hubungan lembaga pemerintah

26
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulisan Demokrasi sebagai sistem pemerintah dari rakyat, dalam arti rakyat sebagai asal mula kekuasaan negara sehingga rakyat harus ikut serta dalam pemerintahan. Suatu pemerintahan dari rakyat haruslah sesuai dengan filsafat hidup rakyat itu sendiri yaitu filsafat pancasila, dan inilah dasar filsafat demokrasi Indonesia. Oleh karena itu, di dalam kehidupan kenegaraan yang menganut sistem demokrasi kita selalu menemukan adanya Supra Struktur Politik dan Infra Struktur Politik sebagai komponen pendukung tegaknya demokrasi. Dengan menggunakan konsep Montesquiue maka Supra Struktur Politik meliputi lembaga Eksekutif, Legislatif, dan Yudikatif. Untuk negara – negara tertentu masih ditemukan lembaga-lembaga negara lain, misalnya negara Indonesia dibawah sistem Undang – Undang Dasar 1945, lembaga – lembaga Negara adalah : ü Presiden dan Wakil Presiden ü Majelis Permusyawaratan Rakyat 1

Upload: thomyemoekty

Post on 06-Aug-2015

172 views

Category:

Documents


16 download

TRANSCRIPT

Page 1: hubungan lembaga pemerintah

BAB I

PENDAHULUAN

1.1        Latar Belakang Penulisan

Demokrasi sebagai sistem pemerintah dari rakyat, dalam arti rakyat sebagai asal mula

kekuasaan negara sehingga rakyat harus ikut serta dalam pemerintahan. Suatu

pemerintahan dari rakyat haruslah sesuai dengan filsafat hidup rakyat itu sendiri yaitu

filsafat pancasila, dan inilah dasar filsafat demokrasi Indonesia.

Oleh karena itu, di dalam kehidupan kenegaraan yang menganut sistem demokrasi 

kita selalu menemukan adanya Supra Struktur Politik dan Infra Struktur Politik

sebagai komponen pendukung tegaknya demokrasi. Dengan menggunakan konsep

Montesquiue maka Supra Struktur Politik meliputi lembaga Eksekutif, Legislatif,

dan Yudikatif. Untuk negara – negara tertentu masih ditemukan lembaga-lembaga

negara lain, misalnya negara Indonesia dibawah sistem Undang – Undang Dasar

1945, lembaga – lembaga Negara adalah :

ü    Presiden dan Wakil Presiden

ü    Majelis Permusyawaratan Rakyat

ü    Dewan Perwakilan Rakyat

ü    Dewan Perwakilan Daerah

ü    Mahkamah Agung

ü    Mahkamah Konstitusi

ü    Badan Pemeriksa Keuangan

1

Page 2: hubungan lembaga pemerintah

ü    Komisi Yudisial

Menurut Dr. Kaelan, M.S. dalam bukunya ‘ Pendidikan Pancasila ‘ baik

antara supra struktur maupun infra struktur yang terdapat dalam sistem

ketatanegaraan masing-masing saling mempengaruhi dan terdapat hubungan untuk

saling mengendalikan pihak lain. Mekanisme interaksi ini dapat dilihat dalam proses

penentuan kebijaksanaan umum atau menetapkan keputusan politik.

Dalam makalah ini, penulis menganalisis apakah terdapat hubungan antara

lembaga – lembaga kenegaraan khususnya antara presiden dengan MPR dan DPR,

serta bagaimana dan dalam bidang apa kah hubungan tersebut. Selain itu juga penulis

menganalisis bagaimana pengaruh hubungan tersebut di dalam kehidupan

ketatanegaraan Indonesia. Untuk mengetahui lebih lanjut sejauhmana analisis dan

jawaban – jawaban atas masalah – masalah tersebut, maka hasilnya akan dituangkan

dalam bentuk makalah dengan judul “ Hubungan Presiden dengan MPR dan DPR

dalam Sistem Presidensiil Menurut UUD 1945 “.

