hubungan kemampuan berpikir kreatif dan...

4
Hubungan Kemampuan Berpikir Kreatif dan.… Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016_ ISBN: 9786020951119 443 HUBUNGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN HASIL BELAJAR KOGNITIF PADA PEMBELAJARAN SEARCH SOLVE CREATE AND SOLVE DI SMA Yusnaeni, Herawati Susilo, A.D. Corebima, Siti Zubaidah Program Studi Pendidikan Biologi, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Malang 65145 [email protected] ABSTRACT The ability to think creatively is one of the high order thinking that play a role in cognitive learning outcomes of students. The relationship between creative thinking ability with cognitive learning outcomes obtained through the application of learning SSCS models. The study was conducted during one semester of three senior high school at Kupang namely SMAN 3 Kupang, SMAN 4 Kupang and, SMA Katholik Giovanni Kupang, Indonesia. Sample taking one class of each school . This study carried out in class X semester I. The result showed that there was a significant correlation between creative thinking ability with cognitive learning outcomes of biologi students. The regression equation based on the result of the data analysis is y = 0,682x + 18,268 with the realibility value of 0,790. This value is means donations creative thinking ability of cognitive learning outcomes is 79,0%, while 21,0% are other factors besides creative thinking ability. Conclusions based on these result that the students creative thinking ability associated with cognitive learning outcomes on the use of learning of SSCS models. Keywords: creative thinking ability, cognitive learning outcomes, SSCS models PENDAHULUAN Tantangan pendidikan abad-21 menuntut lahirnya generasi unggul yang berpikir kritis dan kreatif. Abad-21 ditandai dengan kehadiran teknologi, informasi, dan komunikasi (TIK). Era ini memberikan tantangan tersendiri bagi dunia pendidikan pada umumnya dan guru pada khususnya. Guru harus mampu membekali diri dengan berbagai inovasi pembelajaran yang memanfaatkan teknologi pembelajaran agar anak didik lebih tertarik pada materi yang disampaikan. Pemikiran kritis dan kreatif dapat diciptakan manakala seorang guru mampu menciptakan lingkungan belajar yang menuntut lahirnya keterampilan berpikir. Keterampilan berpikir yang dikembangkan sebaiknya sudah menjangkau keterampilan berpikir tingkat tinggi (high order thinking skills) yang jika dijangkau dengan ranah kognitif pada taksonomi bloom berada pada level analisis, sintesis, evaluasi dan kreasi. Kita perlu mencermati apa yang dengan yang dikemukakan oleh Rotherdam & Willingham (2009 dalam Arifin, 2013) bahwa kesuksesan seorang siswa tergantung pada kecakapan abad 21, sehingga siswa harus belajar untuk memilikinya. Lebih lanjut Greenstein (2012) menambahkan bahwa kecakapan abad-21 mencakup kemampuan berpikir tingkat tinggi (high order thinking skills), komunikasi dan kolaborasi. High order thinking skills meliputi kemampuan berpikir kritis, pemecahan masalah, dan kemampuan berpikir kreatif. Menyikapi tantangan pendidikan di abad-21, siswa dituntut mampu menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari melalui sains atau ilmu pengetahuan yang diperolehnya. Untuk itulah paradigma pembelajaran di kelas perlu diubah dari teacher centered ke arah student centered. Guru bukan lagi satu-satunya sumber belajar bagi siswa. Peran guru lebih diarahkan sebagai fasilitator untuk membimbing bagaimana siswa belajar dan membangun sendiri pengetahuan dan kemampuan berpikirnya termasuk berpikir kreatif. Kreatif adalah suatu kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang baru, yang belum pernah dipikirkan oleh orang lain. Seperti yang dikemukakan oleh Awang dan Ramly (2008) bahwa kreatif adalah menjadikan ada sesuatu yang belum ada sebelumnya. Kemampuan berpikir kreatif sangat diperlukan dalam era globalisasi agar kita tidak hanya mengikuti arus, melainkan harus memiliki dan membuat keputusan pribadi sendiri. Kemampuan berpikir kreatif ditandai dengan kemampuan siswa dalam menghasilkan sejumlah ide (fluency), kemampuan untuk menghasilkan ide-ide baru dengan cara yang berbeda dan bervariasi (flexibility), kemampuan untuk menghasilkan ide-ide baru dan tidak biasanya (originality), kemampuan untuk memperkaya ide-ide agar lebih menarik dan lebih kompleks (elaboration), dan kemampuan untuk menggunakan perbandingan atau analogi untuk membuat koneksi yang baru (metaphorical thinking) (Treffinger et. al., 2002). Selama ini, pembelajaran Biologi di Kota Kupang masih sebatas untuk memperoleh kemampuan kognitif saja, sehingga ketika siswa dihadapakan pada masalah real di lingkungan masyarakat, siswa belum mampu mengaitkan antara ilmu yang diperolehnya dengan masalah di sekitarnya. Oleh karena itu, pembelajaran sebaiknya tidak hanya memandang hasil belajar sebagai tujuan akhir, namun proses pembelajaran juga sangat penting dikaji dan tingkatkan kualitasnya. Penciptaan kondisi pembelajaran yang melibatkan pengalaman belajar siswa perlu diberdayakan demi terbudayakannya kemampuan berpikir siswa khususnya kemampuan berpikir kreatif. Rendahnya keterlibatan siswa dalam pembelajaran diduga sebagai salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa. Salah satu upaya dalam

