identifikasi mikroplastik di perairan bangsring-jawa...

47
IDENTIFIKASI MIKROPLASTIK DI PERAIRAN BANGSRING-JAWA TIMUR SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Kelautan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Oleh: NUR AKHMAD TRI AJI NIM. 125080601111023 PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG NOVEMBER, 2017

Upload: others

Post on 20-Oct-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • IDENTIFIKASI MIKROPLASTIK DI PERAIRAN BANGSRING-JAWA TIMUR

    SKRIPSI

    Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Kelautan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

    Universitas Brawijaya

    Oleh:

    NUR AKHMAD TRI AJI NIM. 125080601111023

    PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN

    FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    MALANG NOVEMBER, 2017

  • IDENTIFIKASI MIKROPLASTIK DI PERAIRAN BANGSRING-JAWA TIMUR

    SKRIPSI

    Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Kelautan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

    Universitas Brawijaya

    Oleh:

    NUR AKHMAD TRI AJI 125080601111023

    PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN

    FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    MALANG NOVEMBER, 2017

  • SKRIPSI

    IDENTIFIKASI MIKROPLASTIK DI PERAIRAN BANGSRING-JAWA TIMUR

    Oleh: Nur Akhmad Tri Aji

    NIM. 125080601111023

    telah dipertahankan di depan penguji pada tanggal 19 Desember 2017

    dan dinyatakan telah memenuhi syarat

    Menyetujui,

    Dosen Pembimbing 1 Dosen Pembimbing 2

    (Feni Iranawati, S.Pi., M.Si., PhD) (Muliawati Handayani, S.Pi., M.Si)

    NIP. 19801005 200501 1 002 NIK. 201309 881005 2 001

    Tanggal : Tanggal :

    Mengetahui,

    Sekertaris Jurusan PSPK

    (Oktiyas Muzaky Luthfi, ST., M.Sc)

    NIP. 19791031 200801 1 007

    Tanggal :

  • DAFTAR KOMISI PENGUJI

    Judul : IDENTIFIKASI MIKROPLASTIK DI PERAIRAN

    BANGSRING-JAWA TIMUR

    Nama Mahasiswa : NUR AKHMAD TRI AJI

    NIM : 125080601111023

    Program Studi : Ilmu Kelautan

    PENGUJI PEMBIMBING:

    Pembimbing 1 : Feni Iranawati, S.Pi., M.Si., PhD

    Pembimbing 2 : Muliawati Handayani, S.Pi., M.Si

    PENGUJI BUKAN PEMBIMBING:

    Dosen Penguji 1 : Defri Yona, S.Pi., M.Sc. Stud., D.Sc

    Dosen Penguji 2 : Andik Isdianto, ST., MT

    Tanggal Ujian : 19 Desember 2017

  • PERNYATAAN ORISINALITAS

    Dengan ini saya bertanggung jawab dan menyatakan bahwa dalam skripsi

    yang saya tulis dengan judul “Identifikasi Mikroplastik Di Perairan Bangsring-Jawa Timur” merupakan benar-benar hasil karya dan pemikiran saya sendiri. Sepanjang penulisan laporan skripsi ini sepengetahuan saya tidak terdapat tulisan, pendapat atau karya orang lain yang pernah diterbitkan oleh instansi atau orang lain kecuali yang tertulis dalam laporan ini dalam daftar pustaka.

    Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibutikan bahwa laporan skripsi ini merupakan hasil plagiasi, maka saya siap dan bersedia menerima segala konsekuensi dan sanksi atas perbuatan tersebut yang sesuai dengan hokum yang berlaku di Indonesia.

    Malang, 22 September 2017 Penulis

  • UCAPAN TERIMAKASIH

    Penulis menyampaikan ucapan terimakasih sebesar-besarnya kepada:

    1. Allah SWT atas Rahmat dan Ridho-Nya, serta Rasullullah Muhammad

    yang telah membawa umat manusia ke zaman yang penuh cahaya ilmu.

    2. Kedua orangtua penulis yang setiap waktu mendo’akan serta senantiasa

    memberikan dukungan moril dan materiil selama perkuliahan hingga

    dapat terselesaikan laporan ini.

    3. Ibu Feni Iranawati, S. Pi., M. Si., PhD dan Ibu Muliawati, S. Pi., M. Si selaku

    pembimbing yang telah dengan sabar memberikan arahan, masukan yang sangat

    bermanfaat mulai dari penyusunan proposal hingga terselesaikannya laporan akhir

    ini.

    4. Ibu Defri Yona, S.Pi., M.Sc.stud., D.Sc dan Bapak Andik Isdianto, ST., MT

    selaku penguji yang telah berkenan memberikan kritik dan masukan yang sangat

    membantu dalam penyempurnaan laporan akhir ini.

    5. Saudara Ade Trisna Susanto, S.Kel. yang telah banyak membantu dalam

    proses pengambilan data selama di lapang.

    6. Rekan-rekan mahasiswa Ilmu Kelautan angkatan 2012 sebagai partner

    sharing ilmu yang bermanfaat selama perkuliahan dan penyusunan laporan akhir.

    7. Pihak-pihak yang telah membantu proses penelitian hingga penyusunan

    laporan akhir yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

  • KATA PENGANTAR

    Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta

    karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis berhasil menyelesaikan

    penyusunan laporan skripsi yang berjudul “Identifikasi Mikroplastik Di Perairan

    Bangsring-Jawa Timur”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat meraih gelar

    Sarjana Perikanan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya.

    Penulis menyadari bahwa laporan skripsi ini masih jauh dari sempurna,

    oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang

    bersifat membangun agar tulisan ini dapat bermanfaat bagi pihak yang

    membutuhkan.

    Malang, 22 Agustus 2017

    Penulis

  • RINGKASAN

    NUR AKHMAD TRI AJI. 125080601111023. Identifikasi Mikroplastik Di Perairan

    Bangsring-Jawa Timur. Di bawah bimbingan Feni Iranawati, S. Pi., M. Si., PhD

    dan Muliawati, S. Pi., M. Si.

    Sampah merupakan masalah bagi masyarakat diseluruh dunia, baik sampah yang berasal dari daratan maupun laut. Sampah laut merupakan buangan dari makhluk hidup yang berbentuk benda padat dan masuk ke dalam lingkungan air laut baik secara sengaja maupun secara tidak sengaja. Setiap hari sampah masuk ke dalam laut, dan sampah yang dominan adalah sampah jenis plastik sehingga akumulasi dari sampah makro dan mikro - plastik secara konsisten meningkat di pantai dan dalam sedimen. Berbagai proses menyebabkan transformasi makroplastik menjadi mikroplastik (ukuran partikel < 5mm).

    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi jenis mikroplastik pada perairan Pantai Bangsring, Kabupaten Banyuwangi dan Membandingkan mikroplastik pada perairan dan sedimen di Pantai Bangsring, Kabupaten Banyuwangi.Metode penelitian yang digunakan berupa metode deskriptif analitis dengan pendekatan uji statistik korelasi pearson. Data yang dipergunakan berupa data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari pengukuran dan pengambilan sampel di lapang berupa sampel air dan sedimen pada Pantai Bangsring serta arusnya untuk kemudian akan di olah lebih lanjut pada laboratorium, sedangkan data sekunder berupa studi literatur jurnal.

    Hasil analisis mikroplastik pada perairan dan sedimen Pantai Bangsring ditemukan jenis mikroplastik yang beragam, mulai dari film, filamen, fragmen, granule, foams. Presentase mikroplastik paling dominan baik di perairan maupun sedimen sama yaitu berupa jenis filamen dan fragmen. Hal ini diduga karena pengaruh arus, densitas dan angin musim. Jumlah mikroplastik pada perairan dan sedimen menunjukkan adanya hubungan korelasi yang signifikan sebesar 0,018 yang berarti adanya pengaruh antara jumlah mikroplastik di perairan dengan sedimen.

  • DAFTAR ISI

    Halaman PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................................................. 2 UCAPAN TERIMAKASIH............................................................................................ 6 KATA PENGANTAR ................................................................................................... 7 RINGKASAN .............................................................................................................. 8 DAFTAR ISI ................................................................................................................ 9 DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... 10 DAFTAR TABEL ....................................................................................................... 11 1. PENDAHULUAN...................................................... Error! Bookmark not defined.

    1. 1. Latar Belakang ................................................. Error! Bookmark not defined. 1. 2. Rumusan Masalah ........................................... Error! Bookmark not defined. 1. 3. Tujuan .............................................................. Error! Bookmark not defined. 1. 4. Manfaat ............................................................ Error! Bookmark not defined.

    2. TINJAUAN PUSTAKA ............................................. Error! Bookmark not defined. 2. 1. Pantai Bangsring .............................................. Error! Bookmark not defined. 2. 2. Mikroplastik ...................................................... Error! Bookmark not defined. 2. 3. Jenis Mikroplastik ............................................. Error! Bookmark not defined. 2. 4. Faktor Oseanografi........................................... Error! Bookmark not defined. 2. 5. Bahaya dan Dampak Mikroplastik .................... Error! Bookmark not defined. 2. 6. Proses Terbentuknya Mikroplastik .................... Error! Bookmark not defined.

