identifikasi darah
TRANSCRIPT
FORENSIK SEROLOGIK: IDENTIFIKASI DARAH
I. Pendahuluan
Ada berbagai jenis cairan tubuh yang disekresikan oleh tubuh dan juga hadir
dalam tubuh pada waktu tertentu. Cairan ini mungkin berguna dalam membantu
para dokter forensik dan patolog mengumpulkan gambaran rinci tentang
bagaimana seseorang meninggal dan juga bagaimana untuk mengidentifikasi
pelaku. Cairan yang bervariasi dapat ditemukan terkandung dalam tubuh manusia
dan digolongkan sebagai cairan yang disekresikan dapat ditemukan pada atau
sekitar tubuh seseorang yang telah menjadi korban kejahatan.1
Cairan tubuh yang sering ditemukan dalam kasus ini adalah darah, air mani,
serum, air liur dan kadang - mengingat tingkat kejahatan - urin atau feses. Ini
adalah tugas dokter forensik untuk menentukan apakah salah satu cairan tubuh
yang hadir di TKP dan mengambil langkah yang diperlukan.
Selain itu, penggunaan bahan kimia dan sinar ultra violet dapat digunakan untuk
mengungkap keberadaan dari setiap cairan tersebut dalam keadaan di mana
mereka mungkin diabaikan. Terutama jika TKP merupakan daerah yang gelap
atau area outdoor yang meliputi jarak yang cukup jauh.1
Juga berguna untuk dicatat adalah kenyataan bahwa tidak semua cairan tubuh
mengandung informasi yang cukup untuk mendapatkan perbandingan DNA. Hal
ini terjadi ketika individu adalah apa yang digambarkan sebagai 'non-secretor'. A
'nonsekretor' tidak akan memiliki tingkat kecukupan protein dalam cairan tubuh
mereka untuk menentukan kecocokan antara darah dan cairan tubuh yang
ditemukan di TKP. Tentu saja persentase 'nonsekretor' antara terpadat sebagai
lawan 'secretors' memang sangat kecil.1
Faktor lain yang penting ketika berhadapan dengan TKP yang mungkin
memiliki cairan tubuh disekresikan adalah bahwa semua personil harus
berpakaian lengkap dengan pakaian pelindung untuk menghindari kontaminasi
TKP dan potensi eksposur terhadap penyakit melalui darah yang dapat diberikan
kepada mereka melalui pemotongan, goresan dan / atau konsumsi.
1
Sekali lagi ada baiknya mempertimbangkan risiko infeksi untuk semua orang dan
juga melihat bagaimana bukti TKP yang akan dikumpulkan, prosedur karantina
penting untuk keberhasilan setiap investigasi kriminal.1
Pada kebanyakan kasus kejahatan dengan kekerasan fisik, seperti pembunuhan,
penganiayaan, perkosaan dan lain-lain, mungkin ditemukan darah, cairan mani, air
liur, urin, rambut, dan jaringan tubuh lain di tempat kejadian perkara (TKP).
Bahan – bahan tersebut mungkin berasal dari korban atau pelaku kejahatan atau
dari keduanya, dan dapat digunakan untuk membantu mengungkapkan peristiwa
kejahatan tersebut secara ilmiah.2
II. Definisi Forensik Serologik
Serologi adalah studi dan pemeriksaan cairan tubuh yang digunakan dalam
ilmu forensik sebagai sarana pemisahan cairan yang diekskresikan oleh penyerang
atau korban dalam berbagai tindak pidana. Tindakan ini dapat berkisar dari
serangan fisik untuk kekerasan seksual, sampai ke tindakan pembunuhan dan
mereka semua akan memiliki unsur sekresi cairan yang menyertainya.3
Serologi memungkinkan ilmuwan forensik untuk memisahkan cairan tubuh
ini saat ditemui di TKP dan kemudian melakukan berbagai tes pada mereka dalam
rangka untuk mengidentifikasi dari mana cairan ini berasal. Salah satu aspek
penting dari Serologi adalah menentukan apakah atau tidak menyerupai noda
darah yang ditemukan di TKP sebenarnya darah atau noda lain yang memiliki
kemiripan yang sama..3
III. Darah
Rata-rata, jumlah darah adalah 8% dari total berat badan dimana 5 sampai 6
liter darah untuk pria dan 4 sampai 5 liter darah untuk wanita. Hilangnya volume
darah sebanyak 40% dari berat tubuh akan menyebabkan syok yang bersifat
ireversibel dan berujung pada kematian. Terdapat berbagai terminologi darah
antara lain, golongan, rhesus (Rh), antigen, antibodi, aglutinasi. Golongan darah
A-B-O dikelompokkan berdasarkan ada tidaknya antigen keduanya pada sel
darah merah. Faktor resus (Rh) terdapat pada sel darah merah; Rh positif jika
2
ditemukan dan negatif jika tidak ada. Antigen merupakan zat yang dapat
merangsang tubuh untuk membuat antibodi. Antigen (protein) yang ditemukan di
plasma membran sel darah merah menunjukkan golongan darah orang tersebut.