Upload: dinhque

Post on 06-Feb-2018

218 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN …fmipa.unesa.ac.id/biologi/wp-content/uploads/2017/03/81_Yusnaeni... · dengan berbagai inovasi pembelajaran yang ... kemampuan berpikir

Hubungan Kemampuan Berpikir Kreatif dan.…

Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016_ ISBN: 978‐602‐0951‐11‐9 443

HUBUNGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN HASIL BELAJAR KOGNITIF

PADA PEMBELAJARAN SEARCH SOLVE CREATE AND SOLVE DI SMA

Yusnaeni, Herawati Susilo, A.D. Corebima, Siti Zubaidah

Program Studi Pendidikan Biologi, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Malang 65145

[email protected]

ABSTRACT

The ability to think creatively is one of the high order thinking that play a role in cognitive learning outcomes

of students. The relationship between creative thinking ability with cognitive learning outcomes obtained

through the application of learning SSCS models. The study was conducted during one semester of three

senior high school at Kupang namely SMAN 3 Kupang, SMAN 4 Kupang and, SMA Katholik Giovanni

Kupang, Indonesia. Sample taking one class of each school. This study carried out in class X semester I. The

result showed that there was a significant correlation between creative thinking ability with cognitive

learning outcomes of biologi students. The regression equation based on the result of the data analysis is y =

0,682x + 18,268 with the realibility value of 0,790. This value is means donations creative thinking ability of

cognitive learning outcomes is 79,0%, while 21,0% are other factors besides creative thinking ability.

Conclusions based on these result that the students creative thinking ability associated with cognitive

learning outcomes on the use of learning of SSCS models.

Keywords: creative thinking ability, cognitive learning outcomes, SSCS models

PENDAHULUAN

Tantangan pendidikan abad-21 menuntut lahirnya

generasi unggul yang berpikir kritis dan kreatif. Abad-21

ditandai dengan kehadiran teknologi, informasi, dan

komunikasi (TIK). Era ini memberikan tantangan

tersendiri bagi dunia pendidikan pada umumnya dan guru

pada khususnya. Guru harus mampu membekali diri

dengan berbagai inovasi pembelajaran yang

memanfaatkan teknologi pembelajaran agar anak didik

lebih tertarik pada materi yang disampaikan. Pemikiran

kritis dan kreatif dapat diciptakan manakala seorang guru

mampu menciptakan lingkungan belajar yang menuntut

lahirnya keterampilan berpikir.

Keterampilan berpikir yang dikembangkan

sebaiknya sudah menjangkau keterampilan berpikir

tingkat tinggi (high order thinking skills) yang jika

dijangkau dengan ranah kognitif pada taksonomi bloom

berada pada level analisis, sintesis, evaluasi dan kreasi.

