hukum kewenangan yayasan membentuk badan usaha

Upload: iwan-nusantara

Post on 07-Feb-2018

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/21/2019 Hukum Kewenangan Yayasan Membentuk Badan Usaha

    1/10

  • 7/21/2019 Hukum Kewenangan Yayasan Membentuk Badan Usaha

    2/10

    Tulisan Hukum Seksi Informasi Hukum 2

    Berbeda dengan tujuan pendirian dari Perseroan Terbatas (PT), tujuan filosofis

    pendirian Yayasan tidak bersifat komersial atau tidak mencari keuntungan (nir laba atau

    non-profit). Oleh karenanya tujuan pendirian dari Yayasan diidentikkan dengan kegiatan

    bidang sosial, keagamaan, pendidikan, kemanusian dan banyak lagi.

    Di Indonesia, apabila diperhatikan anggaran dasarnya, hampir semua Yayasandidirikan untuk tujuan nir laba. Namun demikian, hal itu tidak berarti bahwa dalam

    praktek Yayasan-Yayasan tersebut tidak menjalankan kegiatan yang bersifat komersial.

    Di bidang pendidikan kritik kerap ditujukan pada institusi penyelenggara pendidikan

    dimana badan hukum yang digunakan adalah Yayasan. Harus diakui bahwa pengelolaan

    Yayasan yang bergerak di bidang pendidikan tidak sedikit yang menjurus pada pencarian

    keuntungan. Demikian pula Yayasan yang mengelola rumah-rumah sakit mewah

    dianggap sebagai tidak sejalan dengan tujuan dari Yayasan yang bersifat nir laba.

    Banyak contoh Yayasan yang digunakan sebagaimana layaknya PT. Yayasan

    demikian didirikan dengan maksud sebenarnya untuk mencari keuntungan baik langsung

    maupun tidak langsung. Banyak contoh untuk hal ini. Yayasan didirikan untuk memiliki

    saham, untuk mengelola gedung secara komersial, dan lainnya.

    II. PERMASALAHAN

    Berdasarkan hal-hal tersebut, maka terdapat beberapa masalah hukum, yaitu:

    1. Bagaimana kewenangan Organ Yayasan dalam menjalankan Yayasan?

    2. Bagaimana wewenang Yayasan sebagai suatu Badan Hukum dalam membentuk

    Badan Usaha?

    3. Bolehkah Organ Yayasan menjadi pemegang saham atau karyawan badan usaha

    yang didirikan Yayasan?

    III. PEMBAHASAN

    1. Kewenangan masing-masing Organ Yayasan

    Organ Yayasan sebagai badan hukum terdiri dari Pembina, Pengurus dan

    Pengawas. Dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang

    Yayasan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004,

    maka berbagai ketentuan diatur di dalamnya mengenai kewenangan Organ Yayasan

    yaitu Pembina, Pengurus, dan Pengawas. Kewenangan maupun hak dan kewajiban

    Organ Yayasan ini juga harus dimuat dalam Anggaran Dasar Yayasan.

    a. Pembina

    Pembina adalah Organ Yayasan yang mempunyai kewenangan yang tidak

    diserahkan kepada Pengurus atau Pengawas oleh Undang-Undang Nomor 16

  • 7/21/2019 Hukum Kewenangan Yayasan Membentuk Badan Usaha

    3/10

    Tulisan Hukum Seksi Informasi Hukum 3

    Tahun 2001 tentang Yayasan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang

    Nomor 28 Tahun 2004 atau Anggaran Dasar, yang terdiri dari3:

    1) keputusan mengenai perubahan Anggaran Dasar;

    2) pengangkatan dan pemberhentian anggota Pengurus dan anggota Pengawas;

    3) penetapan kebijakan umum Yayasan berdasarkan Anggaran Dasar Yayasan;

    4)

    pengesahan program kerja dan rancangan anggaran tahunan Yayasan; dan

    5) penetapan keputusan mengenai penggabungan atau pembubaran Yayasan.

    Anggota Pembina tidak boleh merangkap sebagai anggota Pengurus dan/atau

    anggota Pengawas4. Pembina mengadakan rapat sekurang-kurangnya sekali

    dalam 1 (satu) tahun untuk melakukan evaluasi tentang kekayaan, hak dan

    kewajiban Yayasan tahun yang lampau sebagai dasar pertimbangan bagi

    perkiraan mengenai perkembangan Yayasan untuk tahun yang akan datang5.

    b. Pengurus

    Pengurus adalah Organ Yayasan yang melaksanakan kepengurusan Yayasan6.

