i.docx
DESCRIPTION
kirim teruss ra geratis wae ruetTRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN
ACARA
BAKSO IKAN
Muhammad Iqbal As’adul Islam
10/297485/PN/11919
Teknologi Hasil Perikanan
LABORATORIUM TEKNOLOGI IKAN
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN
JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2012
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertambahan jumlah penduduk dunia yang masih relatif cepat terutama di negara-negara
berkembang seperti Indonesia, membuat semakin menningkatnya kebutuhan hidup. Peningkatan
kebutuhan tersebut, antara lain mengenai kebutuhan pangan hewani seperti ikan. Ikan merupakan
salah satu hasil perikanan yang banyak dihasilkan di Indonesia dan merupakan sumber protein
hewani yang banyak dikonsumsi masyarakat. Ikan mempunyai manfaat dan kandungan protein
yang cukup tinggi sehingga banyak orang mengkonsumsi ikan.
Dipandang dari aspek kesehatan, kebutuhan minimal ikan yang harus dikonsumsi kurang
lebih 20 kg/kapita/tahun. Laju peningkatan jumlah kebutuhan ikan dipacu juga oleh peningkatan
tingkat kehidupan dan pengetahuan penduduk. Kebutuhan akan ikan ini memaksa manusia untuk
mengalihkan perhatiannya ke sumber daya perikanan laut (Kotler, 1993). Sebagian besar dari
hasil produksi perikanan terutama perikanan laut yaitu ± 60% dikonsumsi dalam bentuk olahan.
Ikan merupakan salah satu produk yang paling cepat busuk apabila tanpa penanganan yang baik,
itulah sebabnya sebagian besar produk perikanan dipasarkan dalam bentuk olahan yaitu supaya
tahan lama, memudahkan dalam penyimpanan dan pengangkutan, dan dapat dipasarkan ke
daerah-daerah yang jauh dari tempat produsen. Kegiatan pengolahan ikan menjadi bakso ikan
merupakan salah satu teknologi penanganan hasil perikanan, karena dapat meningkatkan nilai
tambah pada komoditas ikan tersebut. Produk tersebut merupakan salah satu bahan makanan
yang bernilai gizi tinggi terutama sebagai sumber protein yang sangat dibutuhkan dalam menu
sehari-hari. Selain itu ikan juga mengandung zat-zat organik lainnya yang dapat
mempertahankan vitalitas tubuh, vitamin, dan mineral. Produk perikanan juga merupakan salah
satu faktor yang memegang peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani bagi
pertumbuhan tubuh manusia. Industri pengolahan ikan dewasa ini telah berkembang, baik secara
kualitas maupun kuantitas.
Pembuatan bakso menggunakan bahan utama ikan, maka disebut bakso ikan. Ikan
merupakan salah satu hasil perairan yang banyak dimanfaatkan oleh manusia karena beberapa
kelebihannya. Ikan merupakan sumber protein hewani yang sangat potensial dan biasanya
kandungan proteinnya sekitar 15-24% tergantung dari jenis ikannya. Selain itu, ikan merupakan
sumber protein hewani yang relatif lebih murah dibandingkan dengan sumber-sumber protein
hewani lainnya seperti daging sapi, daging ayam, susu dan telur. Kandungan proteinnya yang
cukup tinggi dengan susunan asam amino yang cukup lengkap serta kandungan lemaknya cukup
rendah. Kandungan asam lemak omega-3 yang dapat menurunkan kadar kolesterol,
meningkatkan kecerdasan dan mencegah berbagai penyakit degenaratif. Untuk itulah perlu
kiranya dilakukan diversifikasi pengolahan komoditas perikanan yang diharapkan mampu
memanfaatkan sumberdaya perikanan menjadi optimal serta meningkatkan minat masyarakat
untuk mengkonsumsi ikan. Bakso ikan merupakan salah satu bentuk diversifikasi produk
perikanan. Perkembangan industry pengolahan ikan ini dimulai dengan diadakannya
penganekaragaman atau diversifikasi produk olahan menjadi produk yang dapat disajikan dan
dikemas sesuai dengan kebutuhan konsumen (Sugiri, 1997).
