hubungan pengetahuan ibu tentang inisiasi ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/219/1/hubungan...

83
i HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI MENYUSU DINI DENGAN PRAKTIK INISIASI MENYUSU DINI DI RUMAH SAKIT UMUM DEWI SARTIKA KENDARI TAHUN 2017 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan Program Studi Diploma III Kebidanan Politeknik Kesehatan Kendari OLEH KOMANG INDRAWATI P00324014017 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI JURUSAN KEBIDANAN KENDARI 2017

Upload: others

Post on 25-Oct-2020

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/219/1/HUBUNGAN PENGETAHUAN...Surat izin pengambilan data awal dari Poltekkes Kemenkes kendari Lampiran 2

i

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI MENYUSU DINI DENGAN PRAKTIK INISIASI MENYUSU DINI DI RUMAH SAKIT

UMUM DEWI SARTIKA KENDARI

TAHUN 2017

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan Program Studi Diploma III Kebidanan

Politeknik Kesehatan Kendari

OLEH

KOMANG INDRAWATI

P00324014017

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI

JURUSAN KEBIDANAN KENDARI

2017

Page 2: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/219/1/HUBUNGAN PENGETAHUAN...Surat izin pengambilan data awal dari Poltekkes Kemenkes kendari Lampiran 2

ii

Page 3: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/219/1/HUBUNGAN PENGETAHUAN...Surat izin pengambilan data awal dari Poltekkes Kemenkes kendari Lampiran 2

iii

Page 4: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/219/1/HUBUNGAN PENGETAHUAN...Surat izin pengambilan data awal dari Poltekkes Kemenkes kendari Lampiran 2

iv

RIWAYAT HIDUP

A. IdentitasDiri

Nama : Komang Indrawati

Nim : P00324014017

TempatTanggalLahir : Lamoare, 07 Desember 1996

Suku : Bali

JenisKelamin : Perempuan

Agama : Hindu

Alamat : Anduonohu

B. Pendidikan

1. SDN 1 Lamoare Kab. Kolaka Timur Sulawesi Tenggara tamat

tahun 2008.

2. SMP Negeri 1 Loea Kab. Kolaka Timur, Sulawesi Tenggara tamat

tahun 2011.

3. SMA Negeri 1 Tirawuta Kab. Kolaka Timur, Sulawesi Tenggara

tamat tahun 2014.

4. Sejak tahun 2014 melanjutkan pendidikan di Politeknik Kesehatan

Kendari sampai sekarang.

Page 5: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/219/1/HUBUNGAN PENGETAHUAN...Surat izin pengambilan data awal dari Poltekkes Kemenkes kendari Lampiran 2

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas

limpahan rahmat dan karunia-Nyalah sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan karya tulis ilmiah yang berjudul “Hubungan

pengetahuan ibu tentang inisiasi menyusu dini dengan praktik inisiasi

menyusu dini di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kendari tahun 2017”.

Dalam proses penyusunan karya tulis ilmiah ini ada banyak pihak

yang membantu, oleh karena itu penulis dengan segala kerendahan dan

keikhlasan hati mengucapkan banyak terima kasih sebesar-besarnya

terutama kepada Ibu Dr. Nurmiaty, S.Si.T, MPH selaku Pembimbing I dan

Ibu Fitriyanti, SST, M.Keb selaku Pembimbing II yang telah banyak

membimbing sehingga karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan tepat pada

waktunya. Pada kesempatan ini pula penulis ingin mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Bapak Petrus, SKM. M.Kes sebagai Direktur Poltekkes Kendari.

2. Ibu Halijah, SKM, M.Kes sebagai Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes

Kendari.

3. Direktur Rumah Sakit Umum Dewi Sartika kendari.

4. Ibu Dr. Kartini, S.Si.T, M.Kes, Ibu Hasmia Naningsi, SST, M.Keb, Ibu

Wahida, S.Si.T, M.Keb selaku penguji dalam proposal karya tulis

ilmiah ini.

5. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar Politeknik Kesehatan Kendari

Jurusan Kebidanan yang telah mengarahkan dan memberikan ilmu

pengetahuan selama mengikuti pendidikan yang telah memberikan

arahan dan bimbingan.

Page 6: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/219/1/HUBUNGAN PENGETAHUAN...Surat izin pengambilan data awal dari Poltekkes Kemenkes kendari Lampiran 2

vi

6. Terima kasih kepada kedua orang tua tercinta Nyoman Juwita dan

Wayan Rumiasih yang selalu memberikan dukungan serta kakak-

kakak tersayang I Luh Kompyang Wiratni dan Made Julianti, serta

seluruh anggota keluarga atas bantuan, doa restu, dorongan dan kasih

sayang yang begitu besar yang telah di berikan selama penulis

menempuh pendidikan dan dalam menyelesaikan karya tulis ini.

7. Seluruh teman-teman D-III Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan

Kendari, yang senantiasa memberikan bimbingan, dorongan,

pengorbanan, motivasi, kasih sayang serta doa yang tulus dan ikhlas

selama penulis menempuh pendidikan terkhusus teman seperjuangan

Rani dan Wati yang selalu menemani penulis dalam suka maupun

duka, yang selalu memberi saran, kasih sayang, serta semangat

kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari

sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun

sangat penulis harapkan dalam penyempurnaan karya tulis ilmiah ini serta

sebagai bahan pembelajaran dalam penyusunan karya tulis ilmiah

selanjutnya.

Kendari, Juli 2017

Penulis

Page 7: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/219/1/HUBUNGAN PENGETAHUAN...Surat izin pengambilan data awal dari Poltekkes Kemenkes kendari Lampiran 2

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN.............................................................

LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………..

ii

iii

BIODATA.......................................................................................... iv

KATA PENGANTAR......................................................................... v

DAFTAR ISI...................................................................................... vii

DAFTAR TABEL............................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN........................................................................ x

Abstrak............................................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN................................................................... 1

A. Latar Belakang.......................................................................... 1

B. Perumusan Masalah.................................................................. 5

C. Tujuan Penelitian....................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian..................................................................... 6

E. Keaslian Penelitian.................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................... 8

A. Telaah Pustaka.......................................................................... 8

B. Landasan Teori.......................................................................... 28

C. Kerangka Teori.......................................................................... 29

D. Kerangka Konsep...................................................................... 30

E. Hipotesis Penelitian................................................................... 30

BAB III METODE PENELITIAN........................................................ 31

A. Jenis Penelitian......................................................................... 31

B. Waktu dan Tempat Penelitian................................................... 31

C. Populasi dan Sampel Penelitian................................................ 31

D. Variabel Penelitian..................................................................... 32

E. Definisi Operasional.................................................................. 32

F. Jenis dan Sumber Data Penelitian............................................ 33

G. Instrumen Penelitian.................................................................. 33

Page 8: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/219/1/HUBUNGAN PENGETAHUAN...Surat izin pengambilan data awal dari Poltekkes Kemenkes kendari Lampiran 2

viii

H. Pengolahan dan Analisis Data.................................................. 33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.......................... 36

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ......................................... 36

B. Hasil Penelitian.......................................................................... 43

C. Pembahasan............................................................................. 48

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................. 55

A. Kesimpulan................................................................................ 55

B. Saran......................................................................................... 55

DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 65

LAMPIRAN

Page 9: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/219/1/HUBUNGAN PENGETAHUAN...Surat izin pengambilan data awal dari Poltekkes Kemenkes kendari Lampiran 2

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jumlah Tempat Tidur RSU Dewi Sartika Kendari Tahun

2016....................................................................................

40

Tabel 2. Jumlah SDM RSU Dewi Sartika Kendari Tahun 2016............... 42

Tabel 3. Karakteristik Responden..................................................... 44

Tabel 4. Distribusi Praktik IMD di RSU Dewi Sartika Tahun

2017....................................................................................

45

Tabel 5. Distribusi Pengetahuan tentang IMD di RSU Dewi Sartika

Tahun 2017..............................................................................

46

Tabel 6. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Inisisasi Menyusu

Dini (IMD) Dengan Praktik Inisisasi Menyusu Dini di

RSUSartika Kendari Tahun 2017........................................

47

Page 10: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/219/1/HUBUNGAN PENGETAHUAN...Surat izin pengambilan data awal dari Poltekkes Kemenkes kendari Lampiran 2

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat izin pengambilan data awal dari Poltekkes

Kemenkes kendari

Lampiran 2. Formulir persetujuan menjadi responden penelitian

Lampiran 3. Kuesioner

Lampiran 4. Surat izin penelitian dari Badan Riset Propinsi Sultra

Lampiran 5. Surat keterangan melakukan penelitian dari RSU Dewi

Sartika Kota Kendari

Lampiran 6. Master tabel

Lampiran 7. Output analisis data

Lampiran 8. Dokumentasi penelitian

Page 11: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/219/1/HUBUNGAN PENGETAHUAN...Surat izin pengambilan data awal dari Poltekkes Kemenkes kendari Lampiran 2

xi

ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI MENYUSU DINI DENGAN PRAKTIK INISIASI MENYUSU DINI DI RUMAH SAKIT

UMUM DEWI SARTIKA KENDARI TAHUN 2017

Komang Indrawati 1 Nurmiaty2 Fitriyanti2

Latar belakang: Inisiasi menyusu dini merupakan salah satu upaya dalam mencegah kematian bayi baru lahir dan mengoptimalkan pemberian asi susu ibu (ASI) secara eksklusif, sehingga perlu disosialisasikan kepada seluruh masyarakat. Tujuan penelitian: Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan pengetahuan

ibu tentang IMD dengan praktik IMD di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kendari tahun 2017. Metode Penelitian: Jenis penelitian yang digunakan ialah analitik dengan

rancangan cross sectional. Sampel penelitian adalah ibu bersalin bulan April sampai dengan Mei tahun 2017 yang berjumlah 60 orang. Instrumen pengumpulan data berupa kuesioner IMD dan lembar observasi praktik IMD. Data dianalisis dengan uji Chi Square. Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan Praktik IMD pada ibu bersalin di

RSU Dewi Sartika Kendari dalam kategori tidak optimal (70,0%). Pengetahuan ibu bersalin tentang IMD di RSU Dewi Sartika Kendari dalam kategori baik (58,4%). Ada hubungan pengetahuan ibu tentang IMD dengan praktik IMD.

Kata kunci : pengetahuan, praktik IMD

1 Mahasiswa Prodi D-III Kebidanan Poltekkes Kendari

2 Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Kendari

Page 12: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/219/1/HUBUNGAN PENGETAHUAN...Surat izin pengambilan data awal dari Poltekkes Kemenkes kendari Lampiran 2

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kecerdasan bayi dan anak erat kaitannya dengan pertumbuhan

otak. Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan otak adalah

nutrisi. Pemberian nutrisi pada bayi dapat melalui proses menyusui.

Menyusui merupakan suatu cara yang paling ideal bagi pertumbuhan bayi

serta mempunyai pengaruh biologis dan psikologis terhadap kesehatan

ibu dan bayi. Zat-zat anti infeksi yang terkandung dalam ASI membantu

melindungi bayi dari penyakit infeksi. Masa laktasi mempunyai tujuan

meningkatkan pemberian ASI eksklusif dan meneruskan pemberian ASI

sampai anak umur 2 tahun secara baik dan benar.

Pemberian air susu ibu (ASI) sejak dini dapat memberikan efek

perlindungan pada bayi dan balita dari penyakit infeksi, sehingga

disarankan untuk memberi ASI sesegera mungkin dalam waktu 1 jam

setelah lahir dengan dilakukannya inisisasi menyusu dini. Inisiasi menyusu

dini akhir-akhir ini banyak diperbincangkan baik di dunia maupun di

Indonesia. Inisiasi menyusu dini merupakan salah satu upaya dalam

mencegah kematian bayi baru lahir dan mengoptimalkan pemberian ASI

secara eksklusif, sehingga perlu disosialisasikan kepada seluruh

masyarakat.

11

Page 13: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/219/1/HUBUNGAN PENGETAHUAN...Surat izin pengambilan data awal dari Poltekkes Kemenkes kendari Lampiran 2

2

Inisiasi menyusu dini diperkirakan dapat menekan angka kematian

bayi (AKB) baru lahir sebesar 22% pada 18 hari pertama kehidupan

(Edmond et al, 2006), berpengaruh terhadap durasi menyusui, perilaku ibu

dan fungsi fisiologis bayi (Moore et al, 2015) dan dapat menyelamatkan

sekurang-kurangnya 30.000 bayi Indonesia yang meninggal pada bulan

pertama kelahiran (Roesli, 2014).

Kenyataan yang terjadi hampir sama di seluruh dunia, kesehatan

bayi cenderung kurang mendapat perhatian sehingga kematian neonatal

dini banyak terjadi pada hari pertama kelahirannya (WHO, 2015). Hal ini

dapat meningkatkan angka kematian bayi. Angka kematian bayi (AKB) di

Indonesia menurut hasil survei demografi dan kesehatan (SDKI) tahun

2012 menjelaskan bahwa AKB walaupun mengalami penurunan namun

penurunan tak berbeda jauh dengan hasil SDKI 2007, yaitu masing-

masing 32 dan 34 kematian per 1.000 kelahiran hidup (BKKBN, 2013).