    Pengurus Yayasan bertanggung jawab penuh atas kepengurusan Yayasan untuk

    kepentingan dan tujuan Yayasan serta berhak mewakili Yayasan baik di dalam

    maupun di luar Pengadilan7. Pengurus menempati kedudukan sentral dalam

    mengendalikan Yayasan dan hal ini memberikan tanggung jawab yang besar, baik

    kedalam maupun keluar. Pengurus tidak boleh merangkap sebagai Pembina atau

    Pengawas8. Pengurus Yayasan diangkat oleh Pembina berdasarkan keputusan

    rapat Pembina untuk jangka waktu selama 5 (lima) tahun dan dapat diangkat

    kembali9. Susunan Pengurus sekurang-kurangnya terdiri dari10:

    1) seorang ketua;

    2)

    seorang sekretaris; dan3) seorang bendahara.

    Ketentuan mengenai susunan dan tata cara pengangkatan, pemberhentian, dan

    penggantian Pengurus diatur dalam Anggaran Dasar11. Dalam menjalankan tugas

    kepengurusan Yayasan, Pengurus dapat mengangkat dan memberhentikan

    pelaksana kegiatan Yayasan. Ketentuan mengenai syarat dan tata cara

    3 Pasal 28 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan.

    4 Pasal 29 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan.

    5 Pasal 30 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan.

    6 Pasal 31 ayat (1) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan.7 Pasal 35 ayat (1) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan.

    8 Pasal 31 ayat (3) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan.

    9 Pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 16

    Tahun 2001 tentang Yayasan.10

    Pasal 32 ayat (3) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 16

    Tahun 2001 tentang Yayasan.11

    Pasal 32 ayat (5) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 16

    Tahun 2001 tentang Yayasan.

  • 7/21/2019 Hukum Kewenangan Yayasan Membentuk Badan Usaha

    4/10

    Tulisan Hukum Seksi Informasi Hukum 4

    pengangkatan dan pemberhentian pelaksana kegiatan Yayasan diatur dalam

    Anggaran Dasar Yayasan12.

    Setiap Pengurus bertanggung jawab penuh secara pribadi apabila yang

    bersangkutan dalam menjalankan tugasnya tidak sesuai dengan ketentuan

    Anggaran Dasar, yang mengakibatkan kerugian Yayasan atau pihak ketiga

    13

    .Dalam hal kepailitan terjadi karena kesalahan atau kelalaian Pengurus dan

    kekayaan Yayasan tidak cukup untuk menutup kerugian akibat kepailitan tersebut,

    maka setiap Anggota Pengurus secara tanggung renteng bertanggung jawab atas

    kerugian tersebut14.

    Pengurus tidak berwenang15:

    1) mengikat Yayasan sebagai penjamin utang;

    2) mengalihkan kekayaan Yayasan kecuali dengan persetujuan Pembina; dan

    3) membebani kekayaan Yayasan untuk kepentingan pihak lain.

    c.

    Pengawas

    Pengawas adalah organ Yayasan yang bertugas melakukan pengawasan serta

    memberi nasihat kepada Pengurus dalam menjalankan kegiatan Yayasan. Yayasan

    memiliki Pengawas sekurang-kurangnya 1 (satu) orang Pengawas yang

    wewenang, tugas, dan tanggung jawabnya diatur dalam Anggaran Dasar.

    Pengawas tidak boleh merangkap sebagai Pembina atau Pengurus16.

    Dalam hal kepailitan terjadi karena kesalahan atau kelalaian Pengawas dalam

    melakukan tugas pengawasan dan kekayaan Yayasan tidak cukup untuk menutup

    kerugian akibat kepailitan tersebut, setiap anggota Pengawas secara tanggung

    renteng bertanggung jawab atas kerugian tersebut17

    .

    2. Kewenangan Yayasan Membentuk Badan Usaha

    Dalam rangka pencapaian maksud dan tujuan di bidang sosial, keagamaan, dan

    kemanusiaan, Yayasan wajib membayar segala biaya atau ongkos yang dikeluarkan

    oleh Organ Yayasan18.

