identifikasi mikroplastik di perairan bangsring-jawa...
TRANSCRIPT
-
IDENTIFIKASI MIKROPLASTIK DI PERAIRAN BANGSRING-JAWA TIMUR
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Kelautan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya
Oleh:
NUR AKHMAD TRI AJI NIM. 125080601111023
PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG NOVEMBER, 2017
-
IDENTIFIKASI MIKROPLASTIK DI PERAIRAN BANGSRING-JAWA TIMUR
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Kelautan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya
Oleh:
NUR AKHMAD TRI AJI 125080601111023
PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG NOVEMBER, 2017
-
SKRIPSI
IDENTIFIKASI MIKROPLASTIK DI PERAIRAN BANGSRING-JAWA TIMUR
Oleh: Nur Akhmad Tri Aji
NIM. 125080601111023
telah dipertahankan di depan penguji pada tanggal 19 Desember 2017
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Menyetujui,
Dosen Pembimbing 1 Dosen Pembimbing 2
(Feni Iranawati, S.Pi., M.Si., PhD) (Muliawati Handayani, S.Pi., M.Si)
NIP. 19801005 200501 1 002 NIK. 201309 881005 2 001
Tanggal : Tanggal :
Mengetahui,
Sekertaris Jurusan PSPK
(Oktiyas Muzaky Luthfi, ST., M.Sc)
NIP. 19791031 200801 1 007
Tanggal :
-
DAFTAR KOMISI PENGUJI
Judul : IDENTIFIKASI MIKROPLASTIK DI PERAIRAN
BANGSRING-JAWA TIMUR
Nama Mahasiswa : NUR AKHMAD TRI AJI
NIM : 125080601111023
Program Studi : Ilmu Kelautan
PENGUJI PEMBIMBING:
Pembimbing 1 : Feni Iranawati, S.Pi., M.Si., PhD
Pembimbing 2 : Muliawati Handayani, S.Pi., M.Si
PENGUJI BUKAN PEMBIMBING:
Dosen Penguji 1 : Defri Yona, S.Pi., M.Sc. Stud., D.Sc
Dosen Penguji 2 : Andik Isdianto, ST., MT
Tanggal Ujian : 19 Desember 2017
-
PERNYATAAN ORISINALITAS
Dengan ini saya bertanggung jawab dan menyatakan bahwa dalam skripsi
yang saya tulis dengan judul “Identifikasi Mikroplastik Di Perairan Bangsring-Jawa Timur” merupakan benar-benar hasil karya dan pemikiran saya sendiri. Sepanjang penulisan laporan skripsi ini sepengetahuan saya tidak terdapat tulisan, pendapat atau karya orang lain yang pernah diterbitkan oleh instansi atau orang lain kecuali yang tertulis dalam laporan ini dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibutikan bahwa laporan skripsi ini merupakan hasil plagiasi, maka saya siap dan bersedia menerima segala konsekuensi dan sanksi atas perbuatan tersebut yang sesuai dengan hokum yang berlaku di Indonesia.
Malang, 22 September 2017 Penulis
-
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis menyampaikan ucapan terimakasih sebesar-besarnya kepada:
1. Allah SWT atas Rahmat dan Ridho-Nya, serta Rasullullah Muhammad
yang telah membawa umat manusia ke zaman yang penuh cahaya ilmu.
2. Kedua orangtua penulis yang setiap waktu mendo’akan serta senantiasa
memberikan dukungan moril dan materiil selama perkuliahan hingga
dapat terselesaikan laporan ini.
3. Ibu Feni Iranawati, S. Pi., M. Si., PhD dan Ibu Muliawati, S. Pi., M. Si selaku
pembimbing yang telah dengan sabar memberikan arahan, masukan yang sangat
bermanfaat mulai dari penyusunan proposal hingga terselesaikannya laporan akhir
ini.
4. Ibu Defri Yona, S.Pi., M.Sc.stud., D.Sc dan Bapak Andik Isdianto, ST., MT
selaku penguji yang telah berkenan memberikan kritik dan masukan yang sangat
membantu dalam penyempurnaan laporan akhir ini.
5. Saudara Ade Trisna Susanto, S.Kel. yang telah banyak membantu dalam
proses pengambilan data selama di lapang.
6. Rekan-rekan mahasiswa Ilmu Kelautan angkatan 2012 sebagai partner
sharing ilmu yang bermanfaat selama perkuliahan dan penyusunan laporan akhir.
7. Pihak-pihak yang telah membantu proses penelitian hingga penyusunan
laporan akhir yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
-
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis berhasil menyelesaikan
penyusunan laporan skripsi yang berjudul “Identifikasi Mikroplastik Di Perairan
Bangsring-Jawa Timur”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat meraih gelar
Sarjana Perikanan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya.
Penulis menyadari bahwa laporan skripsi ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun agar tulisan ini dapat bermanfaat bagi pihak yang
membutuhkan.
Malang, 22 Agustus 2017
Penulis
-
RINGKASAN
NUR AKHMAD TRI AJI. 125080601111023. Identifikasi Mikroplastik Di Perairan
Bangsring-Jawa Timur. Di bawah bimbingan Feni Iranawati, S. Pi., M. Si., PhD
dan Muliawati, S. Pi., M. Si.
Sampah merupakan masalah bagi masyarakat diseluruh dunia, baik sampah yang berasal dari daratan maupun laut. Sampah laut merupakan buangan dari makhluk hidup yang berbentuk benda padat dan masuk ke dalam lingkungan air laut baik secara sengaja maupun secara tidak sengaja. Setiap hari sampah masuk ke dalam laut, dan sampah yang dominan adalah sampah jenis plastik sehingga akumulasi dari sampah makro dan mikro - plastik secara konsisten meningkat di pantai dan dalam sedimen. Berbagai proses menyebabkan transformasi makroplastik menjadi mikroplastik (ukuran partikel < 5mm).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi jenis mikroplastik pada perairan Pantai Bangsring, Kabupaten Banyuwangi dan Membandingkan mikroplastik pada perairan dan sedimen di Pantai Bangsring, Kabupaten Banyuwangi.Metode penelitian yang digunakan berupa metode deskriptif analitis dengan pendekatan uji statistik korelasi pearson. Data yang dipergunakan berupa data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari pengukuran dan pengambilan sampel di lapang berupa sampel air dan sedimen pada Pantai Bangsring serta arusnya untuk kemudian akan di olah lebih lanjut pada laboratorium, sedangkan data sekunder berupa studi literatur jurnal.
Hasil analisis mikroplastik pada perairan dan sedimen Pantai Bangsring ditemukan jenis mikroplastik yang beragam, mulai dari film, filamen, fragmen, granule, foams. Presentase mikroplastik paling dominan baik di perairan maupun sedimen sama yaitu berupa jenis filamen dan fragmen. Hal ini diduga karena pengaruh arus, densitas dan angin musim. Jumlah mikroplastik pada perairan dan sedimen menunjukkan adanya hubungan korelasi yang signifikan sebesar 0,018 yang berarti adanya pengaruh antara jumlah mikroplastik di perairan dengan sedimen.
-
DAFTAR ISI
Halaman PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................................................. 2 UCAPAN TERIMAKASIH............................................................................................ 6 KATA PENGANTAR ................................................................................................... 7 RINGKASAN .............................................................................................................. 8 DAFTAR ISI ................................................................................................................ 9 DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... 10 DAFTAR TABEL ....................................................................................................... 11 1. PENDAHULUAN...................................................... Error! Bookmark not defined.
1. 1. Latar Belakang ................................................. Error! Bookmark not defined. 1. 2. Rumusan Masalah ........................................... Error! Bookmark not defined. 1. 3. Tujuan .............................................................. Error! Bookmark not defined. 1. 4. Manfaat ............................................................ Error! Bookmark not defined.
2. TINJAUAN PUSTAKA ............................................. Error! Bookmark not defined. 2. 1. Pantai Bangsring .............................................. Error! Bookmark not defined. 2. 2. Mikroplastik ...................................................... Error! Bookmark not defined. 2. 3. Jenis Mikroplastik ............................................. Error! Bookmark not defined. 2. 4. Faktor Oseanografi........................................... Error! Bookmark not defined. 2. 5. Bahaya dan Dampak Mikroplastik .................... Error! Bookmark not defined. 2. 6. Proses Terbentuknya Mikroplastik .................... Error! Bookmark not defined.
3. METODOLOGI PENELITIAN ................................... Error! Bookmark not defined. 3. 1. Tempat dan Waktu Penelitian .......................... Error! Bookmark not defined. 3. 2. Alat dan Bahan ................................................. Error! Bookmark not defined. 3. 3. Metode Penelitian ............................................ Error! Bookmark not defined.
