identifikasi motif berbasis citra menggunakan … · implementasi sistem identifikasi motif yang...

50
IDENTIFIKASI MOTIF BERBASIS CITRA MENGGUNAKAN WAVELET DENGAN KLASIFIKASI PROBABILISTIC NEURAL NETWORK (STUDI KASUS: DIREKTORAT JENDERAL HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL) RUDI SETIAWAN DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

Upload: hoangkhuong

Post on 08-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

IDENTIFIKASI MOTIF BERBASIS CITRA MENGGUNAKAN

WAVELET DENGAN KLASIFIKASI PROBABILISTIC NEURAL

NETWORK (STUDI KASUS: DIREKTORAT JENDERAL HAK

KEKAYAAN INTELEKTUAL)

RUDI SETIAWAN

DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

ABSTRAK RUDI SETIAWAN. Identifikasi Motif Berbasis Citra Menggunakan Wavelet dengan Klasifikasi

Probabilistic Neural Network (Studi Kasus: Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual).

Dibimbing oleh YENI HERDIYENI.

Seni motif merupakan salah satu dari jenis ciptaan yang patut dihargai dan dilindungi.

Perlindungan yang dimaksud harus tepat sasaran agar tidak ada pihak yang merasa dirugikan.

Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (Ditjen HKI) adalah lembaga pemerintah yang

bertugas untuk melaksanakan perlindungan tersebut. Salah satu proses atau tahap yang dilakukan

adalah pemeriksaan ciptaan yang didaftarkan. Pemeriksaan masih dilakukan secara manual,

sehingga menghabiskan banyak waktu. Penelitian ini bertujuan untuk membuat suatu desain dan

implementasi sistem identifikasi motif yang sudah ataupun belum pernah terdaftar pada Ditjen

HKI dengan masukkan berupa citra digital. Proses pendeteksian diawali dengan proses ekstrasi ciri

menggunakan Haar wavelet dan proses klasifikasi dengan menggunakan Probabilistic Neural

Network (PNN). Pada penelitian ini citra latih yang digunakan sebanyak 450 citra, yang dibagi

dalam 50 kelas. Citra uji yang digunakan sebanyak 200 citra yang terdiri dari 4 citra untuk masing-

masing kelas. Akurasi yang dihasilkan sistem pada pendeteksian citra motif ini sebesar 65%

dengan haar wavelet level 2 dan 64% dengan haar wavelet level 3.

Kata kunci: Motif, Probabilistic Neural Network (PNN), Wavelet.

ABSTRACT

RUDI SETIAWAN. Image-based Motif Identification Using Wavelet and Probabilistic Neural

Network classification (Case Study: The Directorate General of Intellectual Property Rights).

Supervised by YENI HERDIYENI.

Motif is one creation that should be respected and protected. The protection must be on

target so nobody is aggrieved. The Directorate General of Intellectual Property Rights (DGIP) is a

government institution in charge of implementing that protection. A process or step taken is

examining the registered creation. The examination is still done manually, so DGIP spends a lot of

time. This research aims to create a design and implementation of a system to identify if the motifs

have been registered at DGIP with respectively digital image as the input. Detection process

begins with the extraction process using the Haar wavelet to get the characteristics of the image

and classification process by using the Probabilistic Neural Network (PNN). This study uses 450

training images divided into 50 classes. Testing uses 200 images consisting of 4 images for each

class. The accuracies of the motif identification system are 65% and 64% for Haar wavelet level 2

and level 3, respectively.

Keywords: Motif, Probabilistic Neural Network (PNN), Wavelet.

IDENTIFIKASI MOTIF BERBASIS CITRA MENGGUNAKAN

WAVELET DENGAN KLASIFIKASI PROBABILISTIC NEURAL

NETWORK (STUDI KASUS: DIREKTORAT JENDERAL HAK

KEKAYAAN INTELEKTUAL)

RUDI SETIAWAN

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Komputer pada

Program Studi Ilmu Komputer

DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

Judul Skripsi : Identifikasi Motif Berbasis Citra Menggunakan Wavelet dengan Klasifikasi

Probabilistic Neural Network (Studi Kasus: Direktorat Jenderal Hak

Kekayaan Intelektual)

Nama : Rudi Setiawan

NIM : G64086050

Menyetujui,

Pembimbing

Dr. Yeni Herdiyeni, S.Si., M.Kom.

NIP 19750923 200012 2 001

Mengetahui,

Ketua Departemen

Dr. Ir. Agus Buono, M.Si., M.Kom.

NIP. 196607021993021001

Tanggal Lulus:

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kerinci Desa Kampung Diilir Rawang pada tanggal 02 Maret 1987.

Penulis adalah anak ketiga dari 3 bersaudara, dari pasangan Bapak Zaiyad Sami dan Ibu Erlina.

Pada tahun 2005 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Sungai Penuh, kemudian melanjutkan

pendidikan Diploma III pada Program Keahlian Teknik Komputer, Program Diploma Institut

Pertanian Bogor. Lulus Diploma pada tahun 2009, penulis melanjutkan studi di Institut Pertanian

Bogor Program Studi Ilmu Komputer untuk memperoleh gelar sarjana.

PRAKATA

Bismillahirrohmanirrohim,

Segala puji bagi Allah Subhanahuwata’ala atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya

yang telah diberikan, semoga shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada nabi Muhammad

Shallallahu alaihi was salam, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dengan baik.

Judul penelitian ini adalah Identifikasi Citra Motif Menggunakan Wavelet dengan Klasifikasi

Probabilistic Neural Network (Studi Kasus: Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual).

Penelitian ini tidak luput dari bantuan dan dukungan dari banyak pihak. Untuk itu saya

ingin sampaikan terima kasih kepada:

1 Kedua orang tua Penulis, Ibunda Erlina dan ayah Zaiyad Sami yang senantiasa memberikan

do’a dan dukungan,

2 Ibu Dr. Yeni Herdiyeni, M.Kom. selaku pembimbing dalam menjalankan proses pembuatan

karya ilmiah ini,

3 Bapak Aziz Kustiyo, S.Si., M.Kom. dan Bapak Toto Haryanto, S.Kom, M.Kom. atas

kesediaannya menjadi penguji penelitian ini,

4 Bapak Soemardi,S.H.,M.H. Direktur Hak Cipta, Desain Industri, Rahasia Dagang dan Tata

Letak Sirkuit Terpadu (2011),

5 Bapak Timbul Sinaga, S.H., M.H. Direktur Hak Cipta, Desain Industri, Rahasia Dagang

dan Tata Letak Sirkuit Terpadu (2011 - 2012),

6 Seluruh dosen pengajar dan civitas akademika Departemen Ilmu Komputer FMIPA IPB,

7 Sev Eka Putra, S.Pd., Yandri, S.Pd. saudaraku yang selalu memberikan dukungan dan

inspirasi.