    12 Pasal 35 ayat (3) dan (4) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan.

    13 Pasal 35 ayat (5) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan.

    14 Pasal 39 ayat (1) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan.

    15 Pasal 37 ayat (1) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan.

    16 Pasal 40 ayat (1), (2) dan (4) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan.

    17 Pasal 47 ayat (1) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan.

    18 Pasal 6 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan.

  • 7/21/2019 Hukum Kewenangan Yayasan Membentuk Badan Usaha

    5/10

    Tulisan Hukum Seksi Informasi Hukum 5

    Kekayaan Yayasan berasal dari sejumlah kekayaan yang dipisahkan dalam bentuk

    uang atau barang. Kekayaan Yayasan dapat diperoleh dari19:

    a. sumbangan atau bantuan yang tidak mengikat;

    b. wakaf;

    c. hibah;

    d.

    hibah wasiat; dan

    e. perolehan lain yang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar Yayasan dan/atau

    peraturan perundang-undangan yang berlaku.

    Selain itu, dalam hal-hal tertentu Negara dapat memberikan bantuan kepada

    Yayasan20.

    Berdasarkan ketentuan Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001

    tentang Yayasan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun

    2004, disebutkan bahwa Yayasan dapat melakukan kegiatan usaha untuk menunjang

    pencapaian maksud dan tujuannya dengan cara mendirikan badan usaha dan/atau

    ikut serta dalam suatu badan usaha. Mengenai kewenangan Yayasan membuatbadan usaha diatur juga dalam Pasal 7 dan 8 Undang-Undang ini yang menyatakan:

    - Pasal 7 :

    (1) Yayasan dapat mendirikan badan usaha yang kegiatannya sesuai dengan

    maksud dan tujuan Yayasan.

    (2) Yayasan dapat melakukan penyertaan dalam berbagai bentuk usaha yang

    bersifat prospektif dengan ketentuan seluruh penyertaan tersebut paling

    banyak 25% (dua puluh lima persen) dari seluruh nilai kekayaan Yayasan.

    (3) Anggota Pembina, Pengurus, dan Pengawas Yayasan dilarang merangkap

    sebagai Anggota Direksi atau Pengurus dan Anggota Dewan Komisaris atau

    Pengawas dari badan usaha sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan

    ayat (2).

    - Pasal 8 menyebutkan bahwa kegiatan usaha dari badan usaha sebagaimana

    dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) harus sesuai dengan maksud dan tujuan

    Yayasan serta tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan, dan/atau

    peraturan perundang-undangan yang berlaku.

    3. Kewenangan Organ Yayasan Menjadi Pemegang Saham atau Karyawan

    Badan Usaha yang Dibentuk Yayasan

    Sebagaimana telah disebutkan diatas dalam Pasal 7 ayat (3) Undang-Undang Nomor

    16 Tahun 2001 tentang Yayasan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang

    Nomor 28 Tahun 2004, yang menyatakan bahwa anggota Pembina, Pengurus, dan

    Pengawas Yayasan dilarang merangkap sebagai Anggota Direksi atau Pengurus dan

    19 Pasal 26 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan.

    20 Pasal 27 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan.

  • 7/21/2019 Hukum Kewenangan Yayasan Membentuk Badan Usaha

    6/10

    Tulisan Hukum Seksi Informasi Hukum 6

    Anggota Dewan Komisaris atau Pengawas dari badan usaha yang dibentuk oleh

    Yayasan bersangkutan.

    Terkait hal tersebut, marak terjadi bahwa Organ Yayasan (Pembina, Pengurus

    ataupun Pengawas) tidak menjabat sebagai Direksi/Pengurus/Dewan

    Komisaris/Pengawas dari badan usaha milik Yayasan yang bersangkutan, melainkanmenjadi pemegang saham maupun karyawan pada badan usaha tersebut. Terhadap

    hal tersebut, apakah diperkenankan?

