i. pendahuluan masalah mendasar usaha kecil yang paling...

13
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah mendasar usaha kecil yang paling menonjol menyangkut menyediakan pembiayaan atau modal usaha. Kebutuhan modal sangat terasa pada saat seseorang ingin memulai usaha baru. Pada usaha yang sudah berjalan, modal tetap menjadi kendala lanjutan untuk berkembang. Masalah yang menghadang usaha kecil menyangkut kemampuan akses pembiayaan, akses pasar dan pemasaran, tata kelola manajemen usaha kecil serta akses informasi. Kesulitan usaha kecil mengakses sumber-sumber modal karena keterbatasan informasi dan kemampuan menembus sumber modal tersebut (Chotim dan Thamrin, 1997). Lembaga keuangan bank adalah sumber modal terbesar yang dapat dimanfaatkan oleh pelaku usaha kecil. Namun untuk bermitra dengan bank, usaha kecil dituntut menyajikan proposal usaha yang feasible atau layak usaha dan menguntungkan. Disamping itu lembaga keuangan bank mensyaratkan usaha kecil harus bankable atau dapat memenuhi ketentuan bank. Inilah persoalannya, akibat bank berlaku prudent atau hati-hati, maka makin mempersulit usaha kecil untuk mengakses sumber modal. Usaha kecil yang sulit mengakses bank akan mencari jalan pintas. Kemana lagi kalau bukan kepada para pelempar uang alias rentenir tetapi usaha kecil harus rela dengan biaya uang yang mencekik. Ada anggapan keliru. Seolah olah, usaha kecil tidak mempermasalahkan biaya bunga yang tinggi dari rentenir. Adalah anggapan yang sangat keliru, mereka terpaksa memakai uang rentenir karena terpaksa akibat sulit mengakses modal dari bank. Usaha kecil yang berhasil menembus kendala akses modal, pasar dan informasi. Kendala usaha yang lebih lanjut, seperti pengembangan produk,

Upload: doandan

Post on 09-Mar-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: I. PENDAHULUAN Masalah mendasar usaha kecil yang paling ...repository.sb.ipb.ac.id/1736/5/E30-05-Mangasa-Pendahuluan.pdf · lebih dalam jangka waktu manfaat bersama ataupun keuntungan

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Masalah mendasar usaha kecil yang paling menonjol menyangkut

menyediakan pembiayaan atau modal usaha. Kebutuhan modal sangat terasa pada

saat seseorang ingin memulai usaha baru. Pada usaha yang sudah berjalan, modal

tetap menjadi kendala lanjutan untuk berkembang. Masalah yang menghadang

usaha kecil menyangkut kemampuan akses pembiayaan, akses pasar dan

pemasaran, tata kelola manajemen usaha kecil serta akses informasi. Kesulitan

usaha kecil mengakses sumber-sumber modal karena keterbatasan informasi dan

kemampuan menembus sumber modal tersebut (Chotim dan Thamrin, 1997).

Lembaga keuangan bank adalah sumber modal terbesar yang dapat

dimanfaatkan oleh pelaku usaha kecil. Namun untuk bermitra dengan bank, usaha

kecil dituntut menyajikan proposal usaha yang feasible atau layak usaha dan

menguntungkan. Disamping itu lembaga keuangan bank mensyaratkan usaha kecil

harus bankable atau dapat memenuhi ketentuan bank. Inilah persoalannya, akibat

bank berlaku prudent atau hati-hati, maka makin mempersulit usaha kecil untuk

mengakses sumber modal. Usaha kecil yang sulit mengakses bank akan mencari

jalan pintas. Kemana lagi kalau bukan kepada para pelempar uang alias rentenir

tetapi usaha kecil harus rela dengan biaya uang yang mencekik. Ada anggapan

keliru. Seolah olah, usaha kecil tidak mempermasalahkan biaya bunga yang tinggi

dari rentenir. Adalah anggapan yang sangat keliru, mereka terpaksa memakai

uang rentenir karena terpaksa akibat sulit mengakses modal dari bank.

