hukum perbandingan pidana belanda
TRANSCRIPT
1
HUKUM PIDANA BELANDA
(Netherland Criminal Code)
Nyoman Samuil Kurniawan Mata Kuliah: Hukum Pidana Perbandingan
A. SEJARAH
Pada tahun 1811 Kerajaan Belanda menyatu dengan Kekaisaran Perancis dan
KUHP Belanda yang telah berlaku sejak tahun 1809, digantikan oleh KUHP Napoleon
Perancis. Setelah pemulihan kemerdekaan pada 1813, KUHP Perancis tetap berlaku
untuk sementara waktu, walaupun disertai dengan beberapa perubahan penting, misal:
sistem juri dihapuskan dan sistem sanksi dari KUHP tahun 1809 kembali diperkenalkan.
Selama abad ke-19, telah disajikan sejumlah rancangan KUHP, namun
semuanya ditolak, akibat pecahnya suara parlemen pada sistem sanksi dan sistem
penjara. Namun revisi-revisi penting selanjutnya pada KUHP Belanda lebih diarahkan
pada sanksi-sanksi. Kisaran vonis berkurang menjadi berbagai bentuk hukuman
penjara, denda, penangguhan hak-hak tertentu dan perampasan barang-barang
tertentu. Hukuman badani dihapuskan pada tahun 1856 dan hukuman mati dihapuskan
pada tahun 1870. Denda pengganti penahanan mulai diperkenalkan pada tahun 1864.
Rezim penjara pada abad ke-17 sangat keras, tanpa membedakan umur, masa
hukuman penjara, pelaku pertama atau residivis dll., sehingga berpengaruh buruk pada
tahanan. Tahanan tidak hanya terbatas pada sel individu tetapi di tempat umum. Pada
tahun 1823, beberapa warga membentuk Asosiasi Belanda untuk Perbaikan Moral
Narapidana untuk memperbaiki moral para tahanan dengan memerangi perusakan
moral yang timbul dari kondisi menyedihkan dalam penjara melalui kunjungan,
pendidikan tentang perilaku, pelajaran agama, penyediaan buku, hingga memainkan
peranan penting dalam adopsi akhir oleh Parlemen thd sistem penjara sel (sistem
Pennsylvania) yang membuka jalan bagi KUHP Belanda pertama yang sesungguhnya.
Pada 1863 Menteri Kehakiman berikutnya, Modderman, mempublikasikan tesis
kedoktorannya tentang Reformasi thd KUHP Belanda, yang memuat deskripsi terperinci
tentang bagaimana KUHP nasional seharusnya disusun. Dalam kapasitasnya sebagai
Menteri Kehakiman, pada tahun 1870 Modderman membentuk komite reformasi hukum
pidana untuk menyusun rancangan KUHP yang kemudian diserahkan ke Parlemen
pada tahun 1879, dan kemudian disepakati pada tahun 1881, karena beberapa
ketentuan perbuatan pidana harus direvisi dan penjara baru berdasarkan sistem penjara
sel harus dibangun terlebih dahulu, KUHP ini mulai berlaku pada tahun 1886.
B. PEMBAHARUAN UTAMA DALAM KUHP BELANDA
Sejak 1886 KUHP Belanda telah cukup mengalami pembaharuan. Ketentuan-
ketentuan pidana baru telah ditambahkan seperti ketentuan terhadap diskriminasi,
penggangguan privasi, pencemaran lingkungan, kegiatan komputer illegal,dll. Beberapa
tindak pidana lainnya, seperti perzinahan atau tindakan homoseksual antara orang
dewasa dan remaja diatas usia 16 tahun telah dilegalkan. Pembaharuan Utama dalam
2
KUHP Belanda terjadi dalam hukum pidana remaja (1965 dan 1995), pada
perpanjangan penangguhan hukuman (1987), pembebasan lebih awal (1987),
pembaharuan denda (1983), hukuman komunitas (1989-1995) - pertanggungjawaban
pidana korporasi (1976) dan pelanggaran serius terhadap moral publik.
