hubungan kebermaknaan hidup dengan resiliensi...

41
1 HUBUNGAN KEBERMAKNAAN HIDUP DENGAN RESILIENSI PADA PEMULUNG DI JAKARTA OLEH DERSTY MUSTAMU 802013105 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2017

Upload: hoanglien

Post on 08-Mar-2019

345 views

Category:

Documents


21 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN KEBERMAKNAAN HIDUP DENGAN RESILIENSI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13176/1/T1_802013105_Full... · resiliensi individu yaitu dukungan sosial, kemampuan kognitif

1

HUBUNGAN KEBERMAKNAAN HIDUP DENGAN RESILIENSI

PADA PEMULUNG DI JAKARTA

OLEH

DERSTY MUSTAMU

802013105

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari

Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2017

Page 2: HUBUNGAN KEBERMAKNAAN HIDUP DENGAN RESILIENSI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13176/1/T1_802013105_Full... · resiliensi individu yaitu dukungan sosial, kemampuan kognitif
Page 3: HUBUNGAN KEBERMAKNAAN HIDUP DENGAN RESILIENSI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13176/1/T1_802013105_Full... · resiliensi individu yaitu dukungan sosial, kemampuan kognitif
Page 4: HUBUNGAN KEBERMAKNAAN HIDUP DENGAN RESILIENSI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13176/1/T1_802013105_Full... · resiliensi individu yaitu dukungan sosial, kemampuan kognitif
Page 5: HUBUNGAN KEBERMAKNAAN HIDUP DENGAN RESILIENSI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13176/1/T1_802013105_Full... · resiliensi individu yaitu dukungan sosial, kemampuan kognitif
Page 6: HUBUNGAN KEBERMAKNAAN HIDUP DENGAN RESILIENSI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13176/1/T1_802013105_Full... · resiliensi individu yaitu dukungan sosial, kemampuan kognitif
Page 7: HUBUNGAN KEBERMAKNAAN HIDUP DENGAN RESILIENSI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13176/1/T1_802013105_Full... · resiliensi individu yaitu dukungan sosial, kemampuan kognitif

HUBUNGAN KEBERMAKNAAN HIDUP DENGAN RESILIENSI

PADA PEMULUNG DI JAKARTA

Dersty Mustamu

Aloysius L. S. Soesilo

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2017

Page 8: HUBUNGAN KEBERMAKNAAN HIDUP DENGAN RESILIENSI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13176/1/T1_802013105_Full... · resiliensi individu yaitu dukungan sosial, kemampuan kognitif

i

ABSTRAK

Jakarta merupakan ibukota negara yang dihuni oleh berbagai macam individu dengan

latar belakang sosial, ekonomi dan kebudayaan yang berbeda. Sebagai kota yang

berpenduduk padat, maka berbagai profesi dijalani oleh penduduknya agar dapat tetap

bertahan dalam ketatnya persaingan hidup. Salah satu profesi yang ada di kota Jakarta

adalah pemulung. Eksistensi pemulung di kota besar seperti Jakarta seringkali kurang

mendapat perhatian dan bahkan penghargaan dari masyarakat sekitar. Adapun

rendahnya penerimaan dari lingkungan ini berpotensi menjadikan pemulung sebagai

kelompok minoritas. Maka dari itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

hubungan antara kebermaknaan hidup dengan resiliensi pada pemulung di kota

Jakarta. Subjek partisipan penelitian ini adalah pemulung, baik pria ataupun wanita

dengan rentang usia 20 tahun sampai dengan usia dewasa akhir/manula. Jumlah

sampel partisipan yang diambil adalah sebanyak 100 sampel, yaitu pria dengan

jumlah 44 orang dan wanita dengan jumlah 56 orang. Metode penelitian yang

digunakan adalah dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif. Metode

pengumpulan data yang digunakan adalah dengan menggunakan kuisioner yang berisi

aspek-aspek dengan menggunakan skala kebermaknaan hidup dan juga skala

resiliensi. Dengan menggunakan teknik korelasi spearman rho yang dianalisa melalui

SPSS diperoleh uji korelasi sebesar 0,610 (p < 0.05). Berdasarkan uji korelasi

tersebut, maka diketahui bahwa hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

kebermaknaan hidup dengan resiliensi pada pemulung yang tinggal di Jakarta

berhubungan cukup kuat.

Kata kunci : kebermaknaan hidup, resiliensi, pemulung.

Page 9: HUBUNGAN KEBERMAKNAAN HIDUP DENGAN RESILIENSI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13176/1/T1_802013105_Full... · resiliensi individu yaitu dukungan sosial, kemampuan kognitif

ii

ABSTRACT

Jakarta is the capital of the state of being inhabited by a great variety of individuals

against the background of social , economic and cultural different .As a city with a

population of solid , hence various professions be lived by its inhabitants in order to

keep afloat in competition live .One whose profession was to exist in jakarta is

scavengers .The existence of scavengers in big cities like jakarta were often not get

attention and even with unclear or community respect around .As for the low

acceptance of this environment has the potential to make a scavenger as minority

groups. So this research aims to review the relationship between the meaning of life

and resilience on scavengers in Jakarta. Subject participants of this research is

scavengers, men and women with age 20 years up to of age the end of / elderly. The

total sample participants taken as many as 100 sample, the man with the number of

44 were and the female for the number of 56 people. Research methodology used is

by using the quantitative research. Data collection method is by using questionnaire

that contains aspects by using the meaning of life and also resilience scale. With the

uses of correlation technique spearman rho that were analysed obtained the

correlation of 0,610 ( p < 0.05 ) through SPSS test. Based on this correlation test, we

can see that this research result indicates that the meaning of life with resilience on a

scavenger living in Jakarta deals strong enough.

Key words : The meaning of life, Resilience, Scavengers

Page 10: HUBUNGAN KEBERMAKNAAN HIDUP DENGAN RESILIENSI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13176/1/T1_802013105_Full... · resiliensi individu yaitu dukungan sosial, kemampuan kognitif

1

PENDAHULUAN

Jakarta merupakan ibukota negara yang dihuni oleh berbagai macam individu

dengan latar belakang sosial, ekonomi dan kebudayaan yang berbeda. Keragaman

tersebut bahkan menjadi karakteristik dari wilayah Jakarta. Seiring dengan

perkembangan peradaban manusia yang begitu pesat, di sisi lain juga terjadi banyak

perubahan pada segala bidang kehidupan manusia. Sebagai kota yang berpenduduk

padat, maka berbagai profesi dijalani oleh penduduknya agar dapat tetap bertahan

dalam ketatnya persaingan hidup. Salah satu profesi yang ada di kota Jakarta adalah

pemulung. Sepintas keberadaan pemulung dipandang sebelah mata bagi sebagian

orang, namun pemulung memegang peran yang sangat penting terkait dengan

pengolahan sampah. Terutama terkait dengan sampah yang dapat didaur ulang.