Kita perlu mencermati apa yang dengan yang

dikemukakan oleh Rotherdam & Willingham (2009

dalam Arifin, 2013) bahwa kesuksesan seorang siswa

tergantung pada kecakapan abad 21, sehingga siswa

harus belajar untuk memilikinya. Lebih lanjut Greenstein

(2012) menambahkan bahwa kecakapan abad-21

mencakup kemampuan berpikir tingkat tinggi (high order

thinking skills), komunikasi dan kolaborasi. High order

thinking skills meliputi kemampuan berpikir kritis,

pemecahan masalah, dan kemampuan berpikir kreatif.

Menyikapi tantangan pendidikan di abad-21, siswa

dituntut mampu menyelesaikan masalah dalam kehidupan

sehari-hari melalui sains atau ilmu pengetahuan yang

diperolehnya. Untuk itulah paradigma pembelajaran di

kelas perlu diubah dari teacher centered ke arah student

centered. Guru bukan lagi satu-satunya sumber belajar

bagi siswa. Peran guru lebih diarahkan sebagai fasilitator

untuk membimbing bagaimana siswa belajar dan

membangun sendiri pengetahuan dan kemampuan

berpikirnya termasuk berpikir kreatif.

Kreatif adalah suatu kegiatan yang menghasilkan

sesuatu yang baru, yang belum pernah dipikirkan oleh

orang lain. Seperti yang dikemukakan oleh Awang dan

Ramly (2008) bahwa kreatif adalah menjadikan ada

sesuatu yang belum ada sebelumnya. Kemampuan

berpikir kreatif sangat diperlukan dalam era globalisasi

agar kita tidak hanya mengikuti arus, melainkan harus

memiliki dan membuat keputusan pribadi sendiri.

Kemampuan berpikir kreatif ditandai dengan

kemampuan siswa dalam menghasilkan sejumlah ide

(fluency), kemampuan untuk menghasilkan ide-ide baru

dengan cara yang berbeda dan bervariasi (flexibility),

kemampuan untuk menghasilkan ide-ide baru dan tidak

biasanya (originality), kemampuan untuk memperkaya

ide-ide agar lebih menarik dan lebih kompleks

(elaboration), dan kemampuan untuk menggunakan

perbandingan atau analogi untuk membuat koneksi yang

baru (metaphorical thinking) (Treffinger et. al., 2002).

Selama ini, pembelajaran Biologi di Kota Kupang

masih sebatas untuk memperoleh kemampuan kognitif

saja, sehingga ketika siswa dihadapakan pada masalah

real di lingkungan masyarakat, siswa belum mampu

mengaitkan antara ilmu yang diperolehnya dengan

masalah di sekitarnya. Oleh karena itu, pembelajaran

sebaiknya tidak hanya memandang hasil belajar sebagai

tujuan akhir, namun proses pembelajaran juga sangat

penting dikaji dan tingkatkan kualitasnya. Penciptaan

kondisi pembelajaran yang melibatkan pengalaman

belajar siswa perlu diberdayakan demi terbudayakannya

kemampuan berpikir siswa khususnya kemampuan

berpikir kreatif.

Rendahnya keterlibatan siswa dalam pembelajaran

diduga sebagai salah satu faktor yang menyebabkan

rendahnya hasil belajar siswa. Salah satu upaya dalam

Page 2: HUBUNGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN …fmipa.unesa.ac.id/biologi/wp-content/uploads/2017/03/81_Yusnaeni... · dengan berbagai inovasi pembelajaran yang ... kemampuan berpikir

Hubungan Kemampuan Berpikir Kreatif dan.…

Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016_ ISBN: 978‐602‐0951‐11‐9 444

menciptakan lingkungan belajar yang mendukung

tumbuhnya peran serta dan merangsang kemampuan

berpikir pada diri siswa adalah melalui penerapan model

Search Solve Create and Share (SSCS). SSCS adalah

salah satu model pembelajaran yang terpusat pada siswa.

Model ini melibatkan siswa dalam mencari (fase Search),

menyelesaikan permasalahan (fase Solve), merancang

dan membuat sesuatu (fase Create) dan membagikan

hasil/solusi (fase Share) (Pizzini & Separdson, 1992;

Chin, 1997; Awang & Ramly, 2008).

