dan vaksinasi.

2. Kebutuhan KWT pengembang KRPL

a. Pemanfaatan lahan pekarangan rumah tangga

Pemanfaatan lahan pekarangan untuk pengembangan pangan rumah tangga

merupakan salah satu alternatif kebijakan untuk mewujudkan ketahanan dan

kemadirian pangan, disamping banyak program-program lain yang bertujuan untuk

mewujudkan ketahanan dan kemandirian pangan. Hal ini membawa konsekwensi

terhadap pengerahan sumber daya juga harus terukur seimbang dengan solusi

pemecahan masalah serta hasil yang dicapai. Dalam jangka pendek ke depan, peluang

dan aksesibilitas kesempatan kerja nonpertanian bagi sebagian besar rumah tangga

Page 9: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Monitoring dan Evaluasi 2.1.1 ... 2.pdf · dilakukan dalam program KRPL diantaranya, teknik budidaya tanaman pangan, buah dan sayuran, toga, teknik budidaya

18

petani di pedesaan akan tetap terbatas. Pilihan yang dinilai cukup relevan adalah

peningkatan pemberdayagunaan lahan pekarangan untuk komoditas pangan lokal dan

komoditas komersial bernilai ekonomi tinggi dengan sasaran pemenuhan kebutuhan

pangan rumah tangga, penghematan pengeluaran rumah tangga, dan peningkatan

pendapatan rumah tangga dengan sasaran akhir peningkatan Pola Pangan Harapan

(PPH).

b. Ketahanan pangan rumah tangga

Berdasarkan Undang-undang No 7 tahun 1996 tentang Pangan disebutkan

bahwa “ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi setiap rumah

tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup baik jumlah maupun

mutunya, aman, merata dan terjangkau”. Terpenuhinya pangan bagi setiap rumah

tangga merupakan tujuan sekaligus sebagai sasaran dari ketahanan pangan di

Indonesia, dan pemantapan ketahanan pangan dapat dilakukan melalui pemantapan

ketahanan pangan di tingkat rumah tangga.

c. Pelatihan dan pembinaan

Pelatihan dapat didefinisikan sebagai suatu cara yang digunakan untuk

memberikan atau meningkatkan keterampilan yang dibutuhkan untuk melaksanakan

pekerjaan sekarang, Sedangkan pendidikan lebih berorientasi kepada masa depan dan

lebih menekankan pada peningkatan kemampuan seseorang untuk memahami dan

menginterpretasikan pengetahuan (Pangabean, 2004).

Page 10: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Monitoring dan Evaluasi 2.1.1 ... 2.pdf · dilakukan dalam program KRPL diantaranya, teknik budidaya tanaman pangan, buah dan sayuran, toga, teknik budidaya

19

Kegiatan KRPL didominasi kegiatan budidaya tanaman dan ternak, namun

tidak semua anggota mampu memahami secara benar budidaya tanaman. Program

KRPL mengadakan pembinaan dalam bentuk pelatihan dan sekolah lapangan tentang

budidaya tanaman. Pembinaan yang diberikan berupa budidaya tanaman dari

pembuatan persemaian, pembuatan media tanam, penanaman, pemeilharaan termasuk

pengendalian hama, penyakit dan pascapanen. Pembinaan dilakukan dengan

melakukan kunjungan kerumah-rumah secara intensif untuk memberikan motivasi,

memberikan arahan secara langsung di lapangan, menghimpun permasalahan yang

dihadapi petani dan memberikan pemecahan yang mungkin bisa dilakukan oleh

anggota.

