hubungan antara tingkat pendidikan pengrajin tahu …lib.unnes.ac.id/21634/1/3201411102-s.pdf · 1...

85
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PENGRAJIN TAHU DENGAN CARA PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI TAHU DI KECAMATAN JATI KABUPATEN KUDUS SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh: Khoirur Rohmah NIM: 3201411102 JURUSAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2015

Upload: trannga

Post on 03-Mar-2019

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PENGRAJIN TAHU …lib.unnes.ac.id/21634/1/3201411102-S.pdf · 1 Karakteristik Beberapa Limbah Cair Industri Kerupuk Kulit dan Industri ... Gambar

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PENGRAJIN

TAHU DENGAN CARA PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI

TAHU DI KECAMATAN JATI KABUPATEN KUDUS

SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

Khoirur Rohmah

NIM: 3201411102

JURUSAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2015

Page 2: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PENGRAJIN TAHU …lib.unnes.ac.id/21634/1/3201411102-S.pdf · 1 Karakteristik Beberapa Limbah Cair Industri Kerupuk Kulit dan Industri ... Gambar

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia

Ujian Skripsi pada :

Hari : Jumat

Tanggal : 28 Agustus 2015

Mengetahui,

Pembimbing

Page 3: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PENGRAJIN TAHU …lib.unnes.ac.id/21634/1/3201411102-S.pdf · 1 Karakteristik Beberapa Limbah Cair Industri Kerupuk Kulit dan Industri ... Gambar

iii

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas

Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang pada:

Hari : Rabu

Tanggal : 9 September 2015

Penguji I

Penguji II

Ariyani Indrayati, S.Si,M.Sc. NIP.197806132005012005

Penguji III

Page 4: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PENGRAJIN TAHU …lib.unnes.ac.id/21634/1/3201411102-S.pdf · 1 Karakteristik Beberapa Limbah Cair Industri Kerupuk Kulit dan Industri ... Gambar

iv

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang ditulis di dalam skripsi ini benar-benar skripsi saya

sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya.

Pendapat atau temuan yang terdapat di dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk

berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, 28 Agustus 2015

Khoirur Rohmah

NIM. 3201411102

Page 5: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PENGRAJIN TAHU …lib.unnes.ac.id/21634/1/3201411102-S.pdf · 1 Karakteristik Beberapa Limbah Cair Industri Kerupuk Kulit dan Industri ... Gambar

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO:

Bukan kecerdasan anda, melainkan sikap andalah yang akan mengangkat

anda dalam kehidupan (Muhammad, SAW).

Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut untuk

berbuat suatu kebaikan, maka jaminan bagi orang tersebut adalah tidak

akan bertemunya ia dengan kemajuan selangkah pun (Ir. Soekarno).

Berusahalah untuk tidak menjadi manusia yang berhasil tapi berusahalah

untuk menjadi manusia yang berguna (Albert Einstein).

Hidup terlalu singkat hanya untuk bersenang-senang tanpa adanya suatu

pencapaian (Khoirur Rohmah).

PERSEMBAHAN:

Tanpa mengurangi rasa syukur kepada Allah

SWT, kupersembahkan karyaku ini kepada :

Bapak dan Ibu tercinta, terima kasih atas

semua yang telah diberikan.

Mbak dan adik-adik yang selalu

mendukung.

Teman-teman Pendidikan Geografi ’11,

terima kasih atas bantuan dan

kerjasamanya.

Page 6: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PENGRAJIN TAHU …lib.unnes.ac.id/21634/1/3201411102-S.pdf · 1 Karakteristik Beberapa Limbah Cair Industri Kerupuk Kulit dan Industri ... Gambar

vi

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik,

dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Hubungan antara Tingkat Pendidikan Pengrajin Tahu dengan Cara Pengelolaan

Limbah Industri Tahu di Kecamatan Jati Kabupaten Kudus” ini dengan baik.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, dorongan dan bimbingan

dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada

yang terhormat :

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum, Rektor Universitas Negeri Semarang atas

segala bimbingan dan arahan selama menjadi mahasiswa Universitas Negeri

Semarang.

2. Dr. Subagyo, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Sosial atas segala bimbingan dan

arahan selama menjadi mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial.

3. Drs. Apik Budi Santoso., M.Si, Ketua Jurusan Geografi atas segala

bimbingan dan arahan selama menjadi mahasiswa Geografi.

4. Drs. Sriyono, M.Si, atas segala arahan dan bimbingan dalam penyusunan

skripsi ini.

5. Drs. Mundir, M.M., Kepala Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Kudus,

atas bantuannya dalam penyusunan skripsi ini.

6. Warga Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus, atas bantuan dan kerjasamanya

dalam penyusunan skripsi ini.

7. Berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah

memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung.

Page 7: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PENGRAJIN TAHU …lib.unnes.ac.id/21634/1/3201411102-S.pdf · 1 Karakteristik Beberapa Limbah Cair Industri Kerupuk Kulit dan Industri ... Gambar

vii

Semoga bantuan dan bimbingan yang telah diberikan menjadi amal

kebaikan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, maka

dari itu kritik dan saran yang sifatnya membangun dari berbagai pihak sangat

diharapkan guna kelengkapan dan kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri

khususnya dan berguna bagi pembaca pada umumnya.

Semarang, 28 Agustus 2015

Penulis

Page 8: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PENGRAJIN TAHU …lib.unnes.ac.id/21634/1/3201411102-S.pdf · 1 Karakteristik Beberapa Limbah Cair Industri Kerupuk Kulit dan Industri ... Gambar

viii

SARI

Rohmah, Khoirur. 2015. Hubungan antara Tingkat Pendidikan Pengrajin Tahu

dengan Cara Pengelolaan Limbah Hasil Industri Tahu di Kecamatan Jati

Kabupaten Kudus.Skripsi. Jurusan Geografi. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas

Negeri Semarang. Pembimbing I Drs. Sriyono, M.Si. 112 halaman.

Kata Kunci: Tingkat Pendidikan, Limbah Industri Tahu, Pengelolaan

Limbah Tahu

Industri tahu dalam proses produksinya selain menghasilkan produk utama

berupa tahu juga menimbulkan limbah, baik padat maupun cair. Limbah yang

dibuang ke lingkungan harus diolah terlebih dahulu. Pengrajin tahu dengan tingkat

pendidikan yang tinggi diperkirakan memiliki kesadaran dan kepedulian yang

tinggi terhadap lingkungan. Tujuan penelitian: mengetahui ada tidaknya hubungan

antara tingkat pendidikan pengrajin tahu dengan cara pengelolaan limbah industri

tahu.

Lokasi penelitian ini adalah Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus. Penelitian

ini merupakan penelitian korelasi. Populasi dalam penelitian ini adalah semua

pengrajin tahu yang ada di Kecamatan Jati, Kudus, yang berjumlah 25 orang.

Variabel bebas penelitian adalah tingkat pendidikan dengan batasan tingkat

pendidikan Formal terakhir dan pendidikan non Formal. Variabel terikat

penelitian adalah cara pengelolaan limbah dengan batasan pengelolaan limbah

padat dan limbah cair hasil industri tahu. Teknik pengumpulan data yang

digunakan adalah angket dan observasi yang dilengkapi dengan wawancara dan

dokumentasi. Peneliti menyusun instrumen degan panduan dosen pembimbing.

Instrumen penelitian berupa angket yang berisi 41 pertanyaan mencakup riwayat

pengrajin tahu, tingkat pendidikan pengrajin tahu, pengelolaan limbah industri

tahu. Data hasil penelitian dianalisis menggunakan deskriptif dan korelasi Product

Moment.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: tingkat pendidikan pengrajin tahu di

Kecamatan Jati termasuk rendah karena pendidikan Formalnya tinggi namun

pendidikan non Formalnya rendah. Pengrajin tahu di Kecamatan Jati mempunyai

cara pengelolaan limbah yang buruk karena sebagian besar pengrajin membuang

limbahnya langsung ke sungai tanpa diolah. Analisis korelasi Product Moment

diperoleh angka 0,93. Dan, rhitung > rtabel, hal ini menunjukkan terdapat hubungan

antara dua variabel. Hipotesis yang menyatakan ada hubungan antara tingkat

pendidikan dengan cara pengelolaan limbah dapat diterima. Tingginya tingkat

pendidikan dapat mempengaruhi cara pengelolaan limbah yang baik.

Saran yang diajukan peneliti agar pemerintah menyelenggarakan pelatihan

dan penyuluhan secara merata kepada pengrajin tahu. Dalam kegiatan pelatihan

dan penyuluhan juga disampaikan tentang adanya progam bantuan IPAL kepada

pengrajin tahu dan prosedur untuk memperoleh bantuan tersebut. Menetapkan

sanksi khusus kepada industri kecil yang membuang limbah ke lingkungan tanpa

diolah terlebih dahulu.

Page 9: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PENGRAJIN TAHU …lib.unnes.ac.id/21634/1/3201411102-S.pdf · 1 Karakteristik Beberapa Limbah Cair Industri Kerupuk Kulit dan Industri ... Gambar

ix

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ............................................................................ iii

PERNYATAAN ..................................................................................................... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN .......................................................................... v

PRAKATA ............................................................................................................. vi

SARI ..................................................................................................................... viii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1.Latar Belakang .............................................................................................. 1

1.2.Rumusan Masalah ......................................................................................... 4

1.3.Tujuan Penelitian ........................................................................................... 4

1.4.Manfaat Penelitian ......................................................................................... 4

1.4.1 Manfaat Teoritis ...................................................................................... 4

1.4.2 Manfaat Praktis ....................................................................................... 4

1.5.Batasan Istilah ............................................................................................... 5

1.5.1 Tingkat Pendidikan ................................................................................. 5

1.5.2 Pengrajin tahu ......................................................................................... 5

1.5.3 Limbah Industri Tahu ............................................................................. 6

1.5.4 Cara Pengelolaan Limbah Industri Tahu ................................................ 6

1.5.5 Pengetahuan tentang Limbah Industri Tahu ........................................... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR .............................. 7

2.1. Landasan Teori ............................................................................................. 7

2.1.1 Tingkat Pendidikan ................................................................................. 7

2.1.2 Pengrajin Tahu ...................................................................................... 12

2.1.3 Pengelolaan Limbah ............................................................................. 14

2.1.4 Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) ............................................. 29

2.1.5 Biogas ................................................................................................... 29

2.1.6 Hubungan Tingkat Pendidikan terhadap Cara Pengelolaan Limbah .... 30

Page 10: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PENGRAJIN TAHU …lib.unnes.ac.id/21634/1/3201411102-S.pdf · 1 Karakteristik Beberapa Limbah Cair Industri Kerupuk Kulit dan Industri ... Gambar

x

2.2. Kerangka Berfikir ....................................................................................... 32

2.3. Hipotesis ..................................................................................................... 34

BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 35

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 35

3.2. Metode Penelitian ....................................................................................... 35

3.3. Desain Penelitian ........................................................................................ 35

3.4. Populasi dan Sampel .................................................................................. 35

3.4.1 Populasi ................................................................................................. 35

3.4.2 Sampel .................................................................................................. 37

3.5. Variabel Penelitian ..................................................................................... 37

3.5.1 Variabel bebas (x) ................................................................................. 37

3.5.2 Variabel terikat (y): ............................................................................... 38

3.6. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 38

3.6.1 Teknik Observasi .................................................................................. 38

3.6.2 Teknik Wawancara ............................................................................... 39

3.6.3 Teknik Angket (Kuesioner) .................................................................. 39

3.6.4 Teknik Dokumentasi ............................................................................. 39

3.7. Teknik Analisis Data .................................................................................. 40

3.7.1 Statistik Deskriptif ................................................................................ 40

3.7.2 Korelasi Product – Moment (Korelasi Pearson) ................................... 45

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 48

4.1. Gambaran Umum Kecamatan Jati Kabupaten Kudus ................................ 48

4.1.1 Letak dan Luas Wilayah.................................................................. 48

4.1.2 Sarana Pemerintahan ....................................................................... 51

4.1.3 Penduduk dan Tenaga Kerja ........................................................... 51

4.1.4 Perindustrian ................................................................................... 52

4.1.5 Riwayat Pengrajin Tahu .................................................................. 57

4.1.6 Peternakan ............................................................................................. 66

4.1.7 IPAL dan Biodigester ........................................................................... 67

4.2. Hasil Penelitian ........................................................................................... 71

4.2.1 Tingkat Pendidikan ............................................................................... 71

4.2.2 Cara Pengelolaan Limbah Tahu ............................................................ 78

Page 11: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PENGRAJIN TAHU …lib.unnes.ac.id/21634/1/3201411102-S.pdf · 1 Karakteristik Beberapa Limbah Cair Industri Kerupuk Kulit dan Industri ... Gambar

xi

4.2.3 Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Cara Pengelolaan Limbah

Tahu ............................................................................................................... 81

4.3. Pembahasan ................................................................................................ 84

4.3.1 Tingkat Pendidikan Pengrajin Tahu ..................................................... 84

4.3.2 Cara Pengelolaan Limbah Hasil Industri Tahu ..................................... 86

4.3.3 Analisis Hubungan antara Tingkat Pendidikan Pengrajin Tahu dengan

Cara Pengelolaan Limbah Hasil Industri Tahu .............................................. 89

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 91

5.1. Simpulan ..................................................................................................... 91

5.2. Saran ........................................................................................................... 91

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 92

LAMPIRAN .......................................................................................................... 94

Page 12: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PENGRAJIN TAHU …lib.unnes.ac.id/21634/1/3201411102-S.pdf · 1 Karakteristik Beberapa Limbah Cair Industri Kerupuk Kulit dan Industri ... Gambar

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Karakteristik Beberapa Limbah Cair Industri Kerupuk Kulit dan

Industri Tempe. ..................................................................................................... 17

Tabel 3. 1 Populasi Penelitian............................................................................... 36

Tabel 3. 2 Perubahan Populasi Penelitian ............................................................. 36

Tabel 3. 3 Tingkat Pendidikan Berdasarkan Tahun Sukses .................................. 37

Tabel 3. 4 Jawaban Responden ............................................................................. 41

Tabel 3. 5 Contoh Tabel Frekuensi Relatif ........................................................... 41

Tabel 3. 6 Kriteria Tingkat Pendidikan ................................................................. 43

Tabel 3. 7 Kriteria Cara Pengelolaan Limbah Hasil Industri Tahu ....................... 45

Tabel 3. 8 Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Terhadap Koefisien Korelasi

............................................................................................................................... 47

Tabel 4. 1 Pembagian Wilayah Administrasi Pemerintahan Desa di Kecamatan

Jati Tahun 2013................................................................................................... 51

Tabel 4. 2 Jumlah Perusahaan Industri Besar dan Sedang Dirinci Menurut Desa di

Kecamatan Jati Tahun 2013 .................................................................................. 53

Tabel 4. 3 Jumlah Perusahaan Industri Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga

Dirinci Menurut Desa di Kecamatan Jati Tahun 2006 .......................................... 54

Tabel 4. 4 Jumlah Pengrajin Tahu Menurut Desa Di Kecamatan Jati .................. 55

Tabel 4. 5 Profil Industri Tahu di Kecamatan Jati Tahun 2015 ............................ 56

Tabel 4. 6 Pengalaman Kerja Pengrajin Tahu ....................................................... 57

Tabel 4. 7 Perolehan Keterampilan Membuat Tahu ............................................. 57

Tabel 4. 8 Modal Usaha ........................................................................................ 58

Tabel 4. 9 Jumlah Tenaga Kerja ........................................................................... 59

Tabel 4. 10 Rata-rata Jumlah Kedelai Perhari ...................................................... 59

Tabel 4. 11 Rata-rata Pendapatan Bersih Perbulan ............................................... 60

Tabel 4. 12 Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal ........... 60

Tabel 4. 13 Pendidikan Non-Fromal Responden tentang Pengolahan Limbah

Industri Tahu ......................................................................................................... 61

Tabel 4. 14 Pengetahuan Pengrajin Tahu tentang Limbah Industri Tahu ............. 62

Tabel 4. 15 Cara Pengolahan Limbah Cair Tahu .................................................. 64

Tabel 4. 16 Banyaknya Ternak dirinci Menurut Jenis Ternak dan Desa di

Kecamatan Jati Tahun 2013 (Ekor)....................................................................... 66

Tabel 4. 17 Data IPAL dan Biodigester Mandiri di Kecamatan Jati, Kabupaten

Kudus .................................................................................................................... 67

Tabel 4. 18 Hasil Perhitungan Lembar Angket Tingkat Pendidikan .................... 71

Tabel 4. 19 Tingkat Pendidikan Pengrajin Tahu ................................................... 72

Tabel 4. 20 Persiapan Analisis Korelasi Antara Pelatihan dengan Cara

pengelolaan Limbah .............................................................................................. 73

