hukum administrasi negara
DESCRIPTION
Selamat belajarTRANSCRIPT
Hukum Administrasi Negara October 24 September 2013
OLEH
ROY R. PANGKEY, SH.
BAGIAN PERTAMA
What is State administration?
Menurut Leonard D. White
(Public Administration consist C,.,, all those operations having for the purpose the fulfillment and enforcement of public Policy
“Administrasi Negara terdiri atas semua kegiatan Negara dengan maksud untuk menunaikan dan melaksanakan kebijaksanaan Negara”
Menurut Dimock & Koenig
Pengertian yang luas Administrasi Negara didefinisikan sebagai “kegiatan dari pada Negara dalam melaksanakan kekuatan politik nya”,
Pengertian sempit, “Administrasi Negara di definisikan sebagai suatu kegiatan dari pada badan eksekutif dalam penyelenggaraan pe merintahan
Menurut Prajudi Atmosudirdjo
sebagai aparatur negara, aparatur pemerintahan, atau sebagai institusi politik (kenegaraan)-,
administrasi negara sebagai “fungsi” atau sebagai aktivitas melayani Pemerintah yakni sebagai kegiatan “pemerintah operasional”
administrasi negara sebagai proses teknis penyelenggaraan Undang-undang
Prajudi Atmosudirdjo
a)melaksanakan dan menyelenggarakan kehendak-kehendak (strategi, policy) serta keputusan-keputusan Pemerintah secara nyata (implementasi).
(b)menyelenggarakan undangundang (menurut pasal-pasainya) sesuai dengan peraturan-peraturan pe laksanaan yang di tetapkan
EPICENTRUM ?
HUKUM ADMINISTRASI NEGARA SEBAGAI TITIK PANGKAL DARI SETIAP ADMINISTRASI NEGARA (ADMINISTRATIVE LAW EPICENTRUM)
HUKUM ADMINISTRASI BERTUGAS SEBAGAI LAW BELT ATAS SEGALA TINDAKAN ADMINISTRASI (ADMINISTRATION EPICENTRUM)
Beberapa permasalahan baru yang berkaitan dengan Hukum Administrasi negara
1. Belum adanya Peraturan Payung sistem administrasi negara2. Munculnya pola administrasi negara yang tidak standar3. Munculnya lembaga -lembaga baru non departemen (bersifat adhoc) yang mempunyai
tugas-tugas reguler dari lembaga-lembaga yang sudah ada, sehingga mengurangi luas kewenangannya, dan cenderung menimbulkan saling tindih kewenangan tersebut.
4. Masih adanya urusan pemerintahan yang seharusnya diserahkan kepada daerah, akan tetapi justru masih ditangani oleh pemerintah pusat.
5. Akibat adanya pemaknaan yang keliru terhadap otonomi daerah , arogansi daerah dalam bentuk munculnya berbagai peraturan daerah yang bertentangan dengan ketentuan pusat, atau menghambat kebijakan-kebijakan utama pemerintah pusat.
6. Pembangkangan daerah terhadap beberapa kebijakan dan peraturan di tingkat menengah, dengan alsasan telah menginduk dengan ketentuan yang lebih tinggi.
7. Terjadinya tumpang tindih kebijakan administrasi untuk penanganan pengaturan suatu masalah,
8. Malfungsi peradilan administrasi maupun akses-akses penyelesaian sengketa di bidang administrasi negara, sehingga tidak mampu melindungi warga negara
9. Sistem Hukum Administrasi keuangan. Tidak/kurang mendukung progresivitas pencapaian pembangunan
10. PENALISASI HUKUM ADMINISTRASI11. Lebih menitikberatkan kepada procedure daripada outcome12. Pengembangan Hukum administrasi negara lebih mengedepankan sisi suspect di
banding trust13. Hukum administrasi negara yang lebih banyak sebagai pengaturan, dan bukan yang
memotivasi peran masyarakat
PERGESERAN PARADIGMA HUKUM ADMINISTRASI NEGARA
Pergeseran Paradigma Hubungan Negara Dan Rakyat Pergeseran Paradigma Politik Dan Ketatanegaraan Pergeseran Paradigma Administrasi Negara Perubahan Cara Pandang Hukum Transparansi Dan Ham
PERUBAHAN PARADIGMA HUBUNGAN NEGARA DAN RAKYAT ?
