hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

109
Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010. HUBUNGAN PERILAKU MURID SD KELAS V DAN VI PADA KESEHATAN GIGI DAN MULUT TERHADAP STATUS KARIES GIGI DI WILAYAH KECAMATAN DELITUA KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2009 TESIS Oleh LINDA WARNI 077030021 / IKM PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009

Upload: lyduong

Post on 31-Dec-2016

226 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

HUBUNGAN PERILAKU MURID SD KELAS V DAN VI PADA KESEHATAN GIGI DAN MULUT TERHADAP STATUS

KARIES GIGI DI WILAYAH KECAMATAN DELITUA KABUPATEN DELI SERDANG

TAHUN 2009

TESIS

Oleh

LINDA WARNI 077030021 / IKM

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2009

Page 2: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

HUBUNGAN PERILAKU MURID SD KELAS V DAN VI PADA KESEHATAN GIGI DAN MULUT TERHADAP STATUS KARIES GIGI DI WILAYAH KECAMATAN DELITUA

KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2009

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes)

dalam Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku

pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

LINDA WARNI 077030021 / IKM

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2009

Page 3: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

Judul Tesis : HUBUNGAN PERILAKU MURID KELAS V DAN VI PADA KESEHATAN GIGI DAN MULUT TERHADAP STATUS KARIES GIGI DI WILAYAH KECAMATAN DELITUA KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2009

Nama Mahasiswa : LINDA WARNI Nomor Induk Mahasiswa : 077030021 Program Studi : Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku

Menyetujui

Komisi Pembimbing :

(Prof. Dr. drg. Monang Panjaitan, MS) Ketua Anggota

(Drs. Eddy Syahrial, MKes)

Ketua Program Studi,

(Dr. Drs. Surya Utama, MS)

Tanggal Lulus : 10 September 2009 Dekan,

(dr. Ria Masniari Lubis, MSi)

Page 4: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Telah diuji

Pada tanggal :

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. drg. Monang Panjaitan, MS

Anggota : 1. Drs. Eddy Syahrial, MKes

2. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM

3. drg. Iis Faizah Hanum, Mkes

Page 5: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

PERNYATAAN

HUBUNGAN PERILAKU MURID SD KELAS V DAN VI PADA KESEHATAN GIGI DAN MULUT TERHADAP STATUS KARIES GIGI DI WILAYAH KECAMATAN DELITUA

KABUPATEN DELI SERDANG 2009

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk rnemperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan

sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, September 2009

Linda Warni

Page 6: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

ABSTRAK

Karies gigi memiliki etiologi yang multi faktor dimana terjadi interaksi dari

tiga faktor utama yang ada di dalam mulut, yaitu Host (gigi dan saliva), Mikroorganisme (plak) dan Substrat (diet karbohidrat), dan faktor ke empat : waktu (Reich. E, Lusi. A dan Newbrun. E, 1999). Selain faktor yang ada di dalam mulut yang langsung berhubungan dengan karies, terdapat faktor-faktor yang tidak langsung disebut faktor resiko luar yang merupakan faktor predisiposisi dan faktor penghambat terjadinya karies. Faktor luar antara lain adalah jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat ekonomi, lingkungan dan perilaku yang berhubungan dengan kesehatan gigi. Penelitian ini merupakan survei dengan menggunakan desain potong lintang (cross-sectional). Populasi penelitian ini adalah seluruh murid SD kelas V dan VI di kecamatan Deli Tua Kabupaten Deli Serdang yang berjumlah sebanyak 2.238 murid dari 14 sekolah. Sampel didapat dari rumus Taro Yamane berjumlah 96 orang. Metode pengambilan data secara primer yaitu dengan menggunakan kuesioner dengan langsung menanyakan kepada responden.

Hasil penelitian, Status karies gigi murid SD kelas V dan VI Kecamatan Delitua Kabupaten Deliserdang tahun 2008 sudah cukup baik. Dari analisis bivariat dan multivariat didapat faktor Pengetahuan, sikap, pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua tidak ada hubungan yang bermakna dengan status karies gigi, hanya variabel tindakan yang mempunyai hubungan yang bermakna dengan status karies gigi.

Mengingat pentingnya peranan kegiatan Usaha Kegiatan Gigi Sekolah (UKGS) dalam upaya pembentukan perilaku kesehatan gigi murid SD, perlu kebijakan untuk lebih meningkatkan dan mengembangkan kegiatan UKGS di sekolah-sekolah dasar (khususnya pelayanan preventif dan promotif). Memfasilitasi kebutuhan dalam kegiatan UKGS antara lain pelatihan bagi tenaga-tenaga pelaksana UKGS di lapangan dan penyediaan alat bantu peraga yang diperlukan dalam kegiatan promotif. Kata Kunci : Perilaku, Status Karies Gigi

Page 7: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

ABSTRACT

Dental carries have a multifactor etiology in which three main factors found in the oral cavity such as host (teeth and saliva), microorganism (plaque) and substrate (carbohydrate diet) and time (the fourth factor) interact (Reich. E, Lusi. A, and Newbrun. F, 1999). Beside the factors in the oral cavity which are directly in contact with carries, there are indirect factors called external risk factors such as the predisposition actor and the factor that inhibits the incident of carries. The external factors are, among other things, sex, education level, economic status, environment, and behavior related to dental health.

The population of this survey study with cross-sectional design was all of the 2.238 grade V and grade VI elementary school students of 14 Elementary Schools in Deli Tua Sub-district, Deli Serdang District and 96 students were selected to be the samples for this study through the formula developed by Taro Yamane. The primary data for this study were obtained through questionnaire-based interview.

The result of this study shows that the status of dental carries of the grade V and grade VI elementary school students in Deli Tua Sub-district, Deli Serdang District in 2008 was good enough. The result of bivariate and multivariate analysis shows that there was no significant relationship between the factors of education, attitude, parents’ education, and parents’ occupation and the status of dental carries. Only the factor of action which has a significant relationship with the status of dental carries.

Considering the importance of the role of School Dental Health Initiative (UKGS) activity in the forming of dental health behavior of elementary school students, a policy to increase and develop the activity of UKGS at the elementary schools (especially preventive and promotive services) is needed. The need for UKGS activities can be facilitated through the provision of training for the UKGS field implementers and the provision of visual aids needed in the promotive activities. Key words : Behavior, Dental Carries Status

Page 8: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas

limpahan karunia-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini, yang

merupakan salah satu kewajiban yang harus dipenuhi dalam menyelesaikan

pendidikan pada Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsentrasi Pendidikan

Kesehatan dan Ilmu Perilaku Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

(USU) Medan.

Tesis ini berjudul “Hubungan Perilaku Murid SD Kelas V dan VI pada

Kesehatan Gigi dan Mulut terhadap Status Karies Gigi di Wilayah Kecamatan Deli

Tua Kab. Deli Serdang 2009”.

Sesungguhnya tesis ini tidak akan terwujud tanpa izin dan Tuhan Yang Maha

Kuasa, serta bantuan dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam mengatasi

segala kendala dan menyelesaikan tesis ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini

penulis sampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang setulusnya kepada

Ayahanda tersayang H.M.Ali,Ibunda tercinta Hj.Marniati dan seluruh keluarga atas

bantuan moral dan materi yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan tesis ini. Selanjutnya ucapan terima kasih dan penghargaan yang

setinggi-tingginya kepada :

1. Prof. dr. Chairuddin P. Lubis, DTM&H., Sp.A(K), selaku Rektor Universitas

Sumatera Utara (USU) Medan.

Page 9: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

2. dr. Ria Masniari Lubis, MSi, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.

3. Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.

4. Prof. Dr. drg. Monang Panjaitan, MS, selaku pembimbing satu dan Drs. Eddy

Syahrial, M.Kes, selaku pembimbing dua yang telah banyak meluangkan waktu

dan kesempatan dalam membimbing dan memberikan masukan demi

kesempurnaan tesis ini.

5. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM dan drg. Iis Faizah Hanum, MKes, selaku

penguji satu dan dua yang telah memberikan banyak saran dan masukan untuk

kesempurnaan tesis ini.

6. Dra. Hj. Ruzlah, M.Pd, selaku Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang yang telah memberikan izin untuk

melakukan penelitian di Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang.

7. Jul Asdar Putra Samura sebagai teman dekat yang telah memberi perhatian dan

dukungan kepada penulis untuk senantiasa berusaha dalam menyelesaikan studi

8. Seluruh staf pengajar pada Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.

9. Seluruh staf akademik / Administrasi Program Studi Magister Ilmu Kesehatan

Masyarakat yang telah turut membantu penulis dalam hal surat menyurat.

Page 10: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

10. Teman–teman mahasiswa- mahasiswi minat studi promosi kesehatan dan ilmu

perilaku Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara angkatan 2007 yang telah memberi dukungan kepada penulis.

Akhirnya penulis menyadari tesis ini masih banyak kekurangannya, karena

penulis yakin bahwa tidak ada satupun karya dari tangan manusia yang lahir dalam

keadaan sempurna, maka segala kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari

berbagai pihak sangat penulis harapkan.

Kiranya Tuhan Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang melindungi dan

memberkati kita sekalian disetiap perjalanan hidup kita. Amin.

Deli Serdang, 10 September 2009

Penulis

Linda Warni

Page 11: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

RIWAYAT HIDUP

Nama penulis adalah Linda Warni, lahir di Simpang Tiga Aceh Selatan

tanggal 18 April 1983, jenis kelamin perempuan, agama Islam. Alamat rumah jln.

Blang Pidie – Tapak Tuan Kecamatan Sawang. Tapak Tuan Aceh Selatan dan alamat

kantor jln. Teben Mahmud RSUD DR. H. Yuliddin Away.

Riwayat Pendidikan pada tahun 1989 s/d 1995 tamat SD dari SDN Simpang

Tiga Aceh Selatan. Tahun 1995 s/d 1997 tamat SMPN 2 Tapak Tuan Aceh Selatan.

Tahun 1999 s/d 2001 tamat SPRG Dep.Kes RI Banda Aceh. Tahun 2003 s/d 2005

tamat AKG Dep.Kes R.I Banda Aceh. Tahun 2005 s/d 2006 tamat DIV Program

Perawat Gigi Pendidik UGM Jogjakarta.

Riwayat pekerjaan, pada tahun 2001 s/d 2002 Staf RSUD dr.H.Yuliddin

Away Tapak Tuan Aceh Selatan. Tahun 2003 s/d 2005 Tugas belajar AKG Dep.Kes

RI Banda Aceh. Tahun 2005 s/d 2006 Tugas belajar DIV Program Perawat Gigi

Pendidik UGM Jogjakarta. Tahun 2007 s/d sekarang Tugas belajar pada Program

Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakt Universitas Sumatera Utara.

Page 12: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

DAFTAR ISI Halaman

ABSTRAK ......................................................................................................... i ABSTRACT........................................................................................................ ii KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii RIWAYAT HIDUP ........................................................................................... vi DAFTAR ISI ................................................................................................... vii DAFTAR TABEL ............................................................................................. ix DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiii BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1 1.2 Permasalahan ............................................................................. 6 1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................... 7 1.4 Hipotesis Penelitian ..................................................................... 7 1.5 Manfaat Penelitian ..................................................................... 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 8

2.1 Perilaku ....................................................................................... 8 2.2. Pengetahuan ................................................................................ 13 2.3. Sikap ........................................................................................... 16 2.4. Tindakan ...................................................................................... 17 2.5 Hubungan Karaktersitik Individu dengan Perilaku ....................... 19 2.6 Status Gigi dan Mulut .................................................................. 21 2.7 Indikator Kesehatan Gigi dan Mulut ............................................ 22 2.8 Karies Gigi .................................................................................. 23 2.9 Pengukuran Karies Gigi ............................................................... 30 2.10 Pencegahan Karies Gigi ............................................................... 31 2.11 Usaha Kesehatan Gigi Sekolah .................................................... 33 2.12 Landasan Teori ............................................................................ 35 2.13 Kerangka Konsep ........................................................................ 36

BAB 3 METODE PENELITIAN ................................................................... 37

3.1 Jenis Penelitian .......................................................................... 37 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................... 37 3.3 Populasi dan Sampel .................................................................... 37 3.4 Metode Pengumpulan Data .......................................................... 39 3.5 Variabel dan Definisi Operasional................................................ 42 3.6 Metode Pengukuran .................................................................... 44 3.7 Metode Analisis Data ................................................................... 47

BAB 4 HASIL PENELITIAN ...................................................................... 48

Page 13: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................... 48 4.2 Analisis Univariat......................................................................... 49 4.3 Pengetahuan Kesehatan Gigi........................................................ 49 4.4 Sikap Kesehatan Gigi................................................................... 55 4.5 Tindakan Kesehatan Gigi............................................................. 60 4.6 Kelas Responden.......................................................................... 65 4.7 Karakteristik Responden.............................................................. 65 4.8 Informasi...................................................................................... 67 4.9 Analisis Bivariat........................................................................... 68 4.10 Hubungan Perilaku Responden.................................................... 68 4.11 Hubungan Karakteristik Responden............................................. 70 4.12 Hubungan Informasi..................................................................... 72 4.13 Analisis Multivariat...................................................................... 73

BAB 5 PEMBAHASAN ............................................................................. 76

5.1 Status Karies Gigi Murid SD Kelas V dan VI di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang ............................. 76

5.2 Hubungan Pengetahuan dengan Status Karies Gigi Murid SD Kelas V dan VI di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang .................................................................................... 76

5.3 Hubungan Sikap dengan Status Karies Gigi Murid SD Kelas V dan VI di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang..................................................................................... 78

5.4 Hubungan Tindakan dengan Status Karies Gigi Murid SD Kelas V dan VI di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang ..................... ............................................................... 79

5.5 Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan dengan Status Karies Gigi Murid SD Kelas V dan VI di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang ............................................... 80

5.6 Hubungan Pendidikan Orang Tua dengan Status Karies Gigi Murid SD Kelas V dan VI di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang... ........................................................ 80

5.7 Hubungan Pekerjaan Orang Tua dengan Status Karies Gigi Murid SD Kelas V dan VI di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang ........................................................... 80

5.8 Hubungan Sumber Informasi kesehatan dengan Status Karies Gigi murid SD Kelas V dan VI di wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang ........................................................... 81

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan............................................................................... 82 6.2 Saran ........................................................................................ 83

Page 14: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Pencegahan Penyakit Gigi dan Mulut ...................................................... 12

2.2 Indikator dan Target Derajat Kesehatan Gigi dan Mulut .......................... 22

2.3 Klasifikasi Angka Keparahan Karies Gigi Menurut WHO ...................... 31

3.1 Perhitungan Besar Sampel Penelitian ...................................................... 39

3.2 Hasil Uji Validitas dan Realibilitas Alat Ukur ......................................... 41

4.1 Nama – Nama Sekolah Dasar di Kecamatan Delitua ................................ 48

4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Status Karies Gigi pada Murid SD Kelas V dan VI diwilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang 2009 ................................................................. 49

4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Status Karies Gigi Sehat.................... 49

4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Kegunaan Gigi Sehat ........................ 50

4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Gigi Berlubang ................................. 50

4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Penyebab Gigi Berlubang ................. 51

4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Gigi Berlubang dapat Dicegah ......................................................................................... 51

4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Cara Mencegah Gigi Berlubang ........................................................................................ 52

4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Waktu Terbaik Menyikat Gigi ......................................................................................... 52

4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Menyikat Gigi Baik dan Benar ................................................................................ 53

Page 15: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

4.11 Distribusi Responden Berdasarkan Bahan Pasta Gigi............................... 53

4.12 Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Pada Gigi Berlubang ............................................................................... 54

4.13 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan pada Murid SD Kelas V dan VI di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang 2009 ................................................................. 54

4.14 Distribusi Responden Berdasarkan Sikat Gigi Dilakukan Setiap Selesai Makan .............................................................................. 55

4.15 Distribusi Responden Berdasarkan Sikat Gigi Dilakukan Sebelum Tidur Malam ............................................................................. 55

4.16 Distribusi Responden Berdasarkan Sikat Gigi Dilakukan Sesudah Makan Makanan Yang Manis .................................................... 56

4.17 Distribusi Responden Berdasarkan Pemeriksaan Gigi Secara Rutin ............................................................................................ 56

4.18 Distribusi Responden Berdasarkan Gigi Berlubang Karena Malas Menyikat Gigi ............................................................................... 57

4.19 Distribusi Responden Berdasarkan Mencegah Gigi Berlubang Dengan Menyikat Gigi Teratur Dan Benar .............................................. 57

4.20 Distribusi Responden Berdasarkan Menyikat Gigi Yang Baik Dan Benar Semua Permukaan Gigi Harus Disikat ................................... 58

4.21 Distribusi Responden Berdasarkan Gigi Sakit dan Berlubang Harus Ditambal ....................................................................................... 58

