makalah hukum administrasi negara silvia-8111412028

42
MAKALAH HUKUM ADMINISTRASI NEGARA OMBUDSMAN DAN KARAKTERISTIK PENGAWASAN SERTA SANKSI DALAM OPTIK HUKUM ADMINISTRASI NEGARA DISUSUN OLEH: NAMA : SILVIA KUMALASARI NIM : 8111412028 ROMBEL : I (SATU) FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

Upload: silvia-kumalasari

Post on 24-Jun-2015

6.906 views

Category:

Education


7 download

DESCRIPTION

HUKUM ADMINISTRASI NEGARA OMBUDSMAN

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah hukum administrasi negara silvia-8111412028

MAKALAH HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

OMBUDSMAN DAN KARAKTERISTIK PENGAWASAN SERTA SANKSI DALAM OPTIK

HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

DISUSUN OLEH:

NAMA : SILVIA KUMALASARI

NIM : 8111412028

ROMBEL : I (SATU)

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2014

Page 2: Makalah hukum administrasi negara silvia-8111412028

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Berdasarkan ketentuan Pasal 1 ayat (3) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

“Negara Indonesia adalah Negara hukum”. Sebagai negara hukum, setiap penyelenggaraan

pemerintahan haruslah berdasarkan pada hukum yang berlaku. Dalam negara hukum, hukum

ditempatkan sebagai aturan main dalam penyelenggaraan kenegaraan, pemerintahan, dan

kemasyarakatan, sementara tujuan negara hukum itu sendiri adalah terciptanya kegiatan

kenegaraan, pemerintahan, dan kemasyarakatan yang bertumpu pada keadilan, kedamaian, dan

kemanfaatan atau kebermaknaan. Seiring dengan perkembangan zaman, Indonesia juga mulai

berkembang menjadi Negara hukum materiil atau welfare state dimana semua kegiatan dari

segala aspek ditujukan untuk kesejahteraan rakyat. Welfare state menuntut adanya peran aktif

birokrasi untuk mengatur peran warga negaranya. Kewenangan birokrasi yang demikian luasnya

mengakibatkan timbulnya perbuatan tercela dalam birokrasi.

Penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan efektif merupakan dambaan setiap warga

negara, karena secara sadar atau tidak sadar warga negara pada umumnya selalu berhubungan

dengan aktifitas birokrasi pemerintahan. Karena itulah diperlukan suatu pengawasan yang

disertai sanksi bagi aparatur penyelenggara pemerintahan (birokrasi) apabila melakukan suatu

pelanggaran terhadap tugas atau kewenangannya, sehingga dalam memberikan pelayanan

terhadap masyarakat para aparatur penyelenggara pemerintahan dapat memberikan pelayanan

dengan sebaik-baiknya.

Hal tersebut telah menjadi tuntutan masyarakat yang selama ini hak-hak sipil mereka

kurang memperoleh perhatian dan pengakuan secara layak, sekalipun hidup di dalam negara

hukum Republik Indonesia. Padahal pelayanan kepada masyarakat (pelayanan publik) dan

penegakan hukum yang adil merupakan dua aspek yang tidak terpisahkan dari upaya

menciptakan pemerintahan demokratis yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat,

keadilan, kepastian hukum dan kedamaian (good governance).

2

Page 3: Makalah hukum administrasi negara silvia-8111412028

Penyelenggaraan negara dan pemerintahan yang baik hanya dapat tercapai dengan

peningkatan mutu aparatur penyelenggara negara dan pemerintahan, juga penegakan asas-asas

pemerintahan umum yang baik. Setalah reformasi bergulir, reformasi mengamanatkan perubahan

kehidupan bernegara, berbangsa, dan bermasyarakat, yaitu kehidupan yang didasarkan pada

penyelenggaraan negara dan pemerintahan yang demokratis. Sejalan dengan semangat reformasi

itu, pemerintah melakukan perubahan-perubahan mendasar dalam sistem ketatanegaraan dan

sistem pemerintahan Republik Indonesia. Perubahan yang dimaksud antara lain dengan

membentuk lembaga-lembaga negara dan lembaga-lembaga pemerintahan yang baru. Salah satu

diantaranya adalah Komisi Ombudsman Nasional atau juga yang lazim disebut Ombudsman

Nasional. Lembaga ini dibentuk pada tanggal 10 Maret 2000, berdasarkan Keputusan Presiden

No. 44 Tahun 2000 tentang Komisi Ombudsman Nasional. Pembentukan lembaga Ombudsman

bertujuan untuk membantu menciptakan dan mengembangkan kondisi yang kondusif dalam

melaksanakan pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) melalui peran serta

masyarakat.

Kemudian untuk lebih mengoptimalkan fungsi, tugas, dan wewenang komisi

Ombudsman Nasional, perlu dibentuk Undang-undang tentang Ombudsman Republik Indonesia

sebagai landasan hukum yang lebih jelas dan kuat. Hal ini sesuai pula dengan amanat ketetapan

Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor/MPR/2001 tentang rekomendasi arah kebijakan

pemberantasan dan pencegahan korupsi, kolusi, dan nepotisme yang salah satunya

memerintahkan dibentuknya Ombudsman dengan Undang-undang.

Akhirnya pada tanggal 7 Oktober 2008 yaitu terbentuknya Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 37 Tahun 2008 Tentang Ombudsman Republik Indonesia selanjutnya disebut

Ombudsman adalah lembaga negara yang mempunyai kewenangan mengawasi penyelenggaraan

pelayanan publik baik yang diselenggarakan oleh penyelenggaraan negara dan pemerintahan,

termasuk yang diselenggarakan oleh BUMN, BUMD, dan BHMN serta badan swasta atau

perorangan yang diberi tugas menyelenggarakan pelayanan publik tertentu yang sebagian atau

seluruh dananya bersumber dari APBN dan atau APBD.

Pembentukan Ombudsman terutama untuk membantu upaya pemerintah dalam

mengawasi jalannya proses pemerintahan. Dengan tujuan untuk mewujudkan pemerintahan yang

baik yang menerapkan prinsip-prinsip good governance, bersih dari KKN dan meningkatkan

3

Page 4: Makalah hukum administrasi negara silvia-8111412028

pelayanan umum (public service). Terlihat juga bahwa Ombudsman dibentuk untuk

memfasilitasi peran serta masyarakat dalam pengawasan pemerintah. Aspek partisipasi dan

pemberdayaan masyarakat dapat lebih terjamin melalui mekanisme Ombudsman. Sehingga,

partisipasi masyarakat dalam mewujudkan pemerintahan yang bersih dari KKN sebagaimana

yang diamanatkan dalam Undang-undang nomor 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara

Yang Bersih dan Bebas dari KKN, dapat dilaksanakan secara optimal.

Dengan adanya lembaga Ombudsman ini, masyarakat diharapkan berperan secara

partisipatif dalam melakukan pengawasan penyelenggaraan pelayanan publik, di samping adanya

pengawasan internal oleh inspektorat dan atasan langsung, pengawasan eksternal oleh

Ombudsman RI, pengawasan fungsional oleh BPKP dan BPK serta melibatkan DPR dan DPRD.

Pengawasan tersebut di antaranya meliputi tindakan-tindakan maladministrasi yang masih terjadi

dalam pelayanan publik yang sangat meresahkan masyarakat.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa fungsi, tugas, dan wewenang Ombudsman dalam mengawasi penyelenggaraan

pelayanan publik ?

2. Bagaimana peran ombudsman dalam menangani tindakan maladministrasi oleh aparatur

penyelenggara negara ?

3. Bagaimana mekanisme penegakkan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan

pemerintahan dalam hukum administrasi negara ?