Pentingnya kemampuan berpikir kreatif

dikembangkan dalam pembelajaran di kelas telah

dilaporkan oleh Supardi (2015) yakni berpikir kreatif

berperan positif dalam meningkatkan hasil belajar

kognitif siswa. Sementara Kasih dkk (2015) juga

melaporkan bahwa terdapat hubungan positif kemampuan

berpikir kreatif dengan hasil belajar kognitif. Semakin

tinggi kemampuan berpikir kreatif maka semakin tinggi

pula hasil belajar siswa.

Hasil belajar merupakan dampak yang diperoleh

seseorang setelah melakukan sebuah aktivitas belajar

yang dapat berupa perubahan pengetahuan, sikap dan

keterampilan. Dengan melibatkan siswa secara langsung

dalam proses pembelajaran melalui SSCS diharapkan

mampu meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan

hasil belajar kognitif. Hasil penelitian ini sebagai

tambahan referensi bagi guru dalam penerapan model-

model pembelajaran inovatif yang memberdayakan

kemampuan berpikir siswa.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian korelasional yang

ingin mengungkap hubungan keterampilan kemampuan

berpikir kreatif sebagai faktor yang berpengaruh dengan

hasil belajar kognitif siswa. Penelitian dilakukan selama

satu semester. Populasi penelitian adalah siswa kelas X

SMA 3 Kupang, SMA 4 Kupang dan SMK Katholik

Giovanni Kupang. Sampel diambil satu kelas tiap sekolah

dan diajar dengan menggunakan model pembelajaran

SSCS. Sintaks-sintaks model SSCS mengacu pada

Pizzini & Separdson (1992); Chin (1997); Awang &

Ramly (2008). Instrumen pengumpulan data berupa tes

terintegrasi dengan kemampuan berpikir kreatif dan hasil

belajar kognitif. Penilaian kemampuan berpikir kreatif

mengacu pada Treffinger et. al. (2002) yang telah

diadaptasi berdasarkan lima aspek berpikir kreatif.

Instrumen tersebut sebelumnya sudah divalidasi.

Uji hipotesis diawali dengan uji prasyarat berupa

uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas

menggunakan Skewness & Kurtosis dan Uji homogenitas

menggunakan Levene Test of Equality of Error

Variances. Analisis data hubungan kemampuan berpikir

kreatif dengan hasil belajar kognitif menggunakan regresi

sederhana.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil uji normalitas data untuk kemampuan

berpikir kreatif dan hasil belajar kognitif selengkapnya

dirangkum pada Tabel 1 dan 2.

Tabel 1. Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Berpikir

Kreatif

N Valid 76 t test Result

Mising 0

Mean - 67,63157895

Std. Error of Mean - 1,76335427

Skewness - -0,256546561

Std. Error of Skewness - 0,275637489 -0,931 normal

Kurtosis

-0,216661637

Std. Error of Kurtosis - 0,54480406 -0,398 normal

Ket: Bila t test diantara -1,96 dan +1,96 data berdistribusi

normal.

Tabel 2. Hasil Uji Normalitas Data Hasil Belajar

Kognitif Siswa

N Valid 76 t test Result

Mising 0

Mean - 64,42105263

Std. Error of Mean - 1,354040498

Skewness

-0,701118293

Std. Error of Skewness - 0,275637489

-2,544

tdk

normal

Kurtosis - 0,133491807

Std. Error of Kurtosis - 0,54480406 0,245 normal

Ket: Bila t test diantara -1,96 dan +1,96 data berdistribusi

normal

Tabel 1 dan 2 di atas menunjukkan bahwa data

kemampuan berpikir kreatif dan hasil belajar kognitif

siswa terdistribusi normal. Selanjutnya uji homogenitas

data untuk kemampuan berpikir kreatif dan hasil belajar

kognitif siswa disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil Uji Homogenitas Data Kemampuan Ber

pikir Kreatif dan Hasil Belajar Kognitif

Ujian F df1 df2 Sig.

Kemampuan Berpikir Kreatif 1.132 14 57 0,352

Hasil Belajar Kognitif Siswa 1.096 8 66 0,377

Ket: Homogen bila nilai p level Sig. > 0,05

Hasil uji homogenitas pada Tabel 3 di atas

diperoleh nilai sig. > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa

data kemampuan berpikir kreatif dan hasil belajar

kognitif siswa memiliki varian homogen.