Pelatihan dilakukan sebelum pelaksanaan di lapang. Jenis pelatihan yang

dilakukan dalam program KRPL diantaranya, teknik budidaya tanaman pangan, buah

dan sayuran, toga, teknik budidaya ikan, dan ternak, perbenihan dan pembibitan,

pengolahan hasil dan pemasaran serta teknologi pengelolaan limbah rumah tangga.

d. Pendampingan

Pendampingan merupakan suatu aktivitas yang dilakukan dan dapat bermakna

pembinaan, pengajaran, pengarahan dalam kelompok yang lebih berkonotasi pada

menguasai, mengendalikan, dan mengontrol. Kata pendampingan lebih bermakna

pada kebersamaan, kesejajaran, samping-menyamping, dan karenanya kedudukam

antara keduanya (pendamping dan yang didampingi) sederajat, sehingga tidak ada

batasan antara atasan dan bawahan. Hal ini membawa implikasi bahwa peran

Page 11: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Monitoring dan Evaluasi 2.1.1 ... 2.pdf · dilakukan dalam program KRPL diantaranya, teknik budidaya tanaman pangan, buah dan sayuran, toga, teknik budidaya

20

pendampingan hanya sebatas pada memberikan alternatif dan tidak pada pengambilan

keputusan (BPKB Jawa Timur, 2001).

2.2.2 Dampak ekonomis

Dampak ekonomis sasarannya adalah pengelolaan keuangan dan

menggunakan ukuran-ukuran ekonomi, seperti seberapa jauh administrasi keuangan

telah dilaksanakan sesuai dengan aturan yang berlaku, berapa presentase realisasi

pengeluaran yang telah dilaksanakan, berapa nilai manfaat yang diperoleh program

yang telah dilaksanakan dibanding dengan besarnya biaya yang dikeluarkan. Adapun

dampak ekonomi yang dapat dicapai antara lain sebagai berikut.

1. Persepsi pendapatan

Menurut Robbins (2003:97) yang mendeskripsikan bahwa persepsi

merupakan kesan yang diperoleh oleh individu melalui panca indera kemudian di

analisa (diorganisir), diintepretasi dan kemudian dievaluasi, sehingga individu

tersebut memperoleh makna.

Pendapatan adalah jumlah uang yang diterima oleh perusahaan dari

aktivitasnya, kebanyakan dari penjualan produk atau jasa kepada pelanggan. Bagi

investor, pendapatan kurang penting dibanding keuntungan, yang merupakan jumlah

uang yang diterima setelah dikurangi pengeluaran. Pertumbuhan pendapatan

merupakan indikator penting dari penerimaan pasar dari produk dan jasa perusahaan

tersebut. Penarikan kesimpulan dari persepsi pendapatan ini dilakukan dengan

melakukan wawancara dengan responden untuk memperoleh data pendapatan berupa

deskripsi kualitatif.

Page 12: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Monitoring dan Evaluasi 2.1.1 ... 2.pdf · dilakukan dalam program KRPL diantaranya, teknik budidaya tanaman pangan, buah dan sayuran, toga, teknik budidaya

21

2. Tabungan

Menurut Undang-undang No 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan, Tabungan

adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu

yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan atau alat

lainnya yang dipersamakan dengan itu. Kegiatan menabung dapat mendorong

masyarakat untuk menyisihan sebagian hasil pendapatan untuk dikumpulkan sebagai

cadangan hari depan.

3. Aset

Aset adalah nilai dari sesuatu yang dimiliki oleh perusahaan, dan dapat

dimasukkan ke dalam kolom asset adalah gedung. Selain gedung, merk dagang, paten

teknologi, uang kas, mobil, benda elektronik, dll. Menurut Soelaiman Sukmalana

(2007), menyatakan bahwa asset (harta, aktiva) adalah harta yang dimiliki

perusahaan yang berperan dalam operasi perusahaan misalnya kas, persediaan, aktiva

tetap, aktiva yang tak berwujud dan lain-lain.

4. Mitra usaha

Dikemukakan oleh Kamil (1989), dalam Construction Institute, secara

konseptual kemitraan didefinisikan sebagai suatu komitmen jangka panjang antara

dua atau lebih organisasi dengan maksud untuk mencapai tujuan bisnis tertentu

dengan memaksimalkan keefektifan sumberdaya dari setiap partisipan.