4. Apa saja sanksi yang diterapkan dalam hukum administrasi negara ?

4

Page 5: Makalah hukum administrasi negara silvia-8111412028

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Fungsi, Tugas, dan Wewenang Ombudsman dalam Mengawasi Penyelenggaraan

Pelayanan Publik

Ombudsman Indonesia muncul ditandai dengan adanya landasan yuridis berupa

Keputusan Presiden (Keppres) Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2000 Tentang Komisi

Ombudsman Nasional. Keberadaan Komisi Ombudsman Nasional dengan dasar hukum berupa

Keppres tidaklah kuat. Banyak pihak yang menganggap keberadaan Komisi Ombudsman

Nasional tidak efektif bila diterapkan di Indonesia. Namun dalam prakteknya, setelah Komisi

Ombudsman Nasional dibentuk, masyarakat mulai menyampaikan keluhan-keluhan dan

pengaduan lainnya mengenai sikap tindak para penyelenggara negara dan penyelenggara

pemerintahan yang tidak memberikan pelayanan publik yang baik. Untuk itu, perlu adanya dasar

hukum yang lebih kuat bagi Komisi Ombudsman Nasional, agar keberadaan dan tanggung

jawabnya dapat dilaksanakan dengan lancar.

Ombudsman adalah institusionalisasi dari hak-hak sipil (hak-hak hukum) yang dimiliki

oleh setiap warga negara untuk mendapatkan pelayanan yang baik dari institusi pemerintah.

Dengan demikian, Ombudsman adalah lembaga yang memperjuangkan hak-hak sipil warga

negara dalam berhubungan dengan pemerintah, karena pemerintah bertanggung jawab untuk

merealisasikan hak-hak warga negara tersebut. Fungsi ombudsman pada dasarnya adalah fungsi

mediasi antara pihak pelapor (anggota masyarakat) dan terlapor (aparatur negara dan aparatur

pemerintah). Agar fungsi ini dapat berjalan dengan baik, maka setiap institusi pemerintah harus

mempunyai prosedur dan alur administratif pelayanan publik dan aturan tingkah laku (code of

conduct) aparatur negara di lingkungan pekerjaan masing-masing.

Ombudsman dikenal sebagai lembaga independen yang menerima dan menyelidiki

keluhan-keluhan masyarakat yang menjadi korban kesalahan administrasi (maladministration)

publik. Dalam hal ini meliputi keputusan-keputusan atau tindakan pejabat publik yang ganjil

(inap-propriate), menyimpang (deviate), sewenang-wenang (arbitrary), melanggar ketentuan

5

Page 6: Makalah hukum administrasi negara silvia-8111412028

(irregular/illegitimate), penyalahgunaan kekuasaan (abuse of power), keterlambatan yang tidak

perlu (undue-delay), atau pelanggaran kepatutan (equity). Tetapi sesungguhnya Ombudsman

tidak sekedar sebuah sistem untuk menyelesaikan keluhan masyarakat kasus demi kasus, namun

yang utama adalah mengambil inisiatif untuk mengkhususkan perbaikan administratif atau

sistemik dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan masyarakat.

Fungsi Komisi Ombudsman Nasional di Indonesia tidaklah jauh dengan Ombudsman di

banyak negara, yaitu (1) mengakomodasi partisipasi masyarakat dalam upaya memperoleh

pelayanan umum yang berkualitas dan efisien, menyelenggarakan peradilan yang adil, tidak

memihak dan jujur, (2) meningkatkan perlindungan perorangan dalam memperoleh pelayanan

publik, keadilan dan kesejahteraan, serta mempertahankan hak-haknya terhadap kejanggalan

tindakan penyalahgunaan wewenang (abuse of power), keterlambatan yang berlarut-larut (undue

delay), serta diskresi yang tidak layak.

Keberadaan Komisi Ombudsman Nasional (KON) yang dibentuk pada tanggal 10 Maret

2000 berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 2000 bertujuan meningkatkan pelayanan

dan perlindungan hukum oleh aparat pemerintah dan peradilan kepada masyarakat. Saat ini telah

dicabut dengan adanya pengesahan Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 Tentang

Ombudsman Republik Indonesia. Dengan demikian nama Komisi Ombudsman Nasional juga

berubah menjadi Ombudsman Republik Indonesia (ORI). Ombudsman Indonesia dapat disebut

sebagai lembaga negara yang berbentuk badan hukum publik, karena Ombudsman dibentuk oleh

kekuasaan umum dan dimaksudkan untuk menyelenggarakan kegiatan yang mempunyai tujuan

untuk kepentingan umum. Ombudsman perperan sebagai perantara/ penghubung aspirasi dan

keluhan dari masyarakat.

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 Tentang Ombudsman Republik

Indonesia memberi definisi tentang Ombudsman Republik Indonesia yaitu lembaga negara yang

mempunyai kewenangan mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik baik yang

diselenggarakan oleh penyelenggara negara dan pemerintahan termasuk yang diselenggarakan

oleh Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, dan Badan Hukum Milik Negara

serta badan swasta atau perseorangan yang diberi tugas menyelenggarakan pelayanan publik

tertentu yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja

negara dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah. Komisi Ombudsman Nasional

6

Page 7: Makalah hukum administrasi negara silvia-8111412028

dibentuk dengan pertimbangan bahwa : Pemberdayaan masyarakat melalui peran serta mereka

untuk melakukan pengawasan akan lebih menjamin penyelenggaraan negara yang jujur, bersih,

transparan, bebas korupsi, kolusi dan nepotisme.

Pasal 2 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 Tentang Ombudsman Republik

Indonesia menyebutkan Ombudsman merupakan lembaga negara yang bersifat mandiri dan tidak

memiliki hubungan organik dengan lembaga negara dan instansi pemerintahan lainnya, serta

dalam menjalankan tugas dan wewenangnya bebas dari campur tangan kekuasaan lainnya. Pasal

3 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 Tentang Ombudsman Republik Indonesia

menyebutkan Ombudsman dalam menjalankan tugas dan wewenangnya berasaskan kepatutan,

keadilan, non-diskriminasi, tidak memihak, akuntabilitas, keseimbangan, keterbukaan dan

kerahasiaan.

Pasal 4 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 Tentang Ombudsman Republik

Indonesia menyebutkan Ombudsman bertujuan:

1. mewujudkan negara hukum yang demokratis, adil, dan sejahtera;

2. mendorong penyelenggaraan negara dan pemerintahan yang efektif dan efisien, jujur,

terbuka, bersih, serta bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme;

3. meningkatkan mutu pelayanan negara di segala bidang agar setiap warga negara dan

penduduk memperoleh keadilan, rasa aman, dan kesejahteraan yang semakin baik;

4. membantu menciptakan dan meningkatkan upaya untuk pemberantasan dan pencegahan

praktek-praktek Maladministrasi, diskriminasi, kolusi, korupsi, serta nepotisme;

5. meningkatkan budaya hukum nasional, kesadaran hukum masyarakat, dan supremasi

hukum yang berintikan kebenaran serta keadilan.

Mengenai Tugas dan Wewenang Ombudsman Republik Indonesia tercantum dalam Pasal

7 dan Pasal 8 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 Tentang Ombudsman Republik Indonesia,

yang selengkapnya pasal tersebut berbunyi :

Pasal 7, Ombudsman bertugas:

a. menerima Laporan atas dugaan Maladministrasi dalam penyelenggaraan pelayanan

publik

7

Page 8: Makalah hukum administrasi negara silvia-8111412028

b. melakukan pemeriksaan substansi atas Laporan;

c. menindaklanjuti Laporan yang tercakup dalam ruang lingkup kewenangan Ombudsman;

d. melakukan investigasi atas prakarsa sendiri terhadap dugaan Maladministrasi dalam

penyelenggaraan pelayanan publik;

e. melakukan koordinasi dan kerja sama dengan lembaga negara atau lembaga

pemerintahan lainnya serta lembaga kemasyarakatan dan perseorangan;

f. membangun jaringan kerja;

g. melakukan upaya pencegahan Maladministrasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik;

dan

h. melakukan tugas lain yang diberikan oleh undang-undang.