Bahan-bahan pembuatan bakso terbagi menjadi dua, yaitu bahan utama dan bahan
tambahan. Bahan utama adalah daging, namun pada umumnya bakso dibuat dari daging sapi,,
sedangkan bahan tambahannya terdiri dari bahan pengisi (tepung-tepungan), garam, es atau air
es, bumbu-bumbu seperti lada, dan bawang putih.Bakso merupakan produk olahan dari daging
yang cukup digemari masyarakat. Bahan utama atau bahan baku yang dipakai untuk pembuatan
bakso ikan adalah daging ikan dari satu jenis atau campuran dari beberapa jenis ikan. Daging
yang baik untuk bakso ikan yaitu daging putih sedangkan jenis ikan berdaging merah tidak bagus
untuk dijadikan bakso ikan, kecuali jika ikan tersebut juga memiliki daging putih dan mudah
dipisahkan dengan daging merahnya. Disamping itu, jenis ikan yang digunakan juga menentukan
tekstur dan rendemen bakso yang diperoleh.
Selain bahan baku dari daging putih segar, bisa juga digunakan bahan baku yang disebut
dengan nama surimi. Surimi adalah hancuran daging ikan yang telah dibersihkan dari bahan-
bahan yang tidak diinginkan seperti tulang, sisik, kulit dan lain-lain, kemudian dicuci, dipres
untuk mengeluarkan air yang berlebih. Surimi dapat disimpanbekukan dengan penambahan
bahan cryoprotectant (sodium tripoliposfat) untuk mempertahankan water holding capasity.
Surimi biasanya merupakan produk antara untuk pengolahan produk selanjutnya (Anonymous,
1978).
Abdulrahman (1987) juga menyatakan bahwa surimi merupakan suatu produk perikanan
setengah jadi (intermediate product) yang berupa hancuran daging ikan yang telah mengalami
proses pencucian dengan air, es dan garam, pengurangan kadar air, penambahan bahan tambahan
(food additive), pengepakan, pembekuan dan penyimpanan. Sementara itu Tan et al. (1987)
menyatakan bahwa surimi beku adalah hancuran daging ikan yang telah mengalami proses
pencucian (leaching) dicampur dengan gula dan poliposfat serta telah mengalami pembekuan.
Bagaimana dengan bahan baku tersebut?
(bisa kalian kembangkan untuk mencakup isi praktikum yang telah dilakukan)
B. Tujuan
a) Mempelajari proses pengolahan diversifikasi olahan ikan yaitu bakso ikan
b) Membandingkan bakso yang berbahan dasar daging giling dan surimi
c) Mengetahui karakteristik dan analisis proksimat bakso berbahan surimi dengan berbagai
d) teknik pembuatan surimi.
II. METODOLOGI
A. Alat dan BahanAlat :
Blender Mangkok Timbangan Pengukus Sendok
Bahan : Daging lumat (surimi) Tepung tapioka Tepung sagu (25 gr) Tepung terigu Telur Es batu Bumbu (lada, bawang putih 3 gr, bawang merah, garam 2,5 gr)
B. Cara Kerja
Daging Ikan Lumat
Tepung tapioka, sagu (25 gr), terigu, telur, es batu
Diblender atau Dihomogenkan
Bumbu (lada, bawang putih 3 gr, bawang merah, garam
2,5 gr)
Dibentuk
Direbus selama 15 menit
BAKSO IKAN
Uji Tekstur dan Kenampakan
Pengujian Bakso Ikan
II. HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Hasil
Kelompok
Berat awal
daging ikan
(gr)
PerlakuanRendeme
n (gr)
Kenampaka
n
Tekstur
Kekenyala
n
Rasa
Kontrol 100 daging giling 153.2 +++ ++++ asin
I 65spiner, ikan laut,
penambahan NaCl100 + +++
Netral,
manis
