hubungan motivasi kerja dan komitmen organisasi …repository.uinsu.ac.id/1510/1/teisi h. hadyan...
TRANSCRIPT
HUBUNGAN MOTIVASI KERJA DAN KOMITMEN ORGANISASI
DENGAN KEPUASAN KERJA GURU
MADRASAH ALIYAH NEGERI 2
TANJUNG PURA
Oleh:
H. HADYAN SHOFI
06 PEDI 975
Jurusan
PENDIDIKAN ISLAM / MPI
PROGRAM PASCASARJANA
IAIN SUMATERA UTARA
MEDAN
2011
PENGESAHAN
Tesis berjudul:
HUBUNGAN MOTIVASI KERJA DAN KOMITMEN ORGANISASI
DENGAN KEPUASAN KERJA GURU
MAN 2 TANJUNG PURA
Oleh:
H. HADYAN SHOFI
06 PEDI 975
Dapat disetujui dan disahkan sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar
Magister Agama dalam bidang Pendidikan Islam pada
Konsentrasi Manajemen Pendidikan Islam
Program Pascasarjana IAIN Sumatera Utara
Medan, September 2011
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. Lahmuddin Lubis, M.Ed Dr. Masganti Sit, M.Ag
NIP: 19620411 198902 1 002 NIP: 19670821 199303 2 007
PERSETUJUAN
Tesis Berjudul:
KONTRIBUSI PROGRAM RINTISAN GELAR DAN PENATARAN
TERHADAP KOMPETENSI GURU MAN DI TANJUNGPURA
KABUPATEN LANGKAT
Oleh:
SYAHRUL KODRAH
03 / PEKI / 663
Dapat disetujui dan disahkan sebagai persyaratan untuk
Memperoleh gelar Magister pada Program Studi Pengkajian Islam
Program Pascasarjana IAIN Sumatera Utara
Medan, 2 Mei 2005
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Hasan Asari, MA Dr. Lahmuddin Lubis, M.Ed.
Tesis berjudul “KONTRIBUSI PROGRAM RINTISAN GELAR DAN
PENATARAN TERHADAP KOMPETENSI GURU MAN DI TANJUNGPURA
KABUPATEN LANGKAT” an. Syahrul Kodrah, 03 / PEKI / 663 Program Studi
Pengkajian Islam telah dimunaqasyahkan dalam sidang Munaqasyah Program
Pascasarjana IAIN-SU Medan pada tanggal 30 Mei 2005.
Tesis ini diterima untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Magister
Agama (M.A.) pada Program Studi Pengkajian Islam
Medan, 30 Mei 2005
Panitia Sidang munaqasyah Tesis Program Pascasarjana IAIN-SU Medan
Ketua,
Prof. Dr. H. Hasyimsyah Nasution, M.A.
NIP. 150 216 584
Sekretaris,
Dr. Hasan Asari, M.A.
NIP. 150 242 813
Anggota,
1. Dr. Hasan Asari, M.A.
NIP. 150 242 813
2. Dr. Abdul Mukti, M.A.
NIP. 150 227 658
3. Dr. Ja’far Siddik, M.A.
NIP. 150 217 096
4. Dr. Fakhruddin Azmi, M.A.
NIP. 150 209 761
Mengetahui
Direktur PPS IAIN-SU
Prof. Dr. H. Hasyimsyah Nasution, MA
NIP. 150 216 584
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Syahrul Kodrah
NIM : 03 / PEKI / 663
Tempat/tgl. Lahir : Bukittinggi / 4 -10 -1949
Pekerjaan : Guru MAN 1 Tanjungpura
menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang berjudul “Kontribusi
Program Rintisan Gelar dan Penataran Terhadap Kompetensi Guru
MAN di Tanjungpura Kabupaten Langkat“ benar-benar karya asli saya,
kecuali kutipan-kutipan yang disebutkan sumbernya.
Apabila terdapat kesalahan dan kekeliruan di dalamnya, maka kesalahan
dan kekeliruan tersebut sepenuhnya menjadi tanggungjawab saya.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesuangguhnya.
Medan, 9 Mei 2005
Yang membuat pernyataan
SYAHRUL KODRAH
ABSTRAKSI
Judul : HUBUNGAN MOTIVASI KERJA DAN KOMITMEN
ORGANISASI DENGAN KEPUASAN KERJA GURU
MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 TANJUNG PURA
Oleh : H. Hadyan Shofi
NIM : 06 / PEDI / 975
Kepuasan kerja guru merupakan penerimaan dan nilai-nilai seorang
guru terhadap faktor-faktor seperti evaluasi, hubungan rekan kerja,
tanggung jawab, dan pengakuan. Seorang guru akan bekerja lebih efektif
hanya ketika mereka puas dengan pekerjaannya. Kepuasan kerja guru
merupakan faktor yang paling penting dalam membuat peker jaan sebagai
guru menjadi lebih berguna dalam suatu negara.
Kepuasan Berdasarkan hasil observasi dan wawancara penulis
dengan kepala sekolah Madrasah Aliyah Negeri 2 Tanjung Pura bahwa
kepuasan kerja guru secara umum belumlah optimal. Hal ini terlihat pada
perilaku mereka yang masih kurang disiplin dalam hadir ke sekolah, kurang
semangat dalam mengajar, mengajar yang belum maksimal, dan tidak
berusaha menciptakan lingkungan yang terbaik. Keadaan ini merupakan
suatu permasalahan yang perlu diatasi, sehingga para guru memperoleh
kepuasan kerja yang maksimal, sehingga akhirnya dapat bekerja secara
optimal pula. Ketidakpuasan guru terhadap kerjanya mengakibatkan
mereka bersifat apatis dan cenderung asal melaksanakan tugas, sekadar
tidak dikenakan hukuman. Mereka juga cenderung merasa gaji yang
mereka terima masih kurang berdasarkan kebutuhan hidup mereka. Oleh
sebab itu, keadaan kepuasan kerja guru tersebut perlu diwujudkan secara
maksimal agar mereka dapat melaksanakan tugas mereka secara maksimal
pula.
Untuk meningkatkan kepuasan kerja guru, maka yang pertama
perlu diketahui adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja
guru berdasarkan pendapat para ahli. Dari berbagai faktor yang
mempengaruhi kepuasaan kerja tersebut, maka dalam penelitian ini secara
khusus akan diteliti dua faktor, yaitu motivasi kerja dan komitmen
organisasi.
Penelitian ini dilakukan terhadap guru MAN di Tanjungpura
Kabupaten Langkat. Sampel guru dalam penelitian ini adalah seluruh guru
Madrasah Aliyah Negeri 2 Tanjung Pura pada tahun pelajaran 2011/2012
yang berjumlah 56 orang guru. Alat pengumpulan data yang digunakan
adalah dokumen atau bahan pustaka, kuesioner, dan wawancara. Alat
pengumpulan data yang bersifat dokumen atau bahan pustaka adalah untuk
teori-teori yang diperlukan. Sedangkan kuesioner ditujukan kepada
responden penelitian ini sebagai alat pengumpulan data yang pokok (data
primer). Wawancara ditujukan kepada kepala MAN di Tanjung Pura untuk
memperoleh data skunder.
Berdasarkan hasil pembahasan data penelitian diperoleh
kesimpulan sebagai berikut: (1) Ada hubungan yang berarti (signifikan)
antara motivasi kerja dengan kepuasan kerja guru Madrasah Aliyah Negeri
2 Tanjung Pura tahun ajaran 2011/2012. Dengan demikian semakin tinggi
motivasi kerja semakin tinggi pula kepuasan kerja. (2) Ada hubungan yang
berarti (signifikan) antara Komitmen organisasi dengan kepuasan kerja
guru Madrasah Aliyah Negeri 2 Tanjung Pura tahun ajaran 2011/2012.
Dengan demikian semakin tinggi komitmen organisasi, semakin tinggi pula
kepuasan kerja siswa. (3) Ada hubungan yang berarti (signifikan) antara
motivasi kerja dan komitmen organisasi tehadap kepuasan kerja guru
Madrasah Aliyah Negeri 2 Tanjung Pura tahun ajaran 2011/2012. Dengan
demikian semakin tinggi motivasi kerja dan komitmen organisasi semakin
tinggi pula kepuasan kerja.
ABSTRACT
Title: RELATIONSHIP WORK MOTIVATION AND COMMITMENT TO THE
ORGANIZATION OF TEACHER JOB SATISFACTION MADRASAH
ALIYAH NEGERI 2 TANJUNG PURA
By: H. Hadyan Shofi
NIM: 06 / Pedi / 975
Job satisfaction of teachers is the acceptance and the values of a teacher on
factors such as evaluation, co-worker relationships, responsibilities, and recognition. A
teacher will work more effectively only when they are satisfied with their jobs. Teacher
job satisfaction is the most important factor in making the work as teachers become
more useful in a country.
Based on observations and interviews with the principal author of Madrasah
Aliyah Negeri 2 Tanjung Pura that teacher job satisfaction in general is not yet optimal.
This is apparent in their behavior are still present to a lack of discipline in schools, lack
of enthusiasm in teaching, teaching is not maximized, and not trying to create the best
environment. This situation is a problem that needs to be addressed, so that teachers gain
the maximum job satisfaction, so it can finally work optimally as well. The
dissatisfaction of teachers to lead their work tends to be apathetic and origin of the job,
just not be punished. They also tend to feel the salary they receive is less based on the
needs of their lives. Therefore, the state teachers' job satisfaction must be expressed to
the maximum so that they can carry out their duties with maximum anyway.
To increase the job satisfaction of teachers, so the first to note is that the factors
that influence job satisfaction of teachers based on expert opinion. Of the various factors
that influence job satisfaction, then in this study will specifically investigated two
factors, namely motivation and organizational commitment.
This research was conducted for teachers in Tanjungpura Langkat MAN. The
sample of teachers in this study were all teachers of Madrasah Aliyah Negeri 2 Tanjung
Pura in the school year 2011/2012 teachers numbering 56 people. Data collection tool
used is a document or library materials, questionnaires, and interviews. Data collection
tool is a document or library materials are for the necessary theories. While the
questionnaire addressed to the study's respondents as the principal means of data
collection (primary data). Interviews addressed to the head of MAN in Tanjung Pura to
obtain secondary data.
Based on the results of the discussion of research data obtained the following
conclusions: (1) There is a significant relationship (significant) between the motivation
to work with teachers' job satisfaction Madrasah Aliyah Negeri 2 Tanjung Pura
academic year 2011/2012. Thus the higher the motivation to work the higher the job
satisfaction. (2) There is a significant relationship (significant) between organizational
commitment with job satisfaction of teachers of Madrasah Aliyah Negeri 2 Tanjung
Pura academic year 2011/2012. Thus the higher the organizational commitment, the
higher the job satisfaction of students. (3) There is a significant relationship (significant)
between work motivation and job satisfaction organizational commitment of teachers
tehadap Madrasah Aliyah Negeri 2 Tanjung Pura academic year 2011/2012. Thus the
higher work motivation and organizational commitment of the higher job satisfaction.
2عالقة العمل الدافع وااللتزام لتنظيم وظيفة مدرس رضا مثيالتها عاليه ستايت بورا تانجونج : نوان الع
H .Hadyan Shofi: بواسطة
579/ البيدي / 60: نيم
الرضا الوظيفي للمعلمين هو قبول وقيم المعلم على عوامل مثل تقييم عالقات التعاون في العمل ، والمسؤوليات ،
المعلم الرضا الوظيفي . كما أن المدرس العمل على نحو أكثر فعالية إال عندما كانوا راضين وظائفهم. بها واالعتراف
.هو العامل األكثر أهمية في جعل عمل كمدرسين تصبح أكثر فائدة في بلد ما
أن المعلم الرضا 2استنادا إلى المالحظات والمقابالت مع الكاتب الرئيسي للنيغيري مثيالتها عاليه بورا تانجونج
هذا هو ظاهر في سلوكهم ال تزال موجودة النعدام االنضباط في المدارس ، . الوظيفي بشكل عام ليست بعد األمثل
هذه الحالة هي المشكلة التي . وقلة الحماس في التدريس ، وليس تكبير التدريس ، وليس محاولة لخلق بيئة أفضل
ب الرضا الوظيفي األقصى ، لذلك يمكن أن تعمل في النهاية على النحو تحتاج إلى معالجة ، حتى أن المعلمين كس
استياء المعلمين لقيادة عملهم يميل إلى أن يكون غير المبالين ، واألصل في العمل ، ليس فقط المعاقبة . األمثل أيضا
، يجب أن يكون أعرب عن لذا . كما أنها تميل إلى الشعور المرتب يتلقون أقل استنادا إلى احتياجات حياتهم. عليها
.ارتياحه للمعلمين الوالية المهمة إلى الحد األقصى حتى يتمكنوا من القيام بواجباتهم مع الحد األقصى على أي حال
لزيادة الرضا الوظيفي للمعلمين ، وبالتالي فإن أول مالحظة هي أن العوامل التي تؤثر على الرضا الوظيفي للمعلمين
من العوامل المختلفة التي تؤثر على الرضا الوظيفي ، فإن التحقيق في هذه الدراسة على . بناء على رأي الخبراء
.وجه التحديد عاملين هما الدافع وااللتزام التنظيمي
وكانت العينة من المعلمين في هذه الدراسة . Tanjungpura MANوقد أجريت هذه الدراسة للمعلمين في النجكات
المعلمين عددهم 2622/2622في العام الدراسي 2دينية نيغيري عاليه بورا تانجونج من جميع معلمي المدارس ال
أداة جمع البيانات . أداة جمع البيانات المستخدمة هي مواد وثيقة أو مكتبة ، واالستبيانات ، والمقابالت. شخصا 90
اركين في الدراسة باعتبارها الوسيلة في حين تناول االستبيان إلى المش. هي وثيقة أو مكتبة المواد الالزمة لنظريات
في تانجونج بورا للحصول على MANمقابالت موجهة إلى رئيس (. البيانات األولية)الرئيسية لجمع البيانات
.البيانات الثانوية
ن بي( كبير)هناك عالقة كبيرة ( 2: )استنادا إلى نتائج مناقشة البيانات البحثية الحصول على االستنتاجات التالية
. بورا تانجونج العام الدراسي 2622/2622 2الدافع للعمل مع المعلمين االشباع الوظيفي مثيالتها عاليه نيغيري
بين االلتزام التنظيمي ( كبير)وهناك عالقة كبيرة ( 2. )وبالتالي ارتفاع الدافع للعمل وارتفاع مستوى الرضا الوظيفي
وبذلك . بورا تانجونج العام الدراسي 2622/2622 2نيغيري عاليه والرضا الوظيفي للمعلمين من المدارس الدينية
بين دوافع العمل ( كبير)وهناك عالقة كبيرة ( 3. )ارتفع االلتزام التنظيمي ، وارتفاع مستوى الرضا الوظيفي للطالب
را تانجونج العام بو 2622/2622 2عاليه نيغيري tehadap، والعمل التنظيمي لاللتزام االرتياح مثيالتها المعلمين
.وبالتالي ارتفاع الدافع العمل وااللتزام التنظيمي للرضا الوظيفي العالي. الدراسي
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah suatu kegiatan yang sangat penting dalam
membina manusia agar dapat hidup dengan baik. Untuk ini diperlukan
suatu pendidikan yang berkualitas tinggi, sehingga dapat menghasilkan
siswa yang berkualitas pula. Sehubungan dengan hal ini, Perie dalam
Aditya dan Wulandari menyatakan bahwa:
Untuk menciptakan suatu pendidikan yang berkualitas tinggi perlu
diperhatikan faktor-faktor seperti kepuasan kerja dari pengajar.
Kepuasaan kerja merupakan komponen utama dari iklim
organisasi dan elemen penting dalam hubungan antara pihak
manajemen dan pekerja. Kepuasan kerja adalah tingkatan emosi
positif yang diukur ketika pekerjaan seseorang tampak memenuhi
tugas penting yang sesuai dengan kebutuhan seseorang. 1
Vecchio juga berpendapat bahwa kepuasan kerja sebagai
pemikiran, perasaan, dan kecenderungan tindakan seseorang, yang
merupakan sikap seseorang terhadap pekerjaan.2 Sementara Greenberg
dan Baron mendiskripsikan kepuasan kerja sebagai sikap positif atau
negatif yang dilakukan individual terhadap pekerjaan mereka. 3
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat dikatakan bahwa
kepuasan kerja merupakan suatu tanggapan emosional seseorang
terhadap situasi dan kondisi kerja. Kepuasan kerja menunjukkan adanya
kesesuaian antara harapan seseorang yang timbul dengan imbalan yang
disediakan oleh pekerjaan.
1Risky Aditya dan Rr. Lita Hadiati Wulandari, Kepuasan Kerja Guru, (Medan: USU Press,
2011), h. 4. 2Robert P. Vecchio, Organizational Behavior, (Florida: The Dryden Press, 1995), h. 124.
3Jerald Greenberg dan A. Baron Robert, Behavior In Organization Understanding & Managing
The Human Side of Work, (London: Prentice Hall International Inc, 2003), h. 148. 1
Kepuasan kerja guru merupakan penerimaan dan nilai-nilai
seorang guru terhadap faktor-faktor seperti evaluasi, hubungan rekan
kerja, tanggung jawab, dan pengakuan. Seorang guru akan bekerja lebih
efektif hanya ketika mereka puas dengan pekerjaannya. Kepuasan kerja
guru merupakan faktor yang paling penting dalam membuat pekerjaan
sebagai guru menjadi lebih berguna dalam suatu negara.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepuasaan kerja guru
pada dasarnya secara praktis dapat dibedakan menjadi dua faktor, yaitu
faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.4 Faktor instrinsik adalah faktor
yang berasal dari dalam diri dan dibawa oleh setiap guru sejak mulai
bekerja di tempat pekerjaannya, yang dalam penelitian ini yang
dimaksud adalah institusi pendidikan.
Faktor eksentrinsik menyangkut hal-hal yang berasal dari luar diri
karyawan, antara lain kondisi fisik lingkungan kerja, interaksinya
dengan karyawan lain, sistem penggajian dan sebagainya. Peningkatan
kepuasan kerja guru pada institusi pendidikan di Indonesia hanya
mungkin terlaksana secara bermakna apabila faktor-faktor yang
mempengaruhi dapat diidentifikasi secara ilmiah, baik secara kualitatif
maupun kuantitatif (besarnya hubungan) dengan memberi penekanan
intervensi pada faktor-faktor yang lebih besar bobot hubungannya.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara penulis dengan kepala
sekolah Madrasah Aliyah Negeri 2 Tanjung Pura bahwa kepuasan kerja
guru secara umum belumlah optimal. Hal ini terlihat pada perilaku
mereka yang masih kurang disiplin dalam hadir ke sekolah, kurang
semangat dalam mengajar, mengajar yang belum maksimal, dan tidak
berusaha menciptakan lingkungan yang terbaik. Keadaan ini merupakan
4Ibid., h. 20.
suatu permasalahan yang perlu diatasi, sehingga para guru memperoleh
kepuasan kerja yang maksimal, sehingga akhirnya dapat beker ja secara
optimal pula. Ketidakpuasan guru terhadap kerjanya mengakibatkan
mereka bersifat apatis dan cenderung asal melaksanakan tugas, sekadar
tidak dikenakan hukuman. Mereka juga cenderung merasa gaji yang
mereka terima masih kurang berdasarkan kebutuhan hidup mereka. Oleh
sebab itu, keadaan kepuasan kerja guru tersebut perlu diwujudkan secara
maksimal agar mereka dapat melaksanakan tugas mereka secara
maksimal pula.
Untuk meningkatkan kepuasan kerja guru, maka yang pertama
perlu diketahui adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja
guru berdasarkan pendapat para ahli. Gilmer dalam Sopiah
mengemukakan aspek-aspek kerja yang memengaruhi kepuasan kerja,
yaitu promosi, keamanan kerja, gaji, perusahaan dan manajemen,
pengawasan, faktor-faktor intrinsik pekerjaan, kondisi kerja, aspek sosial
dalam pekerjaan, komunikasi dan rekan kerja.5 Sejalan dengan pendapat
itu, Gibson (1995) dalam Sopiah menyebutkan aspek-aspek yang
mempengaruhi kepuasan kerja, yaitu upah, pekerjaan, promosi, penyelia
dan rekan kerja.6 Wexley dan Yuki (1992) dalam Sopiah berpendapat
bahwa aspek kerja yang berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan
adalah upah, pekerjaan, pengawasan, teman kerja, materi pekerjaan,
jaminan kerja, dan promosi.7
Dari berbagai faktor yang mempengaruhi kepuasaan kerja
tersebut, maka dalam penelitian ini secara khusus akan diteliti dua
faktor, yaitu motivasi kerja dan komitmen organisasi. Thoha menyatakan
5Sopiah, Perilaku Organisasional, (Yogyakarta: Andi, 2008), h. 171.
6 J. L. Gibson,, Jhon M. Ivancevich, dan J. H. Donnely Jr, Organisasi: Perilaku, Struktur, dan
Proses, Terjemahan Agus Dharma, (Jakarta: Erlangga, 1997), h. 76. 7Sopiah, Perilaku Organisasional, h. 172.
bahwa perilaku seseorang itu sebenarnya dapat dikaji sebagai saling
interaksinya atau ketergantungannya beberapa unsur yang merupakan
suatu lingkaran. Unsur-unsur itu secara pokok terdiri dari motivasi dan
tujuan. Motivasi menyebabkan mengapa seseorang itu berusaha
mencapai tujuan-tujuan, baik sadar ataupun tidak sadar. Motivasi itu
pula yang menyebakan seseorang berperilaku, yang dapat mengendalikan
dan memelihara kegiatan-kegiatan, dan yang menetapkan arah umum
yang harus ditempuh oleh seseorang.8 Oleh sebab itu motivasi dapat
dikatakan faktor pendorong yang akan mempengaruhi manusia untuk
bertindak sesuai dengan keinginannya yang akan dituju.
