hubungan harga diri mahasiswa dengan...
TRANSCRIPT
-
HUBUNGAN HARGA DIRI MAHASISWA DENGAN KEMAMPUAN
AKTUALISASI DIRI DALAM PROSES BELAJAR METODE SEVEN
JUMP DI PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UIN SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Oleh :
RAHMA FITRA
NIM : 1111104000032
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015 M/1436 H
-
ii
-
iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama Lengkap : Rahma Fitra
Tempat, Tanggal lahir : Batusangkar, 3 Februari 1993
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat : Jorong Kumango Selatan, Kec.Sungai Tarab,
Kab.Tanah Datar, Sumatera Barat.
Telepon : 085778382179/ 081283052315
E-mail : [email protected]
RIWAYAT PENDIDIKAN :
1. 1998-1999 : TK AISIYAH Sungai Tarab, Kab.Tanah Datar.
2. 1999- 2005 : SDN 07 Sungai Tarab, Kab. TanahDatar.
3. 2005-2008 : MTsN Pasir Lawas
4. 2008-2011 : MAN 2 Batusangkar
5. 2011-2015 : S1 Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
PENGALAMAN ORGANISASI :
1. Ketua Osis MtsN Pasir Lawas (2007- 2008)
2. Sekretaris PIK-KRR MAN 2 Batusangkar (2008 -2009)
3. Ketua Divisi Humas dan Jurnalistik MAN 2 Batusangkar (2009-2010)
4. Staf Divisi Kesejahteran Sosial BEMJ Ilmu Keperawatan (2011-2012)
5. Staf Divisi Perekonomian BEMJ Ilmu Keperawatan (2012-2014)
mailto:[email protected]
-
iv
SCHOOL OF NURSING
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE
STATE ISLAMIC UNIVERSITY SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Undergraduate Thesis, July 2015
Rahma Fitra, NIM : 1111104000032
Relathionship Student Self-Esteem With Ability Self-Actualization in
Learning Process Seven Jump Methods at State Islamic University Syarif
Hidayatullah Jakarta
Xviii + 72 pages + 8 tables + 1 charts + 12 attachments
ABSTRACT
The learning process is a matter that can not be separated from the
academic life of the student, where the student is required to develop all the
potential and talents as a form of self-actualization, but still found the students are
passive. The purpose of this study was to determine the relationship of self-esteem
of students with the ability to self-actualization in the process of learning methods
seven jump in Nursing Science State Islamic University Syarif Hidayatullah
Jakarta. The study used quantitative analytical design correlative study with cross-
sectional study (=0.05). Respondents amounted to 103 people were taken using
total sampling technique. The instrument used was a questionnaire, a
questionnaire that is self-esteem (Rosenberg Self-esteem) and questionnaires for
self-actualization (Peak Experiences Self-Actualization). Analysis of data using
univariate and bivariate analysis (Spearman Rank Correlation test). The result
showed a range of self-esteem score of 11-29, while for self-actualization below
Averege self-actualization (28.2%), approachingself-actualization (25.2%),
moderate self-actualization (28.2%), and high self-actualization (18.4% ). There is
a strong relationship between self-esteem of students with the ability to self-
actualization in the process of learning methods seven jump in Nursing Science
State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta (p=0,000, r= +0,633). The
results of this study indicate that methode seven jump is able to influence the
students to hone their self-esteem and self-actualization.
Keywords: Self-esteem, self-actualization, learning methods of seven jump
Reference: 55 (years 2003-2015)
-
v
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi, Juli 2015
Rahma Fitra, NIM : 1111104000032
Hubungan Harga Diri Mahasiswa dengan Kemampuan Aktualisasi Diri
dalam Proses Belajar Metode Seven Jump di Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
xiiiv + 72 halaman + 8 tabel + 1 bagan + 12 lampiran
ABSTRAK
Proses belajar merupakan suatu hal yang tidak bisa dipisahkan dari
kehidupan akademik mahasiswa, dimana mahasiswa dituntut untuk mampu
mengembangkan segala potensi dan bakat yang dimiliki sebagai bentuk
aktualisasi diri, namun masih ditemukan mahasiswa yang pasif. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan harga diri mahasiswa dengan
kemampuan aktualisasi diri dalam proses belajar metode seven jump di Program
Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian menggunakan desain correlative study dengan pendekatan cross-
sectional study (=0,05). Responden berjumlah 103 orang yang diambil
menggunakan teknik total sampling. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner,
yaitu kuesioner harga diri (Rosenberg Self-esteem) dengan 10 item pernyataan dan
kuesioner aktualisasi diri (Peak ExperiencesSelf-Actualization) dengan 28 item
pernyataan. Analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat (uji
Korelasi Spearman Rank). Hasil penelitian didapatkan nilai mean harga diri
19.89, standar deviasi 3,346 dan rentang nilai skor harga diri 11-29. Sedangkan
untuk aktualisasi diri didapatkan aktualisasi diri rendah (28.2%), mendekati
aktualisasi diri (25,2%), aktualisasi diri sedang (28.2%), dan aktualisasi diri tinggi
(18.4%). Ada hubungan yang kuat antara harga diri mahasiswa dengan
kemampuan aktualisasi diri dalam proses belajar metode seven jump di Program
Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (p
=0,000, r= +0.633). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode seven jump
mampu mempengaruhi harga diri mahasiswa untuk mengasah dan mencapai
aktualisasi diri mahasiswa.
Kata kunci : Harga diri, Aktualisasi diri, proses belajar metode seven jump
Referensi : 55 (Tahun 2003-2015)
-
vi
-
vii
-
viii
-
ix
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum. Wr. Wb
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dankarunia-Nya serta shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Hubungan Harga
Diri Mahasiswa dengan Kemampuan Aktualisasi Diri dalam Proses Belajar
Metode Seven Jump di Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana
keperawatan pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
memberi bantuan baik moril maupan materil, yang selalu memberikan semangat
dan untaian doa untuk kelancaran skripsi penulis. Penulis menyadari tidak akan
mampu membalas jasa-jasa tersebut, semoga Allah azza wa jalla memberikan
balasan yang dapat mengantarkan kesyurgaNya. Terkhusus kepada :
1. Bapak Dr.H.Arif Sumantri, SKM, M.Kes, selaku dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Maulina Handayani, S.Kp, M.Sc,selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
-
x
3. Ibu Ns. Eni Nuraini Agustini, S.Kep, M.Sc, selaku dosen pembimbing
pertama dan yang senantiasa memberikan waktu dan bimbingannya
selama penyusunan skripsi ini.
4. Ibu Ratna Pelawati, Skp, M.Biomed, selaku dosen pembimbing kedua
yang senantiasa memberikan waktu dan bimbingannya selama
penyusunan skripsi ini.
5. Ibu Ns. Nia damiati, S.kep, M.Sc, selaku dosen pembimbing
akademik, terima kasih sebesar-besarnya untuk beliau yang telah
membimbing, dan memberi motivasi selama empat tahun duduk di
bangku kuliah.
6. Segenap Staf Pengajar dan karyawan di lingkungan Program Studi
Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan ilmunya kepada saya selama duduk di bangku kuliah.
7. Mahasiswa Program Studi Imu Keperawatan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan kesempatan pada
peneliti untuk melakukan penelitian, terkhususnya angkatan 2012,
2013, dan 2014.
8. Orang tuaku, Ayahanda Abdurrahim dan Ibunda Elvi Deswita, S.pd
yang telah mendidik, mencurahkan semua kasih sayang tiada tara,
mendoakan keberhasilan penulis, serta memberikan bantuan baik
moril maupun materil kepada penulis selama proses menyelesaikan
skripsi ini.
-
xi
9. Teruntuk kakanda Fakhry Rahim yang selalu memberikan semangat,
kembaranku Rahmi Fitri teman seiring seperjuangan sejak dalam
kandungan, terima kasih atas semangat yang selalu engkau tularkan
padaku, dan adikku tersayang Zilva Hayati adik kebangganku, serta
seluruh keluargaku yang selalu memberikan semangat tanpa pamrih.
10. Teruntuk Alm.Kakekku tercinta Samsyuar Marahat, terima kasih atas
nasehat, motivasi, dan pengalaman yang mengesankan bersamamu,
hingga penulis memilih untuk mendalami Ilmu Keperawatan ini.
11. Teman-teman seangkatanku PSIK 2011 tanpa terkecuali yang telah
membantu, memotivasi untuk sama-sama berjuang dalam mencapai
cita-cita
12. Sahabat-sahabati dalam naungan IKMM Ciputat (Ikatan Keluarga
Mahasiswa Minang) dan IKAMANDA Ciputat (Ikatan Keluarga MAN
2 Batusangkar) sebagai keluarga yang telahmemberikan semangat,
inspirasi dan pengalaman yang tak ternilai harganya.
Pada akhirnya penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini
masih jauh dari sempurna, namun penulis harapkan semoga tulisan ini
dapat bermanfaat bagi yang memerlukannya.
