hukum perikatan
TRANSCRIPT
Hukum PerikatanPerikatan adalah hubungan – hubungan hukum atau kaidah hukum antara
2 orang yang terletak di lapangan vermogen recht ( hukum
harta kekayaan ) dimana pihak yang satu berhak atas suatu
prestasi sedangkan yang lainnya berkewajiban membayar
prestasi.
Unsur perikatan sebagaimana definisi tersebut :
1. Adanya lega (norma hukum)
2. Adanya para pihak yang disebut subyek hukum
3. Adanya obyek hukum yang disebut
4. Adanya sesuatu harta kekayaan atau benda.
Sedangkan definisi perjanjian atau persetujuan (overeenskomst)
sebagaimana dijelaskan pasal 1313 BW, arti perjanjian adalah suatu
perbuatan hukum dimana seseorang atau beberapa orang mengikatkan
dirinya kepada seseorang atau beberapa orang lainnya atau perjanjian atau
persetujuan antara 2 orang atau lebih yang saling mengikatkan dirinya untuk
Unsur perjanjian
1. Adanya para pihak
2. Adanya persetujuan
3. Adanya tujuan yang hendak dicapai
4. Adanya prestasi
5. Adanya bentuk baik tertulis maupun tidak tertulis
6. Adanya syarat-syarat tertentu sebagaimana yang tercantum di dalam
ketentuan ps 1320 BW
Penjelasan :
Dari kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan hukum perikatan
mempunyai arti yang luas daripada perjanjian karena hukum perikatan itu
dapat terjadi baik karena perjanjian maupun UU, disamping itu perjanjian
merupakan salah satu sumber perikatan.
Hukum Perikatan, Hukum Persetujuan, Hukum Perjanjian
berbentuk :
1. Bisa tertulis yaitu anatomi kontrak
2. Tidak tertulis yaitu persetujuan / kesepakatan yang diatur dalam ps
1458 BW
Hukum Kontrak hanya dapat dipakai untuk perikatan tertulis.
Hukum Perikatan diatur dalam buku ke III BW
Buku ke II tentang benda tertutup dwingen recht ( sifat
memaksa ) dasar nya pacta sunt servanda (kepastian hukum)
azas kepastian hukum (Recht Zaakerheijs)
Buku ke III tentang perikatan open system (terbuka)
AanVullend ( sifat melengkapi ) dasarnya ps 1338 (1) BW azas
contract vrijheids
Jenis Perikatan antara lain :
1. Perjanjian Sepihak
Yaitu perjanjian hanya satu orang yang berprestasi
2. Perjanjian Timbal Balik
Hukum Perikatan Verbintenissen Hukum Persetujuan Overeenskomst Hukum Perjanjian Overeenskomst Hukum Kontrak Contract of Law
Anatomi Kontrak adalah system tata urutan kontrak
Yaitu suatu perjanjian dimana 2 orang atau lebih melakukan suatu
prestasi
3. Perjanjian Nominat (perjanjian bernama)
Yaitu suatu perjanjian yang sudah ditentukan jenis dan bentuknya.
4. Perjanjian InNominat (Perjanjian tak bernama)
Yaitu suatu perjanjian yang belum ditentukan jenis dan bentuknya.
5. Adhetion Contract (Kontrak Baku)
Yaitu suatu kontrak yang isi dan substansinya secara sepihak oleh
kreditur.
Contoh : kontrak di bank
Sumber perikatan berdasarkan pasal 1233 BW secara umum sumber
perikatan ada 7 :
UUD1945
UU
PP
Traktat (Treaty)
Convention
Yurisprudensi, lahir karena arrest (peristiwa hukum) contoh fiducia
Doktrin / Legal oppinion
Secara khusus sumber perikatan berdasarkan pasal 1233 BW antara
lain :
1. Karena Perjanjian (pasal 1313 BW) terbagi menjadi :
a. Perjanjian sepihak (Eenzijdeg Overeenkomst)
i. Relevan (Pihak ke II wajib hadir)
Contoh :
1. Hibah (Schenking)
2. Erkenning van Een Natuurlijk (pengakuan anak tidak
sah)
Adopsi
a. Erkening (pengakuan)
b. Wetteging (pengesahan)
c. Brieven van wetteging (surat pengesahan
anak)
d. Akte Notaris
ii. Tidak relevan (Kehadiran pihak ke II tidak diinginkan)
Contoh :
1. Hibah bentuknya wasiat (schenking en
testamentaire)
2. Somasi (Peringatan / teguran) ps 1238 BW
Perikatan adalah : suatu hubungan hukum antara dua orang atau lebih
dimana pihak yang satu berhak atas suatu prestasi dan pihak lain
berkewajiban memenuhi prestasi tersebut.