Eksistensi pemulung di kota besar seperti Jakarta seringkali kurang mendapat

perhatian dan bahkan penghargaan dari masyarakat sekitar. Adapun rendahnya

penerimaan dari lingkungan ini berpotensi mendeskreditkan pemulung sebagai

kelompok minoritas. Selanjutnya, perlakuan yang kurang menerima dari lingkungan

sekitar dapat memicu timbulnya perasaan tersingkir. Kegagalan individu dalam

menemukan orientasi intrinsik di tengah masyarakat ini juga berpotensi

menimbulkan kecemasan yang menjadi salah satu ancaman terhadap kebermaknaan

hidup manusia. Sebaliknya, ketika seorang inidiviu merasa diterima oleh

lingkungannya maka individu yang bersangkutan akan mencapai keberhasilan

menemukan orientasi dan membuat keputusan prbadi dalam mengatasi krisis

Page 11: HUBUNGAN KEBERMAKNAAN HIDUP DENGAN RESILIENSI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13176/1/T1_802013105_Full... · resiliensi individu yaitu dukungan sosial, kemampuan kognitif

2

mendatangkan pengalaman‐pengalaman emosi positif yang merupakan salah satu

unsur penting dalam kebermaknaan hidup.

Adapun kebermaknaan hidup di tengah lajunya percepatan perubahan akibat

modernisasi di kota besar seperti di Jakarta merupakan hal penting karena individu

yang memiliki kebermaknaan hidup yang positif dapat berpikir positif dalam

menghadapi setiap masalah dan beban hidup. Pada hakikatnya kebutuhan akan

kebermaknaan sangat mendesak bagi masyarakat modern, tetapi masih tergolong

minim dalam mengupayakannya (Metz, 2002). Debats (1995) menyatakan bahwa

kebermaknaan adalah persoalan penting dalam eksistensi manusia, terlebih lagi

dalam masyarakat modern.

Meskipun kebermaknaan hidup penting, namun dengan bertambahnya beban

yang harus ditanggung oleh seorang individu yang tinggal dan mencari mata

pencaharian di kota Jakarta diharapkan agar setiap individu tersebut memiliki

ketahanan yang lebih besar dibandingkan individu yang tinggal di luar wilayah ibu

kota Jakarta. Melalui kebermaknaan hidup yang positif diharapkan dapat lebih

memampukan individu yang bersangkutan dalam memempertahan hidup dan

mencapai tujuan hidupnya. Ketahanan yang dimiliki oleh pemulung akan sangat

banyak dipengaruhi pada keterampilan resiliensi yang dimiliki oleh pemulung yang

bersangkutan.

Selanjutnya, ketahanan atau resiliensi secara umum dapat didefinisikan sebagai

kemampuan untuk mengatasi atau beradaptasi terhadap stres yang ekstrim dan

Page 12: HUBUNGAN KEBERMAKNAAN HIDUP DENGAN RESILIENSI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13176/1/T1_802013105_Full... · resiliensi individu yaitu dukungan sosial, kemampuan kognitif

3

kesengsaraan (Luther & Zigler dalam Holaday, 1997). Individu dianggap sebagai

seseorang yang memiliki resiliensi jika mereka mampu untuk secara cepat kembali

kepada kondisi sebelum trauma dan terlihat kebal dari berbagai peristiwa-peristiwa

kehidupan yang negatif (Bolig & Weddle dalam Holaday, 1997). Tinggi rendah

kemampuan resiliensi yang dimiliki oleh individu akan dipengaruhi oleh faktor-faktor

yang berasal dari dalam diri maupun luar diri individu itu sendiri. Holaday (1997)

membagi menjadi tiga kategori faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan

resiliensi individu yaitu dukungan sosial, kemampuan kognitif dan sumber daya

psikologis.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dipahami bahwa dalam upaya seseorang

mengembangkan kemampuannya beresiliensi akan dipengaruhi oleh tingkat

kebermaknaan hidup individu yang bersangkutan sehingga individu tersebut mampu

mengembangkan kompentensi emosional dengan baik maka akan memperoleh

kebiasaann mental yang baik yang mampu mendukung produktifitas mereka.

Berbagai macam penelitian terkait dengan resiliensi telah dikembangkan. Pada

penelitian yang dilakukan oleh (Setyowati, 2010) mengenai hubungan antara

kecerdasan emosional dengan resiliensi pada siswa penghuni rumah damai

menunjukkan adanya pengaruh positif antara kecerdasan emosional dengan resiliensi

pada siswa penghuni rumah damai. Semakin tinggi kecerdasan emosional, maka

semakin tinggi resiliensinya. Sebaliknya, semakin rendah kecerdasan emosional,

maka semakin rendah resiliensinya. Hasil penilitian yang telah dilakukan oleh

Fariborz Bagheri (2015) mengenai “Association of Resilience with Emotional

Page 13: HUBUNGAN KEBERMAKNAAN HIDUP DENGAN RESILIENSI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13176/1/T1_802013105_Full... · resiliensi individu yaitu dukungan sosial, kemampuan kognitif

Intelegence in Nursing Work Place” juga menunjukan adanya hubungan langsung

diantara kedua variabel tersebut. Sementara berdasarkan penelitian Nugroho (2016)

maka diketahui bahwa resiliensi memberikan kontribusi kepada kebermaknaan hidup

mahasiswa yang mengalami kelebihan berat badan.

Berdasar atas temuan terkait dengan hal-hal yang dapat mempengaruhi

resiliensi dalam diri seseorang, maka diketahui bahwa faktor dari luar seseorang juga

memiliki peran yang besar bagi terbentuknya resiliensi. Selanjutnya kerasnya dan

besarnya tekanan hidup di kota besar seperti Jakarta dapat memicu rasa rendah diri

dan rendahnya kepercayaan diri di antara para pemulung, yang pada akhirnya dapat

menjadi stressor dalam kehidupan mereka. Sementara seorang individu dengan

tingkat resiliensi yang bagus dapat beradaptasi pada hal-hal yang memberikan

tekanan dalam hidupnya. Jadi dapat dikatakan bahwa situasi dan kondisi dalam

kehidupan para kaum pemulung ini berpotensi menghambat tingkat resiliensi para

pemulung, di mana seharusnya para pemulung memiliki resiliensi yang baik

sehingga dapat mengatasi rasa depresi seorang individu. Berdasarkan fakta-fakta dan

hasil penelitian yang sudah dipaparkan terkait pentingnya kebermaknaan hidup yang

dapat mengarahkan sikap dan tindakan serta peran resiliensi dalam kehidupan

seorang individu, maka penulis terdorong untuk meneliti apakah kebermaknaan hidup

berkorelasi secara signifikan dengan resiliensi pada pemulung dan bagaimana

kekuatan korelasi tersebut.

Page 14: HUBUNGAN KEBERMAKNAAN HIDUP DENGAN RESILIENSI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13176/1/T1_802013105_Full... · resiliensi individu yaitu dukungan sosial, kemampuan kognitif

Perumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan diatas dan hasil penelitian yang telah dilakukan

sebelumnya, maka penulis ingin mengetahui “Apakah ada hubungan antara

kebermaknaan hidup dengan resiliensi pada pemulung?”