    3. METODOLOGI PENELITIAN ................................... Error! Bookmark not defined. 3. 1. Tempat dan Waktu Penelitian .......................... Error! Bookmark not defined. 3. 2. Alat dan Bahan ................................................. Error! Bookmark not defined. 3. 3. Metode Penelitian ............................................ Error! Bookmark not defined.

    3. 3. 1. Teknik Pengambilan Data...............................Error! Bookmark not defined. 3. 3. 2. Diagram alur penelitian ...................................Error! Bookmark not defined.

    4. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................... Error! Bookmark not defined. 4. 1. Hasil dan Analisis Data Mikroplastik ................. Error! Bookmark not defined.

    4. 1. 1. Perairan .............................................................Error! Bookmark not defined. 4. 1. 2. Sedimen ............................................................Error! Bookmark not defined. 4. 1. 3. Hubungan Mikroplastik Antara Perairan dan SedimenError! Bookmark

    not defined. 5. KESIMPULAN DAN SARAN .................................... Error! Bookmark not defined.

    5. 1. Kesimpulan ...................................................... Error! Bookmark not defined. 5. 2. Saran ............................................................... Error! Bookmark not defined.

    DAFTAR PUSTAKA ..................................................... Error! Bookmark not defined. LAMPIRAN .................................................................. Error! Bookmark not defined.

  • DAFTAR GAMBAR

    Gambar Halaman

    1. Lokasi penelitian. ...................................................................Error! Bookmark not defined.

    2. Transek pada sedimen pada satu stasiun. ........................Error! Bookmark not defined.

    3. Tahapan pengolahan sampel mikroplastik pada sedimentError! Bookmark not

    defined.

    4. (a) fiber, (b) fragmen dan (c) film dengan perbesaran 25 kaliError! Bookmark not

    defined.

    5. Diagram alur penelitian .........................................................Error! Bookmark not defined.

    6. Pergerakan arah arus pada pantai bangsring saat sampling.Error! Bookmark not

    defined.

    7. Mikroplastik berbentuk film yang ditemukan di air ............Error! Bookmark not defined.

    8. Mikroplastik berbentuk filamen yang ditemukan di air .....Error! Bookmark not defined.

    9. Mikroplastik berbentuk fragmen yang ditemukan di air ...Error! Bookmark not defined.

    10. Mikroplastik berbentuk granule yang ditemukan di air ...Error! Bookmark not defined.

    11. Grafik presentase perbandingan tiap jenis mikroplastik di perairanError! Bookmark

    not defined.

    12. Mikroplastik berbentuk film yang ditemukan di sedimenError! Bookmark not defined.

    13. Mikroplastik berbentuk filamen yang ditemukan di sedimenError! Bookmark not

    defined.

    14. Mikroplastik berbentuk fragmen yang ditemukan di sedimenError! Bookmark not

    defined.

    15. Mikroplastik berbentuk granule yang ditemukan di sedimenError! Bookmark not

    defined.

    16. Mikroplastik berbentuk foams yang ditemukan di sedimenError! Bookmark not

    defined.

    17. Grafik presentase perbandingan tiap jenis mikroplastik di sedimen.Error! Bookmark

    not defined.

    18. Trend grafik perbandingan mikroplastik ...........................Error! Bookmark not defined.

    19. Arah arus pada musim yang berbeda .............................Error! Bookmark not defined.

    file:///E:/Skripsi%20Aji/skripsi.docx%23_Toc498329326file:///E:/Skripsi%20Aji/skripsi.docx%23_Toc498329327

  • DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman

    1. Waktu degradasi plastik ........................................... Error! Bookmark not defined. 2. Peralatan yang digunakan selama penelitian. .......... Error! Bookmark not defined. 3. Bahan-bahan yang digunakan selama penelitian. .... Error! Bookmark not defined. 4. Hasil identifikasi dan kelimpahan mikroplastik pada perairanError! Bookmark not

    defined. 5. Hasil identifikasi dan kelimpahan mikroplastik pada sedimenError! Bookmark not

    defined. 6. Densitas dari masing-masing jenis mikroplastik ....... Error! Bookmark not defined.

  • 1. PENDAHULUAN

    1. 1. Latar Belakang

    Sampah merupakan masalah bagi masyarakat di seluruh dunia, baik

    sampah yang berasal dari daratan maupun laut. Sampah laut merupakan buangan

    dari makhluk hidup yang berbentuk benda padat dan masuk kedalam lingkungan

    air laut baik secara sengaja maupun secara tidak sengaja. Setiap hari sampah

    masuk ke dalam laut, dan sampah yang dominan adalah sampah jenis plastik

    sehingga akumulasi dari sampah makro dan mikro - plastik secara konsisten

    meningkat di pantai dan dalam sedimen selama empat dekade terakhir (Thompson

    et al., 2004). Salah satu jenis sampah yang paling banyak terdapat di wilayah

    daratan dan lautan adalah sampah plastik. Hal tersebut sesuai dengan CBD

    (2012) yang mengemukakan bahwa plastik merupakan tipe sampah laut dominan.

    Sampah laut (marine debris) menurut NOAA (2013), dapat didefinisikan sebagai

    benda padat, diproduksi atau diproses oleh manusia, secara langsung atau tidak

    langsung, sengaja atau tidak sengaja, dibuang atau ditinggalkan di dalam

    lingkungan laut. Cauwenberghe et al. (2013) memperkirakan bahwa 10% dari

    semua plastik yang baru diproduksi akan dibuang melalui sungai dan berakhir di

    laut. Potensi dampak sampah laut secara kimia cenderung meningkat seiring

    menurunnya ukuran partikel plastik (mikroplastik), sedangkan efek secara fisik

    meningkat seiring meningkatnya ukuran makrodebris (UNEP, 2011).

    Tipe sampah laut di antaranya plastik, kain, busa, styrofoam (untuk

    selanjutnya disebut gabus), kaca, keramik, logam, kertas, karet, dan kayu.

    Kategori ukuran digunakan untuk mengklasifikasikan marine debris, yaitu

    megadebris (> 100 mm), makrodebris (> 20-100 mm), mesodebris (> 5-20 mm),

    dan mikrodebris (0.3-5 mm) (Crawford dan Quinn, 2017). Cauwenberghe et al.

  • (2013) memperkirakan bahwa 10% dari semua plastik yang baru diproduksi akan

    dibuang melalui sungai dan berakhir di laut. Penelitian ini berfokus pada jenis

    mikroplastik (

  • kawasan ini, dimana masyarakat di sekitar Pantai Bangsring kebanyakan adalah

    nelayan ikan hias dan menggantungkan hidupnya pada keberadaan ekosistem

    laut yang ada di kawasan tersebut. Ditambah lagi, kawasan ini juga dibuka secara

    umum sebagai kawasan ekowisata bahari sejak bulan Agustus 2014. Melihat

    potensi yang dimilikinya, maka diperlukan penelitian tentang ekosistem laut yang

    ada di kawasan tersebut untuk mengetahui kondisi perairan yang ada di kawasan

    ini.

    Pantai Bangsring sekarang ini merupakan salah satu daerah yang

    mempunyai potensi perikanan dan kelautan yang dimanfaatkan oleh masyarakat

    sekitar, dengan adanya fenomena sampah laut berupa mikroplastik, maka akan

    menimbulkan keresahan di masyarakat dengan keberadaan sampah yang telah

    mencemari wilayah pesisir dan laut. Selain itu, data penelitian terutama di

    pencemaran laut mikroplastik masih jarang, sedangkan Indonesia adalah salah

    satu negara penghasil sampah plastik terbanyak di dunia dari 20 negara (Jambeck

    et al., 2015). Disamping itu, belum adanya informasi awal tentang mikroplastik di

    wilayah ini merupakan salah satu kendala mengelola potensi perikanan dan

    kelautan yang berbasis ramah lingkungan. Berdasarkan hal tersebut, perlu

    dilakukan suatu kajian untuk mengidentifikasi mikroplastik pada sedimen dan

    permukaan perairan di wilayah Pantai Bangsring. Adapun tujuan dari penelitian ini

    adalah untuk mengetahui, membandingkan dan mengidentifikasi jenis-jenis

    mikroplastik serta mengetahui kelimpahan mikroplastik berdasarkan jenisnya pada

    masing-masing kawasan yang berbeda. Diharapkan dari hasil identifikasi nantinya

    akan bisa dilihat tingkat kerentanan suatu ekosistem terhadap pencemaran

    mikroplastik serta dampaknya terhadap biota kedepannya.

    1. 2. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan adapun rumusan masalah

    dalam penelitian ini yaitu bagaimana kelimpahan serta apa saja jenis dari

  • mikroplastik pada perairan Pantai Bangsring, Kabupaten Banyuwangi dan

    darimana asal sumber mikroplastik pada perairan Bangsring, Kabupaten

    Banyuwangi.

    1. 3. Tujuan

    Tujuan dalam penelitian ini adalah:

    1. Mengidentifikasi jenis mikroplastik pada perairan Pantai Bangsring,

    Kabupaten Banyuwangi.

    2. Membandingkan jumlah mikroplastik pada perairan dan sedimen di Pantai

    Bangsring, Kabupaten Banyuwangi.