Tabel 4. 21 Persiapan Analisis Penyuluhan dengan Cara pengelolaan Limbah ... 76

Tabel 4. 22 Hasil Perhitungan Lembar Angket Cara Pengolahan Limbah Tahu .. 79

Page 13: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PENGRAJIN TAHU …lib.unnes.ac.id/21634/1/3201411102-S.pdf · 1 Karakteristik Beberapa Limbah Cair Industri Kerupuk Kulit dan Industri ... Gambar

xiii

Tabel 4. 23 Cara Pengelolaan Limbah Hasil Industri Tahu .................................. 80

Tabel 4. 24 Persiapan Analisis Korelasi antara Tingkat Pendidikan dengan Cara

Pengelolaan Limbah .............................................................................................. 81

Page 14: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PENGRAJIN TAHU …lib.unnes.ac.id/21634/1/3201411102-S.pdf · 1 Karakteristik Beberapa Limbah Cair Industri Kerupuk Kulit dan Industri ... Gambar

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Proses Pengolahan Limbah Sederhana Sistem Kombinasi Anaerobik-

Aerobik dengan Biofilter (Herlambang, dkk. 2002). ............................................ 21

Gambar 2. 2 Skema Proses Lumpur Aktif (Departemen Perindustrian, 2007) ..... 22

Gambar 2. 3 Skema Proses Sistem RBC (Departemen perindustrian, 2007) ....... 24

Gambar 2. 4 Skema Reaktor UASB (Departemen Perindustrian, 2007) .............. 26

Gambar 2. 5 Penampang Melintang Sistem Septik Tank (Sugiharto, 1987 dalam

Departemen Perindustrian, 2007).......................................................................... 27

Gambar 4. 1 Peta Lokasi Penelitian...................................................................... 50

Gambar 4. 2 Salah Satu Peternak yang Membeli Limbah Padat (Ampas Tahu)

untuk Pakan Ternak............................................................................................... 63

Gambar 4. 3 Limbah Cair yang Langsung dibuang ke Sungai ............................. 65

Gambar 4. 4 Limbah Cair Tahu di Bak Pengontrol untuk disalurkan ke Reaktor

Biogas .................................................................................................................... 65

Gambar 4. 5 Bak Penampuangan Limbah Cair yang Sudah diolah untuk

disalurkan ke Sungai ............................................................................................. 65

Gambar 4. 6 Reaktor Biogas (digester)................................................................. 66

Gambar 4. 7 Komunal di Desa Ploso .................................................................... 69

Gambar 4. 8 IPAL Mandiri Bantuan dari BLH (Badan Lingkungan Hidup)

Provinsi Jawa Tengah ........................................................................................... 69

Gambar 4. 9 IPAL Mandiri Bantuan dari KLH (Kantor Lingkungan Hidup)

Kabupaten Kudus .................................................................................................. 70

Page 15: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PENGRAJIN TAHU …lib.unnes.ac.id/21634/1/3201411102-S.pdf · 1 Karakteristik Beberapa Limbah Cair Industri Kerupuk Kulit dan Industri ... Gambar

xv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kisi-kisi Instrumen Angket ........................................................................ 95

2. Angket Penelitian ....................................................................................... 96

3. Pedoman Wawancara (KLH) ................................................................... 104

4. Pedoman Wawancara (Masyarakat) ......................................................... 107

5. Proses Pengolahan Limbah Cair Tahu

Menjadi Biogas Secara Anaerob .............................................................. 109

6. Proses Pengolahan Limbah Cair Tahu ..................................................... 110

7. Struktur Organisasi IPAL Biogas Tahu

Desa Ploso, kecamatan Jati, Kabupaten Kudus ........................................ 111

8. Hasil Angket Penelitian Riwayat Pengrajin Tahu

dan Tingkat Pendidikan Pengrajin Tahu .................................................. 112

9. Hasil Angket Cara Pengelolaan Limbah Hasil Industri Tahu .................. 113

Page 16: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PENGRAJIN TAHU …lib.unnes.ac.id/21634/1/3201411102-S.pdf · 1 Karakteristik Beberapa Limbah Cair Industri Kerupuk Kulit dan Industri ... Gambar

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Kudus merupakan kabupaten terkecil di Jawa Tengah dengan luas wilayah

mencapai 42.516 Ha yang terbagi dalam 9 kecamatan. Kudus merupakan daerah

industri dan perdagangan, dimana sektor ini dapat menyerap banyak tenaga kerja

dan memberikan kontribusi yang besar terhadap pendapatan daerah. Salah satu

industri kecil yang berkembang pesat di Kudus adalah industri tahu.

Berbagai pihak mengadakan pelatihan dan penyuluhan dalam rangka

mengembangkan industri ini, mulai dari dinas perindustrian dan UMKM,

Lingkungan Hidup, KOPTI, PLN, serta bank, melakukan pelatihan dan

penyuluhan. Pelatihan dan penyuluhan tersebut meliputi peningkatan kuantitas

dan kualitas hasil produksi, pengetahuan tentang limbah dan cara pengelolaannya,

cara menghemat listrik, serta bagaimana cara mendapatkan modal pinjaman untuk

mengembangkan usaha. Namun, pelatihan dan penyuluhan ini belum sepenuhnya

merata ke semua pengrajin di Kabupaten Kudus, dikarenakan pelatihan dan

penyuluhan hanya diberikan kepada pengrajin yang telah memiliki izin usaha.

Berkembangnya industri tahu di Kudus dapat dilihat dari berdirinya

industri-industri tahu baru dan pemasarannya meliputi Kudus, Jepara, Demak,

Pati, dan Semarang. Pesatnya perkembangan industri selain membawa dampak

positif seperti peningkatan pendapatan keluarga dan penyerapan tenaga kerja, juga

menimbulkan dampak negatif berupa limbah hasil industri. Salah satu limbah

industri rumah tangga bidang pangan yang banyak ditemukan adalah limbah

Page 17: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PENGRAJIN TAHU …lib.unnes.ac.id/21634/1/3201411102-S.pdf · 1 Karakteristik Beberapa Limbah Cair Industri Kerupuk Kulit dan Industri ... Gambar

2

pengolahan tahu. Pada proses produksi industri tahu disamping menghasilkan

produk utama berupa tahu, juga menimbulkan limbah baik limbah padat maupun

cair. Limbah padat dihasilkan dari proses penyaringan dan penggumpalan, limbah

ini biasa diolah menjadi tempe gembus, dan pakan ternak. Sedangkan limbah

cairnya dihasilkan dari proses pencucian, perebusan, pengepresan dan pencetakan

tahu. Limbah cair tahu mengandung kadar BOD dan COD yang cukup tinggi, jika

langsung dibuang ke badan air akan menurunkan daya dukung lingkungan.

Menurut Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 82 Tahun 2001 tetang

pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air, pasal 25 menyatakan

setiap usaha dan atau kegiatan wajib membuat rencana penanggulangan

pencemaran air pada keadaan darurat dan/ atau keadaan yang tidak terduga

lainnya.

Pengelolaan limbah padat (ampas tahu) di Kabupaten Kudus yaitu dijual

kepada peternak di lingkungan sekitar industri dan maupun ke peternak dari

Kabupaten Boyolali untuk pakan sapi dan babi. Selain untuk pakan ternak, ampas

tahu juga dibuat tempe gembus. Sedangkan untuk limbah cair, ada bantuan IPAL

(Instalasi Pengolahan Air Limbah) dari Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten

Kudus dan Badan Lingkungan Hidup Jawa Tengah. Bantuan ini diberikan dengan

syarat industri tersebut harus sudah mempunyai izin dan mempunyai lahan yang

cukup luas untuk dibuat IPAL. Dari bantuan tersebut, ada beberapa pengrajin tahu

yang sudah mengelola limbah cairnya menjadi biogas.

Menurut data yang diperoleh dari Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten

Kudus, di Desa Ploso, Kecamatan Jati terdapat IPAL komunal, ada empat belas

Page 18: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PENGRAJIN TAHU …lib.unnes.ac.id/21634/1/3201411102-S.pdf · 1 Karakteristik Beberapa Limbah Cair Industri Kerupuk Kulit dan Industri ... Gambar

3

pengrajin yang menyalurkan limbah ke IPAL tersebut. Bantuan IPAL ini

diberikan pada tahun 2007. Dalam mengelola IPAL ini terdapat sebuah organisasi

yang diketuai oleh Sriwijiyanto. Sriwijiyanto merupakan sarjana pertanian dari

Universitas Negeri Surakarta (UNS), beliau yang memiliki gagasan untuk

mengajukan bantuan IPAL komunal di Desa Ploso dan mengajak beberapa

industri tahu untuk bergabung dalam IPAL komunal tersebut. Desa Ploso juga

terdapat industri tahu yang memiliki IPAL mandiri, yaitu industri tahu Ada Rasa

yang dikelola oleh Yanto. Sebelumnya, Yanto pernah mendapatkan pelatihan

tentang pengolahan limbah oleh Badan Lingkungan Hidup (BLH) Jawa Tengah.

Awalnya keberadaan industri tahu di Desa Ploso ini mendapatkan respon

negatif dari masyarakat karena limbah tahu yang berbau tidak sedap. Setalah

dilakukan pengolahan limbah menjadi biogas, masyarakat mulai menerima

keberadaan industri tahu karena masyarakat sekitar juga memanfaatkan biogas

yang ada baik untuk keperluan rumah tangga maupun untuk berjualan. Namun

sebagian besar industri tahu di Kecamatan Jati masih belum mengolah limbah

padat maupun cair. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti terhadap

beberapa pengrajin tahu di Desa Ploso, Kecamatan Jati, pengrajin tahu belum

mengolah limbah tahu sebagian besar dikarenakan pengrajin tahu tidak

mengetahui bagaimana cara mengolah limbah. Selain itu, pendidikan Formal

pengrajin tahu tersebut rendah, serta belum pernah mendapatkan pelatihan

maupun penyuluhan dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) setempat.

Berdasarkan latar belakang di atas, pendidikan yang dimiliki oleh

pengrajin tahu diperkirakan mempunyai hubungan terhadap cara pengrajin dalam

Page 19: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PENGRAJIN TAHU …lib.unnes.ac.id/21634/1/3201411102-S.pdf · 1 Karakteristik Beberapa Limbah Cair Industri Kerupuk Kulit dan Industri ... Gambar

4

mengelola limbah hasil industri. Hal ini membuat peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul

“HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PENGRAJIN

TAHU DENGAN CARA PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI TAHU DI

KECAMATAN JATI KABUPATEN KUDUS”.

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, ditarik rumusan masalah,

yaitu: adakah hubungan positif antara tingkat pendidikan pengrajin tahu dengan

cara pengelolaan limbah industri tahu?

1.3.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah mengetahui ada tidaknya

hubungan positif antara tingkat pendidikan pengrajin tahu dengan cara

pengelolaan limbah industri tahu.

1.4.Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak,

anatara lain:

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan

dan wawasan dalam mengkaji limbah industri tahu dan upaya pengelolaan limbah

industri tahu untuk pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu lingkungan.

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Penelitian ini memberikan tambahan pengetahuan tentang berbagai macam

upaya pengelolaan limbah industri tahu yang dilakukan para pengrajin tahu,

Page 20: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PENGRAJIN TAHU …lib.unnes.ac.id/21634/1/3201411102-S.pdf · 1 Karakteristik Beberapa Limbah Cair Industri Kerupuk Kulit dan Industri ... Gambar

5

untuk pertimbangan penyusunan kebijakan bagi pihak-pihak yang

berkompeten (Pemkab, Pemprov, dll.)

b. Penelitian ini memberikan referensi dan masukan bagi para pelaku industri

tahu tentang pentingnya mengelola limbah sehingga tidak menimbulkan

pencemaran lingkungan.

1.5.Batasan Istilah

1.5.1 Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan adalah suatu tahap dalam pendidikan berkelanjutan

yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan para peserta didik serta

keluasan dan kedalaman bahan pengajaran. Menurut Undang-Undang Nomor 20

Tahun 2003, pendidikan Formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan

menengah, dan pendidikan tinggi. Sedangkan, pendidikan nonFormal adalah jalur

pendidikan di luar pendidikan Formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur

dan berjenjang.

Tingkat pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat

pendidikan Formal dan nonFormal pengrajin tahu. Tingkat pendidikan Formal

diukur dengan tahun sukses. Sedangkan tingkat pendidikan nonFormal diukur dari

seberapa sering pengrajin tahu memperoleh pelatihan dan penyuluhan yang

berkaitan dengan limbah.

1.5.2 Pengrajin tahu

Pengrajin tahu adalah bagian dari masyarakat yang memiliki mata

pencaharian memproduksi tahu. Pengrajin tahu yang dimaksud dalam penelitian

ini adalah pemilik industri tahu di Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus.

Page 21: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PENGRAJIN TAHU …lib.unnes.ac.id/21634/1/3201411102-S.pdf · 1 Karakteristik Beberapa Limbah Cair Industri Kerupuk Kulit dan Industri ... Gambar

6

1.5.3 Limbah Industri Tahu

Industri tahu dalam proses produksinya selain menghasilkan produk

berupa tahu, juga menimbulkan adanya limbah. Menurut Kristanto (2004), limbah

adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak

dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomi. Limbah yang akan

dibahas dalam penelitian ini adalah limbah padat dan limbah cair hasil industri

tahu.

1.5.4 Cara Pengelolaan Limbah Industri Tahu

Pengelolaan limbah industri pangan (cair, padat dan gas) diperlukan untuk

meningkatkan pencapaian tujuan pengelolaan limbah (pemenuhan peraturan

pemerintah), serta untuk meningkatkan efisiensi pemakaian sumber daya. Cara

pengelolaan limbah industri tahu yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

tindakan yang dilakukan oleh pengrajin tahu terhadap limbah indutsri tahu.

1.5.5 Pengetahuan tentang Limbah Industri Tahu

Pengetahuan merupakan proses pengalaman khusus yang bertujuan

menciptakan perubahan terus-menerus dalam perilaku atau pemikiran (Seifert,

2008). Pengetahuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pemahaman

pengrajin tahu mengenai limbah industri tahu secara teori saja.

Page 22: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PENGRAJIN TAHU …lib.unnes.ac.id/21634/1/3201411102-S.pdf · 1 Karakteristik Beberapa Limbah Cair Industri Kerupuk Kulit dan Industri ... Gambar

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

2.1. Landasan Teori

Pada sub bab ini akan membahas mengenai tingkat pendidikan (baik

Formal maupun nonFormal, pengertian pengrajin tahu, pengelolaan limbah

industri tahu, dan hubungan antara tingkat pendidikan dengan cara pengelolaan

limbah industri tahu.

2.1.1 Tingkat Pendidikan

2.1.1.1 Pengertian Pendidikan

Pendidikan adalah proses pengembangan potensi, kemampuan, dan

kapasitas manusia yang mudah dihubungkan oleh kebiasaan, kemudian

disempurnakan dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik, didukung dengan alat

(media) yang disusun sedemikian rupa, sehingga pendidikan dapat digunakan

untuk menolong orang lain atau dirinya sendiri dalam mencapai tujuan-tujuan

yang telah ditetapkan (Brubacher dalam Suwarno, 2008).

Pendidikan adalah: pertama, keseluruhan proses di mana seseorang

mengembangkan kemampuan, sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya yang

bernilai positif dalam masyarakat di tempat hidupnya; kedua, pendidikan adalah

proses sosial di mana seseorang dihadapkan pada hubungan lingkungan yang

terpilih dan terkontrol (khusus yang datang dari sekolah), sehingga orang tersebut

bisa mendapat atau mengalami perkembangan kemampuan sosial maupun

kemampuan individual secara optimal (Good dalam Suwarno, 2008).

Page 23: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PENGRAJIN TAHU …lib.unnes.ac.id/21634/1/3201411102-S.pdf · 1 Karakteristik Beberapa Limbah Cair Industri Kerupuk Kulit dan Industri ... Gambar

8

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS

(sistem pendidikan nasional), pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Tingkat

(jenjang) pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan

tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan

yang dikembangkan. Tingkat pendidikan di Indonesia terdiri atas tiga jenjang

yakni pendidikan dasar (SD/MI/sederajat dan SMP/MTs/sederajat), pendidikan

menengah (SMA/MA/SMK/sederajat) dan pendidikan tinggi (perguruan tinggi).

2.1.1.2 Jalur pendidikan

Menurut Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik

untuk mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai

dengan tujuan pendidikan.

Jalur pendidikan terdiri dari jalur Formal, nonFormal, dan inFormal.

Dalam Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003, pendidikan Formal adalah

jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan

dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan nonFormal

adalah jalur pendidikan di luar pendidikan Formal yang dapat dilaksanakan secara

terstruktur dan berjenjang. Pendidikan inFormal adalah jalur pendidikan keluarga

dan lingkungan.

