hubungan pencemaran air dan kerusakan das

4
HUBUNGAN PENCEMARAN AIR DAN KERUSAKAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) * Oleh : A. Muh Hijaz Jalil (1406505481) ** Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh batas- batas topografi secara alami sedemikian rupa sehingga setiap air hujan yang jatuh dalam DAS tersebut akan mengalir melalui titik tertentu (titik pengukuran di sungai) dalam DAS tersebut. Dalam Bahasa Inggris pengertian DAS sering diidentikan dengan watershed, catchment area atau river basin. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai di Indonesia semakin mengalami kerusakan lingkungan dari tahun ke tahun. Kerusakan lingkungan pada Daerah Aliran Sungai (DAS) meliputi kerusakan pada aspek biofisik ataupun kualitas air. Saat ini sebagian Daerah Aliran Sungai di Indonesia mengalami kerusakan sebagai akibat dari perubahan tata guna lahan, pertambahan jumlah penduduk serta kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pelestarian lingkungan DAS. Menurut Mawardi (2010), sedikitnya terdapat 16 DAS di Pulau Jawa yang kondisinya sangat kritis, lebih lanjut dikatakan bahwa keadaan demikian terindikasi dari status penggunaan lahan bervegeteasi dibawah 20 persen dan tidak mencapai 30 persen dari yang dipersyaratkan Undang-undang No 26 Tahun 2009 tentang Penataan Ruang. Gejala Kerusakan lingkungan Daerah Aliran Sungai (DAS) dapat dilihat dari penyusutan luas hutan dan kerusakan lahan terutama kawasan lindung di sekitar Daerah Aliran Sungai. Dampak Kerusakan Daerah Aliran Sungai Sumberdaya alam utama yang terdapat dalam suatu DAS yang harus diperhatikan dalam pengelolaan DAS adalah sumberdaya hayati, tanah dan air. Sumberdaya tersebut peka terhadap berbagai macam kerusakan (degradasi) seperti kehilangan keanekaragaman hayati (biodiversity), kehilangan tanah (erosi), kehilangan unsur hara dari daerah perakaran (kemerosotan kesuburan tanah atau pemiskinan tanah), akumulasi garam (salinisasi), penggenangan (water logging), dan akumulasi limbah industri atau limbah kota (pencemaran) (Rauschkolb, 1971; ElSwaify, et. al. 1993). Menurunnya kualitas air yang disebabkan baik oleh sedimen yang bersumber dari erosi maupun limbah industri (polusi) sudah sangat dirasakan di daerah aliran sungai yang berpenduduk padat. Dampak Kerusakan DAS. Kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) yang terjadi mengakibatkan kondisi kuantitas (debit) air sungai menjadi fluktuatif antara musim penghujan dan kemarau. Selain itu juga penurunan cadangan air serta tingginya laju sendimentasi dan erosi. Dampak yang dirasakan kemudian adalah terjadinya banjir di musim penghujan dan kekeringan di musim kemarau. Kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) pun mengakibatkan menurunnya kualitas air sungai yang mengalami pencemaran yang diakibatkan oleh erosi dari lahan kritis, limbah rumah tangga, limbah industri, limbah pertanian (perkebunan) dan limbah pertambangan. Pencemaran air sungai di Indonesia juga telah menjadi masalah tersendiri yang sangat serius. Apabila ada kegiatan di suatu DAS maka kegiatan tersebut dapat mempengaruhi aliran air di bagian hilir baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Penebangan hutan secara * Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Managemen Pengelolaan DAS, Universitas Indonesia ** Mahasiswa Pascasarjana Geografi FMIPA-UI

Upload: subhanuyausman

Post on 15-Sep-2015

233 views

Category:

Documents


16 download

TRANSCRIPT

  • HUBUNGAN PENCEMARAN AIR DAN KERUSAKAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)*

    Oleh : A. Muh Hijaz Jalil (1406505481)**

    Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh batas-batas topografi secara alami sedemikian rupa sehingga setiap air hujan yang jatuh dalam DAS tersebut akan mengalir melalui titik tertentu (titik pengukuran di sungai) dalam DAS tersebut. Dalam Bahasa Inggris pengertian DAS sering diidentikan dengan watershed, catchment area atau river basin.

