i. bab ii tinjauan pustaka 2

21
II-1 I. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wireless Sensor Network (WSN) Wireless Sensor Network (WSN) atau jaringan sensor nirkabel yaitu salah satu jenis dari jaringan nirkabel terdistribusi, yang memanfaatkan teknologi Embedded System dan seperangkat node sensor, untuk melakukan proses sensor, monitoring, pengiriman data, dan penyajian informasi ke pengguna, melalui komunikasi di internet(Pratama, I Putu Agus Eka; Suakanto, 2015). WSN juga bisa diartikan suatu kesatuan dari proses pengukuran, komputasi, dan komunikasi yang dapat memberikan kemampuan administratif terhadap sebuah perangkat, observasi, dan melakukan penanganan terhadap setiap kejadian atau fenomena yang terjadi pada lingkungan dengan menggunakan teknologi wireless. Dengan menggunakan Wireless Sensor Network (WSN) sistem yang dibangun akan jauh lebih efisien dibandingkan dengan menggunakan kabel(Hariyawan, Gunawan and Putra, 2013). 2.1.1. Topologi Bintang Topologi bintang seperti pada Gambar 2.1 adalah topologi di dalam jaringan komputer, dimana terdapat sebuah komputer (ataupun perangkat jaringan komputer berupa hub atau switch) yang menjadi pusat dari semua komputer yang terhubung ke dalamnya. Komputer pusat ini bertindak sebagai server. Komputer-komputer lainnya, yang dalam hal ini bertindak sebagai client, tidak dapat berkomunikasi satu sama lain. Mereka harus melalui komputer pusat (maupun berupa hub dan switch) terlebih

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

II-1

I. BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Wireless Sensor Network (WSN)

Wireless Sensor Network (WSN) atau jaringan sensor nirkabel yaitu salah satu

jenis dari jaringan nirkabel terdistribusi, yang memanfaatkan teknologi Embedded

System dan seperangkat node sensor, untuk melakukan proses sensor, monitoring,

pengiriman data, dan penyajian informasi ke pengguna, melalui komunikasi di

internet(Pratama, I Putu Agus Eka; Suakanto, 2015). WSN juga bisa diartikan suatu

kesatuan dari proses pengukuran, komputasi, dan komunikasi yang dapat

memberikan kemampuan administratif terhadap sebuah perangkat, observasi, dan

melakukan penanganan terhadap setiap kejadian atau fenomena yang terjadi pada

lingkungan dengan menggunakan teknologi wireless. Dengan menggunakan

Wireless Sensor Network (WSN) sistem yang dibangun akan jauh lebih efisien

dibandingkan dengan menggunakan kabel(Hariyawan, Gunawan and Putra, 2013).

2.1.1. Topologi Bintang

Topologi bintang seperti pada Gambar 2.1 adalah topologi di dalam jaringan

komputer, dimana terdapat sebuah komputer (ataupun perangkat jaringan komputer

berupa hub atau switch) yang menjadi pusat dari semua komputer yang terhubung

ke dalamnya. Komputer pusat ini bertindak sebagai server. Komputer-komputer

lainnya, yang dalam hal ini bertindak sebagai client, tidak dapat berkomunikasi satu

sama lain. Mereka harus melalui komputer pusat (maupun berupa hub dan switch)

terlebih

II-2

dahulu, untuk dapat bertukar dengan sesama komputer lainnya(Pratama, I Putu

Agus Eka; Suakanto, 2015).

Gambar 2.1 Topologi bintang

2.2 Plug and Play Sensor

Plug and Play sensor merupakan jaringan manajemen sensor yang terhubung

pada device serta mengetahui sensor mana yang terhubung ke jaringan dan kapan

sensor baru ditambahkan ke jaringan(Dunbar, 2001).

Konsep sensor Plug and Play mendefinisikan arsitektur antarmuka kelistrikan

standar ke jaringan, memungkinkan berbagai jenis sensor untuk digunakan pada

jaringan yang sama dan protokol identifikasi diri, memungkinkan jaringan untuk

mengkonfigurasi secara dinamis dan menjelaskan dirinya sendiri(Dunbar, 2001).