Teriring doa Jazakumullah Khairan Katsiran Wa Jazakumullah
Achsanal Jaza.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Jakarta, Juli 2015
Rahma Fitra
-
xii
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
LEMBAR PERNYATAAN....................................................................... ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP................................................................. iii
ABSTRACT............................................................................................... iv
ABSTRAK.................................................................................................. v
PERNYATAAN PERSETUJUAN........................................................... vi
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................... vii
KATA PENGANTAR ............................................................................... ix
DAFTAR ISI ............................................................................................. xii
DAFTAR TABEL...................................................................................... xv
DAFTAR BAGAN.............................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. xvii
DAFTAR SINGKATAN........................................................................... xviii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 6
1.3 Pertanyaan Penelitian ............................................................... 7
1.4 Tujuan Penelitian ..................................................................... 7
1.5 Manfaat Penelitan .................................................................... 8
1.6 Ruang Lingkup ........................................................................ 9
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Harga Diri
2.1.1 Pengertian harga diri....................................................... 10
2.1.2 Aspek-aspek harga diri................................................... 11
2.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi harga diri........ ......... 11
2.2.4 Karakteristik individu berdasarkan tingkatan harga diri. 13
2.1.5 Pengukuran harga diri ................................................... 14
2.2 Aktualisasi Diri
2.2.1 Pengertian aktualisasi diri ............................................... 15
2.2.2 Teori Abraham Maslow tentang aktualisasi diri ............. 16
-
xiii
2.2.3 Faktor penghambat dalam beraktualisasi diri ................. 18
2.2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi aktualisasi diri ......... 19
2.2.5 Karakteristik seseorang mencapai aktualisasi diri .......... 19
2.2.6 Pengukuran aktualisasi diri ............................................. 24
2.3 Metode pembelajaran problem base learning(PBL) ................ 25
2.4 Metode belajar seven jump
2.4.1 Pengertian metode belajar seven jump............................ 26
2.4.2 langkah-langkah metode belajar seven jump .................. 27
2.5 Kurikulum Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Jakarta..... 31
2.6 Kerangka teori .......................................................................... 32
BAB III KERANGKA KONSEP & DEFENISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka konsep ..................................................................... 34
3.2 Defenisi operasional ................................................................ 34
3.3 Hipotesa .................................................................................. 37
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain penelitian ..................................................................... 38
4.2 Lokasi dan waktu penelitian ................................................... 39
4.3 Instrumen penelitian ............................................................... 39
4.4 Populasi .................................................................................. 41
4.5 Sampel ................................................................................... 42
4.6 Pengumpulan data .................................................................. 43
4.7 Uji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian ................ 44
4.8 Pengolahan data ..................................................................... 46
4.9 Teknik analisa data ................................................................ 48
4.10 Penyajian data ...................................................................... 49
4.11 Etika penelitian ..................................................................... 50
BAB V HASIL PENELITIAN
5.1 Gambaran umum tempat penelitian..................................... 51
5.2 Karakteristik Responden .................................................... 52
5.3 Hasil Uji Normalitas........................................................... 53
5.4 Hasil Analisa Univariat...................................................... 54
-
xiv
5.4.1 Gambaran Karakteristik Harga Diri Mahasiswa Program
Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta........................................................... 54
5.4.2 Gambaran Kemampuan Aktualisasi Diri Mahasiswa
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.................................................. 56
5.5 Hasil Analisa Bivariat........................................................... 59
5.5.1 Hubungan Harga Diri Mahasiwa dengan Kemampuan
Aktualisasi Diri dalam Proses Belajar Metode Seven Jump
di PSIKUIN Syarif Hidayatullah Jakarta............................. 59
BAB VIPEMBAHASAN
6.1 Analisis Univariat
6.1.1 Karakteristik Harga Diri Mahasiswa dalam ProsesBelajar
Metode Seven Jump di Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.............................................................................. 62
6.1.2 Kemampuan Aktualisasi Diri Mahasiswa dalam Proses
Belajar Metode Seven Jump di Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta................................................................................ 65
6.2 Analisis Bivariat
6.2.1 Hubungan Harga Diri Mahasiswa dengan Kemampuan
Aktualisasi Diri dalam Proses Belajar............................... 69
6.3 Keterbatasan Penelitian................................................................ 72
BAB VIIKESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan................................................................................. 73
7.2 Saran............................................................................................ 74
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
-
xv
DAFTAR TABEL
halaman
Tabel 5.1: Distribusi frekuensi responden mahasiswa keperawatan
berdasarkan angkatan............................................................... 51
Tabel 5.2:Hasil Uji Normalitas Data......................................................... 52
Tabel 5.3: Distribusi Skor Karakteristik Harga Diri Mahasiswa Program
Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta dalam Proses Belajar Metode Seven
Jump......................................................................................... 53
Tabel 5.4: Persentase Jawaban Item Pertanyaan Harga Diri Responden.. 54
Tabel 5.5: Distribusi frekuensi responden berdasarkan kemampuan
Aktualisasi diri mahasiswa PSIK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta....................................................................................... 55
Tabel 5.6: Distribusi Frekuensi Aktualisasi Diri Berdasarkan Angkatan
di PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.................................. 56
Tabel 5.7: Persentase Jawaban Item Pertanyaan Harga Diri....................... 57
Tabel 5.8: Hubungan Harga Diri Mahasiwa dengan Kemampuan
Aktualisasi Diri dalam ProsesBelajar Metode Seven Jump
di PSIK UIN Jakarta................................................................. 59
-
xvi
DAFTAR BAGAN
halaman
Bagan 2.1: Kerangka teori penelitian modifikasi teori motivasi Maslow... 32
-
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Izin Penelitian
Lampiran 2 : Penjelasan Penelitian untuk Responden
Lampiran 3 : Lembar Persetujuan menjadi Responden
Lampiran 4 : Kuesioner Harga Diri
Lampiran 5 : Kuesioner Aktualisasi Diri
Lampiran 6 : Jawaban responden pada item pernyataan Harga Diri
Lampiran 7 : Jawaban responden pada item pernyataan Aktualisasi Diri
Lampiran 8 : Hasil Uji Analisis Uji Validitas dan Reliabilitas Harga Diri
Lampiran 9 : Hasil Uji Analisis Uji Validitas dan Reliabilitas Aktualisasi Diri
Lampiran 10 : Hasil Uji Normalitas
Lampiran 11 : Hasil Uji Analisis Univariat
Lampiran 12 : Hasil Uji Analisis Bivariat
-
xviii
DAFTAR SINGKATAN
AIPNI : Asosiasi Institusi Pendidikan Ners Indonesia
PBL : Problem Base Learning
PESAI : Peak Experiance Self-Aktualization Inventory
PSIK : Program Studi Ilmu Keperawatan
RSE : Rosenberg Self-Esteem
SAI : Self- Actualization Inventory
SCL : Student Center Learning
SMA : Sekolah Menengah Atas
UIN : Universitas Islam Negeri
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Program Studi S1 Ilmu Keperawatan di Indonesia pada tahun 2008
mulai menerapkan kurikulum berbasis kompetensi sesuai dengan surat
keputusan No. 04/SK/AIPNI/IX/2008 tentang pemberlakuan kurikulum
berbasis kompetensi pendidikan sarjana keperawatan. Kurikulum berbasis
kompetensi ini adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi, dan bahan belajar, serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
keperawatan (AIPNI, 2010).
Terdapat berbagai macam metode pembelajaran untuk kurikulum
berbasis kompetensi, salah satunya adalah problem based learning (PBL).
PBL adalah metode belajar dengan memanfaatkan masalah dan
mengharuskan mahasiswa untuk melakukan pencarian atau penggalian
informasi untuk dapat memecahkan masalah tersebut (Ditjen Dikti
Kemdikbud, 2011). Hal ini sejalan dengan pendapat Nursalam (2008)
mengatakan bahwa problem base learning merupakan metode belajar yang
menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan
mengintegrasikan pengetahuan baru yang berfokus pada keaktifan peserta
didik dalam kegiatan pembelajaran, dimana peserta didik tidak lagi
diberikan materi belajar secara satu arah seperti pada metode konvensional,
tetapi peserta didik diharapkan mampu mengembangkan pengetahuan
-
2
mereka secara mandiri ketika diberikan suatu permasalahan dan aktif
mencari informasi yang dibutuhkan dari berbagai sumber.
Problem based learning ini telah diterapkan pada beberapa
perguruan tinggi didunia, salah satunya yaitu berhasil digunakan di Fakultas
Ilmu Kesehatan Maastrict University di Belanda pada bulan Maret 2005. Di
Indonesia sendiri problem based learning juga sudah diterapkan pada
Institusi Perguruan Tinggi Keperawatan, salah satunya yaitu Program Studi
Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
pada September 2012 (Pedoman Akademik UIN Jakarta, 2014).
Problem based learning menggunakan prinsip student-centered
learning (SCL). SCL adalah metode pembelajaran berpusat pada peserta
didik yang menuntut mahasiswa agar lebih aktif dan kreatif dalam proses
belajar. Salah satu metode yang menggunakan prinsip student-centered
learning yaitu metode seven jump, seven jump merupakan diskusi kelompok
kecil yang menggunakan tujuh langkah untuk memecahkan masalah. Tahap-
tahap seven jump yaitu: tahap pertama: mengklaifikasi istilah asing, tahap
kedua: defenisi masalah, tahap ketiga: curah pendapat, tahap keempat:
menganalisis masalah, tahap kelima: merumuskan masalah, tahap keenam:
belajar mandiri, dan tahap ketujuh: pelaporan (Achmadi 2007 dalam Arlan,
2012).
Salah satu permasalahan yang dihadapi mahasiswa dalam proses
pembelajaran metode seven jump ini adalah adanya mahasiswa yang
dominan dan pasif dalam berdiskusi. Menurut Nursalam (2008) mahasiswa
yang mendominasi yaitu mahasiswa yang mampu mengemukakan pendapat-
-
3
pendapatnya dan mengembangkan potensinya, sedangkan mahasiswa yang
pasif yaitu mahasiswa yang tidak mampu mengemukakan pendapatnya. Hal
ini sejalan dengan penelitian Emerald et al. (2013) menyatakan bahwa
kekurangan dari metode problem based learning yaitu sebagian mahasiswa
mendominasi sementara yang lain pasif dalam berdiskusi dan memakan waktu,
sedangkan keuntungan dari metode problem based learning yaitu memotivasi
mahasiswa untuk belajar mandiri, meningkatkan penemuan masalah
pembelajaran, meningkatkan keahlian berpikir kritis, meningkatkan keahlian
berkomunikasi, dan meningkatkan dalam memperoleh informasi baru.
Dalam pelaksanaan metode belajar seven jump di akademik mahasiswa
hendaknya pandai beragumentasi, sehingga membentuk aktualisasi diri pada
mahasiswa. Menurut Harsono (2005) menjelaskan bahwa mahasiswa dituntut
untuk beragumentasi dan menyampaikan pendapat sebagai bentuk aktualisasi
diri dalam proses belajar. Aktualisasi diri adalah cara mengembangkan potensi
diri dari hal yang bisa kita lakukan atau kerjakan. Menjalankan aktualisasi diri
sama dengan mengembangkan kemampuan tanpa batas, sifat dasar manusia
adalah mencapai aktualisasi diri atau mencapai perbaikan diri dan perubahan
yang konstruktif. Manusia lahir memiliki kecenderungan alamiah untuk
mencapai aktualisasi diri, orang yang dapat mengaktualisasikan dirinya dapat
meraih kebahagian dan merasa puas dibandikan orang yang tidak mengalami
aktualisasi diri (Rogers 1965 dalam Videbeck , 2008).
-
4
Mengasah kemampuan aktualisasi diri dalam metode belajar seven
jump dapat dicapai dengan mengembangkan kemampuan yang dimiliki saat
memecahkan masalah, yaitu mampu menyampaikan pendapat, menganalisis
masalah secara kritis dan mendalam, kreatif, dan mampu mengambil keputusan
tanpa dipengaruhi orang lain dan bertanggung jawab atas segala keputusan
yang diambilnya (Pajouhandeh, 2013).