Perjanjian adalah : suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada
pihak lain untuk melaksanakan suatu hal (prestasi) ps 1234 BW
Hubungan antara perikatan dan perjanjian
Dalam suatu perjanjian akan dijumpai hubungan hukum (Legal Relation)
antara 2 orang atau lebih yang saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal,
hubungan yang timbul karena perjanjian itu mengikat kedua belah pihak
yang membuat perjanjian, ikatan ini karena perjanjian, ikatan yang lahir
karena perjanjian disebut perikatan.
Jadi dapat ditentukan bahwa hubungan perikatan dengan perjanjian adalah
perjanjian melahirkan perikatan berdasarkan ps 1233 BW yang merupakan
salah satu sumber perikatan yaitu perjanjian.
Sedangkan dalam perjanjian yang bentuknya timbal balik, ketentuan
hukumnya telah ditentukan melalui BW buku ke IV mulai pasal 1457 contoh :
jual beli, sewa menyewa.
Dalam ketentuan BW pasal 1319 merupakan satu-satunya pasal yang
mengatur perjanjian Innominaat yang isinya menyatakan bahwa semua
perjanjian baik yang mempunyai nama khusus maupun yang dikenal dengan
suatu nama tertentu tidak pada peraturan-peraturan umum yang memuat
dalam bab-bab ini dan bab-bab yang lalu (maksudnya BW)
Syarat-syarat sahnya dan azas-azas hukum kontrak
a) Syarat – syarat sahnya kontrak, ps 1320 BW
a. Kata sepakat (ps 1320 ayat 1)
b. Kemampuan (ps 1320 ayat 2)
c. Obyek tertentu (ps 1320 ayat 3)
d. Kausa yang halal (ps 1320 ayat 4)
Syarat sahnya merupakan hukum pemaksa (dwingen recht)
a. Kata sepakat artinya bahwa dalam menyusun suatu kontrak para
pihak harus terlebih dahulu bersepakat atau setuju tentang hal-
hal pokok dari perjanjian yang akan diadakan.
Kata sepakat ini tidak sah apabila kata sepakat itu diberikan
karena kekhilafan, paksaan, penipuan (ps 1321 jo 1458)
Pasal 1458 BW
Komparasi : para pihak yang ada dalam perjanjian kontrak Immaterial : ganti rugi yang tidak ternilai harganya.
“perjanjian lahir bilamana telah ada kesepakatan tentang barang
dan harga meskipun barang belum diserahkan dan harga belum
dibayarkan.”
b. Kemampuan bertanggung jawab, pada dasarnya setiap orang
cakap atau mampu berbuat hukum (perjanjian) kecuali jika oleh
UU tidak dinyatakan tidak cakap berbuat hukum (ps 1329 BW)
Dalam ketentuan UU dengan mengacu ketentuan ps 1330 BW
dikatakan mereka yang tidak cakap berbuat hukum yaitu :
Belum dewasa (minderjareg)
Dewasa yang dibawah pengampuan (curatele)
Wanita dalam perkawinan (ps 108 jo 110 BW) harus by
stand (bantuan) suaminya.
Ps 108 jo 110 BW dicabut dengan dikeluarkan SEMA no. 31
th 1963 dan UU no. 1 th 1974, persamaan gender / HAM.
Akibat hukum yang timbul apabila suatu kontrak tidak memenuhi
ketentuan ps 1320 BW ayat 1 dan 2 maka perjanjian yang dibuat
dapat dibatalkan atau dapat dimintakan pembatalan
(verneitegbaar) karena subyeknya dilanggar (tidak ada sepakat,
masih dibawah umur, orang dewasa kurang ingatan)
c. Obyek tertentu (suatu hal tertentu) adalah menyangkut obyek
kontrak yang harus jelas dan dapat ditentukan.