Antibodi adalah zat yang bereaksi dengan antigen. Aglutinasi atau penggumpalan
sel darah merah; akan terjadi jika darah yang berbeda antigennya dicampur.3
Darah memiliki karakteristik yaitu plasma yang merupakan bagian cairan
darah (55%), sel (45%), eritrosit atau sel darah merah yang bertanggung jawab
untuk distribusi oksigen., leukosit atau sel darah putih yang bertanggung jawab
untuk melawan atau pertahanan terhadap benda asing yang masuk ke dalam
tubuh, trombosit atau platelet bertanggung jawab untuk penggumpalan darah dan
serum adalah cairan yang memisahkan dari darah ketika bekuan terbentuk. Ketika
darah meninggalkan tubuh, mulai berkumpul dan menggumpal. Waktu
pembekuan darah normal yaitu 3-15 menit yang bervariasi pada tiap individu.
Ketika darah pertama mulai menggumpal, berwarna gelap mengkilap, membentuk
seperti massa jelly. Seiring berjalannya waktu, gumpalan mulai berkontraksi dan
berpisah dari serum yang berwarna kekuningan. Penyidik menggunakan
pembekuan darah sebagai panduan kasar untuk memperkirakan waktu terjadinya
kejadian. Jika darah masih cair, pendarahan terjadi hanya beberapa menit
sebelumnya, jika yang didapatkan darah telah menyatu, mengkilap dan seperti
agar-agar maka pendarahan terjadi kurang dari satu jam. Jika darah sudah
terpisah dari serum menjadi gumpalan maka kejadian mungkin terjadi beberapa
jam yang lalu. Noda darah yang terpercik atau mengalir pasti terjadi sesaat
sebelum kematian. Hal ini dapat ditemukan pada saat setelah kematian apabila
penyidik TKP bertindak tidak hati-hati.4
Darah segar mempunyai nilai yang lebih penting daripada darah kering,
karena uji darah segar dapat memperoleh hasil yang lebih baik. Darah akan
mengering setelak kontak dengan udara luar dalam waktu 3-5 menit. Begitu darah
mengering maka darah akan berubah warna dari merah menjadai coklat
kehitaman. Darah pada kasus kriminal dapat berbentuk genangan darah, tetesan,
usapan atau bentuk kerak. Karakteristik utama dari darah ialah hemoglobin, tes-
3
tes yang dilakukan dalam forensik untuk darah berdasarkan keberadaan
hemoglobin atau komponen-komponen yang ada di dalamnya. Hemoglobin
merupakan protein yang berfungsi mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan
seluruh tubuh. Hemoglobin terdiri atas heme yang mengangkut oksigen dan
globin komponen protein. Tes yang dilakukan di forensik untuk identifikasi darah
sebenarnya mendeteksi keberadaan dari heme. Digunakan beberapa substansi
berwarna tertentu yang bila dicampur dengan peroksida akan merubah warna
dasarnya yang disebut oksidasi. Kebanyakan enzim umumnya akan mempercepat
reaksi. Enzim adalah katalis yang mempercepat reaksi dan heme berfungsi sebagai
katalis.4,5
Terdapat dua jenis metode pemeriksaan yaitu secara kimiawi dan biologis,
dimana metode biologis umumnya lebih lambat yaitu seperti reaksi antigen-
antibodi namun lebih spesifik daripada metode kimia . Salah satu persyaratan dari
forensik adalah metode yang dapat digunakan di lapangan, dan kimia merupakan
metode memiliki kecepatan dan cocok untuk ini6.
