idul fithri sebagai perjalanan spiritual menemui … · berdasarkan hadits di atas, kita lihat...

87
IDUL FITHRI SEBAGAI PERJALANAN SPIRITUAL MENEMUI ALLAH Setiap tanggal 1 Syawal seluruh umat Islam di Indonesia telah merayakan Hari Idul Fithri dengan penuh kegembiraan dan rasa syukur. Hari Raya Idul Fitri merupakan puncak dari seluruh rangkaian proses ibadah selama bulan Ramadhan dimana dalam bulan tersebut kita melakukan ibadah Shaum dengan penuh keimanan kepada Allah SWT. Penetapan Hari Raya Idul Fitri oleh Rasulullah dimaksudkan untuk menggantikan Hari Raya yang biasa dilaksanakan orang-orang Madinah pada waktu itu. Hal ini sesuai dengan Hadits Rasulullah SAW yaitu : ―Jabir ra. Berkata : Rasulullah SAW datang ke Madinah sedangkan bagi penduduk Madinah ada dua hari yang mereka (bermain-main padanya dan merayakannya dengan berbagai permainan). Maka Rasulullah SAW bertanya : ―Apakah hari yang dua ini?‖ penduduk Madinah menjawab : ―Adalah kami dimasa jahiliyah bergembira ria padanya‖. Kemudian Rasulullah SAW bersabda : ―Allah telah menukar dua hari ini dengan lebih baik, yaitu Idul Adha dan Idul Fitri‖. (HR Abu Daud). Berdasarkan hadits di atas, kita lihat betapa pentingnya keberadaan Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam oleh sebab itu penulis mencoba membahas masalah Hakikat Idul Fitri menurut pandangan Ilmu Tasawuf. Pengertian Idul Fitri Mayoritas umat Islam mengartikan Idul Fitri dengan arti ―kembali menjadi suci‖. Pendapat ini didasari oleh sebuah hadits Rasulullah SAW yaitu : ―Barangsiapa yang melaksanakan ibadah Shaum selama satu bulan penuh dengan penuh keimanan kepada Allah maka apabila ia memasuki Idul Fitri ia akan kembali menjadi fitrah seperti bayi (Tiflul) dalam rahim ibunya‖. (HR Bukhari). Menurut penulis pendapat yang mengartikan Idul Fitri dengan ―kembali menjadi suci‖ tidak sepenuhnya benar karena kata ―Fithri‖ apabila diartikan dengan ―Suci‖ tidaklah tepat. Sebab kata ―Suci‖ dalam bahasa Arabnya adalah ―Al Qudus‖ atau ―Subhana‖. Jadi menurut penulis istilah Idul Fitri dapat diartikan sebagai berikut : kata ―Id‖ berarti ―kembali‖ sedangkan kata Fitri‖ berarti ―Pencipta‖ atau ―Ciptaan‖. Dalam bahasa Arab akar kata Fitri berasal dari kata Al Fathir yang bisa berubah menjadi kata Al Fithrah, Al Fathrah atau Al Futhura, sebagai contoh lihat ayat di bawah ini : ―Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, Yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan- Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu‖. (QS Faathir 35 : 1). Berdasarkan uraian di atas maka penulis menyimpulkan bahwa kata ―Idul Fitri‖ mempunyai minimal dua pengertian yaitu : 1. Kembali ke Pencipta 2. Kembali ke awal Penciptaan Dua pengertian Idul Fitri yang dikemukakan oleh penulis seperti tersebut di atas mungkin sangat asing dan juga mengherankan para pembaca. Oleh sebab itu penulis akan mencoba menjelaskan masalah tersebut berdasarkan ayat-ayat dalam Al Qur‘an.

Upload: lelien

Post on 03-Mar-2019

336 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: IDUL FITHRI SEBAGAI PERJALANAN SPIRITUAL MENEMUI … · Berdasarkan hadits di atas, kita lihat betapa pentingnya keberadaan Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam oleh sebab itu penulis

IDUL FITHRI SEBAGAI PERJALANAN SPIRITUAL MENEMUI ALLAH

Setiap tanggal 1 Syawal seluruh umat Islam di Indonesia telah merayakan Hari Idul Fithri dengan

penuh kegembiraan dan rasa syukur. Hari Raya Idul Fitri merupakan puncak dari seluruh rangkaian

proses ibadah selama bulan Ramadhan dimana dalam bulan tersebut kita melakukan ibadah Shaum

dengan penuh keimanan kepada Allah SWT. Penetapan Hari Raya Idul Fitri oleh Rasulullah

dimaksudkan untuk menggantikan Hari Raya yang biasa dilaksanakan orang-orang Madinah pada

waktu itu. Hal ini sesuai dengan Hadits Rasulullah SAW yaitu :

―Jabir ra. Berkata : Rasulullah SAW datang ke Madinah sedangkan bagi penduduk Madinah ada dua

hari yang mereka (bermain-main padanya dan merayakannya dengan berbagai permainan). Maka

Rasulullah SAW bertanya : ―Apakah hari yang dua ini?‖ penduduk Madinah menjawab : ―Adalah kami

dimasa jahiliyah bergembira ria padanya‖. Kemudian Rasulullah SAW bersabda : ―Allah telah menukar

dua hari ini dengan lebih baik, yaitu Idul Adha dan Idul Fitri‖. (HR Abu Daud).

Berdasarkan hadits di atas, kita lihat betapa pentingnya keberadaan Hari Raya Idul Fitri bagi umat

Islam oleh sebab itu penulis mencoba membahas masalah Hakikat Idul Fitri menurut pandangan Ilmu

Tasawuf.

Pengertian Idul Fitri

Mayoritas umat Islam mengartikan Idul Fitri dengan arti ―kembali menjadi suci‖. Pendapat ini didasari

oleh sebuah hadits Rasulullah SAW yaitu :

―Barangsiapa yang melaksanakan ibadah Shaum selama satu bulan penuh dengan penuh keimanan

kepada Allah maka apabila ia memasuki Idul Fitri ia akan kembali menjadi fitrah seperti bayi (Tiflul)

dalam rahim ibunya‖. (HR Bukhari).

Menurut penulis pendapat yang mengartikan Idul Fitri dengan ―kembali menjadi suci‖ tidak

sepenuhnya benar karena kata ―Fithri‖ apabila diartikan dengan ―Suci‖ tidaklah tepat. Sebab kata

―Suci‖ dalam bahasa Arabnya adalah ―Al Qudus‖ atau ―Subhana‖. Jadi menurut penulis istilah Idul

Fitri dapat diartikan sebagai berikut : kata ―Id‖ berarti ―kembali‖ sedangkan kata Fitri‖ berarti

―Pencipta‖ atau ―Ciptaan‖. Dalam bahasa Arab akar kata Fitri berasal dari kata Al Fathir yang bisa

berubah menjadi kata Al Fithrah, Al Fathrah atau Al Futhura, sebagai contoh lihat ayat di bawah ini :

―Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, Yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan

(untuk mengurus berbagai macam urusan) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-

Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu‖. (QS Faathir

35 : 1).

Berdasarkan uraian di atas maka penulis menyimpulkan bahwa kata ―Idul Fitri‖ mempunyai minimal

dua pengertian yaitu :

1. Kembali ke Pencipta

2. Kembali ke awal Penciptaan

Dua pengertian Idul Fitri yang dikemukakan oleh penulis seperti tersebut di atas mungkin sangat

asing dan juga mengherankan para pembaca. Oleh sebab itu penulis akan mencoba menjelaskan

masalah tersebut berdasarkan ayat-ayat dalam Al Qur‘an.

Page 2: IDUL FITHRI SEBAGAI PERJALANAN SPIRITUAL MENEMUI … · Berdasarkan hadits di atas, kita lihat betapa pentingnya keberadaan Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam oleh sebab itu penulis

IDul Fithri Sebagai Proses Ke awal Penciptaan

Menurut ahli tasawuf hakikat manusia dibagi menjadi dua bangunan utama yaitu jasmani dan

bangunan rohani. Bangunan jasmani manusia diciptakan oleh Allah melalui enam proses kejadian

yaitu :

1. Sari pati tanah

2. Nutfah

3. Segumpal darah

4. Segumpal daging

5. Pertumbuhan tulang belulang

6. Pembungkusan tulang belulang dengan daging

7. Peniupan Roh-Ku ke dalam janian

Proses tersebut sesuai dengan firman Allah dalam Al Qur‘an yaitu :

―Sesungguhnya telah Kami ciptakan manusia dari sari pati tanah. Kami jadikan sari pati itu air mani

yang ditempatkan dengan kokoh di tempat yang teguh. Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal

darah, dari segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, Kami jadikan pula tulang-belulang.

Kemudian tulang belulang itu kami bungkus dengan daging‖. (QS Al Mu‘minun 23 : 12 – 14).

―Kemudian Ia menyempurnakan penciptaan-Nya dan Ia tiupkan padanya sebagian dari Roh-Nya dan

Ia jadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan rasa tetapi sedikit sekali kamu bersyukur‖. (QS

As Sajadah 32 : 9).

Berdasarkan firman Allah tersebut dapat diambil suatu kesimpulan bahwa setiap manusia lahir ata

diciptakan pasti akan melalui proses kejadian bayi dalam kandungan yang mendapat tiupan Roh dari

Allah (Roh-Ku).

Berdasarkan penyelidikan para ahli embriologi dapat diketahui fase-fase perkembangan seorang bayi

seorang bayi dala kandungan dan juga keadaan serta cirri-ciri dari bayi tersebut seperti gambar yang

dapat dilihat di halaman berikutnya.

Berdasarkan gambar-gambar tersebut dapat kita amati dan kita ketahui keadaan seorang bayi dalam

kandungan yaitu :

1. Seorang bayi dalam kandungan selalu dibungkus oleh lapisan Amnion yang berisi air ketuban

(Amnion water atau kakang kawah).

Karena seorang bayi berada dalam air ketuban maka sembilan lubang yang ada pada jasmamaninya

secara otomatis tertutup dan tidak berfungsi. Kesembilan lubang itu adalah : dua lubang telinga, dua

lubang mata, dua lubang hidung, satu lubang mulut, satu lubang anus, satu lubang kelamin. Tetapi

ada satu lubang yang ke sepuluh justru terbuka yaitu lubang pusar yang dihubungkan oleh tali

plasenta ke rahim ibu. Tali plasenta ini berfungsi sebagai alat untuk menyalurkan zat-zat makanan

dari rahim ibu kepada bayi tersebut. Dalam bahsa Jawa tali plasenta tersebut dinamakan adik ari-ari.

2. Dengan tertutupnya sembilan lubang yang terdapat pada seorang bayi dalam kandungan rahim

ibu, maka secara otomatis seluruh indera bayi belum berfungsi dengan kata lain bayi pada saat itu

tidak bias melihat, mendengar, berkata-kata, bernafas, serta tidak bias buang air besar maupun air

kecil. Tetapi rohani bayi tersebut pada saat itu sudah befungsi sifat ma‘aninya.

Page 3: IDUL FITHRI SEBAGAI PERJALANAN SPIRITUAL MENEMUI … · Berdasarkan hadits di atas, kita lihat betapa pentingnya keberadaan Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam oleh sebab itu penulis

3. Apa yang dirasakan oleh bayi pada saat berada dalam kandungan rahim ibu, tidak seorangpun

mengetahuinya, kecuali bayi itu sendiri. Sayangnya setiap bayi yang telah tumbuh dewasa tidak

dapat mengingat apa yang telah ia rasakan pada waktu ia berada dalam kandungan rahim ibunya.

Di dalam Al Qur‘an juga dijelaskan bahwa ketika Roh-Ku ditiupkan ke dalam janin bayi ia telah

berjanji kepada Allah SWT. Janji ini dalam bahasa agama disebut Syahadat Awal.

―Dia ingat ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari Sulbi mereka dan Allah

mengambil kesaksian terhadap jiawa mereka seraya berfirman : ―Bukankah Aku ini Tuhanmu?‖

Mereka menjawab : ―Benar, kami menyaksikan bahwa Engkau Tuhan kami ……‖ (QS Al A‘raaf 7 :

172).

Berdasarkan ayat tersebut para ahli tasawuf berpendapat bahwa seorang bayi dalam kandungan

sebenarnya sudah bersyahadah atau telah menyaksikan Wujud Tuhannya dengan mata rohaninya.

Hal dikarenakan sifat ma‘ani dan rohaninya masih berfungsi dengan baik, belum terpengaruh oleh

hawa nafsu yang berada pada jasadnya. Sehingga seorang bayi yang masih berada dalam kandungan

dapat dikategorikan masih suci baik lahir maupun batin. Tetapi sayangnya bayi tersebut belum

mampu mengingat apa yang dirasakan dan dialaminya saat itu karena daya ingat akalnya belum

berfungsi. Para ahli tasawuf mengatakan bahwa bayi dalam kandungan ibu sedang melakukan suatu

Laku Islam Yang Sejati yaitu laku Musyahadah kepada Allah dengan berserah diri secara total kepada

Allah SWT. Falsafah Jawa menyebut keadaan tersebut dengan istilah ―mati Dalam Hidup‖ di alam

suwung.

Idul Dithri Sebagai Proses Kembali Ke Pencipta

Setelah seorang bayi dalam kandungan telah cukup bulannya yaitu selama kurang lebih sembilan

bulan berada dalam kandungan maka ia secara otomatis akan dilahirkan kea lam dunia ini oleh

ibunya, inilah yang disebut dengan hari kelahiran seorang bayi, yang diistilahkan dalam dunia

kedokteran dengan istilah ―Natal‖, sedang keadaan bayi dalam kandungan disebut masa ―Pre Natal‖.

Setelah bayi lahir ke dunia sampai berusia lima tahun ia masih dikategorikan seorang manusia yang

masih ―suci‖ karena pengaruh-pengaruh hawa nafsunya belumlah berdampak negative terhadap

kesucian rohaninya.

Tetapi ketika seorang manusia memasuki usia akil baligh sampai ia dewasa dan lanjut usia, maka

mulailah lingkungan duniawi dan hawa nafsunya mempengaruhi kebersihan rohaninya, hal ini

dikarenakan beberapa hal yaitu :

1. Ktika seorang bayi dilahirkan pertama kalinya dari rahim seseorang maka secara ototmatis

kesembilan lubang yang terdapat pada jasmaninya mulai terbuka dan berinteraksi dengan hawa

dunia tetapi selama masa balita alat-alat inderawinya masih sangat selektif dalam menerima

rangsangan duniawi sehingga lingkungan dunianya belum berdampak terhadap perkembangan

kapasitas rohanin

2. Ketika memasuki usia akil baligh dan usia selanjutnya mulailah lingkungan dunia dan hawa

nafsunya memberikan dampak negative. Tetapi setiap manusia telah dibekali oleh Allah perlengkapan

yang lengkap baik yang lahir maupun yang batin, yaitu Jasad yang sempurna berikut

perlengkapannya yaitu Panca Indera yang terdiri dari : Penglihatan, pendengaran,

pengecapan/pengucapan, penciuman, serta rasa jasmani. Empat indera tersebut semuanya berada di

Page 4: IDUL FITHRI SEBAGAI PERJALANAN SPIRITUAL MENEMUI … · Berdasarkan hadits di atas, kita lihat betapa pentingnya keberadaan Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam oleh sebab itu penulis

kepala manusia sedang rasa jasmani tersebar di seluruh tubuh. Selain itu manusia juga dilengkapi

oleh akal yang berpusat di kepala yang merupakan perpaduan antara Cipta, Rasa dan Karsa (Fikir,

Qalbu, dan Kehendak). Sedangkan perlengkapan yang paling tinggi nilainya adalah Roh yang berasal

dari Allah yang telah ditiupkan oleh Allah ketika bayi berusia kurang lebih tiga bulan. Roh manusia ini

mempunyai wujud, cirri-ciri, kemampuan, dan kelebihan yang berbeda-beda dengan sifat jasmaninya.

Semua perlengkapan yang telah diberikan oleh Allah kepada setiap manusia dimaksudkan agar

manusia dapat menjalankan fungsinya sebagai utusan Allah atau Khalifah Allah di muka bumi tetapi

sayangnya mayoritas manusia tidak dapat mengemban tugas tersebut bahkan yang lebih parah lagi

kebanyakan manusia itu terbelit dengan hawa nafsunya dan dunianya sehingga lupa terhadap

tugasnya, lupa terhadap Tuhannya, lupa terhadap syahadatnya, dan lupa terhadap asalnya. Dengan

kata lain pada saat itu manusia buta mata hatinya terhadap Tuhannya dan tidak mengenal Asalnya

yati Allah SWT.

Padahal suatu saat setiap manusia akan mengalami kematian dan rohnya harus kembali kepada yang

meniupkannya. Oleh sebab itu Allah memberitahukan kepada setiap manusia agar ia mencari

Kampung Akhirat (kampong asalnya) dan juga harus berusaha mengenal dan menemui Allah

(Liqa‘Allah) ketika ia masih berasa dan hidup di aats bumi.

Dan carilah dengan apa yang telah Allah anugerahkan kepadamu, kampong Akhirat dan janganlah

kamu lupakan bagimu di dunia dan berbuat baiklah……‖ (QS Al Qashash 28 : 77).

―Hai manusia! Sesungguhnya engkau harus berusaha dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu,

hingga engkau menemuiNya‖. (QS Al Insyiqaaq 84 : 6)

Berdasarkan ayat tersebut, Allah memerintahkan agar manusia berusaha untuk kembali menemui

Allah agar nantinya ketika wafat Rohnya dapat kembali ke asalnya yaitu Allah. Kembalinya seorang

manusia kepada Allah sebagai Al Fathir, hal ini disebut dengan istilah Idul Fithri (Id = kembali, Fithri

= Pencipta).

Proses kembalinya seorang manusia ke Pencipta dikiaskan dengan bahasa symbol sebagaimana awal

mula kejadian manusia (yaitu keadaan seperti bayi dalam kandungan). Hal ini sesuai dengan firman

Allah dalam Al Qur‘an yaitu :

―Dan sesungguhnya kamu dating kepada Kami sendirian sebagaimana kami ciptakan kamu pada

mulanya (awal penciptaan)….‖ (QS Al An‘am 6 : 94).

―Kamu akan kembali menemui-Nya, sebagaimana Ia menciptakan pada mulanya (bayi dalam

kandungan)‖. (QS Al A‘raaf 7 : 29).

Berdasarkan ayat-ayat tersebut setiap manusia akan kembali menemui Sang Pencipta (Al Fathir)

sebagaimana ia diciptakan pada mulanya yaitu seorang bayi. Tetapi kata ―bayi‖ di ayat tersebut

bukanlah arti yang sesungguhnya melainkan kata mutasyabihat (symbol) yang maksudnya adalah

setiap manusia yang ingin kembali menemui Sang Pencipta (Idul Fithri) maka ia harus melakukan

suatu laku seperti seorang bayi dalam kandungan. Para ahli tasawuf menamakan laku tersebut

dengan istilah Shaum Khawasul Khawas menjadi Bayi Ma‘ani. Untuk mengetahui cara atau metode

bertemu kembali dengan Sang Maha Pencipta (Idul Fithri), para pembaca dapat bertanya kepada

Guru Mursyid atau juga membaca buku lain dari penulis yang berjudul KUNCI MEMAHAMI ILMU

MA‘RIFAT. Tetapi sebelum membaca buku tersebut sebaiknya para pembaca merenungkan ayat-ayat

Al Qur‘an dan hadits Rasulullah SAW di bawah ini :

Page 5: IDUL FITHRI SEBAGAI PERJALANAN SPIRITUAL MENEMUI … · Berdasarkan hadits di atas, kita lihat betapa pentingnya keberadaan Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam oleh sebab itu penulis

―hai orang-orang yang BERIMAN, telah ditulis PUASA atas kamu sebagaimana telah ditulis PUASA

atas orang-orang beriman sebelum kamu, agar kamu bertambah TAQWA‖. QS Al Baqarah 2 : 183).

―…. Dan berpuasa itu lebih baik bagi kamu, JIKA KAMU MENGETAHUI‖ (QS Al Baqarah 2 : 184)

―…. Dan hendaknya kamu MENYEMPURNAKAN BILANGAN BULAN ITU dan juga kamu hendaknya

MENGAGUNGKAN ALLAH ATAS PETUNJUK-NYA ITU YANG TELAH DIBERIKAN KEPADAMU, supaya

kamu BERSYUKUR‖. (QS Al Baqarah : 185)

―Jika engkau ru‘yah Hilal atau menyaksikan Bulan maka berpuasalah‖. (Hadits)

―…… hendaklah kamu juga MENUTUP PANDANGANMU/PENGLIHATANMU‖. (QS An Nuur 24 : 30).

―Kami TUTUP JUGA PENDENGARAN MEREKA beberapa lama di dalam GUA‖. (QS Al Kahfi 18 : 11).

―Dan sesungguhnya kalau Kami memerintahkan kepada mereka : ―Bunuhlah ANFUSMU atau keluarlah

dari RUMAHMU (dirimu)!‖, niscaya mereka tidak akan melakukannya kecuali sebagian kecil dari

mereka. Dan sesungguhnya kalau mereka MELAKSANAKAN pelajaran yang diberikan kepada mereka,

tentulah hal yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan iman mereka, dan kalau

demikian pasti Kami berikan kepada mereka KARUNIA YANG BESAR DARI SISI KAMI‖. (QD An Nisaa

4 : 66-67).

―Ya itu kamu akan menyaksikan SINAR MATAHARI terbit dari sebelah kanan GUA dan terbenam di

sebelah kiri GUA, sedangkan mereka ketika itu berada di TEMPAT YANG LUAS dalam Gua tersebut

…..‖ (QS Al Kahfi 18 : 17).

―Sambil mereka berkata : ―Ya Tuhan kami, SEMPURNAKANLAH BAGI KAMI CAHAYA KAMI dan

ampunilah kami, sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu‖. (QS At Tahrim 66 :

Dan kamu mengira mereka itu sadar padahal mereka itu tidak sadar dan Kami balik-balikkan mereka

ke kanan dank e kiri, SEDANGKAN ANJING MEREKA MENJULURKAN KEDUA LENGANNYA KE MUKA

PINTU GUA. Dan jika kamu menyaksikan mereka tentulah kalian akan berpaling dari mereka dengan

melarikan diri dan tentulah hati kamu akan dipenuhi ketakutan (tanda Tanya) terhadap mereka‖. (QS

Al Kahfi 18 : 18)

―Puasa adalah milikKu dan Aku yang paling berhak memberikan ganjaran untuknya‖. (Al Shawm li

wa-ana ajabihi) (Hadits Qudsi).

―Apabila engkau berpuasa, hendaklah telingamu berpuasa dan juga matamu, lidahmu, dan mulutmu,

tanganmu, dan setiap anggota tubuhmua‖. (Hadits).

―Banyak orang berpuasa, hendaknya telingamu berpuasa dan juga matamu, lidahmu dan mulutmu,

tanganmu dan setiap anggota tubuhmu‖. (Hadits).

―Banyak orang yang berpuasa tetapi tidak memperoleh kebaikan dari puasanya kecuali lapar dan

haus‖. (Hadits).

―Buatlah perut-perutmu lapar dan hati-hatimu haus dan badanmu telanjang, mudah-mudahan mata

hati kalian bias melihat Allah di dunia ini‖ (Hadits).

Page 6: IDUL FITHRI SEBAGAI PERJALANAN SPIRITUAL MENEMUI … · Berdasarkan hadits di atas, kita lihat betapa pentingnya keberadaan Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam oleh sebab itu penulis

Seorang sufi bernama Al Hujwiri dalam bukunya yang berjudul KASYFUL MAHJUB meriwayatkan :

―Aku bermimpi bertemu dengan Rasulullah SAW dan memohon kepada beliau untuk memberikan

nasehat kepadaku, dan beliau menjawab : ―Tahanlan lidahmu dan tutuplah indera-inderamu‖.

―Tatkala aku berada di sisi Rasululullah SAW tiba-tiba beliau bertanya ―Adakah orang asing diantara

kamu? Lantas beliau bersabda : ―Angkat tangan kamu dan memerintahkan agar menutup Pintu‖. (HR

Al Hakim dari Ya‘la bin Syidad).

Rasulullah SAW bersabda : ―Lishaimi farhatthani, farhatun‘ indal ifthari, wa farhatun‘indal liqa‘rabihi‖.

Artinya : bagi orang yang berpuasa pada saat kegembiraan, pertama di saat berbuka dan kedua

disaat bertemu Tuhannya. Hadits).

Hai manusia! Sesungguhnya kamu harus berusaha dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu,

hingga kamu menemui-Nya‖. (QS Al Insyiqaaq 84 : 64).

―Dan sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah suri tauladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang-

orang yang mengharapkan menemui Allah (liman kaana yarjuloha)…‖ (QS Al Ahzab 33 : 21).

‗Barangsiapa yang mengharapkan bertemu dengan Allah, maka suatu saat waktu yang dijanjikan

Allah akan tiba‖. (QS Al Ankabuut 29 : 5).

―Barangsiapa yang bertemu dengan Allah, maka ia harus melakukan amal yang benar….‖ (QS Al Kahfi

18 : 110).

―… (yaitu) bunuhlah nafs-mu dan keluarlah dari rumahmu (anfus-mu) ani aqtuluu anfusakum

awiakhrujuu min diyaarikum)…‖ (QS An Nisaa‘ 4 : 66).

―… barang siapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah menuju Allah dan Rasul-Nya…‖ (QS

An Nisaa 4 : 1100).

―…maka masuklah ke dalam Qua, niscaya Tuhanmu akan melimpahkan Rahmat-Nya kepadamu dan

menyediakan sesuatu yang bermanfaat bagimu dalam urusan kamu, yaitu kamu akan melihat Cahaya

MATAHARI bersinar dari sebelah kanan di dalam Gua, dan tenggelam di sebelah kiri kamu beada di

tempat Yang luas dalam Gua tersebut

Page 7: IDUL FITHRI SEBAGAI PERJALANAN SPIRITUAL MENEMUI … · Berdasarkan hadits di atas, kita lihat betapa pentingnya keberadaan Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam oleh sebab itu penulis

Mursyid itu SATU.

Pada hakikatnya Guru Mursyid itu SATU, karena memang ―isi‖ nya adalah sama yaitu Kalimah Allah

Yang Maha Esa. Setiap Guru Mursyid membawa kebenaran dari Rasulullah SAW, menyebarkan Tauhid

yang murni agar manusia tidak hanyut dalam kemusyrikan, inilah inti utama dakwah dari Guru

Mursyid.

Saya tidak pernah menulis nama Guru dalam setiap tulisan dan hanya menyingkat dengan ―Guru

Sufi‖ karena saya ingin sahabat semua menganggap Guru saya adalah guru anda juga dan Guru anda

adalah Guru saya juga, kita menyebut Beliau sebagai Guru Sufi. Kalau kebetulan sifat-sifat Guru Sufi

yang saya ceritakan mendekati dengan Guru anda, bisa jadi kita satu Guru dan kalaupun secara fisik

Guru kita berbeda tapi pada hakikatnya adalah sama karena karena isi dada dari Guru Mursyid adalah

Nur Allah.

Seorang murid harus fokus kepada Gurunya agar bisa mendapat pelajaran-pelajaran hakikat yang

berharga, mendapat kelimpahan ilmu yang menuntun murid kepada kebenaran. Walaupun pada

akhirnya tujuan dari berguru bukanlah mencari ilmu, mencari kehebatan atau kekeramatan, tujuan

semata hanyalah mencari Ridho-Nya.

Suatu hari saya menceritakan mimpi kepada Guru saya. Dalam mimpi tersebut Guru dari Guru saya

berpesan bahwa segala ilmu telah ditumpahkan kepada Guru saya dan Guru saya adalah gudang

segala ilmu. Ketika saya selesai cerita, Guru saya berkata, ―Bagus mimpimu itu, dan satu hal yang

harus kau ingat bahwa berguru itu bukan untuk mencari ilmu, tapi mencari Tilik kasih-Nya‖.

Saya bertanya, ―Apa itu tilik kasih-Nya itu Guru?‖

―Kasih sayang dan Rahmat Allah yang tercurahkan lewat Seorang Guru, itulah bekal yang hakiki dan

paling berharga bagi seorang murid‖ jawab Guru.

―Kamu tahu kenapa Guru saya mengatakan semua ilmu ada pada Gurumu ini?‖

―Tidak tahu Guru‖.

―Karena selama saya berguru sampai Beliau berlindung kehadirat Allah, saya tidak pernah mencari

ilmu, tidak pernah mengharapkan harta dan tidak pernah mengharapkan kekeramatan, yang saya

inginkan hanyalah Guru semata‖ Kata Guru.

Kemudian Beliau melanjutkan, ―Kalau Guru sakit, saya berharap Tuhan mau memindahkan penyakit

tersebut kepada saya, biarlah saya yang sakit dan Guru tetap sehat. Kalau Guru susah saya berdoa

agar Tuhan memindahkan kesusahan tersebut kepada saya, biarlah saya yang menanggung

kesusahan dan Guru tetap bahagia‖. Saya melihat Guru menangis ketika mengucapkan kata-kata

tersebut.

―Para Sahabat Nabi itu orang-orang pilihan, mereka mengorbankan apapun untuk Nabi bahkan

nyawapun diberikan andai itu diperlukan‖ kata Guru.

―Maka…dalam berguru kamu jangan pernah mencari ilmu, mengharapkan kehebatan, kalau kamu

benar-benar mencintai Gurumu maka Allah akan mencintai kamu dan seluruh alam akan

mencintaimu‖.

Page 8: IDUL FITHRI SEBAGAI PERJALANAN SPIRITUAL MENEMUI … · Berdasarkan hadits di atas, kita lihat betapa pentingnya keberadaan Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam oleh sebab itu penulis

Nasehat-nasehat yang sudah lama sekali saya dengar dari Guru rasanya seperti baru saja Beliau

ucapkan, hangatnya masih terasa. Begitulah seorang Guru Mursyid salah satu ciri khas nya adalah

apabila memberikan pengajaran akan berbekas di hati murid dan murid akan berubah menjadi baik.

Seorang Guru pasti memberikan pelajaran yang baik, tidak terkecuali Guru saya dan Guru anda. Para

Guru adalah orang-orang yang dikirim oleh Allah SWT untuk meneruskan dakwah Rasulullah saw

menjadikan Islam sebagai rahmat bagi seluruh Alam. Tentu setiap Guru mempunyai kapasitas yang

berbeda antara satu sama lain. Ada Guru yang mempunyai murid banyak ada yang sedikit, ada yang

khusus untuk satu daerah ada yang tersebar di seluruh dunia.

Ibarat matahari, dia adalah tunggal, tapi bisa dilhat dan dirasakan diseluruh dunia sesuai dengan

kapasitas masing-masing. Ada yang melihat matahari lewat atap rumah yang bocor berbentuk

persegi empat, maka matahari itu berbentuk per segi empat, ada yang melihat dari lubang segitiga

maka cahaya matahari itu berbentuk segitiga juga, sesuai dengan wadah yang dilewatinya. Begitu

juga dengan Cahaya Allah, dia akan melewati wadah yang berbeda untuk bisa menerangi seluruh

alam tapi pada hakikatnya adalah satu.

Ibarat listrik, untuk bisa menerima arus listrik harus melewati kabel, dengan bentuk dan ukuran yang

berbeda. Ada yang berukuran besar, ada pula yang kecil bahkan ada yang sangat kecil, tapi

semuanya mempunyai isi yang sama yaitu listrik. Kabel besar akan bisa menyambung dan membagi

listrik kepada kabel kecil, dan dengan bantuan lampu bisa menerangi jumlah yang banyak sedangkan

kabel kecil hanya bisa dipakai beberapa bola lampu saja. Walau pun kawatnya banyak, kebalnya

ribuan kilometer tapi tidak menghilangkan isi nya selagi kabel terebut masih tersambung dengan

pembangkit listrik. Begitulah hakikat dari Mursyid yang wadahnya berbeda tapi isinya sama, karena

itu hakikat dari Mursyid adalah SATU.

Guru Mursyid yang mana paling hebat? Pertanyaan itu tidak akan pernah bisa terjawab, tergantung

kepada siapa anda bertanya. Para murid akan menganggap Gurunya paling hebat. Dari pada sibuk

mempertandingkan Guru Mursyid lebih baik kita bertanya dalam hati, sudahkah kita menjadi murid

yang baik? Bukankah Guru Mursyid itu adalah murid yang shiddiq dari Gurunya? Lalu kenapa kita

fokus kepada pertandingan Guru Mursyid yang bukan wilayah kita, kenapa kita tidak fokus bagaimana

menjadi murid yang baik saja. Kalau engkau mengatakan Guru mu hebat maka engkau harus bisa

membuktikan dengan kehebatan dirimu agar orang lain bisa yakin. Tapi kalau engkau mengatakan

Guru mu hebat disaat yang sama engkau rendahkan guru orang lain maka itu sama dengan engkau

merendahkan guru mu sendiri.

Dari pada mempermasalahkan siapa Guru Mursyid yang hebat dan itu adalah hak perogatif Allah, Dia

yang mengetahui siapa Wali-Nya yang utama, lebih baik kita belajar menjadi murid yang baik dan

menjadi hamba yang baik. Seperti ucapan dari Syekh Muda Wali di awal tulisan ini, ―Guru mu itu

adalah Guruku juga‖ sangat bagus dijadikan dasar untuk menguatkan persaudaraan diantara sesame

pengamal tarekat khususnya dan ummat Islam pada umumnya. Bagi saya Guru anda adalah Guru

saya juga karena Guru Sejati itu bukanlah manusia, Guru Sejati adalah Allah Ta‘ala yang menjadi

Maha Guru dari Segala Maha Guru.

Mengakhiri tulisan ini, kita semua berharap di bulan penuh berkah ini Allah berkenan melimpahkan

karunia-Nya kepada kita semua, menerangi hati kita, menjadikan kita murid yang baik da Semoga

Allah senantiasa menuntun kita kepada jalan-Nya yang lurus dan benar, Amin ya Rabbal ‗Alamin

Page 9: IDUL FITHRI SEBAGAI PERJALANAN SPIRITUAL MENEMUI … · Berdasarkan hadits di atas, kita lihat betapa pentingnya keberadaan Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam oleh sebab itu penulis

Al Hikam : Sembahyang yang mensucikan Hati

Sembahyang apabila betul-betul kita mendirikannya, maka hakikat

sembahyang itu akan timbul nyata bagi yang mengerjakannya. Bagaimana hakikat-hakikat

sembahyang yang betul-betul dikerjakan itu? Maka yang mulia Imam Ibnu Athaillah Askandary

berkata dalam Kalam Hikmahnya sebagai berikut:

"Sembahyang mensucikan buat semua hati manusia dari segala kotoran-kotoran dosa, dan

membukakan baginya segala pintu yang ghaib (tersembunyi)."

Kejelasan dari Kalam Hikmah di atas adalah sebagai berikut:

I. Bahwa hakikat sembahyang itu apabila dikerjakan dengan betul, baik dan sempurna, maka

sembahyang itu akan mensucikan hati kita dari segala macam kotoran, dan akan mensucikan pula

dari segala sifat yang menjauhkan hati dari melihat Allah s.w.t. dengan segala kebesaranNya.

Betapa tidak, sebab Rasulullah s.a.w. telah bersabda dalam Hadis riwayat Muslim sebagai berikut:

"Perumpamaan shalat yang lima itu laksana sebuah sungai yang tawar airnya, di mana sungai itu

meluap-meluap di pintu salah seorang yang mandi didalammnya tiap-tiap hari sebanyak lima kali.

Apakah pendapatmu tentang orang tersebut? Apakah masih ada daki-daki di badannya? Mereka

menjawab:

Tidak ada sesuatupun (ya Rasulullah). Sabda Rasulullah s.a.w. : Sesungguhnya

shalat yang lima itu dapat menghilangkan dosa-dosa sebagaimana air yang

dapat menghilangkan segala kotoran."

Hadis ini menggambarkan dengan sembahyang yang dikerjakan dengan sebaik-baiknya, maka

pastilah hati kita suci pula dari segala kotoran-kotorannya. Sebab segala ucapan dan bacaan-bacaan

yang kita baca dalam sembahyang tentu sekali mendekatkan hati dan perasaan kita kepada yang

Maha Kuasa, yaitu Allah s.w.t. Karena itu pelajarilah dan dalamilah bacaan-bacaan yang kita baca

dalam sembahyang terdapat pada setiap gerak perbuatan kita itu. I. Sembahyang juga merupakan

kunci pembuka pintu-pintu segala yang ghaib berupa ilmu-ilmu ladunni, yakni ilmu-ilmu yang

bersumber dari keimanan dan keyakinan. Ilmu-ilmu itu merupakan rahasia yang datang dari Allah

s.w.t.

Jadi apabila segala dosa sudah dapat dibersihkan dengan shalat, maka ia akan

menimbulkan hati yang suci bersih, dan akan terbukalah pintu hati untuk menerima rahasia-rahasia

ketuhanan. Sebab hakikat shalat berarti sebagai jalan untuk mendapatkan atau untuk memperoleh

ilmu-ilmu makrifat yang terkandung dalam hakikat Tauhid yang laksana laut yang sangat dalam yang

tak ada pantainya. Oleh sebab itulah dalam satu Hadis dimana Imam Ghazali telah menuliskan dalam

kitabnya Ihya' Ulumuddin, sabda Rasulullah s.a.w. sebagi berikut:

"Tiada sesuatu yang diwajibkan Allah kepada makhlukNya sesudah Tauhid yang lebih menyukakan

kepadaNya selain daripada shalat. Andainya jikalau ada sesuatu yang lain (selain shalat), yang lebih

menyukakan kepadaNya niscaya para Malaikat telah terlebih dahulu beribadat dengan sesuatu itu.

Kepada para Malaikat itu sebagian dari mereka ada yang rukuk saja, sebagian yang lain ada yang

sujud saja, dan sebagian yang lain lagi ada yang berdiri saja dan ada yang duduk saja."

Hadis ini terang dan jelas menunjukkan bagaimana mulianya shalat setelah Tauhid di sisi Allah s.w.t.

Sebab dalam Hadis ini Rasulullah telah menjelaskan ibadat-ibadat para Malaikat pada umumnya

disibukkan dengan sembahyang. Sama ada mereka itu sebagiannya yang pada rupanya rukuk saja,

atau sujud saja, atau berdiri saja, atau duduk saja. Tetapi semua perbuatan mereka ini adalah

Page 10: IDUL FITHRI SEBAGAI PERJALANAN SPIRITUAL MENEMUI … · Berdasarkan hadits di atas, kita lihat betapa pentingnya keberadaan Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam oleh sebab itu penulis

merupakan cara khas dari sembahyangnya para Malaikat Allah s.w.t.

Jadi apabila kita rajin sembahyang, rajin serta tekun dan mengerjakannya dengan sesungguh hati,

baik, serius dan sempurna, maka sembahyang adalah jalan untuk menerangkan hati kita dalam

menerima ilmu-ilmu pengetahuan. Sebab apabila sembahyang yang demikian yang mana kita tidak

pernah lupa mengerjakannya sebagai perintah Allah s.w.t., di samping itu kitapun selalu pula

mengerjakan sembahyang-sembahyang sunnat, maka bertambah dekatlah hubungan kita dengan

Allah. Dengan bertambah dekatnya hubungan kita kepada Allah, berarti tercapailah maksud dan cita-

cita kita dengan kehendak-Nya,

dan dengan kasih sayangNya. Karena itu yakinlah dan jangan ragu-ragu lagi,

bahwa di samping sembahyang itu mempunyai banyak faedahnya sebagai tersebut

di atas, juga ada hikmatnya untuk memudahkan mencapai rezeki-rezeki yang

halal dari Allah s.w.t. Artinya usaha kita dalam mencapai rezeki-rezeki itu

akan dimudahkan Allah dan diberkati oleh-Nya apabila kita rajin

bersembahyang. Yakni biarlah sembahyang yang kita kerjakan itu baik lagi

sempurna, pula dengan terarahnya hati kita kepada Allah s.w.t. Itulah

sebabnya maka Al-Ghazali menukikkan sabda Nabi Muhammad s.a.w. di mana Nabi

telah bersabda sebagai berikut:

"Wahai Abu Hurairah! Perintahkanlah keluarga anda dengan mengerjakan sembahyang, karena

bahwasanya Allah akan mendatangkan kepada anda rezekiNya dari (sumber-sumber dan jalan-jalan)

di luar dugaan anda."