    1. 4. Manfaat

    Kegunaan dari Penelitian ini yaitu dapat dijadikan sebagai sumber

    informasi keilmuan dasar untuk referensi tentang mikroplastik.

  • 2. TINJAUAN PUSTAKA

    2. 1. Pantai Bangsring

    Pantai Bangsring adalah pantai yang berada di ujung timur Pulau Jawa,

    tepatnya terletak di Desa Bangsring, Kecamatan Wongsorejo, Kabupaten

    Banyuwangi. Pantai ini berjarak sekitar 10 km utara Pelabuhan Ketapang dan 15

    km selatan Taman Nasional Baluran. Pantai Bangsring memiliki garis pantai

    sepanjang 596 meter dimulai dari -8.049611°N dan 114.430222°E di utara hingga

    -8.054747°N dan 114.431086°E di selatan. Pantai Bangsring merupakan kawasan

    konservasi terumbu karang yang memiliki status sebagai kawasan perlindungan

    laut (Marine protected area) (Andrimida, 2015). Kawasan perlindungan laut di

    Pantai Bangsring ditetapkan melalui PERDES Bangsring No. 2 Tahun 2009

    tentang Zona Perlindungan Bersama (ZPB). Kawasan ini memiliki zona inti seluas

    1 Ha pada koordinat -8.052000°N dan 114.431722°E dengan zona pendukung

    seluas 12 ha yang berada disekitarnya, sehingga keseluruhan ZPB memiliki luas

    total sekitar 13 ha. Pantai Bangsring adalah pantai yang dimanfaatkan untuk

    kegiatan ekowisata. Namun, pantai ini memiliki sejarah sebagai pantai tempat

    nelayan setempat mencari ikan hias karena mayoritas nelayan di Desa Bangsring

    berprofesi sebagai nelayan ikan hias. Kegiatan penangkapan ikan hias di Pantai

    Bangsring mulai berkurang semenjak pantai ini dijadikan sebagai tempat wisata.

    Para nelayan yang melakukan kegiatan penangkapan umumnya akan bekerja

    diluar Zona Perlindungan Bersama (ZPB), seperti di Watu Dodol, Kampe,

    Bengkak, hingga ke Pulau Tabuhan. Begitu pula halnya dengan kegiatan

    penangkapan ikan konsumsi (Andrimida, 2015).

    Keanekaragaman sumber daya ikan di Pantai Bangsring menjadi daya tarik

    wisata tersendiri bagi wisatawan yang mengunjungi pantai ini. Pantai Bangsring

    memiliki ekosistem terumbu karang dengan kondisi yang cukup baik, dimana hasil

  • monitoring bulan Januari 2015 menunjukkan penutupan karang hidup di Pantai

    bangsring mencapai 38,33% (30% karang keras dan 8,33% karang lunak). Pantai

    Bangsring juga kaya akan keanekaragaman jenis ikan karang, invertebrata laut,

    dan penyu. Disamping itu, Pantai Bangsring juga seringkali disinggahi oleh

    bermacam jenis burung laut. Selain keanekaragaman biotanya, Pantai Bangsring

    juga dikenal dengan pemandangan matahari terbitnya.

    2. 2. Mikroplastik

    Mikroplastik merupakan salah satu sampah yang hanya dapat dilihat

    menggunakan mikroskop. Mikroplastik berukuran sangat kecil. Sampah tersebut

    sangat berbahaya karena bisa menyerupai fitoplankton dan menjadi makanan ikan

    kecil. Jika dikonsumsi oleh ikan kecil, maka itu akan menggangu rantai makanan.

    Karena ikan kecil akan dimakan oleh ikan lebih besar, dan pada akhirnya akan

    dimakan oleh manusia. Hasil uji laboratorium menunjukkan bahwa mikroplastik

    dapat di makan oleh organisme laut ketika salah satu partikel dari mikroplastik

    dapat menyerupai makanan (Browne et al., 2008). Oleh karena itu sampah plastik

    membahayakan keberlangsungan hidup biota laut yang saat ini, termasuk biota

    laut yang berstatus langka seperti penyu. Ditemukan bahwa penyu sering

    memakan plastik yang wujudnya mirip ubur-ubur saat mengambang di permukaan

    laut. Menurut Browne et al. (2008), menjelaskan bahwa mikroplastik berbahaya

    apabila dikonsumsi oleh satwa laut, yang kemudian di makan manusia, sebab

    unsur mikroplastik disinyalir bisa hidup di sel-sel satwa laut hingga berbulan-bulan

    setelahnya. Selain berdampak pada biota laut mikroplastik berbahaya bagi

    kawasan pesisir (misalnya ekosistem mangrove, lamun dan terumbu karang).

    Sampah di daerah pesisir merupakan salah satu permasalahan kompleks yang

    dihadapi oleh suatu daerah yang berada dekat dengan pantai atau pesisir, apapun

    jenis sampah yang ada di lautan akan sangat mengganggu untuk kehidupan

    manusia, termasuk untuk wisata bahari yang sedang berkembang pesat saat ini.

  • Cauwenberghe et al. (2013) memperkirakan bahwa 10% dari semua plastik yang

    baru diproduksi akan dibuang melalui sungai dan berakhir di laut. Secara umum,

    mikroplastik dibagi menjadi 2 kategori yaitu yang diproduksi secara sengaja

    (misalnya microbeads, pellet produksi plastik) yang biasa disebut sebagai

    mikroplastik primer, sedangkan mikroplastik hasil dari degradasi (misalnya serat)

    disebut mikroplastik sekunder (Cole et al., 2011). Waktu yang dibutuhkan untuk

    makroplastik terdegradasi menjadi mikroplastik dapat dilihat pada Tabel 1 di

    bawah ini.

    Tabel 1. Waktu degradasi plastik (DEPA, 2015).

    Material Waktu terdegradasi

    Kantong plastik 1-1000 tahun

    Botol plastik 100-1000 tahun

    Serat kain sintetis 500 tahun

    Foams 50 tahun

    Benang jaring 600 tahun

    Polistirena 100-1000 tahun

    2. 3. Jenis Mikroplastik

    Produksi plastik pertama kali sudah ada sejak tahun 1950-an dan terus

    meningkat seiring dengan bertambahnya permintaan plastik yang digunakan untuk

    membungkus benda-benda atau makanan. Menurut Yuliani (2009), secara garis

    besar ada dua kelas utama: termoplastik dan termoset. Termoplastik contoh

    umumnya termasuk polyethylene (PE, tinggi dan rendah density), polyethylene

    terephthalate (PET), polypropylene (PP), polyvinyl chloride (PVC) dan polistirena

    (PS, termasuk EPS diperluas). Termoset bahan plastik adalah plastik sekali

    terbentuk, tidak dapat dibentuk ulang dengan pelelehan. Contoh umum termasuk

    polyurethane (PUR) dan epoxyresin atau pelapis. Plastik umumnya diproduksi dari

    bahan bakar fosil, tetapi biomassa (misalnya jagung, minyak tumbuhan) semakin

    banyak digunakan. Setelah polimer disintesis, materi properti akan sama apa pun

    jenis bahan baku yang digunakan.

  • 2. 4. Faktor Oseanografi

    Salah satu faktor masuknya sampah ke dalam laut adalah arus, karena

    arus adalah proses pergerakan massa air menuju kesetimbangan yang

    menyebabkan perpindahan horizontal dan vertikal massa air (Marpaung, 2014).

    Arus merupakan pergerakan massa air laut yang diakibatkan oleh adanya tiupan

    angin yang berhembus di permukaan air laut atau dapat juga disebabkan oleh

    gerakan

    gelombang yang panjang atau disebabkan oleh pasang surut (Sudarto, 1993).

    Gerakan tersebut merupakan resultan dari beberapa gaya yang bekerja dan

    beberapa faktor yang mempengaruhinya. Arus laut (sea current) adalah gerakan

    massa air laut dari satu tempat ke tempat lain baik secara vertikal (gerak ke atas)

    maupun secara horizontal (gerakan ke samping). Sehingga sampah yang berada

    dipinggir pantai terbawa oleh arus dan masuk ke dalam laut, hal ini sesuai

    dengan apa yang di katakan Sugianto dan Agus (2007), bahwa arus

    merupakan suatu peristiwa pergerakan massa air yang dipengaruhi oleh

    tegangan permukaan, salinitas, angin, dan beberapa faktor lainnya atau

    perpindahan massa air secara horizontal maupun secara vertikal.

    Menurut Mariska (2007), berdasarkan kecepatan arusnya maka perairan dapat

    dikelompokkan menjadi berarus sangat cepat (> 1 m/s), cepat (0,5 -1 m/s),

    sedang (0,25 – 0,5 m/s), lambat (0,01 – 0,25 m/s) dan sangat lambat (< 0,01

    m/s).