Menurut Dewi (2007) ciri-ciri positif orang yang teraktualisasi dirinya
antara lain: jujur, terbuka, menjadi dirinya sendiri, mampu mengekspresikan
pendapat berdasarkan pikiran dan emosi-emosi yang sebenarnya tanpa
dipengaruhi orang lain. Mahasiswa dalam menyampaikan pendapat masih
ditemukan pasif dalam berdiskusi, salah satu yang menyebabkan mahasiswa
pasif dalam berdiskusi adalah kurangnya rasa percaya diri. Perasaan kurang
percaya diri ini karena takut terhadap pendengar, yaitu takut ditertawakan, takut
bahwa apa yang akan disampaikan tidak pantas untuk dikemukakan (Osborne
1992 dalam Wahyuni, 2014).
Robbinson (1995 dalam Nasimah, 2009) mengatakan bahwa
kepercayaan diri berhubungan dengan harga diri seseorang, seseorang yang
memiliki kepercayaan diri yang baik akan memiliki harga diri yang baik pula.
Harga diri adalah penilaian individu terhadap dirinya sendiri secara rendah atau
tinggi, penilaian tersebut terlihat dari penghargaan mereka terhadap keberadaan
dan keberartian dirinya. Penilaian tinggi terhadap diri sendiri adalah penilaian
terhadap kondisi diri, menghargai kelebihan dan potensi diri, serta menerima
kekurangan yang ada, sedangkan yang dimaksud dengan penilaian rendah
-
5
terhadap diri sendiri adalah penilaian tidak suka atau tidak puas dengan kondisi
diri sendiri, tidak menghargai kelebihan diri dengan melihat diri sebagai sesuatu
yang selalu kurang (Rosenberg 1965 dalam Arif, 2010).
Hasil studi pendahuluan melalui penyebaran angket sebanyak 10
pertanyaan yang dilakukan pada tanggal 2 Desember 2014 pada 20 mahasiswa
Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Jakarta tentang harga diri dan
kemampuan aktualisasi diri dalam proses belajar dengan metode seven jump
sebagai berikut: (i) 7 mahasiswa merasa tidak berguna saat memecahkan
masalah karena tidak mendapatkan ide-ide kreatif dalam proses belajar. (ii) 12
mahasiswa tidak mampu mengaktualisasikan dirinya karena tidak percaya diri
dalam menyampaikan pendapatnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Harisanto (2010) tentang hubungan
antara self confidence dengan aktualisasi diri siswa MAN 1 Malang hasil
penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara self
confidence dengan aktualisasi diri pada siswa MAN 1 malang dengan nilai
signifikansi sebesar 0,001 ( P< 0,05). Kemudian penelitian yang dilakukan oleh
Ginting (2011) dengan diperoleh nilai p sebesar 0,00 (p
-
6
Penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya, peneliti belum
menemukan penelitian terkait hubungan antara harga diri mahasiswa dengan
kemampuan aktualisasi diri dalam proses belajar metode seven jump. Peneliti
juga berpikir bahwa harga diri dan kemampuan aktualisasi diri penting untuk
diteliti, sehingga peneliti ingin mengkaji lebih mendalam mengenai Hubungan
harga diri mahasiswa dengan kemampuan aktualisasi diri dalam proses belajar
metode seven jump di Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Jakarta.
1.2 Rumusan Masalah
Beberapa kekurangan dari metode belajar problem base learning yaitu
terdapatnya mahasiswa yang dominan dan pasif dalam berdiskusi, pasif dalam
berdiskusi artinya tidak mampu menyampaikan pendapat. Menyampaikan
pendapat merupakan salah satu bentuk aktualisasi diri dalam proses belajar,
aktualisasi diri adalah mengembangkan potensi yang dimiliki tanpa batas.
Pasifnya seseorang dalam berdiskusi disebakan karena kurangnya rasa
percaya diri mahasiswa terhadap kemampuan dirinya, padahal untuk mencapai
aktualisasi diri seseorang harus memiliki kepercayaan diri yang baik.
Kepercayaan diriberhubungan erat dengan harga diri seperti yang sudah
dijelaskan dilatar belakang, sehingga harga diri juga akan menentukan
pencapaian kemampuan aktualisasi diri dalam proses belajar menggunakan
metode seven jump.
Hasil studi pendahuluan tentang kemampuan beraktualisasi diri dalam
proses belajar dengan metode seven jump menunjukkan : 7 mahasiswa merasa
tidak berguna saat memecahkan masalah karena tidak mendapatkan ide-ide
-
7
kreatif dalam proses belajar dan 12 mahasiswa tidak mampu
mengaktualisasikan dirinya karena tidak percaya diri dalam menyampaikan
pendapat. Dengan demikian masalah penelitian ini adalah apakah terdapat
hubungan antara harga diri mahasiswa dengan kemampuan aktualisasi diri
dalam proses belajar metode seven jump di Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta.
1.3 Pertanyaan Penelitan
Berdasarkan rumusan masalah penelitian yang telah dipaparkan, maka
dapat diambil beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1.3.1 Bagaimana gambaran karakteristik harga diri mahasiswa dalam proses
belajar metode seven jump di Program Studi Ilmu Keperawatan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta?
1.3.2 Bagaimana gambaran kemampuan aktualisasi diri mahasiswa dalam
proses belajar metode seven jump di Program Studi Ilmu Keperawatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?
1.3.3 Apakah ada hubungan harga diri mahasiswa dengan kemampuan
aktualisasi diri dalam proses belajar metode seven jump di Program
Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan harga diri mahasiswa dengan kemampuan
aktualisasi diri dalam proses belajar metode seven jump di Program Studi Ilmu
Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
-
8
1.4.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran karakteristik harga diri mahasiswa dalam
proses belajar metode seven jump di Program Studi Ilmu Keperawatan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta
b. Untuk mengetahui gambaran aktualisasi diri mahasiswa dalam proses belajar
metode seven jump di Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
c. Untuk mengetahui hubungan harga diri mahasiswa dengan kemampuan
aktualisasi diri dalam proses belajar metode seven jump di Program Studi
Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
1.5 Manfaat Penelitian
a. Bagi Mahasiswa Keperawatan
Memberikan sumber informasi terkait harga diri mahasiswa dan
kemampuan aktualisasi diri dalam proses belajar metode seven jump di
Program Studi Ilmu Keperawatan, khususnya di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
b. Bagi Institusi
Penelitian ini memaparkan hubungan harga diri mahasiswa dengan
kemampuan aktualisasi diri dalam proses belajar metode seven jump di
Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
sehingga dapat digunakan sebagai bahan referensi dan masukan bagi pihak
institusi untuk membantu meningkatkan harga diri dan kemampuan
-
9
aktualisasi diri mahasiswa keperawatan sehingga menghasilkan lulusan
yang berkualitas dan berintegritas.
c. Bagi Peneliti Lain
Dapat digunakan sebagai data dasar untuk penelitian selanjutnya tentang
bagaimana hubungan harga diri mahasiswa dengan kemampuan aktualisasi
diri dalam proses belajar metode seven jump dengan metode lain yang baru
atau dengan variabel yang lain.
1.6 Ruang Lingkup
Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang bertujuan untuk mengetahui hubungan harga diri
mahasiswa dengan kemampuan aktualisasi diri dalam proses belajar metode
seven jump di Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Sarif Hidayatullah
Jakarta. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain studi
korelasi dan menggunakan pendekatan cross sectional. Metode pengambilan
data dengan menyebarkan kuesioner yang terdiri dari kuesioner Rosenberg Self-
Esteem (RSE) yang dikembangkan oleh Resonberg (1965) dan Peak
Experiences Self-Ectualization Inventory (PESAI) yang dikembangkan oleh
Wilsow dan Kneisl (1983), yang kemudian diadopsi oleh peneliti. Subjek yang
diteliti adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2012, 2013, dan 2014. Waktu
penelitian berkisar dari Maret sampai April 2015.
-
10
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 HARGA DIRI
2.1.1 Pengertian harga diri
Menurut Stuart & Sundeen (2010) harga diri adalah penilaian individu
tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisis seberapa sesuai
perilaku dirinya dengan ideal diri, sementara itu menurut Coopersmith (1967
dalam Guindon, 2010) harga diri merupakan evaluasi atau penilaian terhadap
diri sendiri yang berasal dari interaksi individu dengan orang-orang yang
berada disekitarnya serta dari penghargaan, penerimaan, dan perlakuan orang
lain yang diterima individu.
Franzoi (2003 dalam Lubis, 2009) mengatakan harga diri melibatkan
perasaan dalam menghargai diri sendiri dan kepercayaan diri. Baron dan
Byerne ( 2005 dalam Dewi, 2013) mengungkapkan harga diri adalah sikap
individu terhadap dirinya sendiri dalam rentang dimensi rendah sampai
tinggi. Selain itu Waitley (2012) juga menyatakan bahwa harga diri adalah
adanya keyakinan pada kemampuan individu untuk menghadapi tantangan
hidup, yang merupakan sebuah kepercayaan, bahwa individu layak dan
berhak untuk sukses.
Berdasarkan pengertian harga diri diatas, peneliti menyimpulkan
bahwa harga diri adalah penilaian individu terhadap dirinya sendiri dalam
rentang tinggi sampai rendah yang dipengaruhi oleh interaksi orang lain
-
11
terhadap dirinya, serta menunjukkan seberapa jauh individu percaya bahwa
dirinya mampu dan berharga.
2.1.2 Aspek aspek harga diri
Menurut Rosenberg 1965 dimensi-dimensi harga diri (dalam Mruk,
2006) adalah sebagai berikut :
a. Rosenberg memulai dengan menunjukkan bahwa pemahaman harga diri
sebagai fenomena atau sikap diciptakan dengan kekuatan sosial dan
kebudayaan.
b. Studi mengenai harga diri dihadapkan pada masalah-masalah tersendiri,
salah satunya yaitu refleksitas self, yang mengandung arti bahwa evaluasi
diri lebih kompleks dari pada evaluasi objek-objek eksternal lain karena
refleksitas self terlibat dalam mengevaluasi harga diri itu sendiri.
c. Harga diri ini merupakan sikap yang menyangkut kebehargaan individu
sebagai seseorang yang dilihat sebagai sebuah variabel yang sangat
penting dalam tingkah laku.
2.1.3 Faktor faktor yang mempengaruhi harga Diri
Menurut Coopersmith (1967 dalam Ghufron, 2010) menyatakan harga
diri terbentuk dari hasil interaksi dengan lingkungan dan atas sejumlah
penghargaan, penerimaan, dan pengertian orang lain terhadap dirinya.
