ii. karakteristik komponen lalu lintas
TRANSCRIPT
Rekayasan Lalu Lintas
Karakteristik Komponen Lalu Lintas
Pecah BanSexy Euoii…
Waaah .. Meledak deh…..
Komponen Lalu Lintas
• Sarana• Pemakai• Prasarana
Sarana
• Jenis Kendaraan Yang digunakan di Indonesia
• Karakteristik Kendaraan :– Karakerisitik Fisik (Dimensi dan Berat)– Unjuk Kerja– Fungsi
Kegunaan Dasar Kendaraan
• Angkutan Pribadi• Angkutan Umum• Angkutan Barang
Dimensi Kendaraan
• Panjang • Lebar• Tinggi• Jarak Sumbu • Radius Putar• Tinggi mata pengemudi
Kategori Kendaraan
Rencana
Dimensi Kendaraan (cm)
Tonjolan (cm)
Radius Putar (cm)
Radius Tonjolan
(cm)Tinggi Lebar Panjang Depan Belakang Minimum Maksimum
Kendaraan Kecil
130 210 580 90 150 420 730 780
Kendaraan Sedang
410 260 1210 210 240 740 1280 1410
Kendaraan Besar
410 260 2100 120 90 290 1400 1370
Dimensi Kendaraan
Unjuk Kerja• Pengereman
– Jarak Pengereman dibatasi oleh koefisien gesek roda dengan permukaan jalan
– Perlambatan normal 1-3 m/det2
– Penghentian darurat mengebabkan perlambatan 6-10 m/det2
• Percepatan– Percepatan diatur oleh hukum Newton– Percepatan mobil sedan : 0,85 – 2,20 m/det2
– Percepatan Mobil Balab : 3,32 – 4,50 m/det2
– Percepatan kendaraan angkutan umum : 0,21 – 0.56 m/det2
• Kecepatan Maximum– Terjadi pada saat kombinasi gaya-gaya penahan
adalah sama dengan besarnya tenaga pendorong, sehingga tidak adalagi gaya percepatan terjadi.
Karakteristik Kendaraan Lainnya
• Biaya Operasional Kendaraan (BOK)– BOK ditentukan oleh
• Konsumsi BBM• Biaya perawatan• Konsumsi Oli• Depresi / penyusutan nilai kendaraan
• Keamanan– Usaha untukmenghidari kecelakaan– Perlindungan terhadap isi kendaraan pada
saat terjadinya kecelakaan
Aspek Keamanan dan Kenselamatan lalu lintas• Penglihatan• Penerangan
Karakteristik Pemakai Jalan• Karakteristik Mental
– Intelengesia– Motivasi– Belajar– Emosi
• Karakteristik Fisik– Penglihatan
• Ketajaman Penglihatan : Kemampuan mata untuk menangkap objek dan memfokuskannya dengan cepat
• Kedalaman Penglihatan :Perkiraan terhadap jarak khususnya perubahan jarak sewaktu kendaraan berjalan
• Bidang Penglihatan– Pendengaran– Perasaan terhadap kestabilan
• Waktu Reaksi
Waktu Reaksi (PIEV)• Presepsi : Informasi diterima mata dan dikirim ke
otak• Identifikasi : otak menerima dan
menginterprestasikan pesan–pesan tersebut• Evaluasi : otak mengevaluasi informasi dan
memutuskan untuk melakukan sesuatu aksi. Jika aksi reflek diperintahkan maka aksi tersebut tidak diputuskan secara sadar.
• Volition : otak mengirimkan keputusan dan tubuh bereaksi secara fisik.
