i ubelajar masa lalu;d-an inembangun masa depan'-~~~~~

21
.... i-o , t.,\ ' . , .... .. ... t j ' ., ; " ". " ....... ", I' j' ,', - ..... . 'Ot'::'; I l' ,'-, f , V,' " 'r f;·... ".' ...", " I ',-.." \.1 ." - , .' , . (/ , , . - .... - t' \ I '. Yogyakarta, 1-2 Oktober 2010-- ... - ...... .. . I \ UBelajar dari masa lalu;d-an sekarang untuk inembangun masa Diterbitkan oleh : Perhimpunan Entomologi Indonesia cabang Yogyakarta Yogyakarta 2012 /

Upload: others

Post on 21-Oct-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: I UBelajar masa lalu;d-an inembangun masa depan'-~~~~~

....

i-o,

• t.,\ ' •.,.... ..... t

j • • ' .,

; " ". ".......~'(. ", I' j' ,',

- ..... '{:~::" . 'Ot'::';• I l' ~, ,'-, f , •

V,' " 'r f;·... t· • ".'...", " • I ',-.." \.1 ." - ,

.'

, .

(/, ,

. -....-~ t' ~~ • \

I

'.

Yogyakarta, 1-2 Oktober 2010--...- ......~~~~~.. . • I \

UBelajar dari masa lalu;d-an sekarang untukinembangun masa depan"'-~~~~~_

Diterbitkan oleh :Perhimpunan Entomologi Indonesia cabang Yogyakarta

Yogyakarta2012

/

Page 2: I UBelajar masa lalu;d-an inembangun masa depan'-~~~~~

Seminar Nasional Peringatan 40th PEl, Yogyakarta 1-2 Oktober 2010

DAFTAR lSIHalaman

Pengantar ., iiiKata Pengantar Ketua Perhimpunan Entomologi Indonesia ivOaftar lsi " , vii

MAKALAH UTAMAPERANAN PENOIOIKAN ENTOMOLOGI 01 OALAM MENUNJANGINOUSTRI MINYAK KELAPA'SAWIT YANG BERKELANJUTANSudharto Ps 1

PESTISIDA DALAM PENGENDALIAN HAMA TERPADUOadang 7

PHT DAN PENDEKATAN PENGENDALIAN BIRASIONALEdhi Martono 18

IMPLEMENTASI PENGENDALIAN HAMA TERPADU (pHT)DIINDONESIA

Baehaki S.E , 21

MAKALAHPENUNJANG

PENGGUNAAN VARIETAS PADI HIBRIDA TAHAN WERENG COKLAT(Nilaparvata lugenas Stal)Arifin Kartohardjono dan Satoto 42

LEDAKAN WERENG COKLAT DAN VIRUS KERDIL MENGANCAMPENINGKATAN PRODUKSI PADI NASIONAL1Baehaki S.E 50

VARIASI ADAPTASI DAN KETAHANAN VARIETAS TAHAN TUNGROTERHADAP POPULASI WERENG HIJAU, Nephotettix virescens Distant(HOMOPTERA : CICADELLIDAE) DARI DAERAH ENDEMIS TUNGROI Nyoman Widiarta*) . 68

BEBERAPA FAKTOR PENYEBAB LEDAKAN POPULASI WERENGCOKELAT (NILAPARVATA LUGENS)Tri Harjaka 79

KETAHANAN KAYU MANIS TERHADAP SERANGAN RAYAP TANAHDAN RAYAP KAYU KERINGAgus Ismanto1), Andianto1) & Neo Endra Lelana 89

vii

Page 3: I UBelajar masa lalu;d-an inembangun masa depan'-~~~~~

Seminar Nasional Peringatan 40th PEl, Yogyakarta 1-2 Oktober 2010

HAMA DAN PENYAKIT PADA TANAMAN PERKEBUNAN DAN FAKTOR ­FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS 01 KABUPATENENDE, SIKKA DAN FLORES TIMUR, NTT)Jesayas A. Londingkene 95

KETERTARIKAN HAMA GUDANG (Lasioderma serricorne F.) TERHADAPRANCANGAN PERANGKAP LAMPU DAN FEROMOID

.Wagiyana. Lely Oktaviana; dan M. Wildan Jatmiko 109

ARTHROPODA YANG BERASOSIASI DENGAN KANTONG SEMAR(Nepenthes mirabilis (Lour.) Druce)Chandra Irsan. Triani Adam, Joko Triyono 115

DISTRIBUSI POPULASI LALAT BUAH Bactrocera carambolae DANBactrocera papayae PADA BEBERAPA TANAMAN INANGDodin Koswanudin dan 1Made Samudra '" ... .. .... ... .. . .. . ... ... ... .. . ... ... .. . ... ... 124

TANAMAN INANG KUTU KEBUL Aleurodicus dugesii Cockerell(HEMIPTERA; ALYURODIDAE) 01 BOGOR DAN SEKITARNYAFitrah Murgianto dan Purnama Hidayat '" , '" , ,. . 133

SERANGGA HAMA PADA TEGAKAN EKALIPTUS (Eucalyptus alba)DALAM KAWASAN HUTAN L1NDUNG GUNUNG NONA KOTA AMBONFransina.S.Latumahina.S.Hut.MP '" '" , '" . 144

KEBERADAAN DAN PREDIKSI PERKEMBANGAN Hypothenemus hampeiPADA PERTANAMAN KOPI DIKABUPATEN MANGGARAI. NUSATENGGARA TIMURJesayas A. Londingkene , ,. ... .. . .. . ... ... ... ... ... ... ... 154

PENGARUH FAKTOR L1NGKUNGAN TERHADAP KEPAOATANOryctes rhinoceros L. PADA PERTANAMAN KELAPA SAWITMarheni 164

KAJIAN PREFERNSI OVIPOSISI Diaphorina citri Kuwayama PADATANAMAN JERUK YANG TERINFEKSI CVPD DAN JERUK SEHATMotit Eko poerwanto*) and Chimayatus Solichah '" ,. .. . 174

IDENTIFIKASI PENGGEREK BATANG JAGUNG 01 GORONTALOMohamad Lihawa1, Witjaksono2, Nugroho Susetya Putra .. 182

PREFERENSI MAKAN ULAT Doleschallia bisaltide (LEPIDOPTERA:NYMPHALIDAE) PADA TANAMAN Graptophyllum pictum (L.) Griff. DANAsystasia gangetica (L.) Anders.Nita VVinanti, Oewi Sartiami, dan Tri Lestari Mardiningsih , ,. .. . . 191

viii

Page 4: I UBelajar masa lalu;d-an inembangun masa depan'-~~~~~

Seminar Nasional Peringatan 40th PEl} Yogyakarta 1-2 Oktober 2010

KECOCOKAN INANG DAN PREFERENSI Pentalonia nigronervosaTERHADAP BERBAGAI GENOTIP PISANGSuparman SHK, Anita Setyawati dan Nurhayati '" , , '" 200

SERANGGA-SERANGGA YANG BERASOSIASI DENGAN TANAMANNILAM (Pogostemon cablin Benth.)Tri L. Mardiningsih*, D. Sartiami**, Sondang Su.riati*, C. Sukmana* dan Nur.bettiTarigan ,.. ,.. , , .. , ,.. , , , .. , , , .. , 211

