identifikasi bakteri patogen

6
Jurnal Natur Indonesia 1I (1): 28 - 33 (1999) IDENTIFIKASI BAKTERI PATOGEN (Vibrio sp) DI PERAIRAN NONGSA BATAM PROPINSI RIAU. Oleh: Feliatra Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau Diterima : 12 Juli 1999 Disetujui : 13 September 1999 ABSTRAK Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 1999 sampai April 1999. Sampling dilakukan pada tiga lokasi perairan pantai Nongsa Pulau Batam. Air laut yang diambil untuk dijadikan sampel adalah air laut di bagian permukaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik bakteri pathogen Vibrio sp laut di perairan pantai Nongsa Pulau Batam. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei, dimana perairan pantai Nongsa dijadikan sebagai daerah pengamatan. Dari hasil pengukuran parameter fisika-kimia perairan maka diperoleh kisaran sebagai berikut; suhu perairan 27,0 - 32,0 o C, salinitas 29,0 - 32,0 ppt, kecerahan 0,55 - 2,4 m, kedalaman 0,55 - 19 m, pH 7,6 - 7,9, kandungan oksigen terlarut 5,7 - 6,1 ppm dan karbondioksida bebas 7,4 - 9,4 ppm. Dari hasil penelitian ini diperoleh enam spesies bakteri vibrio di perairan pantai Nongsa Pulau Batam yaitu: V. anguillarum, V. alginolyticus, V. cholerae, V. salmonicida, V. vulnificus, dan V. parahaemolyticus. Kata kunci: Identifikasi, Patogen, Bakteri vibrio PENDAHULUAN Pulau Batam ini berkembang dengan pesat baik itu sebagai tempat pariwisata maupun industri (menengah-besar), maka diperlu- kanlah suatu pemantauan kualitas lingkungan secara bakteriologis, terutama untuk memelihara produk perikanan dan wisatawan yang berekreasi di daerah tersebut. Sehingga tidak ada keraguan bagi wisatawan untuk berekreasi pada perairan laut dan memakan hasil laut di pulau ini. Karena laut dapat mengandung sejumlah pembawa virus, bakteri dan fungi yang seba- gian besar bersifat patogen pada manusia. Sumber sebagian besar patogen ini adalah fekal, dan pem- bawanya ke laut adalah buangan domestik. Bahan pencemar yang bersifat biologis disebabkan oleh mikroor- ganisme yang berasal dari buangan domestik, industri pengolahan, sampah dan limbah peternakan. pencemaran yang disebabkan oleh bakteri dapat menyebabkan menu- runnya kualitas perairan (Kunarso, 1989). Kontaminan laut yang prinsi- pal pada negara-negara berkembang adalah limbah yang tidak diolah. Menurut Mcintyre (1990) menya- takan lebih dari 180 l limbah per orang per hari mengalir ke laut, bahkan di negara-negara yang sedang berkembang jumlah limbah yang mengalir ke laut lebih besar karena pembuangan sampah, man- di, mencuci dan kakus langsung dilakukan di sungai yang akan mengalir ke laut.

Upload: anjas-asmara-ssi

Post on 18-Jul-2015

2.535 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Identifikasi bakteri patogen

Jurnal Natur Indonesia 1I (1): 28 - 33 (1999)

IDENTIFIKASI BAKTERI PATOGEN (Vibrio sp) DI PERAIRAN NONGSA BATAM PROPINSI RIAU.

Oleh:

Feliatra Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau

Diterima : 12 Juli 1999 Disetujui : 13 September 1999

ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 1999 sampai April 1999. Sampling dilakukan pada tiga lokasi perairan pantai Nongsa Pulau Batam. Air laut yang diambil untuk dijadikan sampel adalah air laut di bagian permukaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik bakteri pathogen Vibrio sp laut di perairan pantai Nongsa Pulau Batam. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei, dimana perairan pantai Nongsa dijadikan sebagai daerah pengamatan. Dari hasil pengukuran parameter fisika-kimia perairan maka diperoleh kisaran sebagai berikut; suhu perairan 27,0 - 32,0oC, salinitas 29,0 - 32,0 ppt, kecerahan 0,55 - 2,4 m, kedalaman 0,55 - 19 m, pH 7,6 - 7,9, kandungan oksigen terlarut 5,7 - 6,1 ppm dan karbondioksida bebas 7,4 - 9,4 ppm. Dari hasil penelitian ini diperoleh enam spesies bakteri vibrio di perairan pantai Nongsa Pulau Batam yaitu: V. anguillarum, V. alginolyticus, V. cholerae, V. salmonicida, V. vulnificus, dan V. parahaemolyticus. Kata kunci: Identifikasi, Patogen, Bakteri vibrio