Menurut ketentuan ps 1333, suatu perjanjian harus mempunyai
pokok perikatan (obyek perikatan) yang harus telah dijelaskan
obyeknya Menurut ketentuan ps 1332, yang isinya hanya
barang-barang yang dapat diperdagangkan saja yang dapat
menjadi pokok suatu kontrak / perjanjian.
Menurut ps 1334 (1) intinya bahwa barang-barang yang baru
akan ada dikemudian hari menjadi pokok suatu perjanjian
sebagaimana dijelaskan dalam ps 1131 contohnya hasil panen.
d. Adanya suatu kausa yang halal, artinya bahwa ps 1320 (4) ini
menyangkut substansi (isi) kontrak yang tidak bertentangan
dengan ketentuan UU, ketertiban umum, kesusilaan (ps 1337
BW) Natuurlijk Verbintenis (perikatan semu), perikatan yang
tidak ada hak gugat dipengadilan, contoh perjanjian WTS,
perjudian, maka gugatannya di roya (dicoret).
Akibat hukum bilamana suatu kontrak tidak memenuhi unsur ps 1320 ayat 3
dan 4 maka kontrak yang sudah di buat batal demi hukum (neitegbaar)
karena kontraknya tidak mengandung unsur obyektif.
Azas-azas hukum kontrak
a) Kebebasan berkontrak ( contract vrijheids) ps 1338
b) Konsensualitas
c) Pacta sunt servanda ( kepastian hukum )
d) Personality (kepribadian) ps 1315 jo 1340
Suatu asas kontrak untuk dirinya sendiri tapi boleh disimpangi
dengan pihak ketiga dengan membuat surat kuasa.
e) Itikad baik (goede trouw) ps 1338 ayat 3
Fungsi kontrak dalam hukum bisnis ada 2 :
1) Fungsi yuridis ,
Kontrak dapat memberikan rechtzakerheijds (kepastian hukum) bagi
pihak yang membuatnya.
2) Fungsi Ekonomis ,
Dengan adanya kontrak dapat menggerakkan sumber daya (benda)
dari nilai penggunaan yang lebih rendah menjadi nilai penggunaan
yang lebih tinggi.
Ketentuan-ketentuan dalam kontrak.
1) Somatie (peringatan)
Contoh perikatan yang bersumber dari perjanjian dimana pihak ketiga
tidak diharapkan (ps 1238)
Somatie adalah teguran dari kreditur kepada debitur agar dapat
memenuhi prestasi sesuai substansi kontrak yang telah disepakati
bersama.
Ada 3 cara terjadinya somatie :
Debitur wanprestasi
Debitur tidak memenuhi prestasi pada hari jatuh tempo
Prestasi yang dilakukan oleh debitur tidak lagi berguna bagi
debitur karena telah verjarecht (lewat waktu)
Kata-kata yang harus masuk dalam somatie
Somatie terhadap seorang debitur
Dengan hormat,
Bersama ini kami sampaikan kepada saudara bahwa berdasarkan
perjanjian kredit yang telah dibuat antara bank BNI dengan saudara X,
pada tanggal 9 bulan oktober tahun 2011, bahwa setiap tanggal 9
bulan berikutnya saudara harus membayar angsuran kredit yaitu :
pokok dan bunga sebesar Rp. X,-. Namun berdasarkan data-data yang
ada pada kami (bank BNI), ternyata saudara menunggak kredit atas
pokok dan bunga sebesar Rp. X,-
Berdasarkan hal tersebut di atas maka diharapkan kepada saudara
untuk segera melunasi kewajiban tersebut paling lambat tanggal 14
oktober 2012-10-25
Demikian agar dapat segera saudara laksanakan tepat pada waktunya.
Prinsip-prinsip penyusunan kontrak
Ada 2 prinsip hukum yang harus dipatuhi
1) Beginsel der Contract Vrijheijds (party autonomi)
Artinya bahwa para pihak dalam kontrak bebas untuk membuat suatu
perjanjian guna memperjanjikan apa yang mereka inginkan dengan
suatu syarat tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan ketertiban umum dan kesusilaan.
