i. pendahuluan -...

35
I. PENDAHULUAN Salah satu Program sukses Kementerian Pertanian adalah swasembada beras dan swasembada berkelanjutan. Padi merupakan komoditas yang diharapkan tercapai swasembada berkelanjutan. Untuk itu diperlukan ketersediaan benih secara kontinu. Benih merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan budidaya tanaman yang perannya tidak dapat digantikan oleh faktor lain. Karena benih sebagai bahan tanaman dan sebagai pembawa potensi genetik terutama untuk varietas-varietas unggul. Keunggulan varietas dapat dinikmati oleh konsumen bila benih yang ditanam bermutu (asli, murni, vigor, bersih dan sehat). Benih berperan sebagai penghantar teknologi yang terkandung dalam potensi genetik varietas kepada petani. Manfaat keunggulan varietas ini akan terasa oleh produsen padi dan konsumen beras, bila benih bermutu dan varietas-varietas tersebut tersedia dan ditanam dalam skala luas. Benih yang sampai ke tangan petani harus bermutu dalam arti varietas asli atau benar dan murni agar mencerminkan sifat unggul dari varietas yang diwakilinya, bersih dan sehat sehingga tidak menjadi sumber penyebaran gulma dan penyakit di lapangan (BB. Penelitian Tanaman Padi. 2008). Walaupun program perbenihan telah berjalan sekitar 30 tahun, tetapi ketersediaaan benih bersertifikat belum mencukupi

Upload: dinhquynh

Post on 16-Mar-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: I. PENDAHULUAN - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/CETAKAN-2010/... · merupakan komoditas yang diharapkan tercapai swasembada berkelanjutan

I. PENDAHULUAN

Salah satu Program sukses Kementerian Pertanian adalah

swasembada beras dan swasembada berkelanjutan. Padi

merupakan komoditas yang diharapkan tercapai swasembada

berkelanjutan. Untuk itu diperlukan ketersediaan benih secara

kontinu. Benih merupakan salah satu faktor yang menentukan

keberhasilan budidaya tanaman yang perannya tidak dapat

digantikan oleh faktor lain. Karena benih sebagai bahan

tanaman dan sebagai pembawa potensi genetik terutama untuk

varietas-varietas unggul. Keunggulan varietas dapat dinikmati

oleh konsumen bila benih yang ditanam bermutu (asli, murni,

vigor, bersih dan sehat).

Benih berperan sebagai penghantar teknologi yang

terkandung dalam potensi genetik varietas kepada petani.

Manfaat keunggulan varietas ini akan terasa oleh produsen padi

dan konsumen beras, bila benih bermutu dan varietas-varietas

tersebut tersedia dan ditanam dalam skala luas. Benih yang

sampai ke tangan petani harus bermutu dalam arti varietas asli

atau benar dan murni agar mencerminkan sifat unggul dari

varietas yang diwakilinya, bersih dan sehat sehingga tidak

menjadi sumber penyebaran gulma dan penyakit di lapangan

(BB. Penelitian Tanaman Padi. 2008).

Walaupun program perbenihan telah berjalan sekitar 30

tahun, tetapi ketersediaaan benih bersertifikat belum mencukupi

Page 2: I. PENDAHULUAN - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/CETAKAN-2010/... · merupakan komoditas yang diharapkan tercapai swasembada berkelanjutan

2

kebutuhan potensialnya. Ketersediaan benih bersertifikat secara

nasional baru sekitar 35% (Wirawan, et. al. 2002 dalam

www.litbang.deptan.go.id). Peran Puslitbang Tanaman Pangan

untuk mendukung penggunaan benih bermutu dilakukan dengan

menghasilkan varietas unggul baru (VUB), namun di tingkat

pedesaan ketersediaannya masih kurang. Pada saat diperlukan

konsumen (penangkar benih) benih sering tidak tersedia atau

bila tersedia (jumlah) dan mutunya tidak sesuai dengan

preferensi konsumen. Selain itu penangkar benih yang telah ada

masih kurang berfungsi secara optimal sehingga tidak mampu

menyediakan benih berlabel secara kontinyu.

Berdasarkan sasaran program tanaman pangan Provinsi

Bengkulu yang ingin dicapai pada tahun 2010, diketahui bahwa

sasaran luas tanam komoditas padi 131.864. ha (padi sawah

119.674 ha dan padi ladang 12.190 ha (Distan Prov. Bengkulu,

2009).

Untuk pemenuhan sasaran kebutuhan benih dan

percepatan penyebaran VUB padi tahun 2010, pemerintah (pusat

dan daerah) melakukan upaya-upaya yaitu BLBU SL-PTT benih

padi sawah 2010, CBN benih padi ladang 2009 – 2010, BLBU SL-

PTT Kedele 2010, dan CBN dan APBN-P benih jagung, serta

pengembangan kelompok-kelompok penangkar. (Distan Prov.

Bengkulu, 2009).

Page 3: I. PENDAHULUAN - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/CETAKAN-2010/... · merupakan komoditas yang diharapkan tercapai swasembada berkelanjutan

3

II. PERENCANAAN PRODUKSI PADI

Persiapan yang baik diperlukan untuk memperoleh

pertanaman benih yang baik. Produktivitas dan dan mutu benih

merupakan dua variabel yang sangat menentukan keberhasilan

produksi benih. Perencanaan produksi harus dilakukan beberapa

musim sebelumnya. Kondisi lapangan dan sejarah pertanaman

sebelumnya harus sedemikian rupa agar tidak menimbulkan

masalah terhadap produktivitas dan mutu akibat infeksi penyakit

terbawa benih, infestasi biji gulma atau kontaminasi tipe simpang

(off type) dari tanaman volunter (padi yang tumbuh dari sisa

tanaman atau benih sebelumnya). Perencanaan tersebut

mencakup isolasi (jarak dan waktu, panen, pengolaha,

penyimpanan dan pemasaran.

Hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan produksi

benih meliputi : penanaman dilakukan di lokasi yang tepat pada

musim yang tepat, melindungi tanaman dari cekaman abiotik

(organismen pengganggu tanaman), menghindari cekaman

abiotik selama pertumbuhan (air dan hara) dan panen dilakukan

pada saat yang tepat (terhindar dari deraan hujan,penumpukan

benih pada kadar air tinggi. Campuran Varietas Lain (CPL) dapat

terjadi karena benih sumber telah tercampur, pencampuran fisik

benih atau bibit di persemaian, saat tanam atau saat panen dan

kontaminasi dari tanaman musim sebelumnya.

Page 4: I. PENDAHULUAN - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/CETAKAN-2010/... · merupakan komoditas yang diharapkan tercapai swasembada berkelanjutan

Penangkar benih dalam memproduksi benih harus

menanam benih satu kelas lebih tinggi dari kelas benih yang

akan diproduksi. Contoh jika penangkar ingin memproduksi benih

sebar maka harus menanam benih pokok, sedangkan bagi petani

yang menanam padi untuk tujuan mendapat gabah konsumsi

(untuk digiling menjadi beras) disarankan untuk menggunakan

label biru.