Pasal 8 ayat (1), Ombudsman berwenang :

a. meminta keterangan secara lisan dan/atau tertulis dari Pelapor, Terlapor, atau pihak lain

yang terkait mengenai Laporan yang disampaikan kepada Ombudsman;

b. memeriksa keputusan, surat-menyurat, atau dokumen lain yang ada pada Pelapor ataupun

Terlapor untuk mendapatkan kebenaran suatu Laporan;

c. meminta klarifikasi dan/atau salinan atau fotokopi dokumen yang diperlukan dari instansi

mana pun untuk pemeriksaan Laporan dari instansi Terlapor;

d. melakukan pemanggilan terhadap Pelapor, Terlapor, dan pihak lain yang terkait dengan

Laporan;

e. menyelesaikan laporan melalui mediasi dan konsiliasi atas permintaan para pihak;

f. membuat Rekomendasi mengenai penyelesaian Laporan, termasuk Rekomendasi untuk

membayar ganti rugi dan/atau rehabilitasi kepada pihak yang dirugikan;

g. demi kepentingan umum mengumumkan hasil temuan, kesimpulan, dan Rekomendasi.

Pasal 8 ayat (2), selain wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Ombudsman

berwenang:

a) menyampaikan saran kepada Presiden, kepala daerah, atau pimpinan Penyelenggara

Negara lainnya guna perbaikan dan penyempurnaan organisasi dan/atau prosedur

pelayanan publik;

8

Page 9: Makalah hukum administrasi negara silvia-8111412028

b) menyampaikan saran kepada Dewan Perwakilan Rakyat dan/atau Presiden, Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah dan/atau kepala daerah agar terhadap undang-undang dan

peraturan perundang-undangan lainnya diadakan perubahan dalam rangka mencegah

Maladministrasi.

Mengenai rekomendasi Ombudsman, Rekomendasi adalah kesimpulan, pendapat, dan

saran yang disusun berdasarkan hasil investigasi Ombudsman, kepada atasan Terlapor untuk

dilaksanakan dan/atau ditindaklanjuti dalam rangka peningkatan mutu penyelenggaraan

administrasi pemerintahan yang baik. Ombudsman menerima Laporan dan memberikan

Rekomendasi apabila ditemukan Maladministrasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik.

Rekomendasi disampaikan kepada Pelapor, Terlapor, dan atasan Terlapor dalam waktu paling

lambat 14 (empat belas) hari terhitung sejak tanggal Rekomendasi ditandatangani oleh Ketua

Ombudsman. Menurut Pasal 37 ayat (2) Rekomendasi memuat sekurang-kurangnya:

1. uraian tentang Laporan yang disampaikan kepada Ombudsman;

2. uraian tentang hasil pemeriksaan;

3. bentuk Maladministrasi yang telah terjadi; dan

4. kesimpulan dan pendapat Ombudsman mengenai hal-hal yang perlu dilaksanakan

Terlapor dan atasan Terlapor.

Terlapor dan atasan Terlapor wajib melaksanakan Rekomendasi Ombudsman. Walaupun

demikian, sebenarnya rekomendasi dari Ombudsman Republik Indonesia tidak mempunyai

kekuatan hukum (non legally binding), tetapi bersifat morally binding. Rekomendasi yang

bersifat morally binding pada dasarnya mecoba menempatkan manusia pada martabat mulia

sehingga untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu seorang pejabat publik tidak

harus diancam dengan sanksi hukum, melainkan melalui kesadaran moral yang tumbuh dari

lubuk hati.

Apabila dipandang perlu, Ombudsman dapat mendirikan perwakilan Ombudsman di

daerah provinsi atau kabupaten/kota. Perwakilan Ombudsman mempunyai hubungan hierarkis

dengan Ombudsman dan dipimpin oleh seorang kepala perwakilan. Kepala perwakilan dibantu

oleh asisten Ombudsman. Ketentuan mengenai fungsi, tugas, dan wewenang Ombudsman secara

mutatis mutandis berlaku bagi perwakilan Ombudsman. Saat ini telah ada beberapa perwakilan

9

Page 10: Makalah hukum administrasi negara silvia-8111412028

Ombudsman di daerah antara lain di wilayah DI Yogyakarta dan Jawa Tengah, wilayah Sumatra

Utara dan NAD, wilayah NTT dan NTB, dan Wilayah Sulawesi Utara dan Gorontalo.

2.2 Peran Ombudsman dalam Menangani Tindakan Maladministrasi oleh Aparatur

Penyelenggara Negara

Lembaga Ombudsman mempunyai peran yang sangat penting dalam menangani

maladministrasi. Peran tersebut dapat dilihat dari fungsi  lembaga Ombudsman yang dijalankan

melalui pelaksanaan tugas-tugasnya, Pasal 7 UU Ombudsman. Dalam kamus ilmiah populer

maladminstrasi  artinya administrasi yang buruk atau pemerintahan yang  buruk. Soenaryati

Hartono  mengartikan maladministrasi dengan perilaku yang tidak wajar, kurang sopan dan tidak

peduli terhadap masalah yang menimpa seseorang disebabkan penggunaan kekuasaan  secara

semena-mena atau kekuasaan yang digunakan untuk perbuatan yang tidak wajar, tidak adil,

intimidatif atau diskriminatif dan tidak patut didasarkan seluruhnya  atau sebagian atas ketentuan

undang-undang atau fakta tidak termasuk akal, atau berdasarkan tindakan unreasonable, unjust,

oppresive, dan diskriminasi.

Menurut Sadjijono  maladministrasi adalah suatu tindakan atau perilaku administrasi oleh

penyelenggara administrasi negara (pejabat pemerintahan) dalam proses pemberian pelayanan

umum yang menyimpang dan bertentangan dengan kaidah atau norma hukum yang berlaku atau

melakukan penyalahgunaan wewenang (detournement de povoir) yang atas tindakan tersebut

menimbulkan kerugian dan ketidak adilan bagi masyarakat.

Kategori maladministrasi bahwa tindakan hukum dimaksud bertentangan dengan kaidah

atau norma dalam menjalankan pemerintahan termasuk norma hukum, sehingga menurut

Soenaryati Hartono tindakan atas perilaku  maladministrasi bukan sekedar merupakan

penyimpangan dari prosedur atau tata cara pelaksanaan tugas pejabat atau aparat penegak

hukum, tetapi juga dapat merupakan perbuatan hukum.

Kartini Istikomah dalam penjelasannya di Kantor Pusat Ombudsman di Jakarta pada

tanggal 13 Nopember 2013 mengatakan bahwa Ombudsman RI memberikan indikator bentuk-

bentuk maladministrasi antara lain:

1. Penundaan atas Pelayanan (Berlarut larut)

2. Tidak  Menangani

10

Page 11: Makalah hukum administrasi negara silvia-8111412028

3. Melalaikan Kewajiban

4. Persekongkolan

5. Kolusi dan Nepotisme

6. Bertindak Tidak Adil

7. Nyata-nyata Berpihak

8. Pemalsuan

9. Pelanggaran Undang-Undang

10. Perbuatan Melawan Hukum

11. Diluar Kompetensi

12. Tidak Kompeten

13. Intervensi

14. Penyimpangan Prosedur

15. Bertindak Sewenang-wenang

16. Penyalahgunaan Wewenang

17. Bertindak Tidak Layak/ Tidak Patut

18. Permintaan Imbalan Uang/Korupsi

19. Penguasaan Tanpa Hak

20. Penggelapan Barang Bukti.

Menurut Sadjijono tindakan maladministrasi memiliki kaitan dengan sikap dan perilaku

penyelenggara administrasi negara (pemerintahan) sebagai subjek hukum yang secara teori

pemerintah memiliki kedudukan khusus sebagai satu-satunya pihak yang diserahi kewajiban

untuk mengatur dan menyelenggarakan kepentingan umum dalam rangka melaksanakan

kewajiban ini kepada pemerintah diberikan wewenang atau menerapkan sanksi-sanksi hukum,

sehingga penyelenggaraan pemerintahan memiliki pengaruh yang sangat dominan.

