hubungan periodontitis dengan diabetes mellitus
DESCRIPTION
periodontitis dan DMTRANSCRIPT
HUBUNGAN PERIODONTITIS DENGAN DIABETES
MELLITUS
Disusun Oleh:
Pritami
G99141112
Pembimbing:
Christianie, drg., Sp. Perio
KEPANITERAAN KLINIK ILMU GIGI DAN MULUT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2015
A. HUBUNGAN PERIODONTITIS DENGAN DIABETES MELITUS
Telah diketahui bahwa Inflamasi sistemik berperanan penting dalam
sensitivitas insulin dan keseimbangan glukosa. Penyakit periodontal dapat
merangsang terjadinya inflamasi kronik (peningkatan CRP, IL-6 dan kadar
fibrinogen), selanjutnya Inflamasi dapat merangsang terjadinya resistensi insulin,
hal ini sudah dibuktikan dalam penelitian bahwa bakteri non periodontal akut dan
infeksi sistemik dapat meningkatkan resistensi insulin dan memperburuk kontrol
glikemik.
Infeksi sistemik meningkatkan resistensi jaringan terhadap insulin melalui
bermacam-macam mekanisme yaitu:
1. Mencegah glukosa memasuki sel target,
2. Menyebabkan peningkatan kadar glukosa dan
3. Membutuhkan peningkatan produksi insulin pada pancreas (untuk menjaga
kadar glikemia).
Pada individu dengan DM tipe 2 (sudah memiliki resistensi insulin),
maka resistensi jaringan terhadap insulin (yang disebabkan oleh infeksi), dapat
memperburuk kontrol glikemik yang buruk. Pada individu dengan DM tipe 1,
kemungkinan infeksi periodontal dapat menyebabkan peningkatan resistensi
insulin dan kontrol glikemik yang buruk.
Terapi periodontal dirancang untuk menurunkan bakteri dan mengurangi
inflamasi sehingga dapat mengembalikan sensitivitas insulin dan meningkatkan
kontrol metabolik.
Infeksi periodontal merupakan komplikasi yang mungkin secara fisiologis
dapat menyebabkan perubahan pada pasien DM. Telah banyak dibuktikan bahwa
periodontitis (penyakit periodontal) tidak hanya bersifat lokal, tapi bisa mencapai
kondisi sistemik.
Penyakit periodontal kronik dapat menyebabkan respons sistemik
terhadap bakteri dan produk bakteri. Hubungan timbal balik antara diabetes dan
penyakit periodontal memberikan contoh predisposisi penyakit sistemik dan
infeksi oral, adanya infeksi periodontal dapat memperparah kondisi sitemik.
B. GEJALA DAN TANDA DI MULUT PADA PENDERITA DIABETES
Periodontitis merupakan salah satu penyakit terpenting jaringan
penyangga gigi yang paling luas penyebarannya dalam masyarakat. Penyakit
pada jaringan periodontal yang bersifat khronis dapat menyebabkan kerusakan
pada serabut periodontal. Penyakit periotodontal yang berlanjut dapat
menyebabkan hilangnya jaringan penyangga gigi, yang dapat menyebabkan gigi
goyang.
Keadaan adanya Diabetes Melitus merupakan suatu tanda meningkatnya
kerentanan terhadap infeksi, dimana DM merupakan faktor predisposisi penting
terhadap timbulnya infeksi. Di dalam mulut DM dapat meningkatkan jumlah
bakteri sehingga menyebabkan adanya kelainan jaringan periodontal. Pada
penderita DM tipe 2 dengan hiperlipidemi dijumpai adanya inflamasi gingival
yang parah dan hilangnya perlekatan pada jaringan periodontal. Berkembangnya
penyakit periodontal dengan DM mengakibatkan kerusakan pada jaringan
periodontal lebih parah sehingga gigi menjadi goyah dan akhirnya lepas. Gusi
membengkak sehingga gigi tampak keluar.
Pada penderita diabetes copotnya gigi sulit dicegah, gusi akan mudah
bengkak dan berdarah, mulut mudah berbau, baunya khas seperti bau aseton, serta
gigi gampang goyang dan tanggal. Selain itu, terlalu lama mengonsumsi obat
diabetes yang tidak terkontrol juga mengakibatkan jaringan gusi membesar.
Ada beberapa hipotesa mengenai keterlibatan DM sebagai faktor etiologi penyakit
gingiva dan periodontal :
a. Terjadinya penebalan membran basal
Pada penderita diabetes melitus membran basal kapiler gingiva mengalami
penebalan sehingga lumen kapiler menyempit. Menyempitnya lumen ini
menyebabkan terganggunya difusi oksigen, pembuangan limbah
metabolisme, migrasi leukosit polimorfonukleus, dan difusi faktor-faktor
serum termasuk antibodi.
b. Perubahan biokimia
Level cyclic adenosine monophospate (cAMP) yang efeknya mengurangi
inflamasi pada penderita diabetes melitus menurun; hal mana diduga
menjadi salah satu sebab lebih parahnya inflamasi gingiva pada penderita
diabetes melitus
c. Perubahan Mikrobiologis
Peningkatan level glukosa dalam cairan sulkular dapat mempengaruhi
lingkungan subgingival, yang dapat menginduksi perubahan kualitatif
pada bakteri yang pada akhirnya mempengaruhi perubahan periodontal
d. Perubahan Imunologis
Meningkatnya kerentanan penderita diabetes melitus terhadap inflamsi
diduga disebabkan oleh terjadinya defisiensi fungsi leukosit
polimorfonuklear (LPN) berupa terganggunya khemotaksis, kelemahan
daya fagositosis atau terganggunya kemampuannya untuk melekat ke
bakteri. dan
e. Perubahan berkaitan dengan kolagen
Peningkatan level glukosa bisa pula menyebabkan berkurangnya produksi
kolagen . Disamping itu terjadi juga peningkatan aktivitas kolagenase pada
gingiva.
Beberapa mekanisme juga telah diusulkan untuk menjelaskan peningkatan
penyakit periodontal pada penderita DM antara lain : respon dari Host, subgingiva
mikroflora, metabolisme kolagen, perdarahan, cairan creviculargingiva dan faktor
keturunan. Berbagai mekanisme patofisiologi juga mempunyai implikasi dalam
peningkatan kehilangan tulang alveolar pada penderita diabetes.
Oleh karena itu, pengobatan pencegahan periodontal harus dimasukkan
dalam penatalaksanaan yang menyeluruh terhadap pasien dengan diabetes.
Pengobatan meliputi penilaian awal dari progesivitas penyakit mulut, penjelasan
tentang kebersihan mulut, instruksi dan penilaian yang berhubungan dengan pola
makan, perlindungan dari penyakit dengan melakukan pemeriksaan gigi secara
periodik.
Yang paling penting dalam pengobatan penyakit periodontitis pada orang
dengan diabetes melitus adalah kontrol gula darah yang teratur. Sebab dalam
penelitian didapatkan terdapat penurunan penyakit periodontitis pada penderita
diabetes melitus dengan kadar gula darah yang terkontrol.
DAFTAR PUSTAKA
Respati, Titi Nindya.Iwanda.Hubungan diabetes mellitus dengan karies
gigi.Semarang; UNDIP,2006.
E.Desmond Farmer, Dental Deases,Fifth edition E & S Living stone Ltd
Robert, P.Langlais, Graig S. Miller , Kelainan Rongga Mulut, Hipokrates 1992