i. pendahuluan -...
TRANSCRIPT
I. PENDAHULUAN
Salah satu Program sukses Kementerian Pertanian adalah
swasembada beras dan swasembada berkelanjutan. Padi
merupakan komoditas yang diharapkan tercapai swasembada
berkelanjutan. Untuk itu diperlukan ketersediaan benih secara
kontinu. Benih merupakan salah satu faktor yang menentukan
keberhasilan budidaya tanaman yang perannya tidak dapat
digantikan oleh faktor lain. Karena benih sebagai bahan
tanaman dan sebagai pembawa potensi genetik terutama untuk
varietas-varietas unggul. Keunggulan varietas dapat dinikmati
oleh konsumen bila benih yang ditanam bermutu (asli, murni,
vigor, bersih dan sehat).
Benih berperan sebagai penghantar teknologi yang
terkandung dalam potensi genetik varietas kepada petani.
Manfaat keunggulan varietas ini akan terasa oleh produsen padi
dan konsumen beras, bila benih bermutu dan varietas-varietas
tersebut tersedia dan ditanam dalam skala luas. Benih yang
sampai ke tangan petani harus bermutu dalam arti varietas asli
atau benar dan murni agar mencerminkan sifat unggul dari
varietas yang diwakilinya, bersih dan sehat sehingga tidak
menjadi sumber penyebaran gulma dan penyakit di lapangan
(BB. Penelitian Tanaman Padi. 2008).
Walaupun program perbenihan telah berjalan sekitar 30
tahun, tetapi ketersediaaan benih bersertifikat belum mencukupi
2
kebutuhan potensialnya. Ketersediaan benih bersertifikat secara
nasional baru sekitar 35% (Wirawan, et. al. 2002 dalam
www.litbang.deptan.go.id). Peran Puslitbang Tanaman Pangan
untuk mendukung penggunaan benih bermutu dilakukan dengan
menghasilkan varietas unggul baru (VUB), namun di tingkat
pedesaan ketersediaannya masih kurang. Pada saat diperlukan
konsumen (penangkar benih) benih sering tidak tersedia atau
bila tersedia (jumlah) dan mutunya tidak sesuai dengan
preferensi konsumen. Selain itu penangkar benih yang telah ada
masih kurang berfungsi secara optimal sehingga tidak mampu
menyediakan benih berlabel secara kontinyu.
Berdasarkan sasaran program tanaman pangan Provinsi
Bengkulu yang ingin dicapai pada tahun 2010, diketahui bahwa
sasaran luas tanam komoditas padi 131.864. ha (padi sawah
119.674 ha dan padi ladang 12.190 ha (Distan Prov. Bengkulu,
2009).
Untuk pemenuhan sasaran kebutuhan benih dan
percepatan penyebaran VUB padi tahun 2010, pemerintah (pusat
dan daerah) melakukan upaya-upaya yaitu BLBU SL-PTT benih
padi sawah 2010, CBN benih padi ladang 2009 – 2010, BLBU SL-
PTT Kedele 2010, dan CBN dan APBN-P benih jagung, serta
pengembangan kelompok-kelompok penangkar. (Distan Prov.
Bengkulu, 2009).
3
II. PERENCANAAN PRODUKSI PADI
Persiapan yang baik diperlukan untuk memperoleh
pertanaman benih yang baik. Produktivitas dan dan mutu benih
merupakan dua variabel yang sangat menentukan keberhasilan
produksi benih. Perencanaan produksi harus dilakukan beberapa
musim sebelumnya. Kondisi lapangan dan sejarah pertanaman
sebelumnya harus sedemikian rupa agar tidak menimbulkan
masalah terhadap produktivitas dan mutu akibat infeksi penyakit
terbawa benih, infestasi biji gulma atau kontaminasi tipe simpang
(off type) dari tanaman volunter (padi yang tumbuh dari sisa
tanaman atau benih sebelumnya). Perencanaan tersebut
mencakup isolasi (jarak dan waktu, panen, pengolaha,
penyimpanan dan pemasaran.
Hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan produksi
benih meliputi : penanaman dilakukan di lokasi yang tepat pada
musim yang tepat, melindungi tanaman dari cekaman abiotik
(organismen pengganggu tanaman), menghindari cekaman
abiotik selama pertumbuhan (air dan hara) dan panen dilakukan
pada saat yang tepat (terhindar dari deraan hujan,penumpukan
benih pada kadar air tinggi. Campuran Varietas Lain (CPL) dapat
terjadi karena benih sumber telah tercampur, pencampuran fisik
benih atau bibit di persemaian, saat tanam atau saat panen dan
kontaminasi dari tanaman musim sebelumnya.
Penangkar benih dalam memproduksi benih harus
menanam benih satu kelas lebih tinggi dari kelas benih yang
akan diproduksi. Contoh jika penangkar ingin memproduksi benih
sebar maka harus menanam benih pokok, sedangkan bagi petani
yang menanam padi untuk tujuan mendapat gabah konsumsi
(untuk digiling menjadi beras) disarankan untuk menggunakan
label biru.
Pemeriksaan benih sumber mencakup sertifikasi benih
berisi informasi mengenai asal benih, varietas, tanggal panen,
mutu benih (daya kecambah, kadar air, dan kemurnian fisik
benih) Informasi ini diperlukan untuk menentukan perlakuan
benih sebelum benih disemai maupun sebagai kelengkapan
untuk proses pengajuan sertifikasi benih.
2.1. Kelas Benih dalam sertifikasi di Indonesia
Terdapat empat kelas benih berdasarkan Peraturan
Menteri Pertanian No.39/Permentan/OT.140/8/2006 dalam
sertifikasi benih di Indonesia
Benih Penjenis (BS/ Breeder seed) ditandai
dengan label berwarna kuning, dimiliki
dan diproduksi oleh pemulia tanaman di
Balai Penelitian Komoditas atau UPBS (Unit
Produksi benih Sumber).
4
Benih Dasar (BD/FS/Foundation Seed)
ditandai dengan label berwarna putih
dimiliki dan diproduksi oleh BBI (Balai Benih
Induk), penangkar benih yang mendapat
rekomendasi dari BPSB, produsen benih
swasta/BUMN.