Kemitraan dalam lingkungan masyarakat Indonesia, merupakan sesuatu hal

yang tidak asing untuk diterapkan, karena bangsa ini sudah mengenal kemitraan sejak

Page 13: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Monitoring dan Evaluasi 2.1.1 ... 2.pdf · dilakukan dalam program KRPL diantaranya, teknik budidaya tanaman pangan, buah dan sayuran, toga, teknik budidaya

22

berabad-abad, meskipun dalam skala yang sederhana, seperti gotong royong, sambat

sinambat, partisipasi, mitra cai, mitra masyarakat desa hutan, dan mitra lingkungan.

Keberhasilan suatu usaha ditentukan oleh faktor jaringan bisnis pengusaha.

Pengertian jaringan bisnis dalam hal ini adalah mitra usaha. Semakin banyak mitra

usaha maka mendorong kemampuan usaha perusahaan. Pelaku-pelaku yang terlibat

langsung dalam kemitraan harus memiliki dasar-dasar etikan bisnis yang dipahami

dan dianut bersama sebagai titik tolak dalam menjalankan kemitraan.

2.2.3 Dampak sosial

Definisi otoritatif dari dampak sosial adalah dampak-dampak yang mencakup

semua konsekuensi sosial dan budaya atas suatu kelompok manusia tertentu yang

diakibatkan setiap tindakan publik atau swasta yang mengubah cara-cara bagaimana

orang menjalani kehidupan, bekerja, bermain, berhubungan satu sama lain,

mengupayakan pemenuhan kebutuhan hidup mereka, dan secara umum berupaya

menjadi anggota masyarakat yang layak (Forest trend, 2012). Dampak sosial yang

dimaksudkan dalam penelitian ini dapat diaplikasikan sebagai berikut.

1. Pengertian nilai kearifan lokal

Disebutkan oleh Syarifudin (2007), kearifan lokal merupakan tata nilai atau

perilaku hidup masyarakat lokal dalam berinteraksi dengan lingkungan tempatnya

hidup secara arif. Kearifan lokal tidaklah sama pada tempat dan waktu yang berbeda

dan suku yang berbeda. Perbedaan ini disebabkan oleh tantangan alam dan kebutuhan

hidupnya berbeda-beda, sehingga pengalamannya dalam memenuhi kebutuhan

hidupnya memunculkan berbagai sistem pengetahuan baik yang berhubungan dengan

Page 14: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Monitoring dan Evaluasi 2.1.1 ... 2.pdf · dilakukan dalam program KRPL diantaranya, teknik budidaya tanaman pangan, buah dan sayuran, toga, teknik budidaya

23

lingkungan dan sosial. Untuk melihat dampak sosial dalam masyarakat maka dilihat

melalui dua nilai kearifan lokal yang ada di masyarakat, yaitu menyama braya dan

salulung sabayantaka, paras paros sarpanaya.

a. Menyama braya

Menyama braya mengandung makna persaudaraan dan pengakuan sosial bahwa

kita adalah bersaudara. Sebagai satu kesatuan sosial persaudaraan maka sikap

dan prilaku dalam memandang orang lain sebagai saudara yang patut diajak

bersama dalam suka dan duka.

b. Salunglung sabayantaka, paras-paros sarpanaya

Salunglung sabayantaka, paras-paros sarpanaya yang memiliki makna berat

sama dipikul, ringan sama dijinjit, adalah sutu nilai sosial tentang perlunya

kebersamaan dan kerjasama yang setara antara satu dengan yang lainnya sebagai

satu kesatuan sosial yang saling menghargai dan menghormati (Wisnumurti,

2010).

2. Norma

Norma adalah aturan atau ketentuan yang mengikat warga kelompok dalam

masyarakat dan digunakan sebagai panduan, tatanan, serta kendali tingkah laku yang

sesuai dan diterima masyarakat (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2015). Norma juga

merupakan kriteria bagi orang lain untuk mendukung atau menolak perilaku

seseorang. Norma yang digunakan sebagai patokan didalam melihat dampak sosial

Page 15: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Monitoring dan Evaluasi 2.1.1 ... 2.pdf · dilakukan dalam program KRPL diantaranya, teknik budidaya tanaman pangan, buah dan sayuran, toga, teknik budidaya

24

KWT Tunas Sejahtera meliputi norma agama, norma kesusilaan, dan norma

kesopanan.