Dalam aktivitas bekerja seseorang ingin mencapai suatu tujuan
melalui kegiatan kerjanya. Motivasi kerja merupakan hal-hal yang
mendorong seseorang untuk mencapai suatu harapan dalam kegiatan
kerjanya. Setiap individu memiliki dasar yang menjadi motifnya bekerja.
Sehubungan dengan motivasi kerja, beberapa pakar seperti Jackson,
Ahmed, dan Heapy dalam Sopiah menyimpulkan bahwa, motivasi kerja
melibatkan beberapa faktor penting yaitu: (a) keinginan adanya
pengakuan tentang keahlian yang dimilki, (b) keinginan untuk mendapat
uang, (c) keinginan untuk keberhasilan diri, (d) keinginan mendapatkan
kehormatan dari para teman sejawat, (e) keinginan untuk berkompetisi
dan menang, (f) keinginan untuk bekerja keras dan unggul dalam segala
hal.9
Suatu hal yang mempunyai hubungan dengan kepuasan kerja guru
adalah komitmen organisasi. Corser dan Rakoff menjelaskan bahwa
komitmen sebagai kecenderungan hal yang positif di mana seorang
8Miftah Thoha, Perilaku, Organisasi, Konsep Dasar, dan Aplikasinya, (Jakarta: PT
RajaGrafindo, 1996), Cet.VIII, h. 180-181. 9Sopiah, Perilaku Organisasional, h. 173.
pekerja yang sungguh-sungguh pada kerjanya akan merasa bangga
dengan kerja yang digelutinya. Dalam kerja yang berstatus tinggi,
komitmen bukan saja tertumpu kepada pekerjaannya tetapi juga
melibatkan komitmen terhadap rekan kerja.10
Komitmen organisasi meliputi komitmen kerja. Menurut Marshal
dan Witjing komitmen kerja merupakan komitmen terhadap kerja
sebagai satu keinginan untuk terus bekerja tanpa ada alasan. Selain itu,
orang tersebut juga memperlihatkan satu komitmen terhadap rancangan
kerja yang disusunnya sesuai dengan aturan-aturan yang lebih spesifik
tentang kerja tersebut.11 Greenberg dan Baron (1993) dalam Setiawati
mengemukakan bahwa komitmen organisasi merefleksikan tingkat
identifikasi dan keterlibatan individu dalam pekerjaannya dan
ketidaksediaannya untuk meninggalkan pekerjaan tersebut.12
Menurut Spector dalam Setiawati secara umum, komitmen
organisasi melibatkan keterikatan individu terhadap pekerjaannya dan
lembaganya (organisasinya). Komitmen kerja merupakan sebuah
variabel yang mencerminkan derajat hubungan yang dianggap dimiliki
oleh individu terhadap pekerjaan tertentu dalam organisasi. 13 Lee
mendefinisikan komitmen kerja sebagai hubungan psikologis antara
seseorang dan pekerjaannya yang berdasarkan reaksi afektif terhadap
pekerjaan tersebut. Seseorang memiliki komitmen pekerjaan yang kuat
akan mengidentifikasi dan memiliki perasaan yang kuat terhadap
pekerjaannya dibandingkan dengan orang yang komitmennya rendah.
10
R. L. Corser and G. Rakoff, Executive EQ: Emotional Intelligence in Leadership and
Organizations, (New York: Grosset/Putnam, 1997), h. 128. 11
S. J. Marshal and J. P. Witjing, Dimensionality of Women’s Career Orientation. (Sex Roles. 8
(2),1982) h. 135-146. 12
D.Z.A. Setiawati, ”Perbedaan Komitmen Kerja Berdasarkan Orientasi Peran Gender Pada
Karyawan Di Bidang Kerja Non Tradisional”. Proceeding PESAT Vol.2., 2007, h. 26. 13
Ibid., h. 28.
Hubungan emosional terhadap pekerjaan memberikan gambaran perilaku
kerja seseorang dan menentukan keinginan untuk tetap bertahan pada
pekerjaannya.14
Dengan berlandaskan hal tersebut di atas, maka seseorang yang
memiliki komitmen terhadap pekerjaannya adalah orang yang memiliki
kepuasan dan mengembangkan pekerjaannya. Orang tersebut berusaha
melakukan kewajiban dan tugas-tugas pekerjaan serta mempertahankan
ketelibatan dalam pekerjaan tersebut. Attawood dan Dimmack
mengemukakan, komitmen organisasi adalah kesadaran untuk
melaksanakan kegiatan organisasi yang ditunjukkan oleh sikap, nilai dan
kebiasaan atau kelakuan dalam bekerja.15
Berdasarkan pemikiran di atas, maka penulis merasa perlu untuk
mengadakan penelitian sebagai suatu kajian Tesis dengan judul
“Hubungan Motivasi kerja dan Komitmen Organisasi Dengan Kepuasan
Kerja Guru Madrasah Aliyah Negeri 2 Tanjung Pura.”
B. Rumusan Masalah
Secara rinci rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Adakah terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi
kerja dengan kepuasan kerja guru Madrasah Aliyah Negeri 2 Tanjung
Pura?
2. Adakah terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara
komitmen organisasi dengan kepuasan kerja guru Madrasah Aliyah
Negeri 2 Tanjung Pura?
14
T. W. Lee, S. J. Ashford, J. P. Walsh & R. T. Mowday, “Commitmen Propensity,
Organizational Commitment and Voluntary Turnover: a Longitudinal Study of Organizational Entry
Processees”. Journal of Management. Vol. 18, No 1, 2000, h. 15-32. 15
M. Attawood and S. Dimmack, Personel Management, (London: Mc. Millan, 1989), h. 219.
3. Adakah terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi
kerja dan komitmen organisasi secara bersama-sama dengan kepuasan
kerja guru Madrasah Aliyah Negeri 2 Tanjung Pura?
C. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui hubungan motivasi kerja dengan kepuasan kerja
guru Madrasah Aliyah Negeri 2 Tanjung Pura.
2. Untuk mengetahui hubungan komitmen organisasi dengan kepuasan
kerja guru Madrasah Aliyah Negeri 2 Tanjung Pura.
3. Untuk mengetahui hubungan motivasi kerja dan komitmen organisasi
secara bersama-sama dengan kepuasan kerja guru Madrasah Aliyah
Negeri 2 Tanjung Pura.
D. Manfaat Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah:
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
kepada pihak sekolah mengenai motivasi kerja dan komitmen
organisasi dengan kepuasan kerja guru Madrasah Aliyah Negeri
2 Tanjung Pura, sehingga dapat digunakan untuk peningkatan
pembelajaran.
2. Kepada pihak Kantor Kementerian Agama Kabupaten Langkat
dapat memberikan informasi untuk terselenggaranya
manajemen pembelajaran yang lebih efektif di tingkat Madrasah
Aliyah.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh pihak yang
menaruh minat dalam bidang ini sebagai masukan dalam
peningkatan motivasi kerja dan komitmen organisasi untuk
terwujudnya kepuasan kerja guru yang lebih baik.
BAB II
PENYUSUNAN KERANGKA TEORETIK DAN
PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoretik
1. Hakekat Kepuasan Kerja Guru
Dalam kegiatan pendidikan terdapat faktor pendidik dan anak
didik. Pendidik adalah "siapa saja yang bertanggung jawab terhadap
perkembangan anak didik."16 Pendidik yang pertama dan utama adalah
orang tua, tetapi dalam perkembangan zaman yang semakin banyak
memerlukan berbagai kebutuhan, maka sebagian tanggung jawab
pendidikan tersebut diserahkan orang tua ke sekolah. Dalam hal ini
timbulnya guru, yaitu "pendidik yang memberikan pelajaran kepada
murid; biasanya guru adalah pendidik yang memegang mata pelajaran
di sekolah."17 Dengan demikian berarti guru adalah orang yang
bekerja dalam pendidikan dan pengajaran yang ikut bertanggung-
jawab dan membantu anak-anak mencapai kedewasaan masing-
masing.
Dalam melaksanakan pendidikan tersebut guru berfungsi
sebagai instruktur, fasilitator, komunikator, dan administrator. Guru
sebagai instruktur artinya guru berfungsi sebagai pengajar, yaitu
memberikan pengetahuan dan latihan agar siswa dapat menguasai
materi pelajaran yang mereka pelajari. Guru sebagai fasilitator
membantu memudahkan siswa dalam pembelajaran. Guru sebagai
komunikator adalah penyampai berita yang berisikan materi
pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan oleh siswa.
16
Ahmad Tafsir, Pengantar Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam (Bandung:
Remaja Rosda Karya, 1992), h. 75. 17
Ibid., h. 75. 9
Sedangkan guru sebagai administrator adalah guru mencatat seluruh
kegiatan siswa tersebut yang kemudian dibuat laporan dan arsipnya,
sehingga dapat diketahui bagaimana tingkat perkembangan seorang
siswa tersebut selama dalam proses belajar dalam suatu priode dan
tingkatan tertentu.
Pendidik merupakan pemimpin terhadap anak didik yang
menjadi tanggung jawabnya. Dalam hal ini yang sangat penting adalah
tanggung jawab pemimpin terhadap yang dipimpinnya. Hal ini
sebagaimana ditegaskan dalam sabda Rasulullah SAW berikut ini:
عن النيب صلى اهلل عليه وسلم : حديث ابن عمر رضي اهلل عنهماأال كلكم راع وكلكم مسؤل عن رعيته فاألمري الذي على : أنه قال
الناس راع وهو مسؤل عن رعيته والرجل راع عل أهل بيته وهو مسئل عنهم واملرأة راعية على بيت بعلها وولده وهي مسئولة عنهم والعبد
ع على مال سيده وهو مسئول عنه أال فكلكم راع وكلكم مسئول را عن رعيته
Artinya :
Hadiś Ibnu Umar r.a: Diriwayatkan daripada Nabi s.a.w
katanya: Baginda telah bersabda: Kamu semua adalah pemimpin
dan kamu semua akan bertanggung jawab terhadap apa yang
kamu pimpin. Seorang pemerintah adalah pemimpin manusia
dan dia akan bertanggungjawab terhadap rakyatnya. Seorang
suami adalah pemimpin bagi ahli keluarganya dan dia akan
bertanggung jawab terhadap mereka. Mana kala seorang isteri
adalah pemimpin rumah tangga, suami dan anak-anaknya, dia
akan bertanggungjawab terhadap mereka. Seorang hamba
adalah penjaga harta tuannya dan dia juga akan
bertanggungjawab terhadap jagaannya. Ingatlah, kamu semua
adalah pemimpin dan akan bertanggungjawab terhadap apa yang
kamu pimpin.18
Hadiś di atas menegaskan bahwa setiap orang merupakan
pemipin terhadap hal-hal yang dipimpinnya. Selanjutnya dalam
kepemimpinan tersebut akan dituntut tanggung jawab mereka. Dengan
menunjukkan betapa beratnya tugas pendidikan itu menurut
pandangan Islam, maka persyaratan yang harus dimiliki, yang syarat
itu tidak lain bertujuan agar para pendidik (guru) dalam memberian
pendidikan kepada anak-anak tidak merugi pertumbuhan jiwa anak
didik. Secara tidak langsung hal tersebut dapat dipahami bahwa para
pendidik (guru) mempunyai pengaruh yang besar anak didiknya dalam
menjalankan tugas.
Al Qalqasyandi, seorang pendidik Islam pada zaman khalifah
Fatimiyah di Mesir mengajukan beberapa syarat bagi seorang Islam
sebagai berikut:
a. Syarat fisik meliputi 1. Bagian adannya 2. Manis mukanya 3. Lebar dahinya
b. Syarat Psikis meliputi: 1. Berakal (sehat akalnya) 2. Tajam pemahamannya 3. Hatinya beradab 4. Adil 5. Bersifat perwira 6. Lapang dada 7. Bila berbicara artinya lebih dahulu terbayangkan
dalam hatinya. 8. Perkataannya jelas dan mudah dipahami dan
berhubungan satu sama lain. 9. Memilih perkataan-perkataan yang mulia dan baik.
18
Imam Bukhari, Shahih Bukhari, Jilid IV, Terjemahan (Jakarta: Widjaya, 1998) h.
125.
10. Menjauhi sesuatu yang membawa kepada perkataan yang tak jelas.
19
Di samping itu Al Abrasyi mengemukakan sifat-sifat yang harus
dimiliki oleh guru adalah:
1. Zuhud 2. Kebersihan tubuh dan jiwanya 3. Ikhlas dalam beramal 4. Suka pemaaf 5. Mencintai murid-muridnya 6. Mengetahui tabiat murid 7. Harus menguasai mata pelajaran.
20
Guru menjadi faktor penting dalam pencapaian tujuan
pendidikan, mempunyai pikiran, perasaan dan keinginan yang dapat
mempengaruhi sikap terhadap pekerjaannya. Sikap ini akan
menentukan kinerja guru, dedikasi, dan kecintaan terhadap pekerjaan
yang diembankan. Sikap yang positif harus dibina, sedang yang
negatif harus dihilangkan sedini mungkin. Sikap guru itu seperti
kepuasan kerja, stress dan frustasi yang ditimbulkan adanya
pekerjaan, peralatan, lingkungan, iklim organisasi dan sebagainya.
Kepuasan adalah keadaan emosi yang positif dari mengevaluasi
pengalaman kerja seseorang. Ketidakpuasan kerja akan muncul saat
harapan-harapan ini tidak dipenuhi. Sebagai contoh, jika seorang
tenaga kerja mengharapkan kondisi kerja yang aman dan bersih, maka
tenaga kerja mungkin bisa menjadi tidak puas jika tempat kerja tidak
aman dan kotor.
Berdasarkan atas beberapa pendapat ahli tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kepuasan kerja adalah
19
Žuhairini, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 169. 20
M. Athiyah Al Abrasyi, Dasar Dasar Pokok Pendidikan Islam, Alih bahasa Bustami
A. Gani dan Djohr Bahry, (Jakarta: Bulan Bintang, 1970), h. 57.
refleksi perasaan seseorang yang menyenangkan mengenai pekerjaan
berdasarkan atas harapan dengan imbalan yang diberikan oleh
organisasi.
Kepuasan kerja guru ditunjukkan oleh sikapnya dalam
bekerja/mengajar. Jika guru puas akan keadaan yang mempengaruhi
dia maka dia akan bekerja dengan baik/mengajar dengan baik. Tetapi
jika guru kurang puas maka dia akan mengajar sesuai kehendaknya.
Dalam ajaran Islam, kepuasan kerja dapat diidentikkan dengan
sifat syukur terhadap hasil pekerjaannya. Hal ini sebagaimana
dinyatakan dalam sabda Rasulullah SAW:
عجباالمر لمؤمن ان امره : قال رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم : ب قال عن صهي را له وان ر وليس ذاك ال حد اال للمؤمن ان اصاب ته سراء شكر فكان خي كله خي
راله اصاب ته ضراء صب ر ف كان خي Artinya:
Dari Shuhaib r.a. katanya Rasulullah SAW bersabda:
Sungguh mengagumkan orang-orang mukmin karena
pekerjaannya semuanya baik. Yang demikian tidak akan
terdapat pada orang lain kecuali hanya pada orang mukmin.
Karena apabila dia berhasil (sukses) dia bersyukur. Dan apabila
dia ditimpa kesulitan dia sabar. Itulah (rahasia) kebaikannya. 21
Hadiś ini menjelaskan bahwa orang mukmin dalam menghadapi
pekerjaan dapat menjadi baik. Apabila dia berhasil (sukses) dia
bersyukur, dan apabila dia ditimpa kesulitan dia bersabar. Dengan
kata lain, menyukuri terhadap pekerjaan adalah memperoleh
kepuasaan terhadap pekerjaan tersebut.
21
Muslim, Shahih Muslim, Terjemahan Ma'mur Daud, (Jakarta: Widjaya, 1982), h.
399
Sopiah menyatakan beberapa hal yang mempengaruhi
kepuasaan kerja adalah: (a) promosi, (b) gaji, (c) pekerjaan itu sendiri,
(d) supervisi, (e) teman kerja, (f) keamanan, (y) tanggung jawab, (k)
pengakuan, (l) prestasi kerja, dan (m) kesempatan kerja untuk
berkembang.22
Kepuasan kerja yang tinggi diinginkan oleh setiap guru karena
dapat dikaitkan dengan hasil yang positif yang mereka harapkan, yang
menunjukkan manajemen pendidikan yang efektif dan efisien.
Kepuasan kerja adalah bagian dari kepuasan hidup. Sifat lingkungan
seseorang di luar pekerjaan mempengaruhi perasaan di dalam
pekerjaan. Demikian juga halnya karena pekerjaan merupakan bagian
penting kehidupan, kepuasan kerja mempengaruhi kepuasan hidup
seseorang. Hasilnya terdapat dampak bolak-balik antara kepuasan
kerja dengan kepuasan hidup. Konsekuensinya, seorang guru mungkin
tidak hanya memantau pekerjaan dan lingkungan kerja guru. Namun
juga memantau sikap guru terhadap bagian kehidupan lainnya seperti
unsur keluarga, pekerjaan, politik, hiburan dan agama.
Berdasarkan hasil pembahasan tentang kepuasan kerja dapatlah
disimpulkan bahwa kepuasan kerja adalah refleksi perasaan
seseorang yang menyenangkan mengenai pekerjaan berdasarkan atas
harapan dengan imbalan yang diberikan oleh organisasi. Untuk
mewujudkan kepuasan kerja guru, maka suatu hal yang penting
dimilikinya adalah kompetensi mengajar yang baik.
Dalam kegiatan pendidikan terdapat faktor pendidik dan anak
didik. Pendidik adalah siapa saja yang bertanggung jawab terhadap
perkembangan anak didik. Pendidik yang pertama dan utama adalah
22
Sopiah, Perilaku Organisasional, (Yogyakarta: Andi, 2008),h. 172.
orang tua, tetapi dalam perkembangan zaman yang semakin banyak
memerlukan berbagai kebutuhan, maka sebagian tanggung jawab
pendidikan tersebut diserahkan orang tua ke sekolah. Dalam hal ini
timbulnya guru, yaitu "pendidik yang memberikan pelajaran kepada
murid; biasanya guru adalah pendidik yang memegang mata pelajaran
di sekolah."23 Dengan demikian berarti guru adalah orang yang
bekerja dalam pendidikan dan pengajaran yang ikut bertanggung-
jawab dan membantu anak-anak mencapai kedewasaan masing-
masing.
Dalam melaksanakan pendidikan tersebut guru berfungsi
sebagai instruktur, fasilitator, komunikator, dan administrator. Guru
sebagai instruktur artinya guru berfungsi sebagai pengajar, yaitu
memberikan pengetahuan dan latihan agar siswa dapat menguasai
materi pelajaran yang mereka pelajari. Guru sebagai fasilitator
membantu memudahkan siswa dalam pembelajaran. Guru sebagai
komunikator adalah penyampai beritayang berisikan materi
pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan oleh siswa.Sedangkan
guru sebagai administrator adalah guru mencatat seluruh kegiatan
siswa tersebut yang kemudian dibuat laporan dan arsipnya, sehingga
dapat diketahui bagaimana tingkat perkembangan seorang siswa
tersebut selama dalam proses belajar dalam suatu priode dan tingkatan
tertentu.
Untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, maka guru
dituntut kemampuannya untuk melaksanakan tugasnya dengan sebaik-
baiknya. Kemampuan yang dituntut dari guru sering disebut dengan
kompetensi, yaitu "suatu tugas yang memadai, atau pemilihan
23
Ibid., h. 75.
pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dituntut oleh jabatan
seseorang."24 Dalam pengertian ini, kompetensi yang dimaksud adalah
kompetensi guru yang lebih dititikberatkan pada tugas guru dalam
mengajar. Dengan kata lain adalah kompetensi profesional guru.
Pemerintah Republik Indonesia, dalam hal ini Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan melalui Surat Keputusan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 021/4/1982
telah menyatakan tentang sepuluh kompetensi profesional yang perlu
dimiliki oleh guru sebagai berikut:
Kompetensi sepuluh kemampuan guru adalah sebagai berikut:
(1) Menguasai bahan: (Menguasai bahan bidang studi dalam
kurikulum sekolah, menguasai bahan pendalaman/aplikasi
bidang studi);
(2) Mengelola program belajar mengajar,yang mencakup:
merumuskan Tujuan Intruksionil, mengenal dan dapat
menggunakanmetode mengajar, memilih dan menyusun
prosedur intruksionil yang tepat,melaksanakan program
belajar-mengajar; mengenal kemampuan (entry behavior)
anak didik, dan merencanakan serta melaksanakan
pengajaran remedial;
(3) Mengelola kelas yang mencakup: mengatur tata ruang
kelas untuk pengajaran, dan menciptakaniklim
belajarmengajar yang serasi;
(4) Menggunakan media/sumber yang menyangkut: mengenal,
memilih danmenggunakan media, membuat alat-alat bantu
pelajaran sederhana, menggunakan dan
mengelolalaboratorium dalam rangka proses belajar
mengajar; mengembangkan laboratorium,
menggunakanperpustakaan dalamproses belajar mengajar;
menggunakan micro teaching unit dalam program
pengalaman lapangan;
(5) Menguasai landasan-landasan kependidikan;
(6) Mengelola interaksi belajar mengajar;
24
Roestiyah N.K., Masalah-masalah Ilmu Keguruan, Cet. II (Jakarta: Bina Aksara,
1986), h. 4.