3. 3. 1. Teknik Pengambilan Data...............................Error! Bookmark not defined. 3. 3. 2. Diagram alur penelitian ...................................Error! Bookmark not defined.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................... Error! Bookmark not defined. 4. 1. Hasil dan Analisis Data Mikroplastik ................. Error! Bookmark not defined.
4. 1. 1. Perairan .............................................................Error! Bookmark not defined. 4. 1. 2. Sedimen ............................................................Error! Bookmark not defined. 4. 1. 3. Hubungan Mikroplastik Antara Perairan dan SedimenError! Bookmark
not defined. 5. KESIMPULAN DAN SARAN .................................... Error! Bookmark not defined.
5. 1. Kesimpulan ...................................................... Error! Bookmark not defined. 5. 2. Saran ............................................................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ..................................................... Error! Bookmark not defined. LAMPIRAN .................................................................. Error! Bookmark not defined.
-
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Lokasi penelitian. ...................................................................Error! Bookmark not defined.
2. Transek pada sedimen pada satu stasiun. ........................Error! Bookmark not defined.
3. Tahapan pengolahan sampel mikroplastik pada sedimentError! Bookmark not
defined.
4. (a) fiber, (b) fragmen dan (c) film dengan perbesaran 25 kaliError! Bookmark not
defined.
5. Diagram alur penelitian .........................................................Error! Bookmark not defined.
6. Pergerakan arah arus pada pantai bangsring saat sampling.Error! Bookmark not
defined.
7. Mikroplastik berbentuk film yang ditemukan di air ............Error! Bookmark not defined.
8. Mikroplastik berbentuk filamen yang ditemukan di air .....Error! Bookmark not defined.
9. Mikroplastik berbentuk fragmen yang ditemukan di air ...Error! Bookmark not defined.
10. Mikroplastik berbentuk granule yang ditemukan di air ...Error! Bookmark not defined.
11. Grafik presentase perbandingan tiap jenis mikroplastik di perairanError! Bookmark
not defined.
12. Mikroplastik berbentuk film yang ditemukan di sedimenError! Bookmark not defined.
13. Mikroplastik berbentuk filamen yang ditemukan di sedimenError! Bookmark not
defined.
14. Mikroplastik berbentuk fragmen yang ditemukan di sedimenError! Bookmark not
defined.
15. Mikroplastik berbentuk granule yang ditemukan di sedimenError! Bookmark not
defined.
16. Mikroplastik berbentuk foams yang ditemukan di sedimenError! Bookmark not
defined.
17. Grafik presentase perbandingan tiap jenis mikroplastik di sedimen.Error! Bookmark
not defined.
18. Trend grafik perbandingan mikroplastik ...........................Error! Bookmark not defined.
19. Arah arus pada musim yang berbeda .............................Error! Bookmark not defined.
file:///E:/Skripsi%20Aji/skripsi.docx%23_Toc498329326file:///E:/Skripsi%20Aji/skripsi.docx%23_Toc498329327
-
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Waktu degradasi plastik ........................................... Error! Bookmark not defined. 2. Peralatan yang digunakan selama penelitian. .......... Error! Bookmark not defined. 3. Bahan-bahan yang digunakan selama penelitian. .... Error! Bookmark not defined. 4. Hasil identifikasi dan kelimpahan mikroplastik pada perairanError! Bookmark not
defined. 5. Hasil identifikasi dan kelimpahan mikroplastik pada sedimenError! Bookmark not
defined. 6. Densitas dari masing-masing jenis mikroplastik ....... Error! Bookmark not defined.
-
1. PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Sampah merupakan masalah bagi masyarakat di seluruh dunia, baik
sampah yang berasal dari daratan maupun laut. Sampah laut merupakan buangan
dari makhluk hidup yang berbentuk benda padat dan masuk kedalam lingkungan
air laut baik secara sengaja maupun secara tidak sengaja. Setiap hari sampah
masuk ke dalam laut, dan sampah yang dominan adalah sampah jenis plastik
sehingga akumulasi dari sampah makro dan mikro - plastik secara konsisten
meningkat di pantai dan dalam sedimen selama empat dekade terakhir (Thompson
et al., 2004). Salah satu jenis sampah yang paling banyak terdapat di wilayah
daratan dan lautan adalah sampah plastik. Hal tersebut sesuai dengan CBD
(2012) yang mengemukakan bahwa plastik merupakan tipe sampah laut dominan.
Sampah laut (marine debris) menurut NOAA (2013), dapat didefinisikan sebagai
benda padat, diproduksi atau diproses oleh manusia, secara langsung atau tidak
langsung, sengaja atau tidak sengaja, dibuang atau ditinggalkan di dalam
lingkungan laut. Cauwenberghe et al. (2013) memperkirakan bahwa 10% dari
semua plastik yang baru diproduksi akan dibuang melalui sungai dan berakhir di
laut. Potensi dampak sampah laut secara kimia cenderung meningkat seiring
menurunnya ukuran partikel plastik (mikroplastik), sedangkan efek secara fisik
meningkat seiring meningkatnya ukuran makrodebris (UNEP, 2011).
Tipe sampah laut di antaranya plastik, kain, busa, styrofoam (untuk
selanjutnya disebut gabus), kaca, keramik, logam, kertas, karet, dan kayu.
Kategori ukuran digunakan untuk mengklasifikasikan marine debris, yaitu
megadebris (> 100 mm), makrodebris (> 20-100 mm), mesodebris (> 5-20 mm),
dan mikrodebris (0.3-5 mm) (Crawford dan Quinn, 2017). Cauwenberghe et al.
-
(2013) memperkirakan bahwa 10% dari semua plastik yang baru diproduksi akan
dibuang melalui sungai dan berakhir di laut. Penelitian ini berfokus pada jenis
mikroplastik (
-
kawasan ini, dimana masyarakat di sekitar Pantai Bangsring kebanyakan adalah
nelayan ikan hias dan menggantungkan hidupnya pada keberadaan ekosistem
laut yang ada di kawasan tersebut. Ditambah lagi, kawasan ini juga dibuka secara
umum sebagai kawasan ekowisata bahari sejak bulan Agustus 2014. Melihat
potensi yang dimilikinya, maka diperlukan penelitian tentang ekosistem laut yang
ada di kawasan tersebut untuk mengetahui kondisi perairan yang ada di kawasan
ini.
Pantai Bangsring sekarang ini merupakan salah satu daerah yang
mempunyai potensi perikanan dan kelautan yang dimanfaatkan oleh masyarakat
sekitar, dengan adanya fenomena sampah laut berupa mikroplastik, maka akan
menimbulkan keresahan di masyarakat dengan keberadaan sampah yang telah
mencemari wilayah pesisir dan laut. Selain itu, data penelitian terutama di
pencemaran laut mikroplastik masih jarang, sedangkan Indonesia adalah salah
satu negara penghasil sampah plastik terbanyak di dunia dari 20 negara (Jambeck
et al., 2015). Disamping itu, belum adanya informasi awal tentang mikroplastik di
wilayah ini merupakan salah satu kendala mengelola potensi perikanan dan
kelautan yang berbasis ramah lingkungan. Berdasarkan hal tersebut, perlu
dilakukan suatu kajian untuk mengidentifikasi mikroplastik pada sedimen dan
permukaan perairan di wilayah Pantai Bangsring. Adapun tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui, membandingkan dan mengidentifikasi jenis-jenis
mikroplastik serta mengetahui kelimpahan mikroplastik berdasarkan jenisnya pada
masing-masing kawasan yang berbeda. Diharapkan dari hasil identifikasi nantinya
akan bisa dilihat tingkat kerentanan suatu ekosistem terhadap pencemaran
mikroplastik serta dampaknya terhadap biota kedepannya.
1. 2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan adapun rumusan masalah
dalam penelitian ini yaitu bagaimana kelimpahan serta apa saja jenis dari
-
mikroplastik pada perairan Pantai Bangsring, Kabupaten Banyuwangi dan
darimana asal sumber mikroplastik pada perairan Bangsring, Kabupaten
Banyuwangi.
1. 3. Tujuan
Tujuan dalam penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi jenis mikroplastik pada perairan Pantai Bangsring,
Kabupaten Banyuwangi.
2. Membandingkan jumlah mikroplastik pada perairan dan sedimen di Pantai
Bangsring, Kabupaten Banyuwangi.
1. 4. Manfaat
Kegunaan dari Penelitian ini yaitu dapat dijadikan sebagai sumber
informasi keilmuan dasar untuk referensi tentang mikroplastik.