    Berbicara mengenai pemegang saham, maka badan usaha yang didirikan Yayasan

    tersebut adalah Perseoran Terbatas (PT) sebagaimana diatur denganUndang-Undang

    Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas,karena hanya dalam PT dikenal

    adanya pemegang saham. Di dalam ketentuan Pasal 7 ayat (3) Undang-Undang

    Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan sebagaimana telah diubah dengan Undang-

    Undang Nomor 28 Tahun 2004, hanya disebutkan bahwa Anggota Pembina,

    Pengurus, dan Pengawas Yayasan dilarang merangkap sebagai Anggota Direksi atau

    Pengurus dan Anggota Dewan Komisaris atau Pengawas dari badan usaha, dan tidak

    disebutkan dilarang untuk menjadi Pemegang Saham.

    Larangan anggota Pembina, Pengurus, dan Pengawas Yayasan merangkap jabatan

    sebagai anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris PT yang didirikan Yayasan

    tersebut adalah untuk menghindari benturan kepentingan. Karena di satu sisi sifat

    dari Yayasan adalah berfungsi sosial, sedangkan sifat dari PT adalah mencari

    keuntungan. Baik Pembina, Pengurus, dan Pengawas Yayasan melakukan fungsi

    pengurusan dan pengawasan Yayasan. Fungsi tersebut sama halnya dengan fungsi

    Direksi dan Dewan Komisaris dalam PT (sebagaimana tercantum dalam Pasal 1

    angka 5 dan angka 6 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

    Terbatas). Pada sisi lain, Pemegang saham PT tidak melakukan fungsi pengurusan

    maupun pengawasan dalam PT. Oleh karena itu, tidak ada larangan bagi Anggota

    Pembina, Pengurus, atau Pengawas Yayasan untuk menjadi pemegang saham PT

    yang didirikan oleh Yayasan.

    Kemudian, mengenai larangan untuk menjadi karyawan bagi Pengurus, Pembina, dan

    Pengawas Yayasan dalam PT yang didirikan oleh Yayasan, dapat dijelaskan bahwa

    intinya Direksi PT bukanlah termasuk karyawan PT. Walaupun karyawandan anggota

    Direksi semuanya (sama-sama) merupakan tenaga kerja jika mengacu pengertian

    tenaga kerja berdasarkan Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003tentang Ketenagakerjaan.

    Karyawan PT adalah pekerja yang bekerja di PT berdasarkan perjanjian kerja,

    sedangkan Direksi bekerja di PT berdasarkan penunjukan Rapat Umum Pemegang

    Saham (RUPS), sehingga memiliki perbedaan sifat hubungan hukum. Jika seorang

    karyawan bekerja dalam hubungan kerja (berdasarkan perjanjian kerja), maka

    tentunya tunduk pada Undang-Undang Ketenagakerjaan, yakni Undang-Undang

    http://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/19785/nprt/537/uu-no-28-tahun-2004-perubahan-atas-undang-undang-nomor-16-tahun-2001-tentang-yayasanhttp://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/19785/nprt/537/uu-no-28-tahun-2004-perubahan-atas-undang-undang-nomor-16-tahun-2001-tentang-yayasanhttp://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/55/nprt/540/uu-no-16-tahun-2001-yayasanhttp://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/55/nprt/540/uu-no-16-tahun-2001-yayasanhttp://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/19785/nprt/537/uu-no-28-tahun-2004-perubahan-atas-undang-undang-nomor-16-tahun-2001-tentang-yayasanhttp://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/19785/nprt/537/uu-no-28-tahun-2004-perubahan-atas-undang-undang-nomor-16-tahun-2001-tentang-yayasanhttp://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/19785/nprt/537/uu-no-28-tahun-2004-perubahan-atas-undang-undang-nomor-16-tahun-2001-tentang-yayasanhttp://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/19785/nprt/537/uu-no-28-tahun-2004-perubahan-atas-undang-undang-nomor-16-tahun-2001-tentang-yayasanhttp://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/55/nprt/540/uu-no-16-tahun-2001-yayasanhttp://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/55/nprt/540/uu-no-16-tahun-2001-yayasanhttp://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/19785/nprt/537/uu-no-28-tahun-2004-perubahan-atas-undang-undang-nomor-16-tahun-2001-tentang-yayasanhttp://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/19785/nprt/537/uu-no-28-tahun-2004-perubahan-atas-undang-undang-nomor-16-tahun-2001-tentang-yayasan
  • 7/21/2019 Hukum Kewenangan Yayasan Membentuk Badan Usaha

    7/10

    Tulisan Hukum Seksi Informasi Hukum 7

    Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan peraturan-peraturan

    pelaksanaannya. Sedangkan, seorang anggota Direksi yang bekerja dalam hubungan

    hukum korporasi (berdasarkan anggaran dasar) tunduk pada Undang-Undang PT

    yakni Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas maupun

    Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara.