1.2        Perumusan Masalah

Sesuai dengan uraian pada latar belakang penulisan di atas, maka masalah

pokok di dalam penulisan ini dapat diidentifikasi sebagai berikut :

“ Hubungan Antar Lembaga dan Pemerintah”

Sebagai pembatasan masalah dalam penulisan ini, dapat dirumuskan pertanyaan –

pertanyaan – pertanyaan penulisan sebagai berikut :

1.     Bagaimana sistem pemerintahan Presidensil menurut UUD 1945 ?

2.     Apa saja lembaga – lembaga negara menurut UUD 1945 ?

2

Page 3: hubungan lembaga pemerintah

3.     Apakah hubungan antara presiden dengan MPR dan DPR ?

1.3        Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan ini adalah untuk :

1. Mengetahui hubungan antar lembaga dan pemerintah

2. Menganalisis hubungan – hubungan antara Presiden dengan MPR dan DPR

yang saling berkaitan satu sama lain dalam menjalankan tugasnya.

3. Mengetahui akibat dari hubungan tersebut di dalam kehidupan ketatanegaraan

3

Page 4: hubungan lembaga pemerintah

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1    Sistem Pemerintahan Indonesia

Sebelum penulis membahas tentang sistem pemerintahan Indonesia,

sebaiknya terlebih dahulu dibahas tentang definisi dari sistim pemerintahan itu

sendiri.

Sistim pemerintahan merupakan gabungan dari dua istilah “ sistim “ dan “

pemerintahan “.  Sistim adalah keseluruhan, terdiri dari beberap bagian yang

mempunyai hubungan fungsionil terhadap keseluruhannya, sehingga hubungan itu

menimbulkan suatu ketergantungan antara bagian-bagian yang akibatnya jika salah

satu bagian tidak bekerja dengan baik akan mempengaruhi keseluruhannya itu.

Pemerintahan dalam arti luas adalah segala urusan yang dilakukan oleh negara

dalam menyelenggarakan kesejahteraan rakyatnya dan kepentingan negara sendiri,

yaitu melaksanakan tugas eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Namun, pemerintahan

dalam arti sempit hanya lembaga eksekutif saja.

Pada garis besarnya, sistim pemerintahan yang dianut oleh negara – negara

demokrasi yaitu sistem Parlementer dan Presidensiil. Namun, diantara kedua sistim

ini terdapat variasi karena pengaruh situasi dan kondisi yang berbeda yang disebut

quasi Parlementer atau quasi Presidensiil.

Berdasarkan Pasal 4 dan 17 UUD 1945 Indonesia menganut sistem

pemerintahan Presidensiil , yang berarti presiden baik sebagai kepala negara tetapi

juga sebagai kepala pemerintahan dan mengangkat serta memberhentikan menteri

yang bertanggungjawab kepadanya.

4

Page 5: hubungan lembaga pemerintah

Sebelum Amandemen, sempat dianggap bahwa Indonesia menganut sistim

quasi-Presidensiil, karena tercermin dalam Pasal 5 angka (1) dan 21 angka (2) UUD

1945 karena Presiden dan DPR bersama-sama membuat UU. Pertanggungjawaban

Presiden terhadap MPR tersebut mengandung ciri-ciri parlementer dan juga

kedudukan Presiden sebagai Mandataris MPR pelaksana GBHN menunjukkan

supremasi Majelis (Parliamentary supremacy) yang melambangkan sifat dari

lembaga pemegang kedaulatan rakyat yang tidak habis kekuasaannya dibagi-bagikan

kepada lembaga-lembaga negara yang dibawahnya. Keuntungan dari sistim

presidensiil ialah bahwa pemerintahan untuk jangka waktu yang ditentukan itu stabil.

2.2        Lembaga – Lembaga Negara Indonesia

2.2.1 Presiden dan Wakil Presiden  

Pasal 4 angka (1) UUD 1945 :

Menurut sistem pemerintahan negara berdasarkan UUD 1945 hasil

amandemen 2002, bahwa Presiden dipilih secara langsung oleh rakyat. Berdasarkan

ketentuan tersebut, maka Presiden memiliki legitimasi yang lebih kuat dibandingkan

dengan UUD 1945 sebelum amandemen. Demikian pula terjadi pergeseran kekuasaan

pemerintahan dalam arti, kekuasaan presiden tidak lagi dibawah MPR melainkan

setingkat dengan MPR. Namun hal ini bukan menjadi diktator, sebab jika Presiden

melakukan perbuatan melawan hukum atau melanggar konstitusi maka MPR dapat

melakukan impeachment, yaitu memberhentikan Presiden dalam masa jabatannya

pasal 3 angka (3).