5
l
l
Benih Pokok (BP/SS/Stock Seed) ditandai
dengan abel berwarna ungu, dimiliki dan
diproduksi oleh BBU (Balai Benih Utama),
penangkar benih yang mendapat
rekomendasi dari BPSB, produsen benih
swasta/BUMN.
Benih Sebar (BR/ES/Exstention Seed)
ditandai dengan abel berwarna biru,
dimiliki dan diproduksi oleh BBU (Balai Benih
Utama) penangkar benih/ produsen benih
swasta/BUMN.
Sumber: Puslitbangtan (2007); Wahyuni (2005b)
2.2. Varietas dan Benih Unggul Padi
Pengembangan varietas unggul memegang peranan
penting dalam peningkatan produksi. Penggantian varietas lokal
menjadi varietas unggul yang berdaya hasil tinggi, responsif
terhadap pemupukan dan tahan terhadap serangan hama dan
penyakit utama serta perbaikan irigasi dan teknik budidaya telah
6
meningkatkan produktifitas, efisiensi produksi dan kecukupan
pangan.
Banyak varietas unggul baru yang sudah di lepas
lembaga penelitian, tetapi yang digunakan petani masih sangat
terbatas sehingga perlu sosialisasi ke pengguna. Ciri benih
bermutu tinggi meliputi : mutu genetik, mutu fisik dan mutu
fisiologis :
1. Varietas asli.
2. Benih bernas dan seragam.
3. Bersih (tidak tercampur dengan biji gulma atau biji
tanaman lain).
4. Daya kecambah dan vigor tinggi sehingga dapat tumbuh
baik jika ditanam.
5. Sehat, tidak terinfeksi oleh jamur atau serangan hama.
Keunggulan menggunakan benih bermutu :
1. Benih tumbuh dengan cepat dan serempak.
2. Benih disemai mampu menghasilkan bibit yang vigorous
(tegar).
3. Ketika ditanam pindah, bibit dapat tumbuh dengan cepat.
4. Pertumbuhan lebih serempak, populai tanaman optimum
sehingga hasilnya optimum.
7
Tabel 1. Beberapa Varietas Unggul Unggul (VUB) Padi yang dilepas tahun 2000 keatas.
No Nama varietas Agroekologi Keunggulan
1. Ciherang Sawah irigasi • Produktivitas tinggi (6 t/ha) • Umur 116-125 hari • Tahan terhadap WCK biotif
2 dan agak tahan biotif 3 • Tahan terhadap HDB strain
III dan IV 2 Kalimas Sawah irigasi • Produktivitas tinggi (6 t/ha)
• Umur 120-130 hari • Tahan terhadap WCK biotif
2 dan agak tahan biotif 3 • Tahan terhadap HDB strain
III dan IV 3 Silugonggo Sawah irigasi • Produktivitas sedang (4.5
t/ha) • Umur 85-90 hari • Tahan terhadap WCK biotif
1 dan 2 • Tahan terhadap penyakit
blast tetapi tidak tahan HDB 4 Cigeulis Sawah irigasi • Produktivitas sedang (5
t/ha) • Umur115-125 hari • Tahan terhadap WCK biotif
2 dan rentan biotif 3 • Tahan terhadap panyakit
HDB strain IV 5 Cibogo Sawah irigasi • Produktivitas tinggi (7 t/ha)
• Umur 115-125 hari • Tahan terhadap WCK biotif
2 dan agak tahan biotif 3 • Agak tahan terhadap
penyakit HDB strain IV rentan terhadap tungro
6 Pepe Sawah Irigasi • Produktivitas tinggi (7 t/ha) • Umur 120-128 hari • Tahan terhadap WCK biotif
2 • Tahan terhadap penyakit
HDB strain III
8
7 Mekongga Sawah Irigasi • Produktivitas (6 t/ha) • Umur 116-125 hari • Agak tahan terhadap WCK
biotif 2 dan 3 • Agak tahan terhadap
penyakit HDB strain IV 8 Inpari 1 Sawah Irigasi • Produktivitas tinggi (7.3
t/ha) • Umur 128 hari • Tahan terhadap WBC biotif
2 dan agak tahan biotif 3 • Tahan terhadap penyakit
HDB strain III, IV, VIII 9 Inpari 2 Sawah Irigasi • Produktivitas tinggi (5.83
t/ha) • Umur 115 hari • Tahan terhadap WBC biotif
1,2,3 • Tahan terhadap penyakit
HDB strain III, dan rentan strain IV, VIII
10 Inpari 3 Sawah Irigasi • Produktivitas tinggi (6.05 t/ha)
• Umur 110 hari • Tahan terhadap WBC biotif
1,2 • Tahan terhadap penyakit
HDB strain III, dan rentan strain IV, VIII
11 Inpari 4 Sawah Irigasi • Produktivitas tinggi (5.74 t/ha)
• Umur 115 hari • Tahan terhadap WBC biotif
1,2,3 • Tahan terhadap penyakit
HDB strain III, dan agak tahan strain IV, VIII serta rentan terhadap tungro
9
12 Inpari 6 Jete Sawah Irigasi • Produktivitas tinggi (6.82 t/ha)
• Umur 118 hari • Tahan terhadap WBC biotif
2,3 • Tahan terhadap penyakit
HDB strain III, IV, VIII 13 Inpari 7
Lanrang Sawah Irigasi • Produktivitas tinggi (6.23
t/ha) • Umur 110-115 hari • Agak rentan terhadap WBC
biotif 1,2,3 • Agak tahan terhadap
penyakit HDB strain III, dan rentan strain IV, VIII serta penyakit tungro
14 Inpari 8 Sawah Irigasi • Produktivitas tinggi (6.41 t/ha)
• Umur 125 hari • Agak rentan terhadap WBC
biotif 1,2,3 • Agak tahan terhadap
penyakit HDB strain III, dan rentan strain IV, VIII
15 Inpari 9 Elo Sawah Irigasi • Produktivitas tinggi (6.25 t/ha)
• Umur 125 hari • Agak rentan terhadap WBC
biotif 1,2,3 • Agak tahan terhadap
penyakit HDB strain III, IV, VIII
16 Inpari 10 Laeya Sawah Irigasi • Produktivitas tinggi (5.08 t/ha)
• Umur 108-116 hari • Agak tahan trhadap WBC
biotif 1,2. • Agak tahan terhadap
penyakit HDB strain III, dan rentan strain IV serta rentan tungro
Sumber : Deskripsi varietas padi 2009 (WCK = Wereng Coklat, WBC = Wereng Batang Coklat, HDB = Hawar Daun Bakteri),
10
III. PELAKSANAAN PRODUKSI BENIH PADI
Teknik budidaya untuk memproduksi benih pada
dasarnya tidak berbeda dengan cara untuk memproduksi gabah
untuk konsumsi. Perbedaannya terkait dengan erat dengan
tuntutan penerapan pengendalian mutu benih.