    Oleh karena itu, karena karyawan bukanlah Direksi, maka menjadi karyawan PT bagi

    Pembina, Pengurus, atau Pengawas Yayasan yang mendirikan PT adalah tidak

    dilarang.

    IV. PENUTUP

    Dengan diundangkannya U n d an g - U n d an g N o m o r 1 6 T ah u n 2 0 0 1 t e n t a n g

    Y ay a s an s e b a g a im a n a t e l ah d i u b a h d e n g a n U n d a n g - U n d a n g N o m o r 2 8 T ah u n

    2 0 0 4 , m a k a t e l ah d i a t u r d i d a la m n y a m e n g e n a i k e w e n a n g a n O r g a n Ya y a sa n

    y a i t u P em b i n a , P e n g u r u s , d a n P e n g a w a s .Terkait kewenangan Pembina yang yang

    tidak diserahkan kepada Pengurus atau Pengawas telah cukup diatur dalam Pasal 28 s.d.

    30 Undang-Undang tersebut. Sedangkan kewenangan Pengurus yang memiliki fungsi

    vital menyelenggarakan kepengurusan Yayasan juga telah diatur dalam Pasal 31 s.d. 39.

    Sementara itu, Pengawas yang bertugas melakukan pengawasan serta memberi nasihat

    kepada Pengurus dalam menjalankan kegiatan Yayasan juga memiliki kewenangan

    sebagaimana telah diatur dalam Pasal 40 s.d. 47 Undang-Undang dimaksud.

    Berdasarkan ketentuanUndang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan

    sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004, dapat

    ditafsirkan bahwa pada dasarnya Y ay a s a n d a p a t m e m b e n t u k b a d a n u s a h a u n t u k

    t u j u a n m e n ca r i k e u n t u n g a n . Yayasan tidak digunakan sebagai wadah usaha danYayasan tidak dapat melakukan kegiatan usaha secara langsung tetapi harus melalui

    badan usaha yang didirikannya atau melalui badan usaha lain dimana Yayasan

    menyertakan kekayaannya.

    Terhadap adanya kewenangan Yayasan untuk membentuk badan usaha tersebut,

    perlu diingat ketentuan Pasal 7 ayat (3) yang menyatakan bahwa Organ Yayasan dilarang

    merangkap sebagai Anggota Direksi atau Pengurus dan Anggota Dewan Komisaris atau

    Pengawas dari badan usaha yang dibentuk oleh Yayasan. Yayasan tidak boleh

    membagikan hasil kegiatan usaha kepada Organ Yayasan 21. Sesuai dengan maksud dan

    tujuan Yayasan yang bersifat sosial, keagamaan, dan kemanusiaan, sehingga seseorang

    yang menjadi anggota Pembina, Pengurus, dan Pengawas Yayasan harus bekerja secara

    sukarela tanpa menerima gaji, upah, atau honor tetap. Kekayaan Yayasan baik berupa

    uang, barang, maupun kekayaan lain yang diperoleh Yayasan, dilarang dialihkan atau

    dibagikan secara langsung atau tidak langsung, baik dalam bentuk gaji, upah, maupun

    21 Pasal 3 ayat (2) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan.

    http://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/55/nprt/540/uu-no-16-tahun-2001-yayasanhttp://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/19785/nprt/537/uu-no-28-tahun-2004-perubahan-atas-undang-undang-nomor-16-tahun-2001-tentang-yayasanhttp://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/19785/nprt/537/uu-no-28-tahun-2004-perubahan-atas-undang-undang-nomor-16-tahun-2001-tentang-yayasanhttp://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/55/nprt/540/uu-no-16-tahun-2001-yayasan
  • 7/21/2019 Hukum Kewenangan Yayasan Membentuk Badan Usaha

    8/10

    Tulisan Hukum Seksi Informasi Hukum 8

    honorarium, atau bentuk lain yang dapat dinilai dengan uang kepada Pembina, Pengurus

    dan Pengawas22.

