hubungan antara kepatuhan budaya dengan...
TRANSCRIPT
i
HUBUNGAN ANTARA KEPATUHAN BUDAYA DENGAN
WAKTU PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI
DI DESA PENIRON KECAMATAN PEJAGOAN
KABUPATEN KEBUMEN
SKRIPSI
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Ajar Skripsi
OLEH:
NING SUWARSIH
22020112130108
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG, 2016
i
ii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Bismillahirrahmanirrahim
Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah Bacalah, dan Tuhanmulah
yang maha mulia
Yang mengajar manusia dengan pena,
Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya (QS: Al-’Alaq 1-5)
Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? (QS: Ar-Rahman 13)
Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman diantaramu
dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat
(QS : Al-Mujadilah 11)
Kupersembahkan sebuah karya kecil ini untuk Bapak dan Ibu ku tercinta,
(Bapak Diman dan Ibu Satiyem)
yang tiada pernah hentinya selama ini memberiku semangat, doa, dorongan,
nasehat dan kasih sayang serta pengorbanan yang tak tergantikan.
Terima kasih keapada kakak dan adikku tersayang.
(Sarmiyati, Supardi, Saidah, Darsiyem)
Terimakasih kepada semua pihak yang telah mendukung, membimbing dan
membantu pelaksanaan penelitian dan skripsi ini.
Untuk ribuan tujuan yang harus dicapai, untuk jutaan impian yang akan dikejar,
untuk sebuah pengharapan, agar hidup jauh lebih bermakna, hidup tanpa mimpi
ibarat arus sungai. Mengalir tanpa tujuan. Teruslah belajar, berusaha, dan
berdoa untuk menggapainya.
Jatuh berdiri lagi. Kalah mencoba lagi. Gagal Bangkit lagi.
Never give up!
Sampai Allah SWT berkata “waktunya pulang”
ii
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya yang tidak terhingga kepada penulis dalam menyusun dan
menyelesaikan proposal penelitian dengan judul “Hubungan Antara Kepatuhan
Budaya dengan Waktu Pemberian Makanan Pendamping ASI di Desa
Peniron Kecamatan Pejagoan Kabupaten Kebumen”. Penulisan proposal
penelitian ini dilakukan dalam rangka untuk memenuhi salah satu syarat dalam
menempuh ujian sarjana strata satu pada Jurusan Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang.
Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan dan bantuan dari banyak pihak
maka skripsi ini tidak mungkin dapat diselesaikan seperti sekarang ini. Oleh
karena itu penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Dr. Untung Sujianto, S.Kp.,M.Kes selaku Ketua Jurusan Keperawatan,
Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro
2. Ns. Sarah Uliya, S.Kep.,M.Kep selaku Ketua Program Studi S1
Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro
3. Ns. Zubaidah, S.Kep, M.Kep,Sp.An selaku dosen pembimbing yang
telah memberikan ilmu, bimbingan serta motivasi dalam penyusunan
skripsi ini
4. Ns. Elsa Naviati, S.Kep,M.Kep,Sp.An dan Ns. Dwi Susilawati,
M.Kep.,Sp.Mat selaku dosen penguji skripsi
vii
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................... ii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ............................................. iii
SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ................... iv
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................. v
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... vi
KATA PENGANTAR ............................................................................... vii
DAFTAR ISI .............................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xiii
ABSTRAK ................................................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian...................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian .................................................................. 9
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Budaya ..................................................................................... 11
1. Pengertian Budaya................................................................ 11
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Budaya ......................... 12
3. Kepatuhan............................................................................. 12
4. Budaya Pemberian Makanan Pendamping ASI di
Masyarakat ........................................................................... 13
B. Makanan Pendamping ASI....................................................... 14
1. Definisi Makanan Pendamping ASI ..................................... 14
2. Tujuan Pemberian Makanan Pendampig ASI ...................... 14
3. Syarat Makanan Pendamping ASI ....................................... 15
4. Tahap-tahap Pemberian Makanan Pendamping ASI ........... 15
C. Pemberian Makanan Pendamping ASI Dini ............................ 18
1. Pengertian Pemberian Makanan pendamping ASI Dini ...... 18
2. Dampak Pemberian Makanan pendamping ASI Dini .......... 18
3. Faktor yang Mempengaruhi Pemberian Makanan
Pendamping ASI Dini ......................................................... 20
D. Kerangka Teori ........................................................................ 22
BAB III METODE PENELITIAN
A. Kerangka Konsep ..................................................................... 23
B. Hipotesis Penelitian .................................................................. 23
C. Jenis dan Rancangan Penelitian ............................................... 23
D. Populasi dan Sampel Penelitian ............................................... 24
E. Besar Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ...................... 25
F. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 26
G. Variabel Penelitian, Definisi Operasional, dan Skala
ix
x
Pengukuran .............................................................................. 26
H. Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data ........................... 28
I. Teknik Pengolahan dan Analisa Data ........................................ 34
J. Etika Penelitian.......................................................................... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Karakteristik Demografi .......................................................... 40
1. Usia....................................................................................... 40
2. Pendidikan ............................................................................ 40
3. Pekerjaan .............................................................................. 41
B. Budaya Pemberian Makanan Pendamping ASI ....................... 41
C. Waktu Pemberian Makanan Pendamping ASI ......................... 42
D. Kepatuhan Budaya ................................................................... 43
E. Hubungan Kepatuhan Budaya dengan Waktu Pemberian
Makanan Pendamping ASI ...................................................... 43
BAB V PEMBAHASAN
A. Karakteristik responden ........................................................... 45
B. Kepatuhan Budaya ................................................................... 47
C. Waktu Pemberian Makanan Pendamping ASI ......................... 49
D. Hubungan Kepatuhan Budaya dengan waktu Pemberian
Makanan Pendamping ASI ....................................................... 52
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................. 55
B. Saran ......................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
xi
DAFTAR TABEL
Nomor
Tabel
Judul Tabel Halaman
1 Jadwal Pemberian MPASI 16
2 Definisi Operasional 27
3 Kode Jawaban Kuesioner Data Demografi 35
4 Kode Jawaban Kuesioner Kepatuhan Budaya 35
5 Kode Jawaban Kuesioner Waktu Pemberian MPASI 35
6 Tabel Distribusi Frekuensi dan Presentase Usia Responden
di Desa Peniron pada bulan Mei 2016 (n=116)
40
7 Tabel Distribusi Frekuensi dan Presentase Pendidikan
Responden di Desa Peniron pada bulan Mei 2016 (n=116)
40
8 Tabel Distribusi Frekuensi dan Presentase Pekerjaan
Responden di Desa Peniron pada bulan Mei 2016 (n=116)
41
9 Tabel Distribusi Frekuensi dan Presentase Budaya
Pemberian Makanan Pendamping ASI Responden di Desa
Peniron pada bulan Mei 2016 (n=116)
41
10 Tabel Distribusi Frekuensi dan Presentase Waktu
Pemberian Makanan Pendamping ASI Responden di Desa
Peniron pada bulan Mei 2016 (n=116)
42
11 Distribusi Frekuensi dan Presentase Kepatuhan Budaya
Pemberian Makanan Pendamping ASI Responden di Desa
Peniron pada bulan Mei 2016 (n=116)
43
12 Distribusi Frekuensi dan Presentase Hubungan Kepatuhan
Budaya dengan Waktu Pemberian Makanan Pendamping
ASI Responden di Desa Peniron pada bulan Mei 2016
(n=116)
43
xi
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Lampiran
Keterangan
1 Surat Permohonan Ijin Pengkajian Data Awal
2 Surat Permohonal Uji Validitas dan Reliabilitas
3 Surat Permohonan Ijin Penelitian
4 Surat Ijin peneliitian
5 Surat Keterangan Tempat Penelitian
6 Surat Permohonan Uji Expert
7 Lembar Pernyataan Uji Expert
8 Hasil Uji Expert
9 Permohonan Etical Clearance
10 Lembar Etical Clearance
11 Lembar Permohonan Menjadi Responden
12 Lembar Persetujuan Menjadi Responden
13 Instrumen Penelitian
14 Lembar Konsultasi
15 Jadwal Penelitian
16 Hasil Uji Validitas
17 Hasil Uji Reliabilitas
18 Hasil Uji Normalitas
19 Hasil Penelitian
xiii
xiv
Jurusan Keperawatan
Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro
Juni, 2016
ABSTRAK
Ning Suwarsih
Hubungan Antara Kepatuhan Budaya Dengan Waktu Pemberian Makanan
Pendamping ASI di Desa Peniron Kecamatan Pejagoan Kabupaten
Kebumen
xv + 55 Halaman + 12 Tabel + 2 Gambar + 19 Lampiran
Makanan Pendamping ASI merupakan makanan atau minuman selain ASI yang
diberikan untuk memenuhi kebutuhan zat-zat gizi pada bayi yang tidak tercukupi
oleh ASI. Makanan pendamping ASI diberikan pada bayi mulai usia 6 bulan
hingga usia 24 bulan. Meskipun demikian masih terdapat ibu yang memberikan
makanan pendamping ASI pada usia kurang dari 6 bulan. Salah satu faktor yang
mempengaruhi waktu pemberian makanan pendamping ASI adalah faktor budaya.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara kepatuhan budaya
dengan waktu pemberian makanan pendamping ASI di Desa Peniron Kecamatan
Pejagoan Kabupaten Kebumen. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan
desain deskriptif korelatif dan menggunakan kuesioner sebagai instrumen.
Pengambilan sampel menggunakan teknik total samping dengan jumlah sampel
116 ibu yang memiliki balita usia 6-24 bulan. Sebanyak (90,5%) responden
memberikan makanan pendamping ASI pada saat bayi berusia kurang dari 6 bulan
dan (82,8%) responden patuh terhadap budaya. Hasil analisis menggunakan uji
alternatif fisher exact didapatkan nilai p= 0,000 < (α= 0,05) sehingga dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan antara kepatuhan budaya dengan waktu
pemberian makanan pendamping ASI. Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan
bagi responden dapat meningkatkan pengetahuan dengan mencari sumber
informasi terkait dengan pemberian makanan pendamping ASI. Bagi pelayanan
kesehatan dapat menguatkan program ASI Ekslusif.
Kata Kunci: Kepatuhan, Budaya, MPASI
Daftar Pustaka: 62 (2002-2014)
xiv
xv
Nursing Science
Medical Faculty
Diponegoro University
June, 2016
ABSTRACT
Ning Suwarsih
Relationship Between Cultural Compliance with Time of Giving
Complementary Feeding in The Peniron Village, Pejagoan District of
Kebumen
xv + 55 pages + 12 tables + 2 pictures + 19 Attachment
Complementary feeding is a food or drink other than breast milk is given to meet
the needs of energy and nutrients to the baby that is not fulfilled by breast milk.
Complementary feeding is given to infants ranging in age from 6 months to 24
months of age. Nevertheless, there are still women who provide complementary
feeding at the age of less than 6 months. One of the factors that affect the timing
of complementary feeding is the cultural factor. The purpose of this study to
determine the relationship between the culture of compliance with time of giving
complementary feeding in the village Peniron Pejagoan District of Kebumen. This
study is a quantitative research with descriptive correlational design and using a
questionnaire as an instrument. Sampling is using technique total sampling with a
sample of 116 mothers with children aged 6 until 24 months. A total of (90.5%) of
respondents are giving complementary feedings when infants aged less than 6
months (82.8%) of respondents adhere to the culture. The results of the analysis
using alternative test fisher is got p value = 0.000 <(α = 0.05) so that it can be
concluded that there is a relationship between a culture of compliance with the
time of giving complementary feeding. Based on these results, it is advisable for
the respondent to enhance the knowledge by searching resources associated with
the time of giving complementary feeding. For health care can strengthen
exclusive breastfeeding program.
Keywords: Compliance, Culture, Complementary feeding
Bibliography: 62 (2002-2014)
xv
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan tambahan
yang diberikan ke bayi selain ASI setelah bayi berusia 6 bulan sampai bayi
berusia 24 bulan1. Makanan Pendamping ASI diberikan untuk memenuhi
kebutuhan energi dan zat-zat gizi pada bayi yang tidak tercukupi oleh ASI2.
Jadi, makanan pendamping ASI adalah makanan yang diberikan pada bayi
mulai usia 6 bulan sebagai pendamping ASI guna memenuhi kebutuhan
pertumbuhan bayi yang tidak tercukupi oleh ASI.
ASI dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi pada usia 0-6 bulan3.
Sedangkan pada usia 6 bulan keatas bayi membutuhkan makanan tambahan
atau makanan pendamping ASI untuk memenuhi kebutuhan gizinya3. Peranan
makanan pendamping ASI bukan untuk menggantikan ASI melainkan hanya
untuk melengkapi zat gizi ASI yang kurang4. Selain makanan pendamping
ASI, ASI harus tetap diberikan kepada bayi sampai usia 24 bulan4.