    Latar Belakang

    Daerah Aliran Sungai di Indonesia semakin mengalami kerusakan lingkungan dari tahun ke tahun. Kerusakan lingkungan pada Daerah Aliran Sungai (DAS) meliputi kerusakan pada aspek biofisik ataupun kualitas air. Saat ini sebagian Daerah Aliran Sungai di Indonesia mengalami kerusakan sebagai akibat dari perubahan tata guna lahan, pertambahan jumlah penduduk serta kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pelestarian lingkungan DAS. Menurut Mawardi (2010), sedikitnya terdapat 16 DAS di Pulau Jawa yang kondisinya sangat kritis, lebih lanjut dikatakan bahwa keadaan demikian terindikasi dari status penggunaan lahan bervegeteasi dibawah 20 persen dan tidak mencapai 30 persen dari yang dipersyaratkan Undang-undang No 26 Tahun 2009 tentang Penataan Ruang. Gejala Kerusakan lingkungan Daerah Aliran Sungai (DAS) dapat dilihat dari penyusutan luas hutan dan kerusakan lahan terutama kawasan lindung di sekitar Daerah Aliran Sungai. Dampak Kerusakan Daerah Aliran Sungai

    Sumberdaya alam utama yang terdapat dalam suatu DAS yang harus diperhatikan dalam pengelolaan DAS adalah sumberdaya hayati, tanah dan air. Sumberdaya tersebut peka terhadap berbagai macam kerusakan (degradasi) seperti kehilangan keanekaragaman hayati (biodiversity), kehilangan tanah (erosi), kehilangan unsur hara dari daerah perakaran (kemerosotan kesuburan tanah atau pemiskinan tanah), akumulasi garam (salinisasi), penggenangan (water logging), dan akumulasi limbah industri atau limbah kota (pencemaran) (Rauschkolb, 1971; ElSwaify, et. al. 1993). Menurunnya kualitas air yang disebabkan baik oleh sedimen yang bersumber dari erosi maupun limbah industri (polusi) sudah sangat dirasakan di daerah aliran sungai yang berpenduduk padat.

    Dampak Kerusakan DAS. Kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) yang terjadi mengakibatkan kondisi kuantitas (debit) air sungai menjadi fluktuatif antara musim penghujan dan kemarau. Selain itu juga penurunan cadangan air serta tingginya laju sendimentasi dan erosi. Dampak yang dirasakan kemudian adalah terjadinya banjir di musim penghujan dan kekeringan di musim kemarau. Kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) pun mengakibatkan menurunnya kualitas air sungai yang mengalami pencemaran yang diakibatkan oleh erosi dari lahan kritis, limbah rumah tangga, limbah industri, limbah pertanian (perkebunan) dan limbah pertambangan. Pencemaran air sungai di Indonesia juga telah menjadi masalah tersendiri yang sangat serius.

    Apabila ada kegiatan di suatu DAS maka kegiatan tersebut dapat mempengaruhi aliran air di bagian hilir baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Penebangan hutan secara

    * Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Managemen Pengelolaan DAS, Universitas Indonesia ** Mahasiswa Pascasarjana Geografi FMIPA-UI

  • sembarangan di bagian hulu suatu DAS dapat mengganggu distribusi aliran sungai di bagian hilir. Pada musim hujan air sungai akan terlalu banyak bahkan sering menimbulkan banjir tetapi pada musim kemarau jumlah air sungai akan sangat sedikit atau bahkan kering. Disamping itu kualitas air sungai pun menurun, karena sedimen yang terangkut akibat meningkatnya erosi cukup banyak. Perubahan penggunaan lahan atau penerapan agroteknologi yang tidak cocok pun dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas air yang mengalir ke bagian hilir.

    Oleh karena itu, dari segi hidrologi, erosi dan sedimentasi, DAS dapat dianggap sebagai suatu sistem dimana perubahan yang terjadi di suatu bagian akan mempengaruhi bagian lain dalam DAS tersebut. Berbagai kegiatan dalam pengelolaan dan pengembangan DAS yang dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas air, yang pada gilirannya kualitas seluruh lingkungan hidup, antara lain, penebangan hutan, penambangan, permukiman, lingkungan pabrik, perubahan penggunaan lahan, penerapan teknik konservasi tanah dan air, pengembangan pertanian lahan kering, termasuk tanaman pangan, tanaman perkebunan, seperti tebu, karet, kelapa sawit, dan perubahan agroteknologi. Sistem Ekologi dan Manajemen Daerah Aliran Sungai