C. KARAKTERISTIK KUHP BELANDA
Karakteristik KUHP Belanda terlihat pada beberapa hal seperti: kesederhanaan,
kepraktisan, kepercayaan terhadap pengadilan, ketaatan pada prinsip-prinsip egaliter,
pertimbangan terhadap kejahatan sosial, tidak adanya pengaruh agama tertentu dan
pengakuan terhadap pentingnya kesadaran hukum.
Kesederhanaannya, terbukti dari definisi hukum tindak pidana, pembagian antara
kejahatan atau pelanggaran dan dari sistem sanksi-nya yang hanya terdiri dari tiga
hukuman pokok, yaitu penjara, penahanan dan denda. KUHP ini menjadi lebih praktis
Kepercayaan terhadap pengadilan terbukti dari tidak adanya hukuman minimum
khusus untuk pelanggaran serius dan kewenangan yang luas untuk memilih hukuman.
KUHP Belanda tidak mengandung perbedaan dan definisi dari ajaran sifat dasar.
Baik definisi pada berbagai bentuk kelalaian atau penyebab.
D. PEMBAGIAN DALAM KUHP BELANDA
KUHP terdiri dari tiga buku. Buku pertama merupakan bagian umum dengan
ketentuan mengenai ruang lingkup penerapan kitab Undang-Undang, pada sanksi dan
tindakan, pada pertahanan, pada usaha dan perluasan pertanggungjawaban pidana
melalui partisipasi, pada pengurangan hukuman dalam hal adanya persetujuan, pada
pembatasan UU dan pada prinsip ne bis in idem. Dalam buku kedua dan ketiga
didefinisikan tentang inti kejahatan dan pelanggaran.
E. HUKUM PIDANA UNTUK REMAJA
Walau tidak ada UU khusus thd remaja pelaku kejahatan, namun KUHP Belanda
memuat sejumlah ketentuan khusus pada remaja, terutama menyangkut sanksi yang
dapat dikenakan pada pelanggar remaja (bagian 77a melalui 77k KUHP Belanda).
F. UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA UTAMA LAINNYA
KUHP Belanda tidak mendefinisikan semua tindak pidana. Banyak UU lainnya
yang melengkapi KUHP Belanda. Beberapa UU Hukum Pidana utama lainnya adalah
UU Pelanggaran Ekonomi tahun 1950, UU Lalu Lintas tahun 1994, UU Pelanggaran
Obat Narkotika tahun 1928 dan UU Persenjataan dan Mesiu tahun 1989. Pelanggaran
seperti mengemudi dalam keadaan mabuk, tabrak lari, kepemilikan senjata api ilegal,
perdagangan narkoba merupakan kejahatan. Selain itu terdapat ratusan hukum berisi
ketentuan-ketentuan pidana untuk penegakan hukum berdasarkan administrasi
perundang-undangan. Bagian umum dari KUHP Belanda juga berlaku untuk UU hukum
pidana lainnya (sect. 91 CC).
G. KODE BAHASA
3
KUHP Belanda (Wetboek van Strafrecht) secara resmi telah diterbitkan dalam
bahasa Belanda. Namun demikian, terdapat beberapa terjemahan yang tidak resmi
dalam bahasa Perancis, Jerman dan Bahasa Inggris, misalnya:
1. Code Pénal Néerlandais, in: M. Ancel and Y. Marx, Les Codes Pénaux Européens,
Tome III, Centre Français de droit comparé, Paris 1958, pp. 1375-1466.
2. Das niederländische Strafgezetzbuch, translated by D. Schaffmeister (in: HH
Jescheck and G. Kielwein, Sammlung ausserdeutsche Strafgezetzbücher , Band 18,
de Gruyter, Berlin 1977.
3. The Dutch Penal Code, translated by L. Rayar and S. Wadsworth, in: The American
Series of Foreign Penal Codes; no. 30, Rothman Littleton, Colorado 1997.
H. BEBERAPA HUKUM PIDANA (CRIMINAL LAW) BELANDA
1. Act of 17 November 1994 amending the Civil Code and other legislation in
connection with the incorporation of provisions concerning the contract to provide
medical treatment, Stb. 1994, 837.