2.3 Arduino

Arduino adalah suatu perangkat prototipe elektronik berbasis mikrokontroler

yang fleksibel dan open-source, perangkat keras dan perangkat lunaknya mudah

digunakan(Andrianto, Heri; Darmawan, 2016). Arduino dapat digunakan

mendeteksi lingkungan dengan menerima masukan dari berbagai sensor dan dapat

mengendalikan peralatan disekitarnya(Andrianto, Heri; Darmawan, 2016).

II-3

Arduino merupakan development kit mikrokontroler yang memiliki macam

jenis papan seperti arduino nano, arduino uno, arduino pro mini arduino mega,

arduino yun dan lain-lain. Arduino juga dapat diprogram melalui software arduino

IDE.

2.3.1 Arduino Nano

Arduino Nano di Wireless Sensor Network (WSN) bertindak sebagai media

sensor. Arduino terdiri dari pin antarmuka analog dari A0-A7. Sensor yang

memiliki keluaran analog biasanya dihubungkan dengan pin analog Arduino Nano.

Output dari node sensor juga dapat dibandingkan dengan tegangan yang dapat

diberikan ke pin Ref analog. Output yang berasal dari node sensor juga dapat

dipantau pada monitor serial yang disediakan oleh perangkat lunak pemrograman

Arduino. Arduino banyak digunakan platform perangkat keras dan perangkat lunak

sumber terbuka untuk mengembangkan Wireless Sensor Network (WSN)

menghasilkan standar daya yang murah dan rendah dan sistem yang paling fleksibel

mempekerjakan dengan pemantauan nirkabel(Deshmukh, 2016).

Tata Letak Pin Arduino Nano dalam sistem ini kami telah menggunakan

Arduino Nano 3.0 yang merupakan papan 30 pin yang memiliki ATMega328

sebagai mikrokontroler yang ditanamkan ke dalamnya. Arduino Nano memiliki 14

pin I / O digital, 8 pin referensi Analog dan memiliki frekuensi clock 16MHz.

Seperti yang terlihat dari jumlah port I / O, dimungkinkan untuk menghubungkan

jumlah node sensor ke papan ini. Arduino Nano dapat ditenagai oleh Mini-B USB

dan memiliki tegangan operasi 5V. Data yang dikumpulkan oleh sensor node

sedang diteruskan ke stasiun pangkalan melalui komunikasi serial Rx dan Tx.

Pengiriman dan penerimaan dilakukan oleh Pin no 0 dan 1(Deshmukh, 2016).

II-4

Arduino Nano seperti pada Gambar 2.2 adalah salah satu board mikrokontroler

yang berukuran kecil. Arduino Nano diciptakan dengan basis mikrokontroler

ATmega328 (untuk Arduino Nano versi 3.x) atau Atmega16(untuk Arduino versi

2.x). Arduino Nano dapat dihubungkan ke komputer menggunakan port USB Mini-

B. Arduino Nano dirancang dan diproduksi oleh perusahaan Gravitech.

Gambar 2.2 Arduino Nano V3

2.3.2 Konfigurasi Pin

Arduino Nano memiliki 30 Pin. Konfigurasi pin seperti yang diperlihatkan

pada Tabel 2.1.

1. VCC merupakan pin yang berfungsi sebagai pin masukan catu daya digital.

2. GND merupakan pin ground untuk catu daya digital.

3. AREF merupakan Referensi tegangan untuk input analog. Digunakan

dengan fungsi analogReference().

4. RESET merupakan Jalur LOW ini digunakan untuk me-reset

(menghidupkan ulang) mikrokontroler. Biasanya digunakan untuk

menambahkan tombol reset pada shield yang menghalangi papan utama

Arduino

5. Serial RX (0) merupakan pin yang berfungsi sebagai penerima TTL data

serial.

II-5

6. Serial TX (1) merupakan pin yang berfungsi sebagai pengirim TTL data

serial.

7. External Interrupt (Interupsi Eksternal) merupakan pin yang dapat

dikonfigurasi untuk memicu sebuah interupsi pada nilai yang rendah,

meningkat atau menurun, atau perubahan nilai.

8. Output PWM 8-Bit merupakan pin yang berfungsi untuk analogWrite( ).

9. SPI merupakan pin yang berfungsi sebagai pendukung komunikasi.

10. LED merupakan pin yang berfungsi sebagai pin yag di set bernilai HIGH,

maka LED akan menyala, ketika pin diset bernilai LOW maka LED padam.