Page 24: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PENGRAJIN TAHU …lib.unnes.ac.id/21634/1/3201411102-S.pdf · 1 Karakteristik Beberapa Limbah Cair Industri Kerupuk Kulit dan Industri ... Gambar

9

2.1.1.3 Pendidikan Formal

Menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003, pasal 14, jenjang

pendidikan sekolah terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan

pendidikan tinggi. Disamping jenjang pendidikan itu dapat diadakan pendidikan

prasekolah, yang tidak merupakan prasyarat untuk memasuki pendidikan dasar.

Pendidikan dasar menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 pasal 17

menyatakan bahwa pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang

melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk sekolah

dasar (SD) dan madrasah ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta

sekolah menengah pertama (SMP) dan madrasah tsanawiyah (MTs), atau bentuk

lainyang sederajat.

Menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 pasal 17, pendidikan

menengah merupakan lanjutan dari pendidikan dasar. Pendidikan menengah

terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan.

Pendidikan menengah berbentuk sekolah menengah atas (SMA), madrasah aliyah

(MA), sekolah menengah kejuruan (SMK), dan madrasah aliyah kejuruan (MAK),

atau bentuk ain yang sederajat.

Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional pasal 19 menyatakan bahwa pendidikan tinggi merupakan jenjang

pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan

diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh

pendidikan tinggi.

Page 25: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PENGRAJIN TAHU …lib.unnes.ac.id/21634/1/3201411102-S.pdf · 1 Karakteristik Beberapa Limbah Cair Industri Kerupuk Kulit dan Industri ... Gambar

10

2.1.1.4 Pendidikan NonFormal

Dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 pasal 26 menyatakan

bahwa pendidikan Non Formal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang

memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah,

dan/ atau pelengkap pendidikan Formal dalam rangka mendukung pendidikan

sepanjang hayat. Pendidikan Non Formal berfungsi mengembangkan potensi

peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan

fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian professional. Pendidikan

Non Formal meliputi pendidikan kecakapan kepemudaan, pendidikan

pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan

pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk

mengembangkan kemampuan peserta didik.

Hasbullah (2008), dalam perspektif pendidikan seumur hidup, semua

orang secara potensial merupakan anak didik dalam berbagai tahap perkembangan

hidupnya. Oleh karena itu, anak didik yang dapat menjadi sasaran pendidikan

jalur luar sekolah sangat luas dan bervariasi. Dalam konteks ini dapat

diklasifikasikan ke dalam enam kategori, yang masing-masing dengan prioritas

programnya berikut ini.

a. Para Buruh dan Petani

Golongan ini mempunyai pendidikan yang sangat rendah atau bahkan

tanpa pendidikan sama sekali. Program pendidikan yang harus diberikan

kepada mereka adalah pertama, pendidikan yang bisa atau mampu menolong

meningkatkan produktivitas mereka dengan cara mengajarkan berbagai

Page 26: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PENGRAJIN TAHU …lib.unnes.ac.id/21634/1/3201411102-S.pdf · 1 Karakteristik Beberapa Limbah Cair Industri Kerupuk Kulit dan Industri ... Gambar

11

keterampilan dan metode baru terutama seperti bertani atau sejenisnya;

kedua, pendidikan yang mampu mendidik mereka agar bisa memenuhi

kewajiban sebagai warga negara dan sebagai kepala keluarga yang baik

sehinga mereka menyadari bahwa pendidikan bagi anak-anak mereka adalah

sangat penting; ketiga, pendidikan yang mendidik mereka bagaimana

memanfaatkan waktu senggang secara efektif, terutama dengan kegiatan-

kegiatan yag menyenangkan serta produktif sehingga hidupnya lebih berarti.

b. Para Remaja Putus Sekolah

Golongan remaja menganggur karena tidak mendapatkan pendidikan

keterampilan atau under employed, disebabkan kurangnya bakat dan

kemampuannya, memerlukan pendidikan vokasional yang khusus. Dalam

upaya perkembangan pribadinya, mereka perlu diberi pendidikan kultural dan

kegiatan-kegiatan yang rekreatif, serta pendidikan yang bersifat remedial.

c. Para Pekerja yang Berketerampilan

Program pendidikan yang diberikan kepada golongan ini hendaknya

yang bersifat kejuruan dan teknik, yang dapat meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan yang telah mereka miliki. Program yang diberikan kepada

mereka harus mengandung minimal dua tujuan, yaitu dapat menyelamatkan

mereka dari bahaya kekurangan pengetahuan dan keterampilan yang mereka

miliki, dan akan membuka jalan bagi mereka untuk naik jenjang dalam

promosi kedudukan yang lebih baik.

Page 27: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PENGRAJIN TAHU …lib.unnes.ac.id/21634/1/3201411102-S.pdf · 1 Karakteristik Beberapa Limbah Cair Industri Kerupuk Kulit dan Industri ... Gambar

12

d. Golongan Teknisi dan Profesional

Golongan ini umumnya menduduki posisi-posisi penting dalam

masyarakat, karena itu kemajuan masyarakat banyakbergantung pada

golongan ini. Maka mereka harus senantiasa memperbaharui dan menambah

pengetahuan dan keterampilannya.

e. Para Pemimpin Masyarakat

Golongan ini termasuk para pemimpin politisi, agama, sosial dan

sebagainya, mereka dituntut untuk mampu mensintesakan pengetahuan dari

berbagai macam profesi atau keahlian, dan selalu memperbaharui sikap-sikap

dan gagasan yang sesuai dengan kemajuan dan pembangunan.

f. Anggota Masyarakat yang Sudah Tua

Disebabkan pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,

banyak pengetahuan yang belum mereka ketahui pada waktu muda. Sehingga

pendidikan ini merupakan kesempatan yang sangat berharga meskipun tidak

banyak menguntungkan dari segi materi.

2.1.2 Pengrajin Tahu

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), pengrajin/ perajin berasal

dari kata rajin yang artinya suka bekerja (belajar); sungguh-sungguh bekerja;

selalu berusaha giat. Pengrajin adalah orang yang sifatnya rajin; sesuatu yang

mendorong untuk menjadi rajin; orang yang pekerjaannya (profesinya) membuat

barang kerajinan. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat diketahui bahwa

pengrajin tahu adalah bagian masyarakat yang mempunyai mata pencaharian

memproduksi tahu.

Page 28: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PENGRAJIN TAHU …lib.unnes.ac.id/21634/1/3201411102-S.pdf · 1 Karakteristik Beberapa Limbah Cair Industri Kerupuk Kulit dan Industri ... Gambar

13

Tahu merupakan makanan yang terbuat dari bahan baku kedelai, dan

prosesnya masih sederhana dan terbatas pada skala rumah tangga. (Herlambang,

dkk., 2002). Secara umum tahapan proses pembuatan tahu adalah sebagai berikut:

Kedelai yang telah dipilih dibersihkan dan disortasi. Pembersihan dilakukan

dengan ditampi atau menggunakan alat pembersih.

Perendaman dalam air bersih agar kedelai dapat mengembang dan cukup

lunak untuk digiling. Lama perendaman 1 - 1

jam.

Pencucian dengan air bersih. Jumlah air yang digunakan bergantung pada

jumlah kedelai yang digunakan.

Penggilingan kedelai menjadi bubur kedelai dengan mesin giling. Untuk

memperlancar penggilingan perlu ditambahkan air dengan jumlah yang

sebanding dengan jumlah kedelai.

Pemasakan kedelai dilakukan di atas tungku dan dididihkan selama 5 menit.

Selama pemasakan ini dijaga agar tidak berbuih, dengan cara menambahkan

air dan diaduk.

Penyaringan bubur kedelai dilakukan dengan kain penyaring. Ampas yang

diperoleh diperas dan dibilas dengan air hangat. Jumlah ampas basah kurang

lebih 70% - 90% dari bobot kering kedelai.

Setelah itu, dilakukan penggumpalan dengan menggunakan air asam, pada

suhu 50ºC. Kemudian didiamkan sampak terbentuk gumpalan besar.

Selanjutnya air di atas endapan dibuang dan sebagian digunakan untuk proses

penggumpalan kembali.

Page 29: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PENGRAJIN TAHU …lib.unnes.ac.id/21634/1/3201411102-S.pdf · 1 Karakteristik Beberapa Limbah Cair Industri Kerupuk Kulit dan Industri ... Gambar

14

Langkah terakhir adalah pengepresan dan pencetakan yang dilapisi dengan

kain penyaring sampai padat. Setelah air tinggal sedikit, maka cetakan dibuka

dan diangin-anginkan. Kemudian tahu dipotong sesuai permintaan konsumen.

2.1.3 Pengelolaan Limbah

2.1.3.1 Limbah Industri

Pada dasarnya proses produksi adalah mengolah bahan baku dan bahan

penolong yang memiliki nilai ekonomis tertentu menjadi bukan limbah yang

mempunyai nilai ekonomi lebih tinggi, bahan baru ini namanya produk.

Kenyataannya tidak semua bahan baku dan bahan penolong tersebut dapat

diproses menjadi produk, sebagian dari bahan-bahan itu keluar dari proses

menjadi bahan lain di luar produk, bahan ini disebut sisa proses. Bila sisa proses

ini memiliki nilai ekonomis, maka disebut produk samping, sedangkan sisa lain

yang tidak memiliki nilai ekonomis atau tidak berguna lagi disebut limbah

(Neolaka, 2008: 78).

Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat

tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomi.

Tingkat bahaya keracunan yang disebabkan oleh limbah tergantung pada jenis dan

karakteristik limbah, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Mungkin

dalam jangka waktu singkat tidak akan memberikan hubungan yang berarti,

namun dalam jangka panjang mungkin berakibat fatal terhadap lingkungan.

Berdasarkan karakteristiknya, limbah digolongkan menjadi tiga bagian: limbah

cair, limbah gas dan partikel, limbah padat (Kristanto, 2004).

Page 30: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PENGRAJIN TAHU …lib.unnes.ac.id/21634/1/3201411102-S.pdf · 1 Karakteristik Beberapa Limbah Cair Industri Kerupuk Kulit dan Industri ... Gambar

15

2.1.3.1.1 Limbah Cair

Limbah air bersumber dari industri yang biasanya banyak menggunakan

air dalam proses produksinya, di samping itu adapula bahan baku yang

mengandung air, sehingga dalam proses pengolahannya air tersebut harus dibuang

(Kristanto, 2004: 172).

Air dari industri membawa sejumlah padatan dan partikel, baik yang larut

maupun yang mengendap. Bahan ini ada yang kasar dan ada yang halus. Kerap

kali air buangan industri berwarna keruh dan bersuhu tinggi. Air limbah yang

telah tercemar mempunyai ciri yang dapat diidentifikasi secara visual dari

kekeruhan, warna, rasa, bau yang ditimbulkan dan indikasi lainnya. Sedangkan

identifikasi secara laboratorium ditandai dengan perubahan sifat kimia air.

Mungkin air telah mengandung B-3 dalam konsentrasi yang melampaui batas

yang dianjurkan (Kristanto, 2004: 172).

Limbah cair pengolahan pangan umumnya mempunyai kandungan

nitrogen yang rendah, BOD dan padatan tersuspensi tinggi, dan berlangsung

dengan proses dekomposisi cepat. Komponen limbah cair dari industri pangan

sebagian besar adalah bahan organik. Fluktuasi aliran dan muatan organik harus

dievaluasi secukupnya bila limbah ini diizinkan memasuki fasilitas penanganan

kota (Jenie dan Rahayu, 2007: 21).

2.1.3.1.2 Limbah padat

Limbah padat adalah hasil buangan industri yang berupa padatan, lumpur,

dan bubur yang berasal dari proses pengolahan. Limbah ini dikategorikan menjadi

dua bagian, yaitu limbah padat yang dapat didaur-ulang (misalnya plastik, tekstil,

Page 31: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PENGRAJIN TAHU …lib.unnes.ac.id/21634/1/3201411102-S.pdf · 1 Karakteristik Beberapa Limbah Cair Industri Kerupuk Kulit dan Industri ... Gambar

16

potongan logam) dan limbah padat yang tidak memiliki nilai ekonomis. Limbah

padat yang tak bernilai ekonomis dapat ditangani dengan berbagai cara, antara

lain ditimbun pada suatu tempat, diproses kemudian dibuang dan dibakar

(Kristanto, 2004: 174).

2.1.3.2 Limbah Industri Tahu

Limbah tahu adalah limbah yang dihasilkan dalam proses pembuatan tahu

maupun pada saat pencucian kedelai. Limbah yang dihasilkan berupa limbah

padat dan cair. Limbah padat industri tahu belum dirasakan dampaknya karena

limbah padat industri tahu bisa dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan pembuatan

tempe gembus.

Air banyak digunakan sebagai bahan pencucian dan merebus kedelai untuk

proses produksinya. Akibat dari banyak nya pemakaian air dalam proses

pembuatan tahu maka limbah cair yang dihasilkan juga cukup besar. Limbah cair

industri tahu memiliki beban pencemar yang tinggi. Pencemaran limbah cair

industri tahu berasal dari bekas pencucian kedelai, perendaman kedelai, air bekas

pembuatan tahu dan air bekas perendaman tahu.

Karakteristik buangan industri tahu ada dua hal yang perlu diperhatikan,

yaitu: karakteristik fisika dan kimia. Karakteristik fisika meliputi padatan total,

suhu, warna, dan bau. Karakteristik kimia meliputi bahan organik, bahan

anorganik, dan gas (Nurhasan dan Pramudyanto, 1987 dalam Herlambang, dkk.,

2002).

Suhu buangan industri tahu berasal dari proses pemasakan kedelai. Suhu

limbah cair tahu pada umumnya lebih tinggi dari air bakunya, yaitu 400C sampai

Page 32: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PENGRAJIN TAHU …lib.unnes.ac.id/21634/1/3201411102-S.pdf · 1 Karakteristik Beberapa Limbah Cair Industri Kerupuk Kulit dan Industri ... Gambar

17

460C. Suhu yang meningkat di lingkungan perairan akan mempengaruhi

kehidupan biologis, kelarutan oksigen dan gas lain, kerapatan air, viskositas, dna

tegangan permukaan (Sugiharto, 1987 dalam Herlambang, dkk. 2002).

Bahan-bahan organik yang terkandung di dalam buangan industri tahu

pada umumnya sangat tinggi. Senyawa-senyawa organik di dalam air buangan

tersebut dapat berupa protein, karbohidrat, lemak, dan minyak. Senyawa yang

jumlahnya paling besar adalah protein dan lemak (Nurhasan dan Pramudyanto,

1987 dalam Herlambang, dkk., 2002), yang mencapai 40 – 60% protein, 25 – 50%

karbohidrat, dan 10% lemak (Sugiharto, 1987 dalam Herlambang, dkk., 2002).

Limbah cair industri tahu dan tempe mengandung bahan organik dan

padatan terlarut. Untuk memproduksi 1 ton tahu atau tempe dihasilkan limbah

sebanyak 3.000 – 5.000 liter (Departemen Perindustrian, 2007).

Tabel 2. 1 Karakteristik Beberapa Limbah Cair Industri Kerupuk Kulit dan

Industri Tempe.

No. Parameter Industri

Kerupuk Kulit Tahu – Tempe

1. BOD (mg/ L) 2.850 950

2. COD (mg/L) 8.430 1.534

3. TSS (mg/L) 6.291 309

4. pH (-) 13 5

5. Volume (m3/ton) 2,5 3 – 5

Sumber: Wenas, Sunaryo, dan Sutyasmi (2002) dalam Jurnal Departemen

Perindustrian (2007)

BOD (Bio Chemical Oxigen Demand) adalah kebutuhan oksigen bagi

sejumlah bakteri untuk menguraikan (mengoksidasikan) semua zat-zat organik

yang terlarut maupun sebagai tersuspensi dalam air menjadi bahan organik yang

lebih sederhana. Nilai ini hanya merupakan jumlah bahan organik yang

dikonsumsi bakteri. Penguraian zat-zat organis ini terjadi secara alami. Aktifnya

Page 33: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PENGRAJIN TAHU …lib.unnes.ac.id/21634/1/3201411102-S.pdf · 1 Karakteristik Beberapa Limbah Cair Industri Kerupuk Kulit dan Industri ... Gambar

18

bakteri-bakteri menguraikan bahan-bahan organik bersamaan dengannya habis

pula terkonsumsi oksigen (Ginting, 2007: 51).

COD (Chemical Oxigen Demand) adalah sejumlah oksigen yang

dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat anorganis dan organis sebagaimana pada

BOD. Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat anorganik

(Ginting, 2007: 52).

2.1.3.3 Pengelolaan Limbah Industri Tahu

2.1.3.3.1 Limbah Cair Industri Tahu

Limbah harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang jika mengandung

bahan pencemar yang mengakibatkan rusaknya lingkungan, atau paling tidak

berpotensi menciptakan pencemaran (Kristanto, 2004). Pengolahan air limbah

bertujuan untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup dan kesehatan masyarakat

(Neolaka, 2008: 78).

Kabupaten Kudus, dalam rangka memberikan perlindungan hukum bagi

upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan mengacu pada Peraturan Daerah

Provinsi Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Limbah.