Page 15: HUBUNGAN KEBERMAKNAAN HIDUP DENGAN RESILIENSI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13176/1/T1_802013105_Full... · resiliensi individu yaitu dukungan sosial, kemampuan kognitif

LANDASAN TEORI

Kebermaknaan Hidup

Bastaman (2007) menyatakan bahwa pada hakikatnya makna hidup mengacu

pada hal-hal yang penting dan berharga serta dapat memberikan nilai khusus bagi

seorang individu yang menjadi tujuan dalam kehidupan (the purpose in life). Makna

hidup ini berawal dari sebuah visi kehidupan, harapan dan merupakan alasan kenapa

individu harus tetap hidup. Selanjutnya Makna hidup adalah sesuatu yang dianggap

penting, benar, dan didambakan serta memberi nilai khusus bagi seseorang. Bila

berhasil ditemukan dan dipenuhi akan menyebabkan kehidupan ini dirasakan

demikian berarti dan berharga serta dapat dijadikan tujuan hidupnya.

Menurut Frankl (2004) mengungkapkan bahwa kebermaknaan hidup

merupakan salah satu prinsip dari tiga‐prinsip logoterapi kebebasan meliputi

kebebasan berkeinginan, kebermaknaan, serta kebermaknaan‐hidup (Koesworo,

2000). Sementara, Koeswara (2000) mendefinsikan kebermaknaan hidup adalah

penghayatan individu terhadap keberadaan dirinya, memuat hal-hal yang dianggap

penting, dirasakan berharga, dan dapat memberikan arti khusus yang menjadi tujuan

hidup sehingga membuat individu menjadi berarti dan berharga.

Selanjutnya kebermaknaan hidup juga diartikan sebagai hierarki kebutuhan

tertinggi dalam konsep kebutuhan Maslow yaitu aktualisasi diri. Pada tahap ini maka

seorang individu bekerja sepenuhnya secara ikhlas dan memberikan komitmennya.

Page 16: HUBUNGAN KEBERMAKNAAN HIDUP DENGAN RESILIENSI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13176/1/T1_802013105_Full... · resiliensi individu yaitu dukungan sosial, kemampuan kognitif

Kebermakanaan hidup secara umum diwujudkan pada keinginan untuk menjadi

individu yang bermanfaat bagi lingkungannya (Frankl, dalam Ancok 2006).

Aspek Kebermaknaan Hidup

Crumbaugh dan Maholich (dalam Koeswara, 2000) menyatakan bahwa aspek-

aspek kebermaknaan hidup meliputi; tujuan hidup (individu memiliki tujuan yang

ditetapkan dan ingin dicapai dalam hidup yang bersangkutan), kepuasan hidup (telah

tercapai kepuasan hidupnya), kebebasan memilih (memiliki kehendak bebas dalam

memilih), gairah hidup (semangat dalam menjalani kehidupan), dan tanggung jawab

(terkait dengan tindakan dan keputusannya).

Resiliensi

Menurut Luthar (dalam Kalil, 2003) resiliensi merupakan proses dinamis

yang mencakup adaptasi positif dalam konteks situasi yang sulit, mengandung bahaya

maupun hambatan yang signifikan. Sedangkan menurut Vaillant dan Mills (Yuniardi,

2009) mengemukakan bahwa resiliensi merupakan kapasitas mental untuk bangkit

kembali dari sebuah kesengsaraan dan untuk terus melanjutkan kehidupan yang

fungsional dengan sejahtera. Desmita (2010) mendefinsikan resiliensi sebagai

kemampuan atau kapasitas insani yang dimiliki seseorang, kelompok atau masyarakat

untuk menghadapi, mencegah, meminimalkan dan bahkan menghilangkan dampak-

dampak yang merugikan dari kondisi-kondisi yang tidak menyenangkan, atau bahkan

mengubah kondisi kehidupan menjadi suatu hal yang dapat dihadapi.

Page 17: HUBUNGAN KEBERMAKNAAN HIDUP DENGAN RESILIENSI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13176/1/T1_802013105_Full... · resiliensi individu yaitu dukungan sosial, kemampuan kognitif

Berdasarkan pada beberapa definisi di atas, maka dapat dikatakan bahwa

resiliensi merupakan kemampuan individu dalam mengatasi, melalui, dan kembali

pada kondisi semula setelah mengalami kesulitan.

Faktor Pembentuk Resiliensi

Selanjutnya, ada tiga pembentukan resiliensi menurut Grothberg (1995) yang di

antaranya adalah: pertama adalah dukungan eksternal dan sumber-sumbernya, di

mana ada beberapa faktor yang memengaruhi dalam hal ini adalah: mempercayai

hubungan (trusting relationships), struktur dan aturan di rumah (structure and rules

at home), model-model peran (role models), dorongan agar menjadi otonom

(encouragement to be autonomous), dan akses pada kesehatan (access to health,

education, welfare, and security services).

Selain itu pembentuk resiliensi lainnya adalah kekuatan individu (dalam diri

pribadi). Adapun kekuatan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti: perasaan

dicintai dan perilaku yang menarik (lovable and my temperament is appealing),

mencintai, empati, dan altruistik (loving, empathic, and ltruistic), bangga pada diri

sendiri (proud of myself), otonomi dan tanggung jawab (autonomous and

responsible), dan harapan, keyakinan, dan kepercayaan (filled with hope, faith, and

trust).

Faktor pembentuk resiliensi yang lain adalah kemampuan interpersonal. Ada

beberapa aspek yang mempengaruhi faktor kemampuan interpersonal meliputi:

berkomunikasi (communicate), pemecahan masalah (problem solve), mengelola

Page 18: HUBUNGAN KEBERMAKNAAN HIDUP DENGAN RESILIENSI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13176/1/T1_802013105_Full... · resiliensi individu yaitu dukungan sosial, kemampuan kognitif

berbagai perasaan dan rangsangan (manage my feelings and impulses), mengukur

temperamen diri sendiri dan orang lain (gauge the temperament of myself and others),

serta mencari hubungan yang dapat dipercaya (gauge the temperament of myself and

others).

Selanjutnya, Reivich dan Shatte (2002) memaparkan pada hakikatnya ada

tujuh kemampuan yang membentuk resiliensi, yaitu: pengaturan emosi (emotion

regulation) yang merupakan kemampuan untuk tetap mengendalikan emosi dalam

kondisi yang menekan; pengendalian impuls (impulse control) yang mengacu pada

kemampuan individu untuk mengendalikan keinginan, dorongan, kesukaan, serta

tekanan yang muncul dari dalam diri; individu yang optimis (optimism) yang

memiliki sifat yang mengindikasikan bahwa individu tersebut percaya bahwa dirinya

memiliki kemampuan untuk mengatasi kemalangan yang mungkin terjadi di masa

depan; kemampuan menganalisis penyebab (causal analysis causal analysis) terkait

dengan kemampuan seorang individu dalam mengidentifikasikan secara akurat

penyebab dari permasalahan yang mereka hadapi; empati (empathy) yang sangat erat

kaitannya dengan kemampuan individu untuk membaca tanda-tanda kondisi

emosional dan psikologis orang lain; self-efficacy adalah hasil dari pemecahan

masalah agar berhasil terpecahkan untuk mencapi resiliensi, serta reaching out

kemampuan untuk mengatasi kemalangan dan bangkit dari keterpurukan sehingga

individu meraih aspek positif dari kehidupan setelah kemalangan yang menimpa.