Faktor- faktor yang mempengaruhi harga diri individu berasal dari
lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Lingkungan internal meliputi:
jenis kelamin, intelegensi, dan kondisi fisik individu. Sedangkan lingkungan
eksternal meliputi: lingkungan keluarga, dan lingkungan sosial.
-
12
Faktor-faktor yang mempengaruhi harga diri yaitu sebagai berikut:
a. Faktor Internal
1) Faktor jenis kelamin
Wanita selalu merasa harga dirinya lebih rendah dari pada pria,
seperti: perasaan kurang mampu, kepercayaan diri yang kurang, dan
merasa harus dilindungi.
2) Intelegensi
Berkaitan erat dengan prestasi akademik, karena pengukuran
intelegensi berdasarkan kemampuan akademik individu. Individu
dengan harga diri yang tinggi akan mencapai prestasi akademik
yang tinggi dari pada yang memiliki harga diri yang rendah,
individu yang memiliki harga diri tinggi cenderung memiliki
intelegensi yang lebih baik, taraf aspirasi yang lebih baik, dan selalu
berusaha keras.
3) Kondisi fisik
Adanya hubungan yang konsisten antara daya tarik fisik dan tinggi
badan dengan harga diri individu. Individu dengan kondisi fisik
yang menarik, cenderung memiliki harga diri yang lebih baik
dibandingkan dengan kondisi fisik yang kurang menarik.
-
13
b. Faktor eksternal
1) Lingkungan Keluarga
Peran keluarga sangat menentukan perkembangan harga diri anak.
Berlaku adil, pemberian kesempatan untuk aktif, dan mendidik
dengan demokratis akan membuat anak mendapatkan harga diri
yang tinggi. Orang tua yang sering memberikan hukuman dan
larangan tanpa alasan dapat menyebabkan anak merasa tidak
berharga.
2) Lingkungan sosial
Pembentukan harga diri dimulai dari seseorang yang menyadari
dirinya beharga atau tidak. Hal ini merupakan hasil dari proses
lingkungan, penghargaan, penerimaan, dan perlakuan orang lain
kepadanya.
2.1.4 Karakteristik Individu Berdasarkan Tingkatan Harga diri
Menurut Resonberg (1965 dalam Wahyuni, 2014) karakteristik
individu diklasifikasikan berdasarkan tingkat harga diri yaitu:
a. Karakteristik individu dengan harga diri tinggi
Seseorang yang memiliki harga diri tinggi, ia akan memiliki ciri-ciri
seperti:
1. Merasa bahwa dirinya berharga
2. Merasa banyak hal-hal baik yang dimiliki
3. Merasa mampu dengan kemampuan yang dimiliki
4. Dapat menghormati dirinya sendiri apa adanya
-
14
5. Tidak memiliki sikap sombong, melainkan memiliki sikap positif
terhadap berbagai hal dan dapat mengatasi segala kekurangannya
dengan baik
6. Merasa puas dengan diri sendiri
b. Karakteristik individu dengan harga diri rendah
Seseorang yang memiliki harga diri rendah, ia akan memiliki ciri-ciri
seperti :
1. Menilai dirinya sendiri secara negatif
2. Meragukan kemampuan dirinya
3. Merasa tidak dihargai dan dihormati
4. Merasa orang yang gagal
5. Tidak bahagia, tertekan, dan merasa bahwa dirinya tidak dapat
dibanggakan
6. Merasa tidak berguna
2.1.5 Pengukuran Harga Diri
Rosenbergs self-esteem scale (RSES) yang disusun oleh Rosenberg
(1965 dalam Martin et al, 2007) reliabilitas internal RSES yaitu sebesar 0,92
dan telah banyak digunakan dalam penelitian diindonesia. Alat ukur ini
berjumlah 10 item dengan penilaian menggunakan skala likert, yaitu
pernyataan favourable apabila jawaban sangat setuju (3), setuju (2), tidak
setuju (1), dan sangat tidak setuju (0) terdapat pada item no 1, 3, 4, 7, & 10,
sedangkan untuk penilaian unfavourable apabila jawaban sangat setuju (0),
setuju (1), tidak setuju (2), dan sangat tidak setuju (3) terdapat pada item no 2,
-
15
5, 6, 8, & 9. Skala ini bersifat unidimensional yaitu hanya terdiri dari satu
dimensi yaitu harga diri itu sendiri.
Selain itu Coopersmith (1967 dalam Hills, Francis, & Jennings, 2011)
juga merupakan salah satu tokoh yang ikut mengembangkan alat ukur harga
diri yang dikenal dengan istilah self-esteeem inventory (SEI). Alat ukur ini
terdiri dari 25 item yang berkaitan dengan tiga bidang yaitu harga diri secara
umum, hubungan dengan orang tua, dan hubungan dengan teman sebaya yang
menggunakan skala guttman dengan jawaban YA atau TIDAK.
Dari dua alat ukur yang telas dijelaskan diatas, dalam penelitian ini
peneliti memilih untuk mengadopsi alat ukur harga diri yang mengacu kepada
kuesioner Rosenberg self-esteem scale (RSES) karena skala ini bersifat
unidimensional dan mengukur harga diri secara umum.
2.2 Aktualisasi Diri
2.2.1 Pengertian aktualisasi diri
Menurut Maslow (1943 dalam Irmawati, 2013) aktualisasi diri
merupakan puncak dari perwujudan segenap potensi yang dimiliki dan
menjadi yang terbaik dalam akademik dan profesi, dimana individu yang
mencapai aktualisasi diri hidupnya penuh gairah dinamis dan tanpa pamrih,
konsentrasi penuh dan terserap secara total dalam mewujudkan manusia
menjadi manusia yang utuh dan tidak tertekan oleh perasaan cemas, perasaan
risau, perasaan takut, tidak aman, tidak terlindungi, dan sendirian.
-
16
Menurut Chaplin (2008) aktualisasi diri adalah kecenderungan untuk
mengembangkan bakat dan kapasitas diri sendiri. Dari penjelasan diatas
peneliti menyimpulkan aktualisasi diri yaitu mengembangkan bakat yang
dimiliki oleh individu, dimana dengan mengaktualisasikan diri seseorang akan
lebih mengenal dirinya dan mengetahui bagaimana seharusnya memanfatkan
potensi-potensi positif yang ia miliki, dan melihat kekurangan dan
kelemahannya, kemudian akan berusaha untuk menjadi manusia yang
seutuhnya.
2.2.2 Teori Abraham maslow tentang aktualisasi diri
Menurut Maslow (1943 dalam Asmadi, 2008) kebutuhan manusia
dapat digolongkan menjadi lima tingkat kebutuhan, yaitu kebutuhan
fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan harga diri, dan
kebutuhan aktualisasi diri. Ranking kebutuhan yang dikemukakan Maslow
(1943 dalam Naisaban, 2004) sebagai berikut :
1) Kebutuhan Fisiologis
Adalah kebutuhan dasar yang paling mendesak pemuasaannya karena
berkaitan langsung dengan pemeliharaan biologis dan kelangsungan
hidup manusia. Kebutuhan-kebutuhan itu adalah kebutuhan makan,
minum, oksigen, kegiatan, istirahat, seks, proteksi dari cuaca yang
ekstrem, dan rangsangan-rangsangan sensoris.
2) Kebutuhan rasa aman
Adalah kebutuhan yang mendorong manusia untuk memperoleh
ketentraman, kepastian, dan keteraturan dari lingkungannya.
-
17
3) Kebutuhan sosial
suatu kebutuhan yang mendorong individu untuk mengadakan
hubungan afektif atau ikatan emosional dengan individu lain, baik
dengan sesama jenis maupun lawan jenis, dalam keluarga maupun
dalam kelompok masyarakat. Kebutuhan ini muncul dalam bentuk
merasa diterima dalam keanggotaan kelompok, mengalami rasa
kekeluargaan, persahabatan, kekaguman, dan kepercayaan.
4) Kebutuhan akan harga diri
Maslow membagi kebutuhan ini menjadi dua. Pertama, penghargaan diri
sendiri yang menyangkut hasrat untuk memperoleh kompetensi, rasa
percaya diri, kekuatan pribadi, edukasi, kemandirian, dan kebebasan.
Kedua, adalah penghargaan dari orang lain, yaitu pengakuan dari orang
lain karena prestasi yang telah diraihnya dan kebutuhan untuk dihormati
dan dihargai orang lain. Kebutuhan harga diri diikuti oleh kebutuhan
berkompetensi, kepercayaan diri, kekuatan pribadi, prestasi,
independensi, dan kebebasan.
5) Kebutuhan aktualisasi diri
Adalah kebutuhan yang muncul setelah semua kebutuhan terpenuhi.
Aktualisasi adalah kebutuhan manusia untuk menjadi orang yang sesuai
dengan keinginan dan potensi yang dimiliki atau hasrat dari individu
untuk menyempurnakan dirinya melalui pengungkapan segenap potensi
yang dimilikinya.
-
18
2.2.3 Faktor Penghambat dalam Beraktualisasi Diri
Maslow ( 1943 dalam Sari, 2011) mengemukakan beberapa hambatan-
hambatan dalam mengaktualisasikan diri yaitu sebagai berikut:
1) Berasal dari diri sendiri
Berupa ketidaktahuan, keraguan, dan bahkan juga rasa takut dari individu
untuk mengungkapkan potensi-potensi yang dimilikinya, sehingga
potensi itu tetap laten.
2) Berasal dari luar
Berupa kecendrungan kepribadian individu terhadap sifat-sifat, bakat,
atau potensi-potensi, dimana aktualisai diri hanya mungkin terjadi apabila
kondisi lingkungan menunjangnya.
3) Berasal dari pengaruh negatif
Hambatan ini berupa pengaruh negatif yang dihasilkan oleh kebutuhan
untuk melakukan aktualisasi diri, seperti dalam hal mengeluarkan
pendapat, mengambil resiko, membuat keputusan, melepaskan kebiasaan
lama yang tidak konstruktif. Hal ini akan memberikan ketakutan pada
individu yang tidak mampu melakukannya, hingga nantinya ketakutann
itu akan mendorong individu-individu tersebut untuk bergerak mundur
dalam pemuasaan kebutuhan. Jadi, disini individu dituntut untuk bersedia
dan terbuka terhadap gagasan dan pengalaman-pengalaman baru.
-
19
2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Aktualisasi Diri
Menurut Rogers (1995 dalam Ginting, 2011) faktor-faktor yang
mempengaruhi aktualisasi diri antara lain:
1) Pemeliharaan (maintenance)
Kebutuhan yang timbul dalam rangka memuaskan kebutuhan dasar
seperti makan, udara dan keamanan, serta kecenderungan untuk
menolak perubahan dan mempertahankan keadaan sekarang.
