hubungan pengetahuan dan sikap perawat … · perilaku pencegahan infeksi nosokomial pada pasien...

104
i HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT TENTANG PERAWATAN DOWER CATHETER DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN Skripsi Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh : Agnes Triwijaya Kusumawati NIM. ST 14002 PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2016

Upload: buikhanh

Post on 20-Mar-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

i

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT

TENTANG PERAWATAN DOWER CATHETER DENGAN

PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL

PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI

PRIJONEGORO SRAGEN

Skripsi

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan

Oleh :

Agnes Triwijaya Kusumawati

NIM. ST 14002

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

STIKES KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2016

Page 2: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul:

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT

TENTANG KUALITAS PERAWATAN DOWER CATHETER DENGAN

PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL SALURAN KEMIH

PADA PASIEN STROKE DI RUANG INAP RSUD DR SOEHADI

PRIJONEGORO SRAGEN

Oleh:

Agnes Triwijaya Kusumawati

NIM. ST 14002

Telah dipertahankan didepan penguji pada tanggal 09 Februari 2016 dan

dinyatakan telah memenuhi syarat untuk mendapatkan gelar Sarjan Keperawatan

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

Atiek Murhayati, S.Kep.,Ns.,M.Kep Galih Priambodo, S.Kep.,Ns.,M.Kep

NIK. 200680023 NIK. 2015587142

Penguji,

Wahyu Rima Agustin, S.Kep.,Ns., M.Kep

NIK. 201279102

Surakarta, 09 Februari 2016

Ketua Program Studi S-1 Keperawatan,

Atiek Murhayati, S.Kep.,Ns., M.Kep

NIK. 200680023

Page 3: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

iii

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Agnes Tri Wijaya Kusumawati

NIM : ST 14002

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1) Karya tulis saya, skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk

mendapatkan gelar akademik (sarjana), baik di STIKES Kusuma Husada

Surakarta maupun di perguruan tinggi lain.

2) Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri,

tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing dan masukan Tim

Penguji.

3) Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau

dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan

sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

dicantumkan dalam daftar pustaka.

4) Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari

terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya

bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah

diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang

berlaku diperguruan tinggi ini.

Surakarta, Januari 2016

Yang membuat pernyataan,

Agnes Tri Wijaya Kusumawati

NIM ST 14002

Page 4: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan

hidayahNya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang

berjudul “Hubungan antara pengetahuan dan sikap perawat tentang kualitas

perawatan dower catheter dengan perilaku pencegahan infeksi nosokomial

saluran kemih pada pasien stroke di ruang inap RSUD Dr Soehadi Prijonegoro

Sragen”.

Hasil penelitian ini disusun dalam rangka memenuhi syarat

memperoleh gelar Sarjana Keperawatan pada Program Studi S1 Keperawatan

Stikes Kusuma Husada Surakarta. Proses penyusunan skripsi ini, peneliti

banyak menghadapi berbagai macam kesulitan dan hambatan. Namun berkat

bantuan dari beberapa pihak, hal tersebut akhirnya dapat teratasi. Untuk itu

pada kesempatan ini perkenankanlah peneliti mengucapkan banyak terima

kasih dan memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang

terhormat:

1. Ns. Wahyu Rima Agustin, M.Kep selaku Ketua STIKES Kusuma Husada

Surakarta yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas untuk mengikuti

dan menyelesaikan pendidikan Program Studi S1 Keperawatan .

2. Ns. Atiek Murhayati, M.Kep selaku Kaprodi S1 Keperawatan STIKES

Kusuma Husada Surakarta dan juga selaku dosen pembimbing utama yang

telah memberikan kesempatan, bimbingan dan arahan untuk mengikuti

pendidikan Program Studi S1 Keperawatan.

Page 5: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

v

3. Ns.Galih Priambodo, M.Kep selaku dosen pembimbing pendamping yang telah

banyak memberikan bimbingan, dukungan, motivasi dan pengalaman.

4. RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen yang telah memberikan ijin kepada

peneliti sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan lancar.

5. Segenap responden penelitian di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen yang

telah bersedia menjadi responden penelitian sehingga penelitian dapat selesai

dengan cukup lancar

6. Orang tua dan Suami tercinta yang selalu memberikan doa dan dukungannya

kepada peneliti sehingga proposal skripsi ini dapat selesai.

7. Teman-teman dari Prodi S1 Transfer STIKes Kusuma Husada Angkatan 2014

yang senantiasa memberikan semangat dan motivasi kepada peneliti.

8. Untuk semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaian tugas ini

peneliti ucapkan banyak terima kasih atas doa dan dukungannya.

Semoga segala bantuan yang telah diberikan kepada kami mendapat

pahala dan balasan dari Allah SWT.

Peneliti menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih terdapat banyak

sekali kekurangan, maka dari itu peneliti sangat mengharapkan saran dan kritik

untuk perbaikan selanjutnya. Akhir kata peneliti berharap semoga skripsi ini akan

bermanfaat bagi peneliti pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Surakarta, Januari 2016

Peneliti

Page 6: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

vi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ......................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................... ii

HALAMAN SURAT PERNYATAAN ............................................ iii

KATA PENGANTAR ....................................................................... iv

DAFTAR ISI ..................................................................................... vi

DAFTAR TABEL ............................................................................. iii

DAFTAR BAGAN ............................................................................ ix

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................... x

ABSTRAK ........................................................................................ xi

ABSTRACT ...................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 4

1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................... 5

1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori ............................................................................ 8

2.2 Keaslian Penelitian ..................................................................... 51

2.3 Kerangka Teori ........................................................................... 53

2.4 Kerangka Konsep ....................................................................... 54

2.5 Hipotesa ..................................................................................... 55

Page 7: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

vii

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian .................................................. 56

3.2 Populasi dan Sampel ................................................................... 56

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 57

3.4 Variabel, Definisi Operasional dan Skala Pengukuran ............... 57

3.5 Alat penelitian dan Cara Mengumpulkan Data ........................... 58

3.6 Teknik pengolahan dan Analisa Data .......................................... 59

3.7 Etika Penelitian ............................................................................ 65

BAB IV HASIL PENELITIAN

Karakteristik Responden ................................................................... 67

Uji Univariat ..................................................................................... 69

Uji Bivariat ........................................................................................ 71

BAB V PEMBAHASAN

Karakteristik Responden ................................................................... 73

Uji Univariat ..................................................................................... 77

Uji Bivariat ........................................................................................ 81

BAB VI PENUTUP

Simpulan ............................................................................................ 87

Saran .................................................................................................. 89

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 8: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

viii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Prosedur Pelaksanaan Perawatan DC ................................ 34

Tabel 2.2 Keaslian Penelitian ............................................................ 51

Tabel 3.1 Variabel,Definisi Operasional, dan skala pengukuran ...... 56

Tabel 4.1 Data distribusi frekuensi responden berdasarkan umur .... 67

Tabel 4.2 Data distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin ......... 68

Tabel 4.3 Data distribusi frekuensi berdasarkan tingkat pendidikan 68

Tabel 4.4 Data distribusi frekuensi berdasarkan masa kerja ............. 69

Tabel 4.5 Data distribusi frekuensi tingkat pengetahuan .................. 69

Tabel 4.6 Data distribusi frekuensi sikap .......................................... 70

Tabel 4.7 Data distribusi frekuensi perilaku ..................................... 70

Tabel 4.8 Hubungan pengetahuan dengan perilaku ......................... 71

Tabel 4.9 Hubungan sikap dengan perilaku ...................................... 72

Page 9: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

ix

DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 2.1 Kerangka Teori .......................................... 53

Bagan 2.2 Kerangka Konsep....................................... 54

Page 10: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Penelitian

Lampiran 2. Kuesioner Hubungan pengetahuan dan sikap perawat tentang

kualitas perawatan DC dengan perilaku pencegahan infeksi

nosokomial saluran kemih pada pasien stroke di ruang inap RSUD

Dr Soehadi Prijonegoro Sragen

Lampiran 3. Lembar Persetujuan Responden

Lampiran 4. Surat Pernyataan/ Persetujuan (Informed Consent)

Lampiran 5. Pengajuan Ijin Pendahuluan studi (F.04)

Lampiran 6. Pernyataan Pengajuan Judul Skripsi (F.02)

Lampiran 7. Lembar Konsultasi Dosen Pembimbing

Lampiran 8. Surat Ijin Pendahuluan Penelitian

Lampiran 9 Surat ijin Uji Validitas & Reliabilitas

Lampiran 10 Surat Ijin Penelitian

Lampiran 11 Lampiran Data Statistik SPSS

Page 11: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

xi

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA

2016

Agnes Triwijaya Kusumawati

Hubungan pengetahuan dan sikap perawat tentang kualitas perawatan dower

catheter dengan perilaku pencegahan infeksi nosokomial saluran kemih pada

pasien stroke di ruang inap RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen

Abstrak

Penyakit Stroke memerlukan perawatan yang cukup serius, salah satunya

pemasangan DC.Tindakan ini perlu perawatan rutin dan perlu pengetahuan dan

sikap yang baik sehingga akan berpengaruh pada perilaku pencegahan ISK.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap

perawat tentang kualitas perawatan DC dengan perilaku pencegahan infeksi

nosokomial saluran kemih pada pasien stroke di ruang inap RSUD dr. Soehadi

Prijonegoro Sragen.

Desain penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross

sectional. Sampel berjumlah 50 orang perawat diruang inap penyakit syaraf. Uji

analisa data yang dipakai adalah uji Chi Square. Instrument penelitian

menggunakan kuesioner.

Hasil penelitian menunjukkan variabel pengetahuan ditemukan nilai x²

hitung > x² tabel (7,890 > 3,841) dan nilai p= 0,005, maka H0 ditolak yang artinya

ada hubungan pengetahuan perawat tentang kualitas perawatan DC terhadap

perilaku pencegahan infeksi nosokomial saluran kemih. Sedangkan variabel sikap

ditemukan nilai x² hitung > x² tabel (4,608 > 3,841) dan nilai p= 0,032 sehingga

H0 ditolak. Yang artinya ada hubungan sikap perawat tentang kualitas perawatan

DC dengan perilaku pencegahan infeksi nosokomial saluran kemih.

Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat hubungan pengetahuan dan

sikap perawat tentang kualitas perawatan DC dengan perilaku pencegahan infeksi

nosokomial saluran kemih pada pasien Stroke diruang inap RSUD dr. Soehadi

Prijonegoro Sragen.

Kata kunci: pengetahuan, sikap, perilaku, perawatan DC, infeksi nosokomial

saluran kemih stroke

Daftar pustaka: 24 (2000-2015)

Page 12: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

xii

BACHELOR OF NURSING PROGRAM

SCHOOL OF HEALTH SCIENCES OF KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2016

Agnes Triwijaya Kusumawati

The Relationship between Nurses’ Knowledge and Attitude on the Quality of

Dower Catheter Treatment and Preventive Behavior for Nosocomial Urinary

Tract Infections (UTI) of Patients with Stroke in Inpatient Wards at dr.

Soehadi Prijonegoro Regional Public Hospital of Sragen

Abstract

Stroke is a disease requiring serious treatments, one of which is the

placement of Dower Catheter (DC). This medical therapy needs regular treatment

and good knowledge and attitude which influence the prevention of Urinary Tract

Infections (UTI). This research aims at investigating the relationship between

nurses’ knowledge and attitude on the quality of Dower Catheter treatment and

preventive behavior for nosocomial urinary tract infections of patients with stroke

in inpatient wards at dr. Soehadi Prijonegoro Regional Public Hospital of Sragen.

This is a descriptive quantitative research with cross sectional approach. The

reseach samples comprising 50 nurses in neurology inpatient wards. Chi Square

test was applied for data analysis. Questionnaires were used as the research

instrumenst.

The results demonstrate that the knowledge variable is characterized with

the value of x² count > x² table (7.890 > 3.841) and p-value = 0.005, and therefore,

H0 is rejected, meaning that there is a relationship between nurses’ knowledge on

the quality of Dower Catheter treatment and preventive behavior for nosocomial

urinary tract infections. Meanwhile, the result on attitude variable shows x² count

> x² table (4.608 > 3.841) and p-value = 0.032; and hence, H0 is rejected. This

indicates that there is a relationship between nurses’ attitude on the quality of

Dower Catheter treatment and preventive behavior for nosocomial urinary tract

infections.

It can be concluded that there is a relationship between nurses’ knowledge

and attitude on the quality of Dower Catheter treatment and preventive behavior

for nosocomial urinary tract infections of patients with stroke in inpatient wards at

dr. Soehadi Prijonegoro Regional Public Hospital of Sragen.

Keywords : knowledge, attitude, behavior, DC treatment, nosocomial urinary

tract infection, stroke

Bibliography : 24 (2000-2015)

Page 13: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah

Stroke merupakan salah satu masalah kesehatan yang cukup serius

didalam beberapa tahun terakhir ini. Perawatan dan penyembuhan penyakit

ini membutuhkan waktu yang cukup lama, sehingga menyebabkan timbulnya

berbagai masalah seperti beban keluarga dan dapat menyebabkan kecacatan

jangka panjang atau bahkan kematian pada penderita dengan penyakit stroke

(Fatmawati, 2010 ).

Berdasarkan data WHO (2010), setiap tahunnya terdapat 15 juta orang

diseluruh dunia menderita stroke dengan jumlah kematian sebanyak lima juta

orang dan lima juta orang lainnya mengalami kecacatan yang permanen.

Penyakit stroke telah menjadi masalah kesehatan yang menjadi penyebab

utama kecacatan pada usia dewasa dan merupakan salah satu penyebab

terbanyak di dunia (Xu, et al, 2010). Prevalensi kejadian stroke di Amerika

diperkirakan sekitar dua juta penderita pasca stroke di tahun 2008. Insiden

stroke di India diperkirakan sekitar 203 pasien per 100.000 penduduk, dan di

China insiden stroke sekitar 219 per 100.000 penduduk. Di Indonesia stroke

merupakan pembunuh nomor tiga. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) tahun 2007 pada usia 45-54 tahun angka kematian akibat stroke

sebesar 15,9% (di daerah perkotaan) dan 11,5% (di daerah pedesaan) (Sjahrir,

2009). Jumlah total penderita stroke di Indonesia, sekitar 2,5 persen atau 250

Page 14: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

2

ribu orang meninggal dunia dan sisanya cacat ringan maupun berat

(Menkes RI, 2009).

Kasus stroke di rumah sakit sebagian besar membutuhkan perawatan

yang cukup lama. Kelemahan atau kelumpuhan juga seringkali masih dialami

pasien sewaktu keluar dari rumah sakit. Keluarga perlu mempertimbangkan

tingkat kemandirian atau tingkat ketergantungan pasien terhadap orang lain

dalam melakukan aktifitas kehidupan sehari-hari (AKS) Mulyatsih (2008).

Aktivitas kehidupan sehari-hari / ADL (activity daily living) adalah fungsi

dan aktivitas individu yang normalnya dilakukan tanpa bantuan orang lain

(Wallace dalam Triswandari, 2008). Penelitian Haqhqoo et al, (2013)

menemukan sekitar 65,5% penderita stroke ketergantungan dan

membutuhkan bantuan orang lain dalam memenuhi kebutuhan aktivitas

kehidupan sehari-hari (AKS).

Penderita stroke biasa memerlukan pemasangan alat bantu BAK yang

biasa di kenal dengan selang kencing (dower catheter). Pemasangan DC

bertujuan untuk memberikan kenyamanan bagi pasien, disamping itu juga

memudahkan perawat / dokter untuk memantau output cairan penderita.

Terdapat sisi keuntungan dan kegunaan pemasangan DC, tetapi ada segi

resikonya juga yaitu resiko terjadinya infeksi nosokomial khususnya di

saluran kemih. Resiko infeksi nosokomial ini terjadi dikarenakan kurangnya

perhatian dan perawatan dari perawat dalam memasang DC. Berdasarkan

penelitian yang dilakukan oleh Afsah (2008) di RS PKU Muhammadiyah

Page 15: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

3

Yogyakarta didapatkan angka kejadian ISK pada pasien yang dipasang

kateter urin sebanyak 20 % dari 30 pasien.

Indikator perawatan DC yang berkualitas adalah berdasarkan

pengetahuan dan sikap perawat terhadap standar operasional prosedur (SOP)

rumah sakit tentang perawatan DC. Penelitian yang dilakukan oleh Widya

Sepalanita (2012) dengan judul pengaruh perawatan kateter urin indwelling

model AACN (American association of critical care nurses) terhadap

bakteriuria di RSU Raden Mattaher Jambi yang menunjukkan hasil uji

bivariat menunjukkan bahwa perawatan kateter urin indwelling model AACN

signifikan menurunkan bakteriuria dibandingkan kelompok kontrol.