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) diperlukan bayi untuk
memenuhi kebutuhan demi pertumbuhan dan perkembangannya. Pengenalan
dan pemberian MP-ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun
jumlahnya, sesuai dengan kemampuan penceranaan bayi1. Umumnya,
1
2
kebutuhan nutrisi bayi tidak lagi terpenuhi oleh ASI setelah berumur 6 bulan
dan bayi mulai memperlihatkan minat pada makanan lain selain ASI. ASI
akan memenuhi 60% kebutuhan bayi, sedangkan sisanya didapat melalui
makanan pendamping yang disesuaikan secara bertahap5. Pemberian
makanan pendamping ASI harus disesuaikan dengan perkembangan sistem
alat pencernaan bayi, mulai dari makanan bertekstur cair, kental, semi padat,
hingga akhirnya makanan padat6.
Meskipun demikian, masih banyak di jumpai ibu-ibu yang
memberikan makanan pendamping ASI terlalu dini (<6 bulan). Penelitian
WHO pada tahun 2011, menyatakan bahwa hanya 40% bayi di dunia yang
mendapatkan ASI eksklusif sedangkan 60% bayi lainnya ternyata telah
mendapatkan MPASI saat usianya < dari 6 bulan7. Pemberian makanan
pendamping ASI dini (<6 bulan) di Indonesia menurut Survey Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 bayi yang mendapat makanan pendamping
ASI usia 0-1 bulan sebesar 9,6%, pada usia 2-3 bulan sebesar 16,7%, dan usia
4-5 bulan sebesar 43,9%8. Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, bayi
yang mendapatkan ASI eksklusif berjumlah 30,2% sedangkan bayi yang telah
diberikan MP-ASI adalah 69,8% dari seluruh total bayi di Indonesia9.
Menurut World Health Organization pada tahun 2012, bayi yang
mendapatkan makanan pendamping ASI sebelum berusia enam bulan akan
mempunyai resiko 17 kali lebih besar mengalami diare dan 3 kali lebih besar
kemungkinan terkena infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dibandingkan
bayi yang hanya mendapat ASI eksklusif dan mendapatkan MP ASI dengan
3
tepat waktu10
. Pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang tidak
tepat waktu dapat mengakibatkan hal-hal yang merugikan, antara lain apabila
terlalu dini (kurang dari 6 bulan) dapat menimbulkan resiko diare, dehidrasi,
produksi ASI menurun dan alergi11
. Sedangkan pemberian makanan
pendamping ASI (MP-ASI) yang terlambat (sesudah usia 7 bulan) dapat
berpotensi untuk terjadinya gagal tumbuh, defisiensi zat besi serta gangguan
tumbuh-kembang11
. Terlalu dini memberikan makanan pendamping ASI
(MP-ASI) akan menyebabkan pemenuhan kebutuhan ASI bayi berkurang.
Sebaliknya, bila terlambat akan sulit mengembangkan keterampilan makan,
seperti menggigit, mengunyah, tidak menyukai makanan padat, dan
kekurangan gizi penting12
.
Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2012 salah
satu faktor risiko yang menjadi penyebab utama kematian pada balita yang
disebabkan oleh diare (25,2%) dan ISPA (15,5%) adalah pemberian MPASI
dini8.
. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Riyan dan Falasifah13
pada tahun 2014 menyatakan bahwa usia pemberian makanan pendamping
ASI mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian diare dan
merupakan faktor risiko kejadian diare dengan nilai p= 0,000 dan didapatkan
OR = 14,875. Hal ini menunjukkan bahwa bayi yang diberikan makanan
pendamping ASI pada usia 0-6 bulan beresiko 14,875 kali lipat terkena diare
dibandingkan bayi yang tidak diberi makanan pendamping ASI.
Banyak faktor yang berhubungan dengan pemberian MP-ASI dini
oleh ibu. Faktor-faktor tersebut meliputi pengetahuan, kesehatan dan
4
pekerjaan ibu, iklan MP-ASI, petugas kesehatan, budaya dan sosial
ekonomi14
. Pengetahuan ibu yang masih kurang terhadap manfaat pemberian
ASI eksklusif sangat erat kaitannya dengan pemberian MP-ASI dini. Hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan Briawan pada tahun 2007 yang
menyatakan bahwa faktor penghambat keberlanjutan pemberian ASI adalah
pengetahuan dan keyakinan ibu bahwa bayi tidak akan cukup memperoleh zat
gizi jika hanya diberi ASI sampai umur 6 bulan. Ibu dalam penelitian ini
meyakini bahwa MP-ASI dapat meningkatkan gizi pada bayi15
. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Yulianti dan Febriana16
tahun 2012
menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat
pengetahuan, aktivitas, pendapatan, dan anjuran petugas kesehatan dengan
pemberian MP-ASI dini. Ginting17
pada tahun 2012 dalam penelitiannya
menyebutkan bahwa salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi
pemberian makanan pendampig ASI dini adalah faktor sosial budaya dengan
nilai p< 0,001 (RP=2,35).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Padang18
tahun 2008 menyatakan bahwa budaya atau kebiasaan memberi
MP-ASI <6 bulan di masyarakat adalah salah satu faktor yang mempengaruhi
ibu dalam pemberian MP-ASI dini dengan hasil p=0,036.
Pemberian MP-ASI dini oleh ibu juga didukung oleh kepatuhan
terhadap budaya yang ada di masyarakat. Kepatuhan merupakan sikap
seseorang dalam mengambil keputusan atau suatu kondisi yang tercipta
secara teratur melalui proses dari serangkaian perilaku manusia berdasarkan
nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, keteraturan, ketertiban, serta kesetiaan19
.
5
Sedangkan budaya merupakan suatu kesatuan yang kompleks yang meliputi
pengetahuan, kepercayaan, moral, norma, dan adat istiadat yang didapat
seseorang sebagai anggota masyarakat20
. Kepatuhan budaya merupakan sikap
seseorang untuk taat terhadap budaya yang ada. Ramadhany21
pada tahun
2011 dalam penelitiannya menyebutkan bahwa terdapat beberapa sikap
kepatuhan masyarakat terhadap budaya pemberian MPASI yaitu, bayi sudah
diberi nasi yang dicampur dengan pisang sebelum bayi berumur 6 bulan,
kebiasaan membuang colostrum susu jolong karena menganggap kotor dan
menggantinya dengan madu atau air kelapa muda, dan pemberian MPASI
berupa bubur halus pada acara 3 bulanan anak.
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan Januari tahun
2016 melalui wawancara dengan 11 ibu yang memiliki bayi usia 0-12 bulan
di Desa Peniron Kecamatan Pejagoan, terdapat 3 ibu yang memberikan ASI
eksklusif dan 8 ibu yang memberikan MP-ASI dini. Tiga orang ibu mengaku
bahwa ia memberikan ASI eksklusif kepada anaknya hingga usia 6 bulan dan
masih dilanjutkan hingga sekarang sudah usia 8 bulan. Alasannya
memberikan ASI eksklusif karena sudah ada penyuluhan manfaat ASI
eksklusif dari puskesmas, produksi ASI nya banyak, tahu cara penyimpanan
ASI, dan anaknya tidak rewel. Selain itu, ia juga mengatakan bahwa ia
mendapat dukungan dari suami untuk memberikan ASI secara eksklusif
meskipun anggota keluarga yang lain sering menganjurkan untuk
memberikan MP-ASI.
6
Lima ibu yang lainnya mengatakan bahwa ia memberikan MP-ASI
pada saat bayinya usia 40 hari karena ada jamu cekok dari dukun bayi.
Meskipun sudah ada penyuluhan dari puskesmas mengenai ASI eksklusif,
jamu cekok harus tetap diberikan pada saat bayi usia 40 hari karena hal ini
sudah merupakan tradisi yang ada di desa. Jamu cekok di berikan setiap
malam jumat kliwon. Namun ibu tersebut hanya memberikan sekali saat bayi
usia 40 hari karena bayi selalu menangis setiap di cekok. Selain sudah diberi
jamu cekok, bayi juga sudah diberi MP-ASI berupa bubur tepung halus sejak
usia 2 bulan. Tiga ibu yang lain juga memberikan jamu cekok dan obat tetes
mata pada bayinya saat usia 40 hari. Pemberian jamu cekok pada usia 40 hari,
pemberian pisang kerok atau pisang uleg, dan bubur halus sebelum usia 6
bulan merupakan bentuk kepatuhan masyarakat terhadap adat istiadat yang
ada.
Berdasarkan data yang diperoleh dari puskesmas Desa Peniron,
terdapat bayi usia 0-12 bulan sejumlah 78 anak. Jumlah ibu yang memberikan
ASI eksklusif sebanyak 20%. Sedangkan 80% ibu yang lainnya sudah
memberikan MP-ASI saat bayi usia<6 bulan. Bidan Puskesmas mengatakan
bahwa pemberian MP-ASI dini masih banyak karena kurangnya dukungan
dari keluarga dan lingkungan. Kebiasaan masyarakat memberikan MP-ASI
dini masih kental, keyakinan masyarakat bahwa bayi yang diberi MP-ASI
dini akan cepat pertumbuhannya, serta ibu akan dimarahi oleh anggota
keluarga yang lain (terutama orang tua) jika bayi tidak diberi MP-ASI. Selain
itu, Bidan Puskesmas Desa Peniron juga mengatkan bahwa 70% bayi yang di
7
beri MP-ASI sebelum usia 6 bulan pernah mengalami ISPA dan 10% pernah
mengalami diare.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang hubungan antara kepatuhan budaya dengan waktu
pemberian Makanan Pendamping ASI di Desa Peniron Kecamatan Pejagoan
Kabupaten Kebumen.
B. Rumusan Masalah
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) merupakan makanan atau
minuman selain ASI yang diberikan kepada bayi sebagai pendamping ASI
pada usia 6-24 bulan. Pemberian makanan pendamping ASI harus
disesuaikan dengan perkembangan sistem alat pencernaan bayi.
Meskipun demikian, masih banyak di jumpai ibu-ibu yang
memberikan makanan pendamping ASI terlalu dini (<6 bulan). Pemberian
makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang tidak tepat waktu dapat
mengakibatkan hal-hal yang merugikan, antara lain apabila terlalu dini
(kurang dari 6 bulan) dapat menimbulkan resiko diare, dehidrasi, produksi
ASI menurun dan alergi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian MP-ASI dini meliputi
pengetahuan, kesehatan dan pekerjaan ibu, iklan MP-ASI, petugas kesehatan,
budaya dan sosial ekonomi. Faktor budaya merupakan salah satu faktor
dominan dalam pemberian MP-ASI dini di Desa peniron Kecamatan
Pejagoan. Hal ini dapat dilihat dari kepatuhan masyarakat terhadap budaya
pemberian makanan pendamping ASI yang ada di masyarakat Desa Peniron,
8
yaitu pemberian jamu cekok pada usia 40 hari, pemberian pisang kerok, bubur
halus, serta madu sebelum usia 6 bulan.
Rumusan masalah utama yang akan dibahas dalam penulisan skripsi
ini adalah tentang bagaimana hubungan antara kepatuhan budaya dengan
waktu pemberian makanan pendamping ASI di Desa Peniron Kecamatan
Pejagoan Kabupaten Kebumen.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
kepatuhan budaya terhadap waktu pemberian makanan pendamping
ASI di Desa Peniron Kecamatan Pejagoan Kabupaten Kebumen
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui karakteristik responden di Desa Peniron Kecamatan
Pejagoan Kabupaten Kebumen
b. Mengetahui kepatuhan budaya pemberian makanan pendamping
ASI di Desa Peniron Kecamatan Pejagoan Kabupaten Kebumen
c. Mengetahui kepatuhan budaya pemberian makanan pendamping
ASI berdasarkan pertanyaan.
d. Mengetahui waktu pemberian makanan pendamping ASI di Desa
Peniron Kecamatan Pejagoan Kabupaten Kebumen
e. Menganalisis hubungan antara kepatuhan budaya dengan waktu
pemberian makanan pendamping ASI di Desa Peniron Kecamatan
Pejagoan Kabupaten Kebumen
9
D. Manfaat
1. Bagi Ibu
Memberikan pengetahuan pada ibu tentang hubungan kepatuhan
budaya dengan waktu pemberian MPASI.
2. Bagi Peneliti
Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti tentang MPASI dan
budaya pemberian MPASI.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya
tentang budaya pemberian MP-ASI dengan variabel yang berbeda
(jenis dan frekuensi pemberian MP-ASI).
4. Bagi Profesi
Dapat memberikan gambaran bagi perawat mengenai hubungan antara
kepatuhan budaya yang ada dalam masyarakat terhadap pemberian
makanan pendamping ASI, sehingga dapat dilakukan upaya-upaya
seperti penyuluhan maupun konseling mengenai pemberian makanan
pendamping ASI yang tepat.
5. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat digunakan sebagai referensi dan masukan dalam
mengembangkan pendidikan keperawatan terutama keperawatan
komunitas dan anak mengenai hubungan antara kepatuhan budaya
terhadap pemberian makanan pendamping ASI.
10
6. Bagi Dinas Kesehatan
Memberikan gambaran kondisi budaya masyarakat dalam waktu
pemberian MP-ASI sehingga dapat dilakukan upaya-upaya seperti
pelatihan tentang pedoman pemberian MP-ASI atau adanya peraturan
dan program wajib ASI Eksklusif dari pemerintah.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Budaya
1. Pengertian Budaya
Budaya merupakan cara hidup seseorang atau sekelompok
orang. Menurut Clifford Geets dalam Luddin22
tahun 2010 budaya adalah
pola makna yang tertanam dalam simbol yang ditransmisikan secara
historis, sebuah sistem konsepsi turunan yang diekspresikan dalam bentuk
simbolik yang digunakan orang-orang untuk berkomunikasi, bertahan
hidup dan mengembangkan pengetahuan mereka tentang hidup dan sikap
terhadapnya. Budaya dalam masyarakat ditunjukan dengan perilaku, sikap,
penampilan, pendapat dan lain sebagainya yang sesuai dengan apa yang
dianut atau sering dimunculkan oleh masyarakat disekitarnya22
.
Sedangkan menurut Moeljono23
tahun 2003 budaya adalah
gabungan kompleks asumsi, tingkah laku, cerita, mitos, metafora, norma,
adat istiadat, kepercayaan dan berbagai ide lain yang menjadi satu untuk
menentukan apa arti menjadi anggota masyarakat tertentu. Budaya
merupakan suatu pola semua susunan, baik material maupun perilaku yang
sudah diadopsi masyarakat sebagai suatu cara tradisional dalam
memecahkan masalah-masalah para anggotanya23
. Budaya di dalamnya
juga termasuk semua cara yang telah terorganisasi, kepercayaan, norma,
11
12
nilai-nilai budaya implisit, serta premis-premis yang mendasar dan
mengandung suatu perintah23
.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi budaya
Budaya dalam suatu masyarakat dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain kurangnya hubungan dengan masyarakat lain sehingga
masyarakat tidak mengenal budaya di daerah lain24
. Kedua, perkembangan
ilmu pengetahuan yang lambat24
. Hal ini menyebabkan masyarakat sulit
untuk mendapatkan informasi terbaru sehingga masyarakat tetap terpaku
pada budaya yang ada. Ketiga, sikap masyarakat yang tradisional dan rasa
takut akan goyahnya kebudayaan24
. Sikap ini membuat masyarakat
menolak pengetahuan atau informasi yang baru dan tetap kokoh dengan
kebudayaan yang sudah ada sejak dulu.
3. Kepatuhan
Kepatuhan berasal darai kata patuh, yang memiliki arti menurut dan
taat dalam melakukan sesuatu berdasarkan aturan. Kepatuhan dapat
diartikan sebagai sikap seseorang dalam mengambil keputusan dalam
bertindak sesuai dengan kepentingannya25
. Kepatuhan merupakan suatu
kondisi yang tercipta secara teratur melalui proses dari serangkaian
perilaku manusia berdasarkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, keteraturan,
ketertiban, serta kesetiaan19
.
Kepatuhan merupakan suatu istilah yang digunakan untuk
menjelaskan tentang ketaatan seseorang atau pasrah pada tujuan yang telah
13
ditentukan. Kepatuhan budaya merupakan suatu sikap ketaatan seseorang
terhadap budaya yang dianutnya.
4. Budaya Pemberian Makanan Pendamping ASI di Masyarakat
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rahmadhanny21
terdapat
beberapa budaya yang ada pada masyarakat mengenai pemberian makanan
pendamping ASI, antara lain:
1) Bayi sudah diberi nasi yang dicampur dengan pisang sebelum bayi
berumur 6 bulan.
2) Pemberian makanan pendamping ASI sebelum bayi berusia 6 bulan
agar bayi cepat gemuk, dan sehat.
3) Pemberian makanan pada bayi sebelum berusia 6 bulan karena merasa
ASI tidak cukup gizinya.
4) Kebiasaan membuang colostrum susu jolong karena menganggap kotor
dan menggantinya dengan madu atau air kelapa muda.
5) Pemberian MPASI Dini oleh ibu juga dipengaruhi oleh faktor sosio
budaya setempat dimana terdapat kepercayaan, adat istiadat maupun
kebiasaan masyarakat setempat. Adat istiadat jawa ada tradisi 3 bulanan
dimana bayi diberikan bubur susu ataupun pisang kerok karena bayi
dianggap sudah mampu untuk menerina MPASI saat upacara 3 bulanan
tersebut. Selain itu, orang tua memberikan MPASI dini karena menurut
mereka bayi yang sering menangis walaupun sudah diberi ASI
menunjukkan bayi masih lapar sehingga harus diberi makananan
tambahan selain ASI seperti pisang ataupun nasi yang dilumatkan.
14
Budaya pemberian makanan pendamping ASI juga dijumpai di Desa
Peniron, yaitu pemberian jamu cekok pada saat bayi berusia 40 hari.
Selain itu, pemberian pisang kerok, bubur halus, dan madu juga sudah
dilakukan sebelum bayi berusia 6 bulan.
B. Makanan Pendamping ASI
1. Definisi Makanan Pendamping ASI
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan tambahan
yang diberikan ke bayi selain ASI setelah bayi berusia 6 bulan sampai
bayi berusia 24 bulan1. Makanan Pendamping ASI diberikan untuk
memenuhi kebutuhan energi dan zazat-zat gizi pada bayi yang tidak
tercukupi oleh ASI2. Jadi, makanan pendamping ASI adalah makanan
yang diberikan pada bayi mulai usia 6 bulan sebagai pendamping ASI
guna memenuhi kebutuhan pertumbuhan bayi yang tidak tercukupi oleh
ASI.
2. Tujuan Pemberian Makanan Pendamping ASI
Makanan pendamping ASI diberikan dengan tujuan untuk
menambah energi dan zat-zat gizi yang diperlukan bayi karena ASI
tidak dapat memenuhi kebutuhan bayi secara terus-menerus, untuk
mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, dan
menghindari terjadiya kekurangan gizi26
. Selain itu, juga untuk
mengembangkan kemampuan bayi untuk menerima mcam-macam
makanan dengan berbagai rasa dan bentuk serta mengembangkan
kemampuan bayi untuk mengunyah dan menelan26
.
15
3. Syarat Makanan Pendamping ASI
Menurut Narendra27
tahun 2002, syarat makanan pendamping ASI
yaitu mudah diterima dan dicerna dan jenis makanan dan cara
pemberian sesuai dengan pemberian kebiasaan makan yang sehat.
Terjamin kebersihannya dan bebas dari bibit penyakit serta susunan
menu seimbang (berasal dari 10-15% protein, 25-35% lemak dan 50-
65% karbohidrat.
4. Tahap-tahap Pemberian Makanan Pendamping ASI
Menurut Waryana28
tahun 2010, tahapan dalam pemberian makanan
pendamping ASI yaitu, sebagai berikut:
a. Pada usia 0-6 bulan
Pada usia 0-6 bulan sebaiknya bayi diberi ASI secara eksklusif.
Kebutuhan nutrisi pada bayi usia 0-6 bulan sudah tercukupi dengan
asupan ASI saja.
b. Pada usia 6-9 bulan
Pada usia 6-9 bulan bayi tetap diberi ASI serta sudah dapat
diberikan makanan pendamping ASI dengan tekstur lembut seperti
buah yang lunak (pisang, pepaya) dan bubur lembut (tepung).
c. Pada usia 10-12 bulan
Pada usia 10-12 bulan bayi di beri ASI dan mulai beralih ke
makanan yang lebih kental dan padat, seperti bubur, nasi tim.
16
d. Pada usia 12-24 bulan
Pada usia 12-24 buan bayi tetap diberi ASI dan sudah mulai
dikenalkan dengan makanan keluarga.
Berikut merupakan jadwal pemberian makanan pendamping ASI:
Tabel 1. Jadwal pemberian MPASI29
No. Umur bayi Jenis makanan Berapa kali
sehari
1. 0 – 6 bulan ASI Sesuka bayi
atau
minimal 10–
12 kali sehari
2. 6 bulan lebih
(Perkenalan
MP-ASI)
a. ASI
b. Buah lunak atau sari buah
c. Bubur : bubur tepung beras
merah
Sesuka bayi
1 - 2 kali
sehari
3. 7 – 9 bulan a. ASI
b. Buah-buahan
c. Hati ayam
d. Beras merah atau ubi
e. Sayuran (wortel, bayam)
f. Advokad
Sesuka bayi
3 – 4 kali
sehari
4. 9 – 12 bulan a. ASI
b. Buah-buahan
c. Bubur atau roti
d. Daging/kacang-
kacangan/ayam/ikan
e. Advokad/sari buah tanpa
gula
Sesuka bayi
4 – 6 kali
sehari
5. 12 bulan atau
lebih
a. ASI
b. Makanan pada umumnya,
termasuk (telur,jeruk)
Sesuka bayi
4 – 6 kali
sehari
5. Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan dalam Pemberian Makanan
Pendamping ASI
Menurut Sitompul30
pada tahun 2006 beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam pemberian makanan pendamping ASI, yaitu:
1) MPASI diberikan sedikit demi sedikit, misalnya 2-3 sendok
pada saat pertama, dan jumlahnya bisa ditambah seiring
perkembangan bayi agar terbiasa dengan teksturnya.
17
2) Pemberian MPASI dilakukan di sela-sela pemberian ASI dan
dilakukan secara bertahap pula. Misalnya untuk pertama 1 kali
dalam sehari, kemudian meningkat menjadi 3 kali dalam sehari.
3) Tepung beras sangat baik digunakan sebagai bahan MPASI
karena sangan kecil kemungkinannya menyebabkan alergi pada
bayi.
4) Pengenalan sayuran sebaiknya didahulukan daripada pengenalan
buah, karena rasa buah yang manis lebih disukai bayi. Sehingga
jika buah yang dikenalkan terlebih dahulu dikhawatirkan akan
ada kecenderungan bayi untuk menolak sayur yang rasanya
lebih hambar.
5) Hindari penggunaan garam dan gula. Utamakan memberikan
MPASI dengan rasa asli makanan karena bayi usia 6-7 bulan
fungsi ginjalnya belum sempurna, bayi usia lebih dari 7 bulan
sudah dapat ditambahkan garam dan gula namun dalam jumlah
yang sedikit. Sedangkan untuk merica bisa ditambahkan setelah
anak berusia 2 tahun.
6) Jangan terlalu banyak mencampur banyak jenis makanan pada
awal pemberian MPASI, tetapi cukup satu per satu saja. Berikan
dulu dalam waktu 2-4 hari untuk meliht reaksi bayi apakah
memiliki alergi terhadap makanan tertentu.
7) Perhatikan bahan makanan yang sering menjadi pemicu alergi
seperti telur, kakacang, ikan, susu dan gandum.
18
8) Telur bisa diberikan kepada bayi sejak usia 6 bulan, tetapi
kuning telurnya saja karena putih telur dapat memicu alergi.
9) Madu sebaiknya diberikan pada bayi usia lebih dari satu tahun
karena madu sering kali mengandung suatu jenis bakteri yang
bisa menghasilkan racun pada saluran cerna bayi yang dikenal
sebagai toksin bolutinnum (infant botulism).
C. Pemberian Makanan Pendamping ASI Dini
1. Pengertian Pemberian Makanan Pendamping ASI Dini
Pemberian makanan pendamping ASI dini adalah memberikan
makanan selain ASI atau PASI sebelum bayi berusia 6 bulan31
. Menurut
Azwar32
tahun 2000 pemberian makanan pendamping ASI dini adalah
memberikan makanan atau minuman selain ASI yang terlalu dini yakni
sebelum bayi berumur 6 bulan.
2. Dampak Pemberian Makanan Pendamping ASI Dini
Menurut Amalia33
tahun 2006 dampak dari pemberian makanan
pendamping ASI terlalu dini, yaitu:
a. Gangguan menyusui
Bayi usia 0-6 bulan seharusnya diberi ASI eksklusif. Tetapi jika
bayi sudah diberi makanan pendamping ASI akan mengganggu
kelangsungan laktasi dan bayi akan sulit menyusu.
b. Beban ginjal yang meningkat
Bayi yang diberi MPASI dini kurang baik karena pada usia 0-6
bulan sistem organ terutama ginjal belum berfungsi secara
19
sempurna. Makanan yang dimakan bayi terlalu banyak
mengandung natrium klorida dan akan meningkatkan beban kerja
ginjal menjadi dua kali lipat.
Sedangkan menurut Narendra27
tahun 2002 resiko dari pemberian
makanan pendamping ASI terlalu dini, yaitu:
a. Bayi lebih sering menderita diare karena cara menyiapkan makanan
yang kurang bersih, juga karena pembentukan zat anti oleh usus
bayi yang belum sempurna.
b. Bayi mudah alergi terhadap zat makanan tertentu.
c. Terjadi malnutrisi atau gangguan pertumbuhan anak. Bila makanan
yang diberikan kurang bergizi dapat mengakibatkan anak
menderita KEP (Kurang Energi Protein) dan dapat terjadi obesitas
bila makanan yang diberikan mengandung kalori yang terlalu
tinggi.
d. Produksi ASI menurun. Hal ini disebabkan karena bayi yang sudah
kenyang dengan MP ASI, maka frekuensi menyusu bayi menjadi
lebih jarang akibatnya produksin ASI menurun.
e. Menurunkan daya tahan tubuh bayi karena kekurangan protein
yang sangat dibutuhkan selama masa pertumbuhan.
f. Terjadi gangguan pencernaan usus bayi belum mampu melakukan
gerak peristaltic secara sempurna.
20
3. Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian Makanan Pendamping ASI
Dini
a. Pendidikan
Sumardiono34
pada tahun 2007 dalam penelitiannya
menjelaskan bahwa pada kelompok ibu yang berpendidikan dasar
dalam pemberian makanan pendamping kepada bayinya pada usia
2 bulan, pada kelompok ibu dengan pendidikan menengah
memberikan makanan pendamping pada bayinya pada usia 3-5
bulan, sedangkan pada ibu yang berpendidikan tinggi memberikan
makanan pendamping pada bayinya setelah berusia lebih dari 6
bulan.
b. Pengetahuan
Sumardiono34
pada tahun 2007 dalam penelitiannya
menyebutkan bahwa pada kelompok ibu yang berpengetahuan
kurang dalam pemberian makanan pendamping kepada bayinya
pada usia 2 bulan, pada kelompok ibu yang berpengetahuan cukup
memberikan makanan pendamping pada bayinya pada usia 3-5
bulan, sedangkan pada ibu yang berpengetahuan baik memberikan
makanan pendamping pada bayinya setelah berusia lebih dari 6
bulan.
c. Sosial budaya
Keyakinan atau budaya yang ada di masyarakat
berpengaruh terhadap pemberian makanan pendamping ASI.
21
Misalnya kebiasaan membuang colostrum susu jolong karena
menganggap kotor dan menggantinya dengan madu atau air kelapa
muda. Selain itu juga adanya anggapan bahwa memberikan susu
formula pada bayi sebagai salah satu simbol bagi kehidupan tingkat
sosial yang lebih tinggi, terdidik dan mengikuti perkembangan
zaman22
.
d. Pekerjaan Ibu
Sumardiono34
pada tahun 2007 dalam penelitiannya
menyebutkan bahwa kesibukan ibu rumah tangga yang sering
keluar rumah untuk bekerja sering kali mengabaikan tugas ibu
untuk menyusui anaknya sehingga pemberian ASI ekslusif sangat
minim. Pemberian makanan pendamping ASI dan susu formula
dijadikan jalan alternatif dengan anggapan anak tetap mendapat
asupan nutrisi yang cukup34
.
22
D. Kerangka Teori
Gambar 1. Kerangka Teori Penelitian22,23,24,25,26,27,28,29,30,31,32,33,34
MPASI
Tujuan Pemberian MPASI
Syarat MPASI
Tahapan Pemberian MPASI
Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam pemberian MPASI
Faktor yang mempengaruhi
Pemberian MPASI :
1. Pendidikan
2. Pengetahuan
3. Sosial Budaya
4. Pekerjaan Ibu
Budaya
Faktor Yang mempengaruhi budaya:
1. Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain
2. Perkembangan ilmu pengetahuan yang
lambat
3. Sikap tradisional masyarakat
Budaya Pemberian MPASI di Masyarakat:
1. Pemberian nasi dan pisang sebelum usia
6 bulan
2. Kebiasaan membuang kolostrum dan
mengganti dengan madu
3. Pemberian jamu cekok
Pemberian MPASI Dini (<6 bulan)
Dampak Pemberian MPASI Dini:
1. Gangguan menyusui
2. Alergi
3. Produksi ASI menurun
4. Diare
Waktu Pemberian MPASI
Pemberian MPASI ≥6 bulan
23
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Berdasarkan tinjauan teori dan kerangka teori diatas, maka dapat
dibuat kerangka konsep sebagai berikut:
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 2. Kerangka konsep
B. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan dari permasalahan kerangka konsep di atas maka dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut: “Ada hubungan antara kepatuhan budaya
dengan waktu pemberian makanan pendamping ASI di Desa Peniron
Kecamatan Pejagoan Kabupaten Kebumen”.
C. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitaif. Penelitian
kuantitatif merupakan jenis penelitian yang didasarkan pada informasi numerik
atau kuantitas dan biasanya menggunakan analisis-analisis statistik35
.
Penelitian kuantitatif dilakukan untuk menggambarkan atau menjelaskan,
menguji hubungan-hubungan, dan menentukan sebab-akibat dari variabel-
Kepatuhan Budaya Waktu pertama pemberian
MPASI
23
24
variabel35
. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelatif, yakni
bentuk penelitian yang bertujuan untuk mencari hubungan atau korelasi antar
variabel36
.
Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional, yaitu penelitian
yang melakukan pengumpulan data sekali pada subjek penelitian dan tidak ada
tinjak lanjut, dimana variabel sebab dan akibat atau kasus yang terjadi pada
objek hanya diobservasi sekali saja36
. Hal ini tidak berarti bahwa semua subjek
penelitian dilakukan pada waktu yang bersamaan. Peneliti ingin mengetahui
tentang hubungan antara kepatuhan budaya dengan waktu pemberian makanan
pendamping ASI di Desa Peniron Kecamatan Pejagoan, Kebumen.
D. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang akan diteliti36
.
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek
yang memenuhi seperangkat kriteria tertentu yang ditentukan oleh peneliti
untuk dipelajari dan diteliti serta ditarik kesimpulannya37
. Populasi dalam
penelitian ini adalah ibu yang memiliki balita usia 6-24 bulan sebanyak 128
orang. Data tersebut diambil dari data balita di Desa Peniron Kecamatan
Pejagoan, Kebumen pada bulan Juli 2015-Maret 2016.
2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti atau
sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi37
. Kriteria
sampel dalam penelitian meliputi dua kriteria, yaitu kriteria inklusi dan
25
kriteria eksklusi36
. Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian
mewakili sample penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel36
.
Kriteria inklusi pada penelitian ini yaitu:
a. Ibu yang mempunyai balita usia 6-24 bulan yang bertempat tinggal di
Desa peniron, Kecamatan Pejagoan, Kabupaten Kebumen
b. Ibu yang bisa membaca dan menulis
Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat
mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat-syarat sebagai sampel
penelitian36
. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini yaitu:
a. Ibu yang pindah tempat tinggal saat dilakukan penelitian
b. Ibu yang bepergian dalam jangka waktu yang lama dan belum kembali
sampai waktu penelitian dilakukan
E. Besar Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu seluruh populasi atau
seluruh jumlah ibu yang memiliki balita usia 6-24 bulan yang tinggal di Desa
Peniron Kecamatan Pejagoan, Kebumen. Dari data Puskesmas Desa didapatkan
jumlah ibu yang memiliki balita usia 6-24 bulan sebanyak 128 orang. Teknik
pengambilan sampling pada penelitian ini dengan total sampling. Total
sampling adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi
digunakan sebagai sampel38
. Namun, saat dilakukan penelitian jumlah total
responden adalah 116. Hal ini disebabkan terdapat 9 ibu yang tidak bersedia
menjadi responden dan 3 ibu sedang bepergian jauh dan belum kembali sampai
waktu penelitian dilakukan.
26
F. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Peniron Kecamatan Pejagoan, Kebumen pada
bulan Mei 2016.
G. Variabel Penelitian, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran
1. Variabel Penelitian
Variabel adalah karakteristik yang diamati yang mempunyai nilai dan
merupakan operasionalisasi dari suatu konsep agar dapat diteliti secara
empiris dan ditentukan tingkatannya36
. Jenis variabel yang digunakan dalam
penelitian yaitu:
a. Variabel Bebas (Independent)
Variabel bebas yaitu variabel yang dimanipulasi oleh peneliti untuk
menciptakan suatu dampak atau pengaruh pada variabel terikat36
.
Variabel bebas merupakan variabel yang diamati dan diukur untuk
diketahui hubungannya dengan variabel lain36
. Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah kepatuhan budaya.
b. Variabel Terikat (Dependent)
Variabel terikat merupakan variabel yang muncul sebagai respon
atau akibat dari manipulasi suatu variabel bebas36
. Variabel terikat
merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas36
. Variabel
terikat dalam penelitian ini adalah waktu pemberian MPASI.
27
2. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan penjelasan tentang semua variabel dan
istilah yang digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga dapat
mempermudah pembaca untuk mengartikan makna penelitian tersebut39
.
Tabel 2. Definisi Operasional40
No Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Pengukuran
1
Usia Rentang usia
mulai dari
lahr hingga
ulang tahun
terakhir
dalam
hitungan
tahun
Kuesioner demorafi 1. Dewasa Awal
yaitu 18-40
tahun
2. Dewasa
Tengah yaitu
41-60 tahun
3. Dewasa Akhir
yaitu 60 tahun
keatas41
Skala Ordinal
2
Pendidikan Pendidikan
terakhir
yang pernah
dijalani
Kuesioner demografi 1. Tidak tamat
SD
2. Tamat SD
3. Tamat SMP
4. Tamat SMA
5. Diploma 1/2/3
6. S1/S2
Skala Nominal
3
Pekerjaan Pekerjaan
yang saat ini
sedang
dijalani
Kuesioner demografi 1. Ibu Rumah
Tangga
2. Petani
3. Buruh
4. Dagang/Wiras
wasta
5. PNS
6. Pegawai
Swasta
Skala Nominal
4
Variabel
Independent:
kepatuhan
budaya
Dilihat dari
keataatan
ibu
memberikan
MPASI
sesuai
kebiasaan
yang ada di
masyarakat
Kuesioner kepatuhan
budaya yang terdiri dari 9
pernyataan, menggunakan
skala Guttmann dengan
pilihan jawaban “Ya” dan
“Tidak”. Nilai tertingi 9
dan nilai terendah 0.
Apabila
responen
menjawab
dengan kategori:
1. “Ya” maka
diberi skor 1
2. “Tidak” maka
diberi skor 0
Data tidak
terdistribusi
normal maka
cut of point
menggunakan
median (8,00).
Skala Ordinal
28
Kepatuhan
budaya dibagi
menjadi dua,
yaitu42
:
1. patuh, jika
nilai ≥
median
2. tidak patuh,
jika nilai <
median
5
Variabel
Dependent:
waktu
pertama
pemberian
MPASI
Dilihat dari
pertama kali
ibu
memberikan
MPASI
Kuesioner yang terdiri dari
1 pertanyaan,
menggunakan skala
Guttmann dengan pilihan
jawaban:
a. kurang dari 6 bulan
b. 6 bulan keatas
Apabila
responen
menjawab
dengan kategori:
1. kurang dari 6
bulan maka
diberi skor 1
2. 6 bulan
keatas maka
diberi skor 0
Skala Nominal
H. Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data
1. Alat Penelitian
Alat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner.
Kuesioner dalam penelitian ini dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan
teori-teori yang digunakan. Kuesioner yang digunakan yaitu:
a. Kuesioner A, berisi tentang identitas responden yang meliputi inisial
nama, umur, pendidikan, dan pekerjaan.
b. Kuesioner B, berisi tentang waktu pertama kali pemberian MPASI
dengan jumlah 1 pertanyaan tertutup dengan jawaban “Ya” dan “Tidak”.
c. Kuesioner C, berisi tentang kepatuhan budaya terhadap waktu pertama
pemberian MPASI dengan jumlah 9 pertanyaan tertutup dengan jawaban
“Ya” dan “Tidak”. Pemberian skor pada kuesioner faktor budaya yaitu:
1) “Ya” maka diberi skor 1
29
2) “Tidak” maka diberi skor 0
Kriteria kepatuhan budaya dibagi menjadi 2 yaitu41
:
1. Patuh, jika nilai ≥ median
2. Tidak patuh, jika nilai < median
2. Uji Validitas dan Reliabilitas
a. Uji Validitas
Uji validitas dilakukan dengan bertujuan untuk mengetahui
sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan
tugas pengukurannya43
. Suatu kuesioner dikatakan valid apabila
pertanyaan atau pernyataan pada kuesioner mampu mengungkapkan
sesuatu yang diukur oleh kuesioner tersebut44
. Peneliti menggunakan dua
cara dalam melakukan uji validitas pada penelitian ini, yaitu uji content
validity dan construct validity. Uji content validity adalah uji validitas
yang mempertanyakan bagaimana kesesuaian antara instrumen dengan
tujuan yang akan di teliti. Pada penelitian ini content validity dilakukan
oleh orang yang ahli dibidang keperawatan maternitas dan ahli dibidang
keperawatan komunitas terutama fokus kepada anak di komunitas,
dimana orang yang kompeten dibidang yang bersangkutan, atau sering
dikenal dengan expert judgement. Kuesioner kepatuhan budaya telah
dilakukan uji expert kepada 2 expert yaitu Anggorowati,
S.Kp.,M.Kep.Sp.Mat dan Ns. Artika Nurrahima, S.Kep.,M.Kep. Uji
expert dengan Ns. Artika Nurrahima, S.Kep.,M.Kep dilakukan sebanyak
2 kali dan uji expert dengan Anggorowati, S.Kp.,M.Kep.Sp.Mat
30
dilakukan sebanyak 4 kali. Setelah dilakukan uji expert content validity
tersebut didapatkan perbaikan kalimat pada pernyataan pada nomor
1,3,4,6 dan 10 serta pernyataan nomor 2 dihilangkan. Hasil dari uji expert
content validity menyatakan bahwa pernyataan dalam kuesioner relevan
dan dapat digunakan. Pada penilaian content validity rentang yang
digunakan peneliti yaitu 1-4. Dimana nilai 1 menunjukkan bahwa item
pernyataan tidak relevan, nilai 2 kurang relevan, nilai 3 cukup relevan,
dan nilai 4 relevan.
Setelah dilakukan uji content validity kuesioner kemudian
dilakukan uji construct validity. Uji construct validity adalah dimana
disamping pertanyaan dalam instrument benar-benar telah mewakili
variabel yang diukur, setiap konstruksi pertanyaan juga memiliki
hubugan yang erat antara yang satu dengan yang lainnya45.
Jumlah
sampel dari uji construct validity adalah 30 responden. Instrumen
diujikan di Desa Pengaringan Kecamatan Pejagoan Kabupaten Kebumen.
Hasil uji coba kuesioner kemudian dihitung menggunakan rumus korelasi
product moment dengan bantuan komputer. Instrumen dikatakan valid
apabila hasil perhitungan rxy (rhitung) yang dibandingkan dengan besarnya
rtabel pada α 5 % dengan jumlah n (jumlah data), hasilnya lebih besar
(rhitung > rtabel)46
. Nilai r tabel adalah 0,361 (n=30). Rumus Pearson
Product Moment yaitu46
:
31
Keterangan :
X = pernyataan nomor
Y = skor total
XY = skor pernyataan nomor
r = koefisien korelasi
Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan bahwa r hitung dari
semua pernyataan dikatakan valid dan dapat digunakan sebagai
instrumen dalam kuesioner kepatuhan budaya. Rentang r hitung dari
pernyataan tersebut adalah 0,515-0,979.
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu
alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti
menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran tersebut tetap konsisten bila
dilakukan pengukuran dua kali atau lebih tehadap gejala yang sama
dengan menggunakan alat ukur yang sama47
. Uji reliabilitas pada
penelitian ini dengan internal konsistensi dilakukan dengan cara
mencobakan instrumen sekali saja, kemudian hasil yang diperoleh
dianalisis dengan teknik tertentu48
. Setelah dilakukan uji validitas
kuesioner kepatuhan budaya, peneliti melakukan uji reliabilitas terhadap
2222 )()(
)()(
r
32
9 pernyataan kuesioner yang telah dinyatakan valid. Uji reliabilitas dalam
penelitian ini menggunakan Alpha Chronbach’s yaitu48
:
Keterangan:
r11 = Nilai reliabilitas
∑Si = Jumlah varians skor tiap-tiap item
St = Varians total
k = Jumlah item
Instrumen dinyatakan reliabel apabila hasil atau nilai Alpha Chronbach’s
≥ konstanta (0,6)46
. Berdasarkan perhitungan tersebut nilai koefisien
alpha chronbach’s kuesioner kepatuhan budaya adalah 0,937 nilai
tersebut > 0,6 sehingga kuesioner tersebut dinyatakan reliabel dengan
tingkat reliabilitas yang tinggi.
3. Cara Pengumpulan Data
Instrumen penelitian yang telah diuji validitas dan reliabilitas selanjutnya
dapat digunakan untuk pengambilan data. Data merupakan himpunan angka
yang merupakan hasil mengamati dan mengukur sampel penelitian. Berikut
ini merupakan langkah-langkah pengumpulan data yang dilakukan oleh
peneliti, yaitu:
1. Peneliti mengurus surat ethical clearance serta surat izin penelitian dan
pengambilan data ke akademik
33
2. Peneliti mengurus surat ijin penelitian dan pengambilan data ke
KESBANGPOL dan BAPPEDA Kabupaten Kebumen.
3. Peneliti mengurus surat ijin penelitian dan pengambilan data ke Kantor
Kelurahan Desa Peniron.
4. Peneliti berkoordinasi dengan bidan desa dalam pengambilan data.
5. Peneliti mengikuti kegiatan posyandu untuk pengambilan data.
Pengambilan data dilakukan dengan cara memberikan kuesioner satu
per satu kepada responden dan diberi penjelasan terlebih dahulu. Selain
itu, jika terdapat ibu yang memiliki bayi usia 6-24 bulan tidak
mengikuti kegiatan posyandu maka peneliti mengunjungi rumah ibu-
ibu tersebut untuk pengambilan data.
6. Pengambilan data dilakukan dengan meminta izin kepada ibu untuk
menjadikan ibu sebagai responden dengan menggunakan informed
consent.
7. Setelah mendapatkan persetujuan, dilakukan penelitian dengan
pengisian kuesioner.
8. Dalam pengisian kuesioner, ibu berhak menanyakan hal yang belum
jelas terkait dengan pengisian kuesioner kepada peneliti.
9. Penelitian dilakukan mulai dari pagi pukul 08.30 sampai 11.00 WIB,
kemudian dilanjutkan siang hari pukul 14.00 sampai 16.30 WIB.
10. Pengambilan data dalam penelitian ini, peneliti di bantu oleh 4 orang
yaitu satu orang bidan desa dan tiga orang kader kesehatan. Namun,
sebelum pengambilan data dilakukan diskusi untuk persamaan persepsi
34
terkait dengan kuesioner dan penelitian yang akan dilakukan. Pengisian
kuesioner dilakukan sendiri oleh responden dan setiap responden
didampingi oleh peneliti maupun enumerator (bidan dan kader
kesehatan).
11. Setelah seluruh data memenuhi sampel, data dikumpulkan menjadi satu
dan selanjutnya dilakukan pengolahan data.
I. Teknik Pengolahan dan Analisa Data
1. Teknik Pengolahan Data
Setelah data-data terkumpul, langkah selanjutnya adalah pengolahan
data. Pengolahan data merupakan suatu proses untuk memperoleh data
berdasarkan suatu kelompok data mentah dengan menggunakan rumus
tertentu sehingga dapat menghasilkan informasi yang diperlukan40
. Adapun
tahapan dalam pengolahan data yaitu:
a. Editing
Editing merupakan upaya untuk memeriksa kembali kebenaran dan
kelengkapan data yang diperoleh. Kelengkapan mengacu pada
terkumpulnya data secara lengkap sehingga dapat digunakan untuk
menjawab masalah yang sudah dirumuskan dalam penelitian40
. Peneliti
dalam penelitian ini memeriksa kembali kelengkapan data yang
diperoleh pada kuesioner yang telah dikumpulkan.
b. Coding
Coding merupakan usaha memberi kode-kode tertentu pada
jawaban responden36
. Pemberian kode pada data dimaksudkan untuk
35
menterjemahkan data kedalam kode-kode yang biasanya dalam bentuk
angka37
. Tujuannya adalah agar data dapat dipindahkan kesarana
penyimpanan, misalnya komputer dan analisis selanjutnya40
. Pemberian
coding yang dilakukan pada jawaban kuesioner yang terdiri dari 11
pertanyaan, yaitu menggunakan skala Guttmann dengan pilihan
jawaban “Ya”=1 dan “Tidak”=0.
Tabel 3. Kode Data Demografi Responden
Data Demografi Responden Kode
Usia Dewasa Awal yaitu 18-25 tahun
Dewasa Tengah yaitu 26-35 tahun
Dewasa Akhir yaitu 36-45 tahun
1
2
3
Pendidikan Tidak tamat SD
Tamat SD
Tamat SMP
Tamat SMA
Diploma 1/2/3
S1/S2
1
2
3
4
5
6
Pekerjaan Ibu Rumah Tangga
Petani
Buruh
Dagang/Wiraswasta
PNS
Pegawai Swasta
1
2
3
4
5
6
Tabel 4. Kode Jawaban Kuesioner Kepatuhan Budaya
Jawaban Kode
Ya 1
Tidak 0
Tabel 5. Kode Jawaban Kuesioner Waktu Pemberian MPASI
Jawaban Kode
Kurang dari 6 bulan 1
6 bulan keatas 0
36
c. Entri Data
Entri data merupakan kegiatan memasukkan data yang telah
dikumpulkan kedalam database komputer dan selanjutnya membuat
distribusi frekuensi sederhana40
. Pada penelitian ini peneliti mengolah
data dengan bantuan komputer.
2. Analisa Data
a. Analisis Univariat
Analisis univariat adalah yang dilakukan untuk menganalisis setiap
variabel yang ada secara deskriptif50
. Analisa data dalam penelitian ini
adalah dengan mengidentifikasi kategori faktor budaya pemberian
MPASI dan waktu pertama pemberian MPASI dalam bentuk tabel.
b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan terhadap dua
variabel yang diduga berhubungan49
. Analisa bivariat dalam penelitian
ini berfungsi untuk mengetahui hubungan antara faktor budaya dengan
waktu pemberian MPASI yang dilakukan dengan uji Chi Square. Uji
Chi Square digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel
independent dengan variabel dependent dengan menggunakan data
bersifat kategori49
. Pada penelitian ini data tidak memenuhi syarat
dilakukan uji chi square karena terdapat cell dengan frekuensi
kenyataan (actual count) sebesar nol dan terdapat cell dengan expected
count kurang dari 5 sebanyak 25% sehingga peneliti menggunakan uji
alternatif fisher exact. Uji fisher exact merupakan uji alternatif yang
37
digunakan pada uji data dengan tabel 2x2 yang tidak memenuhi syarat
uji chi square49
.
J. Etika Penelitian
Etika penelitian yang harus diperhatikan oleh peneliti, yaitu:
1. Otonomi
Otonomi merupakan prinsip dimana seseorang memiliki kebebasan atau
hak untuk memilih apakah ia disertakan atau tidak dalam suatu penelitian
dengan memberi persetujuan atau tidak memberi persetujuan dalam
informed consent39
. Peneliti menggunakan informed consent dalam
penelitian ini. Informed consent yang digunakan didalamnya berisi surat
permohonan menjadi responden dan pernyataan persetujuan untuk menjadi
responden, yang artinya responden bersedia untuk terlibat dalam penelitian
ini tanpa adanya paksaan dari pihak manapun.
2. Beneficence
Peneliti dalam penelitian ini berupaya agar semua tindakan yang
diberikan kepada responden mengandung prinsip kebaikan (promote good)
dimana terdapat konsekuensi bahwa semua yang dilakukan demi kebaikan
responden, guna mendapatkan suatu metode dari kosep baru untuk kebaikn
responden39
. Penelitian ini memberi manfaat bagi responden yaitu
memberikan pengetahuan pada ibu tentang hubungan kepatuhan budaya
dengan waktu pemberian MPASI.
38
3. Nonmaleficence
Penelitian ini menggunakan populasi dan sampel manusia. Oleh karena
itu, sangat berisiko terjadi kerugian fisik dan psikis terhadap subjek
penelitian39
. Penelitian yang dilakukan hendaknya tidak mengandung unsur
bahaya atau merugikan responden39
. Penelitian ini ditujukan kepada ibu
yang memiliki balita usia 0-24 bulan dengan menggunakan alat penelitian
berupa kuesioner. Penelitian dilakukan dengan pengisian kuesioner,
sehingga hal tersebut tidak mengancam atau membahayakan responden
maupun keluarga.
4. Confidentiality
Pada penelitian, peneliti wajib merahasiakan data-data yang sudah
dikumpulkan. Kerahasiaan ini dapat dilakukan dengan menggunakan
jawaban tanpa nama dan sangat dianjurkan agar responden tidak
menyebutkan identitasnya39
. Penelitian ini menerapkan prinsip
confidentiality yaitu responden tidak menyebutkan nama terang dalam
kuesioner, tetapi hanya mencantumkan inisial nama.
5. Veracity
Penelitian yang dilakukan hendaknya dijelaskan secara jujur tentang
manfaatnya, efeknya, dan apa yang didapat jika responden dilibatkan dalam
penelitian tersebut. Hal ini dilakukan karena responden berhak untuk
mengetahui semua informasi terkait dengan penelitian yang akan
dilakukan39
. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengunjungi rumah-
rumah responden, dimana sebelum melakukan penelitian, peneliti
39
memberikan penjelasan tentang penelitian yang akan dilakukan meliputi
tujuan, manfaat dan hal-hal lain yang terkait dengan penelitian.
6. Justice
Justice merupakan prinsip dimana peneliti harus memperlakukan subjek
penelitian tanpa membeda-bedakannya antara responden yang satu dengan
responden lainnya. Peneliti harus memandang dan memberikan perlakuan
yang sama terhadap semua responden39
. Peneliti dalam penelitian ini
menerapkan prinsip justice dimana peneliti memperlakukan responden satu
dengan responden yang lainnya sama, tanpa membedakan status sosialnya.
40
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Karakteristik Demografi
Data demografi responden terdiri dari usia, pendidikan dan pekerjaan. Hasil
penelitian terkait karakteristik responden akan dipaparkan dalam tabel dibawah
ini:
1. Usia
Tabel 6. Distribusi Frekuensi dan Presentase Usia Responden di Desa
Peniron pada bulan Mei 2016 (n=116)
Usia Frekuensi (f) Presentase (%)
Dewasa Awal (18-40 tahun) 107 92,2
Dewasa Tengah (40-60 tahun) 9 7,8
Dewasa Akhir (> 60 tahun) 0 0
Total 116 100
Tabel 6 menjelaskan bahwa jumlah usia responden yang memiliki bayi
usia 6-24 bulan di Desa Peniron pada bulan Mei 2016 yang paling banyak
usia dewasa awal (18-40 tahun) yaitu sebesar 107 responden (92,2%).
2. Pendidikan
Tabel 7. Distribusi Frekuensi dan Presentase Pendidikan Responden di Desa
Peniron pada bulan Mei 2016 (n=116)
Pendidikan Frekuensi (f) Presentase (%)
Tidak Tamat SD 0 0
Tamat SD 8 6,9
SMP 62 53,4
SMA 40 34,5
D3 2 1,7
S1/S2 4 3,4
40
41
Total 116 100
Tabel 7 menjunjukkan bahwa responden yang memiliki bayi usia 6-24
bulan di Desa Peniron pada bulan Mei 2016 yang paling banyak memiliki
pendidikan terakhir SMP yaitu sebesar 62 responden (53,4%).
3. Pekerjaan
Tabel 8. Distribusi Frekuensi dan Presentase Pekerjaan Responden di Desa
Peniron pada bulan Mei 2016 (n=116)
Pekerjaan Frekuensi (f) Presentase (%)
Ibu Rumah Tangga 37 31,9
Petani 45 38,8
Buruh 7 6,0
Dagang 21 18,1
PNS 6 5,2
Pegawai Swasta 0 0
Total 116 100
Tabel 8 menunjukkan bahwa responden yang memiliki bayi usia 6-24
bulan di Desa Peniron pada bulan Mei 2016 yang paling memiliki pekerjaan
sebagai petani yaitu sebesar 45 responden (38,8%).
B. Budaya Pemberian Makanan Pendamping ASI
Tabel 9. Distribusi Frekuensi dan Presentase Budaya Pemberian Makanan
Pendamping ASI Responden di Desa Peniron pada bulan Mei 2016 (n=116)
Jenis Pernyataan Jawaban
Ya
(n)
Presentase
(%)
Tidak
(n)
Presentase
(%)
Total
(n)
Memberikan makanan tambahan (misalnya
nasi tim dicampur dengan pisang, bubur,
pisang kerok dan lain-lain) saat bayi saya
berusia kurang dari 6 bulan karena bayi
usia kurang dari 6 bulan sudah boleh diberi
makanan tambahan. 103 88,8 13 11,2 116
Memberikan makanan pendamping ASI
pada saat bayi usia kurang dari 6 bulan 81 69,8 35 30,2 116
42
karena mengikuti perkembangan jaman.
Memberikan makanan tambahan saat bayi
usia kurang dari 6 bulan agar bayi dapat
tidur nyenyak dan tidak rewel. 104 89,7 12 10,3 116
Memberikan jamu (cekok) pada saat bayi
masih berusia kurang dari 6 bulan. 89 76,7 27 23,3 116
Memberikan pisang kerok pada saat bayi
masih berusia kurang dari 6 bulan karena
sudah menjadi kebiasaan yang turun
temurun dalam keluarga saya. 102 88,0 14 12,0 116
Memberikan makanan pendamping ASI
saat usia bayi masih kurang dari 6 bulan
karena mengikuti kebiasaan yang ada di
Desa. 103 88,8 13 11,2 116
Memberikan makanan pendamping ASI
saat bayi belum usia 6 bulan agar anak
menjadi gemuk dan cepat besar. 84 72,4 32 27,6 116
Memberikan makanan pendamping ASI
saat bayi saya berusia kurang dari 6 bulan
karena ASI saja gizinya tidak cukup untuk
bayi. 103 88,8 13 11,2 116
Memberikan makanan pendamping ASI
sebelum bayi usia 6 bulan karena sudah
menjadi hal yang biasa dilakukan turun
temurun dalam keluarga. 103 88,8 13 11,2 116
Tabel 9 menunjukkan bahwa responden yang memiliki bayi usia 6-24
bulan di Desa Peniron pada bulan Mei 2016 yang paling banyak memberikan
makanan tambahan saat bayi usia kurang dari 6 bulan dengan alasan agar bayi
dapat tidur nyenyak dan tidak rewel yaitu sebesar 104 responden (89,7%).
C. Waktu Pemberian Makanan Pendamping ASI
Tabel 10. Distribusi Frekuensi dan Presentase Waktu Pemberian Makanan
Pendamping ASI Responden di Desa Peniron pada bulan Mei 2016 (n=116)
Waktu Pemberian MPASI Frekuensi (f) Presentase (%)
Kurang dari 6 bulan 105 90,5
6 bulan keatas 11 9,5
Total 116 100
43
Tabel 10 menunjukkan waktu pertama pemberian makan pendamping ASI.
Sebanyak 105 responden (90,5%) memberikan makanan pendamping ASI pada
saat bayi berusia kurang dari 6 bulan.
D. Kepatuhan Budaya Pemberian Makanan Pendamping ASI
Tabel 11. Distribusi Frekuensi dan Presentase Kepatuhan Budaya
Pemberian Makanan Pendamping ASI Responden di Desa Peniron pada
bulan Mei 2016 (n=116)
Kepatuhan Frekuensi (f) Presentase (%)
Patuh 96 82,8
Tidak Patuh 20 17,2
Total 116 100
Tabel 11 menunjukkan kepatuhan masyarakat terhadap budaya pemberian
makan pendamping ASI yang ada di Desa Peniron. Sebanyak 96 responden
(82,8%) patuh memberikan makanan pendamping ASI sesuai dengan budaya
yang ada di Desa Peniron.
E. Hubungan Kepatuhan Budaya dengan Waktu Pemberian Makanan
Pendamping ASI
Tabel 12. Distribusi Frekuensi dan Presentase Hubungan Kepatuhan Budaya
dengan Waktu Pemberian Makanan Pendamping ASI Responden di Desa
Peniron pada bulan Mei 2016 (n=116)
Tingkat
kepatuhan
Waktu pemberian MPASI Total P Value
Kurang dari 6 bulan 6 bulan keatas
N % n % n %
0,000 Patuh 96 82,8 0 0,0 96 82,8
Tidak patuh 9 7,8 11 9,5 20 17,2
Total 105 90,5 11 9,5 116 100
44
Tabel 12 menunjukan tabel silang kepatuhan budaya dengan waktu
pemberian makanan pendamping ASI di Desa Peniron pada bulan Mei 2016.
Tabel tersebut menjelaskan bahwa dari 116 responden, responden yang patuh
terhadap budaya dengan memberikan makanan pendamping ASI pada bayi usia
kurang dari 6 bulan sebesar 96 responden (82,8%).
Uji tabel silang dalam penelitian ini menggunakan tabel 2x2 namun hasil
sel yang nilai expected-nya kurang dari 5 ada 25% jumlah cell. Hasil ini tidak
layak untuk diuji dengan uji Chi-Square oleh karena itu peneliti menggunakan
uji alternatif Fisher Exact dan menghasilkan nilai p= 0,000 < (α= 0,05), p value
lebih kecil daripada nilai α. Karena nilai p < 0,05 maka pada penelitian ini
hipotesis alternatif (H1) diterima dengan kesimpulan ada hubungan antara
kepatuhan budaya dengan waktu pemberian makanan pendamping ASI di Desa
Peniron Kecamatan Pejagoan Kabupaten Kebumen.
45
BAB V
PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini sebagian besar berusia dewasa awal
(18-40 tahun) yaitu sebanyak 107 responden. Usia dewasa awal merupakan
tahap perkembangan ke VI dalam keluarga. Masa ini adalah waktu untuk
membentuk kemandirian pribadi dan ekonomi sehingga masa ini adalah
masa seseorang sudah mulai bekerja dan dapat mengambil keputusan
sendiri51
. Seseorang yang sudah memasuki usia dewasa memiliki peran dan
tanggung jawabnya tentu semakin besar. Seseorang pada usia dewasa awal
harus sudah tidak bergantung secara ekonomis, sosiologis maupun
psikologis kepada orangtuanya52
.
Selain itu, tugas pekembangan pada masa dewasa awal adalah memilih
pasangan hidup. Sehingga masa dewasa awal merupakan waktu bagi
seseorang untuk membangun rumah tangga, belajar hidup rukun suami istri
dan memiliki keturunan51
. Selain tugas membina keluarga dan mengelola
rumah tangga, tugas wanita pada dewasa awal adalah mengasuh anak53
.
Sebagian besar ibu yang memiliki bayi usia 6-24 bulan banyak dijumpai
pada usia dewasa awal. Seorang ibu dalam mengasuh anak harus memiliki
kesiapan secara fisik, psikososial, ekonomi serta pengetahuan. Persiapan
untuk mengasuh anak harus diperhatikan pada setiap tahapan usia dan
45
46
perkembangan anak yang meliputi, jenis stimulasi atau permainan,
makanan, dan pendidikan anak54
.
Sebanyak 62 responden (53,4%) memiliki pendidikan terakhir SMP.
Tingkat pendidikan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
motivasi individu, keadaan ekonomi keluarga dan motivasi dari orangtua55
.
Motivasi individu dapat dilihat dari keinginan untuk menempuh pendidikan
karena hal ini merupakan modal awal bagi seseorang untuk terus
menempuh pendidikan. Selain itu, juga dapat dilihat dari cita-cita yang ingin
dicapai. Ekonomi dalam dunia pendidikan memegang peranan yang cukup
menentukan. Hal ini dikarenakan untuk dapat melanjutkan pendidikan
dibutuhkan biaya yang tidak sedikit55
. Selain faktor ekonomi, faktor
motivasi orangtua juga penting. Kesadaran orang tua yang baik akan arti
penting pendidikan akan mengarahkan anak-anak mereka untuk menempuh
jenjang pendidikan setinggi-tingginya55
.
Seseorang dengan tingkat pedidikan SMP memiliki prinsip dan nilai
pribadi serta menghargai nilai yang dimiliki oleh komunitas yang ada
disekelilingnya. Selain itu, ia juga menyadari, meyakini serta mengekplorasi
warisan sejarah, budaya dan tradisi dari para pendahulunya56
.
Pekerjaan merupakan suatu rangkaian tugas yang dirancang dan
dikerjakan oleh seseorang dan sebagai imbalannya diberi upah atau gaji
sesuai berat ringannya pekerjaan tersebut57
. Jenis pekerjaan seseorang dapat
dipengaruhi oleh pendidikan dan daerah tempat tinggal57
. Seseorang yang
memiliki tingkat pendidikan yang tinggi serta memiliki keterampilan akan
47
mengarahkan mereka ke jenis pekerjaan yang sesuai dengan bakat dan
minat mereka. Begitu pula dengan daerah tempat tinggal. Daerah tempat
tinggal akan mengarahkan mereka untuk memilih jenis pekerjaan yang ada
di daerah lingkungan tempat tinggal mereka57
.
Sebagian besar responden dalam penelitian ini yaitu sebanyak 45
responden adalah petani. Hal ini karenakan tempat tinggal mereka yang
terletak di pedesaan dan terdapat banyak sawah. Hampir 98% penduduk
desa Peniron adalah petani. Luas lahan persawahan di desa Peniron kurang
lebih 951 Ha58
. Petani adalah seseorang yang pekerjaan utamanya adalah
bertani untuk konsumsi diri sendiri dan keluarganya. Seorang petani
cenderung akan menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bertani atau
bercocok tanam di sawah, ladang maupun kebun59
.
B. Kepatuhan Budaya pada Ibu yang Memiliki Bayi Usia 6-24 Bulan
Kepatuhan merupakan sikap atau perilaku yang menurut dan taat
berdasarkan aturan25
. Kepatuhan dalam penelitian ini menggambarkan sejauh
mana responden berperilaku sesuai dengan budaya atau kebiasaan yang di anut
masyarakat sekitar. Hasil penelitian menunjukan jumlah responden yang patuh
terhadap budaya yang ada di masyarakat sebanyak 96 responden (82,8%).
Kepatuhan masyarakat terhadap budaya memberikan makanan
pendamping ASI sebelum usia 6 bulan dipengaruhi oleh faktor pengetahuan.
Sebanyak 88,8% responden telah memberikan makanan tambahan misalnya
(nasi tim dicampur dengan pisang, bubur, pisang kerok, dan lain-lain) saat bayi
saya berusia kurang dari 6 bulan dengan alasan bahwa bayi sudah boleh diberi
48
makanan tambahan. Selain itu, sebagian besar responden juga telah
memberikan makanan tambahan saat bayi usia kurang dari 6 bulan dengan
alasan agar bayi dapat tidur nyenyak dan tidak rewel. Hal ini menunjukkan
tingkat pengetahuan responden mengenai pemberian makanan pendamping
ASI. Pendidikan terakhir responden sebanyak 62 responden (53,4%) adalah
SMP. Tingkat pendidikan akan mempengaruhi tingkat pengetahuan masyarakat
dan berpengaruh terhadap budaya masyarakat. Hal ini didukung oleh teori yang
dikemukaan oleh Syafrudin24
bahwa perkembangan ilmu pengetahuan yang
lambat dan tingkat pendidikan yang rendah dapat menyebabkan masyarakat
sulit untuk mendapatkan informasi terbaru sehingga masyarakat tetap terpaku
pada budaya yang ada.
Sebanyak 88% responden memberikan pisang kerok pada saat bayi
masih berusia kurang dari 6 bulan karena sudah menjadi kebiasaan yang turun
temurun dalam keluarga. Sebagian besar responden juga telah memberikan
makanan pendamping ASI sebelum bayi berusia 6 bulan karena sudah menjadi
hal yang biasa dilakukan turun-temurun dalam keluarga. Hal ini menunjukkan
bahwa masyarakat masih patuh terhadap kebiasaan yang turun temurun dalam
keluarga. Penelitian yang dilakukan oleh Utami60
pada tahun 2011
menyebutkan bahwa sebagian besar partisipan beralasan memberikan makanan
pendamping ASI dini dikarenakan sudah menjadi tradisi turun-temurun dari
nenek dan orangtua sebelumnya dan takut akan dimarahi jika tidak
melakukannya. Pemberian makanan pendamping ASI setelah bayi lahir
49
merupakan kebiasaan turun temurun dalam keluarga dan jika tidak
melakukannya maka dianggap melanggar kebiasaan dalam keluarga61
.
Selain itu, sebagian besar responden juga telah memberikan makanan
pendamping ASI saat usia kurang dari 6 bulan dengan alasan karena mengikuti
kebiasaan yang ada di Desa. Hal ini menunjukkan sikap responden yang masih
tradisional atau menjunjung tinggi kebiasaan (adat) yang ada di masyarakat
desa. Hal ini juga sesuai dengan teori yang dikemukaan oleh Syafrudin24
bahwa faktor lain yang mempengaruhi budaya adalah sikap masyarakat yang
tradisional dan rasa takut akan goyahnya kebudayaan24
. Sikap ini membuat
masyarakat menolak pengetahuan atau informasi yang baru dan tetap kokoh
dengan kebudayaan yang sudah ada sejak dulu sehingga masyarakat akan terus
mengikuti kebiasaan yang ada di masyarakat desa24
.
C. Waktu Pemberian Makanan Pendamping ASI pada Ibu yang Memiliki
Bayi Usia 6-24 Bulan
Makanan pendamping ASI adalah makanan yang diberikan pada bayi
mulai usia 6 bulan sebagai pendamping ASI guna memenuhi kebutuhan
pertumbuhan bayi yang tidak tercukupi oleh ASI1. Waktu yang tepat untuk
memberikan makanan pendamping ASI adalah mulai usia 6 bulan keatas. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 105 (90,5%) telah memberikan
makanan pendamping ASI pada saat bayi berusia kurang dari 6 bulan dan
sebanyak 11 (9,5%) memberikan makanan pendamping ASI pada saat bayi
berusia 6 bulan keatas.
50
Dampak dari pemberian makanan pendamping ASI dini (sebelum usia 6
bulan) diantaranya, gangguan menyusui dimana bayi yang sudah diberi
makanan pendamping ASI akan mengganggu kelangsungan laktasi dan bayi
akan sulit menyusu. Selain itu, beban ginjal akan meningkat karena sistem
organ terutama ginjal belum berfungsi secara sempurna. Makanan yang
dimakan bayi terlalu banyak mengandung natrium klorida dan akan
meningkatkan beban kerja ginjal menjadi dua kali lipat. Pemberian makanan
pendamping ASI dini juga dapat meningkatkan resiko menderita diare, bayi
mudah alergi terhadap zat makanan tertentu, dan produksi ASI menurun25,30
.
Waktu pemberian makanan pendamping ASI dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu, pengetahuan, pendidikan, pekerjaan dan budaya.
Sebanyak 62 responden (53,4%) dalam penelitian ini memiliki pendidikan
terakhir SMP. Penelitian yang dilakukan oleh Nuraeni62
pada tahun 2012
menyebutkan bahwa tingkat pendidikan orang tua berhubungan dengan
pemberian MP-ASI. Ibu dengan tingkat pendidikan rendah cenderung akan
memiliki pengetahuan yang kurang sehingga pemberian makanan pendamping
ASI tidak diberikan dengan tepat.
Sumardiono31
pada tahun 2007 dalam penelitiannya menjelaskan bahwa
pada kelompok ibu yang berpendidikan dasar dalam pemberian makanan
pendamping kepada bayinya pada usia 2 bulan, pada kelompok ibu dengan
pendidikan menengah memberikan makanan pendamping pada bayinya pada
usia 3-5 bulan, sedangkan pada ibu yang berpendidikan tinggi memberikan
makanan pendamping pada bayinya setelah berusia lebih dari 6 bulan.
51
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang
memberikan makanan pendamping ASI dini adalah responden dengan tingkat
pendidikan rendah. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Ginting17
pada
tahun 2012 menyebutkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara
tingkat pendidikan dengan waktu pemberian makanan pendamping ASI dini.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ginting17
menunjukkan bahwa ibu yang
memiliki tingkat pendidikan rendah memberikan makanan pendamping ASI
dengan waktu yang benar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semua
responden dengan pendidikan rendah memberikan makanan pendamping ASI
dini.
Selain itu faktor lain yang mempengaruhi waktu pemberian makanan
pendamping ASI adalah pekerjaan ibu. Berdasarkan tabel 8 dapat diketahui
bahwa responden dalam penelitian ini sebanyak 79 responden (68,1%) adalah
bekerja. Sebesar 92% responden yang bekerja dalam penelitian ini telah
memberikan makanan pendamping ASI pada saat bayi usia kurang dari 6 bulan
karena sebagian waktunya untuk bekerja.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Ginting17
yang menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara
pekerjaan ibu dengan pemberian makanan pendamping ASI dini dengan hasil
p= 0.001 serta hasil analisis diperoleh pula nilai RP=1,91, artinya ibu yang
bekerja mempunyai risiko sebesar 1,91 kali untuk memberikan MP-ASI dini
pada bayi usia <6 bulan. Sumardiono31
pada tahun 2007 dalam penelitiannya
menyebutkan bahwa kesibukan ibu rumah tangga yang sering keluar rumah
52
untuk bekerja sering kali mengabaikan tugas ibu untuk menyusui anaknya
sehingga pemberian ASI ekslusif sangat minim.
Selain itu, sebanyak 11 responden (9,5%) memberikan makanan
pendamping ASI pada saat bayi berusia 6 bulan keatas. Responde yang
memberikan makanan pendamping ASI pada usia 6 bulan keatas adalah dengan
kategori tidak patuh terhadap budaya. Selain faktor budaya, terdapat faktor lain
yang mempengaruhi ibu dalam pemberian makanan pendamping ASI salah
satunya yaitu faktor tersebut meliputi pengetahuan atau tingkat pendidikan14
.
Ibu memberikan makanan pendamping ASI pada usia 6 bulan keatas salah
satunya adalah dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Sebagian besar ibu
memberikan makanan pendamping ASI pada usia 6 bulan keatas memiliki
tingkat pendidikan yang tinggi yaitu D3/S1. Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Sumardiono31
pada tahun 2007 yang menjelaskan bahwa
ibu dengan tingkat pendidikan tinggi akan memberikan makanan pendamping
ASI pada saat bayi berusia 6 bulan atau lebih.
D. Hubungan Kepatuhan Budaya dengan Waktu Pemberian Makanan
Pendamping ASI
Hasil analisis data dalam penelitian ini menggunakan rumus chi
square dengan uji alternatif fisher exact dengan tingkat kesalahan (alpha) 0,05.
Diperoleh hasil yang signifikan (p= 0,000) yang berarti p value < 0,05, maka
dapat disimpulkan H1 diterima. Artinya ada hubungan antara kepatuhan budaya
dengan waktu pemberian makanan pendamping ASI di Desa Peniron. Adanya
hubungan signifikan ini karena ibu selalu berusaha menjaga kebiasaan-
53
kebiasaan atau sikap tradisional yang ada di masyarakat seperti, memberikan
jamu cekok, memberikan pisang kerok sebelum usia 6 bulan dan kebiasaan
lainnya.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang memiliki
kepatuhan baik dan memberikan makanan pendamping ASI sebelum usia 6
bulan sebanyak 96 responden (82,8%) namun didapatkan hasil juga bahwa
responden yang memiliki kepatuhan kurang baik telah memberikan makanan
pendamping ASI pada usia kurang dari 6 bulan sebanyak 9 responden (7,8%).
Hal ini dikarenakan ada faktor lain selain kepatuhan budaya salah satunya yaitu
pendidikan. Hal ini dikuatkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nuraeni61
pada tahun 2012 yang menyebutkan bahwa tingkat pendidikan orang tua
berhubungan dengan pemberian MP-ASI. Faktor-faktor yang mempengaruhi
pemberian makanan pendamping ASI dini meliputi pengetahuan, kesehatan
dan pekerjaan ibu, iklan MP-ASI, petugas kesehatan, budaya dan sosial
ekonomi14
.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Ginting17
pada tahun 2012 yang menyebutkan bahwa ada hubungan yang
bermakna antara faktor sosial budaya dengan pemberian makanan
pendamping ASI dini dengan nilai p< 0,001. Hasil penelitian ini juga
diperkuat oleh Ramadhany21
pada tahun 2011 dalam penelitiannya yang
menyebutkan bahwa terdapat beberapa sikap kepatuhan masyarakat terhadap
budaya pemberian MPASI yaitu, bayi sudah diberi nasi yang dicampur
dengan pisang sebelum bayi berumur 6 bulan, kebiasaan membuang
54
colostrum susu jolong karena menganggap kotor dan menggantinya dengan
madu atau air kelapa muda, dan pemberian MPASI berupa bubur halus pada
acara 3 bulanan anak.
Keyakinan atau budaya yang ada di masyarakat berpengaruh
terhadap pemberian makanan pendamping ASI. Misalnya kebiasaan
membuang colostrum susu jolong karena menganggap kotor dan
menggantinya dengan madu atau air kelapa muda22
. Salah satu budaya yang
ada di Desa Peniron adalah pemberian jamu cekok pada saat bayi berusia 40
hari dan di ulang setiap malam jumat kliwon.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Padang18
tahun 2008 menyatakan bahwa budaya atau kebiasaan memberi MP-
ASI <6 bulan di masyarakat adalah salah satu faktor yang mempengaruhi ibu
dalam pemberian MP-ASI dini dengan hasil p=0,036. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa sebanyak 96 responden (82,8%) dengan kategori patuh
terhadap budaya. Seluruh responden dengan kategori patuh telah memberikan
makanan pendamping ASI pada saat bayi belum usia 6 bulan. Dalam penelitian
ini nilai p value= 0,000, nilai p value ini menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang sangat kuat antara kepatuhan budaya dengan waktu pemberian
makanan pendamping ASI di Desa Peniron.
55
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian hubungan kepatuhan budaya dengan waktu
pemberian makanan pendamping ASI dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Karakteristik responden
Responden dalam penelitian ini rata-rata berusia 18-40 tahun (dewasa
awal). Pendidikan terakhir sebagian besar responden adalah SMP.
Sebagian besar responden adalah petani.
2. Sebanyak 96 responden patuh terhadap budaya yang ada di masyarakat.
3. Sebanyak 105 responden (90,5%) memberikan makananan pendamping
ASI pada saat bayi berusia kurang dari 6 bulan.
4. Ada hubungan antara kepatuhan budaya dengan waktu pemberian
makanan pendamping ASI di Desa Peniron Kecamatan Pejagoan
Kabupaten Kebumen dengan p value 0,000 < (α= 0,05).
B. Saran
1. Bagi Ibu
Diharapkan responden dapat meningkatkan pengetahuan dengan
mencari sumber informasi terkait dengan pemberian makanan pendamping
ASI.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan institusi pendidikan dapat menciptakan cara atau inovasi
baru yang dapat digunakan oleh tenaga kesehatan dalam usaha untuk
55
56
meningkatkan kesadaran masyarakat dalam pemberian makanan
pendamping ASI secara tepat.
3. Bagi Profesi
Diharapkan bagi profesi keperawatan dapat membantu mengurangi
angka pemberian makanan pendamping ASI dini dengan memberikan
informasi kepada masyarakat terkait pemberian makanan pendamping
ASI.
4. Bagi Dinas Kesehatan
Dinas Kesehatan diharapkan dapat menguatkan program ASI Ekslusif dan
menyelenggarakan pelatihan mengenai pedoman pemberian makanan
pendamping ASI.
5. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk dapat melakukan penelitian
dengan memberikan intervensi kepada responden sehingga dapat
mengurangi angka pemberian makanan pendamping ASI sebelum usia 6
bulan
DAFTAR PUSTAKA
1. Sulistyoningsih, Hariyani. Gizi untuk kesehatan ibu dan anak. Yogyakarta:
Graha Ilmu; 2011.
2. Supariasa, Nyoman ID. Penilaian status gizi. Jakarta: EGC; 2011.
3. Soegeng S, Ranti AL. Kesehatan & gizi. Jakarta: Rineka Cipta; 2004.
4. Wiwi M, Sartika. Buku saku ilmu gizi. Jakarta: CV. Trans Info Media;
2010.
5. Proverawati A, Kusumawati. Buku ajar gizi untuk kebidanan. Yogyakarta:
Nuha Medika; 2009.
6. Nugroho B. Dahsyatnya ASI untuk kecerdasan buah hati. Yogyakarta: Nuha
Medika; 2010.
7. WHO. Global strategy for infant and young child. 2011. (Diakses pada 10
Desember 2015);
Available from: URL:http://www.who.int/nutrition/publications/infant
feeding/9241562218/en/
8. Badan Pusat Statistik (BPS) dan Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional Kementerian Kesehatan. Survey Demografi dan
Kesehatan Indonesia 2012. Diakses pada tanggal 20 Desember 2015;
Avilable from: URL: www.bps.go.id
9. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.