    2. 5. Bahaya dan Dampak Mikroplastik

    Plastik terbuat dari material hidrofobik sehingga bahan pencemar

    terkonsentrasi di permukaannya dan mikroplastik bertindak sebagai reservoir

    bahan kimia toksik di lingkungan (Ivar do Sul dan Costa, 2013). Logam berat

    seperti Cd, Co, Cr, Cu, Ni, dan Pb dapat menempel pada plastik pelet dengan

    dipengaruhi oleh pH dan salinitas. Kemampuan Cd, Co, Ni, dan Pb menempel

  • pada plastik pelet dapat meningkat seiring dengan meningkatnya pH dan

    menurunnya salinitas, namun sebaliknya, kemampuan Cr menempel pada plastik

    pelet dapat menurun. Selain itu, kemampuan Cu menempel pada plastik pelet

    tidak dapat dibuktikan dengan variabel pH dan salinitas (Holmes, 2013).

    Plastik mengandung kontaminan organik, termasuk polychlorinated biphenyl

    (PCBs), polycyclic aromatic hydrocarbon (PAH), petroleum hydrocarbon,

    organochlorine pesticides, polybrominated diphenylethers, alkylphenol, dan

    bisphenol yang menyebabkan efek kronis seperti gangguan endokrin pada biota

    perairan (Teuten et al., 2009). Ancaman terhadap spesies adalah terabsorbsinya

    PCB melalui sistem pencernaan (Derraik, 2002). Kontaminan yang mampu

    bertahan dan terakumulasi melalui rantai makanan dapat membahayakan

    kesehatan manusia. Mamalia laut, burung, ikan, dan penyu menerima dampak

    pencemaran sampah laut. Kelompok hewan yang terkena dampak terbesar dari

    sampah laut adalah mamalia. Partikel debris juga berdampak terhadap sistem

    pencernaan sponge, cnidaria, cacing, laba-laba laut, krustase, moluska, bryozoa,

    echinodermata, ascidians, alga, lamun, dan plankton (STAP, 2011).

    Sampah laut memberikan dampak terhadap kehidupan melalui lima

    mekanisme, yaitu (1) melalui sistem pencernaan dan terperangkapnya biota, (2)

    terakumulasi dan menyebar ke wilayah lain, bersifat toksik, bioavailability, dan

    memberikan dampak melalui rantai makanan, (3) sebagai vektor spesies invasif,

    (4) berdampak terhadap habitat dan kehidupan dasar laut, dan (5) berdampak

    secara ekonomi (Stevenson, 2011 ). Plastik merupakan vektor dalam penyebaran

    mikroalga penyebab blooming (Maso et al., 2003) dan logam berat (Holmes,

    2013).

    2. 6. Proses Terbentuknya Mikroplastik

    Produk-produk barang konsumsi dengan kemasan plastik cenderung terus

    meningkat seiring dengan semakin meningkatnya konsumsi dan daya beli

  • masyarakat. Pada umumnya, industri makanan dan minuman menggunakan

    kemasan plastik sebagai pembungkus karena ringan, fleksibel, praktis dan

    harganya relatif murah. Kondisi ini diperburuk dengan kenyataan bahwa plastik-

    plastik yang digunakan sebagai pembungkus adalah plastik yang tidak bisa

    diuraikan oleh jazad renik (nonbiodegradable). Oleh karena itu, sisa plastik

    pembungkus akan menjadi limbah yang berpotensi mencemari tanah dan perairan

    di Indonesia dan mengancam kehidupan tanaman, hewan dan bahkan manusia.

    Umur plastik sangat lama dan cenderung sulit terdegradasi, begitu berada di laut,

    proses mekanis dan biologis membuat plastik pecah dan berubah ukuranya

    menjadi mikroplastik (20 mm), kemudian seiring dengan dinamika

    di laut akan berubah menjadi mesodebris (2-20 mm) dan akhirnya berubah

    menjadi serpihan mikroplasik (

  • 3. METODOLOGI PENELITIAN

    3. 1. Tempat dan Waktu Penelitian

    Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Februari – Agustus

    2017, dimana tempat penelitian yang dikaji adalah Pantai Bangsring, kabupaten

    Banyuwangi. Menentukan lokasi sampling mikroplastik berdasarkan pada

    observasi lapangan dan memperhatikan keterwakilan dari lokasi penelitian.

    Pengambilan sampel mikroplastik pada sedimen dan perairan dilakukan dengan 3

    kali pengulangan masing-masing lokasi, dimana jarak antara perairan dan darat

    ±100m dengan panjang jalur pengambilan sampel masing-masing sejauh ±100m

    Gambar 1. Penentuan titik lokasi menggunakan GPS (Global Positioning System).

    Gambar 1. Lokasi penelitian.

  • 3. 2. Alat dan Bahan

    Alat – alat yang digunakan dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 2 di

    bawah ini.

    Tabel 1. Peralatan yang digunakan selama penelitian.

    No Alat Kegunaan

    1. Laptop Lenovo G40 Untuk mengolah data

    2. Plankton net PN63 ukuran 63 µm Untuk menyaring mikroplastik

    3. Botol kaca 500ml Untuk wadah sampel

    4. Transek 1x1 meter Sebagai titik pengambilan sampel

    5. Salinometer digital merk atago tipe

    06S

    Untuk megukur salinitas pada

    perairan

    6. Ayakan ukuran 0,600 mm Untuk menyaring sampel

    7. Oven memmert Untuk mengeringkan sampel

    8. Beaker glass Sebagai wadah untuk sampel

    9. Mikroskop monokuler merk micros-

    austria

    Untuk mengamati sampel

    10. Handy GPSmap garmin tipe 76CS x Untuk mengetahui posisi

    pengambilan sampel

    11. Kamera smarphone oppo Untuk dokumentasi penelitian

    12. Microsoft Word 2013 Untuk penyusunan laporan

    penelitian

    Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdapat pada

    Tabel 3 di bawah ini.

    Tabel 2. Bahan-bahan yang digunakan selama penelitian.

    No Bahan Kegunaan

    1. Larutan NaCl jenuh Untuk memisahkan sampel berdasarkan

    densitasnya

    2. Kertas Saring whatman no. 41

    ukuran pori-pori 20-25µm

    Untuk menyaring sampel cair

    3. 3. Metode Penelitian

    Menurut Suryana (2010), metode penelitian merupakan langkah – langkah

    sistematis atau prosedur untuk mendapatkan pengetahuan. Langkah langkah

  • sistematis tersebut meliputi, mengidentifikasi dan merumuskan masalah,

    menyusun kerangka pemikiran, merumuskan hipotesis, menguji hipotesis dan

    menarik kesimpulan. Metode penelitian dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu

    metode eksperimen, metode studi kasus, metode historis, metode deskriptif dan

    metode lainnya.

    Pada penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif,

    dimana menggunakan hasil pengolahan data untuk dianalisis kejadian yang ada.

    Untuk kemudian selanjutnya dilakukan analisis statistik korelasi pearson untuk

    mengetahui hubungan antara mikroplastik di perairan dengan sedimen pada

    Pantai Bangsring. Menurut Setyosari (2010), bahwa penelitian deskriptif adalah

    penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan suatu

    keadaan, peristiwa, objek, atau segala sesuatu yang terkait dengan variable –

    variebel yang bisa dijelaskan baik dengan angka – angka maupun kata – kata.

    3. 3. 1. Teknik Pengambilan Data

    Pada penelitian ini, data yang digunakan meliputi data primer dan data

    sekunder, yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

    3. 3. 1. 1. Data Primer

    Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dengan

    mengamati langsung terhadap obyek yang diselidiki, baik dalam situasi yang

    sebenarnya maupun dalam situasi buatan yang khusus diadakan (Rokhmana,

    2012). Pengumpulan data primer dilakukan dengan pengukuran data secara

    langsung atau in situ.

    Penelitian in situ mengenai mikroplastik pada permukaan perairan dan

    pada sedimen dilakukan dengan pengambilan sampel dilapang secara langsung

    (in situ) menggunakan plankton net untuk diperairan saja dengan mesh size 63

    microns (Stolte et al., 2015). Plankton net berdiameter 52 cm dengan panjang

    jaring 150 cm, selanjutnya plankton net di tarik di permukaan perairan sejauh 100

  • m secara horizontal dengan setengah dari pembukaan bersih terendam untuk

    mengumpulkan partikel mengambang dengan 5 kali pengulangan di setiap stasiun

    dengan masing-masing pengulangan tiap stasiun di ambil 500 ml (Hidalgo-Ruz et

    al., 2012). Sample yang sudah didapat di pindahkan ke laboratorium untuk

    kemudian diolah kembali. Adapun untuk pengukuran volume air yang tersaring

    plankton net, menggunakan rumus volume tabung sebagai berikut:

    V = 1/2πr2t

    Keterangan:

    V = Volume air tersaring (m3)

    Π = phi

    r = jari-jari (m)

    t = Tinggi / Panjang jaring di tarik (m)

    Tahap pemisahan mikroplastik pada sampel perairan dengan cara

    penyaringan sampel cair secara langsung menggunakan kertas whatman nomor

    41 dengan pori-pori 20-25 µm untuk kemudian di identifikasi dan dihitung dibawah

    mikroskop (Crawford dan Quinn, 2017).

    Pengambilan sampel in situ pada sedimen dilakukan dengan

    menggunakan sendok besi dengan kedalaman sampai 5 cm dengan 5 kali

    pengulangan di setiap stasiun dengan panjang garis untuk pengambilan sampel

    sejauh 100 m dengan tiap 20 m dibuat transek 1x1 m (Besley et al., 2016).

