identifikasi gulma dan potensinya untuk pakan ternak …pur-plso.unsri.ac.id/userfiles/49_hal 478...

9
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2016, Palembang 20-21 Oktober 2016 ISBN ......................... 478 Identifikasi Gulma Dan Potensinya Untuk Pakan Ternak Pada Lahan Kering Dataran Tinggi Di Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu Harwi Kusnadi 1)* , Aulia Evi 2) dan Zul Efendi 1) 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian Km 6,5 Bengkulu 38119 Telp. (0736) 23030, Fax. (0736) 345568 2 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatra Selatan Jl. Kol. H. Barlian Km 6 No. 83 Palembang, Sumatera Selatan *Coressponding author : [email protected]/HP:087839790131 ABSTRACT Weeds are plants growing among the staple crop has the potential to livestock feed. In the highlands of the tendency of increase in species diversity, while the number of individuals are usually not too big. This study aims to identify the weeds type and dominance of weeds in upland plateau in Kepahiang District Bengkulu Province. The research was conducted in April 2016 in the village of Mekar Sari subdistrict Kabawetan Kepahiang District Bengkulu province. The study was conducted on dry land with a height of ± 800 meters above sea level (m asl) in the area of ± 0.25 ha. Land use is an area that has always cultivated horticultural commodities in each season. The data collection is done by taking the weeds on the plots randomly contok as many as 10 points. Sampling was conducted using the method of weed squares measuring 1 m x 1 m. The data collected is the name of the type and amount of each individual weed species found in sample plots. Data were obtained based on the decision of weeds used to determine relative density, relative frequency and summed Dominance Ratio (SDR). Based on the results obtained as many as 31 types of identification with the dominant weed species in Kepahiang District Ageratum conyzoides (SDR 13.95%). Potential weeds to feed on dry land plateau reached 10.32 tonnes / ha / 3 months which can be used for cattle feed as many as four. Key words: identification, weeds, livestock feed potential, the plateau ABSTRAK Gulma merupakan tanaman yang tumbuh di antara tanaman pokok yang berpotensi untuk pakan ternak. Pada dataran tinggi cenderung bertambah keanekaragaman jenis, sedangkan jumlah individu biasanya tidak terlalu besar. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis gulma dan potensinya untuk pakan ternak pada lahan kering dataran tinggi di Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu. Waktu penelitian dilaksanakan pada Maret-April 2016 di Desa Mekar Sari Kecamatan Kabawetan Kabupaten kepahiang Provinsi Bengkulu. Penelitian dilakukan pada lahan kering dengan ketinggian ± 800 meter di atas permukaan laut (m dpl) pada lahan seluas ± 0,25 ha. Lahan yang digunakan merupakan lahan yang selalu ditanami komoditas hortikultura pada setiap musimnya. Pengumpulan data dilakukan dengan mengambil gulma pada petak contoh secara acak sebanyak 10 titik. Pengambilan sampel gulma dilakukan dengan menggunakan metode kuadrat yang berukuran 1 m x 1 m. Data yang dikumpulkan adalah nama jenis, jumlah individu dan berat gulma yang terdapat pada petak contoh. Data yang diperoleh berdasarkan hasil pengambilan gulma digunakan untuk mengetahui kerapatan relatif, frekuensi relatif serta Summed Dominance Ratio (SDR). Berdasarkan hasil identifikasi diperoleh sebanyak 31 jenis yang tersebar pada 15 famili yang merupakan jenis gulma

Upload: lexuyen

Post on 06-Feb-2018

222 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2016, Palembang 20-21 Oktober 2016

ISBN .........................

478

Identifikasi Gulma Dan Potensinya Untuk Pakan Ternak Pada Lahan

Kering Dataran Tinggi Di Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu

Harwi Kusnadi1)*

, Aulia Evi2)

dan Zul Efendi1)

1Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu

Jl. Irian Km 6,5 Bengkulu 38119 Telp. (0736) 23030, Fax. (0736) 345568 2Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatra Selatan

Jl. Kol. H. Barlian Km 6 No. 83 Palembang, Sumatera Selatan

*Coressponding author : [email protected]/HP:087839790131

ABSTRACT

Weeds are plants growing among the staple crop has the potential to livestock feed. In the

highlands of the tendency of increase in species diversity, while the number of individuals

are usually not too big. This study aims to identify the weeds type and dominance of weeds

in upland plateau in Kepahiang District Bengkulu Province. The research was conducted in