PENDAHULUAN Pulau Batam ini berkembang dengan pesat baik itu sebagai tempat pariwisata maupun industri (menengah-besar), maka diperlu-kanlah suatu pemantauan kualitas lingkungan secara bakteriologis, terutama untuk memelihara produk perikanan dan wisatawan yang berekreasi di daerah tersebut. Sehingga tidak ada keraguan bagi wisatawan untuk berekreasi pada perairan laut dan memakan hasil laut di pulau ini. Karena laut dapat mengandung sejumlah pembawa virus, bakteri dan fungi yang seba-gian besar bersifat patogen pada manusia. Sumber sebagian besar patogen ini adalah fekal, dan pem-bawanya ke laut adalah buangan domestik.

Bahan pencemar yang bersifat biologis disebabkan oleh mikroor-ganisme yang berasal dari buangan domestik, industri pengolahan, sampah dan limbah peternakan. pencemaran yang disebabkan oleh bakteri dapat menyebabkan menu-runnya kualitas perairan (Kunarso, 1989). Kontaminan laut yang prinsi-pal pada negara-negara berkembang adalah limbah yang tidak diolah. Menurut Mcintyre (1990) menya-takan lebih dari 180 l limbah per orang per hari mengalir ke laut, bahkan di negara-negara yang sedang berkembang jumlah limbah yang mengalir ke laut lebih besar karena pembuangan sampah, man-di, mencuci dan kakus langsung dilakukan di sungai yang akan mengalir ke laut.

Page 2: Identifikasi bakteri patogen

29

Pencemaran limbah dalam suatu perairan mempunyai hubu-ngan dengan jenis dan jumlah mikroorganisme dalam perairan ter-sebut. Air buangan kota dan desa yang berpenduduk padat tidak hanya meningkatkan pertumbuhan bakteri koliform akan tetapi juga meningkatkan jumlah bakteri pato-gen seperti Salmonella, shigella dan Vibrio cholera (Shuval, 1986). Menurut WHO (1988) merekomen-dasi tiga kelompok bakteri indikator pencemaran perairan rekreasi pan-tai yaitu fecal coliform, fecal strep-tococuc dan patogen. Vibrio sp merupakan salah satu bakteri patogen yang tergolong dalam divisi bakteri, klas Schizo-micetes, ordo Eubacteriales, Famili Vibrionaceae. Bakteir ini bersifat gram negatif, fakulttif anaerobik, fermentatif, bentuk sel batang dengan ukuran panjang antara 2-3 um, menghasilkan katalase dan oksidase dan bergerak dengan satu flagella pada ujung sel (Austin, 1988). Vibrio merupakan patogen oportunistik yang dalam keadaan normal ada dalam lingkungan pemeliharaan, kemudian berkem-bang dari sifat yang saprpfitik menjadi patogenik jika kondisi lingkungannya memungkinkan. Bakteri vibrio yang patogen dapat hidup di bagian tubuh orga-nisme lain baik di luar tubuh de-ngan jalan menempel, maupun pada organ tubuh bagian dalam seperti hati, usu dan sebagainya. Menurut Wagiyo (1975) dampak langsung bakteri patogen dapat menimbulkan penyakit, parasit, pembusukan dna toksin yang dapat menyebabkan kematian biota yang menghini perairan tersebut. Beberapa jenis vibrio yang bersifat patogen yaitu dengan mengeluarkan toksin ganas dan seringkali mengakibatkan kematian pada manusia dan hewan. Vibrio