SIKLUS HIDUP DAN KEPERIDIAN KUTU KEBUL, Bemisia tabaci(Gennadius) (HEMIPTERA: ALEUYRODIDAE) PADA TANAMAN CABAlMERAH DAN GULMA BABADOTAN YANG DIPELIHARA PADA SUHU 250CVani Nur Oktaviany dan Pumama Hidayat........................................................... 222

SERANGAN HAMA DAN PENYAKIT PADA TANAMAN JARAK PAGARIP-3P 01 KEBUN PERCOBAAN (KP) PAKUWONWidi Rumini dan Elna Karmawati 232

POLA SEBARAN Bactrocera spp OALAM METODE PENARIKAN CONTOHPADA KEBUN JAMBU BIJIYuswani Pangestiningsih , , , , .. 244

RAPID ASSESMENT: KEANEKARAGAMAN KUPU-KUPU 01 KAWASANHUTAN CIFORHasni Ruslan dan Noor Farikhah Haneda , .. , '" , , 259

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN JAMUR METARHIZIUM ANISOPLIAEUNTUK PENGENDALIAN ORYCTES RHINOCEROS 01 YOGYAKARTAAsikin, Z., Harjaka, T. dan F.X. Wagiman 264

PENGARUH KOMPOS GULMA SIAM TERHADAP POPULASI KUTU AFIDTANAMAN CABAl DAN PREDATORNYAEko Apriliyanto1, Nugroho Susetya Putra2, dan Benito Heru Purwar to 274

KAJIAN PENGENDALIAN HAMA ULAT DAUN KUBIS PAOA EKOSISTEMKUBIS ORGANIK DA.N KONVENSIONAL 01 KABUPATEN TANAH KARO,SUMATERA UTARADahlia Simanjuntak .. 285

HAMA MANGGIS (Garcinia mangostana L.) 01 BEBERAPA OAERAH01 JAWA BARATNina Maryana, Pola Febriani, dan Wilna Sari 300

TANGGAP FUNGSIONAL PARASITOID Opius chromatomyiae(HYMENOPTERA: BRACONIDAE) PADA LALAT PENGOROK DAUNLiriomyza huidobrensis (DIPTERA: AGROMYZIDAE)Rusli Rustam l

), Aunu RauF), Nina l\1aryana2), Pudjiyanto2

) dan Dadang 315

ix

Page 5: I UBelajar masa lalu;d-an inembangun masa depan'-~~~~~

Seminar Nasional Peringatan 40th PEl, Yogyakarta 1-2 Oktober 2010 •

ULAT PEMAKAN DAUN TANAMAN MAHKOTA DEWA (Phaletiamacrocarpa) DAN STRATEGI PENGENDALIANNYATri L. Mardiningsih dan Mahrita Willis '" , '" .,. 322

INSIDEN CENDAWAN ENTHOMOPTHORALES PADA KUTU PUTIHPEPAYA, Paracoccus marginatus Williams & Granara de Willink (HEMIPTERA: PSEUDOCOCCIDAE) PADA PERTANAMAN PEPAYA DI BOGORYona Shylena dan Ruly Anwar....................................... 333

PERILAKU KAWIN Trichogramma pretiosum SETELAH KEMUNCULANDAN KAITANNYA TERHADAP SEX RASIO PROGENIR.R. Rukmowati Brotodjojo 348

UJI KERENTANAN VEKTOR DEMAM BERDARAH DENGUE AedesaegypliTERHADAP INSEKTISIDA ORGANOPHOSPHAT DANPYRETHROID DI KOTA DENPASAR, BALl1)Shinta dan Supratman Sukowati, Yusniar A dan Wigati 359

UJI HAYATI LARVASIDA METHOPRENE TERHADAP LARVAAEDES AEGYPTI DARI DENPASARSudarmaja I Made*, Swastika Kadek*, Subrata Ketut**, Cyntia S**, KenyemSubagia Nyoman**, Dwi Adi Putu** dan Nurja Wayan... 375

BIONOMIK VEKTOR MALARiA NYAMUK Anopheles sundaicus danAnopheles letiferDI KECAMATAN BELAKANG PADANG, BATAM,KEPULAUAN RIAU 1)Shinta, Supratman Sukowati, Mardiana , ... 385

THE RESPONSE OF THE NIMFA Nilapar\/ata lugens ON DELTAMETRINAPPLIED AT SUBLETHALAwaluddin1, Y.Andi Trisyono2 and Kasumbogo Untung (Aim) 401

BIOAKTIVITAS EKSTRAK KULIT SATANG Quassia amara DAN DAUNTephrosia vogelii TERHADAP LARVA Crocidolomia pavonana (F.)(LEPIDOPTERA: CRAMBIDAE)Petronella Sy. Nenotek, Dadang, Djoko Prijono ...... ...... ...... ... ...... ...... ..... 410

KEEFEKTIFAN EKSTRAK BUAH RERAK (Sapindus rerak) DAN MOLASESEBAGAI PELINDUNG ULTRA VIOLET UNTUK Spodoptera IituraNUCLEOPOLYHEDROVIRUS (NPV)R. Yayi Munara Kusumah dan lin Nuraeni 424

RESIDU PESTISIDA, KEMELIMPAHAN ARTHOPODA DAN AKTIVITASMIKROORGANISME TANAH PADA PERTANAMAN SAYURAN DIKECAMATAN LEMBAH GUMANTI SUMATERA BARATReflinaldon, Oktanis Melinda dan Asril ,. 434

x

Page 6: I UBelajar masa lalu;d-an inembangun masa depan'-~~~~~

Seminar Nasional Peringatan 40th PEl, Yogyakarta 1-2 Oktober 2010

PEMANFAATAN CAMPURAN EKSTRAK JERINGAU-BUAHAN UNTUKPENGENDALIAN LALAT BUAH (Bactrocera spp.) 01 KEBUN BELIMBINGYulia Pujiastuti, Sunar Samad, Triani Adam, Rosdah Thalib dan Effendy TA. 451

PENGARUH KONSENTRASI OAN FREKUENSI APLIKASI DELTAMETRINTERHAOAP RESURJENSI NILAPARVATA LUGENSRatna, Y., Trisyono, Y.A., Untung, K., Wiljaksono) dan O. Indradewa 464

KEEFEKTIFAN INSEKTISIOA NABATI MENTHA (Mentha arvensis)TERHAOAP ULAT GRAYAK (Spodoptera litura)Warsi Rahmat Atmadja dan Agus Ismanto........................................................ 471

PENYEBARAN Zeuzera conferta Walker (Cossidae: Lepidoptera) SERANGGAPENGGEREK SATANG GAHARU 01 SUMATERA BARATNovri Nelly, dan Benni Satria 476

PENGENDALIAN Plutella xylostelJa DENGAN INSEKTISIOA NABATINILAM, CENGKrH DAN SERAI WANGI PADA TANAMAN KOLWarsi Rahmat Atmadja dan Agus Ismanto 485

MECHANISM OF SOYBEAN RESISTANCE TO Ophiomyia PhaseoliTryonBasuki . 495

STUDI PENGARUH APLIKASI ABU BAGAS TERHADAP HAMAPENGGEREK PUCUK TEBU Scirpophaga nivella intacta Snellen (Lepidoptera:Pyralidae)Saefudin dan Sunaryo ,. 505