Apabila wewenang tersebut melekat suatu tanggung jawab atau akuntabilitas kepada

masyarakat, sehingga tindakan maladministrasi sebagai tindakan yang bertentangan dengan

kehendak rakyat, maka tindakan maladministrasi sebagai tolak ukur moralitas suatu

pemerintahan yang mendapatkan penilaian baik apabila tidak terjadi maladministrasi, dan

sebaliknya. Selain itu tindakan maladministrasi bertentangan dengan konsep good governance,

yang esensinya sebagai kaidah etika atau moral dalam penyelenggaraan pemerintahan untuk

mewujudkan pemerintahan yang baik.

11

Page 12: Makalah hukum administrasi negara silvia-8111412028

Fungsi dan tugas Ombudsman tidak dapat dijalankan apabila lembaga tersebut tidak

diberikan kewenangan. Oleh karena itu undang-undang ini menyebutkan pula wewenang

Ombudsman sebagaimana terdapat dalam Pasal 8. Dalam konsep hukum administarsi setiap

pemberian wewenang kepada suatu badan atau pejabat administrasi negara selalu disertai dengan

tujuan dan maksud pemberian wewenang itu sehingga penerapannya harus sesusai dengan tujuan

dan maksudnya. Apabila penggunaan wewenang tidak sesuai dengan tujuan dan maksud

pemberian wewenang, berarti telah terjadi penyalahgunaan wewenang. Dan  maksud pemberian

wewenang merupakan parameter dalam menilai penerapan kewenangan penyelenggara negara

yang tergolong penyalahgunaan wewenang. Parameter dengan tujuan dan maksud  tersebut

dikenal dengan asas spesialitas.

Proses penanganan laporan di Ombudsman 

Berikut ini adalah hal-hal yang berkaitan dengan proses penanganan laporan di lembaga

Ombudsman:

Siapa saja yang boleh melapor?

Seluruh Warga Negara Indonesia (WNI) atau penduduk, khususnya yang menjadi korban

langsung tindakan maladministrasi.

Laporan yang ditangani Ombudsman:

1. Harus jelas identitas pelapornya (Ombudsman tidak melayani surat kaleng).

2. Substansi yang dilaporkan merupakan kewenangan Ombudsman.

3. Disertai data kronologis yang jelas dan sistematis.

4. Tidak harus menggunakan bahasa hukum, cukup bahasa yang sederhana.

Laporan yang tidak ditindaklanjuti apabila:

1. Identitas pelapor tidak lengkap

2. Tidak disertai alasan yang mendasar

3. Tidak mendapat kuasa dari korban

4. Sedang dalam pemeriksaan di pengadilan atau instansi yang berwenang

5. Sudah diselesaikan oleh instansi yang berwenang

6. Pelapor sudah terlebih dahulu menyampaikan keluhan atau dilaporkan kepada instansi yang

berwenang

7. Peristiwa tindakan atau keputusan yang dikeluhkan atau dilaporkan sudah lewat 2 (dua)

tahun sejak peristiwa, tindakan, atau keputusan yang bersangkutan terjadi.

12

Page 13: Makalah hukum administrasi negara silvia-8111412028

Bagaimana proses penanganan laporan?

1. Keluhan masyarakat akan ditelaah oleh Ombudsman;

2. Apabila berkas belum lengkap, pelapor akan dihubungi kembali agar melengkapi data yang

diperlukan;

3. Bila dirasa perlu, pelapor dapat berkonsultasi di Kantor Ombudsman Republik Indonesia atau

kantor Perwakilan Ombudsman Republik Indonesia;

4. Ombudsman akan menyiapkan permintaan klarifikasi dan rekomendasi yang ditujukan

kepada instansi yang dilaporkan dengan tembusan kepada instansi yang terkait serta pelapor

tentunya.

Pemeriksaan dapat dihentikan apabila:

1. Substansi yang dilaporkan merupakan kebijakan umum pemerintah;

2. Perilaku dan keputusan aparat telah sesuai ketentuan yang berlaku;

3. Masalah yang dilaporkan masih dapat diselesaikan sesuai prosedur administrasi yang

berlaku;

4. Masalah yang dilaporkan sedang diperiksa di Pengadilan, dalam proses banding atau kasasi

di Pengadilan yang lebih tinggi;

5. Tercapainya penyelesaian dengan cara mediasi;

6. Pelapor meninggal dunia atau mencabut laporannya.

Biaya/Imbalan:

Ombudsman tidak memungut biaya (GRATIS) dan tidak menerima imbalan dalam bentuk

apapun.

Kerahasiaan:

Atas pertimbangan tertentu Ombudsman dapat menjaga kerahasiaan identitas pelapor.

Bagaimana cara menyampaikan laporan?

1. Datang langsung ke kantor Ombudsman RI atau perwakilannya

2. Melalui surat pos atau jasa ekspedisi ke alamat kantor Ombudsman RI atau perwakilannya

3. Melalui telepon atau faksimili

4. Melalui internet dengan alamat http//:www.ombudsman.go.id

13

Page 14: Makalah hukum administrasi negara silvia-8111412028

2.3 Mekanisme Penegakkan dan Pengawasan Terhadap Penyelenggaraan Pemerintahan

dalam Hukum Administrasi Negara

Hukum berfungsi sebagai perlindungan kepentingan manusia. Agar kepentingan manusia

terlindungi, hukum, harus dilaksanakan. Pelaksanaan hukum dapat berlangsung secara normal,

damai, tetapi dapat juga karena pelanggaran hukum. Dalam hal ini hukum yang telah dilanggar

itu harus ditegakkan. Melalui penegakan hukum inilah hukum menjadi kenyataan. Diperlukan

sarana dalam sebuah penegakan hukum, maka dari itu ada langkah preventif yang harus

ditempuh untuk menegakkan sehingga aturan itu dapat diterapkan, maka lahirlah istilah

pengawasan. dan untuk memaksakan peraturan maka lahirlah juga sanksi.

Soerjono Soekanto mengemukakan ada dua pengertian penegakkan hukum, yaitu:

A. Pengertian dalam arti luas yang mencakup:

1. Lembaga-lembaga yang menerapkan hukum seperti Pengadilan, Kejaksaan, Kepolisian;

2. Pejabat-pejabat yang memegang peranan sebagai pelaksana atau Penegak Hukum seperti

Hakim, Jaksa, Polisi;

3. Segi Adminsitratif seperti proses peradilan, pengusutan, penahanan, dan seterusnya;

4. Penyelesaian sengketa di luar Pengadilan;

5. Batas-batas wewenang antara Pengadilan Sipil dengan Pengadilan Militer, dan

Pengadilan Agama.

B. Pengertian dalam arti sempit yang mencakup:

Penerapan hukum oleh lembaga lembaga peradilan (serta pejabat-pejabatnya), kejaksaan dan

kepolisian Pendapat berbeda dikemukakan oleh Sudikno Mertokusumo, yang menyatakan

bahwa penegakan hukum itu maknanya adalah pelaksanaan hukum itu atau implementasi

hukum itu sendiri. Dalam pelaksanaan hukum akan terkait dengan tiga komponen, yaitu:

1. Adanya seperangkat peraturan yang berfungsi mengatur prilaku manusia menyelesaikan

sengketa yang timbul diantar anggota masyarakat.