a. Norma agama

Menurut Siswoyo (2014), norma agama merupakan peraturan atau petunjuk

hidup yang memuat perintah-perintah, larangan-larangan dan anjuran-anjuran

yang bersumber dari Tuhan. Norma agama bersumber dari Tuhan yang terdapat

dalam kitab suci agama tertentu. Norma agama bertujuan untuk mewujudkan

dituangkan dalam kitab suci. Norma agama mengharuskan kepada umatnya

tatanan kehidupan yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan serta dapat

mewujudkan keimanan dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan firman Tuhan

untuk menjalankan segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya guna

mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

b. Norma Kesusilaan

Norma kesusilaan adalah aturan-aturan hidup tentang tingkah laku yang baik dan

buruk, yang berupa “bisikan-bisikan” atau suara batin yang berasal dari hati

nurani manusia. Berdasar kodrat kemanusiaannya, hati nurani setiap manusia

“menyimpan” potensi nilai-nilai kesusilaan. Tata susila mendorong untuk berbuat

baik, karena hati kecilnya menganggap baik, atau bersumber dari hati nuraninya,

lepas dari hubungan dan pengaruh orang lain (Widjaja, 1985).

c. Norma Kesopanan

Page 16: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Monitoring dan Evaluasi 2.1.1 ... 2.pdf · dilakukan dalam program KRPL diantaranya, teknik budidaya tanaman pangan, buah dan sayuran, toga, teknik budidaya

25

Norma kesopanan adalah aturan hidup bermasyarakat tentang tingkah laku yang

baik dan tidak baik, patut dan tidak patut dilakukan, yang berlaku dalam suatu

lingkungan masyarakat atau komunitas tertentu. Norma ini biasanya bersumber

dari adat istiadat, budaya, atau nilai-nilai masyarakat. Ini sejalan dengan

pendapat Widjaja tentang moral dihubungkan dengan etika, yang membicarakan

tentang tata susila dan tata sopan santun. Tata sopan santun mendorong berbuat

baik, tidak bersumber dari hati nurani, tapi sekedar menghargai orang lain dalam

pergaulan (Widjaja, 1985).

3. Adanya Stratifikasi sosial

Dikemukakan oleh Sorokin (dalam Soekanto, 1990), stratifikasi sosial

merupakan sebagai perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam lapisan kelas-

kelas secara bertingkat (hierarkis) dengan perwujudannya adalah kelas tinggi dan

kelas yang lebih rendah. Ukuran yang biasa dipakai untuk menggolong-golongkan

anggota masyarakat ke dalam suatu lapisan sebagai berikut.

a. Ukuran kekayaan. Seseorang yang memiliki kekayaan paling banyak, termasuk

ke dalam lapisan atas. Kekayaan tersebut, misalnya, dapat dilihat pada bentuk

rumah yang bersangkutan, kendaraan, cara-cara menggunakan pakaian serta

bahan pakaian yang dipakai, kebiasaan untuk berbelanja dan seterusnya.

b. Ukuran kekuasaan. Barangsiapa yang memiliki kekuasaan atau yang mempunyai

wewenang terbesar, menempati lapisan atas.

Page 17: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Monitoring dan Evaluasi 2.1.1 ... 2.pdf · dilakukan dalam program KRPL diantaranya, teknik budidaya tanaman pangan, buah dan sayuran, toga, teknik budidaya

26

c. Ukuran kehormatan. Ukuran kehormatan tersebut mungkin terlepas dari ukuran-

ukuran kekayaan dan/atau kekuasaan. Orang yang paling disegani dan dihormati,

mendapat tempat yang teratas. Ukuran semacam ini, masih banyak dijumpai pada

masyarakat-masyarakat tradisional. Biasanya mereka adalah golongan tua atau

mereka yang pernah berjasa.

d. Ukuran ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan sebagai ukuran, dipakai oleh

masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Akan tetapi ukuran tersebut

kadang-kadang menyebabkan terjadinya akibat-akibat negatif, karena ternyata

bahwa bukan mutu ilmu pengetahuan yang dijadikan ukuran, akan tetapi gelar

kesarjanaannya.