(7) Menilai prestasi siswauntuk kepentingan pengajar;
(8) Mengenal fungsidan programlayanan bimbingan dan
penyuluhan di sekolah, dan menyelenggarakan program
layanan Bimbingan di sekolah;
(9) Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah;
mengenal penyelenggaraan administrasi sekolah;
menyelenggarakan administrasi sekolah;
(10)Memahami prinsip-prinsip dan mentafsirkan hasil-hasil
penelitian pendidikanguna keperluan pengajaran.25
Kesepuluh kompetensi guru tersebut merupakan hal-hal yang
sangat penting dikuasai oleh guru. Secara lebih jelas tentang
kesepuluh kompetensi tersebut adalah sebagai berikut:
a. Menguasai bahan
Menguasai bahanbidang studi dalam kurikulum sekolah,
menguasai bahanpendalaman/aplikasi bidang studi. Bahan yang
akan diajarkan oleh guru telah terdapat dalam kurikulum bidang
studi yang bersangkutan. Seluruh materi kurikulum tersebut harus
dijabarkan menjadi Pokok Bahasan sesuai dengan tingkat
perkembangan siswa di setiap jenjang pendidikan. Karena setiap
jenjang pendidikan berbeda kemampuan dan tuntutan
perkembangannya, maka diperlukan cara (metode/teknik) dan
sarana (media, sumber belajar) yang berbeda pula.Kemampuan
metodologis seorang guru, harus diperhatikan betul-betul, karena
disinilah keberhasilan tujuan bahan pembelajaran tersebut. Apabila
metodologi penyajian tidak tepat, maka bahan studi tersebut akan
gagal.
b. Mengelola program belajar mengajar
25
Slameto, Bimbingan di Sekolah, Cet. I (Jakarta: Bina Aksara, 1988), h. 107-108.
Mengajar sebenarnya merupakan suatu kegiatan atau proses
untuk menyusun dan menguji suatu rencana atau program yang
memungkinkan timbulnya perbuatan-perbuatan belajar pada diri
siswa. Suatu kegiatan dapat dikatakan sebagai tindakan mengajar
jika kegiatan itu didasarkan atas suatu rencana yang matang dan
teliti.
Program itu disusun untuk menimbulkan perbuatan belajar
pada siswa. Jadi di sini berlaku ketentuan, bahwa jika seorang guru
berdiri di depan kelas tetapi keberadaannya di depan kelas itu tidak
didasarkan atas suatu rencana dan tidak dimaksudkan untuk
menciptakan kondisi yang memungkinkan timbulnya perbuatan-
perbuatan belajar pada diri siswa, maka tidak dapatlah dikatakan
bahwa guru tadi sedang mengajar.
Dengan program/rencana yang matang, teliti dan tepat dapat
diharapkan tercapainya tujuan pengajaran secara efektif. Cara
menyusun program yang efektif merupakan salah satu tugas yang
harus dikerjakan oleh guru-guru yang ingin berhasil baik dalam
pekerjaannya.
Kemampuan guru untuk mengembangkan sejumlah
komponen pengajaran dan mengambil serentetan keputusan
merupakan inti dari setiap program yang akan dilaksanakannya.
Oleh karena itu, dalam setiap penyusunan persiapan mengajar guru
harus memperhatikan komponen-komponennya, yaitu tujuan yang
hendak dicapai; tujuan pengajaran, materi pelajaran, metode
mengajar, media pengajaran dan evaluasi.
Masing-masing komponen itu tidak berdiri sendiri-sendiri,
melainkan merupakan unsur-unsur yang menjadi bagian integral
dalam keseluruhan proses atau prosedur pengajaran. Pengajaran
memang merupakan kegiatan yang terorganisir yang terdiri dari
sejumlah komponen yang saling berhubungan satu sama lain dalam
rangka mencapai tujuan yang diinginkan.
Persiapan mengajar pada dasarnya bukan merupakan hal yang
baru, terutama bagi para guru yang sudah berpengalaman dalam
mengajar. Kegiatan mengajar pada umumnya dapat berlangsung
dengan baik bila dilakukan dengan persiapan mengajar yang baik
dan teratur serta dapat dilaksanakan.
Dalam persiapan belajar mengajar dapat dilihat bahwa
terdapat beberapa komponen-komponen yang saling berinteraksi
dalam pencapaian tujuan pengajaran. Adapun komponen yang
saling berinteraksi di dalam proses belajar mengajar adalah
komponen tujuan, komponen bahan pengajaran atau materi
pengajaran, metode dan media mengajar, serta evaluasi dan
komponen fasilitas.
Persiapan mengajar yang dimaksudkan adalah suatu
perencanaan kegiatan mengajar di kelas yang telah disusun secara
tertulis dengan komponen utamanya adalah hari dan jumlah jam
pelajaran, pokok bahasan/sub pokok bahasan, tujuan instruksional
khusus, kegiatan belajar/jalan pelajaran, sumber pelajaran/alat
peraga, dan penilaian. Tujuan penyusunan persiapan mengajar yang
secara tertulis adalah untuk penegasan berpikir; menghindari
kelupaan; memperlancar proses mengajar; dan mempermudah bagi
perbaikan dan penyempurnaan.
Dalam penyusunan rencana pembelajaran tersebut, maka
harus berpedoman pada kurikulum yang berlaku. Dunia pendidikan
di Indonesia telah mengalami peningkatan melalui berbagai usaha
yang dilakukan oleh pemerintah. Peningkatan tersebut secara nyata
telah dilakukan sejak tahun 1968, antara lain melalui
pengembangan kurikulum, pengembangan pengajaran, pembinaan
tenaga teknis edukatif, dan sebagainya. Usaha peningkatan itu
berlangsung terus, sehingga pada tahun 1975 lahirlah kurikulum
baru, yaitu Kurikulum 1975. Selanjutnya hasil penilaian terhadap
kurikulum 1975 telah pula melahirkan Kurikulum 1984. Akhirnya,
penilaian terhadap Kurikulum 1984 telah mewujudkan Kurikulum
1994.
Berbagai pembaharuan kurikulum tersebut bertujuan
mengurangi saratnya materi pelajaran, keselarasan tata urutan
pokok-pokok bahasan, dan kesesuaian materi dengan perubahan-
perubahan baru yang terjadi. Dengan demikian, kurikulum yang
digunakan dapat berdaya guna dan berhasil guna yang tinggi dalam
mencapai tujuan pendidikan di Indonesia.
Kurikulum adalah suatu istilah yang sangat sering disebut
dalam kegiatan pendidikan, khususnya kegiatan pendidikan di
sekolah. Kurikulum dalam pengertian yang luas adalah
"pelajaran, kegiatan dan pengalaman belajar yang diperoleh siswa
dengan pengarahan dari sekolah, baik dilakukan di dalam maupun
di luar kelas."26
Dalam pengertian ini, kurikulum bukan hanya sekadar
menunjukkan pada rencana pelajaran, melainkan kepada semua
kegiatan dan pengalaman belajar siswa yang diperoleh dari sekolah.
Kegiatannya tidak hanya yang terdapat di sekolah, tetapi juga
26
Mohammad Ali, Pengembangan Kurikulum di Sekolah (Bandung: Sinar Baru,
2005), h. 4.
kegiatan di luar sekolah yang masih berada dalam tanggung jawab
atau pengarahan dari sekolah. Inti suatu kurikulum adalah
pengalaman belajar yang mempunyai kaitan dengan kegiatan hidup
mereka. Apa yang dipelajari siswa di bawah tanggung jawab
sekolah mencakup berbagai segi kehidupan yang ada di lingkungan
masyarakat. Nilai-nilai, adat-istiadat, sopan-santun, bagaimana
berhubungan dengan sesama manusia dan lain-lainnya, adalah
pengalaman yang berarti bagi siswa untuk kehidupan mereka.
Semua hal tersebut merupakan hal-hal pokok yang diberikan oleh
sekolah.
Kurikulum disusun sesuai dengan tingkatan lembaga
pendidikan yang menggunakannya, sehingga terdapat kurikulum
untuk pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan
tinggi. Kurikulum untuk pendidikan dasar meliputi jenjang
pendidikan Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama (SLTP). Hal ini berdasarkan sistem pendidikan dasar 9
tahun.
Dalam perkembangan selanjutnya, telah dilahirkan
Kurikulum Berbasis Kompetensi. Dasar pemikiran untuk
menggunakan konsep kompetensi dalam kurikulum menurut
Depdiknas adalah:
1. Kompetensi berkenaan dengan kemampuan siswa melaku-
kan sesuatu dalam berbagai konteks.
2. Kompetensi menjelaskan pengalaman belajar yang dilalui
siswa untuk menjadi kompeten.
3. Kompetensi merupakan hasil belajar (learning outcome)
yang menjelaskan hal-hal yang dilakukan siswa melalui
proses pembelajaran.
4. Kehandalan kemampuan siswa melakukan sesuatu harus
didefinisikan secara jelas dan luas dalam suatu standar
yang dapat dicapai melalui kinerja yang dapat diukur. 27
Proses pembelajaran yang didasarkan pada kompetensi atau
penguasaan adalah kegiatan belajar mengajar yang diarahkan untuk
memberikan pengetahuan, sikap, dan keterampilan kepada peserta
didik untuk melakukan sesuatu, berupa seperangkat tindakan
intelegensi (dalam bentuk kemahiran, ketetapan, dan keberhasilan)
penuh tanggung jawab yang harus dimiliki seseorang untuk
melakukan tugas-tugas pada jenis pekerjaan tertentu.
Mulyasa menjelaskan beberapa aspek atau ranah yang
terkandung dalam kompetensi sebagai berikut: pengetahuan
(knowledge), pemahaman (understanding), kemampuan (skills),
nilai (value), sikap (attitude), minat (interest).28Secara lebih rinci
adalah sebagai berikut:
1. Pengetahuan (knowledge); kesadaran di bidang kognitif,
misalnya seorang guru mengetahui bagaimana melaksana-
kan kegiatan identifikasi, penyuluhan dan proses pem-
belajaran terhadap warga belajar.
2. Pemahaman (understanding); yaitu kedalaman kognitif
dan efektif yang dimiliki oleh siswa. Misalnya seorang
guru yang akan melaksanakan kegiatan, harus memiliki
pemahaman yang baik tentang keadaan dan kondisi warga
belajar di lapangan sehingga dapat melaksanakan
program kegiatan secara baik dan efektif.
3. Keterampilan (skills); adalah kemampuan yang dimiliki
oleh individu untuk melakukan suatu tugas atau pekerjaan
yang dibebankan kepadanya. Misalnya kemampuan yang
dimiliki oleh guru untuk menyusun alat peraga
pendidikan secara sederhana.
4. Nilai (value); adalah suatu norma atau standar yang telah
27
Majid dan Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi. h. 50. 28
E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2007), h. 4. Lihat juga E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004: Panduan Pembelajaran
KBK. cet.II. (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005), h. 77-78.
diyakini atau secara psikologis telah menyatu dalam diri
individu.
5. Sikap (attitude); yaitu perasaan (senang-tidak senang,
suka-tidak suka) atau reaksi terhadap suatu rangsangan
yang datang dari luar.
6. Minat (interest); adalah keadaan yang mendasari motivasi
individu, keinginan yang berkelanjutan, orientasi psikolo-
gis. Misalnya guru yang baik selalu tertarik dengan warga
belajar dalam hal membina dan memotivasi supaya dapat
belajar sebagaimana yang diharapkan.29
Dengan demikian Kurikulum Berbasis Kompetensi merupa-
kan seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan
hasil belajar yang harus dicapai oleh siswa, penilaian, kegiatan
belajar mengajar dan pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam
pengembangan kurikulum sekolah. Kompetensi dalam Kurikulum
Berbasis Kompetensi merupakan pernyataan apa yang diharapkan
dapat diketahui, disikapi atau dilakukan siswa dalam setiap
tingkatan kelas dan sekolah dan sekaligus menggambarkan
kemajuan siswa yang dicapai secara bertahap dan berkelanjutan
untuk menjadi kompeten.
Pendekatan ini mengembangkan kurikulum dengan fokus
pada penguasaan kompetensi tertentu berdasarkan tahap-tahap
perkembangan peserta didik. Peserta didik berada pada tahap
perkembangan yang berkelanjutan dan seluruh aspek kepribadian
sebagai penekanan terhadap potensi-potensi bawaan sesuai dengan
kesempatan belajar yang ada dan berikan oleh lingkungan. Setiap
tahap perkembangan memiliki sejumlah potensi bawaan yang dapat
dikembangkan, tapi pemekarannya sangat tergantung pada
kesempatan.
29
Ibid., h. 13.
Pendidikan merupakan lingkungan utama yang memberi
kesempatan dan dukungan bagi perkembangan potensi-potensi
peserta didik. Setiap peserta didik mempunyai potensi bawaan
sendiri-sendiri, meskipun aspek-aspek perkembagannya sama tetapi
tingkatannya berbeda-beda. Seorang peserta didik memiliki
kemampuan berpikir matematis, tetapi peserta didik lain
mempunyai kemampuan berfikir ekonomi, politik, keuangan,
keterampilan sosial atau komunikasi yang tinggi.
Guru-guru diharapkan dapat mengenali dan memahami
potensi-potensi yang dimiliki peserta didiknya. Dengan bekal
pemahaman tersebut, mereka diharapkan dapat membantu
mengembangkan potensi-potensi peserta didik sehingga dapat
berkembang secara optimal.
Dalam rekapitulasi kurikulum digunakan landasan filosofis
pancasila sebagai dasar pengembangan kurikulum. Pancasila
relevan untuk pengembangan filosofi pendidikan yang mendunia
seperti empat pilar belajar: belajar menjadi diri sendiri, belajar
mengetahui, belajar melakukan dan dalam hidup kebersamaan.30
Landasan-landasan kurikulum akan menyediakan informasi
yang sangat berguna dalam pembuatan keputusan tentang
kurikulum yang akan disusun. Hal ini menekankan perlunya
menetapkan landasan sebelum memulai kegiatan pengembangan
kurikulum. Sehubungan dengan perkembangan kurikulum tersebut,
maka saat ini kurikulum yang digunakan adalah Kurikulum 2006
yang sering disebut dengan istilah Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Pengertian KTSP dalam KTSP yang disusun
30
Ibid., h. 56.
oleh Dirjen Pendidikan Dasar adalah ”Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan
dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan.”31
Mulyasa menyatakan tentang KTSP sebagai berikut:
KTSP merupakan singkatan dari Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan, yang dikembangkan sesuai dengan satuan
pendidikan, potensi sekolah/daerah, karakteristik
sekolah/daerah, social budaya masyarakat setempat, dan
karakteristik peserta didik. Sekolah dan komite sekolah atau
madrasah dan komite madrasah, mengembangkan kurikulum
tingkat satuan pendidikan dan silabus berdasarkan kerangka
dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan, di bawah
supervisi dinas kabupaten/kota yang bertanggungjawab di
bidang pendidikan di SD, SMP, SMA, dan SMK, serta
Departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidang
agama untuk MI, MTs, MA, dan MAK.32
KTSP merupakan upaya untuk menyempurnakan kurikulum
agar lebih familiar dengan guru, karena mereka banyak dilibatkan
diharapkan memiliki tanggungjawab yang memadai.
Penyempurnaan kurikulum yang berkelanjutan merupakan
keharusan agar sistem pendidikan nasional selalu relevan dan
kompetitif.
Hal tersebut juga sejalan dengan Undang-undang Nomor
Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 35 dan 36 yang menekankan
perlunya peningkatan standar nasional pendidikan sebagai acuan
kurikulum secara berencana dan berkala dalam rangka mewujudkan
tujuan pendidikan nasional.
Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005
31
Dirjen Pendidikan Dasar Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, KTSP SMP
(Jakarta: Rosdakarya, 2004), h. 4. 32
Kunandar, Guru Profesional: Implementasi KTSP dan Sukses Dalam Sertifikasi
Guru (Jakarta: Grafindo Persada, 2007), h. 125.
TentangStandar Nasional Pendidikan dinyatakan tentang masalah
KTSP sebagai berikut:
1. Penyusunan kurikulum pada tingkat satuan pendidikan
jenjang pendidikan dasar dan menengah berpedoman pada
panduan yang disusun oleh BSNP. Panduan ini berisi
sekurang-kurangnya:
- Model-model kurikulum tingkat satuan pendidikan
untuk SD/MI/
SDLB/SMP/MTs/SMPLB/SMA/MA/SMALB, dan
SMK/MAK pada jalur pendidikan formal kategori
standar;
- Model-model kurikulum tingkat satuan pendidikan
untuk SD/MI/
SDLB/SMP/MTs/SMPLB/SMA/MA/SMALB, dan
SMK/MAK pada jalur pendidikan formal kategori
mandiri;
2. Penyusunan kurikulum pada tingkat satuan pendidikan
jenjang pendidikan dasar dan menengah keagamaan
berpedoman pada panduan yang disusun oleh BSNP.
Panduan ini berisi sekurang-kurangnya model-model
kurikulum satuan pendidikan keagamaan jenjang
pendidikan dasar dan menengah.
3. Model-model kurikulum tingkat satuan pendidikan
tersebut sekurang-kurangnya meliputi model kurikulum
tingkat satuan pendidikan apabila menggunakan sistem
paket dan model kurikulum tingkat satuan pendidikan
apabila menggunakan sistem kredit semester.
4. Kurikulum tingkat satuan pendidikan SD/MI/SDLB,
SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB, SMK/MAK, atau
bentuk lain yang sederajat dikembangkan sesuai dengan
satuan pendidikan, potensi daerah/karakteristik daerah,
sosial budaya masyarakat setempat, dan peserta didik.
5. Sekolah dan komite sekolah, atau madrasah dan komite
madrasah, mengembangkan kurikulum tingkat satuan
pendidikan dan silabusnya berdasarkan kerangka dasar
kurikulum dan standar kompetensi lulusan, di bawah
supervisi dinas kabupaten/ kota yang bertanggungjawab
di bidang pendidikan untuk SD, SMP, SMA, dan SMK,
dan departemen yang menangani urusan pemerintahan di
bidang agama untuk MI, MTs, MA, dan MAK.
6. Kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya
untuk program paket A, B, dan C ditetapkan oleh dinas
kabupaten/kota yang bertanggungjawab di bidang
pendidikan berdasarkan kerangka dasar kurikulum sesuai
dengan peraturan pemerintah ini dan standar kompetensi
lulusan.33
Acuan operasional penyusunan KTSP adalah sebagai berikut:
• Peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia
• Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan
tingkat perkembangan dan kemampuan peserta didik
• Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan
lingkungan
• Tuntutan pembangunan daerah dan nasional
• Tuntutan dunia kerja
• Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
• Agama
• Dinamika perkembangan global
• Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan
• Kondisi sosial budaya masyarakat setempat
• Kesetaraan Jender
• Karakteristik satuan pendidikan. 34
Komponen KTSP
• Tujuan Pendidikan Sekolah
• Struktur dan Muatan Kurikulum (mata pelajaran. Muatan
lokal, Pengembangan Diri, Beban Belajar, Ketuntasan
Belajar, Kenaikan Kelas dan kelulusan, Penjurusan,
Pendidikan Kecakapan Hidup, Pendidikan Berbasis
Keunggulan Lokal dan Global).
• Kalender Pendidikan
• Silabus dan RPP. 35
Pelaksanaan KTSP oleh setiap guru tersebut pada intinya
adalah melaksanakan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
33
Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005, Tentang Standar Nasional Pendidikan (Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar, 2007), h. 2.
34Ibid., h. 5.
35Ibid., h. 6.
yang berisi langkah-langkah operasional dan adanya spesifikasi
langkah-langkah pembelajaran sesuai karakter mata pelajaran dan
perkembangan peserta didik.
RPP tersebut disusun selengkap mungkin dan sistematis
sehingga mudah dipahami dan dilaksanakan oleh guru lain.
Terutama ketika guru yang bersangkutan tidak hadir, guru lain dari
mata pelajaran serumpun dapat menggantikan langsung, tanpa harus
merasa kebingungan ketika hendak melaksanakannya.
Penyusunan RPP bertujuan merancang pengalaman belajar
siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Diperlukan alur
pikir(algoritma) yang spesifik untuk menyusun suatu RPP, karena
rancangan tersebut seharusnya kaya akan inovasi sesuai dengan
spesifikasi materi ajar dan lingkungan belajar siswa (sumber daya
alam dan budaya lokal, kebutuhan masyarakat serta perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi).
Acuan alur pikir yang dapat digunakan sebagai alternatif
adalah:
1. Kompetensi apa yang akan dicapai.
2. Indikator-indikator yang dapat menunjukkan hasil belajar
dalam bentuk perilaku yang menggambarkan pencapaian
kompetensi dasar.
3. Tujuan pembelajaran yang merupakan bentuk perilaku
terukur dari setiap indikator.
4. Materi dan uraian materi yang sesuai dengan kebutuhan
belajar siswa agar ianya dapat mencapai tujuan pem-
belajaran.