Oleh karena itu diperlukan upaya dalam menekan AKB, salah

satunya melalui program IMD. Hasil penelitian di Ghana tahun 2004

menunjukkan bahwa menunda IMD dapat meningkatkan kematian bayi.

Bayi yang diberi kesempatan IMD dapat menurunkan 22% kematian

neonatal dini (Roesli, 2014).

Inisisasi menyusu dini dapat menjalin ikatan yang kuat dan rasa

nyaman antara ibu dan bayinya. Data riskesdas menunjukkan terjadi

peningkatan tentang persentasi pelaksaan IMD. Pada tahun 2010 sebesar

29,3% meningkat menjadi 34,5% pada tahun 2013. Dari data tersebut

Page 14: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/219/1/HUBUNGAN PENGETAHUAN...Surat izin pengambilan data awal dari Poltekkes Kemenkes kendari Lampiran 2

3

dapat dilihat, bahwa walaupun mengalami peningkatan persentasi

pelaksanaan IMD namun peningkatannya belum mencapai 50% keatas.

Produksi ASI yang kurang dapat disebabkan oleh kurangnya pengetahuan

tentang proses normal menyusui sehingga diperlukan bimbingan yang

tepat dari tenaga kesehatan (Toning dkk, 2013). Menurut Green bahwa

pelaksanaan IMD dan edukasi ASI Eksklusif dipengaruhi oleh beberapa

faktor antara lain pengetahuan ibu, sikap ibu, perilaku petugas kesehatan

(Labbok et al, 2013; Roesli, 2014).

Pengetahuan merupakan hasil tahu setelah seseorang melakukan

penginderaan melalui panca indera. Sebagian pengetahuan diperoleh

melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2010). Seorang ibu yang mampu

mengetahui hingga mengevaluasi informasi yang diperoleh maka

pengetahuannya akan baik sehingga dapat meningkatkan kesadaran ibu

untuk melakukan IMD.

Pernyataan ini sesuai dengan hasil penelitian Wahyuningsih (2014)

di Klaten menyatakan bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu

bersalin tentang IMD dengan praktik IMD di Bidan Praktik Swasta Benis

Jayanto Kalten. Hasil penelitian Zainal dkk (2014) juga menunjukan hal

yang sama bahwa ada korelasi yang bermakna antara pengetahuan,

sikap dan pelaksanaan IMD. Inisisasi menyusu dini dalam 1 jam pertama

dapat memberikan peluang delapan kali lebih besar untuk keberhasilan

pemberian ASI Eklsklusif (Fikawati dan Syafiq, 2013). Selain pengetahuan

Page 15: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/219/1/HUBUNGAN PENGETAHUAN...Surat izin pengambilan data awal dari Poltekkes Kemenkes kendari Lampiran 2

4

dan sikap ibu, perilaku tenaga kesehatan khususnya bidan sangat

mempengaruhi pelaksanaan IMD.

Bidan sebagai salah satu tenaga kesehatan wajib melaksanakan

IMD dan konseling ASI Eksklusif, hal ini sesuai dengan Permenkes

1464/Menkes/Per/X/2010 bahwa bidan dalam menjalankan praktiknya

berwenang untuk melaksanakan pelayanan menyusui dengan

memberikan bimbingan IMD dan promosi ASI Eksklusif (Kemenkes,

2010). Tenaga kesehatan wajib melaksanakan IMD paling singkat selama

1 jam dan wajib memberikan informasi tentang ASI Eksklusif kepada ibu

dan anggota keluarga dari bayi yang bersangkutan sejak pemeriksaan

kehamilan hingga pemberian ASI Eksklusif selesai (Permenkes, 2012).

Studi awal yang dilakukan peneliti di Rumah Sakit Umum Dewi

Sartika pada bulan Januari 2017 bahwa jumlah ibu bersalin mengalami

peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2014 jumlah ibu bersalin

sebanyak 356 orang, tahun 2015 sebanyak 497 orang dan pada tahun

2016 sebanyak 1288 orang. Hasil wawancara pada 10 ibu bersalin,

didapatkan hasil bahwa dari 10 ibu bersalin, 8 ibu bersalin belum

mengetahui secara benar tentang IMD terutama langkah-langkah dalam

IMD dan lamanya melakukan IMD.

Berdasarkan latar belakang tersebut sehingga penulis tertarik untuk

meneliti tentang hubungan pengetahuan ibu tentang IMD dengan praktik

inisisasi menyusu dini di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kendari.

Page 16: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/219/1/HUBUNGAN PENGETAHUAN...Surat izin pengambilan data awal dari Poltekkes Kemenkes kendari Lampiran 2

5

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, dapat dirumuskan masalah penelitian

adalah apakah ada hubungan pengetahuan ibu tentang inisisasi menyusu

dini dengan praktik inisisasi menyusu dini di Rumah Sakit Umum Dewi

Sartika Kendari tahun 2017?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang inisisasi

menyusu dini dengan praktik inisisasi menyusu dini di Rumah

Sakit Umum Dewi Sartika Kendari tahun 2017.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui distribusi frekuensi praktik inisisasi menyusu dini

di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kendari tahun 2017.

b. Mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan ibu tentang

inisisasi menyusu dini di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika

Kendari tahun 2017.

c. Menganalisis hubungan pengetahuan ibu tentang inisisasi

menyusu dini dengan praktik inisisasi menyusu dini di Rumah

Sakit Umum Dewi Sartika Kendari tahun 2017.

Page 17: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/219/1/HUBUNGAN PENGETAHUAN...Surat izin pengambilan data awal dari Poltekkes Kemenkes kendari Lampiran 2

6

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi Ibu bersalin dan menyusui

Untuk menambah wawasan ibu tentang inisiasi menyusu dini

sehingga keberhasilan menyusui dapat tercapai.

2. Manfaat bagi Rumah Sakit

Dapat mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang inisisasi

menyusu dini dengan praktik inisisasi menyusu dini sehingga IMD

bisa berhasil dilaksanakan.

3. Manfaat bagi Peneliti Selanjutnya

Untuk dokumentasi agar dapat digunakan sebagai bahan

perbandingan dalam melaksanakan penelitian selanjutnya.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh Agustiningrum dkk (2015) yang

berjudul hubungan pengetahuan dan sikap dengan pelaksanaan IMD di

Rumah Sakit Sariningsih Kota Bandung. Jenis penelitian yang digunakan

adalah deskritif korelatif. Sampel penelitian adalah ibu bersalin. Hasil

penelitian menyatakan ada hubungan antara pengetahuan dan sikap

dengan pelasanaan IMD. Perbedaan penelitian Agustiningrum dengan

penelitian ini adalah jumlah sampel, variabel penelitian dan lokasi

penelitian.

Jumlah sampel pada penelitian Agustiningrum sebanyak 59

responden, variabel penelitian adalah pengetahuan, sikap, pelaksanaan

IMD, lokasi penelitian di bandung. Perbedaan dengan penelitian ini yaitu

Page 18: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/219/1/HUBUNGAN PENGETAHUAN...Surat izin pengambilan data awal dari Poltekkes Kemenkes kendari Lampiran 2

7

jumlah sampel sebanyak 60 responden, variable penelitian adalah

pengetahuan tentang IMD dan praktik IMD, lokasi penelitian di Rumah

Sakit Dewi Sartika Kendari.

Page 19: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/219/1/HUBUNGAN PENGETAHUAN...Surat izin pengambilan data awal dari Poltekkes Kemenkes kendari Lampiran 2

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan tentang Praktik Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

1. Pengertian

Inisiasi menyusu dini (IMD) dalam istilah asing sering disebut

early inisiation adalah memberi kesempatan pada bayi baru lahir untuk

menyusu sendiri pada ibu dalam satu jam pertama kelahirannya

(Roesli, 2014). Ketika bayi sehat di letakkan di atas perut atau dada

ibu segera setelah lahir dan terjadi kontak kulit (skin to skin contact)

merupakan pertunjukan yang menakjubkan, bayi akan bereaksi oleh

karena rangsangan sentuhan ibu, bayi akan bergerak di atas perut ibu

dan menjangkau payudara.

Gupta (2015), menyatakan inisiasi menyusu dini disebut sebagai

tahap ke empat persalinan yaitu tepat setelah persalinan sampai satu jam

setelah persalinan, meletakkan bayi baru lahir dengan posisi tengkurap

setelah dikeringkan tubuhnya namun belum dibersihkan, tidak

dibungkus di dada ibunya segera setelah persalinan dan memastikan

bayi mendapat kontak kulit dengan ibunya, menemukan puting susu

dan mendapatkan kolostrom atau ASI yang pertama kali keluar.

Inisiasi menyusu dini adalah proses menyusu bukan menyusui

yang merupakan gambaran bahwa inisiasi menyusu dini bukan

8

Page 20: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/219/1/HUBUNGAN PENGETAHUAN...Surat izin pengambilan data awal dari Poltekkes Kemenkes kendari Lampiran 2

9

program ibu menyusui bayi tetapi bayi yang harus aktif sendiri

menemukan putting susu ibu (Alfian, dkk, 2013).

Setelah lahir bayi belum menujukkan kesiapannya untuk

menyusu (Gupta, 2015). Reflek menghisap bayi timbul setelah 20-30

menit setelah lahir. Roesli (2014), menyatakan bayi menunjukan kesiapan

untuk menyusu 30-40 menit setelah lahir. Kesimpulan dari berbagai

pengertian di atas, inisiasi menyusu dini adalah suatu rangkaian

kegiatan dimana bayi segera setelah lahir yang sudah terpotong tali

pusatnya secara naluri melakukan aktivitas-aktivitas yang diakhiri

dengan menemukan puting susu ibu kemudian menyusu pada satu jam

pertama kelahiran.

2. Prinsip inisiasi menyusu dini (IMD)

Prinsip dasar inisiasi menyusui dini adalah tanpa harus

dibersihkan dulu, bayi diletakkan di dada ibunya dengan posisi tengkurap

dimana telinga dan tangan bayi berada dalam satu garis (Markum, 2014),

sehingga terjadi kontak kulit dan secara alami bayi mencari payudara

ibu dan mulai menyusu. Prinsip dasar IMD adalah tanpa harus

dibersihkan terlebih dahulu, bayi diletakkan di dada ibunya dan secara

naluriah bayi akan mencari payudara ibu, kemudian mulai menyusu

(Rosita, 2014).

Kesimpulan dari pendapat di atas, prinsip IMD adalah cukup

mengeringkan tubuh bayi yang baru lahir dengan kain atau handuk tanpa

harus memandikan, tidak membungkus (bedong) kemudian

Page 21: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/219/1/HUBUNGAN PENGETAHUAN...Surat izin pengambilan data awal dari Poltekkes Kemenkes kendari Lampiran 2

10

meletakkannya ke dada ibu dalam keadaan tengkurap sehingga ada

kontak kulit dengan ibu, selanjutnya beri kesempatan bayi untuk

menyusu sendiri pada ibu pada satu jam pertama kelahiran.

3. Manfaat inisiasi menyusu dini (IMD)

Rosita (2013), menyatakan bahwa IMD bermanfaat bagi ibu dan

bayi baik secara fisiologis maupun psikologis yaitu sebagai berikut :

1). Ibu

Sentuhan dan hisapan payudara ibu mendorong keluarnya

oksitoksin. Oksitoksin menyebabkan kontraksi pada uterus sehingga

membantu keluarnya plasenta dan mencegah perdarahan. Oksitoksin

juga menstimulasi hormon-hormon lain yang menyebabkan ibu

merasa aman dan nyaman, sehingga ASI keluar dengan cancer.

2). Bayi

Bersentuhan dengan ibu memberikan kehangatan,

ketenangan sehingga napas dan denyut jantung bayi menjadi teratur.

Bayi memperoleh kolostrom yang mengandung antibodi dan

merupakan imunisasi pertama. Di samping itu, kolostrom juga

mengandung faktor pertumbuhan yang membantu usus bayi

berfungsi secara efektif, sehingga mikroorganisme dan penyebab

alergi lain lebih sulit masuk ke dalam tubuh bayi.

4. Langkah–langkah pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD)

Rosita (2013), menyatakan ada 10 langkah yang harus dilakukan

untuk terlaksananya IMD yaitu :

Page 22: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/219/1/HUBUNGAN PENGETAHUAN...Surat izin pengambilan data awal dari Poltekkes Kemenkes kendari Lampiran 2

11

1) Ibu perlu ditemani seseorang yang dapat memberikan rasa nyaman

dan aman saat melahirkan, baik itu suami, ibu, teman atau saudara

yang lain.

2) Membantu proses kelahiran dengan upaya-upaya di luar obat

seperti pijatan, aromaterapi dan lain-lain kecuali jika dokter sudah

memutuskan untuk menggunakan obat atau alat pemicu.