4.22 Distribusi Responden Berdasarkan Gigi Sehat Lebih Baik Dipertahankan Daripada Dicabut ............................................................. 59

4.23 Distribusi Responden Berdasarkan Berobat Gigi Lebih Baik Ke Dokter Gigi/Puskesmas Daripada Ke Dukun ...................................... 59

4.24 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Pada Murid SD Kelas V dan VI di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang 2009 ................................................................................... 60

Page 16: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

Page 17: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

4.25 Distribusi Responden Berdasarkan Menyikat Gigi Sebelum Tidur......................................................................................... 60

4.26 Distribusi Responden Berdasarkan Menyikat Gigi Setiap Pagi .............................................................................................. 61

4.27 Distribusi Responden Berdasarkan Yang Dilakukan Selesai Makan ......................................................................................... 61

4.28 Distribusi Responden Berdasarkan Kunjungan ke Dokter Gigi Atau Klinik ............................................................................................. 61

4.29 Distribusi Responden Berdasarkan Memeriksa Gigi Secara Teratur ......................................................................................... 62

4.30 Distribusi Responden Berdasarkan Gigi Kotor Atau Gusi Berdarah ......................................................................................... 62

4.31 Distribusi Responden Berdasarkan Makanan Yang Dikonsumsi Diantara Waktu Makan ........................................................ 63

4.32 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Makan Makanan Jajanan Dalam Sehari .............................................................................. 63

4.33 Distribusi Responden Berdasarkan Jajanan Manis dan Melekat ............... 63

4.34 Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Yang Dilakukan Dalam Memelihara Kesehatan Gigi dan Mulut ........................................ 64

4.35 Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Pada Murid SD Kelas Vdan VI di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang 2009 ................................................................................... 64

4.36 Distribusi Responden Berdasarkan Kelas Pada Murid SD Kelas V dan VI di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang 2009 ................................................................................... 65

4.37 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Orang Tua Pada Murid SD Kelas V dan VI di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang 2009 ................................................................. 65

Page 18: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

4.38 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua Pada Murid SD Kelas V dan VI di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang 2009 ................................................................. 66

4.39 Distribusi Responden Berdasarkan Penjelasan tentang Kesehatan Gigi Pada Murid SD Kelas V dan VI di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang 2009 ..................................................... 67

4.40 Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi Pada Murid SD Kelas V dan VI di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang 2009 ................................................................. 67

4.41 Distribusi Status Karies Gigi Menurut Pengetahuan Responden .............. 68

4.42 Distribusi Status Karies Gigi Menurut Sikap Responden ......................... 69

4.43 Distribusi Status Karies Gigi Menurut Tindakan Responden ................... 69

4.44 Distribusi Status Karies Gigi Menurut Pendidikan Orang Tua ................. 70

4.45 Distribusi Status Karies Gigi Menurut Pekerjaan Orang Tua ................... 71

4.46 Distribusi Status Karies Gigi Menurut Sumber Informasi ........................ 72

Page 19: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Empat Lingkaran yang Menggambarkan Paduan Faktor Penyebab Karies......................................................................... 24 2.2 Tiga Faktor Utama dan Satu Faktor Tambahan Penyebab Karies ................................................................................... 25 2.3 Tahapan yang Terjadi Dalam Plak Gigi Pada Permukaan Gigi .............. 28 2.4 Landasan Teori Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Status Karies Gigi .................................................................... 36 2.5 Kerangka Konsep Penelitian.................................................................. 36

Page 20: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah kesehatan gigi dan mulut, menjadi perhatian yang sangat penting

dalam pembangunan kesehatan yang salah satunya disebabkan oleh rentannya

kelompok anak usia sekolah dari gangguan kesehatan gigi. Usia sekolah merupakan

masa untuk meletakkan landasan kokoh bagi terwujudnya manusia yang berkualitas

dan kesehatan merupakan faktor penting yang menentukan kualitas sumber daya

manusia.

Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral dari kesehatan secara

keseluruhan (Ilyas, 2000). Hasil laporan Studi Morbiditas (2001), menunjukkan

bahwa kesehatan gigi dan mulut di Indonesia merupakan hal yang perlu diperhatikan,

karena penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi yang dikeluhkan oleh

masyarakat yaitu sebesar 60%. Penyakit gigi dan mulut yang terbanyak diderita

masyarakat adalah penyakit karies gigi kemudian diikuti oleh penyakit periodontal di

urutan ke dua (Surkesnas Balitbangkes Depkes RI, 2002).

Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan

jaringan, dimulai dari permukaan gigi meluas kearah pulpa. Karies gigi dapat terjadi

pada setiap orang yang dapat timbul pada suatu permukaan gigi dan dapat meluas

kebagian yang lebih dalam dari gigi (Tarigan, 1990).

Page 21: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

Berdasarkan The World Oral Health, World Health Organization (WHO)

Tahun 2003 telah menetapkan indikator dan standar oral secara global pada tahun

2000, dimana 50 % anak berumur 5-6 tahun bebas dari karies gigi.

Hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 1998,

menunjukkan bahwa keluhan sakit gigi menduduki urutan ke 6 dari 16 jenis penyakit

lainnya dan 62,4% penduduk merasa terganggu pekerjaan/sekolah karena sakit gigi,

rata-rata 3,86 hari per bulan. Kondisi ini menunjukkan bahwa penyakit gigi walau

tidak menimbulkan kematian tetapi dapat menurunkan produktifitas kerja.

Di Indonesia laporan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Depkes RI

tahun 2001 menyatakan, diantara penyakit yang dikeluhkan prevalensi penyakit gigi

dan mulut adalah tertinggi meliputi 60% penduduk.

Penyakit gigi dan mulut yang umumnya banyak ditemukan pada masyarakat

adalah karies gigi dan penyakit periodontal. SKRT 1995 menginformasikan bahwa

63% penduduk Indonesia menderita karies aktif. Namun di beberapa provinsi angka

tersebut lebih tinggi dari angka nasional, seperti Kalimantan 80,2%, Sulawesi 74%,

Sumatera 65,4%. Dilihat dari kelompok umur, golongan umur muda lebih banyak

menderita karies gigi aktif dibandingkan umur 45 tahun ke atas, dimana umur 10-24

tahun karies gigi aktifnya adalah 66,8 – 69,5%, umur 45 tahun keatas 53,3% dan pada

umur 65 tahun keatas sebesar 43,8%. Keadaan ini menunjukkan karies gigi aktif

banyak terjadi pada golongan usia produktif (Depkes, 2000).

Page 22: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

Menurut Laporan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2007,

penyakit gigi dan mulut merupakan urutan ke sembilan dari sepuluh penyakit terbesar

dengan jumlah kunjungan sebanyak 1.482 kunjungan yang terdiri dari 62,8 % berusia

lebih dari 15 tahun, dan 37,2 % kunjungan usia < 15 tahun, kunjungan pasien ke poli

gigi umumnya menderita ganguan gigi dan mulut, dan 43,9 % diantaranya menderita

karies gigi, dan 56,1 % lainnya menderita ganguan periodontal. Berdasarkan Profil

Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang tahun 2006, jumlah murid SD di

kecamatan Deli Tua sebanyak 6.889 orang dan yang diperiksa sebanyak 415 orang.

Dari 415 siswa yang diperiksa yang perlu mendapat perawatan sebanyak 120 orang

(28,9%) dan dari 120 orang yang perlu mendapatkan perawatan tersebut hanya 7

orang murid yang mendapat perawatan (5,83%). Dari hasil pendataan 10 penyakit

terbesar di Puskesmas Deli Tua bulan Oktober tahun 2008, karies merupakan urutan

ke 3 dengan jumlah kasus sebanyak 100 orang. Hal ini menunjukkan bahwa masih

tingginya masalah kesehatan gigi pada murid SD.

Berdasarkan hasil wawancara (Mei 2008) dengan petugas kesehatan gigi

Puskesmas Deli Tua diperoleh informasi bahwa pada umumnya masalah gangguan

kesehatan gigi dan mulut pada anak SD adalah karies gigi. Tingginya prevalensi

karies gigi dan penyakit periodontal sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara

lain faktor perilaku masyarakat. Pelaksanaan program UKGS dilaksanakan pada

semua SD Negeri/Swasta yang ada diwilayah kerja Puskesmas Deli Tua yaitu 14

sekolah. Usaha yang dilakukan selama ini adalah mengadakan penyuluhan tentang

Page 23: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

pertumbuhan gigi susu/permanent; makanan yang menyehatkan untuk kesehatan gigi;

dan cara-cara menggosok gigi. Sedangkan tindakan yang dilakukan adalah

pencabutan gigi susu/permanent, penambalan, dan semua tindakan dilakukan di

Puskesmas, 6 (enam) bulan sekali dilakukan kegiatan sikat gigi masal di masing-

masing SD oleh petugas Puskesmas di Kec. Deli Tua.

Sekolah adalah sebagai perpanjangan tangan keluarga dalam meletakkan

dasar perilaku untuk kehidupan anak selanjutnya, termasuk perilaku kesehatan.

Sementara itu populasi anak sekolah di dalam suatu komunitas cukup besar, antara

40% - 50%. Oleh sebab itu promosi atau pendidikan kesehatan di sekolah adalah

sangat penting. Di Indonesia, bentuk promosi kesehatan di sekolah adalah usaha

kesehatan sekolah (Notoadmodjo, 2005).

Undang – undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan menyebutkan bahwa

penyelenggaraan kesehatan sekolah dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan

hidup sehat bagi peserta didik untuk memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan

yang harmonis dan optimal menjadi sumber daya manusia yang berkualitas.

Program upaya kesehatan gigi sekolah adalah merupakan salah satu kegiatan

pokok dari program puskesmas. Upaya kesehatan gigi sekolah yang ditunjukan bagi

anak usia sekolah di lingkungan sekolah dari tingkat pelayanan promotif, preventif

hingga pelayanan paripurna, telah membuktikan menurunnya kejadian karies,

terutama dengan usaha promotif dengan kampanye sikat gigi dengan pasta

mengandung fluor dan usaha pencegahan dengan aplikasi fluor pada gigi dan fissure

Page 24: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

sealent, atau kumur – kumur larutan fluor. Dari indikator diatas nampak jelas bahwa

status kesehatan gigi masyarakat yang optimal bisa dicapai dengan meningkatkan

upaya promotif atau preventif sejak usia dini sampai dengan usia lanjut (Depkes,

2004).

Karies gigi memiliki etiologi yang multi faktor dimana terjadi interaksi dari

tiga faktor utama yang ada di dalam mulut, yaitu Host (gigi dan saliva),

Mikroorganisme (plak) dan Substrat (diet karbohidrat), dan faktor ke empat : waktu

(Reich. E, Lusi. A dan Newbrun. E, 1999). Selain faktor yang ada di dalam mulut

yang langsung berhubungan dengan karies, terdapat faktor-faktor yang tidak langsung

disebut faktor resiko luar yang merupakan faktor predisiposisi dan faktor penghambat

terjadinya karies. Faktor luar antara lain adalah jenis kelamin, tingkat pendidikan,

tingkat ekonomi, lingkungan dan perilaku yang berhubungan dengan kesehatan gigi

(Suwelo, 1997).

Status karies gigi untuk gigi permanen pada individu atau masyarakat dapat

diukur dengan menggunakan indeks DMFT (Decay, Missing, Filled Teeth). Indeks ini

digunakan untuk melihat keadan gigi seseorang yang pernah mengalami kerusakan

(Decayed), hilang karena karies atau sisa akar (Missing), dan tumpatan (Filled) pada

gigi tetap (Teeth). Indeks ini mencerminkan besarnya penyebaran karies yang

kumulatif pada suatu populasi (Kidd & Bechal, 1992).

Masalah kesehatan masyarakat termasuk penyakit ditentukan oleh dua faktor

utama, yaitu faktor perilaku dan non perilaku (Notoatmodjo, 2005). Menurut Bahar

Page 25: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

(2000) salah satu faktor utama yang mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut

penduduk di Negara berkembang adalah perilaku. Perilaku merupakan hal penting

yang dapat mempengaruhi status kesehatan gigi individu atau masyarakat. Perilaku

yang dapat mempengaruhi perkembangan karies adalah kebiasaan makan dan

pemeliharaan kebersihan mulut, dengan menggunakan pasta gigi yang mengandung

fluor (Reich dkk, 1999; Petersen, 2005). Data Survei Kesehatan Rumah Tangga

(SKRT) Tahun 2001 menunjukan perilaku masyarakat tentang pemeliharaan

kesehatan gigi masih rendah, sebagian besar penduduk Indonesia (61,5%) menyikat

gigi kurang sesuai dengan anjuran program menyikat gigi yaitu setelah makan dan

sebelum tidur, bahkan 16,6% tidak menyikat gigi (surkesnas Balitbangkes Depkes RI,

2002).

Menurut WHO (1997), kelompok usia 12 adalah usia yang penting, karena

pada usia tersebut anak akan meninggalkan sekolah dasar dan banyak di negara, usia

tersebut merupakan kelompok yang mudah dijangkau melalui sistem UKGS, dan

pada usia tersebut anak dapat lebih mudah diajak komunikasi. Menurut SKRT (2001),

prevalensi karies gigi pada kelompok usia 12 tahun sebesar 44% dan indeks DMFT

pada usia ini sebesar 1,1. Target pencapaian gigi sehat Indonesia tahun 2010 pada

individu usia 12 tahun untuk indeks DMFT adalah sebesar 1 (Depkes RI, 2004).

Karies gigi banyak menyerang anak-anak maupun dewasa, baik gigi sulung maupun

gigi permanen. Anak usia sekolah dasar yaitu usia 6-12 tahun merupakan kelompok

Page 26: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

usia rentan yang perlu mendapatkan perhatian karena pada periode tersebut terdapat

gigi sulung dan gigi permanen secara bersamaan dalam mulut (Agtini dkk, 2005).

1.2 Permasalahan

Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan penelitian ini adalah

apakah ada hubungan perilaku murid SD kelas V dan VI pada kesehatan gigi dan

mulut terhadap status karies gigi di wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli

Serdang.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan perilaku murid SD

kelas V dan VI pada kesehatan gigi dan mulut terhadap status karies gigi (DMFT) di

wilayah Kecamatan Delitua tahun 2009.

1.4 Hipotesa

Ada hubungan perilaku murid SD kelas V dan VI pada kesehatan gigi dan

mulut terhadap status karies gigi di wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli

Serdang.

1.5 Manfaat Penelitian

Page 27: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

1. Menjadi masukan bagi Pemda melalui Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang

dalam membuat kebijakan program kesehatan anak sekolah dalam peningkatan

pelayanan usaha kesehatan sekolah di Kecamatan Delitua.

2. Menjadi masukan bagi puskesmas Delitua dalam upaya mewujudkan kesehatan

anak usia sekolah khususnya dalam pelayanan kesehatan gigi dan mulut.

3. Sebagai masukan dalam upaya meningkatkan status kesehatan gigi dan mulut

murid SD kelas V dan VI di wilayah kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang.

4. Menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku

2.1.1 Pengertian Perilaku

Perilaku menurut Sarwono (1993) diartikan sebagai tindakan yang merupakan

segala bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya

yang menyangkut pengetahuan dan sikap tentang kesehatan serta tindakannya

(praktik) yang berhubungan dengan kesehatan.

Menururt Notoatmodjo (2007), perilaku dilihat dari segi biologis adalah

kegiatan atau aktivitas organisme (mahluk hidup yang bersangkutan). Perilaku

manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati

langsung maupun yang tidak dapat diamatai oleh pihak luar.

Page 28: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

Perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu perilaku tertutup (covert

behavior) dan perilaku terbuka (overt behavior). Perilaku tertutup adalah respon

seseorang terhadap stimulus yang masih tertutup atau terselubung, yang masih

terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran dan sikap, sehingga belum

dapat diamati secara jelas oleh orang lain. Perilaku terbuka adalah respon seorang

terhadap stimulus sudah dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka, yaitu dengan

mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain (Notoatmodjo, 2007).

Pembinaan dan peningkatan periaku kesehatan masyarakat perlu dilakukan

dengan pendekatan yang tepat yaitu dengan pendidikan kesehatan atau promosi

kesehatan, yang mengupayakan agar perilaku individu, kelompok atau masyarakat

mempunyai pengaruh positif terhadap pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Agar

upaya promosi kesehatan tersebut efektif, maka perlu dilakukan diagnosis atau

analisis terhadap masalah perilaku tersebut sebelum upaya promosi kesehatan

tersebut dilakukan.

Konsep umum yang digunakan untuk mendiagnosis perilaku adalah konsep

dari Green (1980), dimana perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu :

1. Faktor predisposisi (Predisposing factors)

Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan,

sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi

dan sebagainya.