April 2016 in the village of Mekar Sari subdistrict Kabawetan Kepahiang District

Bengkulu province. The study was conducted on dry land with a height of ± 800 meters

above sea level (m asl) in the area of ± 0.25 ha. Land use is an area that has always

cultivated horticultural commodities in each season. The data collection is done by taking

the weeds on the plots randomly contok as many as 10 points. Sampling was conducted

using the method of weed squares measuring 1 m x 1 m. The data collected is the name of

the type and amount of each individual weed species found in sample plots. Data were

obtained based on the decision of weeds used to determine relative density, relative

frequency and summed Dominance Ratio (SDR). Based on the results obtained as many as

31 types of identification with the dominant weed species in Kepahiang District Ageratum

conyzoides (SDR 13.95%). Potential weeds to feed on dry land plateau reached 10.32

tonnes / ha / 3 months which can be used for cattle feed as many as four.

Key words: identification, weeds, livestock feed potential, the plateau

ABSTRAK

Gulma merupakan tanaman yang tumbuh di antara tanaman pokok yang berpotensi untuk

pakan ternak. Pada dataran tinggi cenderung bertambah keanekaragaman jenis, sedangkan

jumlah individu biasanya tidak terlalu besar. Penelitian ini bertujuan untuk

mengidentifikasi jenis gulma dan potensinya untuk pakan ternak pada lahan kering dataran

tinggi di Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu. Waktu penelitian dilaksanakan pada

Maret-April 2016 di Desa Mekar Sari Kecamatan Kabawetan Kabupaten kepahiang

Provinsi Bengkulu. Penelitian dilakukan pada lahan kering dengan ketinggian ± 800 meter

di atas permukaan laut (m dpl) pada lahan seluas ± 0,25 ha. Lahan yang digunakan

merupakan lahan yang selalu ditanami komoditas hortikultura pada setiap musimnya.

Pengumpulan data dilakukan dengan mengambil gulma pada petak contoh secara acak

sebanyak 10 titik. Pengambilan sampel gulma dilakukan dengan menggunakan metode

kuadrat yang berukuran 1 m x 1 m. Data yang dikumpulkan adalah nama jenis, jumlah

individu dan berat gulma yang terdapat pada petak contoh. Data yang diperoleh

berdasarkan hasil pengambilan gulma digunakan untuk mengetahui kerapatan relatif,

frekuensi relatif serta Summed Dominance Ratio (SDR). Berdasarkan hasil identifikasi

diperoleh sebanyak 31 jenis yang tersebar pada 15 famili yang merupakan jenis gulma

Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2016, Palembang 20-21 Oktober 2016

ISBN .........................

479

berdaun lebar (20 jenis), gulma berdaun sempit (8 jenis), teki (2 jenis) dan paku (1 jenis).

Jenis gulma dominan pada lahan kering dataran tinggi di Kabupaten Kepahiang adalah

Ageratum conyzoides (SDR 13,95%). Potensi gulma untuk pakan ternak pada lahan kering

dataran tinggi mencapai 10,32 ton/ha/3 bulan yang dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak

sapi sebanyak empat ekor.

Kata kunci : identifikasi, gulma, potensi pakan ternak, dataran tinggi

PENDAHULUAN

Gulma merupakan salah satu unsur pengganggu tanaman yang tumbuhnya tidak

dikehendaki pada setiap pengusahaan tanaman. Dalam usaha pengembangan sistem

usahatani ekologis terpadu di lahan kering, masalah gulma masih menjadi kendala yang

sulit diatasi. Hampir sepertiga bagian dari total biaya produksi untuk pengusahaan setiap

tanaman dipergunakan untuk mengendalikan gulma (Wangiyana dan Ngawit, 2010).

Gulma merupakan salah satu OPT yang mampu beradaptasi, tumbuh, dan berkembang

pada semua agroekosistem dan dalam kondisi iklim yang telah berubah. Sebagai organisme

pengganggu tanaman, gulma dapat mengakibatkan berkurangnya tingkat produktivitas

tanaman budidaya. Hal ini terjadi karena gulma yang tumbuh pada lahan pertanian dapat

mengakibatkan terjadinya kompetisi atau persaingan dengan tanaman budidaya dalam

proses penyerapan unsur-unsur hara, penangkapan cahaya dan penyerapan air, gulma juga

dapat menjadi tempat persembunyian hama (Kastanja, 2015).

