identifikasi kearifan tradisional terkait penanggulangan …

38
IDENTIFIKASI KEARIFAN TRADISIONAL TERKAIT PENANGGULANGAN BENCANA BANJIR BANDANG DI SEKITAR AIR TERJUN DUA WARNA KABUPATEN DELI SERDANG SKRIPSI BOKI TAIBA MAYALIBIT 141201084 DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2019 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Upload: others

Post on 05-Oct-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: IDENTIFIKASI KEARIFAN TRADISIONAL TERKAIT PENANGGULANGAN …

IDENTIFIKASI KEARIFAN TRADISIONAL TERKAIT PENANGGULANGAN BENCANA BANJIR BANDANG

DI SEKITAR AIR TERJUN DUA WARNA KABUPATEN DELI SERDANG

SKRIPSI

BOKI TAIBA MAYALIBIT 141201084

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 2: IDENTIFIKASI KEARIFAN TRADISIONAL TERKAIT PENANGGULANGAN …

IDENTIFIKASI KEARIFAN TRADISIONAL TERKAIT PENANGGULANGAN BENCANA BANJIR BANDANG DI

SEKITAR AIR TERJUN WARNA KABUPATEN DELI SERDANG

SKRIPSI

Oleh : Boki Taiba Mayalibit

141201084

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Kehutanan

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBER DAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 3: IDENTIFIKASI KEARIFAN TRADISIONAL TERKAIT PENANGGULANGAN …

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 4: IDENTIFIKASI KEARIFAN TRADISIONAL TERKAIT PENANGGULANGAN …

PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini Nama : Boki Taiba Mayalibit NIM : 141201084 Judul Skripsi : Identifikasi Kearifan Tradisional Terkait Penanggulangan

Bencana Banjir Bandang Di Sekitar Air Terjun Warna Kabupaten Deli Serdang

Menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri. Pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian- bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan ini, telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulis ilmiah.

Medan, Agustus 2019

Boki Taiba Mayalibit 141201084

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 5: IDENTIFIKASI KEARIFAN TRADISIONAL TERKAIT PENANGGULANGAN …

ABSTRAK

BOKI TAIBA MAYALIBIT : Identifikasi Kearifan Tradisional Terkait Penanggulangan Bencana Banjir Bandang Di Sekitar Air Terjun Dua Warna Kabupaten Deli Serdang. Dibimbing oleh ACHMAD SIDDIK THOHA

Bencana alam mengakibatkan dampak yang merusak ekosistem hutan, budaya terbentuk karena adanya hubungan antara masyarakat tradisional dengan ekosistem di sekitarnya yang memiliki kepercayaan, hukum adat yang diwariskan secara genetis dengan adanya budaya maka kebiasaan/etika masyarakat dapat mengurangi terjadinya beberapa bencana seperti bencana banjir bandang dan lainnya. Bertujuan untuk mengidentifikasi budaya masyarakat yang berada disekitar kawasan Air Terjun Dua Warna mengetahui dampak bencana banjir bandang terhadap budaya masyarakat disekitar Air Terjun Dua Warna Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan November 2018 sampai Mei 2019. Pengumpulan informasi adalah data yang diproleh dari hasil rekaman institusi/lembaga yang berwenang, Pengumpulan informasi diperoleh dari pengurus lembaga adat yang bersangkutan, tokoh masyarakat, kepala desa, publikasi media, LSM (lembaga swadaya masyarakat) dengan cara wawancara mendalam (depthinterview). Hasil penilitian ini menunjukan bahwa masyarakat memiliki budaya yang sangat kental dengan berbagai adat seperti aturan-aturan seperti perayaan adat yang diadakan setiap tahun. Budaya yang terkait dengan penanggulangan bencana banjir disekitar air terjun dua warna di Desa Bandar Baru Kecamatan Sibolangit yaitu sebelum bencana, penyebab bencana, sesudah bencana, dan dampak dari bencana. Kata kunci : Banjir bandang, Kearifan Tradisional, Penanggulangan bencana

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 6: IDENTIFIKASI KEARIFAN TRADISIONAL TERKAIT PENANGGULANGAN …

ABSTRACT

BOKI TAIBA MAYALIBIT : CommunityTradisional Forest Knowledse Related to Disaster Management Around the Two Colored Waterfall of Serdang Regency. Supervised by ACHMAD SIDDIK THOHA Natural disasters have a detrimental impact on forest ecosystems, culture is formed because of the relationship between traditional communities and surrounding ecosystems that have trust, customary law inherited genetically with culture, so habits / ethics of the community can reduce the occurrence of several disasters such as flash floods and others. The aim is to identify the culture of the community around the Two colours Waterfall area to know the impact of the flash flood disaster on the culture of the community around the Two colours Waterfall, Sibolangit District, Deli Serdang Regency. This research was carried out from November 2018 to May 2019. Collection of information collected was data obtained from the records of authorized institutions / institutions. Information was collected from the management of the relevant traditional institutions, community leaders, village heads, media publications, NGOs (institutions community self-help) by means of in-depth interviews (depth interviews). The results of this study indicate that the community has a very thick culture with a variety of customs such as rules such as traditional celebrations that are held every year. Culture associated with flood disaster management around the two colours waterfalls in Bandar Baru Village, Sibolangit District, namely before the disaster, the cause of the disaster, after the disaster, and the impact of the disaster Keywords: Flash flooding, Community Culture, Disaster Management

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 7: IDENTIFIKASI KEARIFAN TRADISIONAL TERKAIT PENANGGULANGAN …

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sailolof Kecamatan Salawati

Selatan Kabupaten Sorong Provinsi Papua Barat pada

tanggal 29 November 1992. Penulis ini merupakan anak ke

tiga dari delapan bersaudara oleh pasangan Bapak

Muhammad Mayalibit dan Ibu Asna Ulla. Penulis memulai

pendidikan di SDN 5 Sailolof lulus pada tahun 2006.

Penulis kemudian melanjutkan pendidikan di SMPN 1 Sailolof dan lulus tahun

2011. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SMAN 1 Seget

dan lulus pada tahun 2014.

Pada tahun 2014, penulis diterima di Universitas Sumatera Utara melalui

jalur Afirmasi Dikti (ADIK) sebagai mahasiswa di Program Studi Kehutanan

Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara. Semasa kuliah, penulis

merupakan anggota organisasi Rain Forest USU sebagai anggota periode 2015-

2018. Pernah menjadi anggota Observasi Rimbawan Giat Alam (Gorga). Penulis

telah mengikuti Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan, (P2EH) di hutan selama 10

hari pada tahun 2016 di kawasan Kampung Nipah, Sei Nagalawan kecamatan

Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai. Selanjutnya penulis melaksanakan

Praktik Kerja Lapangan (PKL) Di Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) pada

1 Februari-1Maret selama 30 hari. Pada awal tahun 2018 penulis melaksanakan

penelitian dengan judul “Identifikasi Kearifan Tradisional Terkait

Penanggulangan Bencana Banjir Bandang Di Sekitar Air Terjun Warna

Kabupaten Deli Serdang” di bawah bimbingan Dr. Achmad Siddik Thoha. S.Hut,

M,.Si.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 8: IDENTIFIKASI KEARIFAN TRADISIONAL TERKAIT PENANGGULANGAN …

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat

dan Karun-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul

“Identifikasi Kearifan Tradisional Terkait Penanggulangan Bencana Banjir

Bandang di Sekitar Air Terjun Dua Warna Kabupaten Deli Serdang”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Achmad

Siddik Thoha, S.Hut., M.Si, selaku komisi pembimbing yang telah membimbing

dan mengarahkan penulis serta memberikan berbagai masukan berharga kepada

penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua, bapak

Ramlan Barus selaku kepala Unit Pelaksana Teknis Pengelolaan Taman Hutan

Raya Bukit Barisan Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara yang telah bersedia

memberikan informasi dan membantu penulis untuk melakukan kegiatan

penelitian.

