idulfitritanpakor psipustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2010/09/pikiranrakyat-20100908... ·...

2
Idulfitri tanpa Kor pSI pengirimnya. Memang KPKmengkhawatir- kan parsel "tingkat tinggi" yang isinya bukan hanya makanan dan minuman ringan, tetapi yang nilainya puluhan hingga ratusan juta rupiah. Ukuran parselnya boleh jadi keeil, tetapi isinya bisa BPKB mobil atau kunei rumah atau apartemen. Seharusnya larangan itu bu- kan hanya bagi pejabat BUMN atau pejabat tinggi lainnya, teta- pi juga terlarang bagi seluruh aparat publik yang memiliki oto- ritas kebijakan. Mengapa? Se- bab parsel yang dikirimkan ber- keeenderungan mengarah ke gratifikasi yang dapat memeng- aruhi kebijakan dan pelayanan terhadap masyarakat. Selama ini, sorotan terhadap fenomena parsel yang berkono- tasi gratifikasi selalu berfokus kepada pejabat tinggi atau pe- megang otoritas di level atas. Padahal, di level bawah juga sa- ma-sama menggelisahkan ba- nyak orang. Misalnya orang tua siswa yang prestasi anaknyajeb- lok harus mengirim parsel kepa- da guru kelas anaknya agar pe- ringkat si anak di kelas diharap- kan meningkat. Inijelas merugi- kan murid lain yang peringkat- nya tergeser oleh si anak pem- beri parsel tadi. Parsel juga mungkin dikirimkan oleh maha- siswa yang akan sidang skripsi kepada dosen calon pengujinya. Ada pula anggota masyarakat yang memberikan hadiah kepa- da pegawai di tingkat kelurahan atau kecamatan agar proses pengurusan administrasi menja- di mudah dan cepat. ~----------~------------~--~----~----~--- Oleh ACENG ABDULLAH M ENJELANG Lebar- an tahun ini, sejum- lah badan usaha mi- lik negara (BUMN) dan badan usaha milik daerah (BUMD) memasang iklan di beberapa media massa cetak berisi larang- an pemberian parsel dari siapa pun bagi para pejabatnya. La- rangan ini menyusul imbauan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam upaya meningkat- kan pemerintahan yang bersih dari korupsi, di samping sebagai perwujudan penerapan prinsip good corporate governance. Iklan tersebut ditanggapi beragam oleh masyarakat. Ada yang setuju, ada juga yang me- nyatakan iklan itu hanya imbau- an kosong yang "hangat-hangat tahi ayam", Pasalnya, parsel ma- sa kini sudah semakin canggih bukan sekadar bingkisan Lebar- an konvensional yang dikirim via kurir biasa. Kirim-mengirim bingkisan Lebaran bagi masyarakat kita sejak lama menjadi tradisi. Dulu orang saling mengirim bingkis- an (biasanya makanan) dengan tulus tanpa pamrih. Semua dila- kukan dalam upaya menjalin re- lasi sosial di antara kerabat de- kat. Antropolog Praneis Mareel Mauss melontarkan teori gift exchange atau gift-giving, yaitu masyarakat tradisional yang me- miliki relasi sosial antarwarga yang hangat dan selalu memba- ngun hubungan sosial secarafa- ce-to:face memiliki kebiasaan bertukar bingkisan (gift ex- change) dan memberikan bing- kisan (gift giving). Kebiasaan seperti ini dilangsungkan dalam peristiwa tertentu, seperti hajat- an atau pada hari raya. Namun, dalam masyarakat modem, pengiriman bingkisan atau kado itu maknanya sudah bergeser. Pengiriman kado atau parsel bagi pihak tertentu, khu- susnya bagi pejabat atau penen- tu kebijakan bukan sebatas ucapan selamat tanpa pamrih, justru sebaliknya. Ketulusan mereka mengirim kado menjadi semakin semu. Parsel pun men- jadi simbol komunikasi yang tu- juannya gampang ditebak, ken- dati dalam kartu Lebaran yang ditempelkan pada parsel itu sa- ma sekali tidak menyebutkan embel-embellain selain ucapan selamat Idulfitri dan identitas Kliping Humas Unpad 2010

Upload: lamhanh

Post on 24-May-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Idulfitri tanpa Kor •pSI

pengirimnya.Memang KPKmengkhawatir-

kan parsel "tingkat tinggi" yangisinya bukan hanya makanandan minuman ringan, tetapiyang nilainya puluhan hinggaratusan juta rupiah. Ukuranparselnya boleh jadi keeil, tetapiisinya bisa BPKB mobil ataukunei rumah atau apartemen.

Seharusnya larangan itu bu-kan hanya bagi pejabat BUMNatau pejabat tinggi lainnya, teta-pi juga terlarang bagi seluruhaparat publik yang memiliki oto-ritas kebijakan. Mengapa? Se-bab parsel yang dikirimkan ber-keeenderungan mengarah kegratifikasi yang dapat memeng-aruhi kebijakan dan pelayananterhadap masyarakat.