2. Faktor pemungkin (Enabling factors)

Page 29: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan

bagi masyarakat seperti ketersediaan sikat gigi dan pasta gigi di rumah.

3. Faktor penguat (Reinforcing factors)

Faktor ini meliputi sikap dan perilaku tokoh masyarakat, petugas kesehatan, guru

dan sebagainya. Selain pengetahuan, sikap dan dukungan fasilitas diperlukan juga

perilaku contoh (acuan) dari para tokoh panutan tersebut agar masyarakat

berperilaku sehat.

Kegiatan pendidikan kesehatan/promosi kesehatan yang akan dilakukan

dalam upaya pembinaan dan peningkatan perilaku kesehatan masyarakat sebaiknya

juga ditujukan pada ketiga faktor tersebut di atas yaitu faktor predisposisi, faktor

pemungkin dan faktor penguat.

2.1.2 Perilaku Pemeliharaan Kesehatan

Perilaku pemeliharaan kesehatan merupakan bagian dari perilaku kesehatan,

yaitu usaha-usaha yang dilakukan seseorang untuk memelihara atau menjaga

kesehatan agar tidak sakit dan usaha penyembuhan bilamana sakit. Perilaku

pemeliharaan kesehatan ini meliputi antara lain perilaku peningkatan kesehatan dan

pencegahan penyakit (Notoatmodjo, 2007).

2.1.3 Perilaku Kesehatan Gigi dan Mulut

Menurut Blum (1981), status kesehatan baik idividu, kelompok maupun

masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor penting yaitu lingkungan (environment),

perilaku (behavior), pelayanan kesehatan (health services) dan keturunan (heredity).

Page 30: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

Mengacu pada teori tersebut, maka status kesehatan gigi dan mulut seseorang atau

masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor penting yaitu lingkungan (fisik maupun

sosial budaya), perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan. Perilaku memegang

peranan yang penting dalam mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut secara

langsung, perilaku dapat mempengaruhi faktor lingkungan maupun pelayanan

kesehatan.

Perilaku kesehatan gigi individu atau masyarakat merupakan salah satu faktor

yang berpengaruh terhadap kesehatan gigi individu atau masyarakat. Perilaku

kesehatan gigi positif, misalnya kebiasaan menggosok gigi dan mulut, sebaliknya

perilaku kesehatan gigi negatif, misalnya tidak menggosok gigi secara teratur maka

kondisi kesehatan gigi dan mulut akan menurun dengan dampak antara lain gigi

mudah berlubang (Budiharto, 2000).

Perilaku kesehatan yang tercermin dalam kebiasaan makan dan pemeliharaan

kebersihan gigi secara teratur menggunakan pasta gigi mengandung fluor, telah

mengurangi insiden karies. Pembentukan perilaku, khususnya kebisaan makanan,

mempengaruhi kerentanan dan resiko terjadinya karies (Reich. E, 1999). Pencegahan

karies gigi dapat dilakukan dengan memutus tiga faktor utama penyebab karies yaitu

host, agent dan substrat untuk saling bertemu dan berinteraksi. Menurut Tarigan

(1995) dan Sutadi (2000), pencegahan karies yang dapat dilakukan oleh individu

antara lain : pengaturan diet karbohidrat, melakukan plak kontrol dengan menyikat

gigi secara berkesinambungan dan dengan cara yang benar (meliputi seluruh

Page 31: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

permukaan gigi), kemudian penggunaan fluor, antara lain dengan pemakaian pasta

gigi yang mengandung fluor pada waktu menyikat gigi.

Pencegahan karies gigi pada anak meliputi : menghindari makanan yang

mengandung gula dan mudah melekat diantara waktu makan, menyikat gigi dengan

pasta gigi yang mengandung flour, dan menyikat gigi minimal 2 kali sehari sesudah

makan dan sebelum tidur (Depkes, 1997).

Usaha-usaha pencegahan penyakit gigi dan mulut berdasarkan levell dan

Clark dapat terlihat pada tabel 2.1 berikut (Monang, P, 1997 )

Page 32: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

Tabel 2.1 Pencegahan Penyakit Gigi dan Mulut

Penyakit

Pencegahan primer Pencegahan sekunder

Pencegahan tertier

Peningkatan Perlindungan Kesehatan Khusus

Diagnosa dini Membatasi Dan terapi Ketidak Tepat Mampuan

Rahabi-litasi

Karies Gigi

- Penyuluhan - Aplikasi Kes.gigi fluor - Nutrisi yang - Pit dan fisur Baik sealent - Kebersihan - Pembersihan Mulut dan Karang Gigi Pemeriksaan berkala

-Pemeriksaan - Penambalan Detail Secara Gigi dan Periodik perawatan

- Pengobatan saraf gigi Sistematis - Ekstrasi

Gigi Protesa Cekat dan

sebagian

- Protesa Penuh

Penyakit Periodontal

-Nutrisi Yang - Prevensi baik Karies

Dengan -Kebersihan Tambalan Mulut baik - Pembersihan -Penyuluhan Karang Gigi Kesehatan - Masase Gusi Gigi

- Pemeriksaan -Gingivectomi Penyakit - Osteyotomi Sistemik - Osteoplasi - Oklusi Yang - Reposisi Balans Gingival Margin - Splinting

Protesa

Maloklusi

- Standar - Pencegahan Nutrisi Yang Ortodonti Baik Dengan - Kebersihan Perawatan Mulut Teratur - Kebiasaan - Menjaga Yang Baik Ruangan tetap - Penyuluhan Terbuka Kesehatan (Space Gigi Maintainer)

- Serial - Perawatan Ekstraksi Ortho pada Waktu yang Tepat

Protesa

Page 33: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

2.1.4 Penilaian Perilaku

Menurut Guilbert (2000), pengukuran atau cara mengamati perilaku dapat

dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Pengukuran secara langsung dilakukan

dengan metode observasi (direct observation) melalui uji praktek, sedangkan

pengukuran secara tidak langsung dapat dilakukan melalui wawancara dengan

menggunakan pertanyaan-pertanyaan (questionnaires).

Cara mengukur indikator perilaku untuk pengetahuan, sikap dan praktik

berbeda. Untuk memperoleh data tentang pengetahuan dan sikap cukup dilakukan

wawancara, baik wawancara terstruktur maupun wawancara mendalam. Sedangkan

untuk memperoleh data perilaku dan praktek yang paling akurat adalah melalui

observasi atau pengamatan (Notoadmojo, 2003).

2.2 Pengetahuan

Pengetahuan menurut Notoadmojo (2003), merupakan hasil dari tahu, dan ini

terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu penglihatan, pendengaran,

penciuman, raba dan rasa. Sebahagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan

telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang (over behavior).

Pengetahuan dapat didefenisikan sebagai suatu ingatan terhadap materi yang

dipelajari, yaitu meliputi ingatan terhadap jumlah meteri yang banyak dari fakta–

fakta yang khusus, hingga teori-teori yang lengkap (Zaini dkk, 2002). Pengetahuan

Page 34: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

tentang suatu objek dapat berubah dan berkembang sesuai dengan kemampuan,

kebutuhan, pengalaman dan tinggi rendahnya mobilitas informasi tentang objek

tersebut dilingkungannya (Tjirtasa, 1992).

Pengetahuan (knowledge) adalah hasil belajar dari pengalaman yang

diperoleh secara sengaja maupun tidak sengaja, formal maupun informal. Untuk

memperoleh pengetahuan dibutuhkan proses kognitif yang sangat kompleks. Agar

pengetahuan dapat disampaikan dengan baik dan diterima dengan tepat perlu

melibatkan semua indera.

Pengetahuan berkaitan erat dengan empat faktor yaitu : ingatan, belajar,

berfikir dan intelegensi (Prawitasari, 1998). Menurut Simon et all (1995) pengetahuan

atau kognitif merupakan domain yang sangat penting bagi pembentukan perilaku

seseorang. Pengetahuan akan merangsang terjadinya perubahan sikap bahkan

tindakan seorang individu.

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam

tingkatan yaitu (Notoadmojo, 2003) :

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)

sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang

telah diterima. Oleh sebab itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling

rendah.

Page 35: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut

secara benar.

3. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

4. Analisis (Analyze)

Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek kedalam

komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi dan masih ada

kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (Syntesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru,

dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi

baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini didasarkan pada suatu

kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada. Dari

Page 36: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

hasil penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan

lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan

(Notoadmojo, 2003).

Meskipun perilaku merupakan bentuk respon atau reaksi terhadap rangsangan

dari luar maupun dari dalam namun memberikan respon sangat cepat tergantung pada

karakteristik atau faktor lain dari orang yang bersangkutan (Notoadmojo, 2003).

Determinan ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu :

1. Faktor Internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat

bawaan misalnya : tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin dan

sebagainya.

2. Faktor Eksternal, yakni lingkungan baik lingkungan fisik, sosial, budaya,

ekonomi, praktik dan sebagainya. Faktor lingkungan sering merupakan faktor

domain yang mewarnai perilaku seseorang.

2.3 Sikap

Sikap (attitude) menurut Sarwono (2003) adalah kesiapan atau kesediaan

seseorang untuk bertingkah laku atau merespon sesuatu baik terhadap rangsangan

negatif dari suatu objek rangsangan. Teori yang sering dipakai berupa teori rangsang

balas (stimulus respon theory) atau teori penguat (reinforcement-theory) ini dapat

digunakan untuk menerangkan berbagai gejala tingkah laku sosial. Sikap belum

merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan faktor predisposisi

bagi seseorang untuk berperilaku (Green, 1980).

Page 37: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

Allen, Guy dan Edgley (1980, cit Anwar, 2005), mengatakan bahwa sikap

adalah suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk

menyesuaikan diri dalam situasi sosial atau secara sederhana. Sikap merupakan

respon terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan.

Struktur sikap terdiri dari tiga komponen yang saling menunjang yaitu

komponen kognitif (cognitive), komponen afektif (effective) dan komponen konatif

(conative). Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh

individu pemilik sikap mengenai apa yang berlaku atau yang benar bagi objek sikap.

Komponen efektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional subjektif

seseorang terhadap suatu objek sikap. Komponen konatif merupakan aspek

kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang.

Interaksi antara ketiga komponen adalah selaras dan konsisten, dikarenakan apabila

dihadapkan dengan suatu objek sikap yang sama maka ketiga komponen itu harus

mempolakan arah sikap yang seragam. Apabila salah satu saja diantara ketiga

komponen sikap tidak konsisten dengan yang lain, maka akan terjadi ketidakselarasan

yang menyebabkan timbulnya mekanisme perubahan sikap sedemikian rupa sehingga

konsistensi itu tercapai kembali (Azwar, 2005).

2.4 Tindakan

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk

mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau

suatu kondisi yang memungkinkan antara lain adalah fasilitas (Notoadmojo, 2003).

Page 38: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

Setelah sesorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian

mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya

diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahui atau yang

disikapinya (dinilai baik). Inilah yang disebut praktik (Notoadmojo, 2003).

Terdapat banyak teori yang menerangkan tentang konsep perubahan perilaku,

antara lain adalah teori Green (1980) yang menyatakan bahwa derajat kesehatan akan

dipengaruhi oleh faktor perilaku dan faktor non perilaku. Faktor perilaku akan

ditentukan oleh tiga kelompok faktor yaitu : predisposisi (mempermudah), faktor

pendukung dan faktor pendorong. Faktor yang mempermudah (prediposing factors),

meliputi pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan persepsi yang

ada di masyarakat. Faktor pendukung (enabling factors) meliputi lingkungan fisik,

fasilitas dan sarana kesehatan yang mendukung. Faktor pendorong (reinforcing

factors) yang meliputi pengetahuan, sikap dan perilaku petugas, teman sebaya, orang

tua dan tokoh/pamong, juga berbagai faktor demografi seperti sosio ekonomi, umur,

jenis kelamin, masa kerja dan ukuran keluarga juga penting sebagai faktor pendorong

yang memberi kontribusi atas perilaku kesehatan (Green dkk, 1991).

Page 39: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

2.5 Hubungan Karakteristik Individu Terhadap Pengetahuan, Sikap dan Tindakan

Penentuan atau penggolongan karakteristik individu dipengaruhi oleh

berbagai faktor yang saling terkait antara satu sama lain, yang merupakan riwayat dan

identitas diri, yaitu:

1. Umur

Secara umum umur individu memiliki hubungan terhadap tinggi rendahnya

pengetahuan. Semakin bertambahnya umur seseorang semakin meningkatkan

kemampuan inderanya. Kemampuan indera individu yang optimal sangat

menunjang dalam proses penerimaan dan penyampaian pengetahuan. Dengan

demikian faktor umur berperan dalam tercapainya pengetahuan dalam individu.

Demikian juga dengan hubungan umur terhadap sikap seseorang. Jika

pertambahan umur berlangsung dapat menciptakan kemampuan pengetahuan

terutama kemampuan pengetahuan segi positif dari individu tersebut, sebab

pengetahuan terutama kemampuan terciptanya sikap. Sehingga dapat disimpulkan

faktor umur memiliki peran terhadap terciptanya suatu pengetahuan dan sikap

individu.

2. Jenis kelamin

Banyak survei menemukan bahwa anak perempuan memiliki prevalensi karies

yang lebih tinggi dari pada anak laki-laki pada umur kronologis yang sama.

Diketahui bahwa rata-rata gigi permanen pada anak perempuan lebih dulu erupsi

Page 40: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

dibandingkan pada anak laki-laki, sehingga lebih lama terpapar dengan serangan

karies (Carlos,1981). Selama masa anak dewasa, perempuan memperlihatkan nilai

DMFT yang lebih tinggi daripada laki-laki, namun secara umum kebersihan

mulut pada perempuan lebih baik dan memiliki lebih sedikit gigi yang hilang

dibandingakan dengan laki-laki (Tarigan, 1995).

3. Pendidikan Orang Tua

Pendidikan merupakan salah satu faktor sosial penting yang berhubungan dengan

prevelensi karies (Reich, 1999). Pendidikan yang rendah sangat berpengaruh

terhadap pengetahuan seseorang, karena tidak mendapat pendidikan yang layak

(Budiharto, 2000).

Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (2001) menunjukkan kerusakan gigi

tertinggi terjadi pada orang dengan pendidikan lulus SD yaitu sebesar 8 gigi per

orang, dan pada orang dengan pendidikan lulus SMP ke atas rata-rata 3 gigi

mengalami kerusakan per orang.

4. Pekerjaan Orang Tua

Pekerjaan merupakan faktor sosial yang dapat mempengaruhi status karies gigi

(Reich, 1999). Pekerjaan menunjukkan kelas sosial tertentu. Penelitian

menunjukkan adanya penurunan dalam insidensi karies, khususnya pada anak-

anak dan dewasa muda, terutama pada anak-anak dari keluarga dengan

pendapatan rendah.

Page 41: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

Page 42: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

2.6 Status Kesehatan Gigi dan Mulut

Dalam menganalisis faktor yang mempengaruhi kualitas kesehatan gigi dan

mulut seseorang tidak terlepas dari tiga aspek diatas, yaitu (Julianti, 2001):

a. Aspek Fisik

Aspek fisik merupakan aspek yang mempengaruhi kualitas kesehatan gigi dan

mulut yang disebabkan oleh keadaan yang terdapat didalam mulutnya sendiri,

misalnya karena pemberian gizi yang salah pada saat kehamilan menyebabkan

struktur gigi rentan terhadap kerusakan gigi, misalnya keadaan gigi yang berjejal

mengakibatkan mudahnya penumpukan plak dan sisa makanan sehingga

mempermudah timbulnya kerusakan gigi.

b. Aspek Mental

Aspek mental dapat mempenggaruhi tingkah laku orang tersebut. Misalnya

apabila seseorang percaya bahwa penyakit gigi dan mulut disebabkan oleh

penggaruh guna-guna, tentunya untuk menggobati penyakit tersebut tidak akan pergi

ke dokter gigi melainkan pergi ke dukun. Dengan demikian penyakitnya akan

bertambah parah.

c. Aspek Sosial

Aspek sosial yang mempenggaruhi kualitas kesehatan gigi dan mulut

biasanya disebabkan oleh nilai budaya yang berkembang didaerahnya. Selain itu,

dapat pula disebabkan oleh pengaruh sosioekonomi yang kurang, keadaan inipun

akan mempenggaruhi tingkah orang tersebut.

Page 43: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

Dengan kata lain status kesehatan gigi dan mulut adalah kondisi derajat

kesehatan gigi dan mulut hasil interaksi kondisi fisik, mental dan sosial yang dapat

dilihat dari tingkat keparahan penyakit gigi dan mulut melalui indikator-indikator.

2.7 Indikator Kesehatan Gigi dan Mulut

Indikator adalah variabel yang dapat digunakan untuk menggevaluasi keadaan

atau status dan memungkinkan dilakukanya pengumpulan terhadap perubahan–

perubahan yang terjadi dari waktu kewaktu (DepKes RI, 2003).