Penulis berharap semoga skripsi ini memberikan manfaat ke berbagai

pihak. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Agustus 2019

Boki Taiba Mayalibit

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 9: IDENTIFIKASI KEARIFAN TRADISIONAL TERKAIT PENANGGULANGAN …

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN ORISINALITAS…………………………………………. i ABSTRAK....................................................................................................... ii ABSTRACT...................................................................................................... iii RIWAYAT HIDUP…………………………………………………………. iv KATA PENGANTAR..................................................................................... v DAFTAR ISI.................................................................................................... vi DAFTAR TABEL............................................................................................ vii DAFTAR GAMBAR....................................................................................... viii DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... ix PENDAHULUAN

Latar Belakang ................................................................................. 1 Tujuan Penelitian ............................................................................. 3 Manfaat Penelitian .......................................................................... 3

TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Hutan sebagai pencegahan bencana banjir bandang…... 4

Banjir Bandang ................................................................................ 4 Penyebab Banjir Bandang………………………………………... 5

Dampak Bencana Banjir…………………………………………... 5 Hutan dan Budaya Masyarakat........................................................ 6 METODE PENELITIAN Waktu danTempatPenelitian............................................................ 8 Alat dan Bahan ................................................................................ 8 Metode Pengumpulan Data ............................................................. 8 Pengumpulan Data Skunder terdiri observasi wawancar................ 9

Analisis Data.................................................................................... 9 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lokasi Penelitian ……………………………… 10 Budaya masyarakat diareal sekitar air terjun dua warna................. 11

Budaya Masyarakat yang terkait dengan Penanggulangan Bencana Banjir Bandang Menurut Beberapa Narasumber………. 13

Dampak Bencana Banjir Bandanr terhadap Lingkungan ............... 17 Potensi Budaya Masyarakat untuk Penanggulangan Bencana di Sekitar Air Terjun Dua Warna......................................................... 20 Kegiatan Mitigasi Banjir Bandang………………………………... 21 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan........................................................................................ 24 Saran……………………………………………………………….. 25 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 10: IDENTIFIKASI KEARIFAN TRADISIONAL TERKAIT PENANGGULANGAN …

DAFTAR TABEL No Teks Halaman

1 Jenis-jenis adat budaya masyarakat yang dilakukan di Desa Bandar

Baru Kecamatan Sibolangit..................................................................... 11

2 Jenis-jenis pengetahuan masyarakat dan budaya yang terkait

penanggulangan bencana di kawasan Sekitar Air Terjun Dua Warna..... 14

3 Penanggulangan bencana banjir bandang di daerah Bandar Baru…..…. 21

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 11: IDENTIFIKASI KEARIFAN TRADISIONAL TERKAIT PENANGGULANGAN …

DAFTAR GAMBAR No Teks Halaman

1. Kondisi areal sekitar Air Terjun Dua Warna Pasca Bencana; Proses

evakuasi korban tahun (2016) dan survei lapangan tahun (2018)........... 17

2. Kondisi Air Terjun Dua Warna pasca bencana banjir bandang

( 2018 )………......................................................................................... 18

3. Kondisi air terjun………............................................................................ 19

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 12: IDENTIFIKASI KEARIFAN TRADISIONAL TERKAIT PENANGGULANGAN …

DAFTAR LAMPIRAN No Teks Halaman

1. Daftar Pertanyaan................................................................................... 27

2. Dokumentasi Survey Lapangan.............................................................. 28

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 13: IDENTIFIKASI KEARIFAN TRADISIONAL TERKAIT PENANGGULANGAN …

PENDAHULUAN

Latar Belakang Hutan merupakan fungsi dari paru-paru bumi tempat berbagai satwa hidup,

pepohonan, dan berbagai sumberdaya alam lainnya yang bisa kita dapatkan dari

hutan yang tak ternilai harganya bagi manusia yang sangat penting bagi

kehidupan baik dari segi ekologi, lingkungan, sosial maupun segi ekonomi. Hutan

juga memiliki fungsi ganda khususnya bagi masyarakat yang tinggal di sekitar

hutan karena mereka terlibat langsung dengan hutan tersebut. Pada umumnya

masyarakat yang hidup di sekitar hutan akan memiliki ketergantungan yang lebih

tinggi, oleh sebab itu masyarakat lokal akan tetap berusaha menjaga dan

mengelola hutan meskipun akan ada sebagian orang yang tidak perduli akan

fungsi hutan bagi kehidupan mereka (Ginting, 2015).

Didalam hutan terdapat berbagai interaksi sebuah ekosistem hutan yang

memiliki sistem sosial yang terdiri atas manusia dengan proses sosial dan

kemudian terdapat lingkungan ekosistem hutan itu sendiri, ada berbagai dimensi

yang berbentuk kebudayaan masyarakat desa hutan baik secara struktural maupun

secara kultural. Secara struktural diakibatkan oleh adanya proses sosial panjang

yang menyebabkan adanya struktur masyarakat desa hutan dalam lapisan sosial

paling rendah untuk mendapatkan hak atas sumberdaya hutan. Secara kultural

budaya masyarakat desa hutan dimana keterbatasan akses terhadap lingkungan

hutan menyebabkan munculnya budaya masyarakat desa hutan dalam bentuk ide

dan perilaku serta berbagai benda yang digunakan dalam keseharian mereka

(Hananto, 2009).

Jasa lingkungan hutan sebagai perlindungan dan pencegahan bencana

terhadap sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa manfaat

langsung tangible dan manfaat tidak langsung intangible. Jasa lingkungan adalah

jasa wisata alam, jasa perlindungan tata air, kesuburan tanah, pengendalian erosi

dan banjir, keindahan dan keunikan alam, penyerapan dan penyimpanan karbon.

Selain itu, jasa lingkungan dihasilkan dari berbagai jenis penggunaan lahan hutan

atau pertanian, juga perairan baik air tawar maupun laut. Namun apabila terjadi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 14: IDENTIFIKASI KEARIFAN TRADISIONAL TERKAIT PENANGGULANGAN …

bencana alam seperti banjir, longsor, kekeringan, manusia baru sadar adanya asa

lingkungan yang sering diabaikan. Meskipun demikian penghitungan ekonomi

hanya dilihat dari sudut kerugian material akibat bencana alam, jarang

diperhitungkan dari jasa lingkungan yang sebelum telah hilang akibat ulah

manusia sehingga mengakibatkan timbulnya bencana alam (Murni, 2014).

Bencana alam mengakibatkan dampak yang merusak baik pada bidang

ekonomi, sosial budaya dan lingkungan. Begitu juga dengan bencana banjir

bandang Air Terjun Dua Warna yang mengakibatkan kerusakan lingkungan

seperti hancurnya pemukiman, lahan pertanian dan hutan yang melindungi

daratan. Kerusakan tersebut membuat masyarakat harus terpaksa waspada

mengungsi dan menunggu kebijakan pemerintah. Bencana ini telah menyebabkan

belasan korban meninggal dunia. Kondisi ekonomi masyarakat semakin

memburuk karena adanya bencana banjir bandang yang terjadi di Air Terjun Dua

Warna (Rosyidie, 2013).

Air Terjun Dua Warna merupakan salah wisata alam yang terletak di

Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang airnya berasal dari Gunung

Sibayak, ketinggian air terjun dua warna berada pada 1270 meter, dan Air Terjun

ini memiliki dua gradasi warna yang berbeda. Air Terjun Dua Warna terletak di

Desa Bandar Baru, Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang Sumatera

Utara, dan jarak yang harus di tempuh menuju sibolangit adalah sekitar 75 km,

lokasi dari pusat kecamatan menuju air terjun dua warna cukup jauh. Dalam

kondisi perjalanan ideal akan memakan waktu kurang lebih 3 jam untuk mencapai

lokasi tersebut (Surgatraveler, 2015).

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan memiliki bersama

oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi kegenerasi. Budaya

terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat

istiadat, bahasa, pakaian, bangunan dan karya seni, budaya terbentuk karena

adanya hubungan antara masyarakat tradisional dengan ekosistem disekitarnya

yang memiliki kepercayaan, hukum dan adat yang diwariskan secara genetis

(Sadhvi, 2013).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 15: IDENTIFIKASI KEARIFAN TRADISIONAL TERKAIT PENANGGULANGAN …

Dari permasalahan diatas maka perlu dilakukan penelitian untuk

mengidentifikasi jenis budaya di desa sekitar Bandar Baru Kecamatan Sibolangit

yang dapat berkontrubusi dalam pengelolaan wisata yang minim risiko bencana.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi budaya masyarakat

yang terkait dengan penanggulangan bencana banjir bandang disekitar kawasan

Air Terjun Dua Warna Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara

Manfaat penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1 Penelitian ini bermanfaat untuk memperkaya pengetahuan tentang

penanggulangan bencana oleh masyarakat yang berada di sekitar Air Terjun

Dua Warna, Desa Bandar Baru, Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang

2 Sebagai bahan untuk menambah pengetahuan dan informasi pentingnya

melestarikan budaya dengan alam sekitar Air Terjun Dua Warna tersebut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 16: IDENTIFIKASI KEARIFAN TRADISIONAL TERKAIT PENANGGULANGAN …

TINJAUAN PUSTAKA

Ekosistem Hutan Sebagai Pencegah Bencana

Ekosistem Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan bagian yang amat

penting untuk penanggulangan banjir. Karena mempunyai fungsi perlindungan

terhadap DAS untuk menahan melebarnya air sungai itu sendiri. Aktivitas DAS

yang menyebabkan perubahan tata ruang misalnya perubahan tata lahan, didaerah

hulu yang akan berdampak pada daerah hilir. Jika terjadi ketidaknya seimbangan

akan terjadi erosi besar besaran yang menyebabkan bencana banjir,menjadi

pengendali bencana alam seperti banjir dan longsor. Banjir terjadi karena volume

air yang jatuh ke bumi terlalu banyak sehingga aliran air tidak mampu memuat,

disinilah hutan berfungsi untuk mengendalikan banjir yaitu dengan menyerap air-

air kedalam akar pohon-pohonnya, begitu juga halnya dengan longsor, keberadaan

hutan yang lestari akan meminimalisir kejadian tersebut. Ekosistem hutan

berperan sebagai pengunci tanah sehingga menghindarkan dari ancaman bencana

alam semacam longsor juga erosi tanah (Kusuma, 2017).