II 90spiner, ikan laut, tanpa
penambahan NaCl128.6 ++++ ++ asin
III 93Manual, ikan laut,
penambahan NaCl146.3 +++ +++
asin,
gurih
IV 100Manual, ikan laut, tanpa
penambahan NaCl160.4 +++ ++
Asin,
gurih
Tekstur: warna:
++++ =sangat kenyal ++++ =putih
+++
=kenya
l +++ =agak coklat
++ =cukup kenyal ++ =coklat muda
+ =keras + =coklat
kelompo
k
kadar air
(%)
kadar abu
(%) protein (%)
lemak/ minyak
(%)
1 67.2836 1.0917 10.85 2.73
2 58.8382 4.3137 10.13 2.4655
3 66.8849 3.0155 8.13 1.6849
4 69.3965 3.9255 4.96 1.4863
b. Pembahasan
Bakso adalah produk pangan yang terbuat dari bahan utama daging yang dilumatkan,
dicampur dengan dengan bahan – bahan lainnya, dibentuk bulatan – bulatan, dan selanjutnya
direbus. Biasanya istilah bakso diikuti dengan nama jenis dagingnya, seperti bakso ikan, bakso
ayam, dan bakso sapi. Berdasarkan bahan bakunya, terutama ditinjau dari jenis daging dan
jumlah tepung yang digunkan, bakso dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu bakso urat, bakso daging,
dan bakso aci. Bakso daging dibuat dengan menggunakan daging yang mengandung urat sedikit
misalnya daging penutup, pendaasr gandik dengan penambahan tepung lebih sedikit daripada
berat daging yang digunakan. Bakso urat adalah bakso yang dibuat dari daging yang banyak
mengandng jaringan ikat atau urat, misalnya daging iga, penambahan tepung lebih sedikit
daripada jumlah daging yang digunakan. Bakso aci adalah bakso yang jumlah tepung lebih
banyak daripada jumlah daging yang digunakan (Wibowo, 1992)
Bakso atau baso adalah jenis bola daging yang paling lazim dalam masakan Indonesia.
Bakso umumnya dibuat dari campuran daging sapigiling dan tepung tapioka, akan tetapi ada juga
baso yang terbuat dari daging ayam, ikan, atau udang. Dalam penyajiannya, bakso umumnya
disajikan panas-panas dengan kuah kaldu sapi bening, dicampur mi, bihun, taoge, tahu,
terkadang telur, ditaburi bawang goreng dan seledri. Bakso sangat populer dan dapat ditemukan
di seluruh Indonesia; dari gerobak pedagang kaki lima hingga restoran besar. Berbagai jenis
bakso sekarang banyak di tawarkan dalam bentuk makanan beku yang dijual di pasar
swalayan dan mall-mall. Irisan bakso dapat juga dijadikan pelengkap jenis makanan lain
seperti mi goreng, nasi goreng, atau cap cai (Winarno, 1994).
Bakso memiliki akar dari seni kuliner Tionghoa Indonesia hal ini ditunjukkan dari istilah
Bakso berasal dari kata Bak-So, dalam Bahasa Hokkien yang secara harfiah berarti 'daging babi
giling'. Karena kebanyakan penduduk Indonesia adalah muslim, maka bakso lebih umum terbuat
dari daging halal seperti daging sapi, ikan, atau ayam. Seiring berkembangnya waktu, istilah
bakso menjadi lebih dikenal dengan 'daging giling' saja.
Prinsip kerja dalam pembuatan bakso adalah dengan mencampur segala bahan yang
dibutuhkan baik bahan utama yang berupa daging ikan lumat, maupun bahan tambahan seperti
tepung tapioka, es atau air es dan telur serta bumbu – bumbu seperti lada, bawang putih, dan
bawang merah serta garam, kemudian melewat proses pembuatan adonan, pencetakan dan
pemasakan berupa proses perebusan.