5. Metode-metode yang akan digunakan dalam
pembelajaran.
6. Langkah-langkah penerapan metode-metode yang dipilih
dalam satu kemasan pengalaman belajar.
7. Sumber dan media belajar yang terkait dengan aktivitas
pengalaman belajar siswa.
8. Penilaian yang sesuai untuk mengukur ketercapaian
tujuan pembelajaran.36
Secara umum, ciri-ciri Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
yang baik memuat aktivitas proses belajar mengajar yang akan
dilaksanakan guru yang akan menjadi pengalaman belajar bagi
siswa.Langkah-langkah pembelajaran disusun secara sistematis dan
agar tujuan pembelajaran dapat dicapai. Langkah-langkah
pembelajaran disusun serinci mungkin, sehingga apabila RPP
digunakan oleh guru lain, mudah dipahami dan tidak menimbulkan
penafsiran ganda.
Dalam penyusunan RPP tersebut, pada identitasnya meliputi:
Nama sekolah, Mata Pelajaran, Kelas/Semester, Standar
Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator dan Alokasi Waktu.
Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator dikutip dari
silabus yang disusun dan telah diberlakukan dalam suatu satuan
pendidikan (SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA/SMK). Standar
kompetensi adalah suatu alur pikir yang saling terkait tidak dapat
dipisahkan. Indikator adalah perilaku (bukti terukur) yang dapat
memberikan gambaran bahwa siswa telah mencapai kompetensi
dasar.
Kompetensi Dasar adalah sejumlah kompetensi yang
memberikan gambaran bahwa siswa telah mencapai standar
kompetensi. Indikator merupakan: Penanda pencapaian kompetensi
dasar yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur
yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan;
Dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, satuan
36
Masnur Muslich, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual
(Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h. 12..
pendidikan, dan potensi daerah; Rumusannya menggunakan kerja
operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi; Digunakan
sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian; dan disusun dengan
kalimat operasional (dapat diukur) berisi komponen ABCD
(Audience = Siswa, Behavior = Perilaku, Competency = Kompetensi
dan Degree = peringkat/ukuran).
Sedangkan alokasi waktu diperhitungkan untuk pencapaian
satu kompetensi dasar, dinyatakan dalam jam pelajaran dan
banyaknya pertemuan (contoh: 2 x 40 menit). Karena itu , waktu
untuk mencapai suatu kompetensi dasar dapat diperhitungkan dalam
satu atau beberapa kali pertemuan bergantung pada karakteristik
kompetensi dasarnya.
Tujuan Pembelajaran merupakan output (hasil langsung) dari
satu paket pengalaman belajar yang dikemas oleh guru, karena itu
penetapan tujuan pembelajaran dapat mengacu pada pengalaman
belajar siswa. Materi pembelajaran adalah materi yang digunakan
untuk mencapai tujuan pembelajaran dan indikator. Materi dikutip
dari materi pokok yang ada dalam silabus. Materi pokok tersebut
kemudian dikembangkan menjadi beberapa uraian materi. Untuk
memudahkan penetapan uraian materi dapat diacu dari indikator.
Metode dapat diartikan benar-benar sebagai metode, tetapi
dapat pula diartikan sebagai model atau pendekatan pembelajaran,
bergantung pada karakteristik pendekatan atau strategi yang dipilih.
Karena itu pada bagian ini cantumkan pendekatan pembelajaran dan
metode-metode yang diintegrasikan dalam satu pengalaman belajar
siswa: Pendekatan pembelajaran yang digunakan, misalnya:
pendekatan proses, kontekstual, pembelajaran langsung, pemecahan
masalah, dan sebagainya. Metode-metode yang digunakan,
misalnya: ceramah, inquiri, observasi, tanya jawab, dan seterusnya.
Langkah-langkah pembelajaran merupakan bagian penting
dalam penyusunan RPP. Untuk mencapai suatu kompetensi dasar
harus dicantumkan langkah-langkah kegiatan setiap pertemuan.
Pada dasarnya, langkah-langkah kegiatan memuat unsur kegiatan
pendahuluan/pembuka, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
Langkah-langkah standar yang harus dipenuhi pada setiap
unsur kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut:
Kegiatan pendahuluan dapat menggunakan sebagai berikut:
Orientasi: memusat perhatian siswa terhadap materi yang akan
dibelajarkan. Dapat dilakukan dengan menunjukkan benda yang
menarik, memberikan illustrasi, membaca berita di surat kabar dan
sebagainya. Apersepsi: memberikan persepsi awal kepada siswa
tentang materi yang akan diajarkan. Motivasi: Guru memberikan
gambaran manfaat misalnya mempelajari shalat, urgensi shalat
dalam kehidupan, dsb. Pemberian Acuan: biasanya berkaitan
dengan kajian ilmu yang akan dipelajari. Acuan dapat berupa
penjelasan materi pokok dan uraian materi pelajaran secara garis
besar. Pembagian kelompok belajar dan penjelasan mekanisme
pelaksanaan pengalaman belajar (sesuai dengan rencana langkah-
langkah pembelajaran). Sedangkan pada kegiatan inti berisi
langkah-langkah sistematis yang dilalui siswa untuk dapat
mengkonstruksi ilmu sesuai dengan skemata (frame work) masing-
masing. Langkah-langkah tersebut disusun sedemikian rupa agar
siswa dapat menunjukkan perubahan perilaku sebagaimana
dituangkan pada tujuan pembelajaran dan indikator. Untuk
memudahkan, sebaiknya kegiatan inti dilengkapi dengan Lembaran
Kerja Siswa (LKS). Dalam kegiatan penutup dapat dilakukan: Guru
mengarahkan siswa untuk membuat rangkuman/ simpulan; Guru
memeriksa hasil belajar siswa. Dapat dengan memberikan tes
tertulis atau tes lisan atau meminta siswa untuk mengulang kembali
simpulan yang telah disusun atau dalam bentuk tanya jawab dengan
mengambil ± 25% siswa sebagai sampelnya; dan Memberikan
arahan tindak lanjut pembelajaran, dapat berupa kegiatan di luar
kelas, di rumah atau tugas sebagai bagian remidi/ pengayaan.
Suatu hal yang lain dalam penyusunan RPP adalah sumber
belajar. Pemilihan sumber belajar mengacu pada perumusan yang
ada dalam silabus yang dikembangkan oleh satuan pendidikan.
Sumber belajar mencakup sumber rujukan, lingkungan, media,
narasumber (tenaga ahli, seperti amil zakat, mu`azzin dsb), alat, dan
bahan.
Sumber belajar dituliskan secara lebih operasional. Misalnya,
sumber belajar dalam silabus dituliskan buku referensi, dalam RPP
harus dicantumkan judul buku teks tersebut, pengarang, dan
halaman yang diacu.
Bagian akhir dalam RPP adalah penilaian. Penilaian
dijabarkan atas teknik penilaian, bentuk instrumen, dan instrumen
yang dipakai untuk mengumpulkan data. Dalam sajiannya dapat
dituangkan dalam bentuk matrik horisontal atau vertikal. Apabila
penilaian menggunakan teknik tes tertulis uraian, tes unjuk kerja,
dan tugas rumah yang berupa proyek harus disertai rubrik penilaian.
Pengembangan KTSP menuntut aktivitas dan kreativitas guru
dalam membentuk kompetensi pribadi peserta didik. Oleh karena
itu, pembelajaran harus sebanyak mungkin melibatkan peserta
didik, agar mereka mampu bereksplorasi untuk membentuk
kompetensi dengan menggali berbagai potensi dan kebenaran secara
alamiah. Untuk itulah guru harus mampu menjadi fasilitator dan
mitra belajar bagi peserta didiknya.
Sehubungan dengan itu, untuk mengembangkan KTSP perlu
dibangun karakter guru sesuai perkembangan zaman. Tugas guru
tidak hanya menyampaikan informasi kepada peserta didik, tetapi
harus dilatih menjadi fasilitator yang bertugas memberikan
kemudahan belajar kepada peserta didik agar mereka dapat belajar
dalam suasana yang menyenangkan, gembira, penuh semangat,
tidak cemas, berani mengemukakan pendapat secara terbuka. Hal
ini merupakan modal dasar bagi peserta didik untuk tumbuh dan
berkembang menjadi manusia yang siap beradaptasi, menghadapi
berbagai kemungkinan dan memasuki era globalisasi yang sarat
tantangan dan persaingan.
Agar KTSP dapat dikembangkan secara efektif serta dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran guru perlu memiliki hal-hal
berikut:
1. Menguasai dan memahami kompetensi dasar dan
hubungannya dengan kompetensi lain dengan baik;
2. Menyukai apa yang diajarkannya dan menyukai mengajar
sebagai suatu profesi;
3. Memahami peserta didik, pengalaman, kemampuan dan
prestasinya;
4. Menggunakan metode yang bervariasi dalam mengajar
dan membentuk kompetensi peserta didik;
5. Mengeliminasi bahan-bahan yang kurang penting dan
kurang berarti dalam kaitannya dengan pembentukan
kompetensi;
6. Mengikuti perkembangan teknologi mutakhir;
7. Menyiapkan proses pembelajaran;
8. Mendorong peserta didik untuk memperoleh hasil yang
lebih baik;
9. Menghubungkan pengalaman yang lalu dengan
kompetensi yang akan dikembangkan. 37
Karakteristik guru yang berhasil mengembangkan pembe-
lajaran secara efektif dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Respek dan memahami dirinya, serta dapat mengontrol
dirinya;
2. Antusias dan bergairah terhadap bahan, kelas dan seluruh
kegiatan pembelajaran;
3. Berbicara dengan jelas dan komunikatif;
4. Memperhatikan perbedaan individual peserta didik;
5. Memiliki banyak pengetahuan, inisiatif, kreatif dan
banyak akal;
6. Menghindari sarkasme dan ejekan terhadap peserta didik;
7. Tidak menonjolkan diri dan dapat menjadi teladan bagi
peserta didik.38
Dalam rangka mengembangkan KTSP dan mengembangkan
karakter guru yang siap menjadi fasilitator pembelajaran
sebagaimana diuraikan di atas; hendaknya diadakan musyawarah
antara kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan, pengawas
sekolah dan komite sekolah untuk membina karakter guru.
Selanjutnya suatu hal penting lainnya dalam kompetensi guru
adalah penggunaan metode mengajar. Di antara berbagai metode
mengajar yang sering dipergunakan guru adalah:
1. Metode Ceramah
2. Metode Tanya jawab
3. Metode Diskusi
4. Metode Pemberian Tugas Belajar/Resitasi
5. Metode Demonstrasi dan Eksperimen
37
E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, h. 164. 38
Ibid.,
6. Metode Bekerja Kelompok
7. Metode Sosiodrama dan Bermain Peranan
8. Metode Karya Wisata
9. Metode Drill (Latihan siap)
10. Metode Sistim Regu (Team Teaching).39
Surakhmad mengemukakan tentang masalah metode dalam
kegiatan pembelajaran adalah:
Metoda adalah cara, yang di dalam fungsinya merupakan alat
untuk mencapai suatu tujuan. Hal ini berlaku baik bagi guru
(metoda mengajar) maupun bagi murid (metodabelajar).
Makin baik metoda itu, makin efektif pula pencapaian tujuan.
Dengan memiliki pengertian secara umum mengenai sifat
berbagai metoda, baik mengenai kebaikan-kebaikannya
maupun mengenai kelemahan-kelemahannya, seseorang akan
lebih mudah menetapkan metoda yang paling serasi untuk
situasi dan kondisi yang khusus dihadapinya.40
Setiap guru harus pandai memilih dan mempergunakan
metode yang akan dipergunakannya. Berbagai macam metode di
atas pada prinsipnya bisa dipakai dalam pelaksanaan pembelajaran.
Pengertian metode ceramah ialah: “Cara mengajar dengan
penuturan secara lisan tentang sesuatu bahan yang telah ditetapkan
dan dapat menggunakan alat-alat pembantu, terutama tidak untuk
menjawab pertanyaan murid. Adapun alat-alat pembantu dapat
berupa gambar, potret, benda, barang tiruan, film, peta dan
sebagainya.”41
Kutipan di atas menjelaskan bahwa metode ceramah adalah
suatu cara penyampaian informasi mengenai bahan pengajaran
39
Zuhairini, Abdul Ghofir dan Slamet As. Yusuf, Metodik Khusus Pendidikan Agama,
Cet. VII (Malang: Biro Ilmiah Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Malang, 1981), h. 71. 40
Winarno Surakhmad, Pengantar Interaksi Mengajar Belajar Dasar dan Teknik
Metodologi Pengajaran, Edisi IV (Bandung: Tarsito, 1982), h. 96. 41
Roestiyah N.K., Didaktik Metodik, Cet. II (Jakarta: Bina Aksara, 1986), h. 68.
melalui penuturan lisan oleh guru kepada siswanya. Pada dasarnya
metode ceramah dapat disebut metode komunikasi lisan. Dalam
metode ini aktivitas utamanya pada guru. Untuk ini guru dituntut
kemampuannya memilih kata-kata yang tepat, suara dan yang jelas
dan menggunakan alat pembantu untuk komunikasinya, seperti
microphon, media tertulis, Over Head Proyektor, alat praga dan
lain-lain. Sedangkan kegiatan murid lebih bersifat pasif melalui
cara mendengarkan dengan teliti dan mencatat agar dapat
mengambil kesimpulan dari bahan yang dijelaskan oleh guru.
Metode ceramah merupakan metode mengajar yang paling
banyak digunakan oleh guru dalam kegiatan mengajar. Hal ini
disebabkan oleh beberapa manfaat atau keuntungan metode
ceramah, yaitu:
1. Dalam waktu relatif singkat dapat disampaikan bahan
sebanyak-banyaknya.
2. Organisasi kelas lebih sederhana, tidak perlu mengadakan
pengelompokan murid-murid seperti pada metode lain.
3. Guru dapat menguasai seluruh kelas dengan mudah,
walaupun jumlah murid cukup besar.
4. Apabila penceramah berhasil baik, dapat menimbulkan
semangat, kreasi yang konstruktif, yang merangsang
murid-murid untuk melaksanakan suatu tugas/pekerjaan.
5. Metode ini lebih fleksibel dalam arti bahwa jika waktu
terbatas (sedikit) bahan dapat dipersingkat, diambil yang
penting-penting saja, dan sebaliknya apabila waktunya
memungkinkan (banyak) dapat disampaikan bahan yang
banyak dan mendalam.42
Berdasarkan manfaat atau kebaikan-kebaikan dari metode
ceramah di atas, maka metode ini menjadi populer dan sangat
sering digunakan oleh guru dalam kegiatan mengajar. Hal ini
42
Zuhairini, Abdul Ghofir dan Slamet As. Yusuf, Metodik Khusus, h. 84.
terutama sekali digunakan untuk kelas-kelas yang jumlah siswa
banyak dan keterbatasan media pendidikan yang dapat
melaksanakan metode mengajar secara kelompok atau individual.
Walaupun metode ceramah mengandung beberapa manfaat
sebagaimana yang disebutkan di atas, tetapi ia juga mempunyai
beberapa kelemahan. Di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Interaksi cenderung bersifat guru sentris.
2. Guru tidak dapat mengetahui dengan pasti sejauh mana
siswa memahami informasi yang telah disajikannya.
3. Pada siswa dapat terbentuk konsep-konsep lain dari apa
yang dimaksud guru.
4. Sering sukar ditangkap maksudnya bila ceramah berisi
istilah-istilah yang kurang dipahami murid, sehingga
menimbulkan verbalisme (hafalan).
5. Tidak memberi kesempatan kepada siswa untuk
memecahkan masalah dan berfikir, karena siswa dipaksa
mengikuti jalan pikiran guru.
6. Tidak cukup untuk memberi kesempatan untuk
menggunakan pendapat sendiri.43
Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari metode ceramah
tersebut, maka guru dapat melakukan beberapa cara sebagai berikut
ini :
a) Susunlah bahan pelajaran yang benar-benar perlu
diceramahkan, disesuaikan dengan taraf kejiwaaan,
lingkungan sosial dan lingkungan keudayaan siswa.
b) Gunakan alat peraga waktu berceramah, baik alat peraga
langsung maupun alat peraga tidk langsung.
c) Berceramahlah dengan gaya yang menarik. Gunakan
bahasa yang mudah ditangkap. Perlu diperhatikan ucapan,
tempo, ritme dan dinamikanya.
d) Jelaskanlah istilah-istilah yang baru dan sukar sebelum
43
Amir Abyan, Perencanaan dan Pengelolaan Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam (Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam dan Universitas
Terbuka, 1996), h. 81.
pelajaran dimulai.
e) Butlah sistematika ceramah dan adakan rencana penilaian.
Teknik penilaian yang wajar digunakan untuk mengetahui
tercapai atau tidaknya tujuan-tujuan khusus yang telah
ditetapkan.
f) Dalam memberikan pelajaran, agar diselingi dengan
metode mengajar lainnya.44
Berdasarkan penjelasan di atas, maka penggunaan metode
ceramah sangat cocok digunakan oleh guru dalam kegiatan
mengajar dengan memperhatikan hal-hal sebagaimana yang
disebutkan di atas dan ditambahkan dengan beberapa hal sebagai
berikut:
a. Apabila guru akan menyampaikan fakta atau pendapat di
mana tidak terdapat bahan bacaan yang merangkum fakta
atau pendapat yang dimaksud.
b. Apabila guru harus menyampaikan fakta kepada siswa
yang berjumlah besar dan karena besarnya maka metode-
metode yang lain tidak mungkin dapat digunakan.
c. Jika guru akan menyampaikan masalah penting.
d. Apabila guru akan menerrangkan pokok masalah baru yang
ada kaitannya denga pokok masalah yang terdahulu.45
Dengan demikian dapat dipahami bahwa penggunaan metode
ceramah yang efektif perlu memperhatikan beberapa hal
sebagaimana yang disebutkan di atas. Intinya adalah dengan
memperhatikan kemampuan guru, keadan bahan pelajaran, keadaan
dan jumlah siswa, dan serta keadaan fasilitas yang dapat membantu
dalam pelaksanaan metode ceramah tersebut, sehingga dapat
dicapai hasil belajar yang baik.
44
Mansyur, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan
Kelembagaan Agama Islam dan Universitas Terbuka, 1996), h. 97. 45
Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangkan Perbaikan Situasi Mengajar (Jakarta:
Bumi Aksara, 1994), h. 75-76.
Selain metode ceramah, maka metode yang sering digunakan
dalam kegiatan pembelajaran adalah metode tanya jawab. "Metode
tanya jawab ialah penyampaian pelajaran oleh guru dengan jalan
mengajukan pertanyaan dan murid menjawab." 46 Metode ini
dimaksudkan untuk meninjau pelajaran yang lalu, agar para murid
(siswa) memusatkan lagi perhatian tentang sejumlah kemajuan yang
telah dicapai sehingga dapat melanjutkan pelajaran berikutnya, dan
untuk merangsang perhatian murid karena metode ini dapat
digunakan pula sebagai apersepsi, selingan dan evaluasi.
Metode tanya-jawab tepat digunakan untuk beberapa hal
sebagai berikut:
a. Apabila ditujukan untuk merangsang anak agar
perhatiannya terarah kepada masalah yang sedang
dibicarakan.
b. Apabila dimaksudkan untuk mengarahkan pengamatan dan
proses berpikir anak.
c. Apabila ditujukan sebagai ulangan untuk menilai pelajaran
yang telah diberikan.
d. Apabila ditujukan sebagai selingan dalam ceramah.47
Beberapa hal mempersiapkan tanya jawab secara efektif
adalahsebagai berikut:
a. Terlebih dahulu rumuskan tujuan khusus yang
akanmudicapai dengan pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan.
b. Selidiki dan pertimbangkan dengan seksama apakah
metode tanya-jawab ini tepat untuk dipakai.
c. Kemudian susunlah bahan-bahan pertanyaan yang dapat
membangkitkan minat dan perhatian, dapat mendorong
inisiatif anak, dan dapat merangsang murid untuk bekerja
46Imansyah Alipandie, Didaktik Metodik Pendidikan Umum
(Surabaya: Usaha Nasional, 1984), h. 79.
47Ibid., h. 91.
sama.
d. Dalam penggunaan metode ini hendaknya diarahkan pula
untuk melatih anak mampu mengasosiasikannya dengan
masalah-masalah lain.
e. Tehnis mengajukan pertanyaan hendaknya ditujukan
kepada seluruh kelas secara bergilir dan merata, tidak
hanya tertuju pada murid tertentu saja.
f. Supaya dihindari kemungkinan-kemungkinan jawaban
yang dapat menyimpang dari pokok persoalan.
Menyediakan kesempatan bertanya bagi murid yang masih
memerlukan penjelasan.48
Dengan memperhatikan batasan-batasan pengertian di atas,
maka untuk membuka jalur komunikasi dua arah, pertanyaan tidak
mungkin dilakukan secara sepihak atau hanya dari guru saja. Untuk
tujuan tertentu bahkan pertanyaan murid-muridlah yang dapat
memberi petunjuk apakah komunikasi yang diharapkan telah
berhasil atau belum.Dengan demikian lebih tepat apabila metode
tanya-jawab diartikan sebagai cara mengajar yang dilakukan oleh
guru dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang dijawab murid yang
berlangsung aktif secara timbal balik.
