i. pendahuluan , 1980). dampak negatif apabila...

12
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Fenomena yang sering ditemukan di Kedokteran Gigi Anak (KGA) pada anak berkebutuhan khusus (ABK) spesifiknya disabilitas intelektual menyangkut gangguan pertumbuhan dan perkembangan melibatkan gangguan fungsi di samping gangguan estetik (Heijbel et al., 1997; Orelant et al., 1980). Dampak negatif apabila tidak diantisipasi dapat memperparah pertumbuhan dan perkembangan dentokraniofasial anak disabilitas intelektual tersebut. Data sensus penduduk 2010, dari 237 juta penduduk Indonesia jumlah anak berkebutuhan khusus usia sekolah (5-18 tahun) ada 355.859 anak, 74, 6% belum memperoleh layanan. Data klinis di bagian Kedokteran Gigi Anak (KGA) menunjukkan bahwa selama ini kondisi dentokraniofasial anak disabilitas intelektual masih kurang diperhatikan. Banyak faktor penyebabnya, salah satunya karena kurangnya pengetahuan dan ketrampilan dokter gigi dalam menangani perawatan gigi dan mulut anak disabilitas tersebut. Perawatan gigi dan mulut anak disabilitas intelektual lebih komplek dibanding anak normal disebabkan keterbasan mental, fisik dan adaptasi sosial anak (rerata IQ/ intelegence quetient dibawah rerata kurang dari 70)(DSM-5, 2003). Secara fenotip anak disabilitas intelektual ringan sering terlihat seperti anak normal, terdiagnosis setelah pemeriksaan IQ (Lumbantobing, 1997; Hendarto (1991). Disabilitas intelektual kadang-kadang tidak dikenali sampai anak-anak usia pertengahan dimana disabilitas intelektualnya masih dalam taraf ringan (Matilainen et al., 1995). Insiden 1

Upload: doanhanh

Post on 03-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: I. PENDAHULUAN , 1980). Dampak negatif apabila tidaketd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/71672/potongan/S3-2014... · tertinggi pada masa anak sekolah dengan puncak umur 10 sampai

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Permasalahan

Fenomena yang sering ditemukan di Kedokteran Gigi Anak (KGA) pada anak

berkebutuhan khusus (ABK) spesifiknya disabilitas intelektual menyangkut gangguan

pertumbuhan dan perkembangan melibatkan gangguan fungsi di samping gangguan

estetik (Heijbel et al., 1997; Orelant et al., 1980). Dampak negatif apabila tidak

diantisipasi dapat memperparah pertumbuhan dan perkembangan dentokraniofasial

anak disabilitas intelektual tersebut. Data sensus penduduk 2010, dari 237 juta

penduduk Indonesia jumlah anak berkebutuhan khusus usia sekolah (5-18 tahun) ada

355.859 anak, 74, 6% belum memperoleh layanan. Data klinis di bagian Kedokteran

Gigi Anak (KGA) menunjukkan bahwa selama ini kondisi dentokraniofasial anak

disabilitas intelektual masih kurang diperhatikan. Banyak faktor penyebabnya, salah

satunya karena kurangnya pengetahuan dan ketrampilan dokter gigi dalam menangani

perawatan gigi dan mulut anak disabilitas tersebut.

Perawatan gigi dan mulut anak disabilitas intelektual lebih komplek dibanding

anak normal disebabkan keterbasan mental, fisik dan adaptasi sosial anak (rerata IQ/

intelegence quetient dibawah rerata kurang dari 70)(DSM-5, 2003). Secara fenotip

anak disabilitas intelektual ringan sering terlihat seperti anak normal, terdiagnosis

setelah pemeriksaan IQ (Lumbantobing, 1997; Hendarto (1991). Disabilitas

intelektual kadang-kadang tidak dikenali sampai anak-anak usia pertengahan dimana

disabilitas intelektualnya masih dalam taraf ringan (Matilainen et al., 1995). Insiden

1

Page 2: I. PENDAHULUAN , 1980). Dampak negatif apabila tidaketd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/71672/potongan/S3-2014... · tertinggi pada masa anak sekolah dengan puncak umur 10 sampai

2

tertinggi pada masa anak sekolah dengan puncak umur 10 sampai 14 tahun

(Gustason et al., 1997).

