hubungan pengetahuan ibu tentang inisiasi ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/219/1/hubungan...
TRANSCRIPT
i
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI MENYUSU DINI DENGAN PRAKTIK INISIASI MENYUSU DINI DI RUMAH SAKIT
UMUM DEWI SARTIKA KENDARI
TAHUN 2017
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan Program Studi Diploma III Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kendari
OLEH
KOMANG INDRAWATI
P00324014017
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN KEBIDANAN KENDARI
2017
ii
iii
iv
RIWAYAT HIDUP
A. IdentitasDiri
Nama : Komang Indrawati
Nim : P00324014017
TempatTanggalLahir : Lamoare, 07 Desember 1996
Suku : Bali
JenisKelamin : Perempuan
Agama : Hindu
Alamat : Anduonohu
B. Pendidikan
1. SDN 1 Lamoare Kab. Kolaka Timur Sulawesi Tenggara tamat
tahun 2008.
2. SMP Negeri 1 Loea Kab. Kolaka Timur, Sulawesi Tenggara tamat
tahun 2011.
3. SMA Negeri 1 Tirawuta Kab. Kolaka Timur, Sulawesi Tenggara
tamat tahun 2014.
4. Sejak tahun 2014 melanjutkan pendidikan di Politeknik Kesehatan
Kendari sampai sekarang.
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
limpahan rahmat dan karunia-Nyalah sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan karya tulis ilmiah yang berjudul “Hubungan
pengetahuan ibu tentang inisiasi menyusu dini dengan praktik inisiasi
menyusu dini di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kendari tahun 2017”.
Dalam proses penyusunan karya tulis ilmiah ini ada banyak pihak
yang membantu, oleh karena itu penulis dengan segala kerendahan dan
keikhlasan hati mengucapkan banyak terima kasih sebesar-besarnya
terutama kepada Ibu Dr. Nurmiaty, S.Si.T, MPH selaku Pembimbing I dan
Ibu Fitriyanti, SST, M.Keb selaku Pembimbing II yang telah banyak
membimbing sehingga karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya. Pada kesempatan ini pula penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Bapak Petrus, SKM. M.Kes sebagai Direktur Poltekkes Kendari.
2. Ibu Halijah, SKM, M.Kes sebagai Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kendari.
3. Direktur Rumah Sakit Umum Dewi Sartika kendari.
4. Ibu Dr. Kartini, S.Si.T, M.Kes, Ibu Hasmia Naningsi, SST, M.Keb, Ibu
Wahida, S.Si.T, M.Keb selaku penguji dalam proposal karya tulis
ilmiah ini.
5. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar Politeknik Kesehatan Kendari
Jurusan Kebidanan yang telah mengarahkan dan memberikan ilmu
pengetahuan selama mengikuti pendidikan yang telah memberikan
arahan dan bimbingan.
vi
6. Terima kasih kepada kedua orang tua tercinta Nyoman Juwita dan
Wayan Rumiasih yang selalu memberikan dukungan serta kakak-
kakak tersayang I Luh Kompyang Wiratni dan Made Julianti, serta
seluruh anggota keluarga atas bantuan, doa restu, dorongan dan kasih
sayang yang begitu besar yang telah di berikan selama penulis
menempuh pendidikan dan dalam menyelesaikan karya tulis ini.
7. Seluruh teman-teman D-III Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan
Kendari, yang senantiasa memberikan bimbingan, dorongan,
pengorbanan, motivasi, kasih sayang serta doa yang tulus dan ikhlas
selama penulis menempuh pendidikan terkhusus teman seperjuangan
Rani dan Wati yang selalu menemani penulis dalam suka maupun
duka, yang selalu memberi saran, kasih sayang, serta semangat
kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat penulis harapkan dalam penyempurnaan karya tulis ilmiah ini serta
sebagai bahan pembelajaran dalam penyusunan karya tulis ilmiah
selanjutnya.
Kendari, Juli 2017
Penulis
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN.............................................................
LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………..
ii
iii
BIODATA.......................................................................................... iv
KATA PENGANTAR......................................................................... v
DAFTAR ISI...................................................................................... vii
DAFTAR TABEL............................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................ x
Abstrak............................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN................................................................... 1
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Perumusan Masalah.................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian....................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian..................................................................... 6
E. Keaslian Penelitian.................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................... 8
A. Telaah Pustaka.......................................................................... 8
B. Landasan Teori.......................................................................... 28
C. Kerangka Teori.......................................................................... 29
D. Kerangka Konsep...................................................................... 30
E. Hipotesis Penelitian................................................................... 30
BAB III METODE PENELITIAN........................................................ 31
A. Jenis Penelitian......................................................................... 31
B. Waktu dan Tempat Penelitian................................................... 31
C. Populasi dan Sampel Penelitian................................................ 31
D. Variabel Penelitian..................................................................... 32
E. Definisi Operasional.................................................................. 32
F. Jenis dan Sumber Data Penelitian............................................ 33
G. Instrumen Penelitian.................................................................. 33
viii
H. Pengolahan dan Analisis Data.................................................. 33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.......................... 36
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ......................................... 36
B. Hasil Penelitian.......................................................................... 43
C. Pembahasan............................................................................. 48
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................. 55
A. Kesimpulan................................................................................ 55
B. Saran......................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 65
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jumlah Tempat Tidur RSU Dewi Sartika Kendari Tahun
2016....................................................................................
40
Tabel 2. Jumlah SDM RSU Dewi Sartika Kendari Tahun 2016............... 42
Tabel 3. Karakteristik Responden..................................................... 44
Tabel 4. Distribusi Praktik IMD di RSU Dewi Sartika Tahun
2017....................................................................................
45
Tabel 5. Distribusi Pengetahuan tentang IMD di RSU Dewi Sartika
Tahun 2017..............................................................................
46
Tabel 6. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Inisisasi Menyusu
Dini (IMD) Dengan Praktik Inisisasi Menyusu Dini di
RSUSartika Kendari Tahun 2017........................................
47
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat izin pengambilan data awal dari Poltekkes
Kemenkes kendari
Lampiran 2. Formulir persetujuan menjadi responden penelitian
Lampiran 3. Kuesioner
Lampiran 4. Surat izin penelitian dari Badan Riset Propinsi Sultra
Lampiran 5. Surat keterangan melakukan penelitian dari RSU Dewi
Sartika Kota Kendari
Lampiran 6. Master tabel
Lampiran 7. Output analisis data
Lampiran 8. Dokumentasi penelitian
xi
ABSTRAK
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI MENYUSU DINI DENGAN PRAKTIK INISIASI MENYUSU DINI DI RUMAH SAKIT
UMUM DEWI SARTIKA KENDARI TAHUN 2017
Komang Indrawati 1 Nurmiaty2 Fitriyanti2
Latar belakang: Inisiasi menyusu dini merupakan salah satu upaya dalam mencegah kematian bayi baru lahir dan mengoptimalkan pemberian asi susu ibu (ASI) secara eksklusif, sehingga perlu disosialisasikan kepada seluruh masyarakat. Tujuan penelitian: Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan pengetahuan
ibu tentang IMD dengan praktik IMD di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kendari tahun 2017. Metode Penelitian: Jenis penelitian yang digunakan ialah analitik dengan
rancangan cross sectional. Sampel penelitian adalah ibu bersalin bulan April sampai dengan Mei tahun 2017 yang berjumlah 60 orang. Instrumen pengumpulan data berupa kuesioner IMD dan lembar observasi praktik IMD. Data dianalisis dengan uji Chi Square. Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan Praktik IMD pada ibu bersalin di
RSU Dewi Sartika Kendari dalam kategori tidak optimal (70,0%). Pengetahuan ibu bersalin tentang IMD di RSU Dewi Sartika Kendari dalam kategori baik (58,4%). Ada hubungan pengetahuan ibu tentang IMD dengan praktik IMD.
Kata kunci : pengetahuan, praktik IMD
1 Mahasiswa Prodi D-III Kebidanan Poltekkes Kendari
2 Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Kendari
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kecerdasan bayi dan anak erat kaitannya dengan pertumbuhan
otak. Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan otak adalah
nutrisi. Pemberian nutrisi pada bayi dapat melalui proses menyusui.
Menyusui merupakan suatu cara yang paling ideal bagi pertumbuhan bayi
serta mempunyai pengaruh biologis dan psikologis terhadap kesehatan
ibu dan bayi. Zat-zat anti infeksi yang terkandung dalam ASI membantu
melindungi bayi dari penyakit infeksi. Masa laktasi mempunyai tujuan
meningkatkan pemberian ASI eksklusif dan meneruskan pemberian ASI
sampai anak umur 2 tahun secara baik dan benar.
Pemberian air susu ibu (ASI) sejak dini dapat memberikan efek
perlindungan pada bayi dan balita dari penyakit infeksi, sehingga
disarankan untuk memberi ASI sesegera mungkin dalam waktu 1 jam
setelah lahir dengan dilakukannya inisisasi menyusu dini. Inisiasi menyusu
dini akhir-akhir ini banyak diperbincangkan baik di dunia maupun di
Indonesia. Inisiasi menyusu dini merupakan salah satu upaya dalam
mencegah kematian bayi baru lahir dan mengoptimalkan pemberian ASI
secara eksklusif, sehingga perlu disosialisasikan kepada seluruh
masyarakat.
11
2
Inisiasi menyusu dini diperkirakan dapat menekan angka kematian
bayi (AKB) baru lahir sebesar 22% pada 18 hari pertama kehidupan
(Edmond et al, 2006), berpengaruh terhadap durasi menyusui, perilaku ibu
dan fungsi fisiologis bayi (Moore et al, 2015) dan dapat menyelamatkan
sekurang-kurangnya 30.000 bayi Indonesia yang meninggal pada bulan
pertama kelahiran (Roesli, 2014).
Kenyataan yang terjadi hampir sama di seluruh dunia, kesehatan
bayi cenderung kurang mendapat perhatian sehingga kematian neonatal
dini banyak terjadi pada hari pertama kelahirannya (WHO, 2015). Hal ini
dapat meningkatkan angka kematian bayi. Angka kematian bayi (AKB) di
Indonesia menurut hasil survei demografi dan kesehatan (SDKI) tahun
2012 menjelaskan bahwa AKB walaupun mengalami penurunan namun
penurunan tak berbeda jauh dengan hasil SDKI 2007, yaitu masing-
masing 32 dan 34 kematian per 1.000 kelahiran hidup (BKKBN, 2013).
Oleh karena itu diperlukan upaya dalam menekan AKB, salah
satunya melalui program IMD. Hasil penelitian di Ghana tahun 2004
menunjukkan bahwa menunda IMD dapat meningkatkan kematian bayi.
Bayi yang diberi kesempatan IMD dapat menurunkan 22% kematian
neonatal dini (Roesli, 2014).
Inisisasi menyusu dini dapat menjalin ikatan yang kuat dan rasa
nyaman antara ibu dan bayinya. Data riskesdas menunjukkan terjadi
peningkatan tentang persentasi pelaksaan IMD. Pada tahun 2010 sebesar
29,3% meningkat menjadi 34,5% pada tahun 2013. Dari data tersebut
3
dapat dilihat, bahwa walaupun mengalami peningkatan persentasi
pelaksanaan IMD namun peningkatannya belum mencapai 50% keatas.