Banjir Bandang

Banjir bandang (flash flood) adalah penggenangan akibat limpasan keluar

alur sungai karena debit sungai yang membesar tiba-tiba melampaui kapasitas

aliran, terjadi dengan cepat melanda daerah-daerah rendah permukaan bumi, di

lembah sungai-sungai dan cekungan-cekungan dan biasanya membawa debit

dalam aliran. Banjir bandang dibedakan dari banjir oleh waktu berlangsung yang

cepat dan biasanya kurang dari enam jam, dan menyapu lahan yang dilanda

dengan kecepatan aliran yang sangat besar hampir tanpa peringatan yang cukup,

tinggi permukaan gelombang banjir bandang dapat berkisar 3 – 6 meter dengan

membawa debit dan sangat berbahaya yang akan melanda hampir semua yang

dilewati hujan yang menimbulkan banjir bandang dapat memicu terjadinya

longsoran lereng dan tebing yang menimbulkan bencana aliran debit yang akan

terangkut oleh banjir bandang tersebut (Utomo et al. 2012).

Bencana banjir selain akibat kerusakan ekosistem ataupun aspek lingkungan

yang tidak terjaga juga disebabkan karena bencana alam itu sendiri seperti curah

hujan yang tinggi. Curah hujan sangat berpengaruh pada besarnya debit air yang

mengalir pada suatu sungai. Curah hujan yang diperlukan untuk analisis hidrologi

4 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 17: IDENTIFIKASI KEARIFAN TRADISIONAL TERKAIT PENANGGULANGAN …

adalah curah hujan rata- rata dari seluruh daerah yang bersangkutan, dalam

perencanaan bangunan pengendalian banjir seperti saluran drainase, akibat

bencana banjir, hutan dan pohon- pohon akan rusak atau hancur yang di sebabkan

oleh daya terjang air banjir, terseret arus, daya kikis genangan air, longsornya

tanah di seputar bebatuan, tertabrak terkikis oleh benturan dengan benda-benda

berat yang terseret arus. Kerugian fisik cenderung lebih besar bila letak bangunan

di lembah pegunungan di banding di dataran rendah terbuka (Girsang, 2008).

Penyebab Banjir Bandang

Hujan lebat yang bergerak lambat dan jatuh pada suatu daerah aliran sungai

yang tidak terlalu luas, dan runoffnya dan terkonsentrasi dengan cepat ke dalam

alur sungai pematusnya. Karena besar debit dan kecepatan aliran banjir bandang

dapat mengangkut bebatuan, lumpur yang erosinya dari tebing maupun deposit

sedimen pada dasar alur dan debit lain seperti batang pepohonan yang tercerabut,

dan akan menyapu daerah yang dilandanya, merusak lahan pertanian,

menghancurkan jembatan dan rumah-rumah bahkan sering menimbulkan korban

jiwa. Banjir bandang dapat juga terjadi akibat runtuhnya timbunan dan alami yang

membendung alur sungai, disusul dengan tumpah ke hilir volume air, dan alami

terbentuk oleh tersumbat aliran alur sungai oleh material longsoran tebing sungai

yang jatuh ke dalam bersamaan dengan batang pepohonan (Utama, 2015).

Menurut Undang – Undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

Bencana. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam

dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan,baik

oleh faktor alam atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga

mengakibatkan timbul korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian

harta benda dan dampak psikologis, yang diakibatkan oleh peristiwa atau

serangkaian peristiwa oleh alam antara lain berupa gampa bumi, tsunami, gunung

meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.

Dampak Bencana Banjir

Secara umum dampak dari aspek ekonomi, antara lain berupa hilangnya

mata pencaharian, tidak berfungsi pasar tradisional, kerusakan atau hilang harta

benda, ternak dan terganggunya perekonomian masyarakat. Aspek penduduk,

antara lain berupa korban jiwa/meninggal, hanyut, tenggelam, luka-luka, korban

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 18: IDENTIFIKASI KEARIFAN TRADISIONAL TERKAIT PENANGGULANGAN …

hilang, pengungsian, berjangkitnya penyakit seperti penyakit kulit, demam

berdarah, malaria, influenza, gangguan pencernaan dan penduduk terisolasi.

Aspek pemerintahan, antara lain berupa kerusakan atau hilangnya dokumen, arsip,

peralatan, perlengkapan kantor dan terganggu jalannya pemerintahan. Aspek

sarana/prasarana, antara lain berupa kerusakan rumah penduduk, jembatan, jalan,

bangunan gedung perkantoran, fasilitas sosial dan fasilitas umum, instalasi listrik,

air minum dan jaringan komunikasi. Aspek lingkungan, antara lain berupa

kerusakan ekosistem,objek wisata, lahan pertanian, sumber air bersih dan

kerusakan tanggul/jaringan irigasi (Indradewa, 2008).

Pengurangan risiko bencana melalui kearifan tradisional merupakan

bentuk dari mitigasi non struktural. Kearifan tradisional adalah pengetahuan

tradisional yang khas milik masyarakat atau budaya tertentu yang telah

berkembang lama, dan merupakan hasil dari proses hubungan timbal-balik antara

masyarakat dengan lingkungan, menjadi acuan berperilaku, dipraktekkan dan

diwariskan dari generasi ke generasi. Kearifan tradisional sebagai pedoman,

pengontrol, dan rambu-rambu berperilaku dalam kehidupan bermasyarakat

mempunyai fungsi yang sangat penting dalam memelihara kelestarian sumberdaya

alam dan lingkungan. Kearifan tradisional antara lain mengajarkan perilaku

manusia dalam berinteraksi dengan alam, mitos dan ritual adat (Dewi et al. 2015).

Kebudayaan atau budaya merupakan keseluruhan hasil budi dan daya

manusia, yang mencakup ragam ilmu pengetahuan, kepercayaan atau sistem

religi, kesenian, organisasi sosial yang mencakup sistem kekerabatan atau adat

istiadat, teknologi mata pencaharian hidup atau ekonomi, dan bahasa yang

diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan di wujudkan mulai

dari tahap gagasan atau ide, kemudian di lanjutkan dalam bentuk kehidupan yang

mencerminkan nila-nilai yang dikandungnya, juga dalam bentuk artefak atau

benda-benda budaya. Pada dasarnya tata kehidupan dalam masyarakat tersebut

tertentu merupakan pencerminan yang konkrit dari nilai budaya yang bersifat

abstrak (Karo-karo, 2012).

Hutan Dan Budaya Masyarakat

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan memiliki bersama

oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 19: IDENTIFIKASI KEARIFAN TRADISIONAL TERKAIT PENANGGULANGAN …

terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem sistem agama dan

politik, adat istiadat, bahasa, bangunan, dan termasuk karya seni. Budaya

merupakan pola hidup masyarakat secara menyeluruh sehingga budaya lebih

bersifat kompleks, abstrak, dan cakupan luas. Banyak sekali aspek budaya yang

turut menentukan perilaku manusia, unsur- unsur sosial budaya ini tersebar dan

meliputi kegiatan sosial masyarakat dengan hutan (Dassir, 2008).

Budaya di peringkat etnik juga bisa bermacam-macam di bidang. Misalnya

untuk merespon alam sekitar. Masyarakat Batak Toba membuat rumah sekalian

dengan aspek-aspek spiritual untuk menjaga dari beberapa gangguan hewan

maupun berbagai bencana seperti bencana banjir bandang. Hal ini merupakan

salah satu kearifan lokal atau budaya masyarakat Batak Toba yang berkaitan

dengan penanggulangan berbagai bencana sehingga mereka merasa aman

terhadap beberapa gangguan lainnya. Begitu juga dengan sistem perkawinan, ada

yang mendasarkan kepada perkawinan diluar klen, perkawinan untuk kepentingan

politik kekuasaan, perkawinan perempuan melamar lelaki atau sebaliknya. Selain

itu, kearifan lokal juga tercerminan dalam filsafat atau pandangan hidup manusia

yang memikirkan dan menggunakannya. Sebagai contoh dalam masyarakat Batak

Toba dikenal dengan filsafat dalihanna tolu (Alfian, 1985).