Kurangnya pengetahuan dokter gigi tentang dentokraniofasial anak

disabilitas intelektual menjadi kendala dalam menanggani masalah gigi dan mulut

anak disabilitas tersebut. Di satu sisi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

tehnologi (IPTEK), Ilmu Kedokteran Gigi Anak (IKGA) pada saat ini semakin

maju dan berkembang pesat. Permintaan akan perawatan gigi dan mulut anak

semakin meningkat, begitu juga dengan anak disabilitas intelektual. Umumnya

masyarakat khususnya orangtua yang mempunyai anak disabilitas intelektual

menginginkan peningkatan status kesehatan gigi dan mulut anaknya.

Selama ini kondisi dentokraniofasial anak disabilitas intelektual hanya

dilihat dari foto wajah dan oklusi saja, tanpa pemeriksaan menyeluruh profil dan

komponen dentokraniofasial. Untuk menegakkan diagnosis yang tepat maka

perlu diketahui pertumbuhan dentoskeletal. Gambaran secara rinci dan tepat

sangat diperlukan, gambaran yang lebih objektif didapatkan dari pengukuran

sefalometri. Pertumbuhan dentoskeletal secara sefalometri dikemukan oleh

Bjork, yang kemudian dimodifikasi oleh Jarabak (Retno, 2003). Hal tersebut

bertujuan untuk menganalisis hubungan dental dan skeletal serta memprediksi

arah pertumbuhan. Data menyeluruh diperlukan sebagai acuan dalam perawatan,

memprediksi hasil perawatan dan sebagai acuan dalam tumbuh kembang anak

berkebutuhan khusus, dan antisipasi untuk generasi yang akan datang.

Masa anak-anak merupakan saat penting dalam proses kehidupan manusia

karena terjadi proses tumbuh kembang. Pertumbuhan dan perkembangan

Page 3: I. PENDAHULUAN , 1980). Dampak negatif apabila tidaketd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/71672/potongan/S3-2014... · tertinggi pada masa anak sekolah dengan puncak umur 10 sampai

3

dentokraniofasial anak disabilitas juga sangat penting, karena akan mempengaruhi

kesehatan tubuh secara keseluruhan (Hurlock, 1999). Salah satu aspek yang perlu

diperhatikan pada anak disabilitas intelektual adalah pertumbuhan

dentokraniofasial yang meliputi pertumbuhan kepala, wajah, rahang. Pengetahuan

tentang gangguan pertumbuhan dan perkembangan dentokraniofasial anak

disabilitas intelektual ini penting sebab berkaitan dengan penangganan kesehatan

gigi dan mulut anak disabilitas tersebut. Pemantauan periode tumbuh kembang

diperlukan untuk mengetahui proses pertumbuhan yang normal termasuk

pertumbuhan fasial dan dental, bila terjadi penyimpangan dapat diantisipasi

segera. Hal ini dapat diantisipasi apabila klinisi mengerti masalah dan kondisi

dentokraniofasial anak disabilitas tersebut (Orelant et al., 1980).

Publikasi mengenai penyimpangan dentokraniofasial pada anak disabilitas

ini masih kurang. Dua puluh tahun terakhir ini tenaga kesehatan lebih banyak

fokus pada masalah gangguan perkembangan, perilaku dan masalah psikososial

(New morbidity) (Dhamayanti, 2004). Kelainan dentokraniofasial selain

menganggu fungsi dan keserasian wajah, berdampak juga terhadap perkembangan

kepribadian secara keseluruhan. Wajah yang kurang harmonis dapat berpengaruh

terhadap kehidupan sosialnya, seseorang merasa rendah diri kemudian menarik

diri dari pergaulan sosialnya. Semakin berat disabilitas intelektual yang diderita

seseorang, dampak psikologis juga semakin berat (Orelant et al., 1980).

Disabilitas intelektual erat kaitannya dengan gangguan pertumbuhan otak

ditandai dengan IQ yang rendah di bawah rerata (kurang dari 70) bermula

sebelum usia 18 tahun (DSM-5, 2003). Menurut Hendarto (1991) ukuran kepala

Page 4: I. PENDAHULUAN , 1980). Dampak negatif apabila tidaketd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/71672/potongan/S3-2014... · tertinggi pada masa anak sekolah dengan puncak umur 10 sampai

4

dipengaruhi pertumbuhan otak yang berkorelasi signifikan dengan fungsi

intelektual. Sidiarto (1991) dalam penelitian secara mikroskopik mendapatkan

pengurangan berat sel otak anak disabilitas intelektual 67-76% dibanding anak

normal. Pendapat ini disokong oleh penelitian Manjunath (2002) bahwa

serebelum dan batang otak anak disabilitas intelektual kurang berkembang.