Metode mengajar yang lain adalah metode hafalan, yaitu
suatu cara belajar dengan lebih menekankan kepada kemampuan
siswa menghafal bahan-bahan pelajaran yang diberikan. Metode ini
lebih cocok kepada bahan-bahan yang bersifat tetap dan tidak boleh
salah, seperti ayat-ayat Al Qur'an dan hadits, rumus, dan
sebagainya. Dengan menggunakan metode hafalan, maka siswa
akan dapat lebih mengingat hal-hal penting tersebut secara tepat.
Pelaksanaan metode hafalan secara umum dapat bersaman
dengan diterapkannnya metode resitasi. Yang dimaksud dengan
48
Ibid., h. 92.
metode resitasi/metode pemberian tugas belajar atau yang sering
disebut dengan Pekerjaan Rumah. Alipandie mengemukakan
"Metode ini biasa juga disebut metode pekerjaan rumah (PR), yaitu
cara mengajar yang dilakukan guru dengan jalan memberi tugas
khusus kepada para murid untuk mengerjakan sesuatu di luar jam
pelajaran."49
Pemberian tugas tersebut dalam bidang studi
PendidikanAgama Islam dapat berupa "yang bersifat praktis,
umpamanya membuat laporan tentang kegiatan peribadatan di
daerah masing-masing, kegiatan amaliyah sosial dan sebagainya."50
Contoh lainnya adalah menyalin ayat Al Qur'an dan Hadits;
menghafalnya; memberi arti atau pemahaman terhadap maksudnya;
ataupun mengambil hukum-hukum yang terkandung di dalamnya.
Pelaksanaan Metode Resitasi meliputi:
Pertama : Fasepemberian tugasyang
wajar.Dalam fase ini, guru
merumuskan tujuan yang jelas
tentang pekerjaan rumah yang akan
ditugaskannya kepada siswa.
Kemudian guru memberikan petunjuk-
petunjuk yang jelas tentang tugas-
tugas yang harus dikerjakannya.
Kedua : Fase belajar. Dalam fase ini siswa
belajar (melaksanakan tugas) sesuai
dengan tujuan dan petunjuk-petunjuk
guru.
49Zuhairini, Abdul Ghofir dan Slamet As. Yusuf, Metodik
Khusus, h. 87.
50Team Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya, Pengantar Didaktik Metodik
Kurikulum PBM, Cet. II, (Jakarta: CV Rajawali, 1984), h. 58 - 59.
Ketiga : Fase resitasi, yaitu fase siswa
mempertanggungjawab-kan hasil
belajarnya. Bentuk-bentuk resitasi
harus disesuaikan dengan tujuan
pemberian tugas.51
Dari ketiga fase tersebut, maka fase pertama, yaitu pemberian
tugas dari guru perlu diberikan dengan sebaik-baiknya. Pemberian
tugas itu perlu jelas agar hasil belajar siswa dapat memuaskan.
Dalam merumuskan tujuan ini, guru perlu memperhatikan tentang
sifat-sifatnya sebagai berikut:
a. Merangsang agar siswa berusaha lebih baik
memupuk inisiatif, bertanggung jawab dan
berdiri sendiri.
b. Membawakegiatan-kegiatansekolahyang
berharga kepada minat siswa yang masih
terluang. Waktu-waktu terluang daripada
siswa agar dapat digunakan lebih
konstruktif.
c. Memperkayapengalaman-
pengalamansekolah dengan memulai
kegiatan-kegiatan di luar kelas.
d. Memperkuat hasil belajardi sekolah dengan
menyelenggarakan latihan-latihan yang
perlu integrasi dan penggunaannya.52
Tugas yang harus dilakukan oleh siswa perlu jelas. Untuk ini
guru perlu menjelaskan tentang aspek-aspek yang perlu dipelajari
siswa. Dengan adanya penjelasan dari guru, maka para siswa tidak
merasa bingung tentang apa yang harus dipentingkan jika ia sudah
51Ibid., h. 60.
52Ibid., h. 60.
mengetahuinya secara jelas. Hal ini menyebabkan perhatian siswa
pada waktu belajar akan lebih dipusatkan pada aspek-aspek yang
dipentingkan itu.
c. Mengelola kelas
Mengelola kelas yang perlu dkuasai oleh setiap guru
mencakup: mengatur tata ruang kelas untuk pengajaran, dan
menciptakaniklim belajarmengajar yang serasi. "Pengelolaan kelas
adalahpenciptaan suatu kondisi yang memungkinkan belajar siswa
menjadi optimal."53 ketrampilan mengelola kelas patut dikuasai
guru, oleh karena hanya dengan pengelolaan kelas yang baiklah
akan tercipta suatu kondisi yang memungkinkan siswa belajar
dengan baik. Ada dua jenis ketrampilan pengelolaan kelas. Pertama,
ketrampilan yang berhubungan dengan penciptaan kondisi belajar
yang optimal, dan kedua, ketrampilan yang berhubungan dengan
pengembalian kondisi belajar yang optimal.
Ketrampilan yang berhubungan dengan penciptaan kondisi
belajaryangoptimalmeliputihal-halsebagaiberikut ini: Menunjukkan
sikap tanggap. Tanggap terhadap berbagai hal yang terjadi di dalam
kelas, terutama terhadap perilaku siswa bisa menjadikan siswa
terkondisi belajarnya. Misalnya saja, terhadap siswa yang
memperhatikan, terhadap siswa yang tidak memperhatikan,
terhadap siswa yang acuh tak acuh dan terhadap siswa yang
mengerjakan atau tidak mengerjakan tugas, guru harus tahu dan
senantiasa menanggapi mereka. Responsi guru yang tanggap
terhadap berbagai persoalan dalam bentuk teguran, dalam bentuk
53
Ali Imron, Pembinaan Guru di Indonesia (Jakarta: Pustaka Jaya, 1995), h. 145.
pengharapan sangat penting bagi terciptanya kondisi belajar yang
optimal.Membagi perhatian. Perhatian guru, baik yang berupa
verbal maupunyang berupa visual, haruslah dapat diberikan kepada
siswa secara merata. Jangan sampai ada siswa yang terlalu banyak
diperhatikan sementara yang lain merasa kurang perhatian.
Kecemburuan siswa atas perhatian guru yang seimbang dapat
mengganggu terciptanya kondisi belajar yang optimal. Memusatkan
perhatian kelompok. Perhatian hendaknya tidak sekedar diberikan
kepada siswa secara individual. Manakala pengajaran di kelas
menggunakan kelompok-kelompok kecil, maka perhatianpun harus
diberikan kepada kelompok juga. Oleh karena itu, siswa dapat
dituntut bertanggung jawab secara individu kepada kelompoknya,
dan secara kelompok mereka dapat diminta mempertanggung
jawabkan pekerjaan atau tugasnya. Memberikan petunjuk-petunjuk
yang jelas. Petunjuk yang diberikan oleh guru terhadap siswa amat
penting bagi siswa. Oleh karena itu, dalam memberikan petunjuk
hendaknya sejelas mungkin meskipun singkat. Bahasa yang
dipergunakan hendaknya yang dapat dicerna oleh siswa. Aspek-
aspek yang menjadi substansi petunjuk guru dapat meliputi: aspek-
aspek pengajaran, suatu kegiatan tertentu atau tingkah laku
tertentu.Menegur. Teguran harus diberikan oleh guru manakala ada
diantara siswa yang mengganggu kelas, kelompok atau individu
siswa. Hendaknya teguran diberikan secara hati-hati, karena
penggunaan kata-kata kasar dan menyakitkan bertentangan dengan
misi pendidikan. Teguran hendaknya hanya diberikan kepada siswa
yang bersalah, yang menggangu, dan jangan sampai tertuju kepada
mereka yang tidak berbuat salah dan tidak turut mengganggu.
Meskipun demikian, teguran hendaknya mempunyai dampak positif
juga kepada siswa-siswa lainnya.Memberikan penguatan. Penguatan
dapat juga berfungsi sebagai terciptanya kondisi belajar siswa
secara optimal, manakala dapat diberikan secara tepat. Pada siswa-
siswa yang mengganggu, dapat diganjar dalam bentuk, misalnya
saja ditegur dan kemudian ditunjukkan kepada teman-temannya
sekelas. Demikian juga siswa yang misalkan saja, berprestasi baik,
dapat ditunjukkan kepada temannya sebagai sebuah keteladanan.
Ketrampilan mengelola kelas yang berhubungan dengan
pengembalian kondisi agar siswa belajar secara optimal meliputi
hal-hal sebagai berikut:
Memodifikasi perilaku siswa. Perilaku menyimpang dan atau
bermasalah siswa dapat dimodifikasi ke arah yang baik manakala
guru mau menganalisisnya terlebih dahulu. Jangan sampai tidak
tahu latar belakangterjadinya penyimpangan, guru langsung
mengubahnya. Oleh karena itu, sebelum mengubah tingkah laku
demikian, guru harus menempuh langkah-langkah sebagai
berikut:Merinci secara tepat tingkah laku yang menimbulkan
masalah atau tingkah laku menyimpang siswa.Menentukan norma
dan standar yang realistik terhadap tingkah laku yang menjadi
tujuan pendidikan.Bekerja sama dengan rekan sekerja, orang tua
dan konselor guna mencatat perilaku-perilaku bermasalah atau
menyimpang siswa.Memilih perilaku yang akan diperbaiki setelah
mempertimbangkan bahwa tingkah laku tersebut memang dapat
diperbaiki.Mempergunakan berbagai macam cara guna mengubah
perilaku siswa.Memberikan penguatan terhadap perilaku yang
diinginkan.
Pengelolaan kelompok. Guna memecahkan masalah-masalah
pengelolaan kelas, guru dapatmempergunakan pendekatan
pemecahan masalah kelompok. Beberapa hal yang harus dilakukan
oleh guru dalam pengelolaan kelompok adalah sebagai berikut:
Memperlancar tugas dengan mengusahakan kerja sama.Menetapkan
standard dan mengkoordinasikan prosedur kerja.Memperbaiki
kondisi dalam sistem dengan menggunakan pemecahan masalah
melalui diskusi.Menganalisis dan mempergunakan saran-saran
siswa. Mengubah kelas ke arah yang lebih baik dan
menyenangkan.Memelihara kegiatan-kegiatan kelompok dengan
cara: memelihara dan mengembalikan semangat siswa, memahami
konflik yang timbul dan meminimalkan masalah-masalah
pengelolaan.
Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang
menimbulkan masalah. Masalah beserta gejala masalah yang
muncul di kelas hendaknya diupayakan dapat ditemukan oleh guru.
Selanjutnya, masalah tersebut hendaknya dapat dipecahkan. Setelah
terpecahkan, guru harus berusaha agar tidak lagi muncul masalah
baru di dalam kelas, baik sebagai akibat dari pemecahan masalah
sebelumnya atau bukan akibat masalah sebelumnya (masalah baru).
d. Menggunakan media/sumber
Menggunakan media/sumber sebagai kompetensi guru
menyangkut: mengenal, memilih danmenggunakan media, membuat
alat-alat bantu pelajaran sederhana, menggunakan dan
mengelolalaboratorium dalam rangka proses belajar mengajar;
mengembangkan laboratorium, menggunakanperpustakaan
dalamproses belajar mengajar; menggunakan micro teaching unit
dalam program pengalaman lapangan.
Media merupakan suatu istilah yang sering didengar dalam
kehidupan sehari-hari, khususnya bila seseorang membicarakan
sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan komunikasi antara
seseorang denga orang lain atau antara kelompok. Istilah media
juga merupakan suatu hal yang sering digunakan dalam dunia
pendidikan, khususnya dalam kegiatan belajar mengajar untuk
berbagai bidang studi yang dilaksanakandi sekolah.
Apabila dilihat dari segi etimologi, kata "media" berasal dari
bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata "medium" yang
secara harfiah berarti: "perantara atau pengantar, maksudnya
sebagai perantara atau alat untuk menyampaikan sesuatu."54 Sedang
dalam kepustakaan asing ada sementara ahli yang menggunakan
istilah: Audio Visuall Aids (AVA), untuk pengertian yang sama. 55
Banyak pula para ahli pendidikan yang menggunakan istilah:
Teaching material atau instructional material, yang artinya identik
dengan pengertian keperagaan yang berasal dari kata "raga" artinya
suatu benda yang dapat diraba, dilihat, didengar dan yang dapat
diamati melalui pancaindera kita.56
Media pendidikan ialah: alat, metode dan teknik yang
dipergunakan dalam upaya untuk lebih mengefektifkan komunikasi
dan interaksiantara guru dan siswadalam proses pendidikan dan
54
S.Wojowasito, Kamus Umum Inggris Indonesia (Bandung: CV Pengarang, 1976) h.
425. 55
Oemar Hamalik, Media Pendidikan (Bandung: Penerbit Alumnis, Cet. II, 1976), h.
22. 56
Ibid., h. 23.
pengajaran di sekolah.57 Jadi, media pendidikan merupakan segala
sesuatu yang dapat digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan,
perhatian, kemauan siswa, sehinga dapat mendorong terjadinya
proses belajar pada diri siswa".
Kegiatan proses belajar tentu tak terlepas dari kegiatan
mengajar, sehingga menimbulkan proses belajar mengajar, yaitu
usaha guru-murid dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan. Untuk ini perlu adanya metode mengajar yang paling
serasi. Namun tidak ada pegangan yang pasti tentang cara
mendapatkan metode mengajar yang paling tepat. Ini disebabkan
adanya faktor guru itu sendiri yang sangat besar pengaruhnya,
misalnya: faktor pengalaman, kemampuan, sikap terhadap anak
didik, konsepnya pada belajar-mengajar, pribadinya, kreativitasnya,
fasilitas yang tersedia, sumber-sumber belajar serta alat pelajaran
turutmenentukan metode mengajar guru. Dalam rangka memberikan
perangsang yang sama, pengalaman yang sama dan menimbulkan
persepsi yang sama kepada anak didik setiap guru harus memiliki
pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media
pendidikan. Pengetahuan itu di diantaranya meliputi:
a. Media sebagaialat komunikasi guna lebih mengefektifkan
proses belajar-mengajar agama;
b. Fungsi medua dalam rangka mencapai tujuan pendidikan
agama;
c. Tentang proses belajar-mengajar agama;
d. Hubungan metode mengajar dan media pendidikan.
e. Nilai atau manfaat media pendidikan agama dalam
pengajaran agama.
f. Memilih dan menggunakan media pendidikan agama.
g. Berbagai jenis alat dan teknik media pendidikan agama.
57
Ibid., h. 24.
h. Usaha inovasi dalam media pendidikan agama dan lain-
lain.58
Untuk mengetahui, bagaimana fungsi media dalam proses
belajar mengajar agama, terlebih dahulu harus dimengerti dua
masalah yang amat erat kaitannya dengan media, yaitu: 1. Apa
kemampuan/keistimewaan yang dimiliki media. 2. Faktor apa saja
yang menghambat proses belajar.
Menurut S. Gerlach dan P. Elyada 3 (tiga)
keistimewaan/kemampuan yang terkandung dalam media
pengajaran, yakni: "1. Kemampuan fiksatif ( the fixative property) 2.
Kemampuan manipulatif (the manipulative property) 3.
Kemampuan distributif (the distributive property).59
Kemampuan fiksatif, artinya media memiliki kemampuan
menangkap, menyimpan dan kemudian menampakkan kembali
suatu objek/kejadian dapat digambarkan dipotret, difilmkan/
direkam kemudian dapat ditunjukkan lagi dan diamati kembali
seperti kejadian aslinya. Kemampuan manipulatif, artinya: bahwa
dengan kemampuan ini media dapat menampilkan kembali
suatuobjek/kejadian dengan berbagai macam cara disesuaikan
dengan keperluan. Maksudnya penampilan objek/ kejadian dengan
berbagai macam cara disesuaikan dengan keperluan. Maksudnya
penampilannya dapat diubah ukurannya, kecepatannya serta dapat
diulang-ulang. Kemampuan distributif, maksudnya bahwa dengan
kemampuan ini, dalam sekali penampilan suatu objek/kejadian
dapat menjangkau pengamat yang sangat banyak. Misalnya: dengan
58
Mahfudh Shalahuddin, Media Pendidikan Agama (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1986),
h. 15. 59
Ibid. h. 15.
media TV, Infokus, dan radio.
Media sebagai bagian darisistem pengajaran mempunyai
nilai-nilai praktis berupa kemampuan untuk:
1. Membuat konkret konsep yang abstrak.
2. Membawa objek yang berbahaya atau sukar didapat ke
dalam lingkungan belajar.
3. Menampilkan objek yang terlalu besar.
4. Mengamati gerakan yang terlalu cepat.
5. Memungkinkan siswauntuk berinteraksi langsung dengan
lingkungannya.
6. Mengamati gerakan yang terlalu cepat.
7. Membangkitkan motivasi belajar.
8. Memberikesanperhatianindividual untuk seluruh anggota
kelompok belajar.
9. Menyajikan informasi belajar secara konsisten dan dapat
diulang maupun disimpan sesuai dengan kebutuhan.
10. Menyajikan pesanatau informasi belajar secara serempak.
11. Mengontrol arah maupun kecepatan belajar siswa.60
Pengenalan tentang fungsi dan kemampuan media dalam
pelaksanaan pembelajaran adalah menjadi amat penting artinya, bila
media akan merupakan bagian integral dari sistem pendidikan yang
akan diterapkan. Karena dasar kebijakan dalam pemilihan,
pengembangan, maupun pemanfaatan media pendidikan, tidak dapat
terlepas dari pengetahuan tentang hal-hal tersebut.
Dilihat dari proses kegiatan belajar mengajar secara umum,
media mempunyai fungsi atau peranan yang penting, khususnya
untuk menghindari hambatan/gangguan komunikasi dalam proses
kegiatan belajar mengajar. Di samping itu, peranan media dalam
pelaksanaan kegiatan pengajaran secara garis besar adalah sebagai
berikut:
60
Yusufhadi Miarso, dkk, Teknologi Komunikasi Pendidikan (Jakarta: CV. Rajawali,
1994), h. 52.
1. Menghindari terjadinya verbalisme;
2. Membangkitkanminat/motivasi;
3. Menarik perhatian murid;
4. Mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar;
5. Mengefektifkan pemberian rangsangan untuk belajar. 61
Fungsi media dalam hubungan dengan proses belajar
mengajar antara lain sebagai berikut ini :
1. Mediamemungkinkan siswa menyaksikan benda/peristiwa
yang ada/terjadi pada masa lampau secara nyata.
2. Media memungkinkansiswa mengamati benda/peristiwa
yang sukar dikunjungi, baik karena tempatnya jauh, karena
tempatnya berbahaya, atau karena terlarang.
3. Media memungkinkan siswauntuk memperoleh gambaran
yang jelas tentang benda/masalah yang sukar diamati
secara langsung karena ukurannya yang terlalu besar atau
terlalu kecil.
4. Mediamemungkinkankegiatan belajar diikuti oleh banyak
siswa/mahasiswa, seperti melalui radio atau TV.
5. Media dapat memperlihatkan secara cepat suatu proses
yang berlangsungsecara lambat, misalnya proses
perkembangan kejadian manusia mulai dari sperma sampai
menjadi janin, hanya ditunjukkan dalam beberapa menit.
6. Media dapatmemperlihatkansecara lambat gerakan-gerakan
yang amat cepat, jika diperlukan untuk diamati secara
teliti.62
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa media
pengajaran merupakankomponen pengajaran yang sangat penting
dalam proses belajar mengajar. Ia membantu meningkatkan
kegiatan belajar siswa, yang pada akhirnya akan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa yang lebih baik.
e. Menguasai landasan-landasan kependidikan
61
Mahfudh Shalahuddin, Media Pendidikan, h. 18. 62
Ibid., h. 18-19.
Untuk dapat melaksanakan pendidikan dengan baik oleh para
guru, maka sangatlah diperlukan mereka dapat menguasai landasan-
landasan kependidikan tersebut. Landasan-landasan kependidikan
tersbeut yang terutama adalah lmu mendidik, psikologi, didaktik
metodik, evaluasi pembelajaran, ilmu jiwa perkembangan dan
berbagai disiplin ilmu lainnya yang relevan dengan pelaksanaan
pendidikan tersebut.
f. Mengelola interaksi belajar mengajar
Mengelola interkasi belajar mengajar adalah agar
pelaksanaan proses tersebut dapat berlangsung secara efektif dan
efisien. Pengelollan tersbeut terutama menentukan cara atau metode
serta alat-alat yang hendak dipakai serta menentukan jadwal yaitu
urutan waktu yang digunakan dalam pelajaran itu. Dengan demikian
bahwa materi pelajaran erat hubungannya dengan jenis kegiatan-
kegiatan belajar yang perlu ditempuh oleh para siswa. Kemudian
selanjutnya bagaimana caranya serta alat-alat apa yang
dipergunakan dalam menyampaikan materi pelajaran itu kepada
siswa, hal ini sangat tergantung pada jenis kegiatan-kegiatan belajar
yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan. Untuk itu perlu ditetapkan metode yang tepat, apakah
dengan metode ceramah, demontrasi, atau diskusi dan sebagainya
serta kemungkinan-kemungkinan pelaksanaannya.
Selanjutnya mengenai alat bantu mengajar atau peraga yang
dipergunakan hendaknya disesuaikan dengan kegiatan-kegiatan
belajar yang ditempuh para siswa, antara lain berupa gambar, foto,
bagan, diagram, grafik, atau benda-benda model, film, tape dan
instrumen-instrumen lain.Kemudian perlu diperinci pula mengenai
lamanya waktu yang diperlukan untuk mengajarkan materi
pelajaran. Pokok-pokok materi manakah yang akan diberikan/
diajarkan pada hari pertama atau minggu pertama dan mana pula
yang akan diberikan pada hari kedua atau minggu kedua, dan
seterusnya.