IV. Investigasi serologi
Investigasi Serologik untuk darah dibagi menjadi dua kategori yakni :
1. Tes Presumtif
Tes Katalitik
o Tes Kastel Meyer
o Tes Luminol
2. Tes Konfirmasi
a. Tes Kristal
b. Tes RSID-Darah
c. Tes ABAcard
4
Gambar 3. Alogaritma pemeriksaan
1. Tes Presumtif
Tes ini memberikan dua hasil pemeriksaan yang berbeda yaitu mengeliminasi
substansi yang didapat (bukan darah), memberikan kemungkinan (positif
presumtif) dari sampel yang diteskan (mungkin darah). Salah satu adalah dengan
menggunakan senyawa yang dapat memberikan efek ketika bersentuhan dengan
darah. Hasil ini adalah cara sederhana dan cepat untuk membuktikan bahwa
sebenarnya sampel tersebut adalah darah5.
Tes presumtif merupakan tes dugaan karena adanya memberikan kemungkinan
hasil yang false-positive (pemutih yang bereaksi dengan luminol) atau hasilnya
yang terlalu meluas (sampel adalah darah tetapi belum tentu berasal dari
manusia). Tes presumtif yang umum dilakukan untuk darah antara lain
Phenolphthalein, Luminol, Hemastix, and Leuco-crystal Violet (blood)5
Tes Katalitik
Tes ini didasarkan bahwa heme dapat mengkatalisis hidrogen peroksida.
Cairan H2O2 direaksikan dengan sampel dan akan terjadi reaksi teroksidasi yang
menghasilkan perubahan warna. Penting untuk dicatat bahwa hasil tes yang positif
5
Noda merah
Mungkin darah Bukan darah
Manusia
Tes Presumtif
DNA
Golongan darah (A,B,O) dan resus
Hewan
Tes Konfirmasi
tidak berarti bahwa noda tersebut atau sampel adalah darah, apalagi untuk
menentukan dengan pasti sampel adalah darah manusia, karena berbagai enzim
dan logam tertentu juga bisa memberikan hasil positif.
Metode ini didasarkan bahwa heme dari hemoglobin memiliki sifat seperti
peroksida yang mengkatalis pemecahan hidrogen peroksida. Zat yang teroksidasi
ini dapat bereaksi dengan substrat lainnya yang akan menghasilkan perubahan
warna. Substrat yang umum digunakan adalah benzidin dan bahan lainnya seperti
tetramethyl-benzidines, orto-tolidine, leukomalachite hijau, leucocrystal ungu dan
fenolftalein - yang terakhir ini dikenal sebagai tes Kastle-Meyer. Reaksi dengan 3-
aminophthalhydrazide (Luminol) yang menghasilkan cahaya4.
Gambar 1. Tetramethyl-benzidines, Orto-tolidine, Leukomalachite green,
Leucocrystal violet5
Tes katalitik sangat sensitif (darah dapat dideteksi dengan pengenceran
sekitar 1 di 100.000), tetapi terdapat beberapa faktor yang dapat memberikan
interpretasi hasil yang salah sehingga tes ini tidak spesifik untuk darah. Zat yang
dapat mengganggu hasil yang diinginkan pada tes katalitik termasuk enzim seperti
katalase dan peroksidase (dapat ditemukan pada tanaman dan hewan), bahan
kimia dan logam yang teroksidasi khususnya tembaga dan besi. Ketika hasil
diinterpretasikan harus lebih teliti, terutama ketika pengujian dilakukan luar
ruangan, di mana banyak jenis bahan tanaman yang dapat ditemukan, atau
pengujian di kendaraan, di mana permukaan logam dapat mengganggu. Prinsip
6
umum adalah bahwa jika tes adalah negatif, darah tidak ada, tapi jika tes ini
positif maka sampel kemungkinan adalah darah tetapi tidak pasti. Untuk alasan
ini tes sering digambarkan sebagai tes "dugaan"5.