Pemeriksaan benih sumber mencakup sertifikasi benih

berisi informasi mengenai asal benih, varietas, tanggal panen,

mutu benih (daya kecambah, kadar air, dan kemurnian fisik

benih) Informasi ini diperlukan untuk menentukan perlakuan

benih sebelum benih disemai maupun sebagai kelengkapan

untuk proses pengajuan sertifikasi benih.

2.1. Kelas Benih dalam sertifikasi di Indonesia

Terdapat empat kelas benih berdasarkan Peraturan

Menteri Pertanian No.39/Permentan/OT.140/8/2006 dalam

sertifikasi benih di Indonesia

Benih Penjenis (BS/ Breeder seed) ditandai

dengan label berwarna kuning, dimiliki

dan diproduksi oleh pemulia tanaman di

Balai Penelitian Komoditas atau UPBS (Unit

Produksi benih Sumber).

4

Page 5: I. PENDAHULUAN - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/CETAKAN-2010/... · merupakan komoditas yang diharapkan tercapai swasembada berkelanjutan

Benih Dasar (BD/FS/Foundation Seed)

ditandai dengan label berwarna putih

dimiliki dan diproduksi oleh BBI (Balai Benih

Induk), penangkar benih yang mendapat

rekomendasi dari BPSB, produsen benih

swasta/BUMN.

5

l

l

Benih Pokok (BP/SS/Stock Seed) ditandai

dengan abel berwarna ungu, dimiliki dan

diproduksi oleh BBU (Balai Benih Utama),

penangkar benih yang mendapat

rekomendasi dari BPSB, produsen benih

swasta/BUMN.

Benih Sebar (BR/ES/Exstention Seed)

ditandai dengan abel berwarna biru,

dimiliki dan diproduksi oleh BBU (Balai Benih

Utama) penangkar benih/ produsen benih

swasta/BUMN.

Sumber: Puslitbangtan (2007); Wahyuni (2005b)

2.2. Varietas dan Benih Unggul Padi

Pengembangan varietas unggul memegang peranan

penting dalam peningkatan produksi. Penggantian varietas lokal

menjadi varietas unggul yang berdaya hasil tinggi, responsif

terhadap pemupukan dan tahan terhadap serangan hama dan

penyakit utama serta perbaikan irigasi dan teknik budidaya telah

Page 6: I. PENDAHULUAN - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/CETAKAN-2010/... · merupakan komoditas yang diharapkan tercapai swasembada berkelanjutan

6

meningkatkan produktifitas, efisiensi produksi dan kecukupan

pangan.

Banyak varietas unggul baru yang sudah di lepas

lembaga penelitian, tetapi yang digunakan petani masih sangat

terbatas sehingga perlu sosialisasi ke pengguna. Ciri benih

bermutu tinggi meliputi : mutu genetik, mutu fisik dan mutu

fisiologis :

1. Varietas asli.

2. Benih bernas dan seragam.

3. Bersih (tidak tercampur dengan biji gulma atau biji

tanaman lain).

4. Daya kecambah dan vigor tinggi sehingga dapat tumbuh

baik jika ditanam.

5. Sehat, tidak terinfeksi oleh jamur atau serangan hama.

Keunggulan menggunakan benih bermutu :

1. Benih tumbuh dengan cepat dan serempak.

2. Benih disemai mampu menghasilkan bibit yang vigorous

(tegar).

3. Ketika ditanam pindah, bibit dapat tumbuh dengan cepat.

4. Pertumbuhan lebih serempak, populai tanaman optimum

sehingga hasilnya optimum.

Page 7: I. PENDAHULUAN - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/CETAKAN-2010/... · merupakan komoditas yang diharapkan tercapai swasembada berkelanjutan

7

Tabel 1. Beberapa Varietas Unggul Unggul (VUB) Padi yang dilepas tahun 2000 keatas.

No Nama varietas Agroekologi Keunggulan

1. Ciherang Sawah irigasi • Produktivitas tinggi (6 t/ha) • Umur 116-125 hari • Tahan terhadap WCK biotif

2 dan agak tahan biotif 3 • Tahan terhadap HDB strain

III dan IV 2 Kalimas Sawah irigasi • Produktivitas tinggi (6 t/ha)

• Umur 120-130 hari • Tahan terhadap WCK biotif

2 dan agak tahan biotif 3 • Tahan terhadap HDB strain

III dan IV 3 Silugonggo Sawah irigasi • Produktivitas sedang (4.5

t/ha) • Umur 85-90 hari • Tahan terhadap WCK biotif

1 dan 2 • Tahan terhadap penyakit

blast tetapi tidak tahan HDB 4 Cigeulis Sawah irigasi • Produktivitas sedang (5

t/ha) • Umur115-125 hari • Tahan terhadap WCK biotif

2 dan rentan biotif 3 • Tahan terhadap panyakit

HDB strain IV 5 Cibogo Sawah irigasi • Produktivitas tinggi (7 t/ha)

• Umur 115-125 hari • Tahan terhadap WCK biotif

2 dan agak tahan biotif 3 • Agak tahan terhadap

penyakit HDB strain IV rentan terhadap tungro

6 Pepe Sawah Irigasi • Produktivitas tinggi (7 t/ha) • Umur 120-128 hari • Tahan terhadap WCK biotif

2 • Tahan terhadap penyakit

HDB strain III

Page 8: I. PENDAHULUAN - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/CETAKAN-2010/... · merupakan komoditas yang diharapkan tercapai swasembada berkelanjutan

8

7 Mekongga Sawah Irigasi • Produktivitas (6 t/ha) • Umur 116-125 hari • Agak tahan terhadap WCK

biotif 2 dan 3 • Agak tahan terhadap

penyakit HDB strain IV 8 Inpari 1 Sawah Irigasi • Produktivitas tinggi (7.3

t/ha) • Umur 128 hari • Tahan terhadap WBC biotif

2 dan agak tahan biotif 3 • Tahan terhadap penyakit

HDB strain III, IV, VIII 9 Inpari 2 Sawah Irigasi • Produktivitas tinggi (5.83

t/ha) • Umur 115 hari • Tahan terhadap WBC biotif

1,2,3 • Tahan terhadap penyakit

HDB strain III, dan rentan strain IV, VIII

10 Inpari 3 Sawah Irigasi • Produktivitas tinggi (6.05 t/ha)

• Umur 110 hari • Tahan terhadap WBC biotif

1,2 • Tahan terhadap penyakit

HDB strain III, dan rentan strain IV, VIII

11 Inpari 4 Sawah Irigasi • Produktivitas tinggi (5.74 t/ha)

• Umur 115 hari • Tahan terhadap WBC biotif

1,2,3 • Tahan terhadap penyakit

HDB strain III, dan agak tahan strain IV, VIII serta rentan terhadap tungro

Page 9: I. PENDAHULUAN - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/CETAKAN-2010/... · merupakan komoditas yang diharapkan tercapai swasembada berkelanjutan