Tingkat pengetahuan dan pemahaman masing masing perawat berbeda

beda, begitu pula dengan sikap dan perilaku perawat yang tidak sama menjadi

salah satu faktor penyebab kualitas perawatan DC. Hasil penelitian yang

dilakukan oleh Tri Kesuma Dewi, 2009 tentang Tingkat pengetahuan

perawat tentang perawatan kateter urin di RS PKU Muhamadiyah Yogyakarta

menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan perawat tentang SOP perawatan

DC secara keseluruhan dalam kriteria baik 20% dan dalam kriteria cukup

sebanyak 80%. Penelitian oleh Kasmad, 2007 tentang hubungan antara

kualitas perawatan kateter dengan kejadian infeksi nosokomial saluran

kemih” menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara kualitas perawatan

kateter dengan kejadian infeksi nosokomial saluran kemih.

Hasil studi pendahuluan di RSUD Dr Soehadi Prijonegoro Sragen

yaitu didapatkan jumlah pasien stroke di RSUD Dr Soehadi Prijonegoro

Page 16: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

4

Sragen dari bulan Januari sampai bulan April 2015 berjumlah 180 pasien.

Berdasarkan data dari Tim PPI RSUD Dr Soehadi Prijonegoro Sragen, rata

rata pasien stroke tersebut terpasang DC yaitu sekitar 65% dari total penderita

stroke yang dirawat di rumah sakit tersebut. Hasil wawancara dari 10 orang

perawat di rumah sakit tersebut, enam orang perawat tersebut mengatakan

tidak pernah melakukan perawatan DC pada pasien yang terpasang DC dan

empat orang perawat mengatakan rutin melakukan perawatan DC meskipun

belum begitu menguasai bagaimana SOP perawatan DC yang benar. Di ruang

syaraf kelas tiga sebagian besar perawat yang jaga mengatakan tidak paham

bagaimana SOP perawatan DC yang benar dan tidak pernah melakukan

perawatan DC tersebut. Angka kejadian INOS di RSUD dr. Soehadi

Prijonegoro Sragen menurut Tim PPI sebanyak 0,6 %. Kejadian INOS yang

sering terjadi adalah decubitus dan plebitis. Sedangkan untuk kasus

pemasangan DC belum menjadi perhatian oleh Tim PPI dirumah sakit

tersebut.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian yang berjudul hubungan pengetahuan dan sikap

perawat tentang kualitas perawatan dower catheter dengan perilaku

pencegahan infeksi nosokomial saluran kemih pada pasien stroke di ruang

Inap RSUD Dr Soehadi Prijonegoro Sragen.

1.2 Rumusan masalah

Kasus stroke memerlukan beberapa perawatan yang berkelanjutan

sebagai contoh adalah pemasangan alat bantu BAK yaitu pemasangan DC.

Page 17: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

5

Tindakan ini membutuhkan perawatan yang tepat agar terhindar dari infeksi

khususnya pada saluran kemih. Bagi perawat yang merawat pasien tersebut

jelas membutuhkan pengetahuan dan sikap yang baik tentang tindakan

tersebut sehingga diharapkan perilaku mereka pun dapat mengurangi resiko

terjadinya inos pada saluran kemih.

Berdasarkan ringkasan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang: Bagaimanakah hubungan antara pengetahuan

dan sikap perawat tentang kualitas perawatan dower catheter dengan perilaku

pencegahan infeksi nosokomial saluran kemih pada pasien stroke di ruang

inap RSUD Dr Soehadi Prijonegoro Sragen ?.

1.3 Tujuan penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap perawat tentang

kualitas perawatan DC dengan perilaku pencegahan infeksi nosokomial

saluran pada pasien stroke kemih di ruang inap RSUD Dr Soehadi

Prijonegoro Sragen.

1.3.2 Tujuan khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk:

a. Mengidentifikasi karakteristik demografi perawat di ruang inap RSUD

Dr Soehadi Prijonegoro Sragen.

b. Mengidentifikasi pengetahuan perawat tentang kualitas perawatan DC.

c. Mengidentifikasi sikap perawat tentang kualitas perawatan DC.

Page 18: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

6

d. Mengidentifikasi perilaku perawat tentang pencegahan infeksi

nosokomial saluran kemih.

e. Mengidentifikasi hubungan antara pengetahuan perawat tentang kualitas

perawatan DC dengan perilaku pencegahan infeksi nosokomial saluran

kemih pada pasien stroke di ruang inap RSUD Dr Soehadi Prijonegoro

Sragen.

f. Mengidentifikasi hubungan antara sikap perawat tentang kualitas

perawatan DC dengan perilaku pencegahan infeksi nosokomial saluran

kemih pada pasien stroke di ruang inap RSUD Dr Soehadi Prijonegoro

Sragen.

1.4 Manfaat penelitian

1.4.1 Bagi rumah sakit / masyarakat.

a. Bagi rumah sakit

Penelitian ini diharapkan mampu menjadi dasar dalam pembuatan SOP

perawatan DC yang benar dan berkualitas dan dapat merubah pola perilaku

perawat / tenaga medis lain dalam mengurangi kejadian infeksi nosokomial

saluran kemih.

b. Bagi masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat mengurangi kejadian infeksi nosokomial

saluran kemih pada masyarakat.

1.4.2 Bagi penelitian lain.

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber acuan dalam pembuatan

penelitian lain berikutnya.

Page 19: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

7

1.4.3 Bagi institusi pendidikan.

Penelitian ini diharapkan dapat menambah materi tentang pembuatan SOP

perawatan DC dan juga menambah referensi tentang infeksi nosokomial

saluran kemih.

1.4.4 Bagi peneliti.

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai pengalaman dan wawasan serta

menambah pengetahuan bagi peneliti dalam membuat sebuah penelitian.

Page 20: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan teori

2.1.1 Pengetahuan

2.1.1.1 Pengertian pengetahuan

Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan

diperoleh dari usaha seseorang mencari tahu terlebih dahulu terhadap

rangsangan berupa objek dari luar melalui proses sensori dan interaksi

antara dirinya dengan lingkungan sosial sehingga memperoleh

pengetahuan baru tentang suatu objek (Notoadmodjo, 2010).

Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia yang

sekedar menjawab pertanyaan “what”. Pengetahuan merupakan hasil dari

tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu

objek tertentu. Penginderaan, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan atau

kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk

tindakan seseorang (overt behaviour) (Notoadmodjo, 2010).

Menurut Bloom & Skinner pengetahuan adalah kemampuan

seseorang untuk mengungkapkan kembali apa yang diketahuinya dalam

bentuk bukti jawaban baik lisan dan tulisan, bukti atau tulisan tersebut

merupakan reaksi dari suatu stimulasi yang berupa pertanyaan baik lisan

maupun tulisan (Notoadmodjo, 2010).

Page 21: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

9

2.1.1.2 Tingkat pengetahuan

Tingkat pengetahuan yang cukup dalam domain kognitif mempunyai enam

tingkatan yaitu ( Bloom, 1956 dalam Notoadmodjo, 2010):

1. Tahu (know)

Tahu artinya sebagai kemampuan mengingat materi yang telah

dipelajari sebelumnya, yang termasuk pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang diterima. Tahu

merupakan tingkatan pengetahuan yang pakling rendah, kata kerja

untuk mengukurnya antara lain: menyebutkan, menguraikan,

mengidentifikasi, menyatakan dan sebagainya.

2. Memahami (comprehension)

Memahami berarti kemampuan menjelaskan secara benar tentang

objek yang diketahui serta dapat menginterpretasikan materi tersebut

secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi

harus dapat menjelaskan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan

sebagainya.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi merupakan suatu kemampuan untuk menggunakan materi

yng telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya pada

kenyataannya.

Page 22: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

10

4. Analisa (analysis)

Aplikasi dituntut untuk bisa menganalisa suatu hubungan atau situasi.

a) Sintesa (synthesis)

Sintesa menunjukan pada kemampuan untuk menjelaskan atau

menghubungkan bagian-bagian dalam satu bentuk keseluruhan

yang baru.

b) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu objek atau materi. Penilaian ini

berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan seendiri atau

menggunakan kriteri-kriteria yang telah ada.

2.1.1.3 Sumber-sumber pengetahuan

Sumber-sumber pengetahuan antara lain (Salam, 2003):

1. Empirisme

Pengetahuan diperoleh melalui pengalaman dengan jalan observasi

atau dengan penginderaan.

2. Rasionalisme

Pengetahuan diperoleh dari pikiran manusia, sehingga mampu

mengetahui kebenaran.

3. Intuisionisme

Secara etiomologi istilah intuisi berarti langsung melihat. Intuisi dapat

dipergunakan sehingga kita mengetahui diri kita, karakter, perasaan,

dan motif orang lain serta kita mengetahui, mengalami hakekat

Page 23: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

11

sebenarnya tentang aktu, gerak dan aspek yang mendasar dalam jagad

raya.

4. Wahyu Allah

Pengetahuan disampaikan oleh Allah S.W.T kepada manusia lewat

para nabi yang diutusnya.

2.1.1.4 Faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan

Tingkat pengetahuan adalah suatu keadaan yang merupakan hasil dari

suatu sistem pendidikan yang akanmendapatkan pengalaman dimana suatu

saat akan memberikan pengetahuan dan kemampuan tertentu. Pengetahuan

dalam masyarakat dipengaruhi beberapa faktor antara lain (Notoadmodjo,

2010).

1. Umur

Umur adalah lamanya hidup yang dihitung sejak lahir sampai saat ini.

Umur merupakan periode terhadap pola-pola kehidupan yang baru.

Semakin bertambah umur pengetahuan semakin meningkat, semakin

tua (umur) pengetahuan akan mengalami degenerasi.

2. Tempat tinggal

Tempat tinggal adalah tempat menetap responden sehari-hari.

Pengetahuan seseorang akan lebih baik jika berada diperkotaan dari

pada di pedesaan karena diperkotaan perkembangan teknologi sangat

maju sehingga mudah dan luas kesempatan untuk mendapatkan

informasi.

Page 24: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

12

3. Sosial ekonomi

Lingkungan sosial akan mendukung tingginya pengetahuan seseorang

sedang ekonomi dikaitkan dengan pendidikan. Ekonomi baik, tingkat

pendidikan akan tinggi sehingga tingkat pengetahuan akan tinggi pula.

4. Kultur (budaya dan agama)

Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang.

Karena informasi yang baru akan disaring kira-kira sesuai tidak

dengan budaya yang ada dan agama yang dianut.

5. Pendididkan

Semakin tinggi pendidikan maka ia akan mudah menerima hal-hal

baru dan mudah menyesuaikan diri dengan hal yang baru tersebut.

6. Pengalaman

Pengalaman disini dikaitkan dengan umur dan pendidikan individu,

maksudnya adalah pendidikan yang semakin tinggi maka pengalaman

akan semakin luas, sedangkan semakin tua umur seseorang, maka

pengalaman semakin banyak.

7. Sumber informasi

Informasi yang diperoleh dari berbagai sumber akan mempengaruhi

tingkat pengetahuan seseorang. Bila seseorang banyak memperoleh

informasi maka ia akan cenderung mempunyai pengetahuan yang lebih

luas. Pengetahuan dapat diukur dengan menggunakan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari

subjek peneliti atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin

Page 25: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

13

kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut diatas

(Notoadmodjo, 2010).

2.1.2 Sikap

2.1.2.1 Pengertian sikap

Sikap adalah keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi),

pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) terhadap suatu

aspek dilingkungan sekitarnya (Secord & Backman dalam Saifuddin

Azwar, 2012).

Sikap adalah kesiapan atau kecendrungan seseorang untuk

bertindak berkenaan dengan objek tertentu (Harlen dalam Djali, 2006).

Definisi-definisi sikap yang telah dijelaskan di atas dapat diambil

kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan sikap merupakan keadaan

sikap, bertingkah laku, atau respon yang diberikan atas apa yang terjadi,

serta bereaksi dengan cara tertentu yang dipengaruhi oleh keadaan

emosional terhadap objek, baik berupa orang, lembaga atau persoalan

tertentu yang didalamnya terdapat tiga komponen, yaitu komponen

kognitif, komponen afektif, serta komponen tingkah laku. Sikap juga dapat

mempengaruhi keadaan seseorang untuk memilih sesuatu yang

dianggapnya benar, disaat ia dihadapkan di pilihan yang benar dan salah,

karena sikap merupakan keadaan emosional seseorang.

Page 26: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

14

2.1.2.2 Unsur-unsur sikap

Sikap mengandung unsur-unsur, yaitu:

1. Adanya objek: tanpa adanya objek sikap tidak akan terbentuk.

2. Bentuk sikap berupa pandangan, perasaan, kecenderungan untuk

bertindak (respon terhadap objek).

3. Tanpa adanya individu suatu sikap tidak akan terjadi walau adanya

objek, begitu pula sebaliknya.

Berdasarkan uraian di atas, unsur yang terdapat dalam sikap ini

merupakan hal yang mempengaruhi sikap itu sendiri. Karena unsur

merupakan hal terpenting dalam pembentuk sikap, baik itu sikap positif

atau negatif.

2.1.2.3 Struktur sikap

Menurut Saifuddin Azwar (2012) struktur sikap terdiri dari tiga komponen

yang saling menunjang yaitu :

1. Komponen Kognitif

Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang

berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap.

2. Komponen Afektif

Komponen afektif menyangkut masalah emosional subjektif seseorang

terhadap suatu objek sikap.

Page 27: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

15

3. Komponen perilaku/konatif

Komponen perilaku atau konatif dalam struktur sikap menunjukkan

bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam

diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya.

Sikap yang dimiliki seseorang adalah suatu jalinan atau suatu

kesatuan dari berbagai komponen yang bersifat evaluasi. Langkah

pertama adalah keyakinan, pengetahuan, dan pengamatan. Kedua,

perasaan atau feeling. Ketiga, kecenderungan individu untuk

melakukan atau bertindak. Ketiga komponen tersebut saling berkaitan

yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Ketiganya

merupakan suatu sistem yang menetap pada diri individu yang dapat

menjelmakan suatu penilaian positif atau negatif. Penilaian tersebut

disertai dengan perasaan tertentu yang mengarah pada kecenderungan

yang setuju (pro) dan tidak setuju (kontra).

Ketiga komponen sikap ini saling terkait erat pada kognisi atau

perasaan seseorang terhadap suatu objek sikap tertentu, maka dapat

diketahui pula kecenderungan perilakunya. Kenyataannya tidak selalu

suatu sikap tertentu berakhir dengan perilaku yang sesuai dengan

sikap. Ketiga komponen dari sikap menyangkut kecenderungan

berperilaku. Pada mulanya secara sederhana diasumsikan bahwa sikap

seseorang menentukan perilakunya. Tetapi, lambat laun disadari

banyak kejadian dimana perilaku tidak didasarkan pada sikap.

Page 28: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

16

2.1.2.4 Bentuk sikap

Selanjutnya sikap dapat dibedakan atas bentuknya dalam sikap positif dan

sikap negatif (Azwar, 2012), yaitu:

1. Sikap positif

Merupakan perwujudan nyata dari intensitas perasaan yang

memperhatikan hal-hal yang positif. Suasana jiwa yang lebih

mengutamakan kegiatan kreatif daripada kegiatan yang menjemukan,

kegembiraan daripada kesedihan, harapan daripada keputusasaan.

Sesuatu yang indah dan membawa seseorang untuk selalu dikenang,

dihargai, dihormati oleh orang lain. Sikap yang positif dinyatakan oleh

seseorang tidak hanya dengan mengekspresikannya hanya melalui

wajah, tetapi juga dapat melalui bagaimana cara ia berbicara, berjumpa

dengan orang lain, dan cara menghadapi masalah.

2. Sikap negatif

Sikap negatif harus dihindari, karena hal ini mengarahkan

seseorang pada kesulitan diri dan kegagalan. Sikap ini tercermin pada

muka yang muram, sedih, suara parau, penampilan diri yang tidak

bersahabat. Sesuatu yang menunjukkan ketidakramahan, ketidak

mentenangkan, dan tidak memiliki kepercayaan diri.

2.1.2.5 Ciri-ciri sikap

Sikap merupakan keadaan sikap, bertingkah laku, atau respon yang

diberikan atas apa yang terjadi, serta bereaksi dengan cara tertentu yang

dipengaruhi oleh keadaan emosional terhadap objek, baik berupa orang,

Page 29: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

17

lembaga atau persoalan tertentu. Perbedaan antara attitude, motif

kebiasaan dan lain-lain, faktor psikis yang turut menyusun pribadi orang,

maka telah dirumuskan lima buah sifat khas dari pada attitude. (W. A.

Gerungan, 2009).