Pemeliharaan bersifat konservatif, dalam bentuk keinginan untuk
mempertahankan konsep diri yang dirasa nyaman.
2) Peningkatan diri (enhancement)
Walaupun ada keinginan yang kuat untuk mempertahankan keadaan
tetap seperti adanya, orang ingin tetap belajar dan berubah.
3) Penerimaan positif dari diri sendiri ( self regard)
Penerimaan diri ini merupakan akibat dari pengalaman kepuasaan,
dimana seseorang akan mampu menerima kelemahan dirinya namun
tetap berusaha melakukan yang terbaik. Penerimaan positif dari diri
sendiri merupakan bagian dari dimensi harga diri.
2.2.5 Karakteristik seseorang mencapai aktualisasi diri
Menurut Maslow (1943 dalam Asmadi, 2008) ada beberapa
karakteristik yang menunjukkan seseorang mencapai aktualisasi diri, yaitu
sebagai berikut :
-
20
1) Mampu melihat realita secara lebih efisien.
Karakteristik ini memungkinkan seseorang untuk mampu menganalisis
berbagai persoalan kehidupan menusia secara kritis dan mendalam.
Kemampuan melihat realitas kehidupan apa adanya akan menumbuhkan
sikap tidak emosional dan lebih objektif. Individu akan mendengar apa
yang seharusnya ia dengar, bukan mendengar apa yang diinginkan atau
ditakuti oleh orang lain. Pengamatan yang tajam terhadap realitas hidup
akan menghasilkan pola pikir yang cemerlang, menerawang jauh ke
depan tanpa dipengaruhi oleh kepentingan atau keuntungan sesaat.
2) Penerimaan terhadap diri sendiri dan orang lain apa adanya.
Individu yang telah mencapai aktualisasi diri akan mampu menerima
diri sendiri dan orang lain apa adanya. Ia akan melihat orang lain seperti
melihat dirinya sendiri, yang penuh dengan kekurangan dan kelebihan.
Sifat ini akan menumbuhkan sikap toleransi terhadap orang lain dan juga
kesabaran yang tinggi didalam menerima diri sendiri dan lapang dada
menerima kritikan, saran serta nasehat orang lain.
3) Spontanitas, kesederhanaan, dan kewajaran.
Inividu yang mengaktualisaikan dirinya dengan benar akan
memanifestasikannya disegala tindakan, prilaku, dan gagasan yang ia
tunjukkan spontan, tidak dibuat-buat dan wajar. Sifat ini akan melahirkan
sikap lapang dada terhadap apa yang menjadi kebiasaan masyarakat
selama hal tersebut tidak bertentangan dengan prinsip utamanya. Akan
tetapi, jika kebiasaan lingkungan/masyarakat sudah bertentangan dengan
-
21
prinsip yang diyakininya, ia tidak segan-segan menentangnya, misalnya :
adat istiadat yang amoral, kebohongan, kehidupan sosial yang tidak
manusiawi.
4) Terpusat pada persoalan.
Bagi individu yang telah mencapai aktualisasi diri, seluruh pikiran,
prilaku, dan gagasan individu berpusat pada persoalan yang tengah
dihadapi umat manusia, bukan pada persoalan yang sifatnya egoistis.
5) Memisahkan diri : kebutuhan akan kesendirian.
Pada umumnya, individu yang telah mencapai aktualisasi diri cenderung
memisahkan diri dari lingkungan, sikap ini didasarkan atas persepsinya
mengenai sesuatu yang dianggap benar tanpa perlu menunjukkan sikap
egois, dimana seorang individu merasa tidak bergantung atas pikiran
orang lain, sikap yang demikian membuatnya tenang dan tentram dalam
menghadapi hujatan dari orang lain. Individu ini senantiasa menjaga
martabat dan harga dirinya meski berada dilingkungan yang kurang
terhormat. Sifat memisahkan diri ini terwujud dalam otonomi
pengambilan keputusan, keputusan yang ia ambil tidak dipengaruhi orang
lain, dan ia akan bertanggung jawab atas segala keputusan/kebijakan yang
diambilnya.
6) Otonomi : kemandirian terhadap budaya dan lingkungan
Individu yang telah mencapai aktualisasi diri tidak akan menggantungkan
dirinya pada lingkungan. Ia dapat melakukan apa saja, kapan saja, dimana
saja, tanpa dipengaruhi oleh lingkungan (situasi dan kondisi) disekitarnya.
-
22
Kemandirian ini menunjukkan pertahanan diri individu terhadap segala
persoalan yang mengguncang, tanpa harus merasa putus asa apalagi
sampai bunuh diri.
7) Kesegaran dan apresiasi yang berkelanjutan.
Pada individu yang mampu mengaktualisasikan dirinya, ini merupakan
manifestasi rasa syukur atas segala potensi yang dimiliiki. Individu akan
diliputi perasaan senang, kagum, yang tidak bosan terhadap apa yang ia
miliki meskipun hal tersebut biasa saja. Implikasinya, individu akan
mampu mengapresiasikan segala yang ia miliki. Kegagalan seseorang
dalam mengapresiasikan dirinya dapat membuatnya menjadi manusia
yang serakah dan berprilaku melanggar hak asasi orang lain.
8) Kesadaran sosial.
Orang yang mampu mengaktualisasikan dirinya cenderung memiliki
perasaan simpati, iba, kasih sayang, dan ingin membantu orang lain
walaupun orang tersebut berprilaku jahat terhadap dirinya. Dorongan ini
akan memunculkan kesadaran sosial yang membuat individu memiliki
rasa bermasyarakat.
9) Hubungan interpersonal.
Orang yang mampu mengaktualisasikan diri cenderung memiliki
hubungan yang baik dengan orang lain. Meskipun ia tidak cocok dengan
prilaku orang-orang disekitarnya.
-
23
10) Demokratis.
Orang yang mampu mengaktualisasikan diri memiliki sifat demokratis.
Sifat ini dimanifestasikan dengan prilaku yang tidak membedakan orang
lain berdasarkan golongan, etnis, agama, suku, ras, status, sosial-ekonomi,
partai, dan lain-lain. Sikap demokratis ini lahir karena individu yang
mampu mengaktualisasikan diri tidak memiliki perasaan risih bergaul
dengan orang lain, rendah hati, dan senantiasa menghormati orang lain.
11) Rasa humor yang bermakna dan etis.
Rasa humor orang yang mampu mengaktualisasikan dirinya berbeda
dengan humor kebanyakan orang, ia tidak akan tertawa terhadap humor
yang menghina, merendahkan, atau bahkan menjelekkan orang lain.
Humor yang ia tunjukkan tidak hanya memancing tawa, tetapi memiliki
makna dan nilai pendidikan. Humornya benar-benar mencerminkan
hakikat manusiawi-menghormati dan menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan.
12) Kreativitas.
Kreatif merupakan karakteristik yang dimiliki oleh individu yang mampu
mengaktualisasikan dirinya. Kreativitas ini tanpa pengaruh dari pihak
manapun dan diwujudkan dalam kemampuan individu melakukan inovasi
spontan, asli, dan tidak dibatasi oleh lingkungan ataupun orang lain.
misalnya yaitu seseorang mampu memberikan pendapat dan
mengembangkan potensi yang ia miliki tanpa bantuan orang lain dan
percaya diri dengan kemampuan yang ia miliki.
-
24
13) Kemandirian.
Individu yang telah mencapai aktualisasi diri akan mampu
mempertahankan pendirian dan keputusan yang ia ambil dan tidak akan
goyah atau terpengaruh oleh berbagai guncangan atau kepentingan.
14) Pengalaman puncak.
Individu yang mampu mengaktualisasikan diri akan memiliki perasaan
yang menyatu dengan alam, ia merasa tidak ada batas atau sekat antara
dirinya dan alam semesta. Artinya individu yang mampu
mengaktualisasikan dirinya akan terbebas dari sekat-sekat seperti: suku,
bahasa, agama, ketakutan, keraguan, dan sekat sekat lainnya. Dengan
demikian, individu akan memilikki sifat jujur, ikhlas, bersahaja, tulus
hati, alami, sederhana, dan terbuka. Karakter inilah yang mencerminkan
seseorang berada pada pengalaman puncak.
2.2.6. Pengukuran aktualisasi diri
Alat ukur untuk aktualisasi diri yaitu Peak ExperienceSelf-
Actualization Inventory (PESAI) berdasarkan teori Maslow (1943) yang
diadopsi oleh Wilsow dan Kneisl (1983). Alat ukur ini terdiri dari 28 item
yang pernyataan menggunakan skala likert dengan scoring yang sudah
ditetapakan oleh Wilsow dan Kneisl (1983), dimana item penilaian sangat
sering (5) sering (3), kadang-kadang (1), dan tidak pernah (0) terdapat pada
item no 1, 2, 3, 4, 5, 6, 10, 12, 13, 14, 15, 16,17,18,19,20,22,26,&27, item
penilaian sangat sering (10), sering (7), kadang-kadang (3), dan tidak pernah
(0) terdapat pada item no 8, 9, 21, 23, 24, & 28, item penilaian sangat sering
-
25
(15), sering (10), kadang-kadang (4), dan tidak pernah (0) terdapat pada no 7,
11, & 25.Scoring berbeda-beda dikarenakan menurut Wilsow dan Kneisl
(1983) scoring yang tinggi lebih berpengaruh terhadap aktualisasi diri pada
individu.
2.3 Metode Pembelajaran PBL
Rukmini (2006 dalam Naila, 2014) mendefinisikan PBL merupakan
suatu metode pendekatan pendidikan kedokteran dengan menggunakan bahan
stimulus kepada mahasiswa untuk membantu mahasiswa berdiskusi tentang
masalah yang penting maupun pertanyaan atau issue atau pemecahan masalah
dengan menggunakan problem atau kasus.
Tujuan utama dari metode PBL menurut Wahyuningsing & Santoso
(2013) adalah:
a. Melatih mahasiswa untuk aktif berdiskusi dan mengembangkan
kemampuan berfikir secara sistematis atau mengembangkan
kemampuan berpendapat, termasuk dalam hal ini kemampuan
mengatasi masalah dan berpikir kritis.
b. Menuntut mahasiswa untuk aktif sharing mengenaiinformasi yang
diberikan, hal ini bertujuan agar mahasiswa memiliki pengetahuan dan
mengetahui konsep atas pengetahuan yang barukaitannya dengan
kasus penyakit yang sering di temui diklinik.
c. Membantu mahasiswa agar menjadi mandiri dan mampu menjadi
mahasiswa yang dapat mengandalkan dirinya sendiri dalam proses
belajar mengajar.