9

12 Inpari 6 Jete Sawah Irigasi • Produktivitas tinggi (6.82 t/ha)

• Umur 118 hari • Tahan terhadap WBC biotif

2,3 • Tahan terhadap penyakit

HDB strain III, IV, VIII 13 Inpari 7

Lanrang Sawah Irigasi • Produktivitas tinggi (6.23

t/ha) • Umur 110-115 hari • Agak rentan terhadap WBC

biotif 1,2,3 • Agak tahan terhadap

penyakit HDB strain III, dan rentan strain IV, VIII serta penyakit tungro

14 Inpari 8 Sawah Irigasi • Produktivitas tinggi (6.41 t/ha)

• Umur 125 hari • Agak rentan terhadap WBC

biotif 1,2,3 • Agak tahan terhadap

penyakit HDB strain III, dan rentan strain IV, VIII

15 Inpari 9 Elo Sawah Irigasi • Produktivitas tinggi (6.25 t/ha)

• Umur 125 hari • Agak rentan terhadap WBC

biotif 1,2,3 • Agak tahan terhadap

penyakit HDB strain III, IV, VIII

16 Inpari 10 Laeya Sawah Irigasi • Produktivitas tinggi (5.08 t/ha)

• Umur 108-116 hari • Agak tahan trhadap WBC

biotif 1,2. • Agak tahan terhadap

penyakit HDB strain III, dan rentan strain IV serta rentan tungro

Sumber : Deskripsi varietas padi 2009 (WCK = Wereng Coklat, WBC = Wereng Batang Coklat, HDB = Hawar Daun Bakteri),

Page 10: I. PENDAHULUAN - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/CETAKAN-2010/... · merupakan komoditas yang diharapkan tercapai swasembada berkelanjutan

10

III. PELAKSANAAN PRODUKSI BENIH PADI

Teknik budidaya untuk memproduksi benih pada

dasarnya tidak berbeda dengan cara untuk memproduksi gabah

untuk konsumsi. Perbedaannya terkait dengan erat dengan

tuntutan penerapan pengendalian mutu benih.

3.1. Penentuan/pemilihan Lokasi

• Kemudahan akses ke lokasi produksi, kondisi fisik lokasi

dan isolasi.

• Lahan bera atau bekas pertanaman varietas sejenis atau

varietas karateristik pertumbuhannya berbeda nyata.

• Lahan subur dengan air irigasi dan saluran drainase baik,

bebas dari sisa tanaman atau varietas lain.

• Isolasi jarak antara varietas 3 meter atau dilakukan

dengan isolasi waktu tanam sekitar 4 minggu.

3.2. Persemaian

• Tanah diolah, dicangkul atau dibajak, dibiarkan dalam

kondisi macak-macak selama minimal 2 hari kemudian

dibiarkan sampai mengering sampai 7 hari agar sisa gabah

pertanaman sebelumnya tumbuh. Kemudian tanah diolah

kedua kalinnya sambil membersihkan lahan dari gulma

dan tanaman padi yang tumbuh liar.

Page 11: I. PENDAHULUAN - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/CETAKAN-2010/... · merupakan komoditas yang diharapkan tercapai swasembada berkelanjutan

11

• Buat bedengan setinggi 5-10 cm, lebar 110 cm dan

panjang sesuaikan dengan ukuran petak dan kebutuhan.

• Luas lahan untuk persemaian 4% dari luas areal

pertanaman atau sekitar 400 m2 untuk tiap hektar

pertanaman.

• Pupuk yang digunakan untuk persemaian Urea, TSP, dan

KCL masing-masing 15 g/m2. Sebelum disebar benih

direndam selama 24 jam, kemudian diperam selama 24

jam.

• Benih yang telah berkecambah ditabur di persemaian

dengan kerapatan 25-50 g/m2 atau 0,5-1 kg brnih/20 m2

lahan.

• Kebutuhan benih untuk 1 ha 10 – 20 kg/ha.

3.3. Persiapan Lahan

• Mirip untuk persemaian, tanah diolah sempurna, dibajak

pertama, digenangi selama 2 hari dan dikeringkan selama

tujuh hari, lalu di bajak kedua supaya melumpur dan

ratakan.

• Untuk menekan pertumbuhan gulma, lahan yang telah

diratakan disemrot dengan herbisida pratumbuh, dan

biarkan selama 1 minggu atau sesuai anjuran.

Page 12: I. PENDAHULUAN - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/CETAKAN-2010/... · merupakan komoditas yang diharapkan tercapai swasembada berkelanjutan

12

3.4. Penanaman

• Penanaman dilakukan pada umur bibit 15 – 20 hari,

dengan 1-3 batang bibit per lubang

• Jarak tanam 20 x 20 atau 25 x 25, tergantung kondisi

lahan dan varietas yang ditanam, bibit ditanaman pada

kedalaman 1-2 cm

• Selesai penanaman, air irigasi dilahan dibiatkan macak-

macak (1-3 cm) selama 7-10 hari

• Penyulaman dilakukan 7 hari setelah tanam dengan bibit

yang sisa (varietas dan umur yang sama)

3.5. Pemupukan

• Pupuk diberikan secara bertahap dan dosis pupuk

disesuaikan dengan hasil analisis tanah, panduan

pemupukan dilakukan berdasarkan Permentan 2007

sebagai berikut:

Tabel 2. Rekomendasi pupuk N,P, dan K pada lahan sawah spesifik

lokasi (per kecamatan) di Kota Bengkulu (permentan No.40/Permentan/OT.140/04/2007).

Rekomendasi pupuk (kg/ha)

Tanpa BO Dengan BO 5 t jerami/ha

Dengan 2 t pukan/ha

Kecamatan

Urea SP36 KCl Urea SP36 KCl Urea SP36 KCl

Selebar 250 75 50 230 75 0 225 25 30 Gd. Cempaka - - - - - - - - - Teluk Segara 250 75 50 230 75 0 225 25 30 Muara Bangkahulu

250 100* 100* 230 100* 50* 225 50* 80*

Keterangan : BO = Bahan Organik, Pukan = Pupuk Kandang, * = Bervariasi

Page 13: I. PENDAHULUAN - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/CETAKAN-2010/... · merupakan komoditas yang diharapkan tercapai swasembada berkelanjutan

Tabel 3. Rekomendasi pupuk N,P, dan K pada lahan sawah spesifik lokasi (per kecamatan) di Kabupaten Bengkulu Utara (permentan No.40/Permentan/OT.140/04/2007).

Rekomendasi pupuk (kg/ha)

Tanpa BO Dengan BO 5 t jerami/ha

Dengan 2 t pukan/ha

Kecamatan

Urea SP36 KCl Urea SP36 KCl Urea SP36 KCl

Enggano - - - - - - - - - Tl. Empat 200 100 50 180 100 0 175 50 30 Tb. Penanjung - - - - - - - - - Kr. Tinggi 200 50 50 180 50 0 175 0 30 Pagar Jati 200 50 50 180 50 0 175 0 30 Pmtg. Tiga 200 75 50 180 75 0 175 25 30 Pd. Kelapa 200 100* 100* 180 100* 50* 175 50* 80* Kerkap 200 75* 100* 180 75* 50* 175 25* 80* Argamakmur 200 75* 50 180 75* 0 175 25* 30 Lais 200 75* 100* 180 75* 50* 175 25* 80* Air Napal 200 75* 100* 180 75* 50* 175 25 80 Air Besi 200 75* 50 180 75* 0 175 25* 30 Pd. Jaya 200 50 50 180 50 0 175 0 30 Napal Putih - - - - - - - - - Ketahun 200 50 50 180 50 0 175 0 30 Putri Hijau 200 50 50 180 50 0 175 0 30 Batik Nau 200 50 50 180 50 0 175 0 30 Giri Mulya - - - - - - - - -

Keterangan : BO = Bahan Organik, Pukan = Pupuk Kandang, * = Bervariasi

Tabel 4. Rekomendasi pupuk N,P, dan K pada lahan sawah spesifik

lokasi (per kecamatan) di Kabupaten Mukomuko (permentan No.40/Permentan/OT.140/04/2007).