Produksi ASI yang kurang dapat disebabkan oleh kurangnya pengetahuan
tentang proses normal menyusui sehingga diperlukan bimbingan yang
tepat dari tenaga kesehatan (Toning dkk, 2013). Menurut Green bahwa
pelaksanaan IMD dan edukasi ASI Eksklusif dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain pengetahuan ibu, sikap ibu, perilaku petugas kesehatan
(Labbok et al, 2013; Roesli, 2014).
Pengetahuan merupakan hasil tahu setelah seseorang melakukan
penginderaan melalui panca indera. Sebagian pengetahuan diperoleh
melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2010). Seorang ibu yang mampu
mengetahui hingga mengevaluasi informasi yang diperoleh maka
pengetahuannya akan baik sehingga dapat meningkatkan kesadaran ibu
untuk melakukan IMD.
Pernyataan ini sesuai dengan hasil penelitian Wahyuningsih (2014)
di Klaten menyatakan bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu
bersalin tentang IMD dengan praktik IMD di Bidan Praktik Swasta Benis
Jayanto Kalten. Hasil penelitian Zainal dkk (2014) juga menunjukan hal
yang sama bahwa ada korelasi yang bermakna antara pengetahuan,
sikap dan pelaksanaan IMD. Inisisasi menyusu dini dalam 1 jam pertama
dapat memberikan peluang delapan kali lebih besar untuk keberhasilan
pemberian ASI Eklsklusif (Fikawati dan Syafiq, 2013). Selain pengetahuan
4
dan sikap ibu, perilaku tenaga kesehatan khususnya bidan sangat
mempengaruhi pelaksanaan IMD.
Bidan sebagai salah satu tenaga kesehatan wajib melaksanakan
IMD dan konseling ASI Eksklusif, hal ini sesuai dengan Permenkes
1464/Menkes/Per/X/2010 bahwa bidan dalam menjalankan praktiknya
berwenang untuk melaksanakan pelayanan menyusui dengan
memberikan bimbingan IMD dan promosi ASI Eksklusif (Kemenkes,
2010). Tenaga kesehatan wajib melaksanakan IMD paling singkat selama
1 jam dan wajib memberikan informasi tentang ASI Eksklusif kepada ibu
dan anggota keluarga dari bayi yang bersangkutan sejak pemeriksaan
kehamilan hingga pemberian ASI Eksklusif selesai (Permenkes, 2012).
Studi awal yang dilakukan peneliti di Rumah Sakit Umum Dewi
Sartika pada bulan Januari 2017 bahwa jumlah ibu bersalin mengalami
peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2014 jumlah ibu bersalin
sebanyak 356 orang, tahun 2015 sebanyak 497 orang dan pada tahun
2016 sebanyak 1288 orang. Hasil wawancara pada 10 ibu bersalin,
didapatkan hasil bahwa dari 10 ibu bersalin, 8 ibu bersalin belum
mengetahui secara benar tentang IMD terutama langkah-langkah dalam
IMD dan lamanya melakukan IMD.
Berdasarkan latar belakang tersebut sehingga penulis tertarik untuk
meneliti tentang hubungan pengetahuan ibu tentang IMD dengan praktik
inisisasi menyusu dini di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kendari.
5
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, dapat dirumuskan masalah penelitian
adalah apakah ada hubungan pengetahuan ibu tentang inisisasi menyusu
dini dengan praktik inisisasi menyusu dini di Rumah Sakit Umum Dewi
Sartika Kendari tahun 2017?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang inisisasi
menyusu dini dengan praktik inisisasi menyusu dini di Rumah
Sakit Umum Dewi Sartika Kendari tahun 2017.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui distribusi frekuensi praktik inisisasi menyusu dini
di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kendari tahun 2017.
b. Mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan ibu tentang
inisisasi menyusu dini di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika
Kendari tahun 2017.
c. Menganalisis hubungan pengetahuan ibu tentang inisisasi
menyusu dini dengan praktik inisisasi menyusu dini di Rumah
Sakit Umum Dewi Sartika Kendari tahun 2017.
6
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat bagi Ibu bersalin dan menyusui
Untuk menambah wawasan ibu tentang inisiasi menyusu dini
sehingga keberhasilan menyusui dapat tercapai.
2. Manfaat bagi Rumah Sakit
Dapat mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang inisisasi
menyusu dini dengan praktik inisisasi menyusu dini sehingga IMD
bisa berhasil dilaksanakan.
3. Manfaat bagi Peneliti Selanjutnya
Untuk dokumentasi agar dapat digunakan sebagai bahan
perbandingan dalam melaksanakan penelitian selanjutnya.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh Agustiningrum dkk (2015) yang
berjudul hubungan pengetahuan dan sikap dengan pelaksanaan IMD di
Rumah Sakit Sariningsih Kota Bandung. Jenis penelitian yang digunakan
adalah deskritif korelatif. Sampel penelitian adalah ibu bersalin. Hasil
penelitian menyatakan ada hubungan antara pengetahuan dan sikap
dengan pelasanaan IMD. Perbedaan penelitian Agustiningrum dengan
penelitian ini adalah jumlah sampel, variabel penelitian dan lokasi
penelitian.
Jumlah sampel pada penelitian Agustiningrum sebanyak 59
responden, variabel penelitian adalah pengetahuan, sikap, pelaksanaan
IMD, lokasi penelitian di bandung. Perbedaan dengan penelitian ini yaitu
7
jumlah sampel sebanyak 60 responden, variable penelitian adalah
pengetahuan tentang IMD dan praktik IMD, lokasi penelitian di Rumah
Sakit Dewi Sartika Kendari.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan tentang Praktik Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
1. Pengertian
Inisiasi menyusu dini (IMD) dalam istilah asing sering disebut
early inisiation adalah memberi kesempatan pada bayi baru lahir untuk
menyusu sendiri pada ibu dalam satu jam pertama kelahirannya
(Roesli, 2014). Ketika bayi sehat di letakkan di atas perut atau dada
ibu segera setelah lahir dan terjadi kontak kulit (skin to skin contact)
merupakan pertunjukan yang menakjubkan, bayi akan bereaksi oleh
karena rangsangan sentuhan ibu, bayi akan bergerak di atas perut ibu
dan menjangkau payudara.
Gupta (2015), menyatakan inisiasi menyusu dini disebut sebagai
tahap ke empat persalinan yaitu tepat setelah persalinan sampai satu jam
setelah persalinan, meletakkan bayi baru lahir dengan posisi tengkurap
setelah dikeringkan tubuhnya namun belum dibersihkan, tidak
dibungkus di dada ibunya segera setelah persalinan dan memastikan
bayi mendapat kontak kulit dengan ibunya, menemukan puting susu
dan mendapatkan kolostrom atau ASI yang pertama kali keluar.
Inisiasi menyusu dini adalah proses menyusu bukan menyusui
yang merupakan gambaran bahwa inisiasi menyusu dini bukan
8
9
program ibu menyusui bayi tetapi bayi yang harus aktif sendiri
menemukan putting susu ibu (Alfian, dkk, 2013).
Setelah lahir bayi belum menujukkan kesiapannya untuk
menyusu (Gupta, 2015). Reflek menghisap bayi timbul setelah 20-30
menit setelah lahir. Roesli (2014), menyatakan bayi menunjukan kesiapan
untuk menyusu 30-40 menit setelah lahir. Kesimpulan dari berbagai
pengertian di atas, inisiasi menyusu dini adalah suatu rangkaian
kegiatan dimana bayi segera setelah lahir yang sudah terpotong tali
pusatnya secara naluri melakukan aktivitas-aktivitas yang diakhiri
dengan menemukan puting susu ibu kemudian menyusu pada satu jam
pertama kelahiran.
2. Prinsip inisiasi menyusu dini (IMD)
Prinsip dasar inisiasi menyusui dini adalah tanpa harus
dibersihkan dulu, bayi diletakkan di dada ibunya dengan posisi tengkurap
dimana telinga dan tangan bayi berada dalam satu garis (Markum, 2014),
sehingga terjadi kontak kulit dan secara alami bayi mencari payudara
ibu dan mulai menyusu. Prinsip dasar IMD adalah tanpa harus
dibersihkan terlebih dahulu, bayi diletakkan di dada ibunya dan secara
naluriah bayi akan mencari payudara ibu, kemudian mulai menyusu
(Rosita, 2014).
Kesimpulan dari pendapat di atas, prinsip IMD adalah cukup
mengeringkan tubuh bayi yang baru lahir dengan kain atau handuk tanpa
harus memandikan, tidak membungkus (bedong) kemudian
10
meletakkannya ke dada ibu dalam keadaan tengkurap sehingga ada
kontak kulit dengan ibu, selanjutnya beri kesempatan bayi untuk
menyusu sendiri pada ibu pada satu jam pertama kelahiran.
3. Manfaat inisiasi menyusu dini (IMD)
Rosita (2013), menyatakan bahwa IMD bermanfaat bagi ibu dan
bayi baik secara fisiologis maupun psikologis yaitu sebagai berikut :
1). Ibu
Sentuhan dan hisapan payudara ibu mendorong keluarnya
oksitoksin. Oksitoksin menyebabkan kontraksi pada uterus sehingga
membantu keluarnya plasenta dan mencegah perdarahan. Oksitoksin
juga menstimulasi hormon-hormon lain yang menyebabkan ibu
merasa aman dan nyaman, sehingga ASI keluar dengan cancer.
2). Bayi
Bersentuhan dengan ibu memberikan kehangatan,
ketenangan sehingga napas dan denyut jantung bayi menjadi teratur.
Bayi memperoleh kolostrom yang mengandung antibodi dan
merupakan imunisasi pertama. Di samping itu, kolostrom juga
mengandung faktor pertumbuhan yang membantu usus bayi
berfungsi secara efektif, sehingga mikroorganisme dan penyebab
alergi lain lebih sulit masuk ke dalam tubuh bayi.
4. Langkah–langkah pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD)
Rosita (2013), menyatakan ada 10 langkah yang harus dilakukan
untuk terlaksananya IMD yaitu :
11
1) Ibu perlu ditemani seseorang yang dapat memberikan rasa nyaman
dan aman saat melahirkan, baik itu suami, ibu, teman atau saudara
yang lain.
2) Membantu proses kelahiran dengan upaya-upaya di luar obat
seperti pijatan, aromaterapi dan lain-lain kecuali jika dokter sudah
memutuskan untuk menggunakan obat atau alat pemicu.
3) Memberikan posisi yang nyaman bagi ibu saat proses persalinan
atau memberikan posisi melahirkan sesuai keinginan ibu, karena
tidak semua ibu merasa nyaman dengan posisi terlentang.
4) Mengeringkan tubuh bayi dengan handuk halus segera setelah
lahir tanpa dimandikan terlebih dahulu, biarkan cairan alami yang
menyelimuti kulit bayi.
5) Meletakkan bayi di dada ibu dalam posisi tengkurap.
6) Membiarkan kulit bayi bersentuhan dengan kulit ibu hingga bayi
menemukan puting susu ibu kemudian menyusunya.