1. Konfirmasi Noda Terlihat (Katle-Meyer Test)
Konfirmasi noda terlihat sebagian besar dilakukan dengan menggunakan
"Sangur" stick, atau menggunakan Kastle-Meyer tes. Sangur stick, di mana reagen
mendeteksi berada dalam bergerak bentuk cara melakukannya yaitu dengan
menggosok lembut pada noda dan basah. Hasilnya langsung terlihat dari
perubahan warna, dari kuning pucat ke biru kehijauan yang intens menunjukkan
kemungkinan adanya darah. Tes ini sangat sensitif tetapi karena cara itu sudah
diatur tidak mudah dimodifikasi untuk memeriksa untuk gangguan mungkin.7
Gambar 2. Reaksi pada tes Kastel Meyer
Gambar 2. A. Warna pink menunjukkan aktivitas dari hemolisis dan fenolftalin, menunjukkan hasil positif. B. tidak terdapat darah pada sampel, tidak tampak hemolisis
peroksida dan perubahan warna, hasil tes negatif.7
Pada uji Kastle-Meyer yang fenolftalein disimpan dalam larutan basa yang
didalamnya terdapat seng, larutan ini tidak berwarna. Oksidasi dengan
hemoglobin dan peroksida menyebabkan perubahan warna yang cepat menjadi
7
merah muda terang, Gambar 2 menunjukkan reaksi tersebut. Awalnya tes
dilakukan dalam satu langkah, tapi banyaknya gangguan potensial dapat
dihilangkan dengan melakukan tes dalam dua langkah.5
Dalam bentuk asli, sejumlah kecil reagen Kastle-Meyer yang telah
dipersiapkan dicampur dengan etanol 95% (volume sama) dan 10% larutan
hidrogen peroksida. Noda yang dicuragai darah kemudian digosok dengan
sepotong kecil kertas filter dan ditambahkan setetes campuran pereaksi ke kertas.
Perubahan warna menjadi merah muda merupakan indikasi dari adanya
hemoglobin, yang telah dikatalisis pemecahan hidrogen peroksida. Namun, yang
digunakan dalam formulir ini, tes akan memberikan hasil yang tampaknya positif
dengan bahan pengoksidasi lainnya. Dalam versi pengujian dua langkah, reagen
Kastle-Meyer hanya dicampur dengan etanol 95% (volume sama). Larutan
ditambahkan ke noda pada kertas filter. Jika warna pink atau warna merah
langsung berubah, yaitu tanpa penambahan hidrogen peroksida4.
Sampel yang memberikan hasil positif baik pada tes Sangur dan tes Kastle-
Meyer akan dilaporkan sebagai kemungkinan darah. Kecuali hasil positif
kemudian diperoleh dengan uji biologis dikenal spesifikasi manusia-, adanya
darah tidak bisa dikonfirmasi. Tes yang dapat digunakan untuk konfirmasi akan
termasuk reaksi antigen-antibodi yang disebut sebagai difusi ganda Ouchterlony
dimana keberadaan enzim seperti alpha-2-HS-glikoprotein dikenal untuk lebih
spesifik manusia, atau adanya urutan DNA spesifik bagi manusia4.
2. Deteksi Noda Yang Tidak Terlihat (Luminol)
Hal ini secara tradisional telah dilakukan dengan menggunakan luminol.
Aplikasi luminol adalah pada daerah dimana mungkin ada darah tapi sulit untuk
dilihat, misalnya di antara vegetasi, atau dimana ada upaya yang telah dilakukan
tersangka untuk membersihkan darah dan jejak masih ada. Sebuah reaksi positif
juga kadang-kadang dapat ditemukan pada pakaian yang berlumuran darah yang
telah dicuci. Luminol, 3-aminophthalhydrazide, merupakan salah satu dari tes
8
presumti yang paling dikenal luas khususnya pada penggunaannya di tempat
kejadian5.