-
2. TINJAUAN PUSTAKA
2. 1. Pantai Bangsring
Pantai Bangsring adalah pantai yang berada di ujung timur Pulau Jawa,
tepatnya terletak di Desa Bangsring, Kecamatan Wongsorejo, Kabupaten
Banyuwangi. Pantai ini berjarak sekitar 10 km utara Pelabuhan Ketapang dan 15
km selatan Taman Nasional Baluran. Pantai Bangsring memiliki garis pantai
sepanjang 596 meter dimulai dari -8.049611°N dan 114.430222°E di utara hingga
-8.054747°N dan 114.431086°E di selatan. Pantai Bangsring merupakan kawasan
konservasi terumbu karang yang memiliki status sebagai kawasan perlindungan
laut (Marine protected area) (Andrimida, 2015). Kawasan perlindungan laut di
Pantai Bangsring ditetapkan melalui PERDES Bangsring No. 2 Tahun 2009
tentang Zona Perlindungan Bersama (ZPB). Kawasan ini memiliki zona inti seluas
1 Ha pada koordinat -8.052000°N dan 114.431722°E dengan zona pendukung
seluas 12 ha yang berada disekitarnya, sehingga keseluruhan ZPB memiliki luas
total sekitar 13 ha. Pantai Bangsring adalah pantai yang dimanfaatkan untuk
kegiatan ekowisata. Namun, pantai ini memiliki sejarah sebagai pantai tempat
nelayan setempat mencari ikan hias karena mayoritas nelayan di Desa Bangsring
berprofesi sebagai nelayan ikan hias. Kegiatan penangkapan ikan hias di Pantai
Bangsring mulai berkurang semenjak pantai ini dijadikan sebagai tempat wisata.
Para nelayan yang melakukan kegiatan penangkapan umumnya akan bekerja
diluar Zona Perlindungan Bersama (ZPB), seperti di Watu Dodol, Kampe,
Bengkak, hingga ke Pulau Tabuhan. Begitu pula halnya dengan kegiatan
penangkapan ikan konsumsi (Andrimida, 2015).
Keanekaragaman sumber daya ikan di Pantai Bangsring menjadi daya tarik
wisata tersendiri bagi wisatawan yang mengunjungi pantai ini. Pantai Bangsring
memiliki ekosistem terumbu karang dengan kondisi yang cukup baik, dimana hasil
-
monitoring bulan Januari 2015 menunjukkan penutupan karang hidup di Pantai
bangsring mencapai 38,33% (30% karang keras dan 8,33% karang lunak). Pantai
Bangsring juga kaya akan keanekaragaman jenis ikan karang, invertebrata laut,
dan penyu. Disamping itu, Pantai Bangsring juga seringkali disinggahi oleh
bermacam jenis burung laut. Selain keanekaragaman biotanya, Pantai Bangsring
juga dikenal dengan pemandangan matahari terbitnya.
2. 2. Mikroplastik
Mikroplastik merupakan salah satu sampah yang hanya dapat dilihat
menggunakan mikroskop. Mikroplastik berukuran sangat kecil. Sampah tersebut
sangat berbahaya karena bisa menyerupai fitoplankton dan menjadi makanan ikan
kecil. Jika dikonsumsi oleh ikan kecil, maka itu akan menggangu rantai makanan.
Karena ikan kecil akan dimakan oleh ikan lebih besar, dan pada akhirnya akan
dimakan oleh manusia. Hasil uji laboratorium menunjukkan bahwa mikroplastik
dapat di makan oleh organisme laut ketika salah satu partikel dari mikroplastik
dapat menyerupai makanan (Browne et al., 2008). Oleh karena itu sampah plastik
membahayakan keberlangsungan hidup biota laut yang saat ini, termasuk biota
laut yang berstatus langka seperti penyu. Ditemukan bahwa penyu sering
memakan plastik yang wujudnya mirip ubur-ubur saat mengambang di permukaan
laut. Menurut Browne et al. (2008), menjelaskan bahwa mikroplastik berbahaya
apabila dikonsumsi oleh satwa laut, yang kemudian di makan manusia, sebab
unsur mikroplastik disinyalir bisa hidup di sel-sel satwa laut hingga berbulan-bulan
setelahnya. Selain berdampak pada biota laut mikroplastik berbahaya bagi
kawasan pesisir (misalnya ekosistem mangrove, lamun dan terumbu karang).
Sampah di daerah pesisir merupakan salah satu permasalahan kompleks yang
dihadapi oleh suatu daerah yang berada dekat dengan pantai atau pesisir, apapun
jenis sampah yang ada di lautan akan sangat mengganggu untuk kehidupan
manusia, termasuk untuk wisata bahari yang sedang berkembang pesat saat ini.
-
Cauwenberghe et al. (2013) memperkirakan bahwa 10% dari semua plastik yang
baru diproduksi akan dibuang melalui sungai dan berakhir di laut. Secara umum,
mikroplastik dibagi menjadi 2 kategori yaitu yang diproduksi secara sengaja
(misalnya microbeads, pellet produksi plastik) yang biasa disebut sebagai
mikroplastik primer, sedangkan mikroplastik hasil dari degradasi (misalnya serat)
disebut mikroplastik sekunder (Cole et al., 2011). Waktu yang dibutuhkan untuk
makroplastik terdegradasi menjadi mikroplastik dapat dilihat pada Tabel 1 di
bawah ini.
Tabel 1. Waktu degradasi plastik (DEPA, 2015).
Material Waktu terdegradasi
Kantong plastik 1-1000 tahun
Botol plastik 100-1000 tahun
Serat kain sintetis 500 tahun
Foams 50 tahun
Benang jaring 600 tahun
Polistirena 100-1000 tahun
2. 3. Jenis Mikroplastik
Produksi plastik pertama kali sudah ada sejak tahun 1950-an dan terus
meningkat seiring dengan bertambahnya permintaan plastik yang digunakan untuk
membungkus benda-benda atau makanan. Menurut Yuliani (2009), secara garis
besar ada dua kelas utama: termoplastik dan termoset. Termoplastik contoh
umumnya termasuk polyethylene (PE, tinggi dan rendah density), polyethylene
terephthalate (PET), polypropylene (PP), polyvinyl chloride (PVC) dan polistirena
(PS, termasuk EPS diperluas). Termoset bahan plastik adalah plastik sekali
terbentuk, tidak dapat dibentuk ulang dengan pelelehan. Contoh umum termasuk
polyurethane (PUR) dan epoxyresin atau pelapis. Plastik umumnya diproduksi dari
bahan bakar fosil, tetapi biomassa (misalnya jagung, minyak tumbuhan) semakin
banyak digunakan. Setelah polimer disintesis, materi properti akan sama apa pun
jenis bahan baku yang digunakan.
-
2. 4. Faktor Oseanografi
Salah satu faktor masuknya sampah ke dalam laut adalah arus, karena
arus adalah proses pergerakan massa air menuju kesetimbangan yang
menyebabkan perpindahan horizontal dan vertikal massa air (Marpaung, 2014).
Arus merupakan pergerakan massa air laut yang diakibatkan oleh adanya tiupan
angin yang berhembus di permukaan air laut atau dapat juga disebabkan oleh
gerakan
gelombang yang panjang atau disebabkan oleh pasang surut (Sudarto, 1993).
Gerakan tersebut merupakan resultan dari beberapa gaya yang bekerja dan
beberapa faktor yang mempengaruhinya. Arus laut (sea current) adalah gerakan
massa air laut dari satu tempat ke tempat lain baik secara vertikal (gerak ke atas)
maupun secara horizontal (gerakan ke samping). Sehingga sampah yang berada
dipinggir pantai terbawa oleh arus dan masuk ke dalam laut, hal ini sesuai
dengan apa yang di katakan Sugianto dan Agus (2007), bahwa arus
merupakan suatu peristiwa pergerakan massa air yang dipengaruhi oleh
tegangan permukaan, salinitas, angin, dan beberapa faktor lainnya atau
perpindahan massa air secara horizontal maupun secara vertikal.
Menurut Mariska (2007), berdasarkan kecepatan arusnya maka perairan dapat
dikelompokkan menjadi berarus sangat cepat (> 1 m/s), cepat (0,5 -1 m/s),
sedang (0,25 – 0,5 m/s), lambat (0,01 – 0,25 m/s) dan sangat lambat (< 0,01
m/s).
2. 5. Bahaya dan Dampak Mikroplastik
Plastik terbuat dari material hidrofobik sehingga bahan pencemar
terkonsentrasi di permukaannya dan mikroplastik bertindak sebagai reservoir
bahan kimia toksik di lingkungan (Ivar do Sul dan Costa, 2013). Logam berat
seperti Cd, Co, Cr, Cu, Ni, dan Pb dapat menempel pada plastik pelet dengan
dipengaruhi oleh pH dan salinitas. Kemampuan Cd, Co, Ni, dan Pb menempel
-
pada plastik pelet dapat meningkat seiring dengan meningkatnya pH dan
menurunnya salinitas, namun sebaliknya, kemampuan Cr menempel pada plastik
pelet dapat menurun. Selain itu, kemampuan Cu menempel pada plastik pelet
tidak dapat dibuktikan dengan variabel pH dan salinitas (Holmes, 2013).