Rekomendasi pupuk (kg/ha)

Tanpa BO Dengan BO 5 t jerami/ha

Dengan 2 t pukan/ha

Kecamatan

Urea SP36 KCl Urea SP36 KCl Urea SP36 KCl

Mukomuko Selatan 200 75 100* 180 75 50* 175 25 80* Teras Terunjam 200 75 50 180 75 0 175 25 30 Mukomuko Utara 200 75 50 180 75 0 175 25 30 Lubuk Pinang 200 75 50 180 75 0 150 25 30 Pondok Suguh 200 75 100* 180 75 50* 175 25 80*

Keterangan : BO = Bahan Organik, Pukan = Pupuk Kandang, * = Bervariasi

13

Page 14: I. PENDAHULUAN - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/CETAKAN-2010/... · merupakan komoditas yang diharapkan tercapai swasembada berkelanjutan

14

Tabel 5. Rekomendasi pupuk N,P, dan K pada lahan sawah spesifik lokasi (per kecamatan) di Kabupaten Bengkulu Selatan (permentan No.40/Permentan/OT.140/04/2007).

Rekomendasi pupuk (kg/ha)

Tanpa BO Dengan BO 5 t jerami/ha

Dengan 2 t pukan/ha

Kecamatan

Ure

a

SP36 KCl Urea SP36 KCl Urea SP36 KCl

Manna 250 100* 100* 230 100* 50* 225 50* 80* Kota Manna 250 100* 100 230 100* 50 225 50* 80 Seginim 250 100* 100* 230 100* 50* 225 50* 80* Pino Raya 250 100* 100* 230 100* 50* 225 50* 80* Kedurang 250 75* 100* 230 75* 50* 225 25* 80*

Keterangan : BO = Bahan Organik, Pukan = Pupuk Kandang, * = Bervariasi

Tabel 6. Rekomendasi pupuk N,P, dan K pada lahan sawah spesifik

lokasi (per kecamatan) di Kabupaten Seluma (permentan No.40/Permentan/OT.140/04/2007).

Rekomendasi pupuk (kg/ha)

Tanpa BO Dengan BO 5 t jerami/ha

Dengan 2 t pukan/ha

Kecamatan

Urea SP36 KCl Urea SP36 KCl Urea SP36 KCl

Seluma 250 75* 100* 230 75* 50* 225 25* 80* Sukaraja 250 75 50 230 75 0 225 25 30 Talo 250 100* 100* 230 100* 50* 225 50* 80* Semidang Alas

250 75* 50 230 75 0 225 25* 30

Semidang Alas Maras

250 75* 50 230 75* 0 225 25 30

Keterangan : BO = Bahan Organik, Pukan = Pupuk Kandang, * = Bervariasi

Page 15: I. PENDAHULUAN - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/CETAKAN-2010/... · merupakan komoditas yang diharapkan tercapai swasembada berkelanjutan

15

Tabel 7. Rekomendasi pupuk N,P, dan K pada lahan sawah spesifik lokasi (per kecamatan) di Kabupaten Kaur (permentan No.40/Permentan/OT.140/04/2007).

Rekomendasi pupuk (kg/ha)

Tanpa BO Dengan BO 5 t jerami/ha Dengan 2 t pukan/ha

Kecamatan

Urea SP36 KCl Urea SP36 KCl Urea SP36 KCl

Kaur Selatan 250 100 100* 230 100 50* 225 50 80* Kaur Tengah 250 100* 50 230 100* 0 225 50* 30 Kaur Utara 250 50 100* 230 50 50* 225 0 80* Kinal 250 100* 100* 230 100* 50* 225 50* 80* Maje 250 100* 100* 230 100* 50* 225 50* 80* Nasal - - - - - - - - - Tj. Kemuning 250 100* 100* 230 100* 50* 225 50* 80*

Keterangan : BO = Bahan Organik, Pukan = Pupuk Kandang, * = Bervariasi

Tabel 8. Rekomendasi pupuk N,P, dan K pada lahan sawah spesifik lokasi (per kecamatan) di Kabupaten Rejang Lebong (permentan No.40/Permentan/OT.140/04/2007).

Rekomendasi pupuk (kg/ha)

Tanpa BO Dengan BO 5 t jerami/ha

Dengan 2 t pukan/ha

Kecamatan

Urea SP36 KCl Urea SP36 KCl Urea SP36 KCl

Curup 250 50 50 230 50 0 225 0 30 Bermani Ulu 250 75* 50 230 75* 0 225 25* 30 Sindang Kelingi 250 50 50 230 50 0 225 0 30 Selupu Rejang 250 50 50 230 0 0 225 0 30 Padang U. Tanding

250 50 50 230 50 0 225 0 30

Kota Padang 250 50 50 230 50 0 225 0 30

Keterangan : BO = Bahan Organik, Pukan = Pupuk Kandang, * = Bervariasi

Page 16: I. PENDAHULUAN - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/CETAKAN-2010/... · merupakan komoditas yang diharapkan tercapai swasembada berkelanjutan

16

Tabel 9. Rekomendasi pupuk N,P, dan K pada lahan sawah spesifik lokasi (per kecamatan) di Kabupaten Kepahiang (permentan No.40/Permentan/OT.140/04/2007).

Rekomendasi pupuk (kg/ha)

Tanpa BO Dengan BO 5 t jerami/ha

Dengan 2 t pukan/ha

Kecamatan

Urea SP36 KCl Urea SP36 KCl Urea SP36 KCl

Tebat Karai 200 75* 50 180 75* 0 150 25* 30 Kepahiang 200 75* 50 180 75 0 150 25* 30

Keterangan : BO = Bahan Organik, Pukan = Pupuk Kandang, * = Bervariasi

Tabel 10. Rekomendasi pupuk N,P, dan K pada lahan sawah spesifik lokasi (per kecamatan) di Kabupaten Lebong (permentan No.40/Permentan/OT.140/04/2007).

Rekomendasi pupuk (kg/ha)

Tanpa BO Dengan BO 5 t jerami/ha

Dengan 2 t pukan/ha

Kecamatan

Urea SP36 KCl Urea SP36 KCl Urea SP36 KCl

Lebong Utara 200 100* 100* 180 100* 50* 150 50* 80* Lebong Selatan 200 100* 50 180 100* 0 150 50* 30 Lebong Tengah 200 100* 100* 180 100* 50* 150 50* 30 Lebong Atas 200 100* 100 180 100* 50 150 50* 30 Rimbo Pengadang 200 50 50 180 50 0 150 0 30 Keterangan : BO = Bahan Organik, Pukan = Pupuk Kandang, * = Bervariasi

Tabel 11. Waktu dan dosis pupuk yang diberikan ke tanaman padi.