Luminol berbentuk bubuk yang dicampur dengan sodium karbonat (Na2CO3)
and hidrogen peroksida (H2O2) dan air. Campuran ini menghasilkan suatu larutan
basa (pH 10,4-10,8) atau campuran luminal dasar. Cahaya emisi akan dihasilkan
bila liminol teroksidasi oleh oksidan dalam luminal tetapi reaksi ini tidak dapat
terjadi bila tidak terdapat katalis. Katalis merupakan substansi yang mempercepat
laju reaksi tetapi tidak mempengaruhi hasil reaksi tersebut. Katalis pada luminal
biasanya logam, dan oksidannya adalah hidrogen peroksida. Bila luminal
digunakan untuk mendeteksi darah maka hemoglobin berfungsi sebagai katalis
dalam reaksi ini. Hemoglobin merupakan molekul yang terdiri atas besi yang
terdapat dalam sel darah merah.8
Reaksi: Luminol + hydrogen peroxide oxidised luminol + LIGHT
haemoglobin catalyst
Gambar 4. Reaksi kimia Luminol8
Larutan luminal biasanya dikemas dalam semprotan dan adanya darah
menghasilkan pendaran kebiruan yang berlangsung selama sekitar 45 detik.
Pendaran dapat dilihat kembali dengan penyemprotan tambahan tetapi ini perlu
dilakukan hati-hati karena noda akan hilangan jika terlalu banyak cairan yang
ditambahkan ke dalamnya. Pendaran cahaya bisa difoto dalam hitam-putih atau
dengan warna tetapi membutuhkan teknik khusus.8
9
Gambar 5. A. noda pada karpet tidak terlihat,B menunjukkan tes luminol yang positif.9
Luminol tidak spesifik untuk darah dan juga dapat memberikan reaksi
positif dengan beberapa enzim tanaman, oksidasi dan logam. Pengguna yang
berpengalaman dari luminol dapat membedakan reaksi yang diberikan oleh darah
dengan warna pendaran, berlangsung berapa lama, dan derajat "kilauan" dari
luminescent. Darah cenderung tidak berkilau, tapi menghasilkan pendaran yang
stabil, sedangkan beberapa logam cenderung memberikan pendaran yang pasti
berkilau.9
Seperti tes presumtif-phenoftalin dan tetrametilbenzidin, reaksi luminol
juga didasarkan pada reaksi peroksida pada heme (tabel 1). Heme pada darah
mengkatalis proses oksidasi pada luminol dalam larutan basa. Reaksi luminal
yang positif memberikan warna pendaran biru yang terlihat bila lampu dimatikan,
dan phenoftalin menghasilkan wana pink sedangkan tetrametilbenzidin
memberikan warna hijau-biru bila hasil sampel positif.9
2. Tes Konfirmasi:
Ini adalah suatu tes yang dilakukan dengan menggunakan sampel yang
diyakini sebagai darah dan mencampurkan dengan senyawa kimia yang akan
bereaksi dengan hemoglobin, faktor yang dihasilkan menjadi produksi kristal
10
yang dapat diidentifikasi di bawah mikroskop sebagai darah. Banyak tes yang
digunakan untuk tes Konfirmasi antara lain yaitu :
A. Tes Kristal :
Tes yang tertua adalah mengkonfirmasi keberadaan hemoglobin dan
turunannya dengan terbentuknya Kristal spesifik, misalnya Tes Takayama atau
hemokromogen, dimana ferrous dari hemoglobin bereaksi dengan piridin
menghasilkan kristal merah. Heme membentuk kristal ketika bereaksi dengan
reagen tertentu. Reagen yang biasa digunakan adalah piridin yang hasilnya akan
membentuk kristal merah muda yang khas. Bila larutan basa piridin ditambahkan
ke noda dan jika terdapat darah, maka akan terbentuk kompleks antara piridin dan
heme yaitu kristal merah muda.Sekarang ini, tes kristal jarang digunakan. Semua
didasarkan pada pembentukan turunan kristal hemoglobin seperti haematin,
haemin dan haemokromogen. Tes ini dilakukan pada slide mikroskop, dengan
reagen diteteskan pada noda di bawah kaca penutup, dan pembentukan kristal
diamati secara mikroskopis. Sejumlah basa nitrogen lainnya, termasuk nikotin,
metilamin, histidin dan glisin telah digunakan dalam variasi dari tes ini.5
Pada umumnya tes kristal dengan yang hasil positif menegaskan kehadiran
darah. Sensitivitas adalah sekitar 0,001 mL darah atau 0,1 mg hemoglobin.