    Pengambilan sampel menggunakan sendok besi dilakukan secara acak pada

    transek 1x1 m di batas pasang surut dengan jumlah sampel sedimen yang diambil

    sebanyak 500gr dari masing-masing transek, skema transek dapat dilihat pada

    Gambar 2 di bawah.

  • Gambar 2. Transek pada sedimen pada satu stasiun.

    Pemisahan partikel mikroplastik dari sedimen dan perairan dilakukan

    secara ex situ pada laboratorium dengan beberapa tahap yaitu (a) pengeringan,

    (b) pengurangan volume, (c) pemisahan densitas, (d) penyaringan, dan (e)

    pemilahan secara visual. Pengeringan dilakukan dengan oven pada suhu 105o C

    selama 72 jam. Tahap pengurangan volume sedimen kering dilakukan dengan

    melakukan penyaringan sampel menggunakan saringan ukuran 5 mm (Hidalgo-

    Ruz et al., 2012). Tahap pemisahan densitas dilakukan dengan mencampurkan

    sampel sedimen kering (2500 gr) dan larutan NaCl jenuh kemudian campuran

    diaduk selama 2 menit (Claessens et al., 2011). Plastik yang mengapung

    merupakan polystyrene, polyethylene, dan polypropylene. Tahap penyaringan

    dilakukan dengan menyaring supernatan air. Partikel mikroplastik dipilah secara

    visual menggunakan mikroskop monokuler dan dikelompokkan ke dalam lima

    jenis, yaitu film, filamen, fragmen, granule, foams. Parameter yang diambil adalah

    kelimpahan pada sedimen (partikel /2500gr sedimen kering) dan kelimpahan pada

    perairan (partikel /2500ml sampel air laut) (Hidalgo-Ruz et al., 2012). Urutan

    tahapan dapat dilihat pada Gambar 3 di bawah.

  • Gambar 3. Tahapan pengolahan sampel mikroplastik pada sediment (Hidalgo-Ruz et al., 2012).

    Sampel yang sudah didapatkan dan diolah dari laboratorium kemudian

    diidentifikasi berdasarkan bentuk dan warna. Kemudian perbedaan kelimpahan

    mikroplastik pada permukaan perairan dan sedimen dianalisis secara deskriptif.

    Kriteria standar untuk membedakan identifikasi mikroplastik sebagai berikut : 1.

    Partikel harus jelas dan homogen, 2. Tidak terlihat struktur organik didalam partikel

    plastik, 3. Fiber atau serat harus memiliki ketebalan yang sama dan memiliki lentur

    dimensional, 4. Partikel yang transparan harus diperiksa dibawah perbesaran yang

    tinggi pada mikroskop (Norén, 2007). Contoh partikel dapat dilihat pada Gambar 4

    di bawah.

    Gambar 4. (a) fiber, (b) fragmen dan (c) film dengan perbesaran 25 kali (Dewi, et al., 2015).

    3. 3. 1. 2. Data Sekunder

    Data sekunder adalah data yang telah lebih dahulu dikumpulkan dan

    dilaporkan oleh orang di luar dari penyelidik sendiri, walaupun yang

  • dikumpulkan itu sesungguhnya adalah data asli (Hasan, 2002). Baik berupa

    jurnal, buku, laporan, dan lain sebagainya.

    3. 3. 2. Diagram alur penelitian

    Diagram alur pada penelitian ini untuk menjelaskan prosedur atau tahapan

    penelitian agar lebih memahami gambaran sistematis dalam penelitian. Diagram

    alur penelitian dapat dilihat pada Gambar 5.

    Gambar 5. Diagram alur penelitian

    Mulai

    Studi literatur

    Pengambilan data

    Data primer Data Sekunder

    In situ ex situ

    lapang laboratorium

    Studi Literatur

    Perhitungan

    jumlah mikroplasik

    Analisis

    mikroplasik

    Kesimpulan

    Selesai

  • 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

    4. 1. Hasil dan Analisis Data Mikroplastik

    Pemilihan visual dari proses ekstraksi menggunakan kertas whatman

    nomor 41 dengan ukuran pori-pori 20-25µm. Identifikasi mikroplastik

    menggunakan analisis visual berdasarkan karakteristik morfologi seperti warna

    dan bentuk. Hasil identifikasi mikroplastik kemudian di klasifikasikan berdasarkan

    beberapa bentuk jenis yaitu film (partikel tipis), filamen (tipis, lurus dan dari

    partikel silinder), fragmen (partikel bentuk bergerigi dan tidak beraturan yang

    memiliki permukaan yang tidak rata), granule (partikel bulat), foams (partikel

    ringan dengan texture spons) untuk kemudian masing-masing di hitung

    jumlahnya (Karami et al., 2017).

    4. 1. 1. Perairan

    Hasil identifikasi mikroplastik menggunakan mikroskop dengan

    perbesaran 10x pada perairan Pantai Bangsring diperoleh hasil total keseluruhan

    mikroplastik berjumlah 50 buah/2500ml air laut. Sampel mikroplastik yang di

    amati terdiri dari 5 kategori bentuk, yaitu film, filamen, fragmen, granule, foams.

    Jenis mikroplastik di perairan yang paling banyak ditemukan berupa

    filamen karena adanya kegiatan antropogenik berupa aktivitas wisata snorkeling,

    diving, berenang paling banyak terjadi. Menurut Pham et al. (2014), distribusi

    spasial dan akumulasi sampah di laut salah satunya dipengaruhi oleh aktivitas

    antropogenik dan wisata perairan. Banyaknya mikroplastik salah satunya

    dipengaruhi oleh arus. Menurut Horton et al. (2016), dinamika di laut berupa

    kecepatan arus dapat mengendalikan aliran partikel mikroplastik. Pergerakan

    arah arus dapat di lihat pada Gambar 6 di bawah.

  • Gambar 1. Pergerakan arah arus pada Pantai Bangsring saat sampling.

    Berdasarkan Gambar 6, arus mengarah dari ulangan 1 ke ulangan 3,

    sehingga seharusnya jumlah mikroplastik yang terbanyak di temukan di ulangan

    3. Akan tetapi dikarenakan adanya rumah apung yang dapat menahan

    pergerakan plastik yang mengarah ke ulangan 2, diduga hal ini yang

    menyebabkan jumlah mikroplastik yang ditemukan pada ulangan 2 lebih banyak

    daripada pada ulangan 1 dan 3.

    Hasil identifikasi bentuk mikroplastik pada perairan Pantai Bangsring

    menggunakan mikroskop dapat dilihat pada Gambar 7-10 di bawah.

    Gambar 2. Mikroplastik berbentuk film yang ditemukan di air di sebelah kiri dan menurut Viršek (2016) di sebelah kanan.

  • Gambar 3. Mikroplastik berbentuk filamen yang ditemukan di air di sebelah kiri dan menurut Viršek (2016) di sebelah kanan.

    Gambar 4. Mikroplastik berbentuk fragmen yang ditemukan di air di sebelah kiri dan menurut Viršek (2016) di sebelah kanan.

    Gambar 5. Mikroplastik berbentuk granule yang ditemukan di air di sebelah kiri dan menurut Viršek (2016) di sebelah kanan.

    Hasil presentase masing-masing jenis mikroplastik pada perairan dan

    sedimen berdasarkan jenisnya dapat dilihat pada Gambar 11 di bawah.

    Gambar 6. Grafik presentase perbandingan tiap jenis mikroplastik di perairan dan sedimen.

    10%

    33% 32%

    10%

    14%

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    Filmsedimen

    Filamensedimen

    fragmensedimen

    Granulesedimen

    Foamssedimen

    14%

    48%

    32%

    6% 0%

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    30

    Filmperairan

    Filamenperairan

    fragmenperairan

    Granuleperairan

    Foamsperairan

  • Sumber pencemaran mikroplastik ke lingkungan sangat banyak dan

    bervariasi, presentase jenis mikroplastik berdasarkan jenisnya dapat dilihat pada

    Gambar 11 di atas. Mikroplastik yang paling banyak ditemui dan paling dominan

    adalah jenis filamen, dimana salah satu asal sumber mikroplastik jenis filamen

    adalah dari air limbah bekas cucian pakaian. Menurut Browne et al. (2011),

    setiap kali kita mencuci pakaian dapat menghilangkan 1900 serat filamen pada

    pakaian yang tercuci. Presentase jenis mikroplastik tertinggi kedua berupa jenis

    fragmen. Asal jenis mikroplastik fragmen diduga bersumber dari botol plastik

    yang mengapung, karena banyak ditemukan botol plastik dan bungkus-bungkus

    plastik mengapung diperairan ini, dimana botol plastik dan bungkus plastik

    merupakan komponen utama terbentuknya jenis mikroplastik berupa fragmen

    dan filamen. Menurut Horton et al. (2016), sumber mikroplastik jenis fragmen

    adalah dari barang sampah besar seperti botol plastik (polypropylene) dan bahan

    kemasan (polystyrene), sedangkan untuk jenis foams tidak ditemukan pada

    perairan. Mikroplastik jenis foams menurut Ryan et al. (2009), untuk jenis foams

    lebih banyak ditemukan pada sedimen daripada di perairan karena foams lebih

    mudah tertiup dan terbawa oleh angin di permukaan perairan.