Dalam menjalankan tugas pemerintahannya, Presiden dapat meminta

pertimbangan kepada suatu Dewan Pertimbangan. Sebelum amandemen, Dewan

Pertimbangan ini disebut Dewan Pertimbangan Agung ( Pasal 16 UUD 1945 ) yang

kedudukannya setingkat dengan Presiden dan DPR.

5

Page 6: hubungan lembaga pemerintah

Adapun Wakil Presiden adalah pembantu Presiden dalam menyelenggarakan

pemerintahan sehari-hari. Apabila Presiden berhalangan hadir atau tidak dapat

menjalankan tugas karena sesuatu hal, mati, sakit atau karena sebab lainnya, bahkan

apabila Presiden mangkat atau mengundurkan diri, maka jabatan presiden diisi oleh

Wakil Presiden secara otomatis.

2.2.2 Mejelis Permusyawaratan Rakyat ( MPR )  

Pasal 2 UUD 1945 :

“ MPR terdiri atas anggota-anggota DPR…..”

Keanggotaan MPR menurut UUD 1945 hasil amandemen 2002 ini

menunjukkan bahwa seluruh anggota MPR sepenuhnya merupakan hasil dari

pemilu.Menurut UUD 1945 sebelum amandemen bahwa anggota MPR ditambah

dengan utusan golongan dan utusan daerah. Susunan dan kedudukan MPR, DPR,

DPD, dan DPRD diatur dalam UU No 22 Tahun 2003.

2.2.3    Dewan Perwalikan Rakyat ( DPR )  

Mengenai DPR diatur dalam pasal 19 – 22 UUD 1945. Susunan DPR

ditetapkan dalam Undang – Undang dan DPR bersidang sedikitnya sekali dalam

setahun ( Pasal 19 ). Mengingat keanggotaan DPR merangkap keanggotaan MPR

maka kedudukan Dewan ini adalah kuat dan oleh karena itu tidak dapat dibubarkan

oleh Presiden yang memegang kekuasaan tertinggi dalam pemerintahan negara.

DPR memiliki kekuasaan membentuk UU ( pasal 20 ayat 1 ). Hal ini berbeda

dengan UUD 1945 sebelum amandemen 2002, dimana DPR nampak lebih pasif

karena sesuai dengan UUD sebelum amandemen pasal 20, DPR dapat menyetujui

RUU yang diusulkan pemerintah, dan pasal 21 berhak mengajukan RUU. Menurut

6

Page 7: hubungan lembaga pemerintah

hasil amandemen 2002, DPR memiliki kekuasaan membentuk UU dan mempunyai

hak inisiatif yaitu hak untuk mengajukan RUU ( Pasal 21 ayat 1 ).

Pasal 20 ayat (3) UUD 1945 menetapkan, bahwa jika RUU yang diajukan

pemerintah tidak mendapat persetujuan DPR, maka RUU itu tidak boleh diajukan lagi

dalam persidangan DPR pada masa itu. Pasal 21 ayat (2) dinyatakan bahwa apabila

RUU yang dikeluarkan DPR tidak disahkan Presiden, maka tidak boleh diajukan

dalam persidangan DPR pada masa itu. Dalam pasal 22 UUD 1945, Perpu harus

mendapat persetujuan dari DPR.

Dengan adanya wewenang DPR seperti diatas, maka sepanjang tahun dapat

terjadi musyawarah yang teratur antara Pemerintah dengan DPR dalam menentukan

kebijaksanaan dan politik pemerintah.

Dalam pembentukan UU APBN harus ada persetujuan dari DPR. Jika DPR

menolak untuk memberikan persetujuannya terhadap anggaran yang diusulkan

pemerintah, maka pemerintah menjalankan anggaran tahun lalu ( Pasal 23 ayat 3 ).

Dalam suatu kabinet Parlementer, penolakan terhadap RAPBN dapat mengakibatkan

berhentinya Menteri yang bersangkutan, bahkan juga kabinet seluruhnya. Dalam hal

ini, UUD 1945 menganut sistim pemerintahan Presidensiil tidak mengakibatkan

Pemerintah atau Menteri harus diberhentikan.