2. Besluit Politiegegevens
3. Code of Criminal Procedure (excerpts police)
4. Money Laundering and Terrorist Financing Prevention Act 2008
5. Penitentiary Principles Act
6. Politiewet 1993
7. Wet Taakstraffen
8. Wet politiegegevens
9. Wet politiegegevens
10. Wet ter voorkoming van witwassen en financieren van terrorisme 2008 (money
laundering law)
11. Wetboek van Strafrecht
12. Wetboek van Strafrecht (Penal Code)
13. Wetboek van Strafvordering
14. Wetboek van Strafvordering (Criminal Proceedings Act)
I. BEBERAPA PERBEDAAN AWAL KUHP BELANDA DAN KUHP INDONESIA
1. Perbedaan rumusan berlakunya hukum pidana (Pasal 2 dan seterusnya). pada
KUHP Belanda tercantum strafwet (UU Pidana), pada KUHP Indonesia tertulis
wettelijk strafbepaling (ketentuan perUUan pidana)
2. Jenis pidana berbeda yang tercantum di dalam Pasal 9 KUHP Belanda dan Pasal
10 KUHP Indonesia. Di dalam KUHP Indonesia tercantum pidana mati, sedangkan
di Belanda sejak tahun 1870 sudah dihapus. Pada pidana tambahan KUHP
Belanda, ada pidana penempatan di tempat kerja negara yang tidak terdapat dalam
Pasal 10 KUHP Indonesia.
3. Beberapa delik lebih berat pidana penjaranya dalam KUHP Indonesia dibanding
dengan dalam KUHP Belanda. Mis: pencurian, maks 4 th penjara dlm Pasal 310
KUHP Belanda sedangkan dalam Pasal 362 KUHP Indonesia maks 5 thn penjara.
Begitu pula delik penipuan dan penggelapan.
4
4. Ada perbedaan-perbedaan tertentu antara ketentuan pidana bersyarat.
5. Ada perbedaan tentang pelaksanaan pidana. Mis: Pd Pasal 20 KUHP Belanda
terpidana kurungan dapat memilih bekerja ataukah tidak, yang dalam Pasal 19
KUHP Indonesia adalah kewajiban untuk bekerja.
6. Minimum pidana denda lebih rendah di dalam KUHP Belanda, yaitu f 0,25
sedangkan dalam KUHP Indonesia f 0,50 yang sekarang menjadi Rp.250,00.
7. Dalam KUHP Belanda ada jenis pencurian yang tidak ada dalam KUHP Indonesia,
yaitu yang disebut stroperij (penyamun) yang tidak relevan diatur di Indonesia.
J. BEBERAPA PERBEDAAN KUHP BELANDA DAN KUHP INDONESIA SAAT INI.
Perbedaan kedua KUHP ini sekarang bertambah lebar. KUHP Belanda terus
berubah sesuai dengan tuntutan kemajuan teknologi. Selain itu jika ditinjau secara
teliti, ketentuan tentang pidana dalam KUHP Belanda bertambah "lunak" pada jalur
penghapusan (dekriminalisasi) dan perubahan rumusan delik, misalnya Pasal 239 yang
sepadan dengan Pasal 281 KUHP Indonesia, kata-kata "di depan umum" diganti dengan
"di tempat yang menjadi lalu lintas-umum" dalam Pasal 239 KUHP Belanda itu. Dengan
sendirinya berkurang orang yang melanggar pasal itu, karena "di depan umum" menurut
penjelasannya pasti berbeda.
Juga bertambah "lunak", karena ancaman pidana semua delik dalam KUHP
Belanda ada alternatif dendanya. Begitu pula adanya pasal sisipan, yaitu Pasal 9a,
yang hakim dapat tidak menjatuhkan pidana, jika delik itu kecil artinya, keadaan pada
waktu melakukan delik, begitu pula sesudahnya.
Sekarang ini sistem denda dalam KUHP Belanda didasarkan kepada kategori,
dari kategori satu sampai dengan enam. Dalam daftar kategori itu dicantumkan
maksimum denda. Daftar kategori denda dicantumkan di dalam Buku 1, yaitu Pasal 23.