Hadis ini dan Hadis-Hadis sebelumnya adalah menggambarkan kelebihan sembahyang. Itulah

sebabnya maka sebagian Ulama menyamakan antara orang yang sembahyang dengan pedagang.

Mereka berkata: "Orang yang mengerjakan shalat adalah umpama saudagar yang tidak memperoleh

keuntungan sebelum pokoknya betul-betul bersih dan kembali."

Jadi apabila pokok perdagangan tidak rugi sepeserpun berarti perdagangan itu telah beruntung,

apalagi jika memang untung dan labanya terlihat pula dengan nyata. Alangkah bahagianya orang

yang sembahyang di mana lahir dan batinnya turut bersembahyang sama menghadap Allah s.w.t.

Insya Allah segala faedah dan nikmat di atas akan diperolehnya dengan izin Allah. Itulah kesimpulan

yang jelas dan terang dari Kalam Hikmah ini.

Page 11: IDUL FITHRI SEBAGAI PERJALANAN SPIRITUAL MENEMUI … · Berdasarkan hadits di atas, kita lihat betapa pentingnya keberadaan Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam oleh sebab itu penulis

Sifat Ruh

Allah Yang Maha Suci dengan sengaja menciptakan ruh yang menjadi sumber kehidupan seluruh

makhluk-Nya dari dunia hingga akhirat. Dan pada hakikatnya seluruh ciptaan-Nya tersebut ―Hidup‖

karena tidaklah Ia menciptakan suatu makhluk melainkan padanya ada ruh yang meliputinya.

Termasuk langit dan bumi beserta isi antara keduanya pun punya ruh. Allah Yang Hidup adalah Dzat

pemberi hidup dan kehidupan pada seluruh makhluk bangsa ruhaniah yang diwujudkan pada alam

semesta. Tidak ada yang hidup melainkan dengan sumber kehidupan, yaitu ruh! Adapun ruh sendiri

berasal daripada-Nya, dan menjadi nur (hidup) makhluk.

Tetapi bagaimanakah sesungguhnya sifat ruh itu?

Ruh adalah sesuatu yang lembut dan halus, meliputi seluruh keadaan makhluk dan tidaklah ia

bertempat pada suatu tempat yang sifatnya lokal dan mikro. Apabila ruh meliputi pada sesuatu yang

mati, maka hiduplah sesuatu itu. Ruh tidak dapat diukur besar kecilnya dengan suatu wujud

jasmaniah. Ruh tidak berjenis sebagaimana jenis jasmani manusia dan makhluk lainnya. Dan apabila

ruh mensifati serta meliputi hati manusia, maka memancarlah ―himmah‖ dan kestabilan serta

kekuasaan dalam gerak langkah hidupnya. Dan bilamana menyelusup menyelimuti nafsu (jiwa) serta

mendominasinya, tercerminlah kemauan dan semangat hidup dalam menata kehidupannya.

Iika ruh menguasai akal pikiran maka akal pikiran akan menjurus kesempurnaan di dalam pandangan

dan dapat menentukan suatu sikap atas dasar pertimbangan yang matang bagi perjalanan hidupnya.

Begitulah adanya, jika ruh singgah di telinga maka mendengarlah ia, manakala ruh berkelebat melalui

mata maka memandanglah ia, dan ketika ruh bertamasya pada mulut maka berhamburanlah kata-

kata yang punya mulut, pun bila ruh menjalar pada tangan maka bergeraklah ia meraba dan

mengusap, juga apabila ruh mengalir pada kaki maka dapatlah melangkah tegap ataupun gontai.

Begitu pula bila ruh meliputi dan menguasai sel–sel yang bergerak ke seluruh peredaran darah maka

tampaklah gerak hidup jasmani.

Ruh adalah golongan makhluk Allahur Rabbul ‗ alamin yang dikekalkan kehidupannya. Adapun hidup

serta kehidupan makhluk yang diliputi ruh selalu tumbuh dan berkembang. Allah Yang Maha Kaya

menamai kehidupan langit dan bumi beserta isi keduanya dengan isyarat ―Nur‖ (cahaya atau

kehidupan), sebagaimana firman-Nya :

Allahu nuurus samaawaati wal ardhi …

―Allah (pemberi) cahaya (hidup) langit dan bumi ….‖ QS. 24 An Nuur : Ayat 35.

Innallah khalaqa ruuhan nabiyyi shalallahu ‗alaihi wasalam min dzaatihi wakhuliqal ‗aalamu biasrihi

min nuuri muhammadin shalallahu ‗ alaihi wasallam. (Al – HADIS )

―Sesungguhnya Allah menciptakan ruh Nabi saw, daripada Dzat-Nya lalu diciptakan alam sekaliannya

dengan rahasia-Nya dari pada Nur Muhammad saw.‖

Ruh, termasuk makhluk ciptaan-Nya yang gaib dan hidup meliputi dimensi alam jasmaniah. Dan ruh

memiliki sifat yang berlawanan dengan jasmani. Ruh adalah Nurullah! Tapi ruh sebagai Nurullah

bukan berarti sebagaimana cahaya yang memancar dari matahari atau lampu. Nur dalam pengertian

ayat dan Hadis tersebut di atas bermakna Hidup! Yakni suatu makhluk yang hidup dihidupkan Allah

Yang Maha Hidup dengan ruh ciptaan-Nya! Allahul Hayyi jualah yang menghidupkannya dengan

memberikan ruh ciptaan-Nya.

Kalimat ―Nur‖ di dalam firman Allahul ‗Azhim sangat banyak, bahkan lebih dari tiga puluh (30) ayat

yang menyebut tentang ―Nur‖ sekaligus meliputi atau menjadi simbol berbagai hal seperti Muhammad

Rasul Allah saw., Al Qur‘aan, Agama Islam, Malaikat, Ilmu serta Hidayah (petunjuk). Istilah ―Hidup‖

yang meliputi kehidupan seluruh makhluk juga dirumuskan dalam bahasa wahyu dengan istilah ―Nur‖.

Apabila ruh diibaratkan nur yang terang benderang maka jasmani diibaratkan suatu tempat yang

Page 12: IDUL FITHRI SEBAGAI PERJALANAN SPIRITUAL MENEMUI … · Berdasarkan hadits di atas, kita lihat betapa pentingnya keberadaan Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam oleh sebab itu penulis

gelap gulita semisal ruangan. Padahal tidaklah akan tampak terang suatu cahaya bila ia tidak

bertempat pada yang gelap gulita. Begitu pula keadaan gelap pekatnya jasmani dikatakan gelap

gulita bila tidak ada sesuatu yang meneranginya. Demikianlah pengertian ―Ruh‖ sebagai ―Nur‖ dalam

istilah wahyu-Nya.

Page 13: IDUL FITHRI SEBAGAI PERJALANAN SPIRITUAL MENEMUI … · Berdasarkan hadits di atas, kita lihat betapa pentingnya keberadaan Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam oleh sebab itu penulis

Ma‘rifat, Fana‘ dan Cinta

―Siapa yang mengenal Allah Swt ia menyaksikanNya dalam segala hal. Dan siapa yang fana‘ padaNya, ia sirna dari segalanya, dan siapa yang mencintaiNya tak akan pernah memprioritaskan selain Dia.‖

Sang arif senantiasa memandang segalanya ada di sisiNya dan bagiNya, lalu ia tidak melihat yang lain kecuali Dia. Bagaimana ia melihat yang lain, –pasti mustahil-– ketika ia sedang melihatNya?

Sebuah syair menyebutkan: Sejak daku mengenal Tuhan

Aku tak melihat yang lain Begitu jua yang lain tak tampak Sejak aku berpadu denganNya

Tak ada ketakutan pada diriku Hari ini, sungguh aku telah sampai

Syeikh Zarrug menegaskan, ma‘rifat adalah mewujudkan kema‘rifatannya sesuai dengan keagungan yang dima‘rifati (Allah Swt). Sehingga perwujudan hakikat itu, membuat seakan-akan menjadi sifat baginya, tidak bergerak dan tidak berpindah. Gerak-geriknya tidak berjalan kecuali menurut

aturannya. Maka pada saat itulah hatinya tegak setiap waktu dan dalam kondisi apa pun. Maka menyaksikan Allah azza wa-Jalla mengarahkan pada rasa fana‘ di dalamnya, secara total kembali padaNya.

Disnilah Ibnu Athaillah as-Sakandary melanjutkan, ―Siapa yang fana‘ padaNya, ia sirna dari segalanya,‖ maka fana‘ itu sendiri adalah menyaksikan Allah Swt, tanpa unsur makhluk, dimana

hukum tindakan dalam sifat tidak masuk, karena sifat tindakan hanyalah efek belaka. Sehingga tak ada berita tentang tindakan jika dipandang dari segi Dia. Sifat disandarkan pada yang disifati, dan tidak lain kecuali Dia Satu-satuNya. Itulah kenyataan sirna dari segalanya bersamaNya, karena

segalanya kembali padaNya.

Bila ma‘rifat menimbulkan fana‘. Dan kefanaan berdampak kesirnaan, maka kesirnaan itu menuntut adanya wujud prioritas. Maka cintalah yang menumbuhkan prioritas itu.

Kenapa? Karena hakikat cinta adalah teraihnya keindahan Sang Kekasih melalui kecintaan qalbu, hingga dalam situasi apa pun tak ada yang tersisa.Itulah yang kemudian disebutkan, bahwa cinta adalah memprioritaskan di Keabadian Kekasih.

Ma‘rifat, Fana‘ dan Cinta adalah tiga tonggak kewalian. Sang wali senantiasa ma‘rifat kepada Allah Swt, senantiasa fana‘ padaNya dan mencintaiNya. Siapa yang tidak memiliki kategori ini semua, maka

ia tidak mendapatkan bagian dalam kewalian. Semoga Allah menjadikan kita golongan mereka. Amin. Demikian penjelasan Syeikh Zarruq dalam Syarah Al-Hikam.

Page 14: IDUL FITHRI SEBAGAI PERJALANAN SPIRITUAL MENEMUI … · Berdasarkan hadits di atas, kita lihat betapa pentingnya keberadaan Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam oleh sebab itu penulis

JENIS-JENIS KARAMAH

1. Pemberian

Karamah jenis ini, termasuk karamah yang tertinggi, sebab terjadinya kerana pemberian Allah kepada

seorang tanpa diminta lebih dulu.

2. Usaha Sendiri

Karamah jenis ini termasuk karamah yang diusahakan, misalnya terkabulnya sebuah doa seorang

wali.

PEMBAHAGIAN KARAMAH

Pertama : Karamah Hissiyyah

Iaitu karamah yang dapat dirasa dan dilihat dengan mata, seperti dapat berjalan di atas air atau

dapat terbang di udara.

Kedua : Karamah Ma‘nawiyyah

Iaitu Istiqamahnya seseorang untuk mengabdi kepada Tuhannya, baik secara zahir maupun batin.

Karamah macam ini banyak diharapkan para wali-wali Allah. Kata mereka: ―Istiqamah lebih baik dari

seribu karamah.‖

Syeikh Abul Abbas Al Mursi pernah berkata: ―Seorang wali besar, bukanlah seorang yang dapat

memperdekatkan jarak yang jauh. Yang termasuk wali besar adalah seorang yang dapat

mengendalikan hawa nafsunya di hadapan Tuhannya.‖46

Jika seorang wali hanya berharap mendapat karamah, maka wali itu tidak termasuk wali yang

berperingkat tinggi. Ibnu Athaillah pernah berkata: ―Kemahuan yang tinggi tidak sampai menembusi

tembok-tembok takdir.‖47 Maksud ucapan itu adalah karamah tidak akan bertentangan dengan

ketetapan takdir. Sebab, semua yang terjadi di alam semesta, baik yang biasa mahupun yang luar

biasa sumbernya dari takdir Allah swt. Pada umumnya, kemahuan seorang wali tidak akan

bertentangan dengan takdir Allah.

Abu Hurairah menyebutkan bahwa Rasulullah saw bersabda: ―Adakalanya seorang hina yang biasa

ditolak bila mengetuk pintu orang, namun jika ia berdoa, pasti terkabul.‖48

46 Lathaiful Minan

47 Syarah Al Hikam

48 Hadis riwayat Muslim

Di lain kesempatan Rasulullah saw bersabda:

―Takutlah kamu dengan firasat seorang mukmin, sesungguhnya ia melihat dengan cahaya Allah.‖49

49 Hadis riwayat Tirmidzi, Thabrani, Ibnu Adi dan An Najar di dalam kitab At Tarikh

Page 15: IDUL FITHRI SEBAGAI PERJALANAN SPIRITUAL MENEMUI … · Berdasarkan hadits di atas, kita lihat betapa pentingnya keberadaan Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam oleh sebab itu penulis

CONTOH-CONTOH KARAMAH

1. Dapat Menghidupkan Mayat

Imam Taajus Subki memberi contoh karamah Abi Ubaid Al Busri. Beliau pernah berdoa kepada Allah

agar kudanya yang mati ditengah medan perang dihidupkan kembali. Doa beliau terkabul dan kuda

Abi Ubaid akhirnya hidup kembali.

Pernah Mifraj Ad Damamini berkata kepada anak burung yang telah dipanggang: ―Terbanglah wahai

burung dengan izin Allah‖. Ucapan beliau terkabul dan burung itu hidup kemudian terbang.

Syeikh Ahdal pernah memanggil kucing yang telah mati. Akhirnya kucing itu hidup dan datang

kepada Syeikh Ahdal.

Syeikh Abdul Qadir Al Jailani pernah berkata kepada seekor ayam yang baru di makan dagingnya:

―Hai ayam hiduplah kau dengan izin Zat yang dapat menghidupkan tulang belulang‖.

Dengan izin Allah, tulang belulang tersebut berubah wujudnya menjadi ayam kembali.

Pernah Abi Yusuf Dahmani berkata kepada seorang mayat:

―Hai fulan, hiduplah dengan izin Allah‖. Ucapan beliau terkabul sehingga mayat itu hidup kembali

selama beberapa waktu.

Imam Subki pernah bercerita: ―Aku pernah dengar kisah Syeikh Zainuddin Al Faruqy Asy Syafi‘i,

bahawa pada suatu hari ada seorang anak kecil jatuh dari atap rumahnya lalu mati. Ketika Syeikh

Zainuddin melihat kejadian itu, beliau berdoa kepada Allah. Maka dengan izin Allah, anak kecil yang

mati itu hidup kembali.

Selanjutnya Imam Subki berkata: ―Sesungguhnya kejadian semacam itu tidak terhitung banyaknya.

Dan aku yakin benar adanya karamah seperti itu. Hanya saja yang belum pernah kudengar adanya

seorang wali yang dapat menghidupkan orang mati yang telah lama atau yang sudah menjadi tulang

belulang. Yang kami dengar hanyalah pada diri sebagian Nabi di zaman dulu.Dan itu pun merupakan

suatu mukjizat baginya. Bukan termasuk jenis karamah. Yang mungkin terjadi pada diri seorang Nabi

terdahulu adalah menghidupkan suatu kaum yang telah mati beberapa abad, kemudian mereka

dihidupkan. Dengan izin Allah kaum itu hidup selama beberapa waktu. Yang tidak mungkin terjadi

dimasa ini adalah adanya seorang wali yang menghidupkan Imam Syafi‘i atau Abu Hanifah, kemudian

keduanya dapat hidup lama dan bergaul dengan masyarakat seperti pada waktu sebelumnya.

2. Berbicara Dengan Orang Mati

Jenis karamah seperti ini lebih banyak dari jenis karamah di atas. Tentang hal ini Imam Subki

memberi contoh karamah Syeikh Abu Said Al Kharaz dan karamahnya Syeikh Abdul Qadir Al Jailani.

Dan kisah karamah ayahnya, Syeikh Taqiuddin As Subki.

3. Berubahnya Sesuatu Menjadi Bentuk Yang Lain

Jenis karamah ini pernah terjadi pada diri Syeikh Isa Al Hataar Al Yamani. Disebutkan bahawa ada

seorang ingin menguji karamah Syeikh Isa Al Hattar. Ia menyuruh pelayannya membawa dua botol

Page 16: IDUL FITHRI SEBAGAI PERJALANAN SPIRITUAL MENEMUI … · Berdasarkan hadits di atas, kita lihat betapa pentingnya keberadaan Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam oleh sebab itu penulis

minuman keras kepada beliau. Setelah kedua botol itu diterima oleh Syeikh Isa, maka ia menuang isi

kedua botol itu seraya berkata kepada sebilangan orang yang ada di sisinya: ―Minumlah minyak

samin ini‖. Maka minuman keras yang ada di kedua botol itu berubah menjadi minyak samin yang

rasanyaamat lazat. Kisah karamah jenis ini sering terjadi.

4. Jarak Jauh Menjadi Dekat:

Karamah seperti ini pernah terjadi pada diri seorang wali yang berada di Masjid kota Tursus (Turki).

Wali tersebut pernah tergerak dalam hatinya ingin pergi ke Masjidil Haram, kemudian beliau

memasukkan kepalanya dikantungnya lalu mengeluarkannya kembali. Maka dengan izin Allah, wali itu

telah berada di Masjidil Haram . Kisah semacam ini pada umumnya dikisahkan secara berurutan dari

orang-orang yang dapat dipercaya.

6. Berbicara Dengan Benda Dan Binatang:

Karamah seperti ini tidak dapat diragukan kewujudannya. Karamah ini pernah terjadi pada diri

seorang Sufi yang bernama Ibrahim Bin Adham. Beliau pernah mendengar suara dari pohon delima

yang minta dimakan. Ketika Ibrahim Bin Adham makan buahnya, tiba-tiba pohon itu bertambah tinggi

dan buahnya yang masam berubah jadi manis, serta dapat menghasilkan dua kali setiap tahun.

7. Dapat Menyembuhkan Penyakit:

Karamah seperti ini pernah terjadi pada Syeikh Sirri As-Saqathi. Seorang pernah menemuinya ketika

beliau sedang menyembuhkan orang yang sakit kusta dan buta. Syeikh Abdul Qadir Jailani pernah

berkata kepada seorang anak yang sakit lumpuh, buta dan kusta: ―Berdirilah engkau dengan izin

Allah‖. Dengan izin Allah, maka anak tersebut segera bangun tanpa suatu cacat pun.

8. Ditakuti binatang

Karamah seperti ini pernah terjadi pada diri Abu Said ibnu Abil Khair Al Maihani. Singa dan binatang

yang lain takut kepadanya. Ada pula sebahagian wali yang dipatuhi segala benda seperti yang terjadi

pada diri Syeikhul Islam Izzudin Ibnu Abdis Salam beliau pernah berkata kepada angin di waktu

peperangan antara kaum Muslimin dan umat Nasrani: ―Hai angin terbangkan musuh-musuh kami‖.

Dengan izin Allah kaum Nasrani diterbangkan angin dan dilempar ke tanah sampai binasa.

9. Waktu lebih cepat dan waktu lebih panjang

Karamah seperti ini sukar diterangkan kepada orang awam hanya saja orang terdahulu semuanya

mempercayai akan terjadinya panjangan dan singkatnya waktu. Karamah seperti ini banyak terjadi.

11. Terkabulnya Segala Doa.

12. Dapat Menahan Lisan Seseorang Yang Sedang Berbicara.

13. Diberitahu Tentang Sesuatu Yang Akan Terjadi Dan Diperlihatkan Sesuatu Yang Tersembunyi.

15. Dapat Menahan Lapar dan Minum Dalam Waktu Yang Panjang.

16. Dapat Menjalankan Sesuatu Dengan Kehendaknya.

Page 17: IDUL FITHRI SEBAGAI PERJALANAN SPIRITUAL MENEMUI … · Berdasarkan hadits di atas, kita lihat betapa pentingnya keberadaan Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam oleh sebab itu penulis

Karamah seperti ini banyak di alami oleh para wali. Diriwayatkan bahawa sebahagian wali ada yang

diikuti oleh hujan. Salah seorang dari mereka bernama Syeikh Abul Abbas As Syatir, ia sering menjual

hujan dengan harga beberapa dirham. Kisah semacam ini banyak terjadi, sehingga sukar untuk

dimungkiri kewujudannya.

17. Mampu Untuk Makan Banyak

18. Terjaga Dari Makanan Yang Haram

Karamah seperti ini pernah terjadi pada seorang wali yang bernama Al Haritsul Muhasibi, iaitu ketika

beliau mendengar suara dari makanan yang hendak dimakannya, bahawa makanan itu diperolehi

dengan cara yang haram. Setelah beliau mengerti bahawa makanan itu adalah makanan haram,

maka segera beliau meninggalkan makanan itu.

19. Dapat Melihat Dari Belakang Hijab:

Jenis karamah seperti ini pernah terjadi pada seorang wali yang bernama Abu Ishak As-Syirazi. Beliau

dapat melihat Ka‘bah sedangkan beliau berada di kota Baghdad.

20. Diberi Kehebatan Dan Kebesaran Peribadi

Adakalanya seorang wali diberi kehebatan peribadi yang dapat menyebabkan kematian orang

tertentu ketika ia melihat diri wali tersebut. Hal ini pernah terjadi pada seorang pembesar yang mati

ketika berhadapan dengan Abu Yazid Al Busthami. Adakalanya seorang yang berhadapan dengan

seorang wali seperti ini, maka ia akan tunduk, bahkan akan mengakui apa sahaja yang tersembunyi

dalam hatinya. Kejadian seperti ini banyak terjadi.

21. Diberi Perlindungan

Mendapat perlindungan Allah dari segala kejahatan yang akan menimpa. Bahkan kejahatan yang

semula direncanakan itu akan berbalik jadi kebaikan. Hal ini terjadi pada diri Imam Syafi‘I apabila

beliau akan dihukum oleh khalifah Harun Rasyid, tetapi akhirnya dengan izin Allah beliau dibebaskan.

22. Dapat Berubah Bentuk

Karamah seperti ini dikenali di kalangan ahli Sufi dengan ―Alamul Mithsal, iaitu antara alam yang

nyata dan alam arwah. Orang yang yang mendapat karamah seperti ini dapat berubah bentuk dan

berpindah tempat dengan bebas. Karamah seperti jenis ini pernah di alami oleh seorang wali yang

bernama Qadhibul Bani. Orang yang tidak mengenal beliau akan menyangkanya tidak pernah

melakukan solat dan ia membencinya. Pada suatu hari, ketika beliau dicela oleh seorang yang

menyangkanya tidak pernah melakukan solat, di saat itu Allah memperlihatkan karamahnya, sehingga

beliau dapat berubah dalam beberapa bentuk yang menunjukkan bahawa beliau sedang melakukan

solat. Beliau bertanya : ―Dalam gambaran atau bentuk manakah yang kamu lihat aku tidak solat?‖

Perkara serupa ini pernah terjadi pula pada seorang wali yang pernah dilihat oleh seorang ketika

beliau sedang berwudhu di Masjid Sayufiah di Cairo. Orang itu menegur: ―Hai orang tua, nampaknya

cara kamu berwudhu itu tidak tertib‖. Jawab si wali: ―Aku tidak pernah berwudhu dengan cara yang

tidak tertib. Hanya saja anda tidak dapat melihatku, kalau anda dapat melihat, pasti kamu akan

melihat ini‖. Beliau berkata demikian sambil memegang tangan orang itu, sampai ia dapat melihat

Ka‘bah, kemudian beliau membawanya ke Mekkah dan menetap di sana selama beberapa tahun.

Page 18: IDUL FITHRI SEBAGAI PERJALANAN SPIRITUAL MENEMUI … · Berdasarkan hadits di atas, kita lihat betapa pentingnya keberadaan Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam oleh sebab itu penulis

23. Dibukakan Segala Sumber Kekayaan Bumi

Jenis karamah seperti ini pernah dialami oleh Abu Turab, ketika beliau menghentakkan kakinya ke

bumi, maka Allah mengeluarkan air dari tanah itu. Kata Imam Subki: ―Di antara jenis karamah seperti

ini ialah terpancarnya sumber mata air di musim kemarau dan bumi tunduk pada seorang yang

memukulkan kakinya ke bumi‖. Pernah diceritakan bahawa ada seorang yang berjalan ke kota

Mekkah untuk berhaji. Dalam perjalanan itu ia merasa haus sekali. Namun ia tidak mendapat seteguk

air pun. Kemudian ia menemui seorang fakir yang bertongkat. Tepat di tempat itu terpancarlah

sumber mata air yang dapat memberikan minuman kepada para jemaah haji yang sedang lewat di

tempat itu. Semua jemaah haji yang lewat di tempat itu membekali dirinya dengan air yang terpancar

di bawah tongkat si fakir.

24. Diberikan Kemampuan Untuk Mengarang Berpuluh-Puluh Karangan Dalam Masa yang Singkat

Biasanya pekerjaan seberat itu tidak mungkin dilaksanakan oleh seorang yang banyak disibukkan

dalam pembahasan berbagai macam ilmu pengetahuan. Adakalanya untuk menulis sebuah karangan

sahaja seorang akan menghabiskan seluruh umurnya. Apalagi akan menulis berpuluh-puluh buah

karangan dalam waktu yang sangat singkat. Karamah semacam ini termasuk jenis karamah waktu

dapat menjadi panjang. Jenis karamah ini pernah dialami oleh Imam Syafi‘I Rahimullah. Beliau

mampu mengarang berpuluh-puluh kitab, padahal sebenarnya waktunya tidak akan cukup untuk

melakukan hal itu, disebabkan kesibukan beliau sehari-harinya untuk mengkhatamkan Al Qur‘an

setiap harinya dengan bacaan yang penuh oleh tadabbur dan di bulan Ramadhan pun beliau dapat

mengkhatamkannya dua kali setiap harinya. Di samping itu, beliau juga disi-bukkan oleh banyaknya

memperdalami ilmu pengetahuan, memberikan pelajaran, berzikir dan banyaknya penyakit yang

dialaminya. Dalam suatu riwayat dikatakan bahawa beliau menderita tiga puluh macam penyakit.

Karamah semacam ini dialami juga oleh Imamul Haramain Abul Ma‘ali Al Juwaini. Dengan umur yang

tidak panjang, beliau mampu mengarang beberapa buah kitab. Sebenarnya umur yang sependek itu

tidak akan cukup untuk mengarang berpuluh-puluh kitab disebabkan kesibukan beliau dalam belajar

dan mengajar serta berzikir.

Jenis karamah seperti ini diberikan juga kepada seorang wali yang mampu mengkhatamkan Al Quran

sebanyak lapan kali dalam sehari. Imam Nawawi juga diberi Allah kemampuan untuk mengarang

berpuluh-puluh kitab dalam waktu singkat. Sebenarnya umur beliau yang sedemikian itu tidak cukup

untuk mengarang kitab sebanyak itu. Ditambah lagi dengan berbagai macam ibadah yang beliau

lakukan setiap harinya. Karamah seperti ini diberikan juga kepada Imam Taqiuddin As Subki. Beliau

mampu menulis berpuluh-puluh kitab. Sebenarnya umur yang sependek itu tidak akan cukup untuk

menulis kitab sebanyak itu disebabkan beliau sangat sibuk memberi pengajaran, tekun beribadat,

banyak membaca Al Quran dan berzikir. Sebenarnya jika kita hitung pekerjaan besar yang

dikerjakannya dengan umurnya yang singkat, pasti tidak cukup untuk memenuhi sepertiganya,

namun Allah memberinya barakah dalam umur, sehingga beliau dapat merampungkan segala tugas

besar dipikulnya.

25. Terhindar Dari Terkena Racun

Jenis karamah seperti ini pernah terjadi pada seorang wali yang diancam oleh seorang raja zalim.

Raja zalim itu berkata: ―Tunjukkanlah padaku bukti kebenaranmu, jika tidak, aku akan hukum kamu‖.

Pada waktu itu si wali melihat dekatnya kotoran unta. Maka ia berkata: ―Lihatlah itu‖. Tiba-tiba

kotoran unta itu jadi sebungkal emas. Kemudian ia melihat sebuah tempat air yang tidak ada airnya.

Si wali itu melemparkan tempat air yang kosong itu ke udara. Ketika tempat air itu jatuh tiba-tiba

telah berisi air penuh dan tempat air itu terjungkir. Namun air yang di

Page 19: IDUL FITHRI SEBAGAI PERJALANAN SPIRITUAL MENEMUI … · Berdasarkan hadits di atas, kita lihat betapa pentingnya keberadaan Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam oleh sebab itu penulis

dalamnya tidak tertumpah setitik pun. Melihat kejadian tersebut raja itu hanya berkata: ―Ini hanyalah

perbuatan sihir belaka‖. Kemudian raja memerintahkan untuk melemparkan si wali ke dalam api yang

bernyala-nyala. Tidak lama si wali tersebut segera keluar dan menarik putera raja yang masih kecil ke

tengah api yang sedang menyala. Melihat kejadian ini raja hampir jadi gila, kerana putera satu-

satunya diseret ke tengah api yang sedang menyala. Setelah beberapa saat, si wali keluar bersama

putera raja itu dari api, sedang ditangan kanan putera raja itu memegang buah apel dan dikirinya

memegang buah delima. Raja bertanya pada puteranya: ―Wahai puteraku, dari mana kamu tadi?‖

Jawab si putra: ―Aku dapat dari sebuah kebun‖.Mendengar keterangan putera raja itu para pembesar

kerajaan hanya berkata: ―Itu hanyalah suatu sihir belaka‖. Kemudian raja berkata kepada si wali:

―Jika kamu dapat minum racun ini, aku akan percaya padamu‖. Setelah itu, si wali minum racun itu.

Namun ia tidak mati hanya bajunya sahaja yang koyak. Kemudian ditambah lagi meminum racun.

Setiap kali minum racun ia tetap hidup hanya bajunya saja yang koyak-koyak. Pada terakhir kali

ketika ia diberi minuman racun lagi bajunya tidak koyak dan ia pun selamat.

Di antaranya pula ada yang dibukakan baginya alam ghaib di hadapan pandangan matanya, sehingga

ia dapat melihat apa saja yang terselubung di sebalik dinding, bahkan ia dapat mengetahui apa yang

dilakukan oleh orang dirumahnya. Di antaranya pula ada yang diberi karamah kasyaf. Misalnya jika

seorang wali mendatangi rumah seorang yang telah berbuat zina atau mabuk atau mencuri atau

berbuat maksiat, maka wali itu dapat mengetahuinya, seperti yang terjadi pada Syeikh Ibnu Arabi.

Mukasyafah semacam ini dikhususkan bagi mereka yang hidup secara wara‘. Di antaranya pula ada

yang diberi karamah dapat mengetahui gerak geri orang, misalnya seorang wali bergerak hatinya

ingin bertemu dengan gurunya, maka gurunya segera hadir di hadapannya.

Ada pula jenis karamah berupa didatangkannya sebuah pohon kepada seorang wali, kemudian wali

itu menikmati buah dari pohon yang hadir di hadapannya. Di antaranya pula ada yang diberi karamah

dapat mengetahui segala jenis batu-batu mulia dan logam-logam mulia yang ada di perut bumi,

meskipun demikian, seorang wali yang diberi karamah jenis ini tidak memperdulikan sedikit pun

tentang harta kekayaan yang terpendam itu.

Di antaranya pula ada yang diberi karamah berupa ilmu yang dapat memahami segala ucapan benda-

benda yang mati, sehingga seorang wali yang diberi karamah seperti ini, ia dapat mendengar ucapan

tasbih benda-benda yang mati. Di antaranya pula ada yang diberi karamah dapat mengetahui segala

rahsia benda-benda yang hidup. Di antaranya pula ada yang diberi karamah segala macam ilmu

pengetahuan, baik yang berupa ilmu-ilmu zahir mahupun ilmu-ilmu bathin. Seorang yang diberi

karamah berupa ini, ia akan dapat memahami berbagai macam persoalan dunia dan akhirat. Di

antaranya pula ada yang diberi karamah berupa tingkatantingkatan Al Quthbiyah. Di antaranya pula

ada yang diberi karamah pengetahuan dan kasyaf, sehingga dapat membezakan mana-mana

pendapat mazhab-mazhab yang benar.

Di antaranya pula ada yang diberi karamah dapat melihat dan mendengar hal-hal yang ghaib,

sehingga antara yang terang dan yang terselubung tidak ada beza baginya. Di antaranya pula ada

yang diberi karamah dapat berbicara dengan makhluk alam malakut dan dapat mendengar

guratanguratan pena di Lauh Mahfuz. Di antaranya pula ada yang diberi karamah tidak tersentuh

makanan, minuman dan pakaian yang berasal dari hasil syubhat, apa lagi yang haram. Jenis karamah

ini, biasanya si wali diberi tanda tertentu oleh Allah jika ada makanan, minuman dan pakaian dari

hasil syubhat yang menyentuh dirinya. Di antara yang mendapat karamah macam ini adalah ibunya

Abu Yazid Al Bustami. Setiap kali ia mendapat makanan atau minuman yang syubhat, maka

tangannya berpeluh dan gementar, sehingga ia harus menjauhi makanan dan minumannya.

Page 20: IDUL FITHRI SEBAGAI PERJALANAN SPIRITUAL MENEMUI … · Berdasarkan hadits di atas, kita lihat betapa pentingnya keberadaan Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam oleh sebab itu penulis

Di antaranya pula ada yang diberi karamah berupa makanan atau minuman sedikit yang dihidangkan

dapat menjadi banyak. Karamah ini pernah diberikan kepada Syeikh Abu Abdullah At Tawudi ketika ia

menyuruh kawannya ke tukang jahit, maka ia mengeluarkan sepotong kain yang sempit dari balik

bajunya, kemudian ia menyuruh kawannya untuk membawanya ke tukang jahit seraya berkata: ―Dari

kain yang sempit ini buatlah pakaian yang cukup untuk beberapa orang‖. Nyatanya kain yang

sedemikian sempit itu dapat mencukupi pakaian untuk beberapa orang.

Di antaranya pula ada yang diberi karamah dapat menjadikan air masin atau payau menjadi air tawar

dan segar. Karamah seperti ini pernah diberikan kepada Syeikh Abdullah Ibnul Ustad Al Marwazi

sahabat Syeikh Abu Madyan. Di antaranya pula ada yang diberi karamah dapat berjalan di atas udara

seperti ketika ia berjalan di atas bumi. Di antaranya pula ada yang diberi karamah dapat berkata-kata

dengan makhluk alam arwah, sehingga ia dapat mengetahui keadaan mereka yang sudah wafat,

walaupun telah wafat bertahuntahun. Di antaranya pula ada yang diberi karamah dapat melenyapkan

dirinya dari alam wujud ke alam ghaib, sehingga ia dapat menghilang dari suatu majlis tanpa

pengetahuan mereka yang hadir. Di antaranya pula ada yang diberi karamah dapat melangkahi bumi

yang luas hanya dengan satu langkah atau hanya dengan sekejap mata, sehingga ia dapat solat

Zuhur di Mekkah, kemudian solat Asar di tanah kelahirannya.

Inilah beberapa contoh karamah yang diberikan oleh Allah kepada para wali Allah untuk membuktikan

kekuasaan Allah pada para makhluk Allah yang tidak percaya akan wujudnya karamah.

Page 21: IDUL FITHRI SEBAGAI PERJALANAN SPIRITUAL MENEMUI … · Berdasarkan hadits di atas, kita lihat betapa pentingnya keberadaan Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam oleh sebab itu penulis

MURSYID

Dalam setiap aktivitas rintangan itu akan selalu ada. Hal ini dikarenakan Tuhan menciptakan syetan

tidak lain hanya untuk menggoda dan menghalangi setiap aktivitas manusia. Tidak hanya terhadap

aktivitas yang mengarah kepada kebaikan, bahkan terhadap aktivitas yang sudah jelas mengarah

menuju kejahatan pun, syetan masih juga ingin lebih menyesatkan.

Pada dasarnya kita diciptakan oleh Tuhan hanya untuk beribadah dan mencari ridla dari-Nya. Karena

itu kita harus berusaha untuk berjalan sesuai dengan kehendak atau syari‘at yang telah ditentukan.

Hanya saja keberadaan syetan yang selalu memusuhi kita, membuat pengertian dan pelaksanaan kita

terkadang tidak sesuai dengan kebenaran.

Dengan demikian, kebutuhan kita untuk mencari seorang pembimbing merupakan hal yang essensial.

Karena dengan bimbingan orang tersebut, kita harapkan akan bisa menetralisir setiap perbuatan yang

mengarah kepada kesesatan sehingga bisa mengantar kita pada tujuan.

Thariqah

Thariqah adalah jalan. Maksudnya, salah satu jalan menuju ridla Allah atau salah satu jalan menuju

wushul (sampai pada Tuhan). Dalam istilah lain orang sering juga menyebutnya dengan ilmu haqiqat.

Jadi, thariqah merupakan sebuah aliran ajaran dalam pendekatan terhadap Tuhan. Rutinitas yang

ditekankan dalam ajaran ini adalah memperbanyak dzikir terhadap Allah.

Dalam thariqat, kebanyakan orang yang terjun ke sana adalah orang-orang yang bisa dibilang sudah

mencapai usia tua. Itu dikarenakan tuntutan atau pelajaran yang disampaikan adalah pengetahuan

pokok atau inti yang berkaitan langsung dengan Tuhan dan aktifitas hati yang tidak banyak

membutuhkan pengembangan analisa. Hal ini sesuai dengan keadaan seorang yang sudah berusia

tua yang biasanya kurang ada respon dalam pengembangan analisa. Meskipun demikian, tidak berarti

thariqah hanya boleh dijalankan oleh orang-orang tua saja.

Lewat thariqah ini orang berharap bisa selalu mendapat ridla dari Allah, atau bahkan bisa sampai

derajat wushul. Meskipun sebenarnya thariqah bukanlah jalan satu-satunya.

Wushul

Wushul adalah derajat tertinggi atau tujuan utama dalam ber-thariqah. Untuk mencapai derajat

wushul (sampai pada Tuhan), orang bisa mencoba lewat bermacam-macam jalan. Jadi, orang bisa

sampai ke derajat tersebut tidak hanya lewat satu jalan. Hanya saja kebanyakan orang menganggap

thariqah adalah satu-satunya jalan atau bahkan jalan pintas menuju wushul.

Seperti halnya thariqah, ibadah lain juga bisa mengantar sampai ke derajat wushul. Ada dua ibadah

yang syetan sangat sungguh-sungguh dalam usaha menggagalkan atau menggoda, yaitu shalat dan

dzikir. Hal ini dikarenakan shalat dan dzikir merupkan dua ibadah yang besar kemungkinannya bisa

diharapkan akan membawa keselamatan atau bahkan mencapai derajat wushul. Sehingga didalam

shalat dan dzikir orang akan merasakan kesulitan untuk dapat selalu mengingat Tuhan.

Dalam sebuah cerita, Imam Hanafi didatangi seorang yang sedang kehilangan barang. Oleh Imam

Hanafi orang tersebut disuruh shalat sepanjang malam sehingga akan menemukan barangnya.

Namun ketika baru setengah malam menjalankan shalat, syetan mengingatkan/mengembalikan

barangnya yang hilang sambil membisikkan agar tidak melanjutkan shalatnya. Namun oleh Imam

Hanafi orang tersebut tetap disuruh untuk melanjutkan shalatnya.

Page 22: IDUL FITHRI SEBAGAI PERJALANAN SPIRITUAL MENEMUI … · Berdasarkan hadits di atas, kita lihat betapa pentingnya keberadaan Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam oleh sebab itu penulis

Seperti halnya shalat, dzikir adalah salah satu ibadah yang untuk mencapai hasil maksimal harus

melewati jalur yang penuh godaan syetan. Dzikir dalam ilmu haqiqat atau thariqat, adalah mengingat

atau menghadirkan Tuhan dalam hati. Sementara Tuhan adalah dzat yang tidak bisa diindera dan

juga tiak ada yang menyerupai. Sehingga tidak boleh bagi kita untuk membayangkan keberadaan

Tuhan dengan disamakan sesuatu. Maka dalam hal ini besar kemungkinan kita terpengaruh dan

tergoda oleh syetan, mengingat kita adalah orang yang awam dalam bidang ini (ilmu haqiqat) dan

masih jauh dari standar.