Kegiatan belajar dan mengajar ini harus dirumuskan
sedemikian rupa, sehingga kelihatan jelas kegiatan guru, siswa, alat
dan sumber yang dipergunakan dalam setiap langkah
pengajaran/kegiatan belajar mengajar. Semua kegiatan belajar
mengajar tentu disesuaikan dengan pokok bahasan yang akan
diajarkan dan disesuaikan juga dengan penggunaan metode
mengajar, kegiatan ini tampak jelas dari perilaku baik guru ataupun
siswa sewaktu berlangsungnya proses belajar mengajar di kelas.
Penggunaan metode pengajaran harus memperhitungkan standar
kompetensi dan kompetensi dasar, berarti memperhitungkan
kontribusi bobot taksonomi dan menentukan metode yang cocok
untuk mencapai aspek pengetahuan, keterampilan (mengajarkan
fakta dan konsep), juga metode apa yang cocok untuk mengajar
aspek afektif/sikap.
Sedangkan alat dan sumber pengajaran yang dimaksudkan
adalah berupa media yang dipergunakan dalam pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar seperti sumber belajar dari buku-buku,
sumber belajar dari lingkungan (museum, pengadilan dan lain-lain).
g. Menilai prestasi siswauntuk kepentingan pengajar
Penilaian merupakan salah satu hal yang menjadi kompetensi
mengajar guru. Dalam hal ini guru harus menyusun item test
(nomor soal) dari setiap indikator yang telah dirumuskan. Hal ini
bertujuan untuk mengukur sampai sejauhmana tujuan tersebut bisa
dicapai. Kalau sekiranya indikatortersebut tidak dapat diukur,maka
perlu diadakan perubahan perumusan sehingga lebih spesifik dan
operasional.
Penyusunan test dapat dilakukan setelah penyusunan
indikator tanpa terlebih dahulu menyusun bahan terperinci atau
menetapkan bahan/alat peraga serta metode mengajar. Tiap
indikator dapat diuji dengan satu item test dan nampaknya ini dapat
dijadikan sebagai dasar untuk menilai indikatoryang disusun itu
benar-benar spesifik atau tidak. Tapi banyak juga guru-guru yang
menyusun indikatoruntuk berbagai aspek. Oleh karena itu satu
indikatorbisa diuji dengan beberapa item test.
Mengenai prosedur penilaian dalam pelaksanaan program
sebenarnya dapat dilakukan dengan melaksanakan pre-test dan post-
test, dan masalah-masalah yang dinilai akan meliputi aspek
pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Pelaksanaan pre-test
dilakukan pada awal pelajaran, sedangkan post-test dilakukan pada
akhir pelajaran dan kedua-duanya mempergunakan item pertanyaan
yang sama atau degan kata lain bahwa lembaran pertanyaan untuk
pre-test adalah juga lembaran pertanyaan untuk post-test.63
Pre-test diberikan dengan maksud menjajaki tentang
pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dimiliki siswasebelum
mengikuti pelajaran. Sedangkan post-test diberikan dengan maksud
mendapatkandata tentangkeberhasilan siswa dalam mencapai tujuan
yang diharapkan; dan melihat perubahan yang terjadi
63
Suharsimi Arikunto, Dasar Dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Bina Aksara,
1996), h. 100.
(pengetahuannya, sikapnya, keterampilannya) bila dibandingkan
dengan hasil pre test.
Adanya perubahan yang terjadi memperlihatkan tentang
gambaranhasil belajar siswa dalam mencapai tujuan
pelajaran.Strategipenilaianbertujuan untuk :
a. Untuk mengetahui tercapai-tidaknya tujuan instruksional
secara komprehensif yang meliputi aspek pengetahuan,
sikap, dan tingkah laku.
b. Sebagai umpan balik yang berguna bagi tindakan
berikutnya di mana segi-segi yang sudah dapat dicapai
lebih ditingkatkan lagi dan segi-segi yang dapat merugikan
sebanyak mungkin dihindari.
c. Bagi pendidik, evaluasi berguna untuk mengukur
keberhasilan proses belajar-mengajar; bagi peserta didik
berguna untuk mengetahui bahan pelajaran yang diberikan
dan dikuasainya; dan bagi masyarakat untuk mengetahui
berhasil atau tidaknya program-program yang
dilaksanakan.64
Pada hakekatnya evaluasi adalah multievaluasi, artinya
mempergunakan berbagai bentuk evaluasi yang disesuaikan
deangan pengembangan pengetahuan, sikap dan keterampilan sesuai
dengan materi pelajaran. Cara merumuskan alat evaluasi adalah:
a. Pengembangan alat evaluasi baik untuk pre-test ataupun
post-test sebaiknya mencakup: Fakta, konsep, nilai
norma/sikap. Fakta dan konsep akan tercakup dalam aspek
pengetahuan dan keterampilan (bidang kuantitatif),
sedangkan nilai/norma/ sikap termasuk aspek afektif
(bidang kualitatif). Alat evaluasi ini harus sesuai dengan
apa yang terkandung dalam indikator, sebab keberhasilan
dari indikator dicapai melalui evaluasi.
b. Alat evaluasi disusun secara objektif (benar-salah, pilihan
ganda, mengawinkan dan lain- lain), ataupun subjektif
(essay).
64
A. Tabrani Rusyan, Atang Kusdinar, dan Zainal Arifin, Pendekatan Dalam Proses
Belajar Mengajar (Bandung: PT Remadja Rosdakarya, 1992), h. 210.
c. Susunlah pertanyaan atau pernyataan yang meliputi fakta,
konsep, nilai/norma/sikap.65
h.Bimbingan dan Penyuluhan
Bimbingan dan penyuluhan yang menjadi kompetensi guru
adalah mengenal fungsidan programserta menyelenggarakan
program layanan bimbingan dan penyuluhan di sekolah. Pelayanan
bimbingan adalah kegiatan-kegiatan yang terorganisir untuk
memberikan bantuan secara sistimatis kepada murid dalam membuat
penyesuaian diri terhadap pelbagai bentuk problema yang dihadapi,
misalnya problema kependidikan; jabatan/kekaryaan; kesehatan;
sosial; dan perseorangan. Dalam pelaksanaannya maka bimbingan
harus mengarahkan segala kegiatannya kepada pertolongan terhadap
murid agar supaya mengetahui tentang diri pribadinya sendiri sebagai
individu maupun sebagai anggota masyarakat.66
i.Administrasi Sekolah
Kegiatan yang bidang tugas tugas guru bukanlah hanya
mengajar saja, tetapi juga mengenai administrasi sekolah. Hal ini
menyangkut dengan mengenal dan menyelenggarakan administrasi
sekolah. Administrasi sekolah tersebut terutama yang berkaitan
dengan persiapan mengajar dan pelaporan tentang hasil mengajar
dan hasil belajar siswa. Dengan adanya pengadministrasian yang
baik dari para guru, maka diharapkan pelaksanaan pengajarannya
juga akan dilaksanakan dengan baik. Hal ini disebabkan dalam
administrasi tersebut sudah terdapat rencana kerja yang harus
65
Suharsimi Arikunto, Dasar Dasar, h. 104. 66
M. Arifin, Pokok Pokok Pikiran tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama
(Jakarta: Bulan Bintang, 1999) h. 20.
dilakukan oleh guru, sehingga kegiatan pengawasan dapat
dilakukan, sebagai usaha pengefektifan kerja dan pencegahan
terhadap hal-hal yang dapat mengurangi atau menghambat
pencapaian tujuan program yang telah ditetapkan.
j. Penelitian Pendidikan
Memahami prinsip-prinsip dan mentafsirkan hasil-hasil
penelitian pendidikanguna keperluan pengajaran. Kata penelitian
atau penyelidikan tersebut digunakan sebagai padanan kata research
dalam bahasa Inggris. Kata research ini berasal dari kata Latin
reserare yang berarti mengungkapkan atau membuka.Kata ini juga
diindonesiakan menjadi riset, yang diartikan: kegiatan
mengungkapkan atau membuka pengetahuan karena pengetahuan,
baik yang telah ada maupun yang masih belum ditemukan,
dianggap sudahmerupakan kegiatan yang sistematik yang dimak-
sudkan untuk menambah pengetahuan baru atas pengetahuan yang
sudah ada, dengan cara yang dapat dikomunikasikan dan dapat
dinilai kembali.67 Jadi, penelitian merupakan upaya untuk
menambah dan memperluas pengetahuan, yang selain untuk
menghasilkan pengetahuan yang baru sama sekali yaitu yang
sebelumnya belum ada atau belum dikenal, juga termasuk
pengumpulan keterangan baru yang bersifat memperkuat teori-teori
yang sudah ada, atau bahkan juga yang menyangkal teori-teori yang
sudah ada. Kemampuan memahami prinsip-prinsip dan
mentafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikanguna keperluan
pengajaran adalah suatu hal yang sangat penting bagi setiap guru.
67
Irawan Soeharto, Metode Penelitian Sosial (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), h.
1-2.
Dengan demikian ia akan dapat melaksanakan pendidikan secara
lebih optimal
Jika diperhatikan kesepuluh kompetensi atau kemampuan
guru tersebut di atas ternyata sangat luas dan kompleks sekali.
Dengan demikian tugas guru itu berarti cukup berat sekali dan tidak
boleh dipandang enteng oleh setiap guru. Apabila setiap guru telah
memiliki kesepuluh kemampuan dasar bagi guru seperti disebutkan
di atas, tentu guru-guru tidak mengalami kesulitan dalam
melaksanakan tugasnya.
Sehubungan dengan uraian tersebut di atas, maka beberapa
cara dapat dilaksanakan seorang guru untuk terus meningkatkan
kemampuannya secara profesional dalam arti memiliki dan
pengertian yang tepat tentang pendidikan dan pengajaran yang
sesuai dengan perkembangan zaman. Guru yang terus menerus
dapat meningkatkan kemampuannya secara profesional akan
mampu menciptakan situasi belajar-mengajar yang lebih baik dan
terarah di kelas.
Beberapa usaha untuk mewujudkan kesepuluh kompetensi
atau kemampuan dasar guru di antaranya adalah: Guru dapat
meningkatkan kemampuannya dengan jalan berusaha sendiri, yaitu
melalui media cetak seperti buku-buku, buletin-buletin, majalah-
majalah, suratkabar-suratkabar dan sebagai kesemuanya itu
merupakan sumber pengetahuan bagi guru. Jika guru mau
memanfaatkan media ini alangkah baiknya karena melalui media ini
guru dapat memperoleh pemahaman-pemahaman terutama tentang
pendidikan dan pengajaran.Penataran juga memberikan kesempatan
bagi guru-guru untuk dapat meningkatkan kemampuan sebagai
guru, apakah itu penataran lisan atau penataran secara tertulis.
Melalui penataran lisan, guru dapat mendengarkan ceramah para
tutor. Selain penataran lisan dapat juga melalui pusat pelatihan
guru. Guru hendaknya jangan menolak jika ditunjuk oleh Kepala
Sekolah atau atasannya untuk mengikuti penataran terutama
penataran bidang studi yang diembannya sendiri. Kemudian
beberapa orang guru dapat membentuk kelompok pendengar radio
atau televisi terutama ruang pendidikan yang menyangkut proses
belajar-mengajar yang baik, kemudian membahasnya secara
bersama-sama. Hasil pembahasan kelompok guru ini dapat mereka
jadikan pedoman dan bahan pelajaran di sekolahnya. Melalui
kelompok guru sejenis, maksudnya kelompok guru bidang studi
yang sama dapat meningkatkan kemampuannya. Beberapa orang
guru yang mengemban bidang studi yang sama membentuk
kelompok musyawarah untuk membahas hal-hal yang menyangkut
kemajuan bidang studi mereka, hal ini biasa dikenal dengan sebutan
Musyawarah Guru Bidang Studi (MGBS). Musyawarah ini dapat
dilakukan sekali dalam seminggu, atau setidak-tidaknya satu kali
dalam sebulan untuk mengetahui sampai di mana dan sejauh
manakemajuan bidang studi yang mereka ajarkan. Selain dari pada
itu untuk mengetahui sampai sejauh mana pula kelemahan dan
kekurangan mereka dalam menyampaikan materi dan sebagainya,
dan mereka secara bersama-sama pula memperbaikinya.Melalui
peninjauan untuk membandingkan pengetahuan yang ia miliki hal
ini bisa disebut dengan studi perbandingan. Melalui studi
perbandingan ini guru dapat memperoleh bahan
masukantentangproses belajarmengajaryang baik.Melalui studi
perbandingan ini guru dapat memahami kekurangan-
kekurangannya. Studi perbandingan ini dapat dilakukan dari
sekolah yang satu ke sekolah yang lainnya sehingga guru dapat
mengetahui perkembangan sekolah yang ia kunjungi secara
keseluruhan dan di bidang studi yang ia ajarkan khususnya dan ia
dapat mempraktekkannya di kelas atau di sekolahnya masing-
masing.
2. Hakekat Motivasi Kerja
Motivasi merupakan daya dorong yang mempengaruhi setiap
orang. Menurut Mc. Cleland daya dorong itu bisa datang dari dalam
maupun dari luar diri seseorang. A motive is the redintegration by a
cue of a change in an affective situation.68 (motif adalah
memperbaharui seseorang yang belum berpengetahuan dengan cara
memberi petunjuk untuk mengubah dirinya ke dalam situasi efektif).
Pada bagian lain dijelaskan Mc.Cleland, bahwa yang dimaksud
dengan motive adalah suatu yang mengakibatkan sikap atau kondisi
yang akan mengantarkan manusia untuk melakukan tindakan tertentu.
Jadi motivasi adalah suatu proses di mana tingkah laku bertindak
dengan semangat dan terkendali.
Di samping itu ada sebagian orang terdorong untuk melakukan
pekerjaan karena faktor kebutuhan, baik kebutuhan yang disadari
maupun yang tidak disadari, baik kebutuhan fisik maupun non fisik.
Motivasi merupakan proses yang berawal pada kekurangan atau
kebutuhan psikologi maupun mobilisasi atau dorongan itu diarahkan
pada suatu tujuan atau rangsangan. Dengan demikian, kunci untuk
68
McClelland, David C., John W. Akitson, Russel A. Clark & Edgar L. Lowell, The
Achievement Motive, (New York: Apleton Century-Crofts, Inc, 1976), h. 35.
memahami proses motivasi terletak pada pemahaman dan hubungan
antara kebutuhan, dorongan dan semangat. Selanjutnya bila ditinjau
dalam tujuan kehidupan, maka sebagian dari tujuan itu, misalnya
hidup lebih tenang, lebih senang, lebih sehat dan tidak menunjukkan
adanya gejala stres. Tujuan-tujuan yang positif biasanya lebih dapat
memotivasi seseorang dari pada tujuan-tujuan yang negatif.
Pada umumnya orang yang berorientasi pada kemampuan yang
dimilikinya (mastery oriented people), menyadari bahwa kesuksesan
yang ia peroleh tergantung kepada keterampilan yang dimilikinya,
lebih berorientasi pada kemandirian yang ia miliki, bekerja keras,
berusaha untuk menjadi yang terbaik dalam setiap penampilannya dan
lebih tertarik pada aktivitas-aktivitas yang mendukung tercapainya
tujuan yang diharapkan. Agar motivasi yang dimiliki itu lebih efektif,
harus difokuskan pada tugas-tugas yang dianggap penting serta
mendukung tercapainya tujuan yang diharapkan. Oleh sebab itu
motivasi dapat dikatakan faktor pendorong yang akan mempengaruhi
manusia untuk bertindak sesuai dengan keinginannya yang akan
dituju. Faktor pendorong tersebut bisa datang dari dalam (faktor
intrinsik) maupun dari luar (faktor ekstrinsik) diri manusia itu sendiri.
Dalam aktivitas bekerja, tentu seseorang ingin mencapai sesuatu
melalui kegiatan kerjanya. Jadi motivasi kerja merupakan hal-hal yang
mendorong seseorang untuk mencapai suatu harapan dalam kegiatan
bekerjanya. Harapan itu tersusun dari pengalaman yang sifatnya
universal melalui pemecahan masalah, misalnya seseorang
mempelajari cara untuk berjalan, berbicara, berburu atau membaca,
menulis, menjahit dan sebagainya. Harapan ini melibatkan juga
penghargaan terhadap standar mutu dari suatu tindakan/tugas. Suatu
tugas atau tindakan ini dapat dilakukan dengan cepat dan efesien atau
bahkan dilaksanakan secara lambat. Individu akan melakukan suatu
tugas/tindakan itu lebih baik atau lebih cepat bila dibandingkan
dengan yang lain. Beberapa kenikmatan yang mampu mendorong
suatu usaha untuk menyelesaikan suatu tindakan/tugas dan sudah tentu
didasarkan pada motif intrinsik setiap individu. Dari semua itu dapat
dikatakan bahwa setiap individu memiliki dasar yang menjadi
motifnya untuk bekerja.
Tentang motivasi kerja dalam Islam dapat disamakan dengan
niat. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah saw berikut ini:
عت رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم : عن عمر بن الطاب رضي اهلل عنه قال سا األعمال : ي قول ا لكل امرئ ما ن وى إن يات وإن فمن كانت هجرته إل . بالن
اهلل ورسوله فهجرته إل اهلل ورسوله، ومن كانت هجرته لدن يا يصيب ها أو امرأة (رواه مسلم. ) ي نكحها فهجرته إل ما هاجر إليه
Artinya:
Dari Umar bin Khaththab r.a. katanya dia mendengar Rasulullah
saw bersabda: Tiap-tiap amal harus disertai dengan niat.
Balasan bagi setiap amal manusia ialah pahala bagi apa yang
diniatkannya. Maka barangsiapa (niat) hijrahnya karena Allah
dan Rasul-Nya, baginya pahala hijrah karena Allah dan
Rasulnya, Dan barangsiapa (niat) hijrahnya karena dunia yang
hendak diperolehnya atau karena perempuan yang hendak
dikawininya, maka (pahala) hijrahnya sesuai dengan niatnya,
untuk apa dia hijrah.”69
Hadiś di atas menegaskan bahwa niat merupakan syarat
layak/diterima atau tidaknya amal perbuatan, dan amal ibadah tidak
69
Bukhari, Shahih Bukhari, Jilid I,(Jakarta: Widjaya ,1992), h. 1.
akan mendatangkan pahala kecuali berdasarkan niat (karena Allah
ta’ala). Dengan kata lain, niat tersebut merupakan suatu faktor
pendorong dalam melakukan suatu kegiatan. Jadi, niat atau motivasi
kerja merupakan syarat penting dalam melakukan suatu pekerjaan.
Sehubungan motivasi kerja, beberapa pakar seperti Jackson,
Ahmed, dan Heapy dalam Sopiah menyimpulkan bahwa, motivasi
kerja melibatkan beberapa faktor penting yaitu: (a) keinginan adanya
pengakuan tentang keahlian yang dimiliki, (b) keinginan untuk
mendapat uang, (c) keinginan untuk keberhasilan diri, (d) keinginan
mendapatkan kehormatan dari para teman sejawat, (e) keinginan untuk
berkompetisi dan menang, (f) keinginan untuk bekerja keras dan
unggul dalam segala hal.70
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan,
bahwa motivasi kerja pada penelitian ini adalah usaha seseorang
mengarahkan perilakunya untuk bertindak atau bertingkah laku
dengan menggunakan segenap kemampuan fisik dan psikis dalam
bekerja, guna mencapai keinginan-keinginan atau kebutuhannya.
Indikator-indikator untuk mengukur motivasi kerja dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut: 1) keinginan adanya pengakuan tentang
keahlian yang dimiliki, 2) keinginan untuk mendapat uang, 3)
keinginan untuk keberhasilan diri, 4) keinginan mendapatkan
kehormatan dari para teman sejawat, 5) keinginan untuk berkompetisi
dan menang, dan 6) keinginan untuk bekerja keras dan unggul dalam
segala hal.
3. Hakekat Komitmen Organisasi
70
Sopiah, Perilaku Organisasional, h. 73.
Istilah komitmen merupakan suatu kata yang menunjukkan
kesungguhan atau keseriusan seseorang atau lembaga dalam
melaksanakan aktivitas untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Bagi seseorang yang bekerja dalam sebuah lembaga atau organisasi
akan berupaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan, sehingga orang
tersebut harus memiliki komitmen atau tanggung jawab terhadap
pekerjaannya. Menurut Ali bahwa komitmen merupakan sebagai
kontrak, perjanjian (keterikatan) untuk melaksanakan sesuatu.71 Hal
yang sama juga dikemukakan oleh Cooper dan Makin yang
menyatakan bahwa komitmen merupakan suatu keadaan untuk tetap
mempertahankan hubungan, yang meliputi ketergantungan dan
kepercayaan individu sehingga tidak akan meninggalkan hubungan
tersebut.72Lainnya halnya dengan Deporter dan Henaki yang
menyatakan bahwa komitmen adalah tekad yang kuat, yang
mendorong untuk mewujudkannya, terlepas dari beberapa rintangan
yang mungkin dihadapi.73 Sedangkan Stout dan Walker
mengemukakan bahwa komitmen adalah menemukan suatu tujuan
khusus yang diinginkan sehingga seseorang mau memberikan mutu,
energi dan kemampuan untuk membantu mendapatkannya. 74 Ini
berarti, komitmen menunjukkan pendirian sesorang terhadap pilihan
dan tindakannya yang tidak akan berubah selama pilihan tersebut
dapat dipertanggung jawabkannya. Dengan demikian seseorang yang
memiliki komitmen akan bekerja dengan sungguh-sungguh dan
71
L. Ali, Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), h. 515. 72
C. L. Cooper dan P. Makin, Psikologi Untuk Manajer. Alih Bahasa: Lilian Yuwono.
Jakarta: Arcan, 1995), h. 178. 73
B. Deporter dan M. Henaki, Quantum Bisnis: Membiasakan Berbisnis Secara Etis dan Sehat, (Bandung: Kaifa, 2000), h. 299-300.