EKSPLORASI DAN POTENSI MUSUH ALAMI UNTUK PENGENOALIANBemisia tabaci (Gennadius) (HEMIPTERA: ALEYRODIDAE) SEBAGAIVEKTOR VIRUS KUNING PADA PERTANAMAN CABAl MERAHUdiarto Bagus K., Purnama Hidayat, Wiw;n Setiawati dan RR Rini Murtiningsih .. 515

PENGARUH METHYL EUGENOL TERHADAP KEBUGARAN LALATBUAH JANTANWiljaksono, Kiki Yolanda dan Suputa , , '.' 335

COMPOSITION OF AQUATIC INSECTS FROM PETANI UPSTREAMNORTH SUMATERAAmelia Zulianti Siregar dan Ternala A. Barus 348

KUTU DAUN EKSOTIK, Lipalphis erysimi : PERKEMBANGAN POPULASIDAN SERANGANNYA 01 EKOSISTEM SAYURAN SUMATERA SELATANSiti Herlinda, Cheppy Wati, Chandra Irsan dan Yulia Pujiastuti 554

xi

Page 7: I UBelajar masa lalu;d-an inembangun masa depan'-~~~~~

Seminar Nasional Peringatan 40th PEl, Yogyakarta 1-2 Oktober 2010

PENGGUNAAN FEROMON SINTETIK UNTUK MONITORING POPULASISpodoptera exiguaWitjaksono, Heru Rizki Tanjung dan Y. Andi Trisyono '" 566

PENGARUHKEPADATANPOPULASINILAPARVATALUGENS STALTERHADAP AKTIVITAS 1v1EMANGSA PREDATOR

"Hairil Anwar dan Agus Sutanto 00 '" 00' ••• ••• 575

un KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS KACANG TANAH (A. hypogea)TERHADAP SERANGAN lJLAT PENGGULUNG DAUN

Hairil Anwar dan Subiharta ~ 0 •••••••••••••••••••••••••••• 0 • • • • •• 582

FITING BLACK ANT IRlDOMYRMEJ{MYRMECOIDIAE AND RED ANT

Soeprapto Mangoendihardjo .. , 0 ••••••••••••••••••••••••••••••••••••••• 0 • • • • • • • • • • • 592

MEMAHAl'AI IKLIM: INTEGRASI PHT DALAlVI SEKOLAH LAPANGAN IKLIM(SLI)Yoeke Kusumayanti I, Esti Anantasari2

, Anjal Anie Asmara '" ... '" ... '" ... '" ... ... 598

PENGARUH PERUBAHAN IKLIM GLOBAL TERHADAP HAMA KUTU KEBUL(Bemisia tabaci Gennadius) DAN CARA PENANGGlJLANGANNYA

Marwoto dan Alfi Inayati 0 0 0. 0 000000.... 604

xii

Page 8: I UBelajar masa lalu;d-an inembangun masa depan'-~~~~~

Seminar Nasional Peringatan 40'" PEl, Yogyakarta 1-2 Oktober 2010

sc~ INSIDEN CENDAWAN ENTHOMOl'THORALES PADA KUTU PUTffi PEPAYA,ParfJCoccus marginatus Williams & Granara de Willink (HEMIPTERA :

PSEUDOCOCCTDAE) PADA PERTANAMAN PEPAYA DI BOCOR

Yona Shylena dan Ruly AnwarDepartemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, IPB

ABSTRAK

Penelitian tentang insiden cendawan Entomophthorales pada hltu putih pepaya, P.marginalus dilakukan pada pertanaman pcpaya di Kecamatan Sukaraja dan KecarnatanRancabungur, Kabupaten Bogor. Tujuan dan penelitian ini adalah untuk mengetahuiperkembangan infeksi cendawan tersebut di lapangan. Populasi dan luas serangan P.morginallls dan persentase infeksi cendawan terhadap hama pUlih tersebut diamati di dualokasi secara periodik 2 minggu sekali, mulai tanggal4 Maret samai 27 Mei 2010.

Populasi dan luas serangan P /llCilgillallls berbecla nyata anlar lokasi dan antar\Va~1u pengamatan (F=94.47, db=30, p= <.0001 untuk populasi dan F=50.32, db 30,p=O<.OOO I untuk luas serangan). Populasi dan luas serangan P. l17argil1alus mencapaipllncaknya pada tanggal 29 April 2010. Kutu putih lebih rendah pacla pertanaman pepayayang terawat dibandingkan dengan kebun yang tidak terawat. Tingkat infeksi cendawanpada kutu putih pepaya bervariasi antar kebun dan antar waktu pengamatan (F= 18.61, db=30, P <.0001). Tingkat infeksi meningkat dengan meningkatnya populasi dan infeksimencapai puncaknya pada tanggal 29 April di Sukaraja dan tanggal 13 Mei 2010 diRancabungur. Dari hasil pengamatan di lapang dapat disimpulkan bahwa kutu putihpepaya di lapangan dapat clikendalikan secara alamiah dengan cendawanEntomophthorales.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kutu putih pepaya, Paracocclls /lin/gina Ills Williams ancl Granara de Willink

(Hemipterrl: Pseudococcidae) pertama ka!! di!aporkaf! berasa! dari ·.vi!a)'3h i'~eotropik di

Belize, Kosta Rika, Guatemala, clan Meksiko (Williams and Granara de Willink 1992).

KlllU tersebut masuk ke Kepulauan Karibia pada awal tahun 1990 clan pada tahun 1998

dilaporkan pertama kali masuk ke Amerika Serikat pada tanaman kembang sepatu di

Florida (Miller & Miller 2002). Kutu putih pepaya mempakan serangga polifag dan

menjadi hama pada beberapa komoditas buah-buahan tropis, sayur-sayuran, dan tanarnan

hias (Miller & Miller 2002). Cakupan inang melipuli Carica papoWI (pepaya), Citrus spp.

333

Page 9: I UBelajar masa lalu;d-an inembangun masa depan'-~~~~~

Seminar Nasional Peringatan 40th PEl, Yogyakarta 1-2 Oktober 2010

(jeruk), Persea Americana (alpukat), Solanum melongena (terong), Hibiscus spp (kemban!

sepatu), Plumeria spp. (buah plum), dan Acalypha spp. (acalypha) (Miller and Mill~

2002).

Di daerah asalnya, P. marginatlls tidak menjadi masalah yang serius karena terdapat

mtt-suh alami endemik di daerah tersebut (Amarasekare et £11. 2008). Di wilayah Asia

Tenggara, serangga tersebut diketahui keberadaannya pertama kali pada bulan Mei 2008~

pertanaman pepaya Kebun Raya Bogor oleh tim IPM CRSP (Muniappan et al 2008~

Direktorat Jendral Hortikultura (2008) melaporkan bahv;a kutu putih pepaya telah

terdeteksi di Kabupaten dan Kota Bogor, Kabupaten Sukabumi, serta di Kota Depok Parla

tahun yang sama, pertanaman pepaya di Kecamatan Sukaraja dan Rancabungur, Kabupalen

gogor terserang P. marginatl/s yang menyebabkan kehilangan hasil cukup besar.