3.1. Penentuan/pemilihan Lokasi
• Kemudahan akses ke lokasi produksi, kondisi fisik lokasi
dan isolasi.
• Lahan bera atau bekas pertanaman varietas sejenis atau
varietas karateristik pertumbuhannya berbeda nyata.
• Lahan subur dengan air irigasi dan saluran drainase baik,
bebas dari sisa tanaman atau varietas lain.
• Isolasi jarak antara varietas 3 meter atau dilakukan
dengan isolasi waktu tanam sekitar 4 minggu.
3.2. Persemaian
• Tanah diolah, dicangkul atau dibajak, dibiarkan dalam
kondisi macak-macak selama minimal 2 hari kemudian
dibiarkan sampai mengering sampai 7 hari agar sisa gabah
pertanaman sebelumnya tumbuh. Kemudian tanah diolah
kedua kalinnya sambil membersihkan lahan dari gulma
dan tanaman padi yang tumbuh liar.
11
• Buat bedengan setinggi 5-10 cm, lebar 110 cm dan
panjang sesuaikan dengan ukuran petak dan kebutuhan.
• Luas lahan untuk persemaian 4% dari luas areal
pertanaman atau sekitar 400 m2 untuk tiap hektar
pertanaman.
• Pupuk yang digunakan untuk persemaian Urea, TSP, dan
KCL masing-masing 15 g/m2. Sebelum disebar benih
direndam selama 24 jam, kemudian diperam selama 24
jam.
• Benih yang telah berkecambah ditabur di persemaian
dengan kerapatan 25-50 g/m2 atau 0,5-1 kg brnih/20 m2
lahan.
• Kebutuhan benih untuk 1 ha 10 – 20 kg/ha.
3.3. Persiapan Lahan
• Mirip untuk persemaian, tanah diolah sempurna, dibajak
pertama, digenangi selama 2 hari dan dikeringkan selama
tujuh hari, lalu di bajak kedua supaya melumpur dan
ratakan.
• Untuk menekan pertumbuhan gulma, lahan yang telah
diratakan disemrot dengan herbisida pratumbuh, dan
biarkan selama 1 minggu atau sesuai anjuran.
12
3.4. Penanaman
• Penanaman dilakukan pada umur bibit 15 – 20 hari,
dengan 1-3 batang bibit per lubang
• Jarak tanam 20 x 20 atau 25 x 25, tergantung kondisi
lahan dan varietas yang ditanam, bibit ditanaman pada
kedalaman 1-2 cm
• Selesai penanaman, air irigasi dilahan dibiatkan macak-
macak (1-3 cm) selama 7-10 hari
• Penyulaman dilakukan 7 hari setelah tanam dengan bibit
yang sisa (varietas dan umur yang sama)
3.5. Pemupukan
• Pupuk diberikan secara bertahap dan dosis pupuk
disesuaikan dengan hasil analisis tanah, panduan
pemupukan dilakukan berdasarkan Permentan 2007
sebagai berikut:
Tabel 2. Rekomendasi pupuk N,P, dan K pada lahan sawah spesifik
lokasi (per kecamatan) di Kota Bengkulu (permentan No.40/Permentan/OT.140/04/2007).
Rekomendasi pupuk (kg/ha)
Tanpa BO Dengan BO 5 t jerami/ha
Dengan 2 t pukan/ha
Kecamatan
Urea SP36 KCl Urea SP36 KCl Urea SP36 KCl
Selebar 250 75 50 230 75 0 225 25 30 Gd. Cempaka - - - - - - - - - Teluk Segara 250 75 50 230 75 0 225 25 30 Muara Bangkahulu
250 100* 100* 230 100* 50* 225 50* 80*
Keterangan : BO = Bahan Organik, Pukan = Pupuk Kandang, * = Bervariasi
Tabel 3. Rekomendasi pupuk N,P, dan K pada lahan sawah spesifik lokasi (per kecamatan) di Kabupaten Bengkulu Utara (permentan No.40/Permentan/OT.140/04/2007).
Rekomendasi pupuk (kg/ha)
Tanpa BO Dengan BO 5 t jerami/ha
Dengan 2 t pukan/ha
Kecamatan
Urea SP36 KCl Urea SP36 KCl Urea SP36 KCl
Enggano - - - - - - - - - Tl. Empat 200 100 50 180 100 0 175 50 30 Tb. Penanjung - - - - - - - - - Kr. Tinggi 200 50 50 180 50 0 175 0 30 Pagar Jati 200 50 50 180 50 0 175 0 30 Pmtg. Tiga 200 75 50 180 75 0 175 25 30 Pd. Kelapa 200 100* 100* 180 100* 50* 175 50* 80* Kerkap 200 75* 100* 180 75* 50* 175 25* 80* Argamakmur 200 75* 50 180 75* 0 175 25* 30 Lais 200 75* 100* 180 75* 50* 175 25* 80* Air Napal 200 75* 100* 180 75* 50* 175 25 80 Air Besi 200 75* 50 180 75* 0 175 25* 30 Pd. Jaya 200 50 50 180 50 0 175 0 30 Napal Putih - - - - - - - - - Ketahun 200 50 50 180 50 0 175 0 30 Putri Hijau 200 50 50 180 50 0 175 0 30 Batik Nau 200 50 50 180 50 0 175 0 30 Giri Mulya - - - - - - - - -
Keterangan : BO = Bahan Organik, Pukan = Pupuk Kandang, * = Bervariasi
Tabel 4. Rekomendasi pupuk N,P, dan K pada lahan sawah spesifik
lokasi (per kecamatan) di Kabupaten Mukomuko (permentan No.40/Permentan/OT.140/04/2007).