Page 19: HUBUNGAN KEBERMAKNAAN HIDUP DENGAN RESILIENSI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13176/1/T1_802013105_Full... · resiliensi individu yaitu dukungan sosial, kemampuan kognitif

Aspek Resiliensi

Menurut Bernard (2004) resiliensi terdiri dari empat aspek. Pertama adalah

kompetensi sosial yang dapat berwujud responsive, komunikatif, empati dan perduli,

menunjukan kasih sayang, althruisme, dan memaafkan. Kedua adalah keterampilan

memecahkan permasalahan, berwujud kemampuan membuat perencanaan, bersikap

fleksibel, dapat berfikir panjang, berfikir kritis dan berwawasan. Ketiga adalah

autonomi, yang dapat terlihat pada identitas diri yang positif, kontrol dari dalam diri,

inisiatif dari dalam, initiative, self-efficacy, mastery, adaptive distancing, resistance,

self-awareness, mindfulness and humor. Dan yang terakhir adalah sense of purpose

berwujud, memiliki arah tujuan, pencapaian motivasi, aspirasi pendidikan, minat

khusus, kreativitas, imajinasi, optimism, harapan, iman, spiritualitas dan juga sense of

meaning.

Sementara Wangnid dan Young (2010) menyatakan bahwa resiliensi

mencakup dua aspek yaitu: kompetensi pribadi (personal comptence) mencakup

ketekunan dan kepercayaan diri dan penerimaan diri dan hidup, (acceptance of self

and life) mencakup rasa memiliki penuh makna, ketenangan hati dan eksistensial

kesendirian.

Page 20: HUBUNGAN KEBERMAKNAAN HIDUP DENGAN RESILIENSI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13176/1/T1_802013105_Full... · resiliensi individu yaitu dukungan sosial, kemampuan kognitif

Hipotesis

Ada hubungan positif yang signifikan antara kebermaknaan hidup dengan

resiliensi pada pemulung di Jakarta. Semakin tinggi kebermaknaan hidup maka

resiliensi pemulung semakin tinggi, dan sebaliknya semakin rendah kebermaknaan

hidup maka resiliensi pemulung akan semakin rendah.

Page 21: HUBUNGAN KEBERMAKNAAN HIDUP DENGAN RESILIENSI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13176/1/T1_802013105_Full... · resiliensi individu yaitu dukungan sosial, kemampuan kognitif

METODE PENELITIAN

Sampel

Sampel dalam penelitian ini ialah pemulung di wilayah Jakarta.

Pengambilan sampel menggunakan metode incidental sampling yang merupakan

pemulung di wilayah Jakarta yang memenuhi spesifikasi yang diajukan, yang

berjumlah 100 sampel. Kriteria sampel penelitian yaitu pemulung berjenis

kelamin laki-laki 47 dan perempuan 53, dengan rentang usia mulai dari 20 tahun

sampai dengan usia dewasa akhir/manula. Sampel diambil dengan menggunakan

metode incidental sampling, yaitu tekhnik pengambilan sampel dengan siapa

yang kebetulan ada/dijumpai untuk dijadikan sampel. Dasar pertimbangan

penentuan sampel adalah sebagai berikut :

1. Sampel memenuhi syarat untuk dilakukan penelitian.

2. Penelitian dengan topik “Hubungan Kebermaknaan Hidup dengan Resiliensi

pada Pemulung di Jakarta” belum pernah dilakukan di Universitas Kristen

Satya Wacana Salatiga.

3. Subyek yang ditemui oleh penulis bersedia untuk menjadi sampel penelitian

dan bersedia untuk mengisi angket yang diperlukan untuk penelitian .

Alat ukur

Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner yang

berisi aspek-aspek yang hendak diukur dan yang harus dijawab atau dikerjakan oleh

orang-orang yang menjadi subyek penelitian (Gozali, 2006). Kuesioner yang akan

Page 22: HUBUNGAN KEBERMAKNAAN HIDUP DENGAN RESILIENSI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13176/1/T1_802013105_Full... · resiliensi individu yaitu dukungan sosial, kemampuan kognitif

digunakan dalam penelitian ini berisi pernyataan tertutup yang disajikan dalam

bentuk sedemikian rupa, sehingga responden tinggal memberikan tanda centang (√)

pada kolom atau tempat yang sesuai (Arikunto, 2002).

Adapun kuesioner dikembangkan oleh peneliti menggunakan 2 skala yaitu

skala resiliensi dan kebermaknaan hidup. Kedua skala tersebut dimaksudkan untuk

mengungkap resiliensi dan kebermaknaan hidup pemulung

1. Skala resiliensi

Skala resiliensi dalam penelitian ini mengacu kepada kajian teoritis dan

batasan konseptual yang dikemukakan oleh Bernard (2004). Skala resiliensi

disusun atas empat aspek meliptui: kompetensi sosial yang berwujud

responsif, komunikatif, empati dan perduli, menunjukan kasih sayang,

althruisme, dan memaafkan; keterampilan memecahkan permasalahan yaitu

kemampuan membuat perencanaan, bersikap fleksibel, dapat berfikir panjang,

berfikir kritis dan berwawasan; autonomi, dalam bentuk positive identity,

internal locus of control, initiative, self-efficiacy, mastery, adaptive

distancing, resistance, self-awareness, mindfulness and humor; dan sense of

purpose kepemilikan arah tujuan, pencapaian motivasi, aspirasi pendidikan,

minat khusus, kreativitas, imajinasi, optimism, harapan, iman, spiritualitas dan

juga sense of meaning dalam diri seorang individu. Skala ini dibuat dalam

bentuk skala Likert dengan alternative jawaban, dari “sangat setuju” sampai

dengan “sangat tidak setuju”.

Page 23: HUBUNGAN KEBERMAKNAAN HIDUP DENGAN RESILIENSI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13176/1/T1_802013105_Full... · resiliensi individu yaitu dukungan sosial, kemampuan kognitif

2. Skala kebermaknaan hidup

Skala kebermaknaan hidup dalam penelitian ini mengacu kepada kajian

teoritis dan batasan aspek kebermaknaan hidup menurut Crumbaugh dan

Maholich (Koeswara, 2000) yaitu: tujuan hidup, kepuasan hidup, kebebasan

memilih, gairah hidup, dan tanggung jawab.

Uji Reliabialitas

Reliabilitas alat ukur menyatakan seberapa hasil pengukuran dengan

alat tersebut dapat dipercaya. Reliabilitas alat ukur menunjuk kepada sejauh mana

perbedaan-perbedaan skor perolehan itu mencerminkan perbedaan-perbedaan

atribut yang sebenarnya (Gozali, 2006). Penentuan reliabilitas pada penelitian ini

menggunakan teknik Alpha Cronbach. Perhitungan teknik analisis varians

menggunakan bantuan komputer paket SPSS for Windows versi 20.0.