    4. 1. 2. Sedimen

    Hasil identifikasi mikroplastik menggunakan mikroskop dengan

    perbesaran 10x pada sedimen Pantai Bangsring, diperoleh hasil total

    keseluruhan mikroplastik berjumlah 69 buah/2500gr sampel sedimen. Jenis

    mikroplastik yang di amati terdiri dari 5 kategori bentuk, yaitu film, filamen,

    fragmen, granule, foams.

    Secara keseluruhan akumulasi mikroplastik pada sedimen paling banyak

    ditemukan pada ulangan 3 sejumlah 36 buah/2500gr sampel sedimen. Hal ini

    dikarenakan ulangan 3 yang berdekatan dengan muara sungai dan terdapat

  • banyak aktivitas masyarakat berupa memancing, mencuci, menjaring ikan dan

    kegiatan antropogenik lainnya. Menurut Mani et al. (2015), 80% pencemaran

    mikroplastik berasal dari daratan dan disalurkan melalui aliran sungai sebelum

    akhirnya terbawa ke laut. Selain itu jenis sedimen pantai juga berpengaruh

    terhadap akumulasi mikroplastik serta arah arus laut bisa menyebabkan

    akumulasi sampah plastik terutama mikroplastik. Distribusi spasial dan akumulasi

    sampah di laut dipengaruhi oleh aktivitas antropogenik, dan jenis sedimen (Pham

    et al., 2014). Menurut Cheshire et aI. (2009), tingkat degradasi mikroplastik

    sangat bervariasi tergantung pada kondisi lingkungannya seperti jenis sedimen

    (pasir, kerikil, batu). Menurut Watters et al. (2010), jenis sedimen berpengaruh

    terhadap kelimpahan mikroplastik, dimana jenis sedimen pasir, kerikil, dan batu

    dapat menyebabkan mikroplastik terperangkap pada sedimen tersebut. Selain

    jenis sedimen diduga banyaknya akumulasi dari mikroplastik pada sedimen

    dipengaruhi oleh topografi dan arus dari pantai tersebut. Judson dan Kaufiman

    (1990), menyatakan bahwa arus di dalam pengerahannya sangat dipengaruhi

    oleh topografi dan bentuk pantai. Pantai Bangsring adalah salah satu pantai yang

    terletak di utara jawa yang bentuk topografinya cenderung landai. Menurut

    Hidayah dan Mahatmawati (2010), perairan di sisi utara Pulau Jawa memiliki

    karakteristik kondisi topografi yang lumayan landai. Menurut Ongkosongo

    (1982), salah satu faktor penyebab bentuk topografi pantai adalah arus. Arus

    disini secara tidak langsung juga mempengaruhi transportasi dan kelimpahan

    dari mikroplastik pada sedimen. Arus dapat membawa mikroplastik jauh dari titik

    awal mereka ditemukan (Thiel et al., 2013). Hal ini mengindikasikan bahwa selain

    arus, topografi dari suatu pantai dapat mempengaruhi akumulasi dari mikroplastik

    pada sedimen.

    Hasil identifikasi bentuk mikroplastik pada sedimen Pantai Bangsring

    menggunakan mikroskop dapat dilihat pada Gambar 12-16 di bawah.

  • Gambar 7. Mikroplastik berbentuk film yang ditemukan di sedimen di sebelah kiri dan menurut Viršek (2016) di sebelah kanan.

    Gambar 8. Mikroplastik berbentuk filamen yang ditemukan di sedimen di sebelah kiri dan menurut Viršek (2016) di sebelah kanan.

    Gambar 9. Mikroplastik berbentuk fragmen yang ditemukan di sedimen di sebelah kiri dan menurut Viršek (2016) di sebelah kanan.

    Gambar 10. Mikroplastik berbentuk granule yang ditemukan di sedimen di sebelah kiri dan menurut Viršek (2016) di sebelah kanan.

  • Gambar 11. Mikroplastik berbentuk foams yang ditemukan di sedimen di sebelah kiri dan menurut Viršek (2016) di sebelah kanan.

    Hasil presentase dari jenis mikroplastik di sedimen dapat dilihat pada

    Gambar 11 di atas. Presentase mikroplastik paling dominan pada sedimen

    berupa jenis filamen dan fragmen yang dapat dilihat pada Gambar 11 di atas, hal

    ini karena filamen dan fragmen pada sedimen merupakan hasil akumulasi

    fragmen yang terbawa oleh arus yang berasal dari perairan ke daratan dan

    terakumulasi di sedimen. Hal ini didukung dengan lokasi pengambilan sampel

    yang dekat dengan pemukiman penduduk Pantai Bangsring. Menurut Frias et al.

    (2016), semakin dekat dengan daerah aktivitas manusia distribusi spasial dan

    akumulasi mikroplastik filamen dan fragmen di sedimen semakin banyak.

    Mikroplastik jenis foams ditemukan hanya pada sedimen. Hal ini karena arus

    perairan mengarah ke darat (Gambar 6) sehingga ditemukan foams terakumulasi

    pada sedimen. Menurut Pichel et al. (2012), arah arus mempengaruhi

    pergerakan distribusi dan akumulasi dari mikroplastik.

    4. 1. 3. Hubungan Mikroplastik Antara Perairan dan Sedimen

    Mikroplastik yang ditemukan secara keseluruhan jenisnya sama, baik itu

    di perairan maupun darat paling tinggi berupa filamen, sedangkan yang terendah

    berbeda antara perairan dan darat. Pada perairan jenis mikroplastik yang paling

    sedikit ditemukan berupa foams sedangkan pada sedimen berupa granule.

    Mikroplastik dapat dihasilkan dari pemecahan objek atau mereka dapat langsung

    masuk ke lingkungan laut sebagai filamen, granule, pellet (Suaria, 2016).

  • Menurut Minchin (1996), mikroplastik jenis fragmen dan filamen

    menyumbang 25% dari semua substrat baik pada sedimen maupun perairan laut.

    Hal ini berbanding lurus dengan jumlah mikroplastik yang paling banyak ditemui

    dari masing-masing stasiun baik darat maupun laut. Distribusi mikroplastik pada

    perairan dan sedimen Pantai Bangsring sangat di pengaruhi oleh dinamika di

    laut, diantaranya dipengaruhi oleh arus perairan dan densitas dari masing-

    masing jenis mikroplastiknya. Arus perairan disini secara langsung maupun tidak

    langsung berpengaruh dengan distribusi mikroplastik. Menurut Ryan et al.

    (2009), adanya arus maka terjadi perpindahan mikroplastik dari perairan ke

    sedimen sehingga lebih banyak ditemukan mikroplastik pada sedimen. Hal ini

    sesuai dengan hasil yang didapatkan pada penelitian ini, yaitu jumlah total

    mikroplastik lebih banyak di sedimen sejumlah 69 buah daripada di perairan yang

    berjumlah 50 buah.

    Pengukuran arus secara in situ pada perairan bangsring didapatkan arus

    pada tiap stasiun yaitu 3,33 m/s, stasiun 2 sebesar 5 m/s, dan stasiun 3 sebesar

    2 m/s. Menurut Mariska (2007), berdasarkan kecepatan arusnya maka perairan

    tersebut dikelompokkan menjadi berarus sangat cepat (> 1 m/s). Menurut Cozar

    et al. (2014), faktor yang mempengaruhi distribusi dan akumulasi mikroplastik

    pada perairan adalah arus. Distribusi disini secara tidak langsung juga

    dipengaruhi oleh densitas dari mikroplastik, dimana semakin ringan densitas dari

    jenis mikroplastik akan semakin mudah di distribusikan sehingga mikroplastik

    menjadi terakumulasi banyak di sedimen.

    Jenis mikroplastik, yang paling dominan baik di perairan maupun di

    sedimen adalah filamen. Hal ini karena densitas filamen yang cenderung lebih

    ringan dibandingkan jenis mikroplastik yang lainnya, sehingga distribusinya

    menjadi lebih mudah. Hal tersebut juga tidak terlepas dari asal jenis mikroplastik

    filamen yaitu polypropylene. Menurut DEPA (2015), Densitas menentukan

  • distribusi partikel mikroplastik baik di perairan maupun sedimen. Dimana densitas

    polypropylene paling ringan diantara jenis plastik yang lainnya, densitas

    polypropylene sebesar 0.90-0.91 g/cm. Densitas dari masing-masing asal jenis

    mikroplastik dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah.

    Tabel 4. Densitas dari masing-masing jenis mikroplastik (Hidalgo-Ruz et al., 2012).