LED tersedia secara built-in pada papan Arduino Nano.

11. Input Analog (A0-A7) merupakan pin yang berfungsi sebagai pin yang dapat

diukur/diatur dari mulai Ground sampai dengan 5 Volt, juga memungkinkan

untuk mengubah titik jangkauan tertinggi atau terendah mereka

menggunakan fungsi analogReference().

Tabel 2.1Konfigurasi Pin Pada Arduino Nano

Nomor Pin Arduino Nano Nama Pin Arduino Nano

1 Digital Pin 1 (TX)

2 Digital Pin 0 (RX)

3 & 28 Reset

4 & 29 GND

5 Digital Pin 2

6 Digital Pin 3 (PWM)

7 Digital Pin 4

8 Digital Pin 5 (PWM)

9 Digital Pin 6 (PWM)

10 Digital Pin 7

11 Digital Pin 8

II-6

12 Digital Pin 9 (PWM)

13 Digital Pin 10 (PWM-SS)

14 Digitl Pin 11 (PWM-MOSI)

15 Digital Pin 12 (MISO)

16 Digital Pin 13 (SCK)

18 AREF

19 Analog Input 0

20 Analog Input 1

21 Analog Input 2

22 Analog Input 3

23 Analog Input 4

24 Analog Input 5

25 Analog Input 6

26 Analog Input 7

27 VCC

30 Vin

2.4 ESP32

ESP32-WROOM-32 seperti pada Gambar 2.3 adalah modul Wi-Fi + BT + BLE

MCU generik yang kuat yang menargetkan berbagai aplikasi, mulai dari jaringan

sensor berdaya rendah hingga tugas yang paling berat, seperti pengkodean suara,

streaming music dan decoding MP3 (Espressif Systems, 2019b).

Inti dari modul ini adalah chip ESP32-D0WDQ6. Chip yang ditanamkan

dirancang agar dapat diskalakan dan adaptif. Ada dua inti CPU yang dapat dikontrol

secara individual, dan frekuensi clock CPU dapat disesuaikan dari 80 MHz hingga

240 MHz. Pengguna juga dapat mematikan CPU dan menggunakan co-prosesor

berdaya rendah untuk terus memantau periferal untuk perubahan atau melintasi

ambang batas. ESP32 mengintegrasikan seperangkat periferal yang kaya, mulai dari

II-7

sensor sentuh kapasitif, sensor Hall, antarmuka kartu SD, Ethernet, SPI kecepatan

tinggi, UART, I²S dan I²C (Espressif Systems, 2019b).

Gambar 2.3 ESP32

(Sumber : Circuitsivyou.com)

2.5 Logic Level Converter

Logic Level Converter seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 2.4 untuk

Arduino berfungsi sebagai regulator tegangan 5v ke 3,3v maupun sebaliknya,

dengan menggunakan asas transistor-transistor logic (TTL). Logic Level Converter

(LLC) digunakan sebagai pengaman tegangan pin RX pada modul ESP32 , karena

pin RX pada modul ESP32 memiliki tegangan kerja sebesar 3,3v(Hidayat, 2018).

II-8

Gambar 2.4 Logic Level Converter

2.6 Error dan Validitas

Error pembacaan sensor didapat dari nilai asli di kurangi nilai ukur dibagi

dengan nilai asli dan dikalikan 100%. Nilai asli adalah nilai yang berasal dari hasil

ukur alat ukur dan nilai ukur adalah nilai yang berasal dari hasil ukur alat pada

sistem yang diteliti. %error dihitung menggunakan persamaan 2.1, sebagai (Bruno,

2019).

%𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 =|𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑎𝑠𝑙𝑖−𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑢𝑘𝑢𝑟|

𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑎𝑠𝑙𝑖𝑥 100% (2.1)

Validitas adalah ketepatan atau kelayakan instrumen yang digunakan untuk

mengukur sesuatu yang diukur (Arifin, 2017). Dari penjelasan tersebut validitas

ialah tingkat kemampuan alat ukur untuk mengukur sesuatu dan mampu

menjalankan fungsi pengukurannya. Untuk menghitung validitas mengikuti

persamaan 2.2, hal ini menggunakan korelasi pearson product moment.

Signifikansi koefisien korelasi antara dua instrument termasuk signifikan apabila t

hitung > dari t tabel(Yusup, 2018).

