identifikasi kearifan tradisional terkait penanggulangan …
TRANSCRIPT
IDENTIFIKASI KEARIFAN TRADISIONAL TERKAIT PENANGGULANGAN BENCANA BANJIR BANDANG
DI SEKITAR AIR TERJUN DUA WARNA KABUPATEN DELI SERDANG
SKRIPSI
BOKI TAIBA MAYALIBIT 141201084
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2019
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
IDENTIFIKASI KEARIFAN TRADISIONAL TERKAIT PENANGGULANGAN BENCANA BANJIR BANDANG DI
SEKITAR AIR TERJUN WARNA KABUPATEN DELI SERDANG
SKRIPSI
Oleh : Boki Taiba Mayalibit
141201084
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Kehutanan
Universitas Sumatera Utara
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBER DAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2019
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya yang bertanda tangan di bawah ini Nama : Boki Taiba Mayalibit NIM : 141201084 Judul Skripsi : Identifikasi Kearifan Tradisional Terkait Penanggulangan
Bencana Banjir Bandang Di Sekitar Air Terjun Warna Kabupaten Deli Serdang
Menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri. Pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian- bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan ini, telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulis ilmiah.
Medan, Agustus 2019
Boki Taiba Mayalibit 141201084
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
BOKI TAIBA MAYALIBIT : Identifikasi Kearifan Tradisional Terkait Penanggulangan Bencana Banjir Bandang Di Sekitar Air Terjun Dua Warna Kabupaten Deli Serdang. Dibimbing oleh ACHMAD SIDDIK THOHA
Bencana alam mengakibatkan dampak yang merusak ekosistem hutan, budaya terbentuk karena adanya hubungan antara masyarakat tradisional dengan ekosistem di sekitarnya yang memiliki kepercayaan, hukum adat yang diwariskan secara genetis dengan adanya budaya maka kebiasaan/etika masyarakat dapat mengurangi terjadinya beberapa bencana seperti bencana banjir bandang dan lainnya. Bertujuan untuk mengidentifikasi budaya masyarakat yang berada disekitar kawasan Air Terjun Dua Warna mengetahui dampak bencana banjir bandang terhadap budaya masyarakat disekitar Air Terjun Dua Warna Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan November 2018 sampai Mei 2019. Pengumpulan informasi adalah data yang diproleh dari hasil rekaman institusi/lembaga yang berwenang, Pengumpulan informasi diperoleh dari pengurus lembaga adat yang bersangkutan, tokoh masyarakat, kepala desa, publikasi media, LSM (lembaga swadaya masyarakat) dengan cara wawancara mendalam (depthinterview). Hasil penilitian ini menunjukan bahwa masyarakat memiliki budaya yang sangat kental dengan berbagai adat seperti aturan-aturan seperti perayaan adat yang diadakan setiap tahun. Budaya yang terkait dengan penanggulangan bencana banjir disekitar air terjun dua warna di Desa Bandar Baru Kecamatan Sibolangit yaitu sebelum bencana, penyebab bencana, sesudah bencana, dan dampak dari bencana. Kata kunci : Banjir bandang, Kearifan Tradisional, Penanggulangan bencana
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRACT
BOKI TAIBA MAYALIBIT : CommunityTradisional Forest Knowledse Related to Disaster Management Around the Two Colored Waterfall of Serdang Regency. Supervised by ACHMAD SIDDIK THOHA Natural disasters have a detrimental impact on forest ecosystems, culture is formed because of the relationship between traditional communities and surrounding ecosystems that have trust, customary law inherited genetically with culture, so habits / ethics of the community can reduce the occurrence of several disasters such as flash floods and others. The aim is to identify the culture of the community around the Two colours Waterfall area to know the impact of the flash flood disaster on the culture of the community around the Two colours Waterfall, Sibolangit District, Deli Serdang Regency. This research was carried out from November 2018 to May 2019. Collection of information collected was data obtained from the records of authorized institutions / institutions. Information was collected from the management of the relevant traditional institutions, community leaders, village heads, media publications, NGOs (institutions community self-help) by means of in-depth interviews (depth interviews). The results of this study indicate that the community has a very thick culture with a variety of customs such as rules such as traditional celebrations that are held every year. Culture associated with flood disaster management around the two colours waterfalls in Bandar Baru Village, Sibolangit District, namely before the disaster, the cause of the disaster, after the disaster, and the impact of the disaster Keywords: Flash flooding, Community Culture, Disaster Management
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sailolof Kecamatan Salawati
Selatan Kabupaten Sorong Provinsi Papua Barat pada
tanggal 29 November 1992. Penulis ini merupakan anak ke
tiga dari delapan bersaudara oleh pasangan Bapak
Muhammad Mayalibit dan Ibu Asna Ulla. Penulis memulai
pendidikan di SDN 5 Sailolof lulus pada tahun 2006.
Penulis kemudian melanjutkan pendidikan di SMPN 1 Sailolof dan lulus tahun
2011. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SMAN 1 Seget
dan lulus pada tahun 2014.
Pada tahun 2014, penulis diterima di Universitas Sumatera Utara melalui
jalur Afirmasi Dikti (ADIK) sebagai mahasiswa di Program Studi Kehutanan
Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara. Semasa kuliah, penulis
merupakan anggota organisasi Rain Forest USU sebagai anggota periode 2015-
2018. Pernah menjadi anggota Observasi Rimbawan Giat Alam (Gorga). Penulis
telah mengikuti Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan, (P2EH) di hutan selama 10
hari pada tahun 2016 di kawasan Kampung Nipah, Sei Nagalawan kecamatan
Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai. Selanjutnya penulis melaksanakan
Praktik Kerja Lapangan (PKL) Di Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) pada
1 Februari-1Maret selama 30 hari. Pada awal tahun 2018 penulis melaksanakan
penelitian dengan judul “Identifikasi Kearifan Tradisional Terkait
Penanggulangan Bencana Banjir Bandang Di Sekitar Air Terjun Warna
Kabupaten Deli Serdang” di bawah bimbingan Dr. Achmad Siddik Thoha. S.Hut,
M,.Si.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat
dan Karun-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul
“Identifikasi Kearifan Tradisional Terkait Penanggulangan Bencana Banjir
Bandang di Sekitar Air Terjun Dua Warna Kabupaten Deli Serdang”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Achmad
Siddik Thoha, S.Hut., M.Si, selaku komisi pembimbing yang telah membimbing
dan mengarahkan penulis serta memberikan berbagai masukan berharga kepada
penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua, bapak
Ramlan Barus selaku kepala Unit Pelaksana Teknis Pengelolaan Taman Hutan
Raya Bukit Barisan Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara yang telah bersedia
memberikan informasi dan membantu penulis untuk melakukan kegiatan
penelitian.