Plastik mengandung kontaminan organik, termasuk polychlorinated biphenyl
(PCBs), polycyclic aromatic hydrocarbon (PAH), petroleum hydrocarbon,
organochlorine pesticides, polybrominated diphenylethers, alkylphenol, dan
bisphenol yang menyebabkan efek kronis seperti gangguan endokrin pada biota
perairan (Teuten et al., 2009). Ancaman terhadap spesies adalah terabsorbsinya
PCB melalui sistem pencernaan (Derraik, 2002). Kontaminan yang mampu
bertahan dan terakumulasi melalui rantai makanan dapat membahayakan
kesehatan manusia. Mamalia laut, burung, ikan, dan penyu menerima dampak
pencemaran sampah laut. Kelompok hewan yang terkena dampak terbesar dari
sampah laut adalah mamalia. Partikel debris juga berdampak terhadap sistem
pencernaan sponge, cnidaria, cacing, laba-laba laut, krustase, moluska, bryozoa,
echinodermata, ascidians, alga, lamun, dan plankton (STAP, 2011).
Sampah laut memberikan dampak terhadap kehidupan melalui lima
mekanisme, yaitu (1) melalui sistem pencernaan dan terperangkapnya biota, (2)
terakumulasi dan menyebar ke wilayah lain, bersifat toksik, bioavailability, dan
memberikan dampak melalui rantai makanan, (3) sebagai vektor spesies invasif,
(4) berdampak terhadap habitat dan kehidupan dasar laut, dan (5) berdampak
secara ekonomi (Stevenson, 2011 ). Plastik merupakan vektor dalam penyebaran
mikroalga penyebab blooming (Maso et al., 2003) dan logam berat (Holmes,
2013).
2. 6. Proses Terbentuknya Mikroplastik
Produk-produk barang konsumsi dengan kemasan plastik cenderung terus
meningkat seiring dengan semakin meningkatnya konsumsi dan daya beli
-
masyarakat. Pada umumnya, industri makanan dan minuman menggunakan
kemasan plastik sebagai pembungkus karena ringan, fleksibel, praktis dan
harganya relatif murah. Kondisi ini diperburuk dengan kenyataan bahwa plastik-
plastik yang digunakan sebagai pembungkus adalah plastik yang tidak bisa
diuraikan oleh jazad renik (nonbiodegradable). Oleh karena itu, sisa plastik
pembungkus akan menjadi limbah yang berpotensi mencemari tanah dan perairan
di Indonesia dan mengancam kehidupan tanaman, hewan dan bahkan manusia.
Umur plastik sangat lama dan cenderung sulit terdegradasi, begitu berada di laut,
proses mekanis dan biologis membuat plastik pecah dan berubah ukuranya
menjadi mikroplastik (20 mm), kemudian seiring dengan dinamika
di laut akan berubah menjadi mesodebris (2-20 mm) dan akhirnya berubah
menjadi serpihan mikroplasik (
-
3. METODOLOGI PENELITIAN
3. 1. Tempat dan Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Februari – Agustus
2017, dimana tempat penelitian yang dikaji adalah Pantai Bangsring, kabupaten
Banyuwangi. Menentukan lokasi sampling mikroplastik berdasarkan pada
observasi lapangan dan memperhatikan keterwakilan dari lokasi penelitian.
Pengambilan sampel mikroplastik pada sedimen dan perairan dilakukan dengan 3
kali pengulangan masing-masing lokasi, dimana jarak antara perairan dan darat
±100m dengan panjang jalur pengambilan sampel masing-masing sejauh ±100m
Gambar 1. Penentuan titik lokasi menggunakan GPS (Global Positioning System).
Gambar 1. Lokasi penelitian.
-
3. 2. Alat dan Bahan
Alat – alat yang digunakan dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 2 di
bawah ini.
Tabel 1. Peralatan yang digunakan selama penelitian.
No Alat Kegunaan
1. Laptop Lenovo G40 Untuk mengolah data
2. Plankton net PN63 ukuran 63 µm Untuk menyaring mikroplastik
3. Botol kaca 500ml Untuk wadah sampel
4. Transek 1x1 meter Sebagai titik pengambilan sampel
5. Salinometer digital merk atago tipe
06S
Untuk megukur salinitas pada
perairan
6. Ayakan ukuran 0,600 mm Untuk menyaring sampel
7. Oven memmert Untuk mengeringkan sampel
8. Beaker glass Sebagai wadah untuk sampel
9. Mikroskop monokuler merk micros-
austria
Untuk mengamati sampel
10. Handy GPSmap garmin tipe 76CS x Untuk mengetahui posisi
pengambilan sampel
11. Kamera smarphone oppo Untuk dokumentasi penelitian
12. Microsoft Word 2013 Untuk penyusunan laporan
penelitian
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdapat pada
Tabel 3 di bawah ini.
Tabel 2. Bahan-bahan yang digunakan selama penelitian.
No Bahan Kegunaan
1. Larutan NaCl jenuh Untuk memisahkan sampel berdasarkan
densitasnya
2. Kertas Saring whatman no. 41
ukuran pori-pori 20-25µm
Untuk menyaring sampel cair
3. 3. Metode Penelitian
Menurut Suryana (2010), metode penelitian merupakan langkah – langkah
sistematis atau prosedur untuk mendapatkan pengetahuan. Langkah langkah
-
sistematis tersebut meliputi, mengidentifikasi dan merumuskan masalah,
menyusun kerangka pemikiran, merumuskan hipotesis, menguji hipotesis dan
menarik kesimpulan. Metode penelitian dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu
metode eksperimen, metode studi kasus, metode historis, metode deskriptif dan
metode lainnya.
Pada penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif,
dimana menggunakan hasil pengolahan data untuk dianalisis kejadian yang ada.
Untuk kemudian selanjutnya dilakukan analisis statistik korelasi pearson untuk
mengetahui hubungan antara mikroplastik di perairan dengan sedimen pada
Pantai Bangsring. Menurut Setyosari (2010), bahwa penelitian deskriptif adalah
penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan suatu
keadaan, peristiwa, objek, atau segala sesuatu yang terkait dengan variable –
variebel yang bisa dijelaskan baik dengan angka – angka maupun kata – kata.
3. 3. 1. Teknik Pengambilan Data
Pada penelitian ini, data yang digunakan meliputi data primer dan data
sekunder, yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
3. 3. 1. 1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dengan
mengamati langsung terhadap obyek yang diselidiki, baik dalam situasi yang
sebenarnya maupun dalam situasi buatan yang khusus diadakan (Rokhmana,
2012). Pengumpulan data primer dilakukan dengan pengukuran data secara
langsung atau in situ.
Penelitian in situ mengenai mikroplastik pada permukaan perairan dan
pada sedimen dilakukan dengan pengambilan sampel dilapang secara langsung
(in situ) menggunakan plankton net untuk diperairan saja dengan mesh size 63
microns (Stolte et al., 2015). Plankton net berdiameter 52 cm dengan panjang
jaring 150 cm, selanjutnya plankton net di tarik di permukaan perairan sejauh 100
-
m secara horizontal dengan setengah dari pembukaan bersih terendam untuk
mengumpulkan partikel mengambang dengan 5 kali pengulangan di setiap stasiun
dengan masing-masing pengulangan tiap stasiun di ambil 500 ml (Hidalgo-Ruz et
al., 2012). Sample yang sudah didapat di pindahkan ke laboratorium untuk
kemudian diolah kembali. Adapun untuk pengukuran volume air yang tersaring
plankton net, menggunakan rumus volume tabung sebagai berikut:
V = 1/2πr2t
Keterangan:
V = Volume air tersaring (m3)
Π = phi
r = jari-jari (m)
t = Tinggi / Panjang jaring di tarik (m)
Tahap pemisahan mikroplastik pada sampel perairan dengan cara
penyaringan sampel cair secara langsung menggunakan kertas whatman nomor
41 dengan pori-pori 20-25 µm untuk kemudian di identifikasi dan dihitung dibawah
mikroskop (Crawford dan Quinn, 2017).
Pengambilan sampel in situ pada sedimen dilakukan dengan
menggunakan sendok besi dengan kedalaman sampai 5 cm dengan 5 kali
pengulangan di setiap stasiun dengan panjang garis untuk pengambilan sampel
sejauh 100 m dengan tiap 20 m dibuat transek 1x1 m (Besley et al., 2016).
Pengambilan sampel menggunakan sendok besi dilakukan secara acak pada
transek 1x1 m di batas pasang surut dengan jumlah sampel sedimen yang diambil
sebanyak 500gr dari masing-masing transek, skema transek dapat dilihat pada
Gambar 2 di bawah.