𝑟𝑥𝑦 =𝑛(∑𝑥𝑖𝑦𝑖)−(∑ 𝑥𝑖)(∑ 𝑦𝑖)

√(𝑛(∑𝑥𝑖2)(𝑥𝑖)2(𝑛(∑𝑦𝑖2)−(𝑦𝑖)2) (2.2)

rxy = koefisien korelasi Product Moment

II-9

n = jumlah responden

xi = skor setiap item pada percobaan pertama

yi = skor setiap item pada percobaan selanjutnya

2.7 Sensor

Sensor merupakan sebuah perangkat keras komputer (Hardware) maupun

perangkat (device) yang bertugas untuk melakukan respon terhadap hasil

pemindaian yang mereka lakukan kepada lingkungan sekitar, dalam bentuk

stimulus panas, cahaya, tekanan, suara, gerakan, dan lain-lain. Sensor menjalankan

fungsi inputan terhadap semua stimulus di lingkungan(Pratama, I Putu Agus Eka;

Suakanto, 2015).

2.7.1 Sensor Dissolved Oxygen (DO)

Oksigen terlarut (DO) sangat penting untuk kesehatan tubuh dan kehidupan

akuatik. Banyak organisme laut membutuhkan konsentrasi DO setidaknya 5 ppm

untuk bertahan hidup. Sensor DO optik mengukur oksigen dengan kemampuannya

untuk memadamkan emisi fluoresensi dari fluorofor sensitif oksigen. Kompleks

Ruthenium (Ru) yang di imobilisasi dalam matriks polimer organik telah digunakan

sebagai bahan yang peka terhadap oksigen untuk penginderaan DO. Pewarna

Ruthenium berfluoresensi secara tabrakan oleh oksigen yang ada di sekitar yang

mengurangi intensitas fluoresensi steady state dan masa pakai fluoresensi(Mahoney

et al., 2019).

Sensor oksigen terlarut yaitu alat yang berfungsi untuk mengukur kadar

oksigen pada suatu cairan. Bentuk sensor DO seperti yang ditunjukkan oleh

Gambar 2.5.

II-10

Gambar 2.5 Sensor Dissolved Oxygen

2.7.2 Sensor pH

Sensor pH seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 2.6 yaitu berfungsi mengukur

pH larutan dengan memperkirakan perbedaan potensial listrik antara dua elektroda.

Sensor pH kombinasi adalah jenis sensor pH elektrokimia yang mencakup

elektroda pengukur dan elektroda referensi. Elektroda pengukur merasakan

perubahan nilai pH sementara referensi memberikan sinyal yang stabil untuk

korelasi. Perangkat impedansi tinggi digunakan untuk menunjukkan sinyal

millivolt dalam satuan pH. Meteran kemudian berubah dari potensi ini menjadi

pembacaan pH. Mereka menawarkan pembacaan bahkan hingga 0,01 unit pH. Alat

pengukur pH genggam yang mudah digunakan adalah wajar untuk pekerjaan

lapangan dan pemeriksaan pH cepat di laboratorium. Namun pH meter

membutuhkan kalibrasi dan pemeliharaan lebih dari perangkat keras pengujian pH

lainnya. Sangat penting bahwa elektroda meteran tetap bersih dan dipelihara atau

diganti sesuai dengan pedoman pabrikan. Dalam sistem yang diusulkan, pH air

limbah akan diukur dengan menggunakan strip pH (untuk metode semi-otomatis)

atau pH meter / sensor pH (untuk metode yang sepenuhnya otomatis)(Kingsta,

2019).

II-11

Gambar 2.6 Sensor pH

2.7.3 Sensor TDS

Menurut Indriawati, K., (2008), sensor salinitas seperti yang ditunjukkan oleh

Gambar 2.7 dibuat dengan mengasumsikan bahwa kandungan garam terlarut pada

miniplant tambak adalah NaCl. Prinsip yang digunakan untuk mendeteksi

kandungan garam NaCl tersebut adalah prinsip kapasitor keping sejajar.