Usaha kecil yang berhasil menembus kendala akses modal, pasar dan

informasi. Kendala usaha yang lebih lanjut, seperti pengembangan produk,

Page 2: I. PENDAHULUAN Masalah mendasar usaha kecil yang paling ...repository.sb.ipb.ac.id/1736/5/E30-05-Mangasa-Pendahuluan.pdf · lebih dalam jangka waktu manfaat bersama ataupun keuntungan

2

pengembangan pasar, melakukan ekspor, hingga mempertahakan kualitas produk

dan kuantitas produksi. Pada situasi ini, usaha kecil dituntut meningkatkan

pengetahuan dan ketrampilan melakukan inovasi produk melalui pemanfaatan

teknologi tepat guna.

Sektor ekonomi UKM yang memiliki proporsi unit usaha terbesar

berdasarkan statistik UKM tahun 2008-2009 adalah sektor (1) pertanian,

peternakan, kehutanan dan perikanan, (2) perdagangan, perhotelan dan restoran,

(3) industri pengolahan, (4) transportasi dan komunikasi, dan (5) bidang jasa.

Sedangkan sektor ekonomi yang memiliki proporsi unit usaha terkecil adalah

sektor (1) pertambangan, (2) bangunan, dan (3) jasa keuangan. Secara kuantitas,

UKM memang unggul, hal ini didasarkan pada fakta bahwa sebagian besar usaha

di Indonesia usaha skala kecil dan menengah, namun secara jumlah omset dan

aset, apabila keseluruhan omset dan asset UKM di Indonesia digabungkan, belum

tentu jumlahnya dapat menyaingi satu perusahaan berskala nasional.

Data-data tersebut menunjukkan bahwa UKM berada di sebagian besar

sektor usaha yang ada di Indonesia. Apabila mau dicermati lebih jauh,

pengembangan sektor swasta, khususnya UKM, perlu untuk dilakukan mengingat

sektor ini memiliki potensi untuk menjaga kestabilan perekonomian, peningkatan

tenaga kerja, meningkatkan PDB, mengembangkan dunia usaha, dan penambahan

APBN dan APBD melalui perpajakan. Sebagai salah satu alternatif untuk

mengurangi atau mempersempit terjadinya kesenjangan sosial dan masalah-

masalah tersebut, maka dilakukan pengembangan kemitraan usaha antara

pengusaha besar yang kuat dengan pengusaha kecil. Kemitraan ini diharapkan

dapat memacu dan memicu pertumbuhan ekonomi sekaligus mendorong

Page 3: I. PENDAHULUAN Masalah mendasar usaha kecil yang paling ...repository.sb.ipb.ac.id/1736/5/E30-05-Mangasa-Pendahuluan.pdf · lebih dalam jangka waktu manfaat bersama ataupun keuntungan

3

pemerataan kesejahteraan, penyerapan tenaga kerja, pendapatan masyarakat, dan

pertumbuhan regional wilayah (Hafsah, 1999).

Kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau

lebih dalam jangka waktu manfaat bersama ataupun keuntungan bersama tertentu

untuk meraih sesuatu sesuai prinsip saling membutuhkan dan saling mengisi

sesuai kesepakatan yang muncul. Kemitraan yang ingin diwujudkan dengan misi

utamanya adalah membantu memecahkan masalah ketimpangan dalam

kesempatan berusaha, ketimpangan pendapatan, ketimpangan antar wilayah,

ketimpangan kota dan desa. Kemitraan yang dibangun atas landasan saling

membutuhkan, saling menguntungkan dan saling memperkuat dengan fungsi dan

tanggung jawab yang sesuai dengan kemampuan dan proporsi yang dimiliki oleh

masing-masing pihak yang terlibat dalam kemitraan tersebut. (Hafsah, 1999).

UKM dan koperasi yang merupakan bagian terbesar sekaligus pilar utama

dari perekonomian nasional harus diberikan peluang dan peran yang lebih besar

agar menjadi tulang punggung ekonomi nasional. Permasalahan mendasar yang

ada pada usaha kecil dan koperasi adalah kurangnya kemampuan manajemen dan

profesionalisme serta terbatasnya akses terhadap permodalan teknologi terutama

jaringan pemasaran. Selanjutnya diuraiakan oleh Hafsah (1999), untuk mengatasi

hal ini program kemitraan diharapkan dapat secara cepat bersimbiosis mutualistik

sehingga kekurangan dan keterbatasan pengusaha kecil dapat teratasi serta

mengurangi masalah pengangguran dan meningkatkan pendapatan masyarakat.