-
Gambar 2. Transek pada sedimen pada satu stasiun.
Pemisahan partikel mikroplastik dari sedimen dan perairan dilakukan
secara ex situ pada laboratorium dengan beberapa tahap yaitu (a) pengeringan,
(b) pengurangan volume, (c) pemisahan densitas, (d) penyaringan, dan (e)
pemilahan secara visual. Pengeringan dilakukan dengan oven pada suhu 105o C
selama 72 jam. Tahap pengurangan volume sedimen kering dilakukan dengan
melakukan penyaringan sampel menggunakan saringan ukuran 5 mm (Hidalgo-
Ruz et al., 2012). Tahap pemisahan densitas dilakukan dengan mencampurkan
sampel sedimen kering (2500 gr) dan larutan NaCl jenuh kemudian campuran
diaduk selama 2 menit (Claessens et al., 2011). Plastik yang mengapung
merupakan polystyrene, polyethylene, dan polypropylene. Tahap penyaringan
dilakukan dengan menyaring supernatan air. Partikel mikroplastik dipilah secara
visual menggunakan mikroskop monokuler dan dikelompokkan ke dalam lima
jenis, yaitu film, filamen, fragmen, granule, foams. Parameter yang diambil adalah
kelimpahan pada sedimen (partikel /2500gr sedimen kering) dan kelimpahan pada
perairan (partikel /2500ml sampel air laut) (Hidalgo-Ruz et al., 2012). Urutan
tahapan dapat dilihat pada Gambar 3 di bawah.
-
Gambar 3. Tahapan pengolahan sampel mikroplastik pada sediment (Hidalgo-Ruz et al., 2012).
Sampel yang sudah didapatkan dan diolah dari laboratorium kemudian
diidentifikasi berdasarkan bentuk dan warna. Kemudian perbedaan kelimpahan
mikroplastik pada permukaan perairan dan sedimen dianalisis secara deskriptif.
Kriteria standar untuk membedakan identifikasi mikroplastik sebagai berikut : 1.
Partikel harus jelas dan homogen, 2. Tidak terlihat struktur organik didalam partikel
plastik, 3. Fiber atau serat harus memiliki ketebalan yang sama dan memiliki lentur
dimensional, 4. Partikel yang transparan harus diperiksa dibawah perbesaran yang
tinggi pada mikroskop (Norén, 2007). Contoh partikel dapat dilihat pada Gambar 4
di bawah.
Gambar 4. (a) fiber, (b) fragmen dan (c) film dengan perbesaran 25 kali (Dewi, et al., 2015).
3. 3. 1. 2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang telah lebih dahulu dikumpulkan dan
dilaporkan oleh orang di luar dari penyelidik sendiri, walaupun yang
-
dikumpulkan itu sesungguhnya adalah data asli (Hasan, 2002). Baik berupa
jurnal, buku, laporan, dan lain sebagainya.
3. 3. 2. Diagram alur penelitian
Diagram alur pada penelitian ini untuk menjelaskan prosedur atau tahapan
penelitian agar lebih memahami gambaran sistematis dalam penelitian. Diagram
alur penelitian dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Diagram alur penelitian
Mulai
Studi literatur
Pengambilan data
Data primer Data Sekunder
In situ ex situ
lapang laboratorium
Studi Literatur
Perhitungan
jumlah mikroplasik
Analisis
mikroplasik
Kesimpulan
Selesai
-
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4. 1. Hasil dan Analisis Data Mikroplastik
Pemilihan visual dari proses ekstraksi menggunakan kertas whatman
nomor 41 dengan ukuran pori-pori 20-25µm. Identifikasi mikroplastik
menggunakan analisis visual berdasarkan karakteristik morfologi seperti warna
dan bentuk. Hasil identifikasi mikroplastik kemudian di klasifikasikan berdasarkan
beberapa bentuk jenis yaitu film (partikel tipis), filamen (tipis, lurus dan dari
partikel silinder), fragmen (partikel bentuk bergerigi dan tidak beraturan yang
memiliki permukaan yang tidak rata), granule (partikel bulat), foams (partikel
ringan dengan texture spons) untuk kemudian masing-masing di hitung
jumlahnya (Karami et al., 2017).
4. 1. 1. Perairan
Hasil identifikasi mikroplastik menggunakan mikroskop dengan
perbesaran 10x pada perairan Pantai Bangsring diperoleh hasil total keseluruhan
mikroplastik berjumlah 50 buah/2500ml air laut. Sampel mikroplastik yang di
amati terdiri dari 5 kategori bentuk, yaitu film, filamen, fragmen, granule, foams.
Jenis mikroplastik di perairan yang paling banyak ditemukan berupa
filamen karena adanya kegiatan antropogenik berupa aktivitas wisata snorkeling,
diving, berenang paling banyak terjadi. Menurut Pham et al. (2014), distribusi
spasial dan akumulasi sampah di laut salah satunya dipengaruhi oleh aktivitas
antropogenik dan wisata perairan. Banyaknya mikroplastik salah satunya
dipengaruhi oleh arus. Menurut Horton et al. (2016), dinamika di laut berupa
kecepatan arus dapat mengendalikan aliran partikel mikroplastik. Pergerakan
arah arus dapat di lihat pada Gambar 6 di bawah.
-
Gambar 1. Pergerakan arah arus pada Pantai Bangsring saat sampling.
Berdasarkan Gambar 6, arus mengarah dari ulangan 1 ke ulangan 3,
sehingga seharusnya jumlah mikroplastik yang terbanyak di temukan di ulangan
3. Akan tetapi dikarenakan adanya rumah apung yang dapat menahan
pergerakan plastik yang mengarah ke ulangan 2, diduga hal ini yang
menyebabkan jumlah mikroplastik yang ditemukan pada ulangan 2 lebih banyak
daripada pada ulangan 1 dan 3.
Hasil identifikasi bentuk mikroplastik pada perairan Pantai Bangsring
menggunakan mikroskop dapat dilihat pada Gambar 7-10 di bawah.
Gambar 2. Mikroplastik berbentuk film yang ditemukan di air di sebelah kiri dan menurut Viršek (2016) di sebelah kanan.
-
Gambar 3. Mikroplastik berbentuk filamen yang ditemukan di air di sebelah kiri dan menurut Viršek (2016) di sebelah kanan.
Gambar 4. Mikroplastik berbentuk fragmen yang ditemukan di air di sebelah kiri dan menurut Viršek (2016) di sebelah kanan.
Gambar 5. Mikroplastik berbentuk granule yang ditemukan di air di sebelah kiri dan menurut Viršek (2016) di sebelah kanan.
Hasil presentase masing-masing jenis mikroplastik pada perairan dan
sedimen berdasarkan jenisnya dapat dilihat pada Gambar 11 di bawah.
Gambar 6. Grafik presentase perbandingan tiap jenis mikroplastik di perairan dan sedimen.
10%
33% 32%
10%
14%
0
5
10
15
20
25
Filmsedimen
Filamensedimen
fragmensedimen
Granulesedimen
Foamssedimen
14%
48%
32%
6% 0%
0
5
10
15
20
25
30
Filmperairan
Filamenperairan
fragmenperairan
Granuleperairan
Foamsperairan
-
Sumber pencemaran mikroplastik ke lingkungan sangat banyak dan
bervariasi, presentase jenis mikroplastik berdasarkan jenisnya dapat dilihat pada
Gambar 11 di atas. Mikroplastik yang paling banyak ditemui dan paling dominan
adalah jenis filamen, dimana salah satu asal sumber mikroplastik jenis filamen
adalah dari air limbah bekas cucian pakaian. Menurut Browne et al. (2011),
setiap kali kita mencuci pakaian dapat menghilangkan 1900 serat filamen pada
pakaian yang tercuci. Presentase jenis mikroplastik tertinggi kedua berupa jenis
fragmen. Asal jenis mikroplastik fragmen diduga bersumber dari botol plastik
yang mengapung, karena banyak ditemukan botol plastik dan bungkus-bungkus
plastik mengapung diperairan ini, dimana botol plastik dan bungkus plastik
merupakan komponen utama terbentuknya jenis mikroplastik berupa fragmen
dan filamen. Menurut Horton et al. (2016), sumber mikroplastik jenis fragmen
adalah dari barang sampah besar seperti botol plastik (polypropylene) dan bahan
kemasan (polystyrene), sedangkan untuk jenis foams tidak ditemukan pada
perairan. Mikroplastik jenis foams menurut Ryan et al. (2009), untuk jenis foams
lebih banyak ditemukan pada sedimen daripada di perairan karena foams lebih
mudah tertiup dan terbawa oleh angin di permukaan perairan.