Langkah-langkah dalam hal dilakukan terhadap para pihak harus
menjelaskan sejelas-jelasnya kepada pihak-pihak yang terlibat yang
akan melangsungkan transaksi sedangkan kewajiban para ahli hukum
kontrak harus mengkomunikasikan kepada klien apakah kontrak yang
disusun sudah sesuai dengan yang diinginkan.
2) Pacta sunt servanda (rechtzakerheijds) Pasal 1338 (1) BW
Artinya mengikatnya suatu perjanjian bagi para pihak sehingga
substansi kontrak dapat menjamin kepastian hukum bagi mereka atau
para pihak.
Apabila para pihak diantaranya ada yang dirugikan maka pihak lain dapat
menuntut ganti rugi berdasarkan pasal 1249 jo 1365 BW. Ganti rugi ini
lahir karena :
Debitur wanprestasi (ps 1249 BW)
Ganti rugi karena wanprestasi adalah suatu bentuk ganti rugi yang
dibebankan kepada debitur yang tidak memenuhi substansi kontrak
pada saat jatuh tempo
Perbuatan melawan hukum
Ganti rugi karena perbuatan melawan hukum adalah ganti rugi yang
dibebankan kepada seseorang yang telah menimbulkan kesalahan-
kesalahan kepada pihak yang dirugikan.
Pra Penyusunan Kontrak
1) Identifikasi komparasi
2) Penelitian Awal
3) MOU
4) Negosiasi
1) Identifikasi itu untuk menentukan kecakapan dan kewenangan para pihak
sehingga para pihak yang teridentifikasi secara jelas, disamping itu juga
harus dipenuhi syarat-syarat apabila pihak-pihak merupakan suatu badan
hukum.
Syarat-syarat badan hukum :
1) Mempunyai kekayaan terpisah dengan kekayaan pribadi.
2) Mempunyai organisasi
3) Mempunyai tujuan tertentu.
2) Penelitian awal aspek-aspek yang terkait pada dasarnya pihak-pihak
dalam kontrak berharap kontrak yang ditandatangani dapat menampung
semua keinginannya sehingga apa yang terjadi dalam kontrak betul-betul
dipahami secara rinci.
Dalam hal ini secara yuridis hal-hal yang tertuang dalam kontrak
harus dijelaskan secara rinci khususnya mengenai :
a) Substansi kontrak
b) Hak dan kewajiban
c) Cara pembayaran
d) Wanprestasi
e) Somasi
f) Choise of Law
g) Cara penyelesaian sengketa
h) Yurisdiksi
i) Force Majeur / Overmacht
Herzenning peninjauan kembali terhadap putusan hakim yang
mempunyai kekuatan hukum yang tetap dan pasti.
Novum adalah bukti-bukti yang belum pernah diajukan kemuka sidang
sebelumnya.
Litigasi : proses peradilan, PN, PT, M Herzainning (P)
ADR
a) Negosiator Negosiator
b) Mediasi Mediator
c) Konsiliasi Konsiliator
d) BANI UU no 30/1999 hakim ad hock
3) Negosiasi adalah sarana / alat / media bagi para pihak untuk mengadakan
komunikasi dua arah yang dirancang untuk mencapai kesepakatan
sebagai akibat adanya perbedaan pandangan terhadap suatu hal yang
dilatar belakangi oleh kesamaan dan atau ketidaksamaan kepentingan
diantara mereka (para pihak)
Dalam hukum kontrak ada 2 jenis negosiasi :
1) Negosiasi yang lemah lembut
2) Negosiasi yang keras
Negosiasi yang lunak tujuannya untuk membina hubungan baik
(cultivating) dan corak ini pada umumnya dipakai dalam lingkungan
keluarga sehingga mudah mempunyai kelebihan cepat mengambil
kesepakatan, namun mengandung resiko akan menciptakan menang
kalah sedangkan keras sangat memungkinkan deadlock (jalan buntu)
akibatnya ada tekanan dan ancaman terutama jika terbentur pada situasi
saat bertemu dengan negosiator yang sama-sama keras.
Dalam prakteknya kedua corak tersebut yang paling efektif adalah
perpaduan antara keduanya yaitu keras dalam hal menghadapi
permasalahan dan lunak saat menghadapi pihak negosiator lawan.