Masa Absolutisme Masa Negara Penjaga Malam (Nacht Waker Staat) Masa Negara Kesejahteraan (Welfare State)
PERGESERAN PARADIGMA POLITIK DAN KETATANEGARAAN
Otonomi Daerah Multi Partai Pola Pemilu Legislatif Dan Presiden Lembaga-Lembaga Baru Posisi Rakyat Dalam Pemilu Posisi Aparatur Publik Dalam Pemilu
Tuntutan Ham Dan Tranparansi
PERGESERAN PARADIGMA ADMINISTRASI NEGARA
Paradigma dikotomi antara politik dan administrasi negara Paradigma prinsip-prinsip administrasi Paradigma administrasi negara sebagai ilmu politik Paradigma administrasi publik sebagai ilmu administrasi Paradigma administrasi Negara sebagai Administrasi Negara.
REINVENTING GOVERNMENT
D Osborne dan T Gaebler :
Catalytic Community owned Competitive Mission driven result oriented customer driven enterprising anticipatory decentralized market oriented.
Paradigma post bureaucratic
Menekankan hasil yang berguna bagi masyarakat, kualitas dan nilai, produk , dan keterikatan terhadap norma
Mengutamakan misi, pelayanan dan hasil akhir (outcome) Menekankan pemberian nilai (bagi masyarakat), membangun akuntabilitas dan
memperkuat hubungan kerja Menekankan pemahaman dan penerapan norma-norma, identifikasi dan pemecahan
masalah, serta proses perbaikan yang berkesinambungan Menekankan pemisahan antara pelayanan dengan kontrol, membangun dukungan
terhadap norma-norma, memperluas pilihan pelanggan, mendorong kegiatan kolektif, memberikan insentif, mengukur dan menganalisis hasil dan memperkaya umpan balik
New Public Model
Pemanfaatan manajemen profesional dalam sektor public Penggunaan indikator kinerja Penekanan lebih besar pada kontrol ouput Perhatian ke unit kecil birokrasi Pergeseran kompetisi k lebih tinggi Penekanan gaya sektor swasta pada praktek manajemen Penekanan pada disiplin dalam pemanfaatan sumber daya
Puncak NPM dan Post Beareaucratic Model
Penerapan “Good Governance “ NPM bergeser dari the efficiency drive (pengutamaan efisiensi dalam pengukuran
kinerja menuju downzising and decentralization (penyederhanaan struktur, kaya fungsi, delegasi ke unit lebih kecil)
Good governance
Human rights observance and democracy Market reforms Bureaucratic reform (coruption and transparancy) Environmental protection and sustainable development Reduction in military and defence expenditures and nonproduction of weapons of
massdestruction
UNDP (United Nation Development Program) , juga menerapkan komponen di dalam good governance sebagai berikut
Participation. Rule of law Tranparancy Responsiveness Concensus orientation Equity Effectiveness and efficiency Accountability Strategic vision
New Public ServiceJV Denhardt dan RB Denhardt
Serve cityzen not customer Seek the public interest Value citizenship over entrepreneurship Think strategically act democratically Recognized that accountability is not simple Serve than steer Value people not just productivity
POLA OPERASI ADMINISTRASI NEGARA
Operasi langsung (direct operation) Pengendalian langsung (direct control) Pengendalian tak langsung (indirect control) Pemengaruhan langsung (direct influence) Pemengaruhan tak langsung (indirect influence)
BAGIAN KEDUA :
PEMBANGUNAN/PENGEMBANGAN HUKUM ADMINISTRASI
AZAS HUKUM DALAM PERATURAN PERUNDANGAN
pengayoman; kemanusiaan; kebangsaan; kekeluargaan; kenusantaraan; bhinneka tunggal ika; keadilan; h. kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan; ketertiban dan kepastian hukum; dan/atau keseimbangan, keserasian, dan keselarasan.