Penulis berharap semoga skripsi ini memberikan manfaat ke berbagai
pihak. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, Agustus 2019
Boki Taiba Mayalibit
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN ORISINALITAS…………………………………………. i ABSTRAK....................................................................................................... ii ABSTRACT...................................................................................................... iii RIWAYAT HIDUP…………………………………………………………. iv KATA PENGANTAR..................................................................................... v DAFTAR ISI.................................................................................................... vi DAFTAR TABEL............................................................................................ vii DAFTAR GAMBAR....................................................................................... viii DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... ix PENDAHULUAN
Latar Belakang ................................................................................. 1 Tujuan Penelitian ............................................................................. 3 Manfaat Penelitian .......................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Hutan sebagai pencegahan bencana banjir bandang…... 4
Banjir Bandang ................................................................................ 4 Penyebab Banjir Bandang………………………………………... 5
Dampak Bencana Banjir…………………………………………... 5 Hutan dan Budaya Masyarakat........................................................ 6 METODE PENELITIAN Waktu danTempatPenelitian............................................................ 8 Alat dan Bahan ................................................................................ 8 Metode Pengumpulan Data ............................................................. 8 Pengumpulan Data Skunder terdiri observasi wawancar................ 9
Analisis Data.................................................................................... 9 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lokasi Penelitian ……………………………… 10 Budaya masyarakat diareal sekitar air terjun dua warna................. 11
Budaya Masyarakat yang terkait dengan Penanggulangan Bencana Banjir Bandang Menurut Beberapa Narasumber………. 13
Dampak Bencana Banjir Bandanr terhadap Lingkungan ............... 17 Potensi Budaya Masyarakat untuk Penanggulangan Bencana di Sekitar Air Terjun Dua Warna......................................................... 20 Kegiatan Mitigasi Banjir Bandang………………………………... 21 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan........................................................................................ 24 Saran……………………………………………………………….. 25 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL No Teks Halaman
1 Jenis-jenis adat budaya masyarakat yang dilakukan di Desa Bandar
Baru Kecamatan Sibolangit..................................................................... 11
2 Jenis-jenis pengetahuan masyarakat dan budaya yang terkait
penanggulangan bencana di kawasan Sekitar Air Terjun Dua Warna..... 14
3 Penanggulangan bencana banjir bandang di daerah Bandar Baru…..…. 21
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR No Teks Halaman
1. Kondisi areal sekitar Air Terjun Dua Warna Pasca Bencana; Proses
evakuasi korban tahun (2016) dan survei lapangan tahun (2018)........... 17
2. Kondisi Air Terjun Dua Warna pasca bencana banjir bandang
( 2018 )………......................................................................................... 18
3. Kondisi air terjun………............................................................................ 19
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR LAMPIRAN No Teks Halaman
1. Daftar Pertanyaan................................................................................... 27
2. Dokumentasi Survey Lapangan.............................................................. 28
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENDAHULUAN
Latar Belakang Hutan merupakan fungsi dari paru-paru bumi tempat berbagai satwa hidup,
pepohonan, dan berbagai sumberdaya alam lainnya yang bisa kita dapatkan dari
hutan yang tak ternilai harganya bagi manusia yang sangat penting bagi
kehidupan baik dari segi ekologi, lingkungan, sosial maupun segi ekonomi. Hutan
juga memiliki fungsi ganda khususnya bagi masyarakat yang tinggal di sekitar
hutan karena mereka terlibat langsung dengan hutan tersebut. Pada umumnya
masyarakat yang hidup di sekitar hutan akan memiliki ketergantungan yang lebih
tinggi, oleh sebab itu masyarakat lokal akan tetap berusaha menjaga dan
mengelola hutan meskipun akan ada sebagian orang yang tidak perduli akan
fungsi hutan bagi kehidupan mereka (Ginting, 2015).
Didalam hutan terdapat berbagai interaksi sebuah ekosistem hutan yang
memiliki sistem sosial yang terdiri atas manusia dengan proses sosial dan
kemudian terdapat lingkungan ekosistem hutan itu sendiri, ada berbagai dimensi
yang berbentuk kebudayaan masyarakat desa hutan baik secara struktural maupun
secara kultural. Secara struktural diakibatkan oleh adanya proses sosial panjang
yang menyebabkan adanya struktur masyarakat desa hutan dalam lapisan sosial
paling rendah untuk mendapatkan hak atas sumberdaya hutan. Secara kultural
budaya masyarakat desa hutan dimana keterbatasan akses terhadap lingkungan
hutan menyebabkan munculnya budaya masyarakat desa hutan dalam bentuk ide
dan perilaku serta berbagai benda yang digunakan dalam keseharian mereka
(Hananto, 2009).
Jasa lingkungan hutan sebagai perlindungan dan pencegahan bencana
terhadap sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa manfaat
langsung tangible dan manfaat tidak langsung intangible. Jasa lingkungan adalah
jasa wisata alam, jasa perlindungan tata air, kesuburan tanah, pengendalian erosi
dan banjir, keindahan dan keunikan alam, penyerapan dan penyimpanan karbon.
Selain itu, jasa lingkungan dihasilkan dari berbagai jenis penggunaan lahan hutan
atau pertanian, juga perairan baik air tawar maupun laut. Namun apabila terjadi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
bencana alam seperti banjir, longsor, kekeringan, manusia baru sadar adanya asa
lingkungan yang sering diabaikan. Meskipun demikian penghitungan ekonomi
hanya dilihat dari sudut kerugian material akibat bencana alam, jarang
diperhitungkan dari jasa lingkungan yang sebelum telah hilang akibat ulah
manusia sehingga mengakibatkan timbulnya bencana alam (Murni, 2014).
Bencana alam mengakibatkan dampak yang merusak baik pada bidang
ekonomi, sosial budaya dan lingkungan. Begitu juga dengan bencana banjir
bandang Air Terjun Dua Warna yang mengakibatkan kerusakan lingkungan
seperti hancurnya pemukiman, lahan pertanian dan hutan yang melindungi
daratan. Kerusakan tersebut membuat masyarakat harus terpaksa waspada
mengungsi dan menunggu kebijakan pemerintah. Bencana ini telah menyebabkan
belasan korban meninggal dunia. Kondisi ekonomi masyarakat semakin
memburuk karena adanya bencana banjir bandang yang terjadi di Air Terjun Dua
Warna (Rosyidie, 2013).
Air Terjun Dua Warna merupakan salah wisata alam yang terletak di
Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang airnya berasal dari Gunung
Sibayak, ketinggian air terjun dua warna berada pada 1270 meter, dan Air Terjun
ini memiliki dua gradasi warna yang berbeda. Air Terjun Dua Warna terletak di
Desa Bandar Baru, Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang Sumatera
Utara, dan jarak yang harus di tempuh menuju sibolangit adalah sekitar 75 km,
lokasi dari pusat kecamatan menuju air terjun dua warna cukup jauh. Dalam
kondisi perjalanan ideal akan memakan waktu kurang lebih 3 jam untuk mencapai
lokasi tersebut (Surgatraveler, 2015).
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan memiliki bersama
oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi kegenerasi. Budaya
terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat
istiadat, bahasa, pakaian, bangunan dan karya seni, budaya terbentuk karena
adanya hubungan antara masyarakat tradisional dengan ekosistem disekitarnya
yang memiliki kepercayaan, hukum dan adat yang diwariskan secara genetis
(Sadhvi, 2013).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dari permasalahan diatas maka perlu dilakukan penelitian untuk
mengidentifikasi jenis budaya di desa sekitar Bandar Baru Kecamatan Sibolangit
yang dapat berkontrubusi dalam pengelolaan wisata yang minim risiko bencana.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi budaya masyarakat
yang terkait dengan penanggulangan bencana banjir bandang disekitar kawasan
Air Terjun Dua Warna Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara
Manfaat penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1 Penelitian ini bermanfaat untuk memperkaya pengetahuan tentang
penanggulangan bencana oleh masyarakat yang berada di sekitar Air Terjun
Dua Warna, Desa Bandar Baru, Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang
2 Sebagai bahan untuk menambah pengetahuan dan informasi pentingnya
melestarikan budaya dengan alam sekitar Air Terjun Dua Warna tersebut.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
TINJAUAN PUSTAKA
Ekosistem Hutan Sebagai Pencegah Bencana
Ekosistem Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan bagian yang amat
penting untuk penanggulangan banjir. Karena mempunyai fungsi perlindungan
terhadap DAS untuk menahan melebarnya air sungai itu sendiri. Aktivitas DAS
yang menyebabkan perubahan tata ruang misalnya perubahan tata lahan, didaerah
hulu yang akan berdampak pada daerah hilir. Jika terjadi ketidaknya seimbangan
akan terjadi erosi besar besaran yang menyebabkan bencana banjir,menjadi
pengendali bencana alam seperti banjir dan longsor. Banjir terjadi karena volume
air yang jatuh ke bumi terlalu banyak sehingga aliran air tidak mampu memuat,
disinilah hutan berfungsi untuk mengendalikan banjir yaitu dengan menyerap air-
air kedalam akar pohon-pohonnya, begitu juga halnya dengan longsor, keberadaan
hutan yang lestari akan meminimalisir kejadian tersebut. Ekosistem hutan
berperan sebagai pengunci tanah sehingga menghindarkan dari ancaman bencana
alam semacam longsor juga erosi tanah (Kusuma, 2017).