Rekomendasi pupuk (kg/ha)
Tanpa BO Dengan BO 5 t jerami/ha
Dengan 2 t pukan/ha
Kecamatan
Urea SP36 KCl Urea SP36 KCl Urea SP36 KCl
Mukomuko Selatan 200 75 100* 180 75 50* 175 25 80* Teras Terunjam 200 75 50 180 75 0 175 25 30 Mukomuko Utara 200 75 50 180 75 0 175 25 30 Lubuk Pinang 200 75 50 180 75 0 150 25 30 Pondok Suguh 200 75 100* 180 75 50* 175 25 80*
Keterangan : BO = Bahan Organik, Pukan = Pupuk Kandang, * = Bervariasi
13
14
Tabel 5. Rekomendasi pupuk N,P, dan K pada lahan sawah spesifik lokasi (per kecamatan) di Kabupaten Bengkulu Selatan (permentan No.40/Permentan/OT.140/04/2007).
Rekomendasi pupuk (kg/ha)
Tanpa BO Dengan BO 5 t jerami/ha
Dengan 2 t pukan/ha
Kecamatan
Ure
a
SP36 KCl Urea SP36 KCl Urea SP36 KCl
Manna 250 100* 100* 230 100* 50* 225 50* 80* Kota Manna 250 100* 100 230 100* 50 225 50* 80 Seginim 250 100* 100* 230 100* 50* 225 50* 80* Pino Raya 250 100* 100* 230 100* 50* 225 50* 80* Kedurang 250 75* 100* 230 75* 50* 225 25* 80*
Keterangan : BO = Bahan Organik, Pukan = Pupuk Kandang, * = Bervariasi
Tabel 6. Rekomendasi pupuk N,P, dan K pada lahan sawah spesifik
lokasi (per kecamatan) di Kabupaten Seluma (permentan No.40/Permentan/OT.140/04/2007).
Rekomendasi pupuk (kg/ha)
Tanpa BO Dengan BO 5 t jerami/ha
Dengan 2 t pukan/ha
Kecamatan
Urea SP36 KCl Urea SP36 KCl Urea SP36 KCl
Seluma 250 75* 100* 230 75* 50* 225 25* 80* Sukaraja 250 75 50 230 75 0 225 25 30 Talo 250 100* 100* 230 100* 50* 225 50* 80* Semidang Alas
250 75* 50 230 75 0 225 25* 30
Semidang Alas Maras
250 75* 50 230 75* 0 225 25 30
Keterangan : BO = Bahan Organik, Pukan = Pupuk Kandang, * = Bervariasi
15
Tabel 7. Rekomendasi pupuk N,P, dan K pada lahan sawah spesifik lokasi (per kecamatan) di Kabupaten Kaur (permentan No.40/Permentan/OT.140/04/2007).
Rekomendasi pupuk (kg/ha)
Tanpa BO Dengan BO 5 t jerami/ha Dengan 2 t pukan/ha
Kecamatan
Urea SP36 KCl Urea SP36 KCl Urea SP36 KCl
Kaur Selatan 250 100 100* 230 100 50* 225 50 80* Kaur Tengah 250 100* 50 230 100* 0 225 50* 30 Kaur Utara 250 50 100* 230 50 50* 225 0 80* Kinal 250 100* 100* 230 100* 50* 225 50* 80* Maje 250 100* 100* 230 100* 50* 225 50* 80* Nasal - - - - - - - - - Tj. Kemuning 250 100* 100* 230 100* 50* 225 50* 80*
Keterangan : BO = Bahan Organik, Pukan = Pupuk Kandang, * = Bervariasi
Tabel 8. Rekomendasi pupuk N,P, dan K pada lahan sawah spesifik lokasi (per kecamatan) di Kabupaten Rejang Lebong (permentan No.40/Permentan/OT.140/04/2007).
Rekomendasi pupuk (kg/ha)
Tanpa BO Dengan BO 5 t jerami/ha
Dengan 2 t pukan/ha
Kecamatan
Urea SP36 KCl Urea SP36 KCl Urea SP36 KCl
Curup 250 50 50 230 50 0 225 0 30 Bermani Ulu 250 75* 50 230 75* 0 225 25* 30 Sindang Kelingi 250 50 50 230 50 0 225 0 30 Selupu Rejang 250 50 50 230 0 0 225 0 30 Padang U. Tanding
250 50 50 230 50 0 225 0 30
Kota Padang 250 50 50 230 50 0 225 0 30
Keterangan : BO = Bahan Organik, Pukan = Pupuk Kandang, * = Bervariasi
16
Tabel 9. Rekomendasi pupuk N,P, dan K pada lahan sawah spesifik lokasi (per kecamatan) di Kabupaten Kepahiang (permentan No.40/Permentan/OT.140/04/2007).
Rekomendasi pupuk (kg/ha)
Tanpa BO Dengan BO 5 t jerami/ha
Dengan 2 t pukan/ha
Kecamatan
Urea SP36 KCl Urea SP36 KCl Urea SP36 KCl
Tebat Karai 200 75* 50 180 75* 0 150 25* 30 Kepahiang 200 75* 50 180 75 0 150 25* 30
Keterangan : BO = Bahan Organik, Pukan = Pupuk Kandang, * = Bervariasi
Tabel 10. Rekomendasi pupuk N,P, dan K pada lahan sawah spesifik lokasi (per kecamatan) di Kabupaten Lebong (permentan No.40/Permentan/OT.140/04/2007).
Rekomendasi pupuk (kg/ha)
Tanpa BO Dengan BO 5 t jerami/ha
Dengan 2 t pukan/ha
Kecamatan
Urea SP36 KCl Urea SP36 KCl Urea SP36 KCl
Lebong Utara 200 100* 100* 180 100* 50* 150 50* 80* Lebong Selatan 200 100* 50 180 100* 0 150 50* 30 Lebong Tengah 200 100* 100* 180 100* 50* 150 50* 30 Lebong Atas 200 100* 100 180 100* 50 150 50* 30 Rimbo Pengadang 200 50 50 180 50 0 150 0 30 Keterangan : BO = Bahan Organik, Pukan = Pupuk Kandang, * = Bervariasi
Tabel 11. Waktu dan dosis pupuk yang diberikan ke tanaman padi.