2. Adanya seperangkat orang atau lembaga yang melaksanakan tugas agar peraturan yang

dibuat itu dipatuhi dan tidak dilanggar.

14

Page 15: Makalah hukum administrasi negara silvia-8111412028

3. Cara atau prosedur pelaksanaanya harus jelas dan tegas serta mudah dimengerti agar

pelaksanaannya tidak mengalami kesalahpahaman dan keraguan dalam tata organisasi

maupun kewenangan.

Sistem penegakkan hukum (yang baik) menyangkut penyerasian antara nilai dengan substansi

hukum serta prilaku nyata manusia Jika hakikat penegakkan itu mewujudkan nilai-nilai atau

kaidah-kaidah (substansi yang memuat keadilan dan kebenaran), maka penegakan hukum bukan

hanya menjadi tugas dari penegak hukum yang sudah dikenal secara konvensional, tetapi

menjadi tugas setiap orang.

Menurut J.B.J.M, ten Berge, “tugas penegakan hukum tidak hanya diletakkan di pundak

polisi. Penegakkan hukum merupakan tugas dari semua subjek hukum dalam masyarakat.

Meskipun demikian, dalam kaitannya dengan hukum publik, pihak pemerintahlah yang paling

bertanggung jawab melakukan penegakan hukum J.B.J.M. ten Berge menyebutkan beberapa

aspek yang harus diperhatikan atau dipertimbangkan dalam penegakan hukum, yaitu:

a. Suatu peraturan harus sedikit mungkin membiarkan ruang bagi perbedaan interpretasi;

b. Ketentuan perkecualian harus dibatasai secara minimal;

c. Peraturan harus banyak mungkin diarahkan pada kenyataan yang secara obyektif dapat

ditentukan;

d. Peraturan harus dapat dilaksanakan oleh meraka yang terkena peraturan itu dan mereka

yang dibebani dengan (tugas) penegakan (hukum).

Aparat Penegak Hukum :

Aparatur penegak hukum mencakup pengertian mengenai institusi penegak hukum dan

aparat penegak hukum Dalam arti sempit, aparatur penegak hukum yang terlibat tegaknya

hukum itu, dimulai dari polisi, penasehat hukum, jaksa, hakim dan petugas-petugas sipir

pemasyarakatan.

Dalam proses bekerjanya aparatur penegak hukum itu, terdapat 3 elemen penting yang

mempengaruhi, yaitu:

15

Page 16: Makalah hukum administrasi negara silvia-8111412028

1) Institusi penegak hukum beserta berbagai perangkat sarana dan prasarana pendukung dan

mekanisme kerja kelembagaannya;

2) Budaya kerja yang terkait dengan aparatnya, termasuk mengenai kesejahteraan aparatnya,

dan

3) Perangkat peraturan yang mendukung baik kinerja kelembagaannya maupun yang

mengatur materi hukum yang dijadikan standar kerja, baik hukum materilnya maupun

hukum acaranya. Upaya penegakan hukum secara sistematik haruslah memperhatikan

ketiga aspek itu secara simultan, sehingga proses penegakan hukum dan keadilan itu

sendiri secara internal dapat diwujudkan secara nyata.

Penyidik Pengawai Negeri Sipil (PPNS) :

Pasal 1 angka (1) dan Pasal 6 ayat (1) huruf (b) UU N.o 8/1981 tentang Hukum Acara

Pidana’ Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) adalah pegawai negeri sipil yang oleh undang-

undang diberikan kewenangan khusus untuk melakukan penyidikan. Pasal 1 angka 11 UU No.

2/2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia: Penyidik Pegawai Negeri Sipil adalah

pejabat pegawai negeri tertentu yang berdasarkan peraturan perundang-undangan ditunjuk selaku

penyidik dan mempunyai wewenang untuk melakukan penyidikan tindak pidana dalam lingkup

undang-undang yang menjadi dasar hukumnya masing-masing.

Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur

dalam KUHAP untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang

tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya (Pasal 1 angka (2)

huruf(b) UU No.8/1981 tentang Hukum Acara Pidana. Dengan kata lain PPNS adalah pegawai

negeri sipil yang diberi jabatan, dan dengan jabatan tersebut ia memiliki kewenangan untuk

melakukan tugas penyidikan, dan mengemban fungsi sebagai penegak hukum.

PPNS diangkat oleh Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia atas usul departemen

yang membawahi pegawai negeri tersebut, setelah mendapatkan pertimbangan dari Jaksa Agung

dan Kepala Kepolisian RI Untuk dapat diangkat menjadi PPNS, pegawai negeri sipil harus

memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Masa kerja sebagai Pegawai Negeri Sipil paling sedikit 2 (dua) tahun

16

Page 17: Makalah hukum administrasi negara silvia-8111412028

2. Pangkat paling rendah Pengatur Muda Tingkat I (golongan II/b)

3. Berijazah paling rendah sekolah lanjutan tingkat atas

4. Bertugas di bidang teknis operasional penegakan hukum

5. Telah mengikuti pendidikan dn pelatihan khusus di bidang penyidikan

6. Setiap unsur penilaian pelaksanaan pekerjaan dalam daftar penilaian pelaksanaan

pekerjaan (DP3) pegawai negeri sipil paling sedikit bernilai baik dalam 2 (dua) tahun

terakhir berturut-turut

7. Sehat jasmani dan jiwa yang dibuktikan dengan surat keterangan dokter dari rumah sakit

pemerintah atau rumah sakit swasta

8. Mendapat pertimbangan dari Jaksa Agung dan Kepala Kepolisian RI.

Wewenang PPNS untuk melakukan penyidikan tindak pidana dalam lingkup undang-undang

yang menjadi dasar hukumnya masing-masing, dan dalam pelaksanaan tugasnya berada di bawah

koordinasi dan pengawasan pejabat kepolisian; Apabila undang-undang yang menjadi dasar

hukumnya tidak mengatur secara tegas kewenangan yang diberikan, maka PPNS karena

kewajibannya mempunyai wewenang:

a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana

b. Melakukan tindakan pertama pada saat itu ditempat kejadian dan melakukan pemeriksaan

c. Menyuruh berhenti seseorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka

d. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang

e. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi

f. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan

perkara

g. Mengadakan penghentian penyidikan setelah mendapat petunjuk dari Penyidik bahwa

tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan

selanjut nya melalui penyidik memberitahukan hal tersebut kepada Penuntut Umum,

tersangka atau keluarganya

h. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan. Selain

wewenang sebagaimana tersebut di atas, PPNS mengemban fungsi kepolisian sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar hukumnya. fungsi kepolisian

adalah salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang pemeliharaan keamanan dan

17

Page 18: Makalah hukum administrasi negara silvia-8111412028

ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan

kepada masyarakat. Pejabat PPNS diberhentikan dari jabatannya, karena:

Berhenti sebagai pegawai negeri sipil

Atas permintaan sendiri

Melanggar disiplin kepegawaian atau terbukti melakukan tindak pidana berdasarkan

putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap

Tidak bertugas lagi di bidang teknik operasional penegakan hukum

Meninggal dunia

Pensiun sebagai pegawai negeri sipil. Usul pemberhentian pejabat PPNS diajukan oleh

menteri atau pimpinan lembaga pemerintah non-departemen yang membawahi pegawai

negeri sipil yang bersangkutan kepada Menteri Hukum dan HAM RI. dengan memuat

alasan pemberhentian.