    Gambar 1. Hakekat DAS sebagai dasar dalam pengelolaan (Fuady dkk,2008)

    Pada dasarnya DAS merupakan satu kesatuan hidrologi. DAS penampung air,

    mendistribusikan air yang tertampung lewat suatu sistem saluran dari hulu ke hilir, dan berakhir di suatu tubuh air berupa danau atau laut. Barsama dengan atmosfir dan laut (atau danau), DAS menjadi tempat kelangsungan daur hidrologi. Hubungan hidrologi antara atmosfir dan tubuh air bumi dapat berjalan secara langsung, atau lewat peranan DAS. Terjadi pula hubungan hidrologi lansung antara DAS dan atmosfir. Hubungan hidrologi segitiga antara atmosfir, DAS dan tubuh air bumi (laut) disajikan pada Gambar 1. Bagan ini memperlihatkan peranan DAS sebagai penghubung dua waduk air alam utama, yaitu atmosfir dan laut. Ini menjadi dasar pertama dalam pengelolaan DAS.

    Selaku suatu wilayah kegiatan pendauran air maka DAS merupakan suatu satuan fisik yang cocok bagi penelaahan proses-proses yang menentukan pembentukan bentang lahan (landscape) khas di berbagai wilayah bumi. Proses-proses yang berlangsung di dalam DAS dapat dikaji berdasar pertukaran bahan dan energi (Fuady dkk, 2008). Hal ini menjadi dasar kedua dalam pengelolaan DAS. Gambar 2. merupakan acuan DAS sebagai suatu system yang bertopang pada proses pertukaran bahan dan energi.

    Setiap DAS cenderung memperluas diri, baik dengan jalan erosi mundur dan/atau menyamping di daerah hulu, maupun dengan jalan pengendapan di daerah hilir, termasuk pembentukan jalur berkelok (meander) di dataran pantai dan pembentukan delta di depan

    Atmosfer

    Tubuh Air Bumi (Laut atau Danau) DAS

    Hubungan erat Hubungan terbatas

    HAKEKAT DAS SEBAGAI DASAR DALAM PENGELOLAANNYA

  • kuala. Dilihat dari segi ini maka DAS merupakan suatu satuan geomorfologi yang bersifat sangat dinamik, dibentuk oleh proses- proses fluvial dan memperoleh corak dan cirinya dari paduan dua proses yang saling berlawanan. Proses yang satu ialah degradasi (penurunan) di daerah hulu dan proses yang lain ialah agradasi (peningkatan) di daerah hilir. Dengan demikian ada proses perpindahan material dari hulu ke hilir. Salah satu hasil morfogenesa penting semacam ini adalah pembentukan bentang tanah atau pola agihan tanah yang khas di tiap-tiap DAS. Keadaan ini merupakan dasar ketiga dalam pengelolaan DAS. Di depan telah diuraikan tentang berbagai gatra dan keaneka ragaman pemanfaatan DAS. Hal ini merupakan dasar keempat dalam pengelolaan DAS.

    Dari dasar pengelolaan pertama dan kedua mengandung suatu pengertian penting,

    bahwa DAS merupakan suatu sistem yang terbuka (open system). Hal ini dapat dilihat dari berfungsinya interaksi luar (functioning of external interactions), yang menurut (Fuady dkk, 2008) merupakan kategori kedua yang membentuk hakekat kehadiran suatu sistem. Dasar pengelolaan kedua, ketiga dan keempat menunjuk kepada suatu pengertian penting berikutnya, bahwa DAS merupakan suatu sistem peubah energi (energy transformer). Hal ini dapat dipandang adanya interaksi berfungsinya faktor-faktor internal (functioning of internal interactions). Yang menurut (Fuady dkk, 2008) merupakan kategori pertama yang membentuk hakekat kehadiran suatu sistem.

    Hubungan Pencemaran Air dan Kerusakan Daerah Aliran Sungai

    Berkurangnya infiltrasi air ke dalam tanah yang mengalami erosi di bagian hulu DAS menyebabkan pengisian kembali (recharge) air di bawah tanah (ground water) juga berkurang yang mengakibatkan kekeringan di musim kemarau. Dengan demikian terlihat bahwa peristiwa banjir dan kekeringan merupakan fenomena ikutan yang tidak terpisahkan dari peristiwa eropsi. Bersama dengan sedimen, unsur-unsur hara terutama N dan P serta bahan organikpun banyak yang ikut terbawa masuk ke dalam waduk atau sungai (Sinukaban 1981). Hal ini mengakibatkan terjadinya eutrofikasi berlebihan dalam danau atau waduk sehingga memungkinkan perkembangan tananam air menjadi lebih cepat dan pada akhirnya mempercepat pendangkalan dan kerusakan waduk atau danau tersebut. Meningkatnya aktivitas pertambangan dan pembanguan pabrik yang tidak diikuti dengan

    Gambar 2. DAS sebagai suatu system pertukaran bahan dan energy (Fuady dkk,2008)

  • teknik konservasi dan penanganan limbah yang memadai, akan meningkatkan pencemaran yang luar biasa di bagian hilir.

    Banjir di musim hujan dan kekeringan di musim kemarau adalah indikator utama kerusakan DAS yang sangat jelas. Pada dasarnya banjir terjadi karena sebagian besar dari hujan yang jatuh ke bumi tidak masuk kedalam tanah mengisi akuifer, tetapi mengalir di atas permukaan yang pada gilirannya masuk ke sungai dan mengalir sebagai banjir ke bagian hilir. Hal ini terjadi karena kapasitas infiltrasi tanah sudah menurun akibat rusaknya DAS. Faktor utama kerusakan DAS yang mengakibatkan menurunnya infiltrasi adalah: (1) hilang / rusaknya penutupan vegetasi permanen / hutan di bagian huilu, (2) pengunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuannya, dan (3) penerapan teknologi pengelolaan lahan / pengelolaan DAS yang tidak memenuhi syarat yang diperlukan.

    Penurunan infiltrasi akibat kerusakan DAS mengakibatkan meningkatnya aliran permukaan (run off) dan menurunnya pengisian air bawah tanah groundwateri) mengakibatkan meningkatnya debit aliran sungai pada musim hujan secara drastis dan menurunnya debit aliran pada musim kemarau. Pada keadaan kerusakan yang ekstrim akan terjadi banjir besar di musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau. Hal ini mengindikasikan bahwa terjadi kehilanghan air dalam jumlah besar di musim hujan yaitu mengalirnya air ke laut dan hilangnya mata air di kaki bukit akibat menurunnya permukaan air bawah tanah. Dengan perkataan lain, pengelolaan DAS yang tidak memadai akan mengakibatkan rusaknya sumberdaya air.

    Uraian Penutup

    Peran pencemaran terhadap laju pengrusakan DAS memerlukan perhatian yang serius oleh karena dampak yang ditimbulkannya mengancam stabilitas lingkungan dan menimbulkan efek jangka panjang, oleh karena itu pengawasan dan penegakan hukum terhadap aturan perundangan yang berlaku perlu ditingkatkan dalam rangka mitigasi kerusakan lebih lanjut. Peran serta seluruh pihak dalam pengawasan akan lebih optimal dan efisian sehingga dampak tersebut dapat diminimalisir secara cepat, tepat dan bertanggung jawab.

    Daftar Pustaka Fuady, Z., Azizah, C. 2008. Tinjauan Daerah Aliran Sungai Sebagai Sistem Ekologi dan

    Manajemen Daerah Aliran Sungai. Lentera Vol.6 Oktober 2008; Muwardi, I. 2010. Kerusakan Daerah Aliran Sungai dan Penurunan Daya Dukung

    Sumberdaya Air di Pulau Jawa Serta Upaya Penanganannya. Jurnal Hidrosfer Indonesia. Vol 5 No 2. Hal. 1-11. ISSN 1907-1043;

    Sinukaban, N. 2007. Peranan Konservasi Tanah dan Air dalam Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Jurusan Ilmu Tanah Institut Pertanian Bogor.

    Rauschkolb, R.S. 1971. Land Degradation. FAO Soil Bull, No. 13; Sinukaban, N. 1981. Erosion Selectivity as Affected by Tillage Planting System. Ph.D

    Thesis University of Winconsin, Madison, USA; Swaify, El. S.A, S. Arsyad, dan P. Krisnalajati. 1983. Soil erosion by Water. Dalam

    Carpenter R.A. (Ed). 1983. Natural system for Development What Planners Need to Know, Mc, millan, Publ, Co: 19-161;