4. 1. 2. Sedimen
Hasil identifikasi mikroplastik menggunakan mikroskop dengan
perbesaran 10x pada sedimen Pantai Bangsring, diperoleh hasil total
keseluruhan mikroplastik berjumlah 69 buah/2500gr sampel sedimen. Jenis
mikroplastik yang di amati terdiri dari 5 kategori bentuk, yaitu film, filamen,
fragmen, granule, foams.
Secara keseluruhan akumulasi mikroplastik pada sedimen paling banyak
ditemukan pada ulangan 3 sejumlah 36 buah/2500gr sampel sedimen. Hal ini
dikarenakan ulangan 3 yang berdekatan dengan muara sungai dan terdapat
-
banyak aktivitas masyarakat berupa memancing, mencuci, menjaring ikan dan
kegiatan antropogenik lainnya. Menurut Mani et al. (2015), 80% pencemaran
mikroplastik berasal dari daratan dan disalurkan melalui aliran sungai sebelum
akhirnya terbawa ke laut. Selain itu jenis sedimen pantai juga berpengaruh
terhadap akumulasi mikroplastik serta arah arus laut bisa menyebabkan
akumulasi sampah plastik terutama mikroplastik. Distribusi spasial dan akumulasi
sampah di laut dipengaruhi oleh aktivitas antropogenik, dan jenis sedimen (Pham
et al., 2014). Menurut Cheshire et aI. (2009), tingkat degradasi mikroplastik
sangat bervariasi tergantung pada kondisi lingkungannya seperti jenis sedimen
(pasir, kerikil, batu). Menurut Watters et al. (2010), jenis sedimen berpengaruh
terhadap kelimpahan mikroplastik, dimana jenis sedimen pasir, kerikil, dan batu
dapat menyebabkan mikroplastik terperangkap pada sedimen tersebut. Selain
jenis sedimen diduga banyaknya akumulasi dari mikroplastik pada sedimen
dipengaruhi oleh topografi dan arus dari pantai tersebut. Judson dan Kaufiman
(1990), menyatakan bahwa arus di dalam pengerahannya sangat dipengaruhi
oleh topografi dan bentuk pantai. Pantai Bangsring adalah salah satu pantai yang
terletak di utara jawa yang bentuk topografinya cenderung landai. Menurut
Hidayah dan Mahatmawati (2010), perairan di sisi utara Pulau Jawa memiliki
karakteristik kondisi topografi yang lumayan landai. Menurut Ongkosongo
(1982), salah satu faktor penyebab bentuk topografi pantai adalah arus. Arus
disini secara tidak langsung juga mempengaruhi transportasi dan kelimpahan
dari mikroplastik pada sedimen. Arus dapat membawa mikroplastik jauh dari titik
awal mereka ditemukan (Thiel et al., 2013). Hal ini mengindikasikan bahwa selain
arus, topografi dari suatu pantai dapat mempengaruhi akumulasi dari mikroplastik
pada sedimen.
Hasil identifikasi bentuk mikroplastik pada sedimen Pantai Bangsring
menggunakan mikroskop dapat dilihat pada Gambar 12-16 di bawah.
-
Gambar 7. Mikroplastik berbentuk film yang ditemukan di sedimen di sebelah kiri dan menurut Viršek (2016) di sebelah kanan.
Gambar 8. Mikroplastik berbentuk filamen yang ditemukan di sedimen di sebelah kiri dan menurut Viršek (2016) di sebelah kanan.
Gambar 9. Mikroplastik berbentuk fragmen yang ditemukan di sedimen di sebelah kiri dan menurut Viršek (2016) di sebelah kanan.
Gambar 10. Mikroplastik berbentuk granule yang ditemukan di sedimen di sebelah kiri dan menurut Viršek (2016) di sebelah kanan.
-
Gambar 11. Mikroplastik berbentuk foams yang ditemukan di sedimen di sebelah kiri dan menurut Viršek (2016) di sebelah kanan.
Hasil presentase dari jenis mikroplastik di sedimen dapat dilihat pada
Gambar 11 di atas. Presentase mikroplastik paling dominan pada sedimen
berupa jenis filamen dan fragmen yang dapat dilihat pada Gambar 11 di atas, hal
ini karena filamen dan fragmen pada sedimen merupakan hasil akumulasi
fragmen yang terbawa oleh arus yang berasal dari perairan ke daratan dan
terakumulasi di sedimen. Hal ini didukung dengan lokasi pengambilan sampel
yang dekat dengan pemukiman penduduk Pantai Bangsring. Menurut Frias et al.
(2016), semakin dekat dengan daerah aktivitas manusia distribusi spasial dan
akumulasi mikroplastik filamen dan fragmen di sedimen semakin banyak.
Mikroplastik jenis foams ditemukan hanya pada sedimen. Hal ini karena arus
perairan mengarah ke darat (Gambar 6) sehingga ditemukan foams terakumulasi
pada sedimen. Menurut Pichel et al. (2012), arah arus mempengaruhi
pergerakan distribusi dan akumulasi dari mikroplastik.
4. 1. 3. Hubungan Mikroplastik Antara Perairan dan Sedimen
Mikroplastik yang ditemukan secara keseluruhan jenisnya sama, baik itu
di perairan maupun darat paling tinggi berupa filamen, sedangkan yang terendah
berbeda antara perairan dan darat. Pada perairan jenis mikroplastik yang paling
sedikit ditemukan berupa foams sedangkan pada sedimen berupa granule.
Mikroplastik dapat dihasilkan dari pemecahan objek atau mereka dapat langsung
masuk ke lingkungan laut sebagai filamen, granule, pellet (Suaria, 2016).
-
Menurut Minchin (1996), mikroplastik jenis fragmen dan filamen
menyumbang 25% dari semua substrat baik pada sedimen maupun perairan laut.
Hal ini berbanding lurus dengan jumlah mikroplastik yang paling banyak ditemui
dari masing-masing stasiun baik darat maupun laut. Distribusi mikroplastik pada
perairan dan sedimen Pantai Bangsring sangat di pengaruhi oleh dinamika di
laut, diantaranya dipengaruhi oleh arus perairan dan densitas dari masing-
masing jenis mikroplastiknya. Arus perairan disini secara langsung maupun tidak
langsung berpengaruh dengan distribusi mikroplastik. Menurut Ryan et al.
(2009), adanya arus maka terjadi perpindahan mikroplastik dari perairan ke
sedimen sehingga lebih banyak ditemukan mikroplastik pada sedimen. Hal ini
sesuai dengan hasil yang didapatkan pada penelitian ini, yaitu jumlah total
mikroplastik lebih banyak di sedimen sejumlah 69 buah daripada di perairan yang
berjumlah 50 buah.
Pengukuran arus secara in situ pada perairan bangsring didapatkan arus
pada tiap stasiun yaitu 3,33 m/s, stasiun 2 sebesar 5 m/s, dan stasiun 3 sebesar
2 m/s. Menurut Mariska (2007), berdasarkan kecepatan arusnya maka perairan
tersebut dikelompokkan menjadi berarus sangat cepat (> 1 m/s). Menurut Cozar
et al. (2014), faktor yang mempengaruhi distribusi dan akumulasi mikroplastik
pada perairan adalah arus. Distribusi disini secara tidak langsung juga
dipengaruhi oleh densitas dari mikroplastik, dimana semakin ringan densitas dari
jenis mikroplastik akan semakin mudah di distribusikan sehingga mikroplastik
menjadi terakumulasi banyak di sedimen.
Jenis mikroplastik, yang paling dominan baik di perairan maupun di
sedimen adalah filamen. Hal ini karena densitas filamen yang cenderung lebih
ringan dibandingkan jenis mikroplastik yang lainnya, sehingga distribusinya
menjadi lebih mudah. Hal tersebut juga tidak terlepas dari asal jenis mikroplastik
filamen yaitu polypropylene. Menurut DEPA (2015), Densitas menentukan
-
distribusi partikel mikroplastik baik di perairan maupun sedimen. Dimana densitas
polypropylene paling ringan diantara jenis plastik yang lainnya, densitas
polypropylene sebesar 0.90-0.91 g/cm. Densitas dari masing-masing asal jenis
mikroplastik dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah.
Tabel 4. Densitas dari masing-masing jenis mikroplastik (Hidalgo-Ruz et al., 2012).