Selanjutnya ringkasan hasil analisis regresi

hubungan antara kemampuan berpikir kreatif dengan

hasil belajar kognitif siswa pada model pembelajaran

SSCS dapat dilihat pada Tabel 4, 5 dan 6.

Tabel 4. Ringkasan Regresi Hubungan Kemampuan

Berpikir Kreatif dengan Hasil Belajar Kognitif

Siswa pada Model Pembelajaran SSCS

Model R R

Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

Estimate

1 0,889(a) 0,790 0,787 5,447

Tabel 5 menunjukkan bahwa hasil analisis

regresi hubungan kemampuan berpikir kreatif dengan

hasil belajar kognitif siswa diperoleh nilai R square

sebesar 0,790. Nilai ini menunjukkan bahwa keterandalan

kemampuan berpikir kreatif dalam hasil belajar kognitif

Page 3: HUBUNGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN …fmipa.unesa.ac.id/biologi/wp-content/uploads/2017/03/81_Yusnaeni... · dengan berbagai inovasi pembelajaran yang ... kemampuan berpikir

Hubungan Kemampuan Berpikir Kreatif dan.…

Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016_ ISBN: 978‐602‐0951‐11‐9 445

siswa sebesar 79,0%. Sedangkan sisanya, sebesar 21,0%

disebabkan oleh faktor luar dari kemampuan berpikir

kreatif. Selanjutnya ringkasan anova hubungan

kemampuan berpikir kreatif dengan hasil belajar kognitif

siswa dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Ringkasan Anova Hubungan Kemampuan

Berpikir Kreatif dengan Hasil Belajar Kognitif

Siswa pada Model Pembelajaran SSCS

Tabel 5 tersebut menunjukkan bahwa nilai

signifikan sebesar 0,000 dengan F sebesar 278.226. Hasil

ini mengindikasikan bahwa terdapat hubungan yang

sangat signifikan antara kemampuan berpikir kreatif

dengan hasil belajar kognitif karena nilai signifikan

(0,000) lebih kecil dari 0,05 (sig. level < 0,05).

Sedangkan Tabel 6, merupakan koefisien regresi

hubungan kemampuan berpikir kreatif dengan hasil

belajar kognitif siswa pada model pembelajaran SSCS.

Tabel 6. Koefisien Regresi Hubungan Kemampuan

Berpikir Kreatif dan Keterampilan

Metakognitif dengan Hasil Belajar Kognitif

Siswa pada Model Pembelajaran SSCS.

Berdasarkan Tabel 6 dapat dibuat persamaan

regresi untuk hubungan tersebut yaitu Y = 18,268 +

0,682x. Grafik hubungan kemampuan berpikir kreatif

dengan hasil belajar kognitif siswa pada model

pembelajaran SSCS dapat divisualisasikan seperti pada

Gambar 1.

Gambar 1. Hubungan Kemampuan Berpikir Kreatif

dengan Hasil Belajar Kognitif Siswa pada

Model Pembelajaran SSCS.

Berdasarkan hasil analisis data terlihat bahwa

terdapat korelasi yang positif antara kemampuan berpikir

kreatif dengan hasil belajar kognitif siswa. Hal ini

ditunjukkan dengan nilai persamaan regresi yang

menunjukkan angka positif. Hasil penelitian ini

mendukung hasil penelitian terdahulu yang dilakukan

oleh kemampuan berpikir kreatif dalam peningkatan hasil

belajar siswa (Kasih dkk, 2015 dan Supardi, 2015).

Kemampuan berpikir kreatif ketika dihubungkan

dalam kondisi pembelajaran menggunakan model SSCS

dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa. Hal ini

bisa saja terjadi mengingat model pembelajaran SSCS

adalah salah satu model pembelajaran yang memang

dirancang untuk mengembangkan kemampuan berpikir

kritis dan kreatif siswa yang terlihat pada fase search dan

solve. Manakala lingkungan belajar siswa senantiasa

dihadapkan pada kondisi yang menuntut pemecahan

masalah, maka siswa sudah terlatih dengan situasi

tersebut. Kemampuan berpikir siswa dapat berkembang

dengan adanya pengalaman bermakna yang dialami.