Hakekat dan Cakupan Hukum Administrasi Negara
Menurut Prajudi Atmosudirdjo
HAN mengatur wewenang, tugas, fungsi, dan tingkah laku para Pejabat Administrasi Negara
Menurut Van Wijk-Konjnenbeft dan P. de Haan Cs
Mengatur sarana bagi penguasa untuk mengatur dan mengendalikan masyarakat’, Mengatur cara-cara partisipasi warga negara dalam proses pengaturan dan
pengendalian tersebut; Perlindungan hukum (rechtsbesherming); Menetapkan norma-norma fundamental bagi penguasa untuk pemerintahan yang baik
(algemene beginselen van behoorlijk bestuur)
Hakekat dan Cakupan Hukum Administrasi Negara
Menetapkan norma-norma fundamental bagi ADMINISTRATUR untuk pemerintahan yang baik
Mengatur wewenang, tugas, fungsi, dan tingkah laku para Pejabat Administrasi Negara;
Melayani dan mensejahterakan masyarakat Memberikan perlindungan hukum kepada warga masyarakat maupun aparatur;
PERTANYAAN UTAMA
BERDASAR APAKAH HUKUM ADMINISTRASI NEGARA INDONESIA HENDAK DIBANGUN/DIKEMBANGKAN ?
HAL-HAL APAKAH YANG HARUS DIJAWAB OLEH SISTEM HUKUM ADMINISTRASI NEGARA BARU
PEMBANGUNAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA
Harus dimulai dari kebutuhan masyarakat (prinsip hukum mengabdi kepada masyarakat) untuk membentuk satu sistem hukum administrasi negara nasional
Perlu keberanian untuk peninjauan kembali dan bahkan menfalsifikasi atas segala prinsip, paradigma dan azas-azas hukum administrasi negara, yang dirasakan sudah tidak cocok
Pilihan dalam pola administrasi negara dan hukum administrasi negara, di dalam menghadapi perkembangan negara di masa mendatang
Pola pengembangan Administrasi negara dan hukum administrasi negara yang lebih mengedepankan sisi normatif dan formalitas.
Pola pengembangan Administrasi negara dan hukum administrasi negara yang lebih mengedepankan sisi progresivitas dalam pemecahan permasalahan yang dihadapi
CIRI-CIRI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA YANG DIHARAPKAN
Berorientasi kepada kesejahteraan masyarakat bukan kepada kekuasaan atau kewenangan semata
Dibangun berdasar paradigma hukum yang mengabdi kepada kepentingan masyarakat dan bukan masyarakat yang harus mengabdi kepada hukum
Dibangun berdasarkan kepercayaan (based on trust) dan bukan kecurigaan (based on suspect), serta
Pemahaman hukum sebagai satu kesatuan nilai kemanfatan (utility) dan bukan sekadar norma positif (legality)
Berorientasi kepada hasil (outcome) dan bukan hanya kepada pemenuhan prosedur Bersifat tidak hanya responsif tapi harus progresif Membuka lebih besar pintu dan ruang partisipasi masyarakat Hukum yang mampu mendukung dinamika administrasi negara dan kalau perlu justru
menjadi motivator penggerak pengembangan, dan bukan hukum yang menghalangi Mampu memberikan rasa aman baik kepada masyarakat maupun administratur Pertanggungjawaban administratur yang jelas Peradilan yang berwibawa
PERUBAHAN PARADIGMA DAN CARA PANDANG HUKUM ADMINISTRASI NEGARA ?