Masyarakat Deli Serdang umumnya memiliki budaya yang sangat kental

dengan berbagai adat seperti aturan-aturan yang terbentuk dari banyak unsur yang

rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, perayaan adat yang

diadakan setiap tahun, pantangan-pantangan atau larangan seperti larangan etika,

menghormati tempat yang dikeramatkan oleh masyarakat, budaya yang dimiliki

oleh masyarakat karo yang tinggal di desa serdang masih mempertahankan

beberapa budaya yang telah diwariskan nenek moyang secara turun menurun.

Ketergantungan masyarakat terhadap hutan, masyarakat yang hidup dan tinggal di

sekitar hutan memiliki ketergantungan hidup yang lebih tinggi terhadap hutan,

masyarakat pun berinteraksi dengan hutan karena pekerjaan sebagian besar adalah

bertani, dan masyarakat sangat bergantung terhadap hasil hutan non kayunya.

(Surbakti, 2014).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 20: IDENTIFIKASI KEARIFAN TRADISIONAL TERKAIT PENANGGULANGAN …

METODE PENELITIAN

Waktu dan tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2018 – Mei 2019 di

Desa Bandar Baru Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang Sumatera

Utara.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, kamera,

perekam suara. Bahan yang digunakan adalah kuisioner untuk mendapatkan data

sekunder, serta data sejarah kejadian banjir bandang di wisata Air Terjun Dua

Warna.

Prosedur Penelitian

Metode Pengumpulan Data

Data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh melalui

media perantara atau secara tidak langsung yang berupa buku, catatan, bukti yang

telah ada, atau arsip baik yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan

secara umum. Data diperoleh dari lembaga adat yang bersangkutan di daerah Desa

Bandar Baru Kecamatan Sibolangit, data sejarah kejadian banjir bandang Air

Terjun Dua Warna yang diperoleh dari berbagai sumber yaitu dari publikasi

media massa, Kepala desa Bandar Baru Kecamatan Sibolangit, serta masyarakat

setempat meliputi tentang lokasi kejadian bencana.

Wawancara

Wawancara yang dilakukan di desa sekitar Bandar Baru Kecamatan

Sibolangit dengan menggunakan metode wawancara mendalam (depth interview)

yang berkaitan dengan pengetahuan dan kesiapan masyarakat terhadap bencana

banjir bandang. Metode wawancara mendalam (depth interview) sama seperti

metode wawancara lainnya, tetapi dalam wawancara ini dilakukan berkali kali dan

membutuhkan waktu yang lama bersama informan dilokasi penelitian dan

dibutuhkan ketelitian.

Metode penentuan informan dalam penelitian ini adalah informan kunci (key

informan) yaitu seseorang yang memiliki pengetahuan luas tentang daerahnya,

kebiasaan-kebiasaan penduduk di daerah tersebut dan juga dianggap sebagai

8 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 21: IDENTIFIKASI KEARIFAN TRADISIONAL TERKAIT PENANGGULANGAN …

tokoh oleh penduduk di daerah tersebut. Pada umumnya adalah orang tua

orang yang dianggap oleh penduduk sebagai tokoh masyarakat. Dari informan

kunci ini dapat diperoleh data-data tentang keadaan penduduk di daerah

penelitian, baik kebiasaan, masalah-masalah sosial, budaya masyarakat dan

sebagainya (Rudito, 2008).

Narasumber yang diwawancarai antara lain adalah tokoh masyarakat, kepala

desa, tokoh adat yang bersangkutan, serta LSM (lembaga swadaya masyarakat)

yang terkait. Informasi yang dikumpulkan adalah dari wawancara, berupa data

tentang budaya masyarakat Bandar Baru Kecamatan Sibolangit, data jenis dampak

dari bencana banjir bandang terhadap budaya masyarakat desa sekitar Air Terjun

Dua Warna yang di peroleh dari lembaga adat yang bersangkutan.

Observasi

Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan survei langsung ke

lapangan lokasi penelitian. Survei terhadap masyarakat juga dilakukan dengan

mengamati aktifitas keseharian serta kondisi lokasi sekitar Air Terjun Dua Warna,

dalam tahap survei ini dilakukan juga dokumentasi, mengamati, mendengar,

mencatat, kejadian dari berbagai pengumpulan data yang diperoleh.

Analisis Data

Teknik penyajian data dengan bentuk narasi yang bertujuan mendapatkan

informasi serta memperluas pengatahuan tentang suatu kajadian, bahasanya lebih

condong ke bahasa informatif, menyampaikan informasi secara faktual mengenai

suatu kejadian tersebut. Sasaran dalam teknik penyajian data bentuk narasi ini

adalah beberapa petinggi didesa-desa sekitar Air Terjun Dua Warna Bandar Baru

Kecamatan Sibolangit yang meliputi tokoh masyarakat, kepala desa, kepala adat

yang bersangkutan, serta pemandu wisata dan LSM (lembaga swadaya

masyarakat).

9

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 22: IDENTIFIKASI KEARIFAN TRADISIONAL TERKAIT PENANGGULANGAN …

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Desa Bandar Baru Kecamatan Sibolangit

Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara yang terletak pada 30º 24’ - 30º 37’ LU

dan 98º 56’ BT - 98º 60’ BT. Dengan ketinggian 300-700 m diatas permukaan

laut. Adapun secara geografis Kecamatan Sibolangit berada di Kabupaten Deli

Serdang dan batas administratif wilayah Kecamatan Sibolangit berbatasan

dengan Kabupaten Karo. Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang, berjarak

sekitar 50 Km dari kota Medan, dengan luas wilayah sekitar 165,26 km² .

Penduduk desa Bandar Baru berjumlah 3533 jiwa. Dengan penduduk laki-

laki berjumlah 1755 jiwa dan penduduk perempuan berjumlah 1778 jiwa.

Terdapat 782 rumah tangga yang mendiami desa ini. Mata pencaharian di daerah

kecamatan Sibolangit ini 80% adalah petani dan 20% lagi yaitu buruh tani,

Pegawai Negeri Sipil, sektor perdagangan (hotel dan restoran), wiraswasta. Suku

yang ada diKecamatan Sibolangit terdiri atas Batak, Nias, Aceh, Mentawai,

Melayu, Minang, Jawa, Banjar, Madura dan Sunda. (Pemerintahan Kabupaten

Deli Serdang, 2017).

Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan hal yang penting bagi kehidupan manusia, karena

pendidikan menentukan kemajuan suatu daerah. Tingkat pendidikan juga

mempengaruhi taraf hidup mereka. Bekal ilmu yang memadai dapat

mengembangkan bakat dan kreatifitas masyarakat sekitar sehingga menghasilkan

lapangan pekerjaan dan menjadikan masyarakat lebih produktif. Dilihat dari

tingkat pendidikan yang ada di Desa Bandar Baru, masyarakat yang ada di desa

pada saat ini paling banyak hanya sampai lulusan SMA namun sudah cukup

mengedepankan pendidikan dilihat dari keberadaan sekolah sekolah yang sudah

memadai (Saputri, 2012)

Status kepemilikan Air Terjun Dua Warna menurut Bapak Ramlan Barus

selaku kepala UPT. Tahura Bukit Barisan, masih dibawah Pengelolaan Tahura

Bukit Barisan yang fungsi hutan sebagai hutan konservasi dengan luas kawasan

39.678 ha yang berada di 4 Kabupaten yaitu Kabupaten Karo, Kabupaten

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 23: IDENTIFIKASI KEARIFAN TRADISIONAL TERKAIT PENANGGULANGAN …

Deli Serdang, Kabupaten Simalungun, Kabupaten Langkat. Air Terjun Dua

Warna ini terletak di Kabupaten Deli Serdang namun masyarakat sekitar

mengelola kawasan tersebut secara swadaya tanpa ada izin dari pihak Pengelola

Tahura Bukit Barisan, sebelumnya ada plang peringatan yang dipasang oleh UPT.

Tahura bahwa tidak diperbolehkan memasuki kawasan tersebut menurut

Keputusan Presiden No.48 tahun 1988 tentang Pembangunan Kelompok Hutan

Sibolangit Sebagai Taman Hutan Raya Bukit Barisan.

Budaya Masyarakat di Areal Sekitar Air Terjun Dua Warna

Di daerah Kecamatan Sibolangit terdapat berbagai lembaga yang telah

dibentuk serta didalam lembaga adat tersebut ada berbagai jenis adat yang

dilakukan seperti yang disajikan pada Tabel 1.

Tabel.1 Jenis-jenis Adat budaya masyarakat yang dilakukan di Desa Bandar Baru Kecamatan Sibolangit. No Jenis adat yang dilakukan 1. Upacara Adat Kelahiran

2. Upacara Adat Perkawinan

3. Upacara Adat Kematian

4. Upacara Adat dalam Pembangunan Rumah

5. Upacara Adat Pengelolaan Hutan

Sumber : Hasil wawancara. (2018)

Budaya masyarakat masih terjaga kebudayaan di Desa Bandar Baru

Kecamatan Sibolangit, seperti lembaga yang telah dibentuk antara lain ada

berbagai jenis adat yang dilakukan salah satunya adalah Upacara Adat Kelahiran,

Upacara adat perkawinan, Upacara adat kematian dan Upacara Adat

Pembangunan Rumah. (Tabel 1 ).