8 Ibu Habibah, M.H. Kabag. Tata Usaha dan Humas, dan Bapak Senen, S.H. Subbag

Persuratan atas dukungan dan izin yang sering diberikan sehingga bisa meninggalkan tugas

kantor.

9 Dzikri Fadilah, Fachran Nazarullah, Azhari Harahap, teman satu rumah selama berada jauh

dari keluarga dari Hanoman sampai Abiyasaraya, Doni Marshal Rangga, Sigit Wibowo,

dan Resti Sintia Ervina teman seperjuangan untuk menjadi pengabdi negara, Ihsan Satria

Rama dan Anriza Julianry, inspirator dan katalisator selesainya karya ilmiah ini.

10 Ikatan Mahasiswa Kerinci Bogor dan seluruh anggota Asrama Mahasiswa Jambi, sebagai

keluarga di perantauan,

11 Teman-teman angkatan 3 HIMAXILKOM,

12 Rekan-rekan kerja pada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual yang telah memberi

dukungan dan semua pihak yang telah membantu memberikan dukungannya yang belum

disebutkan di atas.

Akhirnya penulis berharap semoga penulisan karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua

pihak yang membutuhkan. Amin.

Bogor, Februari 2013

Rudi Setiawan

v

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ............................................................................................................................... v DAFTAR TABEL ...................................................................................................................... vi DAFTAR GAMBAR .................................................................................................................. vi DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................................... vi

PENDAHULUAN1 Latar Belakang ......................................................................................................................... 1 Tujuan ...................................................................................................................................... 1 Ruang Lingkup ........................................................................................................................ 1 Manfaat .................................................................................................................................... 1

TINJAUAN PUSTAKA1 Motif ........................................................................................................................................ 1 Citra Digital ............................................................................................................................. 1 Tingkat Abu-abu (Grayscale) .................................................................................................. 1 Wavelet .................................................................................................................................... 2 Transformasi Wavelet .............................................................................................................. 2 Haar Wavelet ........................................................................................................................... 3 Dekomposisi Haar Wavelet ..................................................................................................... 3 Jaringan Saraf Tiruan............................................................................................................... 3 Probabilistic Neural Network .................................................................................................. 4

METODOLOGI ........................................................................................................................... 4 Database Citra Motif ............................................................................................................... 5 Praproses ................................................................................................................................. 5 Pembagian Data ....................................................................................................................... 5 Ekstrasi Ciri Citra Motif dengan Wavelet ................................................................................ 5 Klasifikasi dengan Probabilistic Neural Network ................................................................... 6 Perhitungan Akurasi ................................................................................................................ 6 Lingkungan pengembangan ..................................................................................................... 6

HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................................................... 6 Praproses ................................................................................................................................. 6 Ekstrasi Ciri Wavelet ............................................................................................................... 6 Identifikasi Citra Motif ............................................................................................................ 7 Hasil Pengujian Data Uji Cropping (C) dengan klasifikasi PNN ............................................ 7 Hasil Pengujian Data Uji Rotate 180

0 (R180) dengan Klasifikasi PNN .................................. 7

Hasil Pengujian Data Uji Brightness 15 Poin (B15) dengan Klasifikasi PNN ........................ 8 Hasil Pengujian Data Uji Perbesar 200% + Rotate 90

0 (ZR) dengan Klasifikasi PNN ........... 9

Perbandingan Akurasi Keempat Jenis Data Uji ..................................................................... 10 Perbandingan Akurasi Pengenalan Kelas Citra Motif ........................................................... 11 Analisis Pengaruh Data Motif terhadap Hasil Identifikasi .................................................... 11 Perbandingan Akurasi untuk Wavelet Haar Level 2 dan Level 3 .......................................... 12

KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................................................. 12 Kesimpulan ............................................................................................................................ 12 Saran ...................................................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 13

vi

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Hasil pengujian data uji Cropping ............................................................................................ 7 2 Hasil pengujian data uji R180................................................................................................... 8 3 Hasil pengujian data uji B15..................................................................................................... 8 4 Hasil pengujian ZR ................................................................................................................... 9

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Model Piksel Pada Buffer Memori (Rivai 2005) ...................................................................... 2 2 Operasi Pengubahan Citra 24 bit .............................................................................................. 2 3 Ilustrasi Transformasi Wavelet ................................................................................................. 3 4 Bank filter Haar ........................................................................................................................ 3 5 Aristektur Jaringan Saraf Tiruan ............................................................................................. 3 6 Struktur Probabilistic Neural Network ..................................................................................... 4 7 Metodologi Penelitian............................................................................................................... 4 8 Contoh Citra Motif ................................................................................................................... 5 9 Praproses Citra Motif................................................................................................................ 6 10 Ekstrasi Ciri Wavelet level 2 .................................................................................................. 7 11 Contoh Hasil Identifikasi Kasus Pengujian C ....................................................................... 10 12 Contoh Hasil Identifikasi Kasus Pengujian R180 ................................................................. 10 13 Contoh Hasil Identifikasi Kasus Pengujian ZR .................................................................... 10 14 Hasil Pegujian Data Uji ........................................................................................................ 10 15 Motif yang teridentifikasi 100% ........................................................................................... 11 16 Perbandingan Akurasi Setiap Kelas ...................................................................................... 11 17 Citra Motif Kelas 15 dan 24 ................................................................................................. 11 18 Ekstrasi Ciri Wavelet level 3 ................................................................................................ 12 19 Perbandingan Akurasi Wavelet Level 2 dan 3 ...................................................................... 12

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1 Kelas Data Latih Motif ........................................................................................................... 15

2 Kelas Data Uji Motif .............................................................................................................. 28

3 Hasil Pengujian Citra Motif Akurasi 100% ............................................................................ 37

4 Hasil Pengujian Citra Motif Akurasi 75 % ............................................................................. 37

5 Hasil Pengujia Citra Motif Akurasi 50 % ............................................................................... 39

6 Pemodelan pengujian identifikasi motif dengan sistem .......................................................... 41

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sadarnya masyarakat dewasa ini akan

pentingnya nilai ekonomi dan bentuk

penghargaan sebuah karya ciptaan

meningkatkan pendaftaran karya hak cipta di

Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual.

Peningkatan ini semakin tinggi setiap

tahunnya. Pada tahun 2009, jumlah pendaftaran

adalah 6.504 ciptaan (Kemenkumham 2010).

Dalam menentukan sebuah hak cipta layak

untuk dilindungi adalah dengan cara melihat

orisinalitas dari sebuah ciptaan. Oleh sebab itu,

harus ada pemeriksaan secara objektif sehingga

tidak menimbulkan sebuah pelanggaran yang

merugikan pihak lain. Direktorat Jenderal Hak

Kekayaan Intelektual, khususnya Direktorat

Hak Cipta masih melakukan pemeriksaan

secara manual, yakni dengan membandingkan

satu demi satu motif dengan katalog motif yang

tersedia. Hal ini sangat tidak efisien untuk

jumlah pendaftaran yang secara periodik

bertambah dari tahun ke tahun. Waktu dan

ketelitian dalam pemeriksaan juga dirasa tidak

efektif. Salah satu ciptaan yang dilindungi di

lingkungan kerja Direktorat Jenderal Hak

Kekayaan Intelektual adalah motif. Motif

itupun terdiri atas batik, wallpaper, seprai atau

bedcover. Jumlah pendaftaran hak cipta

kategori seni pada bulan Januari sampai dengan

Juni 2010 tercatat 1.834 pendaftaran. Sekitar

65% adalah seni motif (Kemenkumham 2010).