Faktor yang mempengaruhi waktu reaksi
• Umur• Kelelahan• Alkohol dan obat• Penyakit dan cacat tubuh• Cuaca, altitude, ventulasi• Latihan, pendidikan, penindakan
Karaktristik Prasarana
• Prasarana terdiri dari :– Jalan
• Jalan dalam kota• Jalan antar kota
– Pesimpangan– Terminal– Parkir
Penampang Melintang Jalan
Jalan Luar Kota
• Daerah luar Kota memiliki konstrasi penduduk dan intensitas penggunaan lahan yang rendah
• Ciri Jalan Luar Kota;– Disesain untuk kecepatan tinggi dan
perjalanan jarak jauh– Mempunyai jaringan jalan pengumpan
(Feder) dan akses khusus
Jalan Dalam Kota
• Fungsi utama untuk menyediakan akses ke lahan disekitar
Jalan Propinsi Riau
Pola Jaringan Jalan Kota• Linier, pada kota kecil dengan 2 buan jalan utama,
khususnya dibatasi oleh batasan topografi• Radial, Jalan antar kota dibangun dari suatu kota ke kota
lainnya, maka masing-masing kota memiliki sejumlah jalan berarah radial dari pusat kota
• Tributri, adalah pola jaringan jalan pola hirarki yang baiuk yaitu cabang dan ranting
• Kisi-kisi,Pertama kali digunakan bangsa romawi, pola ini sangat mudah diterapkan dan memiliki beberapa keuntungan pada sisi rekayasa lalu lintas
Fungsi dan Hirarki Jalan
• Jalan memiliki 2 fungsi dasar yang saling bertentangan– Untuk menggerakkan volume lalu lintas yang
tinggi secara efisien dan aman– Untuk menyediakan akses bagi lahan
disekitarnya.
Klasifikasi jalan• Klasifikasi jalan menurut jenisnya:
– Jalan umumJalan umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum.
– Jalan khususJalan khusus adalah jalan selain dari jalan umum (yang tidak diperuntukkan bagi lalu lintas umum). Contohnya : - Jalan inspeksi pengairan
• Jalan inspeksi saluran minyak dan gas• Jalan perkebunan• Jalan pertambangan • Jalan kehutanan• Jalan komplek bukan untuk umum• Jalan untuk keperluan pertahan dan keamanan negara.
Jalan khusus yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dinyatakan oleh pengelolanya terbuka untuk lalu lintas umum, maka terhadap ruas jalan dan lalu lintas tersebut berlaku peraturan perundang-undangan tentang jalan dan tentang lalu lintas angkutan jalan raya.
– Jalan TolJalan Tol adalah jalan umum yang kepada para pemakainya dikenakan kewajiban membayar tol. Tol adalah sejumlah uang tertentu yang dibayarkan untuk pemakai jalan tol.
• Klasifikasi jalan menurut pelayanan jasa distribusinya
– Sistem jaringan jalan primer Sistem jaringan jalan primer adalah sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan jasa distribusi untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional dengan semua simpul jasa distribusi yang kemudian berwujud kota.
– Sistem jaringan jalan sekunderSistem jaringan jalan sekunder adalah sisten
jaringan jalan dengan peranan jasa distribusi untuk masyarakat di dalam kota.
• Klasifikasi jalan menurut peranan fungsinya– Jalan arteri
Jalan arteri adalah jalan yang melayani angkutan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi dan jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien.
– Jalan Kolektor Jalan kolektor adalah jalan yang melayani angkutan pengumpulan/pembagian dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi.
– Jalan lokal Jalan lokal adalah jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah dan jalan masuk tidak dibatasi.
Klasifikasi jalan yang diatur oleh PP No. 43 tahun 1993 dan UULLAJ No. 14 tahun 1992
• Pembagian kelas jalan berdasarkan kebutuhan transportasi, pemilihan moda secara tepat dengan pertimbangan keunggulan karakteristik masing-masing moda, perkembangan teknologi kendaraan bermotor, muatan sumbu terberat kendaraan bermotor serta konstruksi jalan.
– Jalan kelas I, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatannya dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan lebih besar dari 10 ton
– Jalan kelas II, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatannya dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan tidak melebihi dari 10 ton.
– Jalan kelas IIIA, yaitu jalan arteri atau kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatannya dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan tidak melebihi dari 8 ton
– Jalan kelas IIIB, yaitu jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatannya dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 12.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan tidak melebihi dari 8 ton
– Jalan kelas IIIC, yaitu jalan lokal yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatannya dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.100 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 9.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan tidak melebihi dari 8 ton.
Kaitan antara sistem jalan primer dengan peranannya.
• Jalan arteri primer menghubungkan kota jenjang kesatu (ibukota propinsi) yang terletak berdampingan atau menghubungkan kota jenjang kesatu dengan kota jenjang kedua.