Komponen daging yang terpenting dalam pembuatan bakso adalah protein karena dapat
berperan dalam pengikatan hancuran daging selama pemasakan dan pengemulsi lemak sehingga
produk menjadi empuk, kompak dan kenyal. Daging lumat didapat dari penghancuran daging
ikan yang bertujuan untuk memecah serabut daging sehingga protein yang larut dalam larutan
garam akan mudah keluar. Lumatan daging dapat dilakukan dengan cara mencacah, menggiling,
atau mencincang sampai lumat. Alat yang biasa digunakan yaitu pencincangan (chopper) atau
penggiling (grinder).
Penambahan tepung tapioka berfungsi untuk mengikat air, tidak dapat mengemulsikan
lemak dan memiliki kandungan karbohidrat tinggi serta protein yang rendah. Fungsi penambahan
garam yaitu untuk memberikan rasa, selain itu dapat berfungsi sebagai pelarut protein, pengawet
dan meningkatkan daya ikat air dan protein daging. Bumbu – bumbu yang ditambahkan memiliki
fungsi untuk memberikan rasa pada bakso serta aroma yang dapat menghilangkan bau amis pada
bakso. Telur adalah suatu bahan makanan sumber protein hewani yang bernilai gizi tinggi. untuk
dunia kuliner, telur berfungsi sebagai pengembang adonan, membentuk warna, perbaikan rasa,
menambah nilai gizi, sebagai pelembut atau pengempuk, sebagai penambah aroma dan zat gizi.
Penambahan air es pada adonan bakso yaitu untuk menjaga suhu tetap rendah saat proses
penggilingan. Air tersebut dapat melarutkan garam dan menyebarkannya secara merata pada
keseluruhan daging, memudahkan ekstraksi protein dari daging dan membantu dalam
pembentukan emulsi. Penambahan air jumlahnya dipengaruhi oleh jumlah tepung yang
ditambahkan.
Pembentukan adonan dilakukan dengan mencampur seluruh bahan kemudian
dihancurkan sehingga membentuk adonan, hal tersebut dilakukan bersama – sama dengan garam
dan es batu terlebih dahulu. Adonan yang sudah jadi dapat dicetak atau dibentuk menggunakan
tangan dan sendok, bakso dibuat dalam bentuk bulat.
Adonan yang sudah jadi selanjutnya direbus kurang lebih selama 15 menit dalam suhu 60
– 80 oC sampai bakso mengeras dan mengambang dan tidak menjadi mentah lagi. Pemasakan
bakso biasanya melalui dua tahap perebusan, karena dapat berfungsi supaya permukaan produk
bakso yang dihasilkan tidak keriput dan tidak pecah akibat perubahan suhu yang terlalu cepat.
Perebusan kedua biasanya pada air mendidih.
Bahas data
Praktikum pembuatan bakso ikan dibagi menjadi 4 perlakuan, yaitu kelompok I
perlakuannya dicuci 2 x, sampel ikan laut, dengan penambahan NaCl. yaitu kelompok II
perlakuannya dicuci 2 x, sampel ikan laut, tanpa penambahan NaCl. yaitu kelompok III
perlakuannya dicuci 3 x, sampel ikan laut, dengan penambahan NaCl. yaitu kelompok IV
perlakuannya dicuci 3 x, sampel ikan laut, tanpa penambahan NaCl. Berdasarkan hasil
pengamatan praktikum pembuatan bakso ikan didapat data rendemen dari kontrol yaitu 153,2
gram atau 153,2 %, kenampakannya agak coklat, teksturnya sangat kenyal, dan rasanya asin,
berat awal 100 gram. Kontrol ini menjadi pembanding dari sampel bakso – bakso dari kelompok
lain yang menggunakan surimi. Data rendemen dari kelompok I yaitu 100 gram atau 153,85 %,
kenampakannya coklat, teksturnya kenyal, dan rasanya netral serta manis, berat awal 65 gram.
Kadar air pada kelompok I 67,2836%, kadar abunya 1,0917%, kadar proteinnya 10,85%, dan
kadar lemaknya 2,73%. Data rendemen dari kelompok II yaitu 128,6 gram atau 142,89 %,
kenampakannya putih, teksturnya cukup kenyal, dan rasanya asin, berat awal 90 gram. Kadar
airnya kelompok II 58,8382%, kadar abunya 4,3137 % , kadar proteinnya 10,13% dan lemaknya
2,4655%. Data rendemen dari kelompok III yaitu 146,3 gram atau 157,31 %, kenampakannya
agak coklat, teksturnya kenyal, dan rasanya asin serta gurih berat awal 93 gram. Kadar airnya
69,8849%, kadar abu nya 3,9255%, kadar proteinnya 8,13% dan dan lemaknya 1,6849%. Data
rendemen dari kelompok IV yaitu 160,4 gram atau 160,4 %, kenampakannya agak coklat,
teksturnya cukup kenyal, dan rasanya asin gurih, berat awal 100 gram. Kadar air kelompok IV
69,3965%, kadar abunya 3,9255%, kadar proteinnya 4,96% dan kadar lemaknya 1,4863%.
Rendemen
Berdasarkan hasil pengamatan dan jika dilihat dari rendemen, rendemen paling banyak
pada kelompok 4, dan rendemen paling sedikit pada kelompok 2. Rendemen yang didapat lebih
dari 100% karena adanya bahan tambahan dalam pembuatan bakso. Bakso ikan ini menggunakan
tepung tapioka sebagai bahan tambahan untuk memberikan karbohidrat pada bakso, dalam
pemberian tepung tidak dapat terlalu banyak, karena mempengaruhi mutu dan cita rasa khas dari
bakso tersebut.
Kenampakan
Berdasarkan hasil pengamatan dilihat dari kenampakan warna didapat hasil bahwa bakso
yang sebagai control warnanya yang lebih putih daripada dengan bakso yang menggunakan
surimi, bakso tersebut menggunakan dengan bahan dasar daging giling. Bakso ikan yang
memiliki kenampakan paling baik pada kelompok 2 dengan warna putih, bakso ikan yang
mempunyai warna agak coklat dimiliki oleh bakso ikan kelompok 3 dan 4, dan bakso ikan yang
kenampakan terburuk dihasilkan oleh kelompok 1. Warna putih keabuan pada bakso sedikit
dipengaruhi oleh reaksi pencoklatan non enzimatis antara protein daging yang mengandung
asam-asam amino dengan gula pereduksi. Faktor yang mempengaruhi kenampakan yaitu karena
ada banyak tidaknya pencucian pada surimi yang dapat mempengaruhi kenampakan pada bakso,
makin banyak pencucian yang dilakukan harusnya dapat memberikan warna yang lebih putih.
Surimi yang digunakan tidak seluruhnya berupa daging lumat, namun juga terdapat campuran
dari kulit-kulit ikan yang masih menempel, yang dapat mempengaruhi warna yang dihasilkan.
Kekenyalan
Tingkat kekenyalan yang diberikan paling baik diberikan oleh bakso dengan bahan dasar
daging giling dibandingkan dengan surimi. Tingkat kekenyalan bakso ikan kelompok 1 dan
kelompok 3 sama yaitu +++ sedangkan tingkat kekenyalan bakso ikan kelompok 2 dan
kelompok 4 yaitu ++, dengan demikian dapat dikatakan kekenyalan bakso ikan kelompok 1 dan
3 lebih baik/lebih bagus daripada kekenyalan bakso ikan pada kelompok 2 dan 4. Hal tersebut
dipengaruhi juga oleh tekstur bakso dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas daging yang
digunakan, metode pengolahannya, serta bahan-bahan yang ditambahkan, hal lain yang
mempengaruhi tekstur daging adalah kandungan jaringan ikat serta ukuran berkas otot (Lawrie,
2003 cit Nafly & Marcus, 2011).
Rasa
Berdasarkan hasil pengamatan bakso ikan dari atribut rasa dihasilkan rasa asin dan gurih
serta ada yang menghasilkan rasa netral (sedikit manis) jika dilihat secara keseluruhan. Rasa
pada bakso ikan tersebut dipengaruhi oleh penambahan garam dan bawang putih. Penambahan
garam dapat membantu meningkatkan kekenyalan, memberikan rasa asin, mengikat air, dan
sebagai pengawet. Bila penambahan garam dan bawang putih yang ditambahkan semakin banyak
maka cita rasa yang dihasilkan akan lebih pekat dan sangat terasa.