J.B.J.M.Ten Berge menyebutkan bahwa instrumen penegakan hukum administrasi negara

meliputi pengawasan dan penegakan sanksi. pengawasan merupakan langkah preventif untuk

memaksakan kepatuhan, sedangkan penerapan sanksi merupakan langkah represif untuk

memaksakan kepatuhan dalam suatu negara hukum, pengawasan terhadap tindakan pemerintah

dimaksudkan agar pemerintah dalam menjalankan aktivitasnya sesuai dengan norma-norma

hukum, dan juga adanya jaminan terhadap masyarakat dari tindakan-tindakan pemerintahan

sebagai konsekuensi konsep welfare state pemerintah campur tangan sangat luas dalam

kehidupan masyarakat seperti bidang politik, agama, sosial, budaya, dan sebagainya, perlu

adanya perlindungan kepentingan masyarakat yang diimplementasikan dalam bentuk

pengawasan terhadap kegiatan pemerintah. Berdasarkan beberapa pendapat ahli dibawah ini

dikemukakan beberapa pengertian pengawasan :

1. Jors Stein, pengawasan ditujukan sebagai upaya pengelolaan untuk mencapai hasil

dan tujuan.

2. Hendri fayon dan Muhsan, pengawasan adalah tolok ukur untuk mencapai tujuan.

3. Jost Teri, Hanri, dan Muhsan, pengawasan adalah kegiatan mencocokan antara hasil

dan tujuan.

4. Bagir Manan dan Paulus Efendi, pengawasan bertujuan untuk mencegah terjadinya

kekeliruan dan menunjukan cara dan tujuan yang benar.

18

Page 19: Makalah hukum administrasi negara silvia-8111412028

5. Philips giding, nilai pengawasan terletak pada materi korektif pemerintah terhadap

kekeliruan yang telah dilangkahi.

Paulus E. Lotulung mengemukakan beberapa macam pengawasan dalam hukum

administrasi negara, yaitu bahwa :

A. Ditinjau dari segi kedudukan dari badan/organ yang melaksanakan kontrol itu terhadap

badan/ organ yang dikontrol, dapatlah dibedakan atas: Kontrol intern berarti bahwa

pengawasan itu dilakukan oleh badan yang secara organisatoris/ struktural masih

termasuk dalam lingkungan pemerintah sendiri. kontrol ekstern adalah pengawasan yang

dilakukan oleh organ atau lembaga yang secara organisatoris/struktural berada di luar

pemerintah.

Pengawasan Intern Pengawasan atau kontrol intern adalah pengawasan yang

dilakukan oleh orang atau badan yang ada di dalam lingkungan unit organisasi yang

bersangkutan. Pengawasan dalam bentuk ini dapat dilakukan dengan cara

pengawasan atasan langsung atau pengawasan melekat (built in control). Pengawasan

intern dapat dibedakan antara:

a) Pengawasan intern dalam arti sempit; dimana antara pejabat yang diawasi itu dengan

aparat pengawas sama-sama bernaung dalam satu lembaga. Contoh: Insperktorat Jenderal

(Irjen) Departemen Dalam Negeri dan Badan Pengawas Daerah (BAWASDA) Wilayah

Provinsi/ Kabupaten/Kota, masing-masing bernaung dalam DEPDAGRI. Pengawasan

intern dalam arti sempit ini dapat dilihat sebagai aktivitas yang dilakukan oleh

komponen-komponen eksekutif sendiri demi mendukung dan mengamankan tanggung

jawab pimpinan.

b) Pengawasan intern dalam arti luas. pengawasan ini pada hakikatnya sama dengan

pengawasan intern dalam arti sempit. Perbedaannya hanya terletak pada adanya korelasi

langsung antara pengawas dan pejabat yang diawasi, artinya pengawas yang melakukan

pengawasan tidak bernaung dalam satu Departemen/Lembaga Negara, tetapi masih

berada dalam satu kelompok eksekutif, dalam arti aparat pengawas tersebut diangkat dan

bertanggung jawab kepada pimpinan eksekutif. Aparat yang melakukan pengawasan

dalam arti luas adalah Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP).

19

Page 20: Makalah hukum administrasi negara silvia-8111412028

Pengawasan Ekstern adalah pengawasan yang dilakukan oleh orang atau badan yang

ada di luar lingkungan unit organisasi yang bersangkutan yang tidak mempunyai

hubungan kedinasan dengan unit organisasi yang diawasi Pengawas tidak tunduk

terhadap pimpinan organisasi/unit kerja yang diawasinya. Oleh karenanya

obyektivitas pemeriksaan dapat dipertahankan Pengawasan intern dilakukan bukan

untuk kepentingan unit organisasi yang diawasi, tetapi untuk kepentingan masyarakat

atau organisasi lain yang diwakilinya dalam bidang pengawasan Contoh pengawasan

ekstern adalah pengawasan yang dilakukan oleh badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

terhadap penguasaan dan pengurusan keuangan negara oleh pemerintah.

B. Ditinjau dari segi waktu dilaksanakannya, pengawasan atau kontrol dibedakan atas:

Kontrol a-priori terjadi bila pengawasan dilaksanakan sebelum dikeluarkannya keputusan

atau ketetapan pemerintah. Kontrol a-posteriori terjadi bila pengawasan itu baru

dilaksanakan sesudah dikeluarkannya keputusan atau ketetapan pemerintah .

Pengawasan a-priori adalah pengawasan yang dilakukan sebelum dikeluarkannya

keputusan atau ketetapan pemerintah ataupun sebelum dilaksanakan nya suatu

kegiatan. Oleh karena itu, pengawasan ini dapat pula dikatakan sebagai pengawasan

preventif. Pengawasan ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya penyimpangan-

penyimpangan dalam pelaksanaan kegiatan ataupun dalam penerbitan keputusan atau

ketetapan oleh pemerintah.

Pengawasan a-priori biasanya berbentuk prosedur-prosedur ataupun persyaratan-

persyaratan yang harus ditempuh ataupun dipenuhi sebelum suatu keputusan atau

ketetapan dikeluarkan, ataupun suatu tindakan dilaksanakan oleh pemerintah.

Prosedur-prosedur atau syarat-syarat mana telah ditetapkan dalam peraturan

perundang-undangan yang menjadi dasar penerbitan keputusan atau ketetapan

ataupun tindakan pemerintah.

Pengawasan a-posteriori adalah pengawasan yang dilakukan sesudah

dikeluarkannya keputusan atau ketetapan pemerintah ataupun setelah kegiatan

dilakukan. Dalam hal keputusan atau ketetapan pemerintah, maka pengawasan jenis

ini dilakukan untuk melihat bagaimana pelaksanaan keputusan atau ketetapan

tersebut, apakah dalam pelaksanaannya telah sesuai dengan tujuan atau maksud

diterbitkan keputusan atau ketetapan tersebut. Dalam hal kegiatan pemerintah,

20

Page 21: Makalah hukum administrasi negara silvia-8111412028

lazimnya dilakukan pada akhir tahun anggaran, dengan pengawasan represif

dimaksudkan untuk mengetahui apkah kegiatan dan pembiayaan yang telah dilakukan

itu telah mengikuti kebijaksanaan dan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan.

C. Ditinjau dari segi objek yang diawasi yang terdiri dari Kontrol dari segi hukum

(rechtmatigheid) dimaksudkan untuk menilai segi-segi atau pertimbangan yang bersifat

hukumnya saja (segi legalitas), yaitu segi rechtmatigheid dari perbuatan pemerintah

Kontrol dari segi kemanfaatan (doelmatigheid) dimaksudkan untuk menilai benar

tidaknya perbuatan pemerintah itu dari segi atau pertimbangan kemanfaatannya.

Dalam suatu negara hukum, pengawasan terhadap tindakan pemerintah dimaksudkan

agar pemerintah dalam menjalankan aktivitasnya sesuai dengan norma-norma hukum, sebagai

suatu upaya preventif, dan juga dimaksudkan untuk mengembalikan pada situasi sebelum

terjadinnya pelanggaran norma-norma hukum, sebagai suatu upaya represif. Disamping itu

penagwasan diupayakan dalam rangka memberikan perlindungan hukum bagi rakyat.