Analisa Data

Analisis data merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengolah data

dan menganalisa hasil penelitian untuk diuji kebenarannya, kemudian akan

memperoleh suatu kesimpulan dalam penelitian tersebut. Dalam penelitian ini

penulis mencari hubungan antara kebermaknaan hidup dengan resilensi. Teknik

analisa yang digunakan adalah teknik korelasi Product Moment dari Pearson yang

berfungsi untuk mencari korelasi antara dua variabel yaitu variabel bebas dan

variabel terikat yang masing-masing bergejala interval atau rasio (Sugiyono, 2009).

Page 24: HUBUNGAN KEBERMAKNAAN HIDUP DENGAN RESILIENSI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13176/1/T1_802013105_Full... · resiliensi individu yaitu dukungan sosial, kemampuan kognitif

Untuk menentukan signifikansi koefisien korelasi peneliti menggunakan program

SPSS for windows versi 20.

Page 25: HUBUNGAN KEBERMAKNAAN HIDUP DENGAN RESILIENSI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13176/1/T1_802013105_Full... · resiliensi individu yaitu dukungan sosial, kemampuan kognitif

PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

Persiapan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam 3 tahap yang dimulai dari tahap persiapan,

tahap pengumpulan data dan penganalisaan data.

1. Perijinan Penelitian

Perijinan penelitian dari pihak-pihak yang terkait merupakan salah satu syarat

yang harus dipenuhi agar dapat melakukan penelitian. Dalam penelitian ini,

yang pertama-tama penulis lakukan adalah penulis meminta ijin kepada Dosen

Pembimbing untuk melakukan penelitian/pengambilan data.

2. Penyusunan Alat Ukur

Alat ukur yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah angket. Angket

ini dibuat sendiri oleh peneliti.

a. Alat Ukur Kebermaknaan Hidup

Alat ukur kebermaknaan hidup yang dipergunakan dalam

mengumpulkan data disusun oleh peneliti berdasarkan aspek kebermaknaan

hidup menurut Crumbaugh dan Maholich (dalam Koeswara, 2000). Aspek

kebermaknaan hidup terdiri dari lima aspek, yaitu: tujuan hidup, kepuasan

hidup, kebebasan memilih, gairah hidup, dan tanggung jawab. Skala ini

digunakan karena dapat memberikan gambaran singkat tentang seseorang

dalam memaknai kehidupannya sebagai seorang pemulung yang tinggal di kota

Jakarta.

Page 26: HUBUNGAN KEBERMAKNAAN HIDUP DENGAN RESILIENSI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13176/1/T1_802013105_Full... · resiliensi individu yaitu dukungan sosial, kemampuan kognitif

b. Alat Ukur Resiliensi

Alat ukur resiliensi yang digunakan dalam mengumpulkan data

disusun oleh peneliti berdasarkan aspek resiliensi menurut Bernard (2004).

Aspek resiliensi terdiri dari empat aspek, yaitu: Kompetensi sosial,

keterampilan memecahkan permasalahan, autonomi dan sense of purpose.

Skala ini digunakan karena dapat memberikan gambaran singkat tentang

ketangguhan seseorang dalam menghadapi setiap permasalahan dalam

hidupnya untuk kembali bangkit dan dapat beradaptasi secara positif dalam

konteks situasi yang sulit, mengandung bahaya maupun hambatan yang

signifikan sebagai seorang pemulung yang tinggal di kota Jakarta.

Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam 3 tahap yang dimulai dari tahap persiapan,

tahap pengumpulan data dan tahap menganalisa data.

1. Alat Ukur

Penulis tidak mengadakan try out tapi menggunakan try out terpakai.

Tidak mengadakan try out karena subyek penelitian yang jauh letaknya dan

terbatasnya jumlah subyek penelitian. Berdasarkan hal tersebut maka penulis

memutuskan menggunakan try out terpakai.

2. Pelaksanaan

Pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal 9 Mei 2017 – 20 Mei 2017

di daerah Bantar Gebang dan juga daerah kota Jakarta dan sekitarnya. Penelitian

ini dilakukan kepada seluruh masyarakat yang berprofesi sebagai pemulung dan

Page 27: HUBUNGAN KEBERMAKNAAN HIDUP DENGAN RESILIENSI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13176/1/T1_802013105_Full... · resiliensi individu yaitu dukungan sosial, kemampuan kognitif

sesuai dengan kriteria sampel penelitian. Kriteria sampel penelitian yaitu

pemulung berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, dengan rentang usia mulai

dari 20 tahun sampai dengan usia dewasa akhir/manula. Penulis mengambil data

sebanyak 100 subyek. Namun penulis menyediakan 105 angket dengan tujuan 5

angket digunakan untuk cadangan apabila ada angket yang ternyata rusak. Namun

yang digunakan adalah tetap sebanyak 100 angket. Pengambilan data dilakukan

setiap jam 09.00 sampai dengan selesai. Setelah sampel yang diambil sudah

sesuai dengan kuota yaitu 100 sampel, dengan jumlah pria sebanyak 44 orang dan

wanita 56 orang, maka penulis menyudahi pengambilan data pada tanggal 20 Mei

2017.

Bantar Gebang merupakan pusat tempat tinggal pemulung di Jakarta.

Semua kegiatan rumah tangga dilakukan ditempat ini. Kegiatan memulung dan

mengumpulkan hasilnyapun mereka lakukan ditempat ini sampai dengan

proses pengolahan sampah dan juga proses pengambilan barang yang akan

diberikan kepada penadah.

Pada proses akan dilakukannya pengambilan data, sebelumnya penulis

telah melakukan cek lapangan terlebih dahulu dan mencari informasi mengenai

keadaan lapangan di tempat penulis akan mengambil data. Penulis mendapat

banyak bantuan dari saudara dekat penulis yang kebetulan pernah menjadi

relawan di sekolah daerah Bantar Gebang, sehingga penulis sedikit banyak

mendapat informasi tentang keadaan lapangan tersebut.

Page 28: HUBUNGAN KEBERMAKNAAN HIDUP DENGAN RESILIENSI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13176/1/T1_802013105_Full... · resiliensi individu yaitu dukungan sosial, kemampuan kognitif

Dalam proses mencari subyek yang bersedia untuk menjadi sampel

penelitian, penulis juga kerap kali menerima tolakan dari pemulung yang

diminta oleh penulis untuk mengisi angket. Alasan mereka menolak untuk

menjadi subyek beberapa diantaranya adalah, subyek merasa bahwa nanti

privasinya akan terganggu, mereka merasa malu jika identitasnya diketahui dan

ternyata mereka adalah seorang pemulung, atau sedang tidak ingin diganggu

dan juga menolak karena tidak bisa membaca dan menulis. Namun dalam

proses pengambilan data, banyak hal juga yang dialami penulis dalam meminta

subyek untuk mengisi angket yang telah penulis sediakan. Para partisipan yang

telah bersedia menjadi subyek penelitian, sebagai tanda terimakasih, penulis

memberikan amplop berisikan uang sebagai ucapan terimakasih kepada

mereka. Hal tersebut tidak jarang membuat mereka menjadi lebih baik hati dan

mengajak teman-teman mereka untuk bersedia menjadi partisipan penelitian

ini, sehingga penulis juga sangat terbantu dengan hal itu.