– Persyaratan jalan arteri primer:• Kecepatan rencana > 60 km/jam• Lebar badan jalan > 8 m• Kapasitas jalan lebih besar dari pada volume lalu lintas rata-rata.• Lalu lintas jarak jauh tidak boleh terganggu oleh lalu lintas ulang-alik, lalu lintas lokal dan kegiatan
lokal.• Jalan masuk dibatasi secara efisien.• Jalan persimpangan dengan pengaturan tertentu tidak mengurangi kecepatan rencana dan kapasitas
jalan.• Tidak terputus walaupun memasuki kota• Tingkat kenyamanan dan keamanan yang dinyatakan dengan indeks permukaan tidak kurang dari 2.• Persyaratan teknis jalan masuk ditetapkan oleh mentri.
• Jalan kolektor primer menghubungkan kota jenjang kedua (ibukota kabupaten) dengan kota jejang kedua atau kota jenjang kedua dengan kota jenjang ketiga (ibukota kecamatan).
– Persyaratan jalan kolektor primer :– Kecepatan rencana > 40 km/jam.– Lebar badan jalan > 7 m.– Kapasitas jalan lebih besar atau sama dengan volume lalu lintas rata-rata.– Jalan masuk dibatasi, direncanakan sehingga tidak mengurangi kecepatan rencana dan
kapasitas– Tidak terputus walaupun masuk kota– Indeks permukaan tidak kurang dari 2
• Jalan lokal primer menghubungkan kota jenjang kesatu dengan persil atau kota jenjang kedua dengan persil, kota jenjang ketiga dengan kota jenjang ketiga, kota jenjang ketiga dengan kota jenjang dibawahnya, kota jenjang ketiga dengan persil atau kota di bawah kota jenjang ketiga sampai persil.– Persyaratan jalan lokal primer :– Kecepatan rencana > 20 km/jam– Lebar badan jalan > 6 m.– Tidak terputus walaupun melalui desa
•
• Yang dimaksud kota jenjang pertama adalah kota yang berperan melayani seluruh satuan wilayah pengembangannya, dengan kemampuan pelayanan jasa yang paling tinggi dalam satuan wilayah pengembangan serta memiliki orientasi keluar
• Yang dimaksud kota jenjang kedua adalah kota yang berperan melayani sebagian dari satuan wilayah pengembangannya, dengan kemampuan pelayanan jasa yang lebih rendah dari kota jenjang pertama dalam satuan wilayah pengembangannya dan terikat jangkauan jasa ke kota jenjang kedua serta memiliki orientasi ke kota jenjang pertama.
• Yang dimaksud kota jenjang ketiga adalah kota yang berperan melayani sebagian dari satuan wilayah pengembangannya, dengan kemampuan pelayanan jasa yang lebih rendah dari kota jenjang kedua dalam satuan wilayah pengembangannya dan terikat jangkauan jasa ke kota jenjang kedua serta memiliki orientasi ke kota jenjang kedua dan kota jenjang pertama.
• Yang dimaksud kota dibawah jenjang ketiga adalah kota yang berperan melayani sebagian dari satuan wilayah pengembangannya, dengan kemampuan pelayanan jasa yang lebih rendah dari kota jenjang ketiga dalam satuan wilayah pengembangannya dan terikat jangkauan jasa dan orientasinya mengikuti prinsip-prinsip di atas.
Kaitan antara sistem jalan sekunder dengan peranannya
• Sistem jaringan jalan sekunder disusun mengikuti ketentuan pengaturan tata ruang kota yang menghubungkan kawasan-kawasan yang mempunyai fungsi primer, fungsi sekunder pertama, fungsi sekunder kedua, fungsi sekunder ketiga dan seterusnya sampai ke perumahan.
• Jalan arteri sekunder menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder pertama atau menghubungkan kawasan sekunder pertama dengan kawasan sekunder pertama atau menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder kedua.
– Persyaratan jalan arteri sekunder :– Kecepatan rencana > 30 km/jam– Lebar badan jalan > 8 m.– Kapasitas sama atau lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata– Lalu lintas cepat tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lambat– Persimpangan dengan pengaturan tertentu, tidak mengurangi
kecepatan dan kapasitas jalan
• Jalan kolektor sekunder menghubungkan kawasan sekunder pertama dengan kawasan sekunder kedua atau kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga.Persyaratan jalan kolektor sekunder :– Kecepatan rencana > 20 km/jam.– Lebar badan jalan > 7 m
• Jalan lokal sekunder menghubungkan kawasan sekunder pertama dengan perumahan, atau kawasan sekunder kedua dengan perumahan atau kawasan sekunder ketiga dan seterusnya dengan perumahan.Persyaratan jalan lokal sekunder :– Kecepatan rencana >10 km/jam.– Lebar badan jalan yang persyaratan tekniknya diperuntukkan
bagi kendaraan roda tiga atau lebih adalah > 5 m.– Lebar badan jalan yang tidak diperuntukkan bagi kendaraan
roda tiga atau lebih adalah > 3,5 m.