Pengawasan segi hukum dan segi kebijakan terhadap tindakan pemerintah dalam hukum

administrasi negara adalah dalam rangka memberikan perlindungan bagi rakyat, yang terdiri dari

upaya administratif dan peradilan administrasi.

2.4 Sanksi-sanksi yang Diterapkan dalam Hukum Administrasi Negara

Sarana penegakkan hukum disamping pengawasan adalah sankasi. Sanksi Hukum

Administrasi, menurut J.B.J.M. ten Berge, ”sanksi merupakan inti dari penegakan hukum

administrasi. Sanksi diperlukan untuk menjamin penegakan hukum administrasi” . Dalam HAN,

penggunaan sanksi administrasi merupakan penerapan kewenangan pemerintahan, di mana

kewenangan ini berasal dari aturan hukum administrasi tertulis dan tidak tertulis. J.J.

Oosternbrink berpendapat ”sanksi administrasi adalah sanksi yang muncul dari hubungan antara

pemerintah–warga negara dan yang dilaksanakan tanpa perantara pihak ketiga (kekuasaan

peradilan), tetapi dapat secara langsung dilaksanakan oleh administrasi sendiri”.

Jenis sanksi administrasi dapat dilihat dari segi sasarannya yaitu sanksi reparatoir artinya

sanksi yang diterapkan sebagai reaksi atas pelanggaran norma, yang ditujukan untuk

memngembalikan pada kondisi semula sebelum terjadinya pelanggaran, misalnya

21

Page 22: Makalah hukum administrasi negara silvia-8111412028

bestuursdwang, dwangsom), sanksi punitif artinya sanksi yang ditujukan untuk memberikan

hukuman pada seseorang, misalnya adalah berupa denda administratif, sedangkan Sanksi

Regresif adalah sanksi yang diterapkan sebagai reaksi atas ketidak patuhan terhadap ketentuan

yang terdapat pada ketetapan yang diterbitkan,

Perbedaan Sanksi Administrasi dan sanksi Pidana adalah, jika Sanksi Administrasi

ditujukan pada perbuatan, sifat repatoir-condemnatoir, prosedurnya dilakukan secara langsung

oleh pejabat Tata Usaha Negara tanpa melalui peradilan. Sedangkan Sanksi Pidana ditujukan

pada si pelaku, sifat condemnatoir, harus melalui proses peradilan. Macam-macam Sanksi dalam

Hukum Administrasi seperti berikut, Bestuursdwang (paksaan pemerintahan), penarikan kembali

keputusan (ketetapan) yang menguntungkan, pengenaan denda administratif, dan pengenaan

uang paksa oleh pemerintah (dwangsom).

a. Paksaan Pemerintahan (Bestuurswang/Politiedwang)

Berdasarkan UU Hukum Administrasi Belanda (paksaan pemerintahan merupakan

tindakan nyata yang dilakukan oleh organ pemerintah atau atas nama pemerintah untuk

memindahka, mengosongkan, menghalang-halangi, memperbaiki pada keadaan semula apa yang

telah dilakukan atau sedang dilakukan yang bertentangan dengan kewajiban-kewajiban yang

ditentukan dalam peraturan perundang-undangan). Contoh Undang-Undang Nomor 51 Prp

Tahun 1961 tentang Larangan Pemakaian Tanah Tanpa ijin yang Berhak atau Kuasanya.

Bestuursdwang merupakan Kewenangan Bebas, artinya pemerintah diberi kebebasan untuk

mempertimbangkan menurut inisiatifnya sendiri apakah menggunakan bestuursdwang atau tidak

atau bahkan menerapkan sanksi yang lainnya.

Paksaan pemerintahan harus memperhatikan ketentuan Hukum yang berlaku baik Hukum

tertulis maupun tidak tertulis, yaitu asas-asas pemerintahan yang layak seperti asas kecermatan,

asas keseimbangan, asas kepastian hukum dan lain-lain.. Contoh Pelanggaran yang tidak bersifat

substansial seorang mendirikan rumah tinggal di daerah pemukiman, tanpa IMB.

Pemerintah tidak sepatutnya langsung menggunakan paksaan pemerintahan, dengan

membongkar rumah tersebut, karena masih dapat dilakukan legalisasi, dengan cara

memerintahkan kepada pemilik rumah untuk mengurus IMB. Jika perintah mengurus IMB tidak

dilaksanakan maka pemerintah dapat menerapkan bestuursdwang, yaitu pembongkaran. Contoh

Pelanggaran yang bersifat substansial, misalkan pada pengusaha yang membangun industry

22

Page 23: Makalah hukum administrasi negara silvia-8111412028

didaerah pemukiman penduduk, yang berarti mendirikan bangunan tidak sesuai dengan RT/RW

yang ditetapkan pemerintah, maka pemerintah dapat langsung menerapkan bestuursdwang.

Peringatan yang mendahului Bestuursdwang, hal ini dapat dilihat pada pelaksanaan

bestuursdwang di mana wajib didahului dengan suatu peringatan tertulis, yang dituangkan dalam

bentuk Ketetapan Tata Usaha Negara.

Isi peringatan tertulis ini biasanya meliputi hal-hal sebagai berikut, Peringatan harus

definitif, Organ yang berwenang harus disebut, Peringatan harus ditujukan kepada orang yang

tepat, Ketentuan yang dilanggar jelas, Pelanggaran nyata harus digambarkan dengan jelas,

Memuat penentuan jangka waktu, Pemberian beban jelas dan seimbang, Pemberian beban tanpa

syarat, Beban mengandung pemberian alasannya, Peringatan memuat berita tentang pembebanan

biaya.

Ketentuan hukum bahwa pelaksanaan bestuursdwang atau paksaan pemerintahan itu

wajib didahului dengan surat peringatan tertulis, yang dituangkan dalam bentuk KTUN. Surat

peringatan tertulis ini harus berisi hal-hal berikut ini:

1. Peringatan harus definitif.

2. Organ yang berwenag harus disebut.

3. Peringatan harus ditujukan kepada orang yang tepat.

4. Ketentuan yang dilanggar jelas.

5. Pelanggaran nyata harus digambarkan dengan jelas.

6. Peringatan harus memuat penentuan jangka waktu.

7. Pemberian beban harus jelas dan seimbang.

8. Pemberian beban tanpa syarat.

9. Beban mengandung pemberian alasannya.

10. Peringatan memuat berita tentang pembebanan biaya.

b. Penarikan kembali keputusan (ketetapan) yang menguntungkan

            Penarikan kembali Ketetapan Tata Usaha Negara yang menguntungkan dilakukan dengan

mengeluarkan suatu ketetapan baru yang isinya menarik kembali dan atau menyatakan tidak

berlaku lagi ketetapan yang terdahulu. Ini diterapkan dalam hal jika terjadi pelanggaran terhadap

peraturan atau syarat-syarat yang dilekatkan pada penetapan tertulis yang telah diberikan, juga

23

Page 24: Makalah hukum administrasi negara silvia-8111412028

dapat terjadi pelanggaran undang-undang yang berkaitan dengan izin yang dipegang oleh si

pelanggar.

Penarikan kembali ketetapan ini menimbulkan persoalan yuridis, karena di dalam HAN

terdapat asas het vermoeden van rechtmatigheid atau presumtio justea causa, yaitu bahwa pada

asasnya setiap ketetapan yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara dianggap

benar menurut hukum. Oleh karena itu, Ketetapan Tata Usaha Negara yang sudah dikeluarkan

itu pada dasarnya tidak untuk dicabut kembali, sampai dibuktikan sebaliknya oleh hakim di

pengadilan.