Kecamatan Kabawetan Kabupaten kepahiang Provinsi Bengkulu merupakan lahan

kering dengan ketinggian ± 800 meter di atas permukaan laut (m dpl). Pemanfaatan lahan

oleh petani dengan ditanami komoditas perkebunan dan hortikultura pada setiap

musimnya. Dataran tinggi merupakan agroekosistem yang berada pada ketinggian > 700

meter di atas permukaan laut (m dpl). Wilayah ini memiliki bentukan topografi atau

terraian yang berbukit sampai bergunung dan sangat dipengaruhi oleh proses vulkanik,

lipatan, pahatan atau angkatan, tergantung pada formasi geologi dan litologinya

(Djaenudin, 2009). Keberadaan gulma pada dataran tinggi relatif berbeda dibandingkan

dengan gulma yang berada pada dataran rendah. Pada dataran tinggi adanya

kecenderungan bertambahnya keanekaragaman jenis, sedangkan jumlah individu biasanya

tidak terlalu besar.

Di samping bercocok tanam sayuran dan berkebun petani juga memelihara sapi dan

kambing. Kedua aktivitas petani ini berjalan saling mendukung dengan memanfaatkan

gulma di lahan pertanian sebagai pakan pakan ternak dan memanfaatkan kotoran ternak

untuk memupuk tanaman. Pemanfaatan gulma sebagai hijauan pakan ternak perlu diatur

manajemen pemotongan sehingga dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk pakan ternak

tanpa mengganggu pertanaman. Asih (2004) menyatakan bahwa petani/peternak kecil yang

memelihara sapi Bali mengutamakan pakannya dari gulma jenis rumput-rumputan, limbah

pertanian dan produk hijauan lainnya (forage) secara turun temurun.

Inventarisasi jenis-jenis gulma yang dominan di areal budidaya tanaman

hortikultura perlu dilakukan untuk memperoleh data yang lengkap dan dapat

memanfaatkannya secara maksimal untuk pakan ternak. Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengidentifikasi jenis gulma dan potensinya untuk pakan ternak pada lahan kering dataran

tinggi di Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu.

Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2016, Palembang 20-21 Oktober 2016

ISBN .........................

480

BAHAN DAN METODE

Kajian dilaksanakan di Desa Mekar Sari Kecamatan Kabawetan Kabupaten

Kepahiang Provinsi Bengkulu pada Maret-April 2016. Lokasi kajian merupakan lahan

kering yang berada pada ketinggian ± 800 meter di atas permukaan laut (m dpl) dengan

luas areal 0,25 ha.

Pengamatan dilakukan pada tanaman budidaya sayuran labu siam yang telah

menghasilkan. Pengambilan sampel gulma dilakukan dengan mengambil gulma secara

langsung pada petak-petak contoh dengan metode kuadrat yang berukuran 1 x 1 m. Titik

pengambilan sampel gulma dilakukan sebanyak 10 kali yang diambil secara acak. Data

yang dikumpulkan meliputi nama jenis, jumlah individu dan kelindungan masing-masing

jenis. Data berat gulma dihitung untuk mengetahui potensinya sebagai pakan ternak.

Data dianalisis untuk mengetahui jenis dan dominansi gulma pada areal tersebut.

Data berat gulma dianalisis dengan analisis deskriptif. Analisi jenis gulma dilakukan secara

desk study berdasarkan buku indentifikasi Barnes dan Chandapillai (1972) serta Moody et

al. (1984). Sedangkan untuk mengetahui jenis gulma dominan dianalisi dicari nilai

Summed Dominance Ratio (SDR). Dimana nilai SDR tersebut diperoleh dari perhitungan

nilai Kerapatan Nisbi Suatu Spesies (KNSS), Dominansi Nisbi Suatu Spesies (DNSS),

Frekuensi Nisbi Suatu Spesies (FNSS) serta Nilai Penting (NP). Perhitungan nilai-nilai

tersebut menggunakan persamaan menurut (Tjitrosoedirdjo et al., 1984) sebagai berikut :

1. Kerapatan nisbi suatu spesies

KNSS (%) = Kerapatan mutlak jenis itu

x 100% Jumlah kerapatan mutlak semua jenis

Dimana kerapatan mutlak suatu jenis sama dengan jumlah individu jenis itu dalam

petak contoh.

2. Dominansi nisbi suatu spesies

DNSS (%) = Nilai dominansi mutlak suatu jenis

x 100% Jumlah semua petak contoh yang diambil

Dominansi mutlak suatu jenis adalah jumlah dari nilai kelindungan atau nilai luas

basal atau nilai biomassa atau volume dari jenis itu. Kelindungan dihitung dengan

rumus :

Kelindungan = d1 x d2

x 2/π 4

Dimana d1 dan d2 adalah diameter proyeksi tajuk suatu jenis.

