hutan speak

3
Hutan Speak Bagiku, tempat tinggalku adalah surga untukku. Namaku Clowy, lengkapnya Clowy Lovearth. Aku tinggal di tengah hutan bersama nenekku. Hutan yang kutinggali adalah hutan yang alami, hutan Speak namanya. Aku heran kenapa diberi nama hutan Speak. Apakah hutan ini bisa bicara? Terik matahari siang ini terasa sangat menyilaukan mata. Aku beristirahat sejenak di bawah pohon pinus yang tinggi dan besar. Kusandarkan tubuhku di pohon pinus ini. Tiba-tiba terdegar suara menggema disekeliling hutan. “kamu terlihat sangat lelah. Tidurlah di pangkuanku. Tidurlahh ,,” suara itu seperti berada di dekatku. “Siapa kamu, tolong jangan makan aku. Maafkan aku jika aku mengganggumu.” Suaraku bergetar saking takutnya. “Kau tak perlu takut, nak. Aku adalah pohon pinus yang kamu sandari. Aku dibelakangmu, nak. Jangan takut.” “Oooh, k..aa...kamuu b..issa bi..bi..cara???” aku langsung menegakkan badan, melihat ke belakang. “yaa, aku bisa bicara. Perkenalkan namaku Kenko. Panggil saja aku Pak Pohon. Aku adalah Bapak dari semua pohon di hutan ini.” Semenjak peristiwa ini, aku rutin mengunjungi Pak Pohon. Berkenalan dengan anak-anaknya yang berjumlah ratusan. Aku senang dengan lingkunganku sekarang ini. Tetapi, Pak Pohon memberitahuku agar merahasiakan hal ini. Hanya aku dan nenekku yang mengetahuinya. Kata Pak Pohon, jika semua orang mengetahui bahwa pohon bisa bicara, maka mereka akan menjadikan hutan disini sebagai hutan lindung. Keluarga Pak Pohon tidak menyukai hutan lindung, karena menurut beliau tinggal di hutan lindug sangat mencekam dan penuh dengan aturan, tidak hidup bebas seperti sekarang ini. Yang pasti juga mereka tidak akan bertemu kami lagi, karena aku pasti akan diusir dari hutan ini. Pagi-pagi buta aku hendak mengambil air di sumber. Ketika melintasi jalan setapak, aku berpapasan dengan seorang lelaki bertubuh kekar dan besar.

Upload: charisma

Post on 11-Jan-2016

220 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Cerpen

TRANSCRIPT

Page 1: Hutan Speak

Hutan Speak

Bagiku, tempat tinggalku adalah surga untukku. Namaku Clowy, lengkapnya Clowy Lovearth. Aku tinggal di tengah hutan bersama nenekku. Hutan yang kutinggali adalah hutan yang alami, hutan Speak namanya. Aku heran kenapa diberi nama hutan Speak. Apakah hutan ini bisa bicara?

Terik matahari siang ini terasa sangat menyilaukan mata. Aku beristirahat sejenak di bawah pohon pinus yang tinggi dan besar. Kusandarkan tubuhku di pohon pinus ini. Tiba-tiba terdegar suara menggema disekeliling hutan.

“kamu terlihat sangat lelah. Tidurlah di pangkuanku. Tidurlahh ,,” suara itu seperti berada di dekatku.

“Siapa kamu, tolong jangan makan aku. Maafkan aku jika aku mengganggumu.” Suaraku bergetar saking takutnya.

“Kau tak perlu takut, nak. Aku adalah pohon pinus yang kamu sandari. Aku dibelakangmu, nak. Jangan takut.”

“Oooh, k..aa...kamuu b..issa bi..bi..cara???” aku langsung menegakkan badan, melihat ke belakang.

“yaa, aku bisa bicara. Perkenalkan namaku Kenko. Panggil saja aku Pak Pohon. Aku adalah Bapak dari semua pohon di hutan ini.”

Semenjak peristiwa ini, aku rutin mengunjungi Pak Pohon. Berkenalan dengan anak-anaknya yang berjumlah ratusan. Aku senang dengan lingkunganku sekarang ini. Tetapi, Pak Pohon memberitahuku agar merahasiakan hal ini. Hanya aku dan nenekku yang mengetahuinya. Kata Pak Pohon, jika semua orang mengetahui bahwa pohon bisa bicara, maka mereka akan menjadikan hutan disini sebagai hutan lindung. Keluarga Pak Pohon tidak menyukai hutan lindung, karena menurut beliau tinggal di hutan lindug sangat mencekam dan penuh dengan aturan, tidak hidup bebas seperti sekarang ini. Yang pasti juga mereka tidak akan bertemu kami lagi, karena aku pasti akan diusir dari hutan ini.

Pagi-pagi buta aku hendak mengambil air di sumber. Ketika melintasi jalan setapak, aku berpapasan dengan seorang lelaki bertubuh kekar dan besar.

“aku sangat tidak suka dengan pohon-pohon besar seperti ini. Rasanya tanganku ini sudah tidak tahan ingin menebangnya.”

“kenapa kamu bicara seperti itu, Pak. Jangan sembarangan bicara. Nanti kalau pohon dengar kamu bisa dipukul.” Suaraku mengecil, terdengar seperti bisikan.

“kamu itu gila apa sedang bermimpi, nak? Mana ada pohon bisa bicara.” Lelaki itu terus berjalan menuju hutan belantara.

Karena perasaanku tidak enak, aku mengikuti lelaki itu. Ternyata lelaki itu adalah penebang liar yang sedang mencari pohon paling besar untuk ditebangnya. Lelaki itu menuju ke tempat Pak Pohon, karena Pak Pohon adalah pohon paling besar diantara pohon lainnya.

Page 2: Hutan Speak

“ahaa, ini dia yang kucari. Akan ku tebang kau pohon besar. “ lelaki itu mulai menyalakan gerjaji mesinnya.

“jika kau menyentuh tubuhku sedikit saja, aku tak segan-segan melemparmu keluar dari bumi ini!!” Pak Pohon bicara dengan nada marah.

“siapa kamu? Aku tak takut padamu?” penebang itu menjawab dengan yakinnya.

“aku adalah pohon yang hendak kau tebang.”

“a....p...aaa?????” mata penebang itu terbelalak ketika melihat Pak Pohon bisa bicara.

“rasakan ini,” pak pohon mengayukan ratingnya, membuat penebang itu jatuh terpental.

“ampuni aku, maafkan aku, Pak Pohon. Jangan lempar aku keluar dari bumi. Aku masih ingin disini.”

“jika kamu masih ingin dibumi, lalu kenapa kau tak memelihara bumi. Bumi sudah berbaik hati memberikanmu tempat yang nyaman untuk kamu tidur, memberikan makanan yang enak untuk dimakan. Apa balasamu untuk bumi? Menjadi seorang penebang yang tidak bertanggung jawab.”

“a..kuu.. sadar apa yang telah aku lakukan. Aku jahat pada bumi. Mulai sekarang aku akan mencari pekerjaan lain. Aku berjanji akan menjaga dan memeliharra bumi yang tercinta ini.”

Penebang itu menyesali perbuatannya. Hutan Speak manjadi lebih aman, tidak ada penebang yang berani menebang pohon disini. Keluarga Pak Pohon Kenko hidup tenang di hutan. Begitu juga aku dan nenekku. Hidup diantara pohon yang bisa bicara menghiasi kehidupan kami setiap hari diantara sepinya hutan belantara ini.