3) Memberikan posisi yang nyaman bagi ibu saat proses persalinan

atau memberikan posisi melahirkan sesuai keinginan ibu, karena

tidak semua ibu merasa nyaman dengan posisi terlentang.

4) Mengeringkan tubuh bayi dengan handuk halus segera setelah

lahir tanpa dimandikan terlebih dahulu, biarkan cairan alami yang

menyelimuti kulit bayi.

5) Meletakkan bayi di dada ibu dalam posisi tengkurap.

6) Membiarkan kulit bayi bersentuhan dengan kulit ibu hingga bayi

menemukan puting susu ibu kemudian menyusunya.

7) Membiarkan bayi bergerak secara alami mencari payudara ibu

jangan arahkan menuju salah satu puting tetapi pastikan bayi

dalam posisi nyaman untuk mencari puting susu ibu.

8) Ibu yang melahirkan dengan secio caesar juga harus segera

bersentuhan dengan bayinya setelah melahirkan yang tentu

prosesnya membutuhkan perjuangan yang lebih.

Page 23: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/219/1/HUBUNGAN PENGETAHUAN...Surat izin pengambilan data awal dari Poltekkes Kemenkes kendari Lampiran 2

12

9) Kegiatan-kegiatan yang dapat mengganggu kenyamanan bayi seperti

menimbang dan mengukur harus dilakukan setelah bayi bisa

melakukan inisiasi menyusu dini.

10) Jangan memberikan cairan atau makanan lain pada bayi kecuali

ada indikasi medis.

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan IMD.

a. Faktor-faktor pendukung.

Terdiri dari faktor internal dan eksternal. Pengetahuan,

sikap, pengalaman dan persepsi ibu merupakan faktor internal

sedangkan fasilitas kesehatan, petugas penolong persalinan,

keluarga dan orang terdekat serta lingkungan merupakan faktor

eksternal.

b. Faktor-faktor penghambat.

Roesli (2014), menyatakan faktor-faktor penghambat Inisiasi

Menyusu Dini adalah adanya pendapat atau persepsi ibu,

masyarakat dan petugas kesehatan yang salah atau tidak benar

tentang hal ini, yaitu sebagai berikut :

1) Bayi akan kedinginan

Bayi berada dalam suhu yang aman jika melakukan

kontak kulit dengan sang ibu, suhu payudara ibu akan

meningkat 0,5 derajat dalam dua menit jika bayi diletakkan di

dada ibu. Berdasarkan hasil penelitian Bergman (2015)

ditemukan bahwa suhu dada ibu yang melahirkan menjadi

Page 24: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/219/1/HUBUNGAN PENGETAHUAN...Surat izin pengambilan data awal dari Poltekkes Kemenkes kendari Lampiran 2

13

1°C lebih panas dari suhu dada ibu yang tidak melahirkan.

Jika bayi yang diletakkan di dada ibu ini kepanasan, suhu

dada ibu akan turun 1°C. Jika bayi kedinginan, suhu dada

ibu akan meningkat 2°C untuk menghangatkan bayi. Jadi

dada ibu merupakan tempat yang terbaik bagi bayi yang

baru lahir dibandingkan tempat tidur yang canggih dan mahal.

2) Ibu kelelahan

Memeluk bayinya segera setelah lahir membuat ibu

merasa senang dan keluarnya oksitoksin saat kontak kulit ke

kulit serta saat bayi menyusu dini membantu menenangkan

ibu.

3) Tenaga kesehatan kurang tersedia.

Penolong persalinan dapat melanjutkan tugasnya

sementara bayi masih didada ibu dan menemukan sendiri

payudara ibu. Libatkan ayah atau keluarga terdekat untuk

menjaga bayi sambil memberi dukungan pada ibu.

4) Kamar bersalin atau kamar operasi sibuk.

Ibu dapat dipindahkan keruang pulih atau kamar

perawatan dengan bayi masih didada ibu, berikan kesempatan

pada bayi untuk meneruskan usahanya mencapai payudara

dan menyusu dini.

Page 25: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/219/1/HUBUNGAN PENGETAHUAN...Surat izin pengambilan data awal dari Poltekkes Kemenkes kendari Lampiran 2

14

5) Ibu harus di jahit.

Kegiatan merangkak mencari payudara terjadi di area

payudara dan lokasi yang dijahit adalah bagian bawah ibu.

6) Suntikan vitamin K dan tetes mata untuk mencegah penyakit

gonore harus segera diberikan setelah lahir. Menurut

American college of obstetrics and Gynecology dan

Academy Breastfeeding Medicine (2014), tindakan

pencegahan ini dapat ditunda setidaknya selama satu jam

sampai bayi menyusu sendiri tanpa membahayakan bayi.

7) Bayi harus segera dibersihkan, dimandikan, ditimbang, dan

diukur. Menunda memandikan bayi berarti menghindarkan

hilangnya panas badan bayi. Selain itu, kesempatan vernix

meresap, melunakkan, dan melindungi kulit bayi lebih

besar. Bayi dapat dikeringkan segera setelah lahir.

Penimbangan dan pengukuran dapat ditunda sampai

menyusu awal selesai.

8) Bayi kurang siaga.

Pada 1-2 jam pertama kelahirannya, bayi sangat siaga.

Setelah itu, bayi tidur dalam waktu yang lama. Jika bayi

mengantuk akibatnya obat yang diasup oleh ibu, kontak

kulit akan lebih penting lagi karena bayi memerlukan

bantuan lebih untuk bonding.

Page 26: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/219/1/HUBUNGAN PENGETAHUAN...Surat izin pengambilan data awal dari Poltekkes Kemenkes kendari Lampiran 2

15

9) Kolostrom tidak keluar atau jumlah kolostrom tidak

memadai sehingga diperlukan cairan lain. Kolostrom cukup

dijadikan makanan pertama bayi baru lahir. Bayi dilahirkan

.dengan membawa bekal air dan gula yang dapat dipakai

pada saat itu.

10) Kolostrom tidak baik, bahkan berbahaya untuk bayi

Kolostrom sangat diperlukan untuk tumbuh-kembang bayi.

Selain sebagai imunisasi pertama dan mengurangi kuning

pada bayi baru lahir, kolostrom melindungi dan

mematangkan dinding usus yang masih muda. Selain faktor-

faktor penghambat di atas menurut Kristiyansari, (2013)

ada beberapa mitos yang menjadi penghambat

pelaksanaan IMD yaitu: Kolostrom tidak baik dan berbahaya

bagi bayi, bayi memerlukan cairan lain sebelum menyusu,

kolostrom dan ASI saja tidak mencukupi kebutuhan minum

bayi, bayi akan kedinginan saat dilakukan IMD, setelah

melahirkan ibu terlalu lelah untuk menyusui bayi, IMD

merupakan prosedur yang merepotkan bagi petugas

kesehatan dokter, perawat, bidan.

Page 27: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/219/1/HUBUNGAN PENGETAHUAN...Surat izin pengambilan data awal dari Poltekkes Kemenkes kendari Lampiran 2

16

B. Tinjauan tentang Pengetahuan

1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

terjadi melalui panca indra manusia yaitu penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba (Notoatmojo, 2012).

Penelitian mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi

perilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan,

yaitu :

a. Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahiu terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

b. Internst (merasa tertarik) terhadap stimulus/objek tertentu di sini sikap

subjek sudah mulai timbul.

c. Evalution (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya terhadap

stimulus tersebut bagi dirinya, hal ini berarti sikap responden sudah

tidak baik lagi.

d. Trial, dimana subjek sudah mulai melakukan sesuatu dengan apa yang

dikehendaki.

e. Adopsi, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai denagn

pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

2. Tingkatan Pengetahuan

Menurut Notoatmojo (2010), pengetahuan yang dicakup dalam

daerah kognitif mempunyai 6 tingkatan.

Page 28: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/219/1/HUBUNGAN PENGETAHUAN...Surat izin pengambilan data awal dari Poltekkes Kemenkes kendari Lampiran 2

17

1) Tahu (know) adalah mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Untuk mengukur orang tahu tentang apa yang dipelajari

antara lain dengan menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,

menyatakan.

2) Memahami (comprehension) adalah kemampuan untuk memehami

secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3) Aplikasi (application) adalah kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya.

4) Analisis (analysis) adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau

objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam suatu

struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama

lainnya.

5) Sintesis (synthesis) adalah kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru.

6) Evaluasi (evaluation) adalah kemempuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi objek.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Wawan & Dewi (2012), beberapa faktor yang

mempengaruhi pengetahuan, yaitu :

1) Faktor internal

a). Pendidikan

Page 29: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/219/1/HUBUNGAN PENGETAHUAN...Surat izin pengambilan data awal dari Poltekkes Kemenkes kendari Lampiran 2

18

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang

terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita

tertentu yang menetukan manusia untuk berbuat dan mengisi

kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagian.

Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga

perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotifasi

untuk sikap berperan serta dalam pembangunan. Pada umumnya

makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima

informasi.

Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi,

misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga

meningkatkan kualitas hidup khususnya bagi ibu dalam

memperoleh informasi tentang menstruasi. Oleh sebab itu, makin

tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka makin mudah

menerima informasi dalam memperoleh informasi mengenai

menstruasi sehingga makin banyak pengetahuan yang dimiliki dan

semakin mudah menerima informasi.

b). Pekerjaan

Pekerjaan dalam arti luas aktifitas utama yang dilakukan

manusia dalam arti sempit istilah pekerjaan digunakan untuk suatu

kerja menghasilkan uang bagi seseorang dalam pembicaraan

sehari-hari istilah ini sering dianggap sinonim dengan profesi.jadi

dapat diartikan sebagai sesuatu yang dikelurkan oleh seseorang

Page 30: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/219/1/HUBUNGAN PENGETAHUAN...Surat izin pengambilan data awal dari Poltekkes Kemenkes kendari Lampiran 2

19

sebagai profesi sengaja dilakukan untuk mendapatkan

penghasilan.

Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita

waktu. Seorang remaja yang dalam masa pendidikannya juga

harus bekerja untuk dapat membiayai studinya sehingga para

remaja mempunyai kesempatan yang lebih kecil untuk

mendapatkan informasi yang bermanfaat bagi derajat

kesehatannya khususnya tentang menstruasi. Hal ini dikarenakan

waktu luang yang ada dimanfaatkan untuk bekerja dan beristirahat.

c). Umur

Menurut Elizabeth yang dikutip Nursalam (2013), usia

adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai

berulang tahun. (Hucklock 2014) semakin cukup umur, tingkat

kemantangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam

berpikir dan bekerja jadi semakin matangnya umur seorang

semakin matang pula pemikirannya tentang IMD.

2) Faktor eksternal

a).Faktor lingkungan

Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar,

manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi

perkembangan dan perilaku orang atau kelompok. Lingkungan bisa

membuat pola pikir menjadi sesuatu yang menakutkan, tergantung

bagaimana lingkungan memperlakukan.

Page 31: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/219/1/HUBUNGAN PENGETAHUAN...Surat izin pengambilan data awal dari Poltekkes Kemenkes kendari Lampiran 2

20

b). Sosial budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat

mempengaruhi dari sikap dalam menerima kelompok. Begitu pula

tentang praktik IMD masih banyak masyarakat yang menganggap

bawah IMD itu sesuatu yang tabuh untuk di bicarakan khususnya

pada masyarakat yang adat istiadatnya masih kental sehingga

banyak mitos-mitos yang bermunculan sehingga ibu merasa cemas

untuk melakukan IMD.

4. Perkembangan Pengetahuan

Ilmu pengetahuan manusia mengalami beberapa periode

perkembangan dari waktu ke waktu sepanjang kehidupan manusia di

permukaan bumi ini. Proses yang terjadi mengikuti kemajuan peradaban

manusia dari zaman batu sampai zaman modern dan sering disebut

sebagai “The Ways Of Thinking”. Proses tahapan yaitu :

a. Periode trial and error. Manusia melihat dan mendengar sesuatu, lalu

mulai berfikir dan timbul keinginan untuk mencoba, tetapi gagal,

kemudian mencoba lagi berkali-kali dan akhirnya berhasil.

b. Periode authority and tradition. Semua pemikiran dan pendapat

dijadikan norma-norma dan tradisi yang harus dilaksanakan oleh

setiap orang. Bila seseorang melanggarnya, akan dikenakan sanksi

hukuman, baik moral maupun fisik.

Page 32: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/219/1/HUBUNGAN PENGETAHUAN...Surat izin pengambilan data awal dari Poltekkes Kemenkes kendari Lampiran 2

21

c. Periode speculation and argumentation. Setiap pemikiran dan

pendapat mulai dibahas kebenarannya melalui spekulasi dan adu

argumentasi.

Periode hyphothesis and experimentation. Semua pemikiran dan

pendapat harus dianalisis, diteliti, serta diuji kebenarannya secara ilmiah

(Chandra, 2012).

