hubungan pengetahuan ibu tentang gizi dan pola …repository.poltekkes-kdi.ac.id/83/1/skripsi wiang...
TRANSCRIPT
i
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI DAN POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS LAMEURU KECAMATAN RANOMEETO BARAT
KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2017
SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan
Pendidikan Jurusan Kebidanan Diploma IV Politeknik Kesehatan Kendari
OLEH
WIANG
NIM. P00312016151
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI D-IV
2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Esa, karena
berkat rahmat dan karuniaNya semata sehingga penulis mampu
menyelesaikan penyusunan laporan hasil penelitian “Hubungan
pengetahuan ibu tentang gizi dan pola makan dengan status gizi balita
di wilayah kerja puskesmas Lameuru Kecamatan Ranomeeto Barat
Kabupaten Konawe Selatan tahun 2017”.
Mengingat keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis,
sehingga dalam pembuatan skripsi ini tidak sedikit bantuan, petunjuk,
saran-saran maupun arahan dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan
kerendahan hati dan rasa hormat penulis mengucapkan terima kasih yang
tak terhingga kepada kedua pembimbing penulis,
ibu Aswita, S. Si.T.,M.P.H. dan ibu Wahida S, S.Si.T., M.Keb. atas
bimbingannya sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan.
Selain itu, ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis
sampaikan pula pada :
1. Ibu Askrening, SKM., M.Kes. selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kemenkes Kendari
2. Ibu dr. Asmayanti Asrum selaku Kepala Puskesmas Lameuru
Kecamatan Ranomeeto Barat Provinsi Sulawesi Tenggara.
3. Ibu Sultina Sarita, SKM., M. Kes. selaku ketua Jurusan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari.
4. Ibu Halijah, SKM., M.Kes. selaku penguji I, Ibu Askrening, SKM.,
M.Kes, selaku penguji II, dan Ibu Arsulfa,S.Si.T.,M.Keb. selaku penguji
III yang telah memberikan kritik dan arahan demi kesempurnaan
skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu dosen serta seluruh staf dan tata usaha di Politeknik
Kesehatan Kemenkes Kendari atas segala nasehat dan ilmu yang
diberikan selama ini.
6. Suamiku dan anak-anakku tersayang yang selalu memberi motivasi,
perhatian, kasih sayang dan setia menemani penulis selama ini untuk
kelancaran studi penulis.
7. Adik-adikku tersayang serta seluruh anggota keluarga yang telah
memberikan doa restu, kasih sayang, motivasi dan inspirasi.
8. Sahabat-sahabatku dan rekan-rekan mahasiswa Kebidanan angkatan
2016, yang telah memberikan dukungan moril dan saran yang sangat
bermanfaat bagi penulis.
Semoga segala bantuan yang telah diberikan mendapat pahala
dari Tuhan Yang Maha Esa. Walaupun demikian penulis menyadari skripsi
ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran
dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini. Namun demikian adanya,
semoga dapat dijadikan acuan tindak lanjut skripsi selanjutnya dan
bermanfaat bagi kita semua.
Kendari, Desember 2017
Penulis
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. Identitas Penulis
a. Nama : Wiang
b. Tempat Tanggal Lahir : Lamekongga, 08 - 02 - 1974
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Agama : Islam
e. Suku/Bangsa : Tolaki/Indonesia
f. Alamat : BTN Latjinta II Blok B9 No. 1/3
Baruga Kota Kendari
II. Pendidikan
a. SDN 1 Lamekongga Tamatan Tahun 1987
b. SMPN Wundulako . Tamatan Tahun 1990
c. SPK PPNI Kendari Tamatan Tahun 1993
d. DIII Kebidanan Polteks Kendari Tamatan Tahun 2009
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iii
KATA PENGANTAR ............................................................................. iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................. vi
DAFTAR ISI ......................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xi
INTISARI ............................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................. 5
C. Tujuan Penelitian ............................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ............................................................. 7
E. Keaslian Penelitian ............................................................. 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................... 10
A. Telaah Pustaka .................................................................. 10
B. Landasan Teori .................................................................. 23
C. Kerangka Teori Penelitian ................................................. 24
D. Kerangka Konsep Penelitian .............................................. 24
E. Hipotesis Penelitian ............................................................ 25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 26
A. Jenis Penelitian .................................................................. 26
B. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................ 26
C. Populasi dan Sampel Penelitian ......................................... 26
D. Identifikasi Variabel Penelitian .......................................... 27
E. Defenisi Operasional .......................................................... 28
F. Instrumen Penelitian .......................................................... 29
G. Alur Penelitian(Proposal).................................................... 30
H. Analisa Data ....................................................................... 31
I. Etika Penelitian .................................................................. 32
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 34
A. Gambaran Umum Lokasi Peneltian ................................... 34
B. Hasil Penelitian .................................................................. 36
C. Penbahasan ....................................................................... 43
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 49
A. Kesimpulan……………………………………………………. 49
B. Saran…………………………………………………………… 49
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 51
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Kerangka Teori Penelitian ........................................... 24
Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian ....................................... 24
Gambar 3.3. Desain Cross Sectional Study ..................................... 26
Gambar 3.4. Diagram Alur Penelitian .............................................. 30
DAFTAR TABEL
Tabel 1.IV. Jumlah Pendudk Ranomeeto Barat ........................... 35
Tabel 2.IV. Distribusi Jumlah Anak Ibu di wilayah kerja Puskesmas Lameuru Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017....................
36
Tabel 3.IV. Distribusi Jenis Kelamin Anak di wilayah kerja Puskesmas Lameuru Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017.....................
36
Tabel 4.IV. Distribusi Status Gizi Balita di wilayah kerja Puskesmas Lameuru Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017....................
37
Tabel 5.IV. Distribusi Pengetahuan Ibu di wilayah kerja Puskesmas Lameuru Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017.....................
38
Tabel 6.IV. Distribusi Pola Makan Balita di wilayah kerja Puskesmas Lameuru Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017.....................
38
Tabel 7.IV. Distribusi Pengetahuan Ibu menurut Status Gizi di wilayah kerja Puskesmas Lameuru Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 .............................................................................
39
Tabel 8.IV. Distribusi Pola Makan menurut Status Gizi di wilayah kerja Puskesmas Lameuru Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 ......
40
Tabel 9.IV. Distribusi Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Status Gizi di wilayah kerja Puskesmas Lameuru Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017............................................................................
41
Tabel 10.IV. Hubungan Pola Makan Balita dengan Status Gizi di wilayah kerja Puskesmas Lameuru Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017............................................................................
42
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Formulir persetujuan penelitian (informed consent)
Lampiran 2 Kuesioner hubungan pengetahuan ibu tentang gizi dan pola
makan dengan status gizi balita di wilayah kerja puskesmas
Lameuru Kecamatan Ranomeeto Barat Kabupaten Konawe
Selatan
Lampiran 3 Master Tabel
Lampiran 4
Hasil perhitungan uji chi square
”
INTISARI
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI DAN POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LAMEURU KECAMATAN RANOMEETO BARAT
KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2017
Wiang
1, Aswita 1
2, Wahida, 2
2
Keadaan gizi yang baik adalah syarat utama untuk mewujudkan sumber daya
manusia berkualitas. Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Kondisi status gizi baik dapat dicapai bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang akan digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan terjadinya pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja untuk mencapai tingkat kesehatan optimal (Depkes RI, 2003).
Hasil Riskesda (2013) diketahui bahwa gizi kurang di Indonesia sebesar 19,6% dan di Provinsi Sulawesi Tenggara angka gizi kurang ini lebih besar yakni 23,9%. Riset yang sama prevalensi di Kabupaten Konawe Seletan sebesar 17,9%. Berdasarkan data pada Puskesmas Lameuru tahun 2016 jumlah ibu yang mempunyai balita sebanyak 235 orang. Pengambilan data awal tersebut jumlah balita gizi kurang sampai bulan November 2016 adalah sebanyak 35 balita dan bawah garis merah (BGM) sebanyak 5 balita
Penelitian bertujuan mengetahui hubungan pengetahuan gizi ibu dan pola makan dengan status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Lameuru Kecamatan Ranomeeto Barat Kabupaten Konawe Selatan. Jenis penelitian adalah penelitian analitik dengan rancangan penelitian cross sectional study, dilaksanakan bulan Agustus sampai Bulan September 2017.
Populasi seluruh ibu yang mempunyai balita, dengan jumlah sampel 75 balita. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner karakteristik responden, pola konsumsi, Alat ukur adalah timbangan digital. Hasil penelitian berdasarkan uji statistik chi-square terdapat hubungan pengetahuan ibu dengan status gizi balita dengan tingkat signifikan p = 0,001 (ƿ = <0,05) dan terdapat hubungan pola makan balita dengan status gizi balita uji statistik diperoleh nilai p = 0,004 (ƿ = <0,05).
Kata Kunci: Status Gizi, BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keadaan gizi yang baik adalah syarat utama untuk
mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Masalah gizi
dapat terjadi disetiap fase kehidupan, dimulai sejak dalam kandungan
sampai dengan usia lanjut. Pada fase kedua kehidupan manusia, yaitu
bayi dan balita, merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan
yang sangat pesat. Apabila pada fase tersebut mengalami gangguan
gizi maka akan bersifat permanen, tidak dapat dialihkan walaupun
kebutuhan gizi pada masa selanjutnya terpenuhi (Frida Turnip, 2008).