cholera yang bersal dari darat atau air tawar, sudah dikenal sebagai penyebab penyakitmuntah berak diIndonesia (Thayib, 1977). Jenis vibrio yang bersifat pada ikan dan invertebrata laut adalah Vibrio algi-nolyticus, V. damsela, V. charcha-riae, V.anguilarum, V. ordalli, V. cholerae, V. salmonicida, V. vulni-ficus, V. parahaemolyticus, V. pela-gia, V. splendida, V. fischeri dan V. harveyi (Austin dan Austin, 1993). METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada peraian pantai Nongsa Batam, dengan metoda survei, di mana perairan pantai Nongsa dijadikan sebagai daerah pengamatan. Sampel air diambil pada tiga stasiun titik sampling yaitu 1 m, 10 m, dan 100 m dari garis pantai. Analisis mikro-biologis dilakukan di laboratorium mikrobiologi laut stasiun kelautan Fakultas Perikanan Universitas Riau Dumai. Jenis bakteri yang akan diana-lisa adalah bakteri genus vibrio, dengan menggunakan medium selektif Thiosulfate citrate bile salt sucrose (TCBS) agar, air laut steril, MR-VP broth, di methyl-p-fenilen-diamine-oxalate, trypticase soy broth (TSB), Triple sugar iron (TSI) agar, L-lysine dihydrochloride, NaCl, bacteriological agar. Pengambilan dan penanganan sampel dilakukan dengan botol niskin, botol sampel, ice box. Per-alatan yang digunakan untuk analis mikrobiologis antara lain inkubator, autoklaf, mikroskop, kolony coun-ter, lampu bunsen, cawan petri, tabung reaksi dan jarum oase. Air laut diambil dari permu-kaan, pertengahan dan dasar per-airan, kemudian diaduk dan diambil 500 ml lalu diaduk dan diambil dimasukkan ke dalam botol steril, kemudian dimasukkan dalam ice

Page 3: Identifikasi bakteri patogen

30

box dengan suhu 4oC dan dibawa ke laboratorium. Identifikasi bakteri vibrio ber-pedoman pada buku Bergey’s determinative Bacteriology (Holt, et al 1994), antara lain dengan meng-analisis sifat bikimia pewarnaan Gram, produksi gas H2S, Uji Kata-lase, Uji Oksidase “Cytochrome”, Uji Methyl Red, Fermentasi Karbo-hidrat (Glukosa, Fruktosa, Sello-biosa, Galaktosa, dan Manitol). Per-hitungan Jumlah Sel Bakteri dilakukan dengan metoda Alcamo (1983), perhitungan yang diambil adalah adalah bila jumlah koloni tiap cawan petri antara 30 - 300 koloni. Jika tidak ada yang meme-nuhi syarat maka dipilih jumlah yang mendekati 30 atau 300 koloni per cawan petri. HASIL DAN PEMBAHASAN Pulau Batam merupakan salah satu daerah yang mempunyai po-tensi sebagai daerah wisata, karena memiliki posisi strategis. Secara geografis Pulau Batam terletak pada posisi 010 43’ 15’’LU sampai 01007’ LU dan 1030 52’23’’ BT sampai 1040 16’37’’ BT. Seperti halnya dengan daerah lain di Indonesia, perairan Pantai Nongsa beriklim hujan tropis, de-ngan rata-rata suhu tahunan 25 - 32oC. Banyaknya curah hujan ber-kisar antara 2300 sampai 2361,1 mm/tahun dengan kecepatan angin rata-rata 6 - 14 knot/jam. Secara umum daerah ini mengalami dua kali pergantian musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan dimulai dari bulan November sampai April dan musim kemarau dimulai dari bulan Mei sampai Oktober. Pola arus yang terdapat di daerah ini dibagi menjadi dua yaitu pola arus surut dan pola arus pasang. Hal ini mengakibatkan per-airan Pantai Nongsa mengalami dua

kali pasang (semi diurnal), selanjutnya mengakibatkan terjadi-nya fluktuasi yang ekstrim pada kualitas perairan. Hasil pengukuran terhadap parameter fisika-kimia perairan yang diukur dari tiga stasiun peng-amatan selama dua periode yaitu tanggal 24 Februari 1999 dan tanggal 30 Maret 1999 dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kisaran Parameter Fisika-

Kimia Perairan Pantai Nongsa Pulau Batam Selama Penelitian

Parameter Sampling 24-2-`99

Sampling 30-3`99

Suhu (oC) Kec Arus (m/det) �Kedalaman (m) Kecerahan PH� Salinitas (0/00)� O2 terlarut (ppm)� CO2 bebas