Beberapa peneliti menunjukkan korelasi positif antara IQ dan volume total

otak (Andreasen et al., 1993; Ivanovic et al., 2004; McDaniel 2005; Plomin dan

Kosslyn 2001; Reiss et al., 1996; Tisserand et al., 2001; Witelson et al., 2006 cit.

Yu et al., 2008), dengan menggunakan teknik magnetic resonance imaging

(MRI). Schmithorst et al. (2005) menemukan korelasi positif antara skor IQ

dengan white matter pada daerah frontal dan occipito-parietal pada populasi anak

normal. Penelitian (Yu et al., 2008), struktur otak berhubungan dengan IQ, pada

pasien disabilitas intelektual menunjukkan kerusakan yang luas di white matter

tract, dan uncinatus fasciculus (UF) yang merupakan dasar saraf penting

kecerdasan manusia. Proses patologis, dapat mengubah mikrostruktural

lingkungan, seperti ukuran saraf, ruang ekstraseluler dan integritas jaringan, yang

selanjutnya mengakibatkan perubahan difusi (Anderson et al., 1996; Sevick et al.,

1992; Yu et al., 2007 cit. Yu et al., 2008).

Disabilitas intelektual juga erat kaitannya dengan gangguan fungsi

pengunyahan dan fungsi oral. Menurut Orelant et al. (1989) anak disabilitas

intelektual mempunyai kontribusi terhadap disfungsi oral. Fungsi pengunyahan

yang baik dapat menunjang tumbuh kembang yang optimal. Kelainan

Page 5: I. PENDAHULUAN , 1980). Dampak negatif apabila tidaketd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/71672/potongan/S3-2014... · tertinggi pada masa anak sekolah dengan puncak umur 10 sampai

5

dentokraniofasial selain mempengaruhi estetika dapat mempengaruhi efisiensi dan

efektifitas pengunyahan.

Penelitian bentuk kepala pada 68 anak disabilitas intelektual tipe ringan

dan sedang umur 6-12 tahun didapatkan odd ratio 2 kali lebih tinggi pada anak

disabilitas intelektual sedang dibanding disabilitas intelektual ringan. Rerata umur

anak disabilitas intelektual sedang 9.56 ± 1.807 (Elianora et al., 2011).

Gangguan pertumbuhan anatomis dapat menyebabkan penyimpangan, bila

terjadi gangguan pertumbuhan sutura menyebabkan gangguan pada pertumbuhan

dan perkembangan kepala. Pertumbuhan sutura akan memperbesar ukuran kepala

pada semua dimensi (Foster, 1999). Pertumbuhan sutura berlangsung aktif pada

saat pembesaran utama dari kranium yaitu sekitar umur 7 tahun. Sutura pada garis

tengah antara tulang frontal normalnya berosifikasi pada umur 7-8 tahun (Foster,

1999). Penelitian Lemire et al. (1975) cit. Gale et al. (2013) menemukan volume

otak maksimal biasanya dicapai antara umur 5 dan 10 tahun.

Pertumbuhan kranial dipengaruhi kapsula otak, kapsula otak dipengaruhi

pertumbuhan otak. Pertumbuhan kubah tulang kepala (cranial vault) dipicu

bagian dalam tulang kepala dan dipengaruhi pertumbuhan otak (Ivanovic et al.,

2004). Pertumbuhan kranium mempunyai hubungan yang erat dengan volume

otak. Wongsoredjo (1990) cit. Hamilah (1992) menyatakan bahwa pertumbuhan

otak menentukan bentuk dan pertumbuhan dasar kranial. Ukuran lingkar kepala

dapat dipakai sebagai indikator pertumbuhan otak. Semakin parah tingkat

disabilitas intelektualnya maka semakin besar gangguan pada otak, sebab ini

mekanisme pertumbuhan tulang kepala masih tetap sebagai subyek berbagai

Page 6: I. PENDAHULUAN , 1980). Dampak negatif apabila tidaketd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/71672/potongan/S3-2014... · tertinggi pada masa anak sekolah dengan puncak umur 10 sampai

6

penelitian khususnya pada anak disabilitas intelektual. Pengetahuan mengenai hal

ini masih kurang.

Ada 3 mekanisme utama pertumbuhan tulang, masing-masing berperan

penting pada pertumbuhan neurokranium dan viscerokranium yaitu pertumbuhan

kartilaginus, sutura, periosteal dan endosteal (Foster, 1999). Ketiga mekanisme

pertumbuhan tulang ini berperan penting pada pembesaran kraniofasial.

Pertumbuhan tulang mempunyai potensi untuk mencapai ukuran dan bentuk

tertentu asalkan tidak ada gangguan (Foster, 1999). Ketidakselarasan kecepatan

pertumbuhan komponen-komponen tulang neurokranium dan viscerokranium

dapat mempengaruhi terjadinya kelainan profil dentokraniofasial meliputi kepala,

wajah, dan rahang (Kusnoto, 1987).

Penentuan profil dentokraniofasial pada anak disabilitas intelektual dan

mengidentifikasi penyimpangan komponen dentokraniofasial menurut arah

pertumbuhan berdasarkan umur dan jenis kelamin diperlukan, namun pedoman ini

secara pasti masih belum ada. Pertumbuhan dentoskeletal akan berpengaruh pada

konfigurasi oklusi akhir dan estetik wajah secara keseluruhan (Prahl-Andersen et

al., 1995).

Ukuran fasial arah pertumbuhan vertikal selama masa pubertas

pertumbuhannya berbeda pada anak laki-laki dan perempuan. Ukuran fasial pada

masa pubertas bervariasi, laki-laki pada usia 12,8 tahun dan perempuan 10,4

tahun. Proffit et al. (2000) menyatakan bahwa pertumbuhan fasial arah

anteroposterior pada anak perempuan selesai pada umur 14-15 tahun, sedangkan

Page 7: I. PENDAHULUAN , 1980). Dampak negatif apabila tidaketd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/71672/potongan/S3-2014... · tertinggi pada masa anak sekolah dengan puncak umur 10 sampai

7

pada anak laki-laki selesai pada umur 18 tahun. Dalam penelitian ini subyek

yang diamati berumur 7-12 tahun.

Pada kasus seperti ini maka umur kronologis tidak dapat memberikan

informasi yang cukup tentang pertumbuhan seseorang secara tepat, banyak faktor

yang mempengaruhinya. Pengaruh paling dominan terhadap pertumbuhan adalah

faktor genetik, karena masa pertumbuhan cukup lama memberikan kesempatan

lingkungan untuk mempengaruhinya. Menurut Soetjiningsih, (2002)

dentokraniofasial bukan faktor herediter saja yang mempengaruhinya, namun

merupakan hasil interaksi termasuk lingkungan yang dapat memberikan ciri

tersendiri pada setiap anak.

Faktor genetik termasuk di dalamnya adalah faktor ras atau keturunan

(Proffit et al., 2000; Glinka, 1987), salah satunya suku Jawa yang termasuk dalam

subras Deutero-Melayu. Secara umum, ras manusia digolongkan menjadi tiga:

Mongoloid, Negroid, Kaukasoid, masing-masing ras memiliki ciri yang berbeda.

Orang Indonesia termasuk dalam ras Mongoloid dan Australomelanesid, suku

yang terdapat di Yogyakarta adalah suku Jawa, merupakan ras Mongoloid, subras

Deutero-Melayu.

Pada penelitian ini anak disabilitas intelektual yang diteliti berasal dari

suku Jawa merupakan bagian dari sub-ras Deutero-Melayu. Penelitian anak

disabilitas intelektual suku Jawa ini belum ada dan publikasi juga belum ada.

Pedoman dentokraniofasial pada anak disabilitas intelektual ini masih jarang

untuk anak-anak Indonesia. Setiap kelompok etnik mempunyai wajah dengan ciri-

ciri yang khas, serasi pada satu kelompok belum tentu serasi untuk kelompok

Page 8: I. PENDAHULUAN , 1980). Dampak negatif apabila tidaketd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/71672/potongan/S3-2014... · tertinggi pada masa anak sekolah dengan puncak umur 10 sampai

8

yang lain (Nesturkh, 1963; Hamnleton, 1964; Peck dan Peck, 1970; Wuerpel,

1973 cit. Glinka, 1990). Pendapat ini disokong oleh pendapat Graber, (1985) dan

Foster, (1999). American Psychologic Association (APA) mengatakan terdapat

perbedaan ras dalam ukuran tengokrak dan otak (Neisser et al., 1996).. Penelitian

sebelumnya menunjukkan bahwa pertumbuhan dan perkembangan wajah

ukurannya meningkat didasari struktur skeletal, berperanan penting secara

keseluruhan dalam estetik wajah (Bishara et al., 1985 cit. Prahl-Andersen et al.,

1995).

Banyak metode yang digunakan untuk menilai estetika wajah seseorang

seperti Downs, Steiner, Rieket,s, Holdaway, Bjork. Metode modifikasi Bjork

digunakan dalam penelitian ini sebab menggabungkan pengukuran Downs,

Steiner dan merupakan metode analisis yang sangat kompleks dan lebih sesuai

dipakai untuk penelitian dibanding pemakaian klinik. Metode ini banyak

digunakan untuk mengevaluasi perubahan bentuk muka skeletal. Penentuan titik-

titik sefalometri diperlukan untuk melihat arah pertumbuhan yang berperan.

Berdasarkan masalah di atas maka muncul ide untuk meneliti kondisi

dentokraniofasial anak disabilitas intelektual tersebut. Dasar pemikirannya adalah

gangguan pertumbuhan otak menyebabkan gangguan pertumbuhan tulang kranial.

Bentuk otak mengatur struktur dasar tengkorak dan berpengaruh terhadap struktur

kepala dan wajah. Pada penelitian membuktikan secara keseluruhan profil dan

komponen dentokraniofasial anak disabilitas intelektual serta kemungkinan peran

umur dan jenis kelamin mempengaruhinya. Berdasarkan data yang lengkap maka

dapat ditentukan pola penyimpangan bentuk kepala pada anak disabilitas

Page 9: I. PENDAHULUAN , 1980). Dampak negatif apabila tidaketd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/71672/potongan/S3-2014... · tertinggi pada masa anak sekolah dengan puncak umur 10 sampai

9

intelektual dan pada umur berapa penyimpangan tersebut terjadi. Selama ini

pengambilan data secara lengkap masih kurang. Data yang ada hanya bersifat

klinis sehingga gambaran menyeluruh mengenai dentokraniofasial pada anak

disabilitas intelektual merupakan hasil temuan penting pada penelitian ini dan

dapat dijadikan acuan dasar pemberian konseling pada masyarakat serta acuan

untuk perawatan gigi anak disabilitas intelektual nantinya. Hasil penelitian ini

juga diharapkan dapat menjadi acuan dalam ilmu tumbuh kembang pada anak

kebutuhan khusus spesifiknya pada anak disabilitas intelektual.

Ada dua tahap yang dilakukan pada penelitian ini yang pertama

melakukan pengukuran profil dan komponen dentokraniofasial pada anak

disabilitas intelektual dan kedua pengukuran yang sama dilakukan pada kelompok

kontrol. Analisis model studi dan faktor yang berperan terhadap dentokraniofasial

(umur dan jenis kelamin) juga diteliti.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas dapat disusun identifikasi masalah sebagai berikut :

1.Penelitian mengenai dentokraniofasial anak disabilitas intelektual masih kurang.

Belum banyak laporan mengenai profil dan komponen dentokraniofasial pada

anak disabilitas intelektual dan faktor yang terlibat di dalamnya. Seberapa jauh

penyimpangan yang terjadi melibatkan profil dan komponen dentokraniofasial.

Penelitian mengenai hal ini masih jarang, terutama pada anak disabilitas

intelektual di Indonesia khususnya suku Jawa.

2. Pengukuran sefalometri berdasarkan komponen garis dan sudut serta arah

pertumbuhan pada anak disabilitas intelektual penting untuk mengetahui

Page 10: I. PENDAHULUAN , 1980). Dampak negatif apabila tidaketd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/71672/potongan/S3-2014... · tertinggi pada masa anak sekolah dengan puncak umur 10 sampai

10

pertumbuhan dentoskeletal lebih objektif dan akurat. Selama ini data yang ada

cuma berdasarkan pemeriksaan klinis dan foto wajah saja, pengukuran dan

pedomannya belum ada. Data dan informasi ini diperlukan untuk masa yang

akan datang terutama dalam ilmu tumbuh kembang pada anak kebutuhan

khusus.

3. Data dentokraniofasial anak disabilitas intelektual umur 7-12 tahun belum ada.

Peningkatan pelayanan kesehatan gigi anak disabilitas intelektual memerlukan

berbagai informasi mengenai kondisi fisik secara umum, bentuk kepala, wajah,

rahang dan komponen dentoskeletal serta arah penyimpangannya. Pengetahuan

tentang pertumbuhan profil dan komponen dentokraniofasial penting karena

dapat membantu sebagai dasar dalam perawatan gigi mulut anak disabilitas

intelektual dan pemberian konseling pada masyarakat.

Berkaitan dengan perumusan masalah di atas maka dapat disusun

pertanyaan penelitian;

a. Bagaimanakah perbedaan profil dan komponen dentokraniofasial anak

disabilitas intelektual dibanding anak normal umur 7-12 tahun?

b. Bagaimanakah hubungan profil dan komponen dentokraniofasial anak

disabilitas intelektual umur 7-12 tahun?

c. Apakah umur dan jenis kelamin berpengaruh terhadap profil dan komponen

dentokraniofasial anak disabilitas intelektual?

Page 11: I. PENDAHULUAN , 1980). Dampak negatif apabila tidaketd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/71672/potongan/S3-2014... · tertinggi pada masa anak sekolah dengan puncak umur 10 sampai

11

C. Keaslian Penelitian

Berbagai macam analisis kraniofasial dengan sefalometri telah banyak

dikemukakan. Berbagai penelitian telah dilakukan terhadap konveksitas wajah

jaringan keras ras Kaukasoid, akan tetapi masih sedikit yang melakukannya pada

ras Deutro-Melayu. Penilaian secara keseluruhan mengenai profil dan komponen

dentokraniofasial serta faktor yang berperan terhadap dentokraniofasial pada anak

disabilitas intelektual umur 7-12 tahun belum banyak yang melakukannya

terutama untuk suku Jawa.

Penelitian mengenai analisis morfologi kraniofasial pernah dilakukan oleh

beberapa peneliti sebelumnya antara lain; Belengeanu et al. 2011 pada anak

perempuan sindrom prader willi umur 11 tahun 10 bulan (case report). Sunjay et

al. 2010 pada 25 pasien preortodontik dengan subyek sindroma down umur 12-18

tahun untuk melihat morfologi maksila dan mandibula. Khiaram 1977

mengevaluasi dentoskeletal pada 20 anak disabilitas intelektual umur 12-15 tahun

di Bombay India. Manjunath 2010 menganalisis indek sefalik pada anak

disabilitas intelektual dan anak normal umur 1 - 5 tahun.

Penelitian yang dilakukan untuk menentukan perbedaan dan hubungan

profil dan komponen dentokraniofasial serta mengidentifikasi penyimpangannya

pada anak disabilitas intelektual umur 7-12 tahun. Faktor yang berperan umur dan

jenis kelamin juga dilihat menggunakan disain case control. Hasil penelitian ini

merupakan temuan gambaran kondisi dentokraniofasial anak disabilitas

intelektual yang dapat dijadikan acuan untuk perawatan gigi anak disabilitas

intelektual dan dasar pemberian konseling pada masyarakat.

Page 12: I. PENDAHULUAN , 1980). Dampak negatif apabila tidaketd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/71672/potongan/S3-2014... · tertinggi pada masa anak sekolah dengan puncak umur 10 sampai

12

D. Tujuan Penelitian

1. Menentukan perbedaan profil dan komponen dentokraniofasial anak

disabilitas intelektual dan anak normal umur 7-12 tahun.

2. Menentukan hubungan profil dan komponen dentokraniofasial anak disabilitas

intelektual umur 7-12 tahun.

3. Menentukan umur dan jenis kelamin kemungkinan berpengaruh terhadap

dentokraniofasial anak disabilitas intelektual.

E. Manfaat Penelitian

1. Pengembangan Ilmu Pengetahuan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat :

a. Memberikan sumbangan teoritis terutama pada ilmu tumbuh kembang

anak kebutuhan khusus.

b. Memberikan tambahan informasi pada penelitian-penelitian sebelumnya

yang berhubungan dengan tumbuh kembang dan komponen

dentokraniofasial.

2. Institusi

Pengembangan Ilmu Kedokteran Gigi Anak (IKGA) terutama dalam

perawatan anak disabilitas intelektual dalam perencanaan dan

pengembangan bidang preventif, pengobatan dan kuratif.

3. Masyarakat

Dasar pemberian konseling pada masyarakat sehingga penyebab kelainan

dentokraniofasial dapat dicegah.