Adapun ciri-ciri sikap itu adalah:

1. Attitude ini bukan dibawa orang sejak lahir melainkan dibentuk atau

dipelajari sepanjang perkembangan orang lain dalam hubungan dengan

objeknya.

2. Attitude itu dapat berubah-ubah.

3. Attitude itu tidak berdiri sendiri melainkan senantiasa mengandung

relasi tertentu terhadap objek.

4. Objek attitude kumpulan dari hal-hal tertentu.

5. Attitude tidak mempunyai segi-segi motivasi dan segi perasaan, sifat

inilah yang membedakan attitude dari pada kecakapan-kecakapan atau

pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang.

2.1.2.6 Fungsi sikap

Menurut Katz dalam Zaim Elmubarok (2008) ada empat fungsi sikap

yaitu:

1) Fungsi penyesuaian atau fungsi manfaat yang menunjukkan bahwa

individu dengan sikapnya berusaha untuk memaksimalkan hal-hal

yang diinginkannya dan menghindari hal-hal yang tidak

diinginkannya, maka individu akan membentuk sikap positif terhadap

Page 30: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

18

hal-hal yang dirasakan akan mendatangkan keuntungan dan

membentuk sikap negatif terhadap hal-hal yang merugikannya.

2) Fungsi pertahanan ego yang menunjukkan keinginan individu untuk

menghindarkan diri serta melindungi dari hal-hal yang mengancam

egonya atau apabila ia mengetahui fakta yang tidak mengenakkan,

maka sikap dapat berfungsi sebagai mekanisme pertahanan ego yang

akan melindunginya dari kepahitan kenyataan tersebut.

3) Fungsi pernyataan nilai, menunjukkan keinginan individu untuk

memperoleh kepuasan dalam menyatakan sesuatu nilai yang dianutnya

sesuai dengan penilaian pribadi dan konsep dirinya.

4) Fungsi pengetahuan, menunjukkan keinginan individu untuk

mengekspresikan rasa ingin tahunya, mencari pebalaran dan untuk

mengorganisasikan pengalamannya.

Sikap memiliki fungsi penting dalam hidup. Bagi individu agar

dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan di tempat tinggalnya. Agar

sesuai dengan tata cara kebiasaan setempat serta dapat merubah sikap

individu untuk terus berubah ke kebaikan.

Menurut Walgito (2010) terdapat empat fungsi sikap, antara lain:

a. Sikap berfungsi sebagai alat untuk menyesuaikan diri.

Sikap adalah sesuatu yang bersifat communicable, artinya sesuatu yang

mudah menjalar, sehingga mudah pula menjadi milik bersama. Sikap

berfungsi sebagai alat pengukur pengalaman-pengalaman.

b. Sikap berfungsi sebagai pengatur tingkah laku.

Page 31: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

19

c. Sikap berfungsi sebagai alat pengukur pengalaman-pengalaman.

Manusia di dalam menerima pengalaman-pengalaman dari dunia luar

sikapnya tidak pasif, tetapi diterima secara aktif, artinya pengalaman

yang berasal dari dunia luar itu tidak semuanya dilayani oleh manusia,

tetapi manusia memilih mana-mana yang perlu dan mana yang tidak

perlu dilayani.

d. Sikap berfungsi sebagai pernyataan kepribadian. Sikap sering

mencerminkan pribadi seseorang, karena sikap tidak pernah terpisah

dari pribadi yang mendukungnya.

Berdasarkan pendapat di atas, fungsi sikap merupakan alat yang

digunakan untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan, dan sikap

merupakan hasil dari cerminan sikap seseorang, baik itu baik ataupun

buruk, serta merupakan alat pengatur tingkah laku dan perekam

pengalaman-pengalaman yang terjadi di dalam diri pribadi seseorang.

2.1.2.7 Perubahan sikap

Menurut Davidoff dalam Zaim Elmubarok (2008) Sikap dapat

berubah dan berkembang karena hasil dari proses belajar, proses

sosialisasi, arus informasi, pengaruh kebudayaan dan adanya pengalaman-

pengalaman baru yang dialami oleh individu. Menurut Sarlito W. Sarwono

(2009), sikap dapat terbentuk atau berubah melalui empat cara yaitu :

1) Adopsi

Adopsi yaitu kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi

berulang-ulang dan terus menerus, lama kelamaan secara bertahap

Page 32: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

20

diserap kedalam diri individu dan mempengaruhi terbentuknya suatu

sikap.

2) Diferensiasi

Berkembangnya intelegensi dan bertambahnya pengalaman, sejalan

dengan bertambahnya usia, maka ada hal-hal yang sebelumnya

dianggap sejenis, sekarang dipandang tersendiri lepas dari jenisnya.

Terhadap objek tersebut dapat terbentuk sikap tersendiri pula.

3) Integrasi

Pembentukan sikap disini terjadi secara bertahap, dimulai dengan

berbagai pengalaman yang berhubungan dengan suatu hal tertentu

sehingga akhirnya terbentuk sikap mengenai hal tersebut.

4) Trauma

Trauma adalah pengalaman yang terjadi secara tiba-tiba dan

menegangkan yang meninggalkan kesan mendalam pada jiwa orang

yang bersangkutan. Pengalaman-pengalaman yang traumatis juga

menyebabkan perubahan sikap.

Menurut Kelman dalam Azwar S (2012) ada tiga proses yang berperan

dalam proses perubahan sikap yaitu :

1. Kesediaan (compliance)

Terjadinya proses yang disebut kesediaan adalah ketika individu

bersedia menerima pengaruh dari orang lain atau kelompok lain

dikarenakan ia berharap untuk memperoleh reaksi positif, seperti

pujian, dukungan, simpati, dan semacamnya sambil menghindari hal-

Page 33: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

21

hal yang dianggap negatif. Perubahan perilaku yang terjadi dengan

cara seperti itu tidak akan dapat bertahan lama dan biasanya hanya

tampak selama pihaklain diperkirakan masih menyadari akan

perubahan sikap yang ditunjukkan.

2. Identifikasi (identification)

Proses identifikasi terjadi apabila individu meniru perilaku atau sikap

seseorang atau sikap sekelompok orang dikarenakan sikap tersebut

sesuai dengan apa yang dianggapnya sebagai bentuk hubungan

menyenangkan antara lain dengan pihak yang dimaksud. Pada

dasarnya proses identifikasi merupakan sarana atau cara untuk

memelihara hubungan yang diinginkan dengan orang atau kelompok

lain dan cara menopang pengertiannya sendiri mengenai hubungan

tersebut.

3. Internalisasi (internalization)

Internalisasi terjadi apabila individu menerima pengaruh dan bersedia

menuruti pengaruh itu dikarenakan sikap tersebut sesuai dengan apa

yang ia percaya dan sesuai dengan sistem nilai yang dianutnya. Isi dan

hakekat sikap yang diterima itu sendiri dianggap memuaskan oleh

individu. Sikap demikian itulah yang biasanya merupakan sikap yang

dipertahankan oleh individu dan biasanya tidak mudah untuk berubah

selama sistem nilai yang ada dalam diri individu yang bersangkutan

masih bertahan.

Page 34: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

22

2.1.2.8 Jenis-jenis skala sikap

Menurut Arikunto (1993) ada beberapa bentuk skala yang dapat digunakan

untuk mengukur sikap, antara lain:

1) Skala Likert

Skala ini disusun dalam bentuk suatu pernyataan dan diikuti oleh lima

respons yang menunjukkan tingkatan. Misalnya seperti yang telah

dikutip, yaitu:

SS = Sangat setuju

S = Setuju

TB = Tidak berpendapat

TS = Tidak setuju

STS = Sangat tidak setuju

2) Skala Jhon West

Skala ini penyederhana dari skala Likert yang mana disusun dalam

bentuk suatu pernyataan dan diikuti oleh tiga respons yang

menunjukkan tingkatan. Misalnya:

S = Setuju

R = Ragu-ragu

TS = Tidak setuju

3) Skala pilihan ganda

Skala ini bentuknya seperti soal pilihan ganda yaitu suatu pernyatan

yang diikuti oleh sejumlah alternative pendapat.

Page 35: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

23

4) Skala Thurstone

Skala Thurstone merupakan skala mirip skala Likert karena merupakan

suatu instrumen yang jawabannya menunjukkan tingkatan.

5) Skala Guttman

Skala ini dengan yang disusun oleh Bergadus, yaitu berupa tiga atau

empat buah pernyataan yang masing-masing harus dijawab “ya” atau

“tidak”. Pernyataan-pernyataan tersebut menunjukkan tingkatan yang

berurutan sehingga bila respoden setuju pernyataan nomor 2,

diasumsikan setuju nomor 1. Selanjutnya jika responden setuju dengan

nomor 3, berarti setuju pernyataan nomor 1 dan 2.

6) Semantic Differential

Instrumen yang disusun oleh Osgood dan kawan-kawan ini mengukur

konsep-konsep untuk tiga dimensi. Dimensi-dimensi yang ada diukur

dalam tiga kategori. Baik-tidak baik, kuat-lemah, cepat-lambat dan

aktif–pasif, atau dapat juga berguna–tidak berguna.

2.1.3 Perawat

2.1.3.1 Pengertian perawat

Perawat (nurse) berasal dari bahasa latin yaitu kata nutrix yang berarti

merawat atau memelihara. Menurut Kusnanto (2003), perawat adalah

seseorang (seorang profesional) yang mempunyai kemampuan, tanggung

jawab dan kewenangan melaksanakan pelayanan/asuhan keperawatan pada

berbagai jenjang pelayanan keperawatan.

Page 36: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

24

Wardhono (1998) mendefinisikan perawat adalah orang yang telah

menyelesaikan pendidikan professional keperawatan, dan diberi

kewenangan untuk melaksanakan peran serta fungsinya.

Perawat adalah suatu profesi yang mempunyai fungsi autonomi yang

didefinisikan sebagai fungsi profesional keperawatan. Fungsi profesional

yaitu membantu mengenali dan menemukan kebutuhan pasien yang

bersifat segera. Itu merupakan tanggung jawab perawat untuk mengetahui

kebutuhan pasien dan membantu memenuhinya. Dalam teorinya tentang

disiplin proses keperawatan mengandung elemen dasar, yaitu perilaku

pasien, reaksi perawat dan tindakan perawatan yang dirancang untuk

kebaikan pasien (Suwignyo, 2007)

2.1.4 Perilaku

2.1.4.1 Pengertian

Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan

atau lingkungan (Depdiknas, 2005). Perilaku juga diartikan sebagai suatu

kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan

(Notoatmodjo, 2007). Pengertian lain tentang perilaku adalah suatu

kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan, yang dapat diamati

secara langsung maupun tidak langsung (Sunaryo, 2004).

Skinner (1938) seorang ahli psikologi merumuskan bahwa perilaku

merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan

dari luar), oleh karena perilaku itu terjadi melalui proses adanya stimulus

Page 37: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

25

terhadap organisme dan kemudian organisme tersebut merespons. Respons

dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Respondent respons atau reflexive, yaitu respons yang timbulkan oleh

rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Misalnya cahaya terang

menyebabkan mata tertutup. Respons ini mencakup perilaku emosional,

misalnya mendengar berita musibah menjadi sedih.

b. Operant respons atau instrumental respons, yaitu respons yang timbul

dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang

tertentu. Misalnya apabila petugas kesehatan melaksanakan tugasnya

dengan baik kemudian memperoleh penghargaan dari atasannya, maka

petugas kesehatan tersebut akan lebih baik dalam melaksanakan

tugasnya.

2.1.4.2 Ciri-ciri perilaku

Ciri-ciri perilaku antara lain (Notoadmodjo, 2003):

1. Kepekaan sosial

Kepekaan sosial merupakan kemampuan manusia untuk dapat

menyesuaikan perilaku sesuai pandangan dan harapan orang lain.

Manusia adalah makhluk sosial yang dalam hidupnya perlu kawan dan

bekerja sama dengan orang lain.

2. Kelangsungan perilaku

Kelangsungan perilaku merupakan antara perilaku yang satu ada

kaitannya dengan perilaku yang lain, perilaku sekarang adalah

kelanjutan perilaku yang baru lalu, dan seterusnya. Secara sigkat,

Page 38: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

26

perilaku perilaku manusia terjadi secara berkesinambungan bukan

serta merta.

3. Orientasi tugas

Orientasi tugas meupakan setiap perilaku selalu memiliki orientasi

pada tugas tertentu.

4. Usaha dan perjuangan

Usaha dan perjuangan pada manusia telah dipilih dan ditentukan

sendiri serta tidak akan memperjuangkan sesuatu yang memang tidak

ingin diperjuangkan.

2.1.4.3 Jenis perilaku

Jenis perilaku dibagi menjadi dua, antara lain (Notoadmodjo, 2003):

1. Perilaku tertutup (cover behaviour)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau

tertutup (cover). Respon atau reaksi stimulus ini masih terbatas pada

perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran dan sikap yang terjadi

pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati

secara jelas oleh orang lain.

2. Perilaku terbuka (overt behaviour)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau

terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk

tindakan atau praktik (practice), yang dengan mudah dapat diamati

atau dilihat orang lain.

Page 39: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

27

2.1.4.4 Determinan perilaku

Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk

dibatasi karena perilaku merupakan resultansi dari berbagai faktor, baik

internal maupun eksternal (lingkungan). Secara lebih terinci perilaku

manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan,

seperti pengetahuan keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap

dan sebagainya. Namun demikian pada realitasnya sulit dibedakan atau

dideteksi gejala kejiwaan yang menentukan perilaku seseorang. Apabila

ditelusuri lebih lanjut, gejala kejiwaan tersebut ditentukan atau

dipengaruhi oleh berbagai faktor lain, diantaranya adalah faktor

pengalaman, keyakinan, sarana fisik, sosio-budaya masyarakat dan

sebagainya (Notoatmodjo, 2003).

2.1.4.5 Faktor yang mempengaruhi perilaku

Menurut teori Lawrance Green dan kawan-kawan (1980)

menyatakan bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh dua faktor pokok,

yaitu faktor perilaku (behaviour causes) dan faktor diluar perilaku (non

behaviour causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau

terbentuk dari 3 faktor yaitu:

a. Faktor predisposisi (predisposing factors), yang mencakup

pengetahuan, sikap, kepercayaan, norma sosial dan unsur lain yang

terdapat pada diri individu atau masyarakat.

b. Faktor pemungkin (enabling factor), yang mencakup umur, status

sosial ekonomi, pendidikan dan lingkungan fisik,

Page 40: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

28

c. Faktor penguat (reinforcement factor), faktor yang menguatkan

perubahan perilaku seseorang yang dipengaruhi oleh sikap suami,

orang tua, tokoh masyarakat dan petugas kesehatan (Notoatmodjo,

2003).

2.1.4.6 Domain perilaku

Perilaku manusia dibagi menjadi tiga domain ( Bloom, 1990 dikutip oleh

Notoadmodjo, 1997):

1. Cognitive domain (ranah kognitif)

Cognitif domain dapat diukur dari knowledge (pengetahuan).

Pengetahuan adalah hasil dari tahu terjadi melalui proses sensori

khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu. Pengetahuan

merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku

terbuka (overt behaviour). Perilaku yang didasari pengetahuan

umumnya bersifat langsung (Sunaryo,2004).

2. Affective domain diukur dari attitude( sikap)

Sikap merupakan suatu bentuk reaksi atau reaksi perasaan (Azwar,

2007). Sikap mempunyai tingkat berdasarkan intensitas yaitu terdiri

dari: menerima, menanggapi, menghargai, nbertanggung jawab

(Notoadmodjo, 2005). Sikap juga dapat dibentuk melalui pengalaman

pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh

kebudayaan, media massa, lembaga pendidikan dan agama, dan

pengaruh faktor emosional.

Page 41: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

29

3. Psychomotor domain atau practice atau ketrampilan

Merupakan suatu sikap belum belum otomatis terwujud dalam suatui

tindakan (overt behaviour). Ketrampilan atau tindakan ini dapat

dibedakan menjadi tiga tingkatan menurut kualitasnya adalah sebagai

berikut:

a) Praktik terpimpin

Apabila subjek atau seseorang telah melakukan sessuatu tetapi

masih tergantung pada tuntutan atau menggunakan panduan.

b) Praktik secara mekanis

Apabila subjek atau seseorang telah melakukan atau

mempraktikkan sesuatu hal secara otomatis maka disebut praktis

atau tindakan mekanis.

c) Adopsi

Suatu tindakan atau praktis yang sudah berkembang. Artinya apa

yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi

sudah dilakukan modifikasi, atau tindakan atau perilaku yang

berkualitas.

2.1.5 Kualitas perawatan dower catheter

2.1.5.1 Pengertian Dower Catheter

K a t e t e r (dower catheter ) a d a l a h p i p a

u n t u k m e m a s u k k a n a t a u

m e n g e l u a r k a n c a i r a n . K a t e t e r terutama

terbuat dari bahan karet atau plastik, metal, woven silk dan silicon.