27 – 31 0,11 - 0,27

0,55 – 18 0,55 - 2,3 7,6 - 7,9 29 - 31

5,8 - 6,1 7,6 - 8,9

29 – 32 0,18 - 0,29

0,95 – 19 0,95 - 2,4

7,6 - 7, 30 – 32 5,7- 6,1 7,4 - 9,4

Dari hasil analisis pada ketiga stasiun yang diamati pada dua kali pengambilan sampel parameter lingkungan yang diamati tidak terli-hat perbedaan yang nyata. Suhu berkisar antara 27 - 32oC, di mana suhu tertinggi diperoleh pada peng-ambilan sampling pertama dan ter-tinggi pada pengambilan sampling kedua. Pada temperatur 4oC dan 45oC bakteri V. parahaemolyticus, V. harveyi dan V. alginolyticus ti-dak dapat tumbuh, dan pada suhu > 55oC bakteri akan mati (Prajitno, 1995), maka berdasarkan data kisaran suhu yang diperoleh selama penelitian dapat dinyatakan bahwa bakteri Vibrio sp akan dapat hidup di perairan tersebut. Demikian juga halnya dengan parameter lingku-ngan lainnya merupakan kisaran bakteri vibrio sp dapat tumbuh dengan baik. Identifikasi Bakteri Pathogen spesies Vibrio.

Page 4: Identifikasi bakteri patogen

31

Berdasarkan pengamatan visual terhadap bakteri pathogen spesies Vibrio, maka bakteri ini da-pat dibedakan berdasarkan warna, bentuk, dan ukuran koloni yang tumbuh pada media TCBS agar setelah masa inkubasi 24 - 48 jam pada suhu kamar (30oC). Dari hasil penelitian terhadap isolat bakteri vibrio sp, ditemukan enam spesies bakteri patogen vibrio sp pada perairan tersebut, yaitu : Vibrio Anguillarum Mempunyai ciri-ciri warna putih–kekuning-kuningan, bulat, menonjol dan berkilau. Karakteris-tik fisika-biokimia adalah pewarna-an gram negatif, dan mempunyai sifat fermentatif, katalase, oksidase, glukosa, laktosa, sellobiosa, galak-tosa dan manitol positif. Sedangkan methyl red dan H2S negatif. Vibrio alginolyticus. Mempunyai ciri-ciri berwarna kuning, diameter 3-5 mm. Karakte-ristik fisika-biokimia adalah pewar-naan gram negatif, dan mempunyai sifat fermentatif, katalase, oksidase, methyl red dan H2S glukosa, lak-tosa, dan manitol positif. Sedang-kan sellobiosa, fruktosa, galaktosa negatif. Vibrio cholera Mempunyai ciri-ciri sebagai beriku : Berwarna kuning, datar, diameter 2-3 mm, warna media berubah menjadi kuning. Karakte-ristik fisika-biokimia adalah pewar-naan gram negatif, dan mempunyai sifat fermentatif, katalase, oksidase, methyl red dan H2S glukosa, laktosa, galaktosa dan manitol posi-tif. Sedangkan sellobiosa, fruktosa, bersifat negatif. Vibrio salmonicida Mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: berwarna bening, diameter

< 1 mm, bulat, menonjol dan utuh. Karakteristik biokimia adalah pe-warnaan gram negatif, dan mem-punyai sifat fermentatif, katalase, oksidase, glukosa positif. Sedang-kan methyl red, H2S, laktosa, galak-tosa, manitol sellobiosa, fruktosa, bersifat negatif. Vibrio vulnificus. Mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: berwarna biru sampai hi-jau, diameter 2-3 mm. Karakteristik biokimia adalah pewarnaan gram negatif, dan mempunyai sifat fer-mentatif, katalase, oksidase, methyl red dan H2S glukosa, sellobiosa, fruktosa, galaktosa dan manitol positif. Sedangkan, laktosa bersifat negatif. Vibrio parahaemolyticus. Mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: berwarna biru sampai hijau, diameter 3- 5 mm, dipusat koloni berwarna hijau tua. Karak-teristik fisika-biokimia adalah pe-warnaan gram negatif, dan mempu-nyai sifat fermentatif, katalase, oksidase, glukosa, laktosa, galak-tosa dan manitol positif. Sedangkan sellobiosa, fruktosa, methyl red dan H2S bersifat negatif. Terdapatnya bakteri pathogen Vibrio di perairan pantai menan-dakan adanya kontak dengan buangan limbah industri dan rumah tangga seperti tinja manusia atau sisa bahan makanan lainnya, di mana bakteri tersebut secara lang-sung akan tumbuh dan berkembang bila kondisi perairan tersebut memungkinkan. Selanjutnya dari keadaan ini kemudian akan berpe-ngaruh terhadap biota perairan dan akhirnya pada manusia. Bakteri dari spesies Vibrio secara langsung akan menimbulkan penyakit (pathogen), yang dapat menyebabkan kematian biota laut yang menghuni perairan, dan secara