Indikator penyakit gigi dan mulut adalah spesifik, dalam arti status kesehatan

gigi untuk masing-masing kelompok umur, mempunyai indikator yang berbedabeda

WHO telah mendapatkan indikator dan standar ”Oral Global Goal For the Year

2000” yang masih berlaku sampai dengan saat ini, yaitu seperti pada tabel 2.2

dibawah ini:

Tabel 2.2. Indikator dan Target Derajat Kesehatan Gigi dan Mulut

No. Indikator Derajat Kesehatan Gigi dan Mulut Target Nasional 1. Anak 5 s/d 6 tahun - bebas karies(mixed dentition) 50%

2. Anak 12 Tahun - DMF-T Index ≤ 3 - PTI 50% -> 3 Sextan Gusi Sehat 70%

3. Remaja 18 Tahun -Lengkung/ Jumlah gigi lengkap(Minimal 28 gigi) 85%

> 3 Sextan Gusi Sehat 70% 4. Dewasa 35 – 44 tahun

- Penduduk dengan Minimal 20 gigi Berfungsi 90% - Penduduk tidak bergigi (ompong) 0,25%

Page 44: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

5. Dewasa > 65 Tahun - Penduduk dengan minimal 20 gigi Berfungsi 50% Penduduk tidak bergigi (ompong) 18%

2.8 Karies Gigi

2.8.1 Pengertian Karies Gigi

Karies berasal dari kata Yunani yang berarti lubang, menurut Lundeen dan

Roberson (1995) yang dikutip Sumawinata (1997), adalah penyakit menular pada gigi

yang disebabkan oleh mikroba yang mengakibatkan terlarutnya dan hancurnya

jaringan keras gigi.

Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu email, dentin dan

sementum, yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik, dalam suatu karbohidrat

yang dapat diragikan. Tandanya adalah adanya demineralisasi jaringan keras gigi

yang kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organiknya. Akibatnya terjadi invasi

bakteri dan kematian pulpa serta penyebaran infeksinya ke jaringan perapeks yang

dapat menyebabkan nyeri (Kidd & Bechal, 1992; Wilkins, 2005).

WHO mendefenisikan karies gigi sebagai “localized, post-eruptive, pathologic

process of external origin involving softening of hard tooth tissue and proceeding to

the formation of a caviti” (Wilkins, 2005).

2.8.2 Etiologi Karies gigi

Karies gigi memiliki etiologi yang multifaktor dimana terjadi interaksi dari tiga

faktor utama: Mikroorganisme (plak), Substrat (diet karbohidrat), Host (gigi dan

saliva) dan faktor ke empat : waktu (Reich. E, Lusi. A dan Newbrun. E, 1999).

Page 45: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

Karies gigi diklasifikasikan sebagai penyakit infeksi kronik, dimana menurut

teori epidemiologi modern merupakan hasil interaksi antara faktor Agen, Host dan

Lingkungan. Penelitian-penelitian telah menunjukkan dengan jelas bahwa karies

merupakan hasil interaksi dari : mikroorganisme spesifik, host yaitu gigi yang

resistensinya kurang dan lingkungan, khususnya lingkungan intra oral sebagai akibat

dari konsumsi karbohidrat (Carlos, 1981).

Beberapa jenis karbohidrat makanan misalnya sukrosa dan glukosa dapat

diragikan oleh bakteri tertentu dan membentuk asam sehingga PH plak akan menurun

sampai di bawah 5 dalam tempo 1-3 menit. Penurunan PH yang berulang-ulang

dalam waktu tertentu akan mengakibatkan demineralisasi permukaan gigi yang rentan

dan proses kariespun dimulai. Panduan keempat faktor penyebab tersebut kadang-

kadang digambarkan sebagai empat lingkaran yang saling tumpang tindih, seperti

terlihat pada gambar 2.1 (Kidd & Bechal, 1992).

Gambar 2.1 Empat Lingkaran Yang Menggambarkan Panduan Faktor Penyebab Karies.

MIKROORGANISME

SUBSTRAT HOST

(gigi dan saliva)

WAKTU

KARIES

Page 46: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

Sumber : Dasar-dasar Karies, Penyakit dan Penanggulangannya. Kidd & Bechal, 1992

Untuk dapat menjelaskan interaksi dari ke empat faktor tersebut dapat juga

digambarkan dalam tiga dimensi (gambar 2.2.).

Gambar 2.2 Tiga Faktor Utama Dan Satu Faktor Tambahan Penyebab Karies. Sumber : Peranan Pelayanan Kesehatan Gigi Anak Dalam Menunjang Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia Di Masa Mendatang. Suwelo, 1997

Tiga faktor utama digambarkan sebagai tiga selinder, dengan ketebalan

(tinggi) silinder menunjukkan faktor waktu artinya ketiga faktor utama berada di

dalam mulut pada waktu tertentu. Apabila selinder tersebut saling memotong, maka

terjadilah karies. Hasil perpotongan (interaksi) tiga selinder berbentuk ruangan.

Besarnya ruangan tergantung pada besar peranan masing-masing silinder yaitu

besarnya jari-jari silinder (tiga faktor utama karies) dan tinggi selinder (faktor waktu).

waktu KARIES

Substrat

Gigi & saliva

Mikroorganisme

Page 47: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

Makin besar ruangan tersebut makin besar kemungkinan karies terjadi

(Suwelo,1997).

2.8.2.1 Mikroorganisme

Berbagai jenis mikroorganisme terdapat di dalam rongga mulut yang

merupakan komunitas kompleks yang terjadi dari macam-macam spesies. Struktur

dari komunitas tersebut terdiri dari suatu massa yang berupa matriks yang lengket dan

kental yang mengandung glikoprotein serta sel-sel mikroorganisme dan menempel

pada permukaan gigi yang dikenal sebagai pelikel. Glikoprotein tersebut merupakan

bahan nutrisi bagi mikroorganisme, sehingga mikroorganisme akan tumbuh dan

berkembang biak membentuk koloni-koloni mikroorganisme ini kemudia dikenal

sebagai plak gigi (Burnett, GW, 1980).

Kolonisiasi bakteri pada permukaan gigi diketahui sebagai faktor etiologi

kunci dalam penyakit mulut, termasuk juga karies gigi (Axelsson, 1999). Menurut

Tarigan (1995), plak terbentuk dari campuran antara bahan-bahan air ludah seperti

mucin, sisa – sisa sel jaringan mulut, leukosit, limposit dengan sisa-sisa makanan

serta bakteri. Plak merupakan awal terjadinya karies gigi.

Plak gigi merupakan bahan yang melekat berisi bakteri beserta produk-

produknya, yang terbentuk pada semua permukaan gigi. Akumulasi bakteri ini tidak

terjadi secara kebetulan melainkan terbentuk melalui serangkaian tahapan. Jika email

yang bersih terpapar di rongga mulut maka akan ditutupi oleh lapisan organik yang

amorf yang disebut pelikel. Pelikel ini terutama terdiri atas glikoprotein yang

Page 48: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

diendapkan dari saliva dan terbentuk segera setelah penyikatan gigi. Sifatnya sangat

lengket dan dapat membantu melekatkan bakteri-bakteri tertentu pada permukaan gigi

dan yang paling banyak adalah streptokokus. Organisme tersebut tumbuh,

berkembang biak dan mengeluarkan gel ekstrasel yang lengket dan akan mengikat

berbagai bentuk bakteri yang lain (Kidd & Bechal, 1992)

2.8.2.2 Substrat

Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi bakteri mulut dan secara

langsung terlibat dalam penurunan PH. Karbohidrat menyediakan substrat untuk

membuat asam bagi mikroorganisme dengan sintesa polisakarida ekstra sel.

Dibutuhkan waktu tertentu bagi plak dan karbohidrat yang menempel gigi untuk

membentuk asam dan mampu mengakibatkan demineralisasi email. Tidak semua

karbohidrat sama derajat kariogeniknya. Karbohidrat yang kompleks misalnya pati

(polisakrida) relatif tidak berbahaya karena tidak dicerna secara sempurna di dalam

mulut, sedangkan karbohidrat dengan berat molekul yang rendah seperti gula akan

meresap ke dalam plak dan dimetabolisme dengan cepat oleh bakteri, sehingga

makanan dan minuman yang mengandung gula akan menurunkan PH plak dengan

cepat sampai level yang menyebabkan demineralisasi email. Plak akan tetap bersifat

asam selama beberapa waktu, untuk kembali ke PH normal sekitar 7, dibutuhkan

waktu 30-60 menit. Oleh karena itu, konsumsi gula yang sering dan berulang-ulang

akan tetap menahan PH plak di bawah normal dan menyebabkan demineralisasi email

(Kidd & Bechal, 1992).

Page 49: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

Karbohidrat yang mudah difermentasi

Bergabung ke dalam plak

Penurunan PH plak secara cepat

Terbentuk dengan segera

Frekuensi terpapar permukaan gigi oleh asam

Proses karies dimulai

Bercak putih permulaan lesi

Gambar 2.3 Tahapan yang Terjadi Dalam Plak Gigi Pada Permukaan gigi

Makanan Kariogenik

Plak Gigi

Pembentukan Asam

Demineralisasi

Karies Gigi

Page 50: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

Sumber : Clinical Practice Of The Dental Hygienist. Ninth Edition. Wilkins, 2005

2.8.2.3 Host (gigi dan saliva)

Struktur anatomi dari gigi terdiri dari lapisan email di bagian terluar gigi dan

lapisan dentin yang terdapat di bawah lapisan email. Struktur email sangat

menentukan dalam proses terjadinya karies, dimana permukaan email yang terluar

lebih rentan terhadap kemungkinan terjadinya karies, terutama bentuk permukaan

gigi yang sukar dibersihkan. Plak yang mengandung bakteri merupakan awal bagi

terbentuknya karies. Oleh karena itu kawasan gigi yang memudahkan perlekatan plak

sangat mungkin diserang karies (Kidd & Bechal, 1992).

Peran saliva juga sangat menentukan dalam kejadian karies gigi. Saliva

mampu meremineralisasi karies yang masih dini, karena banyak mengandung ion

kalsium dan fosfat. Kemampuan saliva dalam melakukan remineralisasi akan

meningkat jika ada ion fluor. Selain mempengaruhi komposisi mikroorganisme di

dalam plak, saliva juga mempengaruhi PH dalam mulut. Karena itu jika aliran saliva

berkurang akibatnya karies akan tidak terkendali (Kidd & Bechal, 1992).

Keberadaan fluor dalam konsentrasi yang optimum pada jaringan gigi dan

lingkungannya merangsang efek anti karies. Kadar fluor yang bergabung dengan

email selama pertumbuhan gigi bergantung kepada ketersediaan fluor tersebut di

Page 51: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

dalam air minum atau makanan lain yang mengandung fluor. Email yang mempunyai

kadar fluor lebih tinggi, tidak dengan sendirinya resisten terhadap serangan asam,

akan tetapi tersedianya fluor disekitar gigi selama proses pelarutan email akan

mempengaruhi proses remineralisasi dan demineralisasi, terutama proses

demineralisasi. Disamping itu, fluor mempengaruhi bakteri plak dalam bentuk asam

(Kidd & Bechal, 1992)

2.8.2.4 Waktu

Karies gigi adalah suatu penyakit yang kronis. Sebab lesi terjadi setelah

beberapa bulan/tahun. Adanya kemampuan saliva untuk mendepositkan kembali

mineral selama berlangsungnya proses karies, menandakan bahwa proses karies

tersebut terdiri dari atas periode perusakan dan perbaikan yang silih berganti. Oleh

karena itu, bila saliva ada di dalam lingkungan gigi, maka karies tidak

menghancurkan gigi dalam hitungan hari atau minggu, melainkan dalam bulan atau

tahun. Dengan demikian sebenarnya terdapat kesempatan yang baik untuk

menghentikan penyakt ini (Kidd & Bechal, 1992).

2.9 Pengukuran Status Karies Gigi

Status karies gigi atau angka karies seseorang dapat dilihat dari hasil

pengukuran dengan menggunakan ukuran atau indeks DMF-T (Decayed, Missing,

Filled Teeth) (Depkes RI, 1995).

Indeks DMF-T merupakan indikator penting yang telah ditentukan oleh WHO

dan digunakan untuk melihat keadaan gigi seseorang yang mengalami kerusakan

Page 52: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

(Decayed), hilang karena karies atau sisa akar yang akan dicabut (Missing) dan

tumpatan baik (Filled) yang disebabkan oleh penyakit karies dan merupakan

penjumlahan dari nilai D,M,F. Indeks ini digunakan untuk mengukur keadaan pada

gigi permanen/gigi tetap. Semakin kecil indeks DMF-T semakin baik, dengan rumus

∑DMFT-T = D + M + F

DMF-T rata-rata = ∑ DMF-T/N

D = Decayed (gigi berlubang)

M = Missing (gigi telah dicabut karena karies)

F = Filling (gigi dengan tumpatan baik)

T = Tooth (gigi tetap)

Dibawah ini tabel klasifikasi angka keparahan gigi menurut WHO :

Tabel 2.3 Klasifikasi Angka Keparahan Karies Gigi Menurut WHO

Tingkat Keparahan DMF – T Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

0,8-1,1 1,2-2,6 2,7- 4,4 4,5-6,5 6,6 keatas

Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (2001), prevalensi karies gigi pada

kelompok usia 12 tahun 44% dan indeks DMFT pada usia ini sebesar 1,1. Target

pencapaian gigi sehat Indonesia tahun 2010 pada individu usia 12 tahun untuk indeks

DMFT adalah sebesar 1 (Depkes RI, 2004).

2.10 Pencegahan Karies Gigi

Page 53: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

Penanggulangan karies masih merupakan problema tersendiri di negara-

negara berkembang, termasuk Indonesia. Oleh karena itu upaya pencegahan perlu

memperoleh perhatian yang lebih besar, karena pencegahan merupakan pemecahan

masalah yang paling ekonomis dan dapat menjangkau masyarakat luas (Sundoro,

1998).

Karies merupakan penyakit yang dapat dicegah. Dasar-dasar pencegahan

karies adalah modifikasi satu atau lebih dari tiga faktor utama penyebab karies yaitu :

plak, substrat karbohidrat yang sesuai dan kerentanan gigi. Secara teori ada tiga cara

dalam mencegah karies yaitu, pertama menghilangkan substrat karbohidrat dengan

mengurangi frekuensi konsumsi gula dan membatasinya pada saat makan saja, kedua

dengan meningkatkan ketahanan gigi dengan memaparkannya dengan fluor secara

tepat, dan ketiga dengan menghilangkan plak bakteri (Kidd & Bechal, 1992).

Resiko kerusakan gigi yang berkaitan dengan karbohidrat akan sangat

berkurang, bila permukaan gigi secara teratur dibersihkan dari plak dan bakteri.

Makin sering makan karbohidrat yang mudah difermentasikan/dipecah maka makin

cepat terjadi proses demineralisasi dari jaringan keras gigi. Frekuensi konsumsi

makanan yang mengandung gula harus sangat dikurangi dengan menghindari

makanan kecil diantara jam makan (Tarigan, 1995).

Pencegahan yang paling mudah dan relatif murah adalah dengan melakukan

sikat gigi secara berkesinambungan dan benar, dengan menggunakan pasta gigi yang

Page 54: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

mengandung fluor. Upaya ini dapat memutuskan tali ikatan perkembangan bakteri

penyebab karies.

Menyikat gigi dengan menggunakan pasta gigi mengandung fluor dapat

memperkuat gigi (Sutadi, 2000). Hasil uji coba klinik dari pasta gigi yang

mengandung fluor memperlihatkan adanya penurunan insidensi karies yang

bervariasi antara 17% pada penduduk yang tinggal di daerah mengandung kadar fluor

optimum sampai 34% pada penduduk dari daerah yang kandungan fluornya nol. Oleh

karena itu penggunaan pasta gigi yang mengandung fluor harus dianjurkan pada

semua orang (Kidd & Bechal, 1992). Pencegahan lain yang dapat dilakukan adalah

dengan diet karbohidrat, terutama jenis sukrosa yang merupakan faktor utama

penyebab kerusakan gigi. Bakteri karies terutama streptokokus mutans dengan

fermentasinya akan mengubah sukrosa menjadi asam yang dapat melarutkan email

gigi dan merupakan awal terjadinya lesi karies. Oleh karena itu diet karbohidrat

terutama makanan manis dan lengket merupakan pilihan untuk mencegah terjadinya

karies gigi (Sutadi, 2000).