Waktu pemupukan Urea (kg/ha)

SP-36 (kg/ha)

KCl (kg/ha)

Pupukan Dasar (7-14 ST) 33% 100% -

Pupuk Susulan I (21-30 HST) 33% - 50%

Pupuk Susulan II (35-45 HST)

33% - 50%

Page 17: I. PENDAHULUAN - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/CETAKAN-2010/... · merupakan komoditas yang diharapkan tercapai swasembada berkelanjutan

17

• Pada musim hujan takaran pupuk dianjurkan lebih rendah

dari pada musim kemarau. Jika pupuk tunggal seperti KCl

susah di dapat maka dapat menggunakan pupuk

majemuk. Untuk perhitungannya dapat dilihat pada

Lampiran 1.

3.6. Pengairan Berselang (Intermitten)

• Selesai tanam, ketinggi air dipertanaman dipertahankan 2-

3 cm selama 3 hari.

• Kemudian air pada petak pertanaman dibuang sampai

kondisi macak-macak dan dipertahankan selama 10 hari.

• Fase pembentukan anakan sampai fase primordia bunga

lahan digenangi dengan ketinggian 2-3 cm.

• Menjelang pelaksanaan pemupukan susulan pertama

dilakukan lagi pembungan air dan sekaligus penyiangan.

• Fase primordia bunga hingga fase bunting, lahan

digenangi dengan ketinggian air 5 cm, untuk menekan

pertumbuhan anakan yang baru.

• Selama masa bunting sampai fase berbunga, lahan

pertanaman secara periodik diairi dan dikeringkan secara

bergantian (selang seling). Petak diari setinggi 5 cm

kemudian dibiarkan sampai kondisi sawah mengering

selama dua hari dan kemudian diari kembali setinggi 5 cm

dan seterusnya.

Page 18: I. PENDAHULUAN - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/CETAKAN-2010/... · merupakan komoditas yang diharapkan tercapai swasembada berkelanjutan

18

• Fase pengisian biji, ketinggian air dipertahankan sekitar 3

cm.

• Setelah fase pengisian biji, lahan secara periodik diairi dan

dikeringkan secara bergantian (selang-seling).

• Seminggu menjelang panen, lahan mulai dikeringkan agar

proses pematangan biji relatif lebih cepat dan lahan tidak

becek sehingga memudahkan saat panen.

3.7. Penyiangan Gulma

• Penyiangan paling sedikit dilakukan dua atau tiga kali,

tergantung keadaan gulma.

• Penyiangan dilakukan dengan landak atau gasrok,

penyiang dilakukan pada saat pemupukan susulan

pertama dan kedua.

3.8. Pengendalian Hama dan Penyakit

• Pengendalian hama penyakit harus dilakukan secara

terpadu, wereng coklat dan tungro merupakan hama dan

penyakit utama.

• Hindari pengembangan di daerah endemis hama dan

penyekit wereng coklat dan tungro.

• Bila dilakukan di daerah endemis wereng coklat dan

tungro terapkan teknologi PHT dengan pemantauan

keberadaan tungro dan kepadatan populasi wereng secara

intensif.

Page 19: I. PENDAHULUAN - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/CETAKAN-2010/... · merupakan komoditas yang diharapkan tercapai swasembada berkelanjutan

19

• Perhatikan serangan tikus sejak dini dan monitor

penerbangan ngengat penggerek batang.

• Penggunaan insektisida didasarkan pada jumlah wereng

terkoreksi berdasarkan stadia umur tanaman.

• Insektisida yang manjur untuk hama wereng coklat dan

wereng punggung putih diantarnya fipronil. Imidakloprid

dan buprofezin.

• Pemantauan penyakit tungro melalui pengamatan wereng

hijau mulai dari persemaian. Aplikasi dengan insektisida

dengan bahan aktif imidakloprid atau tiametoksan.

• Di pertanaman pada umur 2 Minggu Setelah Tanam (MST)

apabila ada lima gejala tungro dari 10.000 rumpun atau

dua gejala dari 1.000 rumpun tanaman saat umur 3 MST

gunakan insektisida imidakloprid, tiametoksan,

etofenproks, dan karbofura.

3.9. Rouging/seleksi

• Salah satu syarat dari benih bermutu adalah memiliki

tingkat kemurnian genetik yang tinggi, oleh karena itu

Roguing perlu dilakukan dengan benar dan dimulai mulai

fase vegetatif sampai akhir pertanaman.

• Roguing dilakukan untuk membuang rumpun-rumpun

tanaman yang ciri-ciri morfologisnya menyimpang dari ciri-

ciri varietas tanaman yang diproduksi benihnya. Untuk

tujuan tersebut, pertanaman petak pembanding

Page 20: I. PENDAHULUAN - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/CETAKAN-2010/... · merupakan komoditas yang diharapkan tercapai swasembada berkelanjutan

20

(pertanaman check plot) dengan menggunakan benih

autentik sangat disarankan.

• Pertanaman ini digunakan sebagai referensi/acuan di

dalam melakukan Roguing dengan cara memperhatikan

karakteristik tanaman dalam berbagai fase pertumbuhan.

Tabel 12. Karakteristik tanaman yang perlu diperhatikan untuk mempertahankan kemurnian genetik varietas.

N0 Fase Pertumbuhan

Karakter yang perlu diperhatikan

1 Bibit Muda Laju pemunculan bibit, Warna daun, Tinggi bibit

2 Tanaman Muda

Laju pertunasan, Tipe pertunasan, Warna daun, Sudut daun, Warna pelepah, Warna kaki (pelepah bagian bawah)

3 Fase Anakan Maksimum

Jumlah tunas, Panjang & Lebar Daun, Sudut Pelekatan Daun, Warna Daun, Panjang & Warna Ligula

4 Fase Awal Berbunga

Sudut pertunasan, Sudut daun Bendera, Jumlah malai/rumpun, Jumlah malai/m2, Umur Berbunga : * 50 % berbunga * 100 % berbunga * Keseragaman berbunga

5 Fase Pematangan

Tipe malai & tipe pemunculan leher malai, Panjang malai, Warna gabah, Keberadaan bulu pada ujung gabah, Kehampaan malai, Laju senesen daun, Umur matang, Bentuk & Ukuran gabah, Bulu, Kerebahan

6 Fase Panen Kerontokan, Tipe endosperma, Bentuk & Ukuran Gabah

Apabila cara Roguing dengan menggunakan acuan

pertanaman’check plo ’ belum mungkin dilakukan, maka hal-hal

berikut sebagai patokan dalam pelaksanaan Roguing yaitu:

t

a. Stadia Vegetatif Awal ( 35 – 45 HST)

• Tanaman yang tumbuh di luar jalur/barisan.

Page 21: I. PENDAHULUAN - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/CETAKAN-2010/... · merupakan komoditas yang diharapkan tercapai swasembada berkelanjutan

21

• Tanaman/rumpun yang tipe pertunasan awalnya

menyimpang dari sebagian besar rumpun-rumpun lain.