2.2.4    Dewan Perwakilan Daerah ( DPD )  

Dalam UUD 1945 tentang DPD diatur di dalam Pasal 22C – 22D. Anggota

DPD dipilih melalui pemilihan umum pasal 22C ayat (1).  Masa jabatan anggota DPD

adalah lima tahun. Anggota DPD dari setiap Provinsi jumlahnya sama yaitu empat

orang  dan jumlah seluruh anggota DPD tidak lebih dari sepertiga jumlah anggota

DPR, Pasal 22C ayat (2). DPD bersidang sedikitnya sekali dalam setahun, serta

susunan dan kedudukan DPD diatur di dalam UU No. 22 Tahun 2003.

7

Page 8: hubungan lembaga pemerintah

DPD dapat mengajukan RUU kepada DPR yang berkaitan dengan otonomi

daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta

penggabungan daerah, pengelolaan SDA dan SDE lainnya, serta berkaitan dengan

perimbangan keuangan pusat dan daerah, Pasal 22D ayat (1). DPD ikut membahas

RUU yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah,

pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah, pengelolaan SDA dan SDE

lainnya, serta memberikan pertimbangan kepada DPR atas RUU APBN dan RUU

Pajak , Pendidikan, dan Agama, Pasal 22D ayat (2). Dalam hubungan ini, DPD dapat

melakukan pengawasan atas pelaksanaan UU mengenai otonomi daerah,

pembentukan, pemekaran,  dan penggabungan daerah, pengelolaan SDA dan SDE

lainnya, pelaksanaan APBN, Pajak , Pendidikan, dan Agama serta menyampaikan

hasil pengawasannya itu kepada DPR sebagai pertimbangan untuk ditindaklanjuti,

Pasal 22D ayat (3).

DPD menerima hasil pemeriksaan keuangan negara dari Badan Pemeriksa

Keuangan untuk dijadikan bahan membuat pertimbangan bagi DPR tentang RUU

yang berkaitan dengan APBN.

2.2.5    Mahkamah Agung

               Menurut Pasal 24 UUD 1945 bahwa kekuasaan kehakiman adalah

kekuasaan yang merdeka untuk melaksanakan peradilan guna menegakkan hukum

dan keadilan. Kekuasaan peradilan dilaksanakan oleh MA dan badan peradilan yang

berada dibahnya dalam lingkungan peradilan umum dan agama. Mahkamah Agung

berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji Peraturan Perundang – Undangan

di bawah UU, dan memiliki kewenangan lain yang diberikan oleh UU, pasal 24A ayat

(1). Calon Hakim Agung diusulkan oleh Komisi Yudisial kepada DPR untuk

mendapat persetujuan selanjutnya ditetapkan sebagai hakim agung oleh Presiden,

ayat (3). Ketua dan wakil ketuan MA dipilih dari dan oleh Hakim Agung, ayat (4).

8

Page 9: hubungan lembaga pemerintah

UUD 1945 tidak memberikan hak menguji materiil kepada MA karena

dengan adanya hak menguji materiil maka MA akan melampaui kewenangannya

menegakkan peraturan perundangan dan akan menimbulkan kekosongan hukum.

2.2.6    Mahkamah Konstitusi

Tentang MK diatur dalam Pasal 24C UUD 1945, yaitu:

Ayat (1)

“ MK berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya

bersifat final, untuk menguji UU terhadap UUD, memutus sengketa kewenangan

lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD, memutus pembubaran

partai politik, dan memutus perselisihan hasil pemilu.”

Ayat (2)

“ MA wajib menberikan putusan atas pendapat DPR mengenai dugaan pelanggaran

oleh Presiden dan/ Walpres menurut UUD. “

Ayat (3)

“ MK memiliki sembilan orang anggota hakim konstitusi, yang ditetapkan oleh

Presiden yang masing – masing diajukan tiga orang oleh MA, tiga orang oleh DPR

dan tiga orang oleh Presiden. “

2.2.7    Badan Pemeriksa Keuangan

Badan Pemeriksa Keuangan dalam UUD 1945 diatur di dalam Pasal 23E –

23G. Badan Pemeriksa Keuangan dibentuk tanggal 1 Januari 1947 berdasarkan

Penetapan Pemerintah 1946 No. 11/UM. Presiden RI menetapkan berdirinya BPK.