Sebuah hasil negative tidak selalu menunjukkan bahwa darah tidak ada dapat saja
diakibatkan teknik yang salah dan kontrol positif harus selalu dijalankan
perbandingan. Selama 20 tahun tes Kristal digunakan untuk memberikan
petunjuk yang benar mengenai adanya darah5.
Tes Kristal lainnya adalah Teichman yang terdiri atas larutan potassium
bromide, potassium klorida dan potassium iodide dalam alam asetat yang
dipanaskan agar dapat bereaksi dengan hemoglobin. Pertama-tama hemoglobin
diubah menjadi hemin dan kemudian halides bereaksi dengan hemin membentuk
Kristal rhomboid berwarna kuning kecoklatan5.
11
B. Tes Presipitasi
Darah dapat diidentifikasi berasal dari manusia melalui reaksi dengan
antiserum tertentu untuk komponen darah manusia. Biasanya ini merupakan
serum anti-human serum yaitu, suatu antiserum untuk serum manusia. Hal ini
bertujuan untuk melihat apakah sampel berasal dari manusia. Pada dasarnya tes
presipitasi dilakukan dengan menempatkan larutan antibodi pada bagian atas dari
ekstrak noda dalam tabung reaksi, kemudian dibiarkan beberapa saat untuk
melihat apakah ada pita/ garis presipitasi yang terbentuk9.
Gambar 6 : reaksi presipitasi.10
C. RSID-Blood
Rapid Stain Identification of Human Blood (RSID-Blood) menggunakan dua
antibodi monoklonal anti-human glycophorin A pada lateral flow format untuk
mendeteksi keberadaan glycophorin A yang khas pada manusia. Glycophorin A
terdapat dalam jumlah yang banyak dan terutama pada membran sel darah merah
dimana berfungsi untuk mencegah agregasi selular. Tes konfirmasi RSID-Blood
memiliki beberapa keuntungan lebih dibanding metode lainnya untuk mendeteksi
darah, termasuk tingkat sensitivitas yang tinggi, spesifitas dan kecepatannya13.
12
Keterangan :C: garis kontrolT: garis tesS: jendela sampel
Gambar 7. Interpretasi Tes RSID-Darah.11
Prinsip dari tes ini adalah immunochromatographic assay yang menggunakan
antibodi monoklonal yang spesifik untuk glycophorin A manusia. Dimana salah
satu dari monoklonal tersebut dikonjugasikan dengan koloid emas yang
diletakkan pada wadah konjugasi yang terletak dibawah jendela sampel (S).
Antibodi lainnya diletakkan pada membran “Test line” yang dilekatkan pada
wadah konjugasi, sedangkan membrane untuk “Control line” terdiri atas antibodi
anti-mouse IgG yang digunakan sebagai kontrol fungsiona.11
Bila glycophorin A manusia terdapat dalam sampel maka kompleks antigen
antibodi yang berwarna emas akan muncul. Kompleks ini kemudian akan dibaca
oleh antibodi anti-glycophorin A pada test line (T) yang menghasilkan garis
merah. Bila tidak terdapat glycophorin A dalam sampel, maka tidak terbentuk
kompleks emas yang tidak dapat berakumulasi pada test line. Anti-mouse IgG
pada garis kontrol (C) membaca adanya antibodi tikus yang melalui test line yang
kemudian menghasilkan garis merah pada garis kontrol, ini membuktikan bahwa
tes yang dilakukan sudah benar dilakukan.11
D. Tes ABAcard HemaTrace
Prinsip tes ini adalah, ekstrak warna diletakkan pada bagian bawah dari tes
strip, dimana terdapat juga hemoglobin manusia yang akan bereaksi dengan
antibodi monoklonal hemoglobin anti-human. Antibodi tersebut diberi tanda
dengan pewarna khusus, sehingga bila terbentuk antibodi-antigen yang melalui
membrane tes maka immobilized polyclonal antihuman hemoglobin akan
membentuk kompleks Ag-Ab-Ag yang diinterpretasikan dengan garis pink.12
13
Gambar 8. Alat Tes ABAcard12
Gambar 9. Hasil Tes ABAcard12
Kontrol terdiri atas human hemoglobin antibody, pewarna yang terkonjugasi
tidak dapat terikat pada antibodi pada area tes tetapi terbaca pada area kontrol.