Kapasitansi elektrik di antara dua konduktor yang terpisah oleh jarak tertentu (d)

merupakan sifat penting dalam instrumen ini. Besarnya kapasitansi yang dimiliki

oleh dua konduktor dapat dinyatakan dalam hubungan :

𝐶 =ℰ𝐾𝐴

d (2.3)

dengan:

C : Kapasitansi

ℰ : Permeabilitas listrik

K : Konstanta dielektrik

A : Luasan

D : Jarak kedua konduktor

II-12

Variabel yang digunakan untuk mendeteksi kandungan NaCl pada persamaan

di atas adalah permeabilitas listrik bahan dielektrik. Dalam hal ini, larutan NaCl

dianggap sebagai bahan dielektrik yang disisipkan di antara dua keping pelat

sejajar. Semakin banyak kandungan NaCl di antara dua plat tersebut, maka semakin

besar pula permeabilitas listrik yang diberikan sehingga akan semakin besar pula

kapasitansi listrik yang dihasilkan(Indriawati, 2008). Sensor TDS seperti pada

Gambar 2.7.

Gambar 2.7 Sensor TDS (Salinitas)

2.7.4 Sensor Turbidity

Sensor kekeruhan seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 2.8 bekerja dengan

fisis sinar infrared dipancarkan oleh LED kemudian sinar infrared tersebut akan

melalui air dan ditangkap oleh fototransistor. Intensitas yang diterima oleh

fototransistor berbanding lurus dengan tingkat kekeruhan dari air(Myre and Shaw,

2006). Prinsip tersebut menggunakan hukum Lambert-Beer yang menyatakan

jumlah radiasi cahaya yang diserap atau ditransmisikan oleh suatu larutan

merupakan fungsi eksponen dari konsentrasi zat dan tebal larutan. Fungsi tersebut

ditunjukkan oleh persamaan 2.3.

II-13

𝐼 = 𝐼𝑜 𝑒 − 𝑐𝑑 (2.4)

Dengan Io merupakan cahaya datang, I merupakan intensitas setelah melewati

sampel dan eksponensial merupakan konstanta tingkat kekeruhan(Pramusinto and

Suryono, 2016). Sensor Turbidity ditunjukkan pada Gambar 2.8.

Gambar 2.8 Sensor Turbidity (Kekeruhan)

2.7.5 Sensor Suhu

Sensor suhu DS18B20 seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 2.9 adalah sensor

suhu yang memiliki keluaran digital. DS18B20 memiliki tingkat akurasi yang

cukup tinggi, yaitu 0,5°C pada rentang suhu -10°C sampai +85°C. Sensor suhu pada

umumnya membutuhkan ADC dan beberapa pin port pada mikrokontroler, namun

DS18B20 ini tidak membutuhkan ADC agar dapat berkomunikasi dengan

mikrokontroler dan hanya membutuhkan 1 wire saja. Data yang dikeluarkan berupa

data digital dengan nilai ketelitian 0,5°C(Ramdhani et al., 2017). Sensor Suhu air

ditunjukkan pada Gambar 2.9.

II-14

Gambar 2.9 Sensor DS18B20

2.7.6 Sensor Ultrasonik

Sensor ultrasonik tipe HC SR04 merupakan perangkat yang digunakan untuk

mengukur jarak dari suatu objek. Kisaran jarak yang dapat diukur sekitar 2-450 cm.

Perangkat ini menggunakan dua pin digital untuk mengkomunikasikan jarak yang

terbaca. Prinsip kerja sensor ultrasonik ini bekerja dengan mengirimkan pulsa

ultrasonik sekitar 40 KHz, kemudian dapat memantulkan pulsa echo kembali, dan

menghitung waktu yang diambil dalam mikrodetik sebagaimana digambarkan

dalam Gambar 2.10. Kita dapat memicu pulsa secepat 20 kali per detik dan itu bisa

tentukan objek hingga 3 meter(Puspasari et al., 2019)

Gambar 2.10 Ultrasonik

II-15

2.8 OLED

OLED adalah perangkat solid state atau perangkat elektronik yang biasanya

terdiri dari film tipis organik yang diapit di antara dua elektroda konduktif film tipis.