3. Frekuensi nisbi suatu spesies

FNSS (%) = Nilai frekuensi mutlak suatu jenis

x 100% Jumlah nilai frekuensi mutlak semua jenis

Dimana frekuenis mutlak (FM) suatu jenis diperoleh dari persamaan sebagai

berikut :

FM = Jumlah petak contoh yang berisi jenis itu

Jumlah semua petak contoh yang diambil

4. Nilai Penting (NP)

NP = Kerapatan Nisbi + Dominansi nisbi + frekuensi nisbi

5. SDR = NP/3

Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2016, Palembang 20-21 Oktober 2016

ISBN .........................

481

HASIL

Identifikasi Gulma

Gulma yang diidentifikasi adalah gulma yang terdapat di lahan kering yang berada

pada ketinggian ± 800 meter di atas permukaan laut (m dpl) dengan luas areal 0,25 ha yang

merupakan kebun sayuran labu siam yang telah menghasilkan. Gulma yang teridentifikasi

disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Identifikasi jenis gulma pada lahan kering dataran tinggi di Kabupaten Kepahiang

tahun 2016.

No Nama Jenis Famili Jumlah

Individu Pengolongan

1 Altenantera sesilis Amaranthaceae 42 Berdaun lebar

2 Centella asiatica Apiaceae 3 Berdaun lebar

3 Alocasia macrorrhiza Araceae 3 Berdaun lebar

4 Ageratum conyzoides Asteraceae 322 Berdaun lebar

5 Synedrella nodiflora Asteraceae 56 Berdaun lebar

6 Bidens pilosa Asteraceae 42 Berdaun lebar

7 Erectithes valerianifolia Asteraceae 4 Berdaun lebar

8 Galinsoga palmivora Asteraceae 34 Berdaun lebar

9 Drymaria cordata Caryophyllaceae 177 Berdaun lebar

10 Commelina diffusa Commelinaceae 15 Berdaun lebar

11 Mikania micrantha Compositae 2 Berdaun lebar

12 Cyperus killingia Cyperaceae 36 Teki

13 Cyperus rotundus Cyperaceae 2 Teki

14 Neprolepis biserata Dennsteadtiaceae 1 Pakis

15 Digitaria adscendens Gramineae 9 Berdaun sempit

16 Echinochloa colona Gramineae 161 Berdaun sempit

17 Setaria plicata Gramineae 75 Berdaun sempit

18 Eleusine indica Gramineae 14 Berdaun sempit

19 Imperata cylindrica Gramineae 1 Berdaun sempit

20 Cyrtococum adscendens Gramineae 1 Berdaun sempit

21 Brachiaria paspaloides Gramineae 3 Berdaun sempit

22 Paspalum conjugatum Gramineae 1 Berdaun sempit

23 Hyptis capitata Lamiaceae 20 Berdaun lebar

24 Centrosema pubescens Leguminosae 1 Berdaun lebar

25 Plantago major Plantaginaceae 1 Berdaun lebar

26 Rumex acetosella L. Polygonaceae 3 Berdaun lebar

27 Polygenum chenense Polygonaceae 2 Berdaun lebar

28 Borreria alata Rubiaceae 109 Berdaun lebar

29 Borreria latifolia Rubiaceae 84 Berdaun lebar

30 Borreria leavicaulis Rubiaceae 7 Berdaun lebar

31 Altenantera dichotama Rubiaceae 1 Berdaun lebar

Sumber : Data primer, 2016

Dominansi Gulma

Dominansi dinyatakan dengan istilah kelindungan (coverage) atau luas basal atau

biomassa atau volume. Struktur dan komposisi gulma disajikan pada Tabel 2.

Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2016, Palembang 20-21 Oktober 2016

ISBN .........................

482

Tabel 2. Struktur dan komposisi gulma pada lahan kering dataran tinggi di Kabupaten

Kepahiang Provinsi Bengkulu tahun 2016.