Seperti yang diungkap oleh Tyler (1986) bahwa

pengalaman atau pembelajaran yang memberikan

kesempatan kepada siswa untuk memperoleh

keterampilan-keterampilan dalam pemecahan masalah

akan mewujudkan kemampuan berpikir. Pendapat lain

juga dikemukakan oleh Nickerson, et. al. (1985) yakni

kemampuan berpikir selalu berkembang dan dapat

dipelajari. Oleh karena itu penulis menyimpulkan bahwa

untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, siswa perlu

dilibatkan dalam pengalaman belajar yang bermakna

dalam pembelajaran melalui pemecahan masalah.

Kemampuan berpikir kreatif dapat muncul pada

siswa ketika mereka dilibatkan dan diberi tanggungjawab

dalam tugas. Kepercayaan diri mereka muncul sehingga

mereka dapat membuat cara baru atas inisiatifnya sendiri

untuk menyelesaikan masalah yang mereka hadapi.

Ketika siswa dibiasakan dalam berpikir kreatif, maka

mereka dapat memperluas sudut pandang terhadap

masalah yang dihadapi. Dalam arti bahwa siswa mencoba

menyelesaikan masalah dari berbagai sudut pandang

yang pada akhirnya melahirkan pemikiran fleksibel dan

pemikiran lancar. Dari kedua pemikiran tersebut akhirnya

melatih siswa siswa untuk mampu mengelaborasi setiap

jawaban yang terkadang bisa melahirkan ide-ide orisinal.

Pemikiran-pemikiran inilah yang menjadi tolak ukur

dalam berpikir kreatif. Seperti yang diungkap oleh

Treffinger, et. al. (2002) Kemampuan berpikir kreatif

ditandai dengan kemampuan siswa dalam menghasilkan

sejumlah ide (fluency), kemampuan untuk menghasilkan

ide-ide baru dengan cara yang berbeda dan bervariasi

(flexibility), kemampuan untuk menghasilkan ide-ide

baru dan tidak biasanya (originality), kemampuan untuk

memperkaya ide-ide agar lebih menarik dan lebih

kompleks (elaboration), dan kemampuan untuk

menggunakan perbandingan atau analogi untuk membuat

koneksi yang baru (metaphorical thinking).

Greenstein (2012) juga mengungkap bahwa rasa

ingin tahu, brainstorming dan aktivitas pemecahan

masalah adalah keterampilan dasar yang kuat untuk

mengembangkan kreativitas, sehingga ditambahkan

bahwa karakteristik kreativitas mencakup; (1) Curiosity/

Page 4: HUBUNGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN …fmipa.unesa.ac.id/biologi/wp-content/uploads/2017/03/81_Yusnaeni... · dengan berbagai inovasi pembelajaran yang ... kemampuan berpikir

Hubungan Kemampuan Berpikir Kreatif dan.…

Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016_ ISBN: 978‐602‐0951‐11‐9 446

rasa ingin tahu (menyelidiki, mengajukan pertanyaan dan

mencari makna yang lebih dalam, (2) Fluency/kefasihan

(menghasilkan sejumlah ide), (3) Originality/orisinil (ide-

idenya baru, segar, unik, dan tidak biasanya), (4)

Elaboration/elaborasi (ide-ide yang dihasilkan

menambah yang sudah ada, detail dan intensif), (5)

Imagination/imajinasi (memimpikan atau menciptakan

ide-ide baru untuk produk dan cerdik), dan (6)

Flexibility/fleksibel (ide-ide yang dihasilkan mungkin

dan bervariasi).

Feldhusen & Treffinger (1985) dan Parnes (1992)

menambahkan bahwa manfaat yang dapat diperoleh

dalam berpikir kreatif adalah membangun kemampuan

untuk berani mengambil resiko, mengembangkan

kemampuan untuk menangani masalah yang tidak

terstruktur dan ambigu, membantu siswa menghargai

berbagai perspektif, mempromosikan inovasi dan

mendorong belajar mandiri.