74K. Stout, and A. Walkee, Teamwork & Team Building the managers Guide to Team
in Organization, (Singapore: Prentice Hall, 1995), h. 123.
bersemangat serta menjalin kerja sama yang baik supaya tujuan
organisasi atau lembaga tercapai.
Lebih jauh Corser dan Rakoff menjelaskan bahwa komitmen
sebagai kecenderungan hal yang positif di mana seorang pekerja yang
sungguh-sungguh pada kerjanya akan merasa bangga dengan kerja
yang digelutinya. Dalam kerja yang berstatus tinggi, komitmen bukan
saja tertumpu kepada pekerjaannya tetapi juga melibatkan komitmen
terhadap rekan kerja.75
Goleman mengemukakan pandangan terhadap komitmen dari
sudut organisasi sebagai satu reaksi emosional. Dia mengemukakan
bahwa seseorang akan mempunyai hubungan yang kuat kepada suatu
organisasi, patuh dan taat pada aturan organisasi tersebut serta
menjalankan tugas sesuai dengan kemampuannya dan bahkan mereka
bersedia mengorbankan kepentingan dirinya apabila diperlukan demi
kepentingan organisasi.76 Dengan demikian, komitmen merupakan
motivasi awal yang melahirkan sikap semangatterhadap organisasi
secara spontan.
Adapun istilah kerja secara umum diartikan sebagai suatu
kondisi yang dibutuhkan manusia. Paine, Turner dan Pryke
menyatakan bahwa bekerja sebagai penyerahan usaha yang diarahkan
pada sesuatu.77 Sedangkan As’ad menjelaskan, bekerja juga
mengandung arti melaksanakan sesuatu tugas yang diakhiri dengan
buah karya yang dapat dinikmati oleh manusia yang bersangkutan.
75
Corser, R.L and Rakoff, G., Executive EQ: Emotional Intelligence in Leadership and
Organizations, (New York: Grosset/Putnam, 1997), h. 128. 76
D. Goleman, Working with Emotional Intelligence. (New York: Bantam Books,
1998), h. 78. 77
J. Paine, P. Turner, dan R. Pryke, Total Quality in Education, (Brisbane: Ashton
Scholastic Dry Limited, 1992), h. 31.
Seseorang bekerja karena ingin memenuhi kebutuhannya sehingga
melalui aktivitas kerja yang dilakukannya akan membawanya kepada
suatu keadaan yang lebih baik, karena kebutuhannya terpenuhi. Di
samping itu, melalui bekerja seseorang tidak semata-mata
mendapatkan penghasilan, tetapi banyak lagi aspek lainnya yang dapat
dicapai dari pekerjaannya, seperti status sosial, penghargaan dan lain-
lain.78 Dengan demikian ada beberapa alasan mengapa bekerja
merupakan hal yang positif dalam kehidupan manusia, yaitu (1)
adanya pertukaran manfaat, (2) pekerjaan merupakan pranata sosial,
(3) pekerjaan menciptakan posisi atau strata tertentu dalam
masyarakat, (4) ada sisi tertentu dalam bekerja yang secara sosial
bermakna khusus bagi individu.79
Dalam pandangan modern seperti yang dikemukakan Anoraga,
kerja dapat dijelaskan (1) kerja merupakan bagian yang paling
mendasar bagi hidup manusia, karena dia memberikan status kepada
masyarakat, juga bisa mengikat individu lain baik yang bekerja atau
tidak, (2) baik pria atau wanita menyukai pekerjaan karena faktor
sosial dan psikologis dari pekerjaan itu, (3) moral dar i pekerjaan itu
mempunyai hubungan langsung dengan kondisi materi yang
menyangkut pekerjaan itu dan (4) insentif dari kerja tersebut banyak
bentuk, tidak semata dalam bentuk uang.80
Komitmen organisasi yang menurut Marshal dan Witjing
mendefinisikan komitmen terhadap kerja sebagai satu keinginan untuk
terus bekerja tanpa ada alasan, seperti masalah keuangan. Keinginan
78
M. As’ad, Psikologi Industri, (Yogyakarta: Liberty, 1998), h. 46. 79
R. M. Steers, L. W. Porter, & G. A. Bigley, Motivation & Leadership At Work,
(New York: McGraw Hill, 1996), Sixth Edition, h. 573-574. 80
P. Anoraga, Psikologi Kerja, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), h. 15.
ini tidak menghalangi tanggungjawabnya pada keluarga yang
menyebabkan seseorang tersebut harus keluar dari kerjanya. Selain
itu, orang tersebut juga memperlihatkan satu komitmen terhadap
rancangan kerja yang disusunnya sesuai dengan aturan-aturan yang
lebih spesifik tentang kerja tersebut.81 Dengan kata lain, komitmen
organisasi yang dimiliki oleh orang tersebut akan membawanya pada
kesuksesan tanpa gangguan.
Greenberg dan Baron (1993) dalam Setiawati mengemukakan
bahwa komitmen organisasi merefleksikan tingkat identifikasi dan
keterlibatan individu dalam pekerjaannya dan ketidaksediaannya
untuk meninggalkan pekerjaan tersebut.82
Individu yang yakin terhadap kerja yang dilakukannya akan
mampu berhadapan dengan hambatan dan rintangan yang dihadapi
sebagai hasil dari kekuatan emosinya. Bahkan hambatan dan rintangan
ini akan meningkatkan kematangan mereka dalam melaksanakan tugas
dan tanggungjawab terhadap kerja masing-masing. Selanjutnya
individu yang ingin mencapai prestasi dalam kerja akan menempatkan
tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan jangka pendek maupun tujuan
jangka panjang. Apabila tujuan ini tercapai maka individu tersebut
akan memperoleh kepuasan dan terus berusaha untuk mengembangkan
kerja dalam rangka mempertahankan prestasi yang telah dicapainya.
Menurut Spector dalam Setiawati, secara umum, komitmen
organisasi merupakan sebuah variabel yang mencerminkan derajat
hubungan yang dianggap dimiliki oleh individu terhadap pekerjaan
tertentu dalam organisasi.83 Lee, dkk. mendefinisikan komitmen
81
S. J. Marshal and J. P. Witjing, Dimensionality of Women’s, h. 135-146. 82
Setiawati, Proceeding PESAT, h. 26. 83
Ibid., h. 28.
organisasi sebagai hubungan psikologis antara seseorang dan
pekerjaannya yang berdasarkan reaksi afektif terhadap pekerjaan
tersebut. Seseorang memiliki komitmen pekerjaan yang kuat akan
mengidentifikasi dan memiliki perasaan yang kuat terhadap
pekerjaannya dibandingkan dengan orang yang komitmennya rendah.
Hubungan emosional terhadap pekerjaan memberikan gambaran
perilaku kerja seseorang dan menentukan keinginan untuk tetap
bertahan pada pekerjaannya.84
Dengan berlandaskan hal tersebut, maka seseorang yang
memiliki komitmen terhadap pekerjaannya adalah orang yang
memiliki kepuasan dan mengembangkan pekerjaannya. Orang tersebut
berusaha melakukan kewajiban dan tugas-tugas pekerjaan serta
mempertahankan ketelibatan dalam pekerjaan tersebut. Dengan
demikian dapat dipahami bahwa komitmen pekerjaan merupakan
perspektif yang multidimensional yang berupa pengembangan dari
teori komitmen kerja. Dalam pendekatan multidimensional, komitmen
pekerjaan seperti halnya komitmen organisasi memberikan
pemahaman yang kompleks mengenai keterikatan seseorang dengan
pekerjaannya.
Attawood dan Dimmack mengemukakan bahwa, komitmen
organisasi adalah kesadaran untuk melaksanakan kegia tan organisasi
yang ditunjukkan oleh sikap, nilai dan kebiasaan atau kelakuan dalam
bekerja.85 Sedangkan Sujansky menjelaskan bahwa komitmen
organisasi adalah keputusan internal seseorang ketika dia mengatakan
”saya melihat kebutuhan untuk perubahan ini, saya percaya itu, dan
84
Lee, Journal of Management, h. 15-32. 85
Attawood dan Dimmack, Personel Management, h. 219.
saya akan melakukan hal itu dalam bekerja”.86
Pada dasarnya kerja memainkan peranan penting dalam
membantu mengklarifikasi beberapa sebab seseorang memiliki suatu
komitmen. Morrow dalam Lee dkk. menemukan lima bentuk
komitmen organisasi yang dikelompokkan menurut fokusnya masing-
masing, yaitu kerja itu sendiri, karir, pekerjaan, organisasi dan
kelompok.87 Meskipun komitmen organisasi telah dianggap penting
dalam mempengaruhi efektivitas organisasi, akan tetapi komitmen
yang berkaitan dengan pekerjaan juga memberikan sumbangan yang
tidak kecil.
Pandangan Islam tentang komitmen organisasi adalah
berdasarkan firman Allah SWT dalam surat An Nisa’ ayat 59 sebagai
berikut:
Artinya:
59. Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah
Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu
berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia
kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu
benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang
86
J. G. Sujansky, The Power of Partnering Visio, Commitmen, and Action, (Singapore:
Toppar Company, 1991), h. 14. 87
Lee, Journal of Management., h. 36.
demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
Pemimpin ada karena ada yang dipimpin, dan wadahnya disebut
organisasi. Jadi perintah taat atau patuh kepada pemimpin adalah juga
menunjukkan patuh dan taat pada organisasi. Kepatuhan terhadap
organisasi yang berkesinambungan adalah menunjukkan tentang
komitmen organisasi. Jadi bagi setiap muslim, komitmen organisasi
adalah menjadi suatu tuntutan sebagai bentuk kepatuhan terhadap
pimpinan, selama hal-hal yang dijalankan dalam organisasi
berdasarkan ajaran Alah dan Rasulnya.
Berdasarkan uraian di atas, pengertian komitmen organisasi
dalam penelitian ini adalah keterikatan individu terhadap
pekerjaannya yang berdasarkan reaksi afektif terhadap pekerjaan
tersebut, sehingga ia tetap setia oada organisasinya, yang ditunjukkan
oleh indikator: Komitmen tentang kerja itu sendiri, komitmen tentang
karir, komitmen tentang pekerjaan, komitmen tentang organisasi, dan
komitmen tentang kelompok.
B. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Hubungan motivasi kerja dengan kepuasan kerja guru
Motivasi kerja adalah usaha seseorang mengarahkan
perilakunya untuk bertindak atau bertingkah laku dengan
menggunakan segenap kemampuan fisik dan psikis dalam bekerja
guna mencapai keinginan atau kebutuhannya. Sedangkan kepuasan
kerja adalah refleksi perasaan yang menyenangkan mengenai
pekerjaan berdasarkan atas harapan dengan imbalan yang diberikan
oleh organisasi. Jadi, bila seseorang dalam bekerjanya telah mencapai
hasil sesuai dengan motivasinya, maka berarti tingkat kepuasaan kerjanya
akan semakin baik. Oleh sebab itu diduga semakin baik motivasi kerja
seorang guru dalam kegiatan mengajarnya, maka akan semakin baik pula
kepuasan kerja guru tersebut.
2. Hubungan komitmen organisasi dengan kepuasan kerja guru
Komitmen organisasi adalah keterikatan individu terhadap
pekerjaannya yang berdasarkan reaksi afektif terhadap pekerjaan
tersebut, sehingga ia tetap setia pada organisasinya. Komitmen
organisasi lebih menunjukkan pada aspek afektif atau psikologis. Oleh
sebab itu, komitmen organisasi yang sesuai dengan hal yang
diharapkan akan dapat membantu mewujudkan kepuasaan kerja yang
baik. Oleh sebab itu diduga semakin baik komitmen organisasi
seorang guru dalam kegiatan mengajarnya, maka akan semakin baik
pula kepuasan kerja guru tersebut.
3. Hubungan motivasi kerja dan komitmen organisasi secara bersama-
sama dengan kepuasan kerja guru
Motivasi kerja merupakan hal-hal yang mendorong seseorang
dalam melakukan suatu pekerjaan. Sedangkan komitmen organisasi
menunjukkan keterikatan individu terhadap pekerjaannya yang
berdasarkan reaksi afektif terhadap pekerjaan tersebut, sehingga ia
tetap setia pada organisasinya. Bagi seorang guru yang memiliki
komitmen kerja yang baik dan komitmen oragnasi yang baik akan
dapat membantu mewujudkan kepuasan kerja, yaitu refleksi perasaan
yang menyenangkan mengenai pekerjaan berdasarkan atas harapan
dengan imbalan yang diberikan oleh organisasi. Oleh sebab itu diduga
semakin baik motivasi kerja seorang guru dan komitmen organisainya
secara bersama-sama, maka akan semakin baik pula kepuasan kerja
guru tersebut.
Berdasarkan kerangka berpikir sebagaimana di atas, maka
paradigma penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
rx1y adalah simbol korelasi hubungan variabel X1 (motivasi
kerja) dengan variabel Y (Kepuasan kerja).
rx2y adalah simbol korelasi hubungan variabel X2 (komitmen
organisasi) dengan variabel Y (Kepuasan kerja).
Rx12y adalah simbol korelasi hubungan variabel X1 (motivasi
kerja) dan X2 (komitmen organisasi) secara bersama-sama
dengan variabel Y (Kepuasan kerja).
C. Penelitian yang Relevan
Beberapa hasil penelitian tentang kepuasan kerja adalah sebagai
berikut: (1) Work American National pada The Wyatt Company
(Robbins) dalam Sopiah telah mengidentifikasi 12 dimensi kepuasan,
yaitu organisasi kerja, rekan kerja, komunikasi, kinerja, pekerjaan dan
tinjauan ulang kinerja, rekan sekerja, penyeliaan, manajemen
perusahaan, upah, tunjangan, pengembangan karier dan pelatihan, isi
Motivasi kerja
(X1)
Komitmen
organisasi (X2)
Kepuasan kerja
(Y)
dan kepuasaan kerja serta citra perusahaan dan perubahan.88 (2) Hasil
penelitian Yousef dalam Sopiah menyimpulkan bahwa kepuasaan
kerja terhadap gaji, promosi, supervisi, dan lainnya berpengaruh
secara langsung dan positif terhadap komitmen organisasional. 89 (3)
Hasil penelitian Yousef dalam Sopiah menyimpulkan bahwa ada
korelasi positif signifikan antara kepuasaan kerja dengan keamanan
kerja dan komitmen organisasisonal.90 (4) Hasil penelitian Schappe
dalam Sopiah menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara
kepuasan dengan komitmen karyawan, kepuasan dengan dengan
keadilan prosedural, kepuasan dengan dimensi interpersonal dari
keadilan prosedural.91
Bagi guru, kepuasan mengajar sebagai suatu pekerjaan
merupakan masalah yang penting. Beberapa hasil penelitian tentang
kepuasaan kerja guru di antaranya adalah penelitian Perie dan Baker
dalam Aditya dan Wulandari yang menyatakan bahwa: “Kepuasan
mengajar sebagai suatu pekerjaan merupakan masalah yang penting
sebab hal ini berhubungan dengan keefektifan guru yang secara pasti
mempengaruhi prestasi siswa. Kepuasan kerja guru juga berdampak
pada prestasi kerja, disiplin, kualitas kerja dari guru itu sendiri.” 92
Selanjutnya penelitian Gibson yang menggambarkan bahwa:
“Hubungan timbal balik antara kepuasaan kerja dan kinerja. Di satu
sisi dikatakan kepuasaan kerja menyebabkan peningkatan kinerja
sehingga pekerja yang puas akan lebih produktif.” 93
88
Sopiah, Sopiah, Perilaku Organisasional, h. 190. 89
Ibid., h. 190. 90
Ibid., h. 191. 91
Ibid., h. 197. 92
Risky Aditya dan Rr. Lita Hadiati Wulandari, Kepuasan Kerja, h. 5. 93
Ibid., h. 5.
D. Pengajuan Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi kerja
dengan kepuasan kerja guru Madrasah Aliyah Negeri 2 Tanjung Pura.
2. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara komitmen
organisasi dengan kepuasan kerja guru Madrasah Aliyah Negeri 2
Tanjung Pura.
3. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi kerja
dan komitmen organisasi secara bersama-sama dengan kepuasan kerja
guru Madrasah Aliyah Negeri 2 Tanjung Pura.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian
1. Deskripsi Data Kepuasan Kerja
Hasil penelitian tentang kepuasan kerja guru Madrasah Aliyah Negeri
2 Tanjung Pura tahun pelajaran 2011/2012 sebagaimana terlampir dalam
Lampiran 15. Berdasarkan lampiran tersebut maka skor yang diurutkan dari
skor terendah sampai tertinggi berdasarkan yaitu sebagai berikut:
Tabel 4.1 Kepuasan Kerja Guru
No. Skor Frekuensi Persentase Kumulatif Persen
1. 110 3 5.4 5.4
2. 111 2 3.6 8.9
3. 112 2 3.6 12.5
4. 113 3 5.4 17.9
5. 114 2 3.6 21.4
6. 115 2 3.6 25.0
7. 116 2 3.6 28.6
8. 117 3 5.4 33.9
9. 118 3 5.4 39.3
10. 119 2 3.6 42.9
11. 120 3 5.4 48.2
12. 121 3 5.4 53.6
No. Skor Frekuensi Persentase Kumulatif Persen
13. 123 3 5.4 58.9
14. 124 4 7.1 66.1
15. 125 4 7.1 73.2
16. 126 3 5.4 78.6
17. 127 3 5.4 83.9
18. 128 3 5.4 89.3
19. 129 3 5.4 94.6
20. 130 3 5.4 100.0
21. 123 1 1.8 71.4
22. 125 2 3.6 75.0
23. 126 1 1.8 76.8
24. 127 3 5.4 82.1
25. 129 1 1.8 83.9
26. 130 1 1.8 85.7
27. 131 1 1.8 87.5
28. 133 2 3.6 91.1
29. 135 2 3.6 94.6
30. 146 1 1.8 96.4
31. 147 1 1.8 98.2
32. 149 1 1.8 100.0
Jumlah 56 100.00
Adapun grafik tentang kepuasan kerja guru Madrasah Aliyah Negeri
2 Tanjung Pura tahun pelajaran 2011/2012 adalah sebagai berikut ini :
Gambar 4.1: Grafik Kepuasan Kerja Guru
Adapun ringkasan dari data kepuasan kerja guru tersebut adalah
sebagai berikut ini:
Tabel 4.2: Deskripsi Kepuasan kerja Guru
No. Deskripsi Nilai
1. Valid 56
No. Deskripsi Nilai
2. Missing 0
3. Mean 120.64
4. Std. Error of Mean 0.824
5. Median 120.83a
6. Mode 124b
7. Std. Deviation 6.169
8. Variance 38.052
9. Skewness -0.180
10. Std. Error of Skewness 0.319
11. Kurtosis -1.202
12. Std. Error of Kurtosis 0.628
13. Range 20
14. Minimum 110
15. Maximum 130
16. Sum 6756
Dari hasil ringkasan deskripsi kepuasan kerja guru Madrasah Aliyah
Negeri 2 Tanjung Pura tahun pelajaran 2011/2012 dapatlah diketahui
bahwa: Mean = 120.64, Median = 120.83, Standar Deviation = 6.169,
Varians = 38.052, Nilai terendah (Minimum)= 110, nilai tertinggi
(Maximum) = 130.
Berdasarkan hasil deskripsi ini dapat disimpulkan bahwa kepuasan
kerja guru Madrasah Aliyah Negeri 2 Tanjung Pura tahun pelajaran
2011/2012 adalah baik, dengan nilai rata-rata 120.64.