Dalam hal ini, Sistem Identifikasi Motif

sangat diperlukan dalam masalah yang

dihadapi Direktorat Jenderal Hak Kekayaan

Intelektual untuk mempermudah pengerjaan

dan mendapatkan esensi nilai ketepatan yang

tinggi dalam menentukan perlindungan hak

terhadap motif yang telah didaftarkan oleh

masyarakat.

Wavelet merupakan salah satu metode

pengolahan citra yang dapat mengekstraksi

fitur akan tetapi fitur-fitur yang penting tidak

akan hilang ketika dimensi citra mengalami

reduksi. Metode ini pernah diterapkan pada tiga

penelitian sebelumnya. Pertama, Isa dan Juwita

(2007) menerapkan metode ini pada citra

berstruktur nilai precision yang didapat sampai

100%. Penelitian kedua dilakukan oleh

Cahyaningtias (2007) penelitian ini

menerapkan metode yang sama pada citra

wajah sebagai karakteristik fisiologis. Ketiga

penelitian tersebut menggunakan mother Haar

Wavelet. Gusadha (2011) menggunakan

Probabilistic Neural Network (PNN) dalam

penelitian untuk mengidentifikasi jenis

tanaman Aglaonema dan mendapatkan akurasi

55.65% dan Putra (2009) menggunakan

klasifikasi yang sama (PNN) untuk

mengidentifikasi tanda tangan dengan akurasi

87 %.

Penelitian ini menerapkan tansformasi

wavelet, dengan mother wavelet yang

digunakan Haar wavelet sebagai praproses

citra yang akan diuji. Metode klasifikasi citra

yang digunakan ialah probabilistic neural

network (PNN).

Tujuan

Tujuan penelitian ini ialah menerapkan

transformasi Haar wavelet pada praproses citra

dan mengklasifikasikan citra motif dengan

menggunakan PNN.

Ruang Lingkup

Citra yang akan digunakan adalah beberapa

data motif yang telah terdaftar pada Direktorat

Jenderal Hak Kekayaan Intelektual.

Manfaat

Manfaat penelitian ini adalah membantu

pekerjaan pemeriksa pada Direktorat Hak Cipta

khususnya pemeriksaan motif agar efisien,

tepat dan objektif, sehingga meminimalkan

kesalahan pemeriksaan yang mungkin terjadi.

TINJAUAN PUSTAKA

Motif

Motif adalah sebuah gambar dekoratif atau

desain, terutama yang berulang membentuk

pola (Oxford 2012)

Citra Digital

Citra, atau image atau gambar, dapat

didefinisikan sebagai fungsi intensitas cahaya

dua dimensi f(x,y), dengan x dan y merupakan

koordinat spasial dan nilai f pada setiap titik

(x,y) adalah proporsional terhadap brightness

(level keabuan) gambar pada titik tersebut.

Karena f(x,y) merupakan fungsi intensitas

cahaya, f merupakan bentuk energi sehingga

memiliki daerah intensitas dari nol sampai

dengan tak hingga: 0 < f(x,y) < ∞ (Gonzales

dan Wood 1993).

Tingkat Abu-abu (Grayscale)

Citra grayscale merupakan citra digital

yang hanya memiliki satu nilai kanal pada

setiap pikselnya, dengan kata lain bagian

red=green=blue. Nilai tersebut digunakan

untuk menunjukkan tingkat intensitas. Warna

2

yang dimiliki adalah warna dari hitam,

keabuan, dan putih. Tingkatan keabuan di sini

merupakan warna abu dengan berbagai

tingkatan dari hitam hingga mendekati putih

(Darma 2010).

Proses Grayscale ini bertujuan untuk

mengubah citra RGB menjadi citra abu-abu.

Pemrosesan ini dipilih karena lebih sederhana,

yaitu hanya menggunakan sedikit kombinasi

warna dan dengan citra abu-abu dirasakan

sudah cukup untuk memproses citra yang citra

yang semula berupa RGB Colour dengan

tingkat abu-abu.

Mengubah citra RGB ke citra abu-abu YUV

dengan mengambil komponen Y (luminance)

dapat dilakukan dengan mengalikan komponen

R,G,B dari nilai taraf intesitas tiap piksel RGB

dengan konstanta (0.299R,0.587G,0.11B).

Gambar 1 Model piksel pada buffer memori

(Rivai 2005)

Gambar 2 Operasi pengubahan citra 24 bit

Wavelet

Wavelet adalah suatu teknik perhitungan

matematis yang bermanfaat untuk analisis

numerik dan memanipulasi dalam 1 (satu) atau

2 (dua) dimensi sinyal. Transformasinya

beroperasi seperti sebuah mikroskop yang

berfungsi untuk melihat detailpartisi sinyal di

dalam komponen frekuensi dan memetakan ke

koefisien yang memiliki energi yang berbeda

(Jones et al. 1999)

Transformasi Wavelet

Wavelet berasal dari sebuah fungsi

penskalaan atau disebut juga scaling function

karena wavelet didapatkan dari hasil

penskalaan, dilasi, dan pergeseran mother

wavelet (Darma 2010). Fungsi penskalaan memiliki persamaan:

(t) = 2 k h0(k) (2t – k) (1)

h0 menyatakan koefisien pensekalaan atau

koefisien transformasi atau koefisien dari tapis

(filter), sedangkan k menyatakan indeks dari

koefisien penskalaan. Angka 0 pada h0 hanya

menunjukkan jenis koefisien, yang menyatakan

pasangan dari jenis koefisien lainnya. Pasangan

tersebut didefinisikan dalam fungsi wavelet

berikut:

(t) = 2 k h1(k) (2t – k) (2)

h0 dan h1 adalah koefisien transformasi

pasangan. h0 disebut juga sebagai low pass

sedangkan h1 disebut high pass. h0 berkaitan

dengan proses perataan (averages) sedangkan

h1 berkaitan dengan proses pengurangan

(differences).

Perataan dilakukan dengan menghitung

nilai rata-rata dua pasang data dengan

persamaan:

(3)

Pengurangan dilakukan dengan persamaan:

(4)

Koefisien-koefisien h0 dan h1 dapat ditulis

sebagai berikut:

h0 = (h0(0), h0(1)) = ( yang berkaitan

dengan persamaan (3), dan

h1 = h1(0), h1(1)) = (-

berkaitan dengan

persamaan (4).