Upacara Adat kelahiran ini memiliki arti yang melambangkan suatu budaya

tradisional sebagai tanda syukur, keselamatan, kemandirian, kebahagian,

tanggung jawab, solidaritas, dan kejujuran, kasih sayang, dan doa. Upacara-

upacara ini merupakan budaya yang ada pada pelaksanaan upacara adat kelahiran.

Yaitu mereka membuat acara tujuh bulanan, yang dinamakan mbesuirbesuri

dilaksanakan oleh sepasang suami istri diberi makan oleh orang tua, dengan

makanan khas yang dimasak, beraneka ragam kue-kue khas Karo yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 24: IDENTIFIKASI KEARIFAN TRADISIONAL TERKAIT PENANGGULANGAN …

namanya cimpa juga buah-buahan untuk dimakan yang hamil tujuh bulan, tujuan

upacara ini di maksud agar anak yang dikandung lahir dalam keadaan sehat,

biasanya peserta upacara ini mengundang kerabat dekatnya, bersama sembari

mendoakan janin dan ibunya sehat sampai lahiran, ada juga acara memotong

rambut bayinya.

Upacara Adat Nereh-Empo (pernikahan) biasanya digunakan untuk

kepentingan politik kekuasaan, keagamaan, dalam upacara adat perkawinan

mereka melakukan musyawarah pada saat lamaran perempuan melamar lelaki

atau sebaliknya, sebagai contoh dalam masyarakat Batak Toba dikenal dengan

filsafat Dalihanna Tolu. Dalam acara pernikahan mereka memakai pakaian

adatnya, menampilkan alat musik berupa organ, dan tarian yang digunakan saat

acara pernikahan berjalan.

Upacara Adat Kematian simate-mate (kematian), dilaksanakan ketika

seseorang telah meninggal akan mengalami perlakuan khusus.Upacara ini di

klasifikasi berdasarkan usia dan status orang yang meninggal dunia, mayatnya

ditutupi selembar kain sebelum dikuburkan. Kain menutupi mayat untuk mate

poso poso berasal dari orang tuanya.

Upacara Adat dalam pembangunan rumah, pada masyarakat yang berada di

Desa Bandar Baru mereka membangun rumah dengan cara memilih suatu lokasi

yang nyaman untuk membuat rumah, dan rumahnya sesuai dibangun dengan

aspek-aspek spiritual untuk menjaganya dari beberapa gangguan hewan dari hutan

maupun bencana alam lainya, adanya pembangunan rumah dilakukan secara

gotong royong dengan para tetangga atau kerabat dekatnya. Mereka membuat

rumah dengan berbentuk rumah panggung dan ada juga yang biasa, dilakukan

pembangunan rumah ada yang terbuat dari bahan material seperti kayu, bambu.

Selain itu bahan bangunan yang gunakan dari tiang – tiang rumah yang terbuat

dari kayu, pelapuh bambu yang dipipihkan untuk dinding, dan bahan bangunan

lainya yaitu seperti kayu, atap seng, semen, tembok, atau keramik lainnya.

Upacara adat dalam pegelolaan hutan, mencakup kegiatan pengelompokan

sumber daya hutan sesuai dengan tipe ekosistem dan potensi yang terkandung di

dalamnya dengan tujuan untuk memperoleh manfaat secara lestari dikawasan

hutan, memanfaatkan jasa lingkungan, memanfaatkan hasil hutan. Pengelolaan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 25: IDENTIFIKASI KEARIFAN TRADISIONAL TERKAIT PENANGGULANGAN …

hutan yaitu dapat mempererat rasa persaudaraan di antara masyarakat rasa saling

melindungi dan menghargai, rasa saling menghormati serta mempermudah dalam

melakukan suatu kegiatan seperti gotong royong. Selain itu melakukan

pengelolaan hutan juga berkaitan dengan pertanian, masyarakat memikirkan

bagaimana nanti airnya, konsep-konsep air, dan penataan air. Tumbuhan apa saja

yang cocok didaerah yang melindungi air. Kelestarian suatu hutan sangat

bergantung terhadap masyarakat yang hidup di sekitar hutan. Tingkat

ketergantungan masyarakat sekitar hutan sangat tinggi terhadap kehidupan baik

dari segi ekonomi maupun ekologis. Masyarakat memilih lokasi dan menebang

pohon-pohon agar mereka melakukan suatu lahan atau lokasi untuk dijadikan

lahan pertanian, maupun perkebunan, dan menjadikan tradisi leluhur masyarakat

pada mulanya ketika memulai menanam tanaman, maka dahulu memberikan

sesajen bagi sang penguasa alam supaya hasil panenya kemudian berhasil

(Mutiono, 2007).

Budaya Masyarakat yang terkait dengan Penanggulangan Bencana Banjir Bandang Menurut Beberapa Narasumber Wawancara dilakukan dengan beberapa narasumber yang dianggap sangat

memiliki pemahaman atau pengalaman di lokasi penelitian untuk memperoleh

informasi mengenai dampak bencana banjir bandang serta budaya masyarakat

didaerah tersebut. Narasumber yang diwawancarai yaitu beberapa narasumber

didesa-desa sekitar Air Terjun Dua Warna seperti yang disajikan pada Tabel 2.

Pada Tabel 2 terdapat sepuluh jenis pengetahuan masyarakat terhadap terkait

dengan bencana banjir bandang di sekitar Air Terjun Dua Warna

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 26: IDENTIFIKASI KEARIFAN TRADISIONAL TERKAIT PENANGGULANGAN …

Tabel 2. Jenis-jenis Pengetahuan Masyarakat dan Budaya yang Terkait Penanggulangan Bencana di Kawasan Sekitar Air Terjun Dua Warna

No Jenis Pengetahuan/Budaya

Narasumber Kepala Desa

Kepala Adat

Tokoh Masyarakat

Pemandu Wisata

Perwakilan Masyarakat

1 Penyebab Bencana

Penebangan liar dan longsor

Penebangan liar dan longsor

Penebangan liar

Penebangan pohon dan longsor

Penebangan Liar

2 Kerusakan akibat Bencana

Hutan rusak dan ada korban jiwa

Hutan rusak dan ada korban jiwa

Air tercemar dan Keruh

Hutan rusak dan ada korban jiwa

Air tercemar/ Keruh

3 Waktu terjadinya Bencana

15 Mei 2016 15 Mei 2016 15 Mei 2016 15 Mei 2016 15 Mei 2016

4 Pengetahuan tanda tanda akan terjadi Bencana

Hujan sangat deras,Air sungai keruh

Gerimis, hujan Deras, air keruh

Hujan sangat deras dan air sungai keruh

Hujan sangat deras dan air sungai keruh

Tidak ada

5 Budaya terkait pencegahan bencana

Dilarang membuang sampah disungai Mencemari sungai disekitar air terjun dan bicara yang jorok

Dilarang buang sampah disungai, bicara kotor di sekitar air terjun mencemari lingkungan

Dilarang membuang sampah, disekitar air terjun, bicara kotor

Dilarang membuang sampah di sungai, dan bicara kotor di sekitar air terjur

Ada

6 Dampak akibat bencana

Aktivitas terganggu, rusak pemukiman

Rusaknya hutan, ada korban jiwa

Kerusakan disekitar areal Sepanjang air terjun

Aktivitas terganggu

Aktivitas Terganggu, Adanya korban jiwa

7 Kegiatan pasca Bencana

Memperbaiki/ membersih sekitar air terjun dari sisa-sisa banjir bandang

Gotong royong Mencari korban jiwa

Memperbaiki sarana dan prasarana, jembatan, secara gotong royong

Mencari korban secara gotong royong

Gotong royong mencari korban yang hilang

8 Dampak bencana terhadap hutan dan lahan

Hutan rusak, terjadi, longsor, pohon ada yang tumbang, dan bebatuan berserak

Hutan rusak, dan longsor disekitar air terjun dua warna

Hutan rusak, longsor, pohon pohon banyak tumbang, bebatuan Bergeseran

Terjadi longsor Pohon tumbang Hutan rusak

Tidak ada

9 Dampak akibat bencana

Aktivitas terganggu, Rusak pemukiman

Rusaknya hutan disekitar air terjun

Terganggu aktivitas Masyarakat

Kerusakan hutan dan aktivitas Terganggu

Aktivitas, pekerjaan terganggu

10 Praktek budaya setelah terjadi bencana

Masyarakat berdoa,penaburan bunga agar Korban ditemukan

Penaburan bunga Setiap tahun, Gotong royong

Penaburan bunga,dan memotong seekor ayam hitam

Penaburan bunga oleh masyarakat

Tidak ada

Sumber : Pengolahan 2018 Keterangan Narasumber : Kepala Desa, Tokoh Masyarakat, Pemandu Wisata, Kepala Adat,

Perwakilan Masyarakat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 27: IDENTIFIKASI KEARIFAN TRADISIONAL TERKAIT PENANGGULANGAN …

Penyebab terjadinya bencana banjir bandang di sekitar air terjun dua warnan

disebabkan oleh kondisi dan fenomena alam topografi, curah hujan, kondisi

geografis daerah dan kegiatan manusia yang berdampak pada perubahan tata

ruang atau guna lahan di suatu daerah, diakibatkan oleh intensitas curah hujan

yang sangat tinggi. Seorang narasumber yang berprofesi sebagai kepala desa

menjelaskan bahwa sebelum peristiwa banjir bandang terjadi, adanya penebangan

pohon di hulu sungai Kawasan Air Terjun Dua Warna. Penebangan pohon

tersebut diduga dilakukan secara diam-diam tanpa pengetahuan warga setempat.