No. Nama jenis KNSS FNSS DNSS NP SDR

1 Ageratum conyzoides 26,14 9,71 6,00 41,84 13,95

2 Echinochloa colona 13,07 7,77 7,93 28,77 9,59

3 Drymaria cordata 14,37 8,74 2,95 26,06 8,69

4 Borreria alata 8,85 6,80 5,10 20,74 6,91

5 Setaria plicata 6,09 3,88 10,43 20,40 6,80

6 Cyperus killingia 2,92 7,77 7,22 17,91 5,97

7 Commelina diffusa 1,22 5,83 9,05 16,09 5,36

8 Borreria latifolia 6,82 3,88 4,66 15,36 5,12

9 Synedrella nodiflora 4,55 4,85 2,15 11,55 3,85

10 Hyptis capitata 1,62 3,88 5,66 11,17 3,72

11 Bidens pilosa 3,41 4,85 1,70 9,96 3,32

12 Borreria leavicaulis 0,57 0,97 7,66 9,20 3,07

13 Altenantera sesilis 3,41 3,88 1,87 9,16 3,05

14 Eleusine indica 1,14 1,94 4,57 7,65 2,55

15 Digitaria adscendens 0,73 3,88 2,36 6,97 2,32

16 Mikania micrantha 0,16 1,94 3,61 5,71 1,90

17 Altenantera dichotama 0,08 0,97 3,57 4,62 1,54

18 Imperata cylindrica 0,08 0,97 3,47 4,52 1,51

19 Galinsoga palmivora 2,76 0,97 0,42 4,15 1,38

20 Alocasia macrorrhiza Schott. 0,24 1,94 1,37 3,55 1,18

21 Polygenum chenense 0,16 1,94 1,21 3,31 1,10

22 Erectithes valerianifolia 0,32 1,94 0,59 2,85 0,95

23 Centella asiatica 0,24 1,94 0,44 2,63 0,88

24 Rumex acetosella L. 0,24 1,94 0,40 2,58 0,86

25 Cyrtococum adscendens 0,08 0,97 1,34 2,39 0,80

26 Paspalum conjugatum 0,08 0,97 1,32 2,38 0,79

27 Cyperus rotundus 0,16 0,97 1,21 2,34 0,78

28 Brachiaria paspaloides 0,24 0,97 0,49 1,71 0,57

29 Neprolepis biserata 0,08 0,97 0,60 1,65 0,55

30 Centrosema pubescens 0,08 0,97 0,57 1,62 0,54

31 Plantago major 0,08 0,97 0,09 1,14 0,38

Sumber : Data primer, 2016

Potensi Gulma Sebagai Pakan Ternak

Petani di Kecamatan Kabawetan, Kabupaten Kepahiang selain bertani aktivitas

lainnya sebagai pendamping adalah beternak, diantaranya beternak sapi. Gulma dibiarkan

tumbuh dan berkembang di lahan. Pengendalian gulma tidak dilakukan dengan

menyemprot racun atau membersihkan dengan cangkul tetapi dengan cara dipotong dengan

sabit dengan tujuan dimanfaatkan untuk pakan ternak. Hampir setiap hari petani mengolah

kebun dan menyabit gulma untuk dibawa pulang sehingga waktunya cukup efisien.

Pengaturan pemotongan gulma dengan membagi beberapa petak sehingga petani bisa

membawa gulma setiap hari untuk pakan ternak. Hasil pengamatan di lapangan potensi

gulma sebagai pakan ternak pada setiap petak contoh disajikan pada Tabel 3.

Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2016, Palembang 20-21 Oktober 2016

ISBN .........................

483

Tabel 3. Potensi gulma sebagai pakan ternak. Petak (m

2) Rata-rata

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Berat (kg) 1,10 1,60 0,79 0,79 0,97 1,62 0,35 0,57 0,99 1,55 1,03

Sumber : Data primer (2016)

PEMBAHASAN

Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui gulma yang teridentifikasi sebanyak 31

spesies yang tersebar pada 15 famili. Secara umum, jenis gulma yang teridentifikasi

merupakan gulma golongan berdaun lebar (20 jenis), berdaun sempit (8 jenis), teki (2

jenis) dan pakis (1 jenis). Jenis gulma yang teridentifikasi secara umum merupakan

golongan gulma berdaun lebar. Gulma berdaun lebar merupakan berbagai jenis gulma dari

ordo Dicotyleneae. Gulma ini tumbuh dengan habitus yang besar, sehingga kompetisi yang

terjadi dengan tanaman terutama dalam hal mendapatkan cahaya (Harsono, 2011). Hal ini

mengindikasikan bahwa gulma ini berkembang pada tempat yang ternaungi, karena pada

stadium tanaman sudah menghasilkan ini mempunyai tajuk tanaman cukup lebat. Tajuk

tanaman yang cukup lebat, cahaya yang diteruskan ke permukaan tanah tidak banyak,

maka fotosintesis berlangsung kurang baik sehingga berpengaruh terhadap berkembangnya

gulma berdaun lebar.