Jadi, pada tiap rumusan delik hanya menyebut ancaman pidana dendanya
kategori berapa. Sejak tahun 1976 ditentukan juga, bahwa korporasi (badan hukum) itu
adalah subjek hukum pidana. Korporasi dapat dijatuhi pidana, yang sudah jelas tidak
mungkin pidana penjara tetapi terutama pidana denda. Oleh karena itu, cocok juga jika
semua delik ada ancaman pidana dendanya sebagai alternatif pidana penjara.
Daftar kategori sebagai berikut:
Kategori 1, lima ratus gulden.
Kategori 2, lima ribu gulden.
Kategori 3, sepuluh ribu gulden.
Kategori 4, dua puluh lima ribu gulden.
Kategori 5, seratus ribu gulden.
Kategori 6, satu juta gulden.
Sistem kategori ini sesuai dengan negara yang inflasinya tinggi, karena jika
denda sudah menjadi kecil seperti sekarang (1995) di Indonesia, maka cukup satu pasal
yang diubah, yaitu yang mengatur daftar kategori denda dalam Buku I saja, Barangkali
5
itu pula menjadi pemikiran penyusun RKUHP Indonesia yang mencantumkan sistem
kategori denda dalam rancangan tersebut,
Perubahan paling mendasar pada KUHP Belanda, pada tahun 1980-an ini ialah
dicantumkannya alternatif (ada juga alternatif /kumulatif) denda pada semua perumusan
delik, termasuk delik terhadap keamanan negara, tidak terkecuali makar terhadap raja.
Bahkan, kalau kita teliti tidak ada satu perumusan pun pada saat buku ini ditulis yang
diancam pidana denda menurut kategori keenam (satu juta gulden). Paling tinggi
menurut kategori kelima. Jadi, kategori keenam masih merupakan cadangan.
Perubahan lain, ialah disisipkannya titel (bab) baru seperti:
Titel VIII A. Ketentuan khusus untuk orang di bawah umur.
Titel II A. Tindakan.
Titel XIX. Pengguguran kandungan.
Banyak pasal sisipan yang lain, sesuai dengan perkembangan hukum modern,
misalnya Pasal 139 a sampai dengan Pasal 139 g mengenai perbuatan mendengar
secara diam-diam (menguping) pembicaraan orang lain tanpa izin.
Suatu hal yang tidak kurang pentingnya untuk diketahui ialah asas di dalam
ketentuan KUHP tidak dimungkinkan adanya akumulasi pidana penjara dan denda, telah
diterobos oleh KUHP Belanda, yaitu pada delik pemalsuan dan perbuatan curang
dimungkinkan kumulatif/aIternatif pidana penjara dan denda.
Di samping itu, perbandingan antara pidana penjara dan denda menurut
ketentuan baru di dalam KUHP Belanda tidaklah berlaku simetris. Bukan berarti jika
pidana penjaranya lebih tinggi maka alternatif dendanya juga lebih tinggi. Ada hal-hal
yang kelihatannya diselaraskan dengan efektivitas pidana denda itu. Misalnya, delik
pencurian (Pasal 310), ancaman pidana penjaranya 4 tahun dan denda ialah kategori
keempat. Dibandingkan dengan delik perbuatan curang (penipuan Pasai 326) yang
ancaman pidananya maksimum 3 tahun, tetapi pidana dendanya kategori kelima.
Dengan demikian, ancaman pidana penjara pada delik pencurian lebih berat daripada
delik penipuan, tetapi ancaman pidana dendanya lebih ringan.
____________________________________________________________________
Sumber:
Andi Hamzah, 2008, Perbandingan Hukum Pidana Beberapa Negara, Sinar Grafika, Jakarta
http://www.wodc.nl/images/ob176_Chapter%202_tcm44-56791.pdf diakses pada 19 Oktober 2010 pukul 20:59 WITA
http://www.lexadin.nl/wlg/legis/nofr/eur/lxwened.htm diakses pada 19 Oktober 2010, pukul 21:45 WITA