2.11 Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS)

Tujuan pembangunan nasional adalah untuk meningkatkan kualitas Sumber

Daya Manusia. Undang-Undang Kesehatan Nomor 23 tahun 1992 menyebutkan

penyelenggaraan kesehatan sekolah dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan

hidup sehat bagi peserta didik untuk memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan

harmonis dan optimal menjadi sumber daya manusia yang lebih berkualitas. Dalam

Page 55: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

rangka meningkatkan kualitas kesehatan gigi anak sekolah telah dilaksanakan

kegiatan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS)(Depkes RI, 1997).

2.11.1 Pengertian UKGS

Usaha Kesehatan Gigi Sekolah adalah bagian integara Usaha Kesehatan

Sekolah (UKS) yang melaksanakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut secara

terencana pada siswa terutama siswa Sekolah Tingkat Dasar dalam satu kurun waktu

tertentu, diselenggarakan secara berkesinambungan melalui paket UKS sebagai

berikut (Depkes RI, 1997)

1. Paket Minimal UKS yaitu UKGS Tahap I yang meliputi :

a. Pendidikan/penyuluhan kesehatan gigi mulut.

b. Pencegahan penyakit gigi mulut.

2. Paket Standar UKS yaitu UKGS Tahap II yang meliputi :

a. Pelatihan guru dan tenaga kesehatan dalam bidang kesehatan gigi dan mulut.

b. Pendidikan/penyuluhan kesehatan gigi dan mulut

c. Pencegahan penyakit gigi mulut.

d. Penjaringan kesehatan gigi dan mulut siswa kelas I

e. Pengobatan darurat untuk menghilangkan rasa sakit.

f. Pelayanan medik gigi dasar atas permintaan pada kelas I s/d kelas VI

Page 56: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

g. Rujukan bagi yang memerlukan

3. Paket Optimal UKS yaitu UKGS Tahap III yang meliputi :

a. Pelatihan guru dan tenaga kesehatan dalam bidang kesehatan gigi dan mulut

b. Pendidikan/penyuluhan kesehatan gigi dan mulut

c. Pencegahan penyakit gigi mulut.

d. Penjaringan kesehatan gigi dan mulut siswa kelas I

e. Pengobatan darurat untuk menghilangkan rasa sakit.

f. Pelayanan medik gigi dasar atas permintaan pada kelas I sampai dengan

kelas VI

g. Pelayanan medik gigi dasar sesuai kebutuhan pada kelas terpilih.

2.11.2 Tujuan UKGS

Tujuan umum dari pelaksanaan UKGS adalah tercapainya derajat kesehatan

gigi dan mulut siswa yang optimal. Adapun tujuan khususnya antara lain adalah

memiliki sikap atau kebiasaan pelihara diri terhadap kesehatan gigi dan mulut

(Depkes RI, 1997).

2. 12 Landasan Teori

Berdasarkan uraian teori tentang terjadinya karies dan faktor-faktor yang

berhubungan dengan karies menyebutkan bahwa karies gigi memiliki etiologi

multifaktor dimana terjadi interaksi dari tiga faktor utama : Host (gigi dan saliva),

mikroorganisme (plak) dan substrat (diet), dan faktor ke empat: waktu (Kidd &

Bechal, 1992; Reich. E, Lusi. A & Newbrun. E. 1999). Menurut Suwelo (1997),

Page 57: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

selain faktor-faktor yang ada di dalam mulut yang langsung berhubungan dengan

karies, terdapat faktor-faktor yang tidak langsung yang disebut faktor risiko luar yang

merupakan faktor predisposisi dan faktor penghambat terjadi karies. Faktor luar

tersebut antara lain adalah usia, jenis kelamin, tingkat pendidik, tingkat ekonomi,

lingkungan, sikap dan perilaku yang berhubungan dengan kesehatan gigi, maka dapat

digambarkan landasan teori sebagai berikut :

Faktor Predisposisi Faktor Utama

Gambar 2.4 Landasan Teori Faktor – faktor yang berhubungan dengan Status Karies Gigi. Sumber: Kidd & Bechal, 1992; Suwelo, 1997; Reich.E, Lusi.A & Newbrun. E, 1999.

2.13 Kerangka Konsep

HOST (gigi & Saliva)

PERILAKU

KARIES Usia Jenis Kelamin Tingkat Pendidikan Tingkat Ekonomi Lingkungan Pengetahuan Sikap

SUBSTRAT

MIKRO ORGANISME

WAKTU

Status Karies Gigi

Karakteristik Anak SD - Pendidikan Orang Tua - Pekerjaan Orang Tua Perilaku - Pengetahuan - Sikap - Tindakan Sumber Informasi - Petugas Kesehatan

Page 58: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

Gambar 2.5 Kerangka Konsep

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian survei dengan menggunakan desain

potong lintang (cross-sectional) untuk menganalisis hubungan perilaku murid SD

kelas V dan VI pada kesehatan gigi dan mulut terhadap status karies gigi (DMFT) di

wilayah kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang 2009.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitan

Penelitian dilaksanakan di SD Kecamatan Delitua, dengan pertimbangan

merupakan salah satu kecamatan yang masih ditemui kasus gangguan gigi dan mulut

yaitu sebesar 28,9% dari 415 murid SD yang diperiksa. Penelitian ini terhitung dari

bulan November 2008 sampai Agustus 2009.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Page 59: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

Populasi penelitian ini adalah seluruh murid SD kelas V dan VI di kecamatan

Delitua Kabupaten Deli Serdang yang berjumlah sebanyak 2.238 murid dari 14

sekolah. Pemilihan murid SD kelas V dan VI sebagai populasi penelitian karena

pertimbangan bahwa rata-rata usia murid SD kelas V dan VI adalah 11-12 tahun,

dimana pada usia tersebut semua gigi permanen, kecuali molar tiga, sudah tumbuh

sempurna dan pada usia tersebut anak mudah untuk diajak komunikasi.

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari murid SD Kelas V dan VI di

kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang, yang besar sampel diambil dengan

menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Taro Yamane yang dikutip oleh

Notoatmodjo (2003), sebagai berikut:

N n = 1 + N (d)2

Keterangan : n = besarnya sampel N = jumlah populasi d = presisi sebesar 99% (d=0,1)

2.238 n =

1 + 2.238 (0.1)2

n=95,72= 96 Murid SD

Untuk mengambil 96 Murid SD dilakukan secara proporsional sampling

terhadap Murid SD yang tersebar di 14 SD di Kecamatan Delitua Kabupaten Deli

Serdang dengan menggunakan tehnik sample fraction (SF) (Nazir, 2003), yaitu:

SF= n/Nx100%= 96/2.238 x 100 = 4,25%

Page 60: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

Untuk mengambil 96 murid SD tersebut dilakukan secara simple random

sampling yaitu mengambil sampel secara acak dengan metode undian. Maka besarnya

sampel tiap SD pada Murid SD Kelas V dan VI seperti pada Tabel 3.1

Tabel 3.1. Perhitungan Besar Sampel Penelitian

No Nama Sekolah Kelas V Kelas VI Jumlah Murid SD

Jumlah Sampel

1 SD NEG NO. 101797 57 55 112 5 2 SD NEG NO. 101798 79 90 169 8 3 SD NEG NO. 101799 59 46 105 4 4 SD NEG NO. 101800 66 65 131 6 5 SD NEG NO. 101801 118 96 214 9 6 SD NEG NO. 104213 77 63 140 6 7 SD NEG NO. 104214 99 118 217 9 8 SD NEG NO. 105300 99 111 210 9 9 SD NEG NO. 108075 37 33 70 3

10 SD SWASTA R.K 47 45 92 4 11 SD SWASTA MASEHI 28 32 60 3 12 SD SWASTA Y.P.I 96 109 205 9 13 SD SWASTA SINGOSARI 133 135 268 11 14 SD SWASTA YASPENDAR 120 125 245 10 Total 2238 96

3.4 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data primer baik untuk variabel independen

maupun variabel dependen. Pengumpulan data untuk variabel independen yang terdiri

dari tingkat pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, perilaku, dan sumber

Page 61: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

informasi. Data dikumpulkan melalui wawancara menggunakan lembar kuesioner,

untuk data perilaku kesehatan gigi juga dikumpulkan melalui wawancara

menggunakan lembar kuesioner. Variabel dependen berupa status karies gigi (DMFT)

dikumpulkan dengan melakukan pemeriksaan gigi, menggunakan alat-alat

pemeriksaan gigi dan dicatat dalam lembar pemeriksaan status karies gigi (DMFT).

Pada penelitian ini pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dibantu

staf/perawat gigi puskesmas. Sebelum pengumpulan data, dilakukan pelatihan untuk

mendapatkan persamaan persepsi dari para pengumpul data, berupa pelatihan

pengisian formulir pemeriksaan status karies gigi serta kuesioner yang akan

digunakan untuk pengumpulan data.

Kuesioner yang telah disiapkan terlebih dahulu dilakukan uji coba terhadap 10

orang murid SD kelas V dan VI di Kecamatan Delitua untuk mengetahui validitas dan

reliabilitas alat ukur.

3.4.1 Uji Validitas

Validitas menunjukkan sejauh mana skor atau nilai ataupun ukuran yang

diperoleh benar-benar menyatakan hasil pengukuran atau pengamatan yang ingin

diukur. Uji validitas dilakukan dengan mengukur korelasi antara variabel atau item

dengan skor total variabel. Cara mengukur validitas data yaitu dengan mencari

korelasi antara masing-masing pertanyaan dengan skor total pada corrected

correlation item total pada hasil reability dengan ketentuan:

1. Jika nilai r hitung > r tabel (0,05), maka dinyatakan valid.

Page 62: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

2. Jika nilai r hitung < r tabel (0,05), maka dinyatakan tidak valid.

Nilai r-Tabel untuk responden 10 orang murid SD adalah 0,05. Hasil uji

validitas dapat dilihat pada tabel 3.2.

3.4.2 Uji Reliabilitas

Uji Reliabilitas bertujuan untuk melihat bahwa sesuatu instrumen cukup dapat

dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut

sudah baik. Teknik yang dipakai untuk menguji kuesioner penelitian, adalah tehnik

Alpha Cronbach yaitu dengan menguji coba instrumen kepada kelompok responden

pada satu pengukuran (Syahyunan,2004). Taraf kepercayaan pengujian adalah 95%,

maka nilai r-Tabel untuk sampel pengujian 10 orang adalah sebesar 0,05, maka

ketentuan dikatakan valid, dan reliabel jika:

1. Nilai r hitung variabel ≥ 0, 05 dikatakan valid dan relialibel.

2. Nilai r hitung variabel < 0, 05 dikatakan tidak valid dan relialibel.

Hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur

No Item Pertanyaan Nilai Corrected Item Total Keterangan

01 Item Informasi Informasi 1 Informasi 2 Nilai Alpha Croncbach

1,000 1,000 1,000

Valid Valid

Reliabel 02 Item Pengetahuan

Pengetahuan 1 Pengetahuan 2 Pengetahuan 3 Pengetahuan 4

0,1804 0,1804 0,4854 0,5453

Valid Valid Valid Valid

Page 63: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

Pengetahuan 5 Pengetahuan 6 Pengetahuan 7 Pengetahuan 8 Pengetahuan 9 Pengetahuan 10 Nilai Alpha Croncbach

0,2691 0,6652 0,8920 0,0799 0,6159 0,8226 0,7954

Valid Valid Valid Valid Valid Valid

Reliabel 03 Item Sikap

Sikap 1 Sikap 2 Sikap 3 Sikap 4 Sikap 5 Sikap 6 Sikap 7 Sikap 8 Sikap 9 Sikap 10 Nilai Alpha Croncbach

0,4676 0,5906 0,0737 0,2825 0,7500 0,7500 0,4065 0,4758 0,6926 0,3171 0,7995

Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid

Reliabel 04 Item Tindakan

Tindakan 1 Tindakan 2 Tindakan 3 Tindakan 4 Tindakan 5 Tindakan 6 Tindakan 7 Tindakan 8 Tindakan 9 Tindakan 10 Nilai Alpha Croncbach

0,1547 0,1547 0,4551 0,7786 0,5573 0,3433 0,6634 0,2117 0,6080 0,2138 0,7626

Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid

Reliabel

Bedasarkan tabel 3.2. diketahui bahwa pada sampel 10 responden dengan

nilai r-hitung > 0,05, maka secara keseluruhan pertanyaan dalam kuesioner tersebut

layak untuk dijadikan sebagai instrumen penelitian ini.

3.5 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional

Page 64: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

3.5.1 Variabel Dependen

Status Karies Gigi (DTMFT) adalah Indeks yang dipakai untuk mengukur gigi

tetap yang mengalami karies atau tumpatan yang tidak baik (D=Decayed), gigi yang

dicabut karena karies (M=Missing) dan gigi dengan tumpatan baik (F=Filling), dan

Indeks DMFT = D+M+F pada gigi tetap (T) yang didasarkan pada pemeriksaan gigi

oleh perawat gigi atau dokter gigi puskesmas.

3.5.2 Variabel Independen

1. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh Murid SD tentang

perawatan gigi dan gangguan gigi dan mulut

2. Sikap adalah respon atau tanggapan Murid SD terhadap perawatan gigi dan

gangguan gigi dan mulut.

3. Tindakan adalah bentuk nyata dari kegiatan yang dilakukan oleh Murid SD untuk

merawat giginya dan mencegah terjadi gangguan gigi dan mulut.

4. Karakteristik Murid SD, yaitu segala sesuatu cirri-ciri sosiodemografi yang

terdapat pada murid SD dan keluarganya.

5. Pendidikan orang tua adalah jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh

oleh orang tua murid SD yang dinyatakan dengan ijazah yang sah.

6. Pekerjaan orang tua adalah jenis kegiatan rutin yang dilakukan oleh orang tua

Murid SD yang menghasilkan pendapatan keluarga.

Page 65: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

7. Sumber informasi adalah pesan atau informasi yang diperoleh oleh Murid SD

tentang perawatan gigi dan pencegahan gangguan gigi dan mulut, yaitu :

a. Petugas kesehatan adalah : petugas yang bertanggung jawab terhadap

pelaksanaan usaha kesehatan sekolah khususnya dalam pencegahan penyakit

gigi dan mulut pada murid SD.

b. Orangtua adalah : bapak atau ibu dari murid SD kelas V dan VI.

3.6 Metode Pengukuran

3.6.1 Pengukuran Variabel Dependen

Pengukuran variabel status karies gigi didasarkan pada skala ordinal

berdasarkan hasil pemeriksaan dokter gigi atau perawat gigi dengan menggunakan

alat kaca mulut, sonde, pinset dan dicatat pada formulir pemeriksaan, kemudian

variabel status karies gigi dikategorikan menjadi:

Rendah Sedang Tinggi

< 2,7

2,7 – 4,4 > 4,4

3.6.2 Pengukuran Variabel Independen

Pengetahuan

Page 66: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

Pengukuran variabel pengetahuan didasarkan pada skala ordinal dari 10

pertanyaan dengan alternatif jawaban “a”b” dan “c”. masing-masing jawaban diberi

skor, yaitu untuk jawaban “a” dikatakan baik, dan diberi skor 2, jawaban “b”

dikatakan sedang, dan diberi skor 1, dan “c” dikatakan kurang diberi skor 0, maka

skor tertinggi adalah 2x10=20, kemudian diakumulasikan menjadi 2 kategori yaitu:

1. Baik, jika Murid SD menjawab benar ≥ median ( )2

1+N

2. Kurang, jika Murid SD menjawab benar < median ( )2

1+N

Sikap

Pengukuran variabel sikap didasarkan pada skala ordinal dari 10 pertanyaan

dengan alternatif jawaban “Setuju” diberi skor 2, “Kurang Setuju” diberi skor 1, dan

“Tidak Setuju” diberi skor 0, maka total skor adalah 2x10=20, kemudian

diakumulasikan menjadi 2 katagori yaitu :

1. Baik, jika Murid SD memperoleh nilai ≥ median ( )2

1+N

2. Kurang, jika Murid SD memperoleh nilai < median ( )2

1+N

Tindakan

Pengukuran variabel tindakan didasarkan pada skala ordinal dari 10

pertanyaan dengan alternatif jawaban “a, b dan “c”. Masing-masing jawaban diberi

Page 67: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

skor, yaitu untuk jawaban “a” dikatakan baik dan diberi skor 2, jawaban “b”

dikatakan sedang diberi skor 1, dan “c” dikatakan kurang diberi skor 0, maka skor

tertinggi adalah 2x10=20, kemudian diakumulasikan menjadi 2 kategori yaitu:

1. Baik, jika Murid SD menjawab benar ≥ median ( )2

1+N

2. Kurang, jika Murid SD menjawab benar < median ( )2

1+N

Keterangan :

Jika sesudah analisis data yang telah dikategorisasi ditemukan hasil dengan data

berdistribusi normal maka akan digunakan nilai mean pada metode pengukuran.