Penciptaan lingkungan belajar yang memberi

peluang bagi siswa untuk berpikir terbuka dan fleksibel

mampu meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa.

Hal ini sangat nampak terlihat ketika penelitian ini

berlangsung. Sangat terlihat perbedaan dalam aktivitas

pembelajaran pada kelas yang menggunakan model

pembelajaran SSCS dengan kelas lain yang diajar dengan

pola konvensional. Temuan ini mendukung betapa

pentingnya penciptaan lingkungan belajar dalam

meningkatkan kemampuan berpikir kreatif. Kemampuan

berpikir kreatif yang tinggi akan meningkatkan hasil

belajar siswa.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil peneltian dan pembahasan dapat

disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif antara

kemampuan berpikir kreatif dengan hasil belajar kognitif

siswa dengan penggunaan model pembelajaran SSCS

pada mata pelajaran biologi di SMA.

Berdasarkan kesimpulan tersebut, disarankan dan

direkomendasikan untuk menggunakan model

pembelajaran SSCS sebagai salah satu alternatif model

pembelajaran inovatif dalam rangka meningkatkan

kemampuan berpikir kreatif dan hasil belajar belajar

siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Z. 2013. Penggunaan Information Communication

and Technology dalam Pendidikan:

Persiapan Menghadapi Abad Ke- 21. Artikel.

Program Pengembangan Kurikulum. UPI

Bandung.

Awang H., & Ramly, I. 2008. Creative Thinking Skill

Approach Through Probelm – Based

Learning: Pedagogy and Practice in the

Engineering Classroom. International

Journal of Human and Science 3: 1. Page 18

– 23. (Online). http://www.

Waset.org/journals/ijhss/v3/v3 – 1 – 3. pdf,

diunduh tanggal 2 Oktober 2013.

Badan Standar Nasional Pendidikan. 2010. Paradigma

Pendidikan Nasional Abad XXI. Versi 1.0.

Chin, C. 1997. Promoting Higher Cognitive Learning in

Science Through a Problem Solving

Approach. REACT (1). 7 – 11. Published by

National Intitute of Education. Singapore.

(Online). http://www. Repository.

Nie.edu.sg/jspu/bitstream/10497/

3767/1/REACT – 1997 – 1 – 7 pdf, diunduh

tanggal 2 Oktober 2013.

Feldhusen, J.F. & Treffinger, D.J. 1985. Creative

thinking and problem solving in gifted

education, 3rd ed. Dubuque, IA: Kendall

Hunt Publishing.

Greenstein, L. 2012. Assesing Skill 21st Century. A Guide

to Evaluating Mastery and Authentic

Learning. U.S.A: Crowin A SAGE

Company.

Kasih, Ajeng Nuansa., D. Priatna., L. Halima. 2015.

Model Search Solve Create and Share

(SSCS) Untuk Meningkatkan Kemampuan

Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar.

Antologi UPI. Volume 1. Edisi 1. 1-8.

Parnes, S.J. 1992. Source book for creative problem

solving. Buffalo, New York: Creative

Foundation Press.

Pizzini, E. L.& Separdson, D.P. 1992. A Comparison of

the Classroom Dynamics of a Problem

Solving and Traditional Laboratory Model

of Instruction Using Path Analysis. Journal

of Research in Science Teaching. 29 (3): 243

– 258.

Suratno, 2012. Pemberdayaan Kecakapan Berpikir

Kreatif dengan Assessment Portfolio pada

Perkuliahan Evaluasi Hasil Belajar Bidang

Studi Biologi. Biologi, Sains, Lingkungan

dan Pembelajarannya dalam Upaya

Peningkatan Daya Saing Bangsa. (Online).

http://www.Jurnal.fkip.uns.ac.id, diunduh

tanggal 18 Oktober 2013.

Supardi, US. 2015. Peran Berpikir Kreatif dalam

Pembelajaran Matekatika. Jurnal Formatif 2

(3): 248-262. ISSN: 2088-35IX.

Treffinger, D.J., Young, G.C., Selby, E.C., &

Shepardson, C. 2002. Assessing Creativity:

A Guide for Educator. Center for Creative

Learning. Florda: Sarasota.