Tahap-tahap negosiasi
1. Pra Negosiasi
2. Pada saat pelaksanaan negosiasi
1) Pra negosiasi
Performance
Menguasai konsep permasalahan secara komprehensif
(menyeluruh)
Menguasai segala peraturan perundang-undangan yang
menyangkut yang dinegosiasikan
Menguasai dan memahami betul apa yang diinginkan
pihak yang terwakili
Mengidentifikasikan poin-poin / klausul-klausul yang
berpotensi menjadi masalah dari yang akan
dipermasalahkan
Menentukan solusi / mengantisipasi solusi-solusi apa dari
poin-poin yang bermasalah dan yang akan
dipermasalahkan ( terlebih dahulu dikonsultasi dengan
pihak terwakili)
Menumbuhkan rasa percaya diri
Sedapat mungkin meminta pihak counterpart / pihak lawan
agar negosiasi dilakukan dluar tempat baik dari segi
negosiator maupun perusahaan, hal ini untuk menghindari
kesempatan untuk mencari masukan dari pihak-pihak
terkait.
2) Tahap pelaksanaan negosiasi
Berusaha untuk menjadi pimpinan dalam sidang negosiasi
Berusaha untuk mengetahui betul siapa yang dihadapi dan
mengukur kekuatan pihak negosiator lain dengan cara
menanyakan sesuatu hal yang tidak ada hubungannya
dengan permasalahan yang sedang dinegosiasikan.
Memahami dan menetapkan apa saja yang hendak dicapai
dalam negosiasi
Meminta pihak counterpart sedapat mungkin memberitahu
lebih dahulu apa yang diinginkan.
Menyelesaikan poin-poin yang mudah untuk diselesaikan
terlebih dahulu (pending) menunda hal-hal yang rumit untuk
diselesaikan.
Memberikan argumentasi yang logis terhadap penjelasan-
penjelasan dan atau pandangan-pandangan
Mempermainkan emosi
Apabila terdapat poin-poin yang tidak terselesaikan jangan
hendaknya terburu-buru untuk menyelesaikan dalam waktu 1
x pertemuan.
Apabila dalam negosiasi tidak diberi wewenang untuk
memberi keputusan maka negosiator harus mendapat
konsultasi dari pihak terwakili.
Jangan melakukan negosiasi 1 x
Catat semua pelaksanaan negosiasi dalam berita acara dan
ditanda tangani oleh para pihak (sementara) sebelum
mendapatkan keputusan dari pihak terwakili.
MOU
MOU pada hakikatnya merupakan suatu perjanjian pendahuluan (preambule)
dalam arti nantinya akan diikuti dengan perjanjian lainnya merupakan
perjanjian formal ( perjanjian yang disusun sesuai dengan anatomi kontrak).
Alasan-alasan dapat dikemukakan dalam hal penentuan MOU dalam suatu
kontrak antara lain :
1. Prospek kontrak belum jelas, hal ini untuk menghindari kesulitan dalam
pembatalan kontrak (membatalkan suatu kontrak) sehingga dibuat
MOU yang relatif mudah dibatalkan.
2. Pembatalan MOU oleh para pihak tidak menuntut ganti rugi, baik
kerugian yang ditimbulkan dari akibat wanprestasi (1249 BW) maupun
ganti rugi akibat perbuatan melawan hukum
3. Dalam penandatanganan kontrak formal akan dibutuhkan waktu yang
relatif lama karena penandatanganan kontrak para pihak wajib untuk
menganalisis substansi kontrak sehingga dibuat MOU yang berlaku
sementara.
4. Adanya keragu-raguan para pihak akan keberlanjutan kontrak.
Ciri-ciri MOU
1. Jangka waktu terbatas
2. Merupakan pendahuluan (opening) suatu kontrak yang nantinya
akan diikuti kontrak formal
3. Tidak ada tuntut menuntut
4. Dibuat untuk sementara waktu.
MOU ini sebenarnya didalam hukum kontrak tidak dikenal tetapi didalam
praktek sering terjadi karena MOU dianggap sebagai kontrak yang sample,
dan tidak disusun secara formal sehingga hanya dianggap sebagai pembuka
suatu kontrak.