Uji Beda Item dan Reliabilitas Alat Ukur

Pada penelitian ini, penulis melakukan uji beda item dan uji reliabilitas

alat ukur pada angket kebermaknaan hidup dan resiliensi. Berikut ini adalah hasil

dari uji beda item:

1. Uji Beda Item dan Uji Reliabilitas Skala Kebermaknaan Hidup

Uji beda dan uji reliabilitas angket dilakukan dengan menggunakan

SPSS 20.0. Dapat dilihat pada Tabel 1, dari 14 item kebermaknaan hidup ada

Page 29: HUBUNGAN KEBERMAKNAAN HIDUP DENGAN RESILIENSI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13176/1/T1_802013105_Full... · resiliensi individu yaitu dukungan sosial, kemampuan kognitif

6 item yang tidak valid, sehingga ada 8 item yang valid. Enam item yang tidak

valid, yaitu item 6 pada aspek tujuan hidup, 5 pada aspek kepuasan hidup, 8

pada aspek kebebasan memilih, 10 pada aspek gairah hidup dan 13 dan 14

pada item tanggung jawab. Validitas item bergerak dari 0,425 sampai dengan

0,809. Batas item valid > 0,25 (Ghozali, 2006). Selanjutnya nilai alpha

cronbach = 0,823 yang berada pada kategori bagus (Azwar, 2008), artinya

angket kebermaknaan hidup ini reliabel.

Tabel 1

Sebaran item Kebermaknaan Hidup

No. Aspek Sebaran Item Total item

valid F U

1. Tujuan hidup 1, 7 6* 2

2. Kepuasan hidup 3 5* 1

3. Kebebasan memilih 2, 4 8* 2

4. Gairah hidup 9,11 10* 2

5. Tanggung jawab 12,14* 13* 1

TOTAL Item valid 8 0 8 *item tidak valid

2. Uji Beda Item dan Uji Reliabilitas Skala Resiliensi

Uji beda dan uji reliabilitas angket dilakukan dengan menggunakan

SPSS 20.0. Dapat dilihat pada tabel 2, dari 25 item resiliensi ada 5 item yang

tidak valid, sehingga ada 20 item yang valid. 5 item yang tidak valid, yaitu

item 6, 7 pada aspek kompetensi sosial, 2 pada aspek keterampilan

memecahkan masalah, 18 pada aspek autonomi, 24 pada aspek sense of

purpose. Validitas item bergerak dari 0,330 sampai dengan 0,856. Batas item

valid > 0,25 (Ghozali, 2006). Selanjutnya nilai alpha cronbach = 0,914 yang

Page 30: HUBUNGAN KEBERMAKNAAN HIDUP DENGAN RESILIENSI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13176/1/T1_802013105_Full... · resiliensi individu yaitu dukungan sosial, kemampuan kognitif

berada pada kategori sangat bagus (Azwar, 2008). Artinya Angket

kebermaknaan hidup ini reliabel.

Tabel 2

Sebaran item Skala Resiliensi

No. Aspek Sebaran Item Total Item

valid F U

1. Kompetensisosial 1, 7*,4,6* 5 3

2. Keterampilan

memecahkan

permasalahan

3,8,10,11 2*,9 5

3. Autonomi 12,

14,19,21,

22, 23,25

13,16,18* 9

4. Sense of purpose 15,17,20 24* 3

TOTAL ITEM VALID 16 4 20 *item tidak valid

Analisis Deskriptif

Analisa deskriptif dilakukan untuk melihat hasil penelitian berdasarkan rata-

rata (mean), standart deviasi, nilai maksimal dan minimal. Dari hasil penelitian yang

telah dilakukan, maka didapat rata-rata dari masing-masing variabel, sebagai berikut:

a. Kebermaknaan Hidup

Berdasarkan angket kebermaknaan hidup terdapat 8 item valid. Berdasarkan

hasil analisa dari angket kebermaknaan hidup di dapat skor tertinggi adalah 32 dan

skor terendah adalah 8.

Page 31: HUBUNGAN KEBERMAKNAAN HIDUP DENGAN RESILIENSI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13176/1/T1_802013105_Full... · resiliensi individu yaitu dukungan sosial, kemampuan kognitif

Tabel 3

Kebermaknaan Hidup

Skor Kriteria F %

8<x<16 Kurang memaknai

hidup

16<x<24 Bisa memaknai

hidup

44 44%

24<x< 32 Sangat memaknai

hidup

56 56%

Jumlah 100 100%

Min = 20 Max = 32 SD = 2,53509 Mean = 25,76

Dari Tabel 3, diketahui bahwa sebanyak 44 pemulung yang dijadikan

responden bisa memaknai hidup mereka. Sedangkan sebanyak 56 pemulung yang

menjadi responden sangat memaknai hidup mereka meskipun mereka hidup sebagai

pemulung. Skor tertinggi pada kategori sangat memaknai hidup dan skor terendah

berada pada kategori bisa memaknai hidup. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3

di atas.

b. Resiliensi

Berdasarkan angket resiliensi terdapat 20 item valid. Berdasarkan hasil analisa

dari angket kebermaknaan hidup di dapat skor tertinggi adalah 80 dan skor terendah

adalah 20.

Tabel 4

Resiliensi

Skor Kriteria F %

20<x<40 Rendah

40<x<60 Sedang 69 69%

60<x< 80 Tinggi 31 31%

Jumlah 100 100%

Min = 54 Max = 76 SD = 5,47634 Mean = 60,64

Page 32: HUBUNGAN KEBERMAKNAAN HIDUP DENGAN RESILIENSI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13176/1/T1_802013105_Full... · resiliensi individu yaitu dukungan sosial, kemampuan kognitif

Dari Tabel 4 di atas, diketahui bahwa sebanyak 69 pemulung yang dijadikan

responden memiliki tingkat resilensi yang sedang. Sedangkan sebanyak 31 pemulung

yang menjadi responden resilensinya berada pada kategori tinggi. Skor tertinggi pada

kategori tinggi tingkat resiliensinya dan skor terendah berada pada kategori sedang

tingkat resiliensinya. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel di atas.

Hasil Penelitian

1. Uji Asumsi

Sebelum melakukan uji hipotesis dengan menggunakan teknik corellation

Pearson product momment, penulis terlebih dahulu melakukan uji asumsi yang

terdiri dari uji normalitas dan uji linearitas. Tujuan dilakukannya uji normalitas,

dan uji linearitas adalah sebagai salah satu syarat dilakukannya uji korelasi.