Selama ini, sorotan terhadapfenomena parsel yang berkono-tasi gratifikasi selalu berfokuskepada pejabat tinggi atau pe-megang otoritas di level atas.Padahal, di level bawah juga sa-ma-sama menggelisahkan ba-nyak orang. Misalnya orang tuasiswa yang prestasi anaknyajeb-lok harus mengirim parsel kepa-da guru kelas anaknya agar pe-ringkat si anak di kelas diharap-kan meningkat. Inijelas merugi-kan murid lain yang peringkat-nya tergeser oleh si anak pem-beri parsel tadi. Parsel jugamungkin dikirimkan oleh maha-siswa yang akan sidang skripsikepada dosen calon pengujinya.Ada pula anggota masyarakatyang memberikan hadiah kepa-da pegawai di tingkat kelurahanatau kecamatan agar prosespengurusan administrasi menja-di mudah dan cepat.~----------~------------~--~----~----~---

Oleh ACENG ABDULLAH

M ENJELANG Lebar-an tahun ini, sejum-lah badan usaha mi-

lik negara (BUMN) dan badanusaha milik daerah (BUMD)memasang iklan di beberapamedia massa cetak berisi larang-an pemberian parsel dari siapapun bagi para pejabatnya. La-rangan ini menyusul imbauanKomisi Pemberantasan Korupsi(KPK) dalam upaya meningkat-kan pemerintahan yang bersihdari korupsi, di samping sebagaiperwujudan penerapan prinsipgood corporate governance.

Iklan tersebut ditanggapiberagam oleh masyarakat. Adayang setuju, ada juga yang me-nyatakan iklan itu hanya imbau-an kosong yang "hangat-hangattahi ayam", Pasalnya, parsel ma-sa kini sudah semakin canggihbukan sekadar bingkisan Lebar-

an konvensional yang dikirimvia kurir biasa.

Kirim-mengirim bingkisanLebaran bagi masyarakat kitasejak lama menjadi tradisi. Duluorang saling mengirim bingkis-an (biasanya makanan) dengantulus tanpa pamrih. Semua dila-kukan dalam upaya menjalin re-lasi sosial di antara kerabat de-kat. Antropolog Praneis MareelMauss melontarkan teori giftexchange atau gift-giving, yaitumasyarakat tradisional yang me-miliki relasi sosial antarwargayang hangat dan selalu memba-ngun hubungan sosial secarafa-ce-to:face memiliki kebiasaanbertukar bingkisan (gift ex-change) dan memberikan bing-kisan (gift giving). Kebiasaanseperti ini dilangsungkan dalamperistiwa tertentu, seperti hajat-an atau pada hari raya.

Namun, dalam masyarakatmodem, pengiriman bingkisanatau kado itu maknanya sudahbergeser. Pengiriman kado atauparsel bagi pihak tertentu, khu-susnya bagi pejabat atau penen-tu kebijakan bukan sebatasucapan selamat tanpa pamrih,justru sebaliknya. Ketulusanmereka mengirim kado menjadisemakin semu. Parsel pun men-jadi simbol komunikasi yang tu-juannya gampang ditebak, ken-dati dalam kartu Lebaran yangditempelkan pada parsel itu sa-ma sekali tidak menyebutkanembel-embellain selain ucapanselamat Idulfitri dan identitas

Kliping Humas Unpad 2010

Bohong besar jika kado, hadi-ah, termasuk parsel tidak berpe--ngaruh sama sekali terhadap ke-bijakan pejabat atau aparat pu-blik. Bukan rahasia umum, ba-wahan yang getol memberi se-suatu kepada atasannya, karier-nya lebih mulus ketimbang pe-gawai yang sama sekali tidakpemah memberikan apa pun.Siswa dan mahasiswa pun nilai-nya meningkat.

Menurut Amich Alhumami(2009), dalam konteks budayanegara patrimonial, pengertiankorupsi sebagai misuse ofpower for personal gains samasekali tidak berlaku. Bahkan, dimasyarakat tertentu ada ang-gapan, mengalokasikan sumberdaya publik kepada keluarga,kerabat, teman, kroni menjadihal yang lumrah karena nilai bu-daya yang berlaku adalah perso-nal/communal patrimony. Disinilah teIjadinya kekaburan an-tara wilayah publik dan wilayahpribadi sehingga korupsi dalampengertian modem untuk kon-teks masyarakat demikian men-jadi relatif sebagaimana relativi-tas budaya di masyarakat yangberbeda ini.

Hadiah ataukado (juga tips) :bisa menimbulkan subjektivitaspejabat publik dan dapat ber-dampak kepada kinerja pega-wai. Aparat biasanya selalumendahulukan orang-orangyang memberikan tips dan me-lalaikan orang yang tidak mem-berikan apa pun. Karena kenya-taan ini, pragmatisme masyara-kat yang akan mengurus admi-nistrasi publik pun muncul, yak-ni selalu memberikan tips ter-

tentu. Akibatnya, aparat hanya".mau'bekerja dengan baik apabi-la mendapatkan tips tambahandari masyarakat.

Karena berdampak negatifterhadap kinerja pegawai,sejumlah perusahaan swasta"mengharamkan" tips bagi pe-gawainya. Beberapa mal ataupusat perbelanjaan juga sudahmenuliskan no tips pada rompipetugas parkimya. Alasannya,kebiasaan ini akan merusak mo-ral pegawai sebab pegawai ha-nya akan bekerja maksimal apa-bila ada pemberian tambahan.

Keberhasilan imbauan KPKterhadap larangan kiriman par-sel terhadap pejabat pemerintahini memang bergantung padamoralitas pejabat. Apalagi apa-bila kebiasaan ini sudah ber-langsung lama. Namun, denganniat ingin menyucikan diri sela- ,ma Ramadan alangkah bijaknyaapabila di hari yang fitri ini tidakdikotori lagi oleh aneka pembe-rian yang sebetulnya memilikimotif tertentu. ***

Penulis, dosen Fikom Un-pad, tengah menyusun diserta-si 8-3 tentang Komunikasi Ko-ryLpsi.~--~~~----------

1