repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/5182/10/bab i.docx · web viewpendidikan nasional...

21
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Menurut Pasal 3 UU RI No. 20 Tahun 2003 pendidikan diupayakan untuk mencapai tujuan nasional, yaitu untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang 1

Upload: phungtruc

Post on 15-Jun-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Menurut Pasal 3 UU RI No. 20 Tahun 2003 pendidikan diupayakan untuk mencapai tujuan nasional, yaitu untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mengembangkan fungsi tersebut, pemerintah menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional sebagai tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional.

Jabaran tentang proses pembelajaran menurut PP Standar Pendidikan Nasional No 19 tahun 2005, pasal 19 ayat 1 menyebutkan, Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Penyelenggaraan sekolah dasar berpijak pada beberapa peraturan perundang-undangan sebagai landasan yuridis. Ada tiga peraturan peraturan perundang-undangan yang dijadikan landasan yuridis penyelenggaraan sekolah dasar, yaitu Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, dan peraturan pemerintah No. 20 tahun 1990 tentang pendidikan dasar bertujuan memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengikuti pendidikan menengah.

Pendidikan bagi sebagian besar orang, berarti berusaha membimbing anak untuk menyerupai orang dewasa, sebaliknya menurut Jean Peaget pendidikan sebagai penghubung dua sisi, disatu sisi individu yang sedang tumbuh dan disisi lain nilai sosial, intelektual, dan moral yang menjadi tanggung jawab pendidik untuk mendorong individu tersebut. Individu berkembang sejak lahir dan terus berkembang, perkembangan ini bersifat kausal.

Pandangan tersebut memberi makna bahwa pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu sebagai pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Dalam arti sempit pendidikan adalah pengajaran yang diselenggarakan umumnya di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal.

Pendidikan Nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi serta efisiensi manajemen pendidikan. Pemerataan kesempatan pendidikan diwujudkan dalam program wajib belajar 9 tahun. Peningkatatan relevansi pendidikan dimaksudkan untuk menghasilkan lulusan yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan berbasis sumber daya alam Indonesia. Peningkatan efisiensi manajemen pendidikan melalui penerapan manajemen berbasis sekolah dan pembaharuan pengelolaan pendidikan secara terencana, terarah dan berkesinambungan.

Istilah pembelajaran dapat didefinisikan dari berbagai sudut pandang. Salah satu sudut pandang yang dianggap paling awal menyajikan konsepsi pembelajaran adalah sudut pandang behavioristik. Berdasarkan pandangan teori ini, pembelajaran sering dikatakan sebagai proses pengubahan tingkah laku siswa melalui pengoptimalan lingkungan sebagai sumber stimulus belajar.

Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid. Di dalam proses pembelajaran terjadi interaksi edukatif antara guru dan siswa, ketika guru menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa di kelas. Bahan pelajaran yang guru berikan itu akan kurang memberi dorongan kepada siswa bila penyampaiannya menggunakan model pembelajaran yang kurang tepat.

Pembelajaran dalam konteks kurikulum 2013 merupakan pembelajaran berbasis sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Pembelajaran yang demikian diawali dengan pembentukan sikap yang baik pada diri siswa. Atas dasar sikap positif dalam belajar ini, selanjutnya siswa beraktivitas melalui mempraktikkan keterampilan tertentu yang berhubungan dengan mata pelajaran yang dipelajarinya.

Indonesia menaruh harapan besar terhadap pendidikan dalam perkembangan masa depan bangsa ini, karena dari sanalah tunas muda harapan bangsa sebagai generasi penerus dibentuk. Dari aspek kualitas, pendidikan kita memang belum bisa dikatakan sangat bagus dibandingkan dengan kualitas pendidikan bangsa lain dari segi pengajaran, hasil-hasil pengajaran dan pembelajaran.

Berdasarkan hasil pengamatan yang peneliti lakukan di SDN Legok Jambu masih banyak peserta didik yang nilainya belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku kegiatan pembelajaran 1. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan di kelas IV SDN Legok Jambu adalah 2,6, tetapi dalam kenyataannya masih ada peserta didik yang nilainya di bawah KKM. Dari 28 peserta didik hanya 11 orang atau 39,28% yang tuntas mencapai KKM, dan peserta didik yang tidak tuntas mencapai KKM sebanyak 17 orang atau 60,71%.

Hal ini disebabkan karena peserta didik kurang memahami dan kurang mengerti pada Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku kegiatan pembelajaran 1 dan proses pembelajaran yang cenderung membosankan dan tidak menarik. Beberapa penyebab lainnya adalah masih digunakannya metode ceramah pada saat proses belajar mengajar. Dengan menggunakan metode ceramah tersebut mengakibatkan peserta didik menjadi tidak aktif pada saat proses pembelajaran, model pembelajaran tidak menarik, kurangnya media yang digunakan pada saat pembelajaran berlangsung, materi yang diajarkan lebih menekankan pada aspek kognitif saja berupa hafalan, dan bukan mengembangkan keterampilan berpikir dan sikap peserta didik.

Oleh karena itu perlu dikembangkan model pembelajaran yang melibatkan peserta didik menjadi lebih aktif, proses pembelajaran yang menarik dan menyenangkan sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik khususnya meningkatkan pemahaman peserta didik pada Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku kegiatan pembelajaran 1. Melalui penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning diharapkan dapat meningkatkan pemahaman konsep pada Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku kegiatan pembelajaran 1.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti mengangkat permasalahan tersebut kedalam penelitian tindakan kelas yang berjudul Penggunaan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pada Pembelajaran Tematik (Penelitian Tindakan Kelas pada Tema Indahnya Kebersamaan, Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku Pembelajaran 1 di Kelas IV SDN Legok Jambu Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung Tahun Ajaran 2014-2015).

B. Identifikasi Masalah

Pada penelitian tindakan kelas ini, identifikasi masalah yang ditemukan peneliti adalah:

1. Kurangnya pemahaman peserta didik pada Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku kegiatan pembelajaran 1.

2. Peserta didik yang mencapai nilai KKM hanya 11 peserta didik, dan 17 peserta didik belum mencapai nilai KKM.

3. Proses pembelajaran di kelas membosankan dan tidak menarik.

4. Pembelajaran tematik dianggap sebagai pembelajaran yang terpusat pada pendidik sehingga tidak diimbangi dengan pengimbangan pengetahuan, keterampilan dan sikap peserta didik.

5. Kurangnya penggunaan media pada saat proses pembelajaran.

6. Kurangnya penggunaan model pembelajaran yang efektif.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka peneliti dapat merumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada Tema Indahnya Kebersamaan, Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku Pembelajaran 1 dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning?

2. Bagaimana aktivitas belajar peserta didik dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning untuk meningkatkan pemahaman konsep pada Tema Indahnya Kebersamaan, Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku Pembelajaran 1 di kelas IV SDN Legok Jambu?

3. Apakah pemahaman konsep peserta didik di kelas IV SDN Legok Jambu dapat ditingkatkan melalui penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning pada Tema Indahnya Kebersamaan, Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku Pembelajaran 1?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum:

Tujuan umum penelitian tindakan kelas ini adalah penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning dalam meningkatkan sikap menghargai pada pembelajaran tematik pada Tema Indahnya Kebersamaan , Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku.

2. Tujuan Khusus:

a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada Tema Indahnya Kebersamaan, Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning di kelas IV SDN Legok Jambu.

b. Melaksanakan proses belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning untuk meningkatkan pemahaman konsep pada Tema Indahnya Kebersamaan, Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku Pembelajaran 1 di kelas IV SDN Legok Jambu.

c. Meningkatkan pemahaman konsep pada Tema Indahnya Kebersamaan, Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku Pembelajaran 1 dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning dalam pembelajaran tematik di kelas IV SDN Legok Jambu.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis:

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman konsep pada Tema Indahnya Kebersamaan, Subtema Keberagamaman Budaya Bangsaku Pembelajaran 1 dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning.

2. Manfaat Praktis:

a. Bagi Peserta didik

1) Diharapkan dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan pemahaman konsep pada pembelajaran tematik pada Tema Indahnya Kebersamaan, Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku Pembelajaran 1.

2) Dengan model pembelajaran Problem Based Learning peserta didik dapat mengikuti pembelajaran dengan aktif, kreatif, dan menyengkan.

3) Memberikan sarana pada peserta didik untuk berinteraksi langsung dalam proses pembelajaran.

b. Bagi Pendidik

1) Pendidik diharapkan dapat memperbaiki proses pembelajaran tematik pada Tema Indahnya Kebersamaan, Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku.

2) Dapat mengembangkan pengetahuan pendidik tentang pemilihan model pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi peserta didik.

3) Dapat memberikan pengalaman bagi peserta didik untuk mengaplikasikan model pembelajaran Problem Based Learning pada proses pembelajaran.

c. Bagi Peneliti

1) Menambah wawasan tentang dunia pendidikan sebelum peneliti terjun langsung dilapangan pendidikan.

2) Mendapatkan pengalaman untuk melaksanakan proses pembelajaran yang aktif, menarik, kreatif dan menyenangkan.

3) Mendapatkan pengelaman untuk menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning dalam meningkatkan pemahaman peserta didik.

d. Bagi Sekolah

1) Sebagai sumbangan pemikiran dalam usaha-usaha yang mengarah pada peningkatan prestasi pada pembelajaran tematik di Sekolah Dasar.

2) Dengan adanya penelitian tindakan kelas ini sebagai tolak ukur dalam peningkatan dan perbaikan mutu pembelajaran tematik di Sekolah Dasar.

e. Bagi PGSD

1) Meningkatkan kualitas pendidikan nasional.

2) Sebagai bahan karya ilmiah.

F. Definisi Operasional

1. Pengertian Model Pembelajaran Problem Based Learning

Model pembelajaran diartikan sebagai prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dapat juga diartikan suatu pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran.

Jadi, sebenarnya model pembelajaran memiliki arti yang sama denganpendekatan,strategi ataumetode pembelajaran. Saat ini telah banyak dikembangkan berbagai macam model pembelajaran, dari yang sederhana sampai model yang agak kompleks dan rumit karena memerlukan banyak alat bantu dalam penerapannya.

Model pembelajaran Problem based learningadalah, model pembelajaran yang menggunakan masalah yang nyata, proses dimana siswa belajar, baik ingatan maupun keterampilan berpikir kritis. Problem Based Learning adalah model pembelajaran dengan fokus pemecahan masalah yang nyata, kerja kelompok, umpan balik, diskusi, dan laporan akhir. Dengan demikian peserta didik didorong untuk lebih aktif terlibat dalam materi pelajaran dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis.

Model pembelajaran Problem Based Learning kegunaannya adalah untuk merangsang berfikir dalam situasi yang berorientasi masalah. Problem Based Learning menyajikan peserta didik pada situasi masalah yang autentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada siswa untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri. Model pembelajaran Problem Based Learning menerapkan peserta didik bekerja dalam kelompok-kelompok kecil, mengidentifikasi apa yang diketahui dan yang lebih penting adalah apa yang mereka tidak tahu serta apa yang harus dipelajari untuk memecahkan masalah.

Dengan penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning diharapkan peserta didik dapat aktif, dan mandiri pada proses pembelajaran berlangsung khususnya pada pembelajaran tematik kelas IV. Dengan penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning sehingga menghasilkan peserta didik yang mampu meneruskan untuk belajar mandiri dalam kehidupannya.

2. Pengertian Pemahaman Konsep

Menurut Bloom (Vestari, 2009, h, 16) Pemahaman konsep adalah kemampuan menangkap pengertian-pengertian seperti mampu mengungkap suatu materi yang disajikan kedalam bentuk yang lebih dipahami, mampu memberikan interpretasi dan mampu mengaplikasikannya.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa, pemahaman konsep adalah kemampuan menangkap pengertian-pengertian seperti mampu memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan, memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci dengan menggunakan kata-kata sendiri, mampu menyatakan ulang suatu konsep, mampu mengklasifikasikan suatu objek dan mampu mengungkapkan suatu materi yang disajikan kedalam bentuk yang lebih dipahami.

Dengan pemahaman konsep diharapkan peserta didik dapat memahami dan mengerti pada pembelajaran Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku kegiatan pembelajaran 1 di kelas IV.

3. Pengertian Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna kepada peserta didik. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi topik pembelajaran.

Dengan tema diharapkan akan memberikan banyak keuntungan, di antaranya:

a. Peserta didik mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu.

b. Peserta didik mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar matapelajaran dalam tema yang sama.

c. Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan.

d. Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi peserta didik.

e. Peserta didik mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas.

f. Peserta didik lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari mata pelajaran lain.

g. Pendidik dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara tematik dapat dipersiapkaan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan.

1