Karena itu, untuk selalu bisa berjalan sesuai ajaran agama, menjaga kebenaran maupun terhindar

dari kesalahan pengertian, kita harus mempunyai seorang guru. Karena tanpa seorang guru,

syetanlah yang akan membimbing kita. Yang paling dikhawatirkan adalah kesalahan yang berdampak

pada aqidah.

Mursyid

Mursyid adalah seorang guru pembimbing dalam ilmu haqiqat atau ilmu thariqat. Mengingat

pembahasan dalam ilmu haqiqat atau ilmu thariqat adalah tentang Tuhan yang merupakan dzat yang

tidak bisa diindera, dan rutinitas thariqah adalah dzikir yang sangat dibenci syetan. Maka untuk

menjaga kebenaran, kita perlu bimbingan seorang mursyid untuk mengarahkannya. Sebab penerapan

Asma‘ Allah atau pelaksanaan dzikir yang tidak sesuai bisa membahayakan secara ruhani maupun

mental, baik terhadap pribadi yang bersangkutan maupun terhadap masyarakat sekitar. Bahkan bisa

dikhawatirkan salah dalam beraqidah.

Seorang mursyid inilah yang akan membimbing kita untuk mengarahkannya pada bentuk

pelaksanaan yang benar. Hanya saja bentuk ajaran dari masing-masing mursyid yang disampaikan

pada kita berbeda-beda, tergantung aliran thariqah-nya. Namun pada dasarnya pelajaran dan tujuan

yang diajarkannya adalah sama, yaitu al-wushul ila-Allah.

Melihat begitu pentingnya peranan mursyid, maka tidak diragukan lagi tinggi derajat maupun

kemampuan dan pengetahuan yang telah dicapai oleh mursyid tersebut. Karena ketika seorang

mursyid memberi jalan keluar kepada muridnya dalam menghadapi kemungkinan godaan syetan,

berarti beliau telah lolos dari perangkap syetan. Dan ketika beliau membina muridnya untuk

mencapai derajat wushul, berarti beliau telah mencapai derajat tersebut. Paling tidak, seorang

mursyid adalah orang yang tidak diragukan lagi kemampuan maupuan pengetahuannya.

Page 23: IDUL FITHRI SEBAGAI PERJALANAN SPIRITUAL MENEMUI … · Berdasarkan hadits di atas, kita lihat betapa pentingnya keberadaan Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam oleh sebab itu penulis

Rahasia dibalik Kesederhanaan

Suatu ketika sahabat Umar meminta izin untuk menemui Rasulullah SAW. Setelah diijinkan beliau

segera saja masuk ke dalam bilik kecil yang ditempati oleh Rasulullah SAW. Kaget bukan kepalang

dengan apa yang dilihatnya. Bola matanya tidak setuju dengan pemandangan di depannya, tapi ini

kenyataan. Hatinya bergejolak tak karuan. Berbagai perasaan berpadu dalam kalbu. Sedih, iba,

bangga, tak tahulah apa nama perasaan itu. Ia mendapati beliau sedang berbaring di atas tikar yang

sangat kasar. Bukan hanya tikar kasar, tapi juga kecil. Sangking kecilnya tikar kasar yang beliau

kenakan, sebagian tubuh beliau berada di atas tanah. Beliau hanya berbantalkan pelepah kurma yang

keras, hingga bekas-bekas guratan terlukis tak beraturan di pipi putih Rasulullah SAW.

Sesaat suasana hening. Sahabat Umar mengambil posisi duduk di dekat Rasulullah SAW. Setetes air

bening menyembul keluar dari sudut matanya, turun setapak demi setapak, melewati gundukan kecil,

menyusuri lembah halus di pipinya, dan akhirnya jatuh membasahi bumi. Satu tetes, diikuti tetesan-

tetesan yang lain, hingga puluhan tetes telah melewati gundukan kecil dan lembah halus di pipinya.

Sahabat nabi yang terkenal garang itu terisak. Ia yang dikenal dengan watak kerasnya, tak mampu

menahan lelahan air mata yang mendesak sekuat tenaga.

Melihat sahabat setianya berlinangan air mata, Rasulullah SAW pun bertanya, ‖Mengapa engkau

menangis wahai Umar?‖

‖Bagaimana aku tidak menangis…‖ Mengambil nafas. ―Tikar ini telah menimbulkan bekas pada

tubuhmu. Padahal engkau Nabi Allah dan kekasih-Nya. Kekayaanmu hanya yang aku lihat sekarang

ini. Sedangkan Kaisar Romawi duduk di singgasana emas dan berbantalkan sutera.‖ Jawab umar

panjang lebar sambil menahan gejolak di hatinya.

Dengan lembut Nabi saw bertutur kepadanya, ‖Mereka telah menyegerakan kesenangannya sekarang

juga. Sebuah kesenangan yang akan cepat berakhir. Kita adalah kaum yang menangguhkan

kesenangan kita untuk hari akhir.‖

Sederhana disayang Allah dan manusia.

Dulu, 14 abad yang lalu, manusia mulia yang terpilih menjadi rasul akhir zaman telah memberi

tauladan kepada umatnya untuk berlaku sederhana. Padahal, dulu Rasulullah SAW mampu untuk

menggenggam dunia. Beliau sanggup untuk hidup dengan kemewahan dan dikelilingi harta, tapi

bukan itu pilihan nabi akhir zaman ini. Beliau saw lebih memilih hidup dengan kesederhanaannya. Ya,

sederhana dan apa adanya. Tidak foya-foya sok kaya, tidak berlebih-lebihan sok berlebih hartanya,

dan tidak pula bergaya sok paling punya.

Sederhana, pasti banyak yang suka. Sederhana, pasti banyak yang cinta. Sederhana, pasti banyak

yang bangga. Bukan hanya makhluk bernama manusia yang suka dengan pribadi sederhana, tapi

Allah pun turut mencintai manusia yang berperilaku sederhana.

Ibnu Abbas pernah menuturkan, suatu ketika datang seseorang menghadap kepada Rasulullah SAW

dan berkata: ya Rasulallah, tunjukkanlah kepadaku suatu amalan yang apabila aku kerjakan, maka

aku dicintai Allah dan manusia? Beliau menjawab:

ذ ب ف اص حبك انذ ذ هللا، اص ب ذ ف بس ػ حبك ان انبس

―Berlakulah zuhud dalam urusan dunia niscaya kamu akan dicintai Allah, dan zuhudlah kamu terhadap

Page 24: IDUL FITHRI SEBAGAI PERJALANAN SPIRITUAL MENEMUI … · Berdasarkan hadits di atas, kita lihat betapa pentingnya keberadaan Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam oleh sebab itu penulis

apa yang dimiliki orang lain niscaya kamu akan dicintai orang-orang.‖ (HR. Ibnu Majah)

Betapa dahsyat apa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Tanpa perlu menghamburkan banyak uang,

yang dibutuhkan hanya kesabaran, tapi hasilnya melebihi perhiasan dunia, yakni Cinta. Tidak ada

yang lebih berharga dari pada sebentuk cinta. Apalah artinya harta yang berlimpah, jika kita tidak

pernah mendapatkan cinta dari orang lain. Adakah manusia di dunia ini yang tidak ingin dicintai?

Semua orang pasti ingin dicintai. Dicintai oleh sang pencipta dan dicintai oleh sesama manusia. Rasa-

rasanya, tidak ada yang lebih membahagiakan hati selain dicintai.

Apa untungnya dicintai Allah, Sang Pencipta manusia? Allah berfirman dalam sebuah hadits qudsi:

فإرا ت أحببت ك ؼ غ انزي س ، س بصش ب بصش انزي ، ب ذ ب، بطش انت ب سجه ش انت ب، ب إ

، سأن ألػط نئ استؼبر ألػز

―Jika Aku telah mencintainya, maka Aku akan menjadi pendengarannya yang dia gunakan untuk

mendengar, penglihatannya yang dia gunakan untuk melihat, tangannya yang dia gunakan untuk

memukul, dan kakinya yang dia gunakan untuk menendang. Jika dia meminta kepada-Ku niscaya

akan Aku berikan dan jika dia meminta perlindungan kepada-Ku niscaya akan Aku lindungi.‖ (HR.

Bukhari)

Apa untungnya dicintai manusia? Jelas, manusia hidup di dunia ini atas dasar cinta. Kalau bukan

karena cinta, niscaya kedamaian dan ketentraman tak kan tercipta. Kalau bukan karena cinta Allah

kepada hamba-hamba-Nya, niscaya tidak akan terbuka pintu taubat dan maghfirah. Kalau bukan

karena cinta Rasulullah kepada umatnya, niscaya tidak akan ada dakwah islamiyah yang menyebar

luas.

Singkatnya, cinta harus senantiasa hadir di setiap penggal kehidupan ini. Cinta suami kepada

isterinya, cinta ibu kepada anak-anaknya, cinta seorang anak kepada orang tuanya, cinta sesama

muslim, cinta lingkungan, dan cinta-cinta yang lain. Dan untuk mendapatkan sebentuk cinta dari

Sang Pencipta dan manusia adalah dengan bersikap zuhud. Ya, zuhud, begitu kata Nabi.

Apa itu zuhud?

Zuhud artinya meninggalkan kesenangan duniawi. Bisa juga diartikan dengan kesederhanaan.

Sederhana dalam memandang kehidupan dunia yang fana. Artinya tidak mengorentasikan segala

urusan untuk kesenangan dunia, tapi untuk mendapatkan kebahagiaan di akhirat. Apa yang ada di

hati selalu bernilai akhirat. Apa yang direncakan dan dikerjakan tidak hanya sebatas impian dunia,

tapi jauh ke negeri akhirat sana. Dan dengan kesederhanaan itu, Allah menjadi cinta kepada kita.

Kesederhanaan tidak hanya kepada harta dunia, tapi juga terhadap apa yang dimiliki manusia.

Artinya hati kita tidak iri dengan apa yang dimiliki orang lain. Kita turut bahagia dengan kebahagiaan

orang lain. Kita turut senang saat tetangga kita memperoleh kenikmatan. Kita harus bahagia melihat

rumput tetangga yang lebih hijau, bukan malah benci atau iri saat mereka bisa membeli mobil baru.

Sederhana, baik terhadap gemerlapnya dunia maupun terhadap apa yang dimiliki orang lain, itulah

tips jitu dari baginda Nabi supaya dicintai Allah SWT dan tetangga.

Sederhana atau nggak punya?

Sederhana bukan berarti miskin. Sederhana bukan berarti hidup pas-pasan dan serba kekurangan.

Page 25: IDUL FITHRI SEBAGAI PERJALANAN SPIRITUAL MENEMUI … · Berdasarkan hadits di atas, kita lihat betapa pentingnya keberadaan Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam oleh sebab itu penulis

Sederhana bukan berarti tidak boleh kaya, tapi sederhana adalah sebuah sikap bagaimana kita

menjalani sepenggal episode kehidupan ini dengan tidak berlebih-lebihan. Bisa jadi orang yang

memiliki sifat sederhana adalah seorang saudagar kaya raya, tapi ia tak pernah memamerkan

kekayaannya dengan begitu jemawa. Pakaian yang ia kenakan adalah pakaian pada umumnya orang

memakai, bukan yang berharga jutaan rupiah. Penampilannya biasa-biasa saja alias low profile, juga

tidak congkak sok paling berharta.

Kaya, sukses, berkecukupan, itu suatu hal yang tidak cela. Apalagi hidup di tengah suasana yang

serba membutuhkan dana. Itu sangat penting demi memakmurkan kita dan keluarga. Dulu,

Rasulullah adalah orang yang kaya. Abu Bakar juga seorang saudagar yang kaya. Utsman bin Affan,

Abdurrahman bin Auf, Mush‘ab bin Umair, dan yang lainnya. Mereka adalah orang-orang kaya di

masanya, tapi mereka tetap berlaku sederhana. Bahkan, apa yang mereka miliki seringkali diinfakkan

untuk kesejahteraan bersama.

Kaya boleh-boleh saja, tapi tidak untuk foya-foya. Berharta boleh-boleh saja, tapi jangan berlebih-

lebihan dalam membelanjakannya.

Sederhana vs sombong

Hidup dengan bergaya sederhana akan menjauhkan seseorang dari sifat sombong, bangga diri, dan

congkak. Manakah yang lebih disukai oleh masyarakat? Orang yang sederhana dalam berpenampilan

atau orang yang sok glamour? Orang yang senantiasa tawadhu‘ atau orang yang selalu bercerita

tentang kelebihan dirinya?

Siapa yang tidak suka dengan seorang pemuda yang sederhana, padahal ia putra tunggal pemilik

perusahaan ternama? Sikapnya ramah, suka menolong, dan tidak membeda-bedakan tingkatan

sosial. Ia bergaul dengan siapa saja. Tidak hanya bergaul dengan orang-orang kaya, tapi juga

dengan rakyat biasa. Dan siapa yang tidak benci dengan seorang pemuda yang sok glamour,

berlagak paling kaya, padahal ia anak orang biasa?

Akhir kata, jangan remehkan kesederhanaan, karena sesuatu yang sederhana memiliki makna yang

lebih dahsyat dari apa yang terlihat. A little things mean a lot, begitu kata orang pepatah. Terlebih,

kesederhanaan akan menghantarkan kita pada kebahagiaan, bahagia di dunia dan akhirat. Dicintai

Allah Rabb semesta alam dan makhluk bernama manusia.

Page 26: IDUL FITHRI SEBAGAI PERJALANAN SPIRITUAL MENEMUI … · Berdasarkan hadits di atas, kita lihat betapa pentingnya keberadaan Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam oleh sebab itu penulis

Al Hikam : Apabila Cahaya Yakin Telah Bersinar

Sebagaimana dimaklumi, bahwa bersahabat dengan orang-orang baik dalam agama di mana kita

dapat menjadi orang baik pula, karena persahabatan itu

berarti pada hakikatnya kita bersahabat dengan Allah s.w.t. Demikian pula melihat Wali Allah, pada

hakikatnya kita melihat Allah, sebab Wali-waliNya itu tidak ada sesuatu dalam hati mereka terikat dan

bergantung kepada selain Alah. Dengan demikian, maka bercahayalah hati kita dengan cahaya yakin

terhadap ajaran agama, dan segala tuntunan-tuntunannya. Dan bagaimanakah akibat daripada

cahaya yakin dalam hati apabila telahbersinar cahaya tersebut?

Dalam hal ini, yang Mulia Al-Imam Ibnu Athaillah Askandary telah menerangkan hal keadaan tersebut

dalam rumusan Kalam Hikmahnya sebagai berikut:

"Jikalau cahaya yakin telah bersinar buat anda, pastilah anda melihat akhirat lebih dekat kepada anda

dari anda berjalan kepada akhirat itu. Dan pastilah (pula) anda melihat kebaikan-kebaikan dunia di

mana sungguh telah kelihatan perubahan kehancuran atas kebaikan-kebaikan tersebut."

Kalam Hikmah ini keterangannya sebagai berikut : "Ilmu yang tidak didesak-desak oleh waham tidak

dicampuri oleh keraguan dan tidak disertai oleh kehancuran. Jadi arti yakin ialah ilmu (pengetahuan)

yang telah mantap sedemikian rupa sehingga kita tidak ragu-ragu lagi dan tiak pula dicampuri oleh

hal-hal yang tiak bersifat kepastian.

Ilmu yang tersebut itu ialah ilmu mengenai ketuhanan Allah s.w.t. baik tentang DzatNya maupun

tentang sifat-sifatNya. Demikian juga ilmu yang berupa wahyu yang telah disampaikanNya kepada

Rasul-rasulNya melalui Malaikat dan kitab-kitab suciNya. Ilmu itu apabila cahaya bathin telah bersinar

sedemikian rupa, maka ia akan membawa efek-efek kebajikan lahiriah dan bathiniah.

Efek-efek kebajikan pada lahiriah, maksudnya kelihatan berbekas cahaya itu atas tindak-tanduk

anggota-angota tubuhnya yang lain. Pada waktu itu timbullah kegemarannya kepada akhirat dan

telah kurang perhatiannya kepada dunia yang sama sekali tak ada hubungannya dengan kerohanian

dan keagamaan.

Terdoronglah hatinya kepada Allah dan rindullah perasaanya untuk dapat melihat hakikat

jombangnya Allah, disamping hatinya pula tenang dan tenteram dangan merendah di bawah

keagungan dan kebesarannya Allah s.w.t. Bersegeralah dia menuntut keridhaanNya dan mencapai

segala sesuatu yang dicintaiNya. Lidahnya bergerak menyebut Allah, hatinya penuh dengan berfikir

pada kebesaran dan keagunganNya . Demikian juga rohnya haus untuk mendekat dengan Allah, di

samping mabuk karena minum 'air cinta kasihNya'. Pada waktu itulah dia tenggelam dalam melihat

bagaimana dekatnya dia dengan Allah s.w.t. Inilah tanda-tanda apabila cahaya yakin dalam hati telah

bersinar sedemikian rupa, sehingga mengakibatkan negeri akhirat dengan segala

ihwalnya lebih dekat kepada perasaanya, padahal akhirat itu masih jauh sebab

dia dalam perjalanan. Inilah yang dimaksud dengan firman Allah dengan kitab

suci Al-Quran:

"Sesungguhnya apa yang dijanjikan kepadamu pasti datang. Dan kamu sekali-kali tidak sanggup

menolongnya." (Al_An'am:134)

Dan untuk pengertian itulah penyair ahli Tasawuf telah bersyair sebagai berikut:

"Janganlah anda rela memberikan cinta kepada selain Allah

Page 27: IDUL FITHRI SEBAGAI PERJALANAN SPIRITUAL MENEMUI … · Berdasarkan hadits di atas, kita lihat betapa pentingnya keberadaan Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam oleh sebab itu penulis

Tetapi jadilah selamnya dimabuk rindu nestapa

Anda melihat sesuatu yang ghaib terang dan nyata

Anda beruntung sebab berhubung bertemu rasa"

Demikianlah apabila hati dan perasaan telah dipenuhi dengan cahaya yakin, yang berarti itulah

cahaya iman.

kalaulah demikian maka kerinduan dan cinta itu mengakibatkan segala sesuatu yang jauh dalam

kenyataan adalah dekat dalam perasaaan. Negeri akhirat adalah jauh, sebab harus menempuh sisa

hidup, transisi kubur sebagai alam barzakh dan berkumpulnya manusia di hari kiamat. Teatapi hati

para Wali

Allah menganggap semuanya itu adalah dekat dan selalu terlihat dalam ruang

matanya.

Demikian juga dunia sebagai ciptaan Allah di mana didalam dunia kita lihat secara lahir adanya

keindahan yang bersifat alami atau keindahan yang dibuat oleh tangan manusia. Tetapi terhadap

para Auliya' Allah tiada melihat lahiriahnya tetapi melihat hakikatnya. Mereka melihat bahwa dunia

tidak akan kekal . Mereka melihat kegelapan dan kekacauan penuh berleluasa di mana-mana. Mereka

melihat bahwa semuanya itu hanya membosankan mereka. Itulah yang menyebabkan ghairah hati

dalam dada, mundur teratur melihat kerendahan-kerendahannya.

Sabda Rasulullah s.a.w.: " Bahwasanya cahaya iman apabila telah masuk ke dalam hati terbukalah

dada seseorang dan lapanglah dadanya itu. Ditanyakan kepada Nabi, Wahai Rasulullah! Adakah

sebagian dari tanda-tandanya untuk itu yang dapat dikenal? Nabi menjawab: Ada. (Tandanya ialah);

renggang hatinya dari dunia sebagai kampung tempat tipuan, dan kembali hatinya condong kepada

negeri yang kekal dan bersiap-siap untuk (bekalan) mati sebelum datangnya."

Kesimpulan :

Yakin apabila telah mantap dalam hati, maka hati akan melihat segala-galanya untuk kepentingan

agama dan akhirat, dan segala hijab antara hatinya dan antara kepentingan agama dan akhirat akan

hancur berantakan. Pada waktu itu terang benderanglah jalan yang dituju dan sampailah ia kepada

tujuan utama yang hakiki. Ke arah itulah tujuan para Nabi dan para Rasul dan sekalian hamba-hamba

Allah yang shaleh.

Ya Allah! Engkau kurniakanlah kepada kami hakikat yakin dan kemantapan makrifat kepadaMu.

Engkau sinarkanlah yakin itu dalam hati kami sehingga tertunjuklah segala anggota badaniah kami

lahir dan bathin menuju kepadaMu, ya Allah!.

Page 28: IDUL FITHRI SEBAGAI PERJALANAN SPIRITUAL MENEMUI … · Berdasarkan hadits di atas, kita lihat betapa pentingnya keberadaan Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam oleh sebab itu penulis

Lima Jenis Kegilaan

Terdapat berbagai jenis kegilaan di dunia ini. Kita akan membahas lima jenis kegilaan yang paling

umum.

* Gila yang berasal dari akal pikiran

* Gila akan wanita,

* Gila akan uang,

* Gila akan mabuk-mabukan,

* Gila akan kebijaksanaan.

Pada sebuah persimpangan jalan di dekat taman, berdiri sebuah pohon yang teduh. Lima orang

dengan lima jenis kegilaan duduk bersama di bawah pohon tersebut. Mereka berbicara dengan diri

mereka sendiri. Bagi orang yang berlalu-lalang, lima orang ini terlihat sama, tetapi terdapat alasan

yang berbeda atas kegilaan mereka.

Manusia yang sakit jiwa mengambil semua serpihan kertas dan lembaran daun kering yang ada di

tanah dan meletakkannya di sekitar tangannya sembari mengoceh, ―Kau pergi ke sini, kau pergi ke

sana.‖

Dia yang terobsesi oleh wanita mengambil semua serpihan kertas dan mengira bahwa kertas itu

adalah surat cinta. Dia berkomat-kamit, ―Kekasihku menulis ini, kekasihku menulis itu. Kekasihku

berkata, ‗Aku akan datang kepadamu!‘‖

Dia yang terobsesi oleh uang mengambil semua serpihan kertas, melihatnya, membolak-baliknya, dan

mengomel kepada dirinya sendiri, ―Bank ini, bank itu. Rekening ini, rekening itu. Simpananku.‖

Dia yang gila karena mabuk berdiri dan berjalan sempoyongan di jalan, menabrak orang lain dan

benda-benda yang ada di sekitarnya. Akhirnya, dia terjatuh tak sadarkan diri di jalan, dan maling

merampok pakaiannya. Ketika dia sadar kembali dia begitu malu, sehingga dia kembali ke rumah,

bertengkar dengan istrinya, dan menyalahkan keluarganya atas kesalahannya.

Tetapi dia yang terobsesi oleh kebijaksanaan mengambil sebuah daun kering yang telah mati dan

tersenyum dengan sedih. ―Sungguh indah ketika engkau masih bersatu dengan batangmu. Pada

awalnya engkau adalah sebuah daun indah yang berwarna hijau yang menyejukkan orang lain.

Kemudian engkau berubah menjadi kuning, dan saat ini warnamu menjadi sama dengan tanah.

Engkau adalah daun kering yang akan kembali ke tanah sebagai pupuk. Setiap orang dan segala

sesuatu akan mendapatkan takdir yang sama. Setiap orang dan segala sesuatu menjadi makanan

bagi tanah.‖ Dia tertawa dan menangis, tetapi bukan dari dalam dirinya.

Manusia yang terobsesi dengan kebijaksanaan tertawa karena penjelasannya sendiri. Dia berkata,

―Sungguh inilah kehidupan! Oh Tuhan, aku mencari-Mu dan menjadi gila. Engkaulah satu-satunya

dokter yang dapat menyembuhkan kegilaanku. Jika Engkau tidak datang, aku akan mati seperti daun

ini. Engkaulah Tuhan yang menciptakan, melindungi, dan merawatku. Engkaulah Tuhan yang

memahami dan mengerti akan diriku. Berikanlah aku obat rahmat, cinta dan kebijaksanaan-Mu dan

penuhilah kebutuhan-kebutuhanku. Aku adalah budak-Mu di dunia ini.‖ Hatinya terbuka, dan dia

berserah diri kepada Tuhan.

Empat orang lainnya tidak menyadari hal ini. Mereka berbicara akan apa yang ada di dalam diri

mereka. Tetapi bagi dunia, kelima orang ini terlihat gila.

Page 29: IDUL FITHRI SEBAGAI PERJALANAN SPIRITUAL MENEMUI … · Berdasarkan hadits di atas, kita lihat betapa pentingnya keberadaan Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam oleh sebab itu penulis

Anakku, pahamilah keadaan ini. Jangan mengikuti apa yang dunia lakukan. Jika engkau melihat

seseorang yang benar-benar mengerti akan dirinya, kehilangan dirinya dalam meraih kebijaksanaan,

dan mati dalam Tuhan, engkau sebaiknya menghormatinya dan belajar kebijaksanaan dan kata-kata

baik darinya. Hal itu akan menjadikan engkau mulia.

Page 30: IDUL FITHRI SEBAGAI PERJALANAN SPIRITUAL MENEMUI … · Berdasarkan hadits di atas, kita lihat betapa pentingnya keberadaan Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam oleh sebab itu penulis

Apa itu Insan Kamil?

Insan kamil atau manusia paripurna dibahas secara khusus oleh para sufi, khususnya Ibnu Arabi dan

Abdul Karim Al-Jili. Pengertian insan kamil tidak sesederhana seperti yang selama ini dipahami

kalangan ulama, yaitu manusia teladan dengan menunjuk pada figur Nabi Muhammad SAW.

Bagi para sufi, insan kamil adalah lokus penampakan (madzhar) diri Tuhan paling sempurna, meliputi

nama-nama dan sifat-sifat-Nya. Allah SWT memilih manusia sebagai makhluk yang memiliki

keunggulan (tafadhul) atau ahsani taqwim (ciptaan paling sempurna) menurut istilah Alquran.

Disebut demikian karena di antara seluruh makhluk Tuhan manusialah yang paling siap menerima

nama-nama dan sifat-sifat Tuhan. Makhluk lainnya hanya bisa menampakkan bagian-bagian tertentu.

Bandingkan dengan mineral, tumbuh-tumbuhan, binatang, bahkan malaikat tidak mampu mewadahi

semua nama dan sifat-Nya.

Itulah sebabnya mengapa manusia oleh Seyyed Hossein Nasr disebut sebagai satu-satunya makhluk

teomorfis dan eksistensialis, seperti dijelaskan pada artikel yang lalu. Lagi pula, unsur semua makhluk

makrokosmos dan makhluk spiritual tersimpul dalam diri manusia. Ada unsur mineral, tumbuh-

tumbuhan, dan binatang sebagai makhluk fisik.

Ada juga unsur spiritualnya yang non-fisik, yakni roh. Tegasnya, manusia sempurna secara kosmik-

universal dan sempurna pula pada tingkat lokal-individual. Itu pula sebabnya manusia sering disebut

miniatur makhluk makrokosmos (mukhtasar al-‗alam) atau mikrokosmos (al-insan al-kabir).

Keparipurnaan manusia diungkapkan pula dalam ayat dan hadis. Dalam Alquran disebutkan, manusia

diciptakan paling sempurna (QS. At-Tin: 4) dan satu-satunya makhluk yang diciptakan dengan ―dua

tangan‖ Tuhan (QS. Shad: 75), dan diajari langsung oleh Allah semua nama-nama (QS. Al-Baqarah:

31).

Dalam hadis-hadis tasawuf, banyak dijelaskan keunggulan manusia, seperti, Innallaha khalaqa ‗Adam

‗ala shuratih (Allah menciptakan Adam sesuai dengan bentuk-Nya). Oleh kalangan sufi, ayat dan

hadis itu dinilai bukan saja menunjukkan manusia sebagai lokus penjelmaan (tajalli) Tuhan paling

sempurna, melainkan juga seolah menjadi nuskhah atau salinan. Menurut istilah Ibnu Arabi disebut

as-shurah al-kamilah.

Manusialah satu-satunya makhluk yang mampu mengejawantahkan nama dan sifat Allah baik dalam

bentuk keagungan maupun keindahan Allah. Malaikat tidak mungkin mengejawantahkan sifat Allah

Yang Maha Pengampun, Maha Pemaaf, dan Maha Penerima Taubat karena malaikat tidak pernah

berdosa.

Tuhan tidak bisa disebut Maha Pengampun, Maha Pemaaf, dan Maha Penerima Taubat tanpa ada

makhluk dan hambanya yang berdosa, sementara malaikat tidak pernah berdosa. Demikian pula

makhluk-makhluk Allah lain yang hanya mampu mengejawantahkan sebagian nama dan sifat Allah.

Dari sinilah sesungguhnya manusia disebut insan kamil.

Kesempurnaan lain manusia menurut Ibnu Arabi adalah diri manusia mempunyai perpaduan dua

unsur penting, yaitu aspek lahir dan batin.

Aspek lahir baharu (hadis) dan aspek batin yang tidak baharu. Seperti disimpulkan Dr Kautsar Azhari

Noer dalam disertasinya, ―Aspek lahir manusia adalah makhluk dan aspek batinnya adalah Tuhan.‖

Page 31: IDUL FITHRI SEBAGAI PERJALANAN SPIRITUAL MENEMUI … · Berdasarkan hadits di atas, kita lihat betapa pentingnya keberadaan Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam oleh sebab itu penulis

Kepaduan dan kesempurnaan manusia inilah yang melahirkan konsep khalifah dan ketundukan alam

semesta (taskhir). Atas dasar ini maka dapat dipahami mengapa para malaikat sujud kepada Adam

dan alam semesta tunduk kepada anak manusia.

Namun, perlu diketahui, konsep insan kamil menurut Ibnu Arabi maupun Al-Jili menyatakan tidak

semua manusia berhak menyandang gelar ini. Manusia yang tidak mencapai tingkat kesejatiannya

seperti manusia yang didikte hawa nafsunya sehingga meninggalkan keluhuran dirinya, kata Ibnu

Arabi, tidak layak disebut insan kamil.

Hanyalah mereka yang telah menyempurnakan syariat dan makrifatnya benar yang layak disebut

insan kamil. Manusia yang tidak mencapai tingkat kesempurnaan lebih tepat disebut binatang

menyerupai manusia dan tidak layak memperoleh tugas kekhalifahan.

Perlu ditegaskan kembali, kesempurnaan manusia bukan terletak pada kekuatan akal dan pikiran (an-

nuthq) yang dimilikinya, melainkan pada kesempurnaan dirinya sebagai lokus penjelmaan diri (tajalli)

Tuhan. Manusia menjadi khalifah bukan karena kapasitas akal dan pikiran yang dimilikinya.

Alam raya tunduk kepada manusia bukan pula karena kehebatan akal pikirannya, tetapi lebih pada

kemampuan manusia mengaktualisasikan dirinya sebagai insan kamil. Kemampuan aktualisasi diri ini

bukan kerja akal, melainkan kerja batin, yakni kemampuan intuitif manusia menyingkap tabir yang

menutupi dirinya dari Tuhan.

Kekuatan intuitif (kasyf) dan rasa (dzauq) jauh lebih dahsyat daripada akal pikiran. Tidak semua

manusia secara otomatis mampu menjadi insan kamil. Ia memerlukan perjuangan dan mungkin

perjalanan panjang. Tidak cukup bermodal kecerdasan logika dan intelektual. Yang lebih penting

adalah kecerdasan emosional-spiritual.

Modal utama menjadi khalifah di bumi pun tidak cukup dengan kecerdasan logika dan intelektual,

tetapi diperlukan juga kualitas insan kamil. Saat alam dikelola manusia yang tidak berkualitas insan

kamil, selain menimbulkan ancaman yang dikhawatirkan malaikat, yaitu kerusakan alam dan

pertumpahan darah (QS. Al-Baqarah: 30), alam juga belum tentu mau tunduk kepada manusia.

Banyak contoh alam membangkang kepada manusia sebagaimana diperlihatkan di dalam kisah-kisah

umat terdahulu di dalam Alquran.

Umat Nuh yang keras kepala (QS. 53: 52) ditimpa bencana banjir (QS. 11: 40). Umat Syu‘aib yang

korup (QS. 7: 85, 11: 84-85) ditimpa gempa mematikan (QS 11: 94).

Umat Saleh yang hedonistik (QS. 26: 146-149) ditimpa keganasan virus dan gempa bumi (QS. 11:

67-68). Umat Luth yang dilanda penyimpangan seksual (QS. 11: 78-79) ditimpa gempa dahsyat (QS.

11: 82). Penguasa Yaman, Raja Abrahah, yang ambisius ingin mengambil alih Ka‘bah dihancurkan

oleh burung/virus (QS. 105: 1-5).

Hujan tadinya menjadi sumber air bersih dan pembawa rahmat (QS. 6: 99), tiba-tiba menjadi sumber

malapetaka. Banjir memusnahkan areal kehidupan manusia (QS. 2: 59). Gunung-gunung tadinya

sebagai patok bumi (QS. 30: 7) tiba-tiba memuntahkan lahar panas dan gas beracun (QS. 77: 10).

Angin yang tadinya berfungsi dalam proses penyerbukan tumbuh-tumbuhan (QS. 18: 45) dan

mendistribusikan awan (QS. 2: 164) tiba-tiba tampil ganas meluluhlantakkan segala sesuatu yang

Page 32: IDUL FITHRI SEBAGAI PERJALANAN SPIRITUAL MENEMUI … · Berdasarkan hadits di atas, kita lihat betapa pentingnya keberadaan Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam oleh sebab itu penulis

dilewatinya (QS. 41: 16). Lautan tadinya jinak melayani mobilitas manusia (QS. 22: 65) tiba-tiba

mengamuk dan menggulung apa saja yang dilaluinya (QS. 81: 6).

Tadinya, malam membawa kesejukan dan ketenangan (QS. 27: 86) tiba-tiba menampilkan ketakutan

yang mencekam dan mematikan (QS. 11: 81). Siang tadinya menjadi hari-hari menjanjikan (QS. 73:

7) seketika berubah menjadi hari-hari menyesakkan dan menyedot energi positif (QS. 46: 35).

Kilat dan guntur sebelumnya menjalankan fungsi positifnya dalam proses nitrifikasi untuk kehidupan

makhluk biologis di bumi (QS. 13: 12) tiba-tiba menonjolkan fungsi negatifnya, menetaskan larva-

larva (telur hama) betina, yang memusnahkan berbagai tanaman para petani (QS. 13: 12).

Disparitas flora dan fauna tadinya tumbuh seimbang mengikuti hukum-hukum ekosistem (QS. 13: 4)

tiba-tiba berkembang menyalahi pertumbuhan deret ukur kebutuhan manusia sehingga kesulitan

memenuhi komposisi kebutuhan karbohidrat dan proteinnya secara seimbang (QS. 7: 132).

Manakala manusia kehilangan jati dirinya sebagai insan kamil, pertanda berbagai krisis akan muncul.

Sebaliknya, selama masih ditemukan kualitas insan kamil di muka bumi, sepanjang itu kiamat belum

akan terjadi.

Page 33: IDUL FITHRI SEBAGAI PERJALANAN SPIRITUAL MENEMUI … · Berdasarkan hadits di atas, kita lihat betapa pentingnya keberadaan Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam oleh sebab itu penulis

Keutamaan Cinta Dalam Ibadah

Ibnu Qayyîm al-Jawziyyah menghimpun banyak ungkapan dari para sufi besar berkenaan dengan

cinta dan prioritasnya dalam peribadatan yang benar:

• Junaid mengatakan:

Saya mendengar al-Harits al-Muhâsibi berkata, cinta itu terjadi apabila engkau merasa condong

secara penuh terhadap sesuatu, dan kemudian engkau lebih menyukai hal tersebut melampaui

dirimu, jiwamu dan milikmu sendiri, kemudian kerelaanmu atas hal itu sepenuh lahir dan batin, dan

kemudian engkau mengetahui kelemahanmu dalam cintamu kepada-Nya.

• ‗Abd Allâh Ibn al-Mubarak

Barang siapa diberi sebagian dari cinta dan ia tidak diberi rasa kagum dengan jumlah yang sama,

maka ia telah tertipu.

• Yahya Ibn al-Mu`adz al-Razi berkata:

Cinta seberat atom lebih aku sukai daripada tujuh puluh tahun ibadah tanpa cinta.

• Abu Bakrah al-Qaththani berkata:

Pada musim haji terjadi diskusi tentang cinta di kota Mekah dan para syekh berbicara tentang hal itu.

Junaid adalah yang termuda usianya di antara mereka. Mereka berkata kepada Junaid, ―Katakanlah

apa yang engkau miliki, wahai orang Irak.‖ Ia menundukkan kepalanya penuh hormat dan kedua

matanya penuh airmata, kemudian berkata, ―Seorang hamba meninggalkan dirinya sendiri, tak putus

mengingat Tuhannya, terus-menerus memenuhi tugas-tugasnya, memandang kepada-Nya dengan

hatinya, hati yang terbakar oleh cahaya Keagungan-Nya, dan minumannya begitu jernih dari gelas

cinta-Nya. Apabila ia berkata, itu karena Allah dan apabila ia berucap itu dari Allah, apabila ia

berpindah itu karena perintah dari Allah dan apabila ia diam ia bersama Allah. Ia oleh Allah, ia untuk

Allah dan ia bersama Allah (fa huwa billâhi wa lillâhi wa ma`allâhi).‖ Para syekh itu lantas menangis

keras dan berkata, ―Tidak ada lagi cinta di atas itu, semogalah Allah menguatkanmu, wahai Mahkota

para Pengenal (Tâj al-`ârifîn–penj.)!‖

• Junaid juga mengatakan:

Orang yang mengenal Allah tidaklah dianggap sebagai orang yang mengenal sampai ia menjadi

seperti tanah; sama saja baginya apakah orang baik atau orang jahat yang menginjak-nginjaknya;

atau seperti hujan, ia memberi tanpa membeda-bedakan, baik kepada mereka yang ia sukai atau pun

tidak ia sukai.

• Sumnun mengatakan:

Para pecinta Allah memperoleh kemuliaan di dunia dan di akhirat. Nabi saw bersabda, ―Manusia itu

bersama orang yang dicintainya,‖ Mereka bersama Allah baik selagi di dunia atau pun di akhirat.

• Yahya Ibn Muadz juga mengatakan:

Bukanlah orang yang benar seseorang yang menganggap diri mencintai-Nya seraya melanggar

larangan-larangan-Nya.

• Ia juga mengatakan:

Orang yang mengenal Allah akan meninggalkan kehidupan duniawi ini dan ia tidak pernah merasa

cukup dengan dua hal: menangisi dirinya sendiri, dan menangisi kerinduannya kepada Tuhannya.

• Penempuh jalan penyucian diri lainnya mengatakan:

Pengenal Allah tidaklah dikatakan pengenal sehingga apabila kekayaan Sulaiman diberikan

kepadanya, kekayaan itu tidak akan sekejappun membuatnya sibuk dengan selain Allah.

Page 34: IDUL FITHRI SEBAGAI PERJALANAN SPIRITUAL MENEMUI … · Berdasarkan hadits di atas, kita lihat betapa pentingnya keberadaan Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam oleh sebab itu penulis

SUJUD

―Hendaklah engkau memperbanyak sujud, karena tidaklah engkau sujud saja sujud demi karena

Allah, kecuali Allah mengangkat dengan sujud itu satu derajat dan menggugurkan satu dosa.‖ (Rasul

Saw).

Abu Firâs, Rabî‘ah bin Ka‗b al-Aslami, adalah seorang pria yang seringkali melayani Rasul saw. Karena

seringnya, maka suatu ketika Rasul saw. bermaksud membalas budinya, dengan memberinya sesuatu

yang bersifat material dan dalam jangkauan kemampuan beliau. Beliau bersabda: ―Hai Abu Firâs,

pintalah sesuatu kepadaku.‖ Mendengar itu, langsung saja Abu Firâs berkata: ―Aku meminta kiranya

aku menemanimu di surga.‖ Nabi saw. terperanjat, karena tidak menduga yang dimintanya surga.

―Mintalah yang lain!‖ jawab Nabi mengelak. ―Tidak ada yang lain, hanya itu, wahai Rasul.‖ ―Jika

demikian, maka bantulah aku (guna memperoleh permintaanmu itu) dengan memperbanyak sujud.‖

Demikian pesan Rasulullah kepadanya (HR. Muslim).