Tujuan pembangunan nasional adalah terwujudnya masyarakat
Indonesia yang sehat dan mandiri. Strategi pencapaian tujuan tersebut
adalah melalui Indonesia sehat 2010 dengan fokus membentuk
manusia berkualitas. Indikatornya adalah manusia yang mampu hidup
lebih lama (terukur dengan umur harapan hidup), menikmati hidup
sehat (terukur dengan angka kesakitan dan kurang gizi), mempunyai
kesempatan meningkatkan ilmu pengetahuan (terukur dengan angka
melek huruf dan tingkat pendidikan), dan hidup sejahtera (terukur
dengan tingkat pendapatan per kapita yang cukup memadai atau
bebas kemiskinan) (Baliwati dkk, 2004).
Masalah gizi yang terjadi pada masa tertentu akan
menimbulkan masalah pembangunan di masa yang akan datang.
Keterlambatan dalam memberikan pelayanan gizi akan berakibat
kerusakan yang sulit dan bahkan mungkin tidak dapat ditolong. Oleh
karena itu, usaha-usaha peningkatan gizi terutama harus ditujukan
pada bayi atau anak balita dan ibu hamil. Bayi pada masa kini adalah
pemimpin, ilmuwan, cendikiawan, serta pekerja di masa yang akan
datang. Mereka adalah generasi penerus nusa dan bangsa (M. Agus
Krisno B, 2001).
Anak balita sedang melakukan proses pertumbuhan kesehatan
sewaktu masa balita. Perkembangan dan pertumbuhan otak yang
menentukan tingkat kecerdasan setelah menjadi dewasa, sangat
ditentukan oleh pertumbuhan sejak balita. Kekurangan gizi pada fase
pertumbuhan akan menghasilkan manusia dewasa dengan sifat-sifat
berkualitas inferior. Jadi anak balita haruslah diberi jatah utama dalam
distribusi makanan keluarga, bukan mendapat sisa-sisa konsumsi
keluarga (Achmad Djaeni Sedioetama, 2000). Gagal tumbuh yang
terjadi akibat kurang gizi pada masa-masa emas ini akan berakibat
buruk pada kehidupan giat, sehingga memerlukan zat-zat makanan
yang relatif lebih banyak dengan kualitas yang lebih tinggi. Hasil
pertumbuhan setelah menjadi manusia dewasa, sangat tergantung dari
kondisi gizi dan berikutnya yang sulit diperbaiki (Hadi H, 2005).
Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi
seseorang. Kondisi status gizi baik dapat dicapai bila tubuh
memperoleh cukup zat-zat gizi yang akan digunakan secara efisien,
sehingga memungkinkan terjadinya pertumbuhan fisik, perkembangan
otak, kemampuan kerja untuk mencapai tingkat kesehatan optimal
(Depkes RI, 2003).
Khumaidi (1994) menyatakan bahwa dari segi gizi, kebiasaan
makan ada yang baik atau dapat menunjang terpenuhinya kecukupan
gizi dan ada yang buruk (dapat menghambat terpenuhinya kecukupan
gizi), seperti adanya pantangan atau tabu yang berlawanan dengan
konsep-konsep gizi. Menurut Williams (1993), masalah yang
menyebabkan malnutrisi adalah tidak cukupnya pengetahuan gizi dan
kurangnya pengertian tentang kebiasaan makan yang baik. Kebiasaan
makan dalam rumah tangga penting untuk diperhatikan, karena
kebiasaan makan mempengaruhi pemilihan dan penggunaan pangan
dan selanjutnya mempengaruhi tinggi rendahnya mutu makanan
rumah tangga.
Kurangnya pengetahuan tentang gizi dan kesehatan pada
orang tua, khususnya ibu merupakan salah satu penyebab terjadinya
kekurangan gizi pada balita. Keadaan sosial ekonomi dan kebudayaan
banyak mempengaruhi pola makan di daerah pedesaan. Terdapat
pantangan makan pada balita misalnya anak kecil tidak diberikan ikan
karena dapat menyebabkan cacingan, kacang-kacangan juga tidak
diberikan karena dapat menyebabkan sakit perut atau kembung
(Baliwati, 2004).
Seorang ibu yang memiliki pengetahuan dan sikap gizi yang
kurang akan sangat berpengaruh terhadap status gizi balitanya dan
akan sukar untuk memilih makanan yang bergizi untuk anaknya dan
keluarganya. Gizi yang baik adalah gizi yang seimbang, artinya asupan
zat gizi harus sesuai dengan kebutuhan tubuh. Gizi kurang pada anak
di usia balita membawa dampak pertumbuhan otak dan tingkat
kecerdasan terganggu, hal ini disebabkan karena kurangnya
mengkonsumsi protein dan kurangnya energi yang diperoleh dari
makanan dan pengetahuan juga sikap ibu sangat penting untuk
mencegah terjadinya
Anak balita belum mampu mengurus dirinya sendiri dengan
baik,terutama dalam hal makanan (Soegeng Santoso dan Anne Lies
Ranti, 1999). Pada umumnya anak-anak yang masih kecil (balita)
mendapat makanannya secara dijatah oleh ibunya dan tidak memilih
serta mengambil sendiri mana yang disukainya (Achmad Djaeni
Sediaoetama, 2000). Untuk dapat menyusun menu yang adekuat,
seseorang perlu memiliki pengetahuan mengenai bahan makanan dan
zat gizi, kebutuhan gizi seseorang serta pengetahuan hidangan dan
pengolahannya.Umumnya menu disusun oleh ibu (Soegeng Santoso
dan Anne Lies Ranti, 1999).
Menurut hasil Riskesda (2013) diketahui bahwa gizi kurang di
Indonesia sebesar 19,6% dan di Provinsi Sulawesi Tenggara angka
gizi kurang ini lebih besar yakni sebesar 23,9%. Sedangkan dalam
riset yang sama prevalensi di Kabupaten Konawe Seletan sebesar
17,9%. Berdasarkan data yang diperoleh pada Puskesmas Lameuru
jumlah ibu yang mempunyai balita tahun 2016 sebanyak 235 orang.
Dari hasil pengambilan data awal tersebut jumlah balita gizi kurang
sampai bulan November 2016 adalah sebanyak 35 balita dan balita
bawah garis merah (BGM) sebanyak 5 balita. Berdasarkan latar
belakang di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Hubungan pengetahuan gizi ibu dan pola makan dengan
status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Lameuru Kecamatan
Ranomeeto Barat Kabupaten Konawe Selatan”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas , maka rumusan masalah
dalam penelitian ini “Apakah ada hubungan Pengetahuan ibu tentang
gizi dan pola makan dengan status gizi balita di wilayah kerja
puskesmas Lameuru Kecamatan Ranomeeto Barat Kabupaten
Konawe Selatan Tahun 2017”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang gizi dan
pola makan dengan status gizi balita di wilayah kerja puskesmas
Lameuru kecamatan Ranomeeto Barat kabupaten Konawe Selatan
Tahun 2017
2. Tujuan Khusus
a) Untuk mengetahui distribusi pengetahuan ibu tentang gizi balita
di wilayah kerja Puskesmas Lameuru Kecamatan Ranomeeto
Barat Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2017
b) Untuk mengetahui distribusi pola makan balita di wilayah kerja
Puskesmas Lameuru Kecamatan Ranomeeto Barat Kabupaten
Konawe Selatan Tahun 2017
c) Untuk mengetahui distribusi status gizi balita di wilayah kerja
Puskesmas Lameuru Kecamatan Ranomeeto Barat Kabupaten
Konawe Selatan Tahun 2017
d) Untuk menganalisis hubungan pengetahuan ibu tentang gizi
balita dengan status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas
Lameuru Kecamatan Ranomeeto Barat Kabupaten Konawe
Selatan Tahun 2017
e) Untuk menganalisis hubungan pola makan balita dengan status
gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Lameuru Kecamatan
Ranomeeto Barat Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2017
f) Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang gizi dan
pola makan dengan status gizi balita di wilayah kerja
Puskesmas Lameuru Kecamatan Ranomeeto Barat Kabupaten
Konawe Selatan Tahun 2017
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat ilmiah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan ilmiah
dan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dibidang gizi dan
kesehatan serta menjadi informasi bagi penelitian selanjutnya.
2. Manfaat institusi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
pemerintah dan instansi terkait dalam menentukan kebijakan dan
perencanaan program penanggulangan kelainan gizi.
3. Manfaat bagi peneliti
Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan cakrawala
berpikir.
E. Keaslian Penelitian
1. Penelitian terdahulu
Lailatul Munawaroh. 2006. Hubungan antara Tingkat
Pengetahuan Gizi Ibu dan Pola Makan Balita dengan Status Gizi
Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungwuni II Kabupaten
Pekalongan. Skripsi. Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat,
Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang. Jenis
penelitian ini adalah bersifat survey analitik dengan desain Jenis
penelitian ini adalah survei analitik dengan rancangan case
control. Dari hasil penelitian (dan pembahasan) dapat
disimpulkan, ada hubungan antara tingkat pengetahuan gizi ibu
dan pola makan balita dengan status gizi balita.
2. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian lain
a. Penelitian yang dilakukan oleh Lailatul Munawaroh. 2006.
Dengan judul Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Gizi Ibu
dan Pola Makan Balita dengan Status Gizi Balita di Wilayah
Kerja Puskesmas Kedungwuni II Kabupaten Pekalongan.