Kaidah HAN memberikan kemungkinan untuk mencabut Ketetapan Tata Usaha Negara

yang menguntungkan sebagai akibat dari kesalahan si penerima Ketetapan Tata Usaha Negara

sehingga pencabutannya merupakan sanksi baginya.

Sebab-sebab Pencabutan Ketetapan Tata Usaha Negara sebagai Sanksi ini terjadi melingkupi

jika, yang berkepentingan tidak mematuhi pembatasan-pembatasan, syarat-syarat atau ketentuan

peraturan perundang-undangan yang dikaitkan pada izin, subsidi, atau pembayaran. Jika yang

berkepentingan pada waktu mengajukan permohonan untuk mendapat izin, subsidi, atau

pembayaran telah memberikan data yang sedemikian tidak benar atau tidak lengkap, hingga

apabila data itu diberikan secara benar atau lengkap, maka keputusan akan berlainan misalnya

penolakan izin.

c. Pengenaan Uang Paksa (Dwangsom)

N.E. Algra, mempunyai pendapat tentang pengenaan uang paksa ini, menurutnya, bahwa

uang paksa sebagai hukuman atau denda, jumlahnya berdasarkan syarat dalam perjanjian, yang

harus dibayar karena tidak menunaikan, tidak sempurna melaksanakan atau tidak sesuai waktu

yang ditentukan, dalam hal ini berbeda dengan biaya ganti kerugian, kerusakan, dan pembayaran

bunga.

Menurut hukum administrasi, pengenaan uang paksa ini dapat dikenakan kepada

seseorang atau warga negara yang tidak mematuhi atau melanggar ketentuan yang ditetapkan

oleh pemerintah sebagai alternatif dari tindakan paksaan pemerintahan.

24

Page 25: Makalah hukum administrasi negara silvia-8111412028

d. Pengenaan Denda Administratif

                        Pendapat P de Haan DKK menyatakan bahwa, terdapat perbedaan dalam hal pengenaan

denda administratif ini, yaitu bahwa berbeda dengan pengenaan uang paksa yang ditujukan untuk

mendapatkan situasi konkret yang sesuai dengan norma, denda administrasi tidak lebih dari

sekedar reaksi terhadap pelanggaran norma, yang ditujukan untuk menambah hukuman yang

pasti. Dalam pengenaan sanksi ini pemerintah harus tetap memperhatikan asas-asas hukum

administrasi, baik tertulis maupun tidak tertulis.

Denda administratif dapat dilihat contohnya pada benda fiskal yang ditarik oleh inspektur

pajak dengan fiskal yang ditarik oleh inspektur pajak dengan cara meninggikan pembayaran dan

ketentuan semula sebagai akibat dari kesalahannya.

25

Page 26: Makalah hukum administrasi negara silvia-8111412028

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Komisi Ombudsman Nasional (KON) yang dibentuk pada tanggal 10 Maret 2000

berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 2000 bertujuan meningkatkan pelayanan dan

perlindungan hukum oleh aparat pemerintah dan peradilan kepada masyarakat. Dan telah dicabut

dengan adanya pengesahan Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 Tentang Ombudsman

Republik Indonesia selanjutnya disebut Ombudsman adalah lembaga negara yang mempunyai

kewenangan mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik baik yang diselenggarakan oleh

penyelenggaraan negara dan pemerintahan, termasuk yang diselenggarakan oleh BUMN,

BUMD, dan BHMN serta badan swasta atau perorangan yang diberi tugas menyelenggarakan

pelayanan publik tertentu yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari APBN dan atau

APBD.

Fungsi Komisi Ombudsman Nasional di Indonesia, yaitu (1) mengakomodasi partisipasi

masyarakat dalam upaya memperoleh pelayanan umum yang berkualitas dan efisien,

menyelenggarakan peradilan yang adil, tidak memihak dan jujur, (2) meningkatkan perlindungan

perorangan dalam memperoleh pelayanan publik, keadilan dan kesejahteraan, serta

mempertahankan hak-haknya terhadap kejanggalan tindakan penyalahgunaan wewenang (abuse

of power), keterlambatan yang berlarut-larut (undue delay), serta diskresi yang tidak layak.

Tugas dan wewenang Ombudsman diatur dalam pasal (7) dan pasal (8) UU NO. 37 Tahun 2008

Tentang Ombudsman Republik Indonesia.

Peran Ombudsman dalam menangani tindakan maladministrasi oleh aparatur

penyelenggara negara sangat penting. Ombudsman menerima Laporan dan memberikan

Rekomendasi apabila ditemukan Maladministrasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik.

Rekomendasi disampaikan kepada Pelapor, Terlapor, dan atasan Terlapor dalam waktu paling

lambat 14 (empat belas) hari terhitung sejak tanggal Rekomendasi ditandatangani oleh Ketua

Ombudsman. Terlapor dan atasan Terlapor wajib melaksanakan Rekomendasi Ombudsman.

Walaupun demikian, sebenarnya rekomendasi dari Ombudsman Republik Indonesia tidak

26

Page 27: Makalah hukum administrasi negara silvia-8111412028

mempunyai kekuatan hukum (non legally binding), tetapi bersifat morally binding. Rekomendasi

yang bersifat morally binding pada dasarnya mecoba menempatkan manusia pada martabat

mulia sehingga untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu seorang pejabat publik

tidak harus diancam dengan sanksi hukum, melainkan melalui kesadaran moral yang tumbuh

dari lubuk hati.

Penegakan hukum dalam hukum administrasi Negara dilakukan dengan dua cara :

1. Pengawasan bahwa organ pemerintah dapat melaksanakan ketaatan pada atau berdasarkan

peraturan dan perundang-undangan tertulis dan pengawasan terhadap keputusan yang

meletakkan kewajiban kepada individu.

2. Penerapan kewenangan sanksi pemerintah.

Macam-macam sanksi dalam hukum administrasi Negara :

1) Paksaan pemerintah (berstuursdwang)

2) Penarikan Kembali KTUN yang Menguntungkan

3) Pengenaan uang paksa

4) pengenaan denda administrasi.

B. SARAN

Sebaiknya Ombudsman lebih giat lagi dalam mengadakan sosialisasi kepada masyarakat,

Karena pada kenyataannya masih banyak masyarakat yang belum mengetahui tentang

keberadaan Ombudsman. Sosialisasi dapat juga dilakukan dengan cara  meningkatkan jumlah

tayang dan waktu tayang Iklan layanan masyarakat di media surat kabar dan radio, serta

menambahkan media televisi dan website sebagai penyedia jasa iklan layanan masyarakat

Ombudsman Republik Indonesia. Selain itu, dilakukan percepatan perwakilan Ombudsman di

daerah-daerah serta memperluas kewenangan Ombudsman Republik Indonesia, dalam hal:

a. kekuatan mengikat rekomendasi yang dikeluarkan oleh Ombudsman Republik Indonesia

b. pemberian reward kepada instansi penyelenggara pelayanan publik

c. peninjauan berkala Ombudsman Republik Indonesia kepada instansi penyelenggara

pelayanan publik.

27

Page 28: Makalah hukum administrasi negara silvia-8111412028

DAFTAR PUSTAKA

Antonius Sujata, dkk.2002. Ombudsman Indonesia: Masa Lalu, Sekarang Dan Masa

Mendatang. Jakarta: Komisi Ombudsman Nasional.

HR, Ridwan. 2008. Hukum Administrasi Negara. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

Hallim, Ridwan. 1987. Hukum Administrasi Negara. Jakarta : Ghalia Indonesia

Mustafa, Bachsan, Sistem Hukum Administrasi Negara, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2001.

UU RI No. 37 Tahun 2008 Tentang Ombudsman Republik Indonesia.

www.hukumonline.com

http://medizton.wordpress.com/2010/04/14/pengawasan-penegakan-dan-sanksi-han/

28