Penebangan pohon dihulu sungai Kawasan Air Terjun Dua Warna mengakibatkan

lapisan tanah humus menjadi tipis dan disebabkan saat terjadinya hujan, air akan

membawa partikel–partikel tanah. Kawasan hulu sungai yang kosong tidak

diadakan reboisasi mengakibatkan pada musim penghujan banyak pohon yang

tumbang dan tanah longsor sehingga air meluap kedaratan yang lebih rendah dan

terjadilah banjir bandang di destinasi Air Terjun Dua Warna tersebut. Hal ini

sesuai dengan pernyataan Thoha (2014), bahwa curah hujan sangat berpengaruh

terhadap dinamika kadar air tanah dan muka air tanah sehingga fluktuasi

keduanya sangat dipengaruhi oleh dinamika curah hujan yang turun. Sehingga

apabila curah hujan meningkat maka fluktuasi air tanah akan meningkat dan

sungai tidak mampu menampung akumulasi air hujan dan meluap kedaratan atau

ketempat aliran sungai yang rendah.

Kerusakan yang terjadi akibat bencana banjir bandang di air terjun dua

warna merupakan dampak negatif terhadap lingkungan di sekitar kawasan air

terjun dua warna, yaitu hutannya rusak disekitar areal sepanjang air terjun dua

warna dan ada korban jiwa, serta banyak pohon yang tumbang, bebatuan yang

berhamburan dan tanah longsor disekitar kawasan air terjun dua warna.

Peristiwa terjadinya banjir bandang di Air Terjun Dua Warna yaitu semua

narasumber mengetahui penyebab kejadian banjir bandang tersebut. Pada saat

terjadi banjir bandang di Air Terjun Dua Warna ada tanda-tanda khusus yang

diketahui oleh narasumber pada saat akan terjadi banjir bandang yaitu curah hujan

yang tinggi di hulu sungai dalam kurun waktu yang lama, cuaca mendung,dan

hujan gerimis mulai semakin deras, adanya perubahan warna air dari jernih

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 28: IDENTIFIKASI KEARIFAN TRADISIONAL TERKAIT PENANGGULANGAN …

menjadi keruh dan adanya pengurangan debit air serta banyaknya daun-daun yang

berguguran.

Dampak bencana yang mengakibatkan rusaknya hutan, ada korban jiwa

yang ditemukan di areal kawasan air terjun, terganggunya aktivitas masyarakat,

dan terjadi kerusaka terhadap pemukiman, yang terlihat jelas terdapat pada

aktivitas masyarakat dalam kegiatan wisata di kawasan Air Terjun Dua Warna.

Perubahan aktivitas tersebut terjadi pasca bencana banjir bandang sehingga wisata

Air Terjun Dua Warna resmi ditutup oleh pihak Tahura secara resmi. Setelah

resmi ditutup jumlah pengunjung berkurang hal tersebut yang berpengaruh

terhadap masyarakat sekitar yang membuat masyarakat kehilangan aktivitas dan

mengalami perubahan aktivitas. Sebagaimana yang dimaksud dengan (Thresa

Jurenzy, 2011), resiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat

bencana pada suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu yang dapat berupa

kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan

atau kehilangan harta dan gangguan kegiatan masyarakat.

Sebenarnya ada banyak kebudayaan dalam masyarakat Batak Karo dalam

berbagai hal yang bersangkutan dengan aspek-aspek spiritual. Yaitu adanya larang

–larangan atau pantangan yang harus di patuhi sebelum memasuki hutan, dengan

adanya budaya yang terkait dengan pencegahan bencana, yaitu dilarang

membuang sampah di sungai, bicara kotor pada saat memasuki hutan, dan

mencemari sungai disekitar kawasan air terjun, harus menjaga hutan dan

melestarikan kawasan disekitar hutan. Hal ini masih dapat kita lihat pada

masyarakat Bandar Baru Kecamatan Sibolangit yang pada awal bulan Mei tahun

2016 terjadi musibah banjir bandang di destinasi wisata Air Terjun Dua Warna

yang mengakibatkan 22 wisatawan hilang yang terdiri atas wisatawan dan

pemandu wisatawan. Menurut perwakilan tokoh adat Bandar Baru Kecamatan

Sibolangit pada saat kejadian banjir bandang masih ada beberapa korban yang

belum ditemukan pada saat itu, sehingga kepala adat dan tokoh masyarat lainnya

meminta doa supaya korban bencana banjir bandang dapat ditemukan dengan cara

pengantaran satu ayam hitam ke destinasi Air Terjun Dua Warna tersebut yang

bertujuan untuk meminta petunjuk supaya ditemukannya korban bencana banjir

bandang tersebut (komunikasi pribadi Roedah, 2018).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 29: IDENTIFIKASI KEARIFAN TRADISIONAL TERKAIT PENANGGULANGAN …

Dampak Bencana Banjir Bandang Terhadap Lingkungan

Terjadinya bencana alam maupun bencana yang ditimbulkan oleh manusia

memberikan dampak yang buruk bagi kehidupan manusia seperti kerusakan

lingkungan, kerusakan ekosistem alam, sosial, budaya maupun kerugian finansial

serta korban jiwa. Kerugian finansial yang jelas terlihat dari dampak bencana

adalah hilang atau rusaknya tempat tinggal, hilangnya harta benda, hilangnya

sumber mata pencaharian penduduk terutama bagi petani yang diakibatkan

rusaknya seluruh lahan pertanian, semua ini membuat proses pemiskinan bagi

masyarakat yang mengalami bencana tersebut.(Taufik, 2014). Bencana banjir

bandang mengakibatkan Air Terjun Dua Warna menjadi rusak. Banyaknya

bebatuan yang berserakan dan pepohonan banyak yang tumbang disekitar Air

Terjun Dua Warna. Berikut ini merupakan kondisi fisik Air Terjun Dua Warna

sebelum dan sesudah terjadinya banjir bandang dan dampak kerusakan

disepanjang aliran sungai air terjun dua warna.

Pada Gambar 1 dapat dilihat kondisi areal sekitar Air Terjun Dua Warna pasca bencana, Proses evakuasi korban tahun 2016 dan survei lapangan tahun 2018 terkait dengan bencana banjir bandang di sekitar Air Terjun Dua Warna

Gambar 1. Kondisi Areal sekitar Air Terjun Dua Warna pasca bencana; Proses

evakuasi korban tahun 2016 (a) dan survei lapangan tahun 2018 (b) (Sumber: dari internet (a) dan hasil survei lapangan (b)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 30: IDENTIFIKASI KEARIFAN TRADISIONAL TERKAIT PENANGGULANGAN …

Pada Gambar 2. dapat dilihat kondisi air terjun dua warna paska bencana banjir bandang ( April 2018)

Gambar 2. Kondisi air terjun dua warna paska bencana banjir bandang

(April 2018)

Pada Gambar 2 terdapat kerusakan yang terjadi di areal sekitar kawasan air

terjun dua warna. Dari hasil wawancara yang didapat dari beberapa perwakilan

narasumber tentang peristiwa kejadian banjir bandang di Air Terjun Dua Warna

yaitu masih mengetahui adanya kerusakan hutan di sepanjang areal tersebut

seperti tanah longsor, banyak pohon yang tumbang dan bebatuan yang bergeser,

serta terdapat korban jiwa yang meninggal dunia, dan cara menolong korban yaitu

dengan mengarahkan atau mengajak masyarakat sekitar dan beberapa instansi

terkait lainya secara gotong royong. Serta melakukan upacara adat sesudah

kejadian banjir bandang dengan keluarga korban mereka bersama-sama

melakukan ritual dengan cara menabur bunga disekitar Air Terjun Dua Warna,

dan penaburan bunga juga dilakukan setiap tahun oleh keluarga korban, setelah

kejadian tersebut wisatawan tidak diperbolehkan lagi untuk memasuki kawasan

Air Terjun Dua Warna tersebut.