Waktu pemupukan Urea (kg/ha)
SP-36 (kg/ha)
KCl (kg/ha)
Pupukan Dasar (7-14 ST) 33% 100% -
Pupuk Susulan I (21-30 HST) 33% - 50%
Pupuk Susulan II (35-45 HST)
33% - 50%
17
• Pada musim hujan takaran pupuk dianjurkan lebih rendah
dari pada musim kemarau. Jika pupuk tunggal seperti KCl
susah di dapat maka dapat menggunakan pupuk
majemuk. Untuk perhitungannya dapat dilihat pada
Lampiran 1.
3.6. Pengairan Berselang (Intermitten)
• Selesai tanam, ketinggi air dipertanaman dipertahankan 2-
3 cm selama 3 hari.
• Kemudian air pada petak pertanaman dibuang sampai
kondisi macak-macak dan dipertahankan selama 10 hari.
• Fase pembentukan anakan sampai fase primordia bunga
lahan digenangi dengan ketinggian 2-3 cm.
• Menjelang pelaksanaan pemupukan susulan pertama
dilakukan lagi pembungan air dan sekaligus penyiangan.
• Fase primordia bunga hingga fase bunting, lahan
digenangi dengan ketinggian air 5 cm, untuk menekan
pertumbuhan anakan yang baru.
• Selama masa bunting sampai fase berbunga, lahan
pertanaman secara periodik diairi dan dikeringkan secara
bergantian (selang seling). Petak diari setinggi 5 cm
kemudian dibiarkan sampai kondisi sawah mengering
selama dua hari dan kemudian diari kembali setinggi 5 cm
dan seterusnya.
18
• Fase pengisian biji, ketinggian air dipertahankan sekitar 3
cm.
• Setelah fase pengisian biji, lahan secara periodik diairi dan
dikeringkan secara bergantian (selang-seling).
• Seminggu menjelang panen, lahan mulai dikeringkan agar
proses pematangan biji relatif lebih cepat dan lahan tidak
becek sehingga memudahkan saat panen.
3.7. Penyiangan Gulma
• Penyiangan paling sedikit dilakukan dua atau tiga kali,
tergantung keadaan gulma.
• Penyiangan dilakukan dengan landak atau gasrok,
penyiang dilakukan pada saat pemupukan susulan
pertama dan kedua.
3.8. Pengendalian Hama dan Penyakit
• Pengendalian hama penyakit harus dilakukan secara
terpadu, wereng coklat dan tungro merupakan hama dan
penyakit utama.
• Hindari pengembangan di daerah endemis hama dan
penyekit wereng coklat dan tungro.
• Bila dilakukan di daerah endemis wereng coklat dan
tungro terapkan teknologi PHT dengan pemantauan
keberadaan tungro dan kepadatan populasi wereng secara
intensif.
19
• Perhatikan serangan tikus sejak dini dan monitor
penerbangan ngengat penggerek batang.
• Penggunaan insektisida didasarkan pada jumlah wereng
terkoreksi berdasarkan stadia umur tanaman.
• Insektisida yang manjur untuk hama wereng coklat dan
wereng punggung putih diantarnya fipronil. Imidakloprid
dan buprofezin.
• Pemantauan penyakit tungro melalui pengamatan wereng
hijau mulai dari persemaian. Aplikasi dengan insektisida
dengan bahan aktif imidakloprid atau tiametoksan.
• Di pertanaman pada umur 2 Minggu Setelah Tanam (MST)
apabila ada lima gejala tungro dari 10.000 rumpun atau
dua gejala dari 1.000 rumpun tanaman saat umur 3 MST
gunakan insektisida imidakloprid, tiametoksan,
etofenproks, dan karbofura.
3.9. Rouging/seleksi
• Salah satu syarat dari benih bermutu adalah memiliki
tingkat kemurnian genetik yang tinggi, oleh karena itu
Roguing perlu dilakukan dengan benar dan dimulai mulai
fase vegetatif sampai akhir pertanaman.
• Roguing dilakukan untuk membuang rumpun-rumpun
tanaman yang ciri-ciri morfologisnya menyimpang dari ciri-
ciri varietas tanaman yang diproduksi benihnya. Untuk
tujuan tersebut, pertanaman petak pembanding
20
(pertanaman check plot) dengan menggunakan benih
autentik sangat disarankan.
• Pertanaman ini digunakan sebagai referensi/acuan di
dalam melakukan Roguing dengan cara memperhatikan
karakteristik tanaman dalam berbagai fase pertumbuhan.
Tabel 12. Karakteristik tanaman yang perlu diperhatikan untuk mempertahankan kemurnian genetik varietas.
N0 Fase Pertumbuhan
Karakter yang perlu diperhatikan
1 Bibit Muda Laju pemunculan bibit, Warna daun, Tinggi bibit
2 Tanaman Muda
Laju pertunasan, Tipe pertunasan, Warna daun, Sudut daun, Warna pelepah, Warna kaki (pelepah bagian bawah)
3 Fase Anakan Maksimum
Jumlah tunas, Panjang & Lebar Daun, Sudut Pelekatan Daun, Warna Daun, Panjang & Warna Ligula
4 Fase Awal Berbunga
Sudut pertunasan, Sudut daun Bendera, Jumlah malai/rumpun, Jumlah malai/m2, Umur Berbunga : * 50 % berbunga * 100 % berbunga * Keseragaman berbunga
5 Fase Pematangan
Tipe malai & tipe pemunculan leher malai, Panjang malai, Warna gabah, Keberadaan bulu pada ujung gabah, Kehampaan malai, Laju senesen daun, Umur matang, Bentuk & Ukuran gabah, Bulu, Kerebahan
6 Fase Panen Kerontokan, Tipe endosperma, Bentuk & Ukuran Gabah
Apabila cara Roguing dengan menggunakan acuan
pertanaman’check plo ’ belum mungkin dilakukan, maka hal-hal
berikut sebagai patokan dalam pelaksanaan Roguing yaitu:
t
a. Stadia Vegetatif Awal ( 35 – 45 HST)
• Tanaman yang tumbuh di luar jalur/barisan.
21
• Tanaman/rumpun yang tipe pertunasan awalnya
menyimpang dari sebagian besar rumpun-rumpun lain.
• Tanaman yang bentuk dan ukuran daunnya berbeda dari
sebagian besar rumpun-rumpun lain.
• Tanaman yang warna kaki atau daun pelepahnya berbeda
dari sebagian besar rumpun-rumpun lain.
• Tanaman/rumpun yang tingginya sangat berbeda
(mencolok).
b. Stadia Vegetatif Akhir/Anakan Maksimum ( 50 – 60 HST)
• Tanaman yang tumbuh di luar jalur/barisan 1.