Meskipun demikian, populasi kutu putih pepaya di lapang, terutama di daerah Boooro

ditemukan berwarna kehitaman. Dugaan sementara adalah P. marginalus terinfeksi oleh

cendawan entomopatogen dari ordo Entomophthoralcs. Sejauh ini belum ada laporan yang

menyebutkan bahwa kutu putih pepaya terinfeksi oleh cendawan, baik di daerah asal kVtu

putih pepaya tersebut maupun di Indonesia. Beberapa penelitian melaporkan bahwa

cendawan Entomophthorales mampu mengendalikan populasi serangga hama dan tungil1L

Junior et £11. (1997) melaporkan Neozygiles fl/mosa (Speare) Remaudie're & Kell~

(Zygomycetes: Entomophthorales) ditemukan sebagai patogen dari kutu putih singkon&

Phenacoccl/s herrelli Cox & Williams (Hemiptera: Pseudococcidae) di Brazil. Tingkat

infeksi cendawan yang ditemukan di daerah Cruz das Almas, Brazil tersebut mencapai 9,1

64,6%. Pada saat ilU, stcdia cendawan yang berhasil diidentifikasi adalah hyphal bailie!

Selain itu, cendawan ini juga ditemukan menginfeksi Planococcus cilri yang merupakan

ham~ tanaman jeruk di Florida dan sebagai musuh alami yang efektif bagi f'hellococeuJ

malliholi pada tanaman singkong di Kongo. Namun demikian, belum ada laporan yang

menyebutkan bahwa cendawan EntomojJhthorales mampu mengcndalikan kutu ptrt~

pepaya di lapang.

334

p

p.

Te

yail

Kat

Prot

dilal

Met,

Lok:

yaitu

Kabu

Pener

garis :

lanam,

lanama

sehino(""

Pengan

ligakal

Page 10: I UBelajar masa lalu;d-an inembangun masa depan'-~~~~~

Seminar Nasional Peringatan 40'" PEl, Yogyakarta 1-2 Oktober 2010

Tujuan Penelitian

mlt-"I Mengetahui potensi alami cendawan Entomophthorales dalam mengendalikan kutu

Mill~ plltih pepaya, P. margina//ls pada pertanaman pepaya di Bogor.

:rdapa

lA%OOg

20011

te~

Ipal

Bog~

i olrh

yang

ngau.

(e1l5

kong

ngka!

i9,J-

Jdies.

JCcus

putih

Manfaat PeneHtian

Memberikan informasi yang terkait dengan pengendalian alamiah kutu putih pepaya,

P. margina/lis di lapangan.

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitiau

Penelitian dilakukan pada pertanaman pep"ya y"ng terletak di dua tempat berbeda,

yaitu Desa Nagrak, Kecamatan Sukaraja dan Desa 8anta~aya, Kecamatan Rancabungur,

Kabupaten Bogar. ldentifikasi dilakukan di LaboralOrium Patologi Serangga Departemen

Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Penanian Bogar. Kegiatan penelitian

dilaksanakan mulai Maret 20 I0 sampai Juni 20 IO.

Metode Penelitian

Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan pada pertanaman pepaya yang terletak di dua tempat bcrbeda,

yaitu Desa Nagrak, Kecamalan Sukaraja dan Desa Banta~aya, Kecamatan Rancabungur.

Kabllpaten Bogar.

Penenluan Petak Tanaman dan Tanama:! Sam pel

Satu lahan tanaman pepaya e1ibagi ke dalam em pat pial Masing-masing pial dilarik

garis secara diagonal ~i1ang untuk kemudian ditemukan secara sistematis sebanyak 20·

tanaman sampel, sehingga total tanaman sampel setiaap lokasiyang c1iamati adalah 80

!anaman. Tanaman sam pel yang telah ditelllukan kemudian dilandai dengan tali rafia

sehingga pada pengamalan berikutnya tanaman sampel lersebul yang akan diamati.

Pengamatan P. marginaills dilakukan sebanyak en<lm ka!i (tiga kali di musirn hujan dan

tiga kali eli musim kemarau).

335

Page 11: I UBelajar masa lalu;d-an inembangun masa depan'-~~~~~

Seminar Nasional Peringatan 40th PEl, Yogyakarta 1-2 Oktober 2010

Ti

Pcmbuatan dan Pengoleksian Preparat ParacocclIs marginotlls

Kutu putih pepaya yang diperoleh dari lapang dimasukkan ke dalam alkohol 70%

dibawa ke laboratorium untuk pemeriksaan lebih lanjut. Sampel I"Jtu putih dibuat prep

dengan jumlah sepuluh kutu putih per preparat yang ditata secara diagonal dengan. u

l-"Utu putih yang relatif sarna. Pewarna yang diberikan adalah !actopbeJlo!-cOllol1 b

Setelah I,:utu putih ditutup dengan kaca penutup, tubuh kutu putih sedikit ditekan u

mempermudah pengamatan. Preparat diberi label yang berisi lokasi pengambilan tana

sampel, tanggal pengambilan sampel, waktu pengamatan (hujan atau kemarau). JUmhli

koleksi preparat kutu putih pepaya dari Kecamatan Sukaraja dan Rancabungur adalah 2il

preparat dengan waktu pengoleksian preparat pada tanggal 4 Maret, 18 Maret, J April,29

April, 13 Mei, dan 27 Mei 2010.

Jdclltifikasi Stadia Cendawan Entomophthoralcs

Preparat kutu putih pepaya diamati di laboratorium dengan Illenggunakan mikroskOi

cahaya untuk diidentifikasi stadia cendawan Entomophthorales yang ada pada Irutu

tersebut. Kutu putih pepaya diklasifikasi ke dalam satu dari enam kategori menun.!

Steinkraus et at. (1995), yaitu kutu yang: (1) sehat, (2) terserang secondary conidio YaDf,

menyerang tungkai, antena, atau tubuh kutu putih pepaya, (3) terserang hypha! bodies, {

lerserang konidiofor dan primmy conidia, (5) terserang resling spores, dan (6) terserang

saprophytic fungi.

Populasi dan Lllas Scrangan P. marginotlls

Jumlah P. marginaiils per daun lallalllan sampei diamati pada dua iokasi uniUk

setiap pengalllatan. Luas serangannya pada tanaman pepaya dihilung dengan menggunakln

rllll1Us:

de

Ar

{hI

Sia

der

HA

Ka

Lal

Bar

1.81

tam

Bet

mer

Pad

Sel,

dap.

Luas Serangan (%) =

L tanaman yang lerserang

L tanaman sampel

336

x 100%mer

cent

pert

Page 12: I UBelajar masa lalu;d-an inembangun masa depan'-~~~~~

ukuraa

'II b~

] unl>t

.nilillcl

JUm!IJ

lah 2il

pri~ 29

Iosk

a klIDJ

~ yang

'es, (4)

Seminar Nasional Peringatan 40'" PEl, Yogyakarta 1-2 Oktober 2010

Tingkat .Infeksi Cendawan Entomophthoralcs

Tingkat infeksi eendawan Entomophthorales pada P. lIIal'ginafus di lapang dihitung

dengan menggunakan rumus:

2: kuru putih pepaya terinfeksiTingkat Infeksi (%) = ------------------------------------------- x 100%

2: populasi sampel kutu putih pepaya

Analisis Data

Raneangan penelitian menggunakan aeak split plot yang terdiri atas empat plot

(blok), dua lokasi (Sukaraja dan Raneabungur), enam wah'lu (3 musim hujan dan 3

kemarau), dan tiga respon (populasi P. mal'ginatlls, luas serangan P. marginallls, dan

tingkat infeksi Cendawan Entomophthorales). Data diolah dengan menggunakan Program

Slalislical Analysis SYSlelll (SAS) versi 9.1 2004. Perbandingan nilai tengah dilal-.'ukan

dengan uji DMRT (Duncan's Mulliple Range Test) pada tarafnyata 5%.

HAS.IL DAN fEMBAHASAN

Karaktcristik dan Kcadaan Lahan Pcnclitian

Lahan Pcpaya di Kccamatan Snkaraja

Varietas pepaya yang ditanam di Desa Nagrak, Keeamatan Sukaraja adalah pepaya

Bangkok. Lahan pepaya berada pada ketinggian lebih kurang 243 m dpl. Luas lahan sekitar

1.800 m2 dengan jarak tanam 270 em x 170 em dan populasi pepaya sebanyak 300

untuk

tanaman. Pada saat pengamatan, tanaman pepaya sedang memasuki fase pembungaan.

Beberapa tek"ik budidaya yang dilakukan petani pada awal penanaman pepaya adalah

memberikan pupuk kandang yang merupakan kOloran kambing dengan dosis 5 kgltanaman.

Pada umur 7 bulan. tanaman pepaya diberikan pupuk kandang sebanyak 30 kgltanaman.

Sclain pupek kandang, diberikan juga pupuk NPK sebanyak 50 kg/300 tanaman. Pepaya

dapat dipanen seteJah berumur 12 bulan.

Menurut informasi yang diperoleh dari petani pemilik lahan, penyakit yang paling

merugikan pada tanaman pepaya di daerah ini adalah penyakit yang disebabkan oleh

cendawan. Diduga penyakit ini adalah busuk buah pepaya. Hama yang paling merusak

pertanaman pepaya adalah kUlu putih pepaya (I'. lIIal'ginatus) dan beberapa daun menjadi, I

337

Page 13: I UBelajar masa lalu;d-an inembangun masa depan'-~~~~~

Seminar Nasional Peringatan 40'h PEl, Yogyakarta 1-2 Oktober 2010

berbahan aktifmankozeb,propineb, dan melidmion.

keriting yang diduga disebabkan oleh hama Thrips sp. Pengendalian hama dan peny

diJak-ukan oleh petani pemilik lahan dengan menggunakan beberapa pestisidaYilij

2

u

ra

Lahan Pepaya di Kecamatan Rancabungur di

Varietas pepaya yang ditanam di Desa Bantarjaya, Keeamatan Raneabungur ada!an m

pepaya Bangkok. Lahan pepaya berada pada ketinggian lebih kurang 201 m dpl. Luas lahaa 10'

sekitar 1.600 m2 dengan jarak tanam 250 em x 250 em dan populasi pepaya sebanyak 2i se

tanaman. Sebelum menanarn pepaya, petani pernilik lahan pernah rnenanarn bengkuang su

Tanarnan pepaya yang ditanam saat ini rnerupakan turnpangsari dengan tanaman teron~ an

Teknik budidaya yang dilak-ukan pada awal penanarnan adalah rnernberikan pUpui mt

kandang, yaitu kotoran kambing yang dicarnpur pupuk organik dengan dosis 5 kgltanarnan. yal

Setelah itu, ketika tanarnan bell.lmur 15 hari diberikan pupuk organik, TSP, KCI, dan ZA. ad,

Pada saar pengarnatan, umur pepaya adalah 3 tahun 6 bulan. Dalarn satu bulan, pepa)~

dapat dipanen sebanyak tiga kali. Tanaman pepaya dapat dipanen setelah berumur 9,12 POI

bulan.

Menurut informasi yang diperoleh, penyakit yang paling rnerugikan pada tanaman

pepaya di daerah ini adalah penyakit yang disebabkan oleh cendawan, diduga penyakit ini

adalah busuk buah pepaya. Sernentara itu, hama yang paling rnerusak adalah kutu putih

pepaya (P. marginallls) dan beberapa daun rnenjadi keriting yang diduga disebabkan oleb

hama Thrips sp.

Kcadaan Lingkungan Lahan Pcnclitian

Menull.lt Badan Meteorologi KlimalOlogi dan Geofisika (BMKG) Bugor, pada bulan

I'vlaret 2010, rata-rata suhu rninimum lingkungan adalah 24,8°C sedangkan rata-rata suhu

maksimurn lingkungan adalah 27°C dengan rata-rata kelernbaban udara minimum adalab

82% dan rala-rata kelembaban udara maksirnllrn adalah 91%. Pada bulan April 2010, rata­

rata suhu minimum linokunoan adalah ?55°C sedanokan rata-rata suhll maksimum::;,;::) - , ;:,

lingkungan adalah 28, I°C dengan rata-rata kelernbaban udara minimum adalah 73% dan

rata-rata kelembaban udara maksimum adalah 87%. Pada bulan Mei 2010, rata-rata su!nJ

minimurn lingk-ungan adalah 25°C sedangkan rata-rata suhu maksimllm lingkungan adalab

338

wal

10k;

yaii

Mel

dael

pert

terli

sedi

tang

POPl

peng

Hal

POp~

Page 14: I UBelajar masa lalu;d-an inembangun masa depan'-~~~~~

Seminar Nasional Peringatan 40'" PEl, Yogyakarta 1-2 Oktober 2010

ada!<h

sI~

ak 211

tcrong

pUIlJi

mZA

tcpa}_

r 9·12

taman

kit ini

pulili

1 olen

bulan

sulnJ

1alah

rata-

mum

,dan

suhu

lalab

280C dengan rata-rata kelembaban udara minimum adalah 76% dan rata-rata kelembaban

udara maksi mum adalah 97%.

Data dan BMKG Bogor juga memperlihatkan bahwa intensitas curah hujan harian

rata-rata pada bulan Maret 20 10 di Kecamatan Sukaraja adalah 26,38 mm/hari, sedangkan

di Kecamatan Rancabungur sebesar 19,64 mm/hari. Pada bulan April 20 I 0 yang

merupakan masa transisi atau peralihan dari musim hujan ke musim kemarau mempunyai

intensitas curah hujan harian rata-rata sebesar 13,25 mm/hari di Kecamatan Sukaraja,

sedangkan di Kecamatan Rancabungur sebesar 18,00 mm/hari. Bulan Mei 2010 seharusnya

sudah memasuki musim kemarau. Namun, karena wilayah Bogor tidak ada perbedaan

3ntara musim hujan dan kemarau, jadi tidak terlihat kalau sebenarnya sudah memasuki

musim kemarau sehingga terkadang pada bul~n ini hujan turun namun dengan intensitas

yang tidak terlalu tinggi. Intensitas cur<:h hujan harian rata-rata di Kecamatan Sukaraja

adalah 20,33 mm/hari, sedangkan di Kecamatan Rancabungur sebesar 24,00 mm/hari.

Populasi P. l/l(Jrgill(JIIlS

Jumlah P. mGlgillal/ls per daun pepaya berbeda secara nyata antar lokasi dan antar

waktu pengamatan (F = 94.47, db =30, dan p = <.0001). Jumlah Inltu putih pepaya di dua

lokasi tersebut tercantum pada Tabel I. Pada awal pengamatan di Kecamatan Sukaraja,

yaitu tanggal 4 Maret 20 I 0 tidak ditemukan P. margillallis pada pertanaman pepaya.