Dalam kontrak kita mengenal :
1) CESSIE (pengalihan piutang)
2) SUBROGATIE ( penggantian kedudukan seorang kreditur)
3) NOVASI (pembaruan hutang)
4) DELEGASI (penggantian kedudukan debitur)
5) BENIFICIARY (pengalihan hak kepada pihak ketiga, pihak ketiga tidak
masuk dalam kontrak)
1) CESSIE (pengalihan piutang secara yuridis formal)
Yang disebut cessie adalah suatu pengalihan piutang obname (atas
nama / diri sendiri) terhadap debitur (cessus debitur) dari kreditur lama
(cedent) kepada kreditur baru (cessionaris) dengan cara diatur
berdasarkan ketentuan UU yaitu dengan jalan membuat akte cessie baik
akte otentik dan atau akte underhand dengan kewajiban pemberitahuan
(betekening) kepada debitur secara tertulis dan diakui oleh cessusnya
(debitur)
Dari hal diatas ditemukan 7 unsur :
Cedent
Cessionaris
Cessus debitur
Piutang
Akte otentik (akte underhand)
Pemberitahuan debitur
Persetujuan debitur
Contoh kasus bank bali menjadi bank permata
2) Subrogatie
Yaitu penggantian kedudukan seorang kreditur dari kreditur lama kepada
kreditur baru dengan persetujuan dari pihak debitur (dengan
sepengetahuan debitur)
3) Novaci
Yaitu suatu pembuatan perjanjian baru yang menghapuskan suatu
perikatan lama sambil meletakkan suatu perikatan baru dengan jalan
menggantikan hutang lama menjadi hutang baru dengan jalan refinancing
(menghitung kembali hutang-hutang debitur) dan secara rescheduling
(penjadwalan kembali)
4) Delegasi
Yaitu kebalikan cessie dan atau subrogatie yaitu dalam delegatie yang
beralih adalah hutang (debitur), jadi yang berganti disini adalah
kedudukan debitur oleh pihak ketiga tanpa harus disetujui oleh pihak
kreditur.
5) Benificiary
Yaitu pengalihan kepentingan-kepentingan untuk pihak ketiga dimana
pihak ketiga yang akan menerima akibat hukum dari perjanjian yang
dibuat para pihak
Pra Penyusunan Kontrak
Kontrak dibagi atas 3 besar :
Pendahuluan kontrak ( 4 subsistem)
Substansi kontrak (4 item)
Penutup kontrak (3 sub item)
Struktur Kontrak
Bagian Pendahuluan
Bagian substansi kontrak
Bagian penutup kontrak
1) Dalam sub bagian pembukaan ada 3 hal yang harus
dicantumkan :
1. Tittle nama kontrak
Nama kontrak/judul tidak boleh terlalu singkat demikian juga
tidak terlalu panjang, yang pokok judul adalah dapat
menginterpretasikan substansi kontrak, jadi dengan melihat
judul akan diketahui substansi kontrak
2. Hari tanggal bulan dan tahun pembuatan kontrak dimana
angka-angka dalam bulan dan tahun harus ditulis dengan
kata-kata (kalimat) disamping itu ada juga kontrak yang
didahului tempat dimana kontrak itu ditandatangani.
3. Tempat dibuat dan ditandatangani kontrak.
2) Ada 3 hal yang perlu diperhatikan dalam sub bagian pembukaan
khususnya yang menyangkut identitas :
1. Para pihak harus disebutkan dengan jelas antara lain nama,
alamat, jabatan dan kewarganegaraan
2. Pihak-pihak yang menandatangani kontrak harus disebutkan
kapasitas sebagai apa yang terkait dengan kontrak (jelas
terlihat dalam anggaran dasar perusahaan)
3. Pendefinisian pihak yang terkait dalam kontrak.
3) Sub bagian penjelasan
Yaitu penjelasan-penjelasan mengapa para pihak mengadakan
kontrak (penjelasan latar belakang dibuatnya kontrak, didalam
anatomi disebut recital (parties) artinya pertimbangan latar
belakang sebelum masuk substansi) dalam recital ini biasanya
akan diuraikan kemampuan dan pengalaman dari komparasi.