Banjir Bandang
Banjir bandang (flash flood) adalah penggenangan akibat limpasan keluar
alur sungai karena debit sungai yang membesar tiba-tiba melampaui kapasitas
aliran, terjadi dengan cepat melanda daerah-daerah rendah permukaan bumi, di
lembah sungai-sungai dan cekungan-cekungan dan biasanya membawa debit
dalam aliran. Banjir bandang dibedakan dari banjir oleh waktu berlangsung yang
cepat dan biasanya kurang dari enam jam, dan menyapu lahan yang dilanda
dengan kecepatan aliran yang sangat besar hampir tanpa peringatan yang cukup,
tinggi permukaan gelombang banjir bandang dapat berkisar 3 – 6 meter dengan
membawa debit dan sangat berbahaya yang akan melanda hampir semua yang
dilewati hujan yang menimbulkan banjir bandang dapat memicu terjadinya
longsoran lereng dan tebing yang menimbulkan bencana aliran debit yang akan
terangkut oleh banjir bandang tersebut (Utomo et al. 2012).
Bencana banjir selain akibat kerusakan ekosistem ataupun aspek lingkungan
yang tidak terjaga juga disebabkan karena bencana alam itu sendiri seperti curah
hujan yang tinggi. Curah hujan sangat berpengaruh pada besarnya debit air yang
mengalir pada suatu sungai. Curah hujan yang diperlukan untuk analisis hidrologi
4 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
adalah curah hujan rata- rata dari seluruh daerah yang bersangkutan, dalam
perencanaan bangunan pengendalian banjir seperti saluran drainase, akibat
bencana banjir, hutan dan pohon- pohon akan rusak atau hancur yang di sebabkan
oleh daya terjang air banjir, terseret arus, daya kikis genangan air, longsornya
tanah di seputar bebatuan, tertabrak terkikis oleh benturan dengan benda-benda
berat yang terseret arus. Kerugian fisik cenderung lebih besar bila letak bangunan
di lembah pegunungan di banding di dataran rendah terbuka (Girsang, 2008).
Penyebab Banjir Bandang
Hujan lebat yang bergerak lambat dan jatuh pada suatu daerah aliran sungai
yang tidak terlalu luas, dan runoffnya dan terkonsentrasi dengan cepat ke dalam
alur sungai pematusnya. Karena besar debit dan kecepatan aliran banjir bandang
dapat mengangkut bebatuan, lumpur yang erosinya dari tebing maupun deposit
sedimen pada dasar alur dan debit lain seperti batang pepohonan yang tercerabut,
dan akan menyapu daerah yang dilandanya, merusak lahan pertanian,
menghancurkan jembatan dan rumah-rumah bahkan sering menimbulkan korban
jiwa. Banjir bandang dapat juga terjadi akibat runtuhnya timbunan dan alami yang
membendung alur sungai, disusul dengan tumpah ke hilir volume air, dan alami
terbentuk oleh tersumbat aliran alur sungai oleh material longsoran tebing sungai
yang jatuh ke dalam bersamaan dengan batang pepohonan (Utama, 2015).
Menurut Undang – Undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam
dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan,baik
oleh faktor alam atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbul korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda dan dampak psikologis, yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa oleh alam antara lain berupa gampa bumi, tsunami, gunung
meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
Dampak Bencana Banjir
Secara umum dampak dari aspek ekonomi, antara lain berupa hilangnya
mata pencaharian, tidak berfungsi pasar tradisional, kerusakan atau hilang harta
benda, ternak dan terganggunya perekonomian masyarakat. Aspek penduduk,
antara lain berupa korban jiwa/meninggal, hanyut, tenggelam, luka-luka, korban
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
hilang, pengungsian, berjangkitnya penyakit seperti penyakit kulit, demam
berdarah, malaria, influenza, gangguan pencernaan dan penduduk terisolasi.
Aspek pemerintahan, antara lain berupa kerusakan atau hilangnya dokumen, arsip,
peralatan, perlengkapan kantor dan terganggu jalannya pemerintahan. Aspek
sarana/prasarana, antara lain berupa kerusakan rumah penduduk, jembatan, jalan,
bangunan gedung perkantoran, fasilitas sosial dan fasilitas umum, instalasi listrik,
air minum dan jaringan komunikasi. Aspek lingkungan, antara lain berupa
kerusakan ekosistem,objek wisata, lahan pertanian, sumber air bersih dan
kerusakan tanggul/jaringan irigasi (Indradewa, 2008).
Pengurangan risiko bencana melalui kearifan tradisional merupakan
bentuk dari mitigasi non struktural. Kearifan tradisional adalah pengetahuan
tradisional yang khas milik masyarakat atau budaya tertentu yang telah
berkembang lama, dan merupakan hasil dari proses hubungan timbal-balik antara
masyarakat dengan lingkungan, menjadi acuan berperilaku, dipraktekkan dan
diwariskan dari generasi ke generasi. Kearifan tradisional sebagai pedoman,
pengontrol, dan rambu-rambu berperilaku dalam kehidupan bermasyarakat
mempunyai fungsi yang sangat penting dalam memelihara kelestarian sumberdaya
alam dan lingkungan. Kearifan tradisional antara lain mengajarkan perilaku
manusia dalam berinteraksi dengan alam, mitos dan ritual adat (Dewi et al. 2015).
Kebudayaan atau budaya merupakan keseluruhan hasil budi dan daya
manusia, yang mencakup ragam ilmu pengetahuan, kepercayaan atau sistem
religi, kesenian, organisasi sosial yang mencakup sistem kekerabatan atau adat
istiadat, teknologi mata pencaharian hidup atau ekonomi, dan bahasa yang
diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan di wujudkan mulai
dari tahap gagasan atau ide, kemudian di lanjutkan dalam bentuk kehidupan yang
mencerminkan nila-nilai yang dikandungnya, juga dalam bentuk artefak atau
benda-benda budaya. Pada dasarnya tata kehidupan dalam masyarakat tersebut
tertentu merupakan pencerminan yang konkrit dari nilai budaya yang bersifat
abstrak (Karo-karo, 2012).
Hutan Dan Budaya Masyarakat
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan memiliki bersama
oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem sistem agama dan
politik, adat istiadat, bahasa, bangunan, dan termasuk karya seni. Budaya
merupakan pola hidup masyarakat secara menyeluruh sehingga budaya lebih
bersifat kompleks, abstrak, dan cakupan luas. Banyak sekali aspek budaya yang
turut menentukan perilaku manusia, unsur- unsur sosial budaya ini tersebar dan
meliputi kegiatan sosial masyarakat dengan hutan (Dassir, 2008).
Budaya di peringkat etnik juga bisa bermacam-macam di bidang. Misalnya
untuk merespon alam sekitar. Masyarakat Batak Toba membuat rumah sekalian
dengan aspek-aspek spiritual untuk menjaga dari beberapa gangguan hewan
maupun berbagai bencana seperti bencana banjir bandang. Hal ini merupakan
salah satu kearifan lokal atau budaya masyarakat Batak Toba yang berkaitan
dengan penanggulangan berbagai bencana sehingga mereka merasa aman
terhadap beberapa gangguan lainnya. Begitu juga dengan sistem perkawinan, ada
yang mendasarkan kepada perkawinan diluar klen, perkawinan untuk kepentingan
politik kekuasaan, perkawinan perempuan melamar lelaki atau sebaliknya. Selain
itu, kearifan lokal juga tercerminan dalam filsafat atau pandangan hidup manusia
yang memikirkan dan menggunakannya. Sebagai contoh dalam masyarakat Batak
Toba dikenal dengan filsafat dalihanna tolu (Alfian, 1985).
Masyarakat Deli Serdang umumnya memiliki budaya yang sangat kental
dengan berbagai adat seperti aturan-aturan yang terbentuk dari banyak unsur yang
rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, perayaan adat yang
diadakan setiap tahun, pantangan-pantangan atau larangan seperti larangan etika,
menghormati tempat yang dikeramatkan oleh masyarakat, budaya yang dimiliki
oleh masyarakat karo yang tinggal di desa serdang masih mempertahankan
beberapa budaya yang telah diwariskan nenek moyang secara turun menurun.
Ketergantungan masyarakat terhadap hutan, masyarakat yang hidup dan tinggal di
sekitar hutan memiliki ketergantungan hidup yang lebih tinggi terhadap hutan,
masyarakat pun berinteraksi dengan hutan karena pekerjaan sebagian besar adalah
bertani, dan masyarakat sangat bergantung terhadap hasil hutan non kayunya.