5. Pengukuran pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan cara

wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang

akan diukur dari subyek penelitian atau responden. Kedalaman

pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita

sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas (Nursalam, 2013) :

Tingkat pengetahuan baik bila skor >75%-100%

Tingkat pengetahuan cukup bila skor 56%-75%

Tingkat pengetahuan kurang bila skor <56%

C. Tinjauan tentang ASI

1. Proses terbentuknya ASI

Hormon prolaktin dari plasenta meningkat selama

kehamilan tetapi biasanya ASI belum keluar karena masih dihambat

oleh kadar estrogen yang tinggi. Pada hari kedua atau ketiga pasca

persalinan, kadar estrogen dan progresteron turun drastis, sehingga

pengaruh prolaktin lebih dominan dan pada saat inilah mulai terjadi

Page 33: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/219/1/HUBUNGAN PENGETAHUAN...Surat izin pengambilan data awal dari Poltekkes Kemenkes kendari Lampiran 2

22

sekresi ASI. Dengan menyusukan lebih dini terjadi perangsangan puting

susu, terbentuklah prolaktin dari hipofisis, sehingga sekresi ASI semakin

lancar. Dua reflek yang sangat penting dalam proses laktasi adalah

reflek prolaktin dan reflek aliran (let down reflex).

1) Reflek prolaktin

Pada saat bayi menyusu, ujung saraf peraba yang terdapat

pada puting susu terangsang. Rangsangan tersebut oleh serabut afferent

dibawa ke hipotalamus di dasar otak, lalu memacu hipofise anterior untuk

mengeluarkan prolaktin ke dalam darah, melalui sirkulasi prolaktin

memacu sel kelenjar (alveoli) untuk memproduksi air susu. Jumlah

prolaktin yang disekresi dan jumlah susu yang diproduksi berkaitan

dengan stimulus isapan, yaitu frekuensi, intensitas dan lamanya bayi

menghisap.

b. Reflek aliran (let down reflex)

Rangsangan yang ditimbulkan oleh bayi saat menyusu selain

mempengaruhi hipofise anterior mengeluarkan hormon prolaktin juga

mempengaruhi hipofise posterior mengeluarkan hormon oksitoksin.

Dimana setelah oksitoksin dilepas ke dalam darah akan memacu otot

polos yang mengelilingi alveoli dan ducktus untuk berkontraksi, sehingga

memeras air susu dari alveoli, duktus dan sinus menuju puting

susu. Let down reflex dapat dirasakan sebagai sensasi kesemutan atau

dapat juga ibu merasakan sensasi apapun. Tanda- tanda lain dari let

down reflex adalah tetesan pada payudara lain yang tidak sedang

Page 34: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/219/1/HUBUNGAN PENGETAHUAN...Surat izin pengambilan data awal dari Poltekkes Kemenkes kendari Lampiran 2

23

dihisap oleh bayi, reflek ini dipengaruhi oleh kejiwaan ibu (Kristiyansari,

2012).

2. Komposisi ASI

ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, lactose dan

garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara

ibu, sebagai makanan utama bagi bayi. Komposisi ASI tidak sama dari

waktu-kewaktu, hal ini berdasar stadium laktasi. Komposisi ASI menurut

Kristiyansari (2012) dibedakan menjadi 3 macam yaitu:

a. Kolostrum

ASI yang dihasilkan pada hari pertama sampai hari ketiga

setelah bayi lahir. Kolostrum merupakan cairan yang agak kental

berwarna kekuningan, lebih kuning dibanding dengan ASI mature,

bentuknya agak kasar karena mengandung butiran lemak dan

sel-sel epitel, dengan khasiat sebagai berikut :

1) sebagai pembersih selaput usus bayi yang baru lahir

sehingga saluran pencernaan siap untuk menerima makanan.

2) mengandung kadar protein yang tinggi terutama gama

globulin, sehingga dapat memberikan perlindungan tubuh

terhadap infeksi.

3) mengandung zat antibodi sehingga mampu melindungi tubuh

bayi dari berbagai penyakit infeksi untuk jangka waktu sampai

dengan 6 bulan.

Page 35: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/219/1/HUBUNGAN PENGETAHUAN...Surat izin pengambilan data awal dari Poltekkes Kemenkes kendari Lampiran 2

24

b. ASI masa transisi. ASI yang dihasilkan mulai hari ke empat sampai

hari ke sepuluh.

c. ASI mature. ASI yang dihasilkan mulai hari ke sepuluh sampai

seterusnya.

3. Manfaat ASI

Kristiyansari (2012), menyatakan bahwa ASI mempunyai

manfaat yang cukup besar bagi bayi, ibu, keluarga maupun negara yaitu

sebagai berikut :

a. Bayi

1) Membantu bayi memulai kehidupannya dengan baik, bayi yang

mendapatkan ASI mempunyai kenaikan berat badan yang baik

setelah lahir, pertumbuhan setelah perinatal baik, dan

mengurangi kemungkinan obesitas.

2) Mendapatkan antibodi.

3) Memberikan rasa nyaman dan aman bagi bayi dengan adanya

proses menyusui oleh ibu.

4) Terhindar dari alergi.

5) Meningkatkan kecerdasan bayi.

6) Membantu perkembangan rahang dan merangsang pertumbuhan

gigi.

b. Ibu

1) Menjarangkan kehamilan atau sebagai alat kontrasepsi.

Page 36: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/219/1/HUBUNGAN PENGETAHUAN...Surat izin pengambilan data awal dari Poltekkes Kemenkes kendari Lampiran 2

25

2) Mencegah terjadinya perdarahan pasca pesalinan, anemia dan

mencegah terjadinya kanker payudara dan ovarium.

3) Menurunkan berat badan.

4) Menumbuhkan rasa bangga karena merasa diperlukan oleh

semua manusia.

c. Keluarga

1) Penghematan atau ekonomis

2) Kebahagian keluarga bertambah karena kelahiran yang jarang

sehingga mendekatkan hubungan bayi dan keluarga.

3) Praktis karena tidak perlu repot menyiapkan alat-alat menyusui

yang dapat diberikan dimana saja kapan saja.

d. Negara

1) Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi.

2) Menghemat devisa Negara.

3) Mengurangi subsidi untuk Rumah Sakit.

4) Meningkatakan kualitas generasi penerus.

D. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang IMD dengan Praktik IMD

Inisiasi menyusu dini (IMD) dalam istilah asing sering disebut

early inisiation adalah memberi kesempatan pada bayi baru lahir

untuk menyusu sendiri pada ibu dalam satu jam pertama kelahirannya

(Roesli, 2014). Ketika bayi sehat di letakkan di atas perut atau dada

ibu segera setelah lahir dan terjadi kontak kulit (skin to skin contact)

merupakan pertunjukan yang menakjubkan, bayi akan bereaksi

Page 37: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/219/1/HUBUNGAN PENGETAHUAN...Surat izin pengambilan data awal dari Poltekkes Kemenkes kendari Lampiran 2

26

oleh karena rangsangan sentuhan ibu, b a y i akan bergerak di

atas perut ibu dan menjangkau payudara.

Inisiasi menyusu dini merupakan proses menyusu bukan

menyusui yang memberikan gambaran bahwa inisiasi menyusu dini

bukan program ibu menyusui bayi tetapi bayi yang harus aktif sendiri

menemukan putting susu ibu (Alfian, dkk, 2013). Setelah lahir bayi

belum menujukkan kesiapannya untuk menyusu (Gupta, 2015). Reflek

menghisap bayi timbul setelah 20-30 menit setelah lahir. Roesli (2014),

menyatakan bayi menunjukan kesiapan untuk menyusu 30-40 menit

setelah lahir.

Kesimpulan dari berbagai pengertian di atas, inisiasi menyusu

dini adalah suatu rangkaian kegiatan dimana bayi segera setelah lahir

yang sudah terpotong tali pusatnya secara naluri melakukan aktivitas-

aktivitas yang diakhiri dengan menemukan puting susu ibu kemudian

menyusu pada satu jam pertama kelahiran.

Beberapa faktor pendukung yang mempengaruhi pelaksanaan IMD

terdiri dari faktor internal dan eksternal. Pengetahuan, sikap,

pengalaman dan persepsi ibu merupakan faktor internal sedangkan

fasilitas kesehatan, petugas penolong persalinan, keluarga dan orang

terdekat serta lingkungan merupakan faktor eksternal. Menurut Green

bahwa pelaksanaan IMD dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain

pengetahuan ibu, sikap ibu, perilaku petugas kesehatan (Labbok et al,

2013; Roesli, 2014).

Page 38: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/219/1/HUBUNGAN PENGETAHUAN...Surat izin pengambilan data awal dari Poltekkes Kemenkes kendari Lampiran 2

27

Pengetahuan merupakan hasil tahu setelah seseorang melakukan

penginderaan melalui panca indera. Sebagian pengetahuan diperoleh

melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2010). Seorang ibu yang mampu

mengetahui hingga mengevaluasi informasi yang diperoleh maka

pengetahuannya akan baik sehingga dapat meningkatkan kesadaran ibu

untuk melakukan IMD. Faktor penghambat pelaksanaan IMD yaitu adanya

pendapat atau persepsi ibu, masyarakat dan petugas kesehatan yang

salah atau tidak benar tentang (Roesli, 2014).

Page 39: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/219/1/HUBUNGAN PENGETAHUAN...Surat izin pengambilan data awal dari Poltekkes Kemenkes kendari Lampiran 2

28

E. Landasan Teori

Inisiasi menyusu dini merupakan proses menyusu bukan

menyusui yang memberikan gambaran bahwa inisiasi menyusu dini

bukan program ibu menyusui bayi tetapi bayi yang harus aktif sendiri

menemukan putting susu ibu (Alfian, dkk, 2013). Setelah lahir bayi

belum menujukkan kesiapannya untuk menyusu (Gupta, 2015). Reflek

menghisap bayi timbul setelah 20-30 menit setelah lahir. Roesli (2014),

menyatakan bayi menunjukan kesiapan untuk menyusu 30-40 menit

setelah lahir. Kesimpulan dari berbagai pengertian di atas, inisiasi

menyusu dini adalah suatu rangkaian kegiatan dimana bayi segera

setelah lahir yang sudah terpotong tali pusatnya secara naluri melakukan

aktivitas-aktivitas yang diakhiri dengan menemukan puting susu ibu

kemudian menyusu pada satu jam pertama kelahiran.

Beberapa faktor pendukung yang mempengaruhi pelaksanaan IMD

terdiri dari faktor internal dan eksternal. Pengetahuan, sikap,

pengalaman dan persepsi ibu merupakan faktor internal sedangkan

fasilitas kesehatan, petugas penolong persalinan, keluarga dan orang

terdekat serta lingkungan merupakan faktor eksternal. Menurut Green

bahwa pelaksanaan IMD dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain

pengetahuan ibu, sikap ibu, perilaku petugas kesehatan (Labbok et al,

2013; Roesli, 2014). Faktor penghambat pelaksanaan IMD yaitu adanya

pendapat atau persepsi ibu, masyarakat dan petugas kesehatan yang

salah atau tidak benar tentang (Roesli, 2014).

Page 40: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/219/1/HUBUNGAN PENGETAHUAN...Surat izin pengambilan data awal dari Poltekkes Kemenkes kendari Lampiran 2

29

F. Kerangka Teori

Faktor pendukung

1. Faktor Internal

a. Pengetahuan b. Sikap

c. Pengalaman d. Persepsi

2. Faktor Eksternal

a. Fasilitas Kesehatan b. Penolong

Persalinan c. Keluarga d. Orang Terdekat

Faktor penghambat

a. Persepsi ibu yang

salah b. Persepsi masyarakat

yang salah c. Persepsi petugas

kesehatan yang salah

Praktik IMD

Gambar 1. Kerangka Teori dimodifikasi dari Alfian dkk, ( 2013); Labbok et al, (2013); Roesli (2014)

Page 41: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/219/1/HUBUNGAN PENGETAHUAN...Surat izin pengambilan data awal dari Poltekkes Kemenkes kendari Lampiran 2

30

G..Kerangka konsep

Keterangan

Variabel bebas: pengetahuan tentang IMD

Variable terikat: praktik IMD

H. Hipotesis Penelitian

Ada hubungan pengetahuan ibu tentang inisisasi menyusu dini

(IMD) dengan praktik inisisasi menyusu dini.

Pengetahuan tentang IMD Praktik IMD

Page 42: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/219/1/HUBUNGAN PENGETAHUAN...Surat izin pengambilan data awal dari Poltekkes Kemenkes kendari Lampiran 2

31

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah analitik, yaitu jenis penelitian untuk

mengetahui hubungan antara faktor risiko dan kejadian penyakit.

Rancangan penelitian yang digunakan adalah Cross Sectional Study,

yaitu rancangan penelitian yang dilakukan pada satu waktu bersamaan

antara variavel bebas dan terikat (Nursalam, 2013).

Gambar 3. Skema Rancangan Cross Sectional

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Dewi

Sartika Kendari pada bulan April sampai dengan Mei tahun 2017.