    Namun demikian, berdasarkan bunyi ketentuan Pasal 7 ayat (3) tersebut di atas

    secara eksplisit hanya melarang Organ Yayasan merangkap sebagai

    Direksi/Pengurus/Dewan Komisaris/Pengawas dari badan usaha milik Yayasan, dan tidakdiatur mengenai larangan bagi anggota Pembina, Pengurus, dan Pengawas Yayasan

    untuk menjadi pemegang saham maupun karyawan dari badan usaha yang dibentuk. Hal

    tersebut disebabkan adanya perbedaan hubungan hukum antara Direksi/Pengurus/Dewan

    Komisaris/Pengawas, Pemegang Saham dan Karyawan. Dengan demikian, secara

    eksplisit dapat ditafsirkan bahwa O r g a n Y ay a s an d a p a t m e n j a d i p em e g a n g s ah a m

    m a u p u n m e n j a d i k a r y a w a n d a r i b a d a n u s a h a y a n g d i b e n t u k Y a y a sa n .

    Banyak sebab mengapa berbagai Yayasan di Indonesia menyimpang dari tujuan

    filosofis dari didirikannya Yayasan23:

    -

    P er t a m a , sulit untuk menentukan secara sederhana apa yang dipahami sebagaikegiatan sosial benar-benar merupakan kegiatan sosial yang sama sekali terhindar

    dari aspek komersial. Sebagai contoh, apakah pendidikan termasuk dalam definisi

    kegiatan sosial? Sepintas lalu mungkin. Namun dalam kenyataan banyak institusi

    pendidikan yang mengejar keuntungan, bahkan sering dikatakan bahwa untuk

    mendapatkan pendidikan yang baik seseorang harus membayarnya dengan mahal.

    - K e d u a , peraturan perundang-undangan. Dalam berbagai peraturan perundang-

    undangan dapat ditemukan ketentuan yang mensyaratkan penyelenggaraan suatu

    kegiatan dilakukan oleh Yayasan. Di sektor pendidikan, universitas swasta harus

    dikelola oleh Yayasan (Peraturan Pemerintah nomor 60 Tahun 1999 tentang

    Pendidikan Tinggi dan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 234/U/2000

    tentang Pedoman Pendirian Perguruan Tinggi). Demikian pula dengan sektor

    kesehatan yang mensyaratkan rumah sakit didirikan dalam bentuk yang sama

    (Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit dan Peraturan Menteri

    Kesehatan Nomor 147/MENKES/PER/I/2010 Tahun 2010 tentang Perizinan Rumah

    Sakit). Bagi mereka yang ingin mendirikan lembaga pendidikan atau rumah sakit

    untuk tujuan komersial tentunya tidak mempunyai pilihan lain selain menggunakan

    Yayasan sebagaimana dipersyaratkan oleh peraturan perundang-undangan. Akibatnya

    adalah Yayasan didirikan untuk sekedar memenuhi persyaratan peraturan perundang-

    undangan. Padahal Yayasan tersebut dikelola sebagaimana layaknya sebuah PT yangmerupakan badan hukum yang mencari keuntungan.

    22 Pasal 5 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001

    tentang Yayasan.23

    http://pascasarjana.esaunggul.ac.id.

  • 7/21/2019 Hukum Kewenangan Yayasan Membentuk Badan Usaha

    9/10

    Tulisan Hukum Seksi Informasi Hukum 9

    - K e t i g a , Yayasan digunakan sebagaimana layaknya PT. Yayasan demikian didirikan

    dengan maksud sebenarnya untuk mencari keuntungan baik langsung maupun tidak

    langsung. Banyak contoh untuk hal ini. Yayasan didirikan untuk memiliki saham, untuk

    mengelola gedung secara komersial, bahkan biro perjalanan yang menawarkan

    perjalanan ke tempat-tempat suci sering menggunakan Yayasan sebagai badan

    usaha-nya. Masuk dalam katagori ini adalah perusahaan-perusahaan yang

    mendirikan Yayasan untuk mendapat keringanan pajak. Padahal selain mendapat

    keringanan pajak, perusahaan tersebut akan terkesan di mata banyak orang sebagai

    tidak semata-mata mencari keuntungan tetapi juga mempunyai kepedulian terhadap

    masalah-masalah sosial yang dihadapi oleh masyarakat (kegiatan ini sering disebut

    sebagai image building). Pada contoh ini keuntungan diperoleh secara tidak langsung.