9

Page 10: hubungan lembaga pemerintah

                    Dalam reformasi dewasa ini salah satu hal yang snagat penting dalam

pelaksanaan dan penyelenggaraan negara adalah pengelolaan keuangan negara secara

transparan. Hasil pemeriksaan keuangan negara diserahkan kepada DPR, DPRD dan

DPD, sesuai dengan kewenangannya Pasal 23E ayat (2). Hasil pemeriksaan tersebut

ditindaklanjuti oleh lembaga perwakilan dan/ Badan sesuai dengan UU Pasal 23E

ayat (3). Dalam reformasi ini, peran BPK sangat penting karena salah satu agenda

utama dalam reformasi adalah memberantas KKN. Oleh karena itu, sistim pemeriksa

keuangan negara melalui BPK ini harus benar-benar mampu membersihkan praktek –

praktek korupsi.

2.2.8       Komisi Yudisial

               Maksud dibentuknya Komisi Yudisial adalah agar warga masyarakat dapat

dilibatkan dalam proses pengangkatan, penilaian kerja, dan kemungkinan

pemberhentian hakim. Semua ini dimaksudkan untuk menjaga dan menegakkan

kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim dalam rangka mewejudkan

kebenaran dan keadilan berdasarkan Ketuhanan YME.

Anggota KY harus mempunyai pengetahuan dan pengalaman di bidang

hukum serta memiliki integritas dan kepribadian yang baik. Anggota KY diangkat

dan diberhentikan oleh Presiden dengan persetujuan DPR.

.

10

Page 11: hubungan lembaga pemerintah

BAB III 

ANALISA MASALAH

3.1       Hubungan antara Presiden dengan MPR  

Majelis Permusyawaratan Rakyat sebagai pemegang kekuasaan tinggi sebagai

wakil rakyat sesuai dengan UUD 1945 ( Pasal 1 ayat 2 ), disamping DPR dan

Presiden. Hal ini berdasarkan ketentuan dalam UUD 1945 bahwa baik Presiden

maupun MPR dipilih langsung oleh rakyat, Pasal 2 ayat (1) dan pasal 6A ayat (1).

Berbeda dengan kekuasaan MPR memurut UUD 1945 sebelum amandemen 2002

yang memiliki kekuasaan tertinggi dan mengangkat serta memberhentikan Presiden

dan/wakil presiden.

Sesuai dengan ketentuan UUD 1945 hasil amandemen 2002, maka Presiden

dapat diberhentikan sebelum habis masa jabatannya baik karena permintaan sendiri

atau karena tidak dapat melakukan kewajibannya maupun diberhentikan oleh MPR.

Pemberhentian Presiden oleh MPR sebelum masa jabatan berakhir, hanya

mungkin dilakukan jikalau Presiden sungguh-sungguh telah melanggar hukum berupa

(Pasal 7A) :

ü  Penghianatan terhadap negara

ü  Korupsi

ü  Penyuapan

ü  Tindak pidana berat lainnya

ü  Perbuatan tercela

11

Page 12: hubungan lembaga pemerintah

ü  Terbukti tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden atau walpres

Tentang pemberhentian Presiden dan/ walpres  ini di atur lebih lanjut oleh UU

No 21 Tahun 2009 tentang Pedoman Beracara dalam Memutus Pendapat DPR

Mengenai Dugaan Pelanggaran oleh Presiden dan/ Walpres.

3.2       Hubungan antara Presiden dengan DPR  

               Presiden dan DPR sama – sama memiliki tugas antara lain :

1. Membuat UU ( Pasal 5 ayat 1, 20 dan 21 ), dan

2. Menetapkan UU tentang APBN  ( Pasal 23 ayat 1 ).

Membuat UU berarti menentukan kebijakan politik yang diselenggarakan oleh

Presiden ( Pemerintah ). Menetapkan Budget negara pada hakekatnya berarti

menetapkan rencana kerja tahunan. DPR melalui Anggaran Belanja yang telah

disetujui dan mengawasi pemerintah dengan eksekutif. Di dalam pekerjaan untuk

membuat UU, maka lembaga – lembaga negara lainnya dapat diminta pendapatnya.