Hadits semakna diriwayatkan oleh sahabat Nabi yang lain yaitu Tsaubân. Menurutnya Rasul saw.

pernah menyampaikan kepadanya bahwa: ―Hendaklah engkau memperbanyak sujud, karena tidaklah

engkau sujud saja sujud demi karena Allah, kecuali Allah mengangkat dengan sujud itu satu derajat

dan menggugurkan satu dosa.‖

Yang dimaksud dengan sujud dalam hadits-hadits di atas, bukan sekedar meletakkan ketujuh

anggota badan – dahi, kedua telapak tangan, dan kedua lutut serta jari-jari kaki – ke lantai, tetapi ia

adalah sikap kejiwaan yang tecermin dalam perasaan seseorang tentang kehebatan dan keagungan

Allah, rahmat dan kasih sayang-Nya, yang mengantar kepada kepatuhan melaksanakan perintah dan

menjauhi larangan-Nya. Itu pulalah yang dilukiskan Nabi saw. sebagai saat terdekat seseorang

kepada Allah. ―Sedekat-dekat seorang hamba kepada Allah, adalah saat ia sujud.‖

Perjalanan menuju ke surga sungguh panjang; di sana sini banyak gangguan; ada yang berupa

godaan dan rayuan, dan juga ancaman yang menakut-nakutkan. Tetapi bila tekad dibulatkan, dan

perjalanan dilanjutkan, maka insya Allah, seseorang akan terbiasa dengan gangguan itu, dan tahu

bagaimana menampik dan menghindarinya. Yang dibutuhkan hanyalah niat yang tulus, tekad yang

kuat, serta kemauan yang bulat. Dengan niat yang tulus, Anda akan memiliki tekad yang kuat,

dengan tekad, Anda akan mampu beramal, seringnya beramal menghasilkan kebiasaan, dan

kebiasaan adalah banyak dan berulangnya sesuatu.

Niat yang tulus itulah yang menghasilkan nurani yang suci. Bukan nurani yang digambarkan oleh

sementara pakar ilmu jiwa yang katanya memelihara pribadi seseorang dari tekanan-tekanan yang

ditimbulkan oleh dunia luar, agar tunduk kepada peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh orang

tua, masyarakat dan Tuhan. Bukan juga hati nurani yang timbul dari rasa benci yang mendalam,

yang bila dinampakkan oleh ―bawah sadar‖ berbenturan ia dengan selainnya, sehingga dengan

terpaksa kebencian itu dikemas dengan ―kasih‖ yang dimanipulasi, sehingga yang bersangkutan

berpura-pura cinta dan senang kepada orang lain atau kebajikan.

Bukan ini dan bukan itu, tetapi hati nurani yang sadar dan berdialog dengan fitrah kesucian manusia,

dan yang mengingatkannya dari saat ke saat tentang tujuan hidup yang bukan hanya untuk dirinya

sendiri, bukan juga hanya untuk memenuhi kebutuhan jasmani. Bukan hidup yang hanya sekarang

dan di sini, tetapi hidup yang berkelanjutan yang melampaui batas usia seseorang di pentas bumi ini,

atau melampaui usia generasinya saja tetapi bahkan generasi manusia seluruhnya. Hati nurani yang

menghasilkan pengawasan yang melekat pada diri seseorang yang timbul dari dalam, bukan dari luar

pengawasan yang menghalanginya melakukan kedurhakaan sekaligus mendorongnya melakuan

kebaikan kendati dia jauh dari pandangan manusia.

Page 35: IDUL FITHRI SEBAGAI PERJALANAN SPIRITUAL MENEMUI … · Berdasarkan hadits di atas, kita lihat betapa pentingnya keberadaan Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam oleh sebab itu penulis

Dengan membiasakan sujud kepada Allah dalam pengertian di atas, akan terbentuk hati nurani yang

benar-benar memiliki cahaya yang menerangi perjalanan manusia, memberinya bekal untuk

membedakan yang haq dari yang batil, memisahkan yang salah dari yang benar, sehingga dengannya

ia mengetahui kebajikan dan dosa, kendati orang lain memfatwakan sebaliknya. ―Kebajikan adalah

yang mantap dalam jiwa (yang suci), sedang dosa adalah keraguan dalam dada dan engkau enggan

diketahui orang lain (bila melakukannya).‖

Demikian Rasul saw. menyerahkan kepada jiwa – setelah dibentuk menurut pola Islami yakni dengan

memperbanyak sujud – menyerahkan kepadanya penilaian dan tolok ukur kebaikan dan keburukan

sambil memberinya kemampuan melaksanakan yang baik dan menghindar dari yang buruk, sehingga

pada akhirnya seseorang akan memperoleh surga bahkan akan hidup di sana tidak jauh dari Rasul

saw., sebagaimana diidamkan oleh Abu Firâs. Semoga kita pun berada disana bersama beliau.

Page 36: IDUL FITHRI SEBAGAI PERJALANAN SPIRITUAL MENEMUI … · Berdasarkan hadits di atas, kita lihat betapa pentingnya keberadaan Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam oleh sebab itu penulis

Hb. Lutfi : Pengertian Berzikir Sampai Gila

Tanya Jawab dengan Habib Lutfi,- Al Kisah

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Seorang guru tarekat memberi keterangan bahwa

membaca zlkir La ilaha illallah dalam sehari semalam tidak boleh lebih dari 12.000 kali. Kalau

melebihi, bisa berakibat gila. Benarkah hal itu? Lalu bagaimana bila dikaitkan dengan

Hadist,wPerbanyaklah zikir sampai kamu gila?" Demikian pertanyaan inl, atas jawabannya saya

ucapkan terima kasih. Wasalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

jawaban:

Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Saudara Bambang, ada bacaan tertentu yang harus

Anda perhatikan. Misalnya, bacaan kalimat La Ilaha illallah, bacaan Allah, Allah, kalimat yang

mengandung Asma al-Husna, atau wirid yang mengandung ayat Al-Qur'an. Semua itu harus

diperhatikan, karena mengandung asrar atau rahasia karena di dalamnya mengandung magnet yang

tinggi, tergantung besar-kecilnya, sesuai pemberian Allah (Swt).

Hal itu tidak diketahui oleh semua ulama. Yang mengerti hanya sebagalan besar kalangan para wall.

Saya ambilkan contoh yang mudah dipahami, misalnya obat-obatan. Dari tablet sampal kapsul, yang

mengerti dosis-dosisnya adalah dokter. Bila si peminum obat mengalami overdosis, pasti akibatnya

kurang baik. Kekuatan zikir lebih dari itu. Bila tubuh dan batinnya kurang kuat menerima asrar-nya,

maka akan timbul perbuatan ganjil atau tidak pada tempatnya. Terkadang yang mengamalkan tidak

merasa. Untuk itu perlu batasan dalam dosisnya.

Adapun terkait Hadist yang Anda tanyakan, yang dimaksud sampai gila adalah cinta yang luar biasa.

Sebab, bila zikir dibaca dengan baik, ia mampu menumbuhkan cinta yang amat kuat kepada Allah,

juga tumbuh rasa khawf (takut) bila imannya meluntur atau tipis, yang berakibat dirinya jauh dari

Allah dan Rasul-Nya. Maka gandengan kalimat khawf adalah raja' (peng-harapan) yang penuh. Tiada

yang bisa diharapkan terkecuali Allah, baik untuk bersandar, berteduh, berlindung maupun

memohon. Yang ditakutkan adalah matl dalam keadaan su'ul khatimah (akhir kehidupan yang jelek),

dan yang diharapkan yaitu mati dalam keadaan husnul khatimah (akhir kehidupan yang baik). Selain

dan khawf, raja', ada juga haya', yang artinya malu kepada Allah. Dia malu bila berbuat maksiat,

malu bila akhlaknya dan budi pekertinya tidak terpuji kepada Allah, Rasul-Nya, para sahabat, para

wali, dan para ulama. Itulah yang terkandung dalam Hadist tersebut. Jadi bukan gila dalam

pengertian penyakit dan bukan pula gila dalam pengertian meninggalkan syariat atau sunnah, akhlak

dan adab Nabi (saw).

Orang yang gila (tergila-gila) atau gandrung kepada Allah jauh berbeda dibanding gila karena

maksiat. Biasanya orang yang gandrung dengan pacarnya, akan berpakaian rapi, menggunakan

parfum, berbuat apa saja untuk mendapat simpati dan cintanya. Padahal bila sudah tercapai, orang

yang dicintai dan dinikaihnya itu, tidak bisa menjamin akan selamatdari api neraka, atau menjadi

jaminan masuk surga-Tetapi, kalau kita gandrung dengan Yang Menciptakan surga, Pastilah kita akan

didekatkan dengannya, masuk surga.

Page 37: IDUL FITHRI SEBAGAI PERJALANAN SPIRITUAL MENEMUI … · Berdasarkan hadits di atas, kita lihat betapa pentingnya keberadaan Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam oleh sebab itu penulis

RAHASIA SYUKUR

Syukur, inilah satu jenis perasaan yang jarang bermukim permanen di hati kita. Bahkan, kerap kita

lupa dan alpa. Istilah saya, kadarkum. Kadang sadar, kadang kumat. Nah, sidang pembaca sekalian,

mulai sekarang, ketahuilah bahwa sebenarnya Anda adalah orang yang sangat beruntung, baik dalam

bisnis maupun dalam kehidupan sehari-hari. Dan itu amat layak untuk Anda syukuri. Hm, tidak

percaya? Silakan simak alinea berikutnya.

Jika Anda mempunyai makanan di lemari es, pakaian yang menutup badan, atap di atas kepala, dan

tempat untuk tidur, maka Anda lebih kaya daripada 75 persen penduduk dunia! Jika Anda mempunyai

tabungan di bank dan uang receh di dompet, maka Anda lebih kaya daripada 92 persen penduduk

dunia!

Jika Anda tidak pernah mengalami kesengsaraan karena perang, penjara, penyiksaan, atau

kelaparan, maka Anda lebih beruntung daripada 700 juta orang di dunia! Jika Anda dapat menghadiri

tempat ibadah atau pertemuan religius tanpa rasa takut akan penyerangan, penangkapan, atau

kematian, maka Anda lebih beruntung daripada 3 milyar orang di dunia! Dan jika Anda dapat

membaca tulisan saya, maka Anda lebih beruntung daripada lebih dari 2 juta orang di dunia yang

tidak dapat membaca sama sekali!

Terus, syukur dan sukses, adakah kaitannya? Ah, jangan ditanya. Erat sekali kaitannya. Anda sudah

baca buku kecil berpengaruh besar The Secret? Dipaparkan di sana, syukur adalah anak tangga

mutlak untuk memastikan kesuksesan. Wejangan si pengarang, ―Bayangkanlah hal-hal yang Anda

dambakan dengan penuh rasa syukur, seakan-akan Anda sudah menerimanya. Dengan demikian,

Anda akan menerimanya segera!‖ Inilah hasil kerja dari hukum tarik-menarik yang universal.

Baca pula buku fenomenal dan kontroversial The Hidden Messages in Water. Di buku yang

direkomendasikan oleh pakar pengembangan diri kelas dunia Anthony Robbins dan John Gray ini

dituliskan bahwa air seolah-olah dapat mengerti bahasa manusia. Lebih jauh lagi, kristal air akan

memperagakan bentuknya yang paling apik dan menarik apabila diperdengarkan kata ‗syukur‘ dan

‗cinta‘ -dalam bahasa apapun!

Itu semua, apa artinya sih? Pahamilah, alam semesta berasal dari air. Semua kehidupan juga bermula

dari air. Dan yang terpenting, 70 persen tubuh manusia terdiri dari air. Jadi, setiap kali Anda

menyebut kata ‗syukur‘ atau menyimpan rasa syukur, pada waktu yang sama Anda membekali diri

Anda dengan energi-energi positif yang sangat Anda butuhkan untuk menggapai sukses. Tambahan

lagi, kata ‗syukur‘ dan rasa syukur memendam setumpuk manfaat yang lain, di antaranya

menyejukkan hati dan memungkinkan Anda menuai hikmah dari berbagai kejadian.

Tidak mengherankan semua agama menganjurkan dan mengajarkan kita untuk menghafalkan dan

melafalkan kata ‗alhamdulillah‘, ‗puji Tuhan‘ atau yang sejenis sebanyak-banyaknya -bahkan sampai

ribuan kali sehari. Ternyata, ini bukan semata-mata soal kalkulasi pahala. Jauh-jauh hari Yang Maha

Kuasa telah merancang ini sebagai modal untuk sukses.

Apalagi Ia telah berkomitmen di kitab-Nya, ―Sesungguhnya jika engkau bersyukur, niscaya Aku akan

menambahkan lebih banyak nikmat kepada engkau.‖ Dan tentunya kita yakin bahwa Ia akan

menepati janjinya. Akhirnya, janganlah kita cuma pandai meminta. Lengkapi pula dengan bersyukur.

Page 38: IDUL FITHRI SEBAGAI PERJALANAN SPIRITUAL MENEMUI … · Berdasarkan hadits di atas, kita lihat betapa pentingnya keberadaan Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam oleh sebab itu penulis

Hakikat Iman

Di dalam kitab tafsir Ruhul Bayan disebutkan bahwa iman menurut syari‘at adalah meyakini dengan

hati, mengakui dengan lisan dan mengerjakan dengan amal perbuatan. Adapun pengertian Islam

menurut syari‘at adalah tunduk dan patuh. Maka setiap yang beriman berarti telah Islam, namun

tidak setiap yang Islam berarti telah beriman. Adapun pengertian Islam menurut hakikat yaitu

sebagaimana sabda Nabi SAW:

ذ ا تش ا االهللا الان

Menyaksikan tiada Tuhan selain Allah, sedangkan pengertian iman secara hakikat adalah

sebagaimana firman Allah dalam surat al-Hadid ayat 16 :

وأل أ ا نهز أي ى تخشغ ا ب نزكشهللا قه

Belumlah seseorang itu dikatakan beriman sebelum hatinya itu dapat khusyuk mengingat Allah.

Dari pengertian iman secara syari‘at dan hakikat ini, imam Ghazali membagi iman manusia kepada

tiga tingkatan:

Iman tingkat pertama adalah imannya orang-orang awam yaitu imannya kebanyakan orang yang

tidak berilmu. Mereka beriman karena taklid semata. Sebagai perumpamaan iman tingkat pertama

ini, kalau kamu diberi tahu oleh orang yang sudah kamu uji kebenarannya dan kamu mengenal dia

belum pernah berdusta serta kamu tidak merasa ragu atas ucapannya, maka hatimu akan puas dan

tenang dengan berita orang tadi dengan semata-mata hanya mendengar saja.

Ini adalah perumpamaan imannya orang-orang awam yang taklid. Mereka beriman setelah

mendengar dari ibu bapak dan guru-guru mereka tentang adanya Allah dan Rasul-Nya dan kebenaran

para Rasul itu beserta apa-apa yang dibawanya. Dan seperti apa yang mereka dengar itu, mereka

menerimanya serta tidak terlintas di hati mereka adanya kesalahan-kesalahan dari apa yang

dikatakan oleh orang tua dan guru-guru mereka, mereka merasa tenang dengannya, karena mereka

berbaik sangka kepada bapak, ibu dan guru-guru mereka, sebab orang tua tidak mungkin

mengajarkan yang slah kepada anak-anaknya, guru juga tidak mungkin mengajarkan yang salah

kepada murid-muridnya. Karena kita percaya kepada orang tua dan kepada guru, maka kita pun

beragama Islam.

Iman yang semacam ini tidak jauh berbeda dengan imannya orang-orang Yahudi dan Nasrani yang

juga merasa tenang dengan hal-hal yang mereka dengar dari ibu, bapak dan guru-guru mereka.

Bedanya adalah mereka memperoleh ajaran yang salah dari orang tua dan guru-guru mereka,

sedangkan orang-orang Islam mempercayai kebenaran itu bukan karena melihat kebenaran karena

penyaksiannya terhadap Allah, tetapi karena mereka telah diberikan ajaran yang haq, yang benar.

Selanjutnya iman tingkat kedua yaitu imannya orang-orang ahli Ilmu Kalam yaitu dimana mereka

beriman cukup berdasarkan dalil aqli dan naqli, dan mereka merasa puas dengan itu. Iman tingkat

kedua ini tidak jauh berbeda derajatnya dengan iman tingkat pertama. Sebagai contoh, apabila ada

orang yang mengatakan kepadamu bahwa Zaid itu di rumah, kemudian kamu mendengar suaranya,

maka bertambahlah keyakinanmu, karena suara itu menunjukkan adanya Zaid di rumah tersebut.

Lalu hatinya menetapkan bahwa suara orang tersebut adalah suara si Zaid.

Iman pada tingkat ini adalah iman yang bercampur baur dengan dalil dan kesalahan pun juga

Page 39: IDUL FITHRI SEBAGAI PERJALANAN SPIRITUAL MENEMUI … · Berdasarkan hadits di atas, kita lihat betapa pentingnya keberadaan Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam oleh sebab itu penulis

mungkin terjadi karena mungkin saja ada yang berusaha menirukan suara tadi, tetapi yang

mendengarkan tadi merasa yakin dengan apa yang telah di dengarnya, karena ia tidak berprasangka

buruk sama sekali dan ia tidak menduga ada maksud penipuan dan peniruan. Jadi imannya orang-

orang ahli ilmu kalam masih terdapat kesalahan dan kekeliruan padanya.

Adapun Iman tingkat ketiga yaitu imannya orang-orang ahli makrifat yang telah mempelajari tarekat.

Mereka beriman kepada Allah dengan pembuktian melalui penyaksian kepada Allah. Sebagai

perumpamaan: Apabila kamu masuk ke dalam rumah, maka kamu akan melihat dan menyaksikan

Zaid itu dengan pandangan mata kamu. Inilah makrifat yang sebenarnya dan inilah yang dikatakan

iman yang sebenarnya. Karena mereka beriman dengan pembuktian melalui penyaksian mata

hatinya, maka mustahil mereka terperosok ke jurang kesalahan.

Dari ketiga tingkatan iman ini dapatlah kita ketahui bahwa hanya orang-orang ahli makrifatlah atau

orang-orang ahli tarekatlah yang dikatakan benar-benar telah beriman kepada Allah. Adapun imannya

orang-orang awam dan imannya orang-orang ahli ilmu kalam adalah beriman secara syari‘at, namun

secara hakikat mereka belum beriman kepada Allah, disebabkan karena ketiadaan ilmu dan

ketidaktahuan mereka. Jadi hanya dengan mempelajari tarekatlah kita baru dapat lepas dari syirik

khafi (syirik yang tersembunyi) dan syirik yang jali (syirik yang nyata).

Kita patut bersyukur kepada Allah SWT karena kita tergolong kepada tingkatan iman yang ketiga

yaitu imannya orang-orang ahli makrifat yang tentunya peringkat ini hanya dapat dicapai oleh orang-

orang yang telah mempelajari ilmu tarekat. Karena tanpa bertarekat mustahil Allah dapat dikenal.

Namun mayoritas umat Islam saat ini tidak mau mempelajari ilmu tarekat atau ilmu hati, sehingga

mereka tidak mengenal Tuhan yang mereka sembah dan sesungguhnya mereka berada dalam

kesesatan yang nyata sebagaimana firman Allah dalam surat az-Zumar ayat 22 :

م ى نهقسة ف ب قه ضهم فى أنئك ركشهللا ي ب ي

Artinya : Maka celakalah bagi orang yang hatinya tidak dapat mengingat Allah, mereka itu dalam

kesesatan yang nyata.

Demikianlah celaan Allah terhadap orang-orang yang tidak dapat mengingat-Nya, yang kesemuanya

itu disebabkan karena mereka tidak mempelajari soal hati. Namun kebanyakan umat Islam saat ini

tidak tahu kalau mereka itu tidak tahu. Mereka menganggap bahwa amal ibadah mereka dapat

diterima oleh Allah SWT, karena merasa bahwa tauhid mereka telah sempurna, padahal

sesungguhnya mereka berada dalam kesesatan yang nyata.

Tentu bagi kita yang telah memperoleh ilmu dan pengenalan kepada Allah, kita memiliki kewajiban

untuk berdakwah dalam rangka melepaskan umat manusia dari kesesatan karena tidak mengenal

Allah, dan di dalam melakukan dakwah tentunya harus dilaksanakan dengan arif dan bijaksana,

sebagaimana firman Allah

م انى أدع ة سبك سب ػظة ببنحك ان ة انحس

Artinya : Serulah kepada Tuhanmu dengan bijaksana dan nasehat yang baik.

Dakwah bil hikmah adalah dakwah yang ditujukan kepada orang yang alim atau orang yang berilmu.

Adapun dakwah dengan mauizatil hasanah adalah dakwah yang ditujukan kepada orang yang awam

atau orang yang bodoh dengan cara memberikan nasehat yang baik.

Page 40: IDUL FITHRI SEBAGAI PERJALANAN SPIRITUAL MENEMUI … · Berdasarkan hadits di atas, kita lihat betapa pentingnya keberadaan Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam oleh sebab itu penulis

Ada dua jenis orang bodoh yang harus kita ketahui sebagai sasaran dakwah kita. Jenis pertama

adalah orang bodoh yang mau belajar, maka tunjukilah ia, karena dia memang jauh dari panduan

dan petunjuk sedang niatnya penuh untuk menambah ilmu pengetahuan dan taat melakukan ibadah.

Jenis yang kedua adalah orang bodoh yang tidak tahu kalau dirinya tidak tahu dan tidak mau tahu.

Maka janganlah dekati dia dan jangan membuang-buang waktu untuk mendakwahinya karena orang

bodoh jenis kedua ini adalah syetan yang berwujud manusia. Pintarnya tidak dapat diturutkan,

bodohnya tidak dapat ditunjukkan, ia lebih bodoh dari keledai, lebih bebal dari lembu. Tinggalkanlah

ia dalam kebodohannya, sampai nanti Allah merobahnya.

Kalau menghadapi orang bodoh saja sudah sulit, tentu lebih sulit lagi berdakwah kepada orang yang

berilmu dikarenakan kesombongan yang ada pada dirinya karena telah merasa banyak memiliki ilmu.

Orang alim seperti ini disebut alim tanggung, ilmunya ke atas tak sampai, ke bawah tak jejak, yang

selalu berebut pengaruh di masyarakat dan berdakwah di sana-sini. Mereka bagaikan cendawan yang

tumbuh menonjol di sana-sini sambil membusungkan dada dengan banyaknya ilmu yang tak bersari.

Sungguh sedih dan kasihan kita melihat orang yang seperti ini. Disangka emas rupanya mentasi.

Maka ajaklah mereka ini untuk mengenal Allah dengan cara yang bijaksana karena mereka terhijab

oleh ilmu yang mereka miliki.

Page 41: IDUL FITHRI SEBAGAI PERJALANAN SPIRITUAL MENEMUI … · Berdasarkan hadits di atas, kita lihat betapa pentingnya keberadaan Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam oleh sebab itu penulis

Bagaimana Belajar Makrifat?

Prof Dr Nasiruddin Umar

"Sebagaimana Kami telah mengutus kepadamu seorang Rasul (Muhammad) dari (kalangan) kalian

yang membacakan ayat-ayat Kami, menyucikan kalian, dan mengajarkan kepada kalian kitab dan

hikmah, serta mengajarkan apa yang kalian belum ketahui". (QS al-Baqarah [2] 151).

Dalam ontologi keilmuan Islam, ilmu dan makrifat mempunyai persamaan dan perbedaan. Persama-

annya, keduanya sama-sama sebagai pengetahuan yang diperlukan manusia guna memberikan

kemudahan dalam menjalani kehidupan. Perbedaannya, dari segi ontologi, ilmu adalah pengetahuan

yang berada dalam lingkup dan domain manusia tanpa harus melibatkan unsur-unsur asing dari luar

diri manusia. Logika manusia cukup untuk memahami objek ilmu.

Sedangkan makrifat adalah pengetahuan yang secara umum berada di luar lingkup dan domain

manusia. Keberadaannya ditentukan kemampuan manusia mengakses unsur-unsur luar dirinya,

dalam hal ini Tuhan. Secara epis-timologis, ilmu merupakan pengetahuan yang diperoleh melalui hasil

olah nalar dan logika manusia. Sementara itu, makrifat adalah pengetahuan yang diperoleh melalui

hasil olah batin dan spiritual manusia.

Orang yang mengusai ilmu disebut alim dan orang yang menguasai makrifat disebut arif. Hanya

sedikit menjadi rancu ketika kata "tim dam marifah diindonesiakan menjadi ilmu dan makrifat. Ini

sudah mengalami reduksi dan penyederhanaan makna. Secara aksiologis, ilmu bertujuan memberi

kejelasan dan kemudahan manusia di dalam menjalani kehidupannya.

Makrifat, lebih berusaha untuk memberikan kepuasan intelektual dan spiritual yang pada akhirnya

akan menghadirkan rasa tenang dan damai secara konstruktif ke dalam diri manusia. Metodologi

keilmuan umumnya berangkat dari sikap keraguan terhadap satu fenomena atau informasi.

Dari sikap ini, lahirlah upaya untuk memahami dan mendalami dalam bentuk studi yang melibatkan

parameter keilmuan logika. Seperti melakukan observasi atau survei dan penelitian mendalam lainnya

sebagai pengujian kembali terhadap konsep dan teori yang dihasilkan oleh parameter tersebut.

Setelah itu harus ada keberanian intelektual si penelitinya untuk memublikasikan kesimpulan hasil-

hasil studinya secara terbuka kepada publik. Sepanjang belum ada yang keberatan dan menolak

(tentu saja setelah melalui studi yang selevel), sepan-jang itu pula diakui sebagai sebuah kebenaran

yang dapat diyakini.

Jika ternyata di kemudian hari ada yang mematahkan logika dan temuan itu, bisa menjadi tanda

berakhirnya konsep dan teori itu. Metodologi kemakrifatan sama sekali berbeda (untuk tidak

mengatakan bertolak belakang) dengan metodologi keilmuan. Sebab, umumnya metode ini berangkat

dari rasa dan sikap yakin terhadap suatu objek yang mengandung misteri.

Berangkat dari keyakinan itu, tugas pertama yang harus dilakukan guru atau mursyid adalah

melakukan proses pembersihan diri para murid dari berbagai keraguan. Proses ini biasa disebut

pembersihan jiwa (tadzkiyah al-nafs) atau penghalusan kalbu (tahdzib al-qulub). Proses ini

digambarkan dalam surah al-Baqarah ayat 151 di atas.

Itu menjelaskan bahwa sebelum dilakukan proses pendidikan dan pengajaran atau taklim, terlebih

dahulu dilakukan proses pembersihan diri. Selain ayat tersebut, masih banyak lagi ayat dan hadis,

Page 42: IDUL FITHRI SEBAGAI PERJALANAN SPIRITUAL MENEMUI … · Berdasarkan hadits di atas, kita lihat betapa pentingnya keberadaan Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam oleh sebab itu penulis

serta perkataan sahabat yang mengisyaratkan metode mendapatkan makrifat. Kisah antara Nabi

Musa dan Khidir di dalam surah al-Kahfi juga relevan dengan pembahasan ini.

Bagaimana Nabi Musa yang dikenal sebagai nabi ulul azmi masih harus belajar kepada hamba Tuhan

yang tidak populer di dunia publik. Persyaratan menjadi murid juga lebih unik dibanding dengan

metode keilmuan biasa, yaitu, "...Janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu apa pun

sampai aku menerangkan kepadamu." (QS al-Kahfi [18] 70).

Lebih unik lagi, sang guru mencontohkan sesuatu yang sama sekali di luar kemampuan logika untuk

memahaminya, yaitu membocorkan perahu-perahu nelayan, membunuh anak kecil tak berdosa, dan

memugar reruntuhan bangunan tua. Namun, ending dari cerita ini ialah Nabi Musa mendapatkan

kearifan bahwa di atas langit masih ada langit. Ilmu Tuhan itu mahaluas.

Dari situ, kita pun mendapatkan hikmah bahwa manusia utama dan pilihan Tuhan tidak mesti harus

populer, bahkan tidak mesti menjadi nabi. Rasulullah memberikan contoh bagaimana mempelajari

makrifat dengan mengedepankan keikhlasan dan kedekatan diri terus-menerus kepada Allah SWT.

Sahabatnya juga demikian.

Ali pernah membuat pernyataan "Barang siapa mengajariku satu huruf, aku rela menjadi budaknya".

Generasi berikutnya, seperti Imam Bukhari, setiap kali akan menerima sebuah hadis terlebih dahulu

ia shalat dua rakaat. Kitab Al-Talim wal Mu-taallim, yang mengajarkan sopan santun guru dan murid,

mastfi dipegang teguh di sejumlah besar pondok pesantren.

Dalam tradisi intelektual Islam, tidak tampak perbedaan tajam antara metode memperoleh ih iu dan

makrifat, bahkan keduanya sering digunakan bergantian {inter-changable). Dalam tradisi pondok

pesantren, cara memperoleh ilmu masih tetap dominan mengakomodasi metodologi makrifat yang

menuntut kepasrahan dan ketawadhuan santri kepada kiai atau gurunya.

Oleh karena itu, mungkin ilmuan pesantren menganggap pola pembidangan ilmu dan makrifat di atas

dianggap terlalu ske-matis. Namun, pembahasan tni sekaligus juga untuk memberi masukan terhadap

dunia pendidikan kita yang kini sedang disorot banyak kalangan. Ternyata tingginya ilmu

pengetahuan yang dicapai seseorang tidak berbanding lurus dengan akhlaknya.

Sudah tentu, di situ ada yang salah. Setidaknya, mata rantai penyucian diri (tadzkiyah) sudah banyak

ditinggalkan dan tidak lagi menjadi faktor dalam dunia pendidikankita. Umumnya, kita loncat ke

proses pembelajaran (taklim). Padahal, Alquran mengingatkan kita perlunya mendahulukan tadzkiyah

sebelum taklim.

Bahkan, salah satu ayat yang sering dipasang di punggung Alquran, "La yamassuhu illal

muthahharun." (Tidak ada yang menyentuhnya [Alquran], selain hamba-hamba yang disucikan). (QS

al-Hadid [57] 79). Di sisi lain, pengetahuan makrifat itu sendiri bertingkat-tingkat. Dimulai dari yang

paling sederhana, yaitu mengenal makhluk-makhluk fisik Allah SWT.

Dari sini, ilmu menjadi bagian dari makrifat. Pengetahuan makrifat juga mencakup upaya mengenal

makhluk-makhluk metafisik-spiritual, dan pada puncaknya mengenal Sang Pencipta dalam

hubungannya dengan makhluknya. Tentu sajariada setiap jenjang makrifat itu membutuhkan

metodologinya sendiri.

Guru atau mursyid juga bertingkat-tingkat, mulai dari mursyid biasa hingga wali, bahkan Nabi

Muhammad secara langsung. Tidak masalah, apakah orang itu masih hidup atau sudah tiada.

Page 43: IDUL FITHRI SEBAGAI PERJALANAN SPIRITUAL MENEMUI … · Berdasarkan hadits di atas, kita lihat betapa pentingnya keberadaan Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam oleh sebab itu penulis

Faktanya, banyak sekali di antara para arifin, gurunya adalah orang yang sudah di alam lain (akan

dibahas dalam artikel khusus). Tidak heran kalau di antara mereka ada yang mengatakan "Alangkah

miskinnya seorang murid jika para gurunya hanya orang-orang hidup".

Page 44: IDUL FITHRI SEBAGAI PERJALANAN SPIRITUAL MENEMUI … · Berdasarkan hadits di atas, kita lihat betapa pentingnya keberadaan Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam oleh sebab itu penulis

Kemuliaan

Syeikh Abul Hasan Asy-Syadzily

Sulthanul Auliya‘ Syeikh Abul Hasan asy-Syadzily mengatakan: Allah Swt. berfirman: ―Hanya bagi

Allahlah kemuliaan, dan bagi Rasul-Nyaserta bagi sekalian orang-orang yang beriman.‖

Kemuliaan orang yang beriman adalah pencegahan Allah terhadap dirinya untuk menghamba kepada

hawa nafsu, syetan dan dunia atau segala yang ada di jagad ini baik yang ghaib maupun yang

tampak, baik itu dunia maupun akhirat.

Sedangkan orang munafik tidak mengerti keagungan kecuali melalui kausalitas (sebab akibat) serta

penyembahan terhadap tuhan-tuhan yang banyak.

―Adakah Tuhan (yang lain) disamping Allah? Maha Luhur Allah dari apa yang mereka sekutukan.

Apakah mereka menyekutukan melalui (tuhan-tuhan) yang tak bisa mencipta sesuatu pun,

sedangkan mereka itu diciptakan, dan mereka (tuhan-tuhan) tidak mampu menolong mereka, juga

menolong diri mereka sendiri. Apabila engkau mengajak mereka kepada petunjuk, mereka tidak akan

mengikutimu, baik mereka engkau ajak atau engkau diam saja.‖

Sebagian Sufi berkata, ―Barang siapa yang menghendaki kemuliaan dunia akhirat maka masuklah

dalam mazhab kami ini dalam dua hari.‖

Ada seseorang bertanya, ―Bagaimana caranya untukku?‖.

Dijawab, ―Pisahkan berhala-berhala dari hatimu, dan ringankanlah tubuhmu dari kepentingan

duniawi, baru kemudian jadilah dirimu semaumu. Sebab Allah tak akan meninggalkanmu. Apabila

setelah itu ada sesuatu dari dunia yang datang kepadamu, jangan engkau pan¬dang dengan mata

hasrat kesenangan, jangan pula Anda menyertai dunia itu dengan gembira. Jangan pula Anda duduk

bersamanya kecuali dengan kewajiban ilmu dalam mendistribusikan dan menahan¬nya.

Apabila suatu hari Anda masih mencari duniawi, maka saksi kanlah bahwa Allah telah mencarimu

dalam pencarianmu pada dunia itu. Dan engkau sebenarnya dicari melalui pencarian. Kalau engkau

keluar menuju upaya pencarian dunia melalui jalan ridha, maka masuklah jalan itu. Hati Anda jangan

bergantung padanya, dengan tetap bergantung pada Allah, dan memang harus begitu. Sebab engkau

tidak tahu apakah engkau akan mendapatkannya atau tidak?

Kalau engkau telah mendapatkannya, engkau tidak tahu apakah itu milik Anda atau milik orang lain?

Kalau itu milik Anda engkau tidak tahu apakah di dalamnya mengandung unsur kebaikan atau

keburukan? Kalau itu bukan milik Anda, maka Anda tidak berhak mengetahuinya, apakah itu untuk

kekasihmu atau musuhmu?

Kesimpulannya: Bagaimana hati bisa tenang manakala masih singgah kepada seuatu yang

membingungkan yang terilustrasikan dari semua ini, bahkan lebih banyak lagi? Karena itu carilah

dunia itu, tetapi Anda tetap bergantung kepada-Nya dan memandang-Nya.

Bersyukurlah manakala Anda berhasil, dan bersabar serta ridhalah jika belum berhasil. Bahkan

memuji kepada Allah itu lebih layak indahnya. Sebab Allah tidak menghalangimu dari sukses duniawi

itu, karena Allah bakhil. Tidak demikian! Tetapi Allah menghalangimu karena Dia memandang

kepadamu. Artinya, apabila Allah menghalangimu dari sukses itu, Allah sebenarnya telah memberi

anugerah kepadamu. Namun pemberian anugerah dalam ketidaksuksesan itu hanya dipahami oleh

orang-orang shiddiqun.

Page 45: IDUL FITHRI SEBAGAI PERJALANAN SPIRITUAL MENEMUI … · Berdasarkan hadits di atas, kita lihat betapa pentingnya keberadaan Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam oleh sebab itu penulis

Sebaliknya, apabila Anda mendapatkan jalan keluar usaha dari Allah melalui jalan kebencian, yang

mengganti pengetahuan (yang benar) atau yang mendekatinya, maka cepat-cepatlah kembali kepada

Allah, larilah kepada-Nya hingga Dia sendiri yang member sihkan Anda, dan (Allah bertindak

sebagaimana kehendak-Nya -- sedangkan akibat baik hanya bagi orang-orang yang bertakwa).‖

Page 46: IDUL FITHRI SEBAGAI PERJALANAN SPIRITUAL MENEMUI … · Berdasarkan hadits di atas, kita lihat betapa pentingnya keberadaan Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam oleh sebab itu penulis

Sufi Road : Karomah Bukan Derajat Luhur

Tidak setiap orang yang memiliki keistemewaan itu sempurna kebersihan batin dan keikhlasannya.‖

Saat ini publik ummat sering menilai derajat luhur seseorang dari kehebatan-kehebatan ilmu dan

karomahnya.

Syeikh Abu Yazid al-Bisthamy pernah didatangi muridnya, yang melaporkan karomah dan kehebatan

seseorang.

―Dia bisa menyelam di lautan dalam waktu cukup lama…‖

―Saya lebih kagum pada paus di lautan…‖

―Dia bisa terbang…!‖ kata muridnya.

―Saya lebih heran, burung kecil terbang seharian…karena kondisinya memang demikian,‖

jawabnya.―Lhah, dia ini bisa sekejap ke Mekkah…‖

―Saya lebih heran pada Iblis sekejap bisa mengelilingi dunia…Namun dilaknat oleh Allah.‖

Suatu ketika orang yang diceritakan itu datang ke masjid, tiba-tiba ia meludah ke arah kiblat.

―Bagaimana ia menjaga adab dengan Allah dalam hakikat, sedangkan adab syariatnya saja tidak

dijaga..‖ kata beliau.

Banyak orang yang mendalami ilmu pentetahuan, mampu membaca dan mengenal dalil, kitab-kitab,

bahkan memiliki keistemewaan, tetapi banyak pula diantara mereka tidak bersih hatinya, tidak ikhlas

dalam ubudiyahnya.

Begitu pula ketika karomah dan tanda-tanda yang hebat itu disodorkan pada Sahl bin Abdullah at-

Tustary, ra, beliau balik bertanya, ―Apa itu tanda-tanda? Apa itu karomah? Itu semua akan sirna

dengan waktunya. Bagiku orang yang diberi pertolongan Allah swt untuk merubah dari perilakunya

yang tercela menjadi perilaku yang terpuji, lebih utama dibanding orang yang punya karomah seperti

itu.‖

Sebagian Sufi mengatakan, ―Yang mengagumkan bukannya orang yang memasukkan tangan ke

kantong sakunya, lalu menafkahkan apa saja dari kantong itu. Yang mengagumkan adalah orang

yang memasukkan tangannya ke kantong sakunya karena merasa ada sesuatu yang disimpan di

sana. Begitu ia masukkan tangannya ke sakunya, sesuatu itu tidak ada, namun dirinya tidak berubah

(terkejut) sama sekali.‖

Jadi karomah itu sesungguhnya hanyalah cara Allah memberikan pelajaran kepada yang diberi

karomah agar perjalanan ruhaninya tidak berhenti, sehingga semakin menajak, semakin naik, bukan

untuk menunjukkan keistemewaanya.

Yang istimewaan adalah Istiqomah. Karena itu para Sufi menegaskan, ―Jangan mencari karomah,

tetapi carilah Istiqomah.‖ Sebab istiqomah itu lebih hebat dibanding seribu karomah. Dan memang,

hakikat kartomah adalah Istiqomah itu sendiri.

Bahkan Imam Al-Junayd

al-Baghdady pernah mengi-ngatkan, betapa banyak para Wali yang terpleset derajatnya hanya

karena karomah.

Syeikh Abdul Jalil Mustaqim pernah mengatakan, ketika anda diludahi seseorang dan anda sama

sekali tidak marah, itulah karomah, yang lebih hebat dibanding karomah yang lainnya.