Menurut petani pemilik lahan, hujan turun dengan deras satu hari sebelum pengamatan di

daerah tersebul. Fak10r lain adalah baru dilakukan penyemprotan insektisida terhadap

pertanaman pepaya sehingga tidak ditelllukan 1'. margilk1//IS. Kutu putih pepaya mulai

lcrlihat pada pengamatan kedua, yaitll tanggal 18 Maret 2010 walaupun jumlahnya masih

scdikil. Pacta langgal I April, 13 Mei, dan 27 Mei 20 I0 di Kecamatan Sukaraja sena

tanggal 4 Maret, 18 Maret, dan I April 20 I0 di K~camatan Rancabungur memperlihatkan

populasi P. Margilla/lls yang tidak berbeda nyata. Hasil yang berbeda nyata terlihat pad~

pcngamatan amara tanggal29 April, 13 Mei. dan 27 Mei 2010 di Kecamatan Rancabungur.

Hal ini dikarenakan pada tanggal 29 April 2010 merupakan awal mllsim kemarau dimana

populasi P. MargillQIIiS meningkat sangat tajam di Kecamatan Rancabungur. Kondisi ini

scsuai dengan sifa! 1'. /IIwgilla/lis yang sangat aktif pada cuaca hangat dan kering. Jumlah

339

Page 15: I UBelajar masa lalu;d-an inembangun masa depan'-~~~~~

Seminar Nasional Peringatan 40th PEl, Yogyakarta 1-2 Oktober 2010

Kecamatan Rancabungur.

P. marginCi/1/s kemudian mengalami sedikit penurunan pada tangoal 13 Mei da 2'" n 7M'

2010, dikarenakan terkadang hujan masih turun namun denoan intensitas yano r d Q'" ",enah~

Hasil yang diperoleh selama enam kali pengamatan memperlihatkan ba!nl. t

populasi P. marginCltlis di Kecamatan Rancabungur lebih berlimpah dibandingkan den s

Kecamatan Sukaraja. Fal.:tor yang menyebabakan perbedaan ini adalah kondisi lingkullgao p

dan teknik budidaya yang dilalcukan oleh masing-masing petani pemilik lahan berbeda. d

Pada pertanaman pepaya di Kecamatan Sukaraja, petani pemilik lahan melakukan Y,,

penyemprotan insektisida terhadap hama pepaya dengan frekuensi satu minggu sekaIl If

Selain itu juga dilakukan pembersihan gulma setiap minggu, serta jarak tanam tidak terl~, 11/

dekat dan beraturan. Berbeda dengan Kecamatan Sukaraja, kondisi lingkungan pertanaman m

pepaya di Kecamatan Rancabungur sangat tidak terawal. Petani pemilik lahan tidak per.uh pI

melakukan pengendalian dengan insektisida. Tanaman pepaya yang terserang hama kutu JU

putih dibiarkan begitu saja. Petan; juga jarang l11embersihkan gulma dan tanaman pepaya na

tumbuh secara lidak teratur dalam satu bedengan.IE

Tabel 1 Populasi P. l1Iarginatlis di Kecamatan Sukaraja dan Rancabungur pada enam k~;

pengamatan tahun 20 I 0(jumlahldaun)

Lokasi Wllktu --!!4 Marel 18 Marci I April 29 April 13Mei 27 Mei AnSukarnja O.OO±O.OOa 25.00±5.77b 42.50±5.00c 62.50±5.0Od 45.OG±5.77c 37.50±9.57c

Rancabun 40.00±O.OOc 42.50±5.00c 45.00±5.77< I37.50±5.00e 87.50±5.00f 80.00±O.OOggllf Id(

Angka yang diikuli oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf nyata a 5%

Luas Scrangan P. marxillatlls ada

Luas serangan P. mwginaills di Kecamatan Sukaraja berbeda nyata dengan Iual Kel

serangan di Kecamatan Rancabungur selama enam kali pengamatan (F = 50.32, db ~JO, diko

dan P = <.000 I). Luas serangan berbanding lurus dengan jumlah P. l1Iarginatus. oreh dila

karena itu, hasil yang diperoleh antara luas serangan dengan jumlah P. l1IC1rginalliS terlih~ Kc(

hampir sama. Pada pengamatan penama dl Kecamatan Sukaraja, yaitu tanggal 4 Maret yan

20 I0 tidak ditemukan P. margi/lalliS sehingga luas serangannya DOl. Pengamatan kedu~

340

Page 16: I UBelajar masa lalu;d-an inembangun masa depan'-~~~~~

341

label 2 Luas serangan P. morgillolliS di Kecamatan Sukaraja dan Rancabungur pada enamkali pengamatan tahun 2010 (%)

Lobsi WaJ.,1u-l ~Iarct 18 Marct I.-'prj! 29 April 13 ~ki 2711.'lei

Sub.r::aja 0.00±0.003 8.3l±1.71b 14.IO±L60cd '20.85:d.55..: 14.38±2.29cd 12.47±2.95cRancabuugur 1".48±O.77~d 15.42±2.34cd IG.37±2.93d 40.30±3.531.: JI.70±2.87f 28.96±1.55f

Angka yang diikuti oleh huruf yang sarna tidak berbeda nyata pada taraf nyata 0.=5%

Seminar Nasional Peringatan 40'h PEl, Yogyakarta 1-2 Oktober 2010•

yaitu tanggal 18 Maret 20 I0, luas serangan P. margillallis terlihat masih rendah karena P.

morgillalUS yang ditemukan hanya sedikit. Tanggal I April dan 13 Mei 2010 di Kecamatan

sukaraja serta tanggal 4 Maret dan 18 Maret 20 I0 di Kecamatan Rancabungur

memperlihatkan luas serangan P. margillollis yang tidak berbeda nyata. Hasil yang sedikit

berbeda nyata terlihat pada pengamatan tanggal I April 20 I0 dengan peogamatan

sebelumnya, yaitu tanggal 18 Maret 2010 di Kecamatan Rancabungur. Begitu juga

pengamatan pada tanggal 27 Mei 2010 memperlihatkan hasil yang sedikit berbeda nyata

dengan pengamatan sebelumnya, yaitu tanggal 13 Mei 20 I0 di Kecamatan Sukaraja. HasiJ

yang sangat berbeda nyata terlihat pada tanggal 29 April 20 I0 di Kecamatan Sukaraja. Hal

ini dikarcnakan saat ter.>ebut merupakan awal musim kemarau dimana populasi P.

morgiuollis berlimpah. Pada tanggal 13 Mei dan 27 Mei 2010 di Kecamatan Rancabungur,

memperlihatkan luas serangan P. morgiuolliS yang tidak berbeda nyata. Akan tetapi, pada

pengamatan tanggal 29 April 2010 di Kecamatan Rancabungur memperlihatkan hasil yang

juga sangal berbeda nyata sama seperti pada tanggal 29 April 20 JOdi Kecamatan Sukaraja,

nanul1l populasinya lebih berlimpah di Kecamatan Rancabungur.