(Surbakti, 2014).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
METODE PENELITIAN
Waktu dan tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2018 – Mei 2019 di
Desa Bandar Baru Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang Sumatera
Utara.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, kamera,
perekam suara. Bahan yang digunakan adalah kuisioner untuk mendapatkan data
sekunder, serta data sejarah kejadian banjir bandang di wisata Air Terjun Dua
Warna.
Prosedur Penelitian
Metode Pengumpulan Data
Data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh melalui
media perantara atau secara tidak langsung yang berupa buku, catatan, bukti yang
telah ada, atau arsip baik yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan
secara umum. Data diperoleh dari lembaga adat yang bersangkutan di daerah Desa
Bandar Baru Kecamatan Sibolangit, data sejarah kejadian banjir bandang Air
Terjun Dua Warna yang diperoleh dari berbagai sumber yaitu dari publikasi
media massa, Kepala desa Bandar Baru Kecamatan Sibolangit, serta masyarakat
setempat meliputi tentang lokasi kejadian bencana.
Wawancara
Wawancara yang dilakukan di desa sekitar Bandar Baru Kecamatan
Sibolangit dengan menggunakan metode wawancara mendalam (depth interview)
yang berkaitan dengan pengetahuan dan kesiapan masyarakat terhadap bencana
banjir bandang. Metode wawancara mendalam (depth interview) sama seperti
metode wawancara lainnya, tetapi dalam wawancara ini dilakukan berkali kali dan
membutuhkan waktu yang lama bersama informan dilokasi penelitian dan
dibutuhkan ketelitian.
Metode penentuan informan dalam penelitian ini adalah informan kunci (key
informan) yaitu seseorang yang memiliki pengetahuan luas tentang daerahnya,
kebiasaan-kebiasaan penduduk di daerah tersebut dan juga dianggap sebagai
8 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
tokoh oleh penduduk di daerah tersebut. Pada umumnya adalah orang tua
orang yang dianggap oleh penduduk sebagai tokoh masyarakat. Dari informan
kunci ini dapat diperoleh data-data tentang keadaan penduduk di daerah
penelitian, baik kebiasaan, masalah-masalah sosial, budaya masyarakat dan
sebagainya (Rudito, 2008).
Narasumber yang diwawancarai antara lain adalah tokoh masyarakat, kepala
desa, tokoh adat yang bersangkutan, serta LSM (lembaga swadaya masyarakat)
yang terkait. Informasi yang dikumpulkan adalah dari wawancara, berupa data
tentang budaya masyarakat Bandar Baru Kecamatan Sibolangit, data jenis dampak
dari bencana banjir bandang terhadap budaya masyarakat desa sekitar Air Terjun
Dua Warna yang di peroleh dari lembaga adat yang bersangkutan.
Observasi
Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan survei langsung ke
lapangan lokasi penelitian. Survei terhadap masyarakat juga dilakukan dengan
mengamati aktifitas keseharian serta kondisi lokasi sekitar Air Terjun Dua Warna,
dalam tahap survei ini dilakukan juga dokumentasi, mengamati, mendengar,
mencatat, kejadian dari berbagai pengumpulan data yang diperoleh.
Analisis Data
Teknik penyajian data dengan bentuk narasi yang bertujuan mendapatkan
informasi serta memperluas pengatahuan tentang suatu kajadian, bahasanya lebih
condong ke bahasa informatif, menyampaikan informasi secara faktual mengenai
suatu kejadian tersebut. Sasaran dalam teknik penyajian data bentuk narasi ini
adalah beberapa petinggi didesa-desa sekitar Air Terjun Dua Warna Bandar Baru
Kecamatan Sibolangit yang meliputi tokoh masyarakat, kepala desa, kepala adat
yang bersangkutan, serta pemandu wisata dan LSM (lembaga swadaya
masyarakat).
9
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Desa Bandar Baru Kecamatan Sibolangit
Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara yang terletak pada 30º 24’ - 30º 37’ LU
dan 98º 56’ BT - 98º 60’ BT. Dengan ketinggian 300-700 m diatas permukaan
laut. Adapun secara geografis Kecamatan Sibolangit berada di Kabupaten Deli
Serdang dan batas administratif wilayah Kecamatan Sibolangit berbatasan
dengan Kabupaten Karo. Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang, berjarak
sekitar 50 Km dari kota Medan, dengan luas wilayah sekitar 165,26 km² .
Penduduk desa Bandar Baru berjumlah 3533 jiwa. Dengan penduduk laki-
laki berjumlah 1755 jiwa dan penduduk perempuan berjumlah 1778 jiwa.
Terdapat 782 rumah tangga yang mendiami desa ini. Mata pencaharian di daerah
kecamatan Sibolangit ini 80% adalah petani dan 20% lagi yaitu buruh tani,
Pegawai Negeri Sipil, sektor perdagangan (hotel dan restoran), wiraswasta. Suku
yang ada diKecamatan Sibolangit terdiri atas Batak, Nias, Aceh, Mentawai,
Melayu, Minang, Jawa, Banjar, Madura dan Sunda. (Pemerintahan Kabupaten
Deli Serdang, 2017).
Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan hal yang penting bagi kehidupan manusia, karena
pendidikan menentukan kemajuan suatu daerah. Tingkat pendidikan juga
mempengaruhi taraf hidup mereka. Bekal ilmu yang memadai dapat
mengembangkan bakat dan kreatifitas masyarakat sekitar sehingga menghasilkan
lapangan pekerjaan dan menjadikan masyarakat lebih produktif. Dilihat dari
tingkat pendidikan yang ada di Desa Bandar Baru, masyarakat yang ada di desa
pada saat ini paling banyak hanya sampai lulusan SMA namun sudah cukup
mengedepankan pendidikan dilihat dari keberadaan sekolah sekolah yang sudah
memadai (Saputri, 2012)
Status kepemilikan Air Terjun Dua Warna menurut Bapak Ramlan Barus
selaku kepala UPT. Tahura Bukit Barisan, masih dibawah Pengelolaan Tahura
Bukit Barisan yang fungsi hutan sebagai hutan konservasi dengan luas kawasan
39.678 ha yang berada di 4 Kabupaten yaitu Kabupaten Karo, Kabupaten
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Deli Serdang, Kabupaten Simalungun, Kabupaten Langkat. Air Terjun Dua
Warna ini terletak di Kabupaten Deli Serdang namun masyarakat sekitar
mengelola kawasan tersebut secara swadaya tanpa ada izin dari pihak Pengelola
Tahura Bukit Barisan, sebelumnya ada plang peringatan yang dipasang oleh UPT.
Tahura bahwa tidak diperbolehkan memasuki kawasan tersebut menurut
Keputusan Presiden No.48 tahun 1988 tentang Pembangunan Kelompok Hutan
Sibolangit Sebagai Taman Hutan Raya Bukit Barisan.
Budaya Masyarakat di Areal Sekitar Air Terjun Dua Warna
Di daerah Kecamatan Sibolangit terdapat berbagai lembaga yang telah
dibentuk serta didalam lembaga adat tersebut ada berbagai jenis adat yang
dilakukan seperti yang disajikan pada Tabel 1.
Tabel.1 Jenis-jenis Adat budaya masyarakat yang dilakukan di Desa Bandar Baru Kecamatan Sibolangit. No Jenis adat yang dilakukan 1. Upacara Adat Kelahiran
2. Upacara Adat Perkawinan
3. Upacara Adat Kematian
4. Upacara Adat dalam Pembangunan Rumah
5. Upacara Adat Pengelolaan Hutan
Sumber : Hasil wawancara. (2018)
Budaya masyarakat masih terjaga kebudayaan di Desa Bandar Baru
Kecamatan Sibolangit, seperti lembaga yang telah dibentuk antara lain ada
berbagai jenis adat yang dilakukan salah satunya adalah Upacara Adat Kelahiran,
Upacara adat perkawinan, Upacara adat kematian dan Upacara Adat
Pembangunan Rumah. (Tabel 1 ).
Upacara Adat kelahiran ini memiliki arti yang melambangkan suatu budaya
tradisional sebagai tanda syukur, keselamatan, kemandirian, kebahagian,
tanggung jawab, solidaritas, dan kejujuran, kasih sayang, dan doa. Upacara-
upacara ini merupakan budaya yang ada pada pelaksanaan upacara adat kelahiran.
Yaitu mereka membuat acara tujuh bulanan, yang dinamakan mbesuirbesuri
dilaksanakan oleh sepasang suami istri diberi makan oleh orang tua, dengan
makanan khas yang dimasak, beraneka ragam kue-kue khas Karo yang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
namanya cimpa juga buah-buahan untuk dimakan yang hamil tujuh bulan, tujuan
upacara ini di maksud agar anak yang dikandung lahir dalam keadaan sehat,
biasanya peserta upacara ini mengundang kerabat dekatnya, bersama sembari
mendoakan janin dan ibunya sehat sampai lahiran, ada juga acara memotong
rambut bayinya.
Upacara Adat Nereh-Empo (pernikahan) biasanya digunakan untuk
kepentingan politik kekuasaan, keagamaan, dalam upacara adat perkawinan
mereka melakukan musyawarah pada saat lamaran perempuan melamar lelaki
atau sebaliknya, sebagai contoh dalam masyarakat Batak Toba dikenal dengan
filsafat Dalihanna Tolu. Dalam acara pernikahan mereka memakai pakaian
adatnya, menampilkan alat musik berupa organ, dan tarian yang digunakan saat
acara pernikahan berjalan.
Upacara Adat Kematian simate-mate (kematian), dilaksanakan ketika
seseorang telah meninggal akan mengalami perlakuan khusus.Upacara ini di
klasifikasi berdasarkan usia dan status orang yang meninggal dunia, mayatnya
ditutupi selembar kain sebelum dikuburkan. Kain menutupi mayat untuk mate
poso poso berasal dari orang tuanya.
Upacara Adat dalam pembangunan rumah, pada masyarakat yang berada di
Desa Bandar Baru mereka membangun rumah dengan cara memilih suatu lokasi
yang nyaman untuk membuat rumah, dan rumahnya sesuai dibangun dengan
aspek-aspek spiritual untuk menjaganya dari beberapa gangguan hewan dari hutan
maupun bencana alam lainya, adanya pembangunan rumah dilakukan secara
gotong royong dengan para tetangga atau kerabat dekatnya. Mereka membuat
rumah dengan berbentuk rumah panggung dan ada juga yang biasa, dilakukan
pembangunan rumah ada yang terbuat dari bahan material seperti kayu, bambu.
Selain itu bahan bangunan yang gunakan dari tiang – tiang rumah yang terbuat
dari kayu, pelapuh bambu yang dipipihkan untuk dinding, dan bahan bangunan
lainya yaitu seperti kayu, atap seng, semen, tembok, atau keramik lainnya.
Upacara adat dalam pegelolaan hutan, mencakup kegiatan pengelompokan
sumber daya hutan sesuai dengan tipe ekosistem dan potensi yang terkandung di
dalamnya dengan tujuan untuk memperoleh manfaat secara lestari dikawasan
hutan, memanfaatkan jasa lingkungan, memanfaatkan hasil hutan. Pengelolaan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
hutan yaitu dapat mempererat rasa persaudaraan di antara masyarakat rasa saling
melindungi dan menghargai, rasa saling menghormati serta mempermudah dalam
melakukan suatu kegiatan seperti gotong royong. Selain itu melakukan
pengelolaan hutan juga berkaitan dengan pertanian, masyarakat memikirkan
bagaimana nanti airnya, konsep-konsep air, dan penataan air. Tumbuhan apa saja
yang cocok didaerah yang melindungi air. Kelestarian suatu hutan sangat
bergantung terhadap masyarakat yang hidup di sekitar hutan. Tingkat
ketergantungan masyarakat sekitar hutan sangat tinggi terhadap kehidupan baik
dari segi ekonomi maupun ekologis. Masyarakat memilih lokasi dan menebang
pohon-pohon agar mereka melakukan suatu lahan atau lokasi untuk dijadikan
lahan pertanian, maupun perkebunan, dan menjadikan tradisi leluhur masyarakat
pada mulanya ketika memulai menanam tanaman, maka dahulu memberikan
sesajen bagi sang penguasa alam supaya hasil panenya kemudian berhasil
(Mutiono, 2007).
Budaya Masyarakat yang terkait dengan Penanggulangan Bencana Banjir Bandang Menurut Beberapa Narasumber Wawancara dilakukan dengan beberapa narasumber yang dianggap sangat
memiliki pemahaman atau pengalaman di lokasi penelitian untuk memperoleh
informasi mengenai dampak bencana banjir bandang serta budaya masyarakat
didaerah tersebut. Narasumber yang diwawancarai yaitu beberapa narasumber
didesa-desa sekitar Air Terjun Dua Warna seperti yang disajikan pada Tabel 2.
Pada Tabel 2 terdapat sepuluh jenis pengetahuan masyarakat terhadap terkait
dengan bencana banjir bandang di sekitar Air Terjun Dua Warna
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 2. Jenis-jenis Pengetahuan Masyarakat dan Budaya yang Terkait Penanggulangan Bencana di Kawasan Sekitar Air Terjun Dua Warna
No Jenis Pengetahuan/Budaya
Narasumber Kepala Desa
Kepala Adat
Tokoh Masyarakat
Pemandu Wisata
Perwakilan Masyarakat
1 Penyebab Bencana
Penebangan liar dan longsor
Penebangan liar dan longsor
Penebangan liar
Penebangan pohon dan longsor
Penebangan Liar
2 Kerusakan akibat Bencana
Hutan rusak dan ada korban jiwa
Hutan rusak dan ada korban jiwa
Air tercemar dan Keruh
Hutan rusak dan ada korban jiwa
Air tercemar/ Keruh
3 Waktu terjadinya Bencana
15 Mei 2016 15 Mei 2016 15 Mei 2016 15 Mei 2016 15 Mei 2016
4 Pengetahuan tanda tanda akan terjadi Bencana
Hujan sangat deras,Air sungai keruh
Gerimis, hujan Deras, air keruh
Hujan sangat deras dan air sungai keruh
Hujan sangat deras dan air sungai keruh
Tidak ada
5 Budaya terkait pencegahan bencana
Dilarang membuang sampah disungai Mencemari sungai disekitar air terjun dan bicara yang jorok
Dilarang buang sampah disungai, bicara kotor di sekitar air terjun mencemari lingkungan
Dilarang membuang sampah, disekitar air terjun, bicara kotor
Dilarang membuang sampah di sungai, dan bicara kotor di sekitar air terjur
Ada
6 Dampak akibat bencana
Aktivitas terganggu, rusak pemukiman
Rusaknya hutan, ada korban jiwa
Kerusakan disekitar areal Sepanjang air terjun
Aktivitas terganggu
Aktivitas Terganggu, Adanya korban jiwa
7 Kegiatan pasca Bencana
Memperbaiki/ membersih sekitar air terjun dari sisa-sisa banjir bandang
Gotong royong Mencari korban jiwa
Memperbaiki sarana dan prasarana, jembatan, secara gotong royong
Mencari korban secara gotong royong
Gotong royong mencari korban yang hilang
8 Dampak bencana terhadap hutan dan lahan
Hutan rusak, terjadi, longsor, pohon ada yang tumbang, dan bebatuan berserak
Hutan rusak, dan longsor disekitar air terjun dua warna
Hutan rusak, longsor, pohon pohon banyak tumbang, bebatuan Bergeseran
Terjadi longsor Pohon tumbang Hutan rusak
Tidak ada
9 Dampak akibat bencana
Aktivitas terganggu, Rusak pemukiman
Rusaknya hutan disekitar air terjun
Terganggu aktivitas Masyarakat
Kerusakan hutan dan aktivitas Terganggu
Aktivitas, pekerjaan terganggu
10 Praktek budaya setelah terjadi bencana
Masyarakat berdoa,penaburan bunga agar Korban ditemukan
Penaburan bunga Setiap tahun, Gotong royong
Penaburan bunga,dan memotong seekor ayam hitam
Penaburan bunga oleh masyarakat
Tidak ada
Sumber : Pengolahan 2018 Keterangan Narasumber : Kepala Desa, Tokoh Masyarakat, Pemandu Wisata, Kepala Adat,
Perwakilan Masyarakat
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Penyebab terjadinya bencana banjir bandang di sekitar air terjun dua warnan
disebabkan oleh kondisi dan fenomena alam topografi, curah hujan, kondisi
geografis daerah dan kegiatan manusia yang berdampak pada perubahan tata
ruang atau guna lahan di suatu daerah, diakibatkan oleh intensitas curah hujan
yang sangat tinggi. Seorang narasumber yang berprofesi sebagai kepala desa
menjelaskan bahwa sebelum peristiwa banjir bandang terjadi, adanya penebangan
pohon di hulu sungai Kawasan Air Terjun Dua Warna. Penebangan pohon
tersebut diduga dilakukan secara diam-diam tanpa pengetahuan warga setempat.
Penebangan pohon dihulu sungai Kawasan Air Terjun Dua Warna mengakibatkan
lapisan tanah humus menjadi tipis dan disebabkan saat terjadinya hujan, air akan
membawa partikel–partikel tanah. Kawasan hulu sungai yang kosong tidak
diadakan reboisasi mengakibatkan pada musim penghujan banyak pohon yang
tumbang dan tanah longsor sehingga air meluap kedaratan yang lebih rendah dan
terjadilah banjir bandang di destinasi Air Terjun Dua Warna tersebut. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Thoha (2014), bahwa curah hujan sangat berpengaruh
terhadap dinamika kadar air tanah dan muka air tanah sehingga fluktuasi
keduanya sangat dipengaruhi oleh dinamika curah hujan yang turun. Sehingga
apabila curah hujan meningkat maka fluktuasi air tanah akan meningkat dan
sungai tidak mampu menampung akumulasi air hujan dan meluap kedaratan atau
ketempat aliran sungai yang rendah.
Kerusakan yang terjadi akibat bencana banjir bandang di air terjun dua
warna merupakan dampak negatif terhadap lingkungan di sekitar kawasan air
terjun dua warna, yaitu hutannya rusak disekitar areal sepanjang air terjun dua
warna dan ada korban jiwa, serta banyak pohon yang tumbang, bebatuan yang
berhamburan dan tanah longsor disekitar kawasan air terjun dua warna.
Peristiwa terjadinya banjir bandang di Air Terjun Dua Warna yaitu semua
narasumber mengetahui penyebab kejadian banjir bandang tersebut. Pada saat
terjadi banjir bandang di Air Terjun Dua Warna ada tanda-tanda khusus yang
diketahui oleh narasumber pada saat akan terjadi banjir bandang yaitu curah hujan
yang tinggi di hulu sungai dalam kurun waktu yang lama, cuaca mendung,dan
hujan gerimis mulai semakin deras, adanya perubahan warna air dari jernih
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
menjadi keruh dan adanya pengurangan debit air serta banyaknya daun-daun yang
berguguran.
Dampak bencana yang mengakibatkan rusaknya hutan, ada korban jiwa
yang ditemukan di areal kawasan air terjun, terganggunya aktivitas masyarakat,
dan terjadi kerusaka terhadap pemukiman, yang terlihat jelas terdapat pada
aktivitas masyarakat dalam kegiatan wisata di kawasan Air Terjun Dua Warna.
Perubahan aktivitas tersebut terjadi pasca bencana banjir bandang sehingga wisata
Air Terjun Dua Warna resmi ditutup oleh pihak Tahura secara resmi. Setelah
resmi ditutup jumlah pengunjung berkurang hal tersebut yang berpengaruh
terhadap masyarakat sekitar yang membuat masyarakat kehilangan aktivitas dan
mengalami perubahan aktivitas. Sebagaimana yang dimaksud dengan (Thresa
Jurenzy, 2011), resiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat
bencana pada suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu yang dapat berupa
kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan
atau kehilangan harta dan gangguan kegiatan masyarakat.
Sebenarnya ada banyak kebudayaan dalam masyarakat Batak Karo dalam
berbagai hal yang bersangkutan dengan aspek-aspek spiritual. Yaitu adanya larang
–larangan atau pantangan yang harus di patuhi sebelum memasuki hutan, dengan
adanya budaya yang terkait dengan pencegahan bencana, yaitu dilarang
membuang sampah di sungai, bicara kotor pada saat memasuki hutan, dan
mencemari sungai disekitar kawasan air terjun, harus menjaga hutan dan
melestarikan kawasan disekitar hutan. Hal ini masih dapat kita lihat pada
masyarakat Bandar Baru Kecamatan Sibolangit yang pada awal bulan Mei tahun
2016 terjadi musibah banjir bandang di destinasi wisata Air Terjun Dua Warna
yang mengakibatkan 22 wisatawan hilang yang terdiri atas wisatawan dan
pemandu wisatawan. Menurut perwakilan tokoh adat Bandar Baru Kecamatan
Sibolangit pada saat kejadian banjir bandang masih ada beberapa korban yang
belum ditemukan pada saat itu, sehingga kepala adat dan tokoh masyarat lainnya
meminta doa supaya korban bencana banjir bandang dapat ditemukan dengan cara
pengantaran satu ayam hitam ke destinasi Air Terjun Dua Warna tersebut yang
bertujuan untuk meminta petunjuk supaya ditemukannya korban bencana banjir
bandang tersebut (komunikasi pribadi Roedah, 2018).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dampak Bencana Banjir Bandang Terhadap Lingkungan
Terjadinya bencana alam maupun bencana yang ditimbulkan oleh manusia
memberikan dampak yang buruk bagi kehidupan manusia seperti kerusakan
lingkungan, kerusakan ekosistem alam, sosial, budaya maupun kerugian finansial
serta korban jiwa. Kerugian finansial yang jelas terlihat dari dampak bencana
adalah hilang atau rusaknya tempat tinggal, hilangnya harta benda, hilangnya
sumber mata pencaharian penduduk terutama bagi petani yang diakibatkan
rusaknya seluruh lahan pertanian, semua ini membuat proses pemiskinan bagi
masyarakat yang mengalami bencana tersebut.(Taufik, 2014). Bencana banjir
bandang mengakibatkan Air Terjun Dua Warna menjadi rusak. Banyaknya
bebatuan yang berserakan dan pepohonan banyak yang tumbang disekitar Air
Terjun Dua Warna. Berikut ini merupakan kondisi fisik Air Terjun Dua Warna
sebelum dan sesudah terjadinya banjir bandang dan dampak kerusakan
disepanjang aliran sungai air terjun dua warna.
Pada Gambar 1 dapat dilihat kondisi areal sekitar Air Terjun Dua Warna pasca bencana, Proses evakuasi korban tahun 2016 dan survei lapangan tahun 2018 terkait dengan bencana banjir bandang di sekitar Air Terjun Dua Warna
Gambar 1. Kondisi Areal sekitar Air Terjun Dua Warna pasca bencana; Proses
evakuasi korban tahun 2016 (a) dan survei lapangan tahun 2018 (b) (Sumber: dari internet (a) dan hasil survei lapangan (b)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pada Gambar 2. dapat dilihat kondisi air terjun dua warna paska bencana banjir bandang ( April 2018)
Gambar 2. Kondisi air terjun dua warna paska bencana banjir bandang
(April 2018)
Pada Gambar 2 terdapat kerusakan yang terjadi di areal sekitar kawasan air
terjun dua warna. Dari hasil wawancara yang didapat dari beberapa perwakilan
narasumber tentang peristiwa kejadian banjir bandang di Air Terjun Dua Warna
yaitu masih mengetahui adanya kerusakan hutan di sepanjang areal tersebut
seperti tanah longsor, banyak pohon yang tumbang dan bebatuan yang bergeser,
serta terdapat korban jiwa yang meninggal dunia, dan cara menolong korban yaitu
dengan mengarahkan atau mengajak masyarakat sekitar dan beberapa instansi
terkait lainya secara gotong royong. Serta melakukan upacara adat sesudah
kejadian banjir bandang dengan keluarga korban mereka bersama-sama
melakukan ritual dengan cara menabur bunga disekitar Air Terjun Dua Warna,
dan penaburan bunga juga dilakukan setiap tahun oleh keluarga korban, setelah
kejadian tersebut wisatawan tidak diperbolehkan lagi untuk memasuki kawasan
Air Terjun Dua Warna tersebut.
Banjir bandang yang terjadi di sekitar Air Terjun Dua Warna secara tiba-
tiba dan berlangsung dengan dahsyat. Banjir bandang terbentuk beberapa waktu
setelah hujan lebat yang terjadi dalam waktu singkat di sebagian daerah aliran
sungai atau alur sungai yang sempit di bagian hulu. Alur sungai ini memiliki
waktu konsentrasi waktu tiba banjir yang singkat, sehingga aliran permukaan
cepat terkumpul di alur sungai. Berdasarkan pengertian banjir bandang diatas
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
bencana banjir bandang merupakan bencana yang sulit untuk dihindari dan
seringkali menimbulkan banyak korban jiwa (Utama et al. 2015 ).
Gambar 3. Kondisi air terjun, Foto dokumentasi 2016 ( a) dan Kondisi air terjun dokumentasi 2018 ( b)
Pada Gambar 3 terdapat kondisi air terjun, dokumentasi pada tahum 2016
dan Kondisi air terjun dokumentasi 2018 . Kondisi air terjun dua pada saat
sebelum terjadi bencana banjir bandang Air Terjun Dua Warna yang dikenal
dengan nama Telaga Biru terdapat di Desa Bandar Baru Kecamatan Sibolangit, di
hulu sungai sinembah satu kaki Gunung Sibayak juga memiliki ketinggian sekitar
100 meter ini berada didalam hutan konservasi dengan curah air yang mengalir
deras, dan awasan tebing dilumuti lumut hijau. Setelah kejadian bencana banjir
bandang di destinasi wisata Air Terjun Dua Warna yang mengakibatkan
kerusakan yang terjadi disekitar areal air terjun dua warna, banyak menimbulkan
korban, wisata tersebut sementara ditutup dan tidak diperbolehkan lagi untuk
memasuki kawasan tersebut kecuali untuk peneliti atau instansi terkait yang
berkepentingan dalam wilayah tersebut. Menurut salah satu LSM (Lembaga
Swadaya Masyarakat) di desa Bandar Baru Kecamatan Sibolangit mengatakan
tidak ada lagi wisatawan yang diperbolehkan memasuki kawasan tersebut, masih
ada beberapa anak muda (wisatawan) dari luar daerah yang diam-diam memasuki
kawasan air terjun dua warna tersebut. Hal ini disebabkan karna masih kurangnya
tanda atau plang peringatan bahwa tidak diperbolehkan memasuki kawasan
tersebut serta kurangnya pengawasan dari berbagai instansi pemerintah yang
terkait didalamnya (komunikasi pribadi Nia, 2018).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Menurut tokoh masyarakat di desa Bandar Baru Kecamatan Sibolangit
Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara mengatakan ada upacara adat untuk
pembersihan sekitar air terjun dua warna yang dilakukan bersama-sama dengan
masyarakat sekitar dan keluarga para korban yang tidak ditemukan di destinasi air
terjun tersebut dengan cara menabur bunga, penaburan bunga juga dilakukan
setiap tahunnya oleh keluarga korban. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Koentjaraningrat (1985), tata upacara pemakaman dalam bentuk upacara dan
selamatan, serta tradisi penaburan bunga dipemakaman dan selamatan selama tiga
hari, tujuh hari, empat puluh hari dan seratus hari untuk memperingati atau
mengenang orang yang telah meninggal serta mengirimkan doa.
Potensi Budaya Masyarakat untuk Penanggulangan Bencana di Sekitar Air Terjun Dua Warna Kegiatan pencegahan bencana adalah serangkain kegiatan yang dilakukan
sebagai upaya untuk mengurangi ancaman bencana antara lain kesiapsiagaan yang
dilakukan untuk mengantisipasi benaca melalui langkah pengorganisasian dan
mitigasi untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik
maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana
sedangkan tanggapan darurat adalan serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan
segera pada saat kejaian bencana untuk menangani dampak buruk yang timbul,
yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda,
perlindungan, pengurusan pengunsian, dan penyelamatan serta pemulihan sarana
dan prasarana.
Setelah dilakukan wawancara terhadap beberapa narasumber tentang jenis
pengetahuan lokal penanggulangan bencana banjir bandang dapat diketahuinya
kearifan lokal yang dilakukan masyarakat Desa Bandar Baru Kecamatan
Sibolangit berupa Gotong royong dan lainnya maka dapat diketahui sistem
penanggulangan bencana banjir di daerah Bandar Baru Kecamatan Sibolangit
seperti pada Tabel 3.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 3. Upaya Penanggulangan Bencana Banjir Bandang di daerah Bandar Baru
Kecamatan Sibolangit berdasarkan pengetahuan masyarakat
Siklus Kegiatan berbasis budaya masyarakat
Pra Bencana
1. Perencanaa Penggulangan Bencana
2. Pendidikan dan Pelatihan 3. Pencegahan Pengurangan
Resiko Bencana
- Kesiapsiagaan Masyarakat Sekitar yang Rawan Daerah Banjir dengan cara melihat perubahan debit air sungai.
- Tidak Membuang Sampah Sembarangan dialiran Sungai Air Terjun Dua Warna
- Adanya Plang Peringatan Dini disekitar kawasan pintu masuk menuju Air Terjun Dua Warna
-
Saat Tanggap Darurat
1. Pemberitahuan dan Informasi Tentang Telah Terjadinya Bencana Banjir Bandang di Destinasi Air Terjun tersebut.
2. Reaksi Cepat dan Bantuan Penanganan Terhadap Korban Bencana Banjir Bandang Air Terjun Dua Warna
Pasca Bencana
1 Rehabilitasi 2 Rekontruksi
- Memperbaiki/membersihkan Sekitar Air Terjun Dua Warna dari Sisa-sisa Banjir Bandang Tersebut Secara Gotong Royong
- Memperbaiki Beberapa Sarana dan Prasarana Seperti jembatan yang Rusak Akibat Banjir yaitu yang Berada di Desa Bandar Baru
- Mengurus Surat Izin Status Kepemilikan dan Izin Pariwisata Air Terjun tersebut.
- Menertipkan Keamanan didaerah Bandar Baru Kecamatan Sibolangit agar tidak ada lagi wisatawan yang masuk secara ilegal ke Air Terjun tersebut.
Lokasi wisata Air Terjun Dua Warna pada saat ini tidak dibuka untuk umum
tetapi kemungkinan besarnya wisata Air Terjun Dua Warna tersebut akan dibuka
kembali oleh UPT. Tahura Bukit Barisan dengan melengkapi dokumen-dokumen
resmi perizinan ekowisata serta memperbaiki kembali ekologi disekitar Air Terjun
Dua Warna tersebut.
Kebijakan penanggulangan bencana di daerah Bandar Baru Kecamatan
Sibolangit masih kurang efektif karena sistem-sistem yang siap untuk memantau
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dan menyebar luaskan data potensi bencana seperti banjir bandang masih kurang.
dimitigasi, dicegah, paling tidak mengurangi dampak resiko apabila terjadi
bancana. Kondisi ini bisa dipantau secara rutin dengan pengamatan ke arah hulu.
Untuk keperluan mitigasi. Sementara yang terjadi di Air Terjun Dua Warna,
cenderung faktor lingkungan. Ini dipicu oleh rusaknya lingkungan, kurangnya
tutupan lahan di daerah tangkapan air di hulu dan curah hujan tinggi.
Kondisi masyarakat di Desa Bandar Baru pada saat kejadian banjir bandang
terdapat beberapa masyarakat yang masih merasa takut dan trauma. Dalam bidang
ekonomi masyarakat sempat mengalami kesulitan perekonomian terutama para
pedagang dan pemandu wisata karena tidak ada lagi pengunjung di hari biasa dan
pengunjung di akhir pekan menurun drastis. Interaksi antara sesama masyarakat
tetap terjalin namun sudah banyak masyarakat yang menutup usaha dagang dan
jasanya. Desa Bandar Baru sebelumnya terdapat banyak aktivitas dan kegiatan
yang melibatkan masyarakat dan pemuda pemuda setempat untuk meningkatkan
jumlah pengunjung ke lokasi wisata Air Terjun Dua Warna sudah tidak dapat
berjalan dengan normal karena sudah tidak ada perkumpulan para pemandu wisata
dan aktivitas lainnya pasca di tutupnya wisata Air Terjun Dua Warna tersebut.
Pada Interaksi Sosial yang terjadi pada masyarakat terjadinya banjir bandang
semakin terjalin erat. Saling menghargai satu sama lain, sesama pedagang, jasa
penyewaan villa, peralatan outdoor dan kelompok tani masih tetap aktif dan juga
saling menghargai terkait adanya aturan-aturan yang telah ditetapkan. Seperti
sama sama menjaga batas batas yang dapat dilewati para pengunjung dan menjaga
jalur jalur yg rusak akibat bencana. Adapun aktifitas masyarakat yang masih
berjalan misalnya perawatan villa dan lapangan tetap dilakukan agar dapat
disewakan bagi para pengunjung untuk mencukupi kebutuhan sehari hari
masyarakat di kawasan Air Terjun Dua Warna yang masih memanfaatkan
kawasan tersebut sebagai sumber mata pencarian.
Kegiatan Mitigasi Bencana Banjir Bandang
Menurut (Mulyanto et al. 2012). Mitigasi merupakan serangkaian upaya
atau tidakan yang di lakukan membatasi dan mengurangi resiko yang disebabkan
dari bencana alam dengan memaksimalkan pembangunan fisik serta penyadaran
dalam masyarakat dan pemerintah serta peningkatan kemampuan untuk
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
menghadapi ancaman bencana. Bencana banjir bandang yang terjadi di sekitar
kawasan air terjun dua warna disebabkan curah hujan yang tinggi dengan
keadaan daya tampung suatu kawasan yang kurang memadai, banjir dan longsor
yang terjadi dalam bulan Mei 2016 lalu, diakibatkan dari adanya penebangan
pohon. Namun para masyarakat sekitar Desa Bandar Baru mereka memastikan
apakah kawasan tersebut imbas dari penebangan pohon atau murni dari bencana
alamnya sendiri. Untuk mengantisipasi adanya korban jiwa dan korban non fisik,
perlu adanya upaya mitigasi lingkungan yang di lakukan oleh pemerintah. Paling
penting dengan meningkatkan kesadaran masyarakat terutama di daerah rawan
bencana, masyarakat perlu di berikan simulasi bencana menghadapi banjir
bandang. Hal ini bisa mengurangi dampak resiko dari bencana banjir bandang
tersebut. Selain meningkatan kesadaran masyarakat untuk mengurangi resiko
bencana, perencanaan dari tata ruang wilayah juga dapat sebagai upaya mitigasi,
harus memasukan kajian resiko bencana untuk melihat sejauh mana tingkat
kerawanan, ancaman, kerentanan, dan kapasitas suatu wilayah, hal ini sebagai
upaya perlindungan kepada masyarakat, terutama pada masyarakat yang tinggal di
wilayah yang rentan terhadap adanya bencana.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Budaya yang terkait dengan penanggulangan bencana banjir disekitar Air
Terjun Dua Warna yaitu pengetahuan penyebab bencana prediksi datangnya
bencana dengan cara gotong royong, mencari korban dan larangan memasuki
wilayah bencana.
Saran
Pemerintah dan pengelola kawasan Air Terjun Dua Warna melibatkan
masyarakat dalam upaya pengurangan resiko bencana banjir diwilayah Bandar
Baru Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR PUSTAKA
Alfian (ed.),1985. Persepsi Masyarakat tentang Kebudayaan. Jakarta, Gramedia Asti fajar, 2009 .Bencana Alam Dan Budaya Lokal: Respons Masyarakat Lokal
Terhadap Banjir Tahunan Danau Tempe Di Kabupaten Wajo, Propinsi Sulawesi Selatan.
Dassir, M. 2008. Pranata Sosial Sistem Pengelolaan Hutan Masyarakat Adat Kajang. Jurnal Hutan dan Masyarakat. 111-234. Dewi, I, K dan Istiadi, Y. 2015. Mitigasi Bencana Pada Masyarakat Tradisional
Dalam Menghadapi Perubahan Iklim Di Kampung Naga Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya. Jurnal Manusia dan Lingkungan Hidup. 1(23) : 129-135.
Ginting Br Karmila,Agus P , 2015. Kearifan Lokal Dalam Pengelolaan Hutan
di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe, Kabupaten Karo. Departemen Kehutanan. Universitas Sumatera Utara.
Girsang, F. 2008. Analisis Curah Hujan Untuk Pendugaan Debit Puncak
Dengan Metode Rasional Pada Das Belawan Kabupaten Deli Serdang. Universitas Sumatera Utara.
Hananto,W.2009 Upaya Mempertahankan Kelestarian Hutan Dengan
Memanfaatkan Kearifan Lokal pada Masyarakat Desa Hutan. Universitas Sebelas Maret. Surakarta
Indradewa S, Meilani, 2008. Potensi Dan Upaya Penanggulangan Bencana
Banjir Sungai Wolowona, Nangaba Dan Kaliputih Di Kabupaten Ende. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tesis
Jurenzy Thresa, 2011. Karakteristik Sosial Budaya Masyarakat Dalam
Kaitannya Dengan Kesiapsiagaan Dan Mitigasi Bencana Di Daerah Rawan Bencana, Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor
Jamal Karo-karo, 2012. Analisis Peran Keteng-Keteng Dalam Ensambel
Gendang Telu Sendalanen Sebagai Media Dalam Konteks Upacara Erpangir Ku Lau Di Desa Kuta Mbelin Kecamatan Lau Baleng Kabupaten Karo
Kusumaningtyas. 2017. Pengelolaan Hutan Dalam Mengatasi Alih Fungsi
Lahan Hutan Di Wilayah Kabupaten Subang. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota. 2(3) : 1-11
Koentjaraningrat.1985. Konsep kebudayaan Nasional dalam Persepsi
Masyarakat tentang Kebudayaan. Alfian (ed). Jakarta: Gamedia. Murni, S. 2014. Pembelajaran Materi Jasa Lingkungan. Universitas Indraprasta
PGRI Jakarta
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Mutiono, 2007. Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat dalam Small Scale
Forestry. Fakultas Kehutanan IPB. Mulyanto, 2012. Pengelolaan Hutan Berbasis Kearifan Lokal. Jakarta. Pemerintah Kabupaten Deli Serdang. 2017. Profil Desa Bandar Baru
Kecamatan Sibolangit. Rosyidie Arief, 2013. Banjir Fakta dan Dampaknya, Serta Pengaruh dari
Perubahan Guna Lahan. Institut Teknologi Bandung, Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota 24 (3) : 241- 249.
Rudito, B dan Famiola, M. 2008. Social Mapping Metode Pemetaan Sosial
Tehknik Memahami Suatu Masyarakat atau Komuniti. Rekayasa Sains Bandung. Bandung.
Surbakti Br Ernawati, 2014. Nilai Budaya Dalam Leksikon Erpangir Ku Lau
Tradisi Suku Karo (Kajian Antropolinguistik) Politeknik Negeri Lhokseumawe, Jurnal Telangkai Bahasa dan Sastra 8 (1) :95 – 107
Surgatraveller. 2015. Air Terjun Telaga Dwi Warna. Sibolangit, Sumatera
Utara. [Internet]file:// Hp-pc/Desktop/referensi/bacapdf.com_air-terjun-telaga-dwi-warna-sibolangit.pdf. (10 2018)
Sadhvi Sita, 2013. Pengaruh Kebudayaan Asing Terhadap Kebudayaan
Indonesia di Kalangan Remaja. Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.
Taufik Rahmat, Eka Susanty,Dya h titi, 2014. Gambaran Resiliensi Anak Pasca
Becana Banjir di Desa Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Fakultas Psikologi, Universitas Jenderal Achmad Yani Bandung. Jurnal Psikologi 6 (11): 99- 105
Thoha, A, S. 2014. Model Penguatan Kelembagaan Pengelolaan Risiko Pasca
Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. [UU] Undang-Undang Republik Indonesia No. 24 Tahun 2007 Tentang
Penaggulangan Bencana Utomo, Nunus ario, 2012. Petunjuk Tindakan Dan Sistem Mitigasi Banjir
Bandang. Semarang Utama Lusi, dan Afrizal Naumar, 2015. Kajian Kerentanan Kawasan
Berpotensi Banjir Bandang Dan Mitigasi Bencana Pada Daerah Aliran Sungai (Das) Batang Kuranji Kota Padang. Fakultas Teknik Universitas Bung Hatta, Jurnal Rekayasa Sipil 9 (1) : 85- 201
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA