hubungan antara keterlibatan ayah dan dukungan sosial

20
Hubungan Antara Keterlibatan Ayah dan Dukungan Sosial Teman Sebaya pada Remaja yang Bersekolah di SMA Komang Bara Wedaloka 1 , Sherly Saragih Turnip 2 1. 2. Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia E-mail: [email protected] Abstrak Penelitian ini membahas hubungan antara keterlibatan ayah dan dukungan sosial teman sebaya pada remaja yang bersekolah di SMA. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain korelasional. Untuk mengukur keterlibatan ayah, penulis menggunakan alat ukur keterlibatan ayah oleh Carlson (2006) dan untuk mengukur dukungan sosial teman sebaya, penulis menggunakan alat ukur Child and Adolescent Social Support Scale (CASSS) oleh Malecki, Demaray, dan Elliott (2000). Kedua alat ukur tersebut diberikan kepada responden dalam bentuk kuesioner. Responden dalam penelitian ini adalah remaja kelas 10 SMA dan masih mempunyai ayah dengan jumlah responden 403 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara keterlibatan ayah dan dukungan sosial teman sebaya dengan r (401) = 0,158; p = 0,001. Kata Kunci: Keterlibatan ayah, dukungan sosial teman sebaya, remaja The Relationship Between Father Involvement and Peer Social Support on Adolescents who Attend High School Abstract This research discusses the relationship between father involvement and peer social support on adolescents who attend high school. This research is a quantitative study with a correlational design. To measure father involvement, the author using a father involvement instrument by Carlson (2006) and to measure peer social support, the author using an instrument Child and Adolescent Social Support Scale (CASSS) by Malecki, Demaray, and Elliott (2000). Both the instruments were given to respondents in the form of a questionnaire. Respondents in this research were adolescents who attend grade 10 of high school and still have a father with a number of respondents are 403 people. The result showed there is a significant positive relationship between father involvement and peer social support with r (401) = 0,158; p = 0,001. Keywords: Father involvement, peer social support, adolescent Pendahuluan Orangtua idealnya terdiri dari ayah dan ibu, keduanya memiliki fungsi yang berbeda satu sama lain saat berinteraksi dengan anak. Ayah lebih banyak menghabiskan waktu dengan anak pada kegiatan yang sifatnya bermain dan rekreasi, sedangkan ibu lebih banyak menghabiskan waktu dalam memenuhi kebutuhan dasar anaknya, seperti makanan dan istirahat (Lamb & Lewis, 2004; Christine, 1985). Hal ini berbeda dalam hal akademik, Hubungan antara …, Komang Bara Wedaloka., FPSI UI, 2014

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hubungan Antara Keterlibatan Ayah dan Dukungan Sosial

 

Hubungan Antara Keterlibatan Ayah dan Dukungan Sosial Teman Sebaya pada Remaja yang Bersekolah di SMA

Komang Bara Wedaloka1, Sherly Saragih Turnip2

1. 2. Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia

E-mail: [email protected]

Abstrak

Penelitian ini membahas hubungan antara keterlibatan ayah dan dukungan sosial teman sebaya pada remaja yang bersekolah di SMA. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain korelasional. Untuk mengukur keterlibatan ayah, penulis menggunakan alat ukur keterlibatan ayah oleh Carlson (2006) dan untuk mengukur dukungan sosial teman sebaya, penulis menggunakan alat ukur Child and Adolescent Social Support Scale (CASSS) oleh Malecki, Demaray, dan Elliott (2000). Kedua alat ukur tersebut diberikan kepada responden dalam bentuk kuesioner. Responden dalam penelitian ini adalah remaja kelas 10 SMA dan masih mempunyai ayah dengan jumlah responden 403 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara keterlibatan ayah dan dukungan sosial teman sebaya dengan r (401) = 0,158; p = 0,001. Kata Kunci: Keterlibatan ayah, dukungan sosial teman sebaya, remaja

The Relationship Between Father Involvement and Peer Social Support on Adolescents who Attend High School

Abstract

This research discusses the relationship between father involvement and peer social support on adolescents who attend high school. This research is a quantitative study with a correlational design. To measure father involvement, the author using a father involvement instrument by Carlson (2006) and to measure peer social support, the author using an instrument Child and Adolescent Social Support Scale (CASSS) by Malecki, Demaray, and Elliott (2000). Both the instruments were given to respondents in the form of a questionnaire. Respondents in this research were adolescents who attend grade 10 of high school and still have a father with a number of respondents are 403 people. The result showed there is a significant positive relationship between father involvement and peer social support with r (401) = 0,158; p = 0,001. Keywords: Father involvement, peer social support, adolescent Pendahuluan

Orangtua idealnya terdiri dari ayah dan ibu, keduanya memiliki fungsi yang berbeda satu

sama lain saat berinteraksi dengan anak. Ayah lebih banyak menghabiskan waktu dengan

anak pada kegiatan yang sifatnya bermain dan rekreasi, sedangkan ibu lebih banyak

menghabiskan waktu dalam memenuhi kebutuhan dasar anaknya, seperti makanan dan

istirahat (Lamb & Lewis, 2004; Christine, 1985). Hal ini berbeda dalam hal akademik,

Hubungan antara …, Komang Bara Wedaloka., FPSI UI, 2014

Page 2: Hubungan Antara Keterlibatan Ayah dan Dukungan Sosial

2

pengasuhan, serta penyesuaian kognitif dan psikososial anak, yang mana baik ayah dan ibu

terlibat secara bersama.

Keinginan untuk memenuhi kebutuhan sandang dan pangan diperkuat dengan pandangan

tradisional yang menyatakan bahwa ayah bertugas untuk mencari nafkah, sedangkan ibu

bertugas untuk mengasuh anak secara langsung. Hal tersebut membuat pengasuhan anak

seolah menjadi tanggung jawab ibu sepenuhnya dan hal tersebut menimbulkan

ketidakseimbangan dalam keluarga. Hasil penelitian secara konsisten menunjukkan bahwa

ayah menghabiskan lebih sedikit waktu bersama anaknya dibandingkan ibu (Pleck &

Masciadrelli, 2004). Anak memiliki ayah, akan tetapi tidak terasa dekat secara psikologis

hingga akhirnya menimbulkan fenomena Father Hunger (Kaltim Post, 2014). Father Hunger

sendiri yaitu keinginan emosional dan psikologis seseorang akan keberadaan seorang ayah

yang saat ini secara fisik, emosional, atau psikologis telah menjauh dari kehidupannya

(Perrin, Baker, Romelus, Jones, & Heesacker, 2009; Herzog, 2001; Maine, 1991).

Fenomena di atas berkaitan dengan konsep yang diperkenalkan oleh Lamb, Pleck, Charnov,

dan Levine (1985, 1987; Pleck, Lamb, & Levine, 1986), menurutnya seorang ayah perlu

terlibat dalam pengasuhan anaknya melalui tiga komponen. Ketiga komponen tersebut, antara

lain: (a) engagement, yaitu interaksi langsung dengan anak; (b) accessibility, yaitu dirinya ada

bagi anak; dan (c) responsibility, yaitu terpenuhinya kebutuhan anak. Ketiga komponen

tersebut perlu diperhatikan oleh seorang ayah jika ingin terlibat dalam pengasuhan anaknya

karena hal tersebut akan memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap perkembangan

anaknya kelak.

Ketiga komponen keterlibatan ayah tersebut harus dilakukan secara holistik dan seimbang

antarsatu sama lain. Berdasarkan hasil penemuan McBride, et al., (2005) pada penelitiannya,

komponen engagement dan responsibility-nya terhadap anak dirasa lebih penting dari sekedar

accessibility. Oleh karena itu, seorang ayah harus menyadari bahwa dirinya perlu melibatkan

diri sepenuhnya dalam pengasuhan anak agar anak tidak merasa kehilangan akan sosok

ayahnya disaat ayahnya sebenarnya ada di dekatnya.

Seorang ayah yang tidak melibatkan dirinya dalam ketiga komponen diatas pada pengasuhan

anaknya, akan memberikan pengaruh yang cukup signifikan pada anak. Kenakalan remaja dan

penggunaan narkoba adalah salah satu contoh dampak yang terlihat pada anak apabila salah

satu dari komponen keterlibatan ayah tidak ditunjukkan oleh ayah (Bronte-Tinkew, Moore, &

Carrano, 2006). Kedua dampak negatif tersebut bisa ditekan kemunculannya apabila ayah

Hubungan antara …, Komang Bara Wedaloka., FPSI UI, 2014

Page 3: Hubungan Antara Keterlibatan Ayah dan Dukungan Sosial

3

melibatkan dirinya secara utuh pada ketiga komponen keterlibatan ayah. Penelitian yang

dilakukan oleh McDowell dan Parke (2009) menunjukkan bahwa ayah yang berinteraksi

secara positif kepada anaknya membuat anaknya juga dinilai positif dalam hal kemampuan

sosial. Hal menarik yang perlu diperhatikan dari penelitian ini adalah penemuan ini

menunjukkan ternyata jika seorang ayah memberikan aturan terlalu ketat bisa berdampak

anaknya menjadi kurang populer di antara teman sebayanya (McDowell dan Parke, 2009).

Hasil penelitian tersebut lebih lanjut tidak membahas jika seorang ibu juga bersikap demikian

karena menurut mereka pemberian aturan pada anak bukan menjadi fokus utama seorang ibu.

Dari masa ke masa, peran ayah banyak mengalami perubahan (Mintz, 1997). Di masa lalu,

tanggung jawab utama ayah hanya mengajarkan moral kepada anaknya. Namun pada saat ini,

muncul kecenderungan pada ayah untuk ikut berperan aktif di dalam pengasuhan anaknya.

Tidak hanya bertanggung jawab atas disiplin dan kontrol anak serta memenuhi kebutuhan

ekonomi keluarga, saat ini ayah juga diharapkan bisa aktif dan terlibat dalam pengasuhan

anak remajanya. Dari sisi remajanya, hasil penelitian menunjukkan bahwa para remaja

menyatakan penyesuaian pribadi dan sosial mereka menjadi lebih baik ketika mereka

dibesarkan di rumah dengan ayah yang terlibat dalam pengasuhan dibandingkan dengan ayah

yang melalaikan atau mengacuhkan mereka (Fish & Biller, 1973).

Ayah yang terlibat dalam pengasuhan memberikan dampak positif kepada anaknya selama itu

tepat sesuai dengan kebutuhan anaknya. Dari sini penulis melihat jika seorang ayah ingin

melibatkan diri di dalam pengasuhan anaknya, ada baiknya ayah juga memperhatikan

lingkungan sosial anak karena pada akhirnya anak akan bersosialisasi dengan orang lain di

luar lingkungan keluarga. Agar anak bisa lebih mampu menghadapi dunia luar, anak butuh

dukungan sosial dari berbagai pihak. Sesuai dengan definisi dukungan sosial oleh Malecki,

Demaray, dan Elliott (2000), persepsi anak terhadap dukungan yang diberikan oleh orang-

orang dalam jaringan sosial mereka bisa meningkatkan nilai mereka sebagai individu, salah

satunya dari teman sebaya. Penjelasan tersebut menunjukkan bahwa perkembangan seorang

anak berkaitan dengan pengalaman kehidupan sosial yang ia miliki, di lingkungan sosial ia

belajar untuk berinteraksi dengan orang lain dan dari lingkungan sosial juga ia mendapat

dukungan untuk berkembang. Salah satu dampak positif anak dengan tingkat dukungan sosial

yang tinggi adalah terlindungi dari persepsi negatif yang mungkin datang dari efek konflik

dan permusuhan dalam keluarga (Parke, et al., 2004). Berdasarkan hal tersebut didapatkan

bahwa dukungan sosial yang diberikan orang di sekitar anak bisa berdampak pada anaknya

secara langsung maupun tidak langsung.

Hubungan antara …, Komang Bara Wedaloka., FPSI UI, 2014

Page 4: Hubungan Antara Keterlibatan Ayah dan Dukungan Sosial

4

Masih terkait interaksi anak dengan teman sebayanya, Burns dan Dunlop (1998) menjelaskan

hasil penelitiannya bahwa perasaan orang dewasa tentang hubungan dan interaksi mereka

dengan teman sebayanya berkorelasi positif dengan pengalaman mereka tentang pengasuhan

yang diterima di masa remaja. Pengalaman disini khususnya dalam hal sosioemosional karena

hal tersebut menjadi salah satu aspek penting, selain biologis dan kognitif, di dalam proses

transisi seorang anak dari anak-anak menjadi dewasa (Santrock, 1998). Memahami hubungan

keterlibatan ayah dengan masalah perilaku remaja dirasa cukup penting karena bisa

memprediksi bagaimana perkembangan anak nantinya. Remaja dengan ayah yang sangat

terlibat mempunyai kemungkinan memiliki masalah eksternalisasi dan internalisasi lebih

rendah dibandingkan dengan ayah yang kurang terlibat (Carlson, 2006). Hasil penelitian

tersebut juga diperkuat dengan hasil penelitian lain yang menggunakan variabel dukungan

sosial, anak dengan dukungan sosial yang lebih dari anggota keluarga dan teman sebayanya

dinilai mempunyai masalah eksternalisasi dan internalisasi yang lebih sedikit daripada anak

dengan dukungan sosial yang kurang (Parke, et al., 2004).

White (2009) menjelaskan bahwa masa remaja secara luas dianggap sebagai waktu dalam

hidup ketika individu mempunyai keterampilan dan atribut yang diperlukan untuk menjadi

produktif, mandiri, dan dewasa. Pada dasarnya, mereka membutuhkan bimbingan serta

dukungan yang terkait dengan proses transisi mereka dari masa kanak-kanak menuju masa

dewasa. Hal tersebut menunjukkan dukungan sosial sangat penting untuk keberhasilan

perkembangan dan adaptasi remaja. Masih berkaitan dengan remaja, beberapa literatur telah

mendukung hubungan antara dukungan sosial dan dampaknya pada remaja. Remaja yang

menerima dukungan sosial yang lebih cenderung tidak menunjukkan perilaku marah dan

bermusuhan sepanjang masa remaja serta memiliki kemungkinan yang kecil menunjukkan

perilaku yang biasanya hanya dilakukan orang dewasa (Crockenberg, 1987).

Dari pembahasan dan uraian mengenai keterlibatan ayah dan dukungan sosial teman sebaya di

atas, munculnya perilaku yang cenderung negatif pada remaja bisa disebabkan adanya

permasalahan yang berkaitan dengan kedua variabel tersebut. Seperti yang sudah disebutkan

sebelumnya bahwa faktor keluarga memegang peranan dalam perkembangan remaja. Selain

itu, dapat dilihat juga lingkungan sosial dari remaja itu sendiri karena hal tersebut bisa

menjadi alasan dibalik munculnya perilaku negatif dari remaja. Oleh karena itu, disini secara

spesifik penulis ingin mengetahui bagaimana bentuk hubungan antara keterlibatan ayah dan

dukungan sosial teman sebaya pada remaja yang bersekolah di SMA?

Hubungan antara …, Komang Bara Wedaloka., FPSI UI, 2014

Page 5: Hubungan Antara Keterlibatan Ayah dan Dukungan Sosial

5

Tinjauan Teoritis

Keterlibatan Ayah

Day, Evans, dan Lamb (1998), mendefinisikan ayah secara lebih luas dengan melihat dari

sudut pandang biologis maupun sosial. Berdasarkan sudut pandang biologis, ayah adalah

seorang pria yang secara genetik berhubungan dengan anak, meskipun mungkin tidak

memiliki hubungan sosial atau hukum. Berdasarkan sudut pandang sosial, ayah adalah

seorang pria yang mungkin tidak memiliki ikatan genetik dengan anak tapi dirasakan oleh

anak memiliki hubungan sosial dan terikat sistem hukum. Secara garis besar, definisi ayah

adalah seorang pria yang memiliki hubungan biologis dan/atau sosial dengan seorang anak.

Lamb, Pleck, Charnov, dan Levine (1985; 1987; Pleck, Lamb, & Levine, 1986) menjelaskan

bahwa terdapat tiga komponen keterlibatan ayah, yaitu engagement, accessibility, dan

responsibility, yang merupakan hasil rangkuman dari banyak penelitian yang telah dilakukan

oleh banyak peneliti. Dari ketiga komponen keterlibatan ayah yang dikembangkan oleh

Lamb, Pleck, Charnov, dan Levine tersebut, penulis menyimpulkan bahwa keterlibatan ayah

didefinisikan sebagai interaksi antara ayah dan anak dalam bentuk kegiatan bersama,

ketersediaan diri, dan pemenuhan kebutuhan anak.

Di sisi lain, Lamb dan Tamis-LeMonda (2004) menyatakan bahwa keterlibatan ayah

dipengaruhi oleh beberapa sistem interaksi yang beroperasi pada tingkatan yang berbeda

selama hidup. Sistem interaksi tersebut, yaitu faktor psikologis (misalnya, motivasi,

keterampilan, dan kepercayaan diri), karakteristik individu anak (misalnya, temperamen dan

jenis kelamin), dukungan sosial (misalnya, hubungan dengan pasangan dan anggota keluarga

lain), masyarakat dan pengaruh budaya (misalnya, kesempatan sosial ekonomi dan ideologi

budaya), serta pekerjaan institusional dan kebijakan publik (misalnya, bantuan kesejahteraan

dan penegakan tunjangan anak).

Terdapat berbagai hasil penelitian yang melihat dampak keterlibatan ayah terhadap

perkembangan anak, khususnya pada aspek perkembangan kognitif, perkembangan

emosional, serta perkembangan sosial. Pada aspek perkembangan kognitif, anak yang

memiliki ayah yang terlibat menunjukkan kompetensi kognitif yang lebih tinggi dalam

asesmen intelektual maupun skor IQ (Lamb, 1987). Pada aspek emosional, keterlibatan ayah

berhubungan positif dengan kepuasan hidup anak secara keseluruhan. Anak dengan ayah yang

terlibat mengalami tingkat depresi, distres emosional, emosi negatif, distres psikologis, serta

Hubungan antara …, Komang Bara Wedaloka., FPSI UI, 2014

Page 6: Hubungan Antara Keterlibatan Ayah dan Dukungan Sosial

6

gejala kecemasan yang lebih rendah (Harris et al., 1998). Pada aspek sosial, anak dengan ayah

yang terlibat cenderung untuk memiliki sikap prososial, toleransi, dan pengertian (Volling &

Belsky, 1992).

Dukungan Sosial Teman Sebaya

Walaupun masing-masing definisi dikembangkan dalam orientasi yang berbeda-beda, namun

tetap ada kesamaan yakni bahwa dukungan sosial merupakan sumber daya yang tersedia dari

orang lain yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan dan berdampak positif bagi

individu yang bersangkutan. Secara keseluruhan dukungan sosial adalah persepsi individu

terhadap dukungan yang secara umum maupun spesifik diberikan oleh orang-orang dalam

jaringan sosial mereka, yang bisa meningkatkan nilai mereka sebagai individu dan/atau

melindungi mereka dari hal-hal yang merugikan (Malecki, Demaray, & Elliott, 2000).

Moren-Cross dan Lin (2006) mengklasifikasikan dukungan sosial ke dalam dua bentuk, yaitu

dukungan sosial yang diterima dan dukungan sosial yang dipersepsi. Dukungan sosial yang

diterima berkaitan dengan keseluruhan dukungan sosial yang diterima individu dari orang lain

atau sumber lain, sebaliknya dukungan sosial yang dipersepsi adalah persepsi individu bahwa

seseorang dapat memberikannya dukungan sosial. Berdasarkan definisi di atas antara

dukungan sosial yang dipersepsi dan dukungan sosial yang diterima, penulis memfokuskan

penelitian pada dukungan sosial yang dipersepsi.

Dukungan sosial adalah konstruk yang besar dan kompleks yang di dalamnya terdapat

berbagai aspek yang berkontribusi. Penelitian telah menunjukkan peran penting dukungan

sosial yang dalam kehidupan anak-anak dan remaja telah secara konsisten terkait dengan hasil

di banyak bidang seperti fungsi sosial dan prestasi akademik. Dukungan sosial adalah suatu

konstruk yang besar, beberapa peneliti (Tardy, 1985) telah memecah kontruk tersebut ke

dalam dimensi tertentu yang meliputi direction, disposition, evaluation, content, dan network.

Di sisi lain, Malecki, Demaray, dan Elliott (2000) membagi sumber dukungan sosial

berdasarkan jaringan sosialnya, yaitu orangtua, guru, teman dekat, teman sekelas, dan

sekolah. Berdasarkan sumber-sumber dukungan sosial yang telah disebutkan pada kedua

literatur tersebut, penulis memfokuskan penelitian ini pada dukungan sosial yang bersumber

dari teman sebaya saja.

Hubungan antara …, Komang Bara Wedaloka., FPSI UI, 2014

Page 7: Hubungan Antara Keterlibatan Ayah dan Dukungan Sosial

7

Implikasi dukungan sosial ayah untuk anak berdasarkan beberapa penelitian berkaitan dengan

kesejahteraan anak, tetapi sedikit penelitian yang menunjukkan bahwa anak mendapatkan

manfaat ketika ayah mereka memberikan dukungan sosial yang besar. Jaringan dukungan

sosial ayah dapat mempengaruhi perkembangan anak, baik secara langsung maupun tidak

langsung, dengan memberi anak stimulasi langsung, dukungan emosional dan material, akses

kesempatan, serta model dan sanksi dalam hal perilaku. Dukungan sosial ayah dapat

mempengaruhi perkembangan anak, secara positif maupun negatif, tergantung ayah

menghubungkan anak dengan orang atau sumber daya yang dapat menguntungkan atau malah

merugikan (Cochran & Brassard, 1979).

Hasil penelitian lain juga menunjukkan bahwa ayah yang memberi dukungan sosial lebih

kepada anak membuat anak memiliki perilaku dan perkembangan yang baik pula (Dunst,

Trivette, & Cross, 1986). Dukungan sosial ayah yang kuat juga berkaitan dengan kesehatan

yang lebih baik pada anak (Donato, Kanaiaupuni, & Stainback, 2003). Dukungan sosial ayah

secara tidak langsung dapat mempengaruhi anak untuk memberikan timbal balik pada tingkat

dan kualitas keterlibatan ayah serta hubungan orangtua, yang di sejumlah penelitian keduanya

telah ditemukan terkait dengan kesejahteraan anak (Parke, 2002).

Remaja

Penulis memutuskan menggunakan definisi remaja dari Santrock (1998) karena definisi

tersebut mewakili secara keseluruhan definisi-definisi yang telah dipaparkan sebelumnya.

Selain itu, ia memang tokoh yang fokus mengembangkan pengetahuan tentang remaja hingga

kini. Ia mendefinisikan remaja sebagai individu yang sedang berada di masa perkembangan

transisi antara masa anak-anak dan dewasa serta sedang mengalami proses perubahan dalam

hal biologis, kognitif, dan sosioemosional.

Perkembangan sosial remaja secara signifikan mendapatkan pengaruh positif dari interaksi

remaja dengan seorang ayah. Ayah yang peduli, siap sedia, dan dapat diandalkan, dapat

menumbuhkan rasa percaya dan yakin pada diri anak remaja (Way, 1997). Dalam penelitian

lain, para remaja menyatakan bahwa penyesuaian pribadi dan sosial mereka menjadi lebih

baik ketika mereka dibesarkan di rumah dengan ayah yang terlibat dalam pengasuhan

dibandingkan dengan ayah yang melalaikan atau mengacuhkan anaknya (Fish & Biller,

1973). Dalam penelitian lainnya dimana ayah yang secara positif terlibat dalam pengasuhan,

Hubungan antara …, Komang Bara Wedaloka., FPSI UI, 2014

Page 8: Hubungan Antara Keterlibatan Ayah dan Dukungan Sosial

8

anak remajanya memiliki kemungkinan lebih kecil untuk mengalami depresi (Duckett &

Richards, 1996).

Berkaitan dengan remaja, beberapa literatur telah mendukung hubungan antara dukungan

sosial dan dampaknya pada remaja. Remaja yang menerima dukungan sosial yang lebih

cenderung tidak menunjukkan perilaku marah dan bermusuhan sepanjang masa remaja serta

memiliki kemungkinan yang kecil menunjukkan perilaku yang biasanya hanya dilakukan

orang dewasa (Crockenberg, 1987). Berkaitan dengan iklim akademik, dukungan sosial juga

telah terbukti memiliki hubungan positif dengan kepuasan siswa terhadap pengalaman mereka

tentang sekolah (DeSantis King, Huebner, Suldo, & Volois, 2006). Ada hal yang menarik,

penerimaan dukungan sosial bukanlah hal yang utama bila dibandingkan dengan persepsi

dukungan sosial. Sebagai contoh, satu penelitian menemukan bahwa persepsi dukungan sosial

yang tersedia tersedia tampaknya bisa mengurangi dampak negatif dan mempercepat

pemulihan dari munculnya stres bahkan jika dukungan sosial tersebut sebenarnya belum tentu

digunakan (Costello, Pickens, & Fenton, 2001). Dengan kata lain, hanya dengan memiliki

keyakinan bahwa kita akan didukung atau memiliki banyak individu yang akan mendukung

kita, bahkan jika kita tidak menggunakan dukungan ini, memberikan implikasi positif bagi

perkembangan diri.

Penelitian Eckert (1989) mengenai burnout menggambarkan bagaimana remaja akan sangat

terpengaruh ketika tidak disukai oleh sekelompok teman sebayanya atau pada kondisi lain

dianggap bukan bagian dari kelompok tempat biasa ia berada. Masih sangat sedikit perhatian

yang diberikan kepada remaja ketika mereka berusaha memperluas pertemanannya dan ketika

menerima pengaruh dari teman sebaya yang padahal bisa berdampak pada perkembangan

psikologis dan sosial mereka. Hanna dan Berndt (1995) memaparkan hasil penelitiannya

bahwa untuk kualitas pertemanan antara remaja dengan teman sebaya tampak lebih konsisten

di lingkungan sekolah. Hasil penelitian tersebut menjelaskan pola pertemanan di lingkungan

sekolah lebih konsisten karena kelompok di dalamnya lebih homogen dibandingkan di

lingkungan lain, sehingga antara remaja dengan teman sebayanya lebih mudah memiliki

kesamaan pendapat.

Hubungan antara …, Komang Bara Wedaloka., FPSI UI, 2014

Page 9: Hubungan Antara Keterlibatan Ayah dan Dukungan Sosial

9

Keterlibatan Ayah dan Dukungan Sosial Teman Sebaya

Terdapat beberapa penelitian tentang keterlibatan ayah yang terkait dengan dukungan sosial

teman sebaya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh McDowell dan Parke (2009),

menunjukkan bahwa ayah yang menunjukkan interaksi positif kepada anaknya membuat

anaknya juga dinilai positif dalam hal kemampuan sosial, akan tetapi yang juga menarik

ditemukan bahwa jika seorang ayah memberikan aturan terlalu ketat bisa berdampak anaknya

menjadi kurang populer di antara teman sebayanya. Di sisi lain, hasil penelitian McDowell

dan Parke (2009) di atas menghasilkan dua pernyataan yang cukup menarik karena jika

diperhatikan lebih lanjut akan terlihat dua hasil yang berseberangan, yaitu antara dampak

postif dan negatif dari keterlibatan ayah.

Sebelum melakukan pembahasan lebih lanjut ada baiknya untuk melihat definisi dari

keterlibatan ayah itu sendiri. Keterlibatan ayah didefinisikan sebagai interaksi antara ayah dan

anak dalam bentuk kegiatan bersama, ketersediaan diri, dan pemenuhan kebutuhan anak

(Lamb, Pleck, Charnov, & Levine, 1985; 1987; Pleck, Lamb, & Levine, 1986). Berdasarkan

definisi tersebut, seorang ayah memang mempunyai peranan untuk membangun interaksi

yang positif dengan anaknya dengan harapan anak-anaknya bisa berkembang dengan nilai-

nilai yang positif pula sehingga bisa diterima oleh teman sebayanya. Pernyataan di atas

mendapat dukungan yang menyatakan bahwa anak-anak yang ayahnya terlibat dalam

pengasuhan mereka lebih cenderung memiliki hubungan teman sebaya yang positif serta

menjadi populer dan disukai. Hubungan mereka dengan teman sebaya dinilai minim hal

negatif, minim agresi, minim konflik, lebih bersifat timbal balik, lebih murah hati, dan lebih

memiliki kualitas persahabatan yang positif (Hooven, Gottman, & Katz, 1995; Lieberman,

Doyle, & Markiewicz, 1999; Youngblade & Belsky, 1992).

Di sisi lain, teman sebaya sendiri merupakan salah satu sumber dukungan sosial yang

didasarkan pada jaringan sosial yang dimiliki individu. Yang dimaksud dengan dukungan

sosial disini adalah persepsi individu terhadap dukungan yang secara umum maupun spesifik

diberikan oleh orang-orang dalam jaringan sosial mereka (Malecki, Demaray, & Elliott,

2000). Oleh karena itu untuk menentukan populer tidak populernya seorang anak bisa dengan

menilai dukungan sosial teman sebayanya. Hasil yang didapat nantinya bisa untuk

membuktikan bahwa keterlibatan ayah yang berlebihan bisa mempengaruhi dukungan sosial

anak yang diterima dari teman sebayanya.

Hubungan antara …, Komang Bara Wedaloka., FPSI UI, 2014

Page 10: Hubungan Antara Keterlibatan Ayah dan Dukungan Sosial

10

Dalam hal konflik, remaja yang mempunyai kelekatan yang baik dengan ayahnya dinyatakan

minim konflik dalam interaksi mereka dengan teman sebayanya (Ducharme, Doyle, &

Markiewicz, 2002). Pernyataan tersebut juga didukung oleh hasil penelitian lain yang

menyatakan bahwa anak-anak yang ayahnya terlibat dalam pengasuhan lebih cenderung

menunjukkan sedikit reaksi emosional yang negatif saat bermain dengan teman sebaya dan

mengalami lebih sedikit ketegangan dalam interaksi mereka dengan anak-anak lain (Suess,

Grossman, & Sroufe, 1992). Dengan minimnya konflik yang merupakan hasil dari sedikitnya

reaksi emosional dan ketegangan dalam interaksi anak dengan teman sebayanya, diharapkan

dukungan sosial untuk anak dari teman sebayanya menjadi meningkat. Jika dukungan sosial

teman sebaya benar-benar meningkat, secara tidak langsung menjadi terlihat hubungan antara

keterlibatan ayah dan dukungan sosial teman sebaya pada anak.

Selain itu, tingkat keterlibatan langsung ayah memiliki hubungan positif terhadap

persahabatan dan pengalaman berteman pada remaja (Updegraff, McHale, Crouter, &

Kupanoff, 2001). Sebaliknya, hubungan negatif dari keterlibatan ayah seperti tingginya

tingkat permusuhan antara ayah dan anak, berdampak cukup signifikan secara langsung

maupun tidak langsung terhadap perilaku sosial negatif remaja, yang selanjutnya

menyebabkan turunnya penerimaan teman sebaya (Paley, Conger, & Harold, 2000). Pada

akhirnya dampak dari keterlibatan ayah tergantung pada bentuk keterlibatan yang seorang

ayah berikan kepada anaknya. Untuk melihat dampak keterlibatan ayah bisa dengan melihat

dampak yang muncul pada anaknya dalam hal lain seperti melihat dampaknya pada dukungan

sosial teman sebaya anaknya.

Metode Penelitian

Responden Penelitian

Karakteristik responden yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu remaja kelas 10 SMA dan

masih mempunyai ayah. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa SMA di Jakarta Pusat

berdasarkan Data Pokok Pendidikan Menengah (DAPODIKMEN; Kementerian Pendidikan

dan Kebudayaan, 2014). Sampel penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 10 yang diambil

dari beberapa SMA di Jakarta Pusat yang terpilih melalui proses randomisasi pada daftar

seluruh SMA yang ada di Jakarta Pusat berdasarkan DAPODIKMEN. Pada akhirnya SMA

yang bersedia berpatisipasi dalam penelitian ini adalah SMAN 1, SMAN 68, dan SMAK

Hubungan antara …, Komang Bara Wedaloka., FPSI UI, 2014

Page 11: Hubungan Antara Keterlibatan Ayah dan Dukungan Sosial

11

Santa Theresia. Tim payung penelitian hanya menggunakan siswa SMA khususnya kelas 10

sebagai sampel karena terkait dengan visibiltas penelitian dan perizinan yang didapat.

Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini, keterlibatan ayah diketahui melalui skor total yang berasal dari alat ukur

keterlibatan ayah oleh Carlson (2006), yang diadaptasi oleh tim payung penelitian. Alat ukur

ini memiliki 7 item dan berformat self report yang mengukur penilaian responden mengenai

keterlibatan ayah. Alat ukur ini mengukur tiga komponen keterlibatan ayah, yaitu

engagement, accessibility, dan responsibility (Pleck & Hofferth, 2008). Responden diminta

untuk menjawab setiap pertanyaan mengenai keterlibatan ayah (misalnya, "Seberapa sering

ayah anda membicarakan keputusan penting dengan anda?"). Skala jawaban ditampilkan

dalam format Likert dan berkisar dari 1 (hampir tidak pernah/kurang dekat/kurang baik)

sampai 4 (sangat sering/sangat dekat/sangat baik). Skor total alat ukur ini dihitung dengan

menjumlahkan skala penilaian dari 7 item dengan terlebih dahulu merubah skor item

unfavorable menjadi favorable, skor yang tinggi mengindikasikan penilaian yang tinggi pula

dari keterlibatan ayah. Carlson (2006) dalam literaturnya memaparkan reliabilitas dari alat

ukur ini. Untuk reliabilitas, respon-respon terhadap tujuh pertanyaan dari alat ukur dirata-rata

dalam satuan standar deviasi untuk membuat indeks kontinu. Pada akhirnya diketahui

koefisien alfa alat ukur ini sebesar 0,85.

Pada penelitian ini, dukungan sosial teman sebaya diketahui melalui skor total subskala teman

sekelas yang berasal dari alat ukur Child and Adolescent Social Support Scale (CASSS) oleh

Malecki, Demaray, dan Elliott (2000), yang diadaptasi oleh tim payung penelitian. Alat ukur

ini memiliki 60 item dan berformat self report. Dukungan sosial terbagi dalam dua bentuk,

yaitu dukungan sosial yang diterima dan dukungan sosial yang dipersepsi (Moren-Cross &

Lin, 2006), dimana pada alat ukur ini berfokus mengukur dukungan sosial yang dipersepsi

oleh responden. Terdapat lima sumber dukungan sosial pada alat ukur ini, yaitu orangtua,

guru, teman sekelas, teman dekat, dan sekolah. Masing-masing dari lima subskala sumber

terdiri dari 12 item dan mengukur empat tipe dukungan sosial, yaitu emotional, instrumental,

informational, dan appraisal (House, 1981).

Malecki dan Demaray (2006) merangkum penjelasan reliabilitas dan validitas CASSS

berdasarkan pada penelitian sebelumnya yang melibatkan siswa sekolah menengah. Struktur

Hubungan antara …, Komang Bara Wedaloka., FPSI UI, 2014

Page 12: Hubungan Antara Keterlibatan Ayah dan Dukungan Sosial

12

lima faktor, yaitu subskala orangtua, guru, teman sekelas, teman dekat, dan sekolah, dianalisis

melalui faktor analisis dalam penelitian yang sama. CASSS subskala teman sekelas secara

signifikan berkorelasi dengan skor frekuensi teman sekelas dari Social Support Scale for

Children (SSSC; Harter, 1985; r = 0,36), yang merupakan indikasi dari validitas konstruk

yang sedang cenderung tinggi (Malecki & Demaray, 2003). Mengenai reliabilitas, bukti

ditemukan selama 8 sampai 10 minggu test-retest reliability (r = 0,78). Konsistensi internal

yang tinggi dari subskala teman sekelas didukung oleh koefisien alfa berkisar antara 0,92

sampai 0,93 (Malecki & Demaray, 2006).

Hasil Penelitian

Gambaran Responden

Sebanyak 713 pasang kuesioner remaja dan ayah yang disebar. Detil jumlah kuesioner yang

disebar yaitu di SMAN 1 sebanyak 275 pasang, SMAN 68 sebanyak 279, dan SMAK Santa

Theresia sebanyak 159 pasang. Dari jumlah tersebut, sebanyak 403 kuesioner remaja dan 133

kuesioner ayah yang kembali dan dapat diolah. Untuk usia responden sendiri, remaja berkisar

antara 13 sampai 18 tahun (M = 15,31; SD = 0,576) dan ayah berkisar antara 37 sampai 68

tahun (M = 49,58; SD = 5,337).

Tabel 1. Karakteristik Responden Remaja (N = 403)

Karakteristik N % Jenis Kelamin

Laki-Laki 169 41,9 Perempuan 234 58,1

Tinggal Dengan... Ayah dan Ibu Kandung 345 85,6 Ayah Kandung Saja 11 2,7 Ibu Kandung Saja 32 7,9 Kerabat Lain 14 3,5 Kos 1 0,2

Status Ayah Kandung 396 98,3 Tiri 7 1,7 Angkat 0 0,0

Hubungan antara …, Komang Bara Wedaloka., FPSI UI, 2014

Page 13: Hubungan Antara Keterlibatan Ayah dan Dukungan Sosial

13

Dari tabel 1. dapat diketahui sebagian besar responden remaja (58%) adalah perempuan,

sedangkan responden remaja yang sehari-hari tinggal dengan ayah dan ibu kandung adalah

yang dominan (86%), dan status ayah yang paling dominan pada responden remaja adalah

ayah kandung (98%).

Tabel 2. Karakteristik Responden Ayah (N = 133)

Karakteristik N %

Status Pekerjaan Tidak Bekerja 8 6,0 Bekerja 125 94,0

Tingkat Pendidikan SD 1 0,8 SMP 0 0,0 SMA 27 20,3 D3 10 7,5 S1 69 51,9 S2 23 17,3 S3 3 2,3

Status Pernikahan Menikah 129 97,0 Duda 4 3,0

Jumlah Pendapatan Tidak Ada 8 6,0 <5 Juta 36 27,1 5-10 Juta 30 22,6 10-15 Juta 17 12,8 15-20 Juta 14 10,5 20-25 Juta 7 5,3 >25 Juta 21 15,8

Dari tabel 2. dapat diketahui sebagian besar responden ayah (94%) sedang dalam status

memiliki pekerjaan, sedangkan S1 adalah tingkat pendidikan yang dominan (52%) dari

responden ayah. Dari tabel tersebut pula dapat diketahui sebagian besar responden ayah

(97%) sedang dalam status menikah, sedangkan <5 juta adalah tingkat pendapatan yang

dominan (27%) dari responden ayah.

Keterlibatan ayah dari 403 responden remaja memiliki mean sebesar 20,07 (SD = 3,501),

sedangkan keterlibatan ayah dari 133 responden ayah memiliki mean sebesar 21,01 (SD =

2,958). Selain keterlibatan ayah, terdapat pula dukungan sosial teman sebaya dari 403

responden remaja yang memiliki mean sebesar 53,95 (SD = 9,099). Dengan membandingkan

Hubungan antara …, Komang Bara Wedaloka., FPSI UI, 2014

Page 14: Hubungan Antara Keterlibatan Ayah dan Dukungan Sosial

14

mean, dapat dilihat bahwa keterlibatan ayah menurut remaja (M = 20,07; SD = 3,501) lebih

rendah dibandingkan keterlibatan ayah menurut ayah (M = 21,01; SD = 2,958). Dengan

melihat nilai standar deviasi, keterlibatan ayah menurut kelompok remaja lebih bervariasi

dibandingkan kelompok ayah. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan

pada keterlibatan ayah antara remaja dan ayah, maka bisa dilakukan analisis tambahan.

Hubungan Antara Keterlibatan Ayah dan Dukungan Sosial Teman Sebaya pada Remaja yang

Bersekolah di SMA

Tabel 3. Hubungan Antara Keterlibatan Ayah dan Dukungan Sosial (N = 403)

Variabel M SD df r p (1-tailed) Keterlibatan Ayah 20,07 3,501 401 0,158 0,001** Dukungan Sosial Teman Sebaya 53,95 9,099

**. Hubungan signifikan pada LoS 0,05 (1-tailed).

Dalam penelitian ini, untuk semua uji statistik digunakan alfa atau Level of Significant (LoS)

sebesar 0,05. Dari 403 responden remaja seperti pada tabel 3., keterlibatan ayah (M = 20,07;

SD = 3,501) dan dukungan sosial teman sebaya (M = 53,95; SD = 9,099) memiliki hubungan

positif yang signifikan, r (401) = 0,158; p = 0,001.

Perbedaan Antara Persepsi Remaja dan Persepsi Ayah tentang Keterlibatan Ayah dalam

Pengasuhan Remaja

Tabel 4. Perbedaan antara Persepsi Remaja dan Persepsi Ayah

Variabel N M SD F p t df p (2-tailed) Keterlibatan Ayah Persepsi Remaja 403 20,07 3,501 3,699 0,055 -2,780 534 0,006**

Keterlibatan Ayah Persepsi Ayah 133 21,01 2,958

**. Perbedaan signifikan pada LoS 0,05 (2-tailed).

Pada tabel 4. dapat diketahui hasil uji Levene’s Test menunjukkan varians kedua kelompok

setara, F (534) = 3,699; p = 0,055. Oleh karena itu, akan digunakan independent sample t-test

yang mengasumsikan kesetaraan varians. Hasil uji statistik menunjukkan ada perbedaan yang

Hubungan antara …, Komang Bara Wedaloka., FPSI UI, 2014

Page 15: Hubungan Antara Keterlibatan Ayah dan Dukungan Sosial

15

signifikan antara persepsi remaja dan persepsi ayah tentang keterlibatan ayah dalam

pengasuhan remaja, t (534) = -2,780, p = 0,006.

Perbedaan Antara Persepsi Remaja dan Persepsi Ayah tentang Keterlibatan Ayah dalam

Pengasuhan Remaja per Item

Tabel 5. Perbedaan antara Persepsi Remaja dan Persepsi Ayah per Item

Item F p t df p (2-tailed) Membicarakan keputusan penting 15,233 0,000 -2,814 276,207 0,005** Mendengarkan sudut pandang 37,256 0,000 -2,558 315,969 0,011** Mengetahui keberadaan 27,149 0,000 -1,835 297,349 0,067 Meluangkan waktu bersama 4,741 0,030 -2,928 244,869 0,004** Melewatkan peristiwa penting 0,630 0,428 1,131 534 0,258 Kedekatan hubungan 4,887 0,027 -2,000 270,301 0,046** Interaksi dua arah 1,930 0,165 -2,177 534 0,030**

**. Perbedaan signifikan pada LoS 0,05 (2-tailed).

Hasil uji statistik pada tabel 5. menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara persepsi

remaja dan persepsi ayah tentang keterlibatan ayah dalam pengasuhan remaja pada semua

item, kecuali pada item “mengetahui keberadaan” dan “melewatkan peristiwa penting”.

Pembahasan

Hasil utama dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan

antara keterlibatan ayah dan dukungan sosial teman sebaya. Dengan kata lain, ketika

keterlibatan ayah meningkat maka dukungan sosial teman sebaya juga meningkat. Begitu pula

sebaliknya, ketika keterlibatan ayah menurun maka dukungan sosial teman sebaya juga

menurun. Penelitian ini menunjukkan hasil yang serupa dengan penelitian McDowell dan

Parke (2009) bahwa ayah yang menunjukkan keterlibatan dalam bentuk interaksi positif

dengan anak remajanya membuat anak remajanya juga dinilai positif dalam hal kemampuan

bersosialisasi, termasuk dengan teman sebayanya. Hal tersebut dapat disebabkan karena

remaja yang ayahnya terlibat dalam pengasuhan mereka menjadikan remaja dengan teman

sebayanya dinilai minim akan hal negatif, seperti agresivitas dan konflik, dan cenderung lebih

bersifat timbal balik, seperti saling tolong-menolong dan memberi kesan positif (Hooven,

Hubungan antara …, Komang Bara Wedaloka., FPSI UI, 2014

Page 16: Hubungan Antara Keterlibatan Ayah dan Dukungan Sosial

16

Gottman, & Katz, 1995; Lieberman, Doyle, & Markiewicz, 1999; Youngblade & Belsky,

1992).

Hasil tambahan dari penelitian ini berhasil membuktikan bahwa ada perbedaan yang

signifikan antara persepsi remaja dan persepsi ayah tentang keterlibatan ayah dalam

pengasuhan remaja. Keterlibatan ayah dalam pengasuhan remaja lebih tinggi dipersepsikan

oleh responden ayah daripada responden remaja. Hal tersebut bisa disebabkan karena bila

dibandingkan dengan ibu, ayah menghabiskan lebih sedikit waktu bersama anak remajanya

(Pleck & Masciadrelli, 2004). Dengan menyempatkan untuk menghabiskan sedikit waktu

untuk anak remajanya, ayah merasa dirinya sudah terlibat dalam pengasuhan anaknya.

Sayangnya pendapat tersebut tidak sejalan dengan pendapat anak remajanya yang merasa

tidak dekat dengan ayahnya secara psikologis dan emosional, meskipun secara fisik mereka

masih cukup sering bertemu (Perrin, Baker, Romelus, Jones, & Heesacker, 2009; Herzog,

2001; Maine, 1991).

Untuk mengetahui penyebab perbedaan antara persepsi remaja dan persepsi ayah tentang

keterlibatan ayah dalam pengasuhan remaja secara lebih spesifik, penulis juga

membandingkan persepsi remaja dan persepsi ayah tentang keterlibatan ayah dalam

pengasuhan remaja berdasarkan item dari alat ukur keterlibatan ayah oleh Carlson (2006).

Perlu diketahui item-item dari alat ukur keterlibatan ayah tersebut, yaitu “membicarakan

keputusan penting”, “mendengarkan sudut pandang”, “mengetahui keberadaan”, “meluangkan

waktu bersama”, “melewatkan peristiwa penting”, “kedekatan hubungan”, dan “interaksi dua

arah”. Dari tujuh item tersebut, Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang

signifikan antara persepsi remaja dan persepsi ayah tentang keterlibatan ayah dalam

pengasuhan remaja pada semua item, kecuali pada item “mengetahui keberadaan” dan

“melewatkan peristiwa penting”.

Penulis akan mendiskusikan hasil penelitian tersebut berdasarkan komponen keterlibatan ayah

(Lamb, Pleck, Charnov, & Levine, 1985; 1987; Pleck, Lamb, & Levine, 1986). Untuk

komponen engagement, penulis melihat item “interaksi dua arah” menunjukkan perbedaan

yang signifikan karena ayah kurang cukup besar usahanya untuk berinteraksi langsung

dengan anak remajanya (Palkovitz, 2002). Untuk komponen accessibility, penulis melihat

item “membicarakan keputusan penting” dan “meluangkan waktu bersama” menunjukkan

perbedaan yang signifikan karena ayah kurang meluangkan waktu untuk anak remajanya,

khususnya untuk membicarakan suatu hal yang serius. Hal ini sangat berkaitan dengan

Hubungan antara …, Komang Bara Wedaloka., FPSI UI, 2014

Page 17: Hubungan Antara Keterlibatan Ayah dan Dukungan Sosial

17

nonworkday ayah, karena accessibility seorang ayah akan tercermin dari apakah ia akan lebih

memilih untuk menghabiskan waktu luang yang ia miliki dengan anaknya atau tidak

(McBride, et al., 2005). Untuk komponen responsibility, penulis melihat item “mendengarkan

sudut pandang” dan “kedekatan hubungan” menunjukkan perbedaan yang signifikan karena

masih banyak ayah yang beranggapan bahwa mengatur dan merencanakan kegiatan anak

sepenuhnya ada di tangan ibu sehingga ayah menjadi kurang berusaha mendekatkan diri dan

mendengarkan sudut pandang anaknya (Stueve & Pleck, 2003).

Diantara tujuh item dari alat ukur keterlibatan ayah, terdapat item “mengetahui keberadaan”

dan “melewatkan peristiwa penting” yang tidak menunjukkan adanya perbedaan yang

signifikan. Kedua item tersebut tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan karena

untuk saat ini kedua item tersebut dirasa sudah tidak relevan untuk mengukur keterlibatan

ayah. Perkembangan teknologi yang pesat saat ini membuat dua individu yang sedang

berjauhan secara fisik bisa menjadi dekat karena semakin banyak jenis alat komunikasi yang

bisa digunakan untuk beinteraksi dengan individu lain. Dengan banyaknya jenis alat

komunikasi yang bisa digunakan, kedua item tersebut bisa langsung terpenuhi oleh ayah

hanya dengan menghubungi anak remajanya melalui alat komunikasi. Hal tersebut tentu

bukanlah apa yang dimaksud oleh Carlson (2006) ketika mengembangkan alat ukur tersebut.

Carlson mengembangkan alat ukur keterlibatan ayah berdasarkan komponen keterlibatan ayah

(Lamb, Pleck, Charnov, & Levine, 1985; 1987; Pleck, Lamb, & Levine, 1986) sehingga yang

dimaksud dengan dua item tersebut adalah interaksi secara langsung tidak hanya melalui

media alat komunikasi.

Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara keterlibatan ayah dan dukungan

sosial teman sebaya pada remaja yang bersekolah di SMA. Hasil temuan pada penelitian ini

menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara keterlibatan ayah dan

dukungan sosial teman sebaya.

Hubungan antara …, Komang Bara Wedaloka., FPSI UI, 2014

Page 18: Hubungan Antara Keterlibatan Ayah dan Dukungan Sosial

18

Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penulis mengajukan beberapa saran untuk

memperbaiki metode penelitian jika hendak diulangi di waktu mendatang. Masih berkaitan

dengan keterlibatan ayah dan dukungan sosial, penelitian selanjutnya bisa meneliti hubungan

dukungan sosial ibu dan keterlibatan ayah karena beberapa literatur membahas kedua variabel

tersebut dengan cukup menarik. Dalam pengambilan sampel bisa ditambahkan jumlah

sekolah yang dijadikan sampel penelitian sehingga sampel yang didapatkan bisa lebih

merepresentasikan populasi, selain itu juga bisa mengambil sampel dari SMK sehingga

sampel penelitian bisa lebih diperluas menjadi SMA sederajat. Khususnya untuk

memperbesar kemungkinan mendapatkan data tentang ayah, proses pengambilan data bisa

dibuat web based sehingga para ayah yang sedang tidak ada di rumah atau yang memang

tinggal berjauhan dengan anaknya tetap bisa memberikan responnya.

Di sisi lain, penulis juga mengajukan beberapa saran menyangkut penerapan hasil penelitian

oleh elemen masyarakat. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi para

orangtua untuk berbagi peran dalam keluarga agar nantinya terbentuk dinamika keluarga yang

saling mendukung. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan acuan untuk memberikan

intervensi yang tepat kepada remaja yang terkait dengan kebutuhan atau permasalahannya

akan dukungan sosial. Selain itu, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi

para ayah untuk bisa lebih berinteraksi secara langsung dengan anaknya tanpa melalui alat

komunikasi.

Kepustakaan

Bronte-Tinkew, J., Moore, K. A., & Carrano, J. (2006). The Father-Child Relationship, Parenting Styles, and Adolescent Risk Behaviors in Intact Families. Journal of Family Issues, Vol. 27, No. 6, 850-881.

Burns, A., & Dunlop, R. (1998). Parental Divorce, Parent-Child Relations, and Early Adult Relationships: A Longitudinal Australian Study. Personal Relationships, 5, 393-407.

Carlson, M. J. (2006). Family Structure, Father Involvement, and Adolescent Behavioral Outcomes. Journal of Marriage and Family, 68, 1, pg. 137-154.

Christine, C. (1985). "Good-enough’, Border-line, and "Bad-enough" Parenting. Dalam M. Adcock, & R. White, Good-enough parenting: a framework for assessment (hal. 60-100). London: British Association for Adoption and Fostering.

Cochran, M. M., & Brassard, J. A. (1979). Child Development and Personal Social Networks. Child Development, 50 (3), 601.

Costello, J., Pickens, L., & Fenton, J. (2001). Social Supports for Children and Families: A Matter of Connections. Chicago: Chapin Hall Centre for Children at the University of Chicago.

Crockenberg, S. B. (1987). Predictors and Correlates of Anger and Hostility of Adolescent. Child Development, 58, 964-975.

Hubungan antara …, Komang Bara Wedaloka., FPSI UI, 2014

Page 19: Hubungan Antara Keterlibatan Ayah dan Dukungan Sosial

19

Day, R. D., Evans, V. J., & Lamb, M. (1998). Social Fatherhood and Paternal Involvement: Conceptual, Data, and Policymaking Issues. Washington: U.S. Department of Health & Human Services.

DeSantis King, A. L., Huebner, S., Suldo, S. M., & Volois, R. F. (2006). An Ecological View of School Satisfaction in Adolescence: Linkages Between Social Support and Behavior Problems. Applied Research in Quality of Life, 1, 279-295.

Donato, K. M., Kanaiaupuni, S. M., & Stainback, M. (2003). Sex Differences in Child Health: Effects of Mexico-US Migration. Journal of Comparative Family Studies, 34 (3), 455-477.

Ducharme, J., Doyle, A. B., & Markiewicz, D. (2002). Attachment Security with Mother and Father: Association with Adolescents’ Reports of Interpersonal Behavior with Parents and Peers. Journal of Social and Personal Relationships, 19, 203-231.

Duckett, E., & Richards, M. H. (1996). Fathers' Time in Child Care and the Father-Child Relationship. Boston: Society for Research on Adolescence.

Dunst, C. J., Trivette, C. M., & Cross, A. H. (1986). Mediating Influences of Social Support: Personal, Family, and Child Outcomes. American Journal of Mental Deficiency, 90 (4), 403-417.

Eckert, P. (1989). Jocks and Burnouts: Social categories and identity in the High School. New York: Teachers College Press.

Fish, K. D., & Biller, H. B. (1973). Perceived Childhood Paternal Relationships and College Females' Personal Adjustment. Adolescence, 415-420.

Hanna, N. A., & Berndt, T. J. (1995). Relations between Friendship, Group Acceptance, and Evaluations of Summer Camp. Journal of Early Adolescents, 15, 456-475.

Harris, K. M., Furstenberg, F. F., & Marmer, J. K. (1998). Paternal Involvement with Adolescents in Intact Families: The Influence of Fathers Over the Life Course. Demography, 35 (2), 201-216.

Herzog, J. M. (2001). Father Hunger: Explorations with Adults and Children. New Jersey: Analytic Press. Hooven, C., Gottman, J. M., & Katz, L. F. (1995). Parental Meta-Emotion Structure Predicts Family and Child

Outcomes. Cognition and Emotion, 9 (2-3), 229-264. Kaltim Post. (2014, Maret 29). Peran Ayah dalam Pengasuhan Anak. Diambil kembali dari Kaltimpost.co.id:

http://www.kaltimpost.co.id/berita/detail/66668/peran-ayah-dalam-pengasuhan-anak.html Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2014). Pencarian Data Sekolah 2013/2014. Diambil kembali dari

Data Pokok Pendidikan Menengah: http://203.171.221.242/dapodikmen2013/index.php Lamb, M. E. (1987). Introduction: The Emergent American Father. Dalam M. E. Lamb, The Father’s Role:

Cross-Cultural Perspectives (hal. 3-25). New York: Wiley. Lamb, M. E., & Lewis, C. (2004). The Development and Significance of Father-Child Relationships in Two-

Parent Families. Dalam M. E. Lamb, The Role of the Father in Child Development (hal. 272-306). Hoboken: John Wiley and Sons.

Lamb, M. E., & Tamis-LeMonda, C. S. (2004). The Role of the Father: An Introduction. Dalam M. E. Lamb, The Role of the Father in Child Development (hal. 1-31). Hoboken: John Wiley and Sons.

Lamb, M. E., Pleck, J. H., Charnov, E. L., & Levine, J. A. (1985). Paternal Behavior in Humans. American Zoologist, 25: 883-894.

Lamb, M. E., Pleck, J. H., Charnov, E. L., & Levine, J. A. (1987). A Biosocial Perspective on Paternal Behavior and Involvement. Dalam J. B. Lancaster, J. Altman, & A. Rossi, Parenting Across the Lifespan: Biosocial Perspectives (hal. 11-42). New York: Academic Press.

Lieberman, M., Doyle, A., & Markiewicz, D. (1999). Developmental Patterns in Security of Attachment to Mother and Father in Late Childhood and Early Adolescence: Associations with Peer Relations. Child Development, 70 (1), 202-213.

Maine, M. (1991). Father Hunger: Fathers, Daughters and Food. California: Gurze Books. Malecki, C. K., & Demaray, M. K. (2003). What Type of Support Do They Need? Investigating Student

Adjustment as Related to Emotional, Informational, Appraisal, and Instrumental Support. School Psychology Quarterly, Vol. 18, No. 3, pp. 231-252.

Malecki, C. K., & Demaray, M. K. (2006). Social Support as a Buffer in the Relationship between Socioeconomic Status and Academic Performance. School Psychology Quarterly, Vol. 21, No. 4, pp. 375-395.

Malecki, C. K., Demaray, M. K., & Elliott, S. N. (2000). The Child and Adolescent Social Support Scale. DeKalb: Northern Illinois University.

McBride, B. A., Brown, G. L., Bost, K. K., Shin, N., Vaughn, B., & Korth, B. (2005). Paternal Identity, Maternal Gatekeeping, and Father Involvement. Family Relations, 54, 360-372.

McDowell, D. J., & Parke, R. D. (2009). Parental Correlates of Children’s Peer Relations: An Empirical Test of a Tripartite Model. Developmental Psychology, Vol. 45, No. 1, 224–235.

Mintz, S. (1997). From Patriarchy to Androgyny and Other Myths: Placing Men's Roles in Historical Perspective. Dalam A. Booth, & A. C. Crouter, Men in Families (hal. 100-130). Mahwah: Erlbaum.

Hubungan antara …, Komang Bara Wedaloka., FPSI UI, 2014

Page 20: Hubungan Antara Keterlibatan Ayah dan Dukungan Sosial

20

Moren-Cross, J. L., & Lin, N. (2006). Social Networks and Health. Dalam R. H. Binstock, & L. K. George, Handbook of Aging and the Social Sciences (hal. 111-128). Burlington: Elsevier.

Paley, B., Conger, R. D., & Harold, G. T. (2000). Parents’ Affect, Adolescent Cognitive Representations, and Adolescent Social Development. Journal of Marriage and Family, 62 (3), 761-776.

Palkovitz, R. (2002). Involved Fathering and Child Development: Advancing our Understanding of Good Fathering. Dalam C. S. Tamis-LeMonda, & N. Cabrera, Handbook of Father Involvement: Multidisciplinary Perspectives (hal. 119-140). Mahwah: Lawrence Erlbaum Associates.

Parke, R. (2002). Fathers and Families. Dalam M. Bornstein, Handbook of Parenting: Status and Social Conditions of Parenting (hal. Vol. 3, 27-63). Hillsdale: Lawerence Erlbaum Associates.

Parke, R. D., Dennis, J., Flyr, M. L., Morris, K. L., Killian, C., McDowell, D. J., & Wild, M. (2004). Fathering and Children’s Peer Relationships. Dalam M. E. Lamb, The Role of the Father in Child Development (hal. 307-340). Hoboken: John Wiley and Sons.

Perrin, P. B., Baker, J. O., Romelus, A. M., Jones, K. D., & Heesacker, M. (2009). Development, Validation, and Confirmatory Factor Analysis of the Father Hunger Scale. Psychology of Men and Masculinity, Vol. 10, No. 4, 314–327.

Pleck, J. H., & Hofferth, S. L. (2008). Mother Involvement as an Influence on Father Involvement with Early Adolescents. Fathering, 6 (3), 267-286.

Pleck, J. H., & Masciadrelli, B. P. (2004). Paternal Involvement by U.S. Residential Fathers: Levels, Sources, and Consequences. Dalam M. E. Lamb, The Role of the Father in Child Development (hal. 222-271). Hoboken: John Wiley and Sons.

Pleck, J. H., Lamb, M. E., & Levine, J. A. (1986). Epilog: Facilitating Future Change in Men’s Family Roles. Marriage and Family Review, 9:3-4, 11-16.

Santrock, J. W. (1998). Adolescence. Boston: The McGraw-Hill Companies. Stueve, J. L., & Pleck, J. H. (2003). Fathers’ Narratives of Arranging and Planning: Implications for

Understanding Paternal Responsibility. Fathering, Vol. 1, No. 1, 51-70. Suess, G. J., Grossman, K. E., & Sroufe, L. A. (1992). Effects of Infant Attachment to Mother and Father on

Quality of Adaptation in Preschool: From Dyadic to Individual Organisation of Self. International Journal of Behavioral Development, 15 (1), 43-65.

Tardy, C. H. (1985). Social Support Measurement. American Journal of Community Psychology, Vol. 13, No. 2, 187-202.

Updegraff, K. A., McHale, S. M., Crouter, A. C., & Kupanoff, K. (2001). Parents’ Involvement in Adolescents’ Peer Relationships: A Comparison of Mothers’ and Fathers’ Roles. Journal of Marriage and Family, 63, 655-668.

Volling, B. L., & Belsky, J. (1992). The Contribution of Mother-Child and Father-Child Relationships to the Quality of Sibling Interaction: A Longitudinal Study. Child Development, 63, 1209-1222.

Way, N. (1997). Father-Daughter Relationships in Urban Families. Washington: Society for Research in Child Development.

White, T. N. (2009). The Influence of Perceived Social Support from Parents, Classmates, and Teachers on Early Adolescents' Mental Health. South Florida: University of South Florida.

Youngblade, L. M., & Belsky, J. (1992). Parent-Child Antecedents of 5-Year-Olds' Close Friendships: A Longitudinal Analysis. Developmental Psychology, Vol. 28, No. 4, 700-713.

Hubungan antara …, Komang Bara Wedaloka., FPSI UI, 2014