Banjir bandang yang terjadi di sekitar Air Terjun Dua Warna secara tiba-

tiba dan berlangsung dengan dahsyat. Banjir bandang terbentuk beberapa waktu

setelah hujan lebat yang terjadi dalam waktu singkat di sebagian daerah aliran

sungai atau alur sungai yang sempit di bagian hulu. Alur sungai ini memiliki

waktu konsentrasi waktu tiba banjir yang singkat, sehingga aliran permukaan

cepat terkumpul di alur sungai. Berdasarkan pengertian banjir bandang diatas

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 31: IDENTIFIKASI KEARIFAN TRADISIONAL TERKAIT PENANGGULANGAN …

bencana banjir bandang merupakan bencana yang sulit untuk dihindari dan

seringkali menimbulkan banyak korban jiwa (Utama et al. 2015 ).

Gambar 3. Kondisi air terjun, Foto dokumentasi 2016 ( a) dan Kondisi air terjun dokumentasi 2018 ( b)

Pada Gambar 3 terdapat kondisi air terjun, dokumentasi pada tahum 2016

dan Kondisi air terjun dokumentasi 2018 . Kondisi air terjun dua pada saat

sebelum terjadi bencana banjir bandang Air Terjun Dua Warna yang dikenal

dengan nama Telaga Biru terdapat di Desa Bandar Baru Kecamatan Sibolangit, di

hulu sungai sinembah satu kaki Gunung Sibayak juga memiliki ketinggian sekitar

100 meter ini berada didalam hutan konservasi dengan curah air yang mengalir

deras, dan awasan tebing dilumuti lumut hijau. Setelah kejadian bencana banjir

bandang di destinasi wisata Air Terjun Dua Warna yang mengakibatkan

kerusakan yang terjadi disekitar areal air terjun dua warna, banyak menimbulkan

korban, wisata tersebut sementara ditutup dan tidak diperbolehkan lagi untuk

memasuki kawasan tersebut kecuali untuk peneliti atau instansi terkait yang

berkepentingan dalam wilayah tersebut. Menurut salah satu LSM (Lembaga

Swadaya Masyarakat) di desa Bandar Baru Kecamatan Sibolangit mengatakan

tidak ada lagi wisatawan yang diperbolehkan memasuki kawasan tersebut, masih

ada beberapa anak muda (wisatawan) dari luar daerah yang diam-diam memasuki

kawasan air terjun dua warna tersebut. Hal ini disebabkan karna masih kurangnya

tanda atau plang peringatan bahwa tidak diperbolehkan memasuki kawasan

tersebut serta kurangnya pengawasan dari berbagai instansi pemerintah yang

terkait didalamnya (komunikasi pribadi Nia, 2018).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 32: IDENTIFIKASI KEARIFAN TRADISIONAL TERKAIT PENANGGULANGAN …

Menurut tokoh masyarakat di desa Bandar Baru Kecamatan Sibolangit

Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara mengatakan ada upacara adat untuk

pembersihan sekitar air terjun dua warna yang dilakukan bersama-sama dengan

masyarakat sekitar dan keluarga para korban yang tidak ditemukan di destinasi air

terjun tersebut dengan cara menabur bunga, penaburan bunga juga dilakukan

setiap tahunnya oleh keluarga korban. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Koentjaraningrat (1985), tata upacara pemakaman dalam bentuk upacara dan

selamatan, serta tradisi penaburan bunga dipemakaman dan selamatan selama tiga

hari, tujuh hari, empat puluh hari dan seratus hari untuk memperingati atau

mengenang orang yang telah meninggal serta mengirimkan doa.

Potensi Budaya Masyarakat untuk Penanggulangan Bencana di Sekitar Air Terjun Dua Warna Kegiatan pencegahan bencana adalah serangkain kegiatan yang dilakukan

sebagai upaya untuk mengurangi ancaman bencana antara lain kesiapsiagaan yang

dilakukan untuk mengantisipasi benaca melalui langkah pengorganisasian dan

mitigasi untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik

maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana

sedangkan tanggapan darurat adalan serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan

segera pada saat kejaian bencana untuk menangani dampak buruk yang timbul,

yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda,

perlindungan, pengurusan pengunsian, dan penyelamatan serta pemulihan sarana

dan prasarana.

Setelah dilakukan wawancara terhadap beberapa narasumber tentang jenis

pengetahuan lokal penanggulangan bencana banjir bandang dapat diketahuinya

kearifan lokal yang dilakukan masyarakat Desa Bandar Baru Kecamatan

Sibolangit berupa Gotong royong dan lainnya maka dapat diketahui sistem

penanggulangan bencana banjir di daerah Bandar Baru Kecamatan Sibolangit

seperti pada Tabel 3.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 33: IDENTIFIKASI KEARIFAN TRADISIONAL TERKAIT PENANGGULANGAN …

Tabel 3. Upaya Penanggulangan Bencana Banjir Bandang di daerah Bandar Baru

Kecamatan Sibolangit berdasarkan pengetahuan masyarakat

Siklus Kegiatan berbasis budaya masyarakat

Pra Bencana

1. Perencanaa Penggulangan Bencana

2. Pendidikan dan Pelatihan 3. Pencegahan Pengurangan

Resiko Bencana

- Kesiapsiagaan Masyarakat Sekitar yang Rawan Daerah Banjir dengan cara melihat perubahan debit air sungai.

- Tidak Membuang Sampah Sembarangan dialiran Sungai Air Terjun Dua Warna

- Adanya Plang Peringatan Dini disekitar kawasan pintu masuk menuju Air Terjun Dua Warna

-

Saat Tanggap Darurat

1. Pemberitahuan dan Informasi Tentang Telah Terjadinya Bencana Banjir Bandang di Destinasi Air Terjun tersebut.

2. Reaksi Cepat dan Bantuan Penanganan Terhadap Korban Bencana Banjir Bandang Air Terjun Dua Warna

Pasca Bencana

1 Rehabilitasi 2 Rekontruksi

- Memperbaiki/membersihkan Sekitar Air Terjun Dua Warna dari Sisa-sisa Banjir Bandang Tersebut Secara Gotong Royong

- Memperbaiki Beberapa Sarana dan Prasarana Seperti jembatan yang Rusak Akibat Banjir yaitu yang Berada di Desa Bandar Baru

- Mengurus Surat Izin Status Kepemilikan dan Izin Pariwisata Air Terjun tersebut.

- Menertipkan Keamanan didaerah Bandar Baru Kecamatan Sibolangit agar tidak ada lagi wisatawan yang masuk secara ilegal ke Air Terjun tersebut.

Lokasi wisata Air Terjun Dua Warna pada saat ini tidak dibuka untuk umum

tetapi kemungkinan besarnya wisata Air Terjun Dua Warna tersebut akan dibuka

kembali oleh UPT. Tahura Bukit Barisan dengan melengkapi dokumen-dokumen

resmi perizinan ekowisata serta memperbaiki kembali ekologi disekitar Air Terjun

Dua Warna tersebut.

Kebijakan penanggulangan bencana di daerah Bandar Baru Kecamatan

Sibolangit masih kurang efektif karena sistem-sistem yang siap untuk memantau

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 34: IDENTIFIKASI KEARIFAN TRADISIONAL TERKAIT PENANGGULANGAN …

dan menyebar luaskan data potensi bencana seperti banjir bandang masih kurang.

dimitigasi, dicegah, paling tidak mengurangi dampak resiko apabila terjadi

bancana. Kondisi ini bisa dipantau secara rutin dengan pengamatan ke arah hulu.

Untuk keperluan mitigasi. Sementara yang terjadi di Air Terjun Dua Warna,

cenderung faktor lingkungan. Ini dipicu oleh rusaknya lingkungan, kurangnya

tutupan lahan di daerah tangkapan air di hulu dan curah hujan tinggi.

Kondisi masyarakat di Desa Bandar Baru pada saat kejadian banjir bandang

terdapat beberapa masyarakat yang masih merasa takut dan trauma. Dalam bidang

ekonomi masyarakat sempat mengalami kesulitan perekonomian terutama para

pedagang dan pemandu wisata karena tidak ada lagi pengunjung di hari biasa dan

pengunjung di akhir pekan menurun drastis. Interaksi antara sesama masyarakat

tetap terjalin namun sudah banyak masyarakat yang menutup usaha dagang dan

jasanya. Desa Bandar Baru sebelumnya terdapat banyak aktivitas dan kegiatan

yang melibatkan masyarakat dan pemuda pemuda setempat untuk meningkatkan

jumlah pengunjung ke lokasi wisata Air Terjun Dua Warna sudah tidak dapat

berjalan dengan normal karena sudah tidak ada perkumpulan para pemandu wisata

dan aktivitas lainnya pasca di tutupnya wisata Air Terjun Dua Warna tersebut.