Dengan kata lain, h0 adalah koefisien

penskalaan karena menghasilkan skala yang

berbeda dari citra aslinya, sedangkan h1 adalah

wavelet yang menyimpan informasi penting

proses rekonstruksi.

Transformasi wavelet mempunyai

kemampuan membawa keluar ciri khusus pada

suatu gambar yang diproses. Pada tranformasi

wavelet, sebuah gambar didekomposisi menjadi

subgambar pada frekuensi dan orientasi yang

berbeda-beda, yaitu low-low (LL), low-high

(LH), high-low (HL), dan high-high (HH)

(Gambar 3).

Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4

(0.299R+0.587G+0.11B)

3

Gambar 3 Ilustrasi transformasi wavelet

Haar Wavelet

Haar Wavelet adalah metode wavelet yang

pertama kali diajukan oleh Alfred Haar pada

tahun 1909. Haar wavelet adalah metode

wavelet yang paling sederhana dan mudah

untuk diimplementasikan. Untuk mengekstrak

ciri-ciri tekstur dengan transformasi Haar

Wavelet, dilakukan proses averaging untuk

mendapatkan bagian dari gambar yang

berfrekuensi rendah dan dilakukan proses

differencing untuk mendapatkan bagian dari

gambar yang berfrekuensi tinggi (Darma

2010).

Koefisien h0 (low pas filter) dan h1 (high

pass filter) merupakan fungsi basis Haar

wavelet. Dekomposisi (transformasi) perataan

dan pengurangan sama halnya dengan

melakukan dekomposisi citra dengan Haar

wavelet. Kedua tapis tersebut bersifat ortogonal

namun tidak ortonormal. Tapis Haar yang

bersifat orthogonal dan ortonormal adalah:

h0 ) (5)

h0 ) (6)

Fungsi penskalaan Haar diperoleh dari

subtitusi h0 ke dalam persamaan (1), sehingga

dihasilkan persamaan sebagai berikut:

(t) = (2t) + (2t – 1) (7)

Dimana:

(t)

Subtitusi h1 ke dalam persamaan (2) akan

menghasilkan:

(t) = (2t) + (2t – 1) (8)

Merupakan fungsi wavelet Haar dengan:

Dekomposisi Haar Wavelet

Proses perhitungan wavelet dapat dilakukan

dengan menggunakan bank filter. Bank filter

merupakan kumpulan koefisien untuk

memperoleh nilai rata-rata (average) dan nilai

selisih (differencing) secara berulang-ulang.

Proses dekomposisi Haar menerapkan bank

filter dengan h0 = h1 = 1/ 2 sebagai koefisien

low-pass yang menghasilkan citra pendekatan,

dan g0=1/ 2 ,g1= -1/ 2 sebagai koefisien

high-pass yang menghasilkan citra detil.

Adapun bank filter Haar dapat dilihat pada

Gambar 4.

h0 h1 0 0 …

g0 g1 0 0 …

0 0 h0 h1…

0 0 g0 g1…

. . . . …

: : : : Gambar 4 Bank filter Haar

Stephane Mallat kemudian memper-

kenalkan cara mudah menghitung dekomposisi

wavelet yang dikenal dengan algoritme

piramida Mallat. Mallat memberi nilai

koefisien low-pass, h0 = h1 = 1/2 dan koefisien

high-pass, g0=1/2, g1=-1/2 (Cahyaningtias

2007).

Jaringan Saraf Tiruan

JST dikembangkan sebagai model

matematika yang merupakan penyederhanaan

dari sistem saraf biologis manusia, berdasarkan

asumsi bahwa pengolahan informasi terjadi di

berbagai elemen yang dinamakan neuron,

sinyal dilewatkan di antara neuron melalui

connection link, masing-masing connection link

memiliki weight (bobot) yang akan mengalikan

sinyal yang lewat, dan masing-masing neuron

memiliki fungsi aktivasi yang akan

menentukan nilai sinyal output (Fauset 1994).

Secara umum JST, terdiri atas dua buah

layer yaitu hidden layer dan output layer.

Arsitektur dari JST dapat dilihat pada Gambar

5 berikut:

Gambar 5 Arsitektur jaringan saraf tiruan

4

Probabilistic Neural Network

Probabilistic Neural Networks (PNN)

merupakan salah satu jenis klasifikasi. PNN

merupakan jaringan saraf tiruan yang dirancang

menggunakan ide dari teori probabilitas klasik

seperti pengklasifikasi Bayes dan penduga

kepekatan Parzen.

Struktur PNN terdiri atas empat layer,

yaitu input layer (lapisan masukan), pattern

layer (lapisan pola), summation layer (lapisan

penjumlahan), decision layer (lapisan keluaran)

(Albanis dan Batchelor 2000). Struktur tersebut

dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6 Struktur probabilistic neural

network

Lapisan masukan merupakan yang terdiri

atas nilai ciri yang akan diklasifikasikan pada

kelas. Proses-proses yang terjadi setelah

lapisan masukan adalah:

1 Lapisan pola (pattern layer), digunakan

satu node pola untuk setiap data pelatihan

yang digunakan. Setiap node pola

merupakan perkalian titik (dot product) dari

vektor masukan dengan vektor bobot

. Bobot merupakan nilai

data latih ke-i pada kelas ke-j. Nilai

kemudian dibagi dengan bias tertentu σ dan

selanjutnya dimasukkan ke dalam fungsi

radial basis, yaitu radbas(n)=exp(- ).

Dengan demikian persamaan yang

digunakan pada lapisan pola seperti pada

persamaan (9).

f(x) = exp (9)

2 Lapisan penjumlahan (summation layer),

menerima masukan dari node lapisan pola

yang terkait dengan kelas yang ada.

Persamaan yang digunakan pada lapisan ini

adalah:

(10)

dengan merupakan dimensi vektor ciri, σ

merupakan bias dan merupakan jumlah

data latih pada kelas tertentu.

3 Lapisan keluaran (output layer)

menghasilkan keputusan input masuk ke

dalam suatu kelas. Input akan masuk

kelas jika nilai paling besar

dibandingkan kelas yang lainnya.

METODOLOGI

Metode penelitian ini terdiri atas

beberapa tahap, yaitu pengambilan data,

praproses data, ekstrasi ciri data, klasifikasi

dengan PNN, dan perhitungan tingkat akurasi.

Tahap-tahap dalam penelitian ini diilustrasikan

pada Gambar 7.

Citra

Citra LatihCitra

Citra Uji

Identifikasi Citra Motif

Perhitungan

Akurasi

Praproses

Ekstrasi Ciri

Wavelet

Klasifikasi PNN

Model

Ekstrasi Ciri

Wavelet

Proses

Pencocokan

Gambar 7 Metodologi penelitian

5

Database Citra Motif

Citra motif yang menjadi objek dalam

penelitian ini adalah hasil karya cipta dari

masyarakat yang sudah diberikan hak dan

melewati tahap pemeriksaan. Database terdiri

atas 50 (lima puluh) motif bersukuran 512 x

512 piksel. Semua motif berbeda antara satu

sama lain. Walaupun secara objektif terkadang

mirip antara motif satu dan yang lain, namun

dengan melihat lebih teliti lagi tampaklah

perbedaan, baik itu kontur dan warna.

Dalam pemeriksaan, motif yang bentuknya

sama namun warnanya berbeda, terkadang

sudah dianggap berbeda dan tidak melanggar

hak cipta. Beberapa contoh motif yang telah

didaftarkan di Direktorat Hak Cipta

ditunjukkan pada Gambar 8.

Gambar 8 Contoh citra motif

Praproses

Pada tahap awal praproses, dilakukan

pengubahan citra ke mode warna grayscale

untuk selanjutnya diekstrasi ciri menggunakan

wavelet Haar.

Grayscale digunakan untuk

menyederhanakan model gambar. Pada

awalnya gambar terdiri atas 3 layer matriks,

yaitu R-layer, G-layer dan B-layer untuk

melakukan proses-proses selanjutnya tetap

diperhatikan tiga layer tersebut.

Untuk mengubah gambar berwarna yang

mempunyai nilai matriks masing-masing R,G

dan B menjadi gambar Grayscale, konversi

dilakukan dengan pengubahan komposisi

sebagai berikut:

(11)

Dengan nilai α = 0.299, β=0.587 dan

γ=0.11. Fungsi dari format warna gray ini

adalah memudahkan proses selanjutnya karena

apabila format gambar RGB digunakan maka

nilai yang dihasilkan akan bervariasi.

Pada tahap praproses selanjutnya, setiap

citra motif akan divariasikan untuk

mendapatkan sebuah kelas. Adapun variasi

dalam setiap kelas adalah:

1 Orisinil (O) , motif dibiarkan dalam

keadaan awal (tanpa manipulasi)

2 Rotate 900 (R90), motif orisinal diputar

dengan sudut 900

3 Rotate 1800 (R180), motif orisinal diputar

dengan sudut 1800

4 Zooming 200% (Z), konten motif orisinal

diperbesar 200%

5 Zooming 200% + rotate 900 (RZ90). Motif

orisinal diperbesar 200 % dan diputar

dengan sudut 900

6 Zooming 200% + rotate 1800 (RZ180).

Motif orisinal diperbesar 200 % dan diputar

dengan sudut 900

7 Cropping (C). Motif orisinal di-crop

(potong) di bagian tertentu.

8 Cropping 1 (C1). Motif orisinal di-crop

(potong) di bagian tertentu, berbeda posisi

dari croping poin 7

9 Cropping 2 (C2). Motif orisinal di-crop

(potong) di bagian tertentu, berbeda posisi

croping dari poin 8.

10 Cropping 3 (C3). Motif orisinal di-crop

(potong) di bagian tertentu, berbeda posisi

croping dari poin 9.

11 Brigthness 10 poin (B10). Motif orisinal

ditambahkan intensitas keterangan dengan

10 poin.

12 Brigthness 15 poin (B15). Motif original

ditambahkan intensitas keterangan dengan

15 poin t.

13 Brigthness 20 poin (B20). Motif orisinal

ditambahkan intensitas keterangan dengan

20 poin t.

Setelah mendapatkan hasil variasi, didapat 13

(tiga belas) citra yang mewakili suatu kelas.

Citra motif yang digunakan dapat dilihat pada

Lampiran 1 dan 2.

Pembagian Data

Pembagian data dibagi menjadi dua bagian,

yaitu data latih dan data uji. Adapun data uji

dalam penelitian ini adalah C, RZ, B15, R180,

dan data latih adalah O, R90, Z, RZ180, C1,

C2, C3, B10, B20. Dari pembagian data

didapat 450 citra latih dan 200 citra uji.

Ekstrasi Ciri Citra Motif dengan Wavelet

Seluruh citra latih dan citra uji akan

diekstrasi dengan mengunnakan Haar Wavelet.

Dimensi awal citra motif adalah 512 x 512

6

pixel. Dimensi ini terlalu besar, sehingga

direduksi sebanyak 2 level menjadi 128 x 128

pixel.

Pada citra motif dilakukan proses

transformasi yang akan menghasilkan empat

komponen matriks, yaitu komponen diagonal

(CD), komponen horizontal (CH), komponen

vertikal (CV), dan komponen approximation

(CA). Pada komponen-komponen hasil

transformasi ini dilakukan proses kuantisasi

untuk mengurangi jumlah variasi (redudansi)

data pada semua komponen hasil transformasi.

Setelah komponen-komponen hasil

transformasi dikuatintasi, langkah selanjutnya

ialah rekonstruksi wavelet, yakni

mengembalikan citra ke bentuk semula dengan

ukuran yang berbeda, namun masih membawa

ciri yang sama dengan aslinya.

Adapun algoritme rekonstruksi adalah

sebagai berikut:

1 Membaca komponen matriks hasil

transformasi.

2 Melakukan proses dekoding,

mengembalikan data yang sebelumnya

dikuantisasi saat proses kompresi, yakni

mengembalikan komponen-komponen CA,

CV, CD dan CH.

3 Melakukan transformasi invers Wavelet

transformation terhadap komponen-

komponen hasil tahap 2.

4 Proses transformasi linear balik untuk

menghasilkan ruang warna sesuai dengan

citra semula sehingga diperoleh kembali

citra semula dengan sifat lossy.

Klasifikasi dengan Probabilistic Neural

Network

Pada tahap ini, model probabilistic neural

network (PNN) digunakan sebagai

pengklasifikasinya. Sebelum melakukan

klasifikasi, terlebih dahulu dilakukan proses

ekstrasi pada setiap citra motif.

Dari proses ekstrasi citra motif, diperoleh

masing-masing 600 vektor. Data latih yang

akan dijadikan model sebanyak 400 vektor.

Setiap vektor dikombinasikan sesuai dengan

kelas citra motif.

Jumlah kelas target pada penelitian ini

adalah 50. Input layer pada model berukuran

4952 x 400 dan decision layer 1 x 400.

Perhitungan Akurasi

Hasil penelitian akan dihitung dengan

menggunakan parameter generalisasi, yakni

membandingkan persentasi jumlah image yang

dikenal dan keseluruhan image yang ada.

Akurasi = data uji benar klasifikasi x 100 %

Jumlah seluruh data latih

Lingkungan pengembangan

Spesifikasi perangkat keras dan lunak yang

digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

Prosesor Intel Pentium dual-core 2.00 GHz.

RAM 1.96 GB.

Harddisk 360 GB.

Windows XP Profesional.

Matlab 7.7.0.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini mengimplementasikan

transformasi wavelet Haar 2 level. Citra yang

digunakan dalam penelitian ini adalah citra

motif dengan 50 kelas. Tiap-tiap kelas

memiliki 13 (tiga belas) citra motif yang

didapat dari tahap praproses, dengan dimensi

citra 512 x 512 pixel dan format JPEG.