Skripsi. Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu
Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang.
Penelitian ini berbeda dalam penggunaan rancangan karena
rancangan yang digunakan adalah case control. Sedangkan
yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah cross
sectional. Pengukuran variabel pengetahuan gizi ibu sama-
sama menggunakan kuesioner yang sama. Berbeda dalam
pendekatan variabel pola makan, karena yang telah dilakukan
adalah menghitung nilai gizi hasil recall 2 x 24 jam sedangkan
pada penelitian yang akan dilakukan peneliti hasil recall 2 x 24
jam hanya mengevaluasi apakah kandungan makanan balita
terdapat sumber karbohidrat, protein, dan vitamin.
b. Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Gizi Ibu Dengan
Status Gizi Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Rajabasa
Indah Kelurahan Rajabasa Raya Bandar Lampung Julita
Nainggolan, dr. Remi Zuraida, M.Si Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung. Penelitian ini memiliki persamaan dalam
variabel pengetahun ibu namun pada penelitian yang akan
dilakukan peneliti tidak meneliti variabel sikap gizi ibu.
Pengambilan sampel berbeda yang akan dilakukan peneliti
karena pada penelitian yang akan dilakukan peneliti sampel
adalah diambil dari wilayah Puskesmas sedangkan penelitian
yang sudah dilakukan, sampel adalah yang datang ke
posyandu Kelurahan Rajabasa Raya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Pengertian Satus Gizi
Status gizi adalah keadaan keseimbangan antara asupan
dan kebutuhan zat gizi. Status gizi baik bila jumlah asupan zat gizi
sesuai dengan yang dibutuhkan. Status gizi tidak seimbang dapat
diprestasikan dalam bentuk gizi kurang dari yang dibutuhkan.
Sedangkan status gizi lebih bila asupan zat gizi melebihi dari yang
dibutuhkan. Sehingga status gizi merupakan keadaan tubuh
sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi
(Almatsier, 2003). Status gizi adalah Status gizi status kesehatan
yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan
masukan nutrient (Beck 2002).
2. Klasifikasi Status Gizi Balita
Dalam menentukan status gizi balita harus ada ukuran baku
yang sering disebut reference. Pengukuran baku antropomentri
yang sekarang digunakan di Indonesia adalah WHO-NCHS.
Menurut Harvard dalam Supariasa 2002, klasifikasi status gizi
dapat dibedakan menjadi empat yaitu:
a. Gizi lebih (Over weight)
Gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat gizi
dalam jumlah berlebihan sehingga menimbulkan efek toksis
atau membahayakan (Almatsier, 2010). Kelebihan berat badan
pada balita terjadi karena ketidakmampuan antara energi yang
masuk dengan keluar, terlalu banyak makan, terlalu sedikit
olahraga atau keduanya. Kelebihan berat badan anak tidak
boleh diturunkan, karena penyusutan berat akan sekaligus
menghilangkan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan
(Arisman, 2007).
b. Gizi baik (well nourished)
Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh
memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien
sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan
otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada
tingkat setinggi mungkin (Almatsier, 2010).
c. Gizi kurang (Under Weight)
Status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami
kekurangan satu atau lebih zat-zat esensial (Almatsier, 2010)
d. Gizi buruk (Severe PCM)
Gizi buruk adalah suatu kondisi dimana seseorang
dinyatakan kekurangan nutrisi, atau dengan ungkapan lain
status nutrisinya berada di bawah standar rata-rata. Nutrisi yang
dimaksud bisa berupa protein, karbohidrat dan kalori. Di
Indonesia, kasus KEP (Kurang Energi Protein) adalah salah
satu masalah gizi utama yang banyak dijumpai pada balita
(Lusa, 2009).
Menurut Depkes RI (2005) Paremeter BB/U berdasarkan
Z-Score diklasifikasikan menjadi:
1) Gizi Buruk (Sangat Kurus) : <-3 SD
2) Gizi Kurang (Kurus) : -3SD sampai <-2SD
3) Gizi Baik (Normal) : -2 SD sampai +2SD
4) Gizi Lebih (Gemuk) : > +2 SD
3. Gizi seimbang pada Balita
Gizi seimbang adalah susunan makanan sehari–hari yang
mengandung zat-zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai
dengan kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan prinsip
keanekaragaman atau variasi makanan, aktivitas fisik, kebersihan,
dan berat badan (BB) ideal (Koalisi Fortifikasi Indonesia, 2011).
Bahan makanan yang dikonsumsi anak sejak usia dini merupakan
fondasi penting bagi kesehatan dan kesejahteraannya di masa
depan. Dengan kata lain, kualitas sumber daya manusia (SDM)
hanya akan optimal, jika gizi dan kesehatan pada beberapa tahun
kehidupannya di masa balita baik dan seimbang. SDM berkualitas
inilah yang akan mendukung keberhasilan pembangunan nasional
di suatu negeri. Secara global, tercapainya keadaan gizi dan
kesehatan yang baik serta seimbang ini merupakan salah satu
tujuan utama Millennium Develpoment Goals (MDGs) 2015 yang
dicanangkan oleh UNICEF (Soekirman, 2006 dalam Jafar, 2010).
Menurut Koalisi Fortifikasi Indonesia dalam Wahyuningsih
2011, PGS memperhatikan 4 prinsip, yaitu:
a. Variasi makanan;
b. Pedoman pola hidup sehat;
c. Pentingnya pola hidup aktif dan olahraga;
d. Memantau berat badan ideal.
Prinsip Gizi seimbang adalah kebutuhan jumlah gizi
disesuaikan dengan golongan usia, jenis kelamin, kesehatan, serta
aktivitas fisik. Tak hanya itu, perlu diperhatikan variasi jenis
makanan. Bahan makanan dalam konsep gizi seimbang ternbagi
atas tiga kelompok, yaitu:
1) Sumber energi/tenaga: Padi-padian, umbi-umbian, tepung-
tepungan, sagu, jagung, dan lain-lain.
2) Sumber zat pengatur: Sayur dan buah-buahan
3) Sumber zat pembangun: Ikan, ayam, telur, daging, susu,
kacang-kacangan dan hasil olahannya seperti tempe, tahu,
oncom,susu kedelai (Candra, 2013).
4. Metode Penilaian Status Gizi Balita
a. Antropometri
Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan
dengan mengukur beberapa parameter. Parameter adalah
ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain: umur, berat
badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar
dada, lingkar panggul dan tebal lemak dibawah kulit. Ukuran
tubuh manusia yang berhubungan dengan berbagai macam
pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai
tingkat umur dan tingkat gizi. Penggunaan untuk melihat
ketidakseimbangan asupan protein dan energi (Supariasa,
2002). Dari beberapa pengukuran tersebut, berat badan, tinggi
badan dan lingkar lengan sesuai dengan usia adalah yang
paling sering dilakukan dalam survei gizi. Untuk keperluan
perorangan di keluarga, berat badan (BB), tinggi badan (TB)
atau panjang badan (PB) adalah yang paling dikenal
(Soekirman, 2006).
b. Klinis
Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang
terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan gizi. Hal ini
dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut dan
mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan
permukaaan tubuh seperti kelenjar tiroid. Penggunaan untuk
survei klinis secara cepat (Supariasa, 2002).
c. Biokimia
Pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratories
yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh yang
digunakan anatara lain: darah, urine, tinja dan juga beberapa
jaringan tubuh seperti hati dan otot. Penggunaan untuk suatu
peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi
yang lebih parah lagi (Supariasa, 2002).
d. Biofisik
Penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi
dan melihat perubahan struktur jaringan. Penggunaan dalam
situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemic (epidemic of
night blindness) (Supariasa, 2002).
e. Survei konsumsi makanan
Metode penentuan gizi secara tidak langsung dengan
melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Penggunaan
dengan pengumpulan data konsumsi makanan dapat
memberikan gambaran tentang konsumsi barbagai zat gizi pada
masyarakat, keluarga dan individu (Supariasa, 2002).
f. Statistic vital
Dengan menganalisis data beberapa statistik kesehatan
seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan
kematian akibat penyebab tertentu dan data lainya yang
berhubungan dengan gizi. Penggunaan sebagai bahan indikator
tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat (Supariasa,
2002).
5. Jenis-jenis Indikator status gizi balita
Masa balita merupakan masa yang menentukan dalam
tumbuh kembangnya yang akan menjadikan dasar terbentuknya
manusia seutuhnya. Karena itu pemerintah memandang perlu
untuk memberikan suatu bentuk pelayanan yang menunjang
tumbuh kembang balita secara menyeluruh terutama dalam aspek
mental dan sosial. Pertumbuhan dan perkembangan saling
mendukung satu sama lain perkembangan seorang anak tidak
dapat maksimal tanpa dukungan atau optimalnya pertumbuhan.
Misalnya seorang anak yang kekurangan gizi akan mempengaruhi
perkembangan mental maupun sosialnya, oleh karena itu keduanya
harus mendapat perhatian baik dari pemerintah, masyarakat
maupun orang tua. Salah satu indikator untuk melihat pertumbuhan
fisik anak adalah dengan melihat status gizi anak dalam hal ini
balita. Sebagai alat ukur untuk mengetahui tingkat perkembangan
seorang anak dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS)
(Soetjiningsih, 2002).