Oleh karena itu diperlukan adanya suatu badan yang berfungsi sebagai pembantu

dan bersifat sebagai pembina. Badan usaha tersebut berasal dari perusahaan-

perusahaan yang telah maju dan berkembang pesat serta dapat melakukan

Page 4: I. PENDAHULUAN Masalah mendasar usaha kecil yang paling ...repository.sb.ipb.ac.id/1736/5/E30-05-Mangasa-Pendahuluan.pdf · lebih dalam jangka waktu manfaat bersama ataupun keuntungan

4

tanggung jawab sosialnya, dalam hal ini perusahaan tersebut adalah BUMN dan

salah satu tujuan pendirian BUMN adalah turut aktif memberikan bimbingan dan

bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi, dan masyarakat.

Sejalan dangan upaya pemerintah untuk membantu masyarakat dalam hal

permodalan usaha kecil dapat diupayakan dari fasilitas kredit program yang

disediakan pemerintah. Menurut Karim dan Mustofa (2003), kredit program

dalam rangka mengembangkan usaha kecil, menengah dan koperasi yang

mendapatkan dukungan dari Kredit Likuiditas Bank Indonesia yang disalurkan

melalui Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat antara lain adalah: Kredit

Usaha Tani, Kredit Modal Kerja, Kredit Usaha Kecil dan Mikro melalui BPR dan

Bank Umum. Sedangkan kredit untuk pengembangan usaha kecil, menengah dan

koperasi yang mendapat dukungan dana BUMN adalah Kredit Modal Kerja

UKM dan Menengah dan Kredit Penerapan Teknologi Produk Unggulan Daerah.

Pemerintah melalui Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003, tentang

BUMN dan disempurnakan dalam Peraturan Menteri BUMN Nomor Per-

05/MBU/2007, yang menyatakan maksud dan tujuan BUMN tidak hanya

mengejar keuntungan, melainkan turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan

kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi dan masyarakat. Atas

bentuk dan tanggung-jawab Pemerintah melalui BUMN tersebut dibentuklah

suatu program yaitu Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL).

Pengertian PKBL terdapat 2 makna didalamnya yaitu Program Kemitraan dan

Bina Lingkungan. PKBL merupakan Program Pembinaan UKM dan Koperasi

dilingkungan BUMN melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN. Jumlah

penyisihan laba untuk pendanaan program sebesar 2% dari laba bersih untuk

Page 5: I. PENDAHULUAN Masalah mendasar usaha kecil yang paling ...repository.sb.ipb.ac.id/1736/5/E30-05-Mangasa-Pendahuluan.pdf · lebih dalam jangka waktu manfaat bersama ataupun keuntungan

5

Program Kemitraan dan 1% untuk program Bina Lingkungan. Dalam keputusan

tersebut juga ditekankan bahwa PKBL merupakan “tugas sosial” karena tugas

tersebut bukan merupakan bisnis inti BUMN, dibuat sebuah pembukuan khusus

yang terpisah dengan laporan keuangan BUMN yang melaksanakannya.

Dari jumlah BUMN penyalur PKBL sebanyak kurang lebih 142

perusahaan, dimana sampai dengan tahun 2009, BUMN telah menyalurkan dana

PKBL sebesar Rp. 9,693 triliun dengan jumlah mitra binaan sebanyak 653 ribu

unit dan mitra binaan dari tahun kenaikan mengalami kenaikan. Realisasi

penyaluran dana PKBL dari tahun 2007 – 2009 disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Realisasi Penyaluran Dana PKBL BUMN Tahun 2007 – 2009 No. Uraian 2007 2008 2009 1. Pinjaman 584,36 1.194,23 1.312,58 2. Hibah 72,73 105,66 197,10 3. Bina Lingkungan 369,84 417,94 462,02 Total 1.026,93 1.717,83 1.971,70

Sumber : www.pkbl.go.id (*dalam milyar)

Dari Tabel 1, terdapat 5 BUMN penyalur PKBL terbesar adalah PT.

Pertamina (Persero), PT. Bank BRI (Persero) Tbk, PT. Bank Mandiri (Persero)

Tbk, PT. Jasa Raharja (Persero), dan PT. Telkom (persero) Tbk. Total penyaluran

dari kelima BUMN tersebut telah mencapai Rp. 2,76 triliun dari total penyaluran

nasional sebesar Rp. 9,693 triliun atau sekitar 28,47%. Realisasi penyaluran dana

PKBL selama 2004 – 2009 diserap oleh sektor perdagangan sebesar 38%, sektor

industri 22%, peternakan dan perikanan 10%, perkebunan dan pertanian sebesar

9%, sektor jasa 19%, dan sektor lainnya sebesar 2%. Bila melihat data tersebut

bahwa sektor perkebunan dan pertanian posisi urut terkecil setelah sektor lainnya.