Pengujian yang benar dengan hasil yang positif akan menunjukkan dua garis pink,
satu pada area tes dan satunya pada area kontrol, sedangkan pengujian yang benar
dengan hasil negative akan menunjukkan satu garis pink pada area control saja.
Tes ini diketahui memiliki validitas yang baik dan sensitif, spesifik dan cepat9.
Setelah semuanya itu, maka pengujian sampel dilanjutkan untuk menentukan
golongan darah dan kemudian menentukan jenis kelamin dari orang yang
memiliki darah tersebut. Untuk menentukan golongan darah, digunakan beberapa
tes, yang paling mudah dan sering dipakai sampai sekarang adalah tes aglutinasi.
Prinsip tes ini adalah bila antigen pada sampel bereaksi dengan antibody reagen
maka akan terbentuk gumpalan atau aglutinasi dari antigen. Antigen perm ukaan
14
positifnegatif
yang juga penting adalah factor Rhesus (Rh). Bila faktor ini terdapat pada sel
darah merah maka golongan darahnya adalah Rh positif dan bila tidak ada, maka
golongan darahnya adalah Rh negatif. Bila telah didapatkan golongan darah
secara spesifik, maka tes selanjutnya yang harus dilakukan adalah tes DNA untuk
mempersempit bidang pencarian. 12
V. Kesimpulan
Ketika noda merah ditemukan pada tempat kejadian perkara, maka noda
tersebut dapat dicurigai sebagai darah dan barang bukti. Untuk membuktikan
apakah sampel tersebut adalah darah, maka dapat dilakukan beberapa tes4. Tes-tes
yang dilakukan dalam forensik untuk darah berdasarkan keberadaan hemoglobin
atau komponen-komponen yang ada di dalamnya. Hemoglobin terdiri atas heme
yang mengangkut oksigen dan globin komponen protein. Tes yang dilakukan di
forensik untuk identifikasi darah sebenarnya mendeteksi keberadaan dari heme.
Digunakan beberapa substansi berwarna tertentu yang bila dicampur dengan
peroksida akan merubah warna dasarnya yang disebut oksidasi. Kebanyakan
enzim umumnya akan mempercepat reaksi. Enzim adalah katalis yang
mempercepat reaksi dan heme berfungsi sebagai katalis.
Tes pertama adalah tes presumtif yang bertujuan menyingkirkan substansi
lain selain darah, namun tes ini tidak dapat memastikan keberadaan darah. Tes
Kastel Meyer merupakan tes presumtif yang paling banyak dilakukan dimana bila
hasilnya positif maka akan menghasilkan warna pink. Luminol juga merupakan
tes presumtif yang sering digunakan. Terlebih luminol digunakan untuk
mendeteksi keberadaan noda darah yang sudah dihapus atau dicuci. Luminisens
atau pendaran biru yang akan dihasilkan bila luminol bereaksi dengan hemoglobin
dan dapat dilihat bila cahaya lampu dimatikan (ruangan gelap).
Bila telah ditetapkan bahwa sampel tersebut mungkin adalah darah, maka
pengujian dilanjutkan untuk mengkonfirmasi, apakah darah tersebut berasal dari
manusi atau hewan. Untuk itu dilakukan tes konfirmasi antara lain : tes presipitasi
dimana darah dapat diidentifikasi berasal dari manusia melalui reaksi dengan
15
antiserum tertentu untuk komponen darah manusia, RSID-darah yang mendeteksi
keberadaan glycophorin A yang khas pada manusia ataupun ABAcard yang
prinsipnya dimana hemoglobin manusia yang akan bereaksi dengan antibodi
monoklonal hemoglobin anti-human.
Penentuan golongan darah dan rhesus dari sampel darah yang telah
dikonfirmasi berasal dari manusia, merupakan langkah selanjutnya yang
dilakukan untuk mempersempit pencarian. Bila semua tes diatas telah dilakukan,
maka uji DNA merupakan tahap akhir yang lebih spesifik untuk menentukan
kepemilikan dari noda darah tersebut.
16