7) Membiarkan bayi bergerak secara alami mencari payudara ibu
jangan arahkan menuju salah satu puting tetapi pastikan bayi
dalam posisi nyaman untuk mencari puting susu ibu.
8) Ibu yang melahirkan dengan secio caesar juga harus segera
bersentuhan dengan bayinya setelah melahirkan yang tentu
prosesnya membutuhkan perjuangan yang lebih.
12
9) Kegiatan-kegiatan yang dapat mengganggu kenyamanan bayi seperti
menimbang dan mengukur harus dilakukan setelah bayi bisa
melakukan inisiasi menyusu dini.
10) Jangan memberikan cairan atau makanan lain pada bayi kecuali
ada indikasi medis.
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan IMD.
a. Faktor-faktor pendukung.
Terdiri dari faktor internal dan eksternal. Pengetahuan,
sikap, pengalaman dan persepsi ibu merupakan faktor internal
sedangkan fasilitas kesehatan, petugas penolong persalinan,
keluarga dan orang terdekat serta lingkungan merupakan faktor
eksternal.
b. Faktor-faktor penghambat.
Roesli (2014), menyatakan faktor-faktor penghambat Inisiasi
Menyusu Dini adalah adanya pendapat atau persepsi ibu,
masyarakat dan petugas kesehatan yang salah atau tidak benar
tentang hal ini, yaitu sebagai berikut :
1) Bayi akan kedinginan
Bayi berada dalam suhu yang aman jika melakukan
kontak kulit dengan sang ibu, suhu payudara ibu akan
meningkat 0,5 derajat dalam dua menit jika bayi diletakkan di
dada ibu. Berdasarkan hasil penelitian Bergman (2015)
ditemukan bahwa suhu dada ibu yang melahirkan menjadi
13
1°C lebih panas dari suhu dada ibu yang tidak melahirkan.
Jika bayi yang diletakkan di dada ibu ini kepanasan, suhu
dada ibu akan turun 1°C. Jika bayi kedinginan, suhu dada
ibu akan meningkat 2°C untuk menghangatkan bayi. Jadi
dada ibu merupakan tempat yang terbaik bagi bayi yang
baru lahir dibandingkan tempat tidur yang canggih dan mahal.
2) Ibu kelelahan
Memeluk bayinya segera setelah lahir membuat ibu
merasa senang dan keluarnya oksitoksin saat kontak kulit ke
kulit serta saat bayi menyusu dini membantu menenangkan
ibu.
3) Tenaga kesehatan kurang tersedia.
Penolong persalinan dapat melanjutkan tugasnya
sementara bayi masih didada ibu dan menemukan sendiri
payudara ibu. Libatkan ayah atau keluarga terdekat untuk
menjaga bayi sambil memberi dukungan pada ibu.
4) Kamar bersalin atau kamar operasi sibuk.
Ibu dapat dipindahkan keruang pulih atau kamar
perawatan dengan bayi masih didada ibu, berikan kesempatan
pada bayi untuk meneruskan usahanya mencapai payudara
dan menyusu dini.
14
5) Ibu harus di jahit.
Kegiatan merangkak mencari payudara terjadi di area
payudara dan lokasi yang dijahit adalah bagian bawah ibu.
6) Suntikan vitamin K dan tetes mata untuk mencegah penyakit
gonore harus segera diberikan setelah lahir. Menurut
American college of obstetrics and Gynecology dan
Academy Breastfeeding Medicine (2014), tindakan
pencegahan ini dapat ditunda setidaknya selama satu jam
sampai bayi menyusu sendiri tanpa membahayakan bayi.
7) Bayi harus segera dibersihkan, dimandikan, ditimbang, dan
diukur. Menunda memandikan bayi berarti menghindarkan
hilangnya panas badan bayi. Selain itu, kesempatan vernix
meresap, melunakkan, dan melindungi kulit bayi lebih
besar. Bayi dapat dikeringkan segera setelah lahir.
Penimbangan dan pengukuran dapat ditunda sampai
menyusu awal selesai.
8) Bayi kurang siaga.
Pada 1-2 jam pertama kelahirannya, bayi sangat siaga.
Setelah itu, bayi tidur dalam waktu yang lama. Jika bayi
mengantuk akibatnya obat yang diasup oleh ibu, kontak
kulit akan lebih penting lagi karena bayi memerlukan
bantuan lebih untuk bonding.
15
9) Kolostrom tidak keluar atau jumlah kolostrom tidak
memadai sehingga diperlukan cairan lain. Kolostrom cukup
dijadikan makanan pertama bayi baru lahir. Bayi dilahirkan
.dengan membawa bekal air dan gula yang dapat dipakai
pada saat itu.
10) Kolostrom tidak baik, bahkan berbahaya untuk bayi
Kolostrom sangat diperlukan untuk tumbuh-kembang bayi.
Selain sebagai imunisasi pertama dan mengurangi kuning
pada bayi baru lahir, kolostrom melindungi dan
mematangkan dinding usus yang masih muda. Selain faktor-
faktor penghambat di atas menurut Kristiyansari, (2013)
ada beberapa mitos yang menjadi penghambat
pelaksanaan IMD yaitu: Kolostrom tidak baik dan berbahaya
bagi bayi, bayi memerlukan cairan lain sebelum menyusu,
kolostrom dan ASI saja tidak mencukupi kebutuhan minum
bayi, bayi akan kedinginan saat dilakukan IMD, setelah
melahirkan ibu terlalu lelah untuk menyusui bayi, IMD
merupakan prosedur yang merepotkan bagi petugas
kesehatan dokter, perawat, bidan.
16
B. Tinjauan tentang Pengetahuan
1. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indra manusia yaitu penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba (Notoatmojo, 2012).
Penelitian mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi
perilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan,
yaitu :
a. Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahiu terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
b. Internst (merasa tertarik) terhadap stimulus/objek tertentu di sini sikap
subjek sudah mulai timbul.
c. Evalution (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya terhadap
stimulus tersebut bagi dirinya, hal ini berarti sikap responden sudah
tidak baik lagi.
d. Trial, dimana subjek sudah mulai melakukan sesuatu dengan apa yang
dikehendaki.
e. Adopsi, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai denagn
pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
2. Tingkatan Pengetahuan
Menurut Notoatmojo (2010), pengetahuan yang dicakup dalam
daerah kognitif mempunyai 6 tingkatan.
17
1) Tahu (know) adalah mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Untuk mengukur orang tahu tentang apa yang dipelajari
antara lain dengan menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,
menyatakan.
2) Memahami (comprehension) adalah kemampuan untuk memehami
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3) Aplikasi (application) adalah kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya.
4) Analisis (analysis) adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau
objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam suatu
struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama
lainnya.
5) Sintesis (synthesis) adalah kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru.
6) Evaluasi (evaluation) adalah kemempuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi objek.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Menurut Wawan & Dewi (2012), beberapa faktor yang
mempengaruhi pengetahuan, yaitu :
1) Faktor internal
a). Pendidikan
18
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang
terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita
tertentu yang menetukan manusia untuk berbuat dan mengisi
kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagian.
Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga
perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotifasi
untuk sikap berperan serta dalam pembangunan. Pada umumnya
makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima
informasi.
Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi,
misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga
meningkatkan kualitas hidup khususnya bagi ibu dalam
memperoleh informasi tentang menstruasi. Oleh sebab itu, makin
tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka makin mudah
menerima informasi dalam memperoleh informasi mengenai
menstruasi sehingga makin banyak pengetahuan yang dimiliki dan
semakin mudah menerima informasi.
b). Pekerjaan
Pekerjaan dalam arti luas aktifitas utama yang dilakukan
manusia dalam arti sempit istilah pekerjaan digunakan untuk suatu
kerja menghasilkan uang bagi seseorang dalam pembicaraan
sehari-hari istilah ini sering dianggap sinonim dengan profesi.jadi
dapat diartikan sebagai sesuatu yang dikelurkan oleh seseorang
19
sebagai profesi sengaja dilakukan untuk mendapatkan
penghasilan.
Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita
waktu. Seorang remaja yang dalam masa pendidikannya juga
harus bekerja untuk dapat membiayai studinya sehingga para
remaja mempunyai kesempatan yang lebih kecil untuk
mendapatkan informasi yang bermanfaat bagi derajat
kesehatannya khususnya tentang menstruasi. Hal ini dikarenakan
waktu luang yang ada dimanfaatkan untuk bekerja dan beristirahat.
c). Umur
Menurut Elizabeth yang dikutip Nursalam (2013), usia
adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai
berulang tahun. (Hucklock 2014) semakin cukup umur, tingkat
kemantangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam
berpikir dan bekerja jadi semakin matangnya umur seorang
semakin matang pula pemikirannya tentang IMD.
2) Faktor eksternal
a).Faktor lingkungan
Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar,
manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi
perkembangan dan perilaku orang atau kelompok. Lingkungan bisa
membuat pola pikir menjadi sesuatu yang menakutkan, tergantung
bagaimana lingkungan memperlakukan.
20
b). Sosial budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat
mempengaruhi dari sikap dalam menerima kelompok. Begitu pula
tentang praktik IMD masih banyak masyarakat yang menganggap
bawah IMD itu sesuatu yang tabuh untuk di bicarakan khususnya
pada masyarakat yang adat istiadatnya masih kental sehingga
banyak mitos-mitos yang bermunculan sehingga ibu merasa cemas
untuk melakukan IMD.
4. Perkembangan Pengetahuan
Ilmu pengetahuan manusia mengalami beberapa periode
perkembangan dari waktu ke waktu sepanjang kehidupan manusia di
permukaan bumi ini. Proses yang terjadi mengikuti kemajuan peradaban
manusia dari zaman batu sampai zaman modern dan sering disebut
sebagai “The Ways Of Thinking”. Proses tahapan yaitu :
a. Periode trial and error. Manusia melihat dan mendengar sesuatu, lalu
mulai berfikir dan timbul keinginan untuk mencoba, tetapi gagal,
kemudian mencoba lagi berkali-kali dan akhirnya berhasil.
b. Periode authority and tradition. Semua pemikiran dan pendapat
dijadikan norma-norma dan tradisi yang harus dilaksanakan oleh
setiap orang. Bila seseorang melanggarnya, akan dikenakan sanksi
hukuman, baik moral maupun fisik.
21
c. Periode speculation and argumentation. Setiap pemikiran dan
pendapat mulai dibahas kebenarannya melalui spekulasi dan adu
argumentasi.
Periode hyphothesis and experimentation. Semua pemikiran dan
pendapat harus dianalisis, diteliti, serta diuji kebenarannya secara ilmiah
(Chandra, 2012).
5. Pengukuran pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan cara
wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang
akan diukur dari subyek penelitian atau responden. Kedalaman
pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita
sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas (Nursalam, 2013) :
Tingkat pengetahuan baik bila skor >75%-100%
Tingkat pengetahuan cukup bila skor 56%-75%
Tingkat pengetahuan kurang bila skor <56%
C. Tinjauan tentang ASI
1. Proses terbentuknya ASI
Hormon prolaktin dari plasenta meningkat selama
kehamilan tetapi biasanya ASI belum keluar karena masih dihambat
oleh kadar estrogen yang tinggi. Pada hari kedua atau ketiga pasca
persalinan, kadar estrogen dan progresteron turun drastis, sehingga
pengaruh prolaktin lebih dominan dan pada saat inilah mulai terjadi
22
sekresi ASI. Dengan menyusukan lebih dini terjadi perangsangan puting
susu, terbentuklah prolaktin dari hipofisis, sehingga sekresi ASI semakin
lancar. Dua reflek yang sangat penting dalam proses laktasi adalah
reflek prolaktin dan reflek aliran (let down reflex).
1) Reflek prolaktin
Pada saat bayi menyusu, ujung saraf peraba yang terdapat
pada puting susu terangsang. Rangsangan tersebut oleh serabut afferent
dibawa ke hipotalamus di dasar otak, lalu memacu hipofise anterior untuk
mengeluarkan prolaktin ke dalam darah, melalui sirkulasi prolaktin
memacu sel kelenjar (alveoli) untuk memproduksi air susu. Jumlah
prolaktin yang disekresi dan jumlah susu yang diproduksi berkaitan
dengan stimulus isapan, yaitu frekuensi, intensitas dan lamanya bayi
menghisap.
b. Reflek aliran (let down reflex)
Rangsangan yang ditimbulkan oleh bayi saat menyusu selain
mempengaruhi hipofise anterior mengeluarkan hormon prolaktin juga
mempengaruhi hipofise posterior mengeluarkan hormon oksitoksin.
Dimana setelah oksitoksin dilepas ke dalam darah akan memacu otot
polos yang mengelilingi alveoli dan ducktus untuk berkontraksi, sehingga
memeras air susu dari alveoli, duktus dan sinus menuju puting
susu. Let down reflex dapat dirasakan sebagai sensasi kesemutan atau
dapat juga ibu merasakan sensasi apapun. Tanda- tanda lain dari let
down reflex adalah tetesan pada payudara lain yang tidak sedang
23
dihisap oleh bayi, reflek ini dipengaruhi oleh kejiwaan ibu (Kristiyansari,
2012).
2. Komposisi ASI
ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, lactose dan
garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara
ibu, sebagai makanan utama bagi bayi. Komposisi ASI tidak sama dari
waktu-kewaktu, hal ini berdasar stadium laktasi. Komposisi ASI menurut
Kristiyansari (2012) dibedakan menjadi 3 macam yaitu:
a. Kolostrum
ASI yang dihasilkan pada hari pertama sampai hari ketiga
setelah bayi lahir. Kolostrum merupakan cairan yang agak kental
berwarna kekuningan, lebih kuning dibanding dengan ASI mature,
bentuknya agak kasar karena mengandung butiran lemak dan
sel-sel epitel, dengan khasiat sebagai berikut :
1) sebagai pembersih selaput usus bayi yang baru lahir
sehingga saluran pencernaan siap untuk menerima makanan.
2) mengandung kadar protein yang tinggi terutama gama
globulin, sehingga dapat memberikan perlindungan tubuh
terhadap infeksi.
3) mengandung zat antibodi sehingga mampu melindungi tubuh
bayi dari berbagai penyakit infeksi untuk jangka waktu sampai
dengan 6 bulan.
24
b. ASI masa transisi. ASI yang dihasilkan mulai hari ke empat sampai
hari ke sepuluh.
c. ASI mature. ASI yang dihasilkan mulai hari ke sepuluh sampai
seterusnya.
3. Manfaat ASI
Kristiyansari (2012), menyatakan bahwa ASI mempunyai
manfaat yang cukup besar bagi bayi, ibu, keluarga maupun negara yaitu
sebagai berikut :
a. Bayi
1) Membantu bayi memulai kehidupannya dengan baik, bayi yang
mendapatkan ASI mempunyai kenaikan berat badan yang baik
setelah lahir, pertumbuhan setelah perinatal baik, dan
mengurangi kemungkinan obesitas.
2) Mendapatkan antibodi.
3) Memberikan rasa nyaman dan aman bagi bayi dengan adanya
proses menyusui oleh ibu.
4) Terhindar dari alergi.
5) Meningkatkan kecerdasan bayi.
6) Membantu perkembangan rahang dan merangsang pertumbuhan
gigi.
b. Ibu
1) Menjarangkan kehamilan atau sebagai alat kontrasepsi.
25
2) Mencegah terjadinya perdarahan pasca pesalinan, anemia dan
mencegah terjadinya kanker payudara dan ovarium.
3) Menurunkan berat badan.
4) Menumbuhkan rasa bangga karena merasa diperlukan oleh
semua manusia.
c. Keluarga
1) Penghematan atau ekonomis
2) Kebahagian keluarga bertambah karena kelahiran yang jarang
sehingga mendekatkan hubungan bayi dan keluarga.
3) Praktis karena tidak perlu repot menyiapkan alat-alat menyusui
yang dapat diberikan dimana saja kapan saja.
d. Negara
1) Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi.
2) Menghemat devisa Negara.
3) Mengurangi subsidi untuk Rumah Sakit.
4) Meningkatakan kualitas generasi penerus.
D. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang IMD dengan Praktik IMD
Inisiasi menyusu dini (IMD) dalam istilah asing sering disebut
early inisiation adalah memberi kesempatan pada bayi baru lahir
untuk menyusu sendiri pada ibu dalam satu jam pertama kelahirannya
(Roesli, 2014). Ketika bayi sehat di letakkan di atas perut atau dada
ibu segera setelah lahir dan terjadi kontak kulit (skin to skin contact)
merupakan pertunjukan yang menakjubkan, bayi akan bereaksi
26
oleh karena rangsangan sentuhan ibu, b a y i akan bergerak di
atas perut ibu dan menjangkau payudara.
Inisiasi menyusu dini merupakan proses menyusu bukan
menyusui yang memberikan gambaran bahwa inisiasi menyusu dini
bukan program ibu menyusui bayi tetapi bayi yang harus aktif sendiri
menemukan putting susu ibu (Alfian, dkk, 2013). Setelah lahir bayi
belum menujukkan kesiapannya untuk menyusu (Gupta, 2015). Reflek
menghisap bayi timbul setelah 20-30 menit setelah lahir. Roesli (2014),
menyatakan bayi menunjukan kesiapan untuk menyusu 30-40 menit
setelah lahir.
Kesimpulan dari berbagai pengertian di atas, inisiasi menyusu
dini adalah suatu rangkaian kegiatan dimana bayi segera setelah lahir
yang sudah terpotong tali pusatnya secara naluri melakukan aktivitas-
aktivitas yang diakhiri dengan menemukan puting susu ibu kemudian
menyusu pada satu jam pertama kelahiran.
Beberapa faktor pendukung yang mempengaruhi pelaksanaan IMD
terdiri dari faktor internal dan eksternal. Pengetahuan, sikap,
pengalaman dan persepsi ibu merupakan faktor internal sedangkan
fasilitas kesehatan, petugas penolong persalinan, keluarga dan orang
terdekat serta lingkungan merupakan faktor eksternal. Menurut Green
bahwa pelaksanaan IMD dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
pengetahuan ibu, sikap ibu, perilaku petugas kesehatan (Labbok et al,
2013; Roesli, 2014).
27
Pengetahuan merupakan hasil tahu setelah seseorang melakukan
penginderaan melalui panca indera. Sebagian pengetahuan diperoleh
melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2010). Seorang ibu yang mampu
mengetahui hingga mengevaluasi informasi yang diperoleh maka
pengetahuannya akan baik sehingga dapat meningkatkan kesadaran ibu
untuk melakukan IMD. Faktor penghambat pelaksanaan IMD yaitu adanya
pendapat atau persepsi ibu, masyarakat dan petugas kesehatan yang
salah atau tidak benar tentang (Roesli, 2014).
28
E. Landasan Teori
Inisiasi menyusu dini merupakan proses menyusu bukan
menyusui yang memberikan gambaran bahwa inisiasi menyusu dini
bukan program ibu menyusui bayi tetapi bayi yang harus aktif sendiri
menemukan putting susu ibu (Alfian, dkk, 2013). Setelah lahir bayi
belum menujukkan kesiapannya untuk menyusu (Gupta, 2015). Reflek
menghisap bayi timbul setelah 20-30 menit setelah lahir. Roesli (2014),
menyatakan bayi menunjukan kesiapan untuk menyusu 30-40 menit
setelah lahir. Kesimpulan dari berbagai pengertian di atas, inisiasi
menyusu dini adalah suatu rangkaian kegiatan dimana bayi segera
setelah lahir yang sudah terpotong tali pusatnya secara naluri melakukan
aktivitas-aktivitas yang diakhiri dengan menemukan puting susu ibu
kemudian menyusu pada satu jam pertama kelahiran.
Beberapa faktor pendukung yang mempengaruhi pelaksanaan IMD
terdiri dari faktor internal dan eksternal. Pengetahuan, sikap,
pengalaman dan persepsi ibu merupakan faktor internal sedangkan
fasilitas kesehatan, petugas penolong persalinan, keluarga dan orang
terdekat serta lingkungan merupakan faktor eksternal. Menurut Green
bahwa pelaksanaan IMD dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
pengetahuan ibu, sikap ibu, perilaku petugas kesehatan (Labbok et al,
2013; Roesli, 2014). Faktor penghambat pelaksanaan IMD yaitu adanya
pendapat atau persepsi ibu, masyarakat dan petugas kesehatan yang
salah atau tidak benar tentang (Roesli, 2014).
29
F. Kerangka Teori
Faktor pendukung
1. Faktor Internal
a. Pengetahuan b. Sikap
c. Pengalaman d. Persepsi
2. Faktor Eksternal
a. Fasilitas Kesehatan b. Penolong
Persalinan c. Keluarga d. Orang Terdekat
Faktor penghambat
a. Persepsi ibu yang
salah b. Persepsi masyarakat
yang salah c. Persepsi petugas
kesehatan yang salah
Praktik IMD
Gambar 1. Kerangka Teori dimodifikasi dari Alfian dkk, ( 2013); Labbok et al, (2013); Roesli (2014)
30
G..Kerangka konsep
Keterangan
Variabel bebas: pengetahuan tentang IMD
Variable terikat: praktik IMD
H. Hipotesis Penelitian
Ada hubungan pengetahuan ibu tentang inisisasi menyusu dini
(IMD) dengan praktik inisisasi menyusu dini.
Pengetahuan tentang IMD Praktik IMD
31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian adalah analitik, yaitu jenis penelitian untuk
mengetahui hubungan antara faktor risiko dan kejadian penyakit.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Cross Sectional Study,
yaitu rancangan penelitian yang dilakukan pada satu waktu bersamaan
antara variavel bebas dan terikat (Nursalam, 2013).
Gambar 3. Skema Rancangan Cross Sectional
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Dewi
Sartika Kendari pada bulan April sampai dengan Mei tahun 2017.
Ibu Besalin
Pengetahuan
Tentang IMD
Pengetahuan
Tentang IMD
Melakukan IMD
optimal
Melakukan IMD tidak
optimal
Pengetahuan
Tentang IMD
Melakukan IMD tidak optimal
Melakukan IMD tidak
optimal
Melakukan IMD
optimal
Melakukan IMD
optimal
31
32
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu bersalin normal di
ruang kamar bersalin Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kendari
bulan April sampai dengan Mei tahun 2017 yang berjumlah 60 ibu.
2. Sampel dalam penelitian adalah ibu bersalin bulan April sampai
dengan Mei tahun 2017 yang berjumlah 60 orang. Pengambilan
sampel menggunakan tehnik total sampling yaitu semua populasi
dijadikan sebagai sampel penelitian.
D. Variabel Penelitian
1. Variabel terikat (dependent) yaitu praktik IMD.
2. Variabel bebas (independent) yaitu pengetahuan tentang IMD.
E. Definisi Operasional
1. Praktik IMD adalah proses bayi menyusu setelah dilahirkan,
dimana bayi diletakkan tengkurap diperut ibu dengan kontak
langsung kulit ibu dan kulit bayi sampai bayi dapat menyusu
sendiri. Skala ukur adalah ordinal.
Kriteria objektif
a. Melakukan IMD tapi tidak optimal: waktu IMD < 30 menit
c. Melakukan IMD secara optimal: waktu IMD 30–60 menit
(Unicef, 2012)
2. Pengetahuan tentang IMD adalah kemampuan responden untuk
mengetahui dan memahami sejumlah pertanyaan yang berkaitan
dengan inisiasi menyusu dini. Skala ukur adalah ordinal.
33
Kriteria objektif
a. Pengetahuan baik : jika skor jawaban benar 16–20.
b. Pengetahuan cukup: jika skor jawaban benar 12-15
c. Pengetahuan kurang : jika skor jawaban benar ≤11.
(Nursalam, 2013)
F. Jenis dan Sumber Data Penelitian
Jenis data adalah data primer. Data diperoleh dari kuesioner yang
dibagikan pada ibu sebelum bersalin di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika
Kendari.
[
G. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar
checklist tentang praktik IMD dan kuesioner tentang pengetahuan IMD.
Kuesioner pengetahuan terdiri dari 20 pertanyaan yaitu 10 pertanyaan
favorable dan 10 unfavorable dengan pilihan jawaban benar atau salah.
Jawaban benar untuk pertanyaan favorable diberi nilai 1 dan jawaban
salah diberi nilai 0. Jawaban benar untuk pertanyaan unfavorable diberi
nilai 0 dan jawaban salah diberi nilai 1. Skor jawaban tertinggi adalah 20,
terendah adalah 0. Jawaban benar responden dihitung dan
dikelompokkan berdasarkan kreiteria objektif.
34
H. Pengolahan dan Analisis Data
a. Pengolahan Data
Data yang telah dikumpul, diolah dengan cara manual dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Editing
Dilakukan pemeriksaan/pengecekan kelengkapan data yang
telah terkumpul, bila terdapat kesalahan atau berkurang dalam
pengumpulan data tersebut diperiksa kembali.
2. Coding
Hasil jawaban dari setiap pertanyaan diberi kode angka sesuai
dengan petunjuk.
3. Tabulating
Untuk mempermudah analisa data dan pengolahan data serta
pengambilan kesimpulan data dimasukkan ke dalam bentuk
tabel distribusi.
b. Analisis data
1. Univariabel
Data diolah dan disajikan kemudian dipresentasikan dan
uraikan dalam bentuk tabel dengan menggunakan rumus:
Keterangan :
f : variabel yang diteliti
n : jumlah sampel penelitian
Kxn
fX
35
K: konstanta (100%)
X : Persentase hasil yang dicapai
2. Bivariabel
Untuk mendeskripsikan hubungan antara independent variable dan
dependent variable. Uji statistik yang digunakan adalah Chi-Square.
Adapun rumus yang digunakan untuk Chi-Square adalah :
X2 =
fe
fefo 2
Keterangan :
Σ : Jumlah
X2 : Statistik Shi-Square hitung
fo : Nilai frekuensi yang diobservasi
fe : Nilai frekuensi yang diharapkan
Pengambilan kesimpulan dari pengujian hipotesa adalah ada
hubungan jika p value < 0,05 dan tidak ada hubungan jika p value >
0,05 atau X2 hitung ≥ X2 tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima yang
berarti ada hubungan dan X2 hitung < X2 tabel maka H0 diterima dan
H1 ditolak yang berarti tidak ada hubungan.
36
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Letak Geografis
RSU Dewi Sartika Kendari terletak di Jalan Kapten Piere
Tendean No.118 Kecamatan Baruga Kota Kendari Ibu Kota
Provinsi Sulawesi Tenggara. Lokasi ini sangat strategis karena
berada ditengah-tengah lingkungan pemukiman penduduk dan
mudah dijangkau dengan kendaraan umum karena berada disisi
jalan raya dengan batas-batas sebagai berikut :
a. Sebelah utara : Perumahan penduduk
b. Sebelah selatan : Jalan raya Kapten Piere Tendean
c. Sebelah timur : Perumahan penduduk
d. Sebelah barat : Perumahan penduduk
2. Lingkungan fisik
RSU Dewi Sartika Kendari berdiri diatas tanah seluas 1.624
m² dengan luas bangunan 957,90 m². RSU Dewi Sartika Kendari
selama kurun waktu 7 tahun sejak berdirinya tahun 2009 sampai
dengan tahun 2016 telah melakukan pengembangan fisik
bangunan sebagai bukti keseriusan untuk berbenah dan
memberikan pelayanan yang prima kepada masyarakat khususnya
masyarakat Kota Kendari.
35
37
3. Status
RSU Dewi Sartika Kendari yang mulai dibangun /didirikan
tahun 2009 dengan izin operasional sementara dari walikota
Kendari No.56/IZN/XI/2010/001 tanggal 5 november 2010, maka
rumah sakit ini resmi berfungsi dan melakukan kegiatan-kegiatan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat pencari jasa kesehatan
dibawah naungan Yayasan Widya Ananda Nugraha Kendari yang
sekaligus sebagai pemilik rumah sakit. RSU Dewi Sartika Kendari
telah ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan RI menjadi Rumah
sakit type D.
4. Organisasi dan Manajemen
Pemimpin RSU Dewi Sartika Kendari disebut Direktur.
Direktur dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab penuh
kepada pemilik rumah sakit dalam hal ini ketua Yayasan Widya
Ananda Nugraha dan dibantu oleh Kepala Tata Usaha dan 4
(empat) orang Kepala Bidang yakni ; Kepala Bidang Keuangan dan
Klaim, Kepala Bidang Pelayanan Medik, Kepala Bidang Penunjang
Medik, dan Kepala Bidang Perlengkapan dan sanitasi.
a. Kepala Bidang Keuangan dan Klaim
1) Kasir/Juru Bayar
2) Administrasi Klaim
b. Kepala Bidang Pelayanan Medik
1) Instalasi Gawat Darurat
38
2) Instalasi Rawat Jalan (IRJ)
3) Instalasi Rawat Inap (IRNA)
4) Instalasi Gizi
5) Instalasi Farmasi
6) Kamar Operasi
7) Rekam Medik
8) HCU
9) Ruang Sterilisasi, dll
c. Kepala Bidang Penunjang Medis
1) Laboratorium
2) Radiologi
d. Kepala Bidang Perlengkapan dan Sanitasi
1) Perlengkapan
2) Keamanan
3) Kebersihan
Selain pengorganisasian tersebut diatas terdapat 2 (dua) kelompok yang
sifatnya kemitraan yakni :
a. Komite Medik, dan
b. Satuan Pengawasan Intern
5. Tugas Pokok dan Fungsi Rumah Sakit Umum Dewi Sartika
Kendari
Tugas pokok RSU Dewi Sartika Kendari adalah melakukan
upaya kesehatan secara efisien dan efektif dengan mengutamakan
39
penyembuhan dan pemulihanyang dilaksanakan secara serasi dan
terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta
melaksanakan upaya rujukan.
Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana tersebut
diatas RSU Dewi Sartika Kendari mempunyai fungsi :
a. Menyelenggarakan pelayanan medik
b. Menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan
c. Menyelenggarakan pelayanan penunjang medik
d. Menyelenggarakan pelayanan rujukan
e. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan
f. Menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan
6. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana RSU Dewi Sartika Kendari adalah sebagai
berikut :
a. IGD, Poliklinik Spesialis, Ruangan perawatan Kelas I, Kelas II,
Kelas 3 dengan fasilitasnya
b. Listrik dari PLN tersedia 5500 watt dibantu dengan 1 unit genset
sebagai cadangan
c. Air yang digunakan di RSU Dewi Sartika adalah air dari sumur
bor yang ditampung dalam reservoir dan berfungsi 24 jam.
d. Sarana komunikasi berupa telepon, fax dan dilengkapi dengan
fasilitas Internet (Wi Fi)
e. Alat Pemadam kebakaran
40
f. Pembuangan limbah
g. Untuk sampah disediakan tempat sampah disetiap ruangan dan
juga diluar ruangan, sampah akhirnya dibuang ketempat
pembuangan sementara (2 bak sampah) sebelum diangkat oleh
mobil pengangkut sampah.
h. Untuk limbah cair ditiap-tiap ruangan disediakan kamar mandi
dan WC dengan septic tank serta saluran pembuangan limbah.
i. Pagar seluruh areal rumah sakit terbuat dari tembok.
7. Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di RSU Dewi Sartika
Kendari adalah sebagai berikut :
a. Pelayanan medis
1) Instalasi Gawat Darurat
2) Instalasi Rawat Jalan, yaitu Poliklinik Obsgyn, Poliklinik
Umum, Poliklinik Penyakit Dalam, Poliklinik Mata, Poliklinik
Bedah, Poliklinik Anak, Poliklinik THT, Poliklinik Radiologi,
Poliklinik Jantung, Poliklinik Gigi Anak.
3) Instalasi Rawat Inap
a) Dewasa/Anak/Umum
b) Persalinan
4) Kamar Operasi
a) Operasi Obsgyn
b) Bedah umum
41
5) HCU
b. Pelayanan penunjang medis, yaitu instalasi farmasi, radiologi,
laboratorium, instalasi gizi, ambulance
c. Pelayanan Non Medis, yaitu sterilisasi dan laundry
8. Fasilitas Tempat Tidur
Jumlah Tempat Tidur yang ada di RSU Dewi Sartika Kendari
adalah sebanyak 91 buah tempat tidur yang terbagi dalam beberapa
kelas perawatan yakni sebagai berikut
Tabel 1.
Jumlah Tempat Tidur RSU Dewi Sartika Kendari Tahun 2016
Jenis Ruangan Jumlah
VIP
Kelas I
Kelas II
Kelas III/Bangsal/Intenal
UGD
Ruang Bersalin
14
10
12
37
11
7
Jumlah 91
Sumber : Data Primer
9. Sumber Daya Manusia (SDM)
Sumber Daya Manusia di RSU Dewi Sartika Kendari berjumlah 160
terdiri dari (17: Part Time, 143: Full Time) dengan spesifikasi pendidikan
sebagai berikut
42
Tabel 2
Jumlah SDM RSU Dewi Sartika Kendari Tahun 2016
Jenis Tenaga Status Ketenagaan Jenis Kelamin
Tetap Tidak Tetap L P
Tenaga Medis Dokter Spesialis Obgyn
1
1
2
-
Dokter Spesialis Bedah - 1 1 -
Dokter Spesialis Interna - 1 1 -
Dokter Spesialis Anastesi - 1 1 -
Dokter Spesialis PK - 1 - 1
Dokter Spesialis Anak - 1 - 1
Dokter Spesialis Radiologi - 1 1 -
Dokter Spesialis THT - 1 - 1
Dokter Spesialis Mata - 1 1 -
Dokter Spesialis Jantung - 1 1 -
Dokter Gigi Anak - 1 - 1
Dokter Umum - 3 3 -
Paramedis 1. S1 Keperawatan/Nurse
2. D IV Kebidanan 3. D III Bidan 4. D III Keperawatan
26
5 43 56
-
2 - -
10
- - 11
16
7 43 45
Tenaga Kesehatan Lainnya 1. Master Kesehatan 2. SKM
3. Apoteker 4. D III Farmasi
5. S 1 Gizi 6. D III Analis Kesehatan
- 1 1
1 1
3
- 1
2 1
- -
- 1
1 -
- 1
- 1
1 2
1 2
Non Medis 1. DII/Keuangan
2. Diploma Komputer 3. SLTA/SMA/SMU
1 1 11
- -
-
- -
2
1 1
9
Jumlah 67 19 24 60
Sumber : Data Primer
10. Sumber Pembiayaan
Sumber pembiayaan RSU Dewi Sartika Kendari berasal dari :
a. Pengelolaan Rumah Sakit
43
b. Yayasan Widya Ananda Nugraha Kendari
B. Hasil Penelitian
Penelitian hubungan pengetahuan ibu tentang inisisasi menyusu
dini (IMD) dengan praktik inisisasi menyusu dini telah dilaksanakan di
Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kota Kendari pada bulan April hingga
Mei tahun 2017. Sampel penelitian adalah ibu bersalin di ruang kamar
bersalin Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kota Kendari berjumlah 60 ibu.
Data yang telah terkumpul diolah dan dianalisis menggunakan SPSS versi
24.
Data yang telah dianalisis disajikan dalam bentuk tabel yang
disertai penjelasan. Hasil penelitian terdiri dari analisis univariabel dan
bivariabel. Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel berikut
1. Analisis Univariabel
Analisis univariabel adalah analisis setiap variabel untuk memperoleh
gambaran setiap variabel dalam bentuk distribusi frekuensi. Analisis univariabel
pada penelitian ini, yaitu analisis karakteristik responden, pengetahuan tentang
IMD, praktik IMD. Hasil analisis univariabel sebagai berikut:
a. Karakteristik Responden
Karakteristik merupakan ciri atau tanda khas yang melekat pada diri
responden yang membedakan antara responden yang satu dengan yang
lainnya. Karakteristik responden pada penelitian ini terdiri dari umur
44
responden, pendidikan, gravida. Karakteristik responden dapat dilihat
pada tabel 3.
Tabel 3
Karakteristik Responden
Karakteristik Jumlah
N %
Umur
<20 tahun
20-35 tahun
>35 tahun
7
44
9
11,7
73,3
15,0
Pendidikan
SD
SMP
SMU
PT
1
8
44
7
1,7
13,3
73,3
11,7
Graviditas
Primigravida
Multigravida
Grande Multigravida
20
32
8
33,3
53,4
13,3
Sumber: Data Primer
Data yang diperoleh tentang karakteristik responden pada
penelitian ini adalah umur responden yang terbanyak adalah berumur 20-
35 tahun sebanyak 44 ibu (73,3%), berpendidikan SMU sebanyak 44 ibu
(73,7%) dan multipara sebanyak 32 ibu (53,3%).
Kesimpulan yang diperoleh dari karakteristik responden yaitu
sebagian besar usia responden dalam usia reproduksi sehat,
berpendidikan SMU, dan pernah melahirkan sebelumnya.
45
b. Praktik IMD di RSU Dewi Sartika Tahun 2017
Praktik IMD adalah proses bayi menyusu setelah dilahirkan, dimana
bayi diletakkan tengkurap diperut ibu dengan kontak langsung kulit ibu
dan kulit bayi sampai bayi dapat menyusu sendiri. Praktik IMD dalam
penelitian ini dikategorikan menjadi 3 kategori yaitu tidak IMD, melakukan
IMD tapi tidak optimal (waktu IMD <30 menit), melakukan IMD secara
optimal (waktu IMD 30–60 menit). Hasil penelitian tentang praktik IMD
dapat dilihat pada tabel 5.
Distribusi praktik IMD pada responden diketahui bahwa responden
yang melakukan IMD paling banyak dalam kategori tidak optimal
sebanyak 42 orang (70,0%) dan yang paling sedikit adalah yang tidak
melakukan IMD (tidak ada responden yang tidak melakukan IMD).
Tabel 5
Distribusi Praktik IMD di RSU Dewi Sartika Tahun 2017
Praktik IMD Frekuensi (n) Persentase (%)
IMD tidak optimal 42 70,0
IMD optimal 18 30,0
Total 60 100
Sumber : Data Primer
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa semua ibu
bersalin telah melakukan IMD namun sebagian ibu bersalin melakukan
IMD secata tidak optimal.
46
c. Pengetahuan Tentang IMD di RSU Dewi Sartika Tahun 2017
Pengetahuan tentang IMD adalah kemampuan responden untuk
mengetahui dan memahami sejumlah pertanyaan yang berkaitan dengan
inisiasi menyusu dini. Pengetahuan dibagi menjadi 3 kategori yaitu
pengetahuan baik (skor 76–100%), pengetahuan cukup (skor 56-75%),
pengetahuan kurang (skor <56%). Gambaran pengetahuan tentang IMD
dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4
Distribusi Pengetahuan tentang IMD di RSU Dewi Sartika Tahun 2017
Pengetahuan tentang IMD Frekuensi (n) Persentase (%)
Baik 23 38,3
Cukup 2 3,3
Kurang 35 58,4
Total 60 100
Sumber : Data Primer
Distribusi pengetahuan tentang IMD pada tabel 4 dapat diketahui
bahwa pengetahuan ibu bersaling paling banyak yang berpengetahuan
kurang sebanyak 35 ibu (58,4%) dan paling sedikit berpengetahuan cukup
sebanyak 2 ibu (3,3%) sehingga dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
pengetahuan ibu bersalin tentang IMD adalah kurang.
2. Analisis Bivariabel
Analisis bivariabel merupakan analisis lanjutan dari analisis
univariabel. Analisis bivariabel dilakukan untuk menganalisis hubungan
dua variabel. Analisis bivariabel bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya
47
hubungan antara variabel independen (kategorik) dengan variabel
independen (kategorik) dapat digunakan Uji Kai Kuadrat atau Chi Square.
Analisis bivariabel pada penelitian ini yaitu analisis hubungan
pengetahuan ibu tentang inisisasi menyusu dini (IMD) dengan praktik
inisisasi menyusu dini di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kendari. Hasil
analisis dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7
Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Inisisasi Menyusu Dini (IMD) Dengan Praktik Inisisasi Menyusu Dini di RSU Sartika Kendari
Tahun 2017
Pengetahuan tentang IMD
Praktik IMD X2 (p-value)
Optimal Tidak optimal n %
n % n %
Baik 12 66,7 11 26,2 23 38,3 9,9
(0,007) Cukup 1 5,6 1 2,4 2 3,3 Kurang 5 27,7 30 71,4 35 58,4 Total 18 100 42 100 60 100
Sumber: Data Primer
p<0,05
Responden yang optimal melakukan IMD, sebagian besar
pengetahuannya adalah baik sebanyak 12 ibu (66,7%), sedangkan yang
tidak optimal melakukan IMD, sebagian besar pengetahuannya dalam
kategori kurang sebanyak 30 ibu (71,4%).
Kesimpulan yang dapat diperoleh adalah ada hubungan
pengetahuan ibu tentang inisisasi menyusu dini (IMD) dengan praktik
inisisasi menyusu dini (X2 (p-value)= 9,9 (0,007)). Semakin baik
pengetahuan ibu tentang inisisasi menyusu dini (IMD) maka semakin
optimal praktik inisisasi menyusu dini.
48
C. Pembahasan
Penelitian tentang hubungan hubungan pengetahuan ibu tentang
inisisasi menyusu dini (IMD) dengan praktik inisisasi menyusu dini di RS
Dewi Sartika telah dilaksanakan pada bulan April hingga Mei tahun 2017.
Hasil penelitian menyatakan bahwa ada antara hubungan pengetahuan
ibu tentang inisisasi menyusu dini (IMD) dengan praktik inisisasi menyusu
dini.
Hasil penelitian ini sesuai dengan Wahyuningsih (2014) di Klaten
menyatakan bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu bersalin
tentang IMD dengan IMD di Bidan Praktik Swasta Benis Jayanto Kalten.
Hasil penelitian Zainal dkk (2014) juga menyatakan hal yang sama bahwa
ada korelasi yang bermakna antara pengetahuan, sikap dan pelaksanaan
IMD. Inisisasi menyusu dini dalam 1 jam pertama dapat memberikan
peluang delapan kali lebih besar untuk keberhasilan pemberian ASI
Eklsklusif (Fikawati dan Syafiq, 2013).
Inisiasi menyusu dini (IMD) dalam istilah asing sering disebut
early inisiation adalah memberi kesempatan pada bayi baru lahir untuk
menyusu sendiri pada ibu dalam satu jam pertama kelahirannya
(Roesli, 2014). Ketika bayi sehat di letakkan di atas perut atau dada
ibu segera setelah lahir dan terjadi kontak kulit (skin to skin contact)
merupakan pertunjukan yang menakjubkan, bayi akan bereaksi oleh
karena rangsangan sentuhan ibu, bayi akan bergerak di atas perut ibu
dan menjangkau payudara.
49
Gupta (2015) menyatakan inisiasi menyusu dini disebut sebagai
tahap ke empat persalinan yaitu tepat setelah persalinan sampai satu jam
setelah persalinan, meletakkan bayi baru lahir dengan posisi tengkurap
setelah dikeringkan tubuhnya namun belum dibersihkan, tidak
dibungkus di dada ibunya segera setelah persalinan dan memastikan
bayi mendapat kontak kulit dengan ibunya, menemukan puting susu
dan mendapatkan kolostrom atau ASI yang pertama kali keluar. Inisiasi
menyusu dini adalah proses menyusu bukan menyusui yang merupakan
gambaran bahwa inisiasi menyusu dini bukan program ibu menyusui
bayi tetapi bayi yang harus aktif sendiri menemukan putting susu ibu
(Alfian, dkk, 2013).
Inisiasi menyusu dini merupakan proses menyusu bukan
menyusui yang memberikan gambaran bahwa inisiasi menyusu dini
bukan program ibu menyusui bayi tetapi bayi yang harus aktif sendiri
menemukan putting susu ibu (Alfian, dkk, 2013). Setelah lahir bayi
belum menujukkan kesiapannya untuk menyusu (Gupta, 2015). Reflek
menghisap bayi timbul setelah 20-30 menit setelah lahir. Roesli (2014),
menyatakan bayi menunjukan kesiapan untuk menyusu 30-40 menit
setelah lahir. Kesimpulan dari berbagai pengertian di atas, inisiasi
menyusu dini adalah suatu rangkaian kegiatan dimana bayi segera
setelah lahir yang sudah terpotong tali pusatnya secara naluri melakukan
aktivitas-aktivitas yang diakhiri dengan menemukan puting susu ibu
kemudian menyusu pada satu jam pertama kelahiran.
50
Inisiasi menyusu dini bermanfaat bagi ibu dan bayi baik secara
fisiologis maupun psikologis. Bagi ibu bermanfaat untuk mendorong
keluarnya oksitoksin. Oksitoksin menyebabkan kontraksi pada uterus
sehingga membantu keluarnya plasenta dan mencegah perdarahan.
Oksitoksin juga menstimulasi hormon-hormon lain yang menyebabkan
ibu merasa aman dan nyaman, sehingga ASI keluar dengan cancer.
Bagi bayi bermanfaat memberikan kehangatan, ketenangan sehingga
napas dan denyut jantung bayi menjadi teratur.
Bayi memperoleh kolostrom yang mengandung antibodi dan
merupakan imunisasi pertama. Di samping itu, kolostrom juga
mengandung faktor pertumbuhan yang membantu usus bayi
berfungsi secara efektif, sehingga mikroorganisme dan penyebab alergi
lain lebih sulit masuk ke dalam tubuh bayi (Rosita, 2013).
Beberapa faktor pendukung yang mempengaruhi pelaksanaan IMD
terdiri dari faktor internal dan eksternal. Pengetahuan, sikap,
pengalaman dan persepsi ibu merupakan faktor internal sedangkan
fasilitas kesehatan, petugas penolong persalinan, keluarga dan orang
terdekat serta lingkungan merupakan faktor eksternal (Labbok et al,
2013). Menurut Green bahwa pelaksanaan IMD dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain pengetahuan ibu, sikap ibu, perilaku petugas
kesehatan (Roesli, 2014). Faktor penghambat pelaksanaan IMD yaitu
adanya pendapat atau persepsi ibu, masyarakat dan petugas kesehatan
yang salah atau tidak benar tentang (Roesli, 2014).
51
Hasil penelitian menyatakan bahwa semua ibu bersalin telah
melakukan inisiasi menyusu dini namun sebagian besar belum optimal
melakukan IMD. Ibu bersalin yang optimal melakukan IMD, sebagian
besar pengetahuannya dala kategori baik sedangkan ibu bersalin yang
tidak optimal melakukan IMD, sebagian besar pengetahuannya dalam
kategori kurang. Hal ini menyatakan bahwa Semakin baik pengetahuan
ibu tentang inisisasi menyusu dini (IMD) maka semakin optimal praktik
inisisasi menyusu dini. Hal ini menyatakan bahwa ibu bersalin di RSU
Dewi sartika telah memiliki pengetahuan tentang IMD namun,
pengetahuan yang dimilikinya belum sepenuhnya benar tentang IMD
sehingga ibu bersalin belum optimal dalam melakukan IMD.
Menurut Notoatmojo (2012) bahwa dasar dari seseorang akan
bertindak adalah pengetahuan. Pengetahuan merupakan hasil tahu y ang
terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu. Penginderaan terjadi melalui p anca indera manusia yang terdiri
dari indera p englihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian
diperoleh melalui penglihatan dan pendengaran. Pengetahuan merupakan
domain yang sangat penting dalam terbentuknya tindakan seseorang
(Notoatmodjo, 2012).
Pengetahuan merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku ibu
bersalin dalam melakukan IMD, sehingga pengetahuan sangat penting
untuk membentuk perilaku seseorang. Tingkat pengetahuan dikategorikan
52
baik apabila ibu bersalin mengetahui dengan benar praktik IMD
sehingga praktik IMD dapat optimal dilaksanakan.
Semakin baik pengetahuan ibu bersalin tentang, maka perilaku yang
ditunjukkan untuk melakukan IMD juga semakin optimal. Pengetahuan
yang baik akan mempengaruhi sikap ibu bersalin untuk melakukan IMD
secara optimal. Menurut Azwar (2013), hal tersebut karena pengetahuan
seseorang tentang sesuatu hal akan mempengaruhi sikapnya. Sikap
positif maupun negatif tergantung dari pemahaman individu tentang suatu
hal tersebut, sehingga sikap ini selanjutnya akan mendorong individu
melakukan perilaku tertentu pada saat dibutuhkan, tetapi kalau sikapnya
negative, justru akan menghindari untuk melakukan perilaku tersebut.
Individu mengerti dampak positif atau negatif suatu perilaku yang terkait.
Pengetahuan ibu bersalin dipengaruhi oleh usia, tingkat
pendidikan, pengalaman melahirkan sebelumnya. Menurut Sulistina
(2014) bahwa pendidikan mempengaruhi proses belajar, semakin tinggi
pendidikan seseorang, semakin mudah orang tersebut menerima informasi.
Pada hasil penelitian diketahui bahwa sebagian pendidikan ibu bersalin
adalah SMU, hal berarti pendidikan ibu bersalin masih dalam dalam
kategori pendidikan menengah sehingga mempengaruhi pengetahuan
yang dimilikinya dan praktik IMD.
Umur dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang. Menurut
Nursalam (2013), usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat
dilahirkan sampai berulang tahun. Menurut Hucklock (2014) semakin
53
cukup umur, tingkat kemantangan dan kekuatan seseorang akan lebih
matang dalam berpikir dan bekerja jadi semakin matangnya umur seorang
semakin matang pula pemikirannya tentang IMD. Umur ibu bersalin di
RSU Dewi sartika sebagian besar dalam kategori reproduksi sehat (20-35
tahun), dalam hal ini umur ibu sudah mendukung dalam hal pengetahuan
dan praktik IMD.
Pengalaman juga mempengaruhi pengetahuan seseorang.
Pengalaman yang pernah dialami seseorang akan menambah
pengetahuan orang tersebut dan dap at menjadi sumber pengetahuan
yang bersifat informal (Nursalam, 2013). Hasil penelitian menyatakan
bahwa sebagian besar ibu bersalin pernah melahirkan sebelumnya,
namun ada juga yang baru melahirkan anak pertama. Hasil penelitian ini
sesuai dengan teori bahwa pengalaman mempengaruhi pengetahuan dan
praktik IMD. Ibu bersalin yang pernah melahirkan sebelumnya akan
memiliki pengetahuan yang baik tentang IMD dan melakukan IMD secara
optimal dibandingkan dengan baru pertama kali melahirkan.
Ibu bersalin yang memiliki pengetahuan yang kurang akan
cenderung mengabaikan kesehatan dan pada akhirnya akan memiliki
tindakan yang akan membahayakan bagi dirinya sendiri. Ibu bersalin yang
memiliki pengetahuan kurang tentang IMD akan memilih perilaku yang
kurang tepat tentang IMD (Indriastuti,2014). Kurangnya pengetahuan
dapat diperparah dengan kurangnya informasi karena adanya anggapan
atau persepsi yang salah tentang IMD dan hal-hal yang menyertainya.
54
Informasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
pengetahuan seseorang (Notoatmodjo, 2012). Informasi dapat
menstimulus seseorang, sumber informasi dapat diperoleh dari media
cetak (surat kabar, leaflet, p oster), media elektronik (televisi, radio,
video), keluarga, dan sumber informasi lainny a (Sariyati, 2015). Setelah
seseorang memperoleh pengetahuan dari berbagai sumber informasi
maka akan menimbulkan sikap dan perilaku (Notoatmodjo, 2012).
55
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Praktik IMD pada ibu bersalin di RSU Dewi Sartika Kendari dalam
kategori tidak optimal (70,0%).
2. Pengetahuan ibu bersalin tentang IMD di RSU Dewi Sartika
Kendari dalam kategori baik (58,4%).
3. Ada hubungan pengetahuan ibu tentang inisisasi menyusu dini
(IMD) dengan praktik inisisasi menyusu dini.
B. Saran
1. Petugas kesehatan khususnya di Rumah Sakit diharapkan selalu
menginformasikan kepada ibu bersalin tentang IMD dan lamanya
waktu melakukan IMD.
2. Ibu hamil dan bersalin diharapkan selalu mencari informasi tentang
IMD dan manfaat IMD.
55
56
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik, Kantor Menteri Negara Kependudukan/Badan
Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, Departemen
Kesehatan, & Macro International Inc. (2013). Survei Demografi
dan Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta.
Dewi, Wawan, A. ( 2010) Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap
dan Perilaku manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.
Fikawati, Syafiq, (2013) Hubungan antara menyusui segera (immediate
breastfeeding) dan pemberian ASI eksklusif sampai dengan empat
bulan. J Kedokter Trisakti: Vol.22 No.2.
Kemenkes RI. ( 2010) Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: Perkumpulan
Obstetrik dan Ginekologi Indonesia.
Kristiyansari, W., (2009) ASI:Menyusui dan Sadari. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Kusumawardani (2010). ASI Bikin Anak Cerdas. Jakarta:Penerbit
Djambatan.
Labbok, M., Cooney, K. dan Coly, S. (2013) Guidelines: breastfeeding,
family planning and the lactational amenorrhea methods-LAM.
Washington, DC: Institute for Reproductive Health.
Notoatmodjo, S., (2010) Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta
Nursalam, (2019) Pendekatan Praktis Metode Riset Keperawatan.
Jakarta: Perpustakaan Nasional RI.
Riordan, J., Wambach, K. (2010) Breastfeeding and Human
Lactation 4th. Edition. Massachusetts : Jones and Bartlett Publisher.
Roesli U. (2014) Inisiasi Menyusu Dini Plus Asi Ekslusif. Jakarta:
Pustaka Bunda.
Rumah Sakit Umum Dewi Sartika, (2016) Laporan Tahunan Rumah Sakit
tahun 2014 s/d periode Januari sd. September 2016. Kendari:
RSU Dewi Sartika.
57
Sugiono (2012) Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabet.
Wahyuningsih, Heni, P. (2009) Dasar-dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat
dalam Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya
Wawan, Dewi, ( 2010) Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan
Perilaku manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.
World Health Organization. (2015) Promoting Proper Feeding For Infants
and Young Children. Geneva: WHO.
Zaenal, E., Suteja, E., Madjid, T.H., (2014) hubungan pengetahuan, sikap
ibu menyusui, IMD dan peran bidan dengan pelaksanaan ASI
eksklusif dan untuk mengetahui faktor apa yang memengaruhi
peran bidan dalam pelaksanaan IMD dan ASI ekskusif di wilayah
kerja Puskesmas Sawah Lebar Kota Bengkulu. Tesis. Unpad.
58
LAMPIRAN
59
60
61
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Kepada
YTH
Bapak / ibu / saudara responden
Di RSU Dewi Sartika
Nama saya K omang Ind rawa ti , mahasiswa Program D-III
Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan. Saat
ini saya sedang melakukan penelitian yang bertujuan mengetahui
hubungan pengetahuan ibu tentang inisiasi menyusu dini dengan
praktik inisiasi menyusu dini di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika yang
mana penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam
menyelesaikan tugas akhir di Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan
Kebidanan.
Untuk keperluan tersebut saya mengharapkan kesediaan ibu untuk
berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian ini, partisipasi ibu
dalam penelitian ini bersifat sukarela dan tidak akan memberi dampak
yang membahayakan. Jika ibu bersedia, saya akan memberikan
lembar kuesioner (lembar pertanyaan) yang telah disediakan untuk
diisi dengan kejujuran dan apa adanya. Peneliti menjamin
kerahasiaan Jawaban dan identitas ibu. Jawaban yang ibu berikan
digunakan hanya untuk kepentingan penelitian ini.
Demikian lembar persetujuan ini kami buat, atas bantuan dan
partisipasinya disampaikan terima kasih.
Kendari, 2017
Responden Peneliti
……………. (Komang Indrawati)
i
KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI MENYUSU DINI
DENGAN PRAKTIK INISIASI MENYUSU DINI DI RUMAH SAKIT UMUM
DEWI SARTIKA KENDARI
TAHUN 2017
No. Responden :…………… Diisi oleh peneliti
Karakteristik Responden
1. Umur :
2. Pendidikan Terakhir :
a. SD
b. SMP
c. SMU
d. PERGURUAN TINGGI
3. Anak Ke
:
PENGETAHUAN TENTANG INISIASI MENYUSU DINI
Pilihlah Salah Satu Jawaban Dengan Memberikan Tanda (√)
PERTANYAAN BENAR SALAH
1. Inisiasi menyusu dini (IMD) adalah memberi
kesempatan pada bayi baru lahir untuk
menyusu sendiri pada ibunya dalam 1 jam
pertama
2. Inisiasi menyusu dini (IMD) dimulai setelah 1
jam persalinan
3. Inisiasi menyusu dini (IMD) dimulai
meletakkan bayi baru lahir dengan
menengkurapkan bayi yang sudah dikeringkan
tubuhnya namun belum dibersihkan dan tidak
dibungkus di dada ibunya segera setelah
persalinan
4. Dalam Inisiasi menyusu dini (IMD) bayi
menemukan putting susu ibunya
5. Dalam Inisiasi menyusu dini (IMD) bayi
mendapatkan asupan kolostrum sebelum ASI
keluar
6. Inisiasi menyusu dini (IMD) mengurangi
produksi hormon ibu
7. Inisiasi menyusu dini (IMD) dapat menjalin
rasa kasih sayang ibu dan bayi
8. Inisiasi menyusu dini (IMD) dalam
mengagalkan keberhasilan ASI eksklusif
9. Kolostrum kaya akan vitamin A yang akan
membantu menjaga kesehatan mata dan
mencegah infeksi
10. Inisiasi Menyusu Dini dapat menurunkan
kekebalan tubuh bayi
11. Inisiasi Menyusu Dini dapat menurunkan
kejadian kesakitan pada bayi
12 Inisiasi Menyusu Dini menurunkan refleks
menyusu bayi secara optimal
13 Menunda permulaan menyusu dan kontak
kulit dapat menyebabkan kesukaran dalam
menyusu dan meningkatkan kematian bayi
14 Inisiasi Menyusu Dini dapat meningkatkan
respon bayi melekat pada payudara
15 Bayi yang dipisahkan dari ibunya sangat
bermanfaat untuk mendukung program ASI
16 Memaksakan bayi untuk menyusu sebelum
dia siap untuk disusukan dapat
menyebabkan bayi menolak menyusui
17 Dalam inisiasi menyusu dini bayi bukan
menyusu melainkan disusui ibunya
18 Dalam inisiasi menyusu dini bayi baru lahir
biasanya sudah dibungkus sebelum diletakan
di dada ibu sehingga tidak terjadi kontak kulit
19 Cara bayi melakukan inisiasi menyusu dini
dengan cara merangkak mencari parudara
20 Dalam inisiasi menyusu dini dimulai dengan
penciuman, emutan dan jilatan lidah bayi pada
puting susu, akhirnya bayi akan meraih
payudara dan meminumnya
PRAKTIK MENYUSU DINI
1. Tidak dilakukan IMD
2. Melakukan IMD <30 Menit
3. Melakukan IMD 30-1 Jam
MASTER TABEL
NO NAMA UMUR GPA PENDIDIKAN PENGETAHUAN
PRAKTIK IMD
SKOR NILAI KAT KATEGORI KATEGORI
1. NY. M 26
Tahun GI P0 A0 SMU 95 19 0
BAIK OPTIMAL
2. NY. A 41
Tahun
GIV PIII
A0 SMU 90 18 0
BAIK TIDAK
OPTIMAL
3. NY. M 36
Tahun GIII PI AI SMU 80 16 0
BAIK OPTIMAL
4. NY. R 34
Tahun
GV PI
AIII SMU 80 16 0
BAIK OPTIMAL
5. NY. A 21
Tahun GII PI A0 SMU 55 11 2
KURANG TIDAK
OPTIMAL
6. NY. D 24
Tahun GII PI A0 SMU 50 10 2
KURANG OPTIMAL
7. NY. S 25
Tahun
GIII PII
A0 SMU 55 11 2
KURANG TIDAK
OPTIMAL
8. NY. D 30
Tahun
GIII PII
A0 SMU 60 12 1
KURANG OPTIMAL
9. NY. S 33 Tahun
GII PI A0 SMU 75 15 1 KURANG
OPTIMAL
10. NY. R 18
Tahun GI P0 A0 SMP 55 11 2
KURANG TIDAK
OPTIMAL
11. NY. A 35
Tahun
GIII PII
A0 SMU 60 12 1
KURANG OPTIMAL
12. NY. M 24
Tahun GI P0 A0 SMU 50 10 2
KURANG TIDAK
OPTIMAL
13. NY. N 18
Tahun GI P0 A0 SMP 45 9 2
KURANG TIDAK
OPTIMAL
14. NY. N 17
Tahun GI P0 A0 SMU 45 9 2
KURANG TIDAK
OPTIMAL
15. NY. N 24
Tahun GII PI A0 SMU 50 10 2
KURANG TIDAK
OPTIMAL
16. NY. M 30
Tahun GI P0 A0 SMU 55 11 2
KURANG TIDAK
OPTIMAL
17. NY. S 26
Tahun GI P0 A0 SMU 70 14 1
KURANG TIDAK
OPTIMAL
18. NY. M 28
Tahun GI P0 A0 SMU 55 11 2
KURANG TIDAK
OPTIMAL
19. NY. R 22
Tahun GII PI A0 SMU 50 10 2
KURANG OPTIMAL
20. NY.N 30
Tahun GII PI A0 SMU 90 18 0
BAIK OPTIMAL
21. NY. S 38 Tahun
GIII PII A0
SMU 45 9 2 KURANG
OPTIMAL
22. NY. R 16
Tahun GI P0 A0 SD 55 11 2
KURANG TIDAK
OPTIMAL
23. NY. A 21
Tahun GI P0 A0 SMU 45 9 2
KURANG TIDAK
OPTIMAL
24. NY.W 41
Tahun
GIII PII
A0
Perguruanting
gi 80 16 0
BAIK OPTIMAL
25. NY. H 19 Tahun
GI P0 A0 SMP 60 12 1 KURANG
TIDAK OPTIMAL
26. NY.S 29
Tahun GII PI A0 SMU 55 11 2
KURANG TIDAK
OPTIMAL
27. NY. Y 27
Tahun GIII PI AI SMU 45 9 2
KURANG TIDAK
OPTIMAL
28. NY. A 36
Tahun
GIII PII
A0
Perguruanting
gi 90 18 0
BAIK OPTIMAL
29. NY. N 32
Tahun GII PI A0 Perguruanting
gi 90 18 0
BAIK OPTIMAL
30. NY. M 31
Tahun GII PI A0 SMU 80 16 0
BAIK OPTIMAL
31. NY. S 32
Tahun GIII PI AI SMU 85 17 0
BAIK OPTIMAL
32. NY. S 26 GI P0 A0 SMU 50 10 2 KURANG TIDAK
Tahun OPTIMAL
33. NY. O 39
Tahun
GIV PII
AI SMU 50 10 2
KURANG TIDAK
OPTIMAL
34. NY. M 27 Tahun
GII PI A0 SMU 90 18 0 BAIK
OPTIMAL
35. NY. R 47
Tahun
GXI PX
AI SMP 50 10 2
KURANG TIDAK
OPTIMAL
36. NY. R 18
Tahun GI P0 A0 SMP 55 11 2
KURANG TIDAK
OPTIMAL
37. NY. H 22
Tahun GI P0 A0 SMU 85 17 0
BAIK TIDAK
OPTIMAL
38. NY. N 35 Tahun
GIII PII A0
SMU 45 9 2 KURANG
TIDAK OPTIMAL
39. NY. L 31
Tahun
GIII PII
A0 SMU 50 10 2
KURANG TIDAK
OPTIMAL
40. NY. N 24
Tahun GI P0 A0 SMU 45 9 2
KURANG TIDAK
OPTIMAL
41. NY. N 33
Tahun
GIII PII
A0 SMU 85 17 0
BAIK TIDAK
OPTIMAL
42. NY. S 34
Tahun GI P0 A0 SMU 55 11 2
KURANG TIDAK
OPTIMAL
43. NY. S 23
Tahun GII PI A0 SMU 85 17 0
BAIK TIDAK
OPTIMAL
44. NY. S 31
Tahun GIII PI AI SMU 55 11 2
KURANG TIDAK
OPTIMAL
45. NY. U 25 Tahun
GIII PII A0
SMU 60 12 1 KURANG
TIDAK OPTIMAL
46. NY. S 28
Tahun
GIII PII
A0
Perguruanting
gi 90 18 0
BAIK OPTIMAL
47. NY. B 25
Tahun GI P0 A0 Perguruanting
gi 90 18 0
BAIK OPTIMAL
48. NY. E 26
Tahun
GIII PII
A0
Perguruanting
gi 45 9 2
KURANG TIDAK
OPTIMAL
49. NY. M 32 Tahun
GIII PII A0
SMU 85 17 0 BAIK
TIDAK OPTIMAL
50. NY. S 26
Tahun
GIII PII
A0 SMU 85 17 0
BAIK TIDAK
OPTIMAL
51. NY. N 18
Tahun GI P0 A0 SMP 45 9 2
KURANG TIDAK
OPTIMAL
52. NY. L 28
Tahun GI P0 A0 Perguruanting
gi 80 16 0
BAIK OPTIMAL
53. NY. L 27
Tahun GII PIA0 SMU 55 11 2
KURANG TIDAK
OPTIMAL
54. NY. Y 35
Tahun
GIV PII
AI SMU 90 18 0
BAIK TIDAK
OPTIMAL
55. NY. W 27
Tahun
GIII PII
A0 SMU 50 10 2
KURANG TIDAK
OPTIMAL
56. NY. P 37 Tahun
GVII PV AI
SMU 50 10 2 KURANG
TIDAK OPTIMAL
57. NY. R 35
Tahun GIII PI AI SMU 90 18 0
BAIK TIDAK
OPTIMAL
58. NY. Y 36
Tahun
GIV PIII
A0 SMU 55 11 2
KURANG TIDAK
OPTIMAL
59. NY. S 31
Tahun GI P0 A0 SMU 85 17 0
BAIK TIDAK
OPTIMAL
60. NY.W 29 Tahun
GIV PIII A0
SMU 85 17 0 BAIK
TIDAK OPTIMAL
PENDOKUMENTASIAN PENELITIAN