Dana PKBL yang dikeluarkan BUMN marak bergulir, menyokong

kegiatan UKM, termasuk usaha-usaha pertanian, peternakan dan perikanan

Page 6: I. PENDAHULUAN Masalah mendasar usaha kecil yang paling ...repository.sb.ipb.ac.id/1736/5/E30-05-Mangasa-Pendahuluan.pdf · lebih dalam jangka waktu manfaat bersama ataupun keuntungan

6

terdapat di dalamnya. Banyak pihak menilai sumber dana ini cukup efektif, dan

secara nyata memberikan jalan keluar atas kebuntuan akses UKM dalam

mendapatkan pinjaman ke perbankan. Seolah menjadi angin segar di tengah

congkaknya perbankan yang oleh undang-undang disamaratakan sebagai bank

umum, sehingga harus menerapkan sejumlah persyaratan komersil yang tak akrab

dengan dunia usaha pertanian. Tak heran bila PKBL kemudian banyak diangkat.

Tetapi PKBL bukanlah pembiayaan usaha dalam arti sesungguhnya. Ia tak bisa

selamanya dijadikan tempat bergantung pengembangan agribisnis. Karena pada

dasarnya sumber dana ini tak ubahnya sumbangan atau hibah, yang identik

dengan istilah Corporate Social Responsibility (CSR). Meskipun, sebagian pihak

penyantun mengelolanya sedemikian rupa sehingga berwujud kredit lunak, tidak

lagi hibah ansih, sehingga penerima dana harus mengembalikan dana tersebut

dalam jangka waktu tertentu dan bunga. Tujuannya agar dana itu berkelanjutan,

tak hilang begitu saja.

Kementerian BUMN menargetkan penyaluran dana PKBL hingga Rp. 2,6

triliun untuk tahun 2010 – 2011. Pada 2009, dana PKBL yang disalurkan

mencapai Rp. l,97 triliun. Hingga tahun 2010 sebanyak 650 ribu mitra binaan,

naik dari 370 ribu tahun 2009. Pelaksanaan PKBL terkait dana yang diberikan

kepada mitra binaan dan bina lingkungan dengan realisasi tahun 2010 mencapai

Rp. 1,97 triliun, dana PKBL ini diharapkan mampu mengangkat dan mendorong

usaha kecil menegah menjadi lebih tangguh. Pada tanggal 9 Agustus 2010, telah

ditandatangani 4 perjanjian sinergis perihal penyaluran dana PKBL dari berbagai

BUMN dengan jumlah target penyaluran sebesar Rp. 385 milyar untuk 2010 dan

2011, (Media Indonesia, 10 Agustus 2010), dapat diuraikan pada Tabel 2.

Page 7: I. PENDAHULUAN Masalah mendasar usaha kecil yang paling ...repository.sb.ipb.ac.id/1736/5/E30-05-Mangasa-Pendahuluan.pdf · lebih dalam jangka waktu manfaat bersama ataupun keuntungan

7

Tabel 2. Rekapitulasi Penyaluran Dana PKBL oleh BUMN Untuk Alokasi Tahun 2010 – 2011

No. Badan Usaha Milik Negara Jumlah (Rp.*) 1 PT. Sarinah (Persero) sebagai penyalur,

PT. Jasa Marga (Persero) Tbk, PT. Bio Farma (Persero), PT. PANN (Persero), PT. ASEI (Persero), PT. JIEP (Persero), Perum Peruri

13.000

2 PT. PN X (Persero) sebagai penyalur, PT. Pertamina (Persero), PT. Bukit Asam (Persero) Tbk, PT. Perusahaan Gas Negara (Persero), PT. Antam (Persero) Tbk, PT. Jasa Marga (Persero) Tbk, PT. BTN (Persero) Tbk, PT. Jasa Raharja (Persero), PT. Pelindo II (Persero), PT. Taspen (Persero), PT. ASEI (Persero), Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia

347.000

3 PT. PN VII (Persero), PT. Bukit Asam (Persero) Tbk 15.000 4 PT. PN XI (Persero), PT. Semen Baturaja (Persero) 10.000

Keterangan : *) dalam juta Sumber : Data Olahan dari Media Indonesia, 10 Agustus 2010

Data dari www.bumn.go.id dalam Winardi (2006) mengatakan bahwa

pelaksanaan program kemitraan BUMN tersebut terlihat belum efektif dilihat dari

tingkat pengembalian pinjamannya, padahal alokasi dana yang dianggarkan cukup

besar. Alokasi dana PKBL seluruh BUMN pada tahun 2005 mencapai Rp. 1,064

trilyun. Tahun 2004, akumulasi dana PKBL 142 tercatat Rp. 3,613 triliun. Dari

jumlah itu yang berstatus dalam pengembalian mencapai Rp. 2 triliun lebih,

dengan piutang pengembalian yang macet dan dihapusbukukan (write off)

mencapai sekitar 35%, dalam uraian Tabel 3.

Tabel 3. Realisasi Penyaluran Dana Program Kemitraan 142 BUMN per 31 Desember 2003

No. Uraian Satuan Jumlah (Tahun)

Ket. 2003 s/d 2003

1. Bagian laba yang diterima Rp./ juta 367,956 2.489,150 2. Pinjaman yang disalurkan Unit 38.244 357.575 3. Pinjaman yang disalurkan Rp./ juta 575,298 3.465,140 4. Hibah Rp./ juta 56,274 402,456 5. Piutang Rp./ juta - 1.759,716 6. Piutang macet & masalah*) Rp./ juta - 370,299 35,18%

Keterangan : *) Dari 142 BUMN, hanya 85 BUMN yang merinci piutangnya kedalam piutang macet dan bermasalah Sumber : Kantor Menteri Negara BUMN, 2005

Page 8: I. PENDAHULUAN Masalah mendasar usaha kecil yang paling ...repository.sb.ipb.ac.id/1736/5/E30-05-Mangasa-Pendahuluan.pdf · lebih dalam jangka waktu manfaat bersama ataupun keuntungan

8

Selanjutnya dalam penelitian Winardi (2006) dengan judul “Evaluasi

Efektivitas dan Strategi Penyaluran Dana Program Kemitraan BUMN Dengan

Usaha Kecil di Perum Perhutani” diperoleh hasil penelitian sampai dengan tahun

2004 tingkat kemacetan pinjaman mitra binaan pada Program Kemitraan BUMN

masih cukup tinggi yaitu diatas 30% dan jauh bila dibandingkan dengan tingkat

Non Performance Loan (NPL) perbankan nasional yang berada pada kisaran 8,3%

sampi 9,3%. Tingkat kemacetan pinjaman pada Program Kemitraan BUMN di

Perum Perhutani mencapai 44,62% dan masih lebih tinggi dari tingkat nasional

seluruh BUMN yang mencapai 35,18%. Namun untuk KPH Bogor tingkat

kemacetan pinjamannya masih di bawah rata-rata seluruh BUMN, yaitu 32,37%.

Tingginya tingkat piutang macet dan bermasalah ini akan berpengaruh terhadap

alokasi penyaluran pinjaman Program Kemitraan berikutnya, karena selain dari

penyisihan sebagian laba BUMN setelah pajak sebesar 2% dan 1%, salah satu

sumber dana Program Kemitraan ini berasal dari pengembalian pinjaman mitra

binaan sebagai dana bergulir. Kondisi kolektibilitas pinjaman mitra binaan khsus

wilyah provinsi Sumatera Selatan dalam penelitian Saniyanto (2009), dengan

judul “Manajemen Kredit Pada Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PT.

Pertamina (Persero) di Palembang” diperoleh data bahwa pinjaman macet PKBL

PT. Pertamina (Persero) Regional II Palembang sampai dengan tahun 2004,

realisasi Rp. 5,986 milyar pinjaman macet Rp. 1,684 milyar atau 60,89%.

Dari jumlah 141 BUMN yang aktif menyalurkan PKBL terdapat

diantaranya grup BUMN Perkebunan yang terdiri dari PT. PN I (Persero) – PT.