Ibu Besalin

Pengetahuan

Tentang IMD

Pengetahuan

Tentang IMD

Melakukan IMD

optimal

Melakukan IMD tidak

optimal

Pengetahuan

Tentang IMD

Melakukan IMD tidak optimal

Melakukan IMD tidak

optimal

Melakukan IMD

optimal

Melakukan IMD

optimal

31

Page 43: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/219/1/HUBUNGAN PENGETAHUAN...Surat izin pengambilan data awal dari Poltekkes Kemenkes kendari Lampiran 2

32

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu bersalin normal di

ruang kamar bersalin Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kendari

bulan April sampai dengan Mei tahun 2017 yang berjumlah 60 ibu.

2. Sampel dalam penelitian adalah ibu bersalin bulan April sampai

dengan Mei tahun 2017 yang berjumlah 60 orang. Pengambilan

sampel menggunakan tehnik total sampling yaitu semua populasi

dijadikan sebagai sampel penelitian.

D. Variabel Penelitian

1. Variabel terikat (dependent) yaitu praktik IMD.

2. Variabel bebas (independent) yaitu pengetahuan tentang IMD.

E. Definisi Operasional

1. Praktik IMD adalah proses bayi menyusu setelah dilahirkan,

dimana bayi diletakkan tengkurap diperut ibu dengan kontak

langsung kulit ibu dan kulit bayi sampai bayi dapat menyusu

sendiri. Skala ukur adalah ordinal.

Kriteria objektif

a. Melakukan IMD tapi tidak optimal: waktu IMD < 30 menit

c. Melakukan IMD secara optimal: waktu IMD 30–60 menit

(Unicef, 2012)

2. Pengetahuan tentang IMD adalah kemampuan responden untuk

mengetahui dan memahami sejumlah pertanyaan yang berkaitan

dengan inisiasi menyusu dini. Skala ukur adalah ordinal.

Page 44: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/219/1/HUBUNGAN PENGETAHUAN...Surat izin pengambilan data awal dari Poltekkes Kemenkes kendari Lampiran 2

33

Kriteria objektif

a. Pengetahuan baik : jika skor jawaban benar 16–20.

b. Pengetahuan cukup: jika skor jawaban benar 12-15

c. Pengetahuan kurang : jika skor jawaban benar ≤11.

(Nursalam, 2013)

F. Jenis dan Sumber Data Penelitian

Jenis data adalah data primer. Data diperoleh dari kuesioner yang

dibagikan pada ibu sebelum bersalin di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika

Kendari.

[

G. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar

checklist tentang praktik IMD dan kuesioner tentang pengetahuan IMD.

Kuesioner pengetahuan terdiri dari 20 pertanyaan yaitu 10 pertanyaan

favorable dan 10 unfavorable dengan pilihan jawaban benar atau salah.

Jawaban benar untuk pertanyaan favorable diberi nilai 1 dan jawaban

salah diberi nilai 0. Jawaban benar untuk pertanyaan unfavorable diberi

nilai 0 dan jawaban salah diberi nilai 1. Skor jawaban tertinggi adalah 20,

terendah adalah 0. Jawaban benar responden dihitung dan

dikelompokkan berdasarkan kreiteria objektif.

Page 45: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/219/1/HUBUNGAN PENGETAHUAN...Surat izin pengambilan data awal dari Poltekkes Kemenkes kendari Lampiran 2

34

H. Pengolahan dan Analisis Data

a. Pengolahan Data

Data yang telah dikumpul, diolah dengan cara manual dengan

langkah-langkah sebagai berikut :

1. Editing

Dilakukan pemeriksaan/pengecekan kelengkapan data yang

telah terkumpul, bila terdapat kesalahan atau berkurang dalam

pengumpulan data tersebut diperiksa kembali.

2. Coding

Hasil jawaban dari setiap pertanyaan diberi kode angka sesuai

dengan petunjuk.

3. Tabulating

Untuk mempermudah analisa data dan pengolahan data serta

pengambilan kesimpulan data dimasukkan ke dalam bentuk

tabel distribusi.

b. Analisis data

1. Univariabel

Data diolah dan disajikan kemudian dipresentasikan dan

uraikan dalam bentuk tabel dengan menggunakan rumus:

Keterangan :

f : variabel yang diteliti

n : jumlah sampel penelitian

Kxn

fX

Page 46: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/219/1/HUBUNGAN PENGETAHUAN...Surat izin pengambilan data awal dari Poltekkes Kemenkes kendari Lampiran 2

35

K: konstanta (100%)

X : Persentase hasil yang dicapai

2. Bivariabel

Untuk mendeskripsikan hubungan antara independent variable dan

dependent variable. Uji statistik yang digunakan adalah Chi-Square.

Adapun rumus yang digunakan untuk Chi-Square adalah :

X2 =

fe

fefo 2

Keterangan :

Σ : Jumlah

X2 : Statistik Shi-Square hitung

fo : Nilai frekuensi yang diobservasi

fe : Nilai frekuensi yang diharapkan

Pengambilan kesimpulan dari pengujian hipotesa adalah ada

hubungan jika p value < 0,05 dan tidak ada hubungan jika p value >

0,05 atau X2 hitung ≥ X2 tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima yang

berarti ada hubungan dan X2 hitung < X2 tabel maka H0 diterima dan

H1 ditolak yang berarti tidak ada hubungan.

Page 47: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/219/1/HUBUNGAN PENGETAHUAN...Surat izin pengambilan data awal dari Poltekkes Kemenkes kendari Lampiran 2

36

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Letak Geografis

RSU Dewi Sartika Kendari terletak di Jalan Kapten Piere

Tendean No.118 Kecamatan Baruga Kota Kendari Ibu Kota

Provinsi Sulawesi Tenggara. Lokasi ini sangat strategis karena

berada ditengah-tengah lingkungan pemukiman penduduk dan

mudah dijangkau dengan kendaraan umum karena berada disisi

jalan raya dengan batas-batas sebagai berikut :

a. Sebelah utara : Perumahan penduduk

b. Sebelah selatan : Jalan raya Kapten Piere Tendean

c. Sebelah timur : Perumahan penduduk

d. Sebelah barat : Perumahan penduduk

2. Lingkungan fisik

RSU Dewi Sartika Kendari berdiri diatas tanah seluas 1.624

m² dengan luas bangunan 957,90 m². RSU Dewi Sartika Kendari

selama kurun waktu 7 tahun sejak berdirinya tahun 2009 sampai

dengan tahun 2016 telah melakukan pengembangan fisik

bangunan sebagai bukti keseriusan untuk berbenah dan

memberikan pelayanan yang prima kepada masyarakat khususnya

masyarakat Kota Kendari.

35

Page 48: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/219/1/HUBUNGAN PENGETAHUAN...Surat izin pengambilan data awal dari Poltekkes Kemenkes kendari Lampiran 2

37

3. Status

RSU Dewi Sartika Kendari yang mulai dibangun /didirikan

tahun 2009 dengan izin operasional sementara dari walikota

Kendari No.56/IZN/XI/2010/001 tanggal 5 november 2010, maka

rumah sakit ini resmi berfungsi dan melakukan kegiatan-kegiatan

pelayanan kesehatan kepada masyarakat pencari jasa kesehatan

dibawah naungan Yayasan Widya Ananda Nugraha Kendari yang

sekaligus sebagai pemilik rumah sakit. RSU Dewi Sartika Kendari

telah ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan RI menjadi Rumah

sakit type D.

4. Organisasi dan Manajemen

Pemimpin RSU Dewi Sartika Kendari disebut Direktur.

Direktur dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab penuh

kepada pemilik rumah sakit dalam hal ini ketua Yayasan Widya

Ananda Nugraha dan dibantu oleh Kepala Tata Usaha dan 4

(empat) orang Kepala Bidang yakni ; Kepala Bidang Keuangan dan

Klaim, Kepala Bidang Pelayanan Medik, Kepala Bidang Penunjang

Medik, dan Kepala Bidang Perlengkapan dan sanitasi.

a. Kepala Bidang Keuangan dan Klaim

1) Kasir/Juru Bayar

2) Administrasi Klaim

b. Kepala Bidang Pelayanan Medik

1) Instalasi Gawat Darurat

Page 49: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/219/1/HUBUNGAN PENGETAHUAN...Surat izin pengambilan data awal dari Poltekkes Kemenkes kendari Lampiran 2

38

2) Instalasi Rawat Jalan (IRJ)

3) Instalasi Rawat Inap (IRNA)

4) Instalasi Gizi

5) Instalasi Farmasi

6) Kamar Operasi

7) Rekam Medik

8) HCU

9) Ruang Sterilisasi, dll

c. Kepala Bidang Penunjang Medis

1) Laboratorium

2) Radiologi

d. Kepala Bidang Perlengkapan dan Sanitasi

1) Perlengkapan

2) Keamanan

3) Kebersihan

Selain pengorganisasian tersebut diatas terdapat 2 (dua) kelompok yang

sifatnya kemitraan yakni :

a. Komite Medik, dan

b. Satuan Pengawasan Intern

5. Tugas Pokok dan Fungsi Rumah Sakit Umum Dewi Sartika

Kendari

Tugas pokok RSU Dewi Sartika Kendari adalah melakukan

upaya kesehatan secara efisien dan efektif dengan mengutamakan

Page 50: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/219/1/HUBUNGAN PENGETAHUAN...Surat izin pengambilan data awal dari Poltekkes Kemenkes kendari Lampiran 2

39

penyembuhan dan pemulihanyang dilaksanakan secara serasi dan

terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta

melaksanakan upaya rujukan.

Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana tersebut

diatas RSU Dewi Sartika Kendari mempunyai fungsi :

a. Menyelenggarakan pelayanan medik

b. Menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan

c. Menyelenggarakan pelayanan penunjang medik

d. Menyelenggarakan pelayanan rujukan

e. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan

f. Menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan

6. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana RSU Dewi Sartika Kendari adalah sebagai

berikut :

a. IGD, Poliklinik Spesialis, Ruangan perawatan Kelas I, Kelas II,

Kelas 3 dengan fasilitasnya

b. Listrik dari PLN tersedia 5500 watt dibantu dengan 1 unit genset

sebagai cadangan

c. Air yang digunakan di RSU Dewi Sartika adalah air dari sumur

bor yang ditampung dalam reservoir dan berfungsi 24 jam.

d. Sarana komunikasi berupa telepon, fax dan dilengkapi dengan

fasilitas Internet (Wi Fi)

e. Alat Pemadam kebakaran

Page 51: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/219/1/HUBUNGAN PENGETAHUAN...Surat izin pengambilan data awal dari Poltekkes Kemenkes kendari Lampiran 2

40

f. Pembuangan limbah

g. Untuk sampah disediakan tempat sampah disetiap ruangan dan

juga diluar ruangan, sampah akhirnya dibuang ketempat

pembuangan sementara (2 bak sampah) sebelum diangkat oleh

mobil pengangkut sampah.

h. Untuk limbah cair ditiap-tiap ruangan disediakan kamar mandi

dan WC dengan septic tank serta saluran pembuangan limbah.

i. Pagar seluruh areal rumah sakit terbuat dari tembok.

7. Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di RSU Dewi Sartika

Kendari adalah sebagai berikut :

a. Pelayanan medis

1) Instalasi Gawat Darurat

2) Instalasi Rawat Jalan, yaitu Poliklinik Obsgyn, Poliklinik

Umum, Poliklinik Penyakit Dalam, Poliklinik Mata, Poliklinik

Bedah, Poliklinik Anak, Poliklinik THT, Poliklinik Radiologi,

Poliklinik Jantung, Poliklinik Gigi Anak.

3) Instalasi Rawat Inap

a) Dewasa/Anak/Umum

b) Persalinan

4) Kamar Operasi

a) Operasi Obsgyn

b) Bedah umum

Page 52: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/219/1/HUBUNGAN PENGETAHUAN...Surat izin pengambilan data awal dari Poltekkes Kemenkes kendari Lampiran 2

41

5) HCU

b. Pelayanan penunjang medis, yaitu instalasi farmasi, radiologi,

laboratorium, instalasi gizi, ambulance

c. Pelayanan Non Medis, yaitu sterilisasi dan laundry

8. Fasilitas Tempat Tidur

Jumlah Tempat Tidur yang ada di RSU Dewi Sartika Kendari

adalah sebanyak 91 buah tempat tidur yang terbagi dalam beberapa

kelas perawatan yakni sebagai berikut

Tabel 1.

Jumlah Tempat Tidur RSU Dewi Sartika Kendari Tahun 2016

Jenis Ruangan Jumlah

VIP

Kelas I

Kelas II

Kelas III/Bangsal/Intenal

UGD

Ruang Bersalin

14

10

12

37

11

7

Jumlah 91

Sumber : Data Primer

9. Sumber Daya Manusia (SDM)

Sumber Daya Manusia di RSU Dewi Sartika Kendari berjumlah 160

terdiri dari (17: Part Time, 143: Full Time) dengan spesifikasi pendidikan

sebagai berikut

Page 53: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/219/1/HUBUNGAN PENGETAHUAN...Surat izin pengambilan data awal dari Poltekkes Kemenkes kendari Lampiran 2

42

Tabel 2

Jumlah SDM RSU Dewi Sartika Kendari Tahun 2016

Jenis Tenaga Status Ketenagaan Jenis Kelamin

Tetap Tidak Tetap L P

Tenaga Medis Dokter Spesialis Obgyn

1

1

2

-

Dokter Spesialis Bedah - 1 1 -

Dokter Spesialis Interna - 1 1 -

Dokter Spesialis Anastesi - 1 1 -

Dokter Spesialis PK - 1 - 1

Dokter Spesialis Anak - 1 - 1

Dokter Spesialis Radiologi - 1 1 -

Dokter Spesialis THT - 1 - 1

Dokter Spesialis Mata - 1 1 -

Dokter Spesialis Jantung - 1 1 -

Dokter Gigi Anak - 1 - 1

Dokter Umum - 3 3 -

Paramedis 1. S1 Keperawatan/Nurse

2. D IV Kebidanan 3. D III Bidan 4. D III Keperawatan

26

5 43 56

-

2 - -

10

- - 11

16

7 43 45

Tenaga Kesehatan Lainnya 1. Master Kesehatan 2. SKM

3. Apoteker 4. D III Farmasi

5. S 1 Gizi 6. D III Analis Kesehatan

- 1 1

1 1

3

- 1

2 1

- -

- 1

1 -

- 1

- 1

1 2

1 2

Non Medis 1. DII/Keuangan

2. Diploma Komputer 3. SLTA/SMA/SMU

1 1 11

- -

-

- -

2

1 1

9

Jumlah 67 19 24 60

Sumber : Data Primer

10. Sumber Pembiayaan

Sumber pembiayaan RSU Dewi Sartika Kendari berasal dari :

a. Pengelolaan Rumah Sakit

Page 54: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/219/1/HUBUNGAN PENGETAHUAN...Surat izin pengambilan data awal dari Poltekkes Kemenkes kendari Lampiran 2

43

b. Yayasan Widya Ananda Nugraha Kendari

B. Hasil Penelitian

Penelitian hubungan pengetahuan ibu tentang inisisasi menyusu

dini (IMD) dengan praktik inisisasi menyusu dini telah dilaksanakan di

Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kota Kendari pada bulan April hingga

Mei tahun 2017. Sampel penelitian adalah ibu bersalin di ruang kamar

bersalin Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kota Kendari berjumlah 60 ibu.

Data yang telah terkumpul diolah dan dianalisis menggunakan SPSS versi

24.

Data yang telah dianalisis disajikan dalam bentuk tabel yang

disertai penjelasan. Hasil penelitian terdiri dari analisis univariabel dan

bivariabel. Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel berikut

1. Analisis Univariabel

Analisis univariabel adalah analisis setiap variabel untuk memperoleh

gambaran setiap variabel dalam bentuk distribusi frekuensi. Analisis univariabel

pada penelitian ini, yaitu analisis karakteristik responden, pengetahuan tentang

IMD, praktik IMD. Hasil analisis univariabel sebagai berikut:

a. Karakteristik Responden

Karakteristik merupakan ciri atau tanda khas yang melekat pada diri

responden yang membedakan antara responden yang satu dengan yang

lainnya. Karakteristik responden pada penelitian ini terdiri dari umur

Page 55: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/219/1/HUBUNGAN PENGETAHUAN...Surat izin pengambilan data awal dari Poltekkes Kemenkes kendari Lampiran 2

44

responden, pendidikan, gravida. Karakteristik responden dapat dilihat

pada tabel 3.

Tabel 3

Karakteristik Responden

Karakteristik Jumlah

N %

Umur

<20 tahun

20-35 tahun

>35 tahun

7

44

9

11,7

73,3

15,0

Pendidikan

SD

SMP

SMU

PT

1

8

44

7

1,7

13,3

73,3

11,7

Graviditas

Primigravida

Multigravida

Grande Multigravida

20

32

8

33,3

53,4

13,3

Sumber: Data Primer

Data yang diperoleh tentang karakteristik responden pada

penelitian ini adalah umur responden yang terbanyak adalah berumur 20-

35 tahun sebanyak 44 ibu (73,3%), berpendidikan SMU sebanyak 44 ibu

(73,7%) dan multipara sebanyak 32 ibu (53,3%).

Kesimpulan yang diperoleh dari karakteristik responden yaitu

sebagian besar usia responden dalam usia reproduksi sehat,

berpendidikan SMU, dan pernah melahirkan sebelumnya.

Page 56: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/219/1/HUBUNGAN PENGETAHUAN...Surat izin pengambilan data awal dari Poltekkes Kemenkes kendari Lampiran 2

45

b. Praktik IMD di RSU Dewi Sartika Tahun 2017

Praktik IMD adalah proses bayi menyusu setelah dilahirkan, dimana

bayi diletakkan tengkurap diperut ibu dengan kontak langsung kulit ibu

dan kulit bayi sampai bayi dapat menyusu sendiri. Praktik IMD dalam

penelitian ini dikategorikan menjadi 3 kategori yaitu tidak IMD, melakukan

IMD tapi tidak optimal (waktu IMD <30 menit), melakukan IMD secara

optimal (waktu IMD 30–60 menit). Hasil penelitian tentang praktik IMD

dapat dilihat pada tabel 5.

Distribusi praktik IMD pada responden diketahui bahwa responden

yang melakukan IMD paling banyak dalam kategori tidak optimal

sebanyak 42 orang (70,0%) dan yang paling sedikit adalah yang tidak

melakukan IMD (tidak ada responden yang tidak melakukan IMD).

Tabel 5

Distribusi Praktik IMD di RSU Dewi Sartika Tahun 2017

Praktik IMD Frekuensi (n) Persentase (%)

IMD tidak optimal 42 70,0

IMD optimal 18 30,0

Total 60 100

Sumber : Data Primer

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa semua ibu

bersalin telah melakukan IMD namun sebagian ibu bersalin melakukan

IMD secata tidak optimal.

Page 57: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/219/1/HUBUNGAN PENGETAHUAN...Surat izin pengambilan data awal dari Poltekkes Kemenkes kendari Lampiran 2

46

c. Pengetahuan Tentang IMD di RSU Dewi Sartika Tahun 2017

Pengetahuan tentang IMD adalah kemampuan responden untuk

mengetahui dan memahami sejumlah pertanyaan yang berkaitan dengan

inisiasi menyusu dini. Pengetahuan dibagi menjadi 3 kategori yaitu

pengetahuan baik (skor 76–100%), pengetahuan cukup (skor 56-75%),

pengetahuan kurang (skor <56%). Gambaran pengetahuan tentang IMD

dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4

Distribusi Pengetahuan tentang IMD di RSU Dewi Sartika Tahun 2017

Pengetahuan tentang IMD Frekuensi (n) Persentase (%)

Baik 23 38,3

Cukup 2 3,3

Kurang 35 58,4

Total 60 100

Sumber : Data Primer

Distribusi pengetahuan tentang IMD pada tabel 4 dapat diketahui

bahwa pengetahuan ibu bersaling paling banyak yang berpengetahuan

kurang sebanyak 35 ibu (58,4%) dan paling sedikit berpengetahuan cukup

sebanyak 2 ibu (3,3%) sehingga dapat disimpulkan bahwa sebagian besar

pengetahuan ibu bersalin tentang IMD adalah kurang.

2. Analisis Bivariabel

Analisis bivariabel merupakan analisis lanjutan dari analisis

univariabel. Analisis bivariabel dilakukan untuk menganalisis hubungan

dua variabel. Analisis bivariabel bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya

Page 58: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/219/1/HUBUNGAN PENGETAHUAN...Surat izin pengambilan data awal dari Poltekkes Kemenkes kendari Lampiran 2

47

hubungan antara variabel independen (kategorik) dengan variabel

independen (kategorik) dapat digunakan Uji Kai Kuadrat atau Chi Square.

Analisis bivariabel pada penelitian ini yaitu analisis hubungan

pengetahuan ibu tentang inisisasi menyusu dini (IMD) dengan praktik

inisisasi menyusu dini di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kendari. Hasil

analisis dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7

Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Inisisasi Menyusu Dini (IMD) Dengan Praktik Inisisasi Menyusu Dini di RSU Sartika Kendari

Tahun 2017

Pengetahuan tentang IMD

Praktik IMD X2 (p-value)

Optimal Tidak optimal n %

n % n %

Baik 12 66,7 11 26,2 23 38,3 9,9

(0,007) Cukup 1 5,6 1 2,4 2 3,3 Kurang 5 27,7 30 71,4 35 58,4 Total 18 100 42 100 60 100

Sumber: Data Primer

p<0,05

Responden yang optimal melakukan IMD, sebagian besar

pengetahuannya adalah baik sebanyak 12 ibu (66,7%), sedangkan yang

tidak optimal melakukan IMD, sebagian besar pengetahuannya dalam

kategori kurang sebanyak 30 ibu (71,4%).

Kesimpulan yang dapat diperoleh adalah ada hubungan

pengetahuan ibu tentang inisisasi menyusu dini (IMD) dengan praktik

inisisasi menyusu dini (X2 (p-value)= 9,9 (0,007)). Semakin baik

pengetahuan ibu tentang inisisasi menyusu dini (IMD) maka semakin

optimal praktik inisisasi menyusu dini.

Page 59: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/219/1/HUBUNGAN PENGETAHUAN...Surat izin pengambilan data awal dari Poltekkes Kemenkes kendari Lampiran 2

48

C. Pembahasan

Penelitian tentang hubungan hubungan pengetahuan ibu tentang

inisisasi menyusu dini (IMD) dengan praktik inisisasi menyusu dini di RS

Dewi Sartika telah dilaksanakan pada bulan April hingga Mei tahun 2017.

Hasil penelitian menyatakan bahwa ada antara hubungan pengetahuan

ibu tentang inisisasi menyusu dini (IMD) dengan praktik inisisasi menyusu

dini.

Hasil penelitian ini sesuai dengan Wahyuningsih (2014) di Klaten

menyatakan bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu bersalin

tentang IMD dengan IMD di Bidan Praktik Swasta Benis Jayanto Kalten.

Hasil penelitian Zainal dkk (2014) juga menyatakan hal yang sama bahwa

ada korelasi yang bermakna antara pengetahuan, sikap dan pelaksanaan

IMD. Inisisasi menyusu dini dalam 1 jam pertama dapat memberikan

peluang delapan kali lebih besar untuk keberhasilan pemberian ASI

Eklsklusif (Fikawati dan Syafiq, 2013).

Inisiasi menyusu dini (IMD) dalam istilah asing sering disebut

early inisiation adalah memberi kesempatan pada bayi baru lahir untuk

menyusu sendiri pada ibu dalam satu jam pertama kelahirannya

(Roesli, 2014). Ketika bayi sehat di letakkan di atas perut atau dada

ibu segera setelah lahir dan terjadi kontak kulit (skin to skin contact)

merupakan pertunjukan yang menakjubkan, bayi akan bereaksi oleh

karena rangsangan sentuhan ibu, bayi akan bergerak di atas perut ibu

dan menjangkau payudara.

Page 60: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/219/1/HUBUNGAN PENGETAHUAN...Surat izin pengambilan data awal dari Poltekkes Kemenkes kendari Lampiran 2

49

Gupta (2015) menyatakan inisiasi menyusu dini disebut sebagai

tahap ke empat persalinan yaitu tepat setelah persalinan sampai satu jam

setelah persalinan, meletakkan bayi baru lahir dengan posisi tengkurap

setelah dikeringkan tubuhnya namun belum dibersihkan, tidak

dibungkus di dada ibunya segera setelah persalinan dan memastikan

bayi mendapat kontak kulit dengan ibunya, menemukan puting susu

dan mendapatkan kolostrom atau ASI yang pertama kali keluar. Inisiasi

menyusu dini adalah proses menyusu bukan menyusui yang merupakan

gambaran bahwa inisiasi menyusu dini bukan program ibu menyusui

bayi tetapi bayi yang harus aktif sendiri menemukan putting susu ibu

(Alfian, dkk, 2013).

Inisiasi menyusu dini merupakan proses menyusu bukan

menyusui yang memberikan gambaran bahwa inisiasi menyusu dini

bukan program ibu menyusui bayi tetapi bayi yang harus aktif sendiri

menemukan putting susu ibu (Alfian, dkk, 2013). Setelah lahir bayi

belum menujukkan kesiapannya untuk menyusu (Gupta, 2015). Reflek

menghisap bayi timbul setelah 20-30 menit setelah lahir. Roesli (2014),

menyatakan bayi menunjukan kesiapan untuk menyusu 30-40 menit

setelah lahir. Kesimpulan dari berbagai pengertian di atas, inisiasi

menyusu dini adalah suatu rangkaian kegiatan dimana bayi segera

setelah lahir yang sudah terpotong tali pusatnya secara naluri melakukan

aktivitas-aktivitas yang diakhiri dengan menemukan puting susu ibu

kemudian menyusu pada satu jam pertama kelahiran.

Page 61: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/219/1/HUBUNGAN PENGETAHUAN...Surat izin pengambilan data awal dari Poltekkes Kemenkes kendari Lampiran 2

50

Inisiasi menyusu dini bermanfaat bagi ibu dan bayi baik secara

fisiologis maupun psikologis. Bagi ibu bermanfaat untuk mendorong

keluarnya oksitoksin. Oksitoksin menyebabkan kontraksi pada uterus

sehingga membantu keluarnya plasenta dan mencegah perdarahan.

Oksitoksin juga menstimulasi hormon-hormon lain yang menyebabkan

ibu merasa aman dan nyaman, sehingga ASI keluar dengan cancer.

Bagi bayi bermanfaat memberikan kehangatan, ketenangan sehingga

napas dan denyut jantung bayi menjadi teratur.

Bayi memperoleh kolostrom yang mengandung antibodi dan

merupakan imunisasi pertama. Di samping itu, kolostrom juga

mengandung faktor pertumbuhan yang membantu usus bayi

berfungsi secara efektif, sehingga mikroorganisme dan penyebab alergi

lain lebih sulit masuk ke dalam tubuh bayi (Rosita, 2013).

Beberapa faktor pendukung yang mempengaruhi pelaksanaan IMD

terdiri dari faktor internal dan eksternal. Pengetahuan, sikap,

pengalaman dan persepsi ibu merupakan faktor internal sedangkan

fasilitas kesehatan, petugas penolong persalinan, keluarga dan orang

terdekat serta lingkungan merupakan faktor eksternal (Labbok et al,

2013). Menurut Green bahwa pelaksanaan IMD dipengaruhi oleh

beberapa faktor antara lain pengetahuan ibu, sikap ibu, perilaku petugas

kesehatan (Roesli, 2014). Faktor penghambat pelaksanaan IMD yaitu

adanya pendapat atau persepsi ibu, masyarakat dan petugas kesehatan

yang salah atau tidak benar tentang (Roesli, 2014).

Page 62: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/219/1/HUBUNGAN PENGETAHUAN...Surat izin pengambilan data awal dari Poltekkes Kemenkes kendari Lampiran 2

51

Hasil penelitian menyatakan bahwa semua ibu bersalin telah

melakukan inisiasi menyusu dini namun sebagian besar belum optimal

melakukan IMD. Ibu bersalin yang optimal melakukan IMD, sebagian

besar pengetahuannya dala kategori baik sedangkan ibu bersalin yang

tidak optimal melakukan IMD, sebagian besar pengetahuannya dalam

kategori kurang. Hal ini menyatakan bahwa Semakin baik pengetahuan

ibu tentang inisisasi menyusu dini (IMD) maka semakin optimal praktik

inisisasi menyusu dini. Hal ini menyatakan bahwa ibu bersalin di RSU

Dewi sartika telah memiliki pengetahuan tentang IMD namun,

pengetahuan yang dimilikinya belum sepenuhnya benar tentang IMD

sehingga ibu bersalin belum optimal dalam melakukan IMD.

Menurut Notoatmojo (2012) bahwa dasar dari seseorang akan

bertindak adalah pengetahuan. Pengetahuan merupakan hasil tahu y ang

terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek

tertentu. Penginderaan terjadi melalui p anca indera manusia yang terdiri

dari indera p englihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian

diperoleh melalui penglihatan dan pendengaran. Pengetahuan merupakan

domain yang sangat penting dalam terbentuknya tindakan seseorang

(Notoatmodjo, 2012).

Pengetahuan merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku ibu

bersalin dalam melakukan IMD, sehingga pengetahuan sangat penting

untuk membentuk perilaku seseorang. Tingkat pengetahuan dikategorikan

Page 63: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/219/1/HUBUNGAN PENGETAHUAN...Surat izin pengambilan data awal dari Poltekkes Kemenkes kendari Lampiran 2

52

baik apabila ibu bersalin mengetahui dengan benar praktik IMD

sehingga praktik IMD dapat optimal dilaksanakan.

Semakin baik pengetahuan ibu bersalin tentang, maka perilaku yang

ditunjukkan untuk melakukan IMD juga semakin optimal. Pengetahuan

yang baik akan mempengaruhi sikap ibu bersalin untuk melakukan IMD

secara optimal. Menurut Azwar (2013), hal tersebut karena pengetahuan

seseorang tentang sesuatu hal akan mempengaruhi sikapnya. Sikap

positif maupun negatif tergantung dari pemahaman individu tentang suatu

hal tersebut, sehingga sikap ini selanjutnya akan mendorong individu

melakukan perilaku tertentu pada saat dibutuhkan, tetapi kalau sikapnya

negative, justru akan menghindari untuk melakukan perilaku tersebut.

Individu mengerti dampak positif atau negatif suatu perilaku yang terkait.

Pengetahuan ibu bersalin dipengaruhi oleh usia, tingkat

pendidikan, pengalaman melahirkan sebelumnya. Menurut Sulistina

(2014) bahwa pendidikan mempengaruhi proses belajar, semakin tinggi

pendidikan seseorang, semakin mudah orang tersebut menerima informasi.

Pada hasil penelitian diketahui bahwa sebagian pendidikan ibu bersalin

adalah SMU, hal berarti pendidikan ibu bersalin masih dalam dalam

kategori pendidikan menengah sehingga mempengaruhi pengetahuan

yang dimilikinya dan praktik IMD.

Umur dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang. Menurut

Nursalam (2013), usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat

dilahirkan sampai berulang tahun. Menurut Hucklock (2014) semakin

Page 64: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/219/1/HUBUNGAN PENGETAHUAN...Surat izin pengambilan data awal dari Poltekkes Kemenkes kendari Lampiran 2

53

cukup umur, tingkat kemantangan dan kekuatan seseorang akan lebih

matang dalam berpikir dan bekerja jadi semakin matangnya umur seorang

semakin matang pula pemikirannya tentang IMD. Umur ibu bersalin di

RSU Dewi sartika sebagian besar dalam kategori reproduksi sehat (20-35

tahun), dalam hal ini umur ibu sudah mendukung dalam hal pengetahuan

dan praktik IMD.

Pengalaman juga mempengaruhi pengetahuan seseorang.

Pengalaman yang pernah dialami seseorang akan menambah

pengetahuan orang tersebut dan dap at menjadi sumber pengetahuan

yang bersifat informal (Nursalam, 2013). Hasil penelitian menyatakan

bahwa sebagian besar ibu bersalin pernah melahirkan sebelumnya,

namun ada juga yang baru melahirkan anak pertama. Hasil penelitian ini

sesuai dengan teori bahwa pengalaman mempengaruhi pengetahuan dan

praktik IMD. Ibu bersalin yang pernah melahirkan sebelumnya akan

memiliki pengetahuan yang baik tentang IMD dan melakukan IMD secara

optimal dibandingkan dengan baru pertama kali melahirkan.

Ibu bersalin yang memiliki pengetahuan yang kurang akan

cenderung mengabaikan kesehatan dan pada akhirnya akan memiliki

tindakan yang akan membahayakan bagi dirinya sendiri. Ibu bersalin yang

memiliki pengetahuan kurang tentang IMD akan memilih perilaku yang

kurang tepat tentang IMD (Indriastuti,2014). Kurangnya pengetahuan

dapat diperparah dengan kurangnya informasi karena adanya anggapan

atau persepsi yang salah tentang IMD dan hal-hal yang menyertainya.

Page 65: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/219/1/HUBUNGAN PENGETAHUAN...Surat izin pengambilan data awal dari Poltekkes Kemenkes kendari Lampiran 2

54

Informasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

pengetahuan seseorang (Notoatmodjo, 2012). Informasi dapat

menstimulus seseorang, sumber informasi dapat diperoleh dari media

cetak (surat kabar, leaflet, p oster), media elektronik (televisi, radio,

video), keluarga, dan sumber informasi lainny a (Sariyati, 2015). Setelah

seseorang memperoleh pengetahuan dari berbagai sumber informasi

maka akan menimbulkan sikap dan perilaku (Notoatmodjo, 2012).

Page 66: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/219/1/HUBUNGAN PENGETAHUAN...Surat izin pengambilan data awal dari Poltekkes Kemenkes kendari Lampiran 2

55

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Praktik IMD pada ibu bersalin di RSU Dewi Sartika Kendari dalam

kategori tidak optimal (70,0%).

2. Pengetahuan ibu bersalin tentang IMD di RSU Dewi Sartika

Kendari dalam kategori baik (58,4%).

3. Ada hubungan pengetahuan ibu tentang inisisasi menyusu dini

(IMD) dengan praktik inisisasi menyusu dini.

B. Saran

1. Petugas kesehatan khususnya di Rumah Sakit diharapkan selalu

menginformasikan kepada ibu bersalin tentang IMD dan lamanya

waktu melakukan IMD.

2. Ibu hamil dan bersalin diharapkan selalu mencari informasi tentang

IMD dan manfaat IMD.

55

Page 67: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/219/1/HUBUNGAN PENGETAHUAN...Surat izin pengambilan data awal dari Poltekkes Kemenkes kendari Lampiran 2

56

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik, Kantor Menteri Negara Kependudukan/Badan

Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, Departemen

Kesehatan, & Macro International Inc. (2013). Survei Demografi

dan Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta.

Dewi, Wawan, A. ( 2010) Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap

dan Perilaku manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.

Fikawati, Syafiq, (2013) Hubungan antara menyusui segera (immediate

breastfeeding) dan pemberian ASI eksklusif sampai dengan empat

bulan. J Kedokter Trisakti: Vol.22 No.2.

Kemenkes RI. ( 2010) Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: Perkumpulan

Obstetrik dan Ginekologi Indonesia.

Kristiyansari, W., (2009) ASI:Menyusui dan Sadari. Yogyakarta: Nuha

Medika.

Kusumawardani (2010). ASI Bikin Anak Cerdas. Jakarta:Penerbit

Djambatan.

Labbok, M., Cooney, K. dan Coly, S. (2013) Guidelines: breastfeeding,

family planning and the lactational amenorrhea methods-LAM.

Washington, DC: Institute for Reproductive Health.

Notoatmodjo, S., (2010) Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:

Rineka Cipta

Nursalam, (2019) Pendekatan Praktis Metode Riset Keperawatan.

Jakarta: Perpustakaan Nasional RI.

Riordan, J., Wambach, K. (2010) Breastfeeding and Human

Lactation 4th. Edition. Massachusetts : Jones and Bartlett Publisher.

Roesli U. (2014) Inisiasi Menyusu Dini Plus Asi Ekslusif. Jakarta:

Pustaka Bunda.

Rumah Sakit Umum Dewi Sartika, (2016) Laporan Tahunan Rumah Sakit

tahun 2014 s/d periode Januari sd. September 2016. Kendari:

RSU Dewi Sartika.

Page 68: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/219/1/HUBUNGAN PENGETAHUAN...Surat izin pengambilan data awal dari Poltekkes Kemenkes kendari Lampiran 2

57

Sugiono (2012) Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabet.

Wahyuningsih, Heni, P. (2009) Dasar-dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat

dalam Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya

Wawan, Dewi, ( 2010) Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan

Perilaku manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.

World Health Organization. (2015) Promoting Proper Feeding For Infants

and Young Children. Geneva: WHO.

Zaenal, E., Suteja, E., Madjid, T.H., (2014) hubungan pengetahuan, sikap

ibu menyusui, IMD dan peran bidan dengan pelaksanaan ASI

eksklusif dan untuk mengetahui faktor apa yang memengaruhi

peran bidan dalam pelaksanaan IMD dan ASI ekskusif di wilayah

kerja Puskesmas Sawah Lebar Kota Bengkulu. Tesis. Unpad.

Page 69: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/219/1/HUBUNGAN PENGETAHUAN...Surat izin pengambilan data awal dari Poltekkes Kemenkes kendari Lampiran 2

58

LAMPIRAN

Page 70: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/219/1/HUBUNGAN PENGETAHUAN...Surat izin pengambilan data awal dari Poltekkes Kemenkes kendari Lampiran 2

59

Page 71: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/219/1/HUBUNGAN PENGETAHUAN...Surat izin pengambilan data awal dari Poltekkes Kemenkes kendari Lampiran 2

60

Page 72: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/219/1/HUBUNGAN PENGETAHUAN...Surat izin pengambilan data awal dari Poltekkes Kemenkes kendari Lampiran 2

61

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Kepada

YTH

Bapak / ibu / saudara responden

Di RSU Dewi Sartika

Nama saya K omang Ind rawa ti , mahasiswa Program D-III

Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan. Saat

ini saya sedang melakukan penelitian yang bertujuan mengetahui

hubungan pengetahuan ibu tentang inisiasi menyusu dini dengan

praktik inisiasi menyusu dini di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika yang

mana penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam

menyelesaikan tugas akhir di Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan

Kebidanan.

Untuk keperluan tersebut saya mengharapkan kesediaan ibu untuk

berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian ini, partisipasi ibu

dalam penelitian ini bersifat sukarela dan tidak akan memberi dampak

yang membahayakan. Jika ibu bersedia, saya akan memberikan

lembar kuesioner (lembar pertanyaan) yang telah disediakan untuk

diisi dengan kejujuran dan apa adanya. Peneliti menjamin

kerahasiaan Jawaban dan identitas ibu. Jawaban yang ibu berikan

digunakan hanya untuk kepentingan penelitian ini.

Demikian lembar persetujuan ini kami buat, atas bantuan dan

partisipasinya disampaikan terima kasih.

Kendari, 2017

Responden Peneliti

……………. (Komang Indrawati)

Page 73: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/219/1/HUBUNGAN PENGETAHUAN...Surat izin pengambilan data awal dari Poltekkes Kemenkes kendari Lampiran 2

i

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI MENYUSU DINI

DENGAN PRAKTIK INISIASI MENYUSU DINI DI RUMAH SAKIT UMUM

DEWI SARTIKA KENDARI

TAHUN 2017

No. Responden :…………… Diisi oleh peneliti

Karakteristik Responden

1. Umur :

2. Pendidikan Terakhir :

a. SD

b. SMP

c. SMU

d. PERGURUAN TINGGI

3. Anak Ke

:

PENGETAHUAN TENTANG INISIASI MENYUSU DINI

Pilihlah Salah Satu Jawaban Dengan Memberikan Tanda (√)

PERTANYAAN BENAR SALAH

1. Inisiasi menyusu dini (IMD) adalah memberi

kesempatan pada bayi baru lahir untuk

menyusu sendiri pada ibunya dalam 1 jam

pertama

2. Inisiasi menyusu dini (IMD) dimulai setelah 1

jam persalinan

Page 74: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/219/1/HUBUNGAN PENGETAHUAN...Surat izin pengambilan data awal dari Poltekkes Kemenkes kendari Lampiran 2

3. Inisiasi menyusu dini (IMD) dimulai

meletakkan bayi baru lahir dengan

menengkurapkan bayi yang sudah dikeringkan

tubuhnya namun belum dibersihkan dan tidak

dibungkus di dada ibunya segera setelah

persalinan

4. Dalam Inisiasi menyusu dini (IMD) bayi

menemukan putting susu ibunya

5. Dalam Inisiasi menyusu dini (IMD) bayi

mendapatkan asupan kolostrum sebelum ASI

keluar

6. Inisiasi menyusu dini (IMD) mengurangi

produksi hormon ibu

7. Inisiasi menyusu dini (IMD) dapat menjalin

rasa kasih sayang ibu dan bayi

8. Inisiasi menyusu dini (IMD) dalam

mengagalkan keberhasilan ASI eksklusif

9. Kolostrum kaya akan vitamin A yang akan

membantu menjaga kesehatan mata dan

mencegah infeksi

10. Inisiasi Menyusu Dini dapat menurunkan

kekebalan tubuh bayi

11. Inisiasi Menyusu Dini dapat menurunkan

kejadian kesakitan pada bayi

Page 75: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/219/1/HUBUNGAN PENGETAHUAN...Surat izin pengambilan data awal dari Poltekkes Kemenkes kendari Lampiran 2

12 Inisiasi Menyusu Dini menurunkan refleks

menyusu bayi secara optimal

13 Menunda permulaan menyusu dan kontak

kulit dapat menyebabkan kesukaran dalam

menyusu dan meningkatkan kematian bayi

14 Inisiasi Menyusu Dini dapat meningkatkan

respon bayi melekat pada payudara

15 Bayi yang dipisahkan dari ibunya sangat

bermanfaat untuk mendukung program ASI

16 Memaksakan bayi untuk menyusu sebelum

dia siap untuk disusukan dapat

menyebabkan bayi menolak menyusui

17 Dalam inisiasi menyusu dini bayi bukan

menyusu melainkan disusui ibunya

18 Dalam inisiasi menyusu dini bayi baru lahir

biasanya sudah dibungkus sebelum diletakan

di dada ibu sehingga tidak terjadi kontak kulit

19 Cara bayi melakukan inisiasi menyusu dini

dengan cara merangkak mencari parudara

20 Dalam inisiasi menyusu dini dimulai dengan

penciuman, emutan dan jilatan lidah bayi pada

puting susu, akhirnya bayi akan meraih

payudara dan meminumnya

Page 76: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/219/1/HUBUNGAN PENGETAHUAN...Surat izin pengambilan data awal dari Poltekkes Kemenkes kendari Lampiran 2

PRAKTIK MENYUSU DINI

1. Tidak dilakukan IMD

2. Melakukan IMD <30 Menit

3. Melakukan IMD 30-1 Jam

Page 77: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/219/1/HUBUNGAN PENGETAHUAN...Surat izin pengambilan data awal dari Poltekkes Kemenkes kendari Lampiran 2
Page 78: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/219/1/HUBUNGAN PENGETAHUAN...Surat izin pengambilan data awal dari Poltekkes Kemenkes kendari Lampiran 2
Page 79: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/219/1/HUBUNGAN PENGETAHUAN...Surat izin pengambilan data awal dari Poltekkes Kemenkes kendari Lampiran 2

MASTER TABEL

NO NAMA UMUR GPA PENDIDIKAN PENGETAHUAN

PRAKTIK IMD

SKOR NILAI KAT KATEGORI KATEGORI

1. NY. M 26

Tahun GI P0 A0 SMU 95 19 0

BAIK OPTIMAL

2. NY. A 41

Tahun

GIV PIII

A0 SMU 90 18 0

BAIK TIDAK

OPTIMAL

3. NY. M 36

Tahun GIII PI AI SMU 80 16 0

BAIK OPTIMAL

4. NY. R 34

Tahun

GV PI

AIII SMU 80 16 0

BAIK OPTIMAL

5. NY. A 21

Tahun GII PI A0 SMU 55 11 2

KURANG TIDAK

OPTIMAL

6. NY. D 24

Tahun GII PI A0 SMU 50 10 2

KURANG OPTIMAL

7. NY. S 25

Tahun

GIII PII

A0 SMU 55 11 2

KURANG TIDAK

OPTIMAL

8. NY. D 30

Tahun

GIII PII

A0 SMU 60 12 1

KURANG OPTIMAL

9. NY. S 33 Tahun

GII PI A0 SMU 75 15 1 KURANG

OPTIMAL

10. NY. R 18

Tahun GI P0 A0 SMP 55 11 2

KURANG TIDAK

OPTIMAL

11. NY. A 35

Tahun

GIII PII

A0 SMU 60 12 1

KURANG OPTIMAL

12. NY. M 24

Tahun GI P0 A0 SMU 50 10 2

KURANG TIDAK

OPTIMAL

13. NY. N 18

Tahun GI P0 A0 SMP 45 9 2

KURANG TIDAK

OPTIMAL

14. NY. N 17

Tahun GI P0 A0 SMU 45 9 2

KURANG TIDAK

OPTIMAL

Page 80: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/219/1/HUBUNGAN PENGETAHUAN...Surat izin pengambilan data awal dari Poltekkes Kemenkes kendari Lampiran 2

15. NY. N 24

Tahun GII PI A0 SMU 50 10 2

KURANG TIDAK

OPTIMAL

16. NY. M 30

Tahun GI P0 A0 SMU 55 11 2

KURANG TIDAK

OPTIMAL

17. NY. S 26

Tahun GI P0 A0 SMU 70 14 1

KURANG TIDAK

OPTIMAL

18. NY. M 28

Tahun GI P0 A0 SMU 55 11 2

KURANG TIDAK

OPTIMAL

19. NY. R 22

Tahun GII PI A0 SMU 50 10 2

KURANG OPTIMAL

20. NY.N 30

Tahun GII PI A0 SMU 90 18 0

BAIK OPTIMAL

21. NY. S 38 Tahun

GIII PII A0

SMU 45 9 2 KURANG

OPTIMAL

22. NY. R 16

Tahun GI P0 A0 SD 55 11 2

KURANG TIDAK

OPTIMAL

23. NY. A 21

Tahun GI P0 A0 SMU 45 9 2

KURANG TIDAK

OPTIMAL

24. NY.W 41

Tahun

GIII PII

A0

Perguruanting

gi 80 16 0

BAIK OPTIMAL

25. NY. H 19 Tahun

GI P0 A0 SMP 60 12 1 KURANG

TIDAK OPTIMAL

26. NY.S 29

Tahun GII PI A0 SMU 55 11 2

KURANG TIDAK

OPTIMAL

27. NY. Y 27

Tahun GIII PI AI SMU 45 9 2

KURANG TIDAK

OPTIMAL

28. NY. A 36

Tahun

GIII PII

A0

Perguruanting

gi 90 18 0

BAIK OPTIMAL

29. NY. N 32

Tahun GII PI A0 Perguruanting

gi 90 18 0

BAIK OPTIMAL

30. NY. M 31

Tahun GII PI A0 SMU 80 16 0

BAIK OPTIMAL

31. NY. S 32

Tahun GIII PI AI SMU 85 17 0

BAIK OPTIMAL

32. NY. S 26 GI P0 A0 SMU 50 10 2 KURANG TIDAK

Page 81: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/219/1/HUBUNGAN PENGETAHUAN...Surat izin pengambilan data awal dari Poltekkes Kemenkes kendari Lampiran 2

Tahun OPTIMAL

33. NY. O 39

Tahun

GIV PII

AI SMU 50 10 2

KURANG TIDAK

OPTIMAL

34. NY. M 27 Tahun

GII PI A0 SMU 90 18 0 BAIK

OPTIMAL

35. NY. R 47

Tahun

GXI PX

AI SMP 50 10 2

KURANG TIDAK

OPTIMAL

36. NY. R 18

Tahun GI P0 A0 SMP 55 11 2

KURANG TIDAK

OPTIMAL

37. NY. H 22

Tahun GI P0 A0 SMU 85 17 0

BAIK TIDAK

OPTIMAL

38. NY. N 35 Tahun

GIII PII A0

SMU 45 9 2 KURANG

TIDAK OPTIMAL

39. NY. L 31

Tahun

GIII PII

A0 SMU 50 10 2

KURANG TIDAK

OPTIMAL

40. NY. N 24

Tahun GI P0 A0 SMU 45 9 2

KURANG TIDAK

OPTIMAL

41. NY. N 33

Tahun

GIII PII

A0 SMU 85 17 0

BAIK TIDAK

OPTIMAL

42. NY. S 34

Tahun GI P0 A0 SMU 55 11 2

KURANG TIDAK

OPTIMAL

43. NY. S 23

Tahun GII PI A0 SMU 85 17 0

BAIK TIDAK

OPTIMAL

44. NY. S 31

Tahun GIII PI AI SMU 55 11 2

KURANG TIDAK

OPTIMAL

45. NY. U 25 Tahun

GIII PII A0

SMU 60 12 1 KURANG

TIDAK OPTIMAL

46. NY. S 28

Tahun

GIII PII

A0

Perguruanting

gi 90 18 0

BAIK OPTIMAL

47. NY. B 25

Tahun GI P0 A0 Perguruanting

gi 90 18 0

BAIK OPTIMAL

48. NY. E 26

Tahun

GIII PII

A0

Perguruanting

gi 45 9 2

KURANG TIDAK

OPTIMAL

49. NY. M 32 Tahun

GIII PII A0

SMU 85 17 0 BAIK

TIDAK OPTIMAL

Page 82: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/219/1/HUBUNGAN PENGETAHUAN...Surat izin pengambilan data awal dari Poltekkes Kemenkes kendari Lampiran 2

50. NY. S 26

Tahun

GIII PII

A0 SMU 85 17 0

BAIK TIDAK

OPTIMAL

51. NY. N 18

Tahun GI P0 A0 SMP 45 9 2

KURANG TIDAK

OPTIMAL

52. NY. L 28

Tahun GI P0 A0 Perguruanting

gi 80 16 0

BAIK OPTIMAL

53. NY. L 27

Tahun GII PIA0 SMU 55 11 2

KURANG TIDAK

OPTIMAL

54. NY. Y 35

Tahun

GIV PII

AI SMU 90 18 0

BAIK TIDAK

OPTIMAL

55. NY. W 27

Tahun

GIII PII

A0 SMU 50 10 2

KURANG TIDAK

OPTIMAL

56. NY. P 37 Tahun

GVII PV AI

SMU 50 10 2 KURANG

TIDAK OPTIMAL

57. NY. R 35

Tahun GIII PI AI SMU 90 18 0

BAIK TIDAK

OPTIMAL

58. NY. Y 36

Tahun

GIV PIII

A0 SMU 55 11 2

KURANG TIDAK

OPTIMAL

59. NY. S 31

Tahun GI P0 A0 SMU 85 17 0

BAIK TIDAK

OPTIMAL

60. NY.W 29 Tahun

GIV PIII A0

SMU 85 17 0 BAIK

TIDAK OPTIMAL

Page 83: HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/219/1/HUBUNGAN PENGETAHUAN...Surat izin pengambilan data awal dari Poltekkes Kemenkes kendari Lampiran 2

PENDOKUMENTASIAN PENELITIAN