2.4 Pengertian Kelompok Wanita Tani

Pada dasarnya pengertian kelompok wanita tani tidak bisa dilepaskan dari

pengertian kelompok itu sendiri. Kelompok adalah gabungan atau suatu kumpulan

dua orang atau lebih yang berinteraksi untuk mencapai tujuan bersama, dimana

interaksi yang terjadi bersifat tetap dan memiliki struktur tertentu. Maksud struktur

sebuah kelompok adalah susunan dari pola antar hubungan intern yang agak stabil,

yang terdiri atas: (1) suatu rangkaian status-status atau kedudukan-kedudukan para

anggotanya yang hirarkis; (2) persamaan sosial yang berkaitan dengan status-status

itu; (3) unsur-unsur budaya (nilai-nilai, norma-norma, model) yang mempertahankan,

membenarkan dan mengagungkan struktur (Polak, 1976).

Kelompok Wanita Tani adalah kumpulan istri petani atau para wanita yang

Page 18: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Monitoring dan Evaluasi 2.1.1 ... 2.pdf · dilakukan dalam program KRPL diantaranya, teknik budidaya tanaman pangan, buah dan sayuran, toga, teknik budidaya

27

mempunyai aktivitas di bidang pertanian yang tumbuh berdasarkan keakraban,

keserasian, serta kesamaan kepentingan dalam memanfaatkan sumberdaya pertanian

untuk bekerjasama meningkatkan produktivitas usahatani dan kesejahteraan

anggotanya. Departemen Pertanian Republik Indonesia, 1980 (dalam Mardikanto,

1993) kelompok tani diartikan sebagai kumpulan orang-orang tani atau petani, yang

terdiri atas petani dewasa (pria/wanita) maupun petani-taruna (pemuda-pemudi), yang

terikat secara informal dalam suatu wilayah kelompok atas dasar keserasian dan

kebutuhan bersama serta berada di lingkungan pimpinan seorang kontak tani. Dalam

pembangunan sub-sektor pertanian, kelompok tani sebagai berikut.

1. Anggota pengurus kelompok tani pertanian, baik yang merupakan kegiatan

proyek maupun kegiatan pembangunan swadaya.

2. Merupakan pengorganisasian petani yang mengatur kerjasama dan pembagian

tugas anggota atau pengurus dalam kegiatan usaha tani kelompok di hamparan

kebun.

3. Besaran kelompok tani disesuaikan dengan jenis usaha tani dan kondisi di

lapangan, dengan jumlah anggota berkisar 20 sampai dengan 30 orang.

4. Keanggotaan kelompok tani bersifat nonformal.

Disebutkan oleh Perry dan Perry (dalam Rusdi, 1987), beberapa hal yang

menjadi ciri-ciri kelompok adalah (1) ada interaksi anggota yang berlangsung secara

kantinyu untuk waktu yang relatif lama; (2) setiap anggota menyadari bahwa ia

merupakan bagian dari anggota kelompok, dan sebaliknya kelompokpun

mengakuinya sebagai anggota; (3) adanya kesepakatan bersama antar anggota

Page 19: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Monitoring dan Evaluasi 2.1.1 ... 2.pdf · dilakukan dalam program KRPL diantaranya, teknik budidaya tanaman pangan, buah dan sayuran, toga, teknik budidaya

28

mengenai norma-norma yang berlaku, nilai-nilai yang dianut dan tujuan atau

kepentingan yang akan dicapai; (4) adanya struktur dalam kelompok, dalam artian

para anggota mengetahui adanya hubungan-hubungan antar peranan, norma tugas,

hak dan kewajiban yang semuanya tumbuh di dalam kelompok tersebut.