Praproses

Dari hasil variasi data, didapat 650 citra.

Satu kelas citra motif terdiri atas13 citra motif,

yakni: O, R90, R180, Z, RZ, RZ180, C, C1,

C2, C3, B10, B15, dan B20. Ilustrasi variasi

citra motif dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9 Praproses citra motif

Ekstrasi Ciri Wavelet

Hasil dari ekstrasi ciri untuk seluruh citra

yang ada di dalam data latih adalah sebuah

matriks yang berukuran 16384 x 450, karena

terdapat 450 buah citra di data latih (O, R90, Z,

ZR180, C1, C2, C3, B10, B20). Sedangkan

dalam data uji terdapat 49152 x 200 (C, ZR,

B15, R180), karena terdapat 200 buah citra di

7

data latih. Setiap citra direpresentasikan oleh

sebuah vektor yang memiliki elemen 16,384 x

1. Contoh ekstrasi ciri wavelet Haar level 2

dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10 Ekstrasi ciri wavelet level 2

Identifikasi Citra Motif

Penelitian ini dilakukan dengan empat data

yaitu, data uji Cropping (C), Brightness 15

point (B15) dan Rotate 1800 (R180), data uji

Perbesar 200% + Rotate 900 (ZR). Dalam setiap

percobaan perbandingan dibagi dengan 70%

sebagai kelas data latih, dan 30% sebagai kelas

data uji. Data uji dan data latih didekomposisi

dengan wavelet Haar level 2. Pengujian

dilakukan dengan klasifikasi PNN.

Hasil Pengujian Data Uji Cropping (C)

dengan klasifikasi PNN

Metode klasifikasi yang digunakan adalah

PNN. Citra uji Cropping (C) yang telah

diekstrasi ciri dipergunakan sebagai basis data

pelatihan. Hasil pengujian citra dengan eksrasi

ciri wavelet Haar dan klasifikasi PNN dapat

dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Hasil pengujian data uji cropping

Kelas target Kelas output Akurasi

(0/1)

1 20 0

2 21 0

3 20 0

4 31 0

5 21 0

6 6 1

7 7 1

8 8 1

9 9 1

10 10 1

11 11 1

12 12 1

13 43 0

14 43 0

Lanjutan

Kelas target Kelas output

Akurasi

(0/1)

15 15 1

16 16 1

17 17 1

18 18 1

19 19 1

20 20 1

21 21 1

22 31 0

23 20 0

24 24 1

25 25 1

26 26 1

27 27 1

28 28 1

29 29 1

30 30 1

31 31 1

32 32 1

33 33 1

34 34 1

35 35 1

36 36 1

37 37 1

38 38 1

39 39 1

40 40 1

41 31 0

42 42 1

43 43 1

44 44 1

45 45 1

46 46 1

47 47 1

48 48 1

49 49 1

50 50 1

Akurasi rata-rata 80

Berdasarkan tabel tersebut maka dapat

dilihat bahwa sistem mampu mengidentifikasi

40 citra motif dari 50 citra. Dengan spread 500

pada PNN akurasi yang didapat 80%. Dapat

disimpulkan dengan motif yang di-cropping

sistem mampu mengindentifikasi citra dengan

baik.

Hasil Pengujian Data Uji Rotate 1800 (R180)

dengan Klasifikasi PNN

Metode klasifikasi yang digunakan

adalah PNN. Citra latih diputar 1800 (R180)

8

yang telah diekstrasi ciri digunakan sebagai

basis data pelatihan. Hasil pengujian citra

dengan eksrasi ciri wavelet Haar dan klasifikasi

PNN dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Hasil pengujian data uji R180

Kelas target Kelas

output

Akurasi

(0/1)

1 6 0

2 2 1

3 3 1

4 4 1

5 5 1

6 6 1

7 21 0

8 8 1

9 21 0

10 21 0

11 11 1

12 20 0

13 13 1

14 14 1

15 21 0

16 31 0

17 17 1

18 6 0

19 21 0

20 39 0

21 21 1

22 22 1

23 23 1

24 43 0

25 25 1

26 26 1

27 20 0

28 39 0

29 29 1

30 30 1

31 31 1

32 32 1

33 33 1

34 34 1

35 35 1

36 36 1

37 37 1

38 38 1

39 39 1

40 40 1

41 41 1

42 11 0

43 43 1

44 43 0

Lanjutan

Kelas target Kelas

output

Akurasi

(0/1)

45 21 0

46 17 0

47 34 0

48 39 0

49 49 1

50 31 0

Akurasi 60

Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat

bahwa sistem mampu mengidentifikasi dengan

baik 30 (tiga puluh) citra motif dari 50 (lima

puluh) citra yang ada. Dengan spread 500 pada

PNN akurasi yang didapat 60 %. Dengan kasus

ini, dapat disimpulkan sistem mampu

mengidentifikasi citra yang posisinya diputar

dengan sudut 1800dengan cukup baik.

Hasil Pengujian Data Uji Brightness 15 Poin

(B15) dengan Klasifikasi PNN

Metode klasifikasi yang digunakan

adalah PNN. Citra uji diberikan penambahan

intensitas keterangan (Brightness) 15 (lima

belas) poin (B15) yang telah diekstraksi ciri

dipergunakan sebagai basis data pengujian.

Hasil pengujian citra dengan ekstraksi ciri

wavelet Haar dan klasifikasi PNN dapat dilihat

pada Tabel 3.

Tabel 3 Hasil pengujian data uji B15

Kelas target Kelas output Akurasi

(0/1)

1 1 1

2 2 1

3 3 1

4 4 1

5 5 1

6 6 1

7 7 1

8 8 1

9 9 1

10 10 1

11 11 1

12 12 1

13 13 1

14 14 1

15 15 1

16 16 1

17 17 1

18 18 1

19 19 1

9

Lanjutan

Kelas target Kelas output Akurasi

(0/1)

20 20 1

21 21 1

22 22 1

23 23 1

24 24 1

25 25 1

26 26 1

27 27 1

28 28 1

29 29 1

30 30 1

31 31 1

32 32 1

33 33 1

34 34 1

35 35 1

36 36 1

37 37 1

38 38 1

39 39 1

40 40 1

41 41 1

42 42 1

43 43 1

44 44 1

45 45 1

46 46 1

47 47 1

48 48 1

49 49 1

50 50 1

Akurasi rata-rata 100

Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat

bahwa sistem mampu mengidentifikasi dengan

baik 50 (lima puluh) citra motif dari 50 (lima

puluh) citra yang ada. Dengan spread 500 pada

PNN akurasi yang didapat 100 %. Dengan

kasus uji ini, dapat disimpulkan bahwa

perubahan brightness pada data uji tidak

mempengaruhi hasil akurasi yang didapat.

Sistem mampu mengidentifikasi data uji

dengan sangat baik.