Dalam Pasal 1, menyatakan bahwa usaha dan/ atau kegiatan adalah usaha dan/

atau kegiatan yang mempunyai potensi menimbulkan pencemaran lingkungan

hidup. Baku mutu air limbah adalah ukuran batas atau kadar unsur pencemar dan/

atau jumlah unsur pencemar yang ditenggang keberadaanya dalam air limbah

yang akan dibuang atau dilepas ke dalam sumber air dari suatu usaha dan/ atau

kegiatan.

Page 34: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PENGRAJIN TAHU …lib.unnes.ac.id/21634/1/3201411102-S.pdf · 1 Karakteristik Beberapa Limbah Cair Industri Kerupuk Kulit dan Industri ... Gambar

19

Menurut Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2004

tentang Baku Mutu Air Limbah, Pasal 8, menyatakan bahwa setiap penanggung

jawab usaha dan/ kegiatan yang membuanng air limbah ke lingkungan wajib:

a. Memenuhi baku mutu air limbah sebagaimana tercantum dalam Lampiran

Peraturan Daerah ini;

b. Melakukan pengolahan air limbah yang dibuang agar memnuhi baku mutu air

limbah sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Daerah ini;

c. Membuat instalasi pengolahan air limbah dan sistem saluran air limbah kedap

air sehingga tidak terjadi perembesan air limbah ke lingkungan;

d. Memasang alat ukur debit atau laju alir limbah pada inlet instalasi pengolahan

air limbah dan outlet instalasi pengolahan air limbah serta inlet pemanfaatan

kembali apabila air limbah yang dihasilkan dimanfaatkan kembali;

e. Melakukan pencataatan debit harian air limbah baik untuk air limbah yang

dibuang ke sumber air dan/ atau laut, dan/ atau yang dimanfaatkan kembali;

f. Melakukan pencatatan pH harian air limbah;

g. Tidak melakukan pengenceran air limbah ke dalam aliran buangan air limbah;

h. Melakukan pencatatan jumlah bahan baku dan produk harian senyatanya;

i. Memisahkan saluran pembuangan air limbah dengan saluran limpasan air

hujan;

j. Menetapkan titik penataan untuk pengambilan contoh uji;

k. Memeriksakan kadar parameter air limbah sebagaimana tercantum dalam

Lampiran Peraturan Daerah ini secara berkala paling sedikit 1 (satu) kali

Page 35: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PENGRAJIN TAHU …lib.unnes.ac.id/21634/1/3201411102-S.pdf · 1 Karakteristik Beberapa Limbah Cair Industri Kerupuk Kulit dan Industri ... Gambar

20

dalam 1 (satu) bulan di laboratorium yang terakreditasi dan teregistrasi di

Kementrian Lingkungan Hidup;

l. Menyampaikan laporan debit air limbah harian, pH harian, penggunaan bahan

baku, jumlah produk harian, dan kadar parameter air limbah sebagaimana

dimaksud dalam huruf c, huruf e, huruf g, dan huruf j secara berkala paling

sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan kepada Bupati/ Walikota dengan

tembusan Gubernur dan Meteri serta instansi lain yang terkait sesuai dengan

peraturan perundang-undangan; dan

m. Melaporkan kepada Bupati/ Walikota dengan tembusan kepada Gubernur dan

Menteri mengenai kejadian tidak normal dan/ atau keadaan darurat yang

mengakibatkan baku mutu air limbah dilampaui serta rincian upaya

penanggulangannya paling lama 2x24 jam.

Salah satu cara untuk mengatasi masalah air limbah industri tahu tersebut

adalah dengan kombinasi proses pengolahan biologis anaerobik dan aerobik.

Secara umum proses pengolahannya dibagi mejadi dua tahap yakni pertama

proses penguraian anaerobik, dan yang kedua adalah proses pengolahan lanjut

dengan sistem kombinasi biofilter anaerob-aerobik. Secara garis besar proses

pengolahan limbah industri tahu ditunjukkan seperti gambar 2.1.

Page 36: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PENGRAJIN TAHU …lib.unnes.ac.id/21634/1/3201411102-S.pdf · 1 Karakteristik Beberapa Limbah Cair Industri Kerupuk Kulit dan Industri ... Gambar

21

Berikut diuraikan beberapa sistem pengolahan limbah cair yang sesuai

untuk limbah cair industri pangan skala kecil, meliputi:

a. Sistem Lumpur Aktif / mixed liquor suspended solid (MLSS)

Lumpur aktif dikenal dengan istilah mixed liquor suspended solid

(MLSS), yaitu jumlah total padatan tersuspensi yang berasal dari kolam

pengendap lumpur aktif.

Lumpur banyak mengandung zat pengurai sehingga sangat baik untuk

memakan bahan organik yang masih baru Hal yang perlu diperhatikan dalam

proses lumpur aktif:

Lumpur aktif proses pertumbuhan bakteri.

Proses penambahan oksigen, yang disebut dengan aerasi. (Kristanto, 2004:

202)

Sistem lumpur aktif terdiri atas dua unit proses utama, yaitu bioreaktor

(tangki aerasi) dan tangki sedimentasi. Limbah cair dan biomassa dicampur

Kolam

Anaerobik

Kolam

Aerobik

Pemanfaat Lain

Limbah Padat

Limbah Cair

Bak Kontrol

Limbah

Kolam Ekualisasi/

Pemisah Minyak

Industri Tahu Tahu

Dibuang

ke alam

Gambar 2. 1 Proses Pengolahan Limbah Sederhana Sistem Kombinasi

Anaerobik-Aerobik dengan Biofilter (Herlambang, dkk. 2002).

Page 37: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PENGRAJIN TAHU …lib.unnes.ac.id/21634/1/3201411102-S.pdf · 1 Karakteristik Beberapa Limbah Cair Industri Kerupuk Kulit dan Industri ... Gambar

22

secara sempurna dalam suatu reaktor dan diaerasi. Secara umum, aerasi ini

juga berfungsi sebagai sarana pengadukan suspense tersebut. Suspensi

biomassa dalam limbah cair kemudian dialirkan ke tangki sedimentasi,

dimana biomassa dipisahkan dari air yang telah diolah. Sebagian biomassa

yang terendapkan dikembalikan ke bioreaktor, dan air yang telah terolah

dibuang ke lingkungan. Agar konsentrasi biomassa di dalam reaktor konstan

(MLSS=3-5 gfL), sebagian biomassa dikeluarkan dari sistem tersebut sebagai

excess sludge. Skema proses dasar sistem lumpur aktif dapat dilihat pada

gambar 2.2.

b. Sistem Trickling Filter

Trickling filter terdiri atas tumpukan media padat dengan kedalaman

sekitar 2 m, umumnya berbentuk silinder. Limbah cair disebarkan ke

permukaan media bagian atas dengan lengan distributor berputar, dan air

kemudian mengalir (menetes) ke bawah melalui permukaan media padat akan

terabsorpsi oleh mikroorganisme yang tumbuh dan berkembang pada

permukaan media padat tersebut. Setelah mencapai ketebalan tertentu,

Gambar 2. 2 Skema Proses Lumpur Aktif (Departemen Perindustrian,

2007)

Page 38: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PENGRAJIN TAHU …lib.unnes.ac.id/21634/1/3201411102-S.pdf · 1 Karakteristik Beberapa Limbah Cair Industri Kerupuk Kulit dan Industri ... Gambar

23

biasanya lapisan biomassa ini terbawa aliran limbah cair ke bagian bawah.

Limbah cair dibagian bawah dialirkan ke tangki sedimentasi untuk

memisahkan biomassa. Resirkulasi dari tangki sedimentasi diperlukan untu

meningkatkan efisiensi.

Sistem trickling filter mempunyai kelebihan dan kekurangan. Sistem

ini sesuai untuk pengolahan limbah cair dengan relatif kecil, baik untuk

tujuan oksidasi karbon maupun nitrifikasi. Desain dan operasi trickling filter

cukup sederhana, tetapi sistem ini memerlukan klarifier primer, klarifier

sekunder, serta memerlukan resirkulasi efluen. Terdapat potensi terjadinya

penyumbatan pada media filter oleh benda berukuran besar ( seperti plastik,

ranting, daun, kayu), terutama jika sistem tidak dilengkapi fasilitas

penyaringan kasar (Departemen Perindustrian, 2007).

c. Sistem RBC (Rotating Biolocal Contractor)

Sistem RBC terdiri atas deretan cakram yang dipasang pada as

horizontal dengan jarak sekitar 4cm. Sebagian dari cakram tercelup dalam

limbah cair, dan sebagian lagi kontak dengan udara. Pada saat as diputar,

permukaan cakram secara bergantian kontak dengan limbah cair dan

kemudian kontak dengan udara. Akibatnya, mikroorganisme tumbuh pada

permukan cakram sebagai lapisan biologis (biomassa), dan mengabsorpsi

bahan organik dalam limbah cair. Contoh gambar RBC dapat dilihat pada

gambar 2.3.

Page 39: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PENGRAJIN TAHU …lib.unnes.ac.id/21634/1/3201411102-S.pdf · 1 Karakteristik Beberapa Limbah Cair Industri Kerupuk Kulit dan Industri ... Gambar

24

Gambar 2. 3 Skema Proses Sistem RBC (Departemen perindustrian, 2007)

d. Sistem SBR (Sequencing Batch Reactor)

Sistem SBR adalah suatu system lumpur aktif yang dioperasikan

secara curah (batch). Satuan proses dalam sistem SBR identic dengan satuan

proses dalam sistem lumpur aktif, yaitu aerasi dan sedimentasi untuk

memisahkan biomassa. Pada SBR kedua proses tersebut berlangsung secara

bergantian pada tangki yang sama.

Kelebihan sistem SBR antara lain: sesuai untuk volume limbah cair

kecil atau bervariasi, dapat digunakan untuk eliminasi karbon, nitrogen, dan

fosfor, serta pemisahan biomassa (sedimentasi) berlangsung dalam satu

rekator. Kelemahan system SBR adalah hanya sesuai untuk jumlah limbah

cair kecil dan tidak kontinu. Sistem SBR dioperasikan secara curah (batch),

sehingga untuk operasi kontinu diperlukan beberapa SBR yang dioperasikan

secara paralel (Departemen Perindustrian. 2007).

Page 40: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PENGRAJIN TAHU …lib.unnes.ac.id/21634/1/3201411102-S.pdf · 1 Karakteristik Beberapa Limbah Cair Industri Kerupuk Kulit dan Industri ... Gambar

25

e. Sistem Kolam (Kolam Oksidasi)

Prinsip daripada kolam oksidasi adalah kemampuan pemulihan diri

sendiri karena adanya bantuan dari luar. Air yang mengalir sebenarnya cukup

potensial untuk memulihkan diri sendiri karena adanya arus turbulensi,

gesekan dengan batuan, sehingga banyak oksigen terserap dalam air.

Iklim. Suhu, musim kemarau dan hujan sangat memhubungani proses

kolam oksidasi. Pada cuaca cerah, di samping proses fotosintesis dapat

berlangsung dengan baik, oksigen yang terlarut juga bertambah banyak,

sehingga nilai BOD akan turun. Sebaliknya, jika hujan turun dan mendung,

aktivitas bakteri berkurang, kolam kekurangan oksigen sehingga tercipta

kondisi anaerobik (Kristanto, 2004).

Sistem kolam merupakan sistem pengolahan limbah cair sederhana

yang tidak memerlukan peralatan mekanis, mudah dioperasikan dan tidak

memerlukan biaya tinggi. Kekurangan sistem ini adalah sangat tergantung

pada cuaca, dan memerlukan lahan luas, serta berpotensi menimbulkan bau

busuk untuk proses aerobic. Selain, kolam juga dapat digunakan sebagai

tempat berkembang biak nyamuk (Departemen Perindustrian, 2007).

f. Sistem UASB

Pada prinsipnya, UASB (Up-flow Anaerobic Sludge Blaket)

merupakan salah satu jenis rector anaerobic yang paling banyak diterapkan

untuk pengolahan berbagai jenis limbah cair. Berbeda dengan proses aerobik,

dimana bahan organik dikonversi menjadi produk akhir berupa

Page 41: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PENGRAJIN TAHU …lib.unnes.ac.id/21634/1/3201411102-S.pdf · 1 Karakteristik Beberapa Limbah Cair Industri Kerupuk Kulit dan Industri ... Gambar

26

karbondioksida dan air, pada proses anaerobik sebagai produk adalah gas

metana dan karbondioksida.

Kelebihan rector UASB adalah konstruksi sederhana, tanpa bahan

untuk pertumbuhan mikroorganisme, paling banyak diterapkan pada skala

teknis sehingga banyak pengalaman praktis. Kekurangan reaktor UASB

antara lain adalah sangat sensitif terhadap perubahan beban Hedrolik dan

beban organik laju perombakan relatif rendah dibanding dengan reaktor

anaerobik lainnya, seperti reaktor fluidized bed. Kadar bahan organik dalam

efluen UASB umumnya masih tinggi, sehingga memerlukan pengolahan

tambahan, misalnya dengan proses aerobik.

g. Septik Tank

Septik tank merupakan tipe sistem anaerob yang banyak dipergunakan

penduduk untuk pengolahan limbah rumah tangga. Bentuknya sederhana,

dapat berupa kubus atau silinder dengan kedalaman 1,2 sampai 1,5 m, dapat

berupa kubus atau silinder dengan saluran (pipa) pembuang gas (Kristanto,

2004: 208).

Gambar 2. 4 Skema Reaktor UASB (Departemen Perindustrian, 2007)

Page 42: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PENGRAJIN TAHU …lib.unnes.ac.id/21634/1/3201411102-S.pdf · 1 Karakteristik Beberapa Limbah Cair Industri Kerupuk Kulit dan Industri ... Gambar

27

Sistem septik tank harus didesain dan dioperasikan secara benar agar

tidak mencemari air dan tanah di sekitarnya. Pada prinsipnya, sistem septik

tank terdiri atas ruang pencernaan dan ruang lumpur. Beberapa hal yang harus

diperhatikan dalam mendesain dan mengoperasikan sistem septik tank adalah:

Dinding septik tank harus kedap air

Septik tank harus dilengkapi dengan fasilitas resapan efluen hasil

pencernakan

Waktu tinggal limbah cair di dalam septik tank minimum 2 hari.

Lumpur yang terbentuk harus dibuang secara regular (misalnya setiap 3 –

4 tahun).

Lantai dasar septik tank dibuat miring agar lumpur yang terbentuk dapat

mengalir ke ruang lumpur.

Saluran air masuk harus lebih tinggi dari saluran air keluar (efluen),

perbedaan tinggi minimum 3 cm.

Septik tank harus dilengkapi lubang untuk pembuangan gas yang

terbentuk, dan

Septik tank harus dilengkapi lubang kontrol.

Gambar 2. 5 Penampang Melintang Sistem Septik Tank (Sugiharto, 1987 dalam

Departemen Perindustrian, 2007)

Page 43: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PENGRAJIN TAHU …lib.unnes.ac.id/21634/1/3201411102-S.pdf · 1 Karakteristik Beberapa Limbah Cair Industri Kerupuk Kulit dan Industri ... Gambar

28

Kelebihan sistem Septik Tank untuk pengolahan limbah cair pangan

antara lain adalah dapat diterapkan untuk hampir semua jenis limbah industri

pangan dengan kadar bahan organik tinggi, dapat diterapkan untuk debit

limbah cair kecil dan tidak kontinu, biaya konstruksi, operasi, dan

pemeliharaan rendah, dan tidak memerlukan keahlian khusus baik untuk

konstruksi maupun pengoperasiannya. Kelemahan sistem ini adalah

berpotensi mencemari air tanah (Departemen Perindustrian, 2007).

Setiap sistem mempunyai keunggulan dan kelemahan, dan

pemanfaatannya membutuhkan kesesuaian dengan permasalahan yang

dihadapi. Pada umumnya pertanyaan yang muncul berkisar pada:

kemampuan alat dalam menurunkan kadar pencemaran hingga memenuhi

baku mutu yang berlaku,

biaya investasi dan operasi yang dibutuhkan,

kemudahan dalam perawatan dan suku cadang, dan kebutuhan lahan

(Herlambang, dkk., 2002).

2.1.3.3.2 Limbah Padat Hasil Industri Tahu

Proses pengolahan limbah padat dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu

pemisahan, penyusutan ukuran, dan pengkomposan. Pemisahan, adalah

pengembilan bahan tertentu kemudian diproses lagi sehingga mempunyai nilai

ekonomis. Penyusutan ukuran, bertujuan untuk mempermudah pengolahan limbah

selanjutnya, misalnya pembakaran. Ukuran yang lebih kecil akan mempermudah

pengangkutan dan pembakaran pada tungku pembakar. Jadi tujuannya adalah

pengurangan volume atau berat. Pengomposan, merupakan proses biokimia, yaitu

Page 44: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PENGRAJIN TAHU …lib.unnes.ac.id/21634/1/3201411102-S.pdf · 1 Karakteristik Beberapa Limbah Cair Industri Kerupuk Kulit dan Industri ... Gambar

29

zat organik dalam limbah dipecah, menghasilkan humus yang bermanfaat untuk

memperbaiki struktur tanah. Banyak jenis limbah padat dari industri yang upaya

pengelolaannya dilakukan menurut kriteria yang sudah ditetapkan (Kristanto,

2004: 175).