Identifikasi Stadia Ccndawan Entomophthoralcs

Jurnlah koleksi preparat P margillallls yang diperoleh dari Kecalllatan Sukaraja

adalah 85 preparat, sedangkan jumlah koleksi preporat P. margillollls yang diperoleh dari

Kecalllatan Rancabungur adalah i 73 preparat sehingga total preparat yang telah

dikllrnpulkan adalah 258 preparat. Idemifikasi Cendawan Emomophthorales yang telah

dilakukan terhadap preparat P. mmgillollls melllperlihatkan bahwa selama pengamatan di

Kecalllatan SlIkaraja ditemukan stadia hyphal bodies dan reslil1g spores. Hyphal bodies

yang diamati berbentuk bola atau bulat berukuran kecil dan jumlahnya banyak. Menurut

Page 17: I UBelajar masa lalu;d-an inembangun masa depan'-~~~~~

Seminar Nasional Peringatan 40'h PEl, Yogyakarta 1-2 Oktober 2010

k

k

tE

ti

n

I

n

A

21

K

R

d

K

m

ta

Ie

Feng el at. (1992), masing-masing genus Cendawan Entomophthorales mempunyai ben

hypha! bodies yang spesifik dan berbeda satu dengan yang lain. Cendawan g ,en

Neozygiles mempunyai bentuk bulat atau bola. Bentuk hypha! bodies merupakan .

penting dalam penggolongan Cendawan Entomophthorales. Sementara itu, resting spo~

yang berhasil diamati berbentuk elips dan berwarna coklat gelap. Menurut Keller (1997)j

stadia resting spores secara spesifik hanya dapat ditemukan pada genus Neozygites. Resting

spores pada Neozygiles berwarna cokJat gelap menuju hitam, berbentuk bola atau elip\

berstruktur halus, dan mempunyai dua asam nukleat.

Stadia Cendawan Entomophthorales yang berhasil diamati di Kecamatan

Rancabungur adalah secondmy conidia dan hyphal bodies. Secondmy conidia yang diamati

mempunyai bentuk menyerupai elips, namun pada bagian ujung terdapat tempat dim

primmy conidia dihasilkan. MenunJt Ben-Ze'ev dan Kenneth (1982), secondmy cOllidia

dibagi ke dalarn lima tipe. Tipe 1: secondary conidia dihasilkan satu per satu kemudian

dikeluurkar. yang selanjutnya akan muncul di atas primmy conidia. Tipe ini dibagi la~

menjadi dua, yaitu Tipe la mempunyai bentuk yang sarna dengan primary conidia, dimili~

oleh hampir semua jenis Cendawan Entomophthorales. Tipe lb mempunyai bentuk yang

berbeda dengan primmy conidia, dimiliki oleh Erynia, Furia, Pmldora, dan beberapa

Entomophaga (Keller & Eilenberg 1993) Tipe II disebut capilficonidia, dihasilkan satu PI!

satu, berbentuk menyerupai elips, dan pada uagian ujung terdapat pipa kapiler tempw

dihasilkannya primmy conidia Tipe ini ditemukan pada Zoophthora, Neozygit.,

Orlhomyces, dan Eryniopsis lampyridal1lm. Tipe 111 dikenal dengan microcollidi~

bentuknya menyel1lpai konidia primer tetapi lebih kecil, ditemukan pada COl1idiobo{l/J,

Tipe IV disebut microspores. Tipe 1m tidak ditemukan pada jenis cendawan

entomopatogen. Ilpe v dlKenai dengan istiiah aqualic secondmy conidia, lelra-radial,

propagu!cs, lelra-radialt1 conidia, branched, slellale atau coronale conidia, ditemukant kpada Etynia yang berasosiasi dengan air (Desc?ls & Webster 1984). Berdasarkan ben u

stadia Cendawan Entomophthorales yang berhasil diamati, diduga CendawaJI

Entomophthorales yang menginfeksi kutu putih pepaya merupakan anggota genUl

Neozygiles.

342

Page 18: I UBelajar masa lalu;d-an inembangun masa depan'-~~~~~

an citi

Sf10teJ

)997),

lestilrg

I eliJ!l.

Seminar Nasional Peringatan 40th PEl, Yogyakarta 1-2 Oktober 2010

Tingkat lnfeksi Cendawan Entomophthorales

Gambar 1 Stadia h;phal bodies Gambar 2 Stadia .secondary conidia Gambar 3 Stadia resting spores

lallllti

limall!

onidia

ludian

li la~

miliij

yang

ler.Ipl

tu per

emp~

'gilel,

I/idi~

lob/!.

awan

.Jiall

~nruk

awan

~enuS

Tingkat infeksi Cendawan Entomophthorales di Kecamatan Sukaraja dan Kecamatan

Rancabungur selama enam kali pengamatan memperlihatkan hasil yang berbeda oyata (F =

18.61, db =30, dan P = <.000 I). Tingkat ir.feksi Cendawan Entomophthorales terhadap P.

mQrginQlliS memperlihatkan hasil yang tidak berbeda nyata pada pengamatan pertama dan

ketiga di Kecamatan Sukaraja, yailu langgal 4 Maret dan 1 April 2010 serta pengamatan

ketiga di Kecamatan Rancabungur, yaitu tanggal 1 April 2010. Pengamatar: yang juga

memperlihatkan hasil yang tidak berbeda nyata terlihat pada tanggal 18 Maret 2010 di

Kecamatan Sukaraja dengan tanggal 18 Maret dan 29 April 2010 di Kecamatan

Rancabungur. Pada pengamatan tanggal 13 Mei 2010, terlihat hasil yang berbeda nyata

dengan pengamatan sebelumnya di Kecamatan Sukaraja. Tanggal 29 April 2010 di

Kecamatan Sukaraja memperlihatkan hasil yang tidak berbeda nyata dengan pengamatan

tanggal 13 Mei 2010 di Kecamatan Rancabungur. Hasil yang tidak berbeda nyata terhadap

tingkat infeksi Cendawan Entomophthorales juga terlihat pada pengamatan tanggal 27 Mei

2010 di Kecamatan Sukaraja dengan tanggal 4 Maret 2010 di Kecamatan Rancabungur.

Akan letapi, terdapat hasil yallg memperlihalkan sangat berbeda nyata, yaitu pada

pengamatan tanggal 27 Mei 2010 di Kecamalan Rancabungur. /-lal ini dikarenakan pada

tanggal tersebut jumlah P. marginQlliS yang terinfeksi oleh Cendawan Entomophthorales

lebih banyak dibandingkan dengan pengamatan sebelumnya.

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan di lapang dan di laboratorium, P.

mQrginallis yang lebih banyak diinfeksi oleh Cendawan Entomophthorales ditemukan di

Kecamatan RancabunguI. Faktor yang menyebabkan terjadinya hal tersebut adalah populasi

343

Page 19: I UBelajar masa lalu;d-an inembangun masa depan'-~~~~~

Seminar Nasional Peringatan 40th PEl, Yogyakarta 1-2 Oktober 2010

P. margina/lis lebih banyak di Kecamatan Rancabungur dibandingkan

Kecamatan Sukaraja serta kondisi Jinglmngan pertanaman pepaya di

Rancabangur sangat mendukung pertumbuhan dan perkembangan, baik P.

maupun Cendawan Entomophthorales.

denganad.