Sesudah DPR bersama Presiden menetapkan UU dan RAPBN, maka di dalam

pelaksanaannya DPR berfungsi sebagai pengawas terhadap pemerintah. Pengawasan

DPR terhadap Presiden adalah suatu konsekuensi yang wajar (logis), yang pada

hakikatnya mengandung arti bahwa Presiden bertanggungjawab kepada DPR dalam

arti partnership.

Presiden tidak dapat dijatuhkan oleh DPR, dan dengan pengawasan tersebut

maka terdapat kewajiban bagi pemerintah untuk selalu bermusyawarah dengan DPR

tentang masalah – masalah pokok dari negara yang menyangkut kepentingan rakyat

dengan UUD 1945 sebagai landasan kerjanya.

12

Page 13: hubungan lembaga pemerintah

Hal ini tetap sesuai dengan penjelasan resmi UUD 1945 dinyatakan bahwa

Presiden harus tergantung kepada Dewan. Sebaliknya, kedudukan DPR adalah kuat,

Dewan ini tidak dapat dibubarkan oleh Presiden. Oleh karena seluruh anggora DPR

merangkap menjadi anggota MPR, maka DPR dapat senantiasa mengawasi tindakan-

tindakan Presiden, dan jika Dewan menganggap bahwa Presiden sungguh – sungguh

melanggar Pidana atau konstitusi maka Majelis itu dapat melakukan sidang istimewa

untuk melakukan impechment.

Bentuk kerjasama DPR dan Presiden tidak boleh mengingkari partner

legislatifnya. Presiden harus memperhatikan, mendengarkan, berkonsultasi dan dalam

banyak hal, memberikan keterangan – keterangan serta laporan – laporan kepada

DPR dan meminta pendapatnya. Dengan adanya kewenangan DPR, maka sepanjang

tahun terjadi musyawarah yang diatur antara pemerintah dan DPR, dan DPR

mempunya kesempatan untuk mengemukakan pendapat rakyat secara kritis terhadap

kebijaksanaan dan politik pemerintah.

Apabila DPR menganggap Presiden melanggar melanggar Haluan Negara,

maka DPR menyampaikan memorandum untuk mengingatkan Presiden. Apabila

dalam waktu tiga bulan Presiden tidak memperhatikan memorandum DPR tersebut,

maka DPR menyampaikan memorandum yang kedua. Apabila dalam kurun waktu

satu bulan memorandum yang ke dua tidak diindahkan oleh Presiden, maka DPR

dapat meminta MPR mengadakan sidang istimewa untuk mengadakan impeachment.

Selain hubungan – hubungan diatas, Presiden dengan persetujuan DPR

menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain. Jadi

dalam hubungan Presiden dengan DPR, tidak dikenal sistem oposisi seperti dalam

sistem Parlementer, tetapi ada sistem koreksi yang konstruktif karena antara Presiden

dan DPR terdapat hubungan kerja yang erat.

 

13

Page 14: hubungan lembaga pemerintah

BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN 

Salah satu tuntutan reformasi 1998 adalah dilakukannya amandemen terhadap

UUD 1945. Pada kurun waktu 1999 – 2002 telah mengalami empat kali amandemen

yang ditetapkan dalam sidang umum dan sidang tahunan MPR. Salah satu tujuan

amandemen dalah untuk menyempurnakan pembangian kekuasaan mengenai

lembaga – lembaga negara.

Dari hasil amandemen 2002, lembaga – lembaga negara yang kewenangannya

diatur dalam UUD 1945 terdiri dari Presiden & Wakil Presiden. MPR, DPR, DPD,

BPK. MK, dan MA. Dalam makalah ini dibahas mengenai hubungan antara Presiden

dengan MPR dan DPR.

Kesimpulan penulis dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Negara Kesatuan Republik Indonesia menganut sistem presidensil setelah

kemerdekaan, yaitu lembaga eksekutif diluar pengawasan lembaga legislatif.

2. Dalam UUD 1945 setelah amandemen, lembaga – lembaga Negara terdiri dari

Presiden dan wakilnya, DPR, MPR, DPD, MA, MK, dan BPK.

3. Hubungan antara presiden dengan MPR yaitu MPR dapat memberhentikan

presiden apabila presiden telah melakukan perbuatan melawan hukum.