2.1.4 Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)

Pengendalian pencemaran yang dikenal masyarakat adalah menggunakan

instalasi pengolahan limbah. Instalasi pengolahan limbah pada prinsipnya seperti

sebuah sistem industri dimana tersedia sejumlah input untuk diolah menjadi

output. Dalam kaitannya ini adanya limbah sebagai bahan baku yang diolah dalam

sistem kemudia hasilnya adalah limbah yang memenuhi syarat baku mutu. Kalau

limbah cair yang diolah kotor maka setelah mengalami pengolahan akan

dihasilkan limbah yang memenuhi baku mutu limbah cair.

Instalasi pengolahan limbah mempunyai spesifikasi tertentu dengan

kriteria-kriteria teknis seperti tingkat efisiensi, beban persatuan luas, waktu

penahanan hidrolis, waktu penahanan lumpur, dan lain-lain. Pengolahan limbah

menggunakan berbagai metode dan jenis tingkatan sedangkan penggunaannya

tergantung pada jenis limbah yang diolah (Ginting, 2007: 80).

2.1.5 Biogas

Biogas adalah gas yang dihasilkan dari proses penguraian bahan-bahan

organik oleh mikroorganisme dalam kondisi tanpa udara (anaerobik). Prinsip

dasar biogas adalah proses penguraian bahan-bahan organik oleh mikroorganisme

dalam kondisi tanpa oksigen (anaerob) untuk menghasilkan campuran dari

beberapa gas, seperti metan dan CO2. Biogas dihasilkan dengan bantuan bakteri

Page 45: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PENGRAJIN TAHU …lib.unnes.ac.id/21634/1/3201411102-S.pdf · 1 Karakteristik Beberapa Limbah Cair Industri Kerupuk Kulit dan Industri ... Gambar

30

metanogen atau metanogenik. Bakteri ini secara alami terdapat dalam limbah yang

mengandung bahan organik, seperti limbah ternak dan sampah organik. Proses

tersebut dikenal dengan istilah anaerobic disgetion atau pencernaan secara

anaerob. Umumnya biogas diproduksi menggunakan alat yang disebut reaktor

biogas (digester) yang dirancang agar kedap udara (anaerobik), sehingga proses

penguraian oleh mikroorganisme dapat berjalan secara optimal (Wahyuni, 2011).

2.1.6 Hubungan Tingkat Pendidikan terhadap Cara Pengelolaan Limbah

Manusia merupakan komponen biotik lingkungan yang memiliki daya

pikir dan daya nalar tertinggi dibandingkan makhluk lainnya. Disini jelas terlihat

bahwa manusia merupakan komponen biotik lingkungan yang aktif. Hal ini

disebabkan manusia dapat secara aktif mengelola dan mengubah ekosistem sesuai

dengan apa yang dikehendaki. Kegiatan manusia ini dapat menimbulkan

bermacam-macam gejala (Supardi, 2003). Kegiatan manusia ini selain membawa

dampak positif juga dapat menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan.

Untuk mengatasi problem lingkungan agar tidak semakin akut, maka perlu

langkah strategis dan berkesinambungan. Langkah yang dimaksud adalah melalui

proses pendidikan berwawasan lingkungan. Pendidikan adalah wahana yang

paling tepat untuk internalisasi dan transformasi keyakinan, nilai, pengatahuan,

dan keterampilan. Pendidikan dalam konteks ini bukan hanya proses belajar

mengajar di bangku sekolah dan secara Formal, melainkan melalui keseluruhan

sistem yang holistik dalam relung kehidupan manuisa. Pendidikan harus mampu

merubah setiap jengkal dimensi kehidupan seseorang. Proses pembelajaran sudah

Page 46: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PENGRAJIN TAHU …lib.unnes.ac.id/21634/1/3201411102-S.pdf · 1 Karakteristik Beberapa Limbah Cair Industri Kerupuk Kulit dan Industri ... Gambar

31

semestinya membantu masyarakat pembelajar untuk mengembangkan potensi

intelektualitasnya (Harefa dalam Ahmad, 2010).

Pendidikan merupakan hal penting bagi kehidupan, tidak hanya dipandang

sebagai usaha pemberian informasi dan pembentukan keterampilan saja, namun

diperluas mencakup usaha untuk mewujudkan keinginan, kebutuhan dan

kemampuan individu sehingga tercapai pola hidup pribadi dan sosial yang

memuaskan. Peran pendidikan menentukan tingkat kesuksesan seseorang.

Pendidikan dapat diberikan dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat,

pendidikan Formal, inFormal dan nonFormal.

Pendidikan harus mampu merubah keyakinan, nilai dan pemahaman

tentang pentingnya menjaga dan melestarikan lingkungan agar tetap berkualitas

dan sehat. Pada saat bersamaan, keyakinan, nilai dan pemahaman di atas

diimplementasikan dalam derap perjuangan yang lebih nyata. Pada aras yang lebih

nyata, pendidikan lingkungan perlu didukung environmental leadership

(kepemimpinan lingkungan), untuk mendorong kapasitas, sikap dan pengalaman

praktis untuk mewujudkan keberlanjutan dan keadilan lingkungan (Witoelar

dalam Ahmad, 2010).

Kesadaran lingkungan adalah usaha melibatkan setiap warga negara dalam

menumbuhkan dan membina kesadaran untuk melestarikan lingkungan,

berdasarkan tata nilai, yaitu tata nilai daripada lingkungan itu sendiri dengan

filsafat hidup secara damai dengan alam lingkungannya. Asas ini harus mulai

ditumbuhkan melalui pendidikan sekolah dan luar sekolah, dari taman kanak-

kanak hingga perguruan tinggi agar lambat laun tumbuh rasa cinta kasih kepada

Page 47: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PENGRAJIN TAHU …lib.unnes.ac.id/21634/1/3201411102-S.pdf · 1 Karakteristik Beberapa Limbah Cair Industri Kerupuk Kulit dan Industri ... Gambar

32

alam lingkungan, disertai tanggung jawab sepenuhnya setiap manusia untuk

memelihara kelestarian lingkungan (Zen dalam Neolaka, 2008).

Membangun sadar lingkungan harus dimulai dari hulu ke hilir, dari atas

hingga bawah, dari perangkat lunak hingga yang paling keras. Strategi tersebut

juga perlu dilakukan secara masif dan simultan. Dan proses itu dapat dilakukan

melalui prses pendidikan. Pendidikan dapat membangkitkan kesadaran peserta

didik akan arti penting menjaga kelestarian lingkungan hidup (Ahmad, 2010).

Upaya penyadaran dapat dilakukan melalui berbagai cara, diberbagai

tempat, dan waktu, tentu harus dilalui secara berkesinambungan. Pendidikan

berwawasan lingkungan baik yang secara Formal, in-Formal, maupun melalui

pendidikan popular yang mengedepankan local wisdom menjadi tak terelakkan

(Ahmad, 2010).

Oleh karena itu, pendidikan dirasa penting dalam menciptakan sikap sadar

lingkungan yang menjadikan seseorang lebih peduli terhadap lingkungan. Salah

satunya adalah pengrajin tahu yang mengelola limbah hasil industrinya agar tidak

mencemari lingkungan.

2.2. Kerangka Berfikir

Kudus merupakan daerah industri dan perdagangan, dimana sektor ini

dapat menyerap banyak tenaga kerja dan memberikan kontribusi yang besar

terhadap pendapatan daerah. Salah satu industri kecil yang berkembang pesat di

Kudus adalah industri tahu. Pesatnya perkembangan industri selain membawa

dampak positif seperti peningkatan pendapatan keluarga dan penyerapan tenaga

kerja, juga menimbulkan dampak negatif berupa limbah hasil industri.

Page 48: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PENGRAJIN TAHU …lib.unnes.ac.id/21634/1/3201411102-S.pdf · 1 Karakteristik Beberapa Limbah Cair Industri Kerupuk Kulit dan Industri ... Gambar

33

Pengelolaan limbah diperlukan adanya pendidikan baik secara Formal

maupun nonFormal. Pendidikan Formal meliputi pendidikan dasar, pendidikan

menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan nonFormal meliputi pelatihan/

penyuluhan yang diperoleh pengrajin tahu dari pemerintah/ badan setempat

mengenai dampak limbah industri tahu terhadap lingkungan, serta cara

pengelolaan limbah industri tahu. Semakin tinggi tingkat pendidikan Formal

pengrajin tahu, dan sering mengikuti pelatihan dan penyuluhan, maka semakin

baik pula dalam mengelola limbah hasil industri tahu.

Pengrajin

(Industri Tahu)

BerpendidikanTinggi Berpendidikan Rendah

CARA PENGELOLAAN

LIMBAH

Pengelolaan

Limbah

Kurang Baik

Pengelolaan

Limbah

Lebih Baik

Page 49: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PENGRAJIN TAHU …lib.unnes.ac.id/21634/1/3201411102-S.pdf · 1 Karakteristik Beberapa Limbah Cair Industri Kerupuk Kulit dan Industri ... Gambar

34

2.3. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang dan kerangka berfikir pada penelitian ini, maka

dirumuskan dalam hipotesis sebagai berikut:

H0 : Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan pengrajin tahu dengan cara

pengelolaan limbah industri tahu di Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus.

Ha : Ada hubungan antara tingkat pendidikan pengrajin tahu dengan cara

pengelolaan limbah industri tahu di Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus.

Page 50: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PENGRAJIN TAHU …lib.unnes.ac.id/21634/1/3201411102-S.pdf · 1 Karakteristik Beberapa Limbah Cair Industri Kerupuk Kulit dan Industri ... Gambar

35

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Mei tahun

2015, di Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus.

3.2. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Sugiyono

(2011), metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian

yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada

populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen

penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/ statistik, dengan tujuan untuk menguji

hipotesis yang telah ditetapkan.

3.3. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian korelasi. Dalam Arikunto (2006: 270),

penelitian korelasi bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan. Dan

apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak hubungan itu.

3.4. Populasi dan Sampel

3.4.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua pengrajin tahu yang ada di

Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus, menurut data yang diperoleh peneliti dari

KOPTI (Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia) Kabupaten Kudus. Polpulasi

dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.1

Page 51: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PENGRAJIN TAHU …lib.unnes.ac.id/21634/1/3201411102-S.pdf · 1 Karakteristik Beberapa Limbah Cair Industri Kerupuk Kulit dan Industri ... Gambar

36

Tabel 3. 1 Populasi Penelitian

No. Desa Jumlah Pengrajin

Tahu

1. Getaspejaten 0

2. Jati Kulon 3

3. Jati Wetan 0

4. Jepangpakis 0

5. Jetiskapuan 0

6. Loram Kulon 0

7. Loram Wetan 1

8. Megawon 0

9. Ngembal Kulon 0

10. Pasuruhan Lor 4

11. Pasuruhan Kidul 0

12. Ploso 25

13. Tanjungkarang 0

14 Tumpangkrasak 0

Jumlah Total 33

Sumber: Data KOPTI Kabupaten Kudus

Pada awalnya populasi berjumlah 33 pengrajin tahu, namun setelah

dilakukan penelitian terdapat selisih jumlah antara data sekunder dengan data di

lapangan, sehingga terjadi perubahan jumlah populasi menjadi 25 pengrajin tahu,

dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 3. 2 Perubahan Populasi Penelitian No. Desa Jumlah Pengrajin Tahu

1. Getaspejaten 0

2. Jati Kulon 3

3. Jati Wetan 1

4. Jepangpakis 1

5. Jetiskapuan 0

6. Loram Kulon 0

7. Loram Wetan 0

8. Megawon 0

9. Ngembal Kulon 0

10. Pasuruhan Lor 0

11. Pasuruhan Kidul 2

12. Ploso 17

13. Tanjungkarang 0

14 Tumpangkrasak 1

Jumlah Total 25

Sumber: Data Primer Penelitian 2015

Page 52: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PENGRAJIN TAHU …lib.unnes.ac.id/21634/1/3201411102-S.pdf · 1 Karakteristik Beberapa Limbah Cair Industri Kerupuk Kulit dan Industri ... Gambar

37

3.4.2 Sampel

Penentuan jumlah sampel yang dapat mewakili populasi sebagai patokan

apabila jumlah populasi kurang dari 100 orang sebaiknya semua populasi diambil

sebagai sampel. Selanjutnya apabila jumlah populasi lebih dari 100 orang sampel

dapat diambil 10% - 15% atau 20% - 25% atau lebih (Arikunto, 2006: 134).

Penelitian ini menggunakan sampel populasi, yaitu semua populasi diambil

sebagai sampel karena jumlah populasi di bawah 100 orang, sehingga jumlah

sampel dalam penelitian ini sebanyak 25 responden.

3.5. Variabel Penelitian

3.5.1 Variabel bebas (x)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan pengrajin

tahu, dengan subvariabel sebagai berikut:

a. Pendidikan Formal, terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah dan

pendidikan tinggi. Tingkat pendidikan dalam penelitian ini diukur didasarkan

pada tahun sukses responden.

Tabel 3. 3 Tingkat Pendidikan Berdasarkan Tahun Sukses

No. Pendidikan Tahun Sukses Skor

1. Tidak sekolah – 3 SD 0 – 3 tahun 1

2. 4 SD – 6 SD 4 – 6 tahun 2

3. 7 SMP – 9 SMP 7 – 9 tahun 3

4. 10 SMA ke atas ≥10 tahun 4

b. Pendidikan NonFormal, dengan indikator: Pelatihan/ penyuluhan yang

diperoleh pengrajin tahu dari pemerintah/ badan setempat mengenai dampak

limbah industri tahu terhadap lingkungan, serta cara pengelolaan limbah

industri tahu.

Page 53: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PENGRAJIN TAHU …lib.unnes.ac.id/21634/1/3201411102-S.pdf · 1 Karakteristik Beberapa Limbah Cair Industri Kerupuk Kulit dan Industri ... Gambar

38

3.5.2 Variabel terikat (y):

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah cara pengelolaan limbah

industri tahu. Adapun sub variabelnya sebagai berikut:

a. Pengetahuan tentang limbah industri tahu, dengan indikator:

1) Mengetahui jenis limbah industri tahu

2) Mengetahui dampak limbah tahu terhadap lingkungan

3) Mengetahui cara pengelolaan limbah hasil industri tahu

b. Pengelolaan limbah padat industri tahu, indikator:

1) Pemanfaatan limbah padat industri tahu (ampas tahu)

2) Perlakuan terhadap limbah padat industri tahu (ampas tahu)

c. Pengelolaan limbah cair industri tahu, indikator:

1) Perlakuan terhadap limbah cair industri tahu

2) Adanya Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)

3) Pemanfaatan biogas dari limbah cair tahu

3.6. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan peneliti

untuk mengumpulkan data yang selanjutnya akan dianalisis oleh penulis sehingga

diperoleh kesimpulan dari penelitian. Teknik pengumpulan data pada penelitian

ini adalah:

3.6.1 Teknik Observasi

Teknik observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui tentang

gambaran umum kondisi fisik industri tahu di Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus.

Selain itu juga untuk mengetahui kondisi industri tahu dan lingkungan sekitar

Page 54: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PENGRAJIN TAHU …lib.unnes.ac.id/21634/1/3201411102-S.pdf · 1 Karakteristik Beberapa Limbah Cair Industri Kerupuk Kulit dan Industri ... Gambar

39

industri tahu di Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus berkaitan dengan pengelolaan

limbah yang dilakukan oleh pengrajin tahu, dengan datang langsung ke lokasi.

3.6.2 Teknik Wawancara

Penelitian ini menggunakan teknik wawancara. Teknik ini digunakan

untuk memperoleh informasi awal mengenai profil industri tahu, antara lain nama

pemilik industri tahu, tingkat pendidikan pengrajin tahu, proses pembuatan tahu,

jumlah tenaga kerja, jumlah produksi tahu perhari. Wawancara dilakukan

penelitian secara langsung dengan pengrajin tahu di Kecamatan Jati, Kabupaten

Kudus. Teknik wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik

wawancara langsung dengan para pengrajin yang ada di Kecamatan Jati,

Kabupaten Kudus.

3.6.3 Teknik Angket (Kuesioner)

Teknik angket digunakan untuk memperoleh informasi mengenai riwayat

pengrajin tahu, pendidikan pengrajin tahu, dan cara pengelolaan limbah hasil

industri tahu. Teknik ini dilakukan dengan cara mendatangi pengrajin tahu di

Kecamatan Jati secara langsung dan memberikan angket berisi daftar pertanyaan

untuk dijawab.