Pada Interaksi Sosial yang terjadi pada masyarakat terjadinya banjir bandang

semakin terjalin erat. Saling menghargai satu sama lain, sesama pedagang, jasa

penyewaan villa, peralatan outdoor dan kelompok tani masih tetap aktif dan juga

saling menghargai terkait adanya aturan-aturan yang telah ditetapkan. Seperti

sama sama menjaga batas batas yang dapat dilewati para pengunjung dan menjaga

jalur jalur yg rusak akibat bencana. Adapun aktifitas masyarakat yang masih

berjalan misalnya perawatan villa dan lapangan tetap dilakukan agar dapat

disewakan bagi para pengunjung untuk mencukupi kebutuhan sehari hari

masyarakat di kawasan Air Terjun Dua Warna yang masih memanfaatkan

kawasan tersebut sebagai sumber mata pencarian.

Kegiatan Mitigasi Bencana Banjir Bandang

Menurut (Mulyanto et al. 2012). Mitigasi merupakan serangkaian upaya

atau tidakan yang di lakukan membatasi dan mengurangi resiko yang disebabkan

dari bencana alam dengan memaksimalkan pembangunan fisik serta penyadaran

dalam masyarakat dan pemerintah serta peningkatan kemampuan untuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 35: IDENTIFIKASI KEARIFAN TRADISIONAL TERKAIT PENANGGULANGAN …

menghadapi ancaman bencana. Bencana banjir bandang yang terjadi di sekitar

kawasan air terjun dua warna disebabkan curah hujan yang tinggi dengan

keadaan daya tampung suatu kawasan yang kurang memadai, banjir dan longsor

yang terjadi dalam bulan Mei 2016 lalu, diakibatkan dari adanya penebangan

pohon. Namun para masyarakat sekitar Desa Bandar Baru mereka memastikan

apakah kawasan tersebut imbas dari penebangan pohon atau murni dari bencana

alamnya sendiri. Untuk mengantisipasi adanya korban jiwa dan korban non fisik,

perlu adanya upaya mitigasi lingkungan yang di lakukan oleh pemerintah. Paling

penting dengan meningkatkan kesadaran masyarakat terutama di daerah rawan

bencana, masyarakat perlu di berikan simulasi bencana menghadapi banjir

bandang. Hal ini bisa mengurangi dampak resiko dari bencana banjir bandang

tersebut. Selain meningkatan kesadaran masyarakat untuk mengurangi resiko

bencana, perencanaan dari tata ruang wilayah juga dapat sebagai upaya mitigasi,

harus memasukan kajian resiko bencana untuk melihat sejauh mana tingkat

kerawanan, ancaman, kerentanan, dan kapasitas suatu wilayah, hal ini sebagai

upaya perlindungan kepada masyarakat, terutama pada masyarakat yang tinggal di

wilayah yang rentan terhadap adanya bencana.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 36: IDENTIFIKASI KEARIFAN TRADISIONAL TERKAIT PENANGGULANGAN …

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Budaya yang terkait dengan penanggulangan bencana banjir disekitar Air

Terjun Dua Warna yaitu pengetahuan penyebab bencana prediksi datangnya

bencana dengan cara gotong royong, mencari korban dan larangan memasuki

wilayah bencana.

Saran

Pemerintah dan pengelola kawasan Air Terjun Dua Warna melibatkan

masyarakat dalam upaya pengurangan resiko bencana banjir diwilayah Bandar

Baru Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 37: IDENTIFIKASI KEARIFAN TRADISIONAL TERKAIT PENANGGULANGAN …

DAFTAR PUSTAKA

Alfian (ed.),1985. Persepsi Masyarakat tentang Kebudayaan. Jakarta, Gramedia Asti fajar, 2009 .Bencana Alam Dan Budaya Lokal: Respons Masyarakat Lokal

Terhadap Banjir Tahunan Danau Tempe Di Kabupaten Wajo, Propinsi Sulawesi Selatan.

Dassir, M. 2008. Pranata Sosial Sistem Pengelolaan Hutan Masyarakat Adat Kajang. Jurnal Hutan dan Masyarakat. 111-234. Dewi, I, K dan Istiadi, Y. 2015. Mitigasi Bencana Pada Masyarakat Tradisional

Dalam Menghadapi Perubahan Iklim Di Kampung Naga Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya. Jurnal Manusia dan Lingkungan Hidup. 1(23) : 129-135.

Ginting Br Karmila,Agus P , 2015. Kearifan Lokal Dalam Pengelolaan Hutan

di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe, Kabupaten Karo. Departemen Kehutanan. Universitas Sumatera Utara.

Girsang, F. 2008. Analisis Curah Hujan Untuk Pendugaan Debit Puncak

Dengan Metode Rasional Pada Das Belawan Kabupaten Deli Serdang. Universitas Sumatera Utara.

Hananto,W.2009 Upaya Mempertahankan Kelestarian Hutan Dengan

Memanfaatkan Kearifan Lokal pada Masyarakat Desa Hutan. Universitas Sebelas Maret. Surakarta

Indradewa S, Meilani, 2008. Potensi Dan Upaya Penanggulangan Bencana

Banjir Sungai Wolowona, Nangaba Dan Kaliputih Di Kabupaten Ende. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tesis

Jurenzy Thresa, 2011. Karakteristik Sosial Budaya Masyarakat Dalam

Kaitannya Dengan Kesiapsiagaan Dan Mitigasi Bencana Di Daerah Rawan Bencana, Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor

Jamal Karo-karo, 2012. Analisis Peran Keteng-Keteng Dalam Ensambel

Gendang Telu Sendalanen Sebagai Media Dalam Konteks Upacara Erpangir Ku Lau Di Desa Kuta Mbelin Kecamatan Lau Baleng Kabupaten Karo

Kusumaningtyas. 2017. Pengelolaan Hutan Dalam Mengatasi Alih Fungsi

Lahan Hutan Di Wilayah Kabupaten Subang. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota. 2(3) : 1-11

Koentjaraningrat.1985. Konsep kebudayaan Nasional dalam Persepsi

Masyarakat tentang Kebudayaan. Alfian (ed). Jakarta: Gamedia. Murni, S. 2014. Pembelajaran Materi Jasa Lingkungan. Universitas Indraprasta

PGRI Jakarta

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 38: IDENTIFIKASI KEARIFAN TRADISIONAL TERKAIT PENANGGULANGAN …

Mutiono, 2007. Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat dalam Small Scale

Forestry. Fakultas Kehutanan IPB. Mulyanto, 2012. Pengelolaan Hutan Berbasis Kearifan Lokal. Jakarta. Pemerintah Kabupaten Deli Serdang. 2017. Profil Desa Bandar Baru

Kecamatan Sibolangit. Rosyidie Arief, 2013. Banjir Fakta dan Dampaknya, Serta Pengaruh dari

Perubahan Guna Lahan. Institut Teknologi Bandung, Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota 24 (3) : 241- 249.

Rudito, B dan Famiola, M. 2008. Social Mapping Metode Pemetaan Sosial

Tehknik Memahami Suatu Masyarakat atau Komuniti. Rekayasa Sains Bandung. Bandung.

Surbakti Br Ernawati, 2014. Nilai Budaya Dalam Leksikon Erpangir Ku Lau

Tradisi Suku Karo (Kajian Antropolinguistik) Politeknik Negeri Lhokseumawe, Jurnal Telangkai Bahasa dan Sastra 8 (1) :95 – 107

Surgatraveller. 2015. Air Terjun Telaga Dwi Warna. Sibolangit, Sumatera

Utara. [Internet]file:// Hp-pc/Desktop/referensi/bacapdf.com_air-terjun-telaga-dwi-warna-sibolangit.pdf. (10 2018)

Sadhvi Sita, 2013. Pengaruh Kebudayaan Asing Terhadap Kebudayaan

Indonesia di Kalangan Remaja. Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.

Taufik Rahmat, Eka Susanty,Dya h titi, 2014. Gambaran Resiliensi Anak Pasca

Becana Banjir di Desa Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Fakultas Psikologi, Universitas Jenderal Achmad Yani Bandung. Jurnal Psikologi 6 (11): 99- 105

Thoha, A, S. 2014. Model Penguatan Kelembagaan Pengelolaan Risiko Pasca

Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. [UU] Undang-Undang Republik Indonesia No. 24 Tahun 2007 Tentang

Penaggulangan Bencana Utomo, Nunus ario, 2012. Petunjuk Tindakan Dan Sistem Mitigasi Banjir

Bandang. Semarang Utama Lusi, dan Afrizal Naumar, 2015. Kajian Kerentanan Kawasan

Berpotensi Banjir Bandang Dan Mitigasi Bencana Pada Daerah Aliran Sungai (Das) Batang Kuranji Kota Padang. Fakultas Teknik Universitas Bung Hatta, Jurnal Rekayasa Sipil 9 (1) : 85- 201

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA