identifikasi jenis jamur asosiasi kuda laut ...jamur asosiasi kuda laut diperoleh dengan metode swab...

54
IDENTIFIKASI JENIS JAMUR ASOSIASI KUDA LAUT Hippocampus barbouri YANG HIDUP DI PERAIRAN ALAMI DAN PENANGKARAN SKRIPSI Oleh: RATNA SARI DEPARTEMEN ILMU KELAUTAN FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2017

Upload: others

Post on 19-Jan-2021

19 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: IDENTIFIKASI JENIS JAMUR ASOSIASI KUDA LAUT ...Jamur asosiasi kuda laut diperoleh dengan metode swab menggunakan cotton swab microbiology. Identifikasi dilakukan dengan dua tahap yaitu

IDENTIFIKASI JENIS JAMUR ASOSIASI KUDA LAUT Hippocampus barbouri YANG HIDUP DI PERAIRAN ALAMI

DAN PENANGKARAN

SKRIPSI

Oleh: RATNA SARI

DEPARTEMEN ILMU KELAUTAN FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

2017

Page 2: IDENTIFIKASI JENIS JAMUR ASOSIASI KUDA LAUT ...Jamur asosiasi kuda laut diperoleh dengan metode swab menggunakan cotton swab microbiology. Identifikasi dilakukan dengan dua tahap yaitu

i

IDENTIFIKASI JENIS JAMUR ASOSIASI KUDA LAUT

Hippocampus barbouri YANG HIDUP DI PERAIRAN ALAMI

DAN PENANGKARAN

Oleh:

Ratna Sari

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana

pada Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan

DEPARTEMEN ILMU KELAUTAN FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

2017

Page 3: IDENTIFIKASI JENIS JAMUR ASOSIASI KUDA LAUT ...Jamur asosiasi kuda laut diperoleh dengan metode swab menggunakan cotton swab microbiology. Identifikasi dilakukan dengan dua tahap yaitu

ii

ABSTRAK

RATNA SARI. L11113510. Identifikasi Jamur yang Berasosiasi pada Kuda

Laut Hippocampus barbouri yang Hidup di Perairan Alami dan Penangkaran.

Dibimbing oleh Arniati Massinai dan Syafiuddin.

Jamur merupakan organisme heterotrof yang menggunakan bahan organik untuk nutrisinya. Jamur dapat sebagai patogen yang bersifat infeksi sekunder. Penyakit yang umum terjadi pada banyak ikan dapat juga terjadi pada kuda laut, diantaranya adalah jamur, parasit dan bakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis jamur yang berasosiasi dengan kuda laut (Hippocampus barbouri). Jamur asosiasi kuda laut diperoleh dengan metode swab menggunakan cotton swab microbiology. Identifikasi dilakukan dengan dua tahap yaitu pengamatan makroskopis dan mikroskopis berdasarkan buku acuan Fundamental of Diagnostic Micology. Terdapat lima jenis jamur yang teridentifikasi pada morfologi kuda laut Hippocampus barbouri yaitu Aspergillus niger, Aspergillus terreus, Chrysosporium sp, Epidermophyton floccosum dan Penicillium sp.

Kata kunci : Jamur, asosiasi, kuda laut dan penangkaran.

Page 4: IDENTIFIKASI JENIS JAMUR ASOSIASI KUDA LAUT ...Jamur asosiasi kuda laut diperoleh dengan metode swab menggunakan cotton swab microbiology. Identifikasi dilakukan dengan dua tahap yaitu

iii

ABSTRACT

RATNA SARI. L11113510. Identification Species of fungi associated with the

Hippocampus barbouri sea horse lives in nature and in the breeding grounds.

Supervised Arniati Massinai and Syafiuddin.

Fungus is a heterotrophic organism that uses organic ingredients for its nutrients. The fungus may be a pathogen that is secondary to infection. Common diseases in many fish can also occur in seahorses, such as fungi, parasites and bacteria. This study aims to determine the species of fungi associated with sea horses (Hippocampus barbouri). Mushroom association seahorse was obtained by swab method using cotton swab microbiology. Identification is done by two stages of macroscopic observation and microscopic observation based on the reference book Fundamental of Diagnistic Mycology. There are five types of fungi identified in morphology of seahorse Hippocampus barbouri namely Aspergillus niger, Aspergillus terreus, Chrysosporium sp., Epidermophyton floccosum and Penicillium sp.

Keywords: Fungi, associations, seahorses and captivity.

Page 5: IDENTIFIKASI JENIS JAMUR ASOSIASI KUDA LAUT ...Jamur asosiasi kuda laut diperoleh dengan metode swab menggunakan cotton swab microbiology. Identifikasi dilakukan dengan dua tahap yaitu

iv

Page 6: IDENTIFIKASI JENIS JAMUR ASOSIASI KUDA LAUT ...Jamur asosiasi kuda laut diperoleh dengan metode swab menggunakan cotton swab microbiology. Identifikasi dilakukan dengan dua tahap yaitu

v

RIWAYAT HIDUP

Ratna Sari dilahirkan di Ujung Pandang pada tanggal

02 Agustus 1995 dari pasangan Jumakkara, ST.MM

dan Hj. ST. Salma, S.Pd. Penulis merupakan anak

kedua dari tiga bersaudara. Penulis menyelesaikan

pendidikan dasar di SD Inpres Panjjaiang II tahun

2001, pendidikan lanjutan di SMP Negeri 36 Makassar

tahun 2007, pendidikan sekolah menengah di SMK

SMTI Makassar pada tahun 2010 dan lulus pada tahun 2013. Melalui Jalur

Mandiri (JNS) pada tahun 2013, penulis diterima di Departemen Ilmu Kelautan,

Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Penulis aktif dalam berbagai organisasi kemahasiswaan yaitu Himpunan

Mahasiswa Ilmu Kelautan (HMIK) periode 2013-2014, pengurus Marine Science

Diving Club Universitas Hasanuddin (MSDC-UH) periode 2014-2015. Penulis

juga pernah menjadi asisten mata kuliah Mikrobiologi Laut, Planktonologi Laut,

Ekologi Laut, Dasar-Dasar Selam dan Ko-Kurikuler.

Penulis pernah mengikuti beberapa pelatihan seperti Pelatihan Metode

Pemantauan Terumbu Karang, One Star Scuba Diver CMAS-POSSI, Coral

Finder, Pemantauan Terumbu Karang Metode CPCe, Reef Check Discovery dan

Ecodiver.

Penulis menyelesaikan rangkaian tugas akhir, masing-masing mengikuti

Kuliah Kerja Nyata (KKN) Gelombang 93 tahun 2016, di Kelurahan Tanah Loe,

Kecamatan Gantarang Keke, Kabupaten Bantaeng. Penulis juga telah

melaksanakan Praktik Kerja Lapang (PKL) di Koperasi Serikat Pekerja Merdeka

Page 7: IDENTIFIKASI JENIS JAMUR ASOSIASI KUDA LAUT ...Jamur asosiasi kuda laut diperoleh dengan metode swab menggunakan cotton swab microbiology. Identifikasi dilakukan dengan dua tahap yaitu

vi

Indonesia (KOSPERMINDO), dan di Balai Penelitian dan Pengembangan

Budidaya Air Payau. Sebagai tugas akhir, penulis melakukan penelitian dengan

judul “Identifikasi Jenis Jamur Asosiasi Kuda Laut Hippocampus barbouri yang

Hidup di Perairan Alami dan Penangkaran” pada tahun 2017.

Page 8: IDENTIFIKASI JENIS JAMUR ASOSIASI KUDA LAUT ...Jamur asosiasi kuda laut diperoleh dengan metode swab menggunakan cotton swab microbiology. Identifikasi dilakukan dengan dua tahap yaitu

vii

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkah

dan anugerah-Nyalah sehingga penelitian dan skripsi ini dapat terselesaikan

dengan baik. Seiring terselesainya penulisan skripsi ini, perkenankanlah penulis

pada kesempatan ini menyampaikan terima kasih yang setulus-tulusnya dan

penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak, yakni terurai sebagai

berikut:

1. Ucapan khusus kepada kedua orang tua tercinta. Ayahanda Jumakkara,

ST.MM dan Ibunda Hj. ST Salma, S.Pd yang telah melahirkan,

membesarkan dan mendidik penulis dalam menimba ilmu pengetahuan

sampai kepada penyelesaiaan studi, demikian pula kepada Kakanda Nur

Indah Sari, S.Si dan Adinda Justika Sari yang telah memberikan banyak

dorongan dan semangat kepada penulis.

2. Dr. Ir. Aisjah Farhum, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Kelautan dan

Perikanan Universitas Hasanuddin beserta seluruh stafnya.

3. Dr. Mahatma Lanuru, ST, M.Sc, selaku Ketua Departemen Ilmu Kelautan.

4. Dr. Ir. Arniati Massinai, M.Si, selaku Penasehat Akademik sekaligus

Pembimbing Utama dalam penelitian yang telah banyak membantu

memberikan arahan, dorongan dan semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Dr. Ir. Syafiuddin, M.Si, selaku Pembimbing Anggota dalam penelitian yang

telah mendorong, membantu dan mengarahkan penulis hingga penyelesaian

skripsi ini.

6. Kepada para dosen penguji, Dr. Ir. Aidah Ambo Ala Husain, M.Sc, Drs.

Sulaiman Gosalam, M.Si dan Dr. Ir. Rahmadi Tambaru, M.Si yang telah

meluangkan waktunya dalam memberikan kritik dan saran pada penelitian

dan perbaikan skripsi yang membangun sehingga penulis mampu

menyelesaikan skipsi ini.

7. Huyyirnah, S.P.,M.P yang telah sabar mengajar, mengarahkan dan

membantu penulis dalam menjalankan penelitian di Laboratorium.

8. Megawati, Ida Rachmaniar, Riska Adriana, Angga Dwiyanto, Vicky Al Fiqri,

Safrullah, M. Safah Thalib, Syeiqido Sora Datu, Ayu Lestari dan Asirwan,

S.Kel yang telah banyak membantu dalam penelitian hingga penyelesaian

skripsi ini.

Page 9: IDENTIFIKASI JENIS JAMUR ASOSIASI KUDA LAUT ...Jamur asosiasi kuda laut diperoleh dengan metode swab menggunakan cotton swab microbiology. Identifikasi dilakukan dengan dua tahap yaitu

viii

9. Teman-teman seperjuangan KERITIS (Kelautan 2013) yang bersama-sama

mengenal Kelautan. Terima kasih atas kebersamaan, canda dan tawa serta

pengalaman.

10. Himpunan Mahasiswa Ilmu Kelautan UH dan Keluarga Besar Ilmu Kelautan

UH yang telah memberi pelajaran dan pengalaman dalam kebersamaan.

11. Marine Science Diving Club UH yang telah memberi banyak pelajaran,

pengetahuan dan pengalaman dalam mengenal laut. Terima kasih untuk

kebersamaannya kawan-kawan.

12. Terakhir kepada semua pihak yang telah membantu penulis baik moril

maupun materil yang tidak sempat disebutkan namanya.

Penulis menyadari bahwa masih memiliki keterbatasan dalam penulisan,

sehingga skripsi ini masih akan memiliki kekurangan dan kelemahan. Untuk itu,

penulis mengharapkan saran dan kritikan dari segenap pembaca demi

melengkapi kekurangan penyusunan skripsi ini. Akhir kata, penulis

mengharapkan skripsi ini memberikan manfaat dalam perkembangan ilmu

pengetahuan di masa depan Amin ya Rabbal Alamin.

Makassar, November 2017

Penulis

Ratna Sari

Page 10: IDENTIFIKASI JENIS JAMUR ASOSIASI KUDA LAUT ...Jamur asosiasi kuda laut diperoleh dengan metode swab menggunakan cotton swab microbiology. Identifikasi dilakukan dengan dua tahap yaitu

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………………iv

RIWAYAT HIDUP…………………………………………………………………….v

UCAPAN TERIMA KASIH………………………………………………………….viii

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………...ix

DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………………..xi

DAFTAR TABEL……………………………………………………………………..xii

DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………………..xiii

I. PENDAHULUAN ..................................................................................... ..1

A. Latar Belakang ................................................................................... 1

B. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................... 3

C. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................. 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 4

A. Bioekologi Kuda Laut ......................................................................... 4

B. Pemeliharaan Induk Kuda Laut .......................................................... 6

C. Bioekologi Jamur................................................................................ 8

1. Biologi Jamur .................................................................................. 8

2. Ekologi Jamur ............................................................................... 10

3. Jenis-jenis Jamur yang Berasosisasi dengan Organisme Laut ..... 11

III. METODOLOGI PENELITIAN .................................................................. 14

A. Waktu dan Tempat ........................................................................... 14

B. Alat dan Bahan ................................................................................ 15

Page 11: IDENTIFIKASI JENIS JAMUR ASOSIASI KUDA LAUT ...Jamur asosiasi kuda laut diperoleh dengan metode swab menggunakan cotton swab microbiology. Identifikasi dilakukan dengan dua tahap yaitu

x

1. Alat ............................................................................................... 15

2. Bahan ........................................................................................... 16

C. Prosedur Kerja ................................................................................. 16

1. Pengukuran Kualitas Air ............................................................... 16

2. Pengambilan Sampel Kuda Laut Hippocampus barbouri .............. 18

3. Isolasi Jamur ................................................................................ 19

4. Identifikasi Jamur .......................................................................... 19

D. Analisis Data .................................................................................... 20

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 21

A. Gambaran Umum Lokasi Pengambilan Sampel ............................... 21

B. Parameter Kualitas Air ..................................................................... 22

C. Jamur yang terdapat pada kulit kuda laut Hippocampus barbouri .... 23

1. Aspergillus niger ........................................................................... 25

2. Aspergillus terreus ........................................................................ 26

3. Chrysosporium sp. ........................................................................ 28

4. Epidermophyton floccosum........................................................... 29

5. Penicillium sp. .............................................................................. 30

V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 32

A. Kesimpulan ...................................................................................... 32

B. Saran ............................................................................................... 32

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 12: IDENTIFIKASI JENIS JAMUR ASOSIASI KUDA LAUT ...Jamur asosiasi kuda laut diperoleh dengan metode swab menggunakan cotton swab microbiology. Identifikasi dilakukan dengan dua tahap yaitu

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Morfologi kuda laut ............................................................................. 5

Gambar 2. Peta Lokasi Pengambilan sampel .................................................... 14

Gambar 3. Morfologi koloni dan struktur koloni Aspergillus niger ....................... 25

Gambar 4. Morfologi koloni dan struktur koloni Aspergillus terreus .................... 27

Gambar 5. Morfologi koloni dan struktur koloni Chrysosporium sp. .................... 28

Gambar 6. Morfologi koloni dan struktur koloni Penicillium sp. ........................... 31

Page 13: IDENTIFIKASI JENIS JAMUR ASOSIASI KUDA LAUT ...Jamur asosiasi kuda laut diperoleh dengan metode swab menggunakan cotton swab microbiology. Identifikasi dilakukan dengan dua tahap yaitu

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Jenis-jenis alat yang di gunakan ......................................................... .15

Tabel 2. Jenis-jenis bahan yang di gunakan ..................................................... .16

Tabel 3. Nilai rata-rata parameter kualitas air yang terukur pada setiap lokasi penelitian ………………………………………………………………….…22

Tabel 4. Jenis-jenis jamur yang terdapat pada kulit kuda laut Hippocampus barbouri ……………………………………….……………………………..24

Page 14: IDENTIFIKASI JENIS JAMUR ASOSIASI KUDA LAUT ...Jamur asosiasi kuda laut diperoleh dengan metode swab menggunakan cotton swab microbiology. Identifikasi dilakukan dengan dua tahap yaitu

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Data parameter kualitas air pada lokasi kuda laut yang hidup di alam dan penangkaran- ......................................................................... 36

Lampiran 2. Jenis-jenis jamur yang teridentifikasi pada kulit kuda laut yang hidup di alam dan penangkaran .............................................................. 36

Lampiran 3. Pengambilan sampel kuda laut, (a) Di alam, (b) Di penangkaran resirkulasi air terbuka dan (c) Di penangkaran resirkulasi air tertutup .......................................................................................... 38

Page 15: IDENTIFIKASI JENIS JAMUR ASOSIASI KUDA LAUT ...Jamur asosiasi kuda laut diperoleh dengan metode swab menggunakan cotton swab microbiology. Identifikasi dilakukan dengan dua tahap yaitu

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jamur merupakan salah satu golongan prokaryot yang menempati relung

ekologi penting di lingkungan laut. Hal ini menunjukkan bahwa jamur bukan

hanya mampu mentolerir air asin tapi perairan laut sebagai habitat yang dapat

mendukung kehidupannya. Jones et al. (2009) menyatakan bahwa klasifikasi

jamur laut berdasarkan hasil analisis filogenetik molekuler, terdapat 530 jenis

yang berasal dari 321 genera jamur yang hidup di laut, yang terdiri atas

Ascomycota 424 spesies (251 genera), jamur Anamorphic 94 spesies (61

genera) dan Basidiomycota 12 spesies (9 genera).

Berdasarkan basis ekologi, jamur yang hidup di laut dikelompokkan menjadi

dua yaitu jamur laut obligat dan jamur laut fakultatif. Jamur laut obligat tumbuh

dan berkembang biak di habitat laut, sedangkan jamur laut fakultatif berasal dari

daratan atau air tawar yang mampu hidup di lingkungan laut (Kohlmeyer and

Kohlmeyer, 1979 dalam Suryanarayanan, 2012). Selanjutnya dinyatakan jamur

berasosiasi dengan substrat dan berbagai organisme laut seperti spons, karang,

tunikata, alga, lamun, moluska dan mangrove. Jamur di lingkungan laut memilki

peran menguntungkan dan peran merugikan. Hasil analisis Wegley et al. (2007)

bahwa jamur berperan dalam metabolisme karbon dan nitrogen dalam tubuh

karang Poritesastreoides. Sedangkan, hasil penelitian Sinderman (1958) dalam

Rahayu (1986) terdapat jenis jamur yang bersifat patogen yaitu Ichtyophonus

hoferi. Penyakit pada ikan laut yang disebabkan oleh jamur ini sudah pernah

ditemukan pada ikan tuna (Thunnus thynnus) yang hidup di perairan Inggris dan

Kanada. Beberapa penelitian sebelumnya tentang jamur yang berasosiasi

Page 16: IDENTIFIKASI JENIS JAMUR ASOSIASI KUDA LAUT ...Jamur asosiasi kuda laut diperoleh dengan metode swab menggunakan cotton swab microbiology. Identifikasi dilakukan dengan dua tahap yaitu

2

dengan organisme laut dilakukan oleh Sabero dkk. (2017) telah menemukan 29

jenis jamur yang berasosiasi dengan 9 jenis spons, 4 di antaranya menghasilkan

senyawa aktif yaitu Aspergillus similanensis, Emericella variecolor, Hypocrea

koningii, dan Trichoderma hazarium. Selain itu, penelitian yang telah dilakukan

oleh Teurupun dkk. (2013) menemukan jenis jamur Fusarium sp. dan Penicillium

sp. yang teridentifikasi pada rumput laut Kappaphycus alvarezii. Menurut

Minjoyo dkk. (1998) bahwa kuda laut sangat peka terhadap jamur, bakteri dan

parasit. Penyakit yang umum terjadi pada banyak ikan dapat juga terjadi pada

kuda laut, di antaranya adalah jamur, parasit dan bakteri. Namun penelitian

tentang jenis jamur yang berasosiasi dengan kuda laut khususnya Hippocampus

barbouri belum pernah dilakukan.

Kuda laut merupakan biota laut yang cukup komersial dan memiliki bentuk

morfologi yang unik karena kepalanya menyerupai kepala kuda serta pada jantan

mempunyai kantung pengeraman yang tidak dijumpai pada ikan yang lain. Daya

tarik yang lain adalah posisi badannya yang tegak saat berenang dan

kemampuannya untuk menyesuaikan warna tubuhnya dengan lingkungan.

Selain itu, manfaat lain dari kuda laut adalah sebagai bahan baku obat-obatan

tradisional (Arifin, 2004). Di Sulawesi Selatan, kuda laut kebanyakan hanya

ditemukan di perairan Kepulauan Tanakeke, Kabupaten Takalar yang berjenis

Hippocampus barbouri yang sudah mengalami penurunan populasi disebabkan

eksploitasinya semakin meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan

pasar dan membaiknya harga kuda laut, serta pembenihan dan penangkaran

untuk budidaya kuda laut masih sangat terbatas, selain itu kegiatan restocking

juga belum banyak dilakukan (Syafiuddin dkk., 2015).

Page 17: IDENTIFIKASI JENIS JAMUR ASOSIASI KUDA LAUT ...Jamur asosiasi kuda laut diperoleh dengan metode swab menggunakan cotton swab microbiology. Identifikasi dilakukan dengan dua tahap yaitu

3

Sebagaimana diketahui sebagian besar jamur patogen, berperan sebagai

infeksi sekunder (Afrianto dkk., 2015), yaitu menyebabkan penyakit ketika

terdapat luka akibat serangan bakteri ataupun mikroorganisme lain. Oleh sebab

itu, dilakukan penelitian mengenai identifikasi jenis jamur yang berasosiasi pada

kuda laut Hippocampus barbouri.

B. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis jamur yang berasosiasi

dengan kuda laut (Hippocampus barbouri).

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan acuan untuk

penelitian selanjutnya terhadap jenis-jenis jamur yang menyebabkan penyakit

pada kuda laut.

C. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup pada penelitian ini meliputi isolasi, identifikasi jamur, serta

pengukuran parameter lingkungan berupa suhu, salinitas, pH, oksigen terlarut

dan bahan organik total (BOT).

Page 18: IDENTIFIKASI JENIS JAMUR ASOSIASI KUDA LAUT ...Jamur asosiasi kuda laut diperoleh dengan metode swab menggunakan cotton swab microbiology. Identifikasi dilakukan dengan dua tahap yaitu

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Bioekologi Kuda Laut

Kuda laut menempati perairan pesisir yang beriklim sedang dan tropis,

dengan distribusi dari 50 derajat utara sampai 50 derajat selatan. Kuda laut

biasanya ditemukan di antara karang, alga makro, akar bakau dan padang

lamun, tetapi beberapa hidup di pasir terbuka atau dasar berlumpur. Spesies

tertentu dapat ditemukan di muara sungai atau laguna. Kuda laut cenderung

terdistribusikan dengan kepadatan rendah. Mereka sangat rentan terhadap

degradasi habitat dari aktivitas manusia. Kuda laut yang masih muda memiliki

sifat planktonik. Luasnya penyebaran kuda laut muda dengan cara pasif tidak

diketahui, tetapi dapat dilihat dari beberapa aliran gen antara populasi (Lourie et

al., 2004 dalam Santoso, 2014).

Penyebaran kuda laut sangat luas, di Indonesia kuda laut dapat ditemukan di

Sulawesi Selatan yang berlokasi di Pulau Lantangpeo, Kabupaten Takalar

dimana berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Arifin, 2004), terdapat 1

jenis kuda laut dengan jenis Hippocampus barbouri. Sedangkan, hasil penelitian

Saraswati dan Pebriani (2016) mendapatkan kuda laut jenis Hippocampus comes

yang ditemukan di perairan Padang Bai Karangasem, Bali.

Menurut Thayib (1977) dalam Hidayat dan Silfester (1998) secara umum ciri-

ciri kuda laut yaitu memiliki sirip punggung yang berfungsi untuk bergerak, insang

yang berfungsi untuk menyerap oksigen dari sekeliling tubuhnya dan tulang

punggung untuk menopang kerangka tubuhnya. Selain itu, menurut (Arifin, 2004)

mendapatkan kuda laut juga tidak mempunyai sisik seperti halnya ikan lain, tetapi

lebih mirip kulit yang diregangkan di atas serangkaian plat tulang, yang

Page 19: IDENTIFIKASI JENIS JAMUR ASOSIASI KUDA LAUT ...Jamur asosiasi kuda laut diperoleh dengan metode swab menggunakan cotton swab microbiology. Identifikasi dilakukan dengan dua tahap yaitu

5

memberikan kenampakan bercincin pada perut dan tubuhnya. Sedangkan untuk

jenis Hippocampus barbouri memiliki karakter khusus yang membedakan dengan

spesies yang lain yaitu memiliki duri di bawah mata dua (double) Lourie, et al

(1999). Hal yang sama telah dijelaskan oleh Arifin (2004) bahwa terdapat 1 jenis

kuda laut yang teridentifikasi yaitu jenis Hippocampus barbouri dengan ciri,

terdapat duri di bawah mata dua (double). Bentuk morfologi Hippocampus

barbouri dapat dilihat pada (Gambar 1).

Gambar 1. Morfologi kuda laut (Burton dan Maurice., 1983 dalam Santoso (2014)

Page 20: IDENTIFIKASI JENIS JAMUR ASOSIASI KUDA LAUT ...Jamur asosiasi kuda laut diperoleh dengan metode swab menggunakan cotton swab microbiology. Identifikasi dilakukan dengan dua tahap yaitu

6

Taksonomi kuda laut menurut (Burton dan Maurice, 1983; Lourie et al, 1999)

adalah sebagai berikut:

Phylum : Chordata

Subphylum : Vertebrata

Class : Pisces

Subclass : Teleostomi

Order : Gasterosteiformes

Family : Syngnathidae

Genus : Hippocampus

Species : Hippocampus barbouri

B. Pemeliharaan Induk Kuda Laut

Pemeliharaan induk adalah untuk mendapatkan induk yang matang gonad.

Dengan pemeliharaan induk yang baik diharapakan induk-induk kuda laut yang

matang gonad selalu ada dan menghasilkan telur yang banyak dan siap dibuahi,

baik kualitas maupun kuantitasnya (Qodri dkk., 1998).

Induk kuda laut dapat diperoleh langsung dari nelayan, pengumpul atau dari

hasil pembesaran. Induk kuda laut yang baru ditangkap nelayan biasanya lebih

kotor, berbeda dengan kuda laut hasil pembesaran atau yang lebih lama

ditampung yatu lebih bersih dan sedikit lebih keras (Qodri dkk., 1998).

Pemeliharaan induk yang baik akan menunjang keberhasilan kegiatan

lainnya. Dengan pemeliharaan induk yang tepat diharapkan induk-induk kuda

laut dapat menghasilkan gonad yang matang dan memijah secara alami dalam

bak pemeliharaan induk (Qodri dkk., 1998)

Page 21: IDENTIFIKASI JENIS JAMUR ASOSIASI KUDA LAUT ...Jamur asosiasi kuda laut diperoleh dengan metode swab menggunakan cotton swab microbiology. Identifikasi dilakukan dengan dua tahap yaitu

7

Menurut Qodri dkk. (1998) beberapa tahap yang perlu dipersiapkan untuk

pemeliharaan induk kuda laut yaitu:

1. Bak Pemeliharaan Induk

Induk-Induk tersebut dipelihara dalam bak terkendali dan pemeliharaan

dibagi sesuai ukuran dan warna. Ukuran induk yang sama, baik ukuran dan

warna dipelihara dalam satu bak. Bila induk berwarna kuning dicampur dengan

induk yang berwarna hitam dapat berubah menjadi hitam. Jumlah induk kuda laut

antara jantan dan betina yang dipelihara harus berbanding sama.

2. Pemberian Pakan

Makanan untuk kuda laut merupakan salah satu aspek yang cukup penting.

Pemberian pakan yang cukup dan berkualitas mempercepat proses pematangan

gonad serta kesehatannya dapat terjaga. Kuda laut biasanya hanya memakan

makanan hidup, segar dan bervariasi.

3. Pengelolaan Air

Kegiatan yang perlu juga diperhatikan dalam pemeliharaan induk adalah

pengelolaan air agar selalu dalam kondisi baik. Pengelolaan air tidak hanya

dimaksudkan untuk membuang kotoran di dasar bak atau mengganti air saja,

tetapi lebih dari itu adalah untuk menjaga kualitas air agar sesuai dengan

kebutuhan induk kuda laut, baik untuk metabolisme, kenyamanan maupun

perkembangan gonad.

Page 22: IDENTIFIKASI JENIS JAMUR ASOSIASI KUDA LAUT ...Jamur asosiasi kuda laut diperoleh dengan metode swab menggunakan cotton swab microbiology. Identifikasi dilakukan dengan dua tahap yaitu

8

C. Bioekologi Jamur

1. Biologi Jamur

a. Pengertian

Jamur adalah mikroorganisme eukariotik yang ada dimana-mana

(ubiquitous), bersifat nonfotosintetik dan kebanyakan berperan sebagai saprofit.

Beberapa di antaranya sebagai parasit pada tumbuhan dan hewan tingkat tinggi

(Ijong, 2015).

b. Morfologi

Jamur memiliki talus yang terdiri dari miselium dan spora. Miselium

merupakan kumpulan beberapa filamen yang dinamakan hifa. Setiap hifa

lebarnya mencapai 5-10 µm, dibandingkan dengan sel bakteri yang biasanya

berdiameter 1 µm. Sepanjang setiap hifa terdapat sitoplasma. Ada tiga macam

morfologi hifa yaitu aseptat atau senosit, hifa yang tidak mempunyai dinding

sekat atau septu; Septat dengan sel-sel uninukleat. Sekat membagi hifa menjadi

ruang-ruang atau sel-sel berisi nukleus tunggal. Pada setiap septum terdapat pori

di tengah-tengah yang memungkinkan perpindahan nukleus dan sitoplasma dari

satu ruang ke ruang yang lain. Setiap ruang suatu hifa yang bersekat tidak

terbatasi oleh suatu membran sebagaimana halnya pada sel yang khas, setiap

ruang itu biasanya dinamakan sel; septat dengan sel-sel multinukleat. Septum

membagi hifa menjadi sel-sel lebih dari satu nukleus dalam setiap ruang (Pelczar

and Chan,1986).

c. Reproduksi

Secara alamiah jamur berkembang biak dengan berbagai cara, baik secara

aseksual dengan pembelahan, penguncupan, atau pembentukan spora, dapat

juga secara seksual dengan peleburan nukleus dari dua sel induknya. Pada

Page 23: IDENTIFIKASI JENIS JAMUR ASOSIASI KUDA LAUT ...Jamur asosiasi kuda laut diperoleh dengan metode swab menggunakan cotton swab microbiology. Identifikasi dilakukan dengan dua tahap yaitu

9

pembelahan, suatu sel membagi diri untuk membentuk dua sel yang serupa.

Pada penguncupan, suatu sel akan tumbuh dari penonjolan kecil pada sel

inangnya Pelczar and Chan, (1986).

1) Spora aseksual, yang berfungsi untuk menyebarkan spesies dibentuk dalam

jumlah besar. Spora aseksual terdiri dari beberapa macam, yaitu :

(a) Konidiospora

Konidiospora atau konidium. Konidium yang kecil dan bersel satu disebut

mikrokonidium. Konidium yang lebih besar lagi disebut makrokonidium. Konidium

dibentuk di ujung atau sisi dari suatu hifa.

(b) Sporangiospora

Sporangiospora terbentuk di dalam kantung yang disebut sporangium di

ujung hifa khusus (sporangiosfor).

(c) Oidium/ artrospora

Terbentuk karena terputusnya sel-sel dari hifa.

(d) Klamidiospora

Berdinding tebal, sangat resisten terhadap keadaan buruk, dan terbentuk

dari sel-sel hifa somatik.

(e) Blastospora

Merupakan tunas atau kuncup yang tumbuh pada sel-sel khamir.

2) Spora seksual dihasilkan dari peleburan dua nukleus, memiliki jumlah yang

sedikit dibandingkan spora aseksual. Ada beberapa jenis spora seksual

yaitu:

(a) Askospora

Terbentuk di dalam pundi atau kantung yang dinamakan askus. Biasanya

terdapat delapan askospora di dalam setiap askus.

Page 24: IDENTIFIKASI JENIS JAMUR ASOSIASI KUDA LAUT ...Jamur asosiasi kuda laut diperoleh dengan metode swab menggunakan cotton swab microbiology. Identifikasi dilakukan dengan dua tahap yaitu

10

(b) Zigospora

Spora besar berdinding tebal, terbentuk apabila terjadi peleburan antara

ujung-ujung dua hifa yang secara seksual serasi (gametangia).

(c) Oospora

Terbentuk di dalam struktur betina khusus yang disebut oongium.

Pembuahan telur, atau oosfer, oleh gamet jantan yang terbentuk di dalam

anteredium menghasilkan oospora.

(d) Basidiospora

Terbentuk di atas struktur berbentuk gada yang dinamakan basidium.

2. Ekologi Jamur

Jamur adalah organisme heterotrofik yang memerlukan senyawa organik

untuk nutrisinya (Pelczar and Chan, 1986). Menurut Fardiaz (1992), bahwa

semua jamur bersifat aerobik yaitu membutuhkan oksigen untuk

pertumbuhannya.

Sel vegetatif jamur pada umumnya tidak tahan bahkan mati karena pengaruh

sinar ultra violet dari sinar matahari, tetapi sporanya dapat tahan terhadap sinar

ultra violet dari matahari. Pertumbuhan jamur juga dipengaruhi oleh tingkat

kelembaban udara. Kebanyakan jamur dapat tumbuh pada keadaan kering dan

atau pada tingkat kelembaban relatif lebih besar dari 70%. Selain kelembaban,

petumbuhan jamur dapat juga dipengaruhi oleh suhu. Secara umum jamur dapat

tumbuh pada kisaran suhu antara -6oC sampai dengan 50oC, dengan suhu

optimal pertumbuhannya berkisar antara 20oC sampai dengan 35oC (Ijong,

2015).

Pada organisme lainnya, pH juga dapat mempengaruhi pertumbuhan jamur.

Walaupun demikian, secara umum jamur lebih cocok tumbuh pada pH sedikit

Page 25: IDENTIFIKASI JENIS JAMUR ASOSIASI KUDA LAUT ...Jamur asosiasi kuda laut diperoleh dengan metode swab menggunakan cotton swab microbiology. Identifikasi dilakukan dengan dua tahap yaitu

11

asam sekitar pH 5.0. Hal ini merupakan alasan utama mengapa jamur mampu

tumbuh dengan baik pada buah-buahan dan kebanyakan sayuran. Kisaran pH

jamur yaitu sekitar pH 2.2 sampai dengan pH 9.6. Kisaran pH pertumbuhan yang

demikian besar ini juga menguatkan alasan mengapa jamur dapat tumbuh

hampir di semua tempat di dunia (Ijong, 2015). Selain itu menurut Fardiaz

(1992), kebanyakan jamur dapat tumbuh pada kisaran pH 2 – 8.5, tetapi

biasanya pertumbuhannya akan lebih baik pada kondisi asam atau pH rendah.

Kebanyakan kapang bersifat mesofilik, yaitu mampu tumbuh baik pada suhu

kamar. Suhu optimum pertumbuhan untuk kebanyakan kapang adalah sekitar 25

sampai 300C, tetapi beberapa dapat tumbuh baik pada suhu 35 sampai 370C

atau lebih, misalnya Aspergillus. Beberapa kapang bersifat psikrotrofik yakni

dapat tumbuh baik pada suhu lemari es, dan beberapa bahkan masih dapat

tumbuh lambat pada suhu di bawah suhu pembekuan, misalnya -5 sampai -100C.

Selain tersebut di atas, beberapa kapang bersifat termofilik yakni mampu tumbuh

pada suhu tinggi (Waluyo, 2004). Sedangkan, menurut Harti (2015), jamur

mempunyai kisaran suhu pertumbuhan yang luas yaitu saprofit (22-30oC) dan

patogen (30-37oC).

3. Jenis-jenis Jamur yang Berasosisasi dengan Organisme Laut

Asosiasi merupakan suatu adaptasi organisme untuk menyesuaikan

hidupnya dengan lingkungan sedangkan simbiosis merupakan suatu interaksi

yang terjadi antara dua jenis organisme baik menguntungkan maupun merugikan

(Anshary, 2016). Ada beberapa jenis bentuk simbiosis, antara lain:

Page 26: IDENTIFIKASI JENIS JAMUR ASOSIASI KUDA LAUT ...Jamur asosiasi kuda laut diperoleh dengan metode swab menggunakan cotton swab microbiology. Identifikasi dilakukan dengan dua tahap yaitu

12

a. Komensalisme

Komensalisme dimana pada hubungan ini kedua organisme yang

bersimbiosis masing-masing memperoleh keuntungan dan tidak ada yang

dirugikan (Deady et al., 1995; Treasurer, 2002 dalam Anshary, 2016).

b. Mutualisme

Mutualisme adalah bentuk simbiosis dimana kedua organisme mendapat

keuntungan, namun asosiasi ini bukanlah suatu keharusan (Deady et al., 1995;

Treasurer, 2002 dalam (Anshary, 2016).

d. Parasitisme

Parasitisme merupakan suatu bentuk hubungan antara dua organisme yang

berlainan jenis, yang satu disebut inang sedangkan yang lainnya disebut parasit,

dimana parasit sangat bergantung pada dan hidup atas pengorbanan inangnya,

baik secara biokimia maupun secara fisiologis (Anshary, 2016).

Jamur merupakan organisme heterotrofik yaitu membutuhkan senyawa

organik untuk persyaratan kebutuhan karbon dan energi. Ada tiga tipe jamur:

saprofitik, yaitu jamur yang menggunakan nutrien dari sisa tumbuhan atau hewan

mati; parasitisme, jamur yang memanfaatkan jaringan hidup tanaman atau

hewan sehingga dapat mengganggu inang; simbiosis, jamur yang hidup pada

jaringan hidup dan memberi keuntungan pada inang (Ali, 2005).

Keberadaan jamur yang dapat ditemukan dimana-mana sangat ditunjang

dengan cara berkembang biaknya melalui sporanya yang sangat reproduktif.

Beberapa jenis jamur dapat beradaptasi dengan baik bahkan telah

mengkontaminasi terumbu karang sehingga berpotensi sebagai patogen pada

terumbu karang (Ijong, 2015).

Page 27: IDENTIFIKASI JENIS JAMUR ASOSIASI KUDA LAUT ...Jamur asosiasi kuda laut diperoleh dengan metode swab menggunakan cotton swab microbiology. Identifikasi dilakukan dengan dua tahap yaitu

13

Herman (2016) menemukan jamur Aspergillus sp. pada kulit luar penyu abu-

abu dan untuk telurnya yang gagal menetas ditemukan 2 jenis jamur yaitu

Aspergillus sp. dan Fusarium sp.

Page 28: IDENTIFIKASI JENIS JAMUR ASOSIASI KUDA LAUT ...Jamur asosiasi kuda laut diperoleh dengan metode swab menggunakan cotton swab microbiology. Identifikasi dilakukan dengan dua tahap yaitu

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2017. Pengambilan sampel

dilakukan di alam dan di kegiatan penangkaran. Gambar 2 memperlihatkan

pengambilan sampel di alam pada 3 Lokasi, yaitu 1 di Pulau Lantangpeo,

Kepulauan Tanakeke, Kabupaten Takalar, Lokasi 2 Penangkaran di Pulau Badi,

dan Lokasi 3 di Laboratorium Penangkaran dan Rehabilitas Ekosistem. Isolasi

sampel jamur dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Laut, Departemen Ilmu

Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin.

Identifikasi jamur dilakukandi Laboratorium Mikrobiologi Kedokteran, Fakultas

Kedokteran, Universitas Hasanuddin. Pengukuran parameter kualitas air berupa

suhu, salinitas, pH dilakukan secara langsung di lapangan, sedangkan analisis

Bahan Organik Total (BOT) dilakukan di Laboratorium Oseanografi Kimia,

Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas

Hasanuddin.

Gambar 2. Peta Lokasi Pengambilan sampel

Page 29: IDENTIFIKASI JENIS JAMUR ASOSIASI KUDA LAUT ...Jamur asosiasi kuda laut diperoleh dengan metode swab menggunakan cotton swab microbiology. Identifikasi dilakukan dengan dua tahap yaitu

15

B. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1

dan 2.

1. Alat

Tabel 1. Jenis-jenis alat yang digunakan

NO Jenis Alat Tipe Satuan Fungsi

1 ATK - - menulis data

2 Autoclave All american - sterilisasi basah

3 Botol Sampel - Ml tempat sampel air

4 Box Marina 35S Liter menyimpan sampel

5 Bunsen - - sterilisasi pijar

6 Cawan petri - - wadah isolat

7 Dek glass - - pelapis preparat

8 Erlenmeyer Pirex mL mencampur larutan

9 Freezer Modena - mengawetkan sampel

10 Gelas kimia Pirex - sebagai wadah sampel

11 Handrefractometer - - mengukur salinitas

12 Inkubator Impesial oC, jam Inkubasi jamur

13 Kamera - Pixel pengambilan gambar

14 Laminar Air Flow - - Isolasi sampel

15 Loop - - Memperbesar ukuran pengamatan

16 Mikropipet dan tip Nasco - memindahkan larutan dalam jumlah kecil

17 Mikroskop Olympus 100 x mengamati morfologi jamur

18 Objek glass - - wadah preparat jamur

19 Ose bulat/lurus - - memindahkan koloni jamur

20 Oven Jumo - sterilisasi kering

21 pH meter - Ppm mengukur pH

22 Pipet tetes - - memindahkan larutan

23 Spoit - - memindahkan larutan

24 Termometer - oC mengukur suhu

25 Timbangan analitik - - menimbang sampel

Page 30: IDENTIFIKASI JENIS JAMUR ASOSIASI KUDA LAUT ...Jamur asosiasi kuda laut diperoleh dengan metode swab menggunakan cotton swab microbiology. Identifikasi dilakukan dengan dua tahap yaitu

16

2. Bahan

Tabel 2. Jenis-jenis bahan yang digunakan

NO Jenis Bahan Fungsi

1 Air Laut media pelarut

2 Alkohol bahan untuk mensterilkan peralatan dan meja kerja

3 Aluminium foil pembungkus sampel agar tetap steril

4 Cotton swab microbiology Mengambil bahan

5 Es Batu pengawetan sampel

6 Gloves aseptis pada tangan

7 Hippocampus barbouri bahan uji

8 Kapas penutup Erlenmeyer

9 Kerta label penanda sampel

10 Laktofenol blue bahan untuk memperjelas morfologi jamur

11 Masker pada pernapasan

12 Plastik lampel wadah sampel

13 Potato Dextrose Agar media pertumbuhan jamur

14 Spiritus bahan bakar bunsen

15 Tissue mengeringkan alat

C. Prosedur Kerja

1. Pengukuran Kualitas Air

a. Suhu

Pengukuran suhu dilakukan menggunakan termometer dengan cara,

termometer dicelupkan ke dalam air selama ± 2 menit, kemudian dicatat hasil

yang tertera pada skala termometer.

b. Salinitas

Pengukuran salinitas dilakukan menggunakan alat Handrefractometer

dengan cara, air yang berada pada perairan diambil sebanyak 3 tetes, baik di

alam maupun buatan, yang diletakkan pada kaca Handrefractometer dan ditutup,

setelah itu alat diarahkan ke cahaya matahari dan melihat salinitas, kemudian

dicatat hasil yang skala yang tertera pada Handrefractometer.

Page 31: IDENTIFIKASI JENIS JAMUR ASOSIASI KUDA LAUT ...Jamur asosiasi kuda laut diperoleh dengan metode swab menggunakan cotton swab microbiology. Identifikasi dilakukan dengan dua tahap yaitu

17

c. pH

Pengukuran pH dilakukan menggunakan kertas pH indikator yang berskala

0-14 dengan cara, mencelupkan kertas pH ke dalam air selama 1 menit

kemudian mencocokkan ketas pH uji sesuai pada angka yang tertera di tempat

kertas pH indikator .

d. Oksigen Terlarut

Pengukuran oksigen terlarut dilakukan menggunakan DO meter, dengan

cara elektroda dicelupkan ke dalam air dan menunggu satu menit lalu mencatat

angka yang tertera pada layar DO meter.

e. Bahan Organik Total (BOT)

Pengukuran bahan organik total terlebih dahulu dilakukan pengambilan

sampel air sebanyak 250 ml menggunakan botol sampel yang kemudian

dilakukan analisis di laboratorium.

Analisis kandungan bahan organik total dilakukan menggunakan metode

berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 2016 dengan cara, air yang ada

di botol sampel dimasukkan ke dalam Erlenmeyer sebanyak 50 ml, lalu

dimasukkan larutan KMnO4 0,01 N sebanyak 9,5 mL dengan menggunakan

buret. Setelah itu, ditambahkan larutan H2SO4 sebanyak 10 mL. Selanjutnya,

sampel air dipanaskan dengan suhu 70–800C, setelah itu ditambahkan natrium

oksalat 0,01 N secara perlahan-lahan sampai larutan berwarna bening, setelah

itu titrasi dengan larutan KMnO4 0,01 N sampai larutan berubah warna menjadi

merah mudah, dan penggunaan larutan KMnO4 0,01 N di catat. Kemudian

dilakukan perhitungan dengan menggunakan rumus:

Page 32: IDENTIFIKASI JENIS JAMUR ASOSIASI KUDA LAUT ...Jamur asosiasi kuda laut diperoleh dengan metode swab menggunakan cotton swab microbiology. Identifikasi dilakukan dengan dua tahap yaitu

18

BOT mg/Liter=[(𝑥−y)×31,6 ×0,01×1000]

mL sampel

Dimana:

X = mL KMnO4 untuk sampel

Y = mL KMnO4 untuk aquades (larutan blanko)

31,6 = Seperlima dari BM KMnO4 karena tiap mol KMnO4

melepaskan 5 oksigen dalam reaksi ini; normalitas asam

oksalat

0,01 = Normalitas KMnO4

2. Pengambilan Sampel Kuda Laut Hippocampus barbouri

Pengambilan sampel kuda laut y ang berasal dari lokasi 1 dilakukan dengan

menggunakan seser yang ditemukan secara acak pada daerah lamun yang

terdiri dari 3 kali ulangan, setiap ulangan memiliki berat 10 gram. Sampel yang

diperoleh dimasukkan ke dalam kantong sampel, setelah itu disimpan ke dalam

cool box berisi es batu yang selanjutnya dianalisis di laboratorium.

Pengambilan sampel di lokasi 2 diperoleh dengan menggunakan seser yang

dilakukan secara acak di dalam akuarium yang terdiri dari 3 kali ulangan, setiap

ulangan memiliki berat 10 gram. Sampel yang diperoleh dimasukkan ke dalam

kantong sampel, setelah itu disimpan ke dalam cool box berisi es batu yang

selanjutnya dianalisis di laboratorium.

Pengambilan sampel di lokasi 3 diperoleh dengan menggunakan seser yang

dilakukan secara acak di dalam akuarium yang terdiri dari 3 kali ulangan, setiap

ulangan memiliki berat 10 gram. Sampel yang diperoleh dimasukkan ke dalam

kantong sampel, setelah itu disimpan ke dalam cool box berisi es batu yang

selanjutnya dianalisis di laboratorium.

Page 33: IDENTIFIKASI JENIS JAMUR ASOSIASI KUDA LAUT ...Jamur asosiasi kuda laut diperoleh dengan metode swab menggunakan cotton swab microbiology. Identifikasi dilakukan dengan dua tahap yaitu

19

3. Isolasi Jamur

a. Pembuatan Medium Potato Dextrose Agar (PDA)

Medium Potato Dextrose Agar (PDA) merupakan medium yang digunakan

untuk menumbuhkan jamur yang akan diisolasi pada kuda laut. Pembuatan

medium dilakukan dengan cara melarutkan medium Potato Dextrosa Agar (PDA)

sebanyak 39 gram/L aquades, lalu ditambahkan Kloramfenikol sebanyak 1 gram.

Hasil campuran tersebut dihomogenkan dan dipanaskan menggunakan Hot plate

dan magnetic strirer, kemudian medium PDA disterilkan di dalam autoclave pada

suhu 121oC dengan tekanan 2 atm selama 15 menit. Medium yang telah steril

selanjutnya dimasukkan ke dalam cawan petri sebanyak 20 ml, lalu didiamkan

sampai memadat.

b. Inokulasi

Kegiatan inokulasi dilakukan di dalam Laminary Air Flaw dengan cara

menggerus sampel kuda laut Hippocampus barbouri pada bagian luar tubuh

mulai dari kepala sampai ekor menggunakan cotton swab microbiologi dan

dioleskan ke dalam cawan petri yang berisi medium Potato Dextrose Agar (PDA).

Kemudian diinkubasi pada suhu ruangan selama 5-7 hari.

4. Identifikasi Jamur

Identifikasi jamur dilakukan dengan dua tahap yaitu pengamatan

makroskopis dan pengamatan mikroskopis berdasarkan buku acuan

Fundamentals of Diagnostic Mycology (Fisher and Cook., 1998). Pengamatan

makroskopis dilakukan dengan melihat warna dan bentuk koloni yang

menggunakan bantuan loop. Sedangkan, pengamatan mikroskopis dilakukan di

bawah mikroskop dengan pembesaran 40x10 µ, yang terlebih dahulu dibuat

Page 34: IDENTIFIKASI JENIS JAMUR ASOSIASI KUDA LAUT ...Jamur asosiasi kuda laut diperoleh dengan metode swab menggunakan cotton swab microbiology. Identifikasi dilakukan dengan dua tahap yaitu

20

preparat dengan meletakkan koloni jamur di atas objek glass, ditetesi dengan

laktofenol blue, dan ditutup dengan dek glass.

D. Analisis Data

Data morfologi koloni dan jenis jamur yang teridentifikasi serta parameter

kualitas air dianalisis secara deskriptif dengan bantuan tabel dan gambar.

Page 35: IDENTIFIKASI JENIS JAMUR ASOSIASI KUDA LAUT ...Jamur asosiasi kuda laut diperoleh dengan metode swab menggunakan cotton swab microbiology. Identifikasi dilakukan dengan dua tahap yaitu

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Pengambilan Sampel

Pulau Lantangpeo merupakan salah satu pulau yang terdapat di Kepulauan

Tanakeke Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan yang memiliki biota unik seperti

kuda laut (Syafiuddin dkk., 2015). Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh

(Arifin, 2004; Mulyawan dan Saokani, 2015), jenis kuda laut yang didapatkan

hanya satu jenis yaitu Hippocampus barbouri. Adapun habitat utama dari kuda

laut tersebut adalah habitat lamun.

Penangkaran kuda laut di Pulau Badi merupakan penangkaran yang berdiri

sejak tahun 2008 sampai sekarang. Jenis kuda laut yang ditangkarkan adalah

Hippocampus barbouri. Induk kuda laut diperoleh dari hasil tangkapan dari

nelayan Teluk Laikang, Takalar. Kuda laut di budidaya di dalam bak fiber dan

bak beton yang dilengkapi dengan pompa aerasi serta perlengkapan selang dan

batu aerasi. Air laut digunakan secara langsung dari alam, yang diperoleh

dengan bantuan pompa air dan pompa resirkulasi yang dilengkapi dengan sinar

Ultra Violet.

Laboratorium penangkaran dan rehabilitasi ekosistem merupakan salah satu

laboratorium yang ada di Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Unhas, di

dalamnya terdapat beberapa biota laut yang ditangkarkan dan salah satunya

adalah kuda laut. Jenis kuda laut yang ditangkarkan adalah Hippocampus

barbouri yang di mulai sejak tahun 2004 sampai sekarang. Induk kuda laut yang

digunakan berasal dari hasil tangkapan nelayan di Kepulauan Tanakeke,

Kabupaten Takalar. Kuda laut tersebut di tangkarkan di dalam akuarium yang

didesain dengan sistem resirkulasi tertutup dan dilengkapi dengan filter.

Page 36: IDENTIFIKASI JENIS JAMUR ASOSIASI KUDA LAUT ...Jamur asosiasi kuda laut diperoleh dengan metode swab menggunakan cotton swab microbiology. Identifikasi dilakukan dengan dua tahap yaitu

22

B. Parameter Kualitas Air

Berdasarkan hasil pengukuran didapatkan nilai rata-rata parameter kualitas

air dari setiap lokasi penelitian dapat dilihat pada (Tabel 3 dan Lampiran 1).

Tabel 3. Nilai rata-rata parameter kualitas air yang terukur pada setiap lokasi penelitian

Tabel 3 memperlihatkan bahwa rata-rata suhu antara 25 – 30 0C, kisaran

suhu tersebut dapat mendukung kehidupan jamur. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Fardiaz (1992) bahwa kebanyakan jamur bersifat mesofilik, yaitu

tumbuh baik pada suhu kamar. Suhu optimum pertumbuhan untuk kebanyakan

jamur adalah sekitar 25-300C.

Nilai rata-rata salinitas antara 33 – 37 ppt merupakan kisaran salinitas yang

sangat ekstrim untuk pertumbuhan jamur. Berdasarkan hasil penelitian

Kurniawan (2012) menemukan jenis jamur yang diisolasi dari serasah daun yang

telah mengalami proses dekomposisi pada berbagai tingkat salinitas yaitu jenis

Aspergillus, Penicillium, Trichoderma, Arthrinium, Curvularia dan Mucor yang

tumbuh pada dauh serasah mangrove Avicennia marina. Jumlah jenis ini

berkurang pada tingkat salinitas 20-30 ppt yaitu berkurang sebanyak 3 jenis,

sedangkan pada tingkat salinitas >30 ppt, terjadi kenaikan kembali jumlah jenis

jamur yaitu sebanyak 2 jenis. Hal ini sesuai dengan pernyataan Austin and

Vitousek (2000) dalam Kurniawan (2012) bahwa mikroorganisme hidup pada

Lokasi Penelitian Suhu (0C)

Salinitas (ppt)

pH DO

(mg/L) BOT

(mg/L)

Lokasi 1 30 33 6.5 6.3 62.99

Lokasi 2 27 33 7 6.38 89.11

Lokasi 3 25 37 6 6.45 56.04

Page 37: IDENTIFIKASI JENIS JAMUR ASOSIASI KUDA LAUT ...Jamur asosiasi kuda laut diperoleh dengan metode swab menggunakan cotton swab microbiology. Identifikasi dilakukan dengan dua tahap yaitu

23

lingkungan dengan salinitas yang tinggi mampu beradaptasi dengan lingkungan

sekitarnya. Hanya jenis-jenis fungi tertentu saja yang mampu mengembangkan

mekanisme fisiologis dan adaptasi morfologi dalam menghadapi kondisi salinitas

yang tinggi untuk dapat bertahan hidup. Jenis-jenis fungi yang mampu bertahan

hidup pada kadar salinitas tinggi tersebut umumnya tergolong ke dalam fungi

halofilik.

Nilai rata-rata-rata pH antara 6 – 7 merupakan nilai pH yang mendukung

pertumbuhan jamur. Menurut Waluyo (2004) bahwa kebanyakan jamur dapat

tumbuh baik pada pH yang luas, yakni 2.0 – 8.5, tetapi biasanya pertumbuhan

akan baik bila pada kondisi asam atau pH rendah.

Nilai rata-rata oksigen terlarut antara 6.3 – 6.45 mg/L merupakan kadar

oksigen mendukung pertumbuhan jenis jamur. Berdasarkan pernyataan

(Fardiaz, 1992) bahwa jamur bersifat aerobik, yang membutuhkan oksigen untuk

pertumbuhannya.

Nilai rata-rata BOT dengan kisaran 56.04 – 89.11 mg/L merupakan nilai

untuk pertumbuhan jamur. Menurut Ali (2005) jamur merupakan organisme

heterotrofik yaitu membutuhkan senyawa organik untuk persyaratan kebutuhan

karbon dan energi.

C. Jamur yang terdapat pada kulit kuda laut Hippocampus barbouri

Berdasarkan hasil identifikasi didapatkan lima jenis jamur masing-masing

Aspergillus niger, Aspergillus terreus, Chrysosoporium sp. Epidermophyton

floccosum dan Penicillium sp.; lima jenis dari Lokasi 1, dua jenis dari Lokasi 2

dan tiga jenis dari Lokasi 3 (Tabel 4).

Page 38: IDENTIFIKASI JENIS JAMUR ASOSIASI KUDA LAUT ...Jamur asosiasi kuda laut diperoleh dengan metode swab menggunakan cotton swab microbiology. Identifikasi dilakukan dengan dua tahap yaitu

24

Tabel 4. Jenis-jenis jamur yang terdapat pada kulit kuda laut Hippocampus barbouri

Tabel 4 memperlihatkan jenis jamur asosiasi kuda laut yang berasal dari

Lokasi 1: Aspergillus niger, Aspergillus terreus, Chrysosporium sp.,

Epidermophyton floccosum dan Penicillium sp, Lokasi 2: Chrysosporium sp., dan

Penicillium sp, dan dari Lokasi 3: Aspergillus niger, Aspergillus terreus sp., dan

Penicillium sp.

Jenis jamur yang ditemukan di lokasi 1 lebih bervariasi dibandingkan yang

ada di lokasi 2 dan lokasi 3. Hal tersebut kemungkinan disebabkan karena di

lokasi 1 merupakan habitat alami yang banyak mempengaruhi tumbuhnya jamur,

yaitu akibat aliran sisa-sisa makanan dari daratan karena terdapat banyak

penduduk maupun akibat keberadaan ekosistem mangrove, lamun, terumbu

karang, serta pengaruhnya terdapat banyak serasah daun dari mangrove.

Menurut Bell (1974) dalam Suryanto dkk. (2011) bahwa jamur banyak berperan

dalam proses dekomposisi serasah karena memiliki kemampuan untuk

menghasilkan enzim selulose yang berguna dalam penguraian serasah.

Di lokasi 2 dan lokasi 3 merupakan penangkaran yang menggunakan

resirkulasi air untuk menyaring air sebelum masuk ke akuarium agar air yang

digunakan dalam keadaan bersih. Pada resirkulasi air di lokasi 2, terpasang

sinar ultra violet yang frekuensinya 50/60 Hz dengan tegangan 24 watt, yang

mempunyai panjang gelombang 200-300 nm agar air yang digunakan dalam

keadaan steril, dan di Laboratorium menggunakan air laut yang disirkulasi secara

No Lokasi Penelitian Aspergillus

niger Aspergillus

terreus Chrysosporium sp.

Epidermophyton floccosum

Penicillium sp.

1 Lokasi 1 √ √ √ √ √

2 Lokasi 2 - - √ - √

3 Lokasi 3 √ √ - - √

Page 39: IDENTIFIKASI JENIS JAMUR ASOSIASI KUDA LAUT ...Jamur asosiasi kuda laut diperoleh dengan metode swab menggunakan cotton swab microbiology. Identifikasi dilakukan dengan dua tahap yaitu

25

terus menerus di dalam akuarium. Sehingga pengaruh tumbuhnya jenis jamur di

lokasi tersebut kemungkinan yang berasal dari udara maupun pakan yang

digunakan.

1. Aspergillus niger

Menurut Clipson (2004) mengklasifikasi jamur Aspergillus niger sebagai

berikut:

Kingdom : Fungi

Phylum : Ascomycota

Class : Eurotiomycetes

Order : Eurotiales

Family : Trichocomaceae

Genus : Aspergillus

Spesies : Aspergillus niger

Morfologi koloni Aspergillus niger yang tumbuh pada medium PDA yang di

inkubasi selama 5 - 7 hari, tampak berwarna coklat sampai hitam dengan

pinggiran putih dan struktur luar terlihat konidia tumbuh mengelilingi vesicel

hingga berbentuk bulat (Gambar 2), sesuai dengan buku identifikasi Fisher and

Cook (1998). Berdasarkan hasil penelitian Noverita (2009) bahwa jamur

Aspergillus niger memiliki ciri-ciri morfologi koloni berwarna hitam dan konidia

berbentuk bulat hingga semi bulat.

Gambar 3. Morfologi koloni dan struktur koloni Aspergillus niger

Page 40: IDENTIFIKASI JENIS JAMUR ASOSIASI KUDA LAUT ...Jamur asosiasi kuda laut diperoleh dengan metode swab menggunakan cotton swab microbiology. Identifikasi dilakukan dengan dua tahap yaitu

26

Aspergillus niger adalah jenis jamur yang teridentifikasi di lokasi 1 dan di

lokasi 3. Hal ini kemungkinan disebabkan karena di lokasi 1 merupakan lokasi

yang sangat berpengaruh dengan alam, dan teridentifikasi di lokasi 3

kemungkinan pengaruh kontaminasi yang berasal dari pakan maupun akibat

penggunaan air yang digunakan hanya dengan penyaringan resirkulasi tertutup.

Sedangkan, untuk jamur jenis Aspergillus niger menurut Noverita (2009)

merupakan salah satu jamur yang potensial dalam bidang industri dan pangan

yaitu dapat menghasilkan asam sitrat.

2. Aspergillus terreus

Menurut Clipson (2004) mengklasifikasi jamur Aspergillus terreus sebagai

sebagai berikut:

Kingdom : Fungi

Phylum : Ascomycota

Class : Eurotiomycetes

Order : Eurotiales

Family : Trichocomaceae

Genus : Aspergillus

Spesies : Aspergillus terreus

Morfologi koloni Aspergillus terreus yang tumbuh pada medium PDA

yang di inkubasi selama 5 - 7 hari, tampak berwarna hijau dengan koloni

yang tidak teratur dan struktur luar terlihat bentuk konidia tumbuh tidak

menyeluruh pada visicel (Gambar 3). Hal ini sesuai dengan buku identifikasi

Fisher and Cook (1998).

Page 41: IDENTIFIKASI JENIS JAMUR ASOSIASI KUDA LAUT ...Jamur asosiasi kuda laut diperoleh dengan metode swab menggunakan cotton swab microbiology. Identifikasi dilakukan dengan dua tahap yaitu

27

Gambar 4. Morfologi koloni dan struktur koloni Aspergillus terreus

Aspergillus terreus adalah jenis jamur yang teridentifikasi di lokasi 1 dan

lokasi 3. Hal ini kemungkinan sama penyebabnya dengan jenis jamur

Aspergillus niger karena memiliki genus yang sama yaitu Aspergillus. Sehingga

kemungkinan disebabkan karena di lokasi 1 merupakan lokasi yang sangat

berpengaruh dengan alam, dan teridentifikasi di lokasi 3 kemungkinan pengaruh

kontaminasi yang berasal dari pakan maupun akibat penggunaan air yang

digunakan hanya dengan penyaringan resirkulasi tertutup. Jenis jamur ini

kemungkinan penyebabnya sama dengan Aspergillus niger, karena jenis ini

mempunyai genus yang sama. Menurut Shrivastava (1996); Iqbal and Mumtaz,

(2013) dalam Hermawati dkk. (2014) bahwa Aspergillus terreus di negara

Pakistan dan India telah mampu menginfeksi ikan dan telur dengan cara salah

satunya melalui kontaminasi pakan.

Page 42: IDENTIFIKASI JENIS JAMUR ASOSIASI KUDA LAUT ...Jamur asosiasi kuda laut diperoleh dengan metode swab menggunakan cotton swab microbiology. Identifikasi dilakukan dengan dua tahap yaitu

28

3. Chrysosporium sp.

Klasifikasi Chrysosporium sp. adalah sebagai berikut:

Kingdom : Fungi

Phylum : Ascomycota

Class : Eurotiomycetes

Order : Onygenales

Family : Onygenaceae

Genus : Chrysosporium

Spesies : Chrysosporium sp.

(Sumber: https://en.m.wikipedia.org)

Morfologi koloni Chrysosporium sp. yang tumbuh pada medium PDA pada

masa inkubasi 5 - 7 hari, tampak berwarna putih, dan struktur luar terlihat konidia

tumbuh pada ujung konidiofor dengan bentuk bulat (Gambar 4). Hal ini sesuai

dengan buku identifikasi Fisher and Cook (1998).

Gambar 5. Morfologi koloni dan struktur koloni Chrysosporium sp.

Chrysosporium sp. adalah jenis jamur yang teridentifikasi di dua lokasi

pengambilan sampel yaitu di lokasi 1 dan lokasi 2. Menurut Gupta dan Kushwaha

(2012) bahwa Chrysosporium, Aspergillus, dan Microsporum merupakan genus

yang paling umum, serta bersifat patogen pada manusia dan hewan

(keratinophilik) yang bertahan pada kotoran hewan. Hal ini kemungkinan karena

Page 43: IDENTIFIKASI JENIS JAMUR ASOSIASI KUDA LAUT ...Jamur asosiasi kuda laut diperoleh dengan metode swab menggunakan cotton swab microbiology. Identifikasi dilakukan dengan dua tahap yaitu

29

di lokasi 1 merupakan habitat alami yang sangat mempengaruhi aktifitas jamur,

dan di lokasi 2 penebaran kuda laut dalam akuarium sangat padat yang hanya

disekat dalam satu wadah dengan ukuran kuda laut yang berbeda-beda,

sehingga feses kuda laut di dalam kolam juga banyak sehingga mengakibatkan

tumbuhnya jamur jenis Chysosporium sp.

4. Epidermophyton floccosum

Klasifikasi Epidermophyton floccosum adalah sebagai berikut:

Kingdom : Fungi

Phylum : Ascomycota

Class : Eurotiomycetes

Order : Onygenales

Family : Arthrodermataceae

Genus : Epidermopyton

Spesies : Epidermophyton floccosum

(Sumber: https://en.m.wikipedia.org)

Morfologi koloni Epidermophyton floccosum yang tumbuh pada medium PDA

pada masa inkubasi 5 – 7 hari, tampak berwarna hijau putih keabu-abuan yang

memiliki koloni bagian tengah lebih tebal dan struktur luar terlihat hanya

makrokonodia berbentuk lonjong dan bersekat (Gambar 5). Hal ini sesuai

dengan buku identifikasi Fisher and Cook (1998).

Gambar 6 Morfologi koloni dan struktur koloni Epidermophyton floccosum

Page 44: IDENTIFIKASI JENIS JAMUR ASOSIASI KUDA LAUT ...Jamur asosiasi kuda laut diperoleh dengan metode swab menggunakan cotton swab microbiology. Identifikasi dilakukan dengan dua tahap yaitu

30

Dermatofitosis adalah penyakit yang disebabkan oleh kolonisasi jamur

dermatofit yang menyerang jaringan yang mengandung keratin seperti stratum

korneum kulit, rambut dan kuku pada manusia dan hewan. Terdapat tiga genus

penyebab dermatofitosis, yaitu Trichophyton, Microsporum, dan Epidermophyton,

yang dikelompokkan dalam kelas Deuteromycetes (Kurniati dan Rosita, 1990).

Menurut Jawetz dkk. (2005) Epidermophyton floccosum merupakan satu-satunya

patogen dalam genus ini, yang menginfeksi kulit dan kuku tetapi tidak rambut.

Kemungkinan jamur jenis ini hanya teridentifikasi di lokasi 1, disebabkan karena

lokasi ini merupakan lokasi alami yang terdapat berbagai ekosistem yaitu

ekosistem mangrove, lamun, terumbu karang serta terdapat banyak penduduk.

5. Penicillium sp.

Menurut Clipson (2004) mengklasifikasi jamur Penicillium sp. sebagai

sebagai berikut Klasifikasi Penicillium sp. adalah sebagai berikut:

Kingdom : Fungi

Phylum : Ascomycota

Class : Eurotiomycetes

Order : Eurotiales

Family : Trichocomaceae

Genus : Penicillium

Spesies : Penicillium sp.

Morfologi koloni Penicillium sp. yang tumbuh pada medium PDA pada masa

inkubasi 5 - 7 hari, tampak berwarna hijau dan struktur luar terlihat konidia seperti

bunga padi Gambar 6. Hal ini sesuai dengan buku identifikasi Fisher and Cook

(1998). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh (Noverita, 2009) koloni

tumbuh lambat, saat muda berwarna putih dan berubah menjadi hijau kebiruan

seiring dengan terbentuknya konidia.

Page 45: IDENTIFIKASI JENIS JAMUR ASOSIASI KUDA LAUT ...Jamur asosiasi kuda laut diperoleh dengan metode swab menggunakan cotton swab microbiology. Identifikasi dilakukan dengan dua tahap yaitu

31

Gambar 6. Morfologi koloni dan struktur koloni Penicillium sp.

Penicillium sp. adalah jenis jamur yang teridentifikasi di ketiga lokasi

penelitian. Kemungkinan disebabkan akibat sifat jamur Penicillium sp. yang

memiliki spora tersebar luas di alam. Menurut Fardiaz (1992), Penicillium banyak

tersebar di alam dimana di antaranya dapat menyebabkan penyakit pada

sayuran, buah-buahan, dan serealia. Penicillium juga menghasilkan penisilin

yang dapat digunakan dalam perindustrian untuk memproduksi antibiotik.

Antibiotik tersebut biasanya digunakan pada budidaya ikan, untuk mengontrol

penyakit yang disebabkan bakteri melalui injeksi, perendaman atau

pencampuran obat dengan pakan (Komarudin dan Slembrouck, 2015). Selain

itu, berdasarkan penelitian yang telah dilakukan (Arif dkk. 2008) Penicillium sp.

merupakan salah satu jenis jamur pelapuk kayu. Menurut Goncalves et.al.,

(2006) dalam Suriaman dan Apriliasari (2017) dalam penelitiannya menemukan

Penicillium sp. yang berlimpah pada keran air. Hal ini disebabkan konidia yang

dihasilkan oleh jenis fungi ini mampu beradaptasi dengan baik dan

penyebarannya melalui udara. Berdasarkan pernyataan tersebut kemungkinan

adanya jamur Penicillium sp. di ketiga lokasi penelitian disebabkan karena jamur

yang berasal dari air maupun akibat dari pakan yang digunakan untuk

penangkaran.

Page 46: IDENTIFIKASI JENIS JAMUR ASOSIASI KUDA LAUT ...Jamur asosiasi kuda laut diperoleh dengan metode swab menggunakan cotton swab microbiology. Identifikasi dilakukan dengan dua tahap yaitu

32

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil identifikasi terdapat lima jamur yang berasosiasi dengan

kulit kuda laut Hippocampus barbouri. yang hidup di alam terdapat lima jenis

yaitu Aspergillus niger, Aspergillus terreus, Chrysosporium sp., Epydermopyton

floccosum dan Penicillium sp, sedangkan yang hidup di penangkaran, yaitu

resirkulasi air terbuka terdapat Chrysosporium sp. dan Penicillium sp., dan

resirkulasi tertutup terdapat dua jenis yaitu Aspergillus niger, Aspergillus terreus

dan Penicillium sp.

B. Saran

Berdasarkan pustaka jamur Epidermophyton floccosum merupakan jamur

patogen. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut uji patogenitas terhadap

kuda laut.

Page 47: IDENTIFIKASI JENIS JAMUR ASOSIASI KUDA LAUT ...Jamur asosiasi kuda laut diperoleh dengan metode swab menggunakan cotton swab microbiology. Identifikasi dilakukan dengan dua tahap yaitu

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra, T.A., Triyanto, N. Probosunu. 2005. Identifikasi Bakteri Patogen Pada Kuda Laut (Hippocampus Kuda) Di Balai Budidaya Laut, Lampung. Jurnal Perikanan. 7(2): 101-107.

Ali, A. 2005. Mikrobiologi Dasar. Universitas Negeri Makassar. Makassar.

Afrianto, E., Liviawati., Z. Jamaris dan Hendi. 2015. Penyakit Ikan: Mengenal 73 Jenis Penyakit pada Berbagai Jenis Ikan, Cara Mendeteksi Penyakit, Teknik Pencegahan dan Pengobatan Penyakit. Penebar Swadaya. Jakarta.

Anshary, H. 2016. Parasitologi Ikan: Biologi, Identifikasi, dan Pengendaliannya. Deepublish, Yogyakarta.

Arifin, J. 2004. Inventarisasi jenis-jenis kuda laut pada daerah lamun di Pulau Lantang Peo Kabupaten Takalar. Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Burton, R dan Maurice, 1983. Sea Horse. Departement of Ichthiology. American Museum of Natural History. America.

Clipson, N. (2004). Aspergillus niger Tiegh. In: Index Fungorum Partnership (2017). Index Fungorum. Accessed through: World Register of Marine Species. Diakses: pada tanggal 21-11-2017 http://www.marinespecies.org/aphia.php?p=taxdetails&id=100495

Clipson, N. (2004). Aspergillus terreus Thom., 1918. In: Index Fungorum Partnership (2017). Index Fungorum. Accessed through: World Register of Marine Species. Diakses: pada tanggal 22-11-2017 http://marinespecies.org/aphia.php?p=taxdetails&id=100540.

Clipson, N. (2004). Penicillium spinulosum Thom., 1910. In: Index Fungorum Partnership (2017). Index Fungorum. Accessed through: World Register of Marine Species. Diakses: 22-11-2017 http://marinespecies.org/aphia.php?p=taxdetails&id=100540.

Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan 1. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Fisher, M. and N.B. Cook. 1998. Fundamentals of Diagnostic Mycology. Saunder Company, London.

Gupta, P and R.K.S. Kushwaha. 2012. Crhrysosporium Aquaticum: A New Keratinopholic Fungus From Bottom Sediments Of Aquatic Habitats. International Journal of Pharma and Bio Sciences. 3(2): Hal. 200-212.

Ghufran, M, dan K, Kordi, 2010. Panduan Lengkap Budidaya Kuda Laut. Ikan Unik yang Berpotensi Obat. Lily Publisher, Yogyakarta.

Page 48: IDENTIFIKASI JENIS JAMUR ASOSIASI KUDA LAUT ...Jamur asosiasi kuda laut diperoleh dengan metode swab menggunakan cotton swab microbiology. Identifikasi dilakukan dengan dua tahap yaitu

2

Harti, A.S. 2015. Mikrobiologi Kesehatan. CV Andi Offset. Yogyakarta.

Hermawan, H., Sudaryanto, Qodri, A.H.A. 1998. Pemeliharaan Juwana Kuda Laut. Dalam: Pembenihan Kuda Laut (Hippocampus spp). Departemen Pertanian, Direktorat Jenderal Perikanan, Balai Budidaya Laut, Lampung. Hal 60.

Hidayat, A.S dan S.B. Dhoe. 1998. Biologi kuda laut. Dalam: Pembenihan Kuda Laut (Hippocampus spp). Departemen Pertanian, Direktorat Jenderal Perikanan, Balai Budidaya Laut, Lampung. Hal 5

Hermawati, I, R., Sedarno dan D, Handijatno. 2014. Uji Potensi Antifungi Perasan Daun Seledri (Apium graveolens L) Terhadap Aspergillus terreus Secara In Vitro. 6(1): Hal 37-42.

Herman, N.F. 2016. Identifikasi Jenis-Jenis Jamur pada Penyu di Kabupaten Kepulauan Selayar, Program Studi Kedokteran Hewan, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Http://en.m.wikipedia.org/wiki/Chrysosporium. Diakses: pada tanggal 26 November 2017.

Http://en.m.wikipedia.org/wiki/Epidermophyton_floccosum. Diakses: pada tanggal 26 November 2017.

Ijong, F.G. 2015. Mikrobiologi Perikanan dan Kelautan. Rineka Cipta. Jakarta.

Jawetz., Melnick, Adelberg’s. 2005. Mikrobiologi Kedokteran (Medical Mikrobiology). Salemba Medika. Jakarta.

Jones E. B. G., J. Sakayaroj, S. Suetrong, S. Somrithipol and K. L. Pang. 2009. Classification of marine Ascomycota, Anamorphic Taxa and Basidiomycota. Fungal Divers, 35: 1–187.

Kasim, Y. 2004. Identifikasi Ektroparasit Pada Kuda Laut (Hippocampus barbouri) Di Pulau Lantang Peo Kabupaten Takalar. Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Kurniawan, F. 2012. Keanekaragaman Jenis Fungi pada Serasah Daun Avicennia marina yang Mengalami Dekomposisi pada Berbagai Tingkat Salinitas. Fakultas Tarbiyah IAIN STS Jambi. Hal 99–117.

Komaruddin, O dan J. Slembrouck. 2015. Manajemen Kesehatan Ikan.

Lourie, S. A., A.C.J. Vincent and H.J. Hall. 1999. Seahorses: An Identification Guide to the World’s Species and their Concevation.Project Seahorse. London.

Page 49: IDENTIFIKASI JENIS JAMUR ASOSIASI KUDA LAUT ...Jamur asosiasi kuda laut diperoleh dengan metode swab menggunakan cotton swab microbiology. Identifikasi dilakukan dengan dua tahap yaitu

3

Minjoyo, H., Kurniastuty, dan A.H.A Qodri. 1998. Hama dan Penyakit. Di dalam Pembenihan Kuda Luat (Hippocampus spp). Dalam: Pembenihan Kuda Laut (Hippocampus spp). Departemen Pertanian, Direktorat Jenderal Perikanan, Balai Budidaya Laut, Lampung. Hal. 60.

Mulyawan, A.E dan J. Saokani. 2015. Karakteristik Habitat dan Kelimpahan Kuda Laut (Hippocampus barbouri) yang Tertangkap di Kepulauan Tanakeke, Kabupaten Takalar. 6(2). Hal: 13-19.

Noverita. 2009. Identifikasi Kapang dan Khamir Penyebab Penyakit Manusia pada Sumber Air Minum Penduduk Pada Sungai Ciliwung dan Sumber Air Sekitarnya. 2(2): Hal. 12-22.

Pelczar, M.J and E.C.S. Chan. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Universitas Indonesia. Jakarta

Qodri, A.H.A., Sudjiharto dan A, Hermawan. 1998. Pemeliharaan Induk dan Pematangan Gonad. Dalam: Pembenihan Kuda Laut (Hippocampus spp). Departemen Pertanian, Direktorat Jenderal Perikanan, Balai Budidaya Laut, Lampung. Hal. 20-28.

Rahayu, A. 1986. Penyakit-penyakit pada ikan laut. Journal Oseana. 9(3):101-110.

Saraswati, A. S, dan D, A, A, Pebriani. 2016. Monitoring Populasi Kuda Laut di Perairan Pantai Padang Bai Karangasem Bali. 7(2): Hal. 100-105

Santoso, B. 2014. Analisis Jenis Makanan Kuda Laut Hippocampus Barbouri, (Jordan & Richardson, 1908) Pada Daerah Padang Lamun Di Kepulauan Tanakeke, Takalar, Sulawesi Selatan. Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Periakan, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Schlegel, H. G, dan Schmidt, K. 1994. Edisi Keenam. Mikrobiologi Umum. Gadja Mada University Press, Yogyakarta.

Sudaryanto., A. Hermawan, dan A.H.A. Qodri. 1998. Pemijahan Kuda Laut. Dalam: Pembenihan Kuda Laut (Hippocampus spp). Departemen Pertanian, Direktorat Jenderal Perikanan, Balai Budidaya Laut, Lampung. Hal 29.

Suryanto, D., A, Yanti., I, Wahyuni dan Yunasfi. 2011. Jenis-jenis fungi dan bakteri yang berasosiasi pada proses dekomposisi serasah daun Avicennia marina (Forsk) Vierh setelah aplikasi fungi Aspergillus sp., Curvullaria sp., Penicillium sp., pada beberapa tingkat salinitas di Desa Sicanang Belawan. Prosiding Seminar Nasional Biologi. Departemen Biologi, FMIPA Universitas Sumatera Utara.

Suryanarayanan, T. S. 2012. The diversity and importance of fungi associated with marine sponges (mini review). Botanica Marina, 55(6): 553–564.

Page 50: IDENTIFIKASI JENIS JAMUR ASOSIASI KUDA LAUT ...Jamur asosiasi kuda laut diperoleh dengan metode swab menggunakan cotton swab microbiology. Identifikasi dilakukan dengan dua tahap yaitu

4

Suriaman, E dan W.P. Apriliasari. 2017. Uji MPN dan Identifikasi Fungi Patogen pada Air Kolam Renang di Kota Malang. Jurnal Sain Health. 1(1): Hal. 15-22.

Sukmawati, H. 2013. Biotransformasi Metabolit Sekunder Utama (Senyawa X) dari Ekstrak n- Heksana Kencur (Kaempferia galanga L.) Oleh Jamur Aspergillus niger ATCC 6275

Syafiuddin. 2010. Studi Aspek Fisiologi Reproduksi: Perkembangan Ovari dan Pemijahan Kuda Laut (Hippocampus barbouri) Dalam Wadah Budidaya. Program Studi Ilmu Perairan Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.

Syafiuddin., A Niartiningsih., B.A.J. Gosari, dan Suwarni. 2015. Pola reproduksi kuda laut (Hippocampus barbouri) di perairan Kepulauan Tanakeke Kabupaten Takalar. Simposium Nasional Kelautan dan Perikanan II. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin, Makassar. Hal. 335.

Subhan, M., R, Faryal & I, Macreadie. 2016. Exploitation of Aspergillus terriesfor the Production of Natural Statins.

Sabero, M. T., A. Sabdaningsih, O. Cristianawati, H. Nuryadi, O.K. Radjasa, A. Sabdono dan A. Trianto. 2017. Isolation, Identification and Screening Antibacterial Activity from Marine Sponge-Associated Fungi Against Multidrug-Resistent (MDR) Escherichia coli. Disampaikan Pada The 2nd International Confrence on Applied Marine Science and fisheries Technology (MSFT) 22-25 Agustus 2017. Kota Langgur, Maluku Tenggara. Indonesia. Diakses pada http://iopscience.iop.org/article/10.1088/1755-1315/55/1/012028/pdf, tanggal 31 Oktober 2017.

Teurupun, A., S. M. Timbowo, J.C. Palenewen. 2013. Identifikasi kapang pada rumput laut Eucheuma cottoni (Kappaphycus alvarezii) Kering dari Desa Rap Rap Arakan Kecamatan Tatapaan Kabupaten Minahasa Selatan. 1(1): 13-16.

Waluyo, L. 2004. Mikrobiologi Umum. UMM Pres. Universitas Muhammadiyah Malang.

Wegley, L., R. Edwards., B. R. Brito., H. Liu & F. Rohwer. 2007. Metagenomic Analysis Of the Microbial Community Associated With the Coral Porites astreoides.

Page 51: IDENTIFIKASI JENIS JAMUR ASOSIASI KUDA LAUT ...Jamur asosiasi kuda laut diperoleh dengan metode swab menggunakan cotton swab microbiology. Identifikasi dilakukan dengan dua tahap yaitu

LAMPIRAN

Page 52: IDENTIFIKASI JENIS JAMUR ASOSIASI KUDA LAUT ...Jamur asosiasi kuda laut diperoleh dengan metode swab menggunakan cotton swab microbiology. Identifikasi dilakukan dengan dua tahap yaitu

Lampiran 1. Data parameter kualitas air pada lokasi kuda laut yang hidup di alam dan penangkaran

No Lokasi Penelitian Ulangan Rata-rata Kualitas Air

Suhu Salinitas pH Oksigen Terlarut BOT

1 Lokasi 1

1 29 33 6.7 6.31 62.57

2 30 33 6.5 5.09 62.57

3 31 33 6.4 7.49 63.83

Rata-rata 30 33 6.53 6.30 62.99

2 Lokasi 2

1 27 35 7 6.32 72.05

2 27 35 7 6.34 97.96

3 27 35 7 6.47 97.33

Rata-rata 27 35 7 6.38 89.11

3 Lokasi 3

1 25 37 6 6.35 54.98

2 25 37 6 6.35 55.62

3 25 37 6 6.66 57.51

Rata-rata 25 37 6 6.45 56.04

Page 53: IDENTIFIKASI JENIS JAMUR ASOSIASI KUDA LAUT ...Jamur asosiasi kuda laut diperoleh dengan metode swab menggunakan cotton swab microbiology. Identifikasi dilakukan dengan dua tahap yaitu

Lampiran 2. Jenis-jenis jamur yang teridentifikasi pada kulit kuda laut yang hidup di alam dan penangkaran

No Lokasi Penelitian Aspergillus niger Aspergillus

terreus Chrysosporium sp.

Epidermophyton floccosum

Penicillium sp.

1 Lokasi 1 √ √ √ √ √

2 Lokasi 2 - - √ - √

3 Lokasi 3 √ √ - - √

FK 66.66% 66.66% 66.66% 33.33% 100%

Page 54: IDENTIFIKASI JENIS JAMUR ASOSIASI KUDA LAUT ...Jamur asosiasi kuda laut diperoleh dengan metode swab menggunakan cotton swab microbiology. Identifikasi dilakukan dengan dua tahap yaitu

Lampiran 3. Pengambilan sampel kuda laut, (a) Di alam, (b) Di penangkaran resirkulasi air terbuka dan (c) Di penangkaran resirkulasi air tertutup

a

b

c