2. Deskripsi Data Motivasi kerja
Hasil penelitian tentang motivasi kerja guru Madrasah Aliyah Negeri
2 Tanjung Pura tahun pelajaran 2011/2012 sebagaimana terlampir dalam
Lampiran 16. Berdasarkan lampiran tersebut maka skor yang diurutkan dari
skor terendah sampai tertinggi berdasarkan yaitu sebagai berikut :
Tabel 4.3: Data Motivasi kerja
No. Skor Frekuensi Persentase Kumulatif Persen
1. 113 1 1.8 1.8
2. 114 4 7.1 8.9
3. 115 3 5.4 14.3
4. 116 3 5.4 19.6
5. 119 1 1.8 21.4
6. 120 1 1.8 23.2
7. 122 1 1.8 25.0
8. 123 1 1.8 26.8
9. 124 1 1.8 28.6
10. 125 1 1.8 30.4
11. 127 6 10.7 41.1
12. 128 2 3.6 44.6
13. 129 1 1.8 46.4
14. 131 2 3.6 50.0
No. Skor Frekuensi Persentase Kumulatif Persen
15. 132 2 3.6 53.6
16. 133 6 10.7 64.3
17. 134 2 3.6 67.9
18. 136 2 3.6 71.4
19. 137 1 1.8 73.2
20. 139 3 5.4 78.6
21. 140 3 5.4 83.9
22. 141 3 5.4 89.3
23. 143 6 10.7 100.0
Jumlah 56 100.00
Adapun grafik motivasi kerja guru Madrasah Aliyah Negeri 2
Tanjung Pura tahun pelajaran 2011/2012 adalah sebagai berikut ini:
Gambar 4.2: Grafik Motivasi Kerja Guru
Adapun ringkasan dari data motivasi kerja tersebut adalah sebagai
berikut ini:
Tabel 4.4: Deskripsi Motivasi kerja
No. Deskripsi Nilai
1. Valid 56
2. Missing 0
3. Mean 129.66
4. Std. Error of Mean 1.295
5. Median 131.50a
6. Mode 127b
7. Std. Deviation 9.690
8. Variance 93.901
9. Skewness -0.304
10. Std. Error of Skewness 0.319
11. Kurtosis -1.115
12. Std. Error of Kurtosis 0.628
13. Range 30
14. Minimum 113
15. Maximum 143
16. Sum 7261
Dari hasil ringkasan deskripsi motivasi kerja guru Madrasah Aliyah
Negeri 2 Tanjung Pura tahun pelajaran 2011/2012 dapatlah diketahui
bahwa: Mean = 129.66, Median = 131.50, Standar Deviation = 9.690,
Varians = 93.901, Nilai terendah (Minimum) = 113, nilai tertinggi
(Maximum) = 143.
Berdasarkan hasil deskripsi ini dapat disimpulkan bahwa motivasi
kerja guru Madrasah Aliyah Negeri 2 Tanjung Pura tahun pelajaran
2011/2012 adalah baik, dengan nilai rata-rata 129.66.
3. Deskripsi Data Komitmen Organisasi Guru
Hasil penelitian tentang komitmen organisasi guru Madrasah Aliyah
Negeri 2 Tanjung Pura tahun pelajaran 2011/2012 sebagaimana terlampir
dalam Lampiran 17. Berdasarkan lampiran tersebut maka skor yang
diurutkan dari skor terendah sampai tertinggi berdasarkan yaitu sebagai
berikut:
Tabel 4.5: Komitmen Organisasi
No. Skor Frekuensi Persentase Kumulatif Persen
1. 101 3 5.4 5.4
2. 102 3 5.4 10.7
3. 103 5 8.9 19.6
4. 104 6 10.7 30.4
5. 105 4 7.1 37.5
6. 106 4 7.1 44.6
7. 107 4 7.1 51.8
8. 108 10 17.9 69.6
9. 109 5 8.9 78.6
10. 110 3 5.4 83.9
11. 112 4 7.1 91.1
12. 113 4 7.1 98.2
13. 116 1 1.8 100.0
No. Skor Frekuensi Persentase Kumulatif Persen
Jumlah 56 100,0
Adapun grafik komitmen organisasi guru Madrasah Aliyah Negeri 2
Tanjung Pura tahun pelajaran 2011/2012 adalah sebagai berikut:
Gambar 4.3 : Grafik Komitmen Organisasi Guru
Adapun ringkasan dari data komitmen organisasi guru tersebut
berdasarkan pada lampiran :
Tabel 4.6: Deskripsi Komitmen Organisasi
No. Deskripsi Nilai
No. Deskripsi Nilai
1. Valid 56
2. Missing 0
3. Mean 106.98
4. Std. Error of Mean 0.483
5. Median 107.14a
6. Mode 108
7. Std. Deviation 3.616
8. Variance 13.072
9. Skewness 0.288
10. Std. Error of Skewness 0.319
11. Kurtosis -0.534
12. Std. Error of Kurtosis 0.628
13. Range 15
14. Minimum 101
15. Maximum 116
16. Sum 5991
Dari hasil ringkasan deskripsi komitmen organisasi guru Madrasah
Aliyah Negeri 2 Tanjung Pura tahun pelajaran 2011/2012 dapatlah
diketahui bahwa: Mean = 106.98, Median = 107.14, Standar Deviation =
3.616, Varians = 13.072, Nilai terendah (Minimum) = 101, nilai tertinggi
(Maximum) = 116.
Berdasarkan hasil deskripsi ini dapat disimpulkan bahwa komitmen
organisasi guru Madrasah Aliyah Negeri 2 Tanjung Pura tahun pelajaran
2011/2012 adalah baik, dengan nilai rata-rata 106.98.
B. Pengujian Persyaratan Analisis
1. Uji Normalitas Data
Uji normalitas data penelitian ini dilakukan dengan bantuan Program
SPSS versi 18 dengan menggunakan Metode Kolmogorov-Smirnov.
Perhitungan lengkap uji normalitas dapat dilihat pada Lampiran 19.
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut sebagaimana yang terdapat
pada lampiran maka dapat diketahui bahwa ketiga variabel penelitian
(motivasi kerja, komitmen organisasi dan kepuasan kerja guru) adalah
normal, karena skor yang diperoleh lebih besar dari 0.05. Rinciannya:
Skor motivasi kerja adalah 0.006 < 0.05, skor komitmen organisasi adalah
0.005 < 0.05, dan skor kepuasan kerja adalah 0.001 < 0.05.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas data penelitian ini dilakukan dengan bantuan
Program SPSS versi 18 dengan menggunakan Metode Kolmogorov-
Smirnov dapat dilihat pada Lampiran 20.
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut diketahui bahwa ketiga
variabel penelitian (motivasi kerja, komitmen organisasi dan kepuasan kerja
guru) adalah normal, karena skor yang diperoleh lebih keci dari 0.05.
Rinciannya: Skor motivasi kerja adalah 0.036 < 0.05, dan skor komitmen
organisasi adalah 0.003 < 0.05. Jadi dapat dikatakan bahwa skor-skor pada
variabel motivasi kerja dan komitmen organisasi menyebar secara
homogen.
3. Uji Linieritas
Uji linieritas data penelitian ini dilakukan dengan bantuan Program
SPSS versi 18 dengan menggunakan Metode Kolmogorov-Smirnov. dapat
dilihat pada Lampiran 21.
Berdasarkan pada Lampiran tersebut maka dapat diketahui bahwa
hasil perhitungan tersebut nilai r lebih kecil dari tingkat a yang digunakan
(yaitu 0.05) atau 0.000 < 0.05 sehingga variabel motivasi kerja atas
kepuasan kerja berpola linier.
C. Pengujian Hipotesis
1. Uji Korelasi
Nilai rxy hasil analisis statistik melalui program SPSS versi 18 di
bawah ini adalah nilai korelasi motivasi kerja (X1) terhadap kepuasan kerja
(variabel Y), dan nilai korelasi komitmen organisasi (X2) terhadap
kepuasan kerja (variabel Y) dapat dilihat pada lampiran 22.
Berdasarkan pada lampiran tersebut maka dapat diketahui bahwa
nilai korelasi motivasi kerja (X1) terhadap kepuasan kerja (variabel Y)
adalah 0.540, nilai ini lebih besar dari nilai baku yaitu 0.273, dengan
demikian dapat dikatakan bahwa motivasi kerja terhadap kepuasan kerja
memiliki hubungan yang signifikan. Dan nilai korelasi komitmen
organisasi (X2) terhadap kepuasan kerja (variabel Y) adalah 0.531, nilai ini
lebih besar dari nilai baku yaitu 0.273, dengan demikian dapat dikatakan
bahwa komitmen organisasi terhadap kepuasan kerja memiliki hubungan
yang signifikan. Dan nilai korelasi motivasi kerja (X1) terhadap komitmen
organisasi (X2) adalah 0.391, nilai ini lebih besar dari nilai baku yaitu
0.273, dengan demikian dapat dikatakan bahwa motivasi kerja terhadap
komitmen organisasi memiliki hubungan yang signifikan.
Untuk menguji hipotesis hubungan motivasi kerja dan komitmen
organisasi dengan kepuasan kerja dilakukan dengan rumus regresi ganda
melalui program SPSS versi 18 sebagaimana pada lampiran 23.
Pemeriksaan keberartian regresi dilakukan melalui pengujian hipotesis nol
bahwa koefisien regresi b sama dengan nol (tidak berarti) melawan
hipotesis tandingan bahwa koefisien arah regresi tidak sama dengan nol.
Berdasarkan pada lampiran tersebut maka hasil yang diperoleh
melalui aplikasi program SPSS sama dengan perhitungan manual yaitu:
koefisien arah regresi b1 sebesar 0.250 dan b2 sebesar 0.645. konstanta (a)
sebesar 19.264, sehingga persamaan regresinya adalah Ý = a + b1x1 + b2X2
= 19.264 + 0.250 X1 + 0.645 X2.
2. Uji Korelasi Ganda
Berdasarkan nilai koefisien korelasi antar variabel di atas, maka nilai
koefisien ganda antara motivasi kerja dan komitmen organisasi terhadap
kepuasakan kerja guru atau R yx1x2 sebagaimana yang terdapat pada
lampiran 24.
Berdasarkan hasil perhitungan yang terdapat pada lampiran tersebut
maka dapat dikatakan bahwa nilai korelasi motivasi kerja (X1) dan
komitmen organisasi (X2) terhadap kepuasan kerja (variabel Y) adalah
0.642, nilai ini lebih besar dari nilai baku yaitu 0.273, dengan demikian
dapat dikatakan bahwa motivasi kerja dan komitmen organisasi terhadap
kepuasan kerja memiliki hubungan yang signifikan.
Berdasarkan dari kesimpulan di atas, yaitu tentang masalah posit if
dan signifikan, maka dapatlah dinyatakan bahwa hubungan motivasi kerja
dan komitmen organisasi dengan kepuasan kerja bagi guru Madrasah
Aliyah Negeri 2 Tanjung Pura tahun ajaran 2011/2012 adalah positif dan
signifikan. Hasil kesimpulan ini juga menunjukkan bahwa hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini, yaitu ” Hubungan motivasi kerja dan
komitmen organisasi dengan kepuasan kerja bagi guru Madrasah Aliyah
Negeri 2 Tanjung Pura tahun ajaran 2011/2012 adalah positif dan
signifikan,” ternyata telah terbukti kebenarannya.
D. Keterbatasan Penelitian
Didalam penelitian ini perlu diperhatikan beberapa faktor yang
merupakan kelemahan dan keterbatasan penelitian, antara lain:
1. Penelitian hanya dilakukan pada guru Madrasah Aliyah Negeri 2
Tanjung Pura, sehingga hasil penelitian ini belum dapat
digeneralisasikan untuk ruang lingkup yang lebih luas, misalnya untuk
semua Madrasah Aliyah Negeri 2 Tanjung Pura di kabupaten Langkat
Provinsi Sumatera Utara.
2. Instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel komitmen
organisasi, motivasi kerja, dan kepuasan kerja meskipun sudah diuji
coba dengan reliabilitas dan validitas yang cukup tinggi, namun bila
digunakan untuk mengukur dengan memakai populasi yang sama,
memungkinkan terdapat peluang ketimpangan yang mempengaruhi hasil
penelitian.
3. Walaupun telah diusahakan agar sampel tidak mengetahui adanya
penelitian, namun dalam menjawab tes masih ada juga responden yang
memberikan jawaban bukan dengan segenap kemampuannya. Demikian
pula saat dilakukan observasi ada juga responden yang melakukan
tugasnya tidak seperti aktivitas rutin sebelumnya, sehingga bila
dilakukan pengukuran terhadap populasi yang sama, memungkinkan
terdapat peluang ketimpangan yang mempengaruhi hasil penelitian.
4. Adanya indikasi berdasarkan hasil penelitian sebelumnya bahwa banyak
variabel yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja guru, maka hasil
penelitian ini tidak hanya dipengaruhi oleh variabel komitmen
organisasi, dan motivasi kerja tetapi dapat saja dipengaruhi oleh
variabel-variabel lain.
5. Dari keterbatasan penelitian yang ada maka dengan demikian penelitian
ini perlu ditafsirkan secara hati-hati.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dalam penelitian ini, maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Ada hubungan yang berarti (signifikan) antara motivasi kerja dengan
kepuasan kerja guru Madrasah Aliyah Negeri 2 Tanjung Pura tahun
ajaran 2011/2012 dengan koefisien korelasi adalah 0,540. Dengan
demikian semakin tinggi motivasi kerja semakin tinggi pula kepuasan
kerja.
2. Ada hubungan yang berarti (signifikan) antara Komitmen organisasi
dengan kepuasan kerja guru Madrasah Aliyah Negeri 2 Tanjung Pura
tahun ajaran 2011/2012 dengan koefisien korelasi adalah 0,531. Dengan
demikian semakin tinggi komitmen organisasi, semakin tinggi pula
kepuasan kerja siswa.
3. Ada hubungan yang berarti (signifikan) antara motivasi kerja dan
komitmen organisasi tehadap kepuasan kerja guru Madrasah Aliyah
Negeri 2 Tanjung Pura tahun ajaran 2011/2012 dengan koefisien korelasi
adalah 0,273. Dengan demikian semakin tinggi motivasi kerja dan
komitmen organisasi semakin tinggi pula kepuasan kerja.
B. Saran
Saran-saran yang dapat disampaikan dari hasil temuan penelitian ini
perlu untuk disebutkan antaranya sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan prestasi kerja guru dalam kegiatan belajar
mengajar mereka, maka peranan guru sangat diharapkan sekali. Oleh
karena itu hendaklah guru terus meningkatkan kemampuan
mengajarnya.
2. Diharapkan kepada pimpinan sekolah dapat meningkatkan usaha-
usaha pembinaan sumber daya manusia, khususnya bagi para guru
agar dapat diwujudkan aktivitas pembelajaran yang optimal.
3. Diharapkan kepada pendidik untuk lebih memperhatikan faktor-
faktor yang dapat meningkatkan efektifitas pengajaran dan mengatasi
hambatan-hambatan terhadap efektifitas pengajaran yang mereka
lakukan, sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat
dicapai secara efektif dan efisien.
4. Orang tua merupakan penanggung-jawab utama terhadap anak. Oleh
sebab itu hendaklah orang memperhatikan dan membantu
perkembangan anaknya dengan memberikan pendidikan dan
menyediakan sarana dan fasilitas yang diperlukan.
5. Kepada peneliti yang lain, hasil penelitian ini diharapkan menjadi
satu rujukan untuk melanjutkan ke penelitian yang lebih mendalam
terutama menyangkut motivasi kerja, dan komitmen organisasi serta
faktor-faktor lain yang berhubungan dengan kepuasan kerja guru.
DAFTAR PUSTAKA
Abrasyi, M. Athiyah, Dasar Dasar Pokok Pendidikan Islam (Alih bahasa Bustami A. Gani dan Djohr Bahry) (Jakarta: Bulan Bintang, 1970)
Abyan, Amir, Perencanaan dan Pengelolaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam dan Universitas Terbuka, 1996)
Aditya, Risky, dan Wulandari, Rr. Lita Hadiati, Kepuasan Kerja Guru,
(Medan: USU Press, 2011)
Ali, L., Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka, 1999)
Ali, Mohammad, Pengembangan Kurikulum di Sekolah
(Bandung: Sinar Baru, 1985)
Alipandie, Imansyah, Didaktik Metodik Pendidikan
Umum (Surabaya: Usaha Nasional, 1984)
AM, Sardiman, Insteraksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: CV
Rajawali, 1990)
Anoraga, P., Psikologi Kerja, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998)
Ardiwinata, Rustana, Memahami Kurikulum Lembaga Pendidikan Dasar
(Sekolah Dasar-Madrasah Ibtidaiyah) dan Program Kegiatan Belajar
Mengajar (Ciawi: PT Ciawi, 1979)
Arifin, M., Pokok Pokok Pikiran tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama (Jakarta: Bulan Bintang, 1979)
Arikunto, Suharisimi, Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, 2003)
Arikunto, Suharsimi, Dasar Dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Bina Aksara, 1986)
As’ad, M., Psikologi Industri, (Yogyakarta: Liberty, 1998)
Attawood, M., and Dimmack, S., Personel Management, (London: Mc.
Millan, 1989)
Bukhari, Imam, Shahih Bukhari, Jilid IV, Terjemahan (Jakarta: Widjaya, 1998)
Cooper, C. L. dan Makin, P., Psikologi Untuk Manajer. Alih Bahasa: Lilian
Yuwono. Jakarta: Arcan, 1995)
Corser, R.L and Rakoff, G., Executive EQ: Emotional Intelligence in
Leadership and Organizations, (New York: Grosset/Putnam, 1997)
Deporter, B. dan Henaki, M., Quantum Bisnis: Membiasakan Berbisnis
Secara Etis dan Sehat, (Bandung: Kaifa, 2000)
Dirjen Pendidikan Dasar Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, KTSP SMP
(Jakarta: Rosdakarya, 2004)
Gibson, J.L., Jhon M. Ivancevich, dan J. H. Donnely Jr, Organisasi:
Perilaku, Struktur, dan Proses,(Jakarta: Erlangga, 1997), Terjemahan
Agus Dharma
Goleman, D., Working with Emotional Intelligence. (New York: Bantam
Books, 1998)
Greenberg, Jerald dan Robert, A. Baron, Behavior In Organization Understanding & Managing The Human Side of Work, (London: Prentice Hall International Inc, 2003)
Hamalik, Oemar, Media Pendidikan (Bandung: Penerbit Alumnis, Cet. II, 1976)
Imron, Ali, Pembinaan Guru di Indonesia (Jakarta: Pustaka Jaya, 1995)
Lee, T. W., Ashford, S. J., Walsh, J. P. & Mowday, R.T. Commitmen
Propensity, Organizational Commitment and Voluntary Turnover: a
Longitudinal Study of Organizational Entry Processees. Journal of
Management. Vol. 18, No 1, 2000
Mansyur, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam dan Universitas Terbuka, 1996)
Marshal, S. J. and Witjing, J. P. Dimensionality of Women’s Career
Orientation. (Sex Roles. 8 (2),1982)
McClelland, David C., John W. Akitson, Russel A. Clark & Edgar L.
Lowell, The Achievement Motive, (New York: Apleton Century-
Crofts, Inc, 1976)
Miarso, Yusufhadi, dkk, Teknologi Komunikasi Pendidikan (Jakarta: CV. Rajawali, 1984)
Mulyasa, E., Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007)
Masnur Muslich, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual (Jakarta: Bumi Aksara, 2007)
Muslim, Shahih Muslim, (Jakarta: Widjaya, 1982), Terjemahan Ma'mur
Daud
N.K., Roestiyah, Didaktik Metodik, Cet. II (Jakarta: Bina Aksara, 1986)
-------, Masalah-masalah Ilmu Keguruan, Cet. II (Jakarta: Bina Aksara, 1986)
Paine, J., Turner, P., dan Pryke, R., Total Quality in Education, (Brisbane:
Ashton Scholastic Dry Limited, 1992)
Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005, Tentang Standar Nasional Pendidikan
(Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar, 2007)
Robbins, Stephen P., Perilaku Organisasi, (Jakarta: Macananjaya Cemerlang, 2007)
Rusyan, A. Tabrani, Kusdinar, Atang, dan Arifin, Zainal, Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung: PT Remadja Rosdakarya, 1992)
Setiawati, D.Z.A. Perbedaan Komitmen Kerja Berdasarkan Orientasi Peran
Gender Pada Karyawan Di Bidang Kerja Non Tradisional. Proceeding
PESAT Vol.2., 2007
Shalahuddin, Mahfudh, Media Pendidikan Agama (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1986)
Slameto, Bimbingan di Sekolah, Cet. I (Jakarta: Bina Aksara, 1988)
Soeharto, Irawan, Metode Penelitian Sosial (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000)
Sopiah, Perilaku Organisasional, (Yogyakarta: Andi, 2008)
Steers, R.M., Porter, L.W., & Bigley, G.A., Motivation & Leadership At
Work, (New York: McGraw Hill, 1996), Sixth Edition
Stout, K. and Walkee, A., teamwork & team Building The managers Guide
To Team in Organization, (Singapore: Prentice Hall, 1995)
Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangkan Perbaikan Situasi Mengajar (Jakarta: Bumi Aksara, 1994)
Sudjana, Metoda Statistika, (Bandung: Tarsito, 2005)
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabetha, 2009.)
Sujansky, J. G., The Power of Partnering Visio, Commitmen, and Action,
(Singapore: Toppar Company, 1991)
Surakhmad, Winarno, Pengantar Interaksi Mengajar Belajar Dasar dan Teknik Metodologi Pengajaran, Edisi IV (Bandung: Tarsito, 1982)
Tafsir, Ahmad, Pengantar Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1992)
Team Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya, Pengantar Didaktik Metodik Kurikulum PBM, Cet. II, (Jakarta: CV Rajawali, 1984)
Thoha, Miftah, erilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya, (Jakarta: PT RajaGrafindo, 1996), Cet.VIII
Vecchio, Robert P., Organizational Behavior, (Florida: The Dryden Press, 1995)
Wijaya, Cece, dan Rusyan, A. Tabrani, Kemampuan Dasar Guru Dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1991)
Wojowasito, S., Kamus Umum Inggris Indonesia (Bandung: CV Pengarang, 1976)
Zuhairini, Abdul Ghofir dan Slamet As. Yusuf, Metodik Khusus Pendidikan Agama, Cet. VII (Malang: Biro Ilmiah Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Malang, 1981)
Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1995)