2.5 Pengertian Model Kawasan Rumah Pangan Lestari

Kawasan Rumah Pangan Lestari adalah model pemanfaatan yang diwujudkan

dalam suatu kawasan (kelompok, RT, dusun, desa, dst) dengan menerapkan prinsip

RPL dengan menambahkan intensifikasi pemanfaatan pagar hidup, jalan desa, dan

fasilitas umum lainnya (sekolah, rumah ibadah, dll), lahan terbuka hijau, serta

mengembangkan pengolahan dan pemasaran hasil. Suatu kawasan harus menentukan

komoditas pilihan yang dapat dikembangkan secara komersial dilengkapi dengan

kebun bibit desa. M-KRPL juga merupakan himpunan dari Rumah Pangan Lestari

yaitu rumah tangga dengan prinsip pemanfaatan pekarangan yang ramah lingkungan

dan dirancang untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga, diversivikasi

pangan berbasis sumber daya lokal, pelestarian tanaman pangan untuk masa depan,

serta peningkatan pendapatan yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan

masyarakat. Untuk menjaga keberlajutannya, pemanfaatan pekarangan dalam konsep

Model KRPL dilengkapi dengan kelembagaan Kebun Bibit Desa, unit pengolahan

serta pemasaran untuk penyelamatan hasil yang melimpah. Tujuan pengembangan

Model Kawasan Rumah Pangan Lestari sebagai berikut.

a. Memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga dan masyarakat melalui

optimalisasi pemanfaatan pekarangan secara lestari,

Page 20: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Monitoring dan Evaluasi 2.1.1 ... 2.pdf · dilakukan dalam program KRPL diantaranya, teknik budidaya tanaman pangan, buah dan sayuran, toga, teknik budidaya

29

b. Meningkatkan kemampuan keluarga dan masyarakat dalam pemanfaatan lahan

pekarangan di perkotaan maupun pedesaan untuk budidaya tanaman pangan,

buah, sayuran dan tanaman obat keluarga (toga), pemeliharaan ternak dan ikan,

pengolahan hasil sera pengolahan limbah rumah tangga menjadi kompos,

c. Mengembangkan sumber benih/bibit untuk menjaga keberlanjutan pemanfaatan

pekarangan dan melakukan pelestarian tanaman pangan lokal untuk masa depan,

d. Mengembangkan kegiatan ekonomi produktif keluarga sehingga mampu

meningkatkan kesejahteraan keluarga dan menciptakan lingkungan hijau yang

bersih dan sehat secara mandiri.

Berdasarkan tujuan tersebut, sasaran yang ingin dicapai dari Model KRPL ini

adalah berkembangnya kemampuan keluarga dan masyarakat secara ekonomi dan

sosial dalam memenuhi kebutuhan pangan dan gizi secara lestari, menuju keluarga

dan masyarakat yang sejahtera (Purwati, 2011).

2.6 Kerangka Pemikiran

Penelitian ini menganalisa aspek dampak teknis, ekonomis, dan sosial dalam

keterlibatan KWT Tunas Sejahtera pada program KRPL. Kelompok wanita tani

Tunas Sejahtera merupakan unit yang terlibat langsung dalam program kawasan

rumah pangan lestari. Sebagai unit terdepan KWT Tunas Sejahtera berupaya

mewujudkan ketahanan pangan dan kemandirian pangan yang masih mengalami

banyak tantangan. Konsentrasi pada program KRPL yang dilaksanakan oleh KWT

Tunas Sejahtera yaitu pemenuhan kebutuhan rumah tangga.

Page 21: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Monitoring dan Evaluasi 2.1.1 ... 2.pdf · dilakukan dalam program KRPL diantaranya, teknik budidaya tanaman pangan, buah dan sayuran, toga, teknik budidaya

30

Dampak diartikan sebagai perubahan akhir dalam kondisi kehidupan

kelompok sasaran yang diakibatkan (sepenuhnya atau sebagiannya) oleh para pelaku

program. Dampak muncul ketika program telah berakhir atau terjadi perubahan yang

mempengaruhi para pelakunya. Mengetahui timbulnya dampak sangat penting bagi

sebuah program khususnya pada KWT Tunas Sejahtera. Dampak yang terjadi timbul

pada sebuah program akan membantu para anggota atau pelaku didalamnya untuk

mengadakan sebuah monitoring dan evaluasi sebagai perbaikan dimasa mendatang.