Pendidikan

Pengukuran variabel pendidikan orang tua didasarkan pada skala ordinal,

dengan 3 kategori yaitu:

1. Pendidikan Dasar, jika orang tua murid SD berpendidikan Sekolah Dasar dan

SLTP;

2. Pendidikan Menengah, jika orang tua murid SD berpendidikan SLTA

3. Pendidikan Lanjutan, jika orang tua murid SD berpendidikan Diploma/S1

Pekerjaan

Pengukuran variabel pekerjaan orang tua didasarkan pada skala nominal,

dengan kategori :

Page 68: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

1. Bekerja, jika orang tua murid SD mempunyai pekerjaan tetap seperti

petani/buruh/PNS/Pegawai Swasta atau wiraswasta

2. Tidak Bekerja, jika orang tua murid SD tidak mempunyai pekerjaan tetap atau

sebagai ibu rumah tangga.

Sumber Informasi

Pengukuran sumber informasi didasarkan pada skala nominal, dan

dikategorikan menjadi:

1. Petugas Kesehatan

2. Orang Tua

3.7 Metode Analisa Data

Metode analisis data dalam penelitian ini dilakukan sebagai berikut :

1. Untuk melihat gambaran data perilaku Murid SD, karakteristik murid SD, sumber

informasi dan status karies gigi secara tunggal disajikan dalam bentuk tabulasi

dan dideskripsikan.

2. Untuk melihat hubungan perilaku Murid SD dengan status karies gigi secara

bivariat dilakukan dengan uji Chi Square pada taraf kepercayaan 95% (α=0,05).

3. Untuk melihat hubungan beberapa variabel independen terhadap variabel

dependen dilakukan Uji Multivariat dengan uji regresi logistic ganda.

Page 69: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

BAB 4 HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kecamatan Delitua terletak pada 257 dan 3160 LU. Luas kecamatan yaitu 9,36

km2 dengan jumlah 3 desa, 3 kelurahan, dan 45 dusun. Jumah sekolah dasar di

Kecamatan Delitua sebanyak 14 SD yang terdiri dari 9 SD negeri dan 4 SD swasta.

Kecamatan Delitua berbatasan dengan :

- Sebelah Utara : Kecamatan Medan Johor

Page 70: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

- Sebelah Selatan : Kecamatan Biru-Biru

- Sebelah Barat : Kecamatan Namorambe

- Sebelah Timur : Kecamatan Patumbak

Tabel 4.1. Nama – Nama Sekolah Dasar di Kecamatan Delitua

No.

Sekolah

Jenis Kelamin Kelas V dan VI

Frekuensi Persentase

(%) Laki-Laki Perempuan 1 SDN 101797 63 49 112 5,21 2 SDN 101798 92 77 169 7,86 3 SDN 101799 61 44 105 4,88 4 SDN 101800 59 72 131 6,09 5 SDN 101801 124 90 214 9,96 6 SDN 104213 73 67 140 6,51 7 SDN 104214 113 104 217 10,10 8 SDN 105300 96 114 210 9,77 9 SDN 108075 34 36 70 3,25 10 SD Swasta R.K 49 43 92 4,28 11 SD Swasta Masehi 44 26 70 3,25 12 SD Swasta Y.P.I 111 94 205 9,54 13 SD Swasta Singosari 133 135 268 12,47 14 SD Swasta Yaspendar 112 33 145 6,75

Total 2148 100

4.2. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk menggambarkan/mendeskripsikan

karakteristik masing-masing variabel yang diteliti yaitu variabel dependen dan

variabel independen. Gambaran karakteristik masing-masing variabel adalah sebagai

berikut :

4.2.1. Status Karies Gigi

Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Status Karies Gigi Pada Murid SD Kelas V dan VI di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deliserdang 2009.

Page 71: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

Status Karies Gigi Jumlah Persentase (%) 1.Rendah 2.Sedang

71 25

74,0 26,0

Total 96 100,0

Berdasarkan pengelompokan status karies gigi, didapat gambaran responden

yang mempunyai status karies gigi rendah sebanyak 71 orang (74,0%) dan status

karies gigi sedang sebanyak 25 orang (26%).

4.3. Pengetahuan Kesehatan Gigi

Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Gigi Sehat

Pertanyaan 1 Jumlah Persentase (%) 1. Tdk Berlubang, Tdk Sakit, Bersih, Segar 2. Gigi yang tidak sakit

91 5

94,8 5,2

Total 96 100,0

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang berpendapat

dikatakan gigi sehat adalah tidak berlubang, tidak sakit, bersih, dan segar sebanyak 91

orang (94,8%), dan responden yang mengatakan gigi yang tidak sakit sebanyak 5

orang (5,2%).

Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Kegunaan Gigi

Pertanyaan 2 Jumlah Persentase (%) 1.Mengunyah makanan 2.Untuk Berbicara dan kecantikan 3.Tidak Tahu

90 4 2

93,8 4,2 2,1

Page 72: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

Total 96 100,0

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang berpendapat

kegunaan gigi adalah untuk mengunyah makanan sebanyak 90 orang (93,8%),

responden yang mengatakan untuk berbicara dan kecantikan sebanyak 4 orang

(4,2%), dan responden yang tidak tahu sebanyak 2 orang (2,1%).

Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Gigi Berlubang

Pertanyaan 3 Jumlah Persentase (%) 1.Gigi Sakit dan Bengkak 2.Gigi Tidak Bersih 3.Tidak Tahu

52 36 8

54,2 37,5 8,3

Total 96 100,0

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang berpendapat gigi

berlubang adalah gigi sakit dan bengkak sebanyak 52 orang (54,2%), responden yang

mengatakan gigi yang tidak bersih sebanyak 36 orang (37,5%), dan responden yang

tidak tahu sebanyak 8 orang (8,3%).

Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Penyebab Gigi Berlubang

Pertanyaan 4 Jumlah Persentase (%) 1.Makanan manis dan melekat 2.Makanan yang panas, malas sikat gigi

87 6

90,6 6,3

Page 73: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

3.Tidak Tahu 3 3,1 Total 96 100,0

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang berpendapat

penyebab gigi berlubang adalah makan makanan yang manis sebanyak 87 orang

(90,6%), responden yang mengatakan makan makanan yang panas sebanyak 6 orang

(6,3%), dan responden yang tidak tahu sebanyak 3 orang (3,1%).

Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Gigi Berlubang Dapat Dicegah

Pertanyaan 5 Jumlah Persentase (%) 1.Ya 2.Tidak 3.Tidak Tahu

86 8 2

89,6 8,3 2,1

Total 96 100,0

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang berpendapat gigi

berlubang dapat dicegah sebanyak 86 orang (89,6%), responden yang mengatakan

gigi berlubang tidak dapat dicegah sebanyak 8 orang (8,3%), dan responden yang

tidak tahu sebanyak 2 orang (2,1%).

Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Cara Mencegah Gigi Berlubang

Pertanyaan 6 Jumlah Persentase (%) 1. Menyikat gigi teratur dan benar 2. Mengurangi makanan manis dan lengket 3. Tidak Tahu

75 19 2

78,1 19,8 2,1

Total 96 100,0

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang berpendapat cara

mencegah gigi berlubang dengan menyikat gigi teratur dan benar sebanyak 75 orang

Page 74: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

(78,1%), responden yang mengatakan mengurangi makanan manis dan lengket

sebanyak 19 orang (19,8%), dan responden yang tidak tahu sebanyak 2 orang (2,1%).

Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Waktu Terbaik Menyikat Gigi

Pertanyaan 7 Jumlah Persentase (%) 1. Sesudah makan pagi dan sebelum tdr mlm 2. Sewaktu mandi 3. Tidak Tahu

80 15 1

83,3 15,6 1,0

Total 96 100,0 Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang berpendapat waktu

terbaik menyikat gigi adalah sesudah makan dan sebelum tidur sebanyak 80 orang

(83,3%), responden yang mengatakan sewaktu mandi sebanyak 15 orang (15,6%),

dan responden yang tidak tahu sebanyak 1 orang (1,0%).

Page 75: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

Tabel 4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Menyikat Gigi Baik dan Benar

Jumlah Persentase (%) 1. Semua permukaan gigi harus disikat 2. Gerakannya harus keras dan cepat 3. Tidak Tahu

91 2 3

94,8 2,1 3,1

Total 96 100,0 Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang berpendapat cara

menyikat gigi yang baik dan benar adalah semua permukaan gigi harus disikat

sebanyak 91 orang (94,8%), responden yang mengatakan gerakannya harus keras dan

cepat sebanyak 2 orang (2,1%), dan responden yang tidak tahu sebanyak 3 orang

(3,1%).

Tabel 4.11. Distribusi Responden Berdasarkan Bahan Pasta Gigi

Pertanyaan 9 Jumlah Persentase (%) 1.Fluor 2.Vitamin Lain 3.Tidak Tahu

60 16 20

62,5 16,7 20,8

Total 96 100,0 Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang berpendapat bahan

pasta gigi adalah fluor sebanyak 60 orang (62,5%), responden yang mengatakan

vitamin lain sebanyak 16 orang (16,7%), dan responden yang tidak tahu sebanyak 20

orang (20,8%).

Page 76: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

Tabel 4.12. Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Pada Gigi Berlubang

Pertanyaan 10 Jumlah Persentase (%) 1. Dirawat dan ditambal 2. Dicabut 3. Tidak Tahu

37 55 4

38,5 57,3 4,2

Total 96 100,0 Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang berpendapat

tindakan pada gigi berlubang adalah dirawat dan ditambal sebanyak 37 orang

(38,5%), responden yang mengatakan dicabut sebanyak 55 orang (57,3%), dan

responden yang tidak tahu sebanyak 4 orang (4,2%).

Tabel 4.13. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Pada Murid SD

Kelas V dan VI di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deliserdang 2009.

Pengetahuan Jumlah Persentase (%)

1. Baik 2. Kurang

51 45

53,1 46,9

Total 96 100,0

Berdasarkan pengelompokan pengetahuan tentang kesehatan gigi, didapat

gambaran responden yang mempunyai pengetahuan baik sebanyak 51 orang (53,1%),

sedangkan pengetahuan kurang sebanyak 45 orang (46,9%).

Page 77: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

4.4. Sikap Kesehatan Gigi

Tabel 4.14. Distribusi Responden Berdasarkan Sikat Gigi Dilakukan Setiap Selesai Makan

Pertanyaan 1 Jumlah Persentase (%)

1.Sangat Setuju 2.Kurang Setuju 3.Tidak Setuju

70 23 3

72,9 24,0 3,1

Total 96 100,0

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang berpendapat sangat

setuju menyikat gigi dilakukan selesai makan sebanyak 70 orang (72,9%), responden

yang kurang setuju sebanyak 23 orang (24,0%), dan responden yang tidak setuju

sebanyak 3 orang (3,1%).

Tabel 4.15. Distribusi Responden Berdasarkan Sikat Gigi Dilakukan Sebelum

Tidur Malam

Pertanyaan 2 Jumlah Persentase (%) 1. Sangat Setuju 2. Kurang Setuju 3. Tidak Setuju

68 20 8

70,8 20,8 8,3

Total 96 100,0

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang berpendapat sangat

setuju menyikat gigi dilakukan sebelum tidur malam sebanyak 68 orang (70,8%),

responden yang kurang setuju sebanyak 20 orang (20,8%), dan responden yang tidak

setuju sebanyak 8 orang (8,3%).

Page 78: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

Tabel 4.16. Distribusi Responden Berdasarkan Sikat Gigi Dilakukan Sesudah Makan Makanan Yang Manis

Pertanyaan 3 Jumlah Persentase (%)

1.Sangat Setuju 2.Kurang Setuju 3.Tidak Setuju

45 33 18

46,9 34,4 18,8

Total 96 100,0

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang berpendapat sangat

setuju menyikat gigi dilakukan sesudah makan makanan yang manis sebanyak 45

orang (46,9%), responden yang kurang setuju sebanyak 33 orang (34,4%), dan

responden yang tidak setuju sebanyak 18 orang (18,8%).

Tabel 4.17. Distribusi Responden Berdasarkan Pemeriksaan Gigi Secara Rutin

Pertanyaan 4 Jumlah Persentase (%) 1. Sangat Setuju 2. Kurang Setuju 3. Tidak Setuju

56 28 12

58,3 29,2 12,5

Total 96 100,0

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang berpendapat sangat

setuju memeriksa gigi secara rutin sebanyak 56 orang (58,3%), responden yang

kurang setuju sebanyak 28 orang (29,2%), dan responden yang tidak setuju sebanyak

12 orang (12,5%).

Page 79: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

Tabel 4.18. Distribusi Responden Berdasarkan Gigi Berlubang Karena Malas Menyikat Gigi

Pertanyaan 5 Jumlah Persentase (%)

1. Sangat Setuju 2. Kurang Setuju 3. Tidak Setuju

72 13 11

75,0 13,5 11,5

Total 96 100,0

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang berpendapat sangat

setuju penyebab gigi berlubang karena malas menyikat gigi sebanyak 72 orang

(75,0%), responden yang kurang setuju sebanyak 13 orang (13,5%), dan responden

yang tidak setuju sebanyak 11 orang (11,5%).

Tabel 4.19. Distribusi Responden Berdasarkan Mencegah Gigi Berlubang

Dengan Menyikat Gigi Teratur Dan Benar

Pertanyaan 6 Jumlah Persentase (%) 1. Sangat Setuju 2. Kurang Setuju

87 9

90,6 9,4

Total 96 100,0

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang berpendapat sangat

setuju mencegah gigi berlubang dengan menyikat gigi teratur dan benar sebanyak 87

orang (90,6%), dan responden yang kurang setuju sebanyak 9 orang (9,4%).

Page 80: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

Tabel 4.20. Distribusi Responden Berdasarkan Menyikat Gigi Yang Baik Dan Benar Semua Permukaan Gigi Harus Disikat

Pertanyaan 7 Jumlah Persentase (%)

1. Sangat Setuju 2. Kurang Setuju

86 10

89,6 10,4

Total 96 100,0

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang berpendapat sangat

setuju menyikat gigi yang baik dan benar semua permukaan gigi harus disikat

sebanyak 86 orang (89,6%), dan responden yang kurang setuju sebanyak 10 orang

(10,4%).

Tabel 4.21. Distribusi Responden Berdasarkan Gigi Sakit dan Berlubang Harus

Ditambal

Pertanyaan 8 Jumlah Persentase (%) 1. Sangat Setuju 2. Kurang Setuju 3. Tidak Setuju

48 36 12

50,0 37,5 12,5

Total 96 100,0

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang berpendapat sangat

setuju gigi sakit dan berlubang harus ditambal sebanyak 48 orang (50,0%), responden

yang kurang setuju sebanyak 36 orang (37,5%), dan responden yang tidak setuju

sebanyak 12 orang (12,5%).

Page 81: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

Tabel 4.22. Distribusi Responden Berdasarkan Gigi Sehat Lebih Baik Dipertahankan Daripada Dicabut

Pertanyaan 9 Jumlah Persentase (%)

1. Sangat Setuju 2. Kurang Setuju 3. Tidak Setuju

76 14 6

79,2 14,6 6,3

Total 96 100,0

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang berpendapat sangat

setuju gigi sehat lebih baik dipertahankan sebanyak 76 orang (79,2%), responden

yang kurang setuju sebanyak 14 orang (14,6%), dan responden yang tidak setuju

sebanyak 6 orang (6,3%).

Tabel 4.23. Distribusi Responden Berdasarkan Berobat Gigi Lebih Baik Ke

Dokter Gigi/Puskesmas Daripada Ke Dukun

Pertanyaan 10 Jumlah Persentase (%) 1. Sangat Setuju 2. Kurang Setuju 3. Tidak Setuju

78 12 6

81,3 12,5 6,3

Total 96 100,0 Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang berpendapat sangat

setuju berobat gigi lebih baik ke dokter gigi/puskesmas dari pada ke dukun sebanyak

78 orang (81,3%), responden yang kurang setuju sebanyak 12 orang (12,5%), dan

responden yang tidak setuju sebanyak 6 orang (6,3%).

Page 82: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

Tabel 4.24. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Pada Murid SD Kelas V dan VI di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deliserdang 2008.

Sikap Jumlah Persentase (%)

1. Baik 2. Kurang

49 47

51,0 49,0

Total 96 100,0

Berdasarkan pengelompokan sikap tentang kesehatan gigi, didapat gambaran

responden yang mempunyai sikap baik sebanyak 49 orang (51,0%), sedangkan sikap

kurang sebanyak 47 orang (49,0%).

4.5. Tindakan Kesehatan Gigi

Tabel 4.25. Distribusi Responden Berdasarkan Menyikat Gigi Sebelum Tidur

Pertanyaan 1 Jumlah Persentase (%) 1. Ya, setiap hari 2. Ya, sekali-kali apabila tidak lupa 3. Tidak pernah karena tidak kotor

73 19 4

76,0 19,8 4,2

Total 96 100,0 Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang setiap hari menyikat

gigi sebelum tidur sebanyak 73 orang (76,0%), responden sekali-kali apabila tidak

lupa sebanyak 19 orang (19,8%), dan responden tidak pernah karena tidak kotor

sebanyak 4 orang (4,2%).