Jumlah jenis terbanyak dari gulma berdaun lebar adalah famili Asteraceae, yaitu

sebanyak 5 jenis. Tjitrosoepomo et al.(1987) mengemukakan bahwa famili Asteraceae

termasuk golongan gulma berdaun lebar dan semusim yang menyukai tanah sedikit lembab

serta mampu menghasilkan biji sebanyak 40.000 pertanaman setiap tahunnya. Famili

Asteraceae merupakan gulma tahunan yang banyak tersebar dan termasuk ke dalam gulma

ganas karena seringkali populasinya lebih dominan dibandingkan dengan tanaman liar

lainnya di dalam suatu lahn (Sukamto, 2007). Pribadi dan Anggraeni (2011) melaporkan

hasil penelitian di lahan gambut bahwa pada kelompok gulma berdaun lebar, spesies

tertinggi didominasi oleh jenis M. Micrantha dan M. Malabatrichum.

Selain gulma berdaun lebar, golongan gulma yang banyak ditemukan adalah gulma

berdaun sempit atau famili Gramineae. Secara umum, famili Gramineae merupakan gulma

berdaun sempit, mempunyai akar rimpang (rhizoma) yang membentuk jaringan rumit di

dalam tanah dan sulit diatasi secara mekanik (Harsono, 2011). Hasil penelitian pada areal

pertanaman terung menunjukkan bahwa gulma yang ditemukan Cyperus rotundus (L)

Cyperus kyllingia (L) Eleusine indica (L) Drymaria cordata (L) Mimosa pudica (L)

Amarantus spinosus (L) (Ulluputi, 2014).

Hasil identifikasi gulma sebanyak 31 jenis pada lahan sayuran merupakan sumber

hijauan pakan ternak ruminansia. Ternak ruminansia merupakan ternak yang dapat

mengkonsumsi hijauan walaupun dengan kualitas rendah terutama sapi Bali. Kebutuhan

hijauan pakan untuk ternak ruminansia merupakan kebutuhan utama. Kandungan nutrisi

hijauan berpengaruh terhadap produktivitas ternak. Hijauan tunggal atau satu jenis tidak

dianjurkan karena nutrisi yang terkandung didalamnya terbatas. Pemberian hijauan

sebaiknya dari beberapa jenis sehingga kandungan nutrisi yang terkandung di dalamnya

lebih lengkap karena masing-masing hijauan dengan kandungan nutrisi yang berbeda-beda

akan saling melengkapi. Dengan teridentifikasi gulma sebanyak 31 jenis, maka kesempatan

peternak dalam merumput akan didapatkan beberapa jenis hijauan dengan kandungan

nutrisi saling melangkapi.

Dominansi dilihat berdasarkan besarnya nilai SDR suatu jenis gulma, dimana nilai

SDR tersebut diperoleh dari nilai kerapatan nisbi, dominansi nisbi, frekuensi nisbi dan nilai

penting (Tjitrosoedirdjo et al., 1984). Dominansi merupakan kemampuan suatu jenis

gulma untuk dapat bersaing dengan jenis gulma lainnya dan bertahan hidup dalam suatu

Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2016, Palembang 20-21 Oktober 2016

ISBN .........................

484

agroekosistem tertentu. Kondisi ini ditunjukkan dengan beberapa gulma yang lebih banyak

jumlahnya dibandingkan dengan beberapa gulma lainnya. Berdasarkan nilai SDR, gulma

Ageratum conyzoides merupakan jenis yang dominan pada lahan kering dataran tinggi di

Kabupaten Kepahiang. Tingginya nilai SDR pada jenis A. conyzoides diiringi dengan

tingginya nilai kerapatan nisbi, frekuensi nisbi, dan dominansi nisbi. Tingginya nilai

kerapatan, frekuensi dan dominansi nisbi hal ini menunjukkan bahwa jumlah individu A.

conyzoides yang ditemukan banyak, ditemukan pada seluruh petak contoh serta luas

permukaan tanah yang ditutupi jenis tersebut lebih banyak jika dibandingkan dengan jenis

gulma lain. Kastanja (2015) melaporkan bahwa hasil pengamatan dan analisis jenis gulma

dominan pada 3 lahan tanaman sayuran kangkung, sawi dan bayam secara berurutan

adalah Galinsoga parviflora, Ipomea triloba L dan Mimosa invisa L. Sedangkan pada

pertanaman kubis terdapat 23 jenis gulma, terdiri dari 7 jenis gulma golongan rumput , 3

jenis gulma golongan teki, dan 13 jenis gulma dari golongan berdaun lebar (Yuliadhi dkk,

2013).