Hasil Pengujian Data Uji Perbesar 200% +

Rotate 900 (ZR) dengan Klasifikasi PNN

Metode klasifikasi yang digunakan

adalah PNN. Citra uji Perbesar 200% + Rotate

900 (ZR) yang telah diekstraksi ciri

dipergunakan sebagai basis data pelatihan.

Hasil pengujian citra latih ZR dapat dilihat di

Tabel 4.

Tabel 4 Hasil pengujian ZR

Kelas target Kelas output Akurasi

(0/1)

1 1 1

2 3 0

3 3 1

4 4 1

5 4 0

6 21 0

7 43 0

8 23 0

9 21 0

10 21 0

11 42 0

12 31 0

13 43 0

14 21 0

15 31 0

16 43 0

17 11 0

18 39 0

19 31 0

20 21 0

21 21 1

22 21 0

23 23 1

24 21 0

25 43 0

26 6 0

27 6 0

28 20 0

29 20 0

30 37 0

31 31 1

32 31 0

33 39 0

34 31 0

35 14 0

36 31 0

37 21 0

38 31 0

39 20 0

40 21 0

41 41 1

42 42 1

43 43 1

44 42 0

45 21 0

10

Lanjutan

Kelas target Kelas output Akurasi

(0/1)

46 11 0

47 47 1

48 20 0

49 21 0

50 21 0

Akurasi rata-rata 20

Pada tabel tersebut terlihat penurunan

akurasi dibandingkan dengan percobaan kasus

sebelumnya. Sistem hanya mampu

mengidentifikasi 10 (sepuluh) citra motif

sehingga akurasi yang didapat dengan nilai

spread 750 (tujuh ratus lima puluh) pada PNN

adalah 20%. Dari kasus pengujian ini, dapat

disimpulkan perubahan sebaran warna karena

variasi citra dapat menurunkan akurasi

pengujian. Sistem tidak mampu

mengidentifikasi citra uji dengan baik.

Perbandingan Akurasi Keempat Jenis Data

Uji

Dari keempat jenis data latih yaitu data

Uji C, R180, B15 dan ZR, akurasi terbaik

didapat pada data latih B15, yakni mencapai

100 %. 50 (lima puluh) citra mampu dikenali

oleh sistem tepat pada kelas yang sama.

Berturut-turut C dan R180, dengan nilai akurasi

masing-masing 80 % dan 60 %. Contoh hasil

identifikasi data Uji C dan R180 bisa dilihat

pada Gambar 11 dan Gambar 12.

Gambar 11 Contoh hasil identifikasi kasus

pengujian C

Gambar 12 Contoh Hasil Identifikasi Kasus

Pengujian R180

Akurasi terendah didapat pada kasus

pengujian ZR. Sistem hanya mampu

mengindentifikasi 10 (Sepuluh) citra motif

dengan akurasi 20 %. Contoh hasil identifikasi

ZR bisa dilihat pada Gambar 13 berikut.

Gambar 13 Contoh hasil identifikasi kasus

pengujian ZR.

Bagan perbandingan keempat jenis

pengujian dapat dilihat pada gambar 14.

Gambar 14 Hasil pengujian data uji

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

C ZR B15 R180

Aku

rasi

(%

)

Jenis data uji

11

Penggunaan wavelet untuk

mengidentifikasi motif dengan kasus uji yang

telah dilakukan, mengakibatkan akurasi

terendah yang didapat 20 % saja. Ada

beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam

menggunakan metode ini. Seperti pada kasus

uji ZR, citra divariasikan dengan membesarkan

gambar dan merotasikannya. Sistem tidak

mampu mengidentifikasi dengan baik,

diakibatkan sistem menganggap perubahan

bentuk yang sangat signifikan dari data latih

yang ada.

Perbandingan Akurasi Pengenalan Kelas

Citra Motif

Dalam kasus pengujian, ada 3 (tiga)

kelas motif yang teridentifikasi sangat baik

antara lain kelas: 21, 31 dan 43, kelas-kelas ini

teridentifikasi 100 % benar, yakni dengan

empat kasus pengujian emua citra

teridentifikasi pada kelas yang diharapkan.

Gambar 15 menunjukkan citra motif yang

teridentifikasi 100% benar.

Gambar 15 Motif yang teridentifikasi 100%.

Berikut kelas-kelas yang teridentifikasi

75 % (3 kasus pengujian benar) antara lain: 3,

4, 6, 8, 11, 17, 23, 25, 26, 29, 30, 32, 33, 34,

35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 47, 49 (Lampiran

4). Kelas yang 50 % benar klasifikasi (2 kasus

pengujian benar) antara lain: 1, 2, 5, 7, 9, 10,

12, 13, 14, 15, 16, 18, 19, 20, 22, 24, 27, 28,

44, 45, 46, 48 dan 50 (Lampiran 5).

Keseluruhan pengujian didapat akurasi 65%.

Bagan hasil penelitian ini dapat dilihat pada

Gambar 16.

Gambar 16 Perbandingan akurasi setiap kelas.

Analisis Pengaruh Data Motif terhadap

Hasil Identifikasi

Arah dan bentuk garis dalam sebuah

motif mengubah hasil identifikasi. Ini terlihat

dalam contoh kelas 15 dan 24, jika dilihat

dengan kasat mata mudah untuk menentukan

hasil uji masuk ke kelas yang dimaksud, tetapi

sistem tidak mampu mengidentifikasinya.

Kelas 15 dan 24 bisa dilihat pada Gambar 17.

Gambar 17 Citra Motif Kelas 15 dan 24

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50

aku

rasi

(%

)

Kelas

12

Dalam kasus uji ZR, pembesaran

sekaligus mengubah arah kontur citra akan

membuat hasil ekstrasi ciri wavelet tidak

mendapatkan komposisi yang baik sehingga

akurasi yang didapat sangatlah kecil membuat

metode ini kurang akurat dalam membaca

sebaran warna.

Namun, dalam kasus R180 wavelet

mampu memberikan akurasi yang cukup baik.

Perlu dipertimbangkan, jika sudut atau arah

citra diubah, sistem masih mampu

mengidentifikasi dengan cukup baik.

Pada kasus uji C, pemotongan beberapa

bagian dari citra ternyata masih mampu

diidentifikasi oleh sistem. Beberapa ciri yang

dibawa ketika proses ekstrasi ternyata masih

dapat diklasifikasi dengan baik oleh sistem.

Perubahan kecerahan citra dalam hal ini

kasus uji B15 sama sekali tidak mempengaruhi

keakuratan. Jadi perubahan kecerahan citra

sangat ditorelir oleh sistem. Metode ini mampu

mengidentifikasi dengan baik citra yang

mengalami perubahan itensitas cahaya dengan

sangat baik.