• Tanaman/rumpun yang tipe pertunasan menyimpang dari
sebagian besar rumpun-rumpun lain.
• Tanaman yang bentuk dan ukuran daunnya berbeda dari
sebagian besar rumpun-rumpun lain.
• Tanaman yang warna kaki atau helai daun, dan pelepahnya
berbeda dari sebagian besar rumpun-rumpun lain.
• Tanaman/rumpun yang tingginya sangat berbeda
(mencolok).
c. Stadia Generatif Awal /Berbunga ( 85 – 90 HST)
• Tanaman/rumpun yang tipe tumbuhnya menyimpang dari
sebagian besar rumpun-rumpun lain.
• Tanaman yang bentuk dan ukuran daun benderanya
berbeda dari sebagian besar rumpun-rumpun lain.
• Tanaman yang berbunga terlalu cepat atau terlalu lambat
dari sebagian besar rumpun-rumpun lain.
22
• Tanaman/rumpun yang memiliki eksersi malai berbeda
• Tanaman/rumpun yang memiliki bentuk dan ukuran gabah
berbeda.
d. Stadia Generatif Akhir /Masak ( 100 – 115 HST)
• Tanaman/rumpun yang tipe tumbuhnya menyimpang dari
sebagian besar rumpun-rumpun lain.
• Tanaman yang bentuk dan ukuran daun benderanya
berbeda dari sebagian besar rumpun-rumpun lain.
• Tanaman yang berbunga terlalu cepat atau terlalu lambat
dari sebagian besar rumpun-rumpun lain.
• Tanaman/rumpun yang terlalu cepat matang
Tanaman/rumpun yang memiliki eksersi malai berbeda.
• Tanaman/rumpun yang memiliki bentuk dan ukuran gabah.
• warna gabah, dan ujung gabah (rambut /tidak berambut)
berbeda.
3.10. Panen dan Pengolahan Benih
Saat panen yang tepat adalah pada waktu biji telah
masak fisiologis, atau apabila sekitar 90-95% malai telah
menguning. Benih padi ketika baru dipanen masih tercampur
dengan kotoran fisik dan benih jelek. Oleh karena itu, bila
pertanaman benih telah lulus dari pemeriksaan lapangan,
masalah mutu benih padi setelah panen biasanya berasosiasi
dengan mutu fisiologis, mutu fisik dan kesehatan benih. Salah
23
satu variabel dari mutu fisiologis benih yang mulai menarik
perhatian petani adalah status vigor benih.
Vigor benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk
tumbuh cepat, serempak dan berkembang menjadi tanaman
normal dalam kisaran kondisi lapang yang lebih luas. Untuk
menjamin ini, maka cara panen yang baik meliputi perontokan,
pembersihan, dan cara pengeringan gabah untuk benih akan
menentukan mutu benih.
Faktor yang paling utama adalah pengeringan benih,
benih harus dikeringkan sampai kadar air mencapai 10-12%.
Setelah menjadi benih dan siap simpan, benih harus dikemas
secara baik dan disimpan ditempat dengan kondisi khusus
untuk penyimpanan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses
panen dan pengolahan benih adalah sebagai berikut:
a. Persiapan Panen
Lahan pertanaman untuk produksi benih dapat dipanen
apabila sudah dinyatakan lulus sertifi kasi lapangan oleh Balai
Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan
Hortikultura (BPSB-TPH). Sebelum panen dilakukan, semua malai
dari kegiatan Roguing harus dikeluarkan dari areal yang akan
dipanen. Hal ini untuk menghindari tercampurnya calon benih
dengan malai sisa roguing. Selain itu, perlu disiapkan peralatan
yang akan digunakan panen (sabit, karung, terpal, alat perontok
24
(threser), karung dan tempat/alat pengering) serta alat-alat yang
akan digunakan untuk panen dibersihkan.
b. Proses Panen
Dua baris tanaman yang paling pinggir sebaiknya dipanen
terpisah dan tidak digunakan sebagai calon benih. Panen dapat
dilakukan dengan potong tengah jerami padi kemudian dirontok
dengan threser atau potong bawah lalu digebot. Ukur kadar air
panen dengan menggunakan moisture meter. Calon benih
kemudian dimasukan ke dalam karung dan diberi label yang
berisi : nama varietas, tanggal panen, asal pertanaman dan berat
calon benih.; lalu diangkut ke ruang pengolahan benih. Buat
laporan hasil panen secara rinci yang berisi tentang tanggal
panen, nama varietas, kelas benih, bobot calon benih dan kadar
air benih saat panen.
c. Pengeringan Benih
1. Penurunan kadar air perlu harus segera dilakukan karena
pada umumnya calon benih masih mempunyai kadar air
panen yang tinggi.
2. Pada tingkat kadar air yang tinggi, calon benih bisa
diangin- anginkan terlebih dahulu sebelum dikeringkan.
3. Pengeringan benih dapat dilakukan dengan cara
penjemuran atau dengan menggunakan mesin pengering.
25
* Penjemuran Pastikan lantai jemur bersih dan beri jarak yang cukup
antar benih dari varietas yang berbeda.
Gunakan lamporan/alas di bagian bawah untuk
mencegah suhu penjemuran yang terlalu tinggi di
bagian bawah hamparan.
Lakukan pembalikan benih secara berkala dan hati-
hati. Lakukan pengukuran suhu pada hamparan
benih yangdijemur dan kadar air benih setiap 2-3 jam
sekali serta catat data suhu hamparan dan kadar air
benih tersebut.
Bila pengeringan menggunakan sinar matahari,
umumnya penjemuran dilakukan selama 4 – 5 jam.
Penjemuransebaiknya diberhentikan apabila suhu
hamparan benih lebih dari 43oC
Pengeringan dilakukan hingga mencapai kadar air
yang memenuhi standar mutu benih bersertifi kat
(13% atau lebih rendah)
* Pengeringan dengan Alat Pengering (Dryer) Bersihkan mesin pengering, pastikan tidak ada benih
yang tertinggal dan pastikan mesin berfungsi dengan
baik.