    Tipe polymer Densitas polymer (g cm-3)

    Polyethylene (fragmen,filament, film) 0.917-0.965

    Polypropylene (filamen, fragmen) 0.9-0.91

    Polystyrene (fragmen) 1.04-1.1

    Polyamide (nylon) 1.02-1.05

    Polyvinylchloride (foams, film, granule) 1.16-1.58

    Polyurethane (foams) 1.2

    Hubungan antara mikroplastik dapat dilihat pada Gambar 17 di bawah.

    jenis film yang ditemukan di perairan dan sedimen menunjukkan bahwa ada

    trend hubungan yang negatif, sedangkan untuk jenis filamen menunjukkan trend

    yang positif. Untuk jenis fragmen menunjukkan hasil trend hubungan, dimana

    semakin tinggi jumlah fragmen di sedimen maka semakin tinggi jumlah fragmen

    di perairan (positif), sedangkan jenis mikroplastik granule menunjukkan hasil

    semakin tinggi granule di sedimen maka granule di perairan akan semakin

    rendah (negatif). Jenis foams tidak dapat dilihat trendnya karena hanya

    ditemukan pada 1 ulangan saja. Sedangkan hasil analisis korelasi pearson

    menunjukkan adanya hubungan korelasi yang signifikan sebesar 0,018 yang

    berarti adanya pengaruh antara jumlah mikroplastik di perairan dengan sedimen

    yang dapat dilihat pada lampiran 2. Hasil ini mirip dengan hasil penelitian

    mikroplastik lainnya yang dilakukan di Inggris (Thompson et al., 2004), Belgia

    (Claessens et al., 2011), Singapura (Ng dan Obbard, 2006), Italy (Vianello et al.,

    2013), yang melaporkan hasil mikroplastik yang paling umum ditemukan adalah

    filamen, fragmen, film, dan granule baik pada perairan maupun pada sedimen.

  • Pola distribusi kelimpahan mikroplastik di perairan dan sedimen pada

    penelitian ini menunjukkan pola yang sama pada penelitian-penelitian terdahulu

    yang dilakukan di Inggris (Thompson et al., 2004), Belgia (Claessens et al.,

    2011), Singapura (Ng dan Obbard, 2006), Italy (Vianello et al., 2013) yang

    menyimpulkan bahwa bentuk jenis mikroplastik yang dominan ditemukan berupa

    filamen dan fragmen, walaupun dari segi total jumlah yang ditemukan pada

    Pantai Bangsring cenderung lebih sedikit dari yang ditemukan pada empat lokasi

    yang berbeda diatas. Diduga hal ini karena kecepatan arus serta arah arus dan

    waktu pengambilan sampel. Menurut Kim et al. (2015), angin musiman dan arus

    bertanggung jawab untuk transportasi mikroplastik ke pantai. Arah arus

    berdasarkan musimnya dapat dilihat pada Gambar 18 di bawah.

    0

    1

    2

    3

    4

    0 2 4 6

    Film

    Per

    aira

    n

    Film Sedimen

    0

    5

    10

    15

    0 5 10 15

    Fila

    men

    Per

    aira

    n

    Filamen Sedimen

    0

    2

    4

    6

    8

    0 5 10 15Fra

    gmen

    Per

    aira

    n

    Fragmen Sedimen

    0

    0.5

    1

    1.5

    2

    2.5

    0 2 4 6

    Gra

    nu

    le P

    erai

    ran

    Granule Sedimen

    Gambar 17. Trend kelimpahan mikroplastik di sedimen dan perairan. Untuk jenis film (kiri atas), filament (kanan atas), fragmen (kiri bawah), granule (kanan bawah).

  • Arah arus pada gambar di atas menunjukkan adanya perbedaan arah

    berdasarkan musim yang berbeda, hal ini diduga dapat menyebabkan perbedaan

    jenis dan jumlah mikroplastik yang ditemukan pada Pantai Bangsring oleh karena

    itu perlu adanya penelitian lebih lanjut pada musim yang berbeda-beda.

    Gambar 18. Arah arus pada musim timur (kiri atas); Arah arus pada musim barat (kanan atas); Arah arus pada musim peralihan 2 (bawah).

  • 5. KESIMPULAN DAN SARAN

    5. 1. Kesimpulan

    Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang sudah dilakukan maka

    dapat ditarik kesimpulan bahwa :

    1. Mikroplastik yang paling dominan pada perairan ataupun sedimen Pantai

    Bangsring berupa filamen, sedangkan yang paling sedikit pada perairan berupa

    foams dan pada sedimen berupa granule.

    2. Jumlah mikroplastik pada perairan dan sedimen menunjukkan adanya

    hubungan korelasi yang signifikan sebesar 0,018 yang berarti adanya pengaruh

    antara jumlah mikroplastik di perairan dengan sedimen.

    5. 2. Saran

    Penelitian mengenai mikroplastik di kawasan Pantai Bangsring sebaiknya

    dilakukan dengan mempertimbangkan musim darat (musim kemarau dan musim

    hujan) dan musim laut (musim barat, musim timur, musim peralihan 1 dan 2).

    Masukan mikroplastik dari sungai sebaiknya dikaji untuk mengetahui banyaknya

    mikroplastik yang masuk ke dalam kawasan pesisir.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Andrimida, A. 2015. Valuasi Ekonomi Ekosistem Terumbu Karang Di Pantai

    Bangsring Banyuwangi Jawa Timur. Skripsi. Fakultas Perikanan Dan Ilmu

    Kelautan Universitas Brawijaya. Malang.

    Besley, A., Martina, G. V., Paul, B., Thijs, B., 2016. A standardized method for

    sampling and extraction methods for quantifying microplastics in beach

    sand. Mar. Pollut. Bull. 114: 77-83.

    Browne, M. A., Crump, P., Niven, S. J., Teuten, E., Tonkin, A., Galloway, T.,

    Thompson, R., 2011. Accumulation of microplastic on shorelines

    worldwide: sources and sinks. Env. Sci. Tech. 45: 9175 –9179.

    Browne, M. A., Dissanayake, A., Galloway, T. S., Lowe, D. M., Thompson, R. C.

    2008. Ingested microscopic plastic translocates to the circulatory system of

    the mussel, Mytilus edulis (L.). Env. Sci. Tech. 42: 5026–5031.

    Cauwenberghe L. V., Claessens M., Vandegehuchte M. B., Mees J and Janssen

    CR., 2013. Assessment of marine debris on the Belgian Continental Shelf.

    Mar. Pollut. Bull. 73: 161 -169.

    CBD, 2012. Convention on Biological Diversity: Impacts of Marine Debris on

    Biodiversity: Current Status and Potential Solutions Technical Series No.

    67. Montreal.

    Cheshire A., Adler E., Barbière J., Cohen Y., Evans S., Jarayabhand S., Jeftic L.,

    Jung R. T., Kinsey S., Kusui E. T., Lavine I., Manyara P., Oosterbaan L.,

    Pereira M. A., Sheavly S., Tkalin A., Varadarajan S., Wenneker B.,

    Westphalen G., 2009. UNEP/IOC Guidelines on survey and monitoring of

    marine litter. UNEP Regional Seas Reports and Studies, No. 186; IOC

    Technical Series No 83.

  • Claessens, M., De Meester, S., Van Landuyt, L., De Clerck, K., Janssen, C. R.,

    2011. Occurrence and distribution of microplastics in marine sediments

    along the Belgian coast. Mar. Pollut. Bull. 62: 2199 –2204.

    Cole, M., Lindeque, P., Halsband, C., Galloway, T.S., 2011. Microplastics as

    contaminants in the marine environment: a review. Mar. Pollut. Bull. 62:

    2588-2597.

    Cole, M., Webb, H., Lindeque, P. K., Fileman, E. S., Halsband, C., Galloway, T. S.

    2014. Isolation of microplastics in biota-rich seawater samples and marine

    organisms. Sci. Rep. 4: 4528.

    Cozar, A., Echevarría, F., Gonz alez-Gordillo, J.I., Irigoien, X., Úbeda, B., Hern

    andez-Leon, S., Palma, A.T., Navarro, S., García-de-Lomas, J., Ruiz, A.,

    Fern andez-de-Puelles, M., Duarte, C.M., 2014. Plastic debris in the open

    ocean. Proc. Natl. Acad. Sci. 111: 10239-10244.

    Crawford, C. B., Quinn, B., 2017. 5-Microplastics, standardization and spatial

    distribution.Elsevier 102-130.

    DEPA, 2015. The Danish Environmental Protection Agency: Microplastics -

    Occurrence, effects and sources of releases to the environment in

    Denmark. Denmark.

    Derraik, J. G. B., 2002. The pollution of the marine environment by plastic debris:

    a review. Mar. Pollut. Bull. 44: 842-852.

    Dewi, I. S., Anugrah, A. B., Irwan, R. R., 2015. Distribusi mikroplastik pada

    sedimen di Muara Badak, Kabupaten Kutai Kartanegara. Depik. 4: 121-

    131.

    Frias, J. P. G. L., Gago, J., Otero, V., & Sobral, P., 2016. Microplastics in coastal

    sediments from Southern Portuguese shelf waters. Mar. Env. Res. 114: 24–

    30.

  • Hasan, I. M., 2002. Pokok-pokok materi metodologi penelitian dan aplikasinya.

    Jakarta: Ghalia Indonesia

    Hidalgo-Ruz, V., Gutow, L., Thmpson, R. C. & Thel, M., 2012. Microplastics in the

    marine environment: a review of the methods used for identifiation and

    quantifiation. Envir. Sci. Tech. 46: 3060–3075.