3.6.4 Teknik Dokumentasi

Tenik dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh data yang berkaitan

dengan sampel, tingkat pendidikan, pengelolaan limbah industri tahu, serta hal-hal

lain yang bersangkutan dengan penelitian ini. Teknik dokumentasi ini juga

digunakan untuk memperoleh data awal tentang jumlah pengrajin tahu yang ada di

Kabupaten Kudus.

Page 55: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PENGRAJIN TAHU …lib.unnes.ac.id/21634/1/3201411102-S.pdf · 1 Karakteristik Beberapa Limbah Cair Industri Kerupuk Kulit dan Industri ... Gambar

40

3.7. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data statistik deskriptif untuk

menganalisis data tingkat pendidikan pengrajin tahu dan cara pengelolaan limbah

hasil industri tahu. Sedangkan untuk menganalisis hubungan antara tingkat

pendidikan pengrajin tahu dengan cara pengelolaan limbah hasil industri tahu

menggunakan analisis korelasi product moment (korelasi Pearson).

3.7.1 Statistik Deskriptif

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, sehingga dalam penelitian

ini teknik analisis data menggunakan statistik. Dalam Sugiyono (2012), terdapat

dua macam statistik yang digunakan untuk analisis data dalam penelitian, yaitu

statistik deskriptif, dan statistik inferensial.

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan statistik deskriptif.

Sugiyono (2012), statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk

menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang

telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang

berlaku untuk umum atau generalisasi.

Menurut Sarwono (2006), kegunaan utama statistik deskriptif ialah untuk

menggambarkan jawaban-jawaban observasi. Yang termasuk di dalamnya

diantaranya ialah distribusi frekuensi, distribusi persen dan rata-rata (mean).

3.7.1.1 Tabel Distribusi Frekuensi

Tabel distribusi frekuensi menggambarkan pengaturan data secara teratur

di dalam suatu tabel. Data diatur secara berurutan sesuai dengan besar kecilnya

angka atau digolong-golongkan ke dalam suatu kelas-kelas yang sesuai dengan

Page 56: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PENGRAJIN TAHU …lib.unnes.ac.id/21634/1/3201411102-S.pdf · 1 Karakteristik Beberapa Limbah Cair Industri Kerupuk Kulit dan Industri ... Gambar

41

tindakan dan jumlah yang ada pada masing-masing kelas. Di bawah ini contoh

tabel distribusi frekuensi:

Apakah Saudara pernah berbelanja di Matahari Supermarket?

Tabel 3. 4 Jawaban Responden Jawaban Frekuensi

Pernah 110

Tidak Pernah 90

Jumlah 200

Artinya: ada sebanyak 110 individu yang memilih “pernah” berbelanja di

Matahari Supermarket dan 90 yang memilih “tidak pernah” berbelanja di

Matahari Supermarket (Sarwono, 2006).

3.7.1.2 Frekuensi Relatif

Frekuensi relatif ialah frekuensi yang dihitung dalam bentuk persen. Cara

memperoleh frekuensi relatif ialah:

Frekuensi masing-masing individu x 100%

Jumlah frekuensi

Contoh:

Tabel 3. 5 Contoh Tabel Frekuensi Relatif

Umur Frekuensi Presentasae

<25

26 – 30

31 – 40

>40

121

59

83

66

37%

18%

25%

20%

Jumlah 329 100%

Sumber: Sarwono (2000: 139)

Page 57: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PENGRAJIN TAHU …lib.unnes.ac.id/21634/1/3201411102-S.pdf · 1 Karakteristik Beberapa Limbah Cair Industri Kerupuk Kulit dan Industri ... Gambar

42

3.7.1.3 Analisis Data Tingkat Pendidikan Pengrajin Tahu

Langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Tahap Penyekoran

Tahap ini dilakukan untuk mempermudah dalam menganalisis data dengan

cara memberikan skor terhadap jawaban responden dengan kriteria pemberian

skor sebagai berikut:

- Opsi jawaban A akan diberi skor 1

- Opsi jawaban B akan diberi skor 2

- Opsi jawaban C akan diberi skor 3

- Opsi jawaban D akan diberi skor 4

b. Menentukan parameter

Menentukan kriteria parameter dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Menentukan skor maksimal dengan rumus:

Skor maksimal=∑

= 3 x 4

= 12

Menentukan skor minimal dengan rumus:

Skor minimal = ∑

= 3 x 1

= 3

Page 58: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PENGRAJIN TAHU …lib.unnes.ac.id/21634/1/3201411102-S.pdf · 1 Karakteristik Beberapa Limbah Cair Industri Kerupuk Kulit dan Industri ... Gambar

43

Menentukan rentang skor dengan rumus:

Rentang = skor maksimal – skor minimal

= 12 – 3

= 9

Menghitung interval skor dengan rumus:

Ineterval =

=

= 2,25

Menentukan kriteria tingkat pendidikan. Kriteria tabel yang akan

digunakan dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3. 6 Kriteria Tingkat Pendidikan

No. Interval Skor Kriteria

1. 3,00 – 5,24 Sangat rendah

2. 5,25 – 7,50 Rendah

3. 7,51 – 9,75 Sedang

4. 9,76 – 12,00 Tinggi

Sumber: Data Primer (2015)

c. Menyusun tabel distribusi frekuensi

d. Menghitung frekuensi relatif

Page 59: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PENGRAJIN TAHU …lib.unnes.ac.id/21634/1/3201411102-S.pdf · 1 Karakteristik Beberapa Limbah Cair Industri Kerupuk Kulit dan Industri ... Gambar

44

3.7.1.4 Analisis Data Cara Pengelolaan Limbah Tahu

Langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Tahap Penyekoran

Tahap ini dilakukan untuk mempermudah dalam menganalisis data dengan cara

memberikan skor terhadap jawaban responden dengan kriteria pemberian skor

sebagai berikut:

- Opsi jawaban A akan diberi skor 1

- Opsi jawaban B akan diberi skor 2

- Opsi jawaban C akan diberi skor 3

- Opsi jawaban D akan diberi skor 4

b. Menentukan parameter

Menentukan kriteria parameter dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Menentukan skor maksimal dengan rumus:

Skor maksimal=∑

= 13 x 4

= 52

Menentukan skor minimal dengan rumus:

Skor minimal= ∑

= 13 x 1

= 13

Page 60: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PENGRAJIN TAHU …lib.unnes.ac.id/21634/1/3201411102-S.pdf · 1 Karakteristik Beberapa Limbah Cair Industri Kerupuk Kulit dan Industri ... Gambar

45

Menentukan rentang skor dengan rumus:

Rentang = skor maksimal – skor minimal

= 52 - 13

= 39

Menghitung interval skor dengan rumus:

Interval =

=

= 9,75

Menentukan kriteria tingkat pendidikan. Kriteria tabel yang akan

digunakan dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3. 7 Kriteria Cara Pengelolaan Limbah Hasil Industri Tahu

No. Interval Skor Kriteria

1. 13,00 – 22,75 Buruk

2. 22,76 – 32,50 Kurang baik

3. 32,60 – 42,25 Baik

4. 42,26 – 52,00 Sangat baik

Sumber: Data Primer (2015)

c. Menyusun tabel distribusi frekuensi

d. Menghitung frekuensi relatif

3.7.2 Korelasi Product – Moment (Korelasi Pearson)

Teknik analisis ini digunakan untuk mencari hubungan dan membuktikan

hipotesis hubungan dua variabel bila data kedua variabel berbentuk interval atau

ratio, dan sumber data dari dua variabel atau lebih tersebut adalah sama.

Page 61: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PENGRAJIN TAHU …lib.unnes.ac.id/21634/1/3201411102-S.pdf · 1 Karakteristik Beberapa Limbah Cair Industri Kerupuk Kulit dan Industri ... Gambar

46

Berikut ini dikemukakan rumus yang paling sederhana yang dapat

digunakan untuk menghitung koefisien korelasi. Koefisien korelasi untuk populasi

diberi simbol rho (ρ) dan untuk sampel diberi simbol r, sedang untuk korelasi

ganda diberi simbol R (Sugiyono, 2012).

Rumus Korelasi Product Moment

∑ (∑ )(∑ )

√( ∑ ( ) )( ∑ ( ) )

(Sugiyono, 2012)

Pengujian signifikansi koefisien korelasi, selain dapat menggunakan tabel,

juga dapat dihitung dengan uji t yang rumusnya ditunjukkan pada rumus berikut.

t = √

(Sugiyono, 2012)

Keterangan:

t : Uji keberartian korelasi

r : Koefisien korelasi

n : Jumlah responden (Sugiyono, 2012)

Harga t hitung tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga t tabel.

Apabila t hitung lebih besar dari t tabel maka H0 ditolak. Hal ini berarti terdapat

hubungan yang positif dan nilai koefisien korelasi anatara tingkat pendidikan

dengan cara pengelolaan limbah.

Page 62: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PENGRAJIN TAHU …lib.unnes.ac.id/21634/1/3201411102-S.pdf · 1 Karakteristik Beberapa Limbah Cair Industri Kerupuk Kulit dan Industri ... Gambar

47

Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi yang

ditemukan tersebut besar atau kecil, maka dapat berpedoman pada ketentuan yang

tertera pada tabel berikut.

Tabel 3. 8 Pedoman untuk Memberikan Interpretasi terhadap Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199

0,20 – 0,399

0,40 – 0,599

0,60 – 0,799

0,80 – 1,000

Sangat rendah

Rendah

Sedang

Kuat

Sangat Kuat

Sumber: Sugiyono (2012)

Dalam analisis korelasi terdapat suatu angka yang disebut dengan

Koefisien Determinasi, yang besarnya adalah kuadrat dari koefisien korelasi (r2).

Koefisien ini disebut koefisien penentu, karena varians yang terjadi pada variabel

dependen dapat dijelaskan melalui varians yang terjadi pada variable independen.

Page 63: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PENGRAJIN TAHU …lib.unnes.ac.id/21634/1/3201411102-S.pdf · 1 Karakteristik Beberapa Limbah Cair Industri Kerupuk Kulit dan Industri ... Gambar

91

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terdapat hubungan antara

tingkat pendidikan pengrajin tahu dengan cara pengelolaan limbah industri tahu.

Keduanya mempunyai hubungan yang positif. Jadi, semakin rendah tingkat

pendidikan pengrajin tahu maka akan semakin buruk cara pengelolaan limbahnya.

5.2. Saran

Setelah melakukan penelitian dan menganalisis data yang diperoleh, beberapa hal

yang dapat disarankan adalah:

Perlu adanya pelatihan dan penyuluhan mengenai limbah dan cara

pengelolaannya secara merata dari Pemerintah terhadap industri kecil agar

tercipta kesadaran terhadap lingkungan.

Kegiatan pelatihan dan penyuluhan tidak hanya membahas tentang limbah dan

cara pengelolaannya, tetapi juga menyampaikan tentang adanya program

pemerintah memberi bantuan IPAL dan bagaimana prosedur untuk

mendapatkan bantuan tersebut, sehingga industri kecil yang belum mengolah

limbah cair karena faktor biaya dapat terbantu dengan adanya program

tersebut.

Pemerintah dapat menetapkan sanksi khusus kepada industri kecil yang

membuang limbah cair ke lingkungan tanpa mengolah terlebih dahulu, untuk

meningkatkan kepedulian terhadap kelestarian lingkungan.

Page 64: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PENGRAJIN TAHU …lib.unnes.ac.id/21634/1/3201411102-S.pdf · 1 Karakteristik Beberapa Limbah Cair Industri Kerupuk Kulit dan Industri ... Gambar

92

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Maghfur. 2010. Pendidikan Lingkungan Hidup dan Masa Depan Ekologi

Manusia. Dalam Forum Tarbiyah. No. 1. Hal 59 – 61. Pekalongan:

Jurusan Syariah STAIN Pekalongan.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: PT Rineka Cipta.

Direktorat Jenderal Industri Kecil Menengah. 2007. Pengelolaan Limbah Industri

Pangan. Jakarta: Departemen Perindustrian.

Ginting, Perdana. 2007. Sistem pengelolaan Lingkungan dan Limbah Industri.

Bandung: Yrama Widya.

Herlambang, Arie, dkk. 2002. Teknologi Pengolahan Limbah Cair Industri.

Jakarta: Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan, Deputi

Bidang Teknologi Informasi, Energi, Material dan Lingkungan, Badan

Pengkajian dan Penerapan Teknologi.

Irianto, Agus. 2008. Statistik Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Kencana.

Jenie, Betty Sri Laksmi dan Winiati Pudji Rahayu. 2007. Penanganan Limbah

Industri Pangan. Yogyakarta: Kanisius.

Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat. 2008. Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama.

Kristanto, Philip. 2004. Ekologi Industri. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Koordinator Statistik Kecamatan Jati. 2014. Kecamatan Jati dalam Angka 2014.

Kudus: BPS Kabupaten Kudus.

Neolaka, Amos. 2008. Kesadaran Lingkungan. Jakarta: Rineka Cipta.

Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Peubahan

Atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2004

Tentang Baku Mutu Air Limbah.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang

Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

ProfilKabupatenKudus.http://www.kuduskab.go.id/profile.php?CSRF_TOKEN=2

a16a3df788d3fe1f8a829cff3190921e7f8600e. (20 Feb. 2015).

Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Page 65: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PENGRAJIN TAHU …lib.unnes.ac.id/21634/1/3201411102-S.pdf · 1 Karakteristik Beberapa Limbah Cair Industri Kerupuk Kulit dan Industri ... Gambar

93

Seifert, Kelvin.2008. Manajemen Pembelajaran & Instruksi Pendidikan

(Manajemen Mutu Psikologi Pendidikan Para Pendidik). Jogjakarta:

IRCiSoD

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan (Penelitian Kuantitatif, Kualitatif,

dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2012. Statistika untuk Penelitian. Bandung: ALFABETA.

Supardi, Imam. 2003. Lingkungan Hidup & Kelestariannya. Bandung: P.T.

Alumni.

Suwarno, Wiji. 2008. Dasar – Dasar Ilmu Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz

Media.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

Pendidikan Nasional.

Wahyuni, Sri. 2011. Menghasilkan Biogas dari Aneka Limbah. Jakarta:

Agromedia Pustaka.

Page 66: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PENGRAJIN TAHU …lib.unnes.ac.id/21634/1/3201411102-S.pdf · 1 Karakteristik Beberapa Limbah Cair Industri Kerupuk Kulit dan Industri ... Gambar

94

LAMPIRAN

Lampiran 1. Kisi-kisi Instrumen Angket

a. Variabel bebas (X): Tingkat Pendidikan

No. Sub Variabel Indikator No. Item

Instrumen

1. Pendidikan Formal

(didasarkan pada

tahun sukses)

Pendidikan Formal

terakhir diukur

berdasarkan tahun sukses

8

2. Pendidikan Non

Fromal Pelatihan/ penyuluhan

yang diperoleh pengrajin

tahu dari pemerintah/

badan setempat mengenai

dampak limbah industri

tahu terhadap lingkungan,

serta cara pengelolaan

limbah.

9, 10

b. Variabel Terikat (Y): Cara Pengelolaan Limbah Industri Tahu

No. Sub Variabel Indikator No. Item

Instrumen

1. Pengetahuan tentang

limbah industri tahu Mengetahui jenis limbah

industri tahu 16

Mengetahui dampak

limbah tahu terhadap

lingkungan

17

Mengetahui cara

pengelolaan limbah hasil

industri tahu

18

2. Pengelolaan limbah

padat industri tahu Pemanfaatan limbah padat

industri tahu (ampas tahu)

untuk diolah

20, 21

Perlakuan terhadap limbah

padat tahu (ampas tahu)

19

3. Pengelolaan limbah

cair industri tahu Perlakuan terhadap limbah

cair tahu Instalasi

22, 23

Adanya Instalasi

Pengolahan Limbah

(IPAL)

27, 32, 34, 35

Pemanfaatan biogas dari

limbah cair tahu

37

Page 67: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PENGRAJIN TAHU …lib.unnes.ac.id/21634/1/3201411102-S.pdf · 1 Karakteristik Beberapa Limbah Cair Industri Kerupuk Kulit dan Industri ... Gambar

95

Lampiran 2

ANGKET

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PENGRAJIN TAHU

DENGAN CARA PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI TAHU

DI KECAMATAN JATI KABUPATEN KUDUS

I. Petunjuk Pengisian Angket

1. Isilah identitas Bapak/ Ibu di tempat yang telah disediakan.

2. Mohon Bapak/ Ibu memberikan Bapak/ Ibu (X) pada salah satu

alternatif jawaban yang Bapak/ Ibu anggap paling benar.

