hubungan penyakit asma dengan teori hl blum dan segitiga epidemiologi
TRANSCRIPT
TUGAS KELOMPOK
HUBUNGAN PENYAKIT ASMA DENGAN
TEORI H.L BLUM DAN SEGITIGA EPIDEMIOLOGI
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar Kesehatan Lingkungan
Dosen Pengampu: Arum Siwiendrayanti, S.KM, M.Kes
Oleh:
1. Aufiena Nur Ayu Merzistya (6411414156)
2. Anggit Aprindrian Prehamukti (6411414157)
3. Mohammad Adityo Nugroho (6411414159)
4. Nela Kusuma Sari (6411414160)
5. Hestu Yuris Maulida (6411414161)
6. Yolanda Pramudita (6411414162)
7. Hidayatul Issri Rubandiyah (6411414163)
8. Alivia Salma Lihayati (6411414164)
9. Sarah Rahma Berlianty (6411414165)
JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015
PEMBAHASAN
A. DEFINISI ASMA
Asma merupakan sebuah penyakit kronik saluran napas yang terdapat di seluruh
dunia dengan kekerapan bervariasi yang berhubungan dengan peningkatan kepekaan
saluran napas sehingga memicu episode mengi berulang (wheezing), sesak napas
(breathlessness), dada rasa tertekan (chest tightness), dispnea, dan batuk (cough) terutama
pada malam atau dini hari. (PDPI, 2006; GINA, 2009)
Pada tiap orang, tingkat keparahan penyakit ini berbeda-beda, dan umumnya dapat
dikendalikan dengan baik. Asma terjadi ketika saluran napas atau bronkus mengalami
radang. Bronkus yang berbentuk seperti tabung kecil ini berfungsi untuk membawa udara
masuk dan keluar dari paru-paru. Bronkus penderita asma pada umumnya lebih sensitif
dari orang-orang lain dan lebih mudah mengalami radang.
Di Indonesia, seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk dan industri, maka
asma makin menjadi perhatian, terlebih lagi dengan makin bertambahnya faktor-faktor
pemicu. Peningkatan penyakit asma juga berkaitan erat dengan interior rumah, gaya
hidup, pola makan, kebiasaan merokok, paparan alergen, serta polusi udara dari industri
maupun kendaraan.
Menurut data WHO pada tahun 2011, kematian akibat asma di Indonesia mencapai
14.624 jiwa. Angka ini berarti asma menyebabkan sekitar 1% total kematian di Indonesia.
Sekitar 1.1% populasi Indonesia menderita asma. Jadi, walau bisa tergolong penyakit
yang jarang, asma tetap perlu diwaspadai agar serangannya terkontrol dan tidak dibiarkan
mencapai tahap yang membahayakan nyawa.
B. GEJALA ASMA
Ketika paru-paru seorang penderita teriritasi oleh sesuatu yang menjadi pemicu
asma, saluran napasnya menjadi menyempit, otot-otot di sekitarnya menjadi mengencang,
dan produksi dahak meningkat. Setelah itu timbullah beberapa gejalaa seperti dada yang
terasa sesak, sulit bernapas, mengi, dan batuk-batuk.
Serangan parah gejala-gejala tersebut dikenal sebagai serangan asma atau
eksaserbasi asma akut. Penderita serangan asma bisa saja membutuhkan perawatan rumah
sakit. Meski jarang terjadi, serangan asma bisa membahayakan nyawa. Bagi penderita
asma kronis, radang pada saluran napasnya yang sudah berlangsung lama dan berulang-
ulang bisa menyebabkan penyempitan permanen.
Jika seseorang terdiagnosis mengidap asma saat kanak-kanak, gejalanya mungkin
bisa menghilang ketika dia remaja dan muncul kembali saat dewasa. Namun gejala asma
yang tergolong sedang atau berat di masa kanak-kanak, akan cenderung tetap ada walau
bisa juga muncul kembali. Kendati begitu, asma bisa muncul di usia berapa pun dan tidak
selalu berawal dari masa kanak-kanak.
C. PENYEBAB ASMA
Asma merupakan penyakit keturunan (genetik). Seseorang berpeluang besar terkena
asma jika salah satu atau kedua orang tuanya juga menderita asma. Meski begitu,
penyebab dasar penyakit ini masih belum sepenuhnya dipahami.
D. FAKTOR PEMICU ASMA
Pengertian pemicu di sini adalah segala sesuatu yang dapat mengiritasi saluran
napas, yaitu apapun yang nantinya mengarah kepada munculnya gejala asma. Pemicu
umum asma pada tiap penderitanya berbeda-beda.
Ada beberapa hal yang dapat menjadi pemicu umum asma, diantaranya:
Alergen, seperti bulu hewan, tungau debu, dan serbuk sari.
Infeksi paru-paru dan saluran napas yang umumnya disebabkan oleh virus flu dan
demam.
Obat-obatan seperti obat anti inflamasi non steroid (obat pereda sakit) seperti aspirin
dan ibuprofen. Sebagai catatan, aspirin sebaiknya tidak diberikan kepada anak-anak di
bawah usia 16 tahun.
Iritasi udara, seperti uap kimia, asap rokok, dan polusi udara.
Faktor cuaca, seperti cuaca dingin, cuaca berangin, cuaca panas yang didukung
kualitas udara yang buruk, cuaca lembab, dan perubahan suhu yang drastis.
Makanan atau minuman yang mengandung sulfit (zat alami yang kadang-kadang
digunakan sebagai pengawet makanan) seperti selai, udang, makanan olahan,
makanan setengah matang, minuman sari buah kemasan, dan beberapa wine tertentu
yang hanya memicu orang-orang yang rentan.
Olahraga (kadang-kadang gejala asma menjadi lebih buruk saat penderitanya
melakukan olah raga).
Kondisi dalam ruangan, seperti ruangan yang lembab atau berjamur, bahan lantai,
bahan kimia karpet, dan tungau debu.
Faktor-faktor emosi seperti stres atau tertawa.
Alergi makanan tertentu yang disebut juga sebagai reaksi anafilaksis. Contohnya
adalah penderita asma yang alergi terhadap kacang-kacangan. Reaksi anafilaksis
dapat memicu serangan asma yang lebih buruk pada penderitanya.
.
E. HUBUNGAN ASMA DENGAN TEORI H.L BLUM
Menurut Hendrik L Blum ada 4 faktor yang mempengaruhi status derajat kesehatan
masyarakat atau perorangan. Faktor-faktor tersebut dapat dihubungkan dengan salah satu
penyakit, yakni penyakit asma. Hubungan tersebut digambarkan sebagai berikut:
1. Lingkungan
Lingkungan memiliki pengaruh dan peranan terhadap penyebab timbulnya asma.
Emisi bahan bakar berlebih dari aktivitas industri dan kendaraan bermotor merupakan
penyebab utama asma dari segi lingkungan. Selain itu, udara dingin juga dapat
menyebabkan penyakit asma.
2. Perilaku
Perilaku merupakan faktor kedua yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat
karena sehat atau tidak sehatnya lingkungan kesehatan individu, keluarga dan
masyarakat sangat tergantung pada perilaku manusia itu sendiri. Perilaku yang
berkaitan erat dengan asma dapat berupa gaya hidup, pola makan, maupun kebiasaan
merokok.
3. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan merupakan faktor ketiga yang mempengaruhi derajat kesehatan
masyarakat karena keberadaan fasilitas kesehatan sangat menentukan dalam
pelayanan pemulihan kesehatan, pencegahan terhadap penyakit, pengobatan dan
keperawatan serta kelompok dan masyarakat yang memerlukan pelayanan kesehatan.
Begitu juga dengan asma, penderita asma juga sangat memerlukan pelayanan
kesehatan yang memadai agar derajat kesehatannya meningkat.
4. Genetik
Genetik (keturunan) merupakan faktor yang telah ada dalam diri manusia yang
dibawa sejak lahir, misalnya dari golongan penyakit keturunan seperti asma.
Seseorang berpeluang besar terkena asma jika salah satu atau kedua orang tuanya juga
menderita asma.
F. HUBUNGAN ASMA DENGAN SEGITIGA EPIDEMIOLOGI
Segitiga epidemiologi merupakan konsep dasar epidemiologi yang memberi
gambaran tentang hubungan antara tiga faktor yg berperan dalam terjadinya penyakit dan
masalah kesehatan lainnya. Faktor tersebut adalah interaksi antara Host (penjamu), Agent
(penyebab) dan Environment (lingkungan).
Keadaan di masyarakat dikatakan ada masalah kesehatan jika terjadi ketidak
seimbangan antara Host, Agent dan Environment. Pada saat terjadi ketidakseimbangan
antara Host, Agent dan Environment akan menimbulkan penyakit pada individu atau
masalah kesehatan di masyarakat.
Berikut adalah hubungan penyakit asma dengan segitiga epidemiologi:
1. Host
Host (penjamu) adalah semua faktor yang terdapat pada manusia yang dapat
mempengaruhi timbulnya suatu perjalanan penyakit, termasuk penyakit asma. Host
erat hubungannya dengan manusia sebagai makhluk biologis dan manusia sebagai
makhluk sosial sehingga manusia dapat terjangkit penyakit.
2. Agent
Agent (penyebab) adalah suatu substansi tertentu yang keberadaannya atau
ketidakberadaannya diikuti kontak efektif pada manusia dapat menimbulkan penyakit
atau mempengaruhi perjalanan suatu penyakit. Macamnya berupa golongan biotis
(unsur hidup) dan golongan abiotis (unsur mati). Penyakit asma ditimbulkan oleh
golongan abiotis, yakni golongan kimiawi yang berupa limbah maupun polusi
industri.
3. Environment
Environment (lingkungan) adalah segala sesuatu yang berada di sekitar manusia yang
mempengaruhi kehidupan dan perkembangan manusia. Emisi bahan bakar berlebih
dari aktivitas industri dan kendaraan bermotor merupakan penyebab utama asma dari
segi lingkungan.