Rethinking azas-azas yang mendasari proses dan prosedur pembentukan kebijakan peraturan dan keputusan
Rethinking azas-azas pelayanan administrasi pemerintahan Rethinking azas-azas yang berkaitan dengan masalah kewenangan aparatur Rethinking azas-azas yang berkaitan dengan sistem pertanggungjawaban aparatur Rethinking azas-azas yang mendasari proses peradilan administrasi dan perlindungan
kepada masyarakat
BAGIAN KETIGA:
HUKUM YANG MELAYANI
PERUBAHAN PARADIGMA
Dari hukum yang mengatur menuju hukum yang melayani Dari manusia untuk hukum menuju hukum untuk manusia
Dari hukum yang mengatur menuju hukum yang memotivasi
Pelayanan publik
adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayan an publik.
ASAS PELAYANAN
Asas transparansi, Asas akuntabilitas, Asas kondisional,. Asas partisipatif,. Asas kesamaan hak, Asas keseimbangan .
Penyelenggaraan pelayanan publik berasaskan (UU NO 25/09)
kepentingan umum; kepastian hukum; kesamaan hak; keseimbangan hak dan kewajiban; keprofesionalan; partisipatif; persamaan perlakuan/tidak diskriminatif; keterbukaan; akuntabilitas; fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan; ketepatan waktu; dan kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan.
PELAYANAN PUBLIK
Hukum administrasi negara harus secara progresif untuk mendukung tercapainya standar pelayanan publik tersebut.
Produk hukum adm negara terdorong untuk tidak sekadar memenuhi aspek hukum saja tetapi juga kepada subtansial materiil
Pola lama hukum administrasi negara yang menempatkan aparat sebagai penguasa harus berubah
Hukum yang mengedepankan otonomi dan pendelegasian wewenang dalam pengambilan kebijakan
Hukum yang memberi akses yang cukup bagi masyarakat untuk mendapatkan pelayanan
Pilihan Pola pelayanan negara terhadap masyarakat
Maximum services (negara menangani hampir semua masalah warga negara, beban negara menjadi berat, sukar berkembang/fat state)
Minimum services (negara hanya menangani permasalahan /kebutuhan pokok warga negara, beban menjadi ringan, negara berkembang/thin state)
BAGIAN KEEMPAT
HUKUM YANG MELINDUNGI
TINDAKAN PEMERINTAH YANG MERUGIKAN
Perbuatan melawan hukum oleh penguasa (onrechtmatige overheids daad) Perbuatan melawan undang-undang (onwetmatige daad) Perbuatan yang tidak tepat (onjuist) Perbuatan yang tidak bermanfaat (ondoelmatige) Perbuatan yang menyalahgunakan wewenang (detournement de pouvoir)
Ujung akhir dari sistem hukum administrasi negara yang baik harus didukung dengan sistem peradilan yang berwibawa (putusannya adil, dan dapat dilaksanakan serta dihormati)
FAKTA
Akses sempit warga negara untuk mendapatkan keadilan Akses sempit warga negara untuk memperoleh informasi Putusan peradilan diabaikan Gantirugi yang tidak memadai Pertanggungjawaban
IUS CONSTITUENDUM
Standar pelayanan dan perlindungan Peradilan adm harus didukung dengan asas dan prinsip hukum adm negara yang
sesuai Pergeseran dari fautes services ke personalles Sanksi yang lebih tegas bagi aparatur Peninjauan atas prinsip dan azas hukum administrasi negara yang tidak mendukung
perlindungan masyarakat
IUS CONSTITUENDUM
Peradilan harus memberi sebesar mungkin akses bagi warga negara untuk mendapatkan keadilan
Menempatkan kembali hukum pidana sebagai ultimum remedium dan bukan primum remedium dalam penegakan hukum administrasi negara
Perlu kejelasan antara perbuatan pelanggaran administrasi dan pelanggaran pidana
TERIMA KASIH
>><<<