• Kawasan adalah wilayah yang ditentukan berdasarkan lingkup pengamatan fungsi tersebut. Wilayah dimaksud sebagai kesatuan geografi beserta segenap unsur yang terkait padanya yang batas dan sistemmnya ditentukan berdasarkan pengamatan administratif dan atau fungsional.
• Kawasan primer adalah kawasan kota yang mempunyai fungsi primer. Fungsi primer adakah fungsi kota dalam hubungannya dengan kedudukan kota sebagai pusat pelayanan jasa bagi kebutuhan pelayanan kota, dan wilayah pengembangannya.
• Kawasan sekunder adalah kawasan kota yang mempunyai fungsi sekunder. Fungsi sekunder sebuah kota dihubungkan dengan pelayanan terhadap warga kota itu sendiriyang lebih berorientasi kedalam jangkauan lokal. Fungsi ini dapat mengandung fungsi yang terkait pada pelayanan jasa yang bersifat pertahanan keamanan .
Tabel 1.1. Hubungan antara hirarki jalan dengan peranan ruas jalan dalam sistim jaringan jalan primer.
KOTA JENJANG I JENJANG II JENJANG III PERSIL
JENJANG I Arteri Arteri - Lokal
JENJANG II Arteri Kolektor Kolektor Lokal
JENJANG III - Kolektor Lokal Lokal
PERSIL Lokal Lokal Lokal Lokal
Tabel 1.2 Hubungan kawasan kota dengan peranan ruas jalan dalam sistim jaringan jalan sekunder
KAWASAN PRIMER I
(F1)
SEKUNDER I
(F21)
SEKUNDER II
(F22)
SEKUNDER III(F23)
PERUMAHAN
PRIMER I (F1) - Arteri - - -
SEKUNDER I (F1) Arteri Arteri Arteri - Lokal
SEKUNDER II (F1) - Arteri Kolektor Kolektor Lokal
SEKUNDER III (F1) - - Kolektor - Lokal
PERUMAHAN - Lokal Lokal Lokal -
KOTAJENJANG
I
KOTAJENJANG
I
KOTAJENJANG
II
KOTAJENJANG
II
KOTAJENJANG
III
KOTAJENJANG
III
KOTADIBAWAHJEJANG
III
PERSIL
JALAN ARETIRIPRIMER
JALAN ARTERI PRIMER
JALAN KOLEKTORPRIMER
JALAN KOLEKTORPRIMER
JALAN LOKALPRIMER
JALANLOKAL
PRIMER
JALAN LOKALPRIMER
JALAN ATERI PRIMER
JALAN KOLEKTORPRIMER
JALANLOKAL
PRIMER
JALANLOKAL
PRIMER
JALANLOKAL
PRIMER
Gambar. 1.1. Sistim Jaringan Jalan Primer.
(Sumber : Bina Marga No. 010/T/BNKT/1990)
F1KAWASANPRIMER
F21KAWASANSEKUNDER
I
PERU-MAHAN
JALAN ATERISEKUNDER (JAS)
JALAN ATERISEKUNDER (JAS)
JALAN ATERISEKUNDER (JAS)
JALAN KOLEKTORSEKUNDER (JKS)
JALAN KOLEKTORSEKUNDER (JKS)
JALAN LOKALSEKUNDER (JLS)
JALAN ATERISEKUNDER (JAS)
JALAN ATERISEKUNDER (JAS)
JALAN LOKALSEKUNDER (JLS)
JALAN LOKALSEKUNDER (JLS)
JALAN LOKALSEKUNDER (JLS)
F21KAWASANSEKUNDER
I
F22KAWASANSEKUNDER
II
F22KAWASANSEKUNDER
II
F23KAWASANSEKUNDER
III
Gambar. 1.2. Sistim Jaringan Jalan Sekunder(Sumber : Bina Marga No. 010/T/BNKT/1990)
Klasifikasi Jalan Berdasarkan Administrasi Pembina Jalan
• Jalan Negara• Jalan Propinsi• Jalan Negara