Instrumen Penelitian

II. Identitas Responden :

Nama :

No responden :

Umur :

Jenis kelamin :

Pekerjaan :

Pendidikan terakhir :

Alamat :

Tanggal :

III. Profil Industri Industri Tahu:

Nama Industri Tahu :

Nama Pemilik :

Lokasi Industri Tahu :

PERTANYAAN

I. Riwayat pengrajin tahu

1. Sudah berapa lama Bapak/ Ibu bekerja sebagai pengrajin tahu?

a. Kurang dari 5 tahun

b. 5 – 10 tahun

c. 11 – 15 tahun

d. Lebih dari 15 tahun

Page 68: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PENGRAJIN TAHU …lib.unnes.ac.id/21634/1/3201411102-S.pdf · 1 Karakteristik Beberapa Limbah Cair Industri Kerupuk Kulit dan Industri ... Gambar

96

2. Darimanakah Bapak/ Ibu memperoleh keterampilan membuat

tahu?

a. Keluarga (turun-temurun)

b. Pelatihan dari pemerintah setempat

c. Program Mahasiswa

d. Masyarakat sekitar

3. Darimana Bapak/ Ibu memperoleh modal untuk membangun

industri tahu?

a. Pinjaman bank

b. Pinjaman keluarga

c. Uang sendiri

d. Lainnya (...............................)

4. Berapa jumlah tenaga kerja yang ada?

a. 1 – 5 orang

b. 6 – 10 orang

c. 11 – 15 orang

d. 16 – 20 orang

5. Berapa jumlah rata-rata kedelai yang diproduksi dalam sehari?

a. ≤1 – 2 kw

b. 3 – 4 kw

c. 5 – 6 kw

d. > 6 kw

6. Berapa rata-rata pendapatan per bulan yang diperoleh?

............................................................................................................

............................................................................................................

7. Apakah Bapak/ Ibu anggota KOPTI (Koperasi Produsen Tahu

Tempe Indonesia)?

a. Tidak pernah menjadi anggota KOPTI, mengambil kedelai dari

KOPTI

b. Pernah menjadi anggota KOPTI, tapi saat ini bukan anggota

c. Pernah menjadi anggota KOPTI, tapi saat ini bukan anggota

dan masih mengambil kedelai dari KOPTI

d. Masih anggota KOPTI dan mengambil kedelai dari KOPTI

II. Tingkat Pendidikan Pengrajin Tahu

8. Apa pendidikan Formal terakhir yang Bapak/ Ibu tempuh?

a. Tidak sekolah – 3 SD

b. 4 SD – 6 SD

c. 7 SMP – 9 SMP

d. 10 SMA – Perguruan Tinggi

Page 69: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PENGRAJIN TAHU …lib.unnes.ac.id/21634/1/3201411102-S.pdf · 1 Karakteristik Beberapa Limbah Cair Industri Kerupuk Kulit dan Industri ... Gambar

97

9. Apakah Bapak/ Ibu pernah mendapatkan pelatihan yang berkaitan

dengan limbah industri tahu?

a. Tidak pernah

b. 1 kali

c. 2 kali

d. 3 kali

10. Apakah Bapak/ Ibu pernah mendapatkan penyuluhan yang

berkaitan dengan limbah industri tahu?

a. Tidak pernah

b. 1 kali

c. 2 kali

d. 3 kali

11. Apakah Bapak/ Ibu setuju telah memperoleh pengetahuan tentang

bahaya limbah tahu dan cara pengolahannya dari keluarga?

a. Tidak setuju

b. Kurang setuju

c. Setuju

d. Sangat setuju

12. Apakah Bapak/ Ibu setuju telah memperoleh pengetahuan tentang

bahaya limbah tahu dan cara pengolahannya dari masyarakat

sekitar?

a. Tidak setuju

b. Kurang setuju

c. Setuju

d. Sangat setuju

13. Apakah Bapak/ Ibu setuju telah memperoleh pengetahuan tentang

bahaya limbah tahu dan cara pengolahannya dari media

(televisi/radio/surat kabar)?

a. Tidak setuju

b. Kurang setuju

c. Setuju

d. Sangat setuju

14. Darimanakah Bapak/ Ibu memperoleh pelatihan tentang bahaya

limbah tahu dan cara pengolahannya?

a. Badan Lingkungan Hidup

b. Badan Pemerintah Daerah

c. Program Mahasiswa

d. Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Page 70: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PENGRAJIN TAHU …lib.unnes.ac.id/21634/1/3201411102-S.pdf · 1 Karakteristik Beberapa Limbah Cair Industri Kerupuk Kulit dan Industri ... Gambar

98

15. Darimanakah Bapak/ Ibu memperoleh penyuluhan tentang bahaya

limbah tahu dan cara pengolahannya?

a. Kantor Lingkungan Hidup

b. Badan Pemerintah Daerah

c. Program Mahasiswa

d. Dinas Perindustrian dan UMKM

III. Pengelolaan limbah industri tahu

16. Apakah Bapak/ Ibu mengetahui jenis limbah yang dihasilkan dari

proses produksi tahu?

a. Tidak tahu

b. Kurang tahu

c. Tahu

d. Sangat tahu

17. Apakah Bapak/ Ibu mengetahui dampak yang ditimbulkan dari

limbah tahu (baik padat ataupun cair) terhadap lingkungan?

a. Tidak tahu

b. Kurang tahu

c. Tahu

d. Sangat tahu

18. Apakah Bapak/ Ibu mengetahui cara pengelolaan limbah industri

tahu?

a. Tidak tahu

b. Kurang tahu

c. Tahu

d. Sangat tahu

19. Pada saat Bapak/ Ibu membuang limbah padat tahu (ampas tahu),

apakah limbah tersebut sudah diolah terlebih dahulu?

a. Tidak pernah

b. Kadang

c. Sering

d. Sangat Sering

20. Apakah Bapak/ Ibu memanfaatkan/ mengelola limbah padat tahu

(ampas tahu) tersebut? Jika iya, dimanfaatkan untuk apa?

a. Sebagai pakan ternak sendiri

b. Dijual untuk pakan ternak

c. Diolah menjadi makanan dan dikonsumsi sendiri

d. Diolah menjadi makanan untuk dijual

Page 71: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PENGRAJIN TAHU …lib.unnes.ac.id/21634/1/3201411102-S.pdf · 1 Karakteristik Beberapa Limbah Cair Industri Kerupuk Kulit dan Industri ... Gambar

99

21. Jika Bapak/ Ibu mengolah limbah padat tahu (ampas tahu) menjadi

makanan, ada berapa jenis inovasi makanan yang telah Bapak/ Ibu

buat?

a. 1 jenis

b. 2 jenis

c. 3 jenis

d. >3 jenis

22. Pada saat Bapak/ Ibu membuang limbah cair tahu, apakah limbah

tersebut sudah diolah terlebih dahulu?

a. Tidak pernah

b. Kadang

c. Sering

d. Sangat Sering

23. Apakah Bapak/ Ibu mengelola limbah cair tahu tersebut? Jika iya,

bagaimana caranya?

a. Dibuang langsung ke sungai

b. Dibuang ke bak penampungan kemudian disalurkan menuju

sungai

c. Sebagian limbah dibuang ke saluran menuju sungai, sebagian

lagi disalurkan ke IPAL dan Biodigester untuk dijadikan biogas

d. Disalurkan ke IPAL dan Biodigester untuk dimanfaatkan

sebagai biogas

24. Apakah ada lembaga/organisasi kemasyarakatan yang mengurusi

dalam masalah pengelolahan limbah tahu di Kecamatan Jati? Jika

ada, apakah lembaga/ organisasi tersebut berpengaruh?

a. Tidak ada

b. Ada dan tidak berpengaruh

c. Ada dan kurang berpengaruh

d. Ada dan sangat berpengaruh

25. Lembaga/ organisasi apa saja yang turut berperan aktif dalam

masalah pengelolahan limbah tahu?

a. Paguyuban pengrajin tahu

b. PKK

c. Karang taruna

d. Lainnya (.....................................................................................)

Page 72: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PENGRAJIN TAHU …lib.unnes.ac.id/21634/1/3201411102-S.pdf · 1 Karakteristik Beberapa Limbah Cair Industri Kerupuk Kulit dan Industri ... Gambar

100

26. Apakah Bapak/ Ibu sering mengikuti (aktif) dalam lembaga/

organisasi masyarakat yang ada?

a. Tidak pernah

b. Kadang

c. Sering

d. Sangat sering

27. Apakah Bapak/ Ibu memiliki IPAL (Instalasi Pengolahan

Limbah)? Jika iya, IPAL tersebut diperoleh darimana?

a. Bantuan dari pemerintah setempat tanpa mengajukan proposal

bantuan

b. Bantuan dari pemerintah setempat dengan mengajukan

proposal bantuan

c. Sebagian modal sendiri dan sebagaian bantuan dari pemerintah

setempat dengan mengajukan proposal bantuan

d. Dari modal sendiri

28. Bagaimana status kepemilikan IPAL tersebut?

………………………………………………………………………

………………………………………………………………………

29. Jika IPAL komunal, siapa yang bertanggungjawab untuk

mengelola IPAL tersebut?

a. Lembaga/ organisasi

b. Pengrajin tahu yang ikut menyalurkan limbah ke IPAL tersebut

c. Pemerintah setempat

d. Lainnya (……………………………………………………….)

30. Apakah ada bantuan yang diberikan pemerintah setempat untuk

membantu proses pengelolaan limbah tahu? Jika ada, bantuan apa

saja yang diberikan pemerintah setempat untuk membantu proses

pembuangan limbah tahu?

a. IPAL

b. Saluran gorong-gorong

c. Pipa saluran

d. Lainnya (.....................................................................................)

31. Apakah Bapak/ Ibu memanfaatkan bantuan tersebut?

a. Tidak pernah

b. Kadang

c. Sering

d. Sangat Sering

Page 73: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PENGRAJIN TAHU …lib.unnes.ac.id/21634/1/3201411102-S.pdf · 1 Karakteristik Beberapa Limbah Cair Industri Kerupuk Kulit dan Industri ... Gambar

101

32. Apakah IPAL (Instalasi Pengolahan Limbah) tersebut masih

berfungsi?

a. Tidak berfungsi (rusak)

b. Kadang tidak dapat digunakan/ tidak berfungsi

c. Masih berfungsi dengan baik

d. Masih berfungsi dengan sangat baik

33. Jika sudah tidak berfungsi (rusak), apa penyebab IPAL tidak

berfungsi?

a. Tidak tahu

b. Dinding bak penampungan (reactor biogas/ digester) rusak

c. Ukuran bak penampungan (reactor biogas/ digester) tidak

mampu menampung jumlah limbah yang ada

d. Jarak IPAL terlalu dekat dengan industri, sehingga bakteri

pengurai mati karena limbah cair yang masih panas

34. Apakah Bapak/ Ibu mengatahui cara kerja IPAL tersebut?

a. Tidak tahu

b. Kurang tahu

c. Tahu

d. Sangat tahu

35. Apakah Bapak/ Ibu memanfaatkan IPAL tersebut?

a. Tidak pernah

b. Kadang

c. Sering

d. Sangat sering

36. Menurut Bapak/ Ibu, apakah IPAL tersebut sangat bermanfaat/

berguna dalam proses pengelolaan limbah?

a. Tidak bermanfaat

b. Kurang bermanfaat

c. Bermanfaat

d. Sangat bermanfaat

37. Siapa saja yang memanfaatkan biogas dari limbah industri tahu

tersebut?

a. Pengrajin tahu pemilik IPAL

b. Warga sekitar yang dekat dengan IPAL, baik untuk rumahan

maupun warung

c. Pengrajin tahu yang menyalurkan limbah ke IPAL dan warga

sekitar yang dekat dengan IPAL

d. Semua warga yang tinggal di sekitar IPAL termasuk pengrajin

tahu dan pemilik industri lainnya yang ada di sekitar IPAL

Page 74: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PENGRAJIN TAHU …lib.unnes.ac.id/21634/1/3201411102-S.pdf · 1 Karakteristik Beberapa Limbah Cair Industri Kerupuk Kulit dan Industri ... Gambar

102

38. Jika tidak mengolah limbah. Mengapa Bapak/ Ibu tidak melakukan

pengelolaan limbah?

a. Tidak tahu cara mengelola limbah

b. Tahu cara mengolah limbah tapi tidak mengolah karena rumit

c. Kondisi lingkungan sekitar industri tidak memenuhi standar

untuk dibangun IPAL

d. Sudah mengajukan proposal bantuan IPAL ke pemerintah

setempat, namun belum terealisasi

39. Apakah Bapak/ Ibu mengetahui tentang adanya sanksi dari

pemerintah terhadap pengrajin tahu yang tidak mengelola limbah?

a. Tidak Tahu

b. Kurang Tahu

c. Tahu

d. Sangat Tahu

40. Apa saja sanksi yang diberikan kepada pengrajin yang tidak

mengelola limbah?

............................................................................................................

............................................................................................................

41. Apakah ada protes dari masyarakat sekitar akibat pencemaran yang

ditimbulkan dari limbah industri tahu?

a. Sangat sering

b. Sering

c. Kadang

d. Tidak pernah

Page 75: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PENGRAJIN TAHU …lib.unnes.ac.id/21634/1/3201411102-S.pdf · 1 Karakteristik Beberapa Limbah Cair Industri Kerupuk Kulit dan Industri ... Gambar

103

Lampiran 3

PEDOMAN WAWANCARA (KLH)

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PENGRAJIN TAHU

DENGAN CARA PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI TAHU DI

KECAMATAN JATI KABUPATEN KUDUS

Identitas Responden :

Nama :

Jabatan :

Alamat :

Pertanyaan :

1. Apa saja jenis limbah yang dihasilkan dari produksi tahu?

Jawab:

2. Bagaiamana dampak limbah tahu tersebut terhadap lingkungan?

Jawab:

3. Apa saja syarat-syarat yang ada sehingga limbah tahu tersebut dikatakan

mencemari lingkungan/ berbahaya?

Jawab:

4. Apa saja kandungan air buangan limbah industri tahu?

Jawab:

5. Seberapa besar tingkat pencemaran yang ditimbulkan oleh industri tahu di

Kabupaten Kudus, khususnya di Kecamatan Jati?

Jawab:

6. Apakah ada Perda (Peraturan Daerah) yang mengatur tentang pengelolaan

limbah industri? Jika ada, Perda nomor berapa dan bagaimana isisnya?

Jawab:

7. Apa peran pihak KLH (Kantor Lingkungan Hidup) terhadap pengelolaan

limbah industri tahu di Kabupaten Kudus?

Jawab:

Page 76: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PENGRAJIN TAHU …lib.unnes.ac.id/21634/1/3201411102-S.pdf · 1 Karakteristik Beberapa Limbah Cair Industri Kerupuk Kulit dan Industri ... Gambar

104

8. Apakah dari pihak KLH (Kantor Lingkungan Hidup) pernah memberikan

pelatihan kepada pengrajin tahu di Kabupaten Kudus mengenai limbah

tahu?

Jawab:

9. Jika iya, kapan biasanya pelatihan tersebut diadakan? Siapa saja yang

menjadi pesertanya?

Jawab:

10. Apakah pihak KLH (Kantor Lingkungan Hidup) pernah memberikan

penyuluhan kepada pengrajin tahu di Kudus mengenai limbah industri

tahu?

Jawab:

11. Jika iya, kapan penyuluhan tersebut biasa diadakan? Siapa saja peserta

penyuluhan tersebut?

Jawab:

12. Apakah pihak KLH (Kantor Lingkungan Hidup) pernah memberikan

bantuan kepada industri tahu dalam rangka pengelolaan limbah industri

tahu? Jika pernah, bantuan tersebut berupa apa?

Jawab:

13. Apakah ada syarat/ ketentuan agar mendapatkan bantuan tersebut? Jika

ada, apa saja?

Jawab:

14. Apakah ada pengawasan secara berkala terkait dengan keberlangsungan

bantuan yang diberikan pihak KLH kepada industri tahu?

Jawab:

15. Bagaimana cara pengelolaan limbah cair tahu yang ideal?

Jawab:

16. Bagaimana cara pengelolaan limbah padat tahu (ampas tahu) yang ideal?

Jawab:

17. Apakah sudah ada industri tahu yang melakukan pengelolaan limbah?

Jawab:

Page 77: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PENGRAJIN TAHU …lib.unnes.ac.id/21634/1/3201411102-S.pdf · 1 Karakteristik Beberapa Limbah Cair Industri Kerupuk Kulit dan Industri ... Gambar

105

18. Jika ada, siapa saja industri tahu yang sudah mengelola limbah?

Jawab:

19. Apakah pengelolaan yang dilakukan sudah sesuai dengan cara pengelolaan

limbah yang ideal?

Jawab:

20. Apakah ada sanksi bagi industri tahu yang tidak melakukan pengelolaan

limbah? Jika ada, apa saja?