Ketika arus listrik diterapkan, cahaya terang dipancarkan. OLED menggunakan

berbasis karbon molekul perancang yang memancarkan cahaya ketika arus listrik

lewat melaluinya. Ini disebut electro phosphorescence. Bahkan dengan sistem

berlapis, sistem ini tipis. Biasanya kurang dari 500 nm atau sekitar 200 kali lebih

kecil dari rambut manusia. Saat terbiasa menghasilkan display. Teknologi OLED

menghasilkan bercahaya sendiri tampilan yang tidak memerlukan cahaya latar dan

karenanya lebih banyak energi efisien. Properti ini menghasilkan tampilan yang

tipis dan sangat kompak. Layar memerlukan daya yang sangat kecil, yaitu hanya 2-

10 volt. Teknologi OLED menggunakan zat yang memancarkan merah, hijau, biru

atau cahaya putih. Tanpa sumber penerangan lain, OLED materi menyajikan video

dan gambar yang terang dan jelas yang mudah lihat di hampir semua sudut.

Meningkatkan bahan organik membantu mengontrol kecerahan dan warna

cahaya(Patel and Prajapati, 2014).

Gambar 2.11 LCD OLED

II-16

OLED seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 2.11 yang akan digunakan pada

penelitian kali ini adalah OLED 128x64 tipe SSD1306, layar ini berbasis

monokrom yang memiliki resolusi 128 piksel untuk lebar dan 64 piksel untuk tinggi

dengan ukuran 0,96 inch.

2.9 JSON

JSON atau Java Script Object Nation, merupakan sebuah format sederhana

berbentuk teks dalam pertukaran data. Format JSON biasanya digunakan untuk

mentransmisikan data terstruktur melalui koneksi jaringan. Secara umum JSON

digunakan untuk mentransmisikan antara server dengan aplikasi web. Dalam JSON

juga dikenal dengan JSON parsing yaitu sebuah metode yang mengubah data dari

database hingga ke JSON.

JSON terdiri dari dua struktur, yaitu:

a. Kumpulan pasangan nama/nilai. Pada beberapa bahasa, hal ini

dinyatakan sebagai objek (object), rekaman (record), struktur (struct),

kamus (dictionary), Tabel hash (hash table), daftar terkunci (keyed

list), atau associative array.

b. Daftar nilai terurutkan. Pada kebanyakan bahasa hal ini dinyatakan

sebagai larik (array), vektor (vector), daftar (list), atau urutan

(sequence) (Kusrini et al., 2016).

2.10 State of the art

Tabel 2.2 Penelitian Sebelumnya

No Judul jurnal Nama Peneliti Tempat dan

tahun penelitian

Pembahasan Jurnal

II-17

1 Online Monitoring

Kualitas Air pada

Budidaya Udang

Berbasis WSN dan

IoT(Maulana, Wiranto

and Kurniawan, 2017).

Yudi

Yuliyus

Maulana,

Goib Wiranto,

Dayat

Kurniawan

Pusat

Penelitian

Elektronika dan

Telekomunikasi

–LIPI Bandung,

2016

Penelitian ini

membahas sebuah

sistem monitoring

kualitas air pada

budidaya udang

berbasis WSN dan

IoT.

Mikrokontroler

Arduino Uno

digunakan untuk

node sensor yang

terdapat sensor

DO, pH, Salinitas,

dan temperatur.

Raspberry Pi

digunakan pada

master.

2 Sistem Monitoring

Kualitas Air Pada

Budidaya Udang

Vanname Berbasis

Wireless Sensor

Network Di Dusun

Taipa Kecamatan

Mappakasunggu

Kabupaten

Takalar(Zainuddin,

Azis and Idris, 2018).

Zaryanti

Zainuddin,

Asmawaty

Azis, Riswan

Idris

Universitas

Fajar, Makassar

2018

Penelitian ini

membahas

mengenai sistem

monitoring kualitas

air pada budidaya

udang berbasis

WSN.

Mikrokontroler

Arduino Mega

2560 (unit

pengirim) terdiri

dari sensor pH,

Suhu, Kekeruhan.

II-18

Unit penerima

menggunakan

Mikrokontroler

Atmega 328,

ESP8266, LCD,

dan modul RTC.

3 Sistem Monitoring

Ph Dan Suhu Air Pada

Tambak Udang

Menggunakan

Protokol

Websocket(Kurniawan

and Nurwasito, 2019).

Adhi

Kurniawan,

Heru

Nurwasito

Universitas

Brawijaya,

Malang 2019

Penelitian ini

membahas

mengenai sistem

monitoring kualitas

air pada budidaya

udang berbasis

WSN.