Perbandingan Akurasi untuk Wavelet Haar

Level 2 dan Level 3

Dalam membandingkan akurasi untuk level

yang berbeda dari sistem ini, penulis

melakukan proses yang sama, namun dengan

mengektrasi semua citra uji dan latih dalam 3

level. Hasil akurasi yang didapat tidak terlalu

signifikan perbedaannya dengan wavelet Haar

level 2. Contoh ekstrasi ciri wavelet Haar level

3 dapat dilihat pada Gambar 18.

Gambar 18 Ekstraksi ciri wavelet level 3

Hasil uji untuk 4 (empat) kasus uji C, ZR,

B15, dan R180 didapat akurasi 64%.

Perbandingan hasil akurasi dapat dilihat pada

Gambar 19.

Gambar 19 Perbandingan akurasi wavelet level

2 dan 3.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil pengujian sistem, dengan 4

(empat) kasus uji coba, identifikasi citra motif

menggunakan wavelet dengan klasifikasi

probabilistic neural network akurasi yang

didapat adalah 65 % untuk wavelet Haar level 2

dan 64% untuk wavelet haar level 3.

Namun ada beberapa kelemahan dalam

perhitungan akurasi, yakni ketika citra motif

mengalami pembesaran dan sekaligus diputar

dengan sudut 900 akurasi yang didapat tidak

begitu baik hanya 20 %. Hal ini disebabkan

vektor ciri dari kelas ZR ini sangat jauh dari

semua vektor ciri data latih, sehingga sistem

kurang mampu mengidentifikasi kelas dengan

kasus ini.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa motif-

motif yang berwarna sederhana dan cenderung

dengan corak yang berulang mudah untuk

diidentifikasi dan mendapatkan akurasi yang

cukup tinggi.

Saran

Untuk penelitian selanjutnya, bisa

dikembangkan untuk hal-hal:

1 Memanfaatkan fitur lain dari citra motif,

seperti sebaran warna.

2 Basis wavelet yang digunakan pada

penelitian hanya wavelet Haar.

Pengembangan selanjutnya dapat

dilakukan perbandingan dengan basis

80

20

100

60

78

18

100

60

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

C ZR B15 R180

Level 2 Level 3

13

wavelet yang lain seperti Coiflets,

Symlets, Bioortogona, dan Daubechies.

3 Perlu dilakukan penelitian untuk

perbandingan hasil klasifikasi dengan

menggunakan metode klasifikasi yang

lain.

DAFTAR PUSTAKA

Albanis, Batchelor. 2000. Using probabilistic

neural network and rule induction

techniques to predict long-term bond

ratings.

http://staff.city.ac.uk/r.a.batchelor/Bondr

aft.pdf [17 Sep 2010].

Cahyaningtias T. 2007. Pengenalan wajah

dengan praproses transformasi wavelet

[Skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut

Pertanian Bogor

Darma P. 2010. Pengenalan Citra Digital.

Yogyakarta: Andi Offset.

Fauset L. 1994. Fundamental of Neural

Networks. New Jersey: Prentice-Hall.

Gusadha AD. 2011. Identifikasi tanaman

aglonema dengan klasifikasi

probabilistik neural networks [skripsi].

Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Institut Pertanian

Bogor.

Gonzales Wood. 1993. Digital Image

Processing. Wangshinton: Addison-

Wesley.

Isa SM, Juwita E. 2007. Aplikasi image

retrieval berdasarkan tekstur dengan

menggunakan transformasi Haar wavelet.

Prosiding Seminar Nasional Sistem dan

Informatika SNSI 06-039. Bali.

Jones C.L, Lonergan G.T., Mainwaring D.E..

1999. Wavelet Packet Computation of

the Hurst Exponent. Swinburne

University of Technology. Melbourne.

[Kemenkumham] Kementerian Hukum dan

Hak Asasi Manusia. 2010. Sekilas

tentang HKI http://dgip.go.id/ebscript/

publicportal.cgi?.ucid=376&ctid=4&typ

e=0&id=139 [5 Juni 2010].

[Oxford] Oxford Dictionaries. 2012.

http://oxforddictionaries.com/definition/

english/motif?q=motif [7 Nov 2012].

Putra ID. 2009. Identifikasi Tanda Tangan

Menggunakan Probabilistic Neural

Networks (PNN) dengan Praproses

Menggunakan Transformasi Wavelet

[skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut

Pertanian Bogor.

Rivai H. 2005. Pengenalan ciri-ciri tekstur

kecacatan kain sutera dengan

menggunakan metode gaussian markov

random field dengan klasifikasi SOM

kohonen [skripsi]. Surabaya: Intitut

Teknologi Sepuluh November.

14

LAMPIRAN

15

Lampiran 1 Kelas Data Latih Motif

Kls

Data Latih

Orisinal rotate 90 perbesar 200 % perbesar 200

%+270 Brightnes (10point) Brightnes (20point) Cropping 1

1

2

3

16

4

5

6

7

Lampiran 1 Lanjutan

17

8

9

10

11

Lampiran 1 Lanjutan

18

12

13

14

15

Lampiran 1 Lanjutan

19

16

17

18

19

Lampiran 1 Lanjutan

20

20

21

22

23

Lampiran 1 Lanjutan

21

24

25

26

27

Lampiran 1 Lanjutan

22

28

29

30

31

Lampiran 1 Lanjutan

23

32

33

34

35

Lampiran 1 Lanjutan

24

36

37

38

39

Lampiran 1 Lanjutan

25

40

41

42

43

Lampiran 1 Lanjutan

26

44

45

46

47

Lampiran 1 Lanjutan

27

48

49

50

Lampiran 1 Lanjutan

28

Lampiran 2 Kelas Data Uji Motif

Kls Cropping Perbesar 200 % +

Rotate 900

Brightness 15 point Rotate 1800

1

2

3

4

5

6

29

7

8

9

10

11

12

Lampiran 2 Lanjutan

30

13

14

15

16

17

18

Lampiran 2 Lanjutan

31

19

20

21

22

23

24

Lampiran 2 Lanjutan

32

25

26

27

28

29

30

Lampiran 2 Lanjutan

33

31

32

33

34

35

36

Lampiran 2 Lanjutan

34

37

38

39

40

41

42

Lampiran 2 Lanjutan

35

43

44

45

46

47

48

Lampiran 2 Lanjutan

36

49

50

Lampiran 2 Lanjutan

37

Lampiran 3 Hasil Pengujian Citra Motif Akurasi 100 %

21

31

43

Lampiran 4 Hasil Pengujian Citra Motif Akurasi 75 %

3

4

6

8

11

17

23

25

26

29

30

32

38

33

34

35

36

37

38

39

40

41

42

47

49

Lampiran 4 Lanjutan

39

Lampiran 5 Hasil Pengujian Citra Motif Akurasi 50 %

1

2

5

7

9

10

12

13

14

15

16

18

19

20

22

24

27

28

40

44

45

46

48

50

Lampiran 5 Lanjutan

41

Lampiran 6 Pemodelan pengujian identifikasi motif dengan sistem