Jawab:

Page 78: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PENGRAJIN TAHU …lib.unnes.ac.id/21634/1/3201411102-S.pdf · 1 Karakteristik Beberapa Limbah Cair Industri Kerupuk Kulit dan Industri ... Gambar

106

Lampiran 4

PEDOMAN WAWANCARA (Masyarakat)

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PENGRAJIN TAHU

DENGAN CARA PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI TAHU DI

KECAMATAN JATI KABUPATEN KUDUS

IV. Identitas :

Nama :

Umur :

Jenis kelamin :

Pekerjaan :

Pendidikan terakhir :

Alamat :

Tanggal :

V. Pertanyaan

1. Apakah Bapak/ Ibu mengetahui apa saja jenis limbah yang dihasilkan

dari produksi tahu?

Jawab:

2. Apa saja dampak yang ditimbulkan dari limbah tersebut (baik limbah

padat/ cair) terhadap lingkungan sekitar?

Jawab:

3. Apakah industri tahu (yang bersangkutan) sudah mengelola limbah

tersebut?

Jawab:

4. Jika ya, apa yang Bapak/ Ibu ketahui tentang pengelolaan limbah yang

dilakukan oleh industri tersebut?

Jawab:

5. Jika tidak, apa kerugian yang ditimbulkan industri tersebut terhadap

lingkungan sekitar?

Jawab:

6. Bagaimana tindakan (tidak mengelola limbah) warga sekitar mengenai

hal tersebut?

Jawab:

Page 79: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PENGRAJIN TAHU …lib.unnes.ac.id/21634/1/3201411102-S.pdf · 1 Karakteristik Beberapa Limbah Cair Industri Kerupuk Kulit dan Industri ... Gambar

107

7. Apakah industri tersebut sudah memiliki IPAL (Instalasi Pengolahan

Limbah)?

Jawab:

8. Apakah IPAL tersebut dimanfaatkan sebagai biogas? Jika iya, siapa

saja yang memanfaatkan biogas tersebut?

Jawab:

9. Siapa yang bertanggungjawab dalam pengelolaan IPAL tersebut?

Jawab:

10. Apakah warga sekitar ikut berpartisipasi dalam pengelolaan IPAL?

Jawab:

Page 80: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PENGRAJIN TAHU …lib.unnes.ac.id/21634/1/3201411102-S.pdf · 1 Karakteristik Beberapa Limbah Cair Industri Kerupuk Kulit dan Industri ... Gambar

108

Lampiran 5

PROSES PENGOLAHAN LIMBAH CAIR TAHU MENJADI BIOGAS

SECARA ANAEROB

Sumber: Hasil Penelitian (2015)

BA

K P

ENG

ON

TRO

L

Lim

bah

cai

r

tahu

men

gand

ung

BO

D,

CO

D,

zat

org

anik

REA

KTO

R

BIO

GA

S

(DIGESTER

)

BA

K P

ENA

MP

UN

G A

IR

LIM

BA

H Y

AN

G S

UD

AH

DIO

LAH

UN

TUK

DIS

ALU

RK

AN

KE

SUN

GA

I

SU

NG

AI

2

Gambar 1 Proses limbah tahu menjadi biogas

Page 81: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PENGRAJIN TAHU …lib.unnes.ac.id/21634/1/3201411102-S.pdf · 1 Karakteristik Beberapa Limbah Cair Industri Kerupuk Kulit dan Industri ... Gambar

109

Ket

eran

gan

:

:

Pro

ses

Pen

gola

han

Air

Lim

bah

Tah

u

: P

rose

s P

engola

han

Air

Lim

bah

Tah

u m

enja

di

Bio

gas

Lampiran 6

Gam

bar

6.

Bak

pen

amp

un

gan

air

lim

bah

yan

g

sud

ah d

iola

h u

ntu

k d

isal

urk

an k

e su

ngai

Gam

bar

4.

Rea

kto

r B

iogas

(d

iges

ter)

Gam

bar

3.

Bak

Pen

go

ntr

ol

Gam

bar

2.

Lim

bah

Cai

r T

ahu

Gam

bar

7.

Sel

ang d

an

Pen

gu

kur

Tek

anan

Gas

Gam

bar

8.

Nyal

a A

pi

dar

i B

iogas

Gam

bar

5.

Air

lim

bah

yan

g s

ud

ah d

iola

h

Sumber: Hasil Penelitian (2015)

Page 82: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PENGRAJIN TAHU …lib.unnes.ac.id/21634/1/3201411102-S.pdf · 1 Karakteristik Beberapa Limbah Cair Industri Kerupuk Kulit dan Industri ... Gambar

111

Lampiran 7

STRUKTUR ORGANISASI IPAL BIOGAS TAHU

DESA PLOSO, KECAMATAN JATI, KABUPATEN KUDUS

Ketua I : Sriwijiyanto

Ketua II : Nur Said

Sekretaris : Suharto

Bendahara : Turyono

Seksi :

1. Dana : Sumarmi

2. Kebersihan : Saderi, Pak Yus, Rubawan

Anggota : Pemakai biogas

Data Kelompok Pengrajin Tahu IPAL Komunal Desa Ploso, Kec. Jati, Kab. Kudus

No. Nama Alamat

1. Retno Ploso, Rt/ Rw 01/ 02, Jati, Kudus

2. Arifin Ploso, Rt/ Rw 01/ 02, Jati, Kudus

3. Bejo Hendarto Ploso, Rt/ Rw 03/01, Jati, Kudus

4. Jasri Ploso, Rt/ Rw 03/01, Jati, Kudus

5. Sriwijiyanto Ploso, Rt/ Rw 01/ 02, Jati, Kudus

6. Yanto Ploso, Rt/ Rw 03/01, Jati, Kudus

7. Bambang Ploso, Rt/ Rw 04/02, Jati, Kudus

8. Sulkhan Ploso, Rt/ Rw 04/02, Jati, Kudus

9. Haryanto Ploso, Rt/ Rw 02/01, Jati, Kudus

10. Watno Ploso, Rt/ Rw 03/01, Jati, Kudus

11. Andi Ploso, Rt/ Rw 01/ 02, Jati, Kudus

12. H. Sutris Ploso, Rt/ Rw 01/ 02, Jati, Kudus

Sumber: Instrumen Angket (Lampiran 2 Halaman 96))

Page 83: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PENGRAJIN TAHU …lib.unnes.ac.id/21634/1/3201411102-S.pdf · 1 Karakteristik Beberapa Limbah Cair Industri Kerupuk Kulit dan Industri ... Gambar

111

Lam

pir

an

8

HA

SIL

AN

GK

ET

PE

NE

LIT

IAN

RIW

AY

AT

PE

NG

RA

JIN

TA

HU

DA

N T

ING

KA

T P

EN

DID

IKA

N P

EN

GR

AJI

N T

AH

U

No

. N

o.

Res

p.

Pro

fil

Ind

ust

ri T

ahu

R

iwayat

Pen

gra

jin T

ahu

T

ingkat

Pen

did

ikan P

engra

jin

Nam

a In

dust

ri

Nam

a P

em

ilik

A

lam

at I

nd

ust

ri

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

1.

1

PL

R

etno

P

loso

, R

t/ R

w 0

1/

02

, Ja

ti,

Kud

us

D

D

A

B

B

6 j

t A

D

A

A

A

A

A

X

X

2.

2

Tid

ak a

da

Pak

Ari

fin

P

loso

, R

t/ R

w 0

1/

02

, Ja

ti,

Kud

us

C

A

B

A

A

3jt

A

D

A

A

A

A

A

X

X

3.

3

Sar

i re

jo

Bej

o H

end

arto

P

loso

, R

t/ R

w 0

3/0

1,

Jati

, K

ud

us

D

D

B

B

A

2-

3jt

A

D

A

A

C

C

A

X

X

4.

4

Tid

ak a

da

Jasr

i P

loso

, R

t/ R

w 0

3/0

1,

Jati

, K

ud

us

C

A

B

A

B

3 j

t A

B

A

A

A

C

A

X

X

5.

5

Su

mb

er R

ejek

i S

riw

ijiy

anto

P

loso

, R

t/ R

w 0

1/

02

, Ja

ti,

Kud

us

D

A

C

B

B

6 j

t D

D

D

B

A

C

C

A

A

6.

6

Ad

a R

asa

Y

anto

P

loso

, R

t/ R

w 0

3/0

1,

Jati

, K

ud

us

A

A

B

C

B

6 j

t D

D

B

B

D

C

A

A

A

7.

7

Tid

ak a

da

Kis

wanto

P

loso

, R

t/ R

w 0

1/

02

, Ja

ti,

Kud

us

D

A

B

B

B

6 j

t D

D

B

B

A

C

A

A

dan

D

A

8.

8

Tah

u B

erkah

S

ulk

han

P

loso

, R

t/ R

w 0

4/0

2,

Jati

, K

ud

us

B

A

C

A

A

3 j

t D

B

A

A

B

B

A

X

X

9.

9

Tid

ak a

da

H.M

ahm

ud

i P

loso

, R

t/ R

w 0

3/0

1,

Jati

, K

ud

us

D

A

C

A

B

6 j

t D

D

B

B

A

C

A

B

B

10

. 1

0

Tid

ak a

da

Nur

Ro

syid

P

loso

, R

t/ R

w 0

1/

02

, Ja

ti,

Kud

us

A

D

C

B

A

6jt

A

D

B

A

C

C

C

A

X

11

. 1

1

Tah

u B

erkah

B

amb

ang

P

loso

, R

t/ R

w 0

4/0

2,

Jati

, K

ud

us

B

A

B

A

B

6 j

t D

B

A

A

A

A

A

A

A

12

. 1

2

MM

W

atno

P

loso

, R

t/ R

w 0

3/0

1,

Jati

, K

ud

us

A

A

A

B

B

6jt

D

C

B

B

A

C

C

A

A

13

. 1

3

Tid

ak a

da

Dar

yat

i P

loso

, R

t/ R

w 0

3/0

1,

Jati

, K

ud

us

D

A

B

C

B

6 j

t D

B

A

A

A

A

A

X

X

14

. 1

4

SL

M

Har

yan

to

Plo

so,

Rt/

Rw

02

/01

, Ja

ti,

Kud

us

D

A

C

B

B

5jt

D

D

C

B

C

B

B

D

D

15

. 1

5

Kar

ya

Ind

ah

Muh

tam

in

Plo

so,

Rt/

Rw

01

/01

, Ja

ti,

Kud

us

C

D

C

B

A

3jt

D

B

A

A

A

D

A

X

X

16

. 1

6

Tid

ak a

da

Mar

wan

Ja

ti K

ulo

n,

Rt/

Rw

03

/01

, Ja

ti, K

ud

us

C

A

C

B

B

6 j

t A

D

B

B

A

A

A

C

X

17

. 1

7

Tid

ak a

da

H.

Sutr

is

Plo

so,

Rt/

Rw

01

/ 0

2,

Jati

, K

ud

us

D

A

C

B

B

6 j

t C

C

A

A

A

C

A

X

X

18

. 1

8

Tid

ak a

da

Ed

i K

usw

anto

Ja

ti K

ulo

n,

Rt/

Rw

03

/ 0

5,

Jati

, K

ud

us

A

A

C

B

C

6jt

A

D

B

B

A

A

A

D

D

19

. 1

9

Tid

ak a

da

Ru

sdi

Jep

angp

akis

, R

t/ R

w 0

3/0

2,

Jati

, K

ud

us

D

D

C

B

B

2jt

A

B

B

A

B

C

B

A

X

20

. 2

0

Tid

ak a

da

Ag

us

Sal

im

Pas

uru

an K

idul,

Jat

i, K

ud

us

A

D

C

B

B

6jt

A

D

A

A

C

C

D

X

X

21

. 2

1

A3

Z

uhro

n

Pas

uru

an K

idul,

Rt/

Rw

03

/ 0

1,

Jati

, K

ud

us

A

D

A

A

A

2,1

jt

A

D

A

A

C

C

B

X

X

22

. 2

2

Hid

ayah

S

ukam

to

Tum

pang K

rasa

k,

Rt/

Rw

02

/01

, Ja

ti,

Kud

us

C

D

C

B

C

9jt

B

D

A

A

A

C

A

X

X

23

. 2

3

Tid

ak a

da

Su

kam

to

Jati

Kulo

n,

Jati

, K

ud

us

C

D

C

A

B

4,5

jt

A

D

A

A

A

C

A

X

X

24

. 2

4

Tah

u S

abit

D

imas

Jati

Wet

an,

Rt/

Rw

02

/01

, Ja

ti, K

ud

us

D

A

0

B

A

3jt

A

D

A

A

A

B

A

X

X

25

. 2

5

Tid

ak a

da

Su

kho

lis

Plo

so,

Rt/

Rw

05

/02

, Ja

ti,

Kud

us

A

A

0

B

A

6 j

t D

A

A

A

A

A

A

X

X

Sumber: Instrument Angket (Lampiran 2)

Page 84: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PENGRAJIN TAHU …lib.unnes.ac.id/21634/1/3201411102-S.pdf · 1 Karakteristik Beberapa Limbah Cair Industri Kerupuk Kulit dan Industri ... Gambar

112

Lam

pir

an 9

HA

SIL

AN

GK

ET

CA

RA

PE

NG

EL

OL

AA

N L

IMB

AH

HA

SIL

IN

DU

ST

RI

TA

HU

No

. N

o.

Res

p.

Car

a P

engel

ola

an L

imb

ah I

ndu

stri

Tah

u

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

34

35

36

37

38

39

40

41

1.

1

A

A

A

A

A

X

D

D

A

X

A

B

IPA

L K

OM

UN

AL

A

A

D

D

X

A

A

C

B

X

X

X

D

2.

2

C

D

A

A

B

X

A

B

A

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

A

A

0

D

3.

3

C

C

C

A

B

X

D

D

D

A

B

B

IPA

L K

OM

UN

AL

A

A

C

D

X

C

C

D

B

X

X

X

D

4.

4

C

C

A

A

B

X

B

C

D

A

B

B

IPA

L K

OM

UN

AL

B

A

B

D

X

B

B

C

B

X

X

X

D

5.

5

D

D

D

A

B

X

D

D

D

A

D

B

IPA

L K

OM

UN

AL

DA

N M

AN

DIR

I A

A

D

D

X

D

C

D

B

X

X

X

D

6.

6

C

C

C

A

B

X

C

C

D

A

C

B

IPA

L M

AN

DIR

I X

A

C

D

X

C

C

D

B

X

X

X

D

7.

7

C

C

C

C

D

A

A

A

D

A

A

X

X

X

X

X

0

A

A

C

B

C

A

0

D

8.

8

C

C

A

A

B

X

D

D

C

A

A

B

IPA

L K

OM

UN

AL

A

D

A

D

0

A

A

C

B

X

X

X

D

9.

9

A

A

A

A

B

X

A

B

D

X

X

A

IPA

L M

AN

DIR

I X

A

B

A

A

C

B

C

A

X

X

X

D

10

. 1

0

C

C

C

A

B

X

B

A

C

A

A

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

B

A

0

D

11

. 1

1

C

C

C

A

A

X

D

D

D

A

A

B

IPA

L K

OM

UN

AL

A

A

C

D

X

B

A

C

B

X

X

X

D

12

. 1

2

C

C

C

A

B

X

D

D

C

A

D

B

IPA

L K

OM

UN

AL

A

A

C

D

X

C

C

C

B

X

X

X

D

13

13

C

C

B

A

B

X

A

A

C

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

A

A

0

D

14

14

C

C

C

A

A

X

C

D

D

A

C

B

IPA

L K

OM

UN

AL

A

A

D

D

X

B

A

C

B

X

X

0

D

15

. 1

5

C

C

C

A

B

X

A

A

D

A

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

A

A

0

D

16

. 1

6

C

C

B

A

B

X

B

B

A

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

D

17

. 1

7

C

C

C

A

B

X

C

D

D

A

B

A

IPA

L K

OM

UN

AL

A

A

A

D

X

B

B

C

B

X

X

0

D

18

. 1

8

C

C

C

A

B

X

A

A

D

A

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

B

A

0

D

19

. 1

9

C

C

C

A

B

X

D

D

A

X

X

A

IPA

L M

AN

DIR

I X

A

C

C

X

C

A

C

B

X

X

X

D

20

. 2

0

C

C

C

A

B

X

C

D

A

X

X

B

IPA

L M

AN

DIR

I X

A

C

C

X

C

C

C

B

X

X

X

D

21

. 2

1

C

C

A

A

B

X

A

A

A

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

A

A

0

D

22

. 2

2

C

C

C

A

B

X

A

A

A

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

D

A

0

D

23

. 2

3

C

C

C

A

B

X

A

A

A

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

B

A

0

D

24

. 2

4

B

B

B

A

B

X

A

A

A

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

B

A

0

D

25

. 2

5

A

A

A

A

B

X

A

A

A

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

A

A

0

D

Sumber: Instrument Angket (Lampiran 2)

Page 85: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PENGRAJIN TAHU …lib.unnes.ac.id/21634/1/3201411102-S.pdf · 1 Karakteristik Beberapa Limbah Cair Industri Kerupuk Kulit dan Industri ... Gambar