    Hidayah, Z., Mahatmawati, A. D., 2010. Perbandingan fluktuasi muka air laut rerata

    (MLR) di perairan pantai utara jawa timur dengan perairan pantai selatan

    jawa timur. Kelautan. 2: 159-167.

    Holmes L. A. 2013. Interactions of trace metals with plastic production pellets in

    the marine environment. Thesis. University of Plymouth. Plymouth.

    Horton, A. A., Claus, S., Richard, J. W., David, J. S., Elma, L. 2016. Large

    microplastic particles in sediments of tributaries of the River Thames, UK –

    Abundance, sources and methods for effective quantification. Mar. Pollut.

    Bull. 114: 218 –226.

    Ivar do Sul, J. A., Monica F. C., 2013. Plastic pollution risks in an estuarine

    conservation unit. J. Coast. Res. 65:48-53.

    Jambeck, J. R., Geyer, R., Wilcox, C., Siegler, T. R., Perryman, M., Andrady, A.,

    Narayan, R., Law, K. L. 2015. Plastic waste inputs from land into the ocean.

    Science 347: 768 –771.

    Judson, S., Kauffman M. E.,1990. Physical Geologi 8 ed. Prentice Hall Inc. New

    Jersey.

    Karami, A., Abolfazl, G., Cheng, K. C., Vincent, L., Tamara, S. G., Babak, S., 2017.

    The presence of microplastics in commercial salts from different countries.

    Sci. Rep. 7: 46173.

    Kemensetneg, 2008. Kementerian Sekretariat Negara: Undang-Undang Republik

    Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Jakarta.

  • Kim, I.-S., Chae, D.-H., Kim, S.-K., Choi, S.B., Woo, S.-B., 2015. Factors

    influencing the spatial variation of microplastics on high-tidal coastal

    beaches in Korea. Arch. Environ. Contam. Toxicol. 69: 299-309.

    Lusher, A. L., Valentina, T., lan, O., Rick, O., 2015. Microplastics in Arctic polar

    waters: the fist reported values of particles in surface and sub-surface

    samples. Sci. Rep. 5: 14947.

    Mani, T., Armin, H., Ulrich, W., Patricia, B., 2015. Microplastics Profile Along The

    Rhine River. Sci. Rep. 5: 17988.

    Mariska, I. 2007. Penentuan Pola Sebaran Makrozoobentos Berdasarkan

    Kedalaman Di Perairan Teluk Labuange, Kabupaten Barru. Skripsi. FIKP-

    Universitas Hassanudin. Makassar.

    Marpaung, S., Teguh, P. 2014. Analisis arus geostropik permukaan laut

    berdasarkan data satelit altimetri. Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh.

    Maso, M., Garces, E., Pages, F., Camp, J., 2003. Drifting plastic debris as a

    potential vector for dispersing Harmful Algal Bloom (HAB) species. Sci.

    Mar. 67: 107-111.

    Minchin, D., 1996. Tar pellets and plastics as attachment surfaces for Lepadid

    cirripedes in the North Atlantic Ocean. Mar. Pollut. Bull. 32: 855–859.

    Ng, K. L., Obbard, J. P., 2006. Prevalence of microplastics in Singapore’s coastal

    marine environment. Mar. Pollut. Bull. 52: 761–767.

    NOAA, 2013. National Oceanic and Atmospheric Administration: Programmatic

    environmental assessment (PEA) for the NOAA Marine Debris Program

    (MDP). Maryland.

    Norén, F. 2007. Small plastic particles in coastal Swedish waters. KIMO. Sweden.

    Ongkosongo, S.1989. Pasang Surut.LIPI. Pusat Penelitian dan Pengembangan

    Oseonologi. Jakarta.

  • Pham C. K., Eva, R., Alt, Claudia, H. S. A., Teresa, A., Melanie, B., Micquel, C.,

    Joan, B. C., Jaime, D., Gerard, D., Francois, G., Kerry, L. H., Veerle, A. I.

    H., Eduardo, I., Daniel, O. B. J., Galderic, L., Telmo, M., Jose, N. G., Autun,

    P., Heather, S., Ines, T., Xavier, T., David, V. R., Paul, A. T., 2014. Marine

    Litter Distribution and Density in European Seas, from the Shelves to Deep

    Basins. PLoS ONE 9: e95839.

    Pichel, W. G., Timothy, S. V., James H. C., Elena A., Karen S. F., David G. F.,

    Russell E. B., Dale, K., Simeon, O., Pablo, C., Xiaofeng L., 2012. GhostNet

    marine debris survey in the Gulf of Alaska – Satellite guidance and aircraft

    observations. Mar. Pollut. Bull. 65: 28-41.

    Rios, L. M., Moore, C., Jones, P. R. 2007. Persistent organic pollutants carried by

    synthetic polymers in the ocean environment. Mar. Pollut. Bull. 54: 1230–

    1237.

    Rokhmana, S. N. 2012. Analisis Pengaruh Risiko Pembiayaan terhadap

    Profitabilitas. Skripsi. Institut Agama Islam Negeri Walisongo. Semarang.

    Ryan, P. G., Charles, J. M., Jan, A. V. F., Coleen, L. M., 2009. Monitoring the

    abundance of plastic debris in the marine environment. Phil. Trans. R. Soc.

    B. 364.

    Setyosari, P. 2010. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta :

    Kencana. 200 hlm.

    STAP, 2011. Scientific and Technical Advisory Panel: Marine Debris as a

    Global Environmental Problem: Introducing a Solutions Based Framework

    Focused on Plastic. A STAP Information Document. Washington DC

    Stevenson, C. 2011. Plastic Debris in the California Marine Ecosystem: A

    Summary of Current Research, Solution Strategies and Data Gaps.

    University of Southern California Sea Grant. Oakland.

  • Stolte, A., Stefan, F., Gunnar, G., Hendrik, S., 2015. Microplastic concentrations in

    beach sediments along the German Baltic coast. Mar. Pollut. Bull. 99: 216–

    229.

    Suaria, G., Carlo G. A., Annabella M., Gwendolyn L. L., Marcello G. M., Genuario

    B., Charles J. M., Francesco R., Stefano A., 2016. The Mediterranean

    Plastic Soup: synthetic polymers in Mediterranean surface waters. Sci.

    Rep. 6: 37551.

    Sudarto. 1993. Pembuatan alat pengukur arus secara sederhana. Oseana. 1: 35-

    44.

    Sugianto, D. N., Agus A. D. S. 2007. Studi Pola Sirkulasi Arus Laut

    di Perairan Pantai Provinsi Sumatera Barat. Ilmu Kelautan. 12: 79-92.

    Suryana. 2010. Metodologi Penelitian. Model Praktis Penelitian Kuantitatif dan

    Kualitatif. Buku Ajar Perkuliahan. Universitas Pendidikan Indonesia.

    Bandung.

    Teuten, E. L., Jovita M. S., Detlef R. U. K., Morton A. B., Susanne J., Annika B.,

    Steven J. R., Richard C. T., Tamara S. G., Rei Y., Daisuke O., Yutaka W.,

    Charles M., Pham H. V., Touch S. T., Maricar P., Ruchaya B., Mohamad p.

    Z., Kongsap A., Yuko O., Hisashi H., Satoru I., Kaoruko M., Yuki H., Ayako

    I., Mahua S., Hideshige T., 2009. Transport and release of chemicals from

    plastics to the environment and to wildlife. Phil. Trans. R. Soc. B. 364: 2027-

    2045.

    Thiel, M., Hinojosa, I. A., Miranda, L., Pantoja, J. F., Rivadeneira, M. M., Vasquez,

    N., 2013. Anthropogenic marine debris in the coastal environment: a multi-

    year comparison between coastal waters and local shores. Mar. Pollut. Bull.

    71: 307-316.

  • Thompson, R. C., Olsen, Y., Mitchell, R. P., Davis, A., Rowland, S. J., John, A. W.

    G., McGonigle, D., Russell, A. E., 2004. Lost at Sea: Where Is All the

    Plastic. Science. 304: 838.

    UNEP, 2011. United Nations Environment Programme: Emerging issues in our

    global environment. Nairobi.

    Vianello, A., Boldrin, A., Guerriero, P., Moschino, V., Rella, R., Sturaro, A., Da Ros,

    L., 2013. Microplastic particles in sediments of Lagoon of Venice, Italy: first

    observations on occurrence, spatial patterns and identification. Est. Coast.

    Shelf Sci. 130: 54-61.

    Viršek, M. K., Palatinus, A., Koren, Š., Peterlin, M., Horvat, P., Kržan, A., 2016.

    Protocol for Microplastics Sampling on the Sea Surface and Sample

    Analysis. J. Vis. Exp. 118: 55161.

    Watters, D. L., Mary M. Y., Milton S. L., Donna M. S., 2010. Assessing marine

    debris in deep seafloor habitats off California. Mar. Pollut. Bull. 60: 131-

    138.

    Yuliani, G. 2009. Gambaran Umum Tentang Polimer. Universitas Pendidikan

    Indonesia. Bandung.

    BAGIAN DEPAN.pdfBAB 1.pdfBAB 2.pdfBAB 3.pdfBAB 4.pdfBAB 5.pdfDAFTAR PUSTAKA.pdf