Intensitas cahaya sangat mempengaruhi tumbuhnya gulma. Intensitas cahaya pada

hamparan tanah di lahan sayuran labu siam tergolong rendah karena terhalang oleh

tanaman labu siam yang merambat di atasnya. Keadaan ini mempengaruhi komposisi

tanaman yang tumbuh di bawahnya. Tanaman yang tumbuh di bawahnya didominasi

gulma berdaun lebar dan sebagian kecil dari jenis gulma rumput-rumputan. Hal ini karena

rumput-rumputan lebih toleran daerah terbuka dengan intensitas cahaya penuh, sedangkan

gulma berdaun lebar lebih toleran terhadap lingkungan yang lebih tertutup.

Gulma A. conyzoides merupakan salah satu jenis gulma dari famili Asteracea.

Gulma Ageratum conyzoides termasuk golongan tumbuhan semusim yang banyak tumbuh

di lahan pertanian, perkebunan karet, palawija, kopi, tembakau, cengkeh dan kelapa sawit.

Dapat ditemukan hingga ketinggian 3.000 mdpl, menyukai intensitas cahaya tinggi dan

ternaungi. Ageratum conyzoides memiliki tekstur biji ringan dengan jumlah biji yang

banyak, dapat tersebar dengan bantuan angin dan cukup mengganggu perkebunan.

Tumbuhan ini memiliki daya saing yang tinggi, sehingga dengan mudah tumbuh dimana-

mana dan sering menjadi gulma yang merugikan para petani (Okunade, 2002).

Potensi gulma di lahan sayuran labu siam sebagai pakan ternak cukup besar.

Tanaman labu siam tumbuh subur di Kabupaten Kepahiang. Hampir setiap pekarangan

kosong ditanami labu siam. Tanaman labu siam merupakan tanaman sayuran yang lama

produktifnya sampai 3 - 4 tahun. Hal ini menjadikan gulma yang tumbuh dapat menjadi

sumber hijauan pakan ternak sepanjang tahun. Populasi sapi di Kabupaten Kepahiang

2.946 ekor sapi potong. Lebih dari 50% dari populasi sapi di Kabupaten Kepahiang

merupakan sapi Bali. Salah satu keistimewaan sapi Bali adalah toleran terhadap pakan

berkualias rendah termasuk gulma sebagai pakan ternak. Pemanfaatan gulma sebagai

hijauan pakan ternak telah lama dilakukan.

Dari Tabel 3 dapat diketahui bahwa dari setiap m2 dapat diperoleh gulma rata-rata

sebanyak 1,03 kg. Dalam satu ha potensi gulma yang dapat diperoleh sebanyak 10,3 ton.

Sejumlah potensi gulma tersebut dapat diperoleh rata-rata setiap tiga bulan karena

pertumbuhan gulma dibiarkan selama itu dan pemotongan dilakukan secara bergiliran.

Potensi ini sangat dukungan ketersediaan hijauan pakan sepanjang tahun baik kuantitas

maupun kulaitas. Hijauan pakan secara umum merupakan porsi terbesar untuk pakan

ternak sapi. Prawiradiputra (2011) mengemukakan bahwa salah satu faktor yang

menentukan baik buruknya pertumbuhan ternak sapi adalah pakan. Hermawan dan Utomo

(2013) menyatakan bahwa 62% peternak sapi menyatakan bahwa penyediaan hijauan

pakan merupakan faktor pembatas usahatani ternak sapi. Kebutuhan pakan hijauan setiap

hari secara umum sebanyak 10% dari berat badan sesuai dengan Reksohadiprodjo (1985)

yang menyatakan bahwa pengukuran kapasitas tampung sapi dengan dasar kebutuhan

Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2016, Palembang 20-21 Oktober 2016

ISBN .........................

485

pakan untuk ternak sapi dewasa per hari adalah 3,1 kg bahan kering atau 10% dari berat

badannya. Sapi dengan berat badan 285 kg membutuhkan hijauan sebanyak 28,5 kg setiap

hari. Dengan demikian potensi gulma sebanyak 10300 kg dapat mencukupi kebutuhan

hijauan pakan sapi sebanyak 4 ekor. Petani yang memiliki lahan 1 ha mempunyai potensi

untuk memelihara sapi sebanyak 4 ekor yang kebutuhan hijauannya dapat dipenuhi dari

gulma dari kebunnya.