Analisis Proksimat
Berdasarkan hasil pengamatan analisis proksimat saat pengujian di Praktikum analisis
pangan yang diberikan oleh produk disebabkan karena adanya penambahan bahan-bahan lain,
seperti tepung tapioka, garam, lada dan air es. Hasil pada analisis kadar air, kadar air tertinggi
dimiliki oleh bakso ikan kelompok 4 lalu diikuti oleh kelompok 1, kemudian kelompok 1, dan
kadar air terendah terdapat pada bakso ikan kelompok 2. Menurut Forrest et al., (1975) cit Nafly
& Marcus (2011), bahwa kadar air berhubungan erat dengan kemampuan menahan air,
komposisi kimia bahan-bahan yang ditambahkan serta macam otot daging.
Analisis kadar abu, kadar abu tertinggi dimiliki oleh basko ikan kelompok 2, lalu
kelompok 4, kelompok 2, dan kadar abu terendah pada kelompok 1. Analisis kadar protein bakso
ikan, basko ikan yang punya kadar protein tertinggi adalah bakso ikan kelompok 1, kemudian
kelompok 2 dan kelompok 3, dan terendah adalah kelompok 4. Kadar protein yang rendah
karena penambahan tepung yang terlalu banyak, akibatnya kadar karbohidrat dan kadar abunya
meningkat sedangkan proteinnya menurun. Kadar lemak tertinggi pada bakso ikan kelompok 1
>kelompok 2> kelompok 3> dikelompok 4. Rendahnya kadar lemak pada bakso ikan tersebut
dapat dihubungkan dengan pengaruh perlakuan pada bahan baku yang digunakan untuk
membuat bakso ikan yaitu surimi. Kadar lemak yang tinggi dimungkinkan karena penggunaan
bahan baku bakso. Surimi yang digunakan berasal dari ikan air laut yang mempuyai kandungan
lemak lebih tinggi daripada ikan air tawar. Akibatnya produk yang dihasilkan punya kadar lemak
yang tinggi juga.
Penambahan NaCl dan tanpa NaCl mempunyai pengaruh terhadap kadar protein bahan
baku, yaitu bakso dari surimi dengan perlakuan NaCl mempunyai protein yang lebih rendah
dibanding bakso dari surimi yang tanpa NaCl, hal itu kurang sesuai karena dengan penambahan
NaCl berperan sebagai bahan pengenyal, jadi bakso memiliki kadar protein yang lebih tinggi
karena sifat NaCl yang mengenyalkan dan mengompakkan bakso sehingga zat-zat termasuk
protein daging yang mudah larut (sarkoplasmik) terperangkap dan tidak banyak yang
terekstraksi keluar (Anonymous, 1978).
Bakso Ikan yang baik dapat dilihat dari syarat mutu bakso didalam SNI 01-3818-1995
adalah :
Bentuk : bulat halus, berukuran seragam, bersih dan cemerlang, tidak kusam
Warna : putih merata tanpa warna asing lain
Rasa : lezat, enak, rasa ikan dominan sesuai jenis ikan yang
digunakan
Aroma : bau khas ikan segar rebus dominan sesuai jenis ikan yang digunakan
dan bau bumbu cukup tajam
Tekstur :kompak, elastis, tidak liat atau membal, tidak ada serat
daging, tanpa duri atau tulang, tidak lembek, tidak basah berair,
dan tidak rapuh.
kadar airnya maksimal 80%
kadar abu maksimal 3%
kadar protein minimal 9%
kadar lemaknya maksimal 1%
tidak boleh ada bahan makanan tambahan, boraks, dan cemaran logam seperti
timbal, tembaga, seng, timah, raksa, cemaran arsen dan cemaran mikroba.
SNI 01-7266.1-2006 menjelaskan bahwa kenampakan bakso ikan bentuknya seragam,
tidak berongga, dan warnanya putih. Bakso ikan memiliki cita rasa tidak amis, enak dan adarasa
ika spesifik pada bakso tersebut. Tekstur bakso padat, kompak, kenyal, namun tetap lembut
dan elastis
Jika bakso ikan dari praktikum dibandingkan dengan SNI bakso ikan yang dihasilkan
mempunyai rendemen lebih banyak dari berat awalnya karena ada penambahan tepung dan
bumbu-bumbu lain. Bakso ikan yang punya kenampakan (warna) agak coklat dan punya tekstur
kenyal serta rasa yang asin dan gurih. Kandungan proksimatnya, kadar air bakso ikan rata-rata
punya kadar air di atas 50%, kadar protein hampir ada yang mencapai 11%, kadar abu antara 1-
5%, sedangkan kadar lemak hanya sekitar 1-2% saja. Secara keseluruhan bahwa semua bakso
hampir memenuhi SNI yang ada.
IV . KESIMPULAN DAN SARAN
a. Kesimpulan
1. Proses pengolahan diversivikasi bakso ikan adalah dengan menggunakan campuran
bahan baku daging ikan lumat yang ditambahkan bumbu-bumbu dan air, lalu dibentuk
menjadi bulatan-bulatan seperti bola, direbus dalam air mendidih selama 15 menit.
2. Bakso menggunakan bahan baku daging giling tekstur bakso yang dihasilkan lebih kasar
sedangkan pada bakso dari surimi punya tekstur yang lebih halus.
3. Bakso berbahan baku surimi dengan teknik pembuatan surimi ada penambahan NaCl dan
tanpa penambahan NaCl,menghasilkan karakteristik bakso yang kenyal, warnanya agak
coklat, rasanya asin dan gurih.
4. Berdasarkan analisis proksimat, bakso yang dihasilkan pada praktikum kali ini
mempunyai kandungan nutrisi yang rendah karena pengaruh perlakuan pada proses
pembuatan bahan baku bakso yaitu surimi.
5. Bakso terbaik ada pada kelompok I dengan penggunaan bahan baku berupa surimi dari
daging ikan air laut.
6. Penggunaan bahan baku yang digunakan untuk bakso mempengaruhi cita rasa,
kenampakan, dan tekstur.
7. Penambahan bahan tambahan lain seperti tepung tapioka, bawang, lada, dan air es dapat
mempengaruhi kandugan abu, air, protein dan lemak yang ada pada bakso.
DAFTAR PUSTAKA
Abdulrahman. 1987. Teknologi Pengolahan Produk Surimi. Balai Bimbingan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan. Jakarta.
Anonymous. 1978. Multilingual Dictionary of Fish Product. Organization for Economic Cooperation and Development. Published by Farnham, Surrey, England.
Badan Standarisasi Nasional , 2012. SNI-01-3819-1995. Bakso ikan. Badan Standarisasi Nasional, 2012. SNI 01-7266.1-2006 . Bakso Ikan beku Bagian I :
Spesifikasi.
Kotler, P. 1993. Manajemen Pemasaran. Prenhallindo. Jakarta.
Nafly, C. T. dan Marcus, V. 2011. Pengaruh Penggunaan Bahan Pengenyal yang Berbeda. Terhadap Komposisi Kimia, Sifat Fisik dan Organoleptik Bakso Daging Ayam. Jurnal Agrinimal 1 (2) : 76 – 83.
Sugiri Elon, 1997. Aneka Cara Pengolahan Ikan. Dinas perikanan Jawa Barat, Bandung.Tan Sen Min., Ng Mui Chung, T. Fujiwara, Hooi Kok Kuang and H. Hasegawa. 1987.
Handbook on The Processing of Frozen Surimi and Fish Jelly Product in South East Asia. MFRD-SEAFDEC. Singapore.
Wibowo, S. 1992. Pembuatan Bakso Ikan dan Bakso daging. PT. Penebar Swadaya.
Winarno, F. G. dan T. S. Rahayu. 1994. Bahan Tambahan untuk Makanan dan Kontaminan. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.