-
26
Macam-Macam Tahap Kegiatan PBL:
1. Menurut Wood (2003) terdapat tujuh langkah (seven jump) yang
dikembangkan oleh Maastricht, Belanda dalam mengimplementasikan
diskusi totorial PBL.
2. Menurut Sudarman (2007), terdapat 5 langkah dalam PBL.
a. Konsep dasar (basic concept)
b. Pendefinisian masalah (defining the problem)
c. Pembelajaran mandiri (self learning)
d. Pertukaran pengetahuan (exchange knowledge)
e. Penilaian (assessment)
2.4 Metode belajar Seven Jump
2.4.1 Metode Belajar Seven Jump
Metode Seven Jump adalah sebuah metode problem based learning
(PBL) yang digunakan dalam pembelajaran untuk menganalisa dan
memecahkan sebuah kasus. PBL adalah strategi belajar yang berpusat kepada
pelajar (student-centered), kolaboratif, kontekstual, terpadu, diarahkan
sendiri, dan reflektif. Desain dan pelaksanaan pembelajaran meliputi belajar
dalam kelompok-kelompok kecil. Mahasiswa bekerja sama dalam kelompok-
kelompok kecil untuk membangun pengetahuan dengan menggunakan kasus
masalah yang realistis untuk memicu proses belajar, metode ini terdiri atas 7
langkah penyelesaian kasus, yang dinamis tetapi tetap memerlukan
keseimbangan dan keserasian agar tujuan belajar dapat tercapai (Gwee, 2009).
-
27
2.4.2 Langkah langkah metode belajar seven jump
Menurut Wood (2003) terdapat Tujuh langkah atau (seven jump)
yang dikembangkan Universitas Maastricht (Belanda) dalam
mengimplementasikan diskusi tutorial PBL.
1. Langkah pertama yaitu mengidentifikasi dan mengklarifikasi istilah dan
konsep yang belum dikenal dalam skenario. Nutulen membuat daftar
istilah yang masih belum jelas sampai akhir diskusi.
2. Langkah kedua yaitu mendefenisikan masalah yang akan dibahas. Jika
terdapat perbedaan pandangan tentang masalah yang perlu dibahas,
maka semua masalah harus dipertimbangkan. Nutulen membuat daftar
masalah yang sudah disepakati untuk dibahas.
3. Langkah ketiga yaitu sesi brainstorming (curah pendapat) untuk
membahas masalah, yaitu memberikan penjelasan dan mengidentifikasi
area yang belum diketahui dengan sempurna, notulen mencatat semua
pokok diskusi.
4. Langkah keempat yaitu kaji ulang langkah 2 dan 3, lalu tata penjelasan-
penjelasan menjadi solusi sementara, notulen menata penjelasan-
penjelasan.
5. Langkah kelima rumuskan tujuan pembelajaran (learning objective),
kelompok menyepakati tujuan pembelajaran. Tutor memastikan bahwa
tujuan pembelajaran terfokus, bisa dicapai, komprehensif, dan tepat.
6. Belajar mandiri (semua mahasiswa mengumpulkan informasi yang
berhubungan dengan tujuan pembelajaran).
-
28
7. Kelompok berbagi hasil belajar mandiri (mahasiswa mengidentifikasi
sumber belajar dan berbagai hasilnya). Tutor memeriksa pembelajaran
dan menilai kriteria kelompok.
Menurut Patria (2011) tujuh langkah metode seven jump yaitu :
1. Mengklarifikasi istilah asing
a. Mahasiswa mengidentifikasi kata-kata yang artinya kurang jelas.
b. Mahasiswa mengutarakan secara jujur tentang apa yang belum
diketahuinya.
c. Kata-kata yang masih diperdebatkan dikelompok ditulis.
2. Mendefenisikan Masalah
a. Problem (masalah), bisa berupa istilah, fakta, fenomena, yang
kemudian didefenisikan oleh kelompok.
b. Tutor mendorong seluruh anggota kelompok untuk memberi pendapat
dan argumen dalam diskusi.
c. Sangat mungkin ada perbedaan perspektif dalam menilai masalah.
d. Membandingkan dan mengelompokkan pendapat akan meluaskan
horizon intelektual.
e. Mencatat seluruh isu, argumen dan pendapat yang telah dijelaskan oleh
kelompok.
3. Curah pendapat berdasarkan hipotesis
a. Hipotesis sebagai dasar pemikiran tanpa asumsi benar / salah, atau
sebagai langkah awal untuk mencari informasi lebih lanjut.
-
29
b. Mahasiswa mencoba membuat formulasi, berdiskusi tentang berbagai
kemungkinan yang sesuai dengan masalah.
c. Diskusi tetap dalam tingkat hipotesis, tidak terlalu cepat masuk ke hal-
hal rinci.
d. Mencatat seluruh hipotesis yang ada.
4. Menyusun hipotesa
a. Mahasiswa mencoba merinci masalah dan membandingkannya dengan
hipotesis yang sudah dikembangkan apakah sudah cocok atau belum.
b. Tahap ini merupakan proses aktif dan restrukturisasi pengetahuan yang
ada, dan juga merupakan tahap identifikasi perbedaan pemahaman.
c. Hasil diskusi berisi: pengorganisasian penjelasan terhadap masalah
ditulis secara skematik, menghubungkan ide baru yang muncul dari
anggota kelompok dengan pengetahuan yang ada.
5. Mendefenisikan tujuan belajar
a. Kelompok menyusun beberapa tujuan belajar.
b. Tutor mendorong mahasiswa agar inti tujuan belajar menjadi lebih
focus, tidak terlalu lebar atau superficial serta dapat diselesaikan
dalam waktu yang tersedia.
c. Beberapa mahasiswa mungkin mempunyai tujuan belajar sendiri
(ekstra) karena kebutuhan atau kepentingan mereka sendiri.
-
30
6. Belajar Mandiri
a. Dapat berupa kegiatan mencari informasi di buku, internet, literarure
review, jurnal, specimen patologis / fisiologis, bertanya kepada pakar,
dsb.
b. Hasil kegiatan tersebut dicatat oleh masing-masing anggota
kelompok
c. Hasil tersebut didiskusikan pada langkah ketujuh.
7. Pelaporan
a. Masing-masing anggota sudah siap berdiskusi setelah belajar
beberapa literatur maupun sumber belajar lainnya.
b. Tujuannnya mensintesis apa yang telah dipelajari, kemudian
mendiskusikan kembali.
c. Mahasiswa bisa beragumen dan menyampaikan pendapat untuk
menambahkan, menyanggah, bertanya, dan berkomentar terhadap
referensi.
d. Kelompok membuat analisis lengkap tentang masalah yang ada dan
membuat laporan tertulis.
e. Bila ada kesulitan yang tidak bisa terpecahkan dicatat dan ditanyakan
dalam diskusi dengan pakar / narasumber.
-
31
2.5 Kurikulum Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Jakarta
Kurikulum di Prodi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang berlaku saat ini terdiri dari 2 macam, yaitu kurikulum berbasis isi
(kurikulum lama) dan kurikulum berbasis kompetensi. Kurikulum lama berlaku
sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2011, dimana kurikulum lama ini
mengalami revisi dan perbaikan (PSIK UIN Jakarta, 2012).
Pada tahun 2006, dilakukan peninjauan secara internal (Program Studi)
yang menghasilkan perubahan distribusi mata kuliah. Kemudian pada Juni
tahun 2007 dilakukan workshop pengembangan kurikulum dengan hasil berupa
perubahan kurikulum pada semester I untuk seluruh program studi yang ada di
Fakultas Kedokteran & Ilmu Kesehatan dalam bentuk model integrasi yang
bertujuan menyamakan kompetensi dasar mahasiswa Fakultas Kedokteran &
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan pada
tahun 2009 kurikulum tersebut ditinjau kembali (PSIK UIN Jakarta, 2012).
Sedangkan kurikulum berbasis kompetensi mulai diberlakukan sejak
tahun ajaran 2012, kurikulum berbasis kompetensi yang dikembangkan
Program Studi Ilmu Keperawatan pada tahun 2012 merujuk pada panduan yang
dirumuskan oleh tim Kurikulum Berbasis Kompetensi Asosiasi Institusi
Pendidikan Ners Indonesia tahun 2009-2013 yang diterbitkan tahun 2010 (PSIK
UIN Jakarta, 2012).
-
32
2.6 KERANGKA TEORI
Aktualisasi Diri
Metode belajar
seven jump
Harga diri
Sosial
Keamanan
Fisiologi
Bagan 2.1 Kerangka teori penelitian modifikasi teori motivasi Maslow (1943)
Sumber : Maslow 1943 (dalam Asmadi, 2008) ; Rosenberg 1965 (dalam Wahyuni, 2014).
Faktor
penghambat
Faktor-faktor yang
mempengaruhi
Karakteristik seseorang
mencapai aktualisasi diri
Aspek-aspek
harga diri
Faktor-faktor yang
mempengaruhi
Karateristik
harga diri
-
33
Keterangan :
: : Variabel yang tidak diteliti
: Variabel yang diteliti
Kerangka teori dalam penelitian ini dibuat berdasarkan teori motivasi
menurut Maslow (1943 dalam Asmadi, 2008) yang mengatakan bahwa
aktualisasi diri akan tercapai ketika kebutuhan harga diri, sosial, keamanan,
dan kebutuhan fisiologi terpuaskan, sehingga teori ini dikenal dengan hierarki
kebutuhan manusia atau piramida kebutuhan manusia. Pada penelitian ini
peneliti ingin melihat aktualisasi diri mahasiswa dalam proses belajar
menggunakaan metode seven jump.
-
34
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFENISI OPERASIONAL DAN HIPOTESA
3.1 Kerangka Konsep
Penelitian ini meneliti tentang Hubungan harga diri mahasiswa
dengan kemampuan aktualisasi diri dalam proses belajar metode seven jump
di Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Kerangka konsep penelitian ini disusun berdasarkan variabel bebas
(independen) dan variabel terikat (dependen) agar mudah dipahami dan
menjadi acuan dalam penelitian. Variabel bebas (independen) adalah
variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen
(terikat). Sedangkan variabel terikat (dependen) adalah variabel yang
disebabkan/dipengaruhi adanya variabel bebas (Riwidikdo, 2013). Dalam
penelitian ini, variabel bebas (independen) adalah harga diri mahasiswa dan
aktualisasi diri sebagai variabel terikatnya (dependen).