Sedangkan hubungan antara presiden dengan DPR yaitu mereka sama-sama

membuat UU dan menetapkan APBN. Selain itu juga DPR dapat melakukan

sidang istimewa untuk melakukan impeachment terhadap presiden.

14

Page 15: hubungan lembaga pemerintah

DAFTAR PUSTAKA

 

H.R, Ridwan. 2006. Hukum Administrasi Negara. Jakarta : Rajawali Pers.

S.H., Joeniarto. 1974. Selayang Pandang Tentang Sumber – Sumber Hukum Tata

Negara Indonesia. Yogyakarta : Liberty.

S.H., Kansil C.S.T., Drs., Prof.,  dan Christine S.T. Kansil,. S.H., M.H. 2002. Hukum

Tata Negara Republik Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta.

S.H., Kusnardi, Moh., dan Harmaily Ibrahim S.H. 1981. Pengantar Hukum Tata

Negara Indonesia. Jakarta : Sinar Bakti.

S.H., Sri Soemantri, Dr. Prof. 1993. Tentang Lembaga – Lembaga Negara Menurut

UUD 1945. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti.

Miriam Budiardjo, Prof. 2000. Dasar – Dasar Ilmu Politik. Jakarta : PT. Gramedia

Pustaka Utama.

M.S., Kaelan, Dr. 2004. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta : Paradigma.

M.S.i., Sunarso, Drs. 2009. Pendidikan Kewarganegaraan. Bogor : Yudistira.

S.H., Sumantri, Sri. 1969. _____ . : alumni.

15

Page 16: hubungan lembaga pemerintah

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang

berjudul “ Hubungan Antar Lembaga dan Pemerintah”. Maksud dan tujuan dibuatnya

makalah ini antara lain sebagai tugas dari mata Kuliah.

Pada kesempatan ini penulis ini juga mengucapkan terimakasih kepada Dosen

pembimbing .karena atas bimbingannya makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.

Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini yang tidak dapat penulis

sebutkan satu per satu. Penulis sangat berharap makalah ini dapat memberikan

manfaat bagi para pembacak khususnya, dan tentunya kepada penulis sendiri agar

semakin menambah wawasan dan pengetahuan tentang “ Hubungan Antar Lembaga

dan Pemerintah”, yang seyogyanya kita temui sehari-hari baik sebagai  mahasiswa

ataupun didalam kalangan masyarakat luas. Penulis menyadari, pada makalah ini

banyak sekali terdapat kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu masukan

dari para pembaca pada khususnya sangat sekali penulis harapkan agar dapat menjadi

yang lebih baik lagi. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Tenggarong, November 2012

Penulis,

ISLAN EDYNPM : 12.11.108.5012.254

16i

Page 17: hubungan lembaga pemerintah

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ------------------------------------------------------------ i

DAFTAR ISI ----------------------------------------------------------------------- ii

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang --------------------------------------------------------- 1

1.2 Tujuan Penulisan ------------------------------------------------------- 2

1.3 Tinjauan Pustaka ------------------------------------------------------- 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Pemerintahan Indonesia -------------------------------------- 4

2.2 Lembaga – lembaga Negara Indonesia ------------------------------ 5

BAB III. ANALISA MASALAH

3.1 Hubungan Antara Presiden dengan MPR -------------------------- 11

17

Page 18: hubungan lembaga pemerintah

3.2 Hubungan Antara Presiden dengan DPR --------------------------- 12

BAB IV. PENUTUP

4.1 Kesimpulan ------------------------------------------------------------- 14

DAFTAR PUSTAKA

MAKALAH

HUBUNGAN

LEGESLATIF DAN EKSEKUTIF

Mata Kuliah : Hubungan Antara Lembaga dan Pemerintah

Dosen : Prof. Dr. Hj. Hartutiningsih, MS

Disusun oleh :

ISLAN EDY, S.PdNomor Absen : 14

NPM : 12.11.108.5012.254

18

ii

Page 19: hubungan lembaga pemerintah

PROGRAM PASCA SARJANAMAGISTER ADMINISTRASI PUBLIK

UNIVERSITAS KUTAI KARTANEGARATENGGARONG

2012

19