Ketika dalam sebuah perkumpulan Thariqat Sufi, tiba-tiba ada seseorang datang, dan langsung

membicarakan kehebatan ilmu ini dan itu, karomah si ini dan si itu. Lalu seseorang diantara mereka

menegur,

―Mas, kalau di sini, ilmu-ilmu seperti yang anda sampaikan tadi hanya dinilai sampah. Jadi percuma

Page 47: IDUL FITHRI SEBAGAI PERJALANAN SPIRITUAL MENEMUI … · Berdasarkan hadits di atas, kita lihat betapa pentingnya keberadaan Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam oleh sebab itu penulis

sampean bicara sampah di sini…‖

Ada seseorang disebut-sebut sebagai Wali:

―Wah dia itu wali, bisa baca pikiran orang, dan kejadian-kejadian yang pernah kita lakukan walau pun

sudah bertahun-tahun lamanya…‖

―Lhah, orang yang punya khadam Jin juga bisa diberi informasi oleh Jinnya tentang kejadian yang

lalu maupun yang akan datang… Jadi hati-hati…‖

―Beliau itu keturunan seorang Ulama besar..‖

―Tidak ada jaminan nasab itu, nasibnya luhur di hadapan Allah…‖

Dan panjang sekali kajian soal karomah dan kewalian ini, yang butuh ratusan halaman. Tetapi

kesimpulannya, seseorang jangan sampai mengagumi kehebatan lalu mengklaim bahwa kehebatan

itu menunjukkan derajat di depan Allah. Tidak tentu sama sekali.

Page 48: IDUL FITHRI SEBAGAI PERJALANAN SPIRITUAL MENEMUI … · Berdasarkan hadits di atas, kita lihat betapa pentingnya keberadaan Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam oleh sebab itu penulis

Mencari Wujud Mutlak Sang Pencipta Menurut Cara Pandang Sufi

Para sufi melihat Al-Quran sebagai sebuah semesta makna yang tidak terbatas tetapi saling

berhubungan. Mereka juga meyakini prinsip kesatuan makna dan pesan Al-Quran sebenarnya selaras

dengan prinsip Wahdah Al-Wujud

Dalam pandangan kaum sufi, Al-Qur‘an adalah firman Illahi yang terbuka dan tak terbatas. Tiap-tiap

huruf, kata dan kalimat yang terkandung di dalamnya memiliki makna yang bertingkattingkat dan

berlapis-lapis. Menurut mereka, Al-Qur‘an adalah kumpulan ayat, yakni tanda-tanda yang

menggambarkan hakikat yang sesungguhnya.

Imam Husain bin Ali bin Abi Thalib pernah berkata: ‖Sesungguhnya Al-Qur‘an turun dalam empat

bentuk, yakni: lbarah (ungkapan tekstual) untuk orang awam; Isyarah (pemisalan) untuk orang

khusus; Latha`if (makna-makna yang lembut) untuk para wali, dan Hakikat untuk para Nabi.‖

Oleh karena itulah para sufi melihat Al-Qur‘an sebagai cakrawala yang luas tak terbatas, sebagaimana

ilmuwan melihat alam semesta. Hal demikian ini dikarenakan Al-Qur‘an merupakan representasi dari

Lauhul Mahfuzd yang melembari seluruh penciptaaNya.

Para Sufi melihat Al-Qur‘an sebagai sebuah semesta makna yang tidak terbatas tetapi saling

berhubungan. Sebagian besar kaum Sufi meyakini prinsip kesatuan makna dan pesan Al-Qur‘an ini

sebenarnya selaras dengan prinsip kesatuan wujud (Wahdah al-Wujud). Inti prinsip ini adalah

hubungan yang mengikatkan segala sesuatu pada SATU PUSAT. Segala sesuatu selain Wujud Mutlak

tidak lain daripada pantulan dan bayangan-Nya semata. Tiap-tiap bayangan merupakan ‗nama‘ yang

merepresentasikan Sang Wujud Mutlak tersebut dalam bentuk parsial.

Manusia tidak bisa mengenal Sang Wujud tanpa melalui Nama-Nama yang tersusun secara bertingkat

sedemikian ini, sehingga Nama di bawah memahami Nama di atasnya. Demikian terus terjadi secara

bertahap, hingga sampai pada Nama Tertinggi (Al-Ism al-A‘zham).

Nama tertinggi tersebut hanya bisa dipahami oleh Manusia Sempuma (al-lnsan alKamil), yakni Nabi

Muhammad Rasullullah SAW. Dan Manusia Sempurna, hanya dapat dipahami oleh manusia-manusia

suci yang dalam mazhab Syaiah dipercayai sebagai Fatimah, Ali bin Abi Thalib, dan sebelas imam

keturunan beliau `Alaihlm as-Salam.

Untuk memahami Al-Qur‘an, para Sufi berpegang pada makna yang ingin disampaikan Al Qur‘an dan

bukan pada ragam makna yang mungkin dipahami darinya. Di sinilah muncul apa yang disebut

sebagai Metode Ta‘wil, yaitu upaya untuk kembali kepada makna asal suatu kata yang digunakan

akan menghantarkan pada pemahaman yang tepat.

Tentang wujud, dari bahasa Arab wajada (menemukan), sedang wijdan adalah turunannya, kata

yang berarti intuisi. Dari makna kata itu, dipahami bahwa: ―Setiap yang berwujud pastilah

menemukan dirinya sendiri, dalam derajat kesadaran yang berbeda-beda.‖

Imam Husain bin Ali bin Abi Thalib As dalam doanya di Padang Arafah melantunkan kalimat ini:‖…Apa

yang ditemukan oleh seseorang yang tidak menemukan-MU dan apa yang tidak ditemukan oleh

seseorang yang telah menemukan-MU….‖

Wujud sama dengan segala sesuatu. Wujud adalah keberadaan, wujud adalah tema paling inklusif

yang mencakup segala sesuatu, wujud pasti dapat ditemukan dan menemukan, wujud (kewujudan)

Page 49: IDUL FITHRI SEBAGAI PERJALANAN SPIRITUAL MENEMUI … · Berdasarkan hadits di atas, kita lihat betapa pentingnya keberadaan Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam oleh sebab itu penulis

sama dengan kesatuan, sesuatu pasti dikehendaki oleh Pewujudnya, wujud bersifat tunggal dan

sederhana, wujud tak terhingga.

Semua wujud partikular pasti memiliki Mahiyah. Mahiyah berasal dari definisi dan analisis terhadap

sesuatu, yang hanya mungkin terjadi pada bagian tertentu dari keseluruhan wujud. Sedang Wujud

Mutlak tidak memiliki Mahiyah, karena Wujud Mutlak adalah keseluruhan wujud itu sendiri.

Pengetahuan tentang Wujud Mutlak hadir dalam diri setiap Maujud secara langsung, mengingat

pengetahuan ini tak lain daripada pengetahuan manusia tentang hakikat darinya sendiri. Yang

dimaksud manusia di sini adalah AKU dan EGO yang sadar, yang dengan penyaksian batinnya

menyadari wujudnya sendiri, tanpa sarana penginderaan.

Dalam pengetahuan dengan ketidakhadiran, subjek dan objek pengetahuan menyatu dan tidak bisa

dipisah-pisahkan, sehingga jenis pengetahuan ini meleburkan dimensi epistemelogis subjek dengan

dimensi ontologisnya. Di sinilah mengada dan mengetahui menjadi satu.

Wujud kadang digambarkan sebagai sesuatu yang tidak tampak dalam dirinya sendiri, tapi

menampakan segala sesuatu selainnya. Karena itu, wujud pada umumnya diibaratkan dengan

‗Cahaya‘ yang tidak tampak dalam dirinya sendiri tetapi menampakan dan memungkinkan kita melihat

hal-hal lainnya.

Filosofi hikmah, Mulla Shadra menyatakan :‖Wujud adalah sesuatu yang secara primer nyata dalam

segala sesuatu, dan itulah hakikat. Sebaliknya semua selainnya (yakni, Mahiyah) adalah seperti

pantulan, bayangan dan santiran‖.

Wujud Mutlak mustahil untuk dibeda-bedakan, dibanding-bandingkan, didefinisikan dan dianalisis,

karena Dia bersifat elementer (mendasar) dan sederhana, tidak memiliki bagian, tidak memiliki

bandingan dan tidak memiliki batasan. Maujud (eksistensi), alam semesta dan apa yang kita saksikan

hanyalah pantulan dari Cahaya Mutlak ini. Wujud Mutlak dalam teks-teks agama disebut Tuhan

(Rabb),

Wujud dalam pandangan para pemikir Muslim adalah suatu pengalaman transenden dalam

menemukan dan menyaksikan segala sesuatu. Setiap subjek menemukan wujud dalam tingkat yang

berbeda-beda. Pada tingkat tertinggi, Wujud Mutlak menemukan segala sesuatu dalam Diri-Nya

secara Iangsung.Tetapi, tingkat-tingkat di bawahnya, setiap maujud menemukan dirinya sebagai

bayangan dan refleksi dari pancaran Wujud Mutlak, dan merasakan kehadiran-Nya dalam suasana

yang remang-remang.

Allah SWT berfirman ―Maka kemana pun engkau menghadap, di situlah wajah Allah. Sesungguhnya

Allah Maha Luas (Maha Meliputi) dan Maha Mengetahui.‖ (QS AI-Baqarah 115)

Menurut ungkapan orang Arab apa yang disebut Wajah adalah pusat atau bagian yang paling mulia

dari sesuatu (Abu AI-gadim ar-Raghib al-Isfahani : al-Mufradat fi Gharib Al-Qur‘an).

Wujud Mutlak dalam bahasa para Ahli Hikmah disebut dengan Wajib Al-Wujud (Wujud niscaya

Mewujud), yaitu apabila kita membayangkan semua wujud selain Wujud Mutlak, dengan pasti kita

akan menemukan bahwa semua selain DIA hanyalah pancaran dan penampakan-Nya. Karen semua

maujud bergantungan secara esensial pada wujud yang mandiri dan bergantung sepenuhnya pada

diri sendiri. Bila tidak demikian, maka rantai kemaujudan akan menjadi ketiadaan mutlak.

Page 50: IDUL FITHRI SEBAGAI PERJALANAN SPIRITUAL MENEMUI … · Berdasarkan hadits di atas, kita lihat betapa pentingnya keberadaan Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam oleh sebab itu penulis

Hubungan Wujud Mutlak dan semua maujud selain-Nya biasanya diistilahkan dengan hubungan

‗sebab‘ dan ‗akibat atau hubungan ciptaan dan pencipta. Para Ahli Hikmah menyebut seluruh maujud

selain Wujud Mutlak sebagai bayangan (Syabah), penampakan (Tajalli), nama (Ism), tanda (Ayah)

atau perumpamaan(Matsal). Dari sini dapat disimpulkan sebagaimana mustahil ada ciptaan tanpa ada

pencipta.

Ciptaan tiada lain daripada hubungan, sisi, nama dan sifat dari Sang Wujud Mutlak. Firman Allah

SWT: ―Wahai manusia, kalian semua faqir (bergantung) kepada Allah, dan Allah adalah

Maha Kaya lagi Maha Teruji‖ (QS Faathir; 15)

Dalam kaitan dengan Faqir, Imam Husain bin Ali bin Abi Thalib AS dalam doanya di Padang Arafah

juga mengatakan ini: ―Ya Allah, akulah faqir ketika aku (merasa) kaya, sebagaimana aku tidak benar-

benar faqir dalam (kenyataan) ke-faqir-anku: Ya Allah, akulah yang bodoh (ketika aku merasa)

mengetahui, bagaimana aku tidak benar-benar bodoh dalam (kenyataan) kebodohanku.

Ada suatu riwayat yang mengisahkan, bahwa suatu ketika Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as

pemah ditanya :‖Dimana wajah Allah, Sebelum menjawabnya, beliau meminta si penanya untuk

membakar api unggun. Ketika api sedang menyala dengan hebat, Amirul Mukminin Ali AS bertanya :

―Tunjukkan padaku di mana wajah bara api ini?

Si penanya mejawab, ―Seluruh sudut api ini adalah wajahnya‖. Mendengar jawaban ini kemudian

Amirul Mukminin Ali AS menimpali, ―Kalau benda ciptaan dan buatan seperti api saja engkau sudah

tidak bisa mengetahui wajahnya, bagaimana dengan Dzat Pencipta yang sama sekali tidak serupa

dengan ciptaan ini?‖

Oleh sebab itu, cara paling mungkin untuk mengenal Wujud Mutlak ialah dengan meminta kepada-

Nya memperkenalkan Diri-Nya. Dan agama adalah wilayah pengungkapan Illahi. Dalam kalam dan

wahyu Illahi, Wujud Mutlak (Allah) itu memperkenalkan Diri-Nya dalam bahasa perumpamaan (matsal

atau mitsal) dan tanda (ayah) yang bisa dipahami oleh pikiran manusia. Hanya dengan cara demikian

Sang Mutlak dapat kita kenali dan kita sapa, kita seru dan kita ingat, kita hadirkan dalam kalbu dan

kita cintai.

Sayid Haidar Amuli menulis, ―Ketika manusia mencoba mendeteksi wujud melalui daya nalarnya yang

lemah dan pikirannya yang goyah, kebutaan dan kebingungannya Akan semakin bertambah.‖

Cahaya Wujud memancar kepada segenap maujud secara bertingkat-tingkat, sesuai dengan prinsip

kebijakan (hikmah), kekuasaan (qudrah), dan keadilan (‗adl).Tingkat dan derajat kesempurnaan

setiap maujud (Meratib al-Kamaiat al-Wujudiyyah) sesuai dengan kemampuan tiap-tiap maujud

sendiri. Derajat kesempurnaan ini harus dimengerti sebagai kelemahan dan kekurangan maujud

untuk menyerap pancaran cahaya Wujud Pencipta, bukan sebagai kelemahan dan kekurangan dalam

pancaran cahaya penciptaan atau pewujudan Illahi.

Untuk mengenal Wujud Mutlak, dalam sebuah doanya, Imam Muhammad bin hasan al Mahdi

Ajjalallah Farajahu bermunajat: ―Ya Allah, perkenalkanlah daku pada Diri-Mu, sesungguhnya bila

Engkau tidak memperkenalkanku kepada Diri-Mu, maka aku takkan mengenal utusan-Mu. Ya Allah,

perkenalkanlah daku kepada utusanMu, maka apa bila tidak, aku takkan pernah mengenal hujjah-Mu,

sesunggunya bila Engkau tidak memperkenalkanku kepada hujjah-Mu, maka aku takkanmengenal

agama Mu‖….(dari berbagai sumber)

Page 51: IDUL FITHRI SEBAGAI PERJALANAN SPIRITUAL MENEMUI … · Berdasarkan hadits di atas, kita lihat betapa pentingnya keberadaan Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam oleh sebab itu penulis

Syam`un Al-Ghazy – Lelaki yang beribadah 1000 bulan

Pada suatu saat malaikat Jibril AS datang menemui nabi Muhammad SAW, kemudian menuturkan

cerita tentang seorang laki-laki. Nama orang itu adalah Syam`un Al Ghazy, dia telah memerangi

orang-orang kafir selama seribu bulan, sedangkan senjata yang digunakannya hanyalah jenggot unta.

Dikisahkan setiap kali dia memukul orang kafir dengan jenggot untanya tersebut, maka sudah dapat

dipastikan orang yang bersangkutan akan langsung tewas. Entah sudah berapa banyak orang yang

mati ditangan Syam`un yang memiliki senjata yang sangat aneh itu.

Menghadapi kekuatan Syam`un yang teramat sulit ditandingi, maka orang- orang kafir yang

jumlahnya tak terhitung itu merasa kewalahan. Dan karena sudah kehabisan cara, akhirnya mereka

berusaha membujuk isteri Syam`un yang juga termasuk orang kafir, agar mau diajak bersekongol

untuk bersama-sama membunuhnya.

―Kami akan memberimu uang dan harta yang sangat banyak, agar engkau bersedia membunuh

suamimu!‖ kata salah seorang diantara kafir itu kepada isteri Syam`un.

―Saya tidak mampu membunuhnya,‖ jawab isteri Syam`un.

―Kami akan memberimu tali yang sangat kuat. Dengan tali itu, ikatlah kedua tangan dan kakinya

sewaktu tidur. Setelah itu kamilah nanti yang akan membunuhnya,‖ kata orang kafir itu lagi.

Wanita kafir ini pun menyanggupinya, dan berhasil melakukan apa yang diperintahkan oleh orang-

orang yang memusuhi suaminya.

Alkisah, ketika bangun tidur, tentu Syam`un merasa sangat terkejut mendapati kedua tangan serta

kakinya sudah dalam keadaan terikat dengan tali yangi sangat kuat.

―Siapa gerangan orang-orang yang telah mengikat saya‖ tanya Syam‘un sambil menatap isterjnya.

―Akulah yang telah mengikatmu, sekadar untuk mencoba kekuatanmu saja‖, jawab isterinya.

Rupanya sang isteri sengaja menjawab demikian dengan pertimbangan bila ternyata suaminya nanti

mampu melepaskan- . diri dari ikatan itu, maka hal itu tak akan membahayakan dirinya.

Kenyataannya Syam‘un memang berhasil melepaskan diri.

Tak berhasil dengan cara itu, orang-orang kafir itu kemudian datang lagi sambil membawa rantai

yang sangat kokoh. Isteri Syam‘un lagi-lagi menyatakan kesediaannya untuk melakukan apa yang

dikehendaki oleh mereka dan berhasil. Ya… suaminya diikat dengan menggunakan rantai tersebut.

―Siapakah orang yang telah mengikat saya dengan rantai ini ? tanya Syam`un kepada isterinya, saat

terbangun dari tidurnya.

―Saya yang melakukan itu, sekadar untuk menguji kekuatanmu‖ ,jawab isterinya.. .

Maka Syam`un pun lalu menarik tangannya, dan seketika rantai yang membelenggu tangan serta

kakinya langsung terputus.

―Hai isteriku, saya adalah seorang Wali Allah. Tak ada seorangpun yang akan sanggup merontokkan

kekuatan saya, kecuali rambutku ini!‖ jelas Syam`un. Perlu diketahui, laki-laki yang dinugerahi

Page 52: IDUL FITHRI SEBAGAI PERJALANAN SPIRITUAL MENEMUI … · Berdasarkan hadits di atas, kita lihat betapa pentingnya keberadaan Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam oleh sebab itu penulis

karamah luar biasa oleh Allah SWT ini memang rnemiliki rambut yang sangat panjang. Disitulah

rupanya letak kekuatannya (Kisah ini lah yang meng-inspirasikan kisah Samson)

Isteri Syam‘un pun menyimak baik- baik apa yang dikatakan oleh suaminya itu. Malam harinya

dengan nekad dia kemudian memotong rambut Syam`un selagi Syam`un sedang tidur, dan

mengikatnya. Alat atau tali yang digunakan untuk mengikat tak lain adalah rambutnya itu pula.

Ketika Syam`un terbangun dari tidurnya, lagi-lagi dia merasa terkejut karena tubuhnya telah dalam

keadaan terikat.

―Siapakah yang telah mengikat tubuhku ini?‖ tanyanya kemudian. Dan isterinya pun memberi

jawaban sama seperti yang sudah-sudah.

Syam`un menarik tali yang mengikat tubuhnya. Tetapi kali ini, meskipun sudah berusaha dengan

sekuat tenaga, dia tetap tak bisa melepaskan tali pengikat yang terbuat dari rambut kepalanya sendiri

itu.

Menyaksikan usahanya telah berhasil, isteri Syam`un buru-buru menemui orang kafir dan

menceritakan apa yang terjadi. Maka segeralah mereka menemui Syam`un lalu membawanya ke

tempat penjagalan manusia. Laki-laki ini diikat disebuah tiang yang ada disitu dan orang-orang kafir

itu kemudian memotong- motong anggota tubuhnya. Dengan sadisnya mereka mencungkil matanya,

memotong kedua tangan dan kakinya, telinganya, lidahnya, bibirnya ,dan lain-lain.

Namun Allah SWT tak membiarkan seorang wali-Nya menderita seperti itu terlalu panjang. Dia lalu

berfirman kepada Syam`un : ―Apakah yang engkau kehendaki Syam`un?‖

Syam`un pun menjawab, ―Saya menghendaki agar Engkau memberi kekuatan kepada saya, sehingga

nantinya mampu meruntuhkan tiang bangunan dan reruntuhannya menimpa mereka.‖

―Allah SWT pun memberikan kekuatan luar biasa kepadanya. Lalu Syan`un menggerakkan tubuhnya,

menyebabkan tiang bangunan menjadi patah berantakan, disusul ambruknya seluruh badan

bangunan tersebut menimpa orang-orang kafir, mereka, termasuk isteri Syam`un semuanya

langsung tewas.

Adapun Syam`un sendiri diselamatkan oleh Allah SWT, bahkan Dia juga mengembalikan semua

anggota tubuhnya. Setelah itu Syam`un beribadah kepada Allah SWT siang malam selama seribu

bulan…

Salah seorang diantara para sahabat lalu bertanya, ―Wahai Rasulullah, apakah engkau mengetahui?‖

(maksudnya pahala ibadah Syam`un).

Rasulullah SAW mengatakan bahwa Beliau tidak mengetahui, berapa banyak pahala yang

dianugerahkan Allah kepada Syam`un tsb.

Oleh karena itu maka Allah SWT kemudian menurunkan surat Al-Qadar melalui malaikat Jibril AS.

Pada surat ini Allah menjelaskan, bahwa ibadah yang dilakukan seseorang pada malam Qadar (salah

satu malam dibulan Ramadhan), itu adalah lebih baik dari ibadah yang dilakukan selama seribu bulan.

Page 53: IDUL FITHRI SEBAGAI PERJALANAN SPIRITUAL MENEMUI … · Berdasarkan hadits di atas, kita lihat betapa pentingnya keberadaan Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam oleh sebab itu penulis

RABIAH AL ADAWIYAH

Pada suatu hari seorang lelaki datang kepada Rabiah al-Adawiyah al-Bashriyah dan bertanya, ―Saya

ini telah banyak melakukan dosa. Maksiat saya bertimbun melebihi gunung-gunung. Andaikata saya

bertobat, apakah Allah akan menerima tobat saya?‖ ―Tidak,‖ jawab Rabiah dengan suara tegas. Pada

kali yang lain seorang lelaki datang pula kepadanya. Lelaki itu berkata, ―Seandainya tiap butir pasir

itu adalah dosa, maka seluas gurunlah tebaran dosa saya. Maksiat apa saja telah saya lakukan, baik

yang kecil maupun yang besar. Tetapi sekarang saya sudah menjalani tobat. Apakah Tuhan

menerima tobat saya?‖ ―Pasti,‖ jawab Rabiah tak kalah tegas. Lalu ia menjelaskan, ―Kalau Tuhan

tidak berkenan menerima tobat seorang hamba, apakah mungkin hamba itu tergerak menjalani

tobat? Untuk berhenti dari dosa, jangan simpan kata ―akan‖ atau ―andaikata‖ sebab hal itu akan

merusak ketulusan niatmu.‖

Memang ucapan sufi perempuan dari kota Bashrah itu seringkali menyakitkan telinga bagi mereka

yang tidak memahami jalan pikirannya. Ia bahkan pernah mengatakan, ―Apa gunanya meminta

ampun kepada Tuhan kalau tidak sungguh-sungguh dan tidak keluar dari hati nurani?‖ Barangkali

lantaran ia telah mengalami kepahitan hidup sejak awal kehadirannya di dunia ini. Sebagai anak

keempat. Itu sebabnya ia diberi nama Rabiah. Bayi itu dilahirkan ketika orang tuanya hidup sangat

sengsara meskipun waktu itu kota Bashrah bergelimang dengan kekayaan dan kemewahan. Tidak

seorang pun yang berada di samping ibunya, apalagi menolongnya, karena ayahnya, Ismail, tengah

berusaha meminta bantuan kepada para tetangganya.

Namun, karena saat itu sudah jauh malam, tidak seorang pun dari mereka yang terjaga. Dengan

lunglai Ismail pulang tanpa hasil, padahal ia hanya ingin meminjam lampu atau minyak tanah untuk

menerangi istrinya yang akan melahirkan. Dengan perasaan putus asa Ismail masuk ke dalam

biliknya. Tiba-tiba matanya terbelak gembira menyaksikan apa yang terjadi di bilik itu.

Seberkas cahaya memancar dari bayi yang baru saja dilahirkan tanpa bantuan siapa-siapa. ―Ya Allah,‖

seru Ismail, ―anakku, Rabiah, telah datang membawa sinar yang akan menerangi alam di sekitarnya.‖

Lalu Ismail menggumam, ―Amin.‖ Tetapi berkas cahaya yang membungkus bayi kecil itu tidak

membuat keluarganya terlepas dari belitan kemiskinan. Ismail tetap tidak punya apa-apa kecuali tiga

kerat roti untuk istrinya yang masih lemah itu. Ia lantas bersujud dalam salat tahajud yang panjang,

menyerahkan nasib dirinya dan seluruh keluarganya kepada Yang Menciptakan Kehidupan.

Sekonyong-konyong ia seolah berada dalam lautan mimpi manakala gumpalan cahaya yang lebih

benderang muncul di depannya, dan setelah itu Rasul hadir bagaikan masih segar-bugar. Kepada

Ismail, Rasulullah bersabda, ―Jangan bersedih, orang salih. Anakmu kelak akan dicari syafaatnya oleh

orang-orang mulia. Pergilah kamu kepada penguasa kota Bashrah, dan katakan kepadanya bahwa

pada malam Jumat yang lalu ia tidak melakukan salat sunnah seperti biasanya. Katakan, sebagai

kifarat atas kelalaiannya itu, ia harus membayar satu dinar untuk satu rakaat yang ditinggalkannya.

Ketika Ismail mengerjakan seperti yang diperintahkan Rasulullah dalam mimpinya, Isa Zadan,

penguasa kota Bashrah itu, terperanjat. Ia memang biasa mengerjakan salat sunnah 100 rakaat tiap

malam, sedangkan saban malam Jumat ia selalu mengerjakan 400 rakaat. Oleh karena itu, kepada

Ismail diserahkannya uang sebanyak 400 dinar sesuai dengan jumlah rakaat yang ditinggalkannya

pada malam Jumat yang silam. Itulah sebagian dari tanda-tanda karamah Rabiah al-Adawiyah,

seorang sufi perempuan dari kota Bashrah, yang di hatinya hanya tersedia cinta kepada Tuhan.

Begitu agungnya cinta itu bertaut antara hamba dan penciptanya sampai ia tidak punya waktu untuk

membenci atau mencintai, untuk berduka atau bersuka cita selain dengan Allah.

Tiap malam ia bermunajat kepada Tuhan dengan doanya, ―Wahai, Tuhanku. Di langit bintang-

Page 54: IDUL FITHRI SEBAGAI PERJALANAN SPIRITUAL MENEMUI … · Berdasarkan hadits di atas, kita lihat betapa pentingnya keberadaan Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam oleh sebab itu penulis

gemintang makin redup, berjuta pasang mata telah terlelap, dan raja-raja sudah menutup pintu

gerbang istananya. Begitu pula para pecinta telah menyendiri bersama kekasihnya. Tetapi, aku kini

bersimpuh di hadapan-Mu, mengharapkan cinta-Mu karena telah kuserahkan cintaku hanya untuk-

Mu.‖

Fariduddin al-Attar menceritakan dalam kitab Taz-kiratul Auliya bahwa Rabiah pandai sekali meniup

seruling. Untuk jangka waktu tertentu ia menopang hidupnya dengan bermain musik. Namun,

kemudian ia memanfaatkan kepandaiannya untuk mengiringi para sufi yang sedang berzikir dalam

upayanya untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Selain itu ia mengunjungi masjid-masjid, dari pagi

sampai larut malam. Namun, lantaran ia merasa dengan cara itu Tuhan tidak makin menghampirinya,

maka ditinggalkannya semua itu.

Ia tidak lagi meniup seruling, dan ia tidak lagi mendatangi masjid-masjid. Ia menghabiskan waktu

dengan beribadah dan berzikir. Setelah selesai salat isya, ia terus berdiri mengerjakan salat malam.

Pernah ia berkata kepada Tuhan, ―Saksikanlah, seluruh umat manusia sudah tertidur lelap, tetapi

Rabiah yang berlumur dosa masih berdiri di hadapan-Mu. Kumohon dengan sangat, tujukanlah

pandangan-Mu kepada Rabiah agar ia tetap berada dalam keadaan jaga demi pengabdiannya yang

tuntas kepada-Mu.‖

Jika fajar telah merekah dan serat-serat cahaya menebari cakrawala, Rabiah pun berdoa dengan

khusyuk, ―Ya, illahi. Malam telah berlalu, dan siang menjelang datang. Aduhai, seandainya malam

tidak pernah berakhir, alangkah bahagianya hatiku sebab aku dapat selalu bermesra-mesra dengan-

Mu. illahi, demi kemuliaan-Mu, walaupun Kautolak aku mengetuk pintu-Mu, aku akan senantiasa

menanti di depan pintu karena cintaku telah terikat dengan-Mu.‖

Lantas, jika Rabiah membuka jendela kamarnya, dan alam lepas terbentang di depan matanya, ia

pun segera berbisik, ―Tuhanku. Ketika kudengar margasatwa berkicau dan burung-burung

mengepakkan sayapnya, pada hakikatnya mereka sedang memuji-Mu. Pada waktu kudengar desauan

angin dan gemericik air di pegunungan, bahkan manakala guntur menggelegar, semuanya kulihat

sedang menjadi saksi atas keesaan-Mu.

Tentang masa depannya ia pemah ditanya oleh Sufiyan at-Thawri: ―Apakah engkau akan menikah

kelak?‖ Rabiah mengelak, ―Pernikahan merupakan kewajiban bagi mereka yang mempunyai pilihan.

Padahal aku tidak mempunyai pilihan kecuali mengabdi kepada Allah.‖ ―Bagaimanakah jalannya

sampai engkau mencapai martabat itu?‖ ―Karena telah kuberikan seluruh hidupku,‖ ujar Rabiah.

―Mengapa bisa kaulakukan itu, sedangkan kami tidak?‖ Dengan tulus Rabiah menjawab, ―Sebab aku

tidak mampu menciptakan keserasian antara perkawinan dan cinta kepada Tuhan.‖

Page 55: IDUL FITHRI SEBAGAI PERJALANAN SPIRITUAL MENEMUI … · Berdasarkan hadits di atas, kita lihat betapa pentingnya keberadaan Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam oleh sebab itu penulis

Saling Memberi Wasiat Kebenaran

SYAIKH Abdul-Qadir al-Jailani Rah.a. mengatakan: Ikutilah, janganlah kalian membuat-buat sesuatu

yang baru. Taatilah dan jangan merusaknya. Esakanlah dan jangan menyekutukanNya. Bersihkanlah

sesuatu yang haq dan jangan mencampuradukkannya. Jujurlah dan jangan suka mengadu.

Bersabarlah dan jangan merasa takut dan sedih. Istiqamahlah dan jangan melarikan diri. Bertanyalah

dan jangan merasa bosan. Tunggulah dan nantikanlah, jangan berputus asa. Bersaudaralah, jangan

saling bermusuhan. Bersatulah atas dasar ketaatan, jangan bercerai berai. Saling mencintailah,

jangan saling menyimpan amarah. Bersihkan diri dari dosa, jangan kotori dan lumuri dengannya.

Berhiaslah dengan melakukan taat kepada Tuhanmu. Janganlah meninggalkan pintu junjunganmu.

Janganlah menoleh dan berpaling dari hadapan-Nya. Janganlah menunda-nunda untuk melakukan

taubat. Janganlah merasa bosan untuk selalu meminta ampun kepada Tuhanmu setiap siang dan

malam. Semoga kamu sekalian diberikan rahmat, keberuntungan, dijauhkan dari api neraka,

didekatkan kepada surga, disampaikan di sisi Allah swt., diberikan semua kenikmatan di dalam surga

Darussalam. Dan kalian akan abadi selamanya di sana. Menikmati kesenangan dengan bidadari dan

segala macam wewangian serta suara-suara yang merdu. Dan kalian akan diangkat bersama para

nabi, shiddiqiin, para syuhada‘, dan orang-orang yang shalih.

Page 56: IDUL FITHRI SEBAGAI PERJALANAN SPIRITUAL MENEMUI … · Berdasarkan hadits di atas, kita lihat betapa pentingnya keberadaan Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam oleh sebab itu penulis

WEJANGAN NABI KHIDIR

1. Kalau seseorang akan melakukan ibadah Haji, maka harus diketahui tujuan sebenarnya, kalau

tidak apa yang dilakukan akan sia-sia belaka. Itulah yang dinamakan Iman Hidayat

2. Sebelum seseorang melakukan sesuatu, hendaknya diteliti dahulu agar tidak tertipu oleh nafsu,

supaya tetap dalam jati diri yang asli ( pancamaya ). Penghalang tingkah laku menuju kebaikan ada

tiga golongan, dan siapa berhasil menjauhi penghalang tersebut akan berhasil menyatukan dirinya

dengan yang ghaib. Yang dimaksud dengan penghalang tersebut adalah marah, sakit hati, angkara

murka, sombong, dan semacamnya

3. Orang Islam adalah pewaris atau penerus ajaran Muhammad Rasulullah SAW, oleh karena itu

harus melestarikan dan memperjuangkan ajaran tersebut

4. Tanda-tanda adanya Alllah itu ada pada diri manusia sendiri. Hal ini harus direnungkan dan diingat

betul. Orang yang suka membicarakan dan memuji diri sendiri, akan dapat melemahkan semangat

usahanya

5. Semua garis hidup manusia telah ditentukan di dalam Johar awal. Lalu kalau begitu,

jawabannya,karena disesuaikan dengan ketentuan dan kegaiban yang dirasakan di jaman azali.

Berdiri tegak sambil sendhakep adalah untuk menciptakan keheningan hati, menyatukan konsentrasi

dan menyatukan segala gerakan dan ucapan

6. Ruku berarti tunduk kepada Yang Menciptakan, merasa sedih dan malu sampai Sang Pencipta

muncul, lalu keluar air mata sehingga tenanglah kehidupan ruh manusia yang melakukan rukuk

7. Gerakan sujud dalam sholat bermula dari munculnya cahaya yang menandakan pentingnya sujud

ke permukaan bumi. Adanya cahaya tersebut, manusia merasa berhadapan dengan wujud Allah SWT

sehingga orang yang sujud yakin bahwa Allah SWT melihat diriNya( pelajaran tentang ikhsan ). Pada

waktu sujud, bumi dan segala isi serta keindahannya tidak nampak oleh manusia, sehingga pada

waktu itu yang dilihat hanya Allah SWT semata

8. Pada waktu duduk di antara sujud, seolah-olah seorang sedang bimbang menunggu kedatangan

Allah. Walaupun tidak nampak datang, tetapi sesunguhnya Allah benar-benar ada dan Dialah satu-

satunya tempat mengabdi. Sekali-kali jangan ada manusia yang menganggap dirinya itu sama

dengan Allah SWT

9. Tidak ada manusia yang dapat menyamai Nabi Muhammad SAW, karena beliau adalah makhluk

pilihan yang dimuliakan Allah SWT, yang selalu dikaruniai dengan pengetahuan rahasia.Nabi

Muhammad SAW sering melakukan puasa

10. Akan dimuliakan Allah oleh Allah SWT manusia yang mau mengeluarkan shodaqoh, yang

melakukan ibadah haji, yang rajin melaksanakan sholat

11. Sudahkah petunjuk iman terasa dalam dirimu ? Tauhid adalah pengetahuan yang penting untuk

menyembah Allah SWT, ma‘rifat harus dimiliki untuk mengetahui kejelasan yang terlihat, sedang

ru‘yat sebagai saksi adanya yang terlihat dengan nyata

12. Ketika Syekh Melaya bertanya mengapa ada orang yang masuk neraka, jawabnya adalah neraka

disediakan buat manusia yang mempunyai sifat hewani, manusia yang tidak mengenal dan meniru

tingkah laku Nabiyulloh, amnusia yang mengikuti bujuk rayu iblis, serta orang kafir yang menyembah

kayu dan batu

13. Ruh Idhofi adalah yang kekal sampai hari kiamat, berasal dari Ruh Allah yang mendapat sinar

Allah, yang senantiasa menerangi hati penuh kewaspadaan, selalu mawas diri, mencari kekurangan

yang ada, selalu memprsiapkan diri, menghadapi kematian, serba pasrah kepada Allah SWT, merasa

sebagai anak cucu Adam yang harus mempertanggung jawabkan segala perbuatan. Ruh idhofi sudah

ada sebelum manusia diciptakan

14. Johar awallah yang menimbulkan sholat Daim, sholat yang tidak memerlukan air wudhu, yaitu

sholat batin yang sebenarnya, sholat selama-lamanya selagi manusia masih hidup, dimana saja,

kapan saja, dan bagaimanapun keadaannya

15. Kehidupan manusai itu ibarat wayang dengan layarya, sedang wayang tidak tahu warna dirinya.

Page 57: IDUL FITHRI SEBAGAI PERJALANAN SPIRITUAL MENEMUI … · Berdasarkan hadits di atas, kita lihat betapa pentingnya keberadaan Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam oleh sebab itu penulis

Oleh karena itu manusia memerlukan hidyat dari Allah SWT.Pengganti Allah adalah utusan Allah,

yaitu Muhammad yang termasuk badan mukmin. Ruh mukmin identik dengan ruh idhofi

16. Disebut Iman Maksum kalau sudah mendapat ketetapan sebagai panutan ( suri tauladan ), yaitu

mengikuti contoh nabi Muhammad. Kalau tidak mengikuti tauladan maka tidak mengetahui keislaman

sehingga hidupnya akan tersesat, kufur serta kafir badannya. Orang kufur akan bingungkarena tiada

pedoman manusia yang dapat diteladani

17. Fakir dekat denagn kafir, sebab kafir berarti buta tuli tidak mengerti tentang surga neraka. Fakir

tidak akan mendekatkan diri kepada Allah SWT, tidak menyembah dan memujinya

18. Adapun wujud Dzatullah itu tidak satu makhluk apapun yang mengethaui. Sedang yang dimaksud

dengan iman tauhid adalah meyakini adanya Allah SWT dan mengakui Muhammad sebagai rasulNya

19. Ruh idhofi ada di dalam diri manusia, namanya ma‘rifat, hidupnya disebut syahadat ( kesaksian ),

hidup tunggal di dalam hidup, rukuk sujud sebagai penghiasnya, ruku berarti dekat dengan Tuhan

pilihan. Kalau sudah begitu maka tidak akan menderita dan tidak takut ketika menjelang ajal (sakratul

maut )

20. Manusia harus mengakui sedalam-dalamnya bahwa keberadaannya karena Allah hidup dan

menghidupi dirinya serta menghidupi semua makhluk hidup

21. Sholat adalah sarana pengabdisan hamba kepada Sang Pencipta, yang menjalankan sholat adalah

raga, tetapi geraan raga terdorong oleh adanya iman yang hidup, sinarnya memancar dari ruh.

Seandainya nyawa tidak hidup, maka tidak akan ada perbuatan

22. Allah SWT tidak berjumlah tiga. Semua yang hidup akan mati, lalu berganti hidup di akhirat.

Kurang lebih tiga hari perubahan hidup tiu pasti terjadi. Tiga hari sebagai isyaratbahwa manusia

terjadi dari tiga asal lahi, yaitu ayah, ibu dan Allah SWT. Setelah dititipkan selama 7 hari maka

dikembalikan pada yang memberi amanat . Titipan tauhid dikembalikan pada hari ke 30. Kalau waktu

menegembalikan itu menangis, pertanda, dia menyesali sewaktu masih hidup. Hal ini akan

menimbulkan kesedihan yang berkepanjangan . Siapapun akan mengalami kesedihan itu karena

merasa kehilangan, mati, yang terjadi pada hari ke 40. Pada waktu itu ruh jasad di hadapan Sang

Pemberi. Pda hari ke 1000 sudah tidak ada lagi yang tertinggal. Pada waktu itu ruh kembali kepada

Allah SWT dalam keadaan sempurna, seperti mula pertama diciptakan

23. Seluruh yang ada pada diri mausia dan lingkungannya bukan milik manusia, melainkan milik Sang

Hyang Agung, oleh karena itu manusia harus angrogo sukmo yaitu hatinya sudah bulat menyatu

sebagai kawulo gusti

24. Kalau sudah memahami serta menguasai amalan dan ilmu, manusia hendaknya waspada

terhadap semua masalah. Manusia harus mampu ibarat mati didalam hidp atau hidup didalam mati.