.
3.2 Defenisi Operasional
Penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu variabel harga diri
sebagai variabel independen dan aktualisasi diri sebagai variabel dependen.
Variabel dependen Variabel independen
Harga Diri Aktualisasi diri
-
35
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel
No Variabel Defenisi operasional Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala
1. Harga diri Penilaian seseorang
terhadap penerimaan dirinya
kelemahan, kekuatan diri,
dan kepuasaan terhadap apa
yang dilakukanya serta
usaha-usaha individu untuk
mencapai prestasi.
Item pernyataan dalam
kuesioner Rosenberg
Self- Esteem (RSE) yang
dikembangkan oleh
Rosenberg (1965) terdiri
dari 10 item
pernyataanmenggunakan
skala likert, dengan
penilaian untuk
pertanyaan sangat setuju
(3), setuju (2), tidak
setuju (1), dan sangat
tidak setuju (0)
Kuisioner Semakin tinggi skor
semakin tinggi harga
diri
Numerik
-
36
No Variabel Defenisi Operasional Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala
2 Aktualisasi
diri
Kebutuhan manusia untuk
menjadi orang yang sesuai
dengan keinginan dan
potensi yang dimiliki atau
hasrat dari individu untuk
menyempurnakan dirinya
melalui pengungkapan
segenap potensi yang
dimilikinya.
Item pernyataan dalam
kuesioner aktualisasi diri
Peak Experiences Self-
Actualization inventori
(PASAI) yang
dikembangkan oleh
Wilsow and Kneisl
(1983) sejumlah 28
pernyataan menggunakan
skala likert dengan
scoring yang berbeda
menurut Wilsow
&Kneisl (1983).
Kuisioner 150 200 :
aktualisasi diri tinggi
112 -149:
aktualisasi diri sedang
80 111:
mendekati aktualisasi
diri.
0-79 :
aktualisasi diri rendah
(Wilsow & Kneisl,
1983)
Kategorik
-
37
3.3 Hipotesa
Berdasarkan kerangka konsep yang telah dibuat, maka hipotesis penelitian yang
muncul adalah :
Ha : Ada hubungan antara harga diri mahasiswa dengan kemampuan
aktualisasi diri dalam proses belajar metode seven jump di Program Studi
Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
-
38
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
Bab IV ini akan menjelaskan lebih rinci tentang metode yang
digunakan. Diantaranya mengenai desain penelitian, lokasi dan waktu
penelitian, instrumen penelitian, populasi dan sampel, tekhnik pengumpulan
data, uji validitas dan reabilitas instrumen penelitian, tekhnik pengolahan data,
dan analisa data yang digunakan, penyajian data, dan etika penelitian.
4.1 Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif, menggunakan desain correlative study dengan pendekatan cross-
sectional. Menurut Sugiyono (2013) menjelaskan penelitian korelatif yaitu
penelitian yang didesain untuk menguji hubungan antara dua atau lebih
veriabel, sedangkan defenisi pendekatan cross-sectional adalah suatu
pendekatan penelitian berupa observasi atau pengumpulan data yang dilakukan
pada satu titik waktu atau selama satu periode pengumpulan data (Siswanto,
2013). Dalam penelitian ini, digunakan untuk meneliti bagaimana hubungan
harga diri mahasiswa dengan kemampuan aktualisasi diri dalam proses belajar
metode seven jump di Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dimana pengumpulan data dilakukan pada
satu waktu.
-
39
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Penelitian dilakukan di lokasi perkuliahan mahasiswa PSIK UIN
Jakarta angkatan 2012, 2013 dan 2014. Waktu penelitian dilaksanakan setelah
berlangsungnya seminar proposal, pada tanggal 6 April 2015.
4.3 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian menggunakan kuesioner dengan pernyataan
tertutup, kuesioner adalah daftar pertanyaan atau pernyataan dalam rangka
wawancara terstruktur oleh peneliti kepada responden, daftar pertanyaan atau
pernyataan telah disusun sedemikian rupa, sehingga responden hanya
memberikan jawaban dengan memberikan tanda-tanda atau simbol atau
menceklis dari pilihan jawaban yang telah disediakan (Siregar, 2013).
Kuesioner pada penelitian ini terdiri dari 2 kelompok pernyataan, yaitu:
a. Kuesioner A, berisi mengenai pernyataan harga diri mahasiswa terhadap
penerapan metode belajar seven jump. Peneliti mengadopsi kuesioner
Rosenberg Self- Esteem (RSE) yang dikembangkan oleh Rosenberg
(1965), terdiri dari 10 item pernyataan dan menggunakan skala Likert
dengan penilaian untuk pertanyaan favourable apabila jawaban sangat
setuju (3), setuju (2), tidak setuju (1), dan sangat tidak setuju (0), dan
penilaian untuk unfavourable apabila jawaban sangat setuju (0), setuju
(1), tidak setuju (2), dan sangat tidak setuju (3). Kemudian peneliti
-
40
menguji validitas & reliabelitas kuesioner, didapatkan semua item
pernyataan valid dan realibel/
b. Kuesioner B, berisi mengenai pernyataan kemampuan aktualisasi diri
mahasiswa terhadap penerapan metode belajar seven jump. Peneliti
mengadopsi kuesioner Peak Experience Self-Actualization Inventori
(PESAI) yang dikembangkan oleh Wilsow and Kneisl (1983) sejumlah
28 pernyataan, menggunakan skala likert dengan penilaian yang berbeda
berdasarkan scoring yang sudah ditentukan Wilsow & Kneisl (1983).
Kemudian peneliti menguji validitas & reliabelitas kuesioner,
didapatkan semua item pernyataan valid dan realibel/
Penilaian kuesioner A adalah menggunakan skala likert, yang mana
skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang
atau sekelompok orang tentang fenomena tertentu (Sujarweni, 2014) yang
dalam penelitian ini berupa karakteristik harga diri mahasiswa dalam proses
belajar metode seven jump di Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dengan skala likert yang pemberian
skoringnya dengan sangat setuju = 3, setuju = 2, tidak setuju = 1, sangat tidak
setuju = 0.
Sedangkan untuk penilaian kuesioner B, yaitu untuk melihat
kemampuan aktualisasi diri mahasiswa dalam proses belajar metode seven jump
di Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta menggunakan skala likert yang pemberian skoringnya
Yaitu sangat sering (5) sering (3), kadang-kadang (1), dan tidak pernah (0)
-
41
terdapat pada item no 1, 2, 3, 4, 5, 6, 10, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 22,
26, & 27, sedangkan item penilaian sangat sering (10), sering (7), kadang-
kadang (3), dan tidak pernah (0) terdapat pada item no 8, 9, 21, 23, 24, & 28,
dan item penilaian sangat sering (15), sering (10), kadang-kadang (4), dan tidak
pernah (0) terdapat pada no 7, 11, & 25. Scoring berbeda-beda dikarenakan
menurut Wilsow dan Kneisl (1983) scoring yang tinggi lebih berpengaruh
terhadap aktualisasi diri pada individu.
4.5 Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi penelitian merupakan keseluruhan objek penelitian atau
objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini
adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam
Negeri Jakarta angkatan 2014, 2013 dan 2012 yang telah menggunakan
metode belajar seven jump. Mahasiswa yang menggunakan metode belajar
seven jump di PSIK UIN Jakarta yaitu angkatan 2012, 2013, dan 2014.
Peneliti mengambil 30 orang angkatan 2014 untuk dijadikan uji validitas
dan reabilitas. Sedangkan untuk objek penelitian peneliti mengambil 18
orang angkatan 2014 yang merupakan sisa dari uji validitas karena angkatan
2014 terdiri atas 48 orang, 48 orang angkatan 2013, dan 37 orang angkatan
2012.
-
42
b. Sampel
Sampel penelitian merupakan bagian dari populasi yang menjadi
objek penelitian (Imron & Munif, 2010). Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini adalah total sampling. Total sampling adalah tekhnik
pengambilan sampel dimana sampel sama dengan populasi (Sugiyono,
2007).
Pengambilan sampel berpedoman pada kriteria inklusi yang telah
ditentukan peneliti, menurut Nursalam (2008) kriteria inklusi adalah
karakteristik umum subyek penelitian dari suatu populasi target yang
terjangkau dan akan diteliti. Sampel yang digunakan pada penelitian ini
adalah 103 orang mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Jakarta
yang sedang menjalani proses metode belajar seven jump, yaitu angkatan
2012 terdiri dari 37 orang, angkatan 2013 terdiri dari 48 orang, dan angkatan
2014 terdiri dari 18 orang. Kriteria inklusi sampel yang diambil dari populasi
adalah sebagai berikut:
a. Mahasiswa aktif di PSIK UIN Jakarta tahap akademik angkatan 2012,
2013, dan 2014 yang sedang menjalani proses belajar metode belajar
seven jump.
b. Bersedia menjadi responden tanpa paksaan.
-
43
4.6 Pengumpulan Data
Proses-proses dalam pengumpulan data pada penelitian ini melalui
beberapa tahap, yaitu :
1. Melakukan uji validitas dan uji reabilitas kuesioner yang telah disetujui oleh
penguji dan pembimbing setelah seminar proposal.
2. Setelah proposal penelitian dan uji validitas serta uji reliabilitas disetujui
oleh penguji, peneliti mengajukan permohonan izin penelitian di PSIK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Setelah izin penelitian disetujui, peneliti mendatangi calon responden yang
sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan, peneliti datang ke Program
Studi Ilmu Keperawatan angkatan 2012, 2013, dan 2014 kemudian
koordinasi dengan pengurus kelas untuk mengumpulkan calon responden.
Kemudian peneliti membagikan kuisioner sebagai data primer, kuesioner
dibagikan kepada 37 mahasiswa angkatan 2012, 48 mahasiswa angkatan
2013 dan 18 mahasiswa angkatan 2014. Total kuesioner yang dibagikan oleh
peneliti adalah 103 kuesioner dengan jumlah pernyataan 38 item.
4. Menjelaskan kepada calon responden terkait penelitian, kemudian
memberikan lembar persetujuan (Informed consent) dan kuesioner dan
menjelaskan prosedur pengisian kuesioner.
5. Memberikan waktu pengisian kuesioner kepada responden 15 menit
6. Kemudian responden menyerahkan kembali kuesioner yang telah diisi untuk
diperiksa dan selanjutnya kuesioner diolah serta dianalisa oleh peneliti.
-
44
4.7 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
4.7.1 Hasil Uji Validitas
Validitas adalah menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur mampu
mengukur apa yang ingin diukur (Siregar, 2013). Untuk mengetahui validitas
suatu instrumen dilakukan dengan cara melakukan korelasi antar skor masing-
masing variabel dengan skor totalnya.