26
Suhu udara yang mengenai benih sebaiknya
disesuaikan dengan kadar air awal benih (kadar air
benih pada saat mulai pengeringan)
Benih dengan kadar air panen yang tinggi, jangan
langsung dipanaskan tetapi di angin-anginkan dahulu
(digunakan hembusan angin/blower).
Bila kadar air benih sudah aman untuk digunakan
pemanasan, atur suhu pengeringan benih sehingga
tidak melebihi 43oC
Lakukan pengecekan suhu hamparan benih dan kadar
air benih setiap 2-3 jam dan catat.
Pengeringan dihentikan bila kadar air mencapai kadar
air yang memenuhi standar mutu benih bersertifi kat
(13%atau lebih rendah).
d. Pengolahan Benih
Pengolahan benih pada umumnya meliputi pembersihan
benih, pemilahan (grading) dan perlakuan benih (jika
diperlukan). Tujuan pembersihan ini selain memisahkan benih
dari kotoran (tanah, jerami, maupun daun padi yang terikut)
juga untuk membuang benih hampa. Pembersihan benih dalam
skala kecil dapat dilakukan secara manual dengan menggunakan
nyiru (ditampi). Sedangkan pada skala produksi yang lebih besar,
penggunaan mesin pembersih benih seperti air screen cleaner
atau aspirator akan meningkatkan efisiensi pengolahan.
27
r
Apabila dirasa perlu, grading (pemilahan benih) dapat
dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan benih yang lebih
seragam dalam ukuran benih (panjang, lebar, ketebalan),
bentuk atau berat jenis benihnya. Alat-alat seperti Indent
cylinder machine, Indent desk separator, Gravity table seperato
dan sebagainya dapat digunakan di dalam pemilahan benih.
Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam pengolahan
benih mulai dari pengeringan sampai pemilahan, terutama untuk
menghindari benih tercampur dengan varietas lain, diantaranya
adalah :
• Sebelum proses pengolahan dimulai, siapkan, cek peralatan
dan bersihkan alat-alat pengolahan yang akan digunakan.
Pastikan bahwa perlatan berfungsi dengan baik dan benar-
benar bersih baik dari kotoran maupun sisa-sisa benih lain.
• Untuk menghindarkan terjadinya pencampuran antar
varietas, benih dari satu varietas diolah sampai selesai, baru
kemudian pengolahan untuk varietas lainnya.
• Tempatkan benih hasil pengolahan dalam karung baru serta
diberi label yang jelas di dalam dan luar karung.
• Bila alat pengolahan akan digunakan untuk mengolah
sejumlah benih varietas yang berbeda, mesin/ alat
pengolahan dibersihkanulang dari sisa-sisa benih
sebelumnya, baru kemudian digunakan untuk pengolahan
varietas lain. Hal ini perlu dilakukan untuk menghindari
terjadinya campuran dengan varietas lain.
28
• Buat laporan hasil pengolahan yang berisi tentang varietas,
kelas benih, berat benih bersih dan susut selama
pengolahan.
3.11. Pengawasan dan Sertifikasi Benih
Tujuan sertifikasi adalah: (1) menjamin kemurnian dan
kebenaran varietas, dan (2) menjamin ketersediaan benih
bermutu secara berkesinambungan. Sertifikasi dilakukan dalam
tiga tahap, yaitu pemeriksaan lapangan, pemeriksaan
laboratorium, dan pengawasan pemasangan label (Wahyuni,
2005). Kegiatan pengawasan dan sertifikasi ini dilakukan oleh
BPSB-TPH Provinsi setempat.
Pengawasan dilakukan sejak proses produksi benih
hingga penanganan pascapanen. Pengawasan lapangan untuk
tanaman padi dari BPSB-TPH dilakukan sebanyak 4 kali, yaitu
pemeriksaan pendahuluan sebelum pengolahan tanah,
pemeriksaan lapangan pertama saat fase vegetatif (30 HST),
pemeriksaan fase berbunga (30 hari sebelum panen), dan
pemeriksaan fase masak (1 minggu sebelum panen) (Wahyuni,
2005).
Uji mutu benih dilakukan di laboratorium terhadap contoh
benih yang mewakili. Uji mutu yang dilakukan adalah terhadap
mutu genetis, mutu fisiologis, dan mutu fisik (Wahyuni, 2005).
29
Tabel 13. Standar mutu benih padi bersertifikasi berdasarkan pengujian di laboratorium.
Variabel mutu FS SS ES Kadar air, maks (%) 13,0 13,0 13,0 Benih murni, min (%) 99,0 99,0 98,0 Kotoran, maks (%) 1,0 1,0 2,0
Varietas lain, maks (%) 0,0 0,1 0,2
Biji gulma, maks (%) 0,0 0,1 0,2
Daya berkecambah, min (%) 80,0 80,0 80,0 Sumber: Wahyuni (2005a).
3.12. Pengemasan
Pengemasan benih selain bertujuan untuk
mempermudahkan di dalam penyaluran/transportasi benih, juga
untuk melindungi benih selama penyimpanan terutama dalam
mempertahankan mutu benih dan menghindari serangan insek.
Oleh karena itu, efektifi tas atau tidaknya kemasan sangat
ditentukan oleh kemampuannya dalam mempertahankan kadar
air, viabilitas benih dan serangan insek.
Pengemasan sementara selama pengolahan benih
berlangsung atau setelah selesai pengolahan sampai menunggu
hasil uji lab keluar dan label selesai dicetak, benih dapat dikemas
dalam karung plastik yang dilapis dengan kantong plastik di
bagian dalamnya. Sedangkan untuk tujuan komersial/pemasaran
benih, benih sebaiknya dikemas dengan menggunakan kantong
plastik tebal 0.08 mm atau lebih dan di-sealed/ dikelim rapat.
30
Pengemasan dilakukan setelah hasil uji lab terhadap
contoh benih dinyatakan lulus oleh BPSB-TPH dan label selesai
dicetak. Label benih dimasukan ke dalam kemasan sebelum di-
sealed. Pengemasan dan pemasangan label benih harus
dilakukan sedemikian rupa, agar mampu menghindari adanya
tindak pemalsuan.
3.13. Penyimpanan
Kondisi penyimpanan yang baik adalah kondisi
penyimpanan yang mampu mempertahankan mutu benih seperti
saat sebelum simpan sepanjang mungkin selama periode
simpan. Daya simpan benih dipengaruhi oleh sifat genetik benih,
mutu benih awal simpan dan kondisi ruang simpan. Oleh karena
itu, hanya benih yang bermutu tinggi yang layak untuk disimpan.