Semua kejadian yang berhubungan dengan kesehatan
anak sejak lahir sampai berumur lima tahun, perlu dicatat dalam
KMS, misalnya identitas anak, tanggal lahir dan tanggal
pendaftaran, serta penyakit yang pernah dideritanya. KMS berisi
pesan-pesan penyuluhan tentang penanggulangan diare, makanan
anak. Sehingga ibu senantiasa membawa KMS pada semua
kegiatan kesehatan dan cenderung ingin kontak dengan petugas
kesehatan untuk merujuk anaknya. Hal ini dapat digunakan sebagai
pengamatan status gizi anak, disamping mempunyai kelebihan
maupun kekurangannya (Soetjiningsih, 2002).
Untuk mengetahui apakah berat badan dan tinggi badan
normal, lebih rendah atau lebih tinggi dari yang seharusnya,
dilakukan perbandingan dengan suatu standard internasional yang
ditetapkan oleh WHO (Soekirman, 2000).Di dalam ilmu gizi status
gizi tidak hanya diketahui dengan mengukur BB atau TB sesuai
dengan umur (U) secara sendiri-sendiri, tetapi juga dalam bentuk
indikator yang dapat merupakan kombinasi antara ketiganya,
sebagai berikut :
a. Indikator BB/U
Indikator BB/U menunjukkan secara sensitif status gizi
saat ini (saat diukur) karena mudah berubah. Kelebihan
indikator BB/U adalah Dapat dengan mudah dan cepat
dimengerti oleh masyarakat umum; Sensitif untuk melihat
perubahan status gizi dalam jangka waktu pendek; dan Dapat
mendeteksi kegemukan. Sedangkan kelemahan indikator BB/U
adalah interpretasi status gizi dapat keliru apabila terdapat
pembengkakan atau oedem; data umur yang akurat sering sulit
diperoleh terutama di Negara-negara yang sedang berkembang;
kesalahan pada saat pengukuran karena pakaian anak yang
tidak dilepas/ dikoreksi dan anak bergerak terus; masalah social
budaya setempat yang mempengaruhi orangtua untuk tidak
mau menimbang anaknya karena dianggap seperti barang
dagangan (Soekirman, 2000).
b. Indikator TB/U
Panjang badan pada kelompok usia balita; tidak dapat
menggambarkan keadaan gizi saat kini; memerlukan data umur
yang akurat yang sering sulit diperoleh di negara-negara
berkembang; kesalahan sering dijumpai pada pembacaan skala
ukur, terutama bila dilakukan oleh petugas non-profesional.
c. Indikator BB/TB
Indikator BB/TB menggambarkan secara sensitif dan
spesifik status gizi saat ini. Berat badan berkorelasi linier
dengan tinggi badan, artinya dalam keadaan normal
perkembangan berat badan akan mengikuti pertambahan tinggi
badan pada percepatan tertentu.Adapu kelebihan indikator
BB/TB adalah independen terhadap umur dan ras; dapat menilai
status “kurus” dan “gemuk”; dan keadaan marasmus atau KEP
berat lain. Sedangkan kelemahannya adalah kesalahan pada
saat pengukuran karena pakaian anak yang tidak dilepas/
dikoreksi dan anak bergerak terus; masalah sosial budaya
setempat yang mempengaruhi orang tua untuk tidak mau
menimbang anaknya karena dianggap seperti barang
dagangan; kesulitan dalam melakukan pengukuran panjang
atau tinggi badan pada kelompok usia balita; kesalahan sering
dijumpai pada pembacaan skala ukur, terutama bila dilakukan
oleh petugas non-profesional; tidak dapat memberikan
gambaran apakah anak tersebut pendek, normal dan jangkung
(Soekirman, 2000).
6. Pengetahuan Gizi Ibu
Menurut Depdikbud (1994), pengetahuan adalah segala
sesuatu yang diketahui; kepandaian. Gizi adalah zat makanan
pokok yang diperlukan bagi pertumbuhan dan kesehatan badan
(Depdikbud, 1994).
Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2003) pengetahuan yang
tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu
sebagai berikut :
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat
ini adalah mengingat kembali (recall) suatu yang spesifik dari
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah
diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan
yang paling rendah.
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai mengingat suatu
kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek
yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut
secara benar.
c. Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagi kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipejari pada situasi atau kondisi sebenarnya.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan
materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi
masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada
kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (synthetis)
Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
f. Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau
objek. Menurut Suhardjo (2003), dalam penyediaan makanan
keluarga dalam hal ini dilakukan oleh seorang ibu, banyak yang
tidak memanfaatkan bahan makanan yang bergizi, hal ini
disebabkan salah satunya karena kurangnya pengetahuan akan
bahan makanan yang bergizi.
Kondisi status gizi yang baik dapat dicapai bila tubuh
memperoleh cukup zat zat gizi yang akan digunakan secara
efisien, sehingga memungkinkan terjadinya pertumbuhan fisik,
perkembangan otak, kemampuan kerja untuk mencapai tingkat
kesehatan optimal (Depkes RI, 2003). Tingkat konsumsi
ditentukan oleh kualitas serta kuantitas hidangan. Kualitas
hidangan menunjukkan adanya semua zat gizi yang diperlukan
tubuh di dalam susunan hidangan dan perbandingannya yang
satu terhadap yang lain (Soegeng dan Anne, 1999)
Semakin banyak pengetahuan gizinya, semakin
diperhitungkan jenis dan kwantum makanan yang dipilih untuk
dikonsumsinya. Awam yang tidak mempunyai cukup
pengetahuan gizi, akan memilih makanan yang paling menarik
pancaindera, dan tidak mengadakan pilihan berdasarkan nilai
gizi makanan. Sebaliknya mereka yang semakin banyak
pengetahuan gizinya, lebih mempergunakan pertimbangan
rasional dan pengetahuan tentang gizi makanan tersebut
(Achmad Djaeni Sedioetama, 2000). Dengan pengetahuan
tentang gizi yang baik, seorang ibu dapat memilih dan
memberikan makan bagi balita baik dari segi kualitas maupun
kuantitas yang memenuhi angka kecukupan gizi. Asupan
makanan yang sesuai dengan kebutuhan gizi dapat
mempengaruhi status gizi.
7. Pola Makan
Pengertian Pola Makan adalah suatu kebiasaan menetap
dalam hubungan dengan konsumsi makan yaitu berdasarkan jenis
bahan makanan makanan pokok, sumber protein, sayur, buah, dan
berdasarkan frekuensi:harian, mingguan, pernah, dan tidak pernah
sama sekali. Dalam hal pemilihan makanan dan waktu makan
manusia dipengaruhi oleh usia, selera pribadi, kebiasaan, budaya
dan sosial ekonomi (Almatsier, 2010).
Soegeng Santoso dan Anne lies Ranti (1999)
mengemukakan bahwa pola makan adalah berbagai informasi yang
memberi gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makanan
yang dimakan tiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri khas
untuk suatu kelompok masyarakat tertentu.
Menurut Suhardjo dkk, (2003), pola makan adalah cara
yang ditempuh seseorang atau sekelompok orang untuk memilih
makanan dan mengkonsumsinya sebagai reaksi terhadap pengaruh
fisiologi, psikologi, budaya dan sosial. Pola makan adalah informasi
tentang macam-macam dan jumlah zat-zat gizi dalam bahan
makanan yang dimakan tiap hari oleh seseorang.
B. Landasan Teori
Kondisi status gizi yang baik dapat dicapai bila tubuh
memperoleh cukup zat-zat gizi yang akan digunakan secara efisien,
sehingga memungkinkan terjadinya pertumbuhan fisik, perkembangan
otak, kemampuan kerja untuk mencapai tingkat kesehatan optimal
(Depkes RI, 2003). Tingkat konsumsi ditentukan oleh kualitas serta
kuantitas hidangan. Kualitas hidangan menunjukkan adanya semua
zat gizi yang diperlukan tubuh di dalam susunan hidangan dan
perbandingannya yang satu terhadap yang lain (Soegeng Santoso dan
Anne Lies Ranti, 1999).
Dengan pengetahuan tentang gizi disamping dipengaruhi
banyaknya informasi yang didapat juga dipengaruhi oleh pendidikan
ibu sehingga seorang ibu dapat memilih dan memberikan makan bagi
balita baik dari segi kualitas maupun kuantitas yang memenuhi angka
kecukupan gizi. Asupan makanan yang sesuai dengan kebutuhan gizi
dapat mempengaruhi status gizi. Secara rinci dapat dilihat pada
gambar kerangka teori dibawah ini.
C. Kerangka Teori Penelitian
Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian
Sumber : Teori Call dan Levinson (2000) dalam I Dewa Nyoman S. dkk, 2002 : an Soekirman, (2000) yang dimodifikasi
Pendapatan
keluarga
Jumlah anggota
keluarga
Pengetahuan Gizi
Ibu
Budaya Setempat
Pemilihan bahan
makanan pada
balita
Pemberian
makanan pada
balita
Pola Makan
Pendidikan Ibu
Status Gizi
Balita
D. Kerangka Konsep
Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian
Keterangan :
Variabel bebas : Pengetahuan gizi dan Pola Makan Balita
Variabel terikat : Status gizi
E. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah
1. Ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang gizi balita dengan
status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Lameuru Kecamatan
Ranomeeto Barat Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2017
2. Ada hubungan antara pola makan balita dengan status gizi balita di
wilayah kerja Puskesmas Lameuru Kecamatan Ranomeeto Barat
Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2017
Pengetahuan
Tentang Gizi
Pola Makan Balita
Status Gizi Balita
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian analitik
dengan rancangan penelitian cross sectional study. Rancangan
penelitian:
Gambar 3.3 Desain cross sectional study
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah Puskesmas Lameuru Kabupaten
Konawe Selatan pada bulan Agustus sampai Bulan September 2017.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah: Populasi dalam penelitian ini
meliputi seluruh ibu yang mempunyai balita yang tinggal di wilayah
Balita Gizi Baik
Pengetahun Ibu
Tentang Gizi
Pola Makan
Pendapatan
Status Gizi
Balita Gizi Kurang
Pengetahuan Ibu
Tentang Gizi
Pola Makan
Puskesmas Lameuru Kabupaten Konawe Selatan tahun 2016,
yang berjumlah 285 orang ibu yang mempunyai balita.
2. Sampel Penelitian
Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini adalah
menggunakan teknik total sampling. Arikunto, (2002) mengatakan
apabila populasi kurang dari 100 balita maka jumlah sampel sama
dengan jumlah populasi. Namun apabila saat penelitian jumlah
populasi ≥100 ibu Balita, maka jumlah sampel akan diambil 20-
25%, dengan rumus:
n = 25% x N
n = 25/100x 285
n = 71,25 dibulatkan
n = 71 orang (dicukup menjadi 75 orang)
Sehingga jumlah sampel adalah 75 orang ibu yang memiliki balita
D. Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah Pengetahuan Gizi Ibu dan Pola Makan
balita Variabel yang digunakan dalam penelitian dapat diklasifikasikan
menjadi: (1) variabel independen (bebas), yaitu variabel yang
menjelaskan dan memengaruhi variabel lain, dan (2) variabel
dependen (terikat), yaitu variabel yang dijelaskan dan dipengaruhi oleh
variabel independen.
1. Variabel independen(bebas)
Variabel independen dalam penelitian ini adalah Pengetahuan ibu
tentang gizi dan Pola Makan balita
2. Variabel dependen(terikat)
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Status Giz Balita
E. Definisi Operasional
1. Status Gizi
Status gizi dalam penelitian ini adalah keadaan kesehatan
individu atau kelompok-kelompok yang ditentukan oleh derajat
kebutuhan fisik akan energi dan zat-zat gizi lain yang diperoleh dari
pangan dan makanan yang dampak fisiknya diukur secara
antropometri dengan indeks BB/U.
Kategori :
a. Gizi baik, jika -2 SD sampai dengan < +2 SD(Standar Deviasi)
b. Gizi kurang, jika < -2 SD (WHO, 2005)
Skala : Nominal
2. Pengetahuan Gizi Ibu
Pengetahuan gizi ibu dalam penelitian ini adalah
kepandaian yang dimiliki oleh ibu tentang zat pokok yang
diperlukan bagi pertumbuhan dan kesehatan badan. Variabel ini
diukur dengan cara wawancara menggunakan kuesioner.
Kategori :
a. Baik, jika > 80% jawaban benar.
b. Kurang, jika ≤ 80% jawaban benar. (Khomsan Ali, 2000).
Skala : Nominal
3. Pola Makan
Pola makan dalam penelitian ini adalah melihat bagaimana
cara mengukur pola makan dalam setiap menu yang disajikan
memenuhi menu seimbang (sumber karbohidrat, protein, dan
vitamin) Variabel ini diukur dengan metode Recall 2x24 jam.
Kategori
a. Baik, jika menu terdiri dari sumber karbohidrat, protein, dan
vitamin ≥ 100%.
b. Kurang, jika menu terdiri dari sumber karbohidrat, protein, dan
vitamin < 100%.
Skala : Nominal
F. Instrumen Penelitian
1. Kuesioner
Kuesioner merupakan daftar pertanyaan yang sudah tersusun
dengan baik, sudah matang, dimana responden tinggal
memberikan jawabannya. Kuesioner dalam penelitian ini berupa
pertanyaan tentang pengetahuan gizi ibu.
2. Formulir Recall
Formulir Recall dalam penelitian ini berupa daftar makanan dan
minuman yang benar-benar dikonsumsi balita dalam 2 x 24 jam
untuk mengetahui pola makan pada balita.
3. Timbangan Injak
Timbangan injak digunakan untuk mengukur berat badan balita
sehingga dapat diketahui status gizinya.
G. Alur Penelitian (Proposal)
Gambar 3.4. Diagram Alur Penelitian
PERUMUSAN MASALAH
SURVEY PENDAHULUAN
PENGUMPULAN DATA
PENGOLAHAN DATA
ANALISA HASIL
KESIMPULAN
H. Analisa Data
Analisis data merupakan bagian penting dari suatu penelitian.
Dimana tujuan dari analisis data ini adalah agar diperoleh suatu
kesimpulan masalah yang diteliti. Data yang telah terkumpul akan
diolah dan dianalisis dengan menggunakan program komputer.
Adapun langkah-langkah pengolahan data meliputi :
1. Editing
Kegiatan ini dilakukan untuk meneliti kembali setiap daftar
pertanyaan yang sudah diisi.
2. Koding
Memberikan kode atau tanda pada setiap jawaban sehingga
mempermudah dalam pengelompokan data.
3. Entri
Memasukkan data hasil jawaban yang ada dalam kuesioner ke
dalam komputer. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan
metode berikut:
a. Analisis Univariat
Analisis ini digunakan untuk mendiskripsikan karakteristik
umum responden serta variabel status gizi, Pengetahun gizi ibu
dan Pola makan balita.
b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan dari
variabel yang diduga berhubungan. Analisis data di olah dengan
SPSS versi 22.0 dengan uji statistic chi-square. Rumus yang di
gunakan adalah sebagai berikut :
Σ
ƒo - ƒһ² ------------
ƒһ x² =
Dimana:
x² = chi-square
ƒo = Frekwensi yang diobservasi
ƒһ = Frekwensi yang diharapkan
Dari hasil uji chi-square (x²) nilai tingkat kemaknaan
(p value) dibandingkan nilai tingkat kesalahan alfa (α), dengan
nilai α=0.05, maka pengambilan keputusan yaitu ada hubungan
jika p < α (0,05) dan tidak ada hubungan jika nilai p . α
(0,05).
I. Etika Penelitian
Penelitian menjamin dengan terlebih dahulu melakukan informed
consent sebelum melakukan wawancara Responden berhak menolak
atau tidak bersedia menjadi subyek penelitian. Dalam meminta
persetujuan dari responden, menjelaskan terlbih dahulu topik, tujuan
penelitian, teknis pelaksanaan penelitian, dan hak-hak responden.
Penelitian menjaga kerahasian identitas responden dengan cara
menggunakan nama samaran dalam bentuk inisial, tidak
menyebutkan identitas responden dalam laporan penelitian. Hasil
¡ = 1
k
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Letak Geografis dan Batas Wilayah
Puskesmas Lameuru berdiri pada tahun 2008 (sesuai SK Bupati
Januari Tahun 2008) merupakan pemekaran dari Puskesmas
Ranomeeto,yang mempunyai wilayah kerja : 1 Kecamatan, 9 Desa.
Letak Puskesmas Lameuru berjarak ±140 Km2 dari sebelah
timur Ibu kota Kabupaten Konawe Selatan di Andoolo dan ± 40 Km2
dari Ibu Kota Propinsi di Kendarai, denagan batas-batas wilayah
sebagai berikut :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Andepali Kecamatan
Sampara
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Ambaipua Kecamatan
Ranomeeto
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Amoito Kecamatan
Ranomeeto
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Wawobende Kecamatan
Landono.
Wilayah kerja Puskesmas Lameuru terbagi atas 1 kecamatan
dan 9 desa dengan rincian masing-masing :
a. Desa Abeko terbagi atas 3 dusun.
b. Desa Lameuru terbagi atas 3 Dusun
c. Desa Opaasi terbagi atas 3 dusun
d. Desa Boro-boro Lameuru terbagi atas 3 dusun
e. Desa Tunduno terbagi atas 3 dusun
f. Desa Laikandonga terbagi atas 3 dusun
g. Desa Jati Bali terbagi atas 3 dusun
h. Desa Sindang Kasih terbagi atas 3 dusun
i. Desa Amokuni terbagi atas 3 dusun
2. Keadaan Demografis
Jumlah penduduk Kecamatan Ranomeeto Barat berdasarkan
data statistik pada tahun 2016 berjumlah 7.919 jiwa, dengan jumlah
Rumah Tangga 2.136 KK
Tabel 1.IV.Jumlah Penduduk
NO DESA JML
PENDUDUK JML KK
LUAS WILAYAH
(Ha)
1 Abeko 665 176 1.700
2 Lameuru 939 235 2.900
3 Opaasi 468 157 1.900
4 BBL 534 150 1.500
5 Laikandonga 980 242 2.400
6 Tunduno 646 153 1.900
7 Jati Bali 1.414 364 426
8 Sindang Kasih
1.700 468 397
9 Amokuni 573 133 2.100
Jumlah 7.919 2.136 15.223
Sumber: Data Primer Puskesmas Lameuru 2016
B. Hasil Penelitian
1. Distribusi Balita Berdasarkan Karakteristik
a. Jumlah Anak Ibu
Distribusi Responden berdasarkan jumlah anak ibu dapat
dilihat pada tabel 2.IV. berikut:
Tabel 2.IV.
Distribusi Jumlah Anak Ibu di wilayah kerja Puskesmas Lameuru Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017
Jumlah Anak
Balita
n %
2 Orang 57 76 >2 Orang 18 24
Total 75 100 Sumber: Data Primer Tahun 2017
Tabel 2.IV. menunjukkan bahwa jumlah anak ibu 2 orang
sebanyak 57 orang (76,0%) dan jumlah anak > 2 orang sebanyak
18 orang (24,0%)
b. Jenis Kelamin Balita
Distribusi Responden berdasarkan jneis kelamin balita dapat
dilihat pada tabel 3.IV. berikut:
Tabel 3.IV.
Distribusi Jenis Kelamin di wilayah kerja Puskesmas Lameuru Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017
Jenis Kelamin
Balita
n %
Laki-Laki 40 53,3
Perempuan 35 46,7
Total 75 100
Sumber: Data Primer Tahun 2017
Tabel 3.IV. menunjukkan bahwa balita dengan jenis
kelamin laki-laki sebanyak 40 orang (53,3%) dan balita dengan
jenis kelamin perempuan sebanyak 35 orang (46,7%).
c. Status Gizi Balita (0-5 tahun)
Distribusi Responden berdasarkan status gizi balita dapat
dilihat pada tabel 4.IV. berikut:
Tabel 4.IV Distribusi Satus Gizi Balita di wilayah kerja Puskesmas Lameuru Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017
Sumber: Data Primer Tahun 2017
Tabel 4.IV. menunjukkan bahwa balita dengan status gizi
baik sebanyak 48 orang (61,3%) dan balita dengan status gizi
kurang sebanyak 29 orang (38,7%).
d. Pengetahuan Ibu
Distribusi Responden berdasarkan pengetahuan ibu dapat
dilihat pada tabel 5.IV. berikut:
Status Gizi Balita
Balita
n %
Baik 48 61,3
Kurang 29 38,7
Total 75 100
Tabel 5.IV. Distribusi Satus Gizi Balita di wilayah kerja Puskesmas Lameuru Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017
Pengetahuan Ibu
Balita
n %
Baik 44 58,7
Kurang 31 41,3
Total 75 100
Sumber: Data Primer Tahun 2017
Tabel 5.IV. menunjukkan bahwa pengetahuan ibu baik
sebanyak 44 orang (58,7%) dan pengetahuan ibu kurang
sebanyak 31 orang (41,3%).
e. Pola Makan Balita
Distribusi Responden berdasarkan pola makan balita dapat
dilihat pada tabel 6.IV. berikut:
Tabel 6.IV. Distribusi Pola Makan Balita di wilayah kerja Puskesmas Lameuru Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017
Sumber: Data Primer Tahun 2017
Pola Makan Balita
Balita
n %
Baik 44 58,7
Kurang 31 41,3
Total 75 100
Tabel 6.IV. menunjukkan bahwa pola makan balita baik
sebanyak 44 orang (58,7%) dan pola makan balita kurang
sebanyak 31 orang (41,3%).
2. Analisis Univariat
a. Pengetahun Ibu Balita
Tabel 7.IV.
Distribusi Pengetahuan Ibu Menurut Status Gizi Balita di wilayah kerja Puskesmas Lameuru Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017
Tabel 7.IV. di atas menunjukkan bahwa dari 75 responden
diketahui bahwa ibu dengan pengetahun baik dengan balita gizi
baik sebanyak 34 orang (73,9%). Dan ibu dengan pengetahun
kurang dengan balita gizi baik sebanyak 12 orang (26,1%)
.Sedangkan ibu dengan pengetahun baik dengan balita gizi
kurang sebanyak 10 orang (34,5%) dan ibu dengan pengetahun
kurang dengan balita gizi kurang sebanyak 19 orang (65,5%).
b. Pola Makan Balita
Distribusi ibu hamil berdasarkan kebiasaan makan keluarga
dapat dilihat pada tabel 8.IV. berikut:
Pengetahuan
Ibu
Balita
Jumlah Gizi Baik Gizi Kurang
n % n % n (%)
Baik 34 73,9 10 34,5 44 58,7
Kurang 12 26,1 19 65,5 31 41,3
Total 46 100 29 100 75 100
Sumber: Data Primer Tahun 2017
Tabel 8.IV.
Distribusi Pola Makan Menurut Status Gizi Balita di wilayah kerja Puskesmas Lameuru Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017
Tabel 8.IV. menunjukkan bahwa dari 75 responden
diketahui bahwa balita dengan pola makan baik dengan balita gizi
baik sebanyak 25 orang (54,3%), dan balita dengan pola makan
kurang dengan balita gizi kurang sebanyak 21 orang (45,7%).
Sedangkan balita pola makan baik dengan balita gizi kurang
sebanyak 6 orang (20,7%), ibu pola makan kurang dengan balita
gizi kurang sebanyak 23 orang (79,3%).
3. Analisis Bivariat
Untuk melihat hubungan status gizi balita dilakukan analisis
bivariat, hal ini dilakukan sebagai penilaian untuk melihat hubungan
antara variabel independen dan variabel dependen secara sendiri-
sendiri. Bila nilai hubungan antara masing-masing variabel berada
pada tingkat kemaknaan < 0,05, maka dapat dikatakan bahwa ada
hubungan, demikian pula sebaliknya jika tingkat kemaknaan > 0,05,
Pola Makan
Balita
Jumlah Gizi Baik Gizi Kurang
n % n % n (%)
Baik 25 54,3 6 20,7 31 41,3
Kurang 21 45,7 23 79,3 44 58,7
Total 46 100 29 100 75 100
Sumber: Data Primer Tahun 2017
maka dapat dikatakan bahwa tidak hubungan yang bermakna. Hasil
analisis statistik tersebut dapat dilihat pada tabel-tabel berikut:
a. Hubungan pengetahuan ibu dengan Status Gizi Balita
Hubungan pengetahuan ibu dengan status gizi balita dapat
dilihat pada tabel 9.IV, dimana pengetahun ibu dibagi menjadi dua
kategori yaitu Baik, jika > 80% jawaban benar dan Kurang, jika ≤
80% jawaban benar. (Khomsan Ali, 2000), lebih jelas dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 9.IV.
Distribusi Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Status Gizi Balita di Wilayah kerja Puskesmas Lameuru Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017
Tabel 9.IV. menunjukkan bahwa dari 46 responden balita gizi
baik terdapat 34 responden (73,9%) mempunyai pengetahuan ibu
baik, sedangkan ibu mempunyai pengetahuan kurang dengan
balita gizi baik sebanyak 12 orang (26,1%). Selanjutnya dari 29
responden gizi kurang dan pengetahuan ibu baik sebanyak 10
responden (34,5%), dan balita dengan gizi kurang dengan
pengetahuan ibu kurang sebanyak 19 responden (41,3%).
Pengetahuan Ibu
Balita Jumlah
x² p Value Gizi Baik Gizi
Kurang
N % n % n (%) 11,404
0,001 Baik 34 73,9 10 34,5 44 58,7
Kurang 12 26,1 19 65,5 31 41,3
Total 46 100 29 100 75 100
Sumber: Data Primer Tahun 2017
Berdasarkan uji statistik diperoleh nilai p= 0,001 hal berarti
bahwa ada hubungan pengetahuan ibu dengan status gizi balita,
berarti bahwa pengetahuan ibu berhubungan dengan kejadian
balita gizi kurang demikian pula sebaliknya pengetahuan ibu baik
maka status gizi balita akan baik.
b. Hubungan Pola Makan Balita dengan Status Gizi Balita
Hubungan pola makan balita dengan status gizi balita dapat
dilihat pada tabel 7.IV, dimana Pola Makan Balita dibagi menjadi
dua kategori yaitu pertama, Baik, jika menu terdiri dari sumber
karbohidrat, protein, dan vitamin ≥ 100% dan kedua, Kurang, jika
menu terdiri dari sumber karbohidrat, protein, dan vitamin
< 100%. lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 10.IV.
Hubungan Pola Makan Balita dengan Status Gizi Balita di wilayah kerja Puskesmas Lameuru Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017
Pola Makan
Balita Jumlah
x² p Value Gizi Baik Gizi
Kurang
n % n % n (%) 8,310 0,004
Baik 25 54,3 6 20,7 31 41,3
Kurang 21 45,7 23 79,3 44 58,7
Total 46 100 29 100 75 100
Sumber: Data Primer Tahun 2017
Tabel 10.IV. menunjukkan bahwa dari 46 balita status gizi
baik dengan pola makan baik sebanyak 25 orang (54,3%). dan
balita dengan status gizi baik dengan pola makan kurang
sebanyak 21 orang (45,7%). Sedangkan 29 balita gizi kurang
diketahui bahwa pola makan baik sebanyak 6 (20,7%), dan balita
gizi kurang dengan pola makan kurang sebanyak 23 orang
(79,3%).
Berdasarkan uji statistik diperoleh nilai p= 0,004 hal ini
berarti bahwa ada hubungan pola makan balita dengan status gizi
balita, berarti bahwa pola makan balita kurang berhubungan
dengan kejadian balita gizi kurang demikian pula sebaliknya pola
makan balita baik maka status gizi balita akan baik.
C. Pembahasan
Analisis pengetahuan ibu dan pola makan balita dimaksudkan
untuk melihat hubungan masing-masing variabel terhadap status gizi
balita, hal ini juga dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan penelitian,
selanjutnya hubungan variabel dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Pengetahuan Ibu
Pengetahuan gizi Ibu dan sikap gizi Ibu sangat berhubungan
dengan status gizi balita. Pengetahuan yang berhubungan dengan
masalah kesehatan akan mempengaruhui terjadinya gangguan
kesehatan pada kelompok tertentu. Dengan memiliki pengetahuan
khususnya kesehatan, seseorang dapat mengetahui berbagai
macam gangguan kesehatan yang memungkinkan terjadi serta dapat
dicari pemecahannya (Notoatmodjo, 1997).
Kurangnya pengetahuan tentang gizi akan mengakibatkan
berkurangnya kemampuan menerapkan informasi dalam kehidupan
sehari-hari, hal ini merupakan salah satu penyebab terjadinya
gangguan gizi (Suhardjo, 1992). Namun, kejadian gizi buruk pada
anak balita dapat dihindari apabila ibu mempunyai cukup
pengetahuan tentang cara memelihara gizi dan mengatur makanan
anak (Moehji, 1992).
Hasil analisis pada tabel 9.IV. menunjukkan bahwa dari 46
responden balita gizi baik terdapat 34 responden (73,9%)
mempunyai pengetahuan ibu baik, sedangkan ibu mempunyai
pengetahun kurang dengan balita gizi baik sebanyak 12 orang
(26,1%). Selanjutnya dari 29 responden gizi kurang terdapat
pengetahun ibu baik sebanyak 10 responden (34,5%), dan balita
dengan gizi kurang dengan pengetahun ibu kurang sebanyak 31
responden (65,5%).
Berdasarkan uji chi-square (x²) nilai tingkat kemaknaan
(p value) diperoleh p = 0,001. Karena nilai p < α (0,05), maka
pengambilan keputusan yaitu pengetahuan ibu berhubungan dengan
kejadian balita gizi kurang demikian pula sebaliknya pengetahuan ibu
baik maka status gizi balita akan baik.
Hasil ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan Ikti Sri
Wahyuni (2009), bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat
pengetahuan ibu tentang gizi dengan status gizi anak balita di Desa
Ngemplak, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar.
Demikian pula penelitian Julita Nainggolan, Remi Zuraida(2012)
bahwa ada hubungan antara pengetahuan dan sikap gizi ibu dengan
status gizi balita di wilayah kerja Rajabasa Indah kelurahan Rajabasa
Raya Bandar Lampung.
Lestari Ningsih (2000) mengatakan bahwa penyediaan bahan
makanan dan menu yang tepat untuk anak balita dalam
meningkatkan status gizi balita akan terwujud bila ibu mempunyai
tingkat pengetahuan yang baik.
2. Pola Makan Balita
Menurut Depkes RI(2003), secara alami komposisi zat gizi
setiapmakanan memiliki keunggulan dan kelemahan tertentu.
Beberapa makanan mengandung karbohidrat tetapi kurang vitamin
dan mineral. Sedangkan beberapa makanan lain kaya vitamin C
kurang vitamin A. Jadi untuk mencapai masukkan zat gizi yang
seimbang tidak mungkin dipenuhi hanya oleh satu jenis bahan
makanan, melainkan harus terdiri dari aneka ragam bahan makanan.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Deritana dkk (2000), jenis
makanan yang sangat sederhana (tidak beraneka ragam), yang
terbatas pada ubi dan sayur daun ubi saja menyebabkan angka
kekurangan gizi pada anak sangat tinggi.
Pola makan pada balita sangat berperan penting dalam proses
pertumbuhan pada balita, karena dalam makanan banyak
mengandung gizi. Gizi menjadi bagian yang sangat penting dalam
pertumbuhan. Gizi di dalamnya memiliki keterkaitan yang sangat erat
hubungannya dengan kesehatan dan kecerdasan. Apabila terkena
defisiensi gizi maka kemungkinan besar sekali anak akan mudah
terkena infeksi. Gizi ini sangat berpengaruh terhadap nafsu makan.
Jika pola makan tidak tercapai dengan baik pada balita maka
pertumbuhan balita akan terganggu, tubuh kurus, pendek bahkan
bisa terjadi gizi buruk pada balita.
Tabel 10.IV. menunjukkan bahwa dari 46 balita status gizi baik
dengan pola makan baik sebanyak 25 orang (54,3%). dan balita
dengan status gizi baik dengan pola makan kurang sebanyak 21
orang (45,7%). Sedangkan 29 balita gizi kurang diketahui bahwa
pola makan baik sebanyak 6 (20,7%), dan balita gizi kurang dengan
pola makan kurang sebanyak 23 orang (79,3%).
Berdasarkan uji chi-square (x²) nilai tingkat kemaknaan (p
value) diperoleh p = 0,004. Karena nilai p < α (0,05), maka
pengambilan keputusan yaitu ada hubungan pola makan balita
dengan status gizi balita, berarti bahwa pola makan balita kurang
berhubungan dengan kejadian balita gizi kurang demikian pula
sebaliknya pola makan balita baik maka status gizi balita akan baik.
Hal ini sejalan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
Geiby Waladow dkk (2013) di wilayah kerja Puskesmas Tompaso
Kecamatan Tompaso bahwa ada hubungan yang bermakna antara
pola makan dengan status gizi pada anak usia 3-5 tahun di wilayah
kerja Puskesmas Tompaso Kecamatan Tompaso diperoleh nilai
signifikansi p < 0,05 (0,000). Jadi pola makan yang tidak baik
berisiko untuk terjadi status gizi kurang.
Demikian pula penelitian yang dilakukan oleh Lailatul
Munawaroh (2006) bahwa ada hubungan antara pola makan balita
dengan status gizi balita di wilayah kerja puskesmas kedungwuni
Kabupaten Pekalongan.
Hasil penelitian ini juga diperkuat oleh penelitian Tella (2012) di
Mapanget yang mengatakan bahwa hubungan pola makan dengan
status gizi sangat kuat dimana asupan gizi seimbang dari makanan
memegang peranan penting dalam proses pertumbuhan anak
dibarengi dengan pola makan yang baik dan teratur yang perlu
diperkenalkan sejak dini, antara lain dengan perkenalan jam-jam
makan dan variasi makanan dapat membantu mengkoordinasikan
kebutuhan akan pola makan sehat pada anak.
Dalam penelitian Dina (2011) dikatakan bahwa upaya untuk
mengatasi masalah gizi yang sangat penting adalah dengan
pengaturan pola makan. Pola makan yang diterapkan dengan baik
dan tepat sangat penting untuk membantu mengatasi masalah gizi
yang sangat penting bagi pertumbuhan balita. Ditambah dengan
asupan gizi yang benar maka status gizi yang baik dapat tercapai.
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Adapun simpulan yang didapatkan berdasarkan hasil penelitian
di wilayah kerja Puskesmas Lameuru Kabupaten Konawe Selatan
Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017 adalah sebagai berikut:
1. Status gizi balita baik sebanyak 48 orang (61,3%) dan status gizi
kurang sebanyak 29 orang (38,7%).
2. Pengetahuan ibu baik sebanyak 44 orang (58,1%) dan
pengetahuan ibu kurang sebanyak 31 orang (41,3%).
3. Pola makan Balita baik sebanyak 44 orang (58,1%) dan pola
makan balita kurang sebanyak 31 orang (41,3%).
4. Ada hubungan pengetahuan ibu dengan status gizi balita dengan
p=0,003.
5. Ada hubungan pola makan dengan status gizi balita dengan
p=0,004.
B. Saran
Berdasarkan hasil dan kesimpulan yang telah dipaparkan
sebelumnya, maka penulis dapat memberikan saran sebagai berikut:
1. Mengingat pengetahuan ibu dan pola makan balita di wilayah
penelitian berhubungan dengan status gizi, maka perlu dilakukan
penyuluhan tentang keluarga sadar gizi (Kadarzi) untuk
meningkatkan pengetahuan masyarakat khususnya ibu balit agar
dalam penyediaan makanan dalam keluarga khususnya bagi balita
dalam pemperhatikan kebutuhan gizi balita.
2. Perlu dilakukan KIE ( Komunikasi Informasi dan Edukasi) bagi ibu-
ibu agar selalu aktif membalita balita ke Posyandu untuk
mengetahui perkembangan kesehatan gizi balita.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Djaeni Sediaoetama. 2000. Ilmu Gizi untuk mahasiswa dan
profesi jilid I. Jakarta : Dian rakyat
Achmad Djaeni Sediaoetama. 2000. Ilmu Gizi untuk mahasiswa dan
profesi .edisi kelima . Jakarta : Dian rakyat
Almatsier, S., 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Arikunto 2002, Metodologi Penelitian ,PT Rineke Cipta, Jakarta.
Arisman, MB., 2007. Gizi Daur Hidup. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Baku rujukan WHO 2005.: http:// sehatceriaavail.blogspot.com, Diunduh
pada tanggal 22 April 2017
Beck. 2002. Status Gizi. [Online] http://www.creasoft.com, diakses tanggal,
25 april 2017.
Candra, R N. (2013). Hubungan Pola Konsumsi Makanan Jajanan
Dengan Status Kesehatan Anak Usia Sekolah Di SDN Ketintang
I Surabaya. Ejournal Boga. 2.
Depdikbud. 1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Depkes RI. 2003. Pedoman Praktis Terapi Gizi Medis. Jakarta : Depkes RI
Frisda Turrnip. 2008. Pengaruh “Positive Deviance” Pada Ibu dari
Keluarga Miskin Terhadap Status Gizi Anak Usia 12-24 Bulan di
Kecamatan Sidakalang Kabupaten Dairi Tahun 2007. Tesis :
Universitas Sumatra Utara.
Hamman Hadi. 2005. Beban Ganda Masalah Gizi Dan Implikasinya
Terhadap Kebijakan Pembangunan Kesehatan Nasional.
Makalah disajikan dalam Pidato Pengukuhan Jabatan Guru
Besar pada FK UGM
I Dewa Nyoman Supariasa dkk.2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC
Khumaidi M. 1989. Gizi Masyarakat. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi dan Pusat
Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB, Bogor.
Khumaidi M. 1994. Gizi Masyarakat. Jakarta: Gunung Mulia.
M. Agus Krisno. 2001. Dasar-Dasar Ilmu Gizi .Malang : Universitas
Muhammadiyah Malang
Riskesdas Provinsi Sulawesi Tenggara. (2013). Laporan Riskesdas
Provinsi Sulawesi Tenggara. Badan Penelitian Dan
Pengembangan Kesehatan.RI., Jakarta
Sjahmen Moehji. 2003. Ilmu Gizi Penanggulangan Gizi Buruk. Jakarta.
Penerbit Papas Sinar Sinanti.
Sjahmien Moehji. 2002. Ilmu Gizi (Pengetahuan Dasar ilmu Gizi). Jakarta :
PT. Bhratara
Soegeng Santoso dan Anne Lies Ranti. 1999. Kesehatan Dan Gizi.
Jakarta : PT. Rineka Cipta
Soegeng Santoso, dkk. 2009. Kesehatan Dan Gizi. Jakarta : PT. Rineka
Cipta dan PT. Bina Adiaksara
Soekidjo Notoatmodjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta
Soekirman. 2006. Hidup Sehat Gizi Seimbang dalam Siklus Kehidupan
Manusia. Jakarta: PT Primamedia Pustaka
Suhardjo. 2003. Perencanaan Pangan dan Gizi Jakarta : PT. Bumi Aksara
Supariasa, dkk, 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta : Penerbit EGC.
Yayuk Farida Baliwati, Ali Khomsan, dan C. Meti Dwiriani 2004. Pengantar
Pangan dan Gizi.Jakarta : Penebar Swadaya
Lampiran 1
FORMULIR PERSETUJUAN PENELITIAN
(Informed Consent)
Saya yang akan melakukan penelitian:
Nama/NIM : Wiang, (NIM. P00312016151) Pekerjaan : Mahasiswi Tujuan Penelitian : Hubungan pengetahuan ibu tentang gizi dan pola
makan dengan status gizi balita di wilayah kerja puskesmas lameuru kec. Ranomeeto barat kabupaten konawe selatan
Penelitian dilakukan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan proses
belajar pada program Diploma D-IV Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan
Kendari, Kementerian Kesehatan RI.
Untuk keperluan tersebut saya mohon kesediaan ibu untuk menjadi
partisipan dalam penelitian ini. Selanjutnya saya mohon kesediaan ibu untuk
mengisi kuesioner dengan jujur dan apa adanya. Jika ibu bersedia, silahkan
menandatangani persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan ibu. Identitas pribadi
sebagai partisipan akan dirahasiakan dan semua informasi yang diberikan hanya
akan digunakan untuk penelitian ini. Ibu berhak untuk ikut atau tidak ikut
berpartisipan tanpa ada sanksi dan konsekuensi buruk dikemudian hari. Jika ada
hal yang kurang dipahami ibu dapat bertanya langsung kepada peneliti.
Atas perhatian dan kesediaan ibu menjadi partisipan dalam penelitian ini
saya ucapkan terima kasih.
Kendari, …………………… 2017
Peneliti Partisipan
(W I A N G) (…………………………………..)
Lampiran 2
Alamat Responden : ……………………………………………………….
Kode Responden : …………………
I. Identitas Responden
1. Nama : ……………………………………
2. Umur : ……………………………………
3. Pekerjaan : a. Pegawai Negeri Sipil
b. Pegawai Swasta
c. Wiraswasta
d. Ibu Rumah Tangga
4. Pendidikan : a. Tidak Sekolah/tidak tamat SD
b. Tamat SD
c. Tamat SLTP
d. Tamat SLTA
e. Tamat Akademi
f. Sarjana
5. Jumlah anak : …………………………………………
II. Identitas Balita
1. Nama : …………………………
2. Umur : ………………………….
3. Berat Badan Lahir : ………………………….
4. Berat Badan sekarang : ………………………….
5. Jenis kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan
KUESIONER
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI DAN POLA
MAKAN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS LAMEURU KEC. RANOMEETO BARAT KABUPATEN
KONAWE SELATAN”
III. Pengetahuan Gizi Ibu
1. Apakah makanan/minuman terbaik untuk bayi?
a. ASI dan bubur
b. Susu botol
c. ASI
2. Kapan pertama kali sebaiknya anak ibu diberikan makanan tambahan?
a. 4-6 bulan
b. <6 bulan
c. >6 bulan
3. Apakah yang dimaksud dengan makanan seimbang
a. makanan yang mengandung zat tenaga
b. Makanan bergizi
c. Makanan yang terdiri dari nasi, lauk, sayur, buah dan susu.
4. Makanan apa saja yang mengandung zat tenaga (karbohidrat)
a. Jenis umbi-umbian
b. Kurang tahu (1 item)
c. Tahu (lebih dari 1 item)
Item: nasi, jagung, kentang, ubi, roti
5. Makanan apa saja yang mengandung zat pembangun (protein)
a. Daging
b. Kurang tahu (1 item)
c. Tahu (lebih dari 1 item)
Item:telur,daging,ayam,ikan
6. Apakah manfaat imunisasi?
a. Mencega penyakit menular
b. Menambah berat badan
c. Memberi kekebalan terhadap penyakit
7. Umur berapakah sebaiknya imunisasi dasar lengkap diberikan kepada
bayi?
a. 6 bulan
b. > 1 tahun
c. < 1 tahun
8. Apakah yang dimaksud dengan ASI Eksklusif?
a. Memberikan ASI
b. memberikan ASI usia 4 bulan
c. Memberikan ASI sampai umur anak 6 bulan tanpa makanan
tambahan
9. Apa yang dimaksud dengan makanan tambahan?
a. Memberikan makanan bubur + ASI
b. Memberikan makanan pada bayi usia 6 bulan dengan makanan yang
bergizi tinggi
c. Memberikan ASI + susu botol tambahan dan makanan yang bergizi
tinggi
10. Sampai usia berapakah ASI diberikan pada bayi-balita?
a. 0 - 6 bulan
b. 6 - 12 bulan
c. 0 - 24 bulan
KUESIONER POLA MAKAN BALITA
Kode Responden :………………………………
Nama Anak :………………………………
Nama Ibu :………………………………
No Menu Jenis Makanan URT
1
Sarapan Pagi
2 Snak siang
3 Makan siang
4 Snak sore
5 Makan malam
KUESIONER POLA MAKAN BALITA
Kode Responden :………………………………
Nama Anak :………………………………
Nama Ibu :………………………………
No Menu Jenis Makanan URT
1
Sarapan Pagi
- Bubur
- Teh manis
- Beras
- Telur rebus
- Gula pasir
2 Snak siang
- Nagasari
- Pisang
- Terigu
- Gula
- Santan
3 Makan siang
- Nasi putih
- Ikan goreng
- Sayur bening
- Beras
- Ikan segar
- Minyak
- Sayur Bayam
- Rebung
- Kacang panjang
4 Snak sore
- Pisang goreng
- Teh manis
- Pisang raja
- Minyak
- Gula
5 Makan malam
- Nasi putih
- Ikan goring
- Sayur bening
- Beras
- Ikan segar
- Minyak
- Sayur bayam
- Rebung
- Kacang panjang
Lampiran 4
Hasil Perhitungan Uji Chi Square
1. Crosstabs
Pengetahun_ibu * BBS
Crosstab
Count
BBS
Total 1 2
Pengetahun_ibu 1 19 12 31
2 10 34 44
Total 29 46 75
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided) Point Probability
Pearson Chi-Square 11.404a 1 .001 .001 .001
Continuity Correctionb 9.836 1 .002
Likelihood Ratio 11.540 1 .001 .002 .001
Fisher's Exact Test .002 .001
Linear-by-Linear Association 11.252c 1 .001 .001 .001 .001
N of Valid Cases 75
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,99.
b. Computed only for a 2x2 table
c. The standardized statistic is 3,354.
2. Crosstabs
Pola_Makan * BBS
Crosstab
Count
BBS
Total 1 2
Pola_Makan 1 23 21 44
2 6 25 31
Total 29 46 75
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided) Point Probability
Pearson Chi-Square 8.310a 1 .004 .008 .004
Continuity Correctionb 6.980 1 .008
Likelihood Ratio 8.717 1 .003 .004 .004
Fisher's Exact Test .004 .004
Linear-by-Linear Association 8.199c 1 .004 .008 .004 .003
N of Valid Cases 75
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,99.
b. Computed only for a 2x2 table
c. The standardized statistic is 2,863.