Page 5: Identifikasi bakteri patogen

32

tidak langsung bakteri yang terbawa biota laut seperti ikan akan dikon-sumsi oleh manusia, sehingga me-nyebabkan penyakit pada manusia. Salah satu jenis bakteri yang dikenal berbahaya pada manusia adalah Bakteri Vibrio cholera dike-nal sebagai penyebab penyakit perut (gastroenteritis). Bakteri ini sebe-narnya adalah penghuni darat dan air tawar. Keberadaannya di laut disebabkan terbawa oleh aliran sungai atau air buangan. Hal ini menyebabkan perairan pantai akan terkontaminasi oleh bakteri V. cholera. KESIMPULAN Dari hasil penelitian ini, ter-dapat enam dari tiga belas spesies bakteri yang dijumpai di perairan pantai Nongsa Batam yaitu V. anguillarum, V. alginolyticus, V. cholerae, V. salmonicida, V. vulni-ficus dan V. parahaemolyticus. Salah satu jenis bakteri yang sangat dikenal yaitu Vibrio Chorela yang menyebabkan penyakit pada manu-sia terdapat pada perairan tersebut. Adanya jenis bakteri vibrio sp tersebut disebabkan karena adanya kontak aktifitas manusia dengan perairan tersebut. Supaya tidak terjadinya perkembangan bakteri vibrio sp ini di perairan tersebut, maka perlu dilakukan traitment terhadap buangan aktifitas manusia sebelum dimasukkan ke dalam. Jika terjadi jumlah bakteri vibrio sp yang signifikanse akan dapat mem-bahayakan organisme yang hidup di perairan tersebut dan akhirnya akan menyebabkan penyakit pada manu-sia. Penelitian ini dibiayai oleh dana Pola Ilmiah Pokok (PIP) Uni-versitas Riau. Terima kasih kepada Rektor Universitas Riau yang telah memberikan kepercayaan untuk melaksanakan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA Austin B. dan D.A.Austin. 1993.

Bacterial fish pathogens. Di-sease in farmed and wild fish. Second edition. Ellis Horword limited. Chichester, England. 383 p.

Austin B. 1988. Marine micro-

biology. Cambridge university press. Cambridge, England 222p.

Holt, J.G., N.R. Kreigh,P.H.A

Sneath, J.T. Stanley. S.T. Williams. 1994. Bergey’s ma-nual of determinative bacterio-logy ninth edition. Williams K. Hensky (ed) and Wilkins Baltimore. 787 hal.

Kunarso, D.H. 1989. Teknik mem-

bran filter untuk mendeteksi bakteri pencemar. Oseana 4: 133-143

Mcintyre, 1990. Sewage in the sea.

Departemen of Zoology University of Aberdeen, Aberdeen, UK.

Prayitno. 1995. Vibrio sp dan MBV.

Primadona penyakit udang windu di tambak. Makalah pada penelitian nasional kete-rampilan dan bina usaha mandiri budidaya air payau dan air tawar. Mahasiswa pemuda pedesaan dan petani nelayan. Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya. Ma-lang. 17 hal.

Shuval HI. 1986. Thalasogenic

disease. UNEP. Regional seas report and studies No. 79. UNEP, Neirobi.

Thayib, S S. 1977. Vibrio laut yang

mengganggu kehidupan ma-

Page 6: Identifikasi bakteri patogen

33

nusia dan ikan pewarta oseana No.24 : 1-6.

Wagiyo C.E. 1975. Microbial and

environment in L H.Stevenson and R.R Colwell (eds) Estuaries Microbial Ecology. University of South Carolina Press. Columbia.

WHO. 1988. Guidelines for moni-

toring the quality of coastal recreation and shelfish, growing areas. reference Me-thods for marine pollution studies No. 1 rev.i. UNEP Nairobi. 36 p.