Sedangkan kondisi ruang yang secara nyata berpengaruh
terhadap daya simpan benih adalah suhu dan kelembaban ruang
simpan.
Kondisi ruang penyimpanan yang baik untuk benih-benih
yang bersifat ortodoks, termasuk padi; adalah pada kondisi
kering dan dingin. Beberapa kaidah yang berkaitan dengan
penyimpanan benih adalah: (i) untuk setiap penurunan 1% kadar
air atau 10oF (5,5oC) suhu ruang simpan akan melipat-gandakan
daya simpan benih. Kondisi tersebut berlaku untuk kadar air
benih antara 14% sampai 5%dan pada suhu dari 50oC – 0oC dan
(ii) penyimpanan yang baik bila persentase kelembaban relatif
31
(% RH) ditambah dengan suhu ruang simpan (oF) sama dengan
100. Untuk memenuhi kondisi demikian, idealnya ruang simpan
benih dilengkapi dengan AC (air conditioner) dan dehumidifier
(alat untuk menurunkan kelembaban ruang simpan). Namun jika
kondisi tersebut belum dapat dipenuhi, gudang penyimpanan
selayaknya memenuhi persyaratan sebagai berikut:
• Tidak bocor.
• Lantai harus padat (terbuat dari semen/beton) .
• Mempunyai ventilasi yang cukup, agar terjadi sirkulasi
udara yang lancar sehingga gudang penyimpanan tidak
lembab.
• Bebas dari gangguan hama dan penyakit (ruangan bersih,
lubang ventilasi ditutup kawat kasa).
Setiap benih disimpan secara teratur, setiap varietas terpisah
dari varietas lainnya Sedangkan cara penumpukan hendaknya
diatur sedemikian rupa, agar tumpukan rapih, mudah dikontrol,
tidak mudah roboh dan keluar masuk barang mudah. Apabila
benih tidak disimpan dalam rak-rak benih, maka di bagian bawah
tumpukan harus diberi balok kayu agar benih tidak bersentuhan
langsung dengan lantai ruang simpan. Kemudian, pada setiap
tumpukan benih dilengkapi dengan kartu pengawasan, berisi
informasi :
• Nama varietas
• Tanggal panen
• Asal petak percobaan
32
• Jumlah/kuantitas benih asal (pada saat awal penyimpanan)
• Jumlah kuantitas pada saat pemeriksaan stok terakhir.
• Hasil uji daya kecambah terakhir (tanggal, % daya
kecambah).
33
DAFTAR PUSTAKA
Badan Litbang Pertanian. 2007. Pedoman Umum Produksi Benih Sumber Padi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 37 h
Bambang Suprihatno, Aan A.D. Satoto. BaehakiS.E., Suprihanto, Agus Setyono, S. Dewi I., Moh. Yamin S., Hasil Sembiring. 2009. Deskripsi Varietas Padi. Balai Besar Penelitian Tanaman padi. Badan Litbang Pertanian.105h
Mugnisjah.W.Q., Asep S. 1991. Produksi Benih. Bumi Aksara, Jakarta.129h
Nugraha U.S., Sri Wahyuni, M. Yamin S., Ade Ruskandar. 2008 Sistem Perbenihan Padi dalam Padi Inovasi Teknologi Produksi Buku 2. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Hal 91-121
Distan Provinsi Bengkulu. 2009. Laporan Dinas Pertanian Provinsi Bengkulu Tahun 2009. Bengkulu
Pulitbangtan. 2007. Pedoman Produksi Benih Sumber Padi. Puslitbangtan, Bogor.
Wahyuni, S. 2005a. Pengantar sertifikasi Benih dan Sistem Managemen Mutu. Makalah disampaikan pada Lokakarya Pengembangan Jaringan Alih Teknologi Produksi dan Distribusi Benih Sumber di Balitpa, 21-22 November 2005. Sukamandi
Wahyuni, S. 2005b. Dasar-dasar Teknologi Benih. Makalah Disampaikan pada Lokakarya Pengembangan Jaringan Alih Teknologi Produksi dan Distribusi Benih Sumber di Balitpa, 21-22 November 2005. Sukamandi
Wirawan, dkk. 2002. Dalam www.litbang.deptan.go.id. Pembinaan Penangkar dan Perbanyakan Benih Sumber Varietas Unggul Padi, Jagung, dan Kedele (APBN) oleh Administrator Sabtu 12 September 2009. 23-24. Terakhir di update Selasa 27 Oktober 2009. 14:06
34
Lampiran 1. Cara perhitungan/ konversi pupuk tunggal menjadi pupuk majemuk NPK
Perhitungan penggunaan pupuk tunggal
Contoh : Lahan dengan status hara P sedang dan K tinggi rekomendasi : 135 N/ha, 35 Kg P2O5 dan 20 Kg K2O/ha
Urea (45%) = 135 Kg N x (100/45)
= 300 kg Urea
SP36 (36%) = 35 kg P2O5 x (100/36)
= 100 kg SP36
KCl (60%) = (20 kg K x (100/60)
= 33 kg KCl
Perhitungan penggunaan pupuk tunggal dan majemuk
Rekomendasi pupuk 135 kg N, 35 kg P2O5 dan 20 kg K2O / ha
Jika menggunakan pupuk majemuk NPK (15:15:15) maka gunakanlah standar kebutuhan pupuk yang paling rendah : 20 kg K2O
NPK (15:15:15) yang dibutuhkan = 20 kg x (100/15) = 133 kg
133 kg NPK : mengandung 20 kg N, 20 kg P2O5 dan 20 kg K2O
N dan P masih kurang, sehingga perlu tambahan Urea dan SP36
Kekurangan N = 135 kg – 20 kg = 115 kg N atau kekurangan Urea = 115 kg x (100/45) =\ 256 kg Urea
Kekurangan P = 35 kg – 20 kg = 15 kg P2O5 atau Kekurangan SP36 = 15 kg x (100/36) = 42 kg SP36
35
Rekomendasi pupuk :
Pupuk Tunggal = 300 kg Urea + 100 Kg SP36 + 33 kg KCl atau
Pupuk Majemuk NPK (15:15:15) = 133 kg NPK phonska + 256 kg Urea + 42 kg SP36