Perhitungan validitas dilakukan dengan rumus teknik korelasi product
moment seperti berikut ini.
( )( )
( ( ) ( ( ) )
Keterangan :
rxy : Koefisien korelasi antara variabel x dan y
N : Jumlah responden
X : Jumlah skor tiap butir
Y : Skor total seluruh butir
Uji validitas pada penelitian ini dilakukan dengan bantuan software
komputer menggunakan metode Pearson Correlation (Korelasi Product
Moment) dengan menghitung r atau koefisien korelasi. Apabila r hitung r
tabel (0,05), maka pertanyaan tersebut valid. Apabila r hitung r tabel maka
pertanyaan tersebut tidak valid (Arikunto, 2010).
Pada penelitian ini, uji coba instrumen dilakukan pada 21 April tahun
2015. Uji coba dilakukan pada 30 mahasiswa PSIK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta angkatan 2014. Menurut Siswanto (2013) jumlah responden untuk uji
-
45
coba minimal 30 orang. Mahasiswa yang diikutsertakan dalam uji coba
instrumen ini tidak termasuk dalam responden penelitian. Hasil korelasi tiap-
tiap item pernyataan kuisioner harga diri (Rosenberg Self- Esteem) berkisar
antara 0,477 sampai 0,877. Nilai ini kemudian dibandingkan dengan r tabel
pada signifikasi 5% dengan n=30, yaitu sebesar 0,361. Karena seluruh item
memiliki nilai r hitung nilai r tabel, maka dapat dinyatakan kuisioner
pernyataan no 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan10 valid dan layak digunakan untuk
penelitian.
Sedangkan hasil korelasi tiap-tiap item pernyataan kuisioner
aktualisasi diri (Peak Experience Self-Actualization Inventori) berkisar antara
0,369 sampai 0,779 kemudian dibandingkan dengan r tabel pada signifikasi
5% dengan n=30, yaitu sebesar 0,361. Karena seluruh item memiliki nilai r
hitung nilai r tabel, maka dapat dinyatakan kuisioner pernyataan no 1, 2, 3,
4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26,
27, & 28 ini valid dan layak digunakan untuk penelitian.
4.7.2 Hasil Reliabilitas
Reliabilitas adalah untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran
tetap konsisten, apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap
gejala yang sama dengan menggunakan alat pengukur yang sama pula. Jenis
pengujian reliabilitas instrumen yang digunakan adalah dengan Alpha
Cronbach, yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran,
hasil uji reliabilitas dikatakan reliabel jika nilai Alpha Cronbach > 0.6
(Siregar, 2013).
-
46
Pada penelitian ini, reliabilitas kuesioner harga diri menghasilkan nilai
a= 0,877 dan kuesioner aktualisasi diri menghasilkan nilai a= 0,919, angka
tersebut lebih besar dari nilai konstanta (0,6) sehingga instrumen ini dianggap
reliabel dan dapat dipercaya.
4.8 Pengolahan Data
Pengolahan data yang dilakukan terdiri dari 3 tahap (Imron & Munif, 2010):
a. Editing
Proses editing adalah memeriksa data hasil pengumpulan data, yang berupa
daftar peranyataan, kartu, buku register dan lain-lain. Kegiatan dalam
memeriksa data meliputi:
1. Perhitungan dan penjumlahan
Menghitung banyaknya lembaran-lembaran kuisioner atau daftar
pertanyaan yang telah diisi dan kembali. Kegiatan ini untuk mengetahui
apakah jumlahnya telah sesuai dengan jumlah yang disebarkan atau
ditentukan.
2. Koreksi
Kegiatan ketika koreksi adalah untuk melihat dan memeriksa
kelengkapan data, memeriksa kesinambungan data, memeriksa
keseragaman data.
b. Coding
Coding adalah tindakan untuk memudahkan pengolahan data, maka semua
jawaban atau data hasil penelitian dianggap sangat perlu untuk
disederhanakan. Salah satu cara menyederhanakan data hasil penelitian
-
47
adalah dengan memberikan simbol-simbol atau kode tertentu, dalam
memberi simbol-simbol atau kode, tahapan kegiatan yang dilalui adalah:
1) Untuk jawaban dari pertanyaan tertutup
Cara yang ditempuh adalah memberikan simbol-simbol atau kode
tertentu, biasanya dalam bentuk angka untuk setiap jawaban yang
diberikan oleh responden.
2) Jawaban dari pertanyaan terbuka
Cara yang ditempuh ialah mengambil intisari dari jawaban yang
diberikan, kemudian dikelompokkan menurut kategori tertentu dan
setelah itu tiap kategori diberikan simbol-simbol atau kode berupa
angka.
3) Pemindahan data
Setelah pemberian simbol atau kode pada jawaban kuisioner yang
dibagikan kepada responden selesai, maka data yang sudah diberi kode
dipindahkan ke dalam suatu media yang mudah ditangani untuk
pengolahan data selanjutnya. Pengolahan data dapat dilakukan dengan
cara mekanis, manual atau elektronis.
c. Tabulating
Tabulating, yakni menyusun dan mengorganisir data sedemikian rupa,
sehingga akan dapat dengan mudah untuk dilakukan penjumlahan, disusun
dan disajikan dalam bentuk tabel atau grafik. Pelakasanaan tabulating
dapat dilakukan dengan cara manual atau dengan elektronis.
-
48
4.9 Teknik Analisis data
Setelah dilakukan proses pengolahan/manajemen data, langkah
selanjutnya adalah melakukan proses analisis data. Tujuan analisis data adalah
agar data yang dikumpulkan memiliki arti/makna yang dapat berguna untuk
mengatasi masalah kesehatan. Adapun analisis data yang dilakukan dalam
penelitian ini terdiri dari dua tahap yaitu:
1. Analisis Univariat
Analisis univariat merupakan suatu analisis untuk mendeskripsikan
masing-masing variabel yang diteliti (Arikunto, 2010). Analisa univariat
digunakan untuk mengetahui gambaran data yang dikumpulkan, yaitu
gambaran karakteristik harga diri mahasiswa dengan menghitung nilai
mean, standar deviasi, nilai minimum dan nilai maksimum, selanjutnya
melihat gambaran kemampuan aktualisasi diri mahasiswa secara deskriptif
dengan menghitung distribusi frekuensi dari masing-masing variabel.
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat berguna untuk melihat hubungan dua variabel
(Arikunto, 2010). Dalam peneiltian ini untuk melihat hubungan variabel
harga diri dengan aktualisasi diri. Analisa bivariat yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu uji Korelasi Spearman Rank (Rho). Menurut Sofyan
(2013) uji Korelasi Spearman Rank (Rho) merupakan uji yang ditujukan
untuk mengetahui hubungan antara dua variabel berskala ordinal dengan
ordinal, dimana asumsi uji Korelasi Spearman Rank (Rho) adalah: (1)
Data tidak berdistribusi normal dan (2) Data diukur dalam skala Ordinal.
-
49
Pada uji Korelasi Spearman Rank (Rho) ini tingkat kemaknaan
yang digunakan adalah = 5% (Riwidikdo, 2013). Untuk mengetahui
terdapat hubungan atau tidak dapat dilihat dari nilai signifikan, yaitu jika
Sig > 0,05 maka Ho diterima, dan jika Sig < 0,05 maka Ho ditolak.
Sedangkan untuk mengetahui seberapa besar hubungannya dapat dilihat
dengan nilai koefisien korelasi atau nilai r. Koefisien korelasi memiliki
sifat antara -1 hingga +1 dan sifat nilai koefisien korelasi antara plus (+)
atau minus (-), yang mana jika korelasi positif (+) berarti jika variabel 1
mengalami kenaikan maka variabel 2 juga akan mengalami kenaikan,
begitu sebaliknya dan jika korelasi negatif (-) berarti jika variabel 1
mengalami penurunan maka variabel 2 akan mengalami kenaikan, begitu
sebaliknya, dan keeratan korelasi dapat dikelompokkan sebagai berikut :
0.00-0.20 berarti korelasi memiliki keeratan sangat lemah, 0.21-0.40
berarti korelasi memiliki keeratan lemah, 0.41-0.70 berarti korelasi
memiliki keeratan kuat, 0.71-0.90 berarti korelasi memiliki keeratan
sangat kuat, 0.91-0.99 berarti korelasi memiliki keeratan kuat sekali, dan
1 berarti korelasi sempurna (Sujarweni, 2014).
4.10 Penyajian Data
Dalam penelitian ini, data disajikan dalam bentuk tabulasi yang
kemudian dijabarkan dalam bentuk tulisan.
-
50
4.11 Etika Penelitian
Peneliti dalam melakukan penelitian ini menerapkan prinsip etis
(Siswanto, 2013), sebagai berikut:
1. Memperlakukan partisipan secara terhormat.
Proses penelitian menyangkut orang dan kehidupannya. Bagi beberapa
orang, menjadi partisipan penelitian adalah suatu hal yang
menyenangkan, namun ada juga yang tidak suka terlibat dalam penelitian,
baik sebagai responden maupun informan. Ada juga yang terlibat karena
terpaksa. Apapun bentuk keterlibatan orang lain, peneliti tidak boleh
mengganggu kepentingan mereka sedikitpun.
2. Menjaga kerahasiaan identitas dan informasi dari partisipan.
Peneliti wajib menjaga kerahasiaan partisipan penelitian dan informasi
yang diperoleh.
3. Menentukan apakah penelitian dilakukan secara terbuka atau tertutup.
-
73
BAB V
HASIL PENELITIAN
Bab ini peneliti akan menjabarkan beberapa temuan selama melakukan
penelitian yang dibahas dengan menggunakan analisa univariat dan bivariat. Hasil
penelitian ini telah menjawab permasalahan yang telah dihipotesiskan.
A. Gambaran Umum Tempat Penelitian
Program Studi Ilmu Keperawatan mendapatkan izin penyelenggaraan
berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan Nasional RI Nomor:1356/D/T2005 tanggal 10 Mei 2005 dan
Keputusan Direktur Jenderal Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama RI
Nomor:Dj.II/123/2005 tanggal 17 Mei 2005, yang diperpanjang izin
penyelenggaraannya sesuai Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam
Kementerian Agama RI Nomor: Dj.I/38/2010 tanggal 29 Januari 2010. Lulusan
PSIK bergelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) dan lulusan pendidikan profesinya
mendapat sebutan Ners (Ns).
Pada tahun 2012 Program St