• Tanaman yang bentuk dan ukuran daunnya berbeda dari

sebagian besar rumpun-rumpun lain.

• Tanaman yang warna kaki atau daun pelepahnya berbeda

dari sebagian besar rumpun-rumpun lain.

• Tanaman/rumpun yang tingginya sangat berbeda

(mencolok).

b. Stadia Vegetatif Akhir/Anakan Maksimum ( 50 – 60 HST)

• Tanaman yang tumbuh di luar jalur/barisan 1.

• Tanaman/rumpun yang tipe pertunasan menyimpang dari

sebagian besar rumpun-rumpun lain.

• Tanaman yang bentuk dan ukuran daunnya berbeda dari

sebagian besar rumpun-rumpun lain.

• Tanaman yang warna kaki atau helai daun, dan pelepahnya

berbeda dari sebagian besar rumpun-rumpun lain.

• Tanaman/rumpun yang tingginya sangat berbeda

(mencolok).

c. Stadia Generatif Awal /Berbunga ( 85 – 90 HST)

• Tanaman/rumpun yang tipe tumbuhnya menyimpang dari

sebagian besar rumpun-rumpun lain.

• Tanaman yang bentuk dan ukuran daun benderanya

berbeda dari sebagian besar rumpun-rumpun lain.

• Tanaman yang berbunga terlalu cepat atau terlalu lambat

dari sebagian besar rumpun-rumpun lain.

Page 22: I. PENDAHULUAN - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/CETAKAN-2010/... · merupakan komoditas yang diharapkan tercapai swasembada berkelanjutan

22

• Tanaman/rumpun yang memiliki eksersi malai berbeda

• Tanaman/rumpun yang memiliki bentuk dan ukuran gabah

berbeda.

d. Stadia Generatif Akhir /Masak ( 100 – 115 HST)

• Tanaman/rumpun yang tipe tumbuhnya menyimpang dari

sebagian besar rumpun-rumpun lain.

• Tanaman yang bentuk dan ukuran daun benderanya

berbeda dari sebagian besar rumpun-rumpun lain.

• Tanaman yang berbunga terlalu cepat atau terlalu lambat

dari sebagian besar rumpun-rumpun lain.

• Tanaman/rumpun yang terlalu cepat matang

Tanaman/rumpun yang memiliki eksersi malai berbeda.

• Tanaman/rumpun yang memiliki bentuk dan ukuran gabah.

• warna gabah, dan ujung gabah (rambut /tidak berambut)

berbeda.

3.10. Panen dan Pengolahan Benih

Saat panen yang tepat adalah pada waktu biji telah

masak fisiologis, atau apabila sekitar 90-95% malai telah

menguning. Benih padi ketika baru dipanen masih tercampur

dengan kotoran fisik dan benih jelek. Oleh karena itu, bila

pertanaman benih telah lulus dari pemeriksaan lapangan,

masalah mutu benih padi setelah panen biasanya berasosiasi

dengan mutu fisiologis, mutu fisik dan kesehatan benih. Salah

Page 23: I. PENDAHULUAN - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/CETAKAN-2010/... · merupakan komoditas yang diharapkan tercapai swasembada berkelanjutan

23

satu variabel dari mutu fisiologis benih yang mulai menarik

perhatian petani adalah status vigor benih.

Vigor benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk

tumbuh cepat, serempak dan berkembang menjadi tanaman

normal dalam kisaran kondisi lapang yang lebih luas. Untuk

menjamin ini, maka cara panen yang baik meliputi perontokan,

pembersihan, dan cara pengeringan gabah untuk benih akan

menentukan mutu benih.

Faktor yang paling utama adalah pengeringan benih,

benih harus dikeringkan sampai kadar air mencapai 10-12%.

Setelah menjadi benih dan siap simpan, benih harus dikemas

secara baik dan disimpan ditempat dengan kondisi khusus

untuk penyimpanan.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses

panen dan pengolahan benih adalah sebagai berikut:

a. Persiapan Panen

Lahan pertanaman untuk produksi benih dapat dipanen

apabila sudah dinyatakan lulus sertifi kasi lapangan oleh Balai

Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan

Hortikultura (BPSB-TPH). Sebelum panen dilakukan, semua malai

dari kegiatan Roguing harus dikeluarkan dari areal yang akan

dipanen. Hal ini untuk menghindari tercampurnya calon benih

dengan malai sisa roguing. Selain itu, perlu disiapkan peralatan

yang akan digunakan panen (sabit, karung, terpal, alat perontok

Page 24: I. PENDAHULUAN - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/CETAKAN-2010/... · merupakan komoditas yang diharapkan tercapai swasembada berkelanjutan

24

(threser), karung dan tempat/alat pengering) serta alat-alat yang

akan digunakan untuk panen dibersihkan.

b. Proses Panen

Dua baris tanaman yang paling pinggir sebaiknya dipanen

terpisah dan tidak digunakan sebagai calon benih. Panen dapat

dilakukan dengan potong tengah jerami padi kemudian dirontok

dengan threser atau potong bawah lalu digebot. Ukur kadar air

panen dengan menggunakan moisture meter. Calon benih

kemudian dimasukan ke dalam karung dan diberi label yang

berisi : nama varietas, tanggal panen, asal pertanaman dan berat

calon benih.; lalu diangkut ke ruang pengolahan benih. Buat

laporan hasil panen secara rinci yang berisi tentang tanggal

panen, nama varietas, kelas benih, bobot calon benih dan kadar

air benih saat panen.

c. Pengeringan Benih

1. Penurunan kadar air perlu harus segera dilakukan karena

pada umumnya calon benih masih mempunyai kadar air

panen yang tinggi.

2. Pada tingkat kadar air yang tinggi, calon benih bisa

diangin- anginkan terlebih dahulu sebelum dikeringkan.

3. Pengeringan benih dapat dilakukan dengan cara

penjemuran atau dengan menggunakan mesin pengering.

Page 25: I. PENDAHULUAN - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/CETAKAN-2010/... · merupakan komoditas yang diharapkan tercapai swasembada berkelanjutan

25

* Penjemuran Pastikan lantai jemur bersih dan beri jarak yang cukup

antar benih dari varietas yang berbeda.

Gunakan lamporan/alas di bagian bawah untuk

mencegah suhu penjemuran yang terlalu tinggi di

bagian bawah hamparan.

Lakukan pembalikan benih secara berkala dan hati-

hati. Lakukan pengukuran suhu pada hamparan

benih yangdijemur dan kadar air benih setiap 2-3 jam

sekali serta catat data suhu hamparan dan kadar air

benih tersebut.

Bila pengeringan menggunakan sinar matahari,

umumnya penjemuran dilakukan selama 4 – 5 jam.

Penjemuransebaiknya diberhentikan apabila suhu

hamparan benih lebih dari 43oC

Pengeringan dilakukan hingga mencapai kadar air

yang memenuhi standar mutu benih bersertifi kat

(13% atau lebih rendah)

* Pengeringan dengan Alat Pengering (Dryer) Bersihkan mesin pengering, pastikan tidak ada benih

yang tertinggal dan pastikan mesin berfungsi dengan

baik.

Page 26: I. PENDAHULUAN - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/CETAKAN-2010/... · merupakan komoditas yang diharapkan tercapai swasembada berkelanjutan

26

Suhu udara yang mengenai benih sebaiknya

disesuaikan dengan kadar air awal benih (kadar air

benih pada saat mulai pengeringan)

Benih dengan kadar air panen yang tinggi, jangan

langsung dipanaskan tetapi di angin-anginkan dahulu

(digunakan hembusan angin/blower).

Bila kadar air benih sudah aman untuk digunakan

pemanasan, atur suhu pengeringan benih sehingga

tidak melebihi 43oC

Lakukan pengecekan suhu hamparan benih dan kadar

air benih setiap 2-3 jam dan catat.

Pengeringan dihentikan bila kadar air mencapai kadar

air yang memenuhi standar mutu benih bersertifi kat

(13%atau lebih rendah).

d. Pengolahan Benih

Pengolahan benih pada umumnya meliputi pembersihan

benih, pemilahan (grading) dan perlakuan benih (jika

diperlukan). Tujuan pembersihan ini selain memisahkan benih

dari kotoran (tanah, jerami, maupun daun padi yang terikut)

juga untuk membuang benih hampa. Pembersihan benih dalam

skala kecil dapat dilakukan secara manual dengan menggunakan

nyiru (ditampi). Sedangkan pada skala produksi yang lebih besar,

penggunaan mesin pembersih benih seperti air screen cleaner

atau aspirator akan meningkatkan efisiensi pengolahan.

Page 27: I. PENDAHULUAN - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/CETAKAN-2010/... · merupakan komoditas yang diharapkan tercapai swasembada berkelanjutan

27

r

Apabila dirasa perlu, grading (pemilahan benih) dapat

dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan benih yang lebih

seragam dalam ukuran benih (panjang, lebar, ketebalan),

bentuk atau berat jenis benihnya. Alat-alat seperti Indent

cylinder machine, Indent desk separator, Gravity table seperato

dan sebagainya dapat digunakan di dalam pemilahan benih.

Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam pengolahan

benih mulai dari pengeringan sampai pemilahan, terutama untuk

menghindari benih tercampur dengan varietas lain, diantaranya

adalah :

• Sebelum proses pengolahan dimulai, siapkan, cek peralatan

dan bersihkan alat-alat pengolahan yang akan digunakan.

Pastikan bahwa perlatan berfungsi dengan baik dan benar-

benar bersih baik dari kotoran maupun sisa-sisa benih lain.

• Untuk menghindarkan terjadinya pencampuran antar

varietas, benih dari satu varietas diolah sampai selesai, baru

kemudian pengolahan untuk varietas lainnya.

• Tempatkan benih hasil pengolahan dalam karung baru serta

diberi label yang jelas di dalam dan luar karung.

• Bila alat pengolahan akan digunakan untuk mengolah

sejumlah benih varietas yang berbeda, mesin/ alat

pengolahan dibersihkanulang dari sisa-sisa benih

sebelumnya, baru kemudian digunakan untuk pengolahan

varietas lain. Hal ini perlu dilakukan untuk menghindari

terjadinya campuran dengan varietas lain.

Page 28: I. PENDAHULUAN - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/CETAKAN-2010/... · merupakan komoditas yang diharapkan tercapai swasembada berkelanjutan

28

• Buat laporan hasil pengolahan yang berisi tentang varietas,

kelas benih, berat benih bersih dan susut selama

pengolahan.

3.11. Pengawasan dan Sertifikasi Benih

Tujuan sertifikasi adalah: (1) menjamin kemurnian dan

kebenaran varietas, dan (2) menjamin ketersediaan benih

bermutu secara berkesinambungan. Sertifikasi dilakukan dalam

tiga tahap, yaitu pemeriksaan lapangan, pemeriksaan

laboratorium, dan pengawasan pemasangan label (Wahyuni,

2005). Kegiatan pengawasan dan sertifikasi ini dilakukan oleh

BPSB-TPH Provinsi setempat.

Pengawasan dilakukan sejak proses produksi benih

hingga penanganan pascapanen. Pengawasan lapangan untuk

tanaman padi dari BPSB-TPH dilakukan sebanyak 4 kali, yaitu

pemeriksaan pendahuluan sebelum pengolahan tanah,

pemeriksaan lapangan pertama saat fase vegetatif (30 HST),

pemeriksaan fase berbunga (30 hari sebelum panen), dan

pemeriksaan fase masak (1 minggu sebelum panen) (Wahyuni,

2005).

Uji mutu benih dilakukan di laboratorium terhadap contoh

benih yang mewakili. Uji mutu yang dilakukan adalah terhadap

mutu genetis, mutu fisiologis, dan mutu fisik (Wahyuni, 2005).

Page 29: I. PENDAHULUAN - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/CETAKAN-2010/... · merupakan komoditas yang diharapkan tercapai swasembada berkelanjutan

29

Tabel 13. Standar mutu benih padi bersertifikasi berdasarkan pengujian di laboratorium.

Variabel mutu FS SS ES Kadar air, maks (%) 13,0 13,0 13,0 Benih murni, min (%) 99,0 99,0 98,0 Kotoran, maks (%) 1,0 1,0 2,0

Varietas lain, maks (%) 0,0 0,1 0,2

Biji gulma, maks (%) 0,0 0,1 0,2

Daya berkecambah, min (%) 80,0 80,0 80,0 Sumber: Wahyuni (2005a).

3.12. Pengemasan

Pengemasan benih selain bertujuan untuk

mempermudahkan di dalam penyaluran/transportasi benih, juga

untuk melindungi benih selama penyimpanan terutama dalam

mempertahankan mutu benih dan menghindari serangan insek.

Oleh karena itu, efektifi tas atau tidaknya kemasan sangat

ditentukan oleh kemampuannya dalam mempertahankan kadar

air, viabilitas benih dan serangan insek.

Pengemasan sementara selama pengolahan benih

berlangsung atau setelah selesai pengolahan sampai menunggu

hasil uji lab keluar dan label selesai dicetak, benih dapat dikemas

dalam karung plastik yang dilapis dengan kantong plastik di

bagian dalamnya. Sedangkan untuk tujuan komersial/pemasaran

benih, benih sebaiknya dikemas dengan menggunakan kantong

plastik tebal 0.08 mm atau lebih dan di-sealed/ dikelim rapat.

Page 30: I. PENDAHULUAN - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/CETAKAN-2010/... · merupakan komoditas yang diharapkan tercapai swasembada berkelanjutan

30

Pengemasan dilakukan setelah hasil uji lab terhadap

contoh benih dinyatakan lulus oleh BPSB-TPH dan label selesai

dicetak. Label benih dimasukan ke dalam kemasan sebelum di-

sealed. Pengemasan dan pemasangan label benih harus

dilakukan sedemikian rupa, agar mampu menghindari adanya

tindak pemalsuan.

3.13. Penyimpanan

Kondisi penyimpanan yang baik adalah kondisi

penyimpanan yang mampu mempertahankan mutu benih seperti

saat sebelum simpan sepanjang mungkin selama periode

simpan. Daya simpan benih dipengaruhi oleh sifat genetik benih,

mutu benih awal simpan dan kondisi ruang simpan. Oleh karena

itu, hanya benih yang bermutu tinggi yang layak untuk disimpan.

Sedangkan kondisi ruang yang secara nyata berpengaruh

terhadap daya simpan benih adalah suhu dan kelembaban ruang

simpan.

Kondisi ruang penyimpanan yang baik untuk benih-benih

yang bersifat ortodoks, termasuk padi; adalah pada kondisi

kering dan dingin. Beberapa kaidah yang berkaitan dengan

penyimpanan benih adalah: (i) untuk setiap penurunan 1% kadar

air atau 10oF (5,5oC) suhu ruang simpan akan melipat-gandakan

daya simpan benih. Kondisi tersebut berlaku untuk kadar air

benih antara 14% sampai 5%dan pada suhu dari 50oC – 0oC dan

(ii) penyimpanan yang baik bila persentase kelembaban relatif

Page 31: I. PENDAHULUAN - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/CETAKAN-2010/... · merupakan komoditas yang diharapkan tercapai swasembada berkelanjutan

31

(% RH) ditambah dengan suhu ruang simpan (oF) sama dengan

100. Untuk memenuhi kondisi demikian, idealnya ruang simpan

benih dilengkapi dengan AC (air conditioner) dan dehumidifier

(alat untuk menurunkan kelembaban ruang simpan). Namun jika

kondisi tersebut belum dapat dipenuhi, gudang penyimpanan

selayaknya memenuhi persyaratan sebagai berikut:

• Tidak bocor.

• Lantai harus padat (terbuat dari semen/beton) .

• Mempunyai ventilasi yang cukup, agar terjadi sirkulasi

udara yang lancar sehingga gudang penyimpanan tidak

lembab.

• Bebas dari gangguan hama dan penyakit (ruangan bersih,

lubang ventilasi ditutup kawat kasa).

Setiap benih disimpan secara teratur, setiap varietas terpisah

dari varietas lainnya Sedangkan cara penumpukan hendaknya

diatur sedemikian rupa, agar tumpukan rapih, mudah dikontrol,

tidak mudah roboh dan keluar masuk barang mudah. Apabila

benih tidak disimpan dalam rak-rak benih, maka di bagian bawah

tumpukan harus diberi balok kayu agar benih tidak bersentuhan

langsung dengan lantai ruang simpan. Kemudian, pada setiap

tumpukan benih dilengkapi dengan kartu pengawasan, berisi

informasi :

• Nama varietas

• Tanggal panen

• Asal petak percobaan

Page 32: I. PENDAHULUAN - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/CETAKAN-2010/... · merupakan komoditas yang diharapkan tercapai swasembada berkelanjutan

32

• Jumlah/kuantitas benih asal (pada saat awal penyimpanan)

• Jumlah kuantitas pada saat pemeriksaan stok terakhir.

• Hasil uji daya kecambah terakhir (tanggal, % daya

kecambah).

Page 33: I. PENDAHULUAN - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/CETAKAN-2010/... · merupakan komoditas yang diharapkan tercapai swasembada berkelanjutan

33

DAFTAR PUSTAKA

Badan Litbang Pertanian. 2007. Pedoman Umum Produksi Benih Sumber Padi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 37 h

Bambang Suprihatno, Aan A.D. Satoto. BaehakiS.E., Suprihanto, Agus Setyono, S. Dewi I., Moh. Yamin S., Hasil Sembiring. 2009. Deskripsi Varietas Padi. Balai Besar Penelitian Tanaman padi. Badan Litbang Pertanian.105h

Mugnisjah.W.Q., Asep S. 1991. Produksi Benih. Bumi Aksara, Jakarta.129h

Nugraha U.S., Sri Wahyuni, M. Yamin S., Ade Ruskandar. 2008 Sistem Perbenihan Padi dalam Padi Inovasi Teknologi Produksi Buku 2. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Hal 91-121

Distan Provinsi Bengkulu. 2009. Laporan Dinas Pertanian Provinsi Bengkulu Tahun 2009. Bengkulu

Pulitbangtan. 2007. Pedoman Produksi Benih Sumber Padi. Puslitbangtan, Bogor.

Wahyuni, S. 2005a. Pengantar sertifikasi Benih dan Sistem Managemen Mutu. Makalah disampaikan pada Lokakarya Pengembangan Jaringan Alih Teknologi Produksi dan Distribusi Benih Sumber di Balitpa, 21-22 November 2005. Sukamandi

Wahyuni, S. 2005b. Dasar-dasar Teknologi Benih. Makalah Disampaikan pada Lokakarya Pengembangan Jaringan Alih Teknologi Produksi dan Distribusi Benih Sumber di Balitpa, 21-22 November 2005. Sukamandi

Wirawan, dkk. 2002. Dalam www.litbang.deptan.go.id. Pembinaan Penangkar dan Perbanyakan Benih Sumber Varietas Unggul Padi, Jagung, dan Kedele (APBN) oleh Administrator Sabtu 12 September 2009. 23-24. Terakhir di update Selasa 27 Oktober 2009. 14:06

Page 34: I. PENDAHULUAN - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/CETAKAN-2010/... · merupakan komoditas yang diharapkan tercapai swasembada berkelanjutan

34

Lampiran 1. Cara perhitungan/ konversi pupuk tunggal menjadi pupuk majemuk NPK

Perhitungan penggunaan pupuk tunggal

Contoh : Lahan dengan status hara P sedang dan K tinggi rekomendasi : 135 N/ha, 35 Kg P2O5 dan 20 Kg K2O/ha

Urea (45%) = 135 Kg N x (100/45)

= 300 kg Urea

SP36 (36%) = 35 kg P2O5 x (100/36)

= 100 kg SP36

KCl (60%) = (20 kg K x (100/60)

= 33 kg KCl

Perhitungan penggunaan pupuk tunggal dan majemuk

Rekomendasi pupuk 135 kg N, 35 kg P2O5 dan 20 kg K2O / ha

Jika menggunakan pupuk majemuk NPK (15:15:15) maka gunakanlah standar kebutuhan pupuk yang paling rendah : 20 kg K2O

NPK (15:15:15) yang dibutuhkan = 20 kg x (100/15) = 133 kg

133 kg NPK : mengandung 20 kg N, 20 kg P2O5 dan 20 kg K2O

N dan P masih kurang, sehingga perlu tambahan Urea dan SP36

Kekurangan N = 135 kg – 20 kg = 115 kg N atau kekurangan Urea = 115 kg x (100/45) =\ 256 kg Urea

Kekurangan P = 35 kg – 20 kg = 15 kg P2O5 atau Kekurangan SP36 = 15 kg x (100/36) = 42 kg SP36

Page 35: I. PENDAHULUAN - bengkulu.litbang.pertanian.go.idbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/CETAKAN-2010/... · merupakan komoditas yang diharapkan tercapai swasembada berkelanjutan

35

Rekomendasi pupuk :

Pupuk Tunggal = 300 kg Urea + 100 Kg SP36 + 33 kg KCl atau

Pupuk Majemuk NPK (15:15:15) = 133 kg NPK phonska + 256 kg Urea + 42 kg SP36