Melalui uji normalitas, akan diketahui apakah distribusi variabel tersebut normal

atau tidak.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji one sample-

Kolmogrov Smirnov. Berdasarkan uji normalitas terhadap sampel yang berasal

dari para pemulung di Jakarta, didapat nilai Kolmogrov Smirnov angket

kebermaknaan hidup adalah 2,823 (p = 0,000) dan nilai Kolmogrov Smirnov

angket resiliensi 2,977 (p = 0,000). Syarat data normal adalah p > 0,05. Hal

ini berarti semua data responden tidak berdistribusi normal.

Page 33: HUBUNGAN KEBERMAKNAAN HIDUP DENGAN RESILIENSI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13176/1/T1_802013105_Full... · resiliensi individu yaitu dukungan sosial, kemampuan kognitif

b. Uji Linearitas

Uji linearitas dilakukan untuk melihat data linear atau tidak. Uji

linearitas dilakukan dengan melihat nilai F. Nilai (F = 5,372) dan p > 0,05

sehingga uji linearitas tidak terpenuhi.

Tabel 5

Table df

Sum of

Squares

df Mean

Square

F Sig.

Skala_2 * Skala_1

Between Groups

(Combined) 1535,060 8 191,882 12,177 ,000

Linearity 942,464 1 942,464 59,809 ,000

Deviation

from Linearity 592,596 7 84,657 5,372 ,000

Within Groups 1433,980 91 15,758

Total 2969,040 99

2. Uji Analisis Korelasi

Uji korelasi yang digunakan adalah uji korelasi spearman rho. Hal ini

dilakukan karena uji syarat normalitas tidak terpenuhi. Dari output SPSS terlihat

bahwa nilai rho = 0,610 (p <0,05). Melihat hasil perhitungan tersebut H0 ditolak

dan Hi diterima. Ini berarti disimpulkan bahwa ada hubungan yang positif dan

cukup kuat antara kebermaknaan hidup dengan resiliensi pada Pemulung yang

tinggal di Jakarta.

Tabel 6

Measures of Association

R R Squared Eta Eta Squared

Skala_2 * Skala_1 ,563 ,317 ,719 ,517

Page 34: HUBUNGAN KEBERMAKNAAN HIDUP DENGAN RESILIENSI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13176/1/T1_802013105_Full... · resiliensi individu yaitu dukungan sosial, kemampuan kognitif

Dapat dilihat dari Tabel 6 di atas, di dapat nilai r2 = 0,3721. Hal ini berarti

variasi dari resiliensi dapat dijelaskan oleh variasi kebermaknaan hidup 37,21%, dan

sisanya adalah variabel diluar resiliensi.

Page 35: HUBUNGAN KEBERMAKNAAN HIDUP DENGAN RESILIENSI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13176/1/T1_802013105_Full... · resiliensi individu yaitu dukungan sosial, kemampuan kognitif

PEMBAHASAN

Dengan menggunakan teknik korelasi spearman rho yang dianalisa melalui

SPSS diperoleh uji korelasi sebesar 0,610 (p < 0.05). Berdasarkan uji korelasi

tersebut maka diketahui kedua variabel yaitu: kebermaknaan hidup dengan resiliensi

pada pemulung yang tinggal di Jakarta berhubungan cukup kuat. Hubungan korelasi

antara kedua variabel berkorelasi secara positif. Berkorelasi positif artinya jika nilai

kebermaknaan hidup pemulung tersebut tinggi, maka resiliensinya juga tinggi, begitu

juga sebaliknya. Korelasi ini berada pada kategori level hubungan korelasi yang kuat

(Azwar, 2008). Dengan demikian ada hubungan yang signifikan dan positif yang kuat

antara variabel kebermaknaan hidup dengan resiliensi pada pemulung. Selain itu hal

ini dapat dilihat dari nilai r tabel. Cara mencari r tabel dengan df = N – 2 = 100 – 2 =

98. Di dapat nilai r tabel = 0,197. Syarat H1 diterima adalah bila nilai r hitung > r

tabel. Jadi terbukti bahwa ada hubungan yang signifikan dan positif yang kuat antara

variabel kebermaknaan hidup dengan resiliensi pada pemulung.

Hasil temuan ini senada dengan beberapa penelitian sebelumnya, yaitu

penelitian yang dilakukan oleh (Setyowati, 2010) hasilnya adalah adanya pengaruh

positif antara kecerdasan emosional dengan resiliensi pada siswa penghuni rumah

damai. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Fariborz Bagheri (2015), hasilnya

adalah menunjukan adanya hubungan langsung diantara kedua variable tersebut.

Sementara berdasarkan penelitian Nugroho (2016) maka diketahui bahwa resiliensi

memberikan kontribusi kepada kebermaknaan hidup mahasiswa yang mengalami

kelebihan berat badan.

Page 36: HUBUNGAN KEBERMAKNAAN HIDUP DENGAN RESILIENSI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13176/1/T1_802013105_Full... · resiliensi individu yaitu dukungan sosial, kemampuan kognitif

Berdasarkan hasil perhitungan korelasi spearman rho, maka diperoleh nilai

sumbangan variabel Resiliensi terhadap kebermaknaan hidup sebesar (R² = (0,610)² =

0,3721) 37, 21%. Sedangkan sisanya sebesar 62,79% di pengaruhi oleh variabel

lainnya tidak diteliti dalam penelitian ini.

Beberapa faktor yang mungkin memengaruhi hasil penelitian ini yaitu: faktor

pembentuk resiliensi yang berupa kekuatan individu (dalam diri pribadi) (Grothberg,

1995). Kekuatan inividu ini cenderung dipengaruhi oleh bagaimana individu tersebut

dapat bertahan di tengah situasi yang tidak mengenakan. Mungkin individu tersebut

dapat bertahan karena dukungan keluarga, desakan ekonomi dan perasaan dapat

menerima diri sendiri apa adanya. Mereka cenderung memiliki kepercayaan yang

tinggi terhadap diri sendiri.

Faktor lain yang mungkin memengaruhi adalah kemampuan individu dalam

berteman dengan orang-orang disekitar mereka. Kemampuan ini cenderung

membentuk individu untuk dapat memaknai hidup ini.

Selanjutnya ada beberapa faktor yang tidak teliti namun dapat memengaruhi

seorang individu dalam memaknai hidupnya. Seperti misalnya tingkat religiusitas

individu tersebut. Semakin dekat orang tersebut dengan Tuhan, cenderung bisa

memaknai hidupnya. Selain itu faktor pasrah dalam menjalani hidup dan menerima

diri apa adanya juga dapat memengaruhi individu dalam memaknai hidupnya.

Jika dilihat dari rerata (mean) pada data deskriptif variabel kebermaknaan hidup

maka terlihat jelas bahwa rata-rata berada pada kategori sangat memaknai hidup.

Begitu juga pada variabel resiliensi, mean berada pada kategori tinggi. Jadi dapat

Page 37: HUBUNGAN KEBERMAKNAAN HIDUP DENGAN RESILIENSI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13176/1/T1_802013105_Full... · resiliensi individu yaitu dukungan sosial, kemampuan kognitif

disimpulkan bahwa ada hubungan yang positif antara kebermakanaan hidup yang

tinggi dengan resiliensi.