KESIMPULAN

Gulma yang teridentifikasi sebanyak 31 jenis yang tersebar pada 15 famili yang

merupakan jenis gulma berdaun lebar (20 jenis), gulma berdaun sempit (8 jenis), teki (2

jenis) dan paku (1 jenis).Jenis gulma dominan pada lahan kering dataran tinggi di

Kabupaten Kepahiang Ageratum conyzoides (SDR 13,95%). Potensi gulma sebagai pakan

ternak dalam 1 ha sebanyak 10300 kg dapat mencukupi kebutuhan hijauan pakan sapi

sebanyak 4 ekor.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih kami sampaikan kepada Robiyanto, Parijo dan teman-teman yang ikut

membantu dalam pelaksanaan penelitian baik pada waktu pengambilan data, identifikasi

dan pengolahan data.

DAFTAR PUSTAKA

Asih ARS. 2004. Manajemen Pemeliharaan Ternak. Fakultas Peternakan, Universitas

Mataram. Mataram.

Barnes DE and MM Chandapillai. 1972. Common Malaysian weeds and their control.

Kualalumpur.

Djaenudin UD. 2009. Prospek pengkajian potensi sumberdaya lahan di wilayah Indonesia.

Pengembangan Inovasi Pertanian 2 (4). Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

Sumberdaya Lahan Pertanian. Kementerian Pertanian. Jakarta. hal. 243-257.

Harsono A. 2011. Implementasi pengendalian gulma terpadu pada kedelai. Balai Penelitian

Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. 11 halaman.

Hermawan A dan B Utomo. 2013. Peran Ternak Ruminansia Dalam pengembangan Sistem

Usaha Tani Konservasi di Lahan Kering DAS Bagian Hulu. Prosiding. Seminar

Nasional Peternakan Berkelanjutan. Inovasi Agribisnis Peternakan Untuk

Ketahanan Pangan. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Bandung. p:112-

117.

Kastanja AY. 2015. Analisis Komposisi Gulma Pada Lahan Tanaman Sayuran. Jurnal

Agroforestri X Nomor 2 Juni 2015.

Moody K, CE Munroe, RT Lubigan, and E C Paller. 1984. Major weeds of the Philipines.

Weed Science Society of the Philipines, University of the Philipines at Los Banos.

College, Laguna, Philipines.

Okunade AL. 2002. Ageratum conyzoides L. Asteraceae. Fitoterapia 73: 1-16.

rawiradiputra, B. 2011. Pasang Surut Penelitian dan Pengembangan hijauan Pakan

Ternak di Indonesia. Balai Penelitian Ternak, Bogor

Pribadi A dan I Anggraeni, 2011. Jenis Dan Stuktur Gulma Padategakan Di Lahan Gambut

(Studi Kasus Pada Hphti Pt Araraabadi, Riau). Tekno Hutan Tanaman Vol.4 No.1,

April 2011, 33 – 40.

Reksohadiprodjo. 1985. Produksi Hijauan Makanan Ternak. BPFE. Yogyakarta

Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2016, Palembang 20-21 Oktober 2016

ISBN .........................

486

Sukamto. 2007. Babadotan (Ageratum conyzoides) Tanaman Multi Fungsi Yang Menjadi

Inang Potensial Virus Tanaman. Warta Puslitbangbun13 (3) : 2.

Tjitrosoedirdjo S, IH Utomo, J Wiroatmodjo. 1984. Pengelolaan gulma di perkebunan.

Gramedia. Jakarta.

Tjitrosoepomo G, Soerjani M, dan Kostermans. 1987. Weeds of Rice in Indonesia. Balai

Pustaka. Jakarta.

Uluputty MR. 2014. Gulma Utama Pada Tanaman Terung Di Desa Wanakarta Kecamatan

Waeapo Kabupaten Buru. Agrologia, Vol. 3, No. 1, April 2014, Hal. 37-43.

Wangiyana W dan I K.Ngawit. 2010. Pengelolaan lahan kering berbasis penerapan model

rancang bangun usahatani ekologis terpadu guna meningkatkan kesejahteraan

masyarakat di kawasan pengembangan lahan kering Lombok Utara. Makalah

Seminar Penerapan Ipteks pada Masyarakat. DP3M, Direktorat Jenderal Pendidikan

Tinggi, Jakarta.

Yuliadhi KA, TA Phabiola, M Sritami. 2013. Pengaruh Kehadiran Gulma terhadap Jumlah

Populasi Hama Utama Kubis pada Pertanaman Kubis. Agrotrop, 3(1): 99-103

(2013).