Itulah hidup abadi, yang mati aalah nafsunya, lahiriahnya badan yang menjalani mati

25. Banyak pemuka agama yang salah dalam penafsiran maupun menyampaikan suatu pesan

sehingga justru mematikan pengertian yang benar. Ada pemuka agama yang ibarat seekor burung,

mencari pohon rindang dengan banyak buahnya sekedar tempat bertengger. Disitu pula dia

memperoleh kemuliaan hidup baru, ada yang berpangkat tinggi, ada yang ikut orang kaya, tetapi ada

pula orang bodoh yang memanfaatkannya. Adapula yang justru terpaksa menjadi pemuka agama,

menumpuk harta kekayaan dan banyak isteri, semuanya ingin mendapatkan yang serba lebih

26. Ada agamawan yang ingin mati bersama raganya dengan mempertinggi semedi. Sayang mereka

tidak mengikuti petunjuk Allah SWT, tidak didukung oleh ilmu, sehingga kosong karena hanya

mengandalkan fikiran walaupun badannya sampai kurus kering

27. Semedi mestinya hanya sebagai ragi, sedang ilmu sebagai pendukung. Semedi tanpa ilmu tidak

akan berhasil, sedang ilmu tanpa semedi akan hambar yang juga tidak akan berhasil

28. Banyak pula agamawan palsu, ajarannya hanya setengah-setengah. Seorang diantara para

sahabat itu dianggap yang paling berilmu, harus ditaati ucapannya, ketika berjalan harus disembah-

sembah, biasanya bertempat tinggal di puncak gunung. Pengaruhnya sangat besar, bayak murid

datang kepadanya untuk berguru, nasihatnya banyak sekali dan bermacam-macam, seperti gong

besar yang dipukul, tetapi isinya tidak bermutu sehingga ruglah murid-murid yang bergru tersebut

Page 58: IDUL FITHRI SEBAGAI PERJALANAN SPIRITUAL MENEMUI … · Berdasarkan hadits di atas, kita lihat betapa pentingnya keberadaan Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam oleh sebab itu penulis

29. Manusia bukan yang paling mulia diantara ciptaanNya dan harus menyadari bahwa isi jagad ini

bukan hanya manusia, tetapi manusia ditugaskan menjadi Khalifah

Shalat mempunyai makna tersembunyi yang tersirat dalam gerakannya, berdiri adalah lambang api

yang bersifat Qohar, rukuk adalah lambang angin yang bersifat Jalal, sujud adalah lambang air yang

bersifat Jamal, dan duduk adalah labang bumi yang bersifat Kamal.

Qohar berarti Maha Mandiri ( Kuasa )

Jalal berarti Maha Kuasa

Jamal berarti Maha Indah

Kama berarti Maha Sempurna

Shalat selalu diakhiri dengan fadhillah masing-masing shalat

Empat perkara yang menakjubkan ;

1. Takjub kepada Shahadat

2. Takjub kepda Takbir

3. Takjub kepada Tuhan

4. Takjub kepada Sakratul maut

Page 59: IDUL FITHRI SEBAGAI PERJALANAN SPIRITUAL MENEMUI … · Berdasarkan hadits di atas, kita lihat betapa pentingnya keberadaan Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam oleh sebab itu penulis

Tauhid dan Makrifatullah

Menurut Syaikh Ibnu Atha'illah as-Sakandari, siapapun yang merenung secara mendalam akan

menyadari bahwa semua makhluk sebenarnya menauhidkan Allah SWT lewat tarikan nafas yang

halus. Jika tidak, pasti mereka akan mendapat siksa. Pada setiap zarah, mulai dari ukuran sub-atomis

(kuantum) sampai atomis, yang terdapat di alam semesta terdapat rahasia nama-nama Allah. Dengan

rahasia tersebut, semuanya memahami dan mengakui keesaan Allah. Allah SWT telah berfirman;

"Hanya kepada Allah-lah sujud (patuh) segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan kemauan

sendiri atau pun terpaksa (dan sujud pula) bayang-bayangnya di waktu pagi dan petang hari." (QS.

13:15)

Jadi, semua makhluk mentauhidkan Allah dalam semua kedudukan sesuai dengan rububiyah Tuhan

serta sesuai dengan bentuk-bentuk ubudiyah yang telah ditentukan dalam mengaktualisasikan tauhid

mereka. Lebih lanjut Syaikh Ibnu Atha'illah mengatakan bahwa sebagian ahli makrifat berpendapat

bahwa orang yang bertasbih sebenarnya bertasbih dengan rahasia kedalaman hakikat kesucian

pikirannya dalam wilayah keajaiban alam malakut dan kelembutan alam jabarut.

Sementara sang salik, bertasbih dengan dzikirnya dalam lautan qolbu. Sang murid bertasbih dengan

qolbunya dalam lautan pikiran. Sang Pecinta bertasbih dengan ruhnya dalam lautan kerinduan. Sang

Arif bertasbih dengan sirr-nya dalam lautan alam ghaib. Dan orang shiddiq bertasbih dengan

kedalaman sirr-nya dalam rahasia cahaya yang suci yang beredar di antara berbagai makna Asma-

Asma dan Sifat-sifat-Nya disertai dengan keteguhan di dalam silih bergantinya waktu. Dan dia yang

hamba Allah bertasbih dalam lautan pemurnian dengan kerahasiaan Sirr al-Asrar dengan

memandang-Nya, dalam ke'baqa'an-Nya.

Syaikh Muhammad Nafis al-Banjari membagi tauhid dalam konteks makrifatullah menjadi empat

samudera makrifat, berikut ini uraian untuk setiap tahapan makrifat tauhid dengan interpretasi

pribadi, yaitu :

Tauhid Af'al sebagai pengesaan terhadap Allah SWT dari segala macam perbuatan. Maka hanya

dengan keyakinan dan penyaksian saja segala sesuatu yang terjadi di alam adalah berasal dari Allah

SWT.

Tauhid Asma' adalah pengesaan Allah SWT atas segala nama. Ketika yang mewujud dinamai, maka

semua penamaan pada dasarnya dikembalikan kepada Allah SWT. Allah sebagai Isim A'dham yang

Maha Agung adalah asal dari semua nama-nama baik yang khayal maupun bukan. Karena dengan

nama yang Maha Agung ―Allah‖ inilah, Allah memperkenalkan dirinya.

Tauhid Sifat adalah pengesaan Allah dari segala sifat. Dalam pengertian ini maka manusia dapat

berada dalam maqam Tauhid as-Sifat dengan memandang dan memusyahadahkan dengan mata hati

dan dengan keyakinan bahwa segala sifat yang dapat melekat pada Dzat Allah, seperti Qudrah

(Kuasa), Iradah (Kehendak), ‗Ilm (Mengetahui), Hayah (Hidup), Sama' (mendengar), Basar (Melihat),

dan Kalam (Berkata-kata) adalah benar sifat-sifat Allah. Sebab, hanya Allah lah yang mempunyai

sifat-sifat tersebut. Segala sifat yang dilekatkan kepada makhluk harus dipahami secara metaforis,

dan bukan dalam konteks sesungguhnya sebagai suatu pinjaman.

Tauhid Dzat berarti mengesakan Allah pada Dzat. Maqam Tauhid az-Dzat menurut Syaikh al-Banjari

adalah maqam tertinggi yang, karenanya, menjadi terminal terakhir dari pemandangan dan

musyahadah kaum 'Arifin. Dalam konteks demikian, maka cara mengesakan Allah pada Dzat adalah

dengan memandang dengan mata kepala dan mata hati bahwasanya tiada yang maujud di alam

wujud ini melainkan Allah SWT Semata.

Page 60: IDUL FITHRI SEBAGAI PERJALANAN SPIRITUAL MENEMUI … · Berdasarkan hadits di atas, kita lihat betapa pentingnya keberadaan Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam oleh sebab itu penulis

Tauhid Af'al pada pengertian Syaikh al-Banjari akan banyak berbicara tentang kehendak Allah SWT

yang maujud sebagai ikhtiar dan sunnatullah manusia yaitu takdir. Apakah kemudian takdir yang

dialami seseorang disebut baik atau buruk, maka itulah kehendak Allah sesungguhnya yang

terealisasikan kepada semua makhluk yang memiliki kehendak bebas untuk memilah dan memilih,

dengan pengetahuan terhadap aturan dan ketentuan yang sudah melekat padanya sebagai makhluk

sintesis yang ditempatkan dalam suatu kontinuum ruang-waktu relatif.

Tauhid Af‘al adalah Samudera Pengenalan, di samudera inilah salik sebagai pencari wasiat Allah harus

mendekat ke pintu ampunan Allah untuk bertobat dan menyucikan dirinya, menyibakkan pagar-pagar

awal dirinya dengan ketaatan kepada-Nya dan meninggalkan kemaksiatan pada-Nya, mendekat

kepada-Nya untuk menauhidkan-Nya, beramal untuk-Nya agar memperoleh ridha-Nya. Kalau saya

proyeksikan ke dalam sistem qolbu yang diulas sebelumnya mempunyai tujuh karakteristik dominan,

maka di Samudera Af'al inilah seorang salik harus berjuang untuk me-metamorfosis-kan qolbunya

dari dominasi nafs ammarah, menuju lawwamah, menuju mulhammah, dan mencapai ketenangan

dengan nafs muthma'innah.

Dalam Samudera Asma', maka hijab-hijab tersingkap dengan masing-masing derajat dan

keadaannya. Ia yang menyingkapkan, sedikit demi sedikit akan semakin melathifahkan dirinya ke

dalam kelathifahan Yang Maha Qudus memasuki medan ruh ilahiah-Nya (dominasi qolbu oleh ruh

yang mengenal Tuhan). Samudera Asma' adalah Samudera Munajat dan Permohonan, difirmankan

oleh Allah SWT bahwa ―Dan bagi Allah itu beberapa Nama yang baik (al-Asma al-Husna) maka

bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut nama-nama itu." (QS. 7:180). Di samudera inilah salik

akan diuji dengan khauf dan raja', keikhlasan, keridhaan, kefakiran, kezuhudan, dan keadaan-

keadaan ruhaniah lainnya.

Di tepian Samudera Asma' adalah lautan kerinduan yang berkilauan karena pendar-pendar cahaya

rahmat dan kasih sayang Allah. Di Lautan Kerinduan atau Lautan Kasih Sayang atau Lautan Cinta

Ilahi, sinar kemilau cahaya Sang Kekasih menciptakan riak-riak gelombang yang menghalus dengan

cepat, menciptakan kerinduan-kerinduan ke dalam rahasia terdalam. Lautan Kerinduan adalah pintu

memasuki hamparan Samudera Kerahasiaan.

Tauhid as-Sifat adalah Samudera Kerahasiaan atau Samudera Peniadaan karena di samudera inilah

semua makhluk diharuskan untuk menafikan semua atribut kediriannya sebagai makhluk, semua

hasrat dan keinginan, kerinduan yang tersisa dan apa pun yang melekat pada makhluk tak lebih dari

suatu anugerah dan hidayah kasih sayang-Nya semata, maka apa yang tersisa dari Lautan Kerinduan

atau Lautan Cinta Ilahi adalah penafian diri. Apa yang melekat pada semua makhluk adalah

manifestasi dari rahmat dan kasih sayang-Nya yang dilimpahkan, sebagai piranti ilahiah yang

dipinjamkan dan akan dikembalikan kepada-Nya.

Siapa yang kemudian menyalahgunakan semua pinjaman Allah ini, maka ia harus

mempertanggungjawabkan dihadapan-Nya. Qolbu yang didominasi kerahasiaan ilahiah didominasi

kerahasiaan sirr dengan suluh cahaya kemurnian yang menyemburat dari kemilau yang membutakan

dari samudera yang paling rahasia sirr al–asrar yakni Samudera Pemurnian dari Tauhid az-Dzat.

Di tingkatan Tauhid az-Dzat segala sesuatu tiada selain Dia, inilah Samudera Penghambaan atau

Samudera Pemurnian/Tanpa Warna sebagai tingkatan ruhaniah tertinggi dengan totalitas tanpa

sambungan. Suatu tingkatan tanpa nama, karena semua sifat, semua nama, dan semua af‘al sudah

tidak ada. Bahkan dalam tingkat kehambaan ini, semua deskripsi tentang ketauhidan hanya dapat

dilakukan oleh Allah Yang Mandiri, ―Mengenal Allah dengan Allah‖. Inilah maqam Nabi Muhammad

Saw, maqam tanpa tapal batas, maqam Kebingungan Ilahiah. Maqam dimana semua yang baru

Page 61: IDUL FITHRI SEBAGAI PERJALANAN SPIRITUAL MENEMUI … · Berdasarkan hadits di atas, kita lihat betapa pentingnya keberadaan Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam oleh sebab itu penulis

termusnahkan dalam kedekatan yang hakiki sebagai kedekatan bukan dalam pengertian ruang dan

waktu, tempat dan posisi. Di maqam ini pula semua kebingungan, semua peniadaan, termurnikan

kembali sebagai yang menyaksikan dengan pra eksistensinya.

Ketika salik termurnikan di Samudera Penghambaan, maka ia terbaqakan didalam-Nya. Eksistensinya

adalah eksistensi sebagai hamba Allah semata. Maka, di Samudera Penghambaan ini menangislah

semua hati yang terdominasi rahasia yang paling rahasia (sirr al-asrar).

Aku menangis bukan karena cintaku pada-Mu dan cinta-Mu padaku,

atau kerinduan yang menggelegak dan bergejolak yang tak mampu

kutanggung dan ungkapkan.

Tapi, aku menangis karena aku tak akan pernah mampu merengkuh-Mu.

Engkau sudah nyatakan Diri-Mu Sendiri bahwa ―semua makhluk akan

musnah kalau Engkau tampakkan wajah-Mu.‖

Engkau katakan juga, ―Tidak ada yang serupa dengan-Mu.‖

Lantas, bagaimanakah aku tanpa-Mu,

Padahal sudah kuhancurleburkan diriku karena-Mu.

Aku menangis karena aku tak kan pernah bisa menyatu dengan-Mu.

Sebab,

Diri-Mu hanya tersingkap oleh diri-Mu Sendiri

Dia-Mu hanya tersingkap oleh Dia-Mu Sendiri

Engkau-Mu hanya tersingkap oleh Engkau-Mu Sendiri,

Sebab,

Engkau Yang Mandiri adalah Engkau Yang Sendiri

Engkau Yang Sendiri adalah Engkau Yang Tak Perlu Kekasih

Engkau Yang Esa adalah Engkau Yang Esa

Engkau Yang Satu adalah Engkau Yang Satu.

Maka dalam ketenangan kemilau membutakan Samudera Pemurnian-Mu,

biarkan aku memandang-Mu dengan cinta-Mu,

menjadi sekedar hamba-Mu dengan ridha-Mu,

seperti Muhammad yang menjadi Abdullah Kekasih-Mu.

Penguraian tauhid yang dilakukan oleh Syaikh al-Banjari memang didasarkan pada langkah-langkah

penempuhan suluk yang lebih sistematis. Oleh karena, pentauhidan sebenarnya adalah rahasia dan

ruh dari makrifat, maka dalam setiap tingkatan yang diuraikan menjadi Tauhid Af‘al, Asma', Sifat dan

Dzat, sang salik diharapkan dapat merasakan dan menyaksikan tauhid yang lebih formal maupun

khusus, yang diperoleh dari melayari keempat Samudera Tauhid tersebut. Hasil akhirnya, kalau tidak

ada penyimpangan yang sangat

mendasar, sebenarnya serupa dengan pengalaman makrifat para sufi lainnya yakni pengertian bahwa

ujung dari makrifat semata-mata adalah mentauhidkan Allah sebagai Yang Maha Esa dengan

penyaksian dan keimanan yang lebih mantap sebagai hamba Allah.

Page 62: IDUL FITHRI SEBAGAI PERJALANAN SPIRITUAL MENEMUI … · Berdasarkan hadits di atas, kita lihat betapa pentingnya keberadaan Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam oleh sebab itu penulis

Sufi Road : Al-Ghazali dan Tasawuf

Imam Ghazali : ―Ketika masih muda, aku menyelami samudera yang dalam ini. Aku menyelaminya

sebagai penyelam handal dan pemberani, buka sebagai penyelam penakut dan pengecut. Aku

menyerang setiap kegelapan dan mengatasi semua maslah, menyelami kegoncangan. Aku teliti

aqidah setiap kelompok dan menyingkap rahasia cara pikir setiap golongan, agar aku bisa

membedakan antara kelompok yang memperjuangkan kebenaran dan kelompok yang

memperjuangkan kebathilan, agar bisa membedakan antara pengikut sunnah dan pencipta bid‘ah‖.

Al-Ghazali dan Tasawuf

Bahwa Al-Ghazali adalah ulama‘ besar yang sanggup menyusun kompromi antara syari‘at dan hakikat

atau tasawuf menjadi bangunan baru yang cukup memuaskan kedua belah pihak, baik dari kalangan

syar‘I ataupun lebih-lebih kalangan sufi.

Berbagai macam buku yang membahas tentang sepak terjang Al-Ghazali yang tumbuh kembang pada

masa dimana banyak muncul mazhab dan goolngan. Ketika itu, beragam kecenderungan berfikir, baik

yang bernuansa agama maupun rasio, berbenturan dan beradu argumentasi. Al-Ghazali merasakan

dirinya di antara mazhab yang terpecah belah, kelompok-kelompok perusak, filsafat asing dan bid‘ah-

bid‘ah pemikiran. Sehigga tergambar dalam bait kata-katanya yang begitu menggugah hati dengan

gemuruh semangat dan keberanian;

Dengan demikian tidak ayal al-Ghazali merasakan dirinya berhadapan dengan samudera luas, dengan

gulungan ombak yang sangat dahsyat dan dalam. Dia tidak memposisikan dirinya sebagai

―penggembira‖ yang hanya ikut-ikutan dalam gelombang dahsyat itu. Dia tidak merasa takut

terhadap luasnya samudera, kedalaman dasar samudera dan besarnya gelombang.

Dasar ajaranTasawuf adalah cinta rindu untuk berhubungan dengan kekasihnya Allah SWT, dan

berasik-maksyuk dengan Dia. Perkembangan yang cukup menarik adalah timbulnya kesadaran dari

dalam untuk memoderasi ajaran Tasawuf, dan untuk mengeliminir konflik antara syari‘at dan tasawuf

atau hakikat. Upaya ini walaupun tidak akan berhasil memuaskan sepenuhnya, namun cukup

konstruktif dan positif. Pertentangan antara hakikat dan syari‘ah bisa diperkecil. Namun sebaliknya

menimbulkan konflik ke dalam antara golongan yang lebih ortodoks dengan sufisme murni yang lebih

heterodoks (pantheis). Disamping itu kelemahan yang mendasar dari kompromi ini, umumnya

terletak pada penghargaan terhadap Tasawuf (hakikat) selalu dipandang lebih tinggi dari Syari‘at. Al-

Ghazali misalnya membagi iman menjadi tiga tingkat, dan yang paling tinggi adalah para arifin (sufi).

Ajaran ini diterangkan sebagai berikut;

―Keimanan tingkat awal, imannya orang-orang awam, yakni iman dasar taklid.

Tingkat kedua, imannya para mutakallimin (teolog), atas dasar campuran (taklid) dengan sejenis

dalil.

Tingkatan ini masih dekat dengan golongan awam.

Tingkat ketiga, imannya para arifin (sufi) atas dasar pensaksian secara langsung dengan perantara

nurul yaqin.(ihya‘ ‗ulumuddin, III, hal. 15).

Setelah Al-Ghazali melihat bahwa ahli ilmu kalam, filosof dan kaum Batiniyah tidak mampu

mengantarkannya mencapai keyakinannya dan hakikat, maka dia melirik tasawuf yang menurut

Page 63: IDUL FITHRI SEBAGAI PERJALANAN SPIRITUAL MENEMUI … · Berdasarkan hadits di atas, kita lihat betapa pentingnya keberadaan Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam oleh sebab itu penulis

pandangannya adalah harapan terakhir yang bisa memberikannya kebahagiaan dan keyekinan. Ia

mengatakan, ―setelah aku mempelajari ilmu-ilmu ini (kalam, filsafat, dan ajaran bathiniyah), aku

mulai menempuh jalan para sufi.‖

Para sufi banyak berbicara tentang kasyf dan mu‘ayanah, mampu berhubungan dengan alam malakut

dan belajar darinya secara langsung, mampu mengetahui lauhul-mahfuzh dan rahasia-rahasia yang

dikandungnya. Namun, bagaimanakah caranya agar manusia mampu mendapatkan kasyf dan

mu‘ayanah? Para sufi menjawab, caranya dengan menuntut ilmu dan mengamalkan ilmu yang

didapatkan. Al-Ghazali mengatakan, ―Aku tahu bahwa tarekat mereka menjadi sempurna dengan ilmu

dan amal‖

Jalan pertama, yaitu Ilmu. Al-Ghazli mulai mendapatkan ilmu kaum sufi dari kitab Qut Al-Qulub

Mu‘amalah Al-Mahbub karya Abu Thalib Al-Makki dan kitab Ar-Ri‘ayah li Huquq Allah karya Harits Al-

Muhasibi, serta ucapan-ucapan pucuk pimpinan sufi semisal Al-Junaidi, As-Syibli, Al-Busthami, dan

lain-lain. Al-Ghazali mengatakan, ―Mendapatkan ilmu Tasawuf bagiku lebih mudah dari pada

mengamalkannya. Aku mulai mempelajari ilmu kaum sufi dengan menelaah kitab-kitab dan ucapan-

ucapan guru-guru mereka. Aku mendapatkan ilmu dengan cara mendengar dan belajtar. Nampaklah

bagiku bahwa keistimewaan guru besar sufi tidak mungkin digapai dengan cara belajar, tetapi

dengan cara dzauq, hal, dan memperbaiki sifat diri.‖

Jalan kedua, yaitu dengan cara Tahalli (menghias diri dengan sifat-sifat utama), Tkhalli

(membersihkan firi dari sifat-sifat yang rendah dan tercela) agar manusia dapat memberesihkan hati

dari pikiran selain Allah dan menghias hati dengan berzikir kepadaNya. Al-Ghazalai mengatakan,

―Adapu manfaat yang dicapai dari ilmu sufi adalah terbuangnya aral yang merintangi jiwa,

mensucikan diri dari akhlaknya yang tercela dan sifatnya yang kotor, hingga dengan jiwa yang telah

bersih itu hati menjadi kosong dari selain Allah dan dihiasi dengan dzikir kepada Allah.‖

Di dalam kitab-kitab Ihya‘ ‗Ulumuddin, Al-Ghazali menulis, ―Bagi hati, ada dan tiadanya sesuatu

adalah sama. Lantas, bagaimanakah hati meninggalkan semua urusan Dunia? Demi Allah, ini adalah

jalan yang sangat sukar; jarang sekali ada manusai yang sanggup melakukannya‖

Cukup lama Al-Ghazali berada dalam situasi tarik menarik antara dorongan hawa nafsu dan panggilan

akhirat, hingga akhirnya ia merasa dirinya tidak lagi harus memilih, tetapi dipakasa untuk

meninggalkan Bagdad. Kini lidahnya menjadi berat dan dirinya merasa bosan mengajar. Keadaan ini

membuat hatinya sedih dan kondisi fisiknya lemah, sampai-sampai dokter putus asa mengobatinya.

Para dokter mengatakan, ―Penyakitnya bersumber dari hati dan merembet ke tubuhnya. Penyakitnya

tidak bisa diobati kecuali mengistirahatkan pikiran dari factor-faktor yang membuatnya sakit‖

―Disaat menyadari ketidak mampuan dan semua upaya telah gagal, akupun mau tak mau harus

kembali kepada Allah dalam keadaan yang terpaksa dan tidak mempunyai pilihan lagi. Allah-yang

menjawab doa yang terpaksa jika berdoa-mengabulkan niatku, sehinngga kini terasa mudah bagiku

meninggalkan pangkat, harta, anak, dan teman.‖

Sesudah mengalami masa-masa keraguan yang cukup rumit, baik dalam filsafat ataupun

penggunaannya dalam Ilmu Kalam, akhirnya justru mendapatkan kepuasan dalam penghayatan

kejiwaan dalam Sufisme, yakni mempercayai kemutlakan dalil kasyfi.[12] Hal ini merupakan

keunikan-keunikan atau keanehan al-Ghazali. Mungkin karena pengaruh lingkungan keluarga dan

masyarakat Persi masa itu yang merupakan lahan yang subur bagi perkembangan pemikiran dan

kehidupan sufisme. Agaknya beliau telah sejak kecil punya penilaian positif terhadap ajaran sufisme.

Karena memang beliau melihat dan menghayati betapa institusi tasawuf dapat memperdalam

Page 64: IDUL FITHRI SEBAGAI PERJALANAN SPIRITUAL MENEMUI … · Berdasarkan hadits di atas, kita lihat betapa pentingnya keberadaan Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam oleh sebab itu penulis

keyakinan dan perasaan agama yang mendalam, serta dapat membina akhlaq yang luhur. Dan

ternyata akhirnya Al-Ghazali jadi propagandis sufisme yang paling bersemangat dan paling sukses.

Misalnya, tetntang kehidupan para sufi dan tasawuf yang digambarkannya:

―Sungguh aku mengetahui secara yakin bahwa para sufi itulah orang-orang yang benar-benar telah

menempuh jalan Allah SWT, secara khusus. Dan bahwa jalan mereka tempuh adalah jalan yang

sebaik-baiknya, dan laku hidup mereka adalah yang paling benar, dan akhlaq adalah yang paling suci.

Bahkan seandainya para ahli pikir dan para filosof yang bijak, dan ilmu para ulama yang berpegang

pada rahasia syari‘at berkumpul untuk menciptkan jalan dan akhlaq yang lebih baik dari apa yang ada

pada mereka(para sufi) tidak mungkin bisa menemukannya. Lantaran gerak dan diam para sufi, baik

lahir ataupun bathin, dituntun oleh cahaya kenabian. Dan tidak ada cahaya kenabian diatas dunia ini,

cahaya lain yang bisa meneranginya.‖(mungqidz min al-Dlalal, hal, 31).

Kemudian soal pendalaman perasaan agama dan pemantapan iman, Al-Ghazali melihat bahwa

tasawuf adalah sarana yang hebat untuk untuk mendukung bagi pendalaman rasa agama

(spiritualitas Islam) dan untuk memantapkan dan menghidupkan iman. Dengan Ilmu kalam orang

baru bisa mengerti tentang pokok-pokok keimanan, namun tidak bisa menanamkan keyakinan yang

mantap dan menghidupkan pengalaman agama. Oleh karena itulah Tasawuflah sarana yang paling

hebat untuk mengobati penyakit formalism dan kekeringan rasa keagamaan ini menurut Al-Ghazali.

Yang menjadi masalah kemudian, bagaimana cara mengawinkan dan mengkrompromikan tasawuf

dengan syari‘at? Atau dengan kata lain bagaimana mengkompromokan syari‘at dan hakikat sehingga

keduanya tidak saling menggusur, akan tetapi justru saling mendukungnya. Persoalan inilah yang

telah cukup lama diangan-angankan oleh para sufi sendiri, bagaimana cara menjembatani dua system

yang tumbuh berdampingan yang sering memancing konflik yang cukup tajam.

Adapun fungsi hakikat itu sendiri terhadap syari‘at adalah sebagaimana digamabarkan Imam Al-

Qusyairi di dalam risalahnya yaitu;

―Syari‘at itu perintah untuk melaksanakan ibadah, sedang hakikat menghayati kebesaran Tuhan

(dalam ibadah). Maka setiap syari‘at yang tidak diperkuat hakikat adalah tidak diterima; dan setiap

hakikat yang tidak terkait dengan syari‘at tak menghasilkan apa-apa. Syari‘at datang dengan

kewajiban pada hamba, dan hakikat memberitakan ketentuan Tuhan. Syari‘at memerintahkan

mengibadahi Dia, hakikat meyaksikannya pada Dia. Syari‘at melakukan yang diperintahkan Dia,

hakikat menyaksikan ketentuannya, kadar-Nya, baik yang tersembunyi maupun yang di luar. (Risakah

Qusyairiyah. Hal, 46)

Disini, Al-Ghazali berupaya membersihkan tasawuf dari ajaran-ajaran asing yang merasukinya, agar

tasawuf berjalan di atas koridor Al-Qur‘an dan As-Sunnah. Ia menolak paham Hulul dan Ittihad

sebagaimana yang di propagandakan oleh al-Hallaj dan lainnya. Al-Ghazali hanya menerima tasawuf

Sunni yang didirikan diatas pilar Al-Qur‘an dan As-Sunnah. Ia berusaha mengembalikan tema-tema

tentang Akhlaq, Suluk, atau Hal pada sumber Islam. Semuanya itu harus mempunyai landasan Al-

Qur‘an dan As-Sunnah.

Satu hal mencolok yang dilakukan Al-Ghazali pada tasawuf adalah upayanya dalam mengalihkan

tema-tema Dzauq (rasa), Tahliq (terbang), Syathahat, dan Tahwil menjadi nilai-nilai yang peraktis. Ia

mengobati hati dan bahaya jiwa, lalu mensucikannya dengan akhlaq yang mulia. Upaya ini nampak

jelas terlihat dalam kitab Al-Ihya‘-nya. Ia bebicara tentang akhlaq yang mencelakakan(al-Muhlikat)

dan akhlaq yang menyelamatkan (al-Munjiyat). ―Al-Muhlikat adalah setiap akhlaq yang tercela

(madzmum) yang dilarang al-Qur‘an. Jiwa harus dibersihkan dari akhlaq yang tercela ini. Al-Munjiyat

Page 65: IDUL FITHRI SEBAGAI PERJALANAN SPIRITUAL MENEMUI … · Berdasarkan hadits di atas, kita lihat betapa pentingnya keberadaan Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam oleh sebab itu penulis

adalah akhlaq yang terpuji (mahmud), sifat yang disukai dan sifatnya orang-orang muqarrabin dan

shiddiqin, dan menjadi alat bagi hamba untuk mendekatkan diri kepada Tuhan semesta alam.

Tema ilmu sufi menurut Al-Ghazali adalah Dzat, sifat da perbuatan Alah SWT. Adapun buah dari

pengetahuan tentang Allah adalah timbulnya sikap mencintai Allah, karena cinta tidak aka muncul

tanpa ―pengetahuan‖ dan perkenalan. Buah lain dari pengetahuan tentang Allah adalah ―tenggelam

dalam samudra Tauhid‖, karena seorang ‗arif tidak melihat apa-apa selain Allah, tidak kenal selain

Dia, di dalam wujud ini tiada lain kecuali Allah dan perbuatan-Nya. Tidak ada perbuatan yang dapat

dilihat manusia kecuali itu adalah perbuatan Allah. Setiap alam adalah ciptaan-Nya. Barang siapa

melihat itu sebagai hasil perbuatan Allah, maka ia tidak meluhat kecuali dalam Allah, ia tidak menjadi

arif kecuali demi Allah, tidak mencintai kecuali Allah SWT. Imam Al-Ghazali menambahkan, ―Mereka

melatih hati, hingga Allah memperkenankan melihatNya. Sementara itu, tasawuf dilakukan dengan

memegang teguh dan mengamalkan Al-Qur‘an dan As-Sunnah.‖

Sehingga dalam perilaku dan ucapannya, Al-Ghazali teguh memegangi syari‘at. Ia mengatakan,

―seorang arif sejati mengatakan, ―jika kamu melihat seorang manusia mampu terbang di awang-

awang dan mampu berjalan di atas air, tetapi ia melakukan perbuatan yang bertentangan dengan

syari‘at, maka ketahuilah dia itu setan.‖

Bahkan dengan terang-terangan dia menolak dan melawan mereka deangan berbagai alasan dan

dalil. Secara terus terang menyatakan seseorang yang telah mendapatkan penyingkapan (kasyf) dan

penyaksian (musyahadah) tidak layak mengeluarkan suatu ucapan yang bertentangan dengan aqidah

Islam, yakni aqidah tauhid murni yang membedakan mana Tuhan dan mana hamba, serta

menegaskan bahwa Tuhan adalah Tuhan dan hamba adalah hamba. Itulah aqidah yang dipegang

teguh Al-Ghazali.[21]Al-Ghazali mengatakan bahwa ungkapan-ungkapan yang diucapkan oleh kaum

sufi itu boleh jadi masuk ke dalam kategori imajinasi (tawahhun) karena mereka kesulitan dengan

kata-kata tentang kebersatuan yang telah mereka capai. Atau, boleh jadi, penggunaan istilah-istilah

itu masuk kerangka pengembangan dan perluasan istilah yang sesuai dengan tradisi sufi dan para

penyair. Mereka biasanya meminjam istilah yang paling mudah dipahami, seperti kata penyair

berikut; ―Aku adalah yang turun, dan yang turun adalah aku juga. Kami adalah ruh yang bersemayam

dalam satu badan‖.

Lebih jauh, Al-Ghazali mengambil kesimpulan secara umum denga memberikan catatan penting yang

menyatakan bahwa kebersatuan dengan Tuhan (ittihad) secara rasional tidak mungkin terjadi. Dan

Al-Ghazali tidak membahas lebih lanjut ihwal makrifat intuitif (al-ma‘rifah adz-dzawiqiyyah), yang

merupakan konsep utama tasawufnya. Sebab, Al-Ghazali, sebagaimana di katakana oleh Ibnu Thufail,

telah terasah dengan berbagai ilmu dan terpoles dengan ma‘rifat. Karena itu, pembahasan Al-Ghazali

tentang konsep ma‘rifat senantiasa berada dalam batas-batas agama. Ia tidak pernah membiarkan

dirinya hanyut dalam ucapan orang lain.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa tasawuf menurut Al-Ghazali adalah mengosongkan hati dari segala

sesuatu selain Allah, menganggap rendah segala sesuatu selain Allah, dan akibat dari sikap itu

mempengaruhi pekerjaan hati dan anggota badan.

Al-Ghazali dan Syari‘at

Sebagaimana dipaparkan di atas tentang kehidupan Al-Ghazali bahwa, kehidupannya diliputi

gelombang pemikiran yang sangat dahsyat sehingga membuat Al-Ghazali terombang-ambing dengan

keyakinannya, maka dengangan demikian terlontarlah kata-katanya yang bijak bahwa, ―hingga

akhirnya ia merasa dirinya tidak lagi harus memilih, tetapi harus dipakasa untuk meninggalkan

Page 66: IDUL FITHRI SEBAGAI PERJALANAN SPIRITUAL MENEMUI … · Berdasarkan hadits di atas, kita lihat betapa pentingnya keberadaan Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam oleh sebab itu penulis

Bagdad. Kini lidahnya menjadi berat dan dirinya merasa bosan mengajar. Keadaan ini membuat

hatinya sedih dan kondisi fisiknya lemah, sampai-sampai dokter putus asa mengobatinya. Para dokter

mengatakan, ―penyakitnya bersumber dari hati dan merembet ke tubuhnya. Penyakitnya tidak bisa

diobati kecuali mengistirahatkan pikiran dari faktor-faktor yang membu atnya sakit‖

Mengenai goncangan kepercayaan yang dipandang sesat dari ajaran Syi‘ah Bathiniyah atau yang

beliau sebut golongan Ta‘limiyah, yang mengharuskan percaya kepada iman-iman yang dipandang

ma‘sum (terpelihara dari kesalahan), Al-Ghazali menganjurkan agar masyarakat muslim lebih baik

beriman kepada Nabi Muhammad yang memang diwajibkan seluruh muslim langsung beriman

kepada Nabi, dan bukannya iman-iman kepada penyebar bid‘ah

Dari susunan Ihya‘ ‗Ulum al-Dien tergambar pokok pikiran Al-Ghazali mengenai hubungan syariat dan

hakekat atau tasawuf. Yakni sebelum mempelajari dan mengamalkan tasawuf orang harus

memperdalam ilmu tentang syari‘at dan aqidah telebih dahulu. Tidak hanya itu, dia harus

konsekuwen menjalankan syari‘at dengan tekun dan sempurna. Karena dalam hal syari‘at seperti

shalat, puasa dan lain-lain, di dalam ihya‘ diterangkan tingkatan, cara menjalankan shalat, puasa, dan

sebagainya. Yakni sebagai umumnya para penganut tasawuf dalam ihya‘ dibedakan tingkatan orang

shalat antara orang awam, orang khawas, dan yang lebih khusus lagi. Demikian juga puasa, dan

sebagainya. Sesudah menjalankan syari‘at dengan tertib dan penuh pengertian, baru pada jilid ketiga

dimulai mempelajari tarekat. Yaitu tentang mawas diri, pengendalian nafsu-nafsu, dan kemudian lau

wiridan dalam menjalankan dzikir, hingga akhirnya berhasil mencapai ilmu kasyfi atau penghayatan

ma‘rifat.

Tasawuf dan Syari‘at

Salah satu tuduhan yang kerap dialamatkan kepada tasawuf adalah bahwa tasawuf mengabaikan

atau tidak mementingkan syari‘at. Tuduhan ini berlaku hanya bagi kasus-kasus tertntu yang biasanya

terdapat dalam tasawuf tipe ―Keadaan Mabuk‖(sur, intoxication), yang dapat membedakan dari

tasawuf tipe ―keadaan-tidak-mabuk‖(sahw, sobiety). ―Keadaan Mabuk‖ dikuasai oleh persaan

kehadiran Tuhan: para sufi melihat Tuhan dalam segala sesuatu dan kehilangan kemampuan untuk

membedakan makhluq-makhluq. Keadaan ini disertai oleh keintiman (uns), kedekatan dengan Tuahn

yang mencintai. ―keadaan-tidak-mabuk‖ dipenuhi oleh rasa takut dan hormat (haybah), rasa bahwa

Tuhan betapa agung, perkasa, penuh murkan dan jauh, derta tidak perduli pada persoalan-persoalan

kecil umat manusia.

Para sufi ―yang mabuk‖ merasakan keintiman denga Tuhan dan sangat yaqin pada kasih sayangNya,

sedangkan para sufi ―yang-tidak-mabuk‖ dikuasai rasa takut dan hormat kepada Tuhan dan tetap

khawatir terhadap kemurkaanNya. Yang pertama cenderung kurang mementingkan syari‘at dan

menyaatkan terang-terangan persatuan denagan Tuhan, sedangkan yagn kedua memelihara

kesopanan (adab) terhadap Tuhan. Para sufi yang, dalam ungkapan Ibn al-‗Arabi, ―melkihat dengan

kedua mata‖ selalu memelihara akal dan kasyf (penyingkakpan intuitif) dalam keseimbangan yang

sempurna dengan tetap mengakui hak-hak ―yang tidak-mabuk‖ dan ―yang-mabuk.‖

Tuduhan bahwa tasawuf mengabaikan syari‘at tidak dapkat diterima apabila ditujukan kepada

tasawuf tipe ―keadaan-tidak-mabuk‖. Pasalnya, tasawuf tipe ini sangat menekankan pentingnya

syari‘at. tasawuf tidak dapat dipisahkan karena bagi para penganutnya syri‘at adalah jalan awal yang

harus ditempuh untuk menuju tasawuf.

Dalam suatu bagian Al-Futuhat Al-Makkiyah, Ibn Al-‗Arabi menyatakan, ―jika engkau betanya apa itu

tasawuf? Maka kami menjawab, tasawuf adalah mengikatkan diri kepada kelakuan-kelakuan baik

Page 67: IDUL FITHRI SEBAGAI PERJALANAN SPIRITUAL MENEMUI … · Berdasarkan hadits di atas, kita lihat betapa pentingnya keberadaan Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam oleh sebab itu penulis

menurut syri‘at secara lahir dan batin dan itu adalah akhlaq mulia. Ungkapan-ungkapan kelakuan baik

menurut syari‘at dalam perkataan Ibn al-‗Arabi ini menunjukkan bahwa tasawuf harus berpedoman

pada syari‘at. Menurut sufi ini, syari‘at adalah timbangan dan pemimpin yang harus di ikuti dan

disikuti oleh siapa saja yang mengigninkan keberhasialan tasawuf. Sebagai mana Ibn al‘Arabi, Hussen

Naser, seorang pemikir dari Iran yang membela tasawuf tipe ―keadaan-tidak-mabuk‖berulangkali

menekankan bahwa tidak ada tasawwuf tanpa syari‘at.

Iskam sebagai agama yang sngat menekankan keseimbangan memanifestasikan dirinya dalam

kesatuan syari‘at (hukum Tuahan) dan tharikat (jalan spiritual), yang sering disebut sufisme atau

tasawuf. Apabila syari‘ata adalah dimensi eksoteris Islam, yang kebih banyak berurusan aspek

lahiriyah, maka tharikat adalah dimensi esoteric Islam, yang lebih banyak berurusan dengan aspek

bathiniyah. Pentingnya menjaga keatuan syari‘at dan tharikat dituntut oleh kenyataan bahwa segala

sesuatu dialam ini, termasuk manusia, mempunyai aspek lahitaiyah dan bathiniyah.

Islam adalah suatu Agama yang mempunyai ajaran yang amat luas. Ajaran-ajaran Islam itu

dinamakan Syari‘at Islam. Syari‘at Islam mencakup segenap peraturan-peraturan Allah SWT, yang

dibawa/disampaikan oleh Nabi Muhammad saw, untuk seluruh manusia, dalam mengatur hubungan

manusia dengan Tuhan, hubungan menusia sesamanya dan hubungannya dengan makhluk lain. Dan

peraturan itu berfaedah untuk untuk mensucikan jiwa manusia danmenghiasinya dengan sifat-sifat

yang utama. Inilah pengertian syari‘at yang biasa dipakai oleh para Ulama‘ Salaf.

Tasawuf adalah satu cabang dari Syari‘at Islam, seperti halnya dengan Tauhid(aqidah) dan fiqih yang

merupakan cabang dari Syari‘at Islam. Seperti di dalam hadist yang diriwayatkan dari Umar ra, yang

mengisayaratkan tiga unsure dasar syari‘at Islam tentang Islam, Iman dan Ihsan.

Ihsan termasuk amal hati dalam hubungan dengan ma‘bud(Tuhan). Soal ini tidak dipelajari di dalam

ilmu kalam dan fiqh, tetapi dibicarakan di dalam Tasawuf. Adapun yang berkenaan dengan amal lahir

seperti shalat, puasa, zakat dan haji, itulah yang dipelajari dalam ilmu fiqh, yang menyangkut soal

aqidah dipelajari di dalam ilmu Kalam.

Selain dari Ihsan, tasawuf juga membahas tentang hubngan manusia dengan sesamanya yang

disebut akhlaq, seperti halnya dengan fiqh selain membahas tentang rukun Islam ia juga membahas

tentang muamalat maliah, jinayat, munahkat dan qoda‘, karena persoalan-persoalan ini erat

hubungannya dengan maslah pokok yang disebutkan Nabi diatas(Islam, Iman, Ihsan). Sebagai

contoh adalah tentang penyakit dengki(hasad). Dengki menurut hadist Rasul dapat memakan amal

seprti api memakan kayu bakar. Dari hadist ini (tentang Islam, Iman, Ihsan)dapat dipahamkan bahwa

dengki yang merusak hubungan dengan sesame manusia juga dapat merusak hubungan dengan

Tuhan. Karena itu masalah akhlaq yang tercela dan akhlaq yang terpuji yang bertumbuh di dalam

hati dapat dipelajari dalam ilmu Tasawuf. Dengan ini jelas, betapa kedudukan Tasawuf denga

rangkaian syari‘at Islam.

Tasawuf Islam tidak akan ada kalau tidak ada Tauhid. Tegasnya tiada guna pembersihan hati kalau

tidak beriman. Tasawuf Islam sebenarnya adalah hasil dari aqidah yang murni dan kuat yang seseuai

dengan kehendak Allah dan RasulNya.

Sungguh sudah banyak penganut Tasawuf yang tergelincir di bidang ini. Banyak para Shufi yang

telah mengaku dirinya Tuhan atau manifestasi Tuhan. Ada pula yang mengaku bahwa para Nabi lebih

rendah derajatnya dari para wali. Ada yang mengi‘tikadkan bahwa ibadat-ibadat yang kita kerjakan

tidak sampai kepada Tuhan kalau tidak dengan merabithahkan guru lebih dahulu. Dan bayak macam-

macam I‘tiqad yang sesat yang bersumber dari akal fikir manusia.

Mereka tidak melakukan segala I‘tiqad-I‘tiqad kafir dan musyrik ini kurang mendalami jiwa Tauhid

Page 68: IDUL FITHRI SEBAGAI PERJALANAN SPIRITUAL MENEMUI … · Berdasarkan hadits di atas, kita lihat betapa pentingnya keberadaan Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam oleh sebab itu penulis

Islam yang murni/yang belum bercampur dengan filsafat pemikiran manusia. Oleh sebab itu untuk

mendalami tasawuf Islam terlebih dahulu harus dimatagkan pengertian Tauhid Islam. Amal Tasawuf

akan rusak binasa kalau tidak didahului oleh pengertian tentang Tauhid.

Demikianlah hubungan antara ilmlu Tasawuf dengan ilmu Tauhid (syari‘at). Tasawuf tidak aka nada

kalau tidak ada Tauhid dan Tauhid tidak akan tumbuh subur dan berbuah lebat kalau tidak ada

Tasawuf.

Kodifikasi TASAWUF dengan SYARI‘AT dalam Kacamata AL-GHAZALI

Imam Al-Ghazali (w, 111 M.) adalah ulama‘ ahli syari‘at penganut mazhab syafi‘I dalam hukum fiqh,

dan seorang teolog pendukung Asy‘ari yang sangat kritis, namun sesudah lamjut usia ia mulai

meragukan dalail akal yang menjadi tiang tegaknya mazhab asy‘ariah di samping dalil wahyu.

Sesudah mengalami keraguan terhadap kemampuan akal baik dalam filsafat ataupun penggunaannya

dalam ilmu kalam, akhirnya justru mendapat kepuasan dalam penghayatan kejiwaan dalam sufisme,

mempercayai kemutlakan dalail kasyf. Hal ini merupakan keunikan atau keanaehan al-Ghazali.

Mungkin karena pengaruh lingkungan keluarga dan masyarakat Persi masa itu yang merupakan lahan

yang subur bagi perkembangan pemikiran dan kehidupan sufisme. Agaknya beliau telah sejak kecil

punya penilaian positif terhadap ajaran sufisme. Karena memang beliau melihat dan menghayati

betapa institusi tasawuf dapat memperdalam keyakinan dan perasaan agama yang mendalam, serta

dapat membina akhlaq yang luhur. Dan ternyata akhirnya Al-Ghazali jadi propagandis sufisme yang

paling bersemangat dan paling sukses. Misalnya, tetntang kehidupan para sufi dan tasawuf yang

digambarkannya:

―Sungguh aku mengetahui secara yakin bahwa para sufi itulah orang-orang yang benar-benar telah

menempuh jalan Allah SWT, secara khusus. Dan bahwa jalan mereka tempuh adalah jalan yang

sebaik-baiknya, dan laku hidup mereka adalah yang paling benar, dan akhlaq adalah yang paling suci.

Bahkan seandainya para ahli piker dan para filosof yang bijak, dan ilmu para ulama yang berpegang

pada rahasia syari‘at berkumpul untuk menciptkan jalan dan akhlaq yang lebih baik dari apa yang ada

pada mereka(para sufi) tidak mungkin bisa menemukannya. Lantaran gerak dan diam para sufi, baik

lahir ataupun bathin, dituntun oleh cahaya kenabian. Dan tidak ada cahaya kenabian diatas dunia ini,

cahaya lain yang bisa meneranginya.‖(mungqidz min al-Dlalal, hal, 31).

Kutipan di atas menunjukkan betapa tingginya nilai tasawuf di mata al-Ghazali. Dan memang hingga

masa itu tasawuf masih dikelola oleh golongan elit (khawas), belum merakyat. Jadi kualitasnya masih

bias terkendali. Hanya timbulnya kecenserungan kea rah phanteis atau union-mistik dan

penyimpangan terhadap syari‘at yang meulai memperihatinkan dan menimbulkan ketegangan. Hal ini

tercermin dalam judul risalah otobiografi al-Ghazali al-Munqidz min ad-Dlalal, yang bias di

terjemahkan pembebas dari kesesatan. Dari segi sufuisme buku tersebut mengkritik kesesatan

peafsiran para penganut paham hulul, ittihad, dan wushul, dengan pernyataannya:

―ringkasnya, penghayatn makrifat itu memuncak sampai yang demikian dekatnya pada Allah sehingga

ada segolongan mengatakan hulul, segolongan lagi mengatakan ittihad, dan ada pula yang

mengatakan wushul, kesemua ini salah. Dan telah kujelaskan segi kesalahan mereka dalam

maqshudu al-Aqsha(Tujuan yang Tinggi).Al-Munqidz min al-Dlala, hal. 32‖

Mengenai goncangan kepercayaan yang dipandang sesat dari ajaran Syi‘ah Bathiniyah atau yang

beliau sebut golongan Ta‘limiyah, yang mengharuskan percaya kepada imam-imam yang dipandang

ma‘sum (terpelihara dari kesalahan), Al-Ghazali menganjurkan agar masyarakat muslim lebih baik

beriman kepada Nabi Muhammad yang memang diwajibkan seluruh muslim langsung beriman

Page 69: IDUL FITHRI SEBAGAI PERJALANAN SPIRITUAL MENEMUI … · Berdasarkan hadits di atas, kita lihat betapa pentingnya keberadaan Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam oleh sebab itu penulis

kepada Nabi, dan bukannya iman-iman kepada penyebar bid‘ah. .

Sedang mengenai masalah ajaran-ajaran dalam sufisme, dalam munqidz telah ditunjikkan paham-

paham yang sesat. Agar masyarakat tidak tersesat kepaham neka-neka al-Ghazali mencoba

membatasi penghayatan makrifat dalam sufisme agar dimoderasi hanhya sampai ke penghayatan

yang amat dekat dengan Tuhan, tidak terjerumus ke paham hulul, ittihad, dan whusul. Dengan

demikian berarti al-Ghazali menolak penghayatan makrifat kea rah puncak, yaitu menolak fana‘ al-

fana‘. Jadi dalam mengamalkan tasawuf dibatasi dan dimoderasi hanya kepada penghayatan fana‘

(ecstasy) yang tengah-tengah, yang masih menyadari adanya perbedaan yang fundamental antara

manusia dan Tuhan yang transenden, mengatasi alam semesta. Yaitu hanya samkpai penghayatan

yang dekat (qurb) dengan Tuhan, sehingga kesadaran diri sebagai yang sedang makrifat tetap

berbeda dengan Tuhan yang dimakrifatinya.

Kemudian soal pendalaman perasaan agama dan pemantapan iman, Al-Ghazali melihat bahwa

tasawuf adalah sarana yang hebat untuk untuk mendukung bagi pendalaman rasa agama

(spiritualitas Islam) dan untuk memantapkan dan menghidupkan iman. Dengan ilmu kalam orang

baru bisa mengerti tentang pokok-pokok keimanan, namun tidak bisa menanamkan keyakinan yang

mantap dan menghidupkan pengalaman agama. Oleh karena itulah tasawuflah sarana yang paling

hebat untuk mengobati penyakit formalism dan kekeringan rasa keagamaan ini menurut Al-

Ghazali.[40] Yang menjadi masalah kemudian, bagaimana cara mengawinkan dan mengkompromikan

tasawuf dengan syari‘at itu? Atau dengan kata lain bagaimana mengkompromikan syari‘at dan hakikat

sehingga keduanya tidak saling menggusur, akan tetapi justru saling mendukung.?

Kebutuhan ini wajar, karena para sufi sendiri mengembangkan ajaran mereka adalah untuk

menyemarakkan kehidupan agama, dan bukan untuk merusaknya. Namun bagaimana caranya, itu

yang belum bisa di kemukakan oleh para ulama‘ sufi. Imam al-Qusyairi (w, 1074M.) dalam risalahnya

baru bisa merumuskan harapan sebagai berikut:

―Syari‘at itu perintah untuk melaksanakan ibadah, sedang hakikat menghayati kebesaran Tuhan

(dalam ibadah). Maka setiap syari‘at yang tidak diperkuat dengan hakikat tidak diterima; dan setiap

hakikat yang tidak terkait dengan syari‘at, pasti tak menghasilkan apa-apa. Syari‘at dating dengan

kewajiban pada hamba, dan hakikat memberikan ketentuan Tuhan. Syari‘at memerintahkan

mengibadahi pada Dia. Syari‘at melakuakan yang diperintahkan Dia, hakikat menyaksikan

ketentuanNya, kadarNya, baik yang tersembunyi ataupun yang tampak diluar. (Risalah Qusyairiyah,

hal. 46)‖

Walaupun cita untuik menjalin keselarasan pengamalan taswuf dengan syari‘at telah di cetuskan dan

menjadi keprihatinan ulama‘-ulama‘ sufi sebelumnya, namun baru al-Ghazali yang secara konkrit

berhasil merumuskan bangunan ajarannya. Konsep al-Ghazali yang mengkompromikan dan menjalin

secara ketat antara pengalaman sufisme denga syari‘at disusun dalam karyanya yang paling

monumental Ihya‘ Ulumu ad-Din.

Dari susunan Ihya‘ ‗Ulum al-Dien tergambar pokok pikiran Al-Ghazali mengenai hubungan syariat dan

hakekat atau tasawuf. Yakni sebelum mempelajari dan mengamalkan tasawuf orang harus

memperdalam ilmu tentang syari‘at dan aqidah telebih dahulu. Tidak hanya itu, dia harus

konsekuwen menjalankan syari‘at dengan tekun dan sempurna. Karena dalam hal syari‘at seperti

shalat, puasa dan lain-lain, di dalam ihya‘ diterangkan tingkatan, cara menjalankan shalat, puasa, dan

sebagainya. Yakni sebagai umumnya p[ara penganut tasawuf dalam ihya‘ dibedakan tingkatan orang

shalat antara orang awam, orang khawas, dan yang lebih khusus lagi. Demikian juga puasa, dan

sebagainya. Sesudah menjalankan syari‘at dengan tertib dan penuh pengertian, baru pada jilid ketiga

Page 70: IDUL FITHRI SEBAGAI PERJALANAN SPIRITUAL MENEMUI … · Berdasarkan hadits di atas, kita lihat betapa pentingnya keberadaan Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam oleh sebab itu penulis

dimulai mempelajari tarekat. Yaitu tentang mawas diri, pengendalian nafsu-nafsu, dan kemudian lau

wiridan dalam menjalankan dzikir, hingga akhirnya berhasil mencapai ilmu kasyfi atau penghayatan

ma‘rifat.

Tema ilmu sufi menurut Al-Ghazali adalah Dzat, sifat da perbuatan Alah SWT. Adapun buah dari

pengetahuan tentang Allah adalah timbulnya sikap mencintai Allah, karena cinta tidak aka muncul

tanpa ―pengetahuan‖ dan perkenalan. Buah lain dari pengetahuan tentang Allah adalah ―tenggelam

dalam samudra Tauhid‖, karena seorang ‗arif tidak melihat apa-apa selain Allah, tidak kenal selain

Dia, di dalam wujud ini tiada lain kecuali Allah dan perbuatan-Nya. Tidak ada perbuatan yang dapat

dilihat manusia kecuali itu adalah perbuatan Allah. Setiap alam adalah ciptaan-Nya. Barang siapa

melihat itu sebagai hasil perbuatan Allah, maka ia tidak meluhat kecuali dalam Allah, ia tidak menjadi

arif kecuali demi Allah, tidak mencintai kecuali Allah SWT. Imam Al-Ghazali menambahkan, ―mereka

melatih hati, hingga Allah memperkenankan melihatNya. Sementara itu, tasawuf dilakukan dengan

memegang teguh dan mengamalkan Al-Qur‘an dan As-Sunnah.

Sehingga dalam perilaku dan ucapannya, Al-Ghazali teguh memegangi syari‘at. Ia mengatakan,

―seorang arif sejati mengatakan, ―jika kamu melihat seorang manusia mampu terbang di awang-

awang dan mampu berjalan di atas air, tetapi ia melakukan perbuatan yang bertentangan dengan

syari‘at, maka ketahuilah dia itu setan.‖

Page 71: IDUL FITHRI SEBAGAI PERJALANAN SPIRITUAL MENEMUI … · Berdasarkan hadits di atas, kita lihat betapa pentingnya keberadaan Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam oleh sebab itu penulis

Muroqobah Fokus pada Allah

Wahai penempuh jalan Allah, hendaknya Anda menetapi jalan akhirat melalui ajaran yang telah

diperintahkan kepadamu dalam aktivitas lahiriahmu. Bila Anda telah melakukannya, maka

duduklahdalam hamparan Muraqabah. Raihlah dengan penjernihan batinmu, hingga tak tersisa

sedikitpun yang menghalangimu. Berikanlah hak keseriusan dan ketekunanmu, lalu minimkanlah

pandanganmu untuk melihat lahiriahmu. Apabila Anda ingin dibukakan rahasia batinmu, untuk

mengetahui rahasia alam malakut Tuhanmu berupa intuisi ruhani yang datang kepadamu yang

kemudian dihalangi oleh bisikan-bisikan yang manjauhkan dari keinginanmu, maka ketahuilah

pertama-pertama, bahwa kedekatanTuhanmu pada dirimu merupakan ilmu yang langsung berkaitan

dengan hatimu, melalui pengulangan terus menerus pandangan dalam menarik kemanfaatanmu dan

menolak bahayamu. Lihatlah firman Allah Swt.: ―Adakah sang Khalik selain Allah, yang memberi rizki

kepadamu dari langit dan bumi‖

Sesungguhnya yang dari bumi adalah nafsumu, dan yang dari langit adalah hatimu. Apabila ada

sesuatu yang turun dari langit ke bumi, lalu siapakah yang memalingkan dari dirimu pada selain

Allah: ―Allah mengetahui apa yang ada di dalam bumi dan apa yang keluar darinya, serta apa yang

turun dari langit dan apa yang naik di dalamnya. Dan Allah menyertaimu dimanapun kamu berada.‖

(Qur‘an)

Berikanlah hak kesertaanNya dengan konsistensi ubudiyah kepada-Nya dalam aturan-aturan-Nya.

Tinggalkan kontra terhadap Sifat Rububiyah dalam Af‘al-Nya. Siapa yang kontra kepada-Nya akan

kalah: ―Dan Dia adalah Maha Perkasa di atas hamba-Nya, dan Dia Maha Bijaksana dan Maha

Meneliti.‖

Apa yang saya katakan kepadamu ini sungguh benar: ―Tiada yang muncul dari nafas-nafasmu,

kecuali Allahlah yang mengaturnya, apakah Anda pasrah atau menolak. Karena Anda ingin pasrah

pada suatu waktu, dan Anda mengabaikan, di waktu yang lain. Atau Anda ingin kontra pada suatu

saat, lalu Anda mengabaikan, kecuali yang ada hanya pasrah. Semua itu menunjukkan Rububiyah-

Nya dalam seluruh tindakan-Nya apalagi pada sisi orang yang sibuk dengan menjaga hatinya untuk

meraih hakikat-hakikat-Nya.

Apabila permasalahannya sedmikian rupa, maka berikanlah haknya adab berkaitan dengan apa yang

datang kepadamu, dengan Anda bersaksi terhadap sesuatu dari dirimu bahwa tiada awal kecuali

dengan Awal-Nya, dan tiada yang akhir kecuali dengan Pengakhiran-Nya, tiada dzahir kecuali dengan

Dzahir-Nya, tiada batin kecuali dengan Batin-Nya. Apabila Anda telah sampai pada awalnya awal,

Anda akan melihat, terhadap apa yang dilimpahi-Nya.

Apabila muncul suatu bisikan dari Sang kekasih yang sesuai atau tidak dengan dirimu, yang tidak

diharamkan syariat, maka lihatlah mengapa Allah ciptakan di dalam dirimu melalui pengaruh intuitif

dalam kondisimu. Bila Anda menemukan bnentuk peringatan yang menyadarkan Anda pada Allah

Swt, Anda harus membenarkannya. Itulah adab waktu bagi Anda. Anda jangan kembali pada selain

itu. Apabila Anda tidak menemukan jalan pembenaran, maka tanjakkan diri ke hadapanNya, maka

itulah adab waktu pada dirimu. Namun bila Anda kembali kepada selain jalan itu, berarti Anda telah

salah jalan.

Apabila hal itu tidak muncul dari dirimu, Anda harus bertawakal, ridha dan pasrah. Bila masih belum

menemukan jalan menempuhnya Anda harus berdoa agar bisa menarik menfaat dan menolak

bencana dengan disertai taslim dan pasrah total. Saya peringatkan agar anda tidak berupaya demi

sebuah pilihanmu, karena ikhtiyar demikian merupakan keburukan di mata orang yang memiliki mata

Page 72: IDUL FITHRI SEBAGAI PERJALANAN SPIRITUAL MENEMUI … · Berdasarkan hadits di atas, kita lihat betapa pentingnya keberadaan Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam oleh sebab itu penulis

batin.

Dengan demikian ada empat adab:

Adab Tahqiq

Adab Keluhuran

Adab Tawakal

Adab Doa.

Siapa yang mendapatkan hakikat bersama-Nya akan terjaga oleh-Nya.

Siapa yang diluhurkan oleh Allah, cukuplah bersama Allah, tanpa lainNya.

Siapa yang tawakal kepadaNya, ia melepaskan ikhtiar/pilihan dirinya, menyandarkan pada pilihan-

Nya.

Siapa yang mendoa pada-Nya dengan syarat menghadap dan mahabbah pada-Nya, Insya Allah akan

diijabahi menurut kelayakan dari-Nya. Atau doanya tidak diijabahi —jika Dia menghendaki— karena

kehendak doanya tidak membuatnya maslahat. Setiap masing-masing etika ini ada hamparan

keleluasaan.

Hamparan pertama, adalah keleluasaan ―tahqiq‖. Apabila ada sesuatu intuisi (bisikan halus) yang

datang kepadamu tanpa tahqiq, lalu engkau dibukakan sifat-sifat-Nya, maka seharusnyalah Anda

tetap dengan rahasia batin Anda, dan diharamkan Anda menyaksikan selain Allah Ta‘ala.

Hamparan kedua, adalah hamparan keluhuran. Manakala datang intuisi kepadamu, selain keluhuran,

dan Anda dibukakan melalui Af‘al-Nya, maka luhurkanlah dirimu di sana melalui rahasia batinmu.

Anda diharamkan menyaksikan selain Sifat-sifat-Nya, dan Anda sebagai pihak yang menyaksikan dan

disaksikan. Pada tahap pertama adalah fana‘nya penyaksi, kemudian fana‘nya yang disaksikan (Anda

sebagai yang disaksikan dalam fana‘).

Hamparan ketiga, adalah hamparan tawakal. Apabila datang kepadamu suatu intuisi selain tawakal,

saya maksudkan adalah apa yang kami sebut terdahulu, baik Anda senangi atau tidak, dan Anda

dibukakan cacat-cacat bisikan, maka duduklah pada hamparan cinta-Nya, sembari bertawakal pada-

Nya, ridha terhadap yang tampak pada dirimu berupa dampak dari perbuatan-Nya dalam cahaya tirai-

Nya.

Hamparan keempat, adalah hamparan doa. Apabila muncul bisikan intuisi yang lain, lantas Anda

dibukakan bentuk kebutuhan (kefakiran) Anda kepada-Nya, maka Allah telah menunjukkan akan

Kemahakayaan-Nya. Raihlah kefakiran sebagai hamparan, dan waspadalah untuk tidak jatuh dari

derajat ini pada tahap lainnya, dikawatirkan Anda terjerumus dalam makar Allah sementara Anda

tidak tahu.

Minimal, bila Anda mengalami kejatuhan dari derajat tersebut, Anda akan kembali pada diri Anda,

sebagai pengatur atau pemilih yang menyebabkan Anda memuliakan diri Anda, dan selanjutnya tak

ada kondisi ruhani bagi Anda untuk membawanya secara serius dan tekun, baik dalam lahiriyah

maupun batin Anda, dengan mengharapkan agar Anda diberi sebagaimana Allah memberinya. Lalu

bagaimana Anda bisa menentang-Nya, terhadap hal-hal yang Allah tidak berkehendak memberikan

kepadamu.

Maka, dampak paling minimal dalam pintu ini, adalah tuduhan-tuduhan syirik, bahwa Anda telah

menang, padahal sebenarnya tidak sama sekali. Apabila Anda memang menang, lakukanlah

sekehendakmu, dan Anda tidak akan mampu melakukan menurut kehendakmu selamanya. Ini

menunjukkan besarnya ketekunanmu dalam memamahi tindakan-tindakan Allah Swt. Aku tidak akan

Page 73: IDUL FITHRI SEBAGAI PERJALANAN SPIRITUAL MENEMUI … · Berdasarkan hadits di atas, kita lihat betapa pentingnya keberadaan Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam oleh sebab itu penulis

ikut pada seorang hamba yang bodoh, atau seorang Ulama yang fasik.

Saya tidak tahu, dimana posisi Anda pada dua sifat ini; apakah pada kebodohan atau kefasikan, atau

kedua-duanya? Kami mohon perlindungan Allah dari pengabaian jiwa dari mujahadah, dan kosongnya

qalbu dari musyahadah. Pengabaian diri akan menolak syariat, dan pengosongan akan menolak

tauhid. Sedangkan Sang Hakim telah membawa syariat dan tauhid. Karena itu tempuhlah dengan

cara menjauhkan diri dari kontra terhadap Tuhanmu, agar menjadi orang yang bertauhid. Amalkanlah

rukun-rukun syariat agar kamu menjadi pelaku Sunnah. Integrasikan keduanya dengan mata hati

yang lembut, maka Anda akan meraih hakikat. Sebagaimana firman-Nya: ―Atau tidakkah cukup

bersama Tuhanmu, bahwa Dia Maha Menyaksikan segalanya?‖

Kemudian bila muncul intuisi dalam muraqabahmu yang tidak disahkan oleh syariat atau pun yang

disahkan syariat, atas apa yang berlalu dari dirimu, maka lihatlah apa yang diperingatkan dan

diwaspadakan kepadamu. Apabila intuisi itu menjadikan Anda ingat kepada Allah, maka adab Anda

adalah mentauhidkan-Nya di atas hamparan KeEsaan-Nya. Namun bila Anda tidak demikian, adab

Anda adalah melihat adanya limpahan karunia-Nya, yang menempatkan dirimu melalui

Kemahalembutan Kasih-Nya. Dan Dia menghiasi dengannya melalui kepatuhan pada-Nya, dengan

mencintai-Nya secera khusus di atas hamparan Kasih-Nya.

Apabila Anda turun dari pintu derajat ini, sementara Anda tidak berkenan di sana, maka adabmu

adalah memandang keutamaan-Nya, karena Dia telah menutupimu atas tindakan maksiat kepada-

Nya, dan tirai itu tidak dibuka untuk makhluk lain. Namun apabila Anda berpaling dari adab ini, dan

Anda ingat akan maksiat Anda, sementara Anda tidak diingatkan dengan tiga adab di atas, maka

seharusnya Anda beradab dengan doa dalam taubat, atau sepadannya, demi meraih ampunan

menurut tindak kejahatan yang anda lakukan, yang merupakan salah satu sisi dari yang dibenci

syariat.

Namun apabila yang datang adalah intuisi ketaatan, lalu Anda datang dan mengingat siapa yang

memberikan limpahan manfaat kepadamu, maka janganlah matamu memandang sejuk karenanya,

tetapi harus mengingat pada Allah Yang memunculkannya. Sebab apabila pandangan mata Anda

sejuk tanpa menyertakan-Nya, berarti Anda telah turun dari derajat hakikat.

Apabila Anda tidak berada pada derajat tersebut, hendaknya Anda menempati pada derajat

berikutnya. Yaitu Anda menyaksikan akan keagungan keutamaan Allah terhadap diri Anda, karena

Anda telah dijadikan sebagai orang yang layak dan pewarisnya berupa rizki kebaikan dari derajat

tersebut. Bahkan diantara tanda-tandanya yang menunjukkan atas kebenarannya. Apabila Anda tidak

menempatinya dan turun di bawahnya, maka Adab Anda adalah merenungkan secara mendalam

pada ketaatan tersebut, benarkah hal itu memang taat yang sebenarnya dan Anda sendiri selamat

dari tuntutan-tuntutan di dalamnya? Ataukah sebaliknya, justru Anda tersiksa karenanya?

Na‘udzubillah! dari segala kebajikan yang kembali pada keburukan. ―Dan tampaklah pada mereka dari

Allah, apa-apa yang tidak mereka perhitungkan.‖

Jika Anda turun dari derajat ini pula kepada derajat lain, maka etika atau adab Anda adalah mencari

keselamatan dari derajat tersebut baik melalui kebaikan maupun keburukannya. Seharusnya tujuan

Anda yang berangkat dari kebajikan Anda lebih banyak dibanding tujuan dari pelajaran keburukan

Anda, apabila Anda masih menginginkan termasuk golongan orang-orang shalih.

Apabila Anda inginkan suatu bagian, sebagaimana yang diberikan kepada wali-wali Allah Swt. Anda

harus menolak semua manusia secara total, kecuali pada orang yang menunjukkan kepada Allah

melalui petunjuk yang benar dan amal yang kokoh yang tidak kontra dengan Al-Qur‘an dan Sunnah.

Page 74: IDUL FITHRI SEBAGAI PERJALANAN SPIRITUAL MENEMUI … · Berdasarkan hadits di atas, kita lihat betapa pentingnya keberadaan Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam oleh sebab itu penulis

Berpalinglah dari dunia sepenuhnya, Anda jangan sampai tergolong orang yang ditawari dunia karena

tindakan itu. Namun seharusnya Anda menjadi hamba Allah yang diperintah untuk melawan

musuhNya. Jika Anda berada pada posisi dua karakter ini: berpaling dari dunia dan zuhud dari

manusia, maka tegakkanlah muraqabah (mawas diri untuk fokus kepada Allah, menetapi taubat

dengan penjagaan diri, memohon ampunan kepada Allah melalui kepasrahan dan kepatuhan

terhadap aturan-aturan secara istiqamah.

Penafsiran empat adab tersebut: Adalah hendaknya anda menjadi hamba Allah, dengan cara:

Mewaspadakan hatimu agar tidak melihat di semesta raya ini sesuatu pun selain Allah Swt. Bila anda

merasa meraih ini, akan ada panggilan intusi kebenaran dari Cahaya Kemuliaan, bahwa anda telah

buta dari Jalan Benar, karena darimana anda mampu melakukan Muroqobah?

Hendaknya anda mendengarkan firman Allah Swt, ―Dan Allah adalah Maha Mengawasi segala

sesuatu.‖ Dengan begitu anda merasa malu atas taubat anda yang anda duga sebagai taqarrub,

maka kokohkanlah taubatmu dengan menjaga hatimu. Dan jangan anda pandang bahwa taubat itu

muncul darimu, yang membuat dirimu malah keluar dari jalan yang benar.

Bila anda merasa bahwa semua itu datang dari diri anda, maka akan muncul intuisi ruhani yang

hakiki memanggilmu dari sisi Allah Ta‘ala, ―Bukankah taubat itu datang dariNya dan kembali

padaNya? Sedangkan kesibukanmu yang menjadi sifatmu, adalah hijabmu atas kehendakmu?‖ Maka

disanalah anda memandang sifat dirimu, lalu anda mohon perlindungan kepada Allah Swt, dari sifat

itu. Lantas anda beristighfar dan kembali kepadaNya.

Istighfar itu berarti mencari tutup terhadap sifat-sifat burukmu dengan cara kembali kepada Sifat-

sifatNya.

Apabila anda mampu beristighfar dan kembali, akan muncul pula panggilan hakiki seketika,

―Tunduklah dengan aturan-aturanKu, dan tinggalkanlah penentangan terhadapKu, teguhlah dengan

kehendakKu dengan melawan kehendak dirimu. Karena kehendakmu adalah bentuk pengambil alihan

sifat Ketuhanan atas kehambaanmu. Maka jadilah engkau ―hamba yang benar-benar dikuasai, tidak

meliki kemampuan apa pun.‖ Sebab jika dirimu merasa mempunyai kemampuan, maka justru akan

dibebankan padamu, sedangkan Aku Maha Mengetahui segala sesuatu.‖

Page 75: IDUL FITHRI SEBAGAI PERJALANAN SPIRITUAL MENEMUI … · Berdasarkan hadits di atas, kita lihat betapa pentingnya keberadaan Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam oleh sebab itu penulis

Sufi Road : Mencintai Dengan Bershalawat

Bila bicara, kata katanya bagaikan mutiara. Bila diam, dia menyimpan kesejukan. Bila berjalan,

matanya sangat terjaga. BIla berprilaku, dia laksana Al Quran berjalan. Dia bagaikan Malaikat,

memberikan cahaya. Cahaya iman. Jejaknya jadi teladan bagi setiap orang. BIla satu kali namanya di

sebutkan, beribu doa dan rahmat terlimpah atasnya. Atas wujudnyalah, lahir cinta sejati. Cinta suci

yang tak pernah ternodai.

Seorang pemuda mendapatkan surat dari kekasihnya. Sebelum surat itu dibuka, perangkonya di lepas

dan dijilatinya. Lalu dia membalas surat itu dan bercerita kalau perangkonya dia jilati. Karena si

pemuda yakin bahwa sewaktu menempel perangko itu pasti memakai ludah kekasihnya. Jadi hitung

hitung menelan ludah kekasihnya walaupun sudah kering.

Tak lama berslelang datanglah balasan dari si kekasih. Ia menyatakan terimakasih atas kemurnian

cintanya. Tetapi maaf, katanya, yang menempelkan perangko dahulu bukan dia sendiri tetapi tukang

becak yang dia titipi untuk mengeposnya. Keruan saja si pemuda nyengir kecut. Itulah orang yang

sedang dimabuk cinta.

DI tanah Arab, Majnun yang mencintai Layla, disebut gila. Karena dia datang ke rumah Layla dan

menciumi dinding rumah itu sepuas puasnya.

Terhadap cemoohan itu, Majnun menjawabnya dengan puisi:

Aku melewati rumah, rumah Layla

Kucium dinding ini, dinding ini

Tidaklah cinta rumah yang memenuhi hati

Tetapi cinta kepada dia yang tinggal di rumah ini

Sekali lagi, begitulah cinta. Menurut psikolog muslim klasik, Ibnu Qayyim, cinta ditandai dengan

perhatian yang aktif pada orang yang kita cintai dan ada kenikmatan menyebut namanya. Ketika

menyebut atau mendengar orang menyebut, nama kekasih kita, hati kita bergetar. Tiada yang lebih

menyenangkan hati daripada mengingatnya dan menghadirkan kebaikan kebaikannya. JIka ini

menguat dalam hati, lisan akan memuji dan menyanjungnya. Seperti itulah orang orang yang

mencintai Rasulullah.

Segera setelah Nabi wafat, Bilal tidak mau mengumandangkan azan. Akhirnya, setelah didesak oelh

para sahabat, Bilal mau juga. Tetapi masya Allah, ketika sampai pada kata ‗Wa asyhadu anna

Muhammad….‘ Dia berhenti. Suaranya tersekat di tenggorokan. Dia menangis keras. Nama

Muhammad, kekasih yang baru saja kembali ke Rabbul izzati, menggetarkan jantung Bilal. BIlal

bukan tidak mau menyebut nama Rasulullah. Baginya, nama Muhammad adalah nama insan yang

paling indah. Justru karena cintanya kepada Rasulullah, nama beliau sering diingat, disebut dan

dilantunkan.

Berbahagialah orang yang merasa nikmat saat bershalawat. Karena menurut Rasuullah, orang yang

paling dekat dengan beliau di hari kiamat adalah orang yang paling banyak bershalawat (HR

Tirmidzi).

Cukuplah kita simak nasihat Ibnu Athailah ini: Betapa indahnya hidup ini jika engkau isi dengan taat

kepada Allah. Yaitu dengan cara berzikir kepada Allah dan sibuk bershalawat atas Rasulullah pada

setiap waktu disertai oleh kalbu yang ikhlas, jiwa yang bening, niat yang baik dan perasaan cinta

kepada Rasulullah. ―Sesungguhnya Allah beserta para malaikatNya bershalawat atas Nabi. Wahai

orang yang beriman, ucapkanlah shalawat dan salam atasnya‖ (QS Al Azhab 33:56).

Page 76: IDUL FITHRI SEBAGAI PERJALANAN SPIRITUAL MENEMUI … · Berdasarkan hadits di atas, kita lihat betapa pentingnya keberadaan Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam oleh sebab itu penulis

Ingin Mimpi bertemu Nabi

Siang itu, dengan wajah muram seorang murid bersimpuh di hadapan syaikhnya. Syaikh, dengan

suara berwibawa bertanya, ―Apa gerangan yang merisaukanmu?‖

―Wahai syaikh, sudah lama saya ingin melihat wajah Rasulullah walau hanya lewat mimpi. Tetapi

sampai sekarang keinginan itu belum terkabul juga‖ jelas is murid.

―Oo..rupanya itu yang engkau inginkan. Tunggu sebentar…‖ Setelah diam beberapa saat, berkatalah

Syaikh:

―Nanti malam, datanglah engkau kemari. Aku mengundangmu makan malam‖

Sang murid mengangguk kemudian pulang ke rumahnya. Setelah tiba saatnya, pergilah dia ke rumah

Syaikh untuk memenuhi undangannya. Dia merasa heran melihat Syaikh hanya menghidangkan ikan

asin.

―Makan, makanlah semua ikan itu. Jangan sisakan sedikitpun!‖ kata Syaikh kepada muridnya.

Karena tergolong murid taat, dia habiskan seluruh ikan asin yang disuguhkan. Selesai makan, dia

merasa kehausan. Dia segera meraih segelas air dingin di hadapannya.

―Letakkan kembali gelas itu!‖ perintah Syaikh. ―Kau tidak boleh minum air itu hingga esok pagi, dan

malam ini kau tidur di rumahku!‖

Dengan penuh rasa heran, diturutinya perintah Syaikh. Malam itu dia tak bisa tidur. Lehernya serasa

tercekik karena kehausan. Dia membolak balikkan badannya hingga akhirnya tertidur karena

kelelahan. Apa yang terjadi? Malam itu dia bermimpi minum air sejuk dari sungai, mata air dan

sumur. Mimpi itu sangat nyata. Seakan akan benar terjadi padanya.

Begitu bangun paginya, dia langsung menghadap Syaikh.

―Wahai guru, bukannya menlihat Rasulullah, saya malah bermimpi minum air‖

Tersenyumlah Syaikh mendengar jawaban muridnya. Dengan bijaksana dia berkata, ―Begitulah,

makan ikan asin membuatmu amat kehausan sehingga kau hanya memimpikan air sepanjang malam.

JIka kau merasakan kehausan semacam itu akan Rasulullah, maka kau akan melihat ketampanannya‖

Terisaklah si murid. Dia sadar betapa cintanya kepada Rasulullah hanyalah sebatas kata. Kerinduan

sebatas pengakuan.

Kondisi si murid adalah kondisi hati kebanyakan kita semua. Cinta pada dunia menutupi cinta kita

pada Nabi. Jujur saja, hati ini tak merasa nikmat saat bershawlawat. Apalagi bergetar. Biasa biasa

saja.

Tetapi kita tak perlu berkecil hati. Yang kita ulas diatas adalah shalawat pecinta, sementara kita

adalah shalawat pemula. Bagi pemula, Syaikh Muzaffer Ozak (penutur cerita mimpi diatas) berpesan,

―Bila kau terus mengulang ulang shalawat dengan ikhlas, hampir pasti akan menjumpai Rasulullah

dan siapapu yang melihatnya hampir pasti akan mendapat syafaatnya‖

Jadi,melantunkan shalawat bagi pemula laksana menanam benih. Mula mula dalam ucapan, lalu

dalam pikiran. Bukankah segala tindakan selalu bermula dari pikiran? Apa yang sedang anda pikirkan

saat ini menciptakan kehidupan masa depan anda. Anda menciptakan hidup anda dengan pikirna

pikiran anda. Apa yang paling anda pikirkan dan fokuskan adalah apa yang akan muncul dalam hati

anda. Apapun yang anda tanam, itulah anda tuai.

―Kau adalah pikiranmu saudaraku! Sisanya adalah tulang dan otot. Jika engkau memikirkan bunga

mawar, engkau adalah taman mawar. Jika engkau memikirkan duri, engkau adalah kayu bakar‖

Page 77: IDUL FITHRI SEBAGAI PERJALANAN SPIRITUAL MENEMUI … · Berdasarkan hadits di atas, kita lihat betapa pentingnya keberadaan Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam oleh sebab itu penulis

demikian senandung Jalaluddin Rumi dalam Matsnawi (2:277-8)

Dengan memperbanyak shalawat, kita ingin pikiran kita jadi ‗taman cinta Rasulullah‘. Kita ingin

tindakan kita memancarkan keharuman akhlak Sang Teladan Segala Zaman.

Para psikolog pun belakangan membuktikan bahwa karakter manusia dapat diubah secara

menyeluruh dengan pengulangan kata kata tertentu. Dna hasil yang dicapai melalui kata kata itu

ternyata mengagumkan. RMP (repetitive magic power) istilah mereka. ―Segala sesuatu yang anda

pancarkan lewat pikiran, perasaan, citra mental dan tutur kata anda, akan didatangkan kembali ke

dalam kehidupan anda,‖ tegas Ponder, salah seorang pakar law of attraction.

Maka beruntunglah kita hidup di tanah air ini yagn didalamnya shalawat selalu menyertai tahap tahap

kehidupan kita. Saat dilahirkan, bahkan sejak dalam kandungan 7 bulan, dikhitan, dinikahkan, lulus

ujian dan ketika meninggal dunia, semua tahapan itu diisi dengan bacaaan shalawat Nabi. Itulah cara

orang tua kita dahulu menghidupkan kecintaan kepada Rasulullah dihati kita. Tiada hari tanpa

siraman shalawat, agar pohon kerinduan kepada Rasulullah terus tumbuh subur dan menakjudkan

orang yang menanamnya. ~~

Page 78: IDUL FITHRI SEBAGAI PERJALANAN SPIRITUAL MENEMUI … · Berdasarkan hadits di atas, kita lihat betapa pentingnya keberadaan Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam oleh sebab itu penulis

Sufi Road : Karomah Bukan Derajat Luhur

Tidak setiap orang yang memiliki keistemewaan itu sempurna kebersihan batin dan keikhlasannya.‖

Saat ini publik ummat sering menilai derajat luhur seseorang dari kehebatan-kehebatan ilmu dan

karomahnya.

Syeikh Abu Yazid al-Bisthamy pernah didatangi muridnya, yang melaporkan karomah dan kehebatan

seseorang.

―Dia bisa menyelam di lautan dalam waktu cukup lama…‖

―Saya lebih kagum pada paus di lautan…‖

―Dia bisa terbang…!‖ kata muridnya.

―Saya lebih heran, burung kecil terbang seharian…karena kondisinya memang demikian,‖

jawabnya.―Lhah, dia ini bisa sekejap ke Mekkah…‖

―Saya lebih heran pada Iblis sekejap bisa mengelilingi dunia…Namun dilaknat oleh Allah.‖

Suatu ketika orang yang diceritakan itu datang ke masjid, tiba-tiba ia meludah ke arah kiblat.

―Bagaimana ia menjaga adab dengan Allah dalam hakikat, sedangkan adab syariatnya saja tidak

dijaga..‖ kata beliau.

Banyak orang yang mendalami ilmu pentetahuan, mampu membaca dan mengenal dalil, kitab-kitab,

bahkan memiliki keistemewaan, tetapi banyak pula diantara mereka tidak bersih hatinya, tidak ikhlas

dalam ubudiyahnya.

Begitu pula ketika karomah dan tanda-tanda yang hebat itu disodorkan pada Sahl bin Abdullah at-

Tustary, ra, beliau balik bertanya, ―Apa itu tanda-tanda? Apa itu karomah? Itu semua akan sirna

dengan waktunya. Bagiku orang yang diberi pertolongan Allah swt untuk merubah dari perilakunya

yang tercela menjadi perilaku yang terpuji, lebih utama dibanding orang yang punya karomah seperti

itu.‖

Sebagian Sufi mengatakan, ―Yang mengagumkan bukannya orang yang memasukkan tangan ke

kantong sakunya, lalu menafkahkan apa saja dari kantong itu. Yang mengagumkan adalah orang

yang memasukkan tangannya ke kantong sakunya karena merasa ada sesuatu yang disimpan di

sana. Begitu ia masukkan tangannya ke sakunya, sesuatu itu tidak ada, namun dirinya tidak berubah

(terkejut) sama sekali.‖

Jadi karomah itu sesungguhnya hanyalah cara Allah memberikan pelajaran kepada yang diberi

karomah agar perjalanan ruhaninya tidak berhenti, sehingga semakin menajak, semakin naik, bukan

untuk menunjukkan keistemewaanya.

Yang istimewaan adalah Istiqomah. Karena itu para Sufi menegaskan, ―Jangan mencari karomah,

tetapi carilah Istiqomah.‖ Sebab istiqomah itu lebih hebat dibanding seribu karomah. Dan memang,

hakikat kartomah adalah Istiqomah itu sendiri.

Bahkan Imam Al-Junayd

al-Baghdady pernah mengi-ngatkan, betapa banyak para Wali yang terpleset derajatnya hanya

karena karomah.

Syeikh Abdul Jalil Mustaqim pernah mengatakan, ketika anda diludahi seseorang dan anda sama

sekali tidak marah, itulah karomah, yang lebih hebat dibanding karomah yang lainnya.

Ketika dalam sebuah perkumpulan Thariqat Sufi, tiba-tiba ada seseorang datang, dan langsung

membicarakan kehebatan ilmu ini dan itu, karomah si ini dan si itu. Lalu seseorang diantara mereka

menegur,

―Mas, kalau di sini, ilmu-ilmu seperti yang anda sampaikan tadi hanya dinilai sampah. Jadi percuma

Page 79: IDUL FITHRI SEBAGAI PERJALANAN SPIRITUAL MENEMUI … · Berdasarkan hadits di atas, kita lihat betapa pentingnya keberadaan Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam oleh sebab itu penulis

sampean bicara sampah di sini…‖

Ada seseorang disebut-sebut sebagai Wali:

―Wah dia itu wali, bisa baca pikiran orang, dan kejadian-kejadian yang pernah kita lakukan walau pun

sudah bertahun-tahun lamanya…‖

―Lhah, orang yang punya khadam Jin juga bisa diberi informasi oleh Jinnya tentang kejadian yang

lalu maupun yang akan datang… Jadi hati-hati…‖

―Beliau itu keturunan seorang Ulama besar..‖

―Tidak ada jaminan nasab itu, nasibnya luhur di hadapan Allah…‖

Dan panjang sekali kajian soal karomah dan kewalian ini, yang butuh ratusan halaman. Tetapi

kesimpulannya, seseorang jangan sampai mengagumi kehebatan lalu mengklaim bahwa kehebatan

itu menunjukkan derajat di depan Allah. Tidak tentu sama sekali.

Page 80: IDUL FITHRI SEBAGAI PERJALANAN SPIRITUAL MENEMUI … · Berdasarkan hadits di atas, kita lihat betapa pentingnya keberadaan Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam oleh sebab itu penulis

Karamah Wali Allah

Karamah Awliya Allah

Melihat dalil-dalil karomah para wali

Keberadaan karamah para wali telah ditetapkan dalam Al Qur‘an, Sunnah Rasulullah Saw, serta atsar

sahabat dan orang-orang setelah mereka, sampai zaman sekarang ini. Keberadaannya juga diakui

oleh mayoritas ulama ahli sunnah yang terdiri dari para ahli fikih, para ahli hadits, para ahli ushul dan

para syaikh tasawuf yang karangan-karangan mereka banyak berbicara tentangnya. Selain itu,

keberadaannya juga telah dibuktikan dengan kejadian-kejadian nyata di berbagai masa. Dengan

demikian, karamah tetap (terbukti) secara mutawatir maknawi, meskipun rinciannya diriwayatkan

secara ahad (sendiri-sendiri). Karamah tidak di ingkari, kecuali oleh ahli bid‘ah dan kesesatan yang

imannya kepada Allah, sifat-sifat-Nya dan perbuatan-perbuatan-Nya lemah.

1. Sumber Al Qur‘an

a. Ashabul Kahfi, cerita Ashabul Kahfi yang tertidur panjang dalam keadaan hidup dan selamat dari

bencana selama 309 tahun, dan Allah menjaga mereka dari panasnya matahari. Allah berfirman, ―Dan

engkau akan melihat ketika matahari terbit, dia condong dari gua mereka ke sebelah kanan. Dan

ketika matahari itu terbenam, dia menjauhi mereka ke sebelah kiri.‖ (QS. al Kahfi: 17)

―Dan engkau mengira mereka itu bangun, padahal mereka tidur. Dan kami balik-balikkan mereka ke

kanan dan ke kiri, sedang anjing mereka menjulurkan kedua lengannya di muka pintu gua.‖ (QS. al

Kahfi: 18)

b. Kisah Maryam, yang menggoyang pohon kurma yang kering. Seketika itu juga pohon tersebut

menjadi rindang dan berjatuhanlah kurma yang sudah masak di luar musimnya. ―Dan goyanglah

pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak

kepadamu.‖ (QS. Maryam: 25). Apa yang diceritakan Allah dalam Al Qur‘an kepada kita bahwa setiap

kali Zakaria masuk ke mihrab Maryam, dia menemukan rezeki di dalamnya, padahal tidak ada yang

masuk ke situ selain dia. Lalu dia berkata, ―Wahai Maryam, dari manakah engkau memperoleh ini?‖

Maryam menjawab, ―Ini semua dari Allah.‖ Setiap kali Zakaria masuk untuk menemui Maryam di

mihrab, dia temukan makanan di sisinya. Lalu dia berkata, ―Hai Maryam, dari mana engkau

memperoleh (makanan) ini?" Maryam menjawab, ―Makanan ini dari sisi Allah.‖ (QS. Ali Imran: 37).

c. Asif bin Barkhiya, bersama Nabi Sulaiman as, sebagaimana dikatakan oleh mayoritas mufassirin,

―Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari kitab, Aku akan membawa singgasana itu kepadamu

sebelum matamu berkedip.‖ (QS. an Nahl: 40). Maka dia pun membawa singgasana Ratu Bilqis dari

Yaman ke Palestina sebelum mata berkedip.

2. Sumber As Sunnah

1) Kisah Juraij al Abid yang berbicara dengan bayi yang masih dalam buaian. Ini adalah hadits shahih

yang dikeluakan oleh Bukhari dan Muslim dalam Ash Shahihain.

2) Kisah seorang anak laki-laki yang berbicara ketika masih dalam buaian.

3) Kisah tiga orang laki-laki yang masuk ke dalam gua dan bergesernya batu besar yang sebelumnya

menutupi pintu gua tersebut. Hadits ini yang disepakati keshahihannya.

4) Kisah lembu yang berbicara dengan pemiliknya. Hadits ini adalah hadits shahih yang masyhur.

3. Sumber Atsar Para Shahabat

1) Kisah Abu Bakar ra bersama para tamunya tentang bertambah banyaknya makanan. Sampai

setelah mereka selesai makan, makanan tersebut menjadi lebih banyak dari sebelumnya. Ini adalah

hadits shahih yang diriwayatkan oleh Bukhari.

2) Kisah Umar ra ketika dia berada di atas mimbar di Madinah dan dia memanggil panglima yang

Page 81: IDUL FITHRI SEBAGAI PERJALANAN SPIRITUAL MENEMUI … · Berdasarkan hadits di atas, kita lihat betapa pentingnya keberadaan Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam oleh sebab itu penulis

sedang berada di Persia, ―Wahai Sariah, naik gunung, naik gunung!‖ ini adalah hadits hasan.

3) Kisah Utsman ra bersama seorang laki-laki yang datang kepadanya, lalu Utsman ra memberi tahu

tentang apa yang terjadi ketika dia sedang dalam perjalanan melihat seorang perempuan asing.

4) Kisah Ali ibn Abi Thalib ra yang mampu mendengarkan pembicaraan orang-orang yang sudah mati,

sebagaimana yang dikeluarkan oleh Baihaqi.

5) Kisah Abbad ibn Basyar ra dan Asid ibn Hadhir ra ketika tongkat salah seorang di antara mereka

mengeluarkan cahaya sewaktu mereka keluar dari kediaman Rasulullah Saw pada malam yang gelap.

Ini adalah hadits shahih yang dikeluarkan oleh Bukhari.

6) Kisah Khabib ra dan syetan dan anggur yang ada di tangannya. Dia memakannya di luar

musimnya. Ini adalah hadits shahih.

7) Kisah Sa‘ad ra dan Said ra ketika masing-masing dari keduanya memohon azab atas orang yang

telah berdusta atasnya. Doa tersebut lalu dikabulkan. Hadits ini dikeluarkan oleh Bukhari dan Muslim.

8) Kisah Abur al Alla‘ ibn al Hadhrami yang membelah laut di atas kudanya, dan air muncul berkat

doanya. Hadits ini dikeluarkan oleh Ibnu Sa‘ad dalam ath Thabaqat al Qubra.

9) Kisah Khalid ibn Walid ra ketika meminum racun. Kisah ini dikeluarkan oleh Baihaqi, Abu Nuaim,

Thabrani dan Ibnu Sa‘ad dengan sanad yang shahih.

10) Jari-jari tangan Hamzah al Aslami yang bercahaya ketika malam gelap gulita. Hadits ini

dikeluarkan oleh Bukhari.

11) Kisah Ummu Aiman dan bagaimana dia kehausan ketika hijrah, lalu turun kepadanya ember dari

langit, dan dia pun minum. Kisah ini diriwayatkan oleh Abu Nu'aim dalam al Hilyah.

12) Kisah seorang sahabat yang bisa mendengarkan suara orang yang membaca surah al Mulk dari

kuburan setelah tenda dipasang di atasnya. Kisah ini diriwayatkan oleh Tirmidzi.

13) Bertasbihnya piring pesar yang dipakai untuk makan oleh Salman al Farisi ra dan Abu Darda ra.

Dan mereka berdua mendengar tasbih tersebut. Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Nu'aim.

14) Kisah Safinah ra, budak laki-laki Rasulullah Saw dan seekor singa. Kisah ini diriwayatkan oleh

Hakim dalam al Mustadrak dan Abu Nu'aim dalam al Hilyah.

Ini hanyalah sebagian kecil dari banyak kejadian tentang karamah para sahabat Rasulullah Saw,

kemudian karamah juga banyak terjadi pada para wali di masa tabi'in dan para pengikut tabi'in

sampai saat sekarang ini, sehingga sangat sulit untuk dihitung jumlahnya.

Sebagian orang barangkali bertanya, ―Kenapa karamah yang ada pada sahabat lebih sedikit daripada

karamah yang ada pada para wali yang muncul setelah mereka?‖ Dalam ath Thabaqat, Tajuddin

dalam as Subki menjawab pertanyaan ini dengan berkata, jawabannya adalah jawaban Ahmad ibn

Hambal ketika ditanya tentang hal tersebut. Dia berkata, para sahabat adalah orang-orang yang telah

kuat imannya. Oleh karena itu, mereka tidak memerlukan sesuatu untuk menguatkan iman mereka.

Sementara orang-orang selain sahabat, iman mereka masih lemah dan belum sampai pada tingkat

iman para sahabat. Oleh karena itu, iman mereka dikuatkan dengan karamah yang diberikan kepada

mereka. (Yusuf an Nabhani, Jami‘u Karamat al Auliya‘

Page 82: IDUL FITHRI SEBAGAI PERJALANAN SPIRITUAL MENEMUI … · Berdasarkan hadits di atas, kita lihat betapa pentingnya keberadaan Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam oleh sebab itu penulis

Keteduhan hati di dalam hidup kadang hadir kala orang sehat namun keteduhan hati yang sesungguhnya akan terlihat justru ketika kita sakit. Sakit melatih kesabaran seseorang menjadi

meningkat. Sakit membuat keteduhan dirasakan oleh orang-orang disekelilingnya. Wajahnya terlihat lebih tabah, tutur katanya lembut dan tidak mengeluhkan sakitnya. 'Sejak bapak sakit, beliau menjadi begitu sangat sabar. bahkan kalo saya ngomel sama anak-anak, sekarang bapak bisa nasehatin

saya..sabar bu..sabar.' Tutur seorang Ibu yang mendampingi Pak haji disaat saya membezuknya. Pak haji yang saya kenal beliau salah satu pengurus Yayasan Pendidikan. beliau menderita

'Verkalking', yakni sakit disebabkan pengapuran pada persendian kaki sehingga kalau digerakkan kakinya terasa sangat sakit. Menurut dokter ahli tulang tempat dimana beliau berobat mengatakan

jalan satu-satunya untuk menyembuhkan sakit adalah dengan operasi. Beliau tidak malah langsung melaksanakan saran dokter namun malah bersama anak dan istrinya

malah bershodaqoh untuk anak-anak Amalia dan orang-orang tidak mampu disekeliling rumahnya. Keyakinannya bahwa 'Obatilah orang-orang sakit dengan shodaqoh dan betengilah harta kalian dengan zakat dan tolaklah bala' dengan doa' 'itulah satu-satunya cara kami memohon pertolongan

Allah Subhanahu Wa Ta'ala,' begitu tutur Pak haji. Anehnya, begitu bangun untuk menunaikan sholat subuh, beliau tidak lagi merasakan sakit pada

persendian kakinya. begitu siangnya pak haji segera mendatangi dokter langgananannya untuk memeriksakan kesehatan kakinya. Setelah dipoto, ternyata pengapuran pada sendi kakinya telah hilang. Dokternya bertanya, apakah dia telah menjalani operasi?' Pak Haji menjawab, saya tak pernah

operasi, hanya meminta kepada Allah agar disembuhkan. Sang dokter itu mengakui bahwa kalau Allah Subhanahu Wa Ta'ala berkehendak, semua pasti terjadi.

Dari berbagai peristiwa yang telah beliau alami, perubahan sifat yang dulunya pemarah sekarang menjadi lebih sabar. Keteduhan pada diri Pak haji semakin dirasakan oleh keluarganya sejak sakitnya parah. Begitu luar biasanya Allah memberikan pelajaran kemudian juga menyembuhkan pada

persendian yang dideritanya namun juga sekaligus menyembuhkan penyakit hatinya.

---- 'Obatilah orang yang sakit dengan shodaqoh, bentengilah harta kalian dengan zakat dan tolaklah bencana dengan berdoa (HR. Baihaqi).

Keberkahan

Ada salah satu kerabat dekat, beliau seorang hafidz (penghapal al-Quran 30 Juz) karena sakit kemudian menderita kebutaan. Sampai pada suatu hari saya bertemu dengan beliau dan sempat

bertanya, kenapa tidak berobat? bukankah sekarang teknologi sudah canggih bisa menyembuhkan kebutaannya?' Beliau hanya menjawab dengan senyuman dan berkata, 'Jika saya bisa melihat, nanti malah kebanyakan nonton maksiat, disyukuri aja..semua ini keberkahan agar hapalan saya terjaga.'

Pesan beliau yang saya tangkap adalah kekurangan yang ada pada dirinya bukanlah dianggap

sebagai musibah atau bencana melainkan sebuah keberkahan yang patut disyukuri karena dengan tidak melihat berarti beliau bisa menjaga hapalan al-Qurannya selama 24 jam. Untuk sekedar menghapal al-Quran sangatlah mudah namun menjaga hapalan tidaklah mudah. Bahkan menurut

salah satu riwayat, Imam Syafii pernah hapalan al-Qurannya hilang karena tanpa sengaja melihat betis seorang perempuan. Barangkali alasan itulah saya bisa mengerti gangguan penglihatan bagi beliau justru dianggapnya sebagai suatu berkah yang membuatnya mampu memaksimalkan

waktunya dan lebih berkonsentrasi pada hapalan al-Qurannya. Sejarah juga mencatat, banyak orang yang memiliki kekurangan fisik namun malah menjadikan

keberkahan dalam hidupnya seperti Stephen Hawking menderita penyakit ALS atau degenerative disease yaitu sebuah penyakit langka yag muncul akibat kerusakan sel-sel syaraf pengontrol otot-otot tubuh, seharusnya istirahat total tetapi Stephen Hawking malah memilih tetap berkarya dan meraih

sejumlah penghargaan. Stephen Hawking mengatakan selalu berusaha hidup senormal mungkin, tidak memikirkan rasa sakit maupun keterbatasan fisiknya.

Page 83: IDUL FITHRI SEBAGAI PERJALANAN SPIRITUAL MENEMUI … · Berdasarkan hadits di atas, kita lihat betapa pentingnya keberadaan Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam oleh sebab itu penulis

Tentunya banyak diantara kita secara fisik, kecerdasan, bakat yang mengagumkan namun seringkali mudah menyerah dalam kehidupan karena hanya sebagian kecil dari kita yang bersedia

memanfaatkan segala potensi yang ada dengan penuh kegigihan. Sementara beliau yang seorang hafidz ataupun Stephen Hawking merupakan teladan orang-orang yang penuh semangat yang luar biasa memanfaatkan kekurangan dan keistimewaannya untuk terus berkarya. Barangkali itulah yang

disebut sebagai keberkahan. ---

Melimpahnya keberkahan dari sisi Alloh Yang di tangan-Nya lah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.‖ (QS. Al Mulk: 1-2)

esiapan Menerima Pancaran Cahaya

Datangnya anugerah itu menurut kadar kesiapan jiwa, sedangkan pancaran cahaya-Nya menurut

kadar kebeningan rahasia jiwa. Anugerah, berupa pahala dan ma‘rifat serta yang lainnya,

sesungguhnya tergantung kesiapan para hamba Allah. Rasulullah Saw bersabda:

―Allah SWT berfirman di hari kiamat (kelak): ―Masuklah kalian ke dalam syurga dengan rahmat-Ku

dan saling menerima bagianlah kalian pada syurga itu melalui amal-amalmu.‖ Lalu Rasulullah Saw,

membaca firman Allah Ta‘ala: ―Dan syurga yang kalian mewarisinya adalah dengan apa yang kalian

amalkan.‖ (QS. Az-Zukhruf: 72)

Adapan pancaran cahaya-cahaya-Nya berupa cahaya yaqin dan iman menurut kadar bersih dan

beningnya hati dan rahasia hati. Beningnya rahasia hati diukur menurut kualitas wirid dan dzikir

seseorang.

Dalam kitabnya Latha'iful Minan, Syaikh Ibnu Atha'illah as-Sakandari menegaskan, ―Ketahuilah bahwa

Allah Ta‘ala menanamkan cahaya tersembunyi dalam berbagai ragam taat. Siapa yang kehilangan

taat satu macam ibadah saja dan terkaburkan dari keselarasan Ilahiyah satu macam saja, maka ia

telah kehilangan nur menurut kadarnya masing-masing. Karenanya jangan mengabaikan sedikit pun

atas ketaatan kalian. Jangan pula merasa cukup wirid anda, hanya karena anugerah yang tiba.

Jangan pula rela pada nafsu anda, sebagaimana diklaim oleh mereka yang merasa dirinya telah

meraih hakikat dalam ungkapannya, sedangkan hatinya kosong…‖ Jangan keblinger dengan Cahaya

atau bentuk Cahaya sebagaimana tergambar dalam pengalaman mengenai Cahaya lahiriyah, baik

yang berwarna warni atau satu warna. Cahaya batin sangat berhubungan erat dengan kebeningan

batin, tidak ada rupa dan warna yang tercetak. Melainkan pancaran Cahaya keyakinan total kepada-

Nya.

Dalam kitab Al-Hikam dijelaskan: ―Bagaimana hati bisa cemerlang jika wajah semesta tercetak di

hatinya? Bagaimana bisa berjalan menuju Allah sedangkan punggungnya dipenuhi beban

syahwatnya? Bagaimana berharap memasuki hadhirat Ilahi sedangkan ia belum bersuci dari jinabat

kealpaannya? Atau bagaimana ia faham detil rahasia-rahasia-Nya, sedangkan ia tidak taubat dari

kelengahannya?‖

Semesta kemakhlukan adalah awal dari hijab Cahaya, dan ikonnya ada pada nafsu syahwat dan

kealpaannya. ―Siapa yang cemerlang di awal penempuhannya akan cemerlang pula di akhir

perjalanannya.‖ Kecemerlangan ruhani dengan niat suci bersama Allah dalam awal perjalanan hamba,

adalah wujud pantulan Cahaya yang diterima hamba-Nya, karena yang bersama Allah awalnya akan

bersama Allah di akhirnya.

Page 84: IDUL FITHRI SEBAGAI PERJALANAN SPIRITUAL MENEMUI … · Berdasarkan hadits di atas, kita lihat betapa pentingnya keberadaan Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam oleh sebab itu penulis

―Orang-orang yang sedang menempuh perjalanan menuju kepada Allah menggunakan petunjuk

Cahaya Tawajjuh (menghadap Allah) dan orang-orang yang sudah sampai kepada Allah, baginya

mendapatkan Cahaya Muwajahah (limpahan Cahaya). Kelompok yang pertama demi meraih Cahaya,

sedangkan yang kedua, justru Cahaya-cahaya itu bagi-Nya. Karena mereka hanya bagi Allah semata,

bukan untuk lain-Nya. Sebagaimana dalam Al Qur‘an, ―Katakan, Allah‖ lalu tinggalkan mereka (selain

Allah) terjun dalam permainan.‖ Itulah hubungan Cahaya dengan para penempuh dan para ‗arifun,

begitu jauh berbeda.

―Cahaya adalah medan qalbu dan rahasia qalbu. Cahaya adalah pasukan qalbu, sebagaimana

kegelapan adalah pasukan nafsu. Bila Allah hendak menolong hamba-Nya, maka Allah melimpahkan

padanya pasukan-pasukan Cahaya, dan memutus lapisan kegelapan dan tipu daya.‖

Wilayah Cahaya adalah qalbu, ruh dan sirr. Cahaya akan memancar sebagai instrument, wujud

adalah hakikat yaqin yang memancar melalui instrumen pengetahuan yang dalam tentang Allah.

―Allah mencahayai alam lahiriyah melalui Cahaya-cahaya makhluk-Nya. Dan Allah mencahayai rahasia

batin (sirr) melalui Cahaya-cahaya Sifat-Nya. Karena itulah cahaya semesta lahiriyah bisa sirna, dan

Cahaya qalbu dan sirr tidak pernah sirna.‖

Pencerahan Cahaya menurut kebeningan rahasia batin jiwa

―Shalat merupakan tempat munajat dan sumber penjernihan dimana medan-medan rahasia batin

terbentang, dan di dalamnya Cahaya-cahaya memancarkan pencerahan.‖ Karena itu cita dan hasrat

anda, hendaknya pada penegakan shalat, bukan wujud shalatnya.

―Apabila cahaya yaqin memancar padamu, pasti anda lebih dekat pada akhirat dibanding jarak anda

menempuh akhirat itu sendiri. Dan bila anda tahu kebaikan dunia, pasti menampakkan gerhana

kefanaan pada dunia itu sendiri.‖ Maksudnya, nuansa ukhrowi menjadi lapisan baju anda, yang

melapisi Nuansa Ilahi. Segalanya terasa dekat tanpa jarak padamu.

―Tempat munculnya Cahaya adalah hati dan rahasia jiwa. Cahaya yang ditanamkan dalam hati adalah

limpahan dari Cahaya yang menganugerah dari khazanah rahasia yang tersembunyi. Ada Cahaya

yang tersingkapkan melalui makhluk-makhluk semesta, dan ada Cahaya yang tersingkapkan dari

Sifat-sifat-Nya. Terkadang hati sejenak terhenti dengan Cahaya-cahaya, sebagaimana nafsu tertirai

oleh alam kasar dunia.‖ Itulah ragam Cahaya, ada Cahaya muncul dari kemakhlukan ada pula Cahaya

Sifat-Nya. Tetapi, jangan sampai Cahaya jadi tujuan, agar tidak terhijabi hati kita dari Sang Pemberi

Cahaya, sebagaimana terhijabinya nafsu oleh alam kasar dunia.

―Cahaya-cahaya rahasia jiwa ditutupi oleh Allah melalui wujud kasarnya alam semesta lahiriyah, demi

mengagungkan Cahaya itu sendiri, sehingga Cahaya tidak terobralkan dalam wujud popularitas

penampakan.‖ Itulah Cahaya yang melimpahi para ‗arifin, auliya‘ dan para sufi, yang dikemas oleh

cover tampilan manusia biasa. Sebagaimana Rasulullah Saw, disebutkan , ―Bukanlah Rasul itu

melainkan manusia seperti kalian, makan sebagaimana kalian makan, minum sebagaimana kalian

minum.‖ Ini semua untuk menjaga agar para hamba tidak berambisi popularitas, dan merasa bahwa

Cahaya itu muncul karena upayanya.

Cahaya-cahaya para Sufi mendahului wacananya. Ketika Cahaya muncul maka muncullah wacana

Para Sufi dan arifun berbicara dan berwacana, bukan karena aksioma logika, tetapi karena limpahan

Cahaya, baru muncul menjadi mutiara kata. Sementara para Ulama, wacananya mendahului

cahayanya.

―Ada Cahaya yang diizinkan untuk terbiaskan, ada pula Cahaya yang diizinkan masuk di dalam jiwa.‖

Page 85: IDUL FITHRI SEBAGAI PERJALANAN SPIRITUAL MENEMUI … · Berdasarkan hadits di atas, kita lihat betapa pentingnya keberadaan Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam oleh sebab itu penulis

Ada Cahaya yang hanya sampai di lapis luar hati, tidak masuk ke dalam hati, sebagaimana orang

yang menasehati tentang hakikat tetapi dia sendiri belum sampai ke sana. Ada Cahaya yang

menghujam dalam jiwa, dan dada menjadi meluas, dengan ditandainya sikap merasa hampa pada

negeri dunia penuh tipu daya, dan menuju negeri keabadian, serta menyiapkan diri menjemput maut.

―Janganlah anda menginginkan agar warid menetap terus menerus setelah Cahaya-cahayanya

membias dan rahasia-rahasia-Nya tersembunyi.‖ Itulah perilaku para pemula, biasanya ingin agar

Cahaya-cahaya warid itu menetap terus menerus. Padahal suatu kebodohan tersendiri, karena

penempuh akan lupa pada Sang Pencahaya.

―Sesungguhnya suasana keistemewaan itu ibarat pancaran matahari di siang hari yang muncul di

cakrawala, tetapi Cahaya itu tidak dari cakrawala itu sendiri, dan kadang muncul dari matahari Sifat-

sifat-Nya di malam wujudmu. Dan kadang hal itu tergenggam darimu lalu kembali pada batas-batas

dirimu. Siang (Cahaya) bukanlah darimu untukmu. Tetapi limpahan anugerah padamu.‖

―Cahaya qalbu dan rahasia jiwa tidak diketahui melainkan di dalam keghaiban alam malakut.

Sebagaimana Cahaya langit tidak akan tampak melainkan dalam alam nyata semesta‖ Orang yang

mampu memasuki alam malakut adalah yang dibukakan Cahaya qalbu dan jiwanya. Begitu juga

nuansa pencerahan Cahaya qalbu dan rahasia qalbu itu, merupakan rahasia tersembunyi di alam

Malakut.

Dan lain sebagainya, yang menggambarkan soal pencahayaan ini. Karena berbagai ragam, bisa

memberikan sentuhan Cahaya, apakah Cahaya qalbu, Cahaya ruh dan Cahaya Sirr yang memiliki

karakteristik berbeda-beda dalam kondisi ruhani para hamba Allah.

Page 86: IDUL FITHRI SEBAGAI PERJALANAN SPIRITUAL MENEMUI … · Berdasarkan hadits di atas, kita lihat betapa pentingnya keberadaan Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam oleh sebab itu penulis

Keajaiban Hati / Qalbi

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang....

Bila kita membicarakan berkaitan tasawuf,maka kita tidak boleh lari dari membicarakan berkenaan

dengan hati atau qalbi yang merupakan alat atau instrumen terpenting dalam menghidupkan jiwa

tasawuf.Ramai yang terkeliru dengan makna dan istilah hati atau qalbi ini.Sesungguhnya Allah tidak

memandang kepada rupa paras kita,tapi Allah memandang hati kita.Bukankah hati itu istana

Allah?oleh itu,mengapa kita tidak mahu mengkaji misteri hati atau jantung kita sendiri secara fizikal

dahulu sebelum kita menggunakannya menjadi alat untuk menyampaikan kita pada mengenali diri

kita dan seterusnya mengenal Allah.

Sabda Nabi SAW bermaksud ; ― Didalam tubuh manusia itu,ada seketul darah,jika darah itu

baik,maka baiklah manusia tersebut dan jika darah itu kotor maka kotorlah manusia

itu.Sesungguhnya ketulan darah itu ialah hati (qalbi)‖.

Kata Syeikh Syamsuddin as-Sumatra-i dalam kitabnya Tanbihut Thullab fi Ma‘rifati Malikil wahhab : ―

maka Qalbi(hati),tatkala sempurna penyiapannya dan kuat cahayanya dengan sebab berkekalan

melakukan zikir yang maha tinggi bagi muraqabah yang siap sedia bagi musyahadah menjadilah ia

sebagai cermin tajalli ketuhanan.adalah dia menghimpunkan antara kedua lautan muraqabah dan

musyahadah.Dia tempat pertemuan bagi sekalian alam.Yang demikian itu ialah ‗Arsyullah ( Kerajaan

Allah) sebagaimana yang telah diceritakan dalam hadis ―hati(qalbi) orang beriman itu adalah istana

Allah‖[ al-ma‘rifah- jld 2-Hj Wan Mohd Shagir,m/s 59]

Hati atau Qalbi adalah tempat jatuhnya tilikan Allah,bila hati bersih ia ibarat cermin,kata Al-Ghazali.Ia

juga tempat hambanya yang terpilih beroleh ilmu berupa ilmu Laduni atau ilmu batin seperti sabda

Rasul yang bermaksud ―ilmu itu ada dua macam.Pertama;ilmu lisan,sebagai hujjah Allah dan

hambanya.Kedua;ilmu batin yang bersumber di lubuk hati,ilmu inilah yang berguna untuk mencapai

tujuan pokok dalam ibadat‖(Buku Sirrul-Asrar- Syeikh Abdul Qadir Al-jailani,m/s 19).Kata Sheikh

Abdul Qadir lagi dalam kitabnya Sirrul-Asrar: ―mula-mula manusia memerlukan ilmu syariat agar

badannya mempunyai kegiatan dalam mencari makrifat pada makrifat sifat,iaitu ‗darajat‘.kemudian

manusia menginginkan ilmu batin agar ruhnya mempunyai kegiatan untuk mencapai makrifat pada

makrifat zat.Untuk tujuan ini manusia harus meninggalkan segala sesuatu yang menyalahi syariat dan

tariqat.Hal ini akan dapat dicapai dengan melatih diri meninggalkan keinginan nafsu walaupun terasa

pahit dan melakukan ruhaniyyah dengan tujuan mencapai redha Allah serta bersih dari riya‘(ingin

dipuji orang lain) dan sum‘ah(mencari kemasyhuran).

Yang dimaksudkan dengan alam makrifat adalah alam Lahut,yaitu negeri asal tempat diciptakan Ruh

Al-Qudsi(Ruh Termurni) dari Nur Muhammad dalam wujud terbaik.Yang dimaksudkan Ruh Al-Qudsi

ialah hakikat manusia yang disimpan di lubuk hati,kemudian bila hatinya sudah hidup maka ruh Al-

Qudsi itu dinamakan Tiflul Ma‘ani(bayi ma‘nawi).Ia lahir dari hati,seperti lahirnya bayi dari rahim

seorang ibu.Bayi ini bersih dari segala kotoran dosa seperti syirik(menyekutukan Allah) dan

‗gaflah(lupa kepada Allah)[ Sirrul-Asrar m/s 20- 22].Maka beruntunglah orang yang boleh

menghidupkan hati dengan cahaya tauhid dan dengan lisan sirri tanpa huruf dan suara lalu

tersingkaplah segala rahsia.firman Allah didalam Hadis Qudsi : ―manusia adalah rahsia-Ku dan Aku

adalah rahsia manusia‖.Allah berfirman lagi dalam hadis Qudsi iaitu : ―Ilmu batin adalah rahsia di

antara rahsia-Ku.Aku jadikan di dalam hati hamba-hamba-Ku dan tidak ada yang menempatinya

kecuali Aku‖

―Orang-orang yang merindukan Allah hatinya mempunyai mata.Mata hatinya melihat segala sesuatu

Page 87: IDUL FITHRI SEBAGAI PERJALANAN SPIRITUAL MENEMUI … · Berdasarkan hadits di atas, kita lihat betapa pentingnya keberadaan Hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam oleh sebab itu penulis

yang tidak di lihat oleh penglihatan biasa.Hati mereka mempunyai sayap yang terbang tanpa

bulu,terbang ke malakut Rabbul A‘lamin‖[ Sirrul-Asrar, m/s 28]

Hati juga dikatakan tempat Ruh Ruhani.Alatnya adalah Tariqat.Tempat Ruh Sulthoni pula adalah

‗Fuad‘ iaitu mata hati.Alatnya adalah makrifat.Hati mestilah dihidupkan selalu melalui zikir dan ingatan

yang berkekalan pada Yang Maha Pencipta.Hati yang suci bersih tempatnya di bawah Arasy Allah

sebagaimana dengan sabda Nabi SAW ― Sesungguhnya Allah mempunyai hamba-hamba yang

jasadnya di bumi dan hatinya di bawah Arasy Allah‖.Kata Sheikh Abdul Qadir al-Jailani dalam kitabnya

Sirrul Asrar : [Melihat kepada Allah di dunia tidak akan berhasil.Yang dapat dilihat di dunia adalah

sifat-sifat Allah pada cermin hati.Saidina Umar berkata ―hatiku melihat Tuhanku dengan cahaya

Tuhanku‖.manusia akan melihat pantulan ‗jamalullah‘ pada cermin hatinya‖]. Imam Al-ghazali juga

berkata ―Hidupnya hati adalah ilmu,galilah ia.Matinya hati adalah bodoh,maka jauhilah ia.‖.Hidupnya

hati membuahkan iman dan takwa yang mantap ,itulah sebabnya orang yang benar-benar

beriman,bila disebutkan nama Allah kepada mereka,maka gementarlah hati mereka.Firman Allah di

dalam surah Al-Anfal,ayat 2 bermaksud : ―Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah

mereka yang apabila disebut nama Allah gementarlah hati mereka‖ kerana ―hatinya tidak

mendustakan apa yang dilihatnya‖(An-Najm:11). Kata saidina Ali pula "Aku tidak beribadah kepada

Tuhan yang tidak aku lihat‖.Lihat disini bagi Saidina Ali ialah melihat dengan mata hatinya bukan

dengan matanya.

Alangkah ruginya orang yang buta hatinya dan tersesat dari jalan yang benar.Firman Allah dalam

surah Al-Isra‘ ayat 72 bermaksud : ― dan barang siapa yang buta(hatinya) di dunia ini,nescaya di

akhirat(nanti) ia akan lebih buta pula dan lebih tersesat dari jalan (yang benar)".Apa yang

dimaksudkan buta dalam ayat diatas ialah buta hati seperti firman Allah dalam surah Al-hajj ayat 46

yang bermaksud ; ―Kerana sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta,ialah hati yang di dalam

dada‖

Menurut Sheikh Abdul Qadir al-Jailani lagi ― Penyebab utama kebutaan hati adalah kerana lupa yang

menutupi hati setelah manusia berjanji di alam Arwah.Yang menjadi penyebab lupa adalah bodoh

terhadap hakikat urusan ketuhanan.Kebodohan ini timbul kerana hati terselubung oleh sifat sifat

zalim seperti; sombong,dendam,dengki,kikir,ujub,ghibah(mengumpat), namimah(mengadu

domba),bohong dan sifat sifat tercela yang lain.Sifat-sifat inilah yang menyebabkan manusia jatuh ke

jurang yang terendah.Adapun cara menghilangkan sifat-sifat yang tercela tadi adalah dengan

membersihkan cermin hati dengan alat pembersih tauhid dan dengan ilmu serta amal;dan berjuang

dengan sekuat tenaga secara lahir batin sehingga ia menghasilkan hidupnya hati dengan cahaya

tauhid dan sifat-sifatNya‖ [ Sirrul Asrar, m/s 88)