PN XIV (Persero) dan PT. RNI (Persero). Berdasarkan data dari www.lpp.ac.id

bahwa realisasi pelaksanaan PKBL PT. PN III (Persero) yang berlokasi diwilayah

Page 9: I. PENDAHULUAN Masalah mendasar usaha kecil yang paling ...repository.sb.ipb.ac.id/1736/5/E30-05-Mangasa-Pendahuluan.pdf · lebih dalam jangka waktu manfaat bersama ataupun keuntungan

9

provinsi Sumatera Utara, bergerak diusaha perkebunan kelapa sawit dan karet,

dalam pelaksanaan PKBL tahun 2009 dalam Tabel 4.

Tabel 4. Realisasi PKBL Tahun 2009 PT. PN III (Persero) No. U r a i a n Jumlah (Rp.*)

A Program Kemitraan 1. Pinjaman Disalurkan 14.815 2. Anggaran (setelah RUPS) 12.250

B Bina Lingkungan 1. Bantuan Bencana Alam 71.550 2. Bantuan Pendidikan atau Pelatihan 5.422 3. Bantuan Peningkatan Kesehatan 35.730 4. Bantuan Pengembangan Prasarana dan Sarana Umum 2.733 5. Bantuan Sarana Ibadah 9.973

Jumlah Realisasi Bina Lingkungan 18.236 Keterrangan :*) dalam juta Sumber: www. lpp.ac.id

Pada Tabel 4, PT. PN III (Persero) tahun 2009 telah menyalurkan program

kemitraan Rp. 14,815 milyar kepada 499 mitra binaan dan penyaluran bina

lingkungan Rp. 18,236 milyar meliputi bantuan kepada bencana alam, pendidikan

atau pelatihan, peningkatan kesehatan, pengembangan prasarana dan sarana

umum dan saranah ibadah.

PT. RNI (Persero) sebagai perusahaan induk (holding company) memiliki

luasan paling kecil perkebunan kelapa sawit dan perkebunan karet melalui anak

perusahaannya. PT. RNI (Persero) adalah hasil nasionilasi oleh Pemerintah RI

pada tahun 1961 dari perusahaan konglomerat pertama di Asia Tenggara yaitu

NV. Handel Maatschapij Gwan atau (lebih dikenal Oei Tiong Ham Concern) pada

tahun 1964 diganti namanya menjadi PT. Rajawali Indonesia, dengan usaha

utamanya adalah agro industri, farmasi dan alat kesehatan dan pengadaan, yang

memiliki 15 anak perusahaan dan 3 cucu perusahaan. Realisasi PKBL PT. RNI

(Persero) tahun 2008 - 2009 dapat sampaikan pada Tabel 5.

Page 10: I. PENDAHULUAN Masalah mendasar usaha kecil yang paling ...repository.sb.ipb.ac.id/1736/5/E30-05-Mangasa-Pendahuluan.pdf · lebih dalam jangka waktu manfaat bersama ataupun keuntungan

10

Tabel 5. Realisasi PKBL Tahun 2009 PT. RNI (Persero) No. U r a i a n Thn 2008 (Rp.) Thn 2009 (Rp.) 1. Jumlah Dana Tersedia 5,460,190,027 5,232,184,329 2. Penggunaan Dana 5,165,993,320 5,198,492,218

Sisa dana Tersedia 294,196,707 33,692,111 3. Pendapatan a. Bunga Pinjaman 334,548,486 384,373,738 b. Bunga Deposito/ Jasa Giro 10,546,459 10,810,165 c. Pendapatan Lainnya 2,548,415 4,056,954

Jumlah Pendapatan 347,643,360 399,240,857 4. Biaya Operasional a. Beban Survey 17,427,774 8,840,096 b. Beban Monitoring 30,892,259 39,014,168 c. Beban Penagihan 7,559,665 7,904,905 d. Beban Administrasi dan lainnya 58,283,659 45,591,706 e. Jumlah Biaya Operasional 114,163,357 101,350,875

5. Pengadaan Aktiva Tetap 3,989,000 9,340,000 6. Surplus/ Defisit 229,491,003 288,549,982 7. Saldo Akhir 523,687,710 322,242,093

Sumber; www. lpp.ac.id

Anak perusahaan PT. RNI (Persero) yang bergerak dalam bidang dalam

perkebunan kelapa sawit dan karet yaitu PT. Perkebunan Mitra Ogan (selanjutnya

disingkat PTP Mitra Ogan) berkantor pusat di Palembang dan lokasi kebun di

Peninjauan Kabupaten Ogan Komering Ulu dan Rambang Lubai Kabupaten

Muara Enim, Sumatera Selatan. Kepemilikan saham PTP Mitra Ogan ini yaitu PT.