Page 83: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

Tabel 4.26. Distribusi Responden Berdasarkan Menyikat Gigi Setiap Pagi

Pertanyaan 2 Jumlah Persentase (%)

1. Ya, sambil mandi pagi 2. Sekali-kali

88 8

91,7 8,3

Total 96 100,0 Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang menyikat gigi sambil

mandi pagi sebanyak 88 orang (91,7%), dan responden yang sekali-kali menyikat gigi

setiap pagi sebanyak 8 orang (8,3%).

Tabel 4.27. Distribusi Responden Berdasarkan Yang Dilakukan Selesai Makan

Pertanyaan 3 Jumlah Persentase (%) 1. Cukup kumur-kumur saja 2. Minum

2 94

2,1 97,9

Total 96 100,0

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang melakukan kumur-

kumur saja selesai makan sebanyak 2 orang (2,1%), dan responden yang minum

selesai makan sebanyak 94 orang (97,9%).

Tabel 4.28. Distribusi Responden Berdasarkan Kunjungan ke Dokter Gigi Atau

Klinik

Pertanyaan 4 Jumlah Persentase (%) 1. Pernah, karena sakit gigi 2. Tidak pernah karena tidak ada keluhan

2 94

2,1 97,9

Total 96 100,0

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang pernah mengunjungi

dokter gigi atau klinik gigi karena sakit gigi sebanyak 2 orang (2,1%), dan responden

Page 84: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

yang tidak pernah mengunjungi dokter gigi atau klinik gigi karena tidak ada keluhan

sebanyak 94 orang (97,9%).

Tabel 4.29. Distribusi Responden Berdasarkan Memeriksa Gigi Secara Teratur

Pertanyaan 5 Jumlah Persentase (%) 1. Ya, setiap 6 bulan atau setahun sekali 2. Ya, tidak tentu 3. Tidak pernah

1 82 13

1,0 85,4 13,5

Total 96 100,0

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang setiap 6 bulan atau

setahun sekali memeriksa gigi secara teratur sebanyak 1 orang (1,0%), responden

yang tidak tentu memeriksa gigi sebanyak 82 orang (85,4%), dan responden tidak

pernah memeriksa gigi sebanyak 13 orang (13,5%).

Tabel 4.30. Distribusi Responden Berdasarkan Gigi Kotor Atau Gusi Berdarah

Pertanyaan 6 Jumlah Persentase (%) 1. Memeriksa atau membersihkan karang gigi 2. Menyikat gigi 3. Dibiarkan

1 90 5

1,0 93,8 5,2

Total 96 100,0

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang memeriksa atau

membersihkan karang gigi sebanyak 1 orang (1,0%), responden yang menyikat gigi

sebanyak 90 orang (93,8%), dan responden yang membiarkan saja sebanyak 5 orang

(5,2%).

Page 85: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

Tabel 4.31. Distribusi Responden Berdasarkan Makanan Yang Dikonsumsi Diantara Waktu Makan

Pertanyaan 7 Jumlah Persentase (%) 1. Buah-buahan 2. Kue-kue 3. Jajanan (permen,coklat,biskuit,cake,dll,)

61 31 4

63,5 32,3 4,2

Total 96 100,0 Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang memakan buah-

buahan diantara waktu makan sebanyak 61 orang (63,5%), responden yang memakan

kue-kue sebanyak 31 orang (32,3%), dan memakan jajanan sebanyak 4 orang (4,2%).

Tabel 4.32. Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Makan Makanan Jajanan Dalam Sehari

Pertanyaan 8 Jumlah Persentase (%)

1. Kurang dari 2 kali 2. Lebih dari 2 kali 3. Tidak pernah

61 27 8

63,5 28,1 8,3

Total 96 100,0

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang kurang 2 kali dalam

sehari makan makanan jajanan sebanyak 61 orang (63,5%), responden yang

memakan lebih dari 2 kali sebanyak 27 orang (28,1%), dan responden yang tidak

pernah memakan jajanan sebanyak 8 orang (8,3%).

Tabel 4.33. Distribusi Responden Berdasarkan Jajanan Manis dan Melekat

Pertanyaan 9 Jumlah Persentase (%) 1. Tidak suka 2. Kadang-kadang 3. Ya, suka

1 90 5

1,0 93,8 5,2

Total 96 100,0

Page 86: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang tidak suka makan

jajanan yang manis dan melekat sebanyak 1 orang (1,0%), responden yang kadang-

kadang memakan jajanan yang manis dan melekat sebanyak 90 orang (93,8%), dan

responden yang suka memakan jajanan tersebut sebanyak 5 orang (5,2%).

Tabel 4.34. Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Yang Dilakukan

Dalam Memelihara Kesehatan Gigi dan Mulut

Pertanyaan 10 Jumlah Persentase (%) 1. Menyikat gigi secara teratur meski bersih 2. Menyikat gigi apabila gigi kotor 3. Tidak perlu menyikat gigi, ckp mkn vitamin

2 81 13

2,1 84,4 13,5

Total 96 100,0

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang melakukan tindakan

dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut adalah menyikat gigi secara teratur

meski masih bersih sebanyak 2 orang (2,1%), responden yang menyikat gigi apabila

kotor sebanyak 81 orang (84,4%), dan responden yang tidak perlu menyikat gigi

hanya cukup minum vitamin sebanyak 13 orang (13,5%).

Tabel 4.35. Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Pada Murid SD

Kelas V dan VI di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang 2009.

Tindakan Jumlah Persentase (%)

1.Baik 2.Kurang

59 37

61,5 38,5

Total 96 100,0

Page 87: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

Berdasarkan pengelompokan tindakan tentang kesehatan gigi, didapat

gambaran responden yang mempunyai tindakan baik sebanyak 57 orang (61,5%),

sedangkan tindakan kurang sebanyak 37 orang (38,5%).

4.6. Kelas Responden Tabel 4.36. Distribusi Responden Berdasarkan Kelas Pada Murid SD Kelas V

dan VI di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang 2009.

Kelas Jumlah Persentase (%)

1.Kelas V 2.Kelas VI

31 65

32,3 67,7

Total 96 100,0 Berdasarkan pengelompokan Kelas responden, didapat gambaran responden

yang berada di Kelas V sebanyak 31 orang (32,3%), sedangkan responden yang

berada di Kelas VI sebanyak 65 orang (67,7%).

4.7. Karakteristik Responden

4.7.1. Pendidikan Orang Tua

Tabel 4.37. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Orang Tua Pada Murid SD Kelas V dan VI di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang 2009.

Pendidikan Orang Tua Jumlah Persentase (%)

1.Tamat SD 2.Tamat SLTP 3.Tamat SLTA 4.Tamat DIII/S1

27 28 30 11

28,1 29,2 31,3 11,5

Total 96 100,0

Page 88: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

Berdasarkan pengelompokan Pendidikan Orang Tua, didapat gambaran

responden yang pendidikan orang tuanya tamat SD sebanyak 27 orang (28,1%),

responden yang pendidikan orang tuanya tamat SLTP sebanyak 28 orang (29,2%),

responden yang pendidikan orang tuanya tamat SLTA sebanyak 30 orang (31,3%),

dan responden yang pendidikan orang tuanya tamat DIII/S1 sebanyak 11 orang

(11,5%).

4.7.2. Pekerjaan Orang Tua

Tabel 4.38. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua Pada Murid SD Kelas V dan VI di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang 2009.

Pekerjaan Orang Tua Jumlah Persentase (%)

1. Petani/Buruh 2. PNS/POLRI 3. Peg. Swasta/Wrsta 4. Tidak Bekerja

12 9

72 3

12,5 9,4

75,0 3,1

Total 96 100,0

Berdasarkan pengelompokan Pekerjaan Orang Tua, didapat gambaran

responden yang pekerjaan orang tuanya Petani/Buruh sebanyak 12 orang (12,5%),

responden yang pekerjaan orang tuanya PNS/POLRI sebanyak 9 orang (9,4%),

responden yang pekerjaan orang tuanya peg. Swasta/wiraswasta sebanyak 72 orang

(75,0%), dan responden yang pekerjaan orang tuanya tidak bekerja sebanyak 3 orang

(3,1%).

Page 89: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

4.8. Informasi

4.8.1. Penjelasan Tentang Kesehatan Gigi

Tabel 4.39. Distribusi Responden Berdasarkan Penjelasan tentang Kesehatan Gigi Pada Murid SD Kelas V dan VI di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang 2009.

Penjelasan Kesehatan Gigi Jumlah Persentase (%)

1. Belum Pernah 2. Sudah Pernah

46 50

47,9 52,1

Total 96 100,0

Berdasarkan pengelompokan Penjelasan Tentang Kesehatan Gigi, didapat

gambaran responden yang belum pernah mendapatkan penjelasan tentang kesehatan

gigi sebanyak 46 orang (47,9%), sedangkan responden yang sudah pernah

mendapatkan penjelasan tentang kesehatan gigi sebanyak 50 orang (52,1%).

4.8.2. Sumber Informasi

Tabel 4.40. Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi Pada Murid SD Kelas V dan VI di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang 2009.

Sumber Informasi Jumlah Persentase (%) 1. Petugas Kesehatan 2. Orang Tua

47 3

94,0 6,0

Total 50 100,0

Berdasarkan pengelompokan Sumber Informasi, didapat gambaran responden

yang mendapatkan informasi dari petugas kesehatan sebanyak 47 orang (94,0%),

sedangkan responden yang mendapatkan informasi dari orang tua sebanyak 3 orang

(6,0%).

Page 90: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

4.9. Analisis Bivariat

Hubungan antara variabel independen dan variabel pendukung dengan

variabel dependen dilihat dengan melakukan analisis bivariat menggunakan uji chi-

square.

4.10. Hubungan Perilaku Responden

4.10.1. Hubungan Pengetahuan dengan Status Karies Gigi

Tabel 4.41. Distribusi Status Karies Gigi Menurut Pengetahuan Responden

Pengetahuan Status Karies Gigi Total

Rendah Sedang N % N % N %

Baik Kurang

39 32

40,6 33,3

12 13

12,5 13,5

51 45

53,1 46,9

Jumlah 71 74,0 25 26,0 96 100,0 p = 0,716

Dari tabel di atas terlihat bahwa murid SD yang paling banyak ditemukan

adalah yang berstatus karies gigi rendah yang tingkat pengetahuannya baik sebanyak

39 orang (40,6%) sedangkan pengetahuan kurang sebanyak 32 orang (33,3%). Untuk

murid SD yang status karies gigi sedang dan berpengetahuan kurang adalah paling

banyak ditemukan yaitu sebanyak 13 orang (13,5%) sedangkan berpengetahuan baik

sebanyak 12 orang (12,5%).

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa P = 0,716 (P>0,05) dengan kata lain

Ho diterima, artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan

status karies gigi.

Page 91: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

4.10.2. Hubungan Sikap dengan Status Karies Gigi

Tabel 4.42. Distribusi Status Karies Gigi Menurut Sikap Responden

Sikap Status Karies Gigi Total

Rendah Sedang N % N % N %

Baik Kurang

37 34

38,5 35,5

12 13

12,5 13,5

49 47

51,0 49,0

Jumlah 71 74,0 25 26,0 96 100,0 p = 0,904

Dari tabel di atas terlihat bahwa murid SD yang paling banyak ditemukan

adalah yang berstatus karies gigi rendah yang sikapnya baik sebanyak 37 orang

(38,5%) sedangkan sikapnya kurang sebanyak 34 orang (35,5%). Untuk murid SD

yang status karies gigi sedang dan sikapnya kurang adalah paling banyak ditemukan

yaitu sebanyak 13 orang (13,5%) sedangkan sikapnya baik sebanyak 12 orang

(12,5%).

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa P = 0,904 (P>0,05) dengan kata lain

Ho diterima, artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan status

karies gigi.

4.10.3. Hubungan Tindakan dengan Status Karies Gigi

Tabel 4.43. Distribusi Status Karies Gigi Menurut Tindakan Responden

Tindakan Status Karies Gigi Total

Rendah Sedang N % N % N %

Baik Kurang

39 32

40,6 33,4

20 5

20,8 5,2

59 37

61,5 38,5

Jumlah 71 74,0 25 26,0 96 100,0 p = 0,048

Page 92: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

Dari tabel di atas terlihat bahwa murid SD yang paling banyak ditemukan

adalah yang berstatus karies gigi rendah yang tindakannya baik sebanyak 39 orang

(40,6%) sedangkan tindakannya kurang sebanyak 32 orang (33,4%). Untuk murid SD

yang status karies gigi sedang dan tindakannya baik adalah paling banyak ditemukan

yaitu sebanyak 20 orang (20,8%) sedangkan tindakannya kurang sebanyak 5 orang

(5,2%).

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa P = 0,048 (P<0,05) dengan kata lain

Ho ditolak, artinya ada hubungan yang bermakna antara tindakan dengan status karies

gigi.

4.11. Hubungan Karakteristik Responden

4.11.1. Hubungan Pendidikan Orang Tua dengan Status Karies Gigi

Tabel 4.44. Distribusi Status Karies Gigi Menurut Pendidikan Orang Tua

Pendidikan Orang Tua

Status Karies Gigi Total Rendah Sedang

N % N % N % Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA Tamat DIII/S1

17 23 21 10

17,7 24,0 21,9 10,4

10 5 9 1

10,4 5,2 9,4 1,0

27 28 30 11

28,1 29,2 31,3 11,5

Jumlah 71 74,0 25 26,0 96 100,0 p = 0,208

Dari tabel di atas terlihat bahwa murid SD yang paling banyak ditemukan

adalah yang berstatus karies gigi rendah yang pendidikan orang tuanya tamat SLTP

sebanyak 23 orang (24,0%) sedangkan yang paling sedikit ditemukan adalah yang

Page 93: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

berstatus karies sedang yang pendidikan orang tuanya tamat DIII/S1 sebanyak 1

orang (1,0%).

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa P = 0,208 (P>0,05) dengan kata lain

Ho diterima, artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara pendidikan orang tua

dengan status karies gigi.

4.11.2. Hubungan Pekerjaan Orang Tua dengan Status Karies Gigi

Tabel 4.45. Distribusi Status Karies Gigi Menurut Pekerjaan Orang Tua

Pekerjaan Orang Tua

Status Karies Gigi Total Rendah Sedang

N % N % N % Petani/Buruh PNS/POLRI

Peg.Swasta/Wrsta Tidak Bekerja

8 8

54 1

8,3 8,3 56,3 1,0

4 1

18 2

4,2 1,0

18,8 2,1

12 9

72 3

12,5 9,4 75,0 3,1

Jumlah 71 74,0 25 26,0 96 100,0 p = 0,263

Dari tabel di atas terlihat bahwa murid SD yang paling banyak ditemukan

adalah yang berstatus karies gigi rendah yang pekerjaan orang tuanya Pegawai

swasta/Wiraswasta sebanyak 54 orang (56,3%) sedangkan yang paling sedikit

ditemukan adalah yang berstatus karies rendah yang orang tuanya tidak bekerja

sebanyak 1 orang (1,0%) dan yang berstatus karies sedang sebanyak 1 orang (1,0%).

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa P = 0,263 (P>0,05) dengan kata lain

Ho diterima, artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan orang tua

dengan status karies gigi.

Page 94: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

4.12. Hubungan Informasi

4.12.1. Hubungan Sumber Informasi Kesehatan dengan Status Karies Gigi

Tabel 4.46. Distribusi Status Karies Gigi Menurut Sumber Informasi

Sumber Informasi Status Karies Gigi

Total Rendah Sedang N % N % N %

Petugas Kesehatan Orang Tua

33 3

66,0 6,0

14 0

28,0 0,0

47 3

94,0 6,0

Jumlah 36 72,0 14 28,0 50 100,0 p = 0,652

Dari tabel di atas terlihat bahwa murid SD yang paling banyak ditemukan

adalah yang berstatus karies gigi rendah yang mendapatkan informasi kesehatan gigi

dari petugas kesehatan sebanyak 33 orang (66,0%) dan mendapatkan informasi

kesehatan gigi dari orang tua sebanyak 3 orang (6,0%). Sedangkan yang berstatus

karies gigi sedang yang mendapatkan informasi kesehatan gigi dari petugas kesehatan

sebanyak 14 orang (28,0%) dan mendapatkan informasi kesehatan gigi dari orang tua

tidak ada (0,0%).

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa P = 0,652 (P>0,05) dengan kata lain

Ho diterima, artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara sumber informasi

kesehatan dengan status karies gigi.

Page 95: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

4.13. Analisis Multivariat

Untuk memperoleh jawaban faktor mana memiliki hubungan yang paling kuat

terhadap status karies gigi maka perlu dilakukan analisis multivariat. Tahapan analisis

multivariat meliputi: pemilihan variabel kandidat multivariat, pembuatan model, dan

analisis interaksi.

4.13.1. Pemilihan Variabel Kandidat Multivariat

Dalam penelitian ini ada 3 variabel yang diduga berhubungan terhadap status

karies gigi, yaitu prilaku kesehatan gigi (pengetahuan, sikap, tindakan). Untuk

membuat model multivariat ketiga variabel tersebut terlebih dahulu dilakukan analisis

bivariat dengan dependen (status karies gigi). Menurut Mickey dan Greenland (1989),

variabel yang pada saat dilakukan uji G (Rasio log-likelihood) memiliki p<0,25 dan

mempunyai kemaknaan secara substansi dapat dijadikan kandidat yang akan

dimasukkan kedalam model multivariat. Hasil analissis bivariat antara independen

dengan dependen disajikan dalam tabel di bawah ini:

No. Variabel Log-Likelihood G P Value 1. Pengetahuan 109,754 00,356 0,551 2. Sikap 109,985 00,125 0,724 3. Tindakan 104,869 05,242 0,022 4. Pendidikan Orang Tua 108,416 01,695 0,193 5. Pekerjaan Orang Tua 110,042 00,069 0,793 6. Sumber Informasi 57,251 02,045 0,153

Dari hasil di atas dapat dilihat bahwa terdapat 3 variabel yang p valuenya <

0,25 yaitu tindakan, pendidikan orang tua, dan sumber informasi kesehatan,

sedangkan variabel yang lainnya p valuenya > 0,25. Dengan demikian variabel yang

Page 96: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

terus masuk kedalam model multivariat adalah tindakan, pendidikan orang tua dan

sumber informasi.

4.13.2. Pembuatan Model Faktor Penentu Status Karies Gigi

Analisis multivariat bertujuan mendapatkan model yag terbaik dalam

menentukan determinan status karies gigi. Dalam permodelan ini semua variabel

kandidat dicobakan bersama-sama. Model terbaik akan mempertimbangkan dua

penilaian, yaitu nilai signifikansi ratio log-likelihood (p≤0,05) dan nilai signifikansi p

wald (p≤0,05). Pemilihan model dilakukan secara hirarki dengan cara semua variabel

independen (yang telah lulus sensor) dimasukkan ke dalam model, kemudian variabel

yang p-waldnya tidak signifikan dikeluarkan dari model secara berurutan dimulai dari

p-wald yang terbesar.

Hasil analisis model pertama hubungan ketiga variabel independen yang

meliputi tindakan, pendidikan orang tua, dan sumber informasi kesehatan dengan

dependen disajikan dalam tabel di bawah ini:

Variabel B P Wald Tindakan -1,354 0,110

Pendidikan Orang Tua

0,028 0,935

Sumber Informasi -10,360 0,999 -2 Log Likelihood = 54,114 p value = 0,159

Dari hasil di atas terlihat bahwa signifikasi log-likelihood < 0,05 (p = 0,159).

Namun secara signifikan P Wald semua variabel p value nya > 0,05. Dengan

demikian perlu dilakukan pengeluaran variabel dari model. Pengeluaran variabel

Page 97: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

dilakukan bertahap satu persatu dimulai dari variabel yang p value nya tertinggi.

Untuk hasil di atas terlihat bahwa variabel sumber informasi mempunyai p-value

terbesar, sehingga proses model selanjutnya dengan tidak mengikuti variabel sumber

informasi. Hasil modelnya terlihat pada model kedua berikut ini:

Variabel B P Wald Tindakan -1,358 0,018

Pendidikan Orang Tua

-0,428 0,092

-2 Log Likelihood = 101,897 p value = 0,016

Dari hasil di atas terlihat bahwa signifikasi log-likelihood < 0,05 (p = 0,016).

Terdapat p value nya < 0,05 yaitu variabel tindakan, yang artinya variabel tindakan

merupakan variabel yang berhubungan terhadap status karies gigi.

Page 98: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1. Status Karies Gigi Murid SD Kelas V dan VI di Wilayah Kecamatan

Delitua Kabupaten Deli Serdang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keadaan status karies gigi cukup baik

dilihat dari tidak adanya status karies gigi yang tinggi (0%). Dari hasil penelitian

yang paling banyak terdapat pada status karies gigi yang rendah sebanyak 71 orang

(74,0%), artinya dominan responden memiliki status karies gigi yang baik.

Sedangkan status karies gigi yang sedang sebanyak 25 orang (26%).

Tingginya prevalensi dan derajat keparahan karies gigi disebabkan berbagai

faktor. Menurut Newburn (1978), karies gigi dapat terjadi akbiat terjadi interkasi

keempat faktor: host, agen penyebab penyakit, lingkungan, dan frekuensi

mengkonsumsi karbohidrat dan lamanya pelekatan karbohidrat pada email.

5.2. Hubungan Pengetahuan dengan Status Karies Gigi Murid SD Kelas V dan VI di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang

Hasil analisis bivariat, hubungan antara pengetahuan dengan status karies gigi

diperoleh nilai P=0,716 (P>0,05), sehingga dapat disimpulkan tidak ada hubungan

yang bermakna antara pengetahuan dengan status karies gigi. Sama halnya dengan

analisis multivariat, nilai yang diperoleh adalah P=0,551(P>0,25), artinya

pengetahuan tidak berhubungan terjadinya karies gigi.

Page 99: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Siti

Nurbayani (2008) terhadap siswa SD di Kecamatan Cibodas menunjukkan bahwa

tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan status karies gigi.

Berbeda halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Ariningrum (2006)

pada siswa SD Kecamatan Penjaringan menunjukkan bahwa indeks DMFT

dipengaruhi skor variabel pengetahuan. Demikian juga hasil penelitian Wargiati

(2007) menunjukkan adanya hubungan bermakna antara pengetahuan dengan status

karies gigi.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Perilaku yang didasari pengetahuan

akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

Kebiasaa membersihkan gigi dan mulut sebagai bentuk perilaku yang didasari oleh

pengetahuan akan mempengaruhi baik atau buruknya kebersihan gigi dan mulut,

selanjutnya juga akan mempengaruhi angka karies gigi.

Mengenai hasil hubungan yang tidak bermakna ini menurut penulis karena

pengetahuan kesehatan gigi seseorang tidak berhubungan secara langsung dengan

status karies giginya. Seseorang yang berpengetahuan tinggi saja belum cukup untuk

mempengaruhi status karies giginya menjadi rendah apabila pengetahuan tersebut

belum diterapkan dalam perilaku sehari-hari. Diperlukan upaya-upaya untuk

memotivasi murid agar pengetahuan kesehatan gigi yang dimilkinya dapat

diwujudkan alam perilaku kesehatan giginya sehari-hari.

Page 100: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

5.3. Hubungan Sikap dengan Status Karies Gigi Murid SD Kelas V dan VI di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang

Hasil analisis bivariat, hubungan antara sikap dengan status karies gigi

diperoleh nilai P=0,904 (P>0,05), sehingga dapat disimpulkan tidak ada hubungan

yang bermakna antara sikap dengan status karies gigi. Sama halnya dengan analisis

multivariat, tahapan awal permodelan nilai yang diperoleh adalah P=0,724 (P>0,25),

artinya sikap tidak berhubungan terjadinya karies gigi.

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap

suatu stimulus atau objek. Sikap tidak langsung dilihat tetautupi hanya dapat

ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata

menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang

dalam kehidupan sehari-hari adalah reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus

sosial.

Mengenai hasil hubungan yang tidak bermakna ini menurut penulis murid SD

yang menjadi responden memiliki sikap yang baik terhadap kesehatan giginya. Sikap

yang dimiliki sangat bernilai positif terhadap kesehatan giginya. Tingkatan sikap

(menerima, merespon, menghargai, dan bertanggung jawab) mereka lakukan dengan

sistematis walaupun tidak sempurna. Hal tersebut sesuai dengan tingkat pendidikan

mereka yang masih sekolah dasar yang pengetahuannya masih rendah.

Page 101: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

Page 102: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

5.4. Hubungan Tindakan dengan Status Karies Gigi Murid SD Kelas V dan VI di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang

Hasil analisis bivariat, hubungan antara tindakan dengan status karies gigi

diperoleh nilai P=0,048 (P<0,05), sehingga dapat disimpulkan ada hubungan yang

bermakna antara tidakan dengan status karies gigi. Sama halnya dengan analisis

multivariat, setelah dilakukan tahapan permodelan nilai yang diperoleh adalah

P=0,018 (P<0,05), artinya tindakan berhubungan terjadinya karies gigi.

Tindakan adalah realisasi dari pengetahuan dan sikap menjadi suatu perbuatan

nyata. Tindakan juga merupakan respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk

nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk

tindakan atau praktek yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.

Secara aplikatif terdapat hal yang berbanding terbalik antara tindakan

terhadap karies gigi. Semakin baik tindakan seseorang maka semakin rendah pula

status karies giginya. Hal tersebut dilihat dari apa yang telah dilakukan sesuai dengan

tingkatan kesehatan yang didapat. Sebaliknya, jika tindakan yang tidak baik akan

tinggi status karies giginya.

Page 103: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

5.5. Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan dengan Status Karies Gigi Murid SD Kelas V dan VI di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang

Sesuai dengan hasil analisis yang didapat bahwa pengetahuan dan sikap tidak

berhubungan signifikan dengan status karies gigi. Sedangkan tindakan terdapat

hubungan yang signifikan dengan status karies gigi.

Pengetahuan, sikap, dan tindakan merupakan 3 tingkatan perilaku. Banyak

yang bisa dikaitkan dari ketiga tingkatan tersebut. Pengetahuan yang baik, sikap yang

baik, belum tentu tindakan yang dilakukan baik juga. Hal tersebut terjadi karena

pengetahuan dan sikap sebatas perilaku tertutup, artinya masih terbatas dalam bentuk

perhatian, perasaan, persepsi. Sedangkan tindakan merupakan perilaku terbuka,

artinya telah dilakukan atau telah dipraktekkan.

5.6. Hubungan Pendidikan Orang Tua dengan Status Karies Gigi Murid SD Kelas V dan VI di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang

Hasil analisis bivariat, hubungan antara pendidikan orang tua dengan status

karies gigi diperoleh nilai P=0,208 (P>0,05), sehingga dapat disimpulkan tidak ada

hubungan yang bermakna antara pendidikan orang tua dengan status karies gigi.

Sama halnya dengan analisis multivariat, setelah dilalui oleh tahapan permodelan

diperoleh nilai adalah P=0,092 (P>0,05), artinya pendidikan orang tua tidak

berhubungan terjadinya karies gigi.

Pendidikan merupakan salah satu faktor sosial penting yang berhubungan

dengan prevalensi karies gigi. Pendidikan yang rendah sangat berpengaruh terhadap

Page 104: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

pengetahuan seseorang karena tidak mendapat pendidikan yang layak. Hasil Survey

Kesehatan Runah Tangga (2001) menunjukkan kerusakan gigi tertinggi terjadi pada

orang dengan pendidikan tidak lulus SD yaitu sebesar 8 gigi per orang. Pada orang

dengan pendidikan lulus SD rata-rata 4 gigi mengalami kerusakan dan pada orang

dengan pendidikan lulus SMP ke atas rata-rata 3 gigi mengalami kerusakan.

Mengenai hasil penelitian ini penulis berasumsi tidak terdapatnya hubungan

yang bermakna antara tingkat pendidikan orang tua dengan status karies gigi

kemungkinan disebabkan karena tingkat pendidikan tidak secara langsung

mempengaruhi status karies gigi anaknya, tetapi peran ibu sangat penting dalam

membina perilaku kesehatan gigi anaknya sejak dini.

5.7. Hubungan Pekerjaan Orang Tua dengan Status Karies Gigi Murid SD Kelas V dan VI di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang

Hasil analisis bivariat, hubungan antara pendidikan orang tua dengan status

karies gigi diperoleh nilai P=0,263 (P>0,05), sehingga dapat disimpulkan tidak ada

hubungan yang bermakna antara pekerjaan orang tua dengan status karies gigi. Sama

halnya dengan analisis multivariat, pada tahap awal nilai yang diperoleh adalah

P=0,793 (P>0,25), artinya sikap tidak mempengaruhi terjadinya karies gigi.

Menurut Reich (1999), pekerjaan merupakan faktor sosial yang dapat

berhubungan status karies gigi. Menurut Kent dan Blinkhorn (2005), pekerjaan

menunjukkan kelas sosial tertentu dimana penelitian menunjukkan adanya penurunan

dalam insidensi karies, khususnya pada anak-anak dewasa muda, terutama pada anak-

Page 105: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

anak kelompok sosioekonomi tinggi. Semakin meningkatnya keadaan sosioekonomi

seseorang maka akan lebih menjamin terlaksananya pemeliharaan kesehatan gigi dan

mempunyai kesadaran serta perilaku ke arah positif sehingga lebih menyadari

pentingnya pencegahan karies gigi.

5.8. Hubungan Sumber Informasi Kesehatan dengan Status Karies Gigi Murid SD Kelas V dan VI di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang

Hasil analisis bivariat, hubungan antara sumber informasi kesehatan dengan

status karies gigi diperoleh nilai P=0,652 (P>0,05), sehingga dapat disimpulkan tidak

ada hubungan yang bermakna antara sumber informasi kesehatan dengan status karies

gigi. Sama halnya dengan analisis multivariat, setelah dilalui oleh bertahap-tahap

model didapat nilai yang diperoleh adalah P=0,999 (P>0,05), artinya variabel sumber

informasi tidak berhubungan terhadap status karies gigi.

Pada kenyataannya petugas kesehatan dan orang tua peran aktifnya kurang

maksimal dalam memberikan informasi tentang kesehatan gigi. Kemungkinan hal ini

terjadi disebabkan oleh waktu petugas kesehatan yang sempit dalam memberikan

informasi atau penyuluhan dan tingkat pengetahuan orang tua yang kurang tentang

kesehatan gigi.

Page 106: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang telah dilakukan, maka

dapat ditarik kesimpulan bahwa: status karies gigi murid SD kelas V dan VI di

Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang tahun 2009 sudah cukup baik dengan

hasil status karies gigi rendah sebanyak 71 orang (74,0%). Kemudian setelah

dalakukan analisis bivariat dengan α=0,05 diperoleh yaitu : tidak ada hubungan yang

bemakna antara pengetahuan, sikap, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua dan

sumber informasi dengan status karies gigi. Tindakan merupakan hasil analisis yang

dapat berhubungan dengan status karies gigi

Hasil selanjutnya dalam bentuk analisis multivariat didapat hasil sebagai

berikut: tidak ada hubungan antara penggetahuan, sikap, pendidikan orang tua,

pekerjaan orang tua dan sumber informasi terhadap status karies gigi. Tindakan

merupakan variabel yang dapat berhubungan dengan status karies gigi.

Dari hal tersebut dapat disimpulkan variabel tindakan adalah variabel yang

dapat berhubungan terhadap status karies gigi.

Page 107: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

6.2 Saran

1. Mengingat pentingnya peranan kegiatan Usaha Kegiatan Gigi Sekolah (UKGS)

dalam upaya pembentukan perilaku kesehatan gigi murid SD, perlu kebijakan

untuk lebih meningkatkan dan mengembangkan kegiatan UKGS di sekolah-

sekolah dasar (khususnya pelayanan preventif dan promotif).

2. Memfasilitasi kebutuhan dalam kegiatan UKGS antara lain pelatihan bagi tenaga-

tenaga pelaksana UKGS, termasuk guru sekolah yang bertugas dalam kegiatan

UKGS dan penyediaan alat bantu peraga yang diperlukan dalam kegiatan

promotif.

3. Perlu meningkatkan kembali kegiatan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) di

setiap SD secara berkesinambungan dengan membuat perencanaan yang baik.

4. Melaksanakan promosi kesehatan khususnya tentang kesehatan gigi yang

berkaitan dengan perilaku masyarakat. Memberikan pengetahuan yang cukup dan

memberikan contoh atau sikap yang baik terhadap kesehatan gigi.

5. Membanggun komunikasi yang baik dengan orang tua murid supaya ikut andil

dalam menjaga kesehatan gigi anaknya.

6. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan desain dan variabel

yang berbeda.

Page 108: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

Lampiran 3 Jadwal Penelitian

Kegiatan

November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Penelusuran

Pustaka

Penyusunan

Proposal

Kolokium Perbaikan Proposal

Pengumpulan data

Pengolahan data

Seminar Hasil

Perbaikan tesis

Komprehensif

Page 109: hubungan perilaku murid sd kelas v dan vi pada kesehatan gigi dan

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.