Page 42: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

30

Kateterisasi kandung kemih adalah dimasukkannya kateter melalui urethra

(saluran kemih) ke dalam kandung kemih untuk mengeluarkan air seni

atau urine. Kateterisasi urine adalah tindakan memasukan selanng kateter

kedalam kandung kemih melal u i s a l u r a n k e m i h

d e n g a n t u j u a n m e n g e l u a r k a n u r i n

( B r u n n e r & S u d d a r t , 2 0 0 0 ) .

2 . 1 . 5 . 2 P e n g e r t i a n p e r a w a t a n dower catheter

P e r a w a t a n k a t e t e r ( D C ) a d a l a h s u a t u

t i n d a k a n k e p e r a w a t a n d a l a m

m e m e l i h a r a k a t e t e r d e n g a n

a n t i s e p t i k u n t u k m e m b e r s i h k a n

u j u n g u r e t r a d a n s e l a n g k a t e t e r

b a g i a n l u a r s e r t a m e m p e r t a h a n k a n

k e p a t e n a n p o s i s i k a t e t e r .

2 . 1 . 5 . 3 T u j u a n p e r a w a t a n k a t e t e r

1 . M e n j a g a k e b e r s i h a n s a l u r a n

k e n c i n g

2 . M e m p e r t a h a n k a n k e p a t e n a n ( fixasi )

k a t e t e r

3 . M e n c e g a h t e r j a d i n y a i n f e k s i

4 . M e n g e n d a l i k a n i n f e k s i

2 . 1 . 5 . 4 K u a l i t a s p e r a w a t a n k a t e t e r ( D C )

Page 43: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

31

Kualitas perawatan kateter didasarkan pada pemberian perawatan

kateter yang dilakukan Kualitas perawatan kateter merupakan tingkat

pemberian pelayanan keperawatan berupa perawatan kateter sesuai

standar operasional perawatan kateter dengan mengacu pada standar

pelayanan profesi keperawatan. Perawatan kateter pada pasien-pasien

terpasang kateter dower mutlak dilakukan untuk meminimalkan

dampak yang tidak diinginkan berupa terjadinya infeksi nosokomial

saluran kemih.

2.1.5.5 Jenis tindakan perawatan kateter / DC (Brunner & Suddart, 2000):

1. Tindakan mencuci tangan mutlak harus dilakukan ketika beralih dari

pasien yang satu dengan yang lainnya saat memberikan perawatan dan

saat sebelum serta sesudah menangani setiap bagian dari kateter atau

sistem drainase untuk mengurangi penularan infeksi.

2. Perawatan perineum harus sering dilakukan yaitu mencuci daerh

perineum dengan sabun dan air dua kali sehari atau sesuai kebutuhan

kliendan setelah defekasi. Sabun dan air efektif mengurangi jumlah

mikroorganisme sehingga dapat mencegah kontaminasi terhadap

uretra.

3. Kateter urin harus dicuci dengan sabun dan air paling sedikit dua kali

sehari, gerakan yang membuat kateter bergeser maju mundur harus

dihindari untuk mencegah iritasi pada kandung kemih ataupun

orifisium internal uretra yang dapat menimbulkan jalur masuknya

kuman kedalam kandung kemih.

Page 44: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

32

4. Cegah pengumpulan urin dalam selang dengan menghindari berlipat

atau tertekuknya selang, terbentang di atas tempat tidur. Hindarkan

memposisikan klien diatas selang. Monitoradanya bekuan darah atau

sedimen yang dapat menyumbat selang penampung. Urin didalam

kantong drainase merupakan tempat yang sangat baik untuk

pertumbuhan bakteri.

5. Cegah refluks urin kedalam kandung kemih dengan mempertahankan

kantung drainase lebih rendah dari pada ketinggian kandung kemih

klien.

6. Kantung penampung tidak boleh menyentuh lantai. Kantung dan

selang drainase harus segera diganti jika terjadi kontaminasi, aliran rin

tersumbat atau tempat persambungan selang dengan kateter mulai

bocor hal ini untuk mencegah berkembangnya bakteri.

7. Kantong urin harus dikosongkan sekurang-kurangnya setiap delapan

jam melalui katup (klem) drainase.

8. Mengosongkan kantung penampung kedalam takaran urin untuk klien

tersebut, takaran harus dibersihkan dengan teratur agar tidak terjadi

kontaminasi pada sistem drainase.

9. Jangan melepaskan sambungan selang kateter, kecuali bila akan dibilas

untuk mencegh masuknya bakteri.

10. Kateter urin tidak boleh dilepas dari selang untuk mengambil sampel

urin, mengirigasi kateter, memindahkan atau mengubah posisi pasien

untuk mencegah kontaminasi bakteri dari luar.

Page 45: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

33

11. Mengambil urin untuk pemeriksaan harus menggunakan teknik aseptik

yaitu ditusuk dengan jarum suntik, bagian yang akan ditusuk harus

dibesihkan dulu dengan alkohol atau bethadin.

12. Kateter tidak boleh terpasang lebih lama dari yang diperlukan.

2.1.5.6 Standar operasional prosedur (SOP) perawatan kateter (DC)

A. Alat dan bahan

a) Sarung tangan steril

b) Pengalas

c) Bengkok

d) Lidi waten steril

e) Kapas steril

f) Kassa steril

g) Antiseptic (bethadin)

h) Aquadest / air hangat

i) Korentang

j) Plester

k) Kapas alkohol

l) Pinset

m) Kantong sampah

B. Prosedur pelaksanaan (Brunner & Suddart, 2002).

Tabel 2.1 prosedur pelaksanaan perawatan DC

Page 46: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

34

No Prosedur pelaksanaan Evaluasi Ttd

A. Tahap Pra Interaksi

1. Mengecek program terapi

2. Mencuci tangan

3. Menyiapkan alat

B. Tahap Orientasi

1. Beri salam & tanya nama

pasien

2. Jelaskan tujuan dan prosedur

3. Tanyakan kesiapan pasien

C. Tahap kerja

1. Pasang sampiran & jaga

privasi

2. Posisikan pasien pada pria :

supinasi, dan pada wanita:

dorsal recumbent

3. Pasang perlak & pengalas

4. Pakai sarung tangan

5. Bersihkan genetalia dengan

air hangat

6. Pastikan posisi kateter

terpasang dengan benar

7. Bersihkan ujung penis( pria)

atau ujung pemasangan

kateter.

8. Lepas sarung tangan dan

pengalas

9. Rapikan pasien

D. Tahap terminasi

1. Evaluasi tindakan

2. Rapikan pasien dan

lingkungan

3. Berpamitan dengan klien

4. Bereskan dan kembalikan

alat

5. Cuci tangan

6. Dokumentasi

2.1.6 Infeksi Nosokomial

2.1.6.1 Pengertian infeksi nosokomial

Page 47: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

35

Infeksi adalah peristiwa masuk dan penggandaan mikroorganisme

di dalam tubuh pejamu yang mampu menyebabkan sakit (Perry & Potter,

2005; Linda Tietjen, 2004). Infeksi nosokomial dapat didefinisikan

sebagai infeksi yang didapatkan saat pasien dirawat dirumah sakit. Pasien

dikatakan mengalami infeksi nosokomial apabila memenuhi beberapa

kriteria atau batasan sebagai berikut : pada saat pasien mulai dirawat

dirumah sakit tidak didapatkan tandatanda klinik dari infeksi, pada saat

pasien mulai dirawat dirumah sakit, tidak sedang dalam masa inkubasi dari

infeksi (Kozier, 2010).

Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat seseorang dalam

waktu 3x24 jam sejak mereka masuk rumah sakit (Depkes RI, 2003).

Infeksi nosokomial diakibatkan oleh pemberian layanan kesehatan dalam

fasilitas perawatan kesehatan. Rumah sakit merupakan satu tempat yang

paling mungkin mendapat infeksi karena mengandung populasi

mikroorganisme yang tinggi dengan jenis virulen yang mungkin resisten

terhadap antibiotik (Perry & Potter, 2005). Interaksi antara pejamu

(pasien,perawat, dokter, dan lain-lain), agen (mikroorganisme pathogen)

dan lingkungan (lingkungan rumah sakit, prosedur pengobatan)

menentukan seseorang dapat terinfeksi atau tidak. Infeksi nosokomial

tidak hanya melibatkan pasien, tetapi juga orang lain yang kontak dengan

pasien, termasuk perawat dan petugas kesehatan serta lingkungan rumah

sakit (Kozier, 2010).

2.1.6.2 Kriteria infeksi nosokomial

Page 48: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

36

Kriteria infeksi nosokomial (Depkes RI, 2003), antara lain:

1. Waktu mulai dirawat tidak didapat tanda-tanda klinik infeksi dan tidak

sedang dalam masa inkubasi infeksi tersebut.

2. Infeksi terjadi sekurang-kurangnya 3x24 jam (72 jam) sejak pasien

mulai dirawat.

3. Infeksi terjadi pada pasien dengan masa perawatan yang lebih lama

dari waktu inkubasi infeksi tersebut.

4. Infeksi terjadi pada neonatus yang diperoleh dari ibunya pada saat

persalinan atau selama dirawat di rumah sakit.

Tanda-tanda infeksi jika sudah ada dan terbukti infeksi tersebut

didapat penderita ketika dirawat di rumah sakit yang sama pada waktu

yang lalu, serta belum pernah dilaporkan sebagai infeksi nosokomial.

Infeksi rumah sakit sering terjadi pada pasien berisiko tinggi yaitu pasien

dengan karakteristik usia tua, berbaring lama, menggunakan obat

imunosupresan dan/atau steroid, imunitas turun misal pada pasien yang

menderita luka bakar atau pasien yang mendapatkan tindakan invasif,

pemasangan infus yang lama, atau pemasangan kateter urin yang lama dan

infeksi nosokomial pada luka operasi (Depkes RI, 2001). Infeksi

nosokomial dapat mengenai setiap organ tubuh, tetapi yang paling banyak

adalah infeksi nafas bagian bawah, infeksi saluran kemih, infeksi luka

operasi, dan infeksi aliran darah primer atau phlebitis (Depkes RI, 2003).

2.1.6.3 Cara penularan infeksi nosokomial

Cara penularan infeksi nosokomial antara lain :

Page 49: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

37

1. Penularan secara kontak

Penularan ini dapat terjadi baik secara kontak langsung, kontak tidak

langsung dan droplet. Kontak langsung terjadi bila sumber infeksi

berhubungan langsung dengan penjamu, misalnya person to person

pada penularan infeksi hepatitis A virus secara fekal oral. Kontak tidak

langsung terjadi apabila penularan membutuhkan objek perantara

(biasanya benda mati). Hal ini terjadi karena benda mati tersebut telah

terkontaminasi oleh sumber infeksi, misalnya kontaminasi peralatan

medis oleh mikroorganisme (Uliyah dkk, 2006; Yohanes, 2010).

2. Penularan melalui common vehicle

Penularan ini melalui benda mati yang telah terkontaminasi oleh

kuman dan dapat menyebabkan penyakit pada lebih dari satu pejamu.

Adapun jenis-jenis common vehicle adalah darah/produk darah, cairan

intra vena, obat-obatan, cairan antiseptik, dan sebagainya (Uliyah dkk,

2006; Yohanes, 2010).

3. Penularan melalui udara dan inhalasi

Penularan ini terjadi bila mikroorganisme mempunyai ukuran yang

sangat kecil sehingga dapat mengenai penjamu dalam jarak yang

cukup jauh dan melalui saluran pernafasan. Misalnya mikroorganisme

yang terdapat dalam sel-sel kulit yang terlepas akan membentuk debu

yang dapat menyebar jauh (Staphylococcus) dan tuberkulosis (Uliyah

dkk, 2006; Yohanes, 2010).

4. Penularan dengan perantara vektor

Page 50: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

38

Penularan ini dapat terjadi secara eksternal maupun internal. Penularan

secara eksternal bila hanya terjadi pemindahan secara mekanis dari

mikroorganime yang menempel pada tubuh vektor, misalnya shigella

dan salmonella oleh lalat. Penularan secara internal bila

mikroorganisme masuk kedalam tubuh vektor dan dapat terjadi

perubahan biologik, misalnya parasit malaria dalam nyamuk atau tidak

mengalami perubahan biologik, misalnya Yersenia pestis pada ginjal

(flea) (Uliyah dkk, 2006; Yohanes, 2010).

5. Penularan melalui makanan dan minuman

Penyebaran mikroba patogen dapat melalui makanan atau minuman

yang disajikan untuk penderita. Mikroba patogen dapat ikut

menyertainya sehingga menimbulkan gejala baik ringan maupun berat

(Uliyah dkk, 2006).

2.1.6.4 Mata rantai infeksi

Ada enam mata rantai yang membentuk rantai infeksi yaitu :

1. Infectious agent, yaitu penyebab pertama dari infeksi. Mikroorganisme

dapat menyebabkan infeksi pada host virulensi kuman atau cenderung

meningkatkan proses terjadinya infeksi (Potter and Perry, 2007).

2. Reservoir (sumber mikroorganisme)

Contohnya manusia, hewan, tumbuhan tumbuhan, lingkungan umum

(Kozier, 2008).

3. Portal of exit, yaitu suatu media untuk mikroorganisme berpindah dari

Page 51: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

39

reservoir ke host. Perpindahan ini tidak akan terjadi bila tidak terjadi

infeksi, misalnya kontak kulit dengan infeksi (Smith and Duell, 2008).

Cara penyebaran:

Setelah meninggalkan sumber mikroorganisme, mikroorganisme

membutuhkan cara penyebaran yang terdiri dari penyebaran langsung

contohnya melalui droplet nuclei yang berasal dari petugas,

pengunjung, dan pasien lainnya atau dari darah saat transfusi darah,

penyebaran tidak langsung dapat berupa:

a) Penyebaran lewat perantara

Contohnya penularan mikroba pathogen melalui benda-benda mati

contohnya peralatan medis, penularan mikroba pathogen melalui

makanan dan minuman, penularan mikroba pathogen melalui air.

b) Penyebaran lewat vektor

Yaitu hewan atau serangga terbang yang bertindak sebagai media

transportasi agen infeksi dan penularan terjadi secara eksternal

melalui pemindahan secara mekanis dari mikroorganisme yang

menempel pada tubuh vektor contohnya salmonella oleh lalat dan

penularan secara internal terjadi pada mikroorganisme masuk ke

dalam tubuh vektor sehingga dapat terjadi perubahan biologis,

contohnya parasit malaria dalam nyamuk (Tietjen, 2004),

c) Penyebaran lewat udara

Contohnya droplet atau debu, penularan terjadi apabila

mikroorganisme mempunyai ukuran sangat kecil dan dapat

Page 52: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

40

mengenai penderita dalam jarak yang jauh dan melalui pernafasan,

contohnya staphylococcus dan tuberculosis (Kozier, 2010).

4. Portal of entry , yaitu barier yang efektif terhadap transmisi

mikroorganisme. Sebelum menginfeksi individu, mikroorganisme

harus masuk ke tubuh individu, kulit adalah barier terhadap agen

infeksi tetapi apabila ada kerusakan pada kulit maka mudah menjadi

pintu masuk mikroorganisme (Potter and Perry, 2007).

5. Inang yang rentan yaitu individu yang berisiko mengalami infeksi,

faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kerentanan individu terhadap

infeksi, contohnya usia (individu yang sangat muda dan individu yang

sangat tua), klien yang menerima pengobatan kanker yang menekan

sistem imun (Kozier, 2010). Transmisi mikroorganisme di rumah sakit

dapat terjadi sebagai berikut: contact, droplet, airborne, common

vehicles, dan vector borne (Potter and Perry, 2007).

2.1.6.5 Contoh mikroorganisme penyebab infeksi nosokomial

Mikroorganisme penyebab infeksi nosokomial (WHO, 2002):

1. Conventional pathogens

Menyebabkan penyakit pada orang sehat, karena tidak adanya

kekebalan terhadap kuman tersebut: Staphylococcus aureus,

streptococcus, salmonella, shigella, virus influenza, virus hepatitis.

2. Conditional pathogens

Page 53: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

41

Penyebab penyakit pada orang dengan penurunan daya tahan tubuh

terhadap kuman langsung masuk dalam jaringan tubuh yang tidak

steril: pseudomonas, proteus, klebsiella, serratia, dan enterobacter.

3. Opportunistic pathogens

Menyebabkan penyakit menyeluruh pada penderita dengan daya tahan

tubuh sangat menurun: mycobacteria, nocardia, pneumocytis.

2.1.6.6 Jenis jenis infeksi nosokomial

Jenis jenis infeksi nosokomial diantaranya (Muhlis, 2006):

1. Infeksi saluran kemih

Infeksi saluran kemih adalah merupakan infeksi nosokomial yang

paling sering,sekitar 40% dari kejadian infeksi nosokomial. 80% nya

adalah infeksi dari penggunaan kateter urin, dimana bakteri yang

sering menyerang adalah E. Colli.

2. Infeksi pada saluran operasi

Infeksi pada saluran operasi sekitar 25-30 % infeksi nosokomial tetap

berperan sekitar 57 % hari perawatan tambahan dirumah sakit dan 42

% biaya tambahan.

3. Bakterimia

Infeksi ini hanya sekitar 5% dari ineksi nosokomial yang terjadi, tetapi

angka kematiannya sangat tinggi terutama disebabkan oleh bakteri

staphylococus dan candida.

4. Infeksi saluran nafas bagian bawah atau Pneumonia

Page 54: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

42

Pneumonia menyebabkan sekitar 15% sampai dengan 20% infeksi

nosokomial tetapi menyebabkan 24% hari-hari tambahan dirawat

dirumah sakit dan 39% biaya tambahan.

2.1.6.7 Jenis pencegahan infeksi nosokomial

a. Pengertian Pencegahan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007), pencegahan adalah

proses, cara, tindakan mencegah atau tindakan menahan agar sesuatu

tidak terjadi. Dengan demikian, pencegahan merupakan tindakan.

Pencegahan identik dengan perilaku.

b. Jenis-jenis pencegahan infeksi nosokomial sebagai berikut :

1. Penerapan standar precaution

meliputi : Mencuci tangan, Menggunakan alat pelindung diri,

contohnya sarung tangan, masker wajah, baju pelindung dan pelindung

mata

2. Kewaspadaan isolasi,

3. Pembersih, desinfeksi dan sterilisasi,

4. Antiseptik dan aseptik

2.1.7 Pasien

2.1.7.1 Pengertian pasien.

Istilah pasien berasal dari kata kerja bahasa latin yang artinya “

menderita”, secara tradisional telah digunakan untuk menggambarkan

orang yang menerima perawatan. Konotasi yang melekat pada kata itu

adalah ketergantungan. Karena alasan inilah banyak perawat memilih kata

Page 55: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

43

pasien, yang berasal dari kata kerja bahasa latin yang artinya “bersandar”

dan berkonotasi bekerja sama dan independen.

Figur sentral dalam pelayanan perawatan kesehatan adalah pasien.

Pasien yang datang ke rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan

dengan masalah kesehatan juga datang sebagai individu, anggota keluarga

atau anggota dari komunitas. Tergantung pada masalahnya, keadaan yang

berhubungan, dan pengalaman masa lalu, kebutuhan pasien akan beragam.

2.1.8 Stroke

2.1.8.1 Pengertian stroke

Stroke adalah suatu penyakit gangguan fungsi anatomi otak yang

terjadi secara tiba-tiba dan cepat, dsebabkan karena gangguan perdarahan

otak (Tobing, 2002). Stroke atau cerebro vascular accident (CVA) adalah

kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentiny suplay darah ke

bagian otak (Brunner & Suddart, 2002).

WHO dalam Jenny (2005) mendefinisikan bahwa stroke adalah

gejala-gejala defisit fungsi susunan syaraf yang diakibatkan oleh penyakit

pembuluh darah otak dan bukan oleh lain dari itu. Stroke dbagi menjadi

dua jenis, yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik.

Stroke iskemik yaitu tersumbatnya pembuluh darah yang

menyebabkan aliran darah keotak sebagian atau keseluruhan terhenti. 80

% kejadian stroke adalah stroke iskemik. Stroke iskemik dibagi menjadi

tiga jenis, yaitu ( Tobing,2002):

Page 56: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

44

1. Stroke trombotic diakibatkan proses terbentuknya trombus yang

membuat penggumpalan.

2. Stroke embolic diakibatkan tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan

darah.

3. Hipoperfusion sistemic diakibatkan berkurangnya aliran darah

keseluruh bagian tubuh karena adanya gangguan denyut jantung.

Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya

pembuluh darah otak, hampir 70% kasus stroke hemoragik terjadi

penderita hipertensi. Stroke hemoragik dibagi menjadi dua macam, yaitu:

a) Intracerebral hemoragic yaitu disebabkan oleh perdarahan yang terjadi

didalam jaringan otak.

b) Subarachnoid hemoragic disebabkan perdarahan yang terjadi pada

ruang sub arachnoid (ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan

jaringan yang menutupi otak). (Tobing, 2002).

2.1.8.2 Tanda dan gejala stroke

Berdasarkan letak lokasi nya ditubuh, tanda dan gejala stroke diantaranya

(Tobing, 2002):

1. Bagian sistem syaraf pusat: kelemahan otot (hemiplegia), kaku,

menurunnya fungsi sensorik.

2. Batang otak, dimana terdapat 12 syaraf kranial: menurunnya

kemampuan membau, mengecap, mendengar, dan melihat parsial atau

keseluruhan, refleks menurun, ekspresi wajah terganggu, pernafasan

dan detak jantung terganggu, lidah lemah.

Page 57: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

45

3. Cerebral cortex: afasia, daya ingat menurun, hemineglect,

kebingungan.

Tanda dan gejala tersebut apabila hilang dalam waktu 24 jam, maka

dinyatakan sebagai TIA (transient ischemic attact) dimana merupakan

serangan kecil atau serangan awal stroke.

2.1.8.3 Letak kelumpuhan akibat stroke (Harsono, 2003):

a) Kelumpuhan sebelah kiri (hemiparesis sinistra)

Kerusakan pada sisi sebelah kanan otak menyebabkan kelemahan

tubuh bagian kiri. Pasien dengan kelemahan sebelah kiri sering

memperlihatkan ketidakmampuan visuo motor (ketidakmampuan

tangan dan jari-jari serta koordinasi mata-tangan untuk memanipulasi

lingkungan), kehilangan mmori visual dan mengabaikan sisi kiri.

Penderita memberikan perhatian hanya kepada sesuatu yang berada

dalam lapang pandang yang dapat dilihat.

b) Kelumpuhan sebelah kanan (hemiparesis dextra)

kerusakan pada sisi sebelah kiri otak menyebabkan kelemahan atau

kelumpuhan tubuh sebelah kanan. Penderita ini biasanya mempunyai

kekurangan dalam kemampuan komunikasi verbal. Pesepsi dan

memori visuomotor masih sangat baik, sehingga dalam melatih

perilaku tertentu harus dengan cermat diperhatikan tahap demi tahap

secara visual. Body language (bahasa tubuh) lebih banyak kita

gunakan dalam berkomunikasi.

Page 58: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

46

c) Kelumpuhan kedua sisi (paraparese).

Adanya sclerosis pada banyak tempat, penyumbatan dapat terjadi pada

dua sisi yang mengakibatkan kelumpuhan satu sisi dan diikuti satu sisi

lainnya. Timbul gangguan pseudobulber (biasanya hanya pada

vaskuler) dengan tanda-tanda hemiplegic dopleks, sukar menelan,

sukar berbicara, dan juga menyebabkan kedua kaki sulit untuk

digerakkan dan mengalami hiperaduksi.

2.1.8.4 Faktor penyebab stroke

Faktor penyebab stroke ada dua macam (Tobing, 2002) yaitu:

1. Faktor yang tidak dapat dikontrol.

a) Usia

Setiap manusia akan bertambah umurnya, dengan demikian

kemungkinan terjadinya stroke semakin besar. Resiko terjadinya

stroke mulai usia 35 tahun dan akan meningkat dua kali pada tahun

berikutnya.

b) Jenis kelamin

Pria memiliki kecenderungan lebih besar terkena serangan stroke

dibandingkan dengan wanita, dengan perbandingan 2:1 (Noer, 2000).

c) Faktor keturunan

Seseorang yang mempunyai riwayat stroke dalam keluarganya,

menjadi seseorang yang beresiko tinggi terkena serangan stroke.

2. Faktor yang dapat dikontrol.

a) Hipertensi

Page 59: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

47

Faktor ini merupakan faktor utama terjadinya stroke iskemik dan

perdarahan, yaitu sering disebut the silent killer, karena hipertensi

meningkatkan terjadinya stroke sebanyak 4-6 kali. Makin tinggi

tekanan darah kemungkinan stroke semakin besar karena terjadinya

kerusakan pada dinding pembuluh darah sehingga memudahkan

terjadinya penyumbatan atau perdarahan otak (Eric, 2004).

b) Diabetes Mellitus

Gula darah yang tinggi dapat menimbulkan kerusakan endotel

pembuluh darah yang berlangsung secara progresif. Pria yang

mendeita diabetes mellitus, cenderung berada pada posisi yang

beresiko tinggi akan terkena serangan stroke dari pada yang tidak

menderita diabetes mellitus, sekalipun penyakit mereka dibawah

pengawasan. Orang yang menderita diabetes mellitus, resiko untuk

terkena stroke 1,5 – 3 kali lipat lebih besar (Wolf, 2007).

c) Penyakit jantung

Hubungan kausal antar beberapa jenis penyakit jantung dan stroke

telah dapat dibuktikan. Gagal jantung kongestif dan penyakit jantung

koroner bisa menyebabkan terjadinya stroke. Dua pertiga orang yang

mengidap penyakit jantung kemungkinan akan terkena serangan

stroke (Sheldon, 2005).

d) Merokok

Page 60: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

48

Merokok meningkatkan terjadinya stroke hampir dua kali lipat.

Adapun perokok pasif beresiko terkena stroke 1-2 kali lipat

(Martini,dkk, 2006).

e) Obesitas

Berat badan yang terlalu berlebihan menyebabkan adanya tambahan

beban ekstra pada jantung dan pembuluh-pembuluh darah, hal ini akan

semakin meningkatkan terkena stroke (Hakim, 2004).

f) Alkohol

Konsumsi alkohol dapat mengganggu metabolisme tubuh, sehingga

terjadi diabetes mellitus, mempengaruhi berat badan dan tekanan

darah, dapat merusak sel-sel darah tepi, saraf otak dan lain lain.

Peminum berat alkohol dapat mengakibatkan resiko terkena stroke 1-3

kali lebih besar.

g) Hiperkolesterolemik

Kolesterol yang tinggi akan membentuk plak didalam pembuluh darah

dan dapat menyumbat pembuluh darah baik di jantung maupun diotak.

2.1.8.5 Akibat stroke

Penurunan parsial total gerakan lengan dan tungkai, 90%

bermasalah dalam berfikir dan mengingat, 70% menderita depresi, 30%

menderita kesulitan berbicara , menelan, dan juga dalam membedakan

Page 61: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

49

kanan dan kiri. Stroke tak lagi hanya menyerang kelompok lansia, namun

kini cenderung menyerang generasi muda yang masih produktif. Stroke

juga tak lagi menjadi milik warga kota yang berkecukupan, namun juga

dialami warga pedesaan yang hidup dengan serba keterbatasan

(Waluyo, 2009).

2.1.8.6 Pasca stroke

Setelah stroke, sel otak mati dan hematom akan diserap kembali secara

bertahap. Proses alami ini selesai dalam waktu tiga bulan, 1/3 orang yang

selamat menjadi tergantung dan mungkin mengalami komplikasi yang

dapat menyebabkan kematian atau cacat. Hanya 10-15 % penderita stroke

bisa kembali hidup normal seperti sebelumnya, sisanya mengalami cacat,

sehingga banyak penderita stroke menderita stres akibat kecacatan yang

ditimbulkan setelah diserang stroke (Jenny, 2005).

2.1.8.7 Upaya pencegahan stroke

Ada beberapa hal yang dapatr dilakukan untuk mencegah stroke (Jenny,

2005):

1. Pencegahan primordial

Adalah upaya yang dimaksudkan untuk memberikan kondisi pada

masyarakat yang memungkinkan penyakit stroke tidak meningkat

dengan adanya dukungan dasar dari kebiasaan, gaya hidup, dan faktor

resiko lainnya, misalnya kebersihan lingkungan yaitu terbebas dari

Page 62: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

50

polusi seperti asap rokok yang dapat menimbulkan penyemnpitan

pembuluh darah.

2. Pencegahan primer

Tujuannya adalah untuk mencegah timbulnya faktor resiko stroke bagi

individu yang belum atau mempunyai faktor resiko dengan cara

melaksanakan gaya hidup sehat bebas stroke.

3. Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder ditujukan bagi mereka yang pernah menderita

stroke agar stroke tidak berlanjut menjadi kronik.

4. Pencegahan tersier

Pencegahan dapat dilakukan dalam bentuk rehabilitasi. Rehabilitasi

merupakan pencegahan tersier yang bertujuan untuk menjaga atau

meningkatkan kemampuan fisik, ekonomi, dan kemampuan untuk

bekerja seoptimal mungkin (Harsono, 2003).

Page 63: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

51

2.2 Keaslian Penelitian

Tabel 2.2 Tabel keaslian penelitian

No Nama peneliti Judul penelitian Metode

penelitian

Hasil penelitian

1. Tri Kesuma

Dewi (2009)

Tingkat

pengetahuan

perawat tentang

perawatan kateter

urin di RS PKU

Muhamadiyah

Yogyakarta

Penelitian

adalah non

eksperimental

dengan

pendekatan

cross sectional,

teknik

sampelnya

adalah

purposive

sampling.

Teknik analisa

data adalah

dengan

deskriptive

kuantitatif.

Hasil penelitian ini

menunjukkan

bahwa tingkat

pengetahuan

perawat tentang

SOP perawatan

kateter dalam

kriteria baik 15%

dan kriteria cukup

85%, pengetahuan

perawat tentang

tujuan perawatan

kateter

menunjukkan

kriteria cukup 22%

dan kriteria kurang

sebanyak 77,5%,

dan pengetahuan

perawat tentang

akibat pemasangan

kateter dan tanda

ISK menunjukkan

kriteria baik 50%

dan kriteria cukup

50%. Secara

keseluruhan

pengetahuan

perawat tentang

perawatan dalam

Page 64: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

52

kriteria baik 20%

dan dalam kriteria

cukup sebanyak

80%.

2. Kasmad (2007) Hubungan antara

kualitas perawatan

kateter dengan

kejadian infeksi

nosokomial saluran

kemih.

Metode

penelitian ini

dengan

observasi dan

menggunakan

instrumen

penelitian

berupa lembar

observasi.

Hasil penelitian

menunjukkan Uji

statistik

menggunakan uji chi

square dan hasilnya

nilai t hitung (7,081)

> dari nilai t table

(5,99) dan nilai p

value (0,029) < 0,05

yang menunjukkan

adanya hubungan

antara kualitas

perawatan kateter

dengan kejadian

infeksi nosokomial

saluran kemih.

3. Sukardjo, dkk Hubungan

pengetahuan dan

sikap perawat

tentang kontrol

infeksi nosokomial

di RS Islam Sultan

Agung Semarang

Merupakan

penelitian

kuantitatif,

rancangan cross

sectional.

Pengumpulan

data dengan

kuesioner dan

angket

observasi.

Pengambilan

sampel dengan

menggunakan

teknik

proportional

stratified

random

sampling.data

yang diperoleh

diolah dengan

menggunakan

SPSS

menggunakan

uji regresi

berganda.

Hasil penelitian ini

menunjukkan tidak

ada hubungan antara

pengetahuan perawat

tentang kontrol

infeksi terhadap

pencegahan infeksi

nosokomial di RS

Islam Sultan Agung

Semarang (p < 0,05,

dimana p = 0,308).

Ada hubungan

antara sikap perawat

tentang kontrol

infeksi terhadap

pencegahan infeksi

nosokomial di RS

Islam Sultan Agung

Semarang (p < 0,05,

dimana p = 0,019).

Berdasarkan tiga penelitian terdahulu yang ditampilkan diatas, terdapat

perbedaan antara penelitian diatas dengan penelitian ini. Dalam penelitian

sebelumnya belum meneliti hubungan pengetahuan dan sikap perawat tentang

Page 65: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

53

kualitas perawatan DC terhadap perilaku pencegahan infeksi nosokomial

saluran kemih. Untuk itu peneliti mencoba ingin meneliti topik ini untuk

diangkat menjadi sebuah penelitian yang terbaru.

2.3 Kerangka teori

Kualitas perawatan DC

Alat ukur: SOP perawatan DC

Perilaku pencegahan infeksi

nosokomial saluran kemih

Predisposing

factors:

·Pengetahuan

·Sikap

·Kepercayaan

·Norma

·dll

Enabling

factors:

· Umur

· Pendidikan

· Status sosial

ekonomi

· dll

Reinforcing

factors:

·Sikap teman

·Petugas

kesehatan

·Tokoh

masyarakat

·dll

Page 66: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

54

Keterangan:

: diteliti

: tidak diteliti

Bagan 2.1 kerangka teori

Sumber: Notoadmodjo ( 2010), Syaifudin azwar (2012), Brunner &

Suddart (2000), Kozier (2010), Lawrence Green (1989) dalam Notoatmodjo

(2003)

2.4 Kerangka konsep

Bagan 2.2 Kerangka konsep

Pengetahuan

kualitas

perawatan

DC

Perilaku

pencegahan

infeksi

nosokomial

saluran kemih

Sikap

tentang

kualitas

perawatan

DC

Page 67: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

55

2.5 Hipotesa

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Ha: ada hubungan antara pengetahuan dan sikap perawat tentang kualitas

perawatan DC dengan perilaku pencegahan infeksi nosokomial saluran kemih

pada pasien stroke di ruang inap RSUD Dr Soehadi Prijonegoro Sragen

Ho: tidak ada hubungan antara pengetahuan dan sikap perawat tentag kualitas

perawatan DC dengan perilaku pencegahan infeksi nosokomial saluran kemih

pada pasien stroke diruang inap RSUD Dr Soehadi Prijonegoro Sragen.

Page 68: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

56

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan rancangan penelitian

Desain ataupun rancangan penelitian adalah keseluruhan dari perencanaan

untuk menjawab pertanyaan penelitian dan mengantisipasi kesulitan yang

dapat terjadi selama proses penelitian (Burn & Grove 1991 dalam

Notoadmodjo, 2005).

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

kuantitatif dengan menggunakan pendekatan cross sectional dengan

menekankan waktu pengukuran dan observasi data antara variabel dependen

dan independen serta dilakukan satu kali pada satu saat (point time approach)

secara simultan (Nursalam, 2008).

3.2 Populasi dan sampel

3.2.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : objek atau subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiono,

Page 69: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

57

2009). Populasi dari penelitian ini adalah perawat di ruang inap di RSUD

Dr Soehadi Prijonegoro Sragen berjumlah 94 orang.

3.2.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi. Jumlah sampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah 50

orang perawat PNS yaitu ruang sakura 9 orang, ruang wijaya kusuma 12

orang, ruang teratai 8 orang, ruang ICU 10 orang dan ruang tulip 11 orang.

Tehnik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode

pengambilan sampel total sampling, dimana semua anggota populasi

digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2015).

3.3 Tempat dan waktu penelitian

Tempat penelitian ini adalah di ruang rawat inap dengan kasus penyakit syaraf

yaitu ruang sakura, ruang teratai, ruang wijaya kusuma, ruang tulip dan ruang

ICU di RSUD Dr Soehadi Prijonegoro Sragen pada bulan Desember 2015

sampai bulan Januari 2016.

3.4 Variabel, Definisi Operasional dan Skala Pengukuran

Tabel 3.1 variabel, definisi operasional dan skala pengukuran

Variabel Definisi

operasional

Cara

ukur

Alat ukur Skala

ukur

Skor

Perilaku

pencegahan

inos saluran

kemih

Kegiatan atau

aktivitas

organisme /

individu yang

bersangkutan

yaitu dalam

pencegahan

inos saluran

kemih.

Dengan

checklist

Kuesioner

yang terdiri

dari 18 butir

pertanyaan

dengan

jawaban ya

dan tidak.

Nominal Baik: ya ≥

9

Buruk: ya

< 9

Pengetahuan

perawat

Sesuatu yang

diketahui

Dengan

checklist

Kuesioner

pertanyaan

Ordinal Tinggi :

benar ≥

Page 70: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

58

tentang

kualitas

perawatan

DC

setelah orang

melakukan

penginderaan

terhadap

kualitas

perawatan DC.

yang terdiri

dari 17

pertanyaan

dengan

jawaban

benar dan

salah.

8,5

Rendah :

benar <

8,5

Sikap

perawat

tetang

kualitas

perawatan

DC

Kesiapan atau

kecenderungan

seseorang

(perawat) untuk

bertindak

tentang kualitas

perawatan DC.

Dengan

checklist

Kuesioner

yang terdiri

dari 17

pertanyaan

dengan

jawaban

setuju dan

tidak setuju.

Nominal Positif:

jawaban

setuju ≥

8,5

Negatif:

jawaban

setuju <

8,5

3.5 Alat penelitian dan cara pengumpulan data.

3.5.1 Cara pengumpulan data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek

dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu

penelitian (Nursalam, 2008). Cara pengumpulan data pada penelitian ini

adalah dengan kuesioner tentang pengetahuan dan sikap tentang kualitas

perawatan kateter, serta kusioner tentang perilaku pencegahan infeksi

nosokomial yang bersifat tertutup artinya pertanyaan yang dibuat

sedemikian rupa sehingga responden dibatasi dalam memberikan jawaban

atas beberapa alternatif jawaban atau satu jawaban saja. Kemudian

kuesioner yang telah dibuat didistribusikan kepada para responden atau

perawat ruang rawat inap penyakit syaraf di RSUD Dr Soehadi

Prijonegoro Sragen.

3.6 Teknik pengolahan dan analisa data

Page 71: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

59

3.6.1 Teknik pengolahan data

a) Editing

Merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekkan kelengkapan data

yang telah dikumpulkan. Data dikelompokkan berdasarkan variabel

dependen (perilaku) dan variabel independen ( pengetahuan dan sikap)

b) Coding

Memberikan kode pada data dengan merubah huruf menjadi angka.

Jawaban Ya diberi kode 1 dan Tidak diberi kode 0, jawaban Setuju

diberi kode 1 dan Tidak setuju diberi kode 0. Jawaban Benar diberi

kode 1 dan Salah diberi kode 0. Kriteria pengukuran adalah:

Pengetahuan:Tinggi : benar ≥ 8,5

Rendah : benar < 8,5

Sikap Positif: jawaban setuju ≥ 8,5

Negatif: jawaban setuju < 8,5

Perilaku: Baik: ya ≥ 9

Buruk: ya < 9

c) Transfering

Memindahkan jawaban atau kode jawaban kedalam media tertentu.

Setelah jawaban diberi kode kode tertentu kemudian dipindahkan ke

dalam sebuah tabel agar lebih mudah untuk menghitungnya.

d) Tabulating

Merupakan kegiatan menyusun data dalam tabel. Data disusun dalam

sebuah tabel agar lebih mudah dalam menghitungnya.

Page 72: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

60

e) Entry data

Entry data merupakan suatu proses memasukkan data kedalam

komputer untuk diolah dengan menggunakan SPSS. Sebelum data

diklasifikasikan, data dikelompokkan terlebih dahulu guna

kepentingan penelitian ini, selanjutnya data ditabulasi sehingga

diperoleh frekuensi dari masing-masing kelompok pertanyaan dari

setiap alternatif jawaban yang tersedia. Setelah data dibuat tabel dalam

microsoft Excel, kemudian dipindahkan ke SPSS dan dihitung sesuai

dengan rumus.

3.6.2 Analisa data

Analisa hasil penelitian ini dilakukan dengan dua cara, yaitu sebagai

berikut:

a) Analisa univariat

Analisa yang dilakukan menganalisis tiap variabel dari hasil

penelitian. Analisa univariat berfungsi untuk meringkas kumpulan data

hasil pengukuran sedemikian rupa sehingga kumpulan data tersebut

berubah menjadi informasi yang berguna, peringkasan tersebut dapat

berupa ukuran statistik, tabel, grafik. Analisa univariat dilakukan

masing-masing variabel yang diteliti (Notoadmodjo, 2005). Pada

analisa univariat ini sekaligus bertujuan untuk melihat jumlah

responden berdasarkan karakteristik demografi individunya yaitu

dilihat dari umur, jenis kelamin, lama bekerja dan jenis pendidikan.

Selain itu juga analisa univariat ini juga untuk melihat tingkat

Page 73: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

61

pengetahuan, sikap tentang kualitas perawatan DC dan juga perilaku

dalam pencegahan inos saluran kemih.

b) Analisa bivariat

Setelah diketahui karakteristik masing masing variabel maka

dilakukan analisa lebih lanjut yaitu dengan analisa bivariat. Analisa

bivariat adalah dilakukan untuk menganalisa dua variabel yaitu

variabel bebas (pengetahuan dan sikap perawat tentang kualitas

perawatan DC) dengan variabel dependent yaitu perilaku pencegahan

inos saluran kemih. Penelitian ini menggunakan uji khai kuadrat (chi

square) dengan menggunakan CI 95% ,derajat kemaknaan 5%.

Nilai antara variabel bebas terikat dengan variabel terikat didapat

nilai p value < α (alpha), berarti ada hubungan yang bermakna antara

variabel bebas dengan variabel terikat. Sebaliknya bila nilai p value >

α (alpha), berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara kedua

variabel.

3.6.3 Uji validitas dan uji reliabilitas

Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner. Menurut

Notoatmodjo (2005) kuesioner yaitu teknik pengumpulan data dengan

menyebar angket atau daftar pernyataan mengenai masalah yang

berhubungan dengan data yang diperlukan dan dibagikan kepada seluruh

responden. Agar instrumen dalam bentuk kuesioner tersebut keabsahan

dan keajegannya dapat dipertanggungjawabkan, maka perlu diuji validitas

Page 74: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

62

dan reliabilitasnya. Uji validitas dan reliabilitas diolah menggunakan

program komputer.

1. Uji validitas

Validitas instrument adalah keadaan yang menggambarkan

instrument tersebut benar-benar mengukur apa yang ingin diukur

(Notoatmodjo, 2002). Uji validitas eksternal pada penelitian ini

menggunakan jumlah sampel sebanyak 30 orang (Sugiyono, 2010) dan

akan dilakukan di Ruang inap syaraf RSUD Kab. Sukoharjo, Jawa tengah

mengingat tipe karakteristik sampel dan populasinya hampir sama. Untuk

menguji validitas dapat dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi

product moment (Notoatmodjo, 2005) .

Rumus product moment adalah sebagai berikut:

rxy= N ∑ XY-(∑X)(∑Y)

Keterangan:

rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

∑xy = jumlah perkalian X dan Y

X = nilai hasil uji coba hasil per item

Y = total skor quesioner per responden

X² = kuadrat dari X (X x X)

N = jumlah responden

Kriteria pengukuran validitas instrument yaitu dengan

membandingkan antara r hitung dengan r tabel. Pengukuran dinyatakan

valid apabila r hitung > r tabel, dan dikatakan tidak valid apabila r hitung

< r tabel, perbandingan r hitung dan r tabel pada taraf 5% (Sugiyono,

Page 75: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

63

2005). Pada penelitian ini, instrument penelitian telah dilakukan uji

validitas di RSUD Sukoharjo dan hasilnya sebagai berikut:

a. Kuesioner tingkat pengetahuan tentang kualitas perawatan DC dari

jumlah pertanyaan 20 soal sudah dilakukan uji validitas tehadap 30

respoden dengan kriteria: soal dikatakan valid bila r hitung > 0,361 dan

tidak valid bila r hitung < 0,361. (r tabel dari 30 responden 2-tailed =

0,361). Hasil uji validitas kuesioner tingkat pengetahuan adalah 17 soal

dinyatakan valid ( soal no: 1,2,3,4,5,6,8,9,10,12,13,14,15,16,17,18,20)

dan 3 soal tidak valid (soal no: 7,11,19).

b. Kuesioner sikap tentang kualitas perawatan DC dari jumlah pertanyaan

20 soal sudah dilakukan uji validitas tehadap 30 respoden dengan

kriteria: soal dikatakan valid bila r hitung > 0,361 dan tidak valid bila r

hitung < 0,361. Hasil uji validitas kuesioner sikap adalah 17 soal

dinyatakan valid (soal no: 1,2,3,4,5,6,7,9,10,11,13,15,16,17,18,19,20)

dan 3 soal dinyatakan tidak valid (soal no: 8,12,14).

c. Kuesioner perilaku pencegahan infeksi nosokomial saluran kemih dari

jumlah pertanyaan 20 soal sudah dilakukan uji validitas tehadap 30

respoden dengan kriteria: soal dikatakan valid bila r hitung > 0,361 dan

tidak valid bila r hitung < 0,361. Hasil uji validitas kuesioner perilaku

adalah 18 soal dinyatakan valid (soal no: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11,

12, 13, 14, 15, 17, 18, 19) dan 2 soal dinyatakan tidak valid ( soal no:

16, 20).

Page 76: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

64

2. Uji reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu

alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan hal ini berarti

menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap

asas bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang

sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama dengan menggunakan

rumus Alpha Cronbach dalam Sugiyono (2002).

Rumus Alfa Cronbach sebagai berikut:

r11 = k { 1 - ∑ St2

}

k – 1 St2

Dimana:

k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

∑ St2 = jumlah varians butir

St2

= varians total

Maka pertanyaan yang valid tadi diuji kembali dengan uji

reliabilitas. Kriteria keputusan reliabel tidaknya kuesioner dinyatakan

apabila nilai r alpha lebih besar dibandingkan r alpha tabel, maka reliabel.

Dan apabila r alpha < r alpha tabel maka tidak reliabel, perbandingan r

alpha dengan r alpha tabel dengan taraf signifikansi 0,05 (Arikunto, 2006).

Dalam penelitian ini, instrument penelitian ini telah dilakukan uji

reliabilitas yaitu dengan hasil temuan:

a. Dari 17 soal pertanyaan tingkat pengetahuan tentang kualitas perawatan

DC pada 30 responden yang sudah dinyatakan valid, didapatkan hasil

0,727 > 0,361 maka dinyatakan reliabel.

Page 77: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

65

b. Dari 17 soal pertanyaan sikap tentang kualitas perawatan DC pada 30

responden yang sudah dinyatakan valid, kemudian dilakukan uji

reliabilitas didapatkan hasil 0,736 > 0,361 maka dinyatakan reliabel.

c. Dari 18 soal pertanyaan perilaku pencegahan infeksi nosokomial

saluran kemih pada 30 responden yang sudah dinyatakan valid,

kemudian dilakukan uji reliabilitas dan ditemukan hasil 0,731 > 0,361,

maka dinyatakan reliabel.

3.7 Etika penelitian

Secara umum prinsip dalam penelitian atau pengumpulan data dapat

dibedakan menjadi tiga bagian yaitu, manfaat, prinsip menghargai hak-hak

subjek dan prinsip keadilan (Nursalam, 2008). Data yang didapat dengan cara

menekankan etika yang mengacu pada:

3.7.1 Lembar persetujuan menjadi responden (informed consent)

Lembar persetujuan diberikan kepada subjek yang akan diteliti. Peneliti

menjelaskan maksud dan tujuan penelitian jika calon responden bersedia

untuk diteliti, maka mereka harus mengisi lembar persetujuan tersebut,

namun apabila responden menolak untuk diteliti maka peneliti tidak boleh

memaksakan dan tetap menghormati hak-hak responden.

3.7.2 Tanpa nama (anonimity)

Untuk menjaga kerahasiaan responden maka peneliti tidak mencantumkan

nama responden pada lembar pengumpulan data (lembar observasi) cukup

dengan memberikan kode pada masing-masing lembar observasi tersebut.

Page 78: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

66

3.7.3 Kerahasiaan (confidentiality)

Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti karena hanya

kelompok data tertentu saja yang akan disajikan atau dilaporkan sebagai

hasil riset atau hasil dari penelitian.

Page 79: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

67

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Karakteristik Responden

Karakteristik responden pada penelitian ini adalah berdasarkan data

demografi responden yang meliputi: umur responden, jenis kelamin, tingkat

pendidikan, lama masa kerja responden. Pada bab ini akan diuraikan untuk

masing-masing karakteristik responden tersebut.

4.1.1 Karakteristik responden berdasarkan umur

Berikut ini akan diuraikan hasil karakteristik responden

berdasarkan umur dalam tabel berikut ini:

Tabel 4.1

Data distribusi frekuensi responden berdasarkan umur

No Umur Jumlah Persentase

1 26-35 tahun 25 50%

2 36-45 tahun 19 38%

3 46-55 tahun 6 12%

Jumlah 50 100%

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa mayoritas

jumlah responden adalah berusia 26-35 tahun yaitu sebanyak 25 responden

(50%).

4.1.2 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Berikut ini akan diuraikan hasil karakteristik responden

berdasarkan jenis kelamin dalam tabel berikut ini:

Page 80: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

68

Tabel 4.2

Data distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin

No Jenis kelamin Jumlah Persentase

1 Laki-laki 18 36%

2 Perempuan 32 64%

Jumlah 50 100%

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa mayoritas dari jumlah

responden adalah berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 32 responden

(64%). Peneliti memiliki argumen berkenaan dengan hasil temuan ini,

bahwa terkadang sangat mudah dilihat perbedaan antar kaum laki-laki

dengan kaum perempuan. Dimana mayoritas kaum perempuan lebih

cenderung rajin dan juga ulet dalam beerja ataupun melakukan rutinitas

mereka sehari-hari. Sedangkan kaum laki-laki biasanya lebih malas dan juga

lebih cuek dalam melakukan pekerjaannya. Seperti pernyataan yang

dikemukakan oleh Sunaryo (2004), bahwa salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi perilaku seseorang adalah jenis kelamin. Sebagai contohnya

adalah perbedaan perilaku antara pria dan wanita dapat dilihat dari cara

berpakaian atau cara melakukan pekerjaannya sehari-hari.

4.1.3 Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan.

Berikut ini akan diuraikan hasil karakteristik responden

berdasarkan tingkat pendidikan dalam tabel berikut ini:

Tabel 4.3

Data distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat pendidikan

No Tingkat pendidikan Jumlah Persentase

1 D3 Keperawatan 27 54%

2 S1 keperawatan 21 42%

3 Lain-lain 2 4%

Jumlah 50 100%

Page 81: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

69

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa mayoritas dari jumlah

responden adalah memiliki tingkat pendidikan D3 keperawatan yaitu

sebanyak 27 responden (54%).

4.1.4 Karakteristik responden berdasarkan lama masa kerja

Berikut ini akan diuraikan hasil karakteristik responden

berdasarkan lama masa kerja responden dalam tabel berikut ini:

Tabel 4.4

Data distribusi frekuensi responden berdasarkan lama masa kerja

No Lama kerja Jumlah Persentase

1 5-10 tahun 23 46%

2 11-15 tahun 19 38%

3 >15 tahun 8 16%

Jumlah 50 100%

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa mayoritas dari jumlah

responden memiliki masa kerja selama 5-10 tahun yaitu sebanyak 23

responden (46%).

4.2 Uji Univariat

4.2.1 Pengetahuan tentang perawatan DC

Tabel berikut ini akan menguraikan karakteristik responden

berdasarkan tingkat pengetahuan responden tentang perawatan DC yang

telah dilakukan penelitian yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.5

Data distribusi frekuensi tingkat pengetahuan responden tentang perawatan

DC

No Kategori pengetahuan Jumlah Persentase

1 Tinggi 33 66%

2 Rendah 17 34%

Jumlah 50 100%

Page 82: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

70

Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa mayoritas tingkat

pengetahuan responden tentang perawatan DC adalah tinggi yaitu sebanyak

33 responden (66%).

4.2.2 Sikap tentang perawatan DC

Tabel berikut ini menguraikan karakteristik responden berdasarkan

sikap responden tentang perawatan DC yang telah dilakukan penelitian

yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.6

Data distribusi frekuensi responden berdasarkan sikap tentang perawatan

DC

No Sikap responden Jumlah Persentase

1 Positif 32 64%

2 Negatif 18 36%

Jumlah 50 100%

Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa mayoritas sikap

responden tentang perawatan DC adalah positif yaitu sebanyak 32

responden (64%).

4.2.3 Perilaku pencegahan infeksi nosokomial saluran kemih

Tabel berikut ini menguraikan karakteristik responden berdasarkan

perilaku responden tentang pencegahan infeksi nosokomial saluran kemih

yang telah dilakukan penelitian yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.7

Data distribusi frekuensi responden berdasarkan perilaku tentang

pencegahan infeksi nosokomial saluran kemih

No Perilaku responden Jumlah Persentase

1 Baik 26 52%

2 Buruk 24 48%

Jumlah 50 100%

Page 83: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

71

Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa mayoritas perilaku

responden tentang pencegahan infeksi nosokomial saluran kemih adalah

baik yaitu sebanyak 26 responden (52%).

4.3 Uji Bivariat

Berdasarkan analisis bivariat dengan menggunakan uji statistik chi

kuadrat diperoleh hasil sebagai berikut:

4.3.1 Hubungan pengetahuan tentang kualitas perawatan DC dengan perilaku

pencegahan infeksi nosokomial saluran kemih.

Tabel 4.8

Hubungan pengetahuan tentang kualitas perawatan DC dengan perilaku

pencegahan infeksi nosokomial saluran kemih

Perilaku

Baik Buruk Total x² Asymp.

sig (2-

sided)/

p

Pengetahuan Tinggi 21 12 33 7,890 0,005

Rendah 10 24 34

Jumlah 31 36 67

Berdasarkan tabel 4.8 didapat nilai x² hitung (pearson chi square)

adalah 7,890 dan dengan tingkat keyakinan 95%, alpha = 5%, df 1(jumlah

baris-1) x (jumlah kolom-1) = (2-1) x (2-1) = 1 x 1 = 1, hasil untuk x² tabel

sebesar 3,841. Karena x² hitung > x² tabel (7,890 > 3,841) dan nilai p: 0,005,

maka H0 ditolak, jadi ada hubungan pengetahuan tentang kualitas

perawatan DC dengan perilaku pencegahan infeksi nosokomial saluran

kemih pada pasien stroke diruang inap RSUD dr. Soehadi Prijonegoro

Sragen, dengan tingkat kelemahan sebesar p: 0,005.

Page 84: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

72

4.3.2 Hubungan sikap tentang kualitas perawatan DC dengan perilaku

pencegahan infeksi nosokomial saluran kemih

Tabel 4.9

Hubungan sikap tentang kualitas perawatan DC dengan perilaku

pencegahan infeksi nosokomial saluran kemih

Perilaku

Baik Buruk Total x² Asymp.

sig (2-

sided)/

p

Sikap Positif 13 19 32 4,608 0,032

Negatif 13 5 18

Jumlah 26 24 50

Berdasarkan tabel 4.9 didapat nilai x² hitung (pearson chi square)

adalah 4,608 dan dengan tingkat keyakinan 95%, alpha = 5%, df 1(jumlah

baris-1) x (jumlah kolom-1) = (2-1) x (2-1) = 1 x 1 = 1, hasil untuk x² tabel

sebesar 3,841. Karena x² hitung > x² tabel (4,608 > 3,841) dan nilai p:

0,032, maka H0 ditolak, jadi ada hubungan sikap tentang kualitas

perawatan DC dengan perilaku pencegahan infeksi nosokomial saluran

kemih pada pasien stroke diruang inap RSUD dr. Soehadi Prijonegoro

Sragen, dengan tingkat kelemahan sebesar p: 0,032

Page 85: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

73

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Responden

5.1.1 Karakteristik responden berdasarkan umur

Dari jumlah responden penelitian yaitu sebesar 50 orang

responden didapatkan data bahwa jumlah responden yang berusia

26-35 tahun sebanyak 25 respon (50%), 36-45 tahun sebanyak 19

responden (38%) dan 46-55 tahun sebanyak 6 responden (12%).

Pembagian rentang usia responden diatas adalah

berdasarkan pembagian umur dari DepKes (2009), yaitu usia

dewasa awal (26-35 tahun), usia dewasa akhir (36-45 tahun), usia

lansia awal (46-55 tahun), usia lansia akhir (56-65 tahun) dan usia

manula (diatas 65 tahun).

Dilihat dari data diatas dapat dijelaskan bahwa mayoritas

responden dalam rentang usia dewasa awal (26-35 tahun) yaitu

sekitar 25 responden atau 50% dan yang paling sedikit adalah

responden pada rentang usia 46-55 tahun yaitu hanya 6 responden

(12%). Berdasarkan pendapat peneliti bahwa seperti kondisi

dilahan penelitian memang benar mayoritas dari responden ialah

mereka yang masih berumur dewasa awal, dimana mereka masih

memiliki fisik yang kuat, semangat yang cukup tinggi dan juga

kemampuan daya ingat dan daya serap ketika diberikan ilmu atau

Page 86: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

74

ketrampilan baru, mereka lebih mudah menguasai dari pada

responden yang berusia lebih tua.

Hal ini sejalan dengan teori yang telah dikemukakan

bahwa tingkat pengetahuan seseorang salah satu faktor yang

mempengaruhinya adalah dari faktor umur. Dimana semakin

bertambah umur pengetahuan semakin meningkat, semakin tua

(umur) pengetahuan akan mengalami degenerasi (Notoadmojo,

2010).

5.1.2 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Berdasarkan jumlah total responden yaitu sebanyak 50

orang dapat diketahui bahwa jumlah responden yang berjenis

kelamin laki-laki sebanyak 18 responden (36%) dan perempuan

sebanyak 32 responden (64%). Hal ini dapat disimpulkan bahwa

mayoritas responden yang terbanyak adalah berjenis kelamin

perempuan yaitu sebesar 32 responden (64%).

Peneliti memiliki argumen berkenaan dengan hasil temuan

ini, bahwa terkadang sangat mudah dilihat perbedaan antar kaum

laki-laki dengan kaum perempuan. Dimana mayoritas kaum

perempuan lebih cenderung rajin dan juga ulet dalam beerja

ataupun melakukan rutinitas mereka sehari-hari. Sedangkan kaum

laki-laki biasanya lebih malas dan juga lebih cuek dalam

melakukan pekerjaannya. Seperti pernyataan yang dikemukakan

oleh Sunaryo (2004), bahwa salah satu faktor yang dapat

Page 87: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

75

mempengaruhi perilaku seseorang adalah jenis kelamin. Sebagai

contohnya adalah perbedaan perilaku antara pria dan wanita dapat

dilihat dari cara berpakaian atau cara melakukan pekerjaannya

sehari-hari.

5.1.4 Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan

Berdasarkan jumlah total responden yaitu sebanyak 50

orang responden dapat diketahui bahwa jumlah responden yang

memiliki pendidikan D3 keperawatan sebanyak 27 responden

(54%), S1 keperawatan sebanyak 21 responden (42%) dan lain lain

sebanyak 2 responden (4%).

Berdasarkan data diatas dapat di simpulkan bahwa tingkat

pendidikan responden pada penelitian ini adalah mulai dari D3

keperawatan sampai S2 Keperawatan. Menurut pendapat peneliti

berkenaan dengan tingkat pendidikan responden dalam penelitian

ini bahwa memang benar kamampuan responden dalam menerima

atau memahami setiap pengalaman ataupun ketika mereka

diberikan ketrampilan baru terlihat perbedaan yang cukup jelas.

Dimana responden dengan tingkat pendidikan Sarjana mereka

lebih mudah diberikan ketrampilan baru dibandingkan dengan

responden dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah. Hal ini

sangat mendukung pernyataan bahwa semakin tinggi tingkat

pendidikan seseorang maka semakin mudah pula seseorang

Page 88: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

76

tersebut menyerap ilmu / hal hal baru ataupun lebih mudah

menyesuaikan dengan hal hal baru tersebut (Notoadmojo, 2010).

5.1.5 Karakteristik responden berdasarkan lama masa kerja

Berdasarkan jumlah responden yaitu 50 orang responden

dapat diketahui bahwa jumlah responden yang memiliki masa kerja

selama 5-10 tahun sebanyak 23 responden (46%), 11-15 tahun

sebanyak 19 tahun (38%) dan > 15 tahun sebanyak 8 responden

(16%).

Berdasarkan rentang lama masa kerja responden diatas,

ternyata lama masa kerja responden yang paling lama adalah > 15

tahun. Hal ini tentu saja akan mempengaruhi pengalaman

responden dalam bekerja maupun tingkat pengetahuan responden.

Lama masa kerja disini tentu saja berkaitan dengan umur

responden, dimana responden yang sudah memiliki umur yang

lebih tua tentu saja akan memiliki pengalaman dan juga masa kerja

yang lebih dibandingkan dengan responden dengan umur yang

lebih muda.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti

dilapangan ternyata memang benar, mayoritas responden yang

sudah berusia diatas 40 tahun, mereka mengaku memiliki

pengalaman atau masa kerja yang rata rata lebih dari 15 tahun

dibandingkan dengan responden yang lebih muda. Dan responden

yang sudah lama bekerja biasanya akan memiliki posisi yang lebih

Page 89: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

77

dibandingkan dengan responden yang baru beberapa tahun bekerja,

misalnya mereka dapat menjadi Katim ataupun Kepala ruang. Dan

tentunya mereka akan lebih terlihat berpengalaman dalam bekerja

dibanding yang lebih muda. Hal ini pun sesuai dengan konsep teori

bahwa tingkat pengetahuan seseorang dipengaruhi juga oleh

tingkat pengalaman dalam bekerja (lama masa kerja). Tingkat

pendidikan seeorang yang semakin tinggi maka pengalaman akan

semakin luas, sedangkan semakin tua umur seseorang, maka

pengalaman semakin banyak (Notoadmojo, 2010).

5.2 Uji Univariat

5.2.1 Pengetahuan responden tentang kualitas perawatan DC

Berdasarkan jumlah total responden yaitu sejumlah 50

orang dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan responden

tentang perawatan DC adalah sebangai berikut: tingkat

pengetahuan tinggi sebanyak 33 responden (66%) dan tingkat

pengetahuan rendah sebanyak 17 responden (34%).

Berdasarkan kondisi di RSUD dr. Soehadi prijonegoro

Sragen dimana jumlah responden mayoritas masih memiliki latar

belakang pendidikan D3 keperawatan yaitu sebesar 27 responden

(54%) dan juga kemungkinan diakibatkan oleh tingkat pengalaman

responden yang dapat dikatakan mayoritas responden masih

memiliki pengalaman kerja yang dilihat dari lama masa kerja

masih banyak yang baru yaitu kurang dari 10 tahun yaitu sejumlah

Page 90: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

78

23 responden (46%). Hal ini tentunya akan banyak terjadi

perubahan hasil temuan misalkan, pengetahuan responden akan

menjadi lebih tinggi lagi dari pada temuan diawal apabila semua

responden memiliki tingkat pendidikan yang lebih banyak lulusan

sarjana atau mungkin S2. Dan juga kondisi akan berubah apabila

sebagian besar dari responden memiliki masa bekerja yang jauh

lebih lama sehingga kemungkinan mereka memiliki pengalaman

yang lebih banyak lagi dibanding hasil penelitian ini.

Berdasarkan temuan hasil penelitian diatas perbedaan

tingkat pengetahuan responden baik tinggi maupun rendah

kemungkinan adalah dipengaruhi oleh umur, tempat tinggal, sosial

ekonomi, kultur, pendidikan, pengalaman, dan sumber informasi

yang diperoleh (Notoadmojo, 2010).

5.2.2 Sikap responden tentang kualitas perawatan DC

Berdasarkan jumlah total responden penelitian yaitu

sebanyak 50 orang dapat diketahui bahwa sikap responden tentang

perawatan DC adalah sebangai berikut: sikap yang positif sebanyak

32 responden (64%) dan sikap yang negatif sebanyak 18 responden

(36%).

Berdasarkan temuan diatas dapat ditarik kesimpulkan

bahwa mayoritas responden memiliki sikap yang positif yaitu

sejumlah 32 orang responden (64%). Menurut peneliti kondisi

dilapangan yang sesungguhnya adalah masih cukup banyak sikap

Page 91: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

79

dari responden yang setiap kali melakukan tindakan keperawatan

terhadap pasien yang semaunya sendiri tanpa mengikuti SOP yang

berlaku. Demikian juga ketika responden melakukan perawatan

DC terhadap pasien yang memakai kateter.

Sikap yang negatif dari para responden tersebut tentunya

akan dapat dikurangi atau bahkan diubah apabila mereka mau dan

mampu mendapatkan ilmu dan ketrampilan yang baru sehingga

lambat laun akan mempengaruhi sikap dan pengalaman mereka

dalam bekerja. Seperti kutipan dari teori yang menerangkan bahwa

perubahan sikap seseorang dapat terjadi dikarenakan beberapa hal,

diantaranya hasil dari proses belajar, proses sosialisasi, arus

informasi, pengaruh kebudayaan dan adanya pengalaman-

pengalaman baru yang dialami oleh individu (Davidoff dalam

Zaim Elmubarok, 2008).

5.2.3 Perilaku responden dalam pencegahan infeksi nosokomial saluran

kemih

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa

perilaku responden tentang pencegahan infeksi nosokomial saluran

kemih adalah sebagai berikut: perilaku baik sebanyak 26 responden

(52%) dan perilaku yang buruk sebanyak 24 responden (48%).

Perbedaan tingkat perilaku responden yang dapat diamati

ditempat penelitian adalah kemungkinan dipengaruhi oleh

beberapa alasan yaitu perbedaan tingkat pendidikan yang

Page 92: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

80

mayoritas masih D3 Keperawatan, terlalu sedikitnya pengalaman

bekerja dari sebagian besar responden yang mana mayoritas

responden memiliki lama masa kerja kurang dari 10 tahun dan juga

perbedaan sikap responden yang masih memiliki sikap negatif

misalnya malas dalam berperilaku.

Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti di RSUD dr.

Soehadi Prijonegoro Sragen menjelaskan bahwa sebanyak 24

responden masih terkadang berperilaku yang kurang baik dalam

hal pencegahan INOS. Dimana mereka dengan sengaja membuang

sampah tidak sesuai dengan tempatnya, tidak memakai APD yang

sesuai dengan standar dan juga terkadang mereka tidak

memperhatikan konsep steril dan non steril disetiap tindakan

mereka kepada pasien. Hal inipun juga terlihat dalam hal perilaku

perawatan DC setiap harinya.

Masih ada sekitar 17 responden yang belum tahu tentang

bagaimana perawatan DC yang benar dan juga ditemukan

sebanyak 18 responden yang menganggap tidak penting akan

tindakan perawatan DC pada pasien terhadap pencegahan infeksi.

Biasanya responden yang belum tahu akan SOP perawatan DC

yang benar ataupun enggan melakukan perawatan DC adalah

responden yang sudah tua ataupun yang berpendidikan rendah.

Karena kemungkinan mereka belum paham akan manfaat dan juga

Page 93: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

81

resiko yang ditimbulkan bila melakukan perawatan DC yang

berkualitas.

Hal ini pun sejalan dengan penjelasan teori bahwa yaitu

perilaku yang baik dan perilaku yang buruk kemungkinan

dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah faktor

endogen (jenis ras, jenis kelamin, sifat kepribadian, bakat

pembawaan, intelegensi dan usia) dan juga faktor eksogen (faktor

lingkungan, pendidikan, agama, sosial ekonomi dan kebudayaan)

(Sunaryo, 2004).

5.3 Uji Bivariat

5.3.1 Hubungan pengetahuan tentang kualitas perawatan DC dengan

perilaku pencegahan infeksi nosokomial saluran kemih.

Uji statistik khai kuadrat (Chi Square) untuk

mengidentifikasi hubungan pengetahuan tentang kualitas perawatan

DC dengan perilaku pencegahan infeksi nosokomial saluran kemih.

Pada perhitungan uji statistik khai kuadrat (chi square)

apabila nilai x² hitung < x² tabel maka H0 diterima. Dan

sebaliknya, apabila nilai x² hitung > x² tabel maka H0 ditolak. Dari

hasil temuan penelitian ini didapatkan hasil bahwa nilai x² hitung

(pearson chi square) adalah sebesar 7,890 dengan tingkat

keyakinan sebesar 95% dan alpha 5% > dari nilai x² tabel yaitu

sebesar 3,841 dan nilai p = 0,005, maka dapat disimpulkan bahwa

H0 ditolak atau ada hubungan pengetahuan tentang kualitas

Page 94: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

82

perawatan DC dengan perilaku pencegahan infeksi nosokomial

saluran kemih pada pasien Stroke di ruang inap RSUD dr. Soehadi

Prijonegoro Sragen.

Hasil penelitian ini menjelaskan terdapat hubungan antara

tingkat pengetahuan seseorang dengan perilaku seseorang tersebut.

Berdasarkan hasil temuan dilapangan didapatkan data bahwa

mayoritas responden memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi

yaitu sebanyak 33 responden (66%) yang mana hal ini mungkin

saja berpengaruh juga terhadap pola perilaku responden dalam

menerapkan perilaku pencegahan infeksi nosokomial. Berdasarkan

hasil survey dilapangan ternyata tingkat perilaku responden pun

ditemukan data bahwa sebagian besar dari responden masih

memiliki pola perilaku yang baik yaitu sebanyak 26 responden

(52%).

Walaupun demikian peneliti dapat mengemukakan

pendapatnya bahwa hendaknya pengetahuan dari responden harus

lebih ditingkatkan lagi supaya perilaku mereka pun akan jauh lebih

baik dalam hal pencegahan infeksi. Pengetahuan responden tentang

bagaimana kualitas perawatan DC yang baik tentunya dapat di

perbaharui dan juga dapat diperoleh dengan memotivasi responden

untuk terus belajar dan juga mungkin mengikuti pelatihan ataupun

workshop terkini. Langkah ini bertujuan agar mereka dapat

memperoleh informasi dan pengetahuan terbaru tentang berbagai

Page 95: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

83

ketrampilan berkenaan dengan prosedur perawatan. Dengan cara

seperti ini tentunya diharapkan pola perilaku responden dalam

bekerja ataupun bertindak dalam menggiatkan pencegahan infeksi

nosokomial salah satunya dapat lebih baik lagi.

Berdasarkan hasil penelitian ini pengetahuan responden

yang mayoritas masih tinggi tentunya akan mempermudah daya

serap dan kemampuan belajar responden ketika mereka diberikan

pengetahuan ataupun ketrampilan baru khususnya ketrampilan

perawatan DC yang berkualitas. Sehingga pola perilaku

pencegahan infeksi nosokomial respondenpun juga akan berubah

lebih baik.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Evie Wulan

Ningsih, 2013 yang menemukan hasil bahwa terdapat hubungan

antara tingkat pengetahuan dan motivasi perawat dengan perilaku

pencegahan infeksi nosokomial di RSUD Sukoharjo. Dimana

tingkat pengetahuan dan juga motivasi perawat yang baik tentunya

akan berpengaruh terhadap perilaku yang baik pula dalam

pencegahan infeksi nosokomial. Hal ini dikarenakan perilaku

seseorang itu dibagi menjadi beberapa tiga domain, yaitu cognitive

domain, affective domain dan psychomotor domain (Bloom, 1990

dikutip oleh Notoadmodjo, 1997). Cognitive domain biasa diukur /

dilihat dari tingkat pengetahuan seseorang. Pengetahuan

merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya

Page 96: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

84

perilaku terbuka (overt behaviour). Perilaku yang didasari

pengetahuan umumnya bersifat langsung (Sunaryo,2004).

5.3.2 Hubungan sikap tentang kualitas perawatan DC dengan perilaku

pencegahan infeksi nosokomial saluran kemih

Uji statistik khai kuadrat (Chi Square) digunakan untuk

mengidentifikasi hubungan sikap tentang kualitas perawatan DC

dengan perilaku pencegahan infeksi nosokomial saluran kemih.

Sebagaimana dijelaskan diawal tentang uji khai kuadrat

(Chi Square), bahwa apabila nilai x² hitung < nilai x² tabel maka

H0 diterima. Dan sebaliknya, apabila nilai x² hitung > nilai x² tabel,

maka H0 ditolak. Hasil temuan uji statistik yang didapat adalah

nilai x² hitung > nilai x² tabel (4,608 > 3,841) dengan nilai p:

0,032, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan sikap

tentang kualitas perawatan DC dengan perilaku pencegahan infeksi

nosokomial saluran kemih pada pasien Stroke di ruang inap RSUD

dr. Soehadi Prijonegoro Sragen.

Kondisi ini dapat dilihat dari hasil survey dilapangan bahwa

sebagian besar responden masih memiliki sikap yang positif dalam

hal penerapan kualitas perawatan DC yaitu sebanyak 32 responden

(64%). Sehingga hal ini pun kemungkinan juga akan membawa

dampak yang sangat baik terhadap perilaku responden dalam

pencegahan infeksi nosokomial saluran kemih.

Page 97: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

85

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang

dilakukan oleh Sukardjo dkk tentang Hubungan pengetahuan dan

sikap perawat tentang kontrol infeksi nosokomial di RS Islam

Sultan Agung Semarang. Dengan hasil penelitian yang

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan pengetahuan perawat

tentang kontrol infeksi terhadap pencegahan infeksi nosokomial di

RS Islam Sultan Agung Semarang (p < 0,05, dimana p = 0,308).

Sedangkan ada hubungan antara sikap perawat tentang kontrol

infeksi terhadap pencegahan infeksi nosokomial di RS Islam Sultan

Agung Semarang (p < 0,05, dimana p = 0,019).

Menurut pendapat peneliti apabila melihat kondisi

sebenarnya, dimana masih ditemukan sikap responden yang negatif

khususnya dalam hal pemberian perawatan DC yang ternyata

belum berkualitas, maka secara tidak langsung pola perilaku

mereka pun tentunya akan ikut terpengaruh. Dimana responden

yang memiliki sikap negatif, pola perilaku mereka pun juga

cenderung buruk. Dan juga begitu sebaliknya. Apabila responden

dengan sikap positif, perilaku mereka pun juga cenderung baik.

Seandainya saja semua responden memiliki sikap yang positif,

kemungkinan besar perilaku dalam hal pencegahan infeksi

nosokomial pun juga akan lebih baik.

Perilaku seseorang dapat dibentuk oleh sikap seseorang,

karena sikap merupakan cara untuk mengukur perilaku seseorang

Page 98: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

86

yaitu dari segi affective domain (Bloom, 1990 dikutip oleh

Notoadmodjo, 1997). Sikap merupakan suatu bentuk reaksi atau

reaksi perasaan (Azwar, 2007). Sikap mempunyai tingkat

berdasarkan intensitas yaitu terdiri dari: menerima, menanggapi,

menghargai, bertanggung jawab (Notoadmodjo, 2005). Sikap juga

dapat dibentuk melalui pengalaman pribadi, pengaruh orang lain

yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan, media massa,

lembaga pendidikan dan agama, dan pengaruh faktor emosional.

Page 99: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

87

BAB VI

PENUTUP

6.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka dapat ditarik simpulan

sebagai berikut:

6.1.1 Karakteristik responden berdasarkan:

a. Umur adalah dari 50 orang responden sebagian besar dari responden

berusia 26-35 tahun yaitu sebanyak 25 responden (50%).

b. Jenis kelamin adalah dari jumlah responden sebanyak 50 orang

didapatkan data bahwa mayoritas responden adalah perempuan

yaitu sebanyak 32 responden (64%).

c. Tingkat pendidikan adalah dari 50 orang responden diperoleh hasil

bahwa mayoritas responden memiliki pendidikan D3 keperawatan

yaitu sebanyak 27 responden (54%).

d. Lama masa kerja adalah dari 50 orang responden didapatkan data

bahwa sebagian besar responden memiliki masa kerja selama 5-10

tahun yaitu sebanyak 23 responden (46%)

6.1.2 Pengetahuan tentang perawatan DC adalah dari 50 orang responden

dapat diketahui bahwa mayoritas tingkat pengetahuan responden

tentang perawatan DC adalah tinggi yaitu sebanyak 33 responden

(66%).

Page 100: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

88

6.1.3 Sikap tentang perawatan DC adalah dari 50 orang responden dapat

diketahui bahwa mayoritas sikap responden tentang perawatan DC

adalah positif yaitu sebanyak 32 responden (64%).

6.1.4 Perilaku pencegahan infeksi nosokomial saluran kemih adalah dari 50

orang responden dapat diketahui bahwa mayoritas perilaku responden

tentang pencegahan infeksi nosokomial saluran kemih adalah baik

yaitu sebanyak 26 responden (52%).

6.1.5 Hubungan pengetahuan tentang kualitas perawatan DC dengan perilaku

pencegahan infeksi nosokomial saluran kemih didapatkan nilai x²

hitung (pearson chi square) adalah 7,890 dan dengan tingkat keyakinan

95%, alpha = 5%, df 1(jumlah baris-1) x (jumlah kolom-1) = (2-1) x (2-

1) = 1 x 1 = 1, hasil untuk x² tabel sebesar 3,841. Karena x² hitung > x²

tabel (7,890 > 3,841) dan nilai p: 0,005, maka H0 ditolak, jadi ada

hubungan pengetahuan tentang kualitas perawatan DC dengan perilaku

pencegahan infeksi nosokomial saluran kemih pada pasien stroke

diruang inap RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen, dengan tingkat

kelemahan sebesar p: 0,005.

6.1.6 Hubungan sikap tentang kualitas perawatan DC dengan perilaku

pencegahan infeksi nosokomial saluran kemih didapatkan nilai x²

hitung (pearson chi square) adalah 4,608 dan dengan tingkat keyakinan

95%, alpha = 5%, df 1(jumlah baris-1) x (jumlah kolom-1) = (2-1) x (2-

1) = 1 x 1 = 1, hasil untuk x² tabel sebesar 3,841. Karena x² hitung > x²

tabel (4,608 > 3,841) dan nilai p: 0,032, maka H0 ditolak, jadi ada

Page 101: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

89

hubungan sikap tentang kualitas perawatan DC dengan perilaku

pencegahan infeksi nosokomial saluran kemih pada pasien stroke

diruang inap RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen, dengan tingkat

kelemahan sebesar p: 0,032.

6.2 Saran

6.2.1 Bagi rumah sakit

Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi dasar dalam pembuatan

dan diterapkannya SOP perawatan DC yang benar dan berkualitas

sehingga dapat menambah pengetahuan dan merubah pola perilaku

perawat / tenaga medis lain dalam mengurangi kejadian infeksi

nosokomial saluran kemih.

6.2.2 Bagi masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan dampak yang baik

terhadap kualitas perawatan DC pada masyarakat dalam hal ini pasien

guna mengurangi kejadian infeksi nosokomial saluran kemih.

6.2.3 Bagi penelitian lain.

Hasil penelitian ini di harapkan dapat menjadi sumber acuan dalam

pembuatan penelitian lain berikutnya dan diharapkan penelitian

berikutnya lebih menekankan pada perubahan perilaku responden tidak

hanya dari segi kognitifnya saja. Sehingga penelitian tidak hanya

dilakukan sekali waktu saja.

Page 102: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

90

6.2.4 Bagi institusi pendidikan.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan tentang

pembuatan SOP perawatan DC dan juga menambah referensi tentang

infeksi nosokomial saluran kemih.

6.2.5 Bagi peneliti.

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pengalaman dan wawasan

serta menambah pengetahuan bagi peneliti dalam membuat sebuah

penelitian.

Page 103: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto,S.(2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:

Rineka Cipta

Brunner, L & Suddart, D. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah

(H.Kuncoro, A.Hartono, M. Ester, Y. Asih, terjemahan). Edisi 8 vol 1.

Jakarta: EGC

Data RSUD Dr Soehadi Prijonegoro Sragen Tahun 2014-2015

Fatmawati,Baiq Rulli. (2010). Gambaran Beban Keluarga dengan Anggota

keluarga yang Menderita Stroke di wilayah Kerja Puskesmas Kasihan II

Bantul Yogyakarta. www. publikasi.umy.ac.id diakses 27 Desember 2010.

19.20 wib

Habni, Yulia. (2009). Perilaku Perawat dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial di

Ruang Rindu A, Rindu B, ICU, IGD,Rawat jalan di RSUP H Adam Malik

Medan

Hakim, Irfan. (2004). Kegemukan dan masalahnya, Suara pembaharuan, posting

pertama: 22 Agustus 2004. www.pembaruan.com. diakses 5 januari 2011,

21.15 wib

Harsono. (2003). Kapita Selekta Neurologi. Gajahmada University Press.

Yogyakarta

Jenny. (2005). Perawatan Pasca Stroke di Rumah. Sahabat Setia. Yogyakarta

Kelana Dharma, K. (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta

Kozier, B, Erb. G,Berman A. Synder , S.J. (2010). Buku Ajar Keperawatan

Fundamental ( Esty Wahyunigsih penerjemah). Jakarta: EGC

Mangoenprasodjo, A. Setiono, dan Fitri Nur Kayati. (2005). Stroke jangan Lagi

jadikan Hantu: Awasi gejala sejak dini dan cara menolong penderita Think

Fresh. Yogyakarta

Martini, Santi dan Lucia, Y. Hendrati. (2006). Usia Merokok Pertama Kali

merupakan faktor yang meningkatkan Resiko Kejadian Hipertensi: Besar

resiko kejadian Hipertensi menurut pola merokok. Jurnal kedokteran Yarsi

.14 (3). 191-198

Page 104: HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT … · PERILAKU PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PASIEN STROKE DI RSUD DR SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN ... Untuk semua pihak yang telah banyak

Narbuko, C. (2007). Metodologi penelitian . Jakarta: Bumi Aksara

Noer, H.M. Sjaifoellah. (2000). Ilmu penyakit dalam jilid 1. Jakarta: Balai

penerbit FKUI

Notoadmodjo, S. (2003). Pendidikan dan Perilaku kesehatan. Jakarta: PT Rieka

Cipta

Notoadmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian kesehatan. Jakarta: PT Rineka

Cipta

Notoadmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT

Rineka Cipta

Notoadmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. Jakarta:

penerbit Rineka Cipta Jakarta

Nursalam. (2003). Konsep dan penerapan metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Potter, P. A. & Perry, A.G. (2005). Buku Ajar keperawatan Fundamental (vol 1-

2). Jakarta: EGC

Sheldon G. Sheps.(2005). Mayo clinic Hipertension. Terjemahan Meita

Tjandrasa. Jakarta: PT intisari Mediatama

Sopiyudin Dahlan, M.(2010). Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan edisi

5. Jakarta

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfa Beta

Sunaryo. (2004). Psikologi untuk keperawatan. Jakarta: EGC