RNI (Persero) sebanyak 73,58% dan PT. PN III (Persero) sebanyak 26,42%, yang

dibentuk pada 19 Desember 1988 dan bukan hasil nasionalisasi perusahaan sama

seperti pada BUMN perkebunan lainnya atau pada induk perusahaannya.

1.2. Perumusan Masalah

Pentingnya peranan UKM di Indonesia dalam pembangunan nasional

dengan permasalahan yang utama adalah permodalan, sementara dipihak lain

terdapat alternatif sumber pendanaan murah melalui BUMN yang belum

Page 11: I. PENDAHULUAN Masalah mendasar usaha kecil yang paling ...repository.sb.ipb.ac.id/1736/5/E30-05-Mangasa-Pendahuluan.pdf · lebih dalam jangka waktu manfaat bersama ataupun keuntungan

11

tersalurkan dengan efektif, maka peluang yang ada perlu disinergikan untuk

mencapai tujuan yang diharapkan.

Dari uraian tersebut diatas, perlu dirumuskan mengenai permasalahan

yang terkait dengan pelaksanaan PKBL PTP Mitra Ogan dengan karakteristik

wilayah kerja atau lokasi kebun di 3 kabupaten, diantaranya;

1. Bagaimana efektivitas implementasi penyaluran dana dan kolektibilitas serta

pelaksanaan program Bina Lingkungan PKBL PTP Mitra Ogan, sesuai

dengan Keputusan Menteri BUMN Nomor Kep-100/MBU/2002?.

2. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya ketidaklancaran pengembalian

pinjaman oleh mitra binaan, dan alternatif penyelesaian penyebab

ketidaklancaran pengembalian pinjaman oleh mitra binaan pada program

kemitraan PTP Mitra Ogan?

3. Bagaimana formulasi strategi yang harus dilakukan untuk meningkatkan

efektivitas pemanfaatan dana Program Kemitraan PTP Mitra Ogan?

1.3. Tujuan Penelitian

Dari latar belakang dan perumusan masalah yang dikemukakan

sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui efektivitas implementasi penyaluran dana dan kolektibilitas

Program Kemitraan dan program Bina Lingkungan PTP Mitra Ogan.

2. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya

ketidaklancaran pengembalian pinjaman, dan menganalisis serta menentukan

alternatif penyelesaian penyebab ketidaklancaran pengembalian pinjaman oleh

mitra binaan Program Kemitraan PTP Mitra Ogan.

Page 12: I. PENDAHULUAN Masalah mendasar usaha kecil yang paling ...repository.sb.ipb.ac.id/1736/5/E30-05-Mangasa-Pendahuluan.pdf · lebih dalam jangka waktu manfaat bersama ataupun keuntungan

12

3. Untuk merumuskan alternatif strategi penyaluran dana yang terbaik, serta

untuk meningkatkan efektivitas pemanfaatan dana Program Kemitraan PTP

Mitra Ogan.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi PKBL PTP Mitra Ogan,

sebagai bahan pertimbangan dan kebijakan dalam rangka menentukan dan

memilih cara implementasi PKBL yang lebih efektif.

2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi sektor usaha

mikro, kecil dan menengah dalam memperoleh permodalan melalui PKBL.

3. Bagi penulis sebagai sarana untuk mengembangkan pengetahuan dan

wawasan khususnya implementasi dan strategi penyaluran dana PKBL yang

lebih efektif sebagai alternatif permodalan oleh sektor UKM dan Koperasi.

1.5. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis dan menentukan tingkat

efektivitas implementasi penyaluran dana dan kolektibilitas pinjaman dana oleh

mitra binaan serta pelaksanaan program Bina Lingkungan, serta mencari alternatif

strategi dari pelaksanaan penyaluran dana untuk meningkatkankan efektivitas

pemanfaatan dana PKBL PTP Mitra Ogan.

Page 13: I. PENDAHULUAN Masalah mendasar usaha kecil yang paling ...repository.sb.ipb.ac.id/1736/5/E30-05-Mangasa-Pendahuluan.pdf · lebih dalam jangka waktu manfaat bersama ataupun keuntungan

Untuk Selengkapnya Tersedia di Perpustakaan MB-IPB