Tipe polymer Densitas polymer (g cm-3)
Polyethylene (fragmen,filament, film) 0.917-0.965
Polypropylene (filamen, fragmen) 0.9-0.91
Polystyrene (fragmen) 1.04-1.1
Polyamide (nylon) 1.02-1.05
Polyvinylchloride (foams, film, granule) 1.16-1.58
Polyurethane (foams) 1.2
Hubungan antara mikroplastik dapat dilihat pada Gambar 17 di bawah.
jenis film yang ditemukan di perairan dan sedimen menunjukkan bahwa ada
trend hubungan yang negatif, sedangkan untuk jenis filamen menunjukkan trend
yang positif. Untuk jenis fragmen menunjukkan hasil trend hubungan, dimana
semakin tinggi jumlah fragmen di sedimen maka semakin tinggi jumlah fragmen
di perairan (positif), sedangkan jenis mikroplastik granule menunjukkan hasil
semakin tinggi granule di sedimen maka granule di perairan akan semakin
rendah (negatif). Jenis foams tidak dapat dilihat trendnya karena hanya
ditemukan pada 1 ulangan saja. Sedangkan hasil analisis korelasi pearson
menunjukkan adanya hubungan korelasi yang signifikan sebesar 0,018 yang
berarti adanya pengaruh antara jumlah mikroplastik di perairan dengan sedimen
yang dapat dilihat pada lampiran 2. Hasil ini mirip dengan hasil penelitian
mikroplastik lainnya yang dilakukan di Inggris (Thompson et al., 2004), Belgia
(Claessens et al., 2011), Singapura (Ng dan Obbard, 2006), Italy (Vianello et al.,
2013), yang melaporkan hasil mikroplastik yang paling umum ditemukan adalah
filamen, fragmen, film, dan granule baik pada perairan maupun pada sedimen.
-
Pola distribusi kelimpahan mikroplastik di perairan dan sedimen pada
penelitian ini menunjukkan pola yang sama pada penelitian-penelitian terdahulu
yang dilakukan di Inggris (Thompson et al., 2004), Belgia (Claessens et al.,
2011), Singapura (Ng dan Obbard, 2006), Italy (Vianello et al., 2013) yang
menyimpulkan bahwa bentuk jenis mikroplastik yang dominan ditemukan berupa
filamen dan fragmen, walaupun dari segi total jumlah yang ditemukan pada
Pantai Bangsring cenderung lebih sedikit dari yang ditemukan pada empat lokasi
yang berbeda diatas. Diduga hal ini karena kecepatan arus serta arah arus dan
waktu pengambilan sampel. Menurut Kim et al. (2015), angin musiman dan arus
bertanggung jawab untuk transportasi mikroplastik ke pantai. Arah arus
berdasarkan musimnya dapat dilihat pada Gambar 18 di bawah.
0
1
2
3
4
0 2 4 6
Film
Per
aira
n
Film Sedimen
0
5
10
15
0 5 10 15
Fila
men
Per
aira
n
Filamen Sedimen
0
2
4
6
8
0 5 10 15Fra
gmen
Per
aira
n
Fragmen Sedimen
0
0.5
1
1.5
2
2.5
0 2 4 6
Gra
nu
le P
erai
ran
Granule Sedimen
Gambar 17. Trend kelimpahan mikroplastik di sedimen dan perairan. Untuk jenis film (kiri atas), filament (kanan atas), fragmen (kiri bawah), granule (kanan bawah).
-
Arah arus pada gambar di atas menunjukkan adanya perbedaan arah
berdasarkan musim yang berbeda, hal ini diduga dapat menyebabkan perbedaan
jenis dan jumlah mikroplastik yang ditemukan pada Pantai Bangsring oleh karena
itu perlu adanya penelitian lebih lanjut pada musim yang berbeda-beda.
Gambar 18. Arah arus pada musim timur (kiri atas); Arah arus pada musim barat (kanan atas); Arah arus pada musim peralihan 2 (bawah).
-
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5. 1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang sudah dilakukan maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Mikroplastik yang paling dominan pada perairan ataupun sedimen Pantai
Bangsring berupa filamen, sedangkan yang paling sedikit pada perairan berupa
foams dan pada sedimen berupa granule.
2. Jumlah mikroplastik pada perairan dan sedimen menunjukkan adanya
hubungan korelasi yang signifikan sebesar 0,018 yang berarti adanya pengaruh
antara jumlah mikroplastik di perairan dengan sedimen.
5. 2. Saran
Penelitian mengenai mikroplastik di kawasan Pantai Bangsring sebaiknya
dilakukan dengan mempertimbangkan musim darat (musim kemarau dan musim
hujan) dan musim laut (musim barat, musim timur, musim peralihan 1 dan 2).
Masukan mikroplastik dari sungai sebaiknya dikaji untuk mengetahui banyaknya
mikroplastik yang masuk ke dalam kawasan pesisir.
-
DAFTAR PUSTAKA
Andrimida, A. 2015. Valuasi Ekonomi Ekosistem Terumbu Karang Di Pantai
Bangsring Banyuwangi Jawa Timur. Skripsi. Fakultas Perikanan Dan Ilmu
Kelautan Universitas Brawijaya. Malang.
Besley, A., Martina, G. V., Paul, B., Thijs, B., 2016. A standardized method for
sampling and extraction methods for quantifying microplastics in beach
sand. Mar. Pollut. Bull. 114: 77-83.
Browne, M. A., Crump, P., Niven, S. J., Teuten, E., Tonkin, A., Galloway, T.,
Thompson, R., 2011. Accumulation of microplastic on shorelines
worldwide: sources and sinks. Env. Sci. Tech. 45: 9175 –9179.
Browne, M. A., Dissanayake, A., Galloway, T. S., Lowe, D. M., Thompson, R. C.
2008. Ingested microscopic plastic translocates to the circulatory system of
the mussel, Mytilus edulis (L.). Env. Sci. Tech. 42: 5026–5031.
Cauwenberghe L. V., Claessens M., Vandegehuchte M. B., Mees J and Janssen
CR., 2013. Assessment of marine debris on the Belgian Continental Shelf.
Mar. Pollut. Bull. 73: 161 -169.
CBD, 2012. Convention on Biological Diversity: Impacts of Marine Debris on
Biodiversity: Current Status and Potential Solutions Technical Series No.
67. Montreal.
Cheshire A., Adler E., Barbière J., Cohen Y., Evans S., Jarayabhand S., Jeftic L.,
Jung R. T., Kinsey S., Kusui E. T., Lavine I., Manyara P., Oosterbaan L.,
Pereira M. A., Sheavly S., Tkalin A., Varadarajan S., Wenneker B.,
Westphalen G., 2009. UNEP/IOC Guidelines on survey and monitoring of
marine litter. UNEP Regional Seas Reports and Studies, No. 186; IOC
Technical Series No 83.
-
Claessens, M., De Meester, S., Van Landuyt, L., De Clerck, K., Janssen, C. R.,
2011. Occurrence and distribution of microplastics in marine sediments
along the Belgian coast. Mar. Pollut. Bull. 62: 2199 –2204.
Cole, M., Lindeque, P., Halsband, C., Galloway, T.S., 2011. Microplastics as
contaminants in the marine environment: a review. Mar. Pollut. Bull. 62:
2588-2597.
Cole, M., Webb, H., Lindeque, P. K., Fileman, E. S., Halsband, C., Galloway, T. S.
2014. Isolation of microplastics in biota-rich seawater samples and marine
organisms. Sci. Rep. 4: 4528.
Cozar, A., Echevarría, F., Gonz alez-Gordillo, J.I., Irigoien, X., Úbeda, B., Hern
andez-Leon, S., Palma, A.T., Navarro, S., García-de-Lomas, J., Ruiz, A.,
Fern andez-de-Puelles, M., Duarte, C.M., 2014. Plastic debris in the open
ocean. Proc. Natl. Acad. Sci. 111: 10239-10244.
Crawford, C. B., Quinn, B., 2017. 5-Microplastics, standardization and spatial
distribution.Elsevier 102-130.
DEPA, 2015. The Danish Environmental Protection Agency: Microplastics -
Occurrence, effects and sources of releases to the environment in
Denmark. Denmark.
Derraik, J. G. B., 2002. The pollution of the marine environment by plastic debris:
a review. Mar. Pollut. Bull. 44: 842-852.
Dewi, I. S., Anugrah, A. B., Irwan, R. R., 2015. Distribusi mikroplastik pada
sedimen di Muara Badak, Kabupaten Kutai Kartanegara. Depik. 4: 121-
131.
Frias, J. P. G. L., Gago, J., Otero, V., & Sobral, P., 2016. Microplastics in coastal
sediments from Southern Portuguese shelf waters. Mar. Env. Res. 114: 24–
30.
-
Hasan, I. M., 2002. Pokok-pokok materi metodologi penelitian dan aplikasinya.
Jakarta: Ghalia Indonesia
Hidalgo-Ruz, V., Gutow, L., Thmpson, R. C. & Thel, M., 2012. Microplastics in the
marine environment: a review of the methods used for identifiation and
quantifiation. Envir. Sci. Tech. 46: 3060–3075.