KecarnalaiEn

memarginallJJ

daJ

sel

Tabel 3 Tingkat infeksi Cendawan Entomophthorales di Kecamatan Sukaraja danRancabungur pada enam kali pengamatan tahun 2010 (%)

Suk:lTaja 0.00:::0.003 3.75±4.79ab 0.63:1:1.253 42.26±5.55d 26.63±17.J3c 15.83±.H.Q:.:Rancabungur I5.01h:8. I6bc 6.75±3.50ab 0.50:1.00'1 11.28±1).97ab 48.13±7.38d 65.94ill.9'..:

Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyara pada taraf nyata a;5%

Lobsi \Vaklu4M3.f~1 ISi\laret lAnl 29Aril l)M~i 27Mci

let

k1i

dil

Berdasarkan gr3fik yang diperoleh (Gambar 4), tingkat infeksi CendaWln

Entomophthorales terhadap P. margina/lls tertinggi terlihat pada pengamatan tanggal27

Mei 20 I0 sebanyak 211 P. margina/lis dari total populasi 320 P. margina/lis arau sekitar

65,94% di Kecamatan Rancabungur. Sementara itu, tingkat infeksi Cendawan

Entomophthorales terhadap P. lIIargina/lJs terendah terlihat pada pengamatan tanggall

April 2010 sebanyak satu P. marginatlls dari total populasi 170 P. lIIargina/lls atau sekitar

0,59% di Kecamatan Sukaraja. Stadia yang paling banyak ditemukan pada saat pengamatan

adalah hypha/ bodies. Hal ini dapat dilihat pada pengamatan tanggal 27 Mei 2010 di

Kecamatan Rancabungur. Pada pengamatan tanggal 13 Mei 2010, ditemukan stadia resting

spores yang hanya menginfeksi saru P. lIIG1ginatlis atau sekitar 0,56% di Kecamatan

Sukaraja. Pada tanggal 29 April 2010, ditemukan stadia secondaty conidia yang hany!

menginfeksi saru 1'. lI1G1ginatlis atau sekitar 0.18% di Kecamatan Rancabungur.

KEsrMPULAN D N SARAN

Jumlah kuru pUlih pepaya, P. lIIarginallis paling banyak ditemukan pada

pengamatan langgal 29 April 2010 di Kecamatan Rancabungur. Saat tersebut merupakan

awal masuknya musim kemarau dimana perkembangan kutu putih pepaya menjadi sangaJ

cepat. Luas serang3n kutu putih pepaya berbanding lurus dengan jumlah kuru putih pepaya

di lapang. Kutu putih pepaya yang diduga terinfeksi Cendawan Enlomophthorales akan

mengalami perubahan warna mcnjadi kchilaman. Stadia kutu putih yang berhasil diarnati

344

Kt

0,

AI

Bt

[I

J~

K

K

K

Page 20: I UBelajar masa lalu;d-an inembangun masa depan'-~~~~~

Seminar Nasional Peringatan 40lh PEl, Yogyakarta 1-2 Oktober 2010

~~~

gallJ

sekiw

dawan

l,gal I

;ekitzr

mala;;

'10 di

~sli/lg

mtan

Jan)'

pad2

akiD

.ngat

oaya

Ikan

mal!

adalah hyphal bodies, secondmy conidia, dan resling :.pores. Ciri-ciri stadia Cendawan

Entomophthorales yang berhasil diamati mendekati genus Neozygiles. Cendawan yang

roenginfeksi P. marginalus berpotensi mengendalikan kutu putih pepaya. Hal ini terlihat

dari persentase infeksi Cendawan Entomophthorales terhadap kutu putih pepaya tertinggi

sebesar 65,94% di Kecamatan Rancabungur.

Penelitian stadia Cendawan EntomophthoraJes yang menginfeksi P. marginalllS akan

lebih baik jika dilakukan pada tempat yang memiliki perbedaan letak geografis dan kondisi

k1imatologi, sehingga stadia cendawan yang ditemukan lebih beragam. Sclain itu, perlu

dilaJcukan identifikasi Cendawan EntomophthoraJes sampai tingkat spesies.

Gambar 4 Tingkat infeksi Cendawan Entornopbthorales terhadap P. marginalus di

Kecamatan Sukaraja dan Rancabungur pada enam kali pengamatan tahun 2010 (%)

DAFTAR PUSTAKA

Amarasekare KG, Mlli1nion CM, Osborne LS, Epsky ND. 2008. Lif~ history of ParacocCllsmarginal liS (Hemiptera: Pseudococcidae) on four host plant species under laboratoryconditions. Environmenlal Enlomology 37(3): 630-635.

Ben-Ze'ev IS, Kenneth RG. 1982. Features criteria of taxonomic value in theEntomophthoraJes: A revision of the Batkoan classification. Mycolaxon 14: 393-455.

DescaJs E, Webster J. 1984. Branched aquatic conidia in Erynia and Enlomophlhora sensulato. Transaclions British Mycological Sociely 83: 669-682.

[DUjen Holtikultura] Direktorat Jendral Holtikultura. 20Q8. Waspada serangan kutu putihpada tanaman pepaya. Direktorat JendraJ Hortikultura.http://www.holtikultura.deptan.go.id [6 Jun 2010].

Junior 10, Humber RA, Bento 1MS, Matos AP. 1997. First record of the Entomopathogenicfungus Neozygites jimlOsa on the cassava mealybug Phenacoccus herreni. Journal ojInvertebrate Pathology 69: 276-278.

Keller S. 1991. Arthropod-pathogenic Entomophthorales of Switzerland in Erynia,Erynopsis, Neozygites, Zoophthora, and Tarichium. Sydowia 43: 39-122.

Keller S, Eilenberg J. 1993. Two new species of Entomophthoraceae (Zygomycetes:Entom0phthoral~s) linking the genera Eniomophaga and Eryniopsis. Sydowia 45:264-274.

Keller S. 1997. The genus Neozygites (Zygomycetes: Entomophthorales) with specialreference to species found in tropical regions. Sydowia 49: 118-146.

345

Page 21: I UBelajar masa lalu;d-an inembangun masa depan'-~~~~~

Seminar Nasional Peringatan 40'h PEl, Yogyakarta 1-2 Oktober 2010

Miller DR, Miller GL. 2002. Redescription of ParacocclIS mmginalllS WilliamGranara de Willink (Hemiptera: Pseudococcidae) including descriptions 'osf aimmature stage and adult male. Proceeding Entomologist Society Washington 104.23. 1

Muniappan R, Shepard BM, Watson GW, Carner GR, Sartiami D, Rauf A, Hammig MIl2008. First report of the papaya mealybug, ParacocclIS marginallls (HemiNPseudococcide), in Indonesia and India. Journal ojAgricullure Urban £11l0T/iol25(1): 37-40.

Sagarra LA, Peterkin DD. 1999. Invasion of the Caribbean by the hibiscus mealYbugMaconellicoccus hlrsutus Green (Homoptera: Pseudoccldae). PhyloprOleclion II:103-113.

Steinkraus, D.e., R.G. Hollingsworth, and P.B. Slaymaker. 1995. Prevalence ofNeo::ygiles jresenii (Entomophthorales: Neozygitaceae) on the cotton aphidi(Homoptera: Aphididae) in Arkansas cotton. Environmental Entomology 24: 46~

474.

Williams DJ, Granara de Will ink Me. 1992 Mealybugs oj Central and South America.Wallingford, Oxon, United Kingdom: CAB Intemational.

346

1.,(

1

I

I(

\

\

(

1

I

I(

vv(

1