Page 38: HUBUNGAN KEBERMAKNAAN HIDUP DENGAN RESILIENSI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13176/1/T1_802013105_Full... · resiliensi individu yaitu dukungan sosial, kemampuan kognitif

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian yang telah disampaikan, maka dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Bahwa ada hubungan positif yang cukup kuat antara kebermakanaan hidup

dengan resiliensi pada pemulung di Jakarta.

2. Tinggi rendahnya variabel resiliensi dapat dijelaskan oleh variabel

kebermaknaan hidup. Namun tidak sepenuhnya tinggi rendahnya variabel

resiliensi dapat dijekaskan oleh variabel kebermaknaan hidup. Hal ini

dapat dilihat dari nilai korelasi keduanya yang tidak bernilai 1.

3. Rata-rata responden memiliki kebermaknaan hidup dalam kategori sangat

memaknai hidup. Sedangkan pada resiliensi rata-rata responden masuk ke

dalam kategori resiliensi yang sedang. Sehingga dapat disimpulkan pula

bahwa pandangan orang mengenai pemulung yang selama ini negative

atau tidak memiliki makna hidup yang baik dapat dikatakan tidak benar.

SARAN

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata pemulung memiliki tingkat

resiliensi hidup yang tinggi. Selain itu, dari hasil perhitungan korelasi antara resiliensi

hidup menunjukkan adanya hubungan yang cukup kuat dengan tingkat

kebermakanaan hidup mereka. Adanya hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa

meskipun di kota besar dan harus survive, namun kehidupan para pemulung itu masih

saling tolong menolong, setia kawan, dan memiliki relasi sosial yang baik satu dengan

Page 39: HUBUNGAN KEBERMAKNAAN HIDUP DENGAN RESILIENSI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13176/1/T1_802013105_Full... · resiliensi individu yaitu dukungan sosial, kemampuan kognitif

yang lainnya. Dengan begitu juga dengan anak-anak yang berada dilingkungan

tersebut, agar mereka dapat melihat dan belajar kepada orangtuanya bagaimana dapat

memaknai hidupnya dengan baik. Tidak lepas didukung dengan pendidikan dan

adaptasi yang baik, sehingga anak-anak tersebut dapat menghargai pekerjaan

orangtuanya sebagai pemulung. Selain itu, sebagian warga Jakarta juga sudah

menghargai dan mulai untuk mengubah pandangannya mengenai pemulung yang

semula negatif menjadi positif. Baik dengan cara memberikan dukungan secara moral

dan juga memberikan suasana yang kondusif.

Bagi peneliti selanjutnya yang berminat untuk melakukan penelitian yang

serupa, dapat mengembangkan penelitian ini dengan mencari faktor-faktor apa saja

yang turut mempengaruhi hubungan antara kebermaknaan hidup dengan resiliensi.

Peneliti selanjutnya diharapkan dapat pula mengembangkan sampel penelitian tidak

hanya terbatas pada pemulung, namun dapat dibedakan berdasakan jenis kelamin dan

usianya, faktor-faktor apa saja yang memiliki pengaruh terhadap kebermaknaan

hidup. Mengingat kebermaknaan hidup dan resiliensi perlu dimiliki oleh semua orang

baik tua maupun muda.

Page 40: HUBUNGAN KEBERMAKNAAN HIDUP DENGAN RESILIENSI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13176/1/T1_802013105_Full... · resiliensi individu yaitu dukungan sosial, kemampuan kognitif

DAFTAR PUSTAKA

Ancok, D. (2006). Logoterapi: Terapi psikologi melalui pemaknaan eksistensi.

Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Arikunto, S (2002). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta: PT

Rineka Cipta.

Azwar, S. (2002). Penysusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, S. (2003). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta; Pustaka Pelajar.

Bastaman, H. D. (2007). Logoterapi psikologi untuk menemukan makna hidup dan

meraih hidup bermakna. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Bernard, B. (2004). Resiliency: What we have learned. San Fransisco: WestEd.

Debats, L. D., Drost dan Hansen, P. (1995). Experiences of meaning in life: a

combined qualitative and quantitative approach. British. Journal of

Psychology, 86, 102-106.

Desmita. (2010). Psikologi perkembangan peserta didik. Bandung: Rosdakarya.

Fariborz, B. (2015). Association of resilience with emotional intelegence in nursing

work place. Indian Journal of Fundamental and Applied Life Sciences. 5,

369-373.

Frankl, F. E. (2003). Logoterapi; terapi psikologi melalui pemahaman eksistensi.

Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Frankl, F. E. (2004). Man’s search for meaning mencari makna hidup hakekat

kehidupan makna cinta makna penderitaan. Bandung: Yayasan Nuansa

Cendikia.

Ghozali, I. (2006). Aplikasi analisis multivarite dengan SPSS, (Cetakan Keempat).

Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Grothberg, E. (1995). A guide to promoting resilience in children: strengthening the

human spirit. The series early childhood development: practice and

reflections. Number 8. The Hague : Benard van Leer Voundation.

Hadi, S. (1994). Statistik dalam basic (Jilid IV). Yogyakarta: Andi Offset. S

Holaday, Morgot. (1997). Resilience and Severe Burns. Journal of Counseling and

Development, 75, 346-357.

Page 41: HUBUNGAN KEBERMAKNAAN HIDUP DENGAN RESILIENSI …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13176/1/T1_802013105_Full... · resiliensi individu yaitu dukungan sosial, kemampuan kognitif

Kalil, A. (2003). Family resilience and good child outcomes: a review of the

literature. (http://www.msd.govt.nz/ documents/about-msd-and-our-work/

publications-resources/archive/2003-family-resilience-good-child-

outcomes.pdf). Diakses 12September 2016.

Koeswara, E. (2000). Logoterapi, psikoterapi Viktor Frankl. Yogyakarta: Kanisius.

Metz T. (2002). Recent work on the meaning of life.

Nugroho, I. P. (2016). Resilience role as mediator between depression and taste

meaningfulness of life students that have obesity. Seminar ASEAN 2nd

PSYCHOLOGY & HUMANITY. Malang: Universitas Muhamadyah Malang.

Purnomo, D. (2012). Pengantar statistik. Salatiga: Widya Sari Press.

Reivich, K & Shatte, A. (2002). The resilience factor: 7 essential skills for

overcoming life’s inevitable obstacles. New York: Broadway Books.

Setyowati. (2010). Hubungan antara kecerdasan emosional dengan resiliensi pada

siswa penghuni rumah damai. Jurnal Psikologi UNDIP. 7.

Yuniardi, M. S. (2009). Analisis potensi resiliensi korban lumpur panas lapindo:

tinjauan pada tiap tahap perkembangan. Jurnal Psikologia. 4. (2).

Wangnid, G.M. & Young, H.M. (2010). Discovering Your Recilence Core.

(http://www.resiliencescale.com/papers/pdfs/Discovering_Your_Resilience_

Core.pdf). Diakses 25 Agustus 2016.