Node MCU

digunakan sebagai

node sensor dengan

sensor meliputi

sensor pH dan

Suhu. Raspberry Pi

digunakan sebagai

server.

4 Sistem Monitoring

Online Pada Budidaya

Udang Menggunakan

Wireless Sensor

Network dan Internet

Of Things(Al Barqi,

Santyadiputra and

Darmawiguna, 2019).

Urwah Al

Barqi, Gede

Saindra

Santyadiputra,

I Gede

Mahendra

Darmawiguna

Universitas

Pendidikan

Ganesha, 2019

Penelitian ini

membahas sebuah

sistem monitoring

kualitas air pada

budidaya udang

berbasis WSN dan

IoT.

Node MCU

digunakan sebagai

II-19

node sensor yang

eliputi sensor pH,

salinitas, DO, dan

suhu, node sensor

juga mampu

mengontrol kincir

air. Node router

menggunakan

arduino mega dan

ESP 8266.

Pada Tabel 2.2 berisi penelitian-penelitian terkait yang pernah dilakukan

sebelumnya yang pertama akan dibahas yaitu penelitian dengan judul “Online

Monitoring Kualitas Air pada Budidaya Udang Berbasis Wireless Sensor Network

(WSN) dan IoT” hanya menggunakan 4 jenis sensor yaitu DO, Suhu, pH, dan

Salinitas, sedangkan dalam mengukur kualitas air tambak udang ada parameter lain

yang tidak kalah penting untuk diukur yaitu kekeruhan air(Maulana, Wiranto and

Kurniawan, 2017).

Pada penelitian dengan judul “Sistem Monitoring Kualitas Air Pada Budidaya

Udang Vaname Berbasis Wireless Sensor Network Di Dusun Taipa Kecamatan

Mappakasunggu Kabupaten Takalar” hanya menggunakan 3 jenis sensor yaitu pH,

Suhu, dan Kekeruhan, sedangkan dalam mengukur kualitas air tambak udang ada

parameter lain yang sangat penting yaitu DO dan Salinitas. Pada jurnal ini node

sensor yang digunakan hanya satu buah, padahal dalam membangun wireless

sensor network dibutuhkan minimal dua node sensor(Pratama, I Putu Agus Eka;

Suakanto, 2015)

II-20

Pada penelitian dengan judul “Sistem Monitoring pH Dan Suhu Air Pada

Tambak Udang Menggunakan Protokol Websocket” hanya menggunakan dua jenis

sensor yaitu sensor pH dan Suhu, sedangkan dalam mengukur kualitas air tambak

udang ada parameter lain yang sangat penting yaitu DO, Kekeruhan, dan

Salinitas(Kurniawan and Nurwasito, 2019).

Pada penelitian dengan judul “Sistem Monitoring Online Pada Budidaya Udang

Menggunakan Wireless Sensor Network dan Internet Of Things” hanya

menggunakan 4 jenis sensor yaitu DO, Suhu, pH, dan Salinitas, sedangkan dalam

mengukur kualitas air tambak udang ada parameter lain yang tidak kalah penting

untuk diukur yaitu kekeruhan air(Al Barqi, Santyadiputra and Darmawiguna,

2019).

Pada penelitian ini menggunakan 5 jenis sensor yaitu sensor DO, Suhu,

Salinitas (TDS), Kekeruhan, dan pH, sehingga parameter yang didapat lebih banyak

dan dapat mengetahui kualitas air pada tambak udang lebih baik lagi. Pada

penelitian ini juga menggunakan 3 buah node sensor dalam membangun Wireless

Sensor Network (WSN) dengan Plug and Play Sensor sehingga dapat mengetahui

jika ada penambahan atau pengurangan sensor kedalam jaringan. Hal ini juga

menjadi keunggulan dibandingkan penelitian sebelumnya, dikarenakan petani

dapat menyesuaikan kebutuhan sensor yang harus dipasang untuk mengukur

kualitas air tambaknya dan alat ini dapat membaca keadaan tambak dengan normal

meskipun sensor yang terpasang berbeda ataupun kurang. Dengan sistem ini device

juga akan mengetahui jika ada sensor baru yang dipasangkan, lalu akan membaca

parameter kualitas air sesuai dengan sensor yang terpasang.

I-2