KWT Tunas Sejahtera menerapkan program kawasan rumah pangan lestari

didasari atas pemahaman bahwa kehidupan perkotaan yang memiliki pekarangan

yang sempit perlu memanfaatkan pekarangan yang ramah lingkungan dan dirancang

untuk ketahanan dan kemandirian pangan. Diversifikasi pangan berbasis sumber daya

lokal juga diterapkan sebagai peanekaragaman konsumsi, sehingga dapat menjaga

ketahanan pangan rumah tangga anggota. Namun, setelah kegiatan KWT Tunas

Sejahtera berjalannya selama dua tahun terjadi penurunan jumlah keanggotaan aktif

sebanyak 18 anggota dari 44 anggota yang pada awalnya bergabung. Berdasarkan

permasalahan tesebut maka dilakukannya sebuah kegiatan monitoring dan evaluasi.

Monitoring dan evaluasi dapat dilakukan secara internal (BPTP) dan eksternal

(kalangan umum). Evaluasi secara internal belum dilakukan oleh BPTP, sehingga

mendorong peneliti melakukan penelitian untuk mengevaluasi dampak KRPL setelah

dua tahun berjalan. Dampak yang dilihat dalam penelitian ini terdiri dari aspek teknis,

diantaranya yakni teknis pengembangan KRPL dan kebutuhan KWT pengembang

KRPL, yang ke dua aspek ekonomis yaitu persepsi pendapatan, tabungan, aset, mitra

Page 22: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Monitoring dan Evaluasi 2.1.1 ... 2.pdf · dilakukan dalam program KRPL diantaranya, teknik budidaya tanaman pangan, buah dan sayuran, toga, teknik budidaya

31

usaha, dan yang ketiga aspek sosial dimana indikator yang dipakai adalah nilai,

norma, dan stratifikasi sosial.

Program KRPL adalah tindakan yang merinci sifat hubungan antara beberapa

dampak KRPL dalam rangkaian variabel pokok yang secara bersama-sama

mempengaruhi hasil yang diinginkan. Gabungan atau sintesis dari penemuan-

penemuan ini, diharapkan dapat diperoleh beberapa kesimpulan yang berarti

sehubungan dengan variabel-variabel yang berakibat paling langsung terhadap

keberhasilan akhir atau kegagalan suatu program. Pengukuran variabel evaluasi

dampak dilakukan dengan indikator-indikator yang disebutkan, dianalisis

menggunakan dianalisis menggunakan analisis usahatani untuk mengetahui aspek

ekonomis dari segi pendapatan anggota KRPL selama tiga musim atau 18 bulan, dan

analisis deskripsi kualitatif pada aspek teknis, aspek ekonomis, aspek sosial, sehingga

menghasilkan sebuah simpulan. Hasil dari penelitian tersebut akan dijadikan sebuah

acuan yang kemudian akan direkomendasikan kepada stakeholder dan pelaksana

program kawasan rumah pangan lestari yaitu KWT Tunas Sejahtera. Kerangka

pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Page 23: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Monitoring dan Evaluasi 2.1.1 ... 2.pdf · dilakukan dalam program KRPL diantaranya, teknik budidaya tanaman pangan, buah dan sayuran, toga, teknik budidaya

32

Gambar 2.1

Evaluasi Dampak Program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) Pada Kelompok

Wanita Tani Tunas Sejahtera di Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar.

Keterangan :

: Garis/alur koordinasi

: Garis/alur dasar pemikiran penelitian

KWT Tunas Sejahtera

Eksternal Internal (BPTP)

1. Nilai

2. Norma

3. Stratifikasi sosial

Sosial Ekonomis Teknis

Evaluasi Dampak Program KRPL

1. Persepsi

pendapatan

2. Tabungan

3. Aset

4. Mitra usaha

1. Teknis

pengembangan

KRPL

2. Kebutuhan KWT

pengembang KRPL

Analisis Deskriptif & Analisis

Usahatani

Simpulan

Rekomendasi

Monitoring dan Evaluasi