Hidayah, Z., Mahatmawati, A. D., 2010. Perbandingan fluktuasi muka air laut rerata
(MLR) di perairan pantai utara jawa timur dengan perairan pantai selatan
jawa timur. Kelautan. 2: 159-167.
Holmes L. A. 2013. Interactions of trace metals with plastic production pellets in
the marine environment. Thesis. University of Plymouth. Plymouth.
Horton, A. A., Claus, S., Richard, J. W., David, J. S., Elma, L. 2016. Large
microplastic particles in sediments of tributaries of the River Thames, UK –
Abundance, sources and methods for effective quantification. Mar. Pollut.
Bull. 114: 218 –226.
Ivar do Sul, J. A., Monica F. C., 2013. Plastic pollution risks in an estuarine
conservation unit. J. Coast. Res. 65:48-53.
Jambeck, J. R., Geyer, R., Wilcox, C., Siegler, T. R., Perryman, M., Andrady, A.,
Narayan, R., Law, K. L. 2015. Plastic waste inputs from land into the ocean.
Science 347: 768 –771.
Judson, S., Kauffman M. E.,1990. Physical Geologi 8 ed. Prentice Hall Inc. New
Jersey.
Karami, A., Abolfazl, G., Cheng, K. C., Vincent, L., Tamara, S. G., Babak, S., 2017.
The presence of microplastics in commercial salts from different countries.
Sci. Rep. 7: 46173.
Kemensetneg, 2008. Kementerian Sekretariat Negara: Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Jakarta.
-
Kim, I.-S., Chae, D.-H., Kim, S.-K., Choi, S.B., Woo, S.-B., 2015. Factors
influencing the spatial variation of microplastics on high-tidal coastal
beaches in Korea. Arch. Environ. Contam. Toxicol. 69: 299-309.
Lusher, A. L., Valentina, T., lan, O., Rick, O., 2015. Microplastics in Arctic polar
waters: the fist reported values of particles in surface and sub-surface
samples. Sci. Rep. 5: 14947.
Mani, T., Armin, H., Ulrich, W., Patricia, B., 2015. Microplastics Profile Along The
Rhine River. Sci. Rep. 5: 17988.
Mariska, I. 2007. Penentuan Pola Sebaran Makrozoobentos Berdasarkan
Kedalaman Di Perairan Teluk Labuange, Kabupaten Barru. Skripsi. FIKP-
Universitas Hassanudin. Makassar.
Marpaung, S., Teguh, P. 2014. Analisis arus geostropik permukaan laut
berdasarkan data satelit altimetri. Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh.
Maso, M., Garces, E., Pages, F., Camp, J., 2003. Drifting plastic debris as a
potential vector for dispersing Harmful Algal Bloom (HAB) species. Sci.
Mar. 67: 107-111.
Minchin, D., 1996. Tar pellets and plastics as attachment surfaces for Lepadid
cirripedes in the North Atlantic Ocean. Mar. Pollut. Bull. 32: 855–859.
Ng, K. L., Obbard, J. P., 2006. Prevalence of microplastics in Singapore’s coastal
marine environment. Mar. Pollut. Bull. 52: 761–767.
NOAA, 2013. National Oceanic and Atmospheric Administration: Programmatic
environmental assessment (PEA) for the NOAA Marine Debris Program
(MDP). Maryland.
Norén, F. 2007. Small plastic particles in coastal Swedish waters. KIMO. Sweden.
Ongkosongo, S.1989. Pasang Surut.LIPI. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Oseonologi. Jakarta.
-
Pham C. K., Eva, R., Alt, Claudia, H. S. A., Teresa, A., Melanie, B., Micquel, C.,
Joan, B. C., Jaime, D., Gerard, D., Francois, G., Kerry, L. H., Veerle, A. I.
H., Eduardo, I., Daniel, O. B. J., Galderic, L., Telmo, M., Jose, N. G., Autun,
P., Heather, S., Ines, T., Xavier, T., David, V. R., Paul, A. T., 2014. Marine
Litter Distribution and Density in European Seas, from the Shelves to Deep
Basins. PLoS ONE 9: e95839.
Pichel, W. G., Timothy, S. V., James H. C., Elena A., Karen S. F., David G. F.,
Russell E. B., Dale, K., Simeon, O., Pablo, C., Xiaofeng L., 2012. GhostNet
marine debris survey in the Gulf of Alaska – Satellite guidance and aircraft
observations. Mar. Pollut. Bull. 65: 28-41.
Rios, L. M., Moore, C., Jones, P. R. 2007. Persistent organic pollutants carried by
synthetic polymers in the ocean environment. Mar. Pollut. Bull. 54: 1230–
1237.
Rokhmana, S. N. 2012. Analisis Pengaruh Risiko Pembiayaan terhadap
Profitabilitas. Skripsi. Institut Agama Islam Negeri Walisongo. Semarang.
Ryan, P. G., Charles, J. M., Jan, A. V. F., Coleen, L. M., 2009. Monitoring the
abundance of plastic debris in the marine environment. Phil. Trans. R. Soc.
B. 364.
Setyosari, P. 2010. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta :
Kencana. 200 hlm.
STAP, 2011. Scientific and Technical Advisory Panel: Marine Debris as a
Global Environmental Problem: Introducing a Solutions Based Framework
Focused on Plastic. A STAP Information Document. Washington DC
Stevenson, C. 2011. Plastic Debris in the California Marine Ecosystem: A
Summary of Current Research, Solution Strategies and Data Gaps.
University of Southern California Sea Grant. Oakland.
-
Stolte, A., Stefan, F., Gunnar, G., Hendrik, S., 2015. Microplastic concentrations in
beach sediments along the German Baltic coast. Mar. Pollut. Bull. 99: 216–
229.
Suaria, G., Carlo G. A., Annabella M., Gwendolyn L. L., Marcello G. M., Genuario
B., Charles J. M., Francesco R., Stefano A., 2016. The Mediterranean
Plastic Soup: synthetic polymers in Mediterranean surface waters. Sci.
Rep. 6: 37551.
Sudarto. 1993. Pembuatan alat pengukur arus secara sederhana. Oseana. 1: 35-
44.
Sugianto, D. N., Agus A. D. S. 2007. Studi Pola Sirkulasi Arus Laut
di Perairan Pantai Provinsi Sumatera Barat. Ilmu Kelautan. 12: 79-92.
Suryana. 2010. Metodologi Penelitian. Model Praktis Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif. Buku Ajar Perkuliahan. Universitas Pendidikan Indonesia.
Bandung.
Teuten, E. L., Jovita M. S., Detlef R. U. K., Morton A. B., Susanne J., Annika B.,
Steven J. R., Richard C. T., Tamara S. G., Rei Y., Daisuke O., Yutaka W.,
Charles M., Pham H. V., Touch S. T., Maricar P., Ruchaya B., Mohamad p.
Z., Kongsap A., Yuko O., Hisashi H., Satoru I., Kaoruko M., Yuki H., Ayako
I., Mahua S., Hideshige T., 2009. Transport and release of chemicals from
plastics to the environment and to wildlife. Phil. Trans. R. Soc. B. 364: 2027-
2045.
Thiel, M., Hinojosa, I. A., Miranda, L., Pantoja, J. F., Rivadeneira, M. M., Vasquez,
N., 2013. Anthropogenic marine debris in the coastal environment: a multi-
year comparison between coastal waters and local shores. Mar. Pollut. Bull.
71: 307-316.
-
Thompson, R. C., Olsen, Y., Mitchell, R. P., Davis, A., Rowland, S. J., John, A. W.
G., McGonigle, D., Russell, A. E., 2004. Lost at Sea: Where Is All the
Plastic. Science. 304: 838.
UNEP, 2011. United Nations Environment Programme: Emerging issues in our
global environment. Nairobi.
Vianello, A., Boldrin, A., Guerriero, P., Moschino, V., Rella, R., Sturaro, A., Da Ros,
L., 2013. Microplastic particles in sediments of Lagoon of Venice, Italy: first
observations on occurrence, spatial patterns and identification. Est. Coast.
Shelf Sci. 130: 54-61.
Viršek, M. K., Palatinus, A., Koren, Š., Peterlin, M., Horvat, P., Kržan, A., 2016.
Protocol for Microplastics Sampling on the Sea Surface and Sample
Analysis. J. Vis. Exp. 118: 55161.
Watters, D. L., Mary M. Y., Milton S. L., Donna M. S., 2010. Assessing marine
debris in deep seafloor habitats off California. Mar. Pollut. Bull. 60: 131-
138.
Yuliani, G. 2009. Gambaran Umum Tentang Polimer. Universitas Pendidikan
Indonesia. Bandung.
BAGIAN DEPAN.pdfBAB 1.pdfBAB 2.pdfBAB 3.pdfBAB 4.pdfBAB 5.pdfDAFTAR PUSTAKA.pdf