    Terdapat beberapa kasus terkait penyalahgunaan Yayasan sebagai sarana

    pengumpulan uang dari Negara untuk kepentingan Organ Yayasan, money laundry

    maupun korupsi. Di masa lalu, seringkali hasil keuntungan badan usaha maupun

    kekayaan milik Yayasan menjadi obyek sengketa karena para pengurusnya cenderungmemanfaatkan hasil usaha Yayasan itu untuk kepentingan pribadi. Menurut Panggabean

    (2002), di masa lalu bahkan akta pendirian Yayasan seringkali dijadikan alasan untuk

    mengalihkan harta kekayaan Yayasan kepada para Pengurus (dan anak keturunannya).

    Sebagai contoh adalah kasus dugaan korupsi Soeharto menyangkut penggunaan uang

    negara oleh 7 (tujuh) Yayasan yang diketuainya, yaitu Yayasan Dana Sejahtera Mandiri,

    Yayasan Supersemar, Yayasan Dharma Bhakti Sosial (Dharmais), Yayasan Dana Abadi

    Karya Bhakti (Dakab), Yayasan Amal Bhakti Muslim Pancasila, Yayasan Dana Gotong

    Royong Kemanusiaan, dan Yayasan Trikora.

    Daftar Pustaka:

    Peraturan PerUndang-Undangan

    1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan;2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;

    3. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara;

    4. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-UndangNomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan;

    5. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas;

    6. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;7. Peraturan Pemerintah nomor 60 Tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi;8.

    Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2008 tentang Pelaksanaan Undang-Undang

    tentang Yayasan;

    9. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 234/U/2000 tentang PedomanPendirian Perguruan Tinggi;

    10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 147/MENKES/PER/I/2010 Tahun 2010 tentang

    Perizinan Rumah Sakit

    http://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/55/nprt/540/uu-no-16-tahun-2001-yayasanhttp://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/19785/nprt/537/uu-no-28-tahun-2004-perubahan-atas-undang-undang-nomor-16-tahun-2001-tentang-yayasanhttp://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/19785/nprt/537/uu-no-28-tahun-2004-perubahan-atas-undang-undang-nomor-16-tahun-2001-tentang-yayasanhttp://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/19785/nprt/537/uu-no-28-tahun-2004-perubahan-atas-undang-undang-nomor-16-tahun-2001-tentang-yayasanhttp://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/19785/nprt/537/uu-no-28-tahun-2004-perubahan-atas-undang-undang-nomor-16-tahun-2001-tentang-yayasanhttp://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/19785/nprt/537/uu-no-28-tahun-2004-perubahan-atas-undang-undang-nomor-16-tahun-2001-tentang-yayasanhttp://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/19785/nprt/537/uu-no-28-tahun-2004-perubahan-atas-undang-undang-nomor-16-tahun-2001-tentang-yayasanhttp://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/19785/nprt/537/uu-no-28-tahun-2004-perubahan-atas-undang-undang-nomor-16-tahun-2001-tentang-yayasanhttp://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/19785/nprt/537/uu-no-28-tahun-2004-perubahan-atas-undang-undang-nomor-16-tahun-2001-tentang-yayasanhttp://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/55/nprt/540/uu-no-16-tahun-2001-yayasan
  • 7/21/2019 Hukum Kewenangan Yayasan Membentuk Badan Usaha

    10/10

    Tulisan Hukum Seksi Informasi Hukum 10

    Buku/Literatur

    Susanto, A.B., dkk, 2002, R ef o r m a s i Y ay a s a n , P er s p e k t i f H u k u m d a n M a n a j e m e n .

    Yogyakarta : Penerbit Andi Yogyakarta.

    Internet

    1. http://www.jurnalhukum.com,Selasa, 28 Agustus 2012.

    2. http://annekasaldianmardhiah.blogspot.com,Kamis, 31 Mei 2012.3. http://pascasarjana.esaunggul.ac.id.

    http://www.jurnalhukum.com/http://annekasaldianmardhiah.blogspot.com/http://annekasaldianmardhiah.blogspot.com/http://www.jurnalhukum.com/