Riset kesehatan dasar 2013. (Diakses pada 11 Desember 2015); Available
from: URL: labdata.litbang.depkes.go.id
10. World Health Organization (WHO). Complementary feeding. 2012.
(Diakses pada tanggal 10 Desember 2015); Available from:
URL: http://www.who.int/nutrition/topics/complementary_feeding/en/
11. Jusup L. Makanan peningkat daya tahan tubuh bayi dan balita.
Jakarta:Gramedia Pustaka Utama; 2010.
12. Nugroho A. Panduan ibu cerdas ASI dan tumbuh kembang. Yogyakarta:
Media Pustaka; 2009.
13. Riyan Z, Falasifah AY. Hubungan pemberian makanan pendamping ASI
(MP ASI) dengan angka kejadian diare pada bayi usia 0 – 6 bulan di
kabupaten merauke; 2014.
14. Kristianto Y, Yusiana MA. Analisis faktor yang mempengaruhi perilaku ibu
dan pemberian MP-ASI terlalu dini di posyandu mawar I di desa karang
rejo, kediri. Jurnal Penelitian Akademi Kesehatan Rajekwesi Bojonegoro.
2012; 5:3:1-5
15. Briawan D. Penilaian dan perencanaan konsumsi pangan. Bogor: IPB; 2007.
16. Yulianti SK, Febriana S. Faktor-faktor yang berhubungan dengan
pemberian makanan pendamping ASI dini. 2015; 2:1:879
17. Ginting D, Sekarwarna N, Sukandar H. Pengaruh karakteristik, faktor
internal dan eksternal ibu terhadap pemberian MP-ASI dini pada bayi usia
<6 bulan di wilayah kerja puskesmas barusjahe kabupaten karo provinsi
sumatera utara; 2012.
18. Padang A. Analisa faktor-faktor yang mempengaruhi ibu dalam pemberian
MP-ASI dini di kecamatan pandan kabupaten tapanuli tengah; 2007.
19. Azwar S. Sikap manusia: teori dan pengukurannya. Jakarta: PT. Rineka
Cipta; 2007.
20. Koenctjaraningrat. Pengantar ilmu antropologi. Jakarta: Rineka Cipta; 2002.
21. Rahmadhanny R. Faktor penyebab putusnya asi eksklusif pada ibu
menyusui di puskesmas rumbai kecamatan rumbai pesisir; 2011.
22. Luddin ABM. Dasar-dasar konseling. Bandung: CV Perdana Mulya Sarana;
2010.
23. Moeljono D. Budaya korporat dan keunggulan korporasi. Jakarta: PT Elex
Media Komputindo; 2003.
24. Syafrudin. Sosial budaya dasar untuk mahasiswa kebidanan. Jakarta: Trans
Info Media; 2009.
25. Supartono W. Ilmu budaya dasar. Jakarta: Ghalia Indonesia; 2004.
26. Khomsan A. Peran pangan dan gizi untuk kualitas hidup. Jakarta:
PT.Grasido; 2004.
27. Narendra M. Tumbang anak dan remaja. Jakarta: CV Sagung; 2002.
28. Waryana. Gizi reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Rihamma; 2010.
29. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi; 2004
30. Sitompul EM. Buku pintar MPASI: bayi 6 bulan sampai dengan 1 tahun.
Jakarta: Lembar Langit indonesia; 2014.
31. Rosidah. Pemberian makanan tambahan. Jakarta: EGC; 2003.
32. Azwar. Buku pegangan kader usaha perbaikan gizi keluarga. Jakarta:
Liberty; 2000.
33. Amalia L, Mardinah. Makanan tepat untuk balita. Depok: Kawan; 2006.
34. Sumardiono. Hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan pemberian
MPASI di kelurahan PB. Selayang; 2007.
35. Setiadi. Konsep dan penulisan riset keperawatan. Yogyakarta:Graha Ilmu;
2007.
36. Hidayat AAA. Metode penelitian keperawatan dan teknik analisa data.
Jakarta: Salemba Medika; 2009.
37. Nasir A, Muhith A, Ideputri ME. Buku ajar metodologi penelitian
kesehatan: konsep pembuatan karya tulis dan thesis untuk mahasiswa
kesehtan. Yogyakarta: Nuha Medika; 2011.
38. Jonathan S. Pintar menulis karangan ilmiah-kunci sukses dalam menulis
ilmiah. Yogyakarta: Andi Offset; 2010.
39. Wasis. Pedoman riset praktis untuk profesi perawat. Jakarta: EGC; 2008.
40. Sarwono J. Metode penelitian kuantitatf dan kualitatif. Yogyakarta: Graha
Ilmu; 2006.
41. Hurlock BE. Perkembangan anak jilid I. Jakarta: Erlangga; 2006.
42. Hamdi AS, Bahruddin E. Metode penelitian kuantitatif aplikasi dalam
pendidikan. Yogyakarta: Deepublish; 2014.
43. Azwar S. Metode penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar; 2010.
44. Riyanto A. Pengolahan dan analisis data kesehatan. Yogyakarta: Jazamedia;
2009.
45. Machfoedz I. Metodologi penelitian bidang kesehatan, keperawatan,
kebidanan, kedokteran. 4th ed. Yogyakarta: Fitramaya; 2008.
46. Simamora B. Panduan riset perilaku konsumen. Surabaya: Pustaka Utama;
2002.
47. Riyanto A. Aplikasi metodologi penelitian kesehatan. Yogyakarta: Naha
Medika; 2011.
48. Budhiarto. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: EGC; 2008.
49. Singarimbun M, Sofian E. Metode penelitian survey. Jakarta: PT Pustaka
LP3ES Indonesia; 2006.
50. Asih Y. Dasar-dasar riset keperawatan. Jakarta: EGC; 2000.
51. Ali Z. Pengantar keperawatan keluarga. Jakarta:EGC; 2009.
52. Syafrudin. Kebidanan komunitas. Jakarta: EGC; 2009.
53. Dariyo A. Psikologi perkembangan dewasa muda. Jakarta: Gramedia; 2003.
54. Adiningsih NU. Pendidikan anak dini usia. Jakarta: Rineka Cipta; 2001.
55. Munib A. Pengantar ilmu pendidikan. Semarang: UNNES Press; 2007.
56. Wahab R. Memahami pendidikan dan ilmu pendidikan. Yogyakarta: CV
Aswaja Pressindo; 2011.
57. Rahmalina W. Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi jenis pekerjaan
di sumatera barat berdasarkan karakteristik penduduk dengan menggunakan
metode pohon klasifikasi. Padang; Universitas Andalas; 2008.
58. Profil luas wilayah. 2011. (Diakses tanggal 9 Juni 2016); Available from:
URL: www.kemendagri.go.id
59. Soekanto S. Sosiologi suatu pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada;
2006.
60. Utami LH. Budaya pemberian makanan pendamping ASI dini pada ibu yang
mempunyai anak usia 7-24 bulan di desa argodadi sedayu bantul
yogyakarta; 2011.
61. Lismintari L. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian makanan
pendaming ASI dini pada bayi usia 0-6 bulan di wilayah kerja puskesmas
teluk dalam kecamatan tenggarong seberang kabupaten tenggarong
seberang; 2010.
62. Nuraeni. Hubungan karakteristik ibuu, dukungan keluarga dan pendidikan
kesehatan dengan perilaku pemberian ASI dan MP-ASI di desa waru jaya
kecamatan parung kabupaten bogor. 2006. Thesis. (Diakses tanggal 28 Mei
2016); Available from: URL: http://lontar.ui.ac.id/opac/themes/libri2.
Lampiran 11
Lembar Permohonan Menjadi Responden
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Yth. Ibu Calon Responden Penelitian
Di tempat
Dengan hormat,
Saya yang bertandatangan dibawah ini adalah mahasiswa Program Sarjana
Reguler Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Diponegoro, yaitu:
Nama : Ning Suwarsih
NIM : 22020112130108
Akan melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Antara Kepatuhan
Budaya dengan Waktu Pemberian Makanan Pendamping ASI di Desa Peniron
Kecamatan Pejagoan Kabupaten Kebumen”. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan antara faktor budaya dengan waktu pemberian makanan
pendamping ASI di Desa Peniron Kecamatan Pejagoan Kabupaten Kebumen.
Penelitian yang akan dilakukan tidak akan membawa dampak yang dapat
merugikan bagi ibu. Identitas ibu dan informasi yang telah diisi oleh ibu akan
dijaga dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Dalam hal ini tidak ada
unsur paksaan menjadi responden.
Apabila ibu bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian ini, maka
peneliti memohon agar anda menandatangani lembar persetujuan dan mengisi
lembar pernyataan yang kami sertakan bersama surat ini.
Peneliti mengucapkan terimakasih atas pastisipasi ibu sebagai responden
dalam penelitian ini.
Peneliti,
Ning Suwarsih
Lampiran 12
Lembar Persetujuan Menjadi Responden
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Saya yang bertandatangan dibawah ini:
Nama :
Alamat :
Bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian yang dilakukan oleh saudara
Ning Suwarsih, dengan judul “Hubungan Antara Faktor Budaya dengan Waktu
Pemberian Makanan Pendamping ASI di Desa Peniron Kecamatan Pejagoan
Kabupaten Kebumen” tanpa adanya unsur paksaan. Saya telah mengerti
penjelasan tentang tujuan dan manfaat dari penelitian ini dan prosedur pengisian
yang akan dilakukan.
Semarang, Mei 2016
Responden
Lampiran 13
Instrumen Penelitian
LEMBAR KUESIONER
HUBUNGAN ANTARA KEPATUHAN BUDAYA DENGAN WAKTU
PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DI DESA PENIRON
KECAMATAN PEJAGOAN KABUPATEN KEBUMEN
Nomor Responden :
Hari/Tanggal :
Petunjuk Pengisian
1. Bacalah pertanyaan di bawah ini dengan teliti.
2. Isilah pertanyaan di bawah ini dengan memilih jawaban yang telah disediakan.
3. Berilah tanda silang (x) pada jawaban yang anda pilih.
A. Kuesioner A (Identitas Responden)
Nama :
Umur : tahun
Pendidikan :
Tidak Tamat Sekolah Dasar
(SD)
Tamat Sekolah Dasar (SD)
Tamat SMP
Tamat SMA
Diploma 1/2/3
S1/S2
Pekerjaan :
Ibu Rumah Tangga
Petani
Buruh
Dagang/wiraswasta
PNS
Pegawai Swasta
B. Kuesioner B
1. Saya pertama kali memberikan makanan pendamping ASI (seperti bubur,
pisang, nasi tim dan lain-lain) saat bayi saya mulai usia....
a. Kurang dari 6 bulan b. 6 bulan
keatas
C. Kuesioner C
No Pertanyaan/Pernyataan Ya Tidak
1. Saya memberikan makanan tambahan (misalnya
nasi tim dicampur dengan pisang, bubur, pisang
kerok dan lain-lain) saat bayi saya berusia
kurang dari 6 bulan karena bayi usia kurang dari
6 bulan sudah boleh diberi makanan tambahan.
2. Saya memberikan makanan pendamping ASI
pada saat bayi usia kurang dari 6 bulan karena
mengikuti perkembangan jaman.
3. Saya memberikan makanan tambahan saat bayi
usia kurang dari 6 bulan agar bayi dapat tidur
nyenyak dan tidak rewel.
4. Saya memberikan jamu (cekok) pada saat bayi
masih berusia kurang dari 6 bulan.
5. Saya memberikan pisang kerok pada saat bayi
masih berusia kurang dari 6 bulan karena sudah
menjadi kebiasaan yang turun temurun dalam
keluarga saya.
6. Saya memberikan makanan pendamping ASI
saat usia bayi masih kurang dari 6 bulan karena
mengikuti kebiasaan yang ada di Desa.
7. Saya memberikan makanan pendamping ASI
saat bayi belum usia 6 bulan agar anak menjadi
gemuk dan cepat besar.
8. Saya memberikan makanan pendamping ASI
saat bayi saya berusia kurang dari 6 bulan karena
ASI saja gizinya tidak cukup untuk bayi.
9. Saya memberikan makanan pendamping ASI
sebelum usia 6 bulan karena sudah menjadi hal
yang biasa dilakukan turun temurun dalam
keluarga.
Lampiran 14
Lembar Konsultasi
No Tanggal Materi Konsultasi Dosen Keterangan
1 2 Desember
2015
Topik dan Judul Ns. Zubaidah,
S.Kep,
M.Kep,Sp.Kep.An
2 14
Desember
2015
Latar Belakang Ns. Zubaidah,
S.Kep,
M.Kep,Sp.Kep.An
3 17
Desember
2015
Latar Belakang Ns. Zubaidah,
S.Kep,
M.Kep,Sp.Kep.An
4 21
Desember
2015
Latar Belakang Ns. Zubaidah,
S.Kep,
M.Kep,Sp.Kep.An
5 29
Desember
2015
Latar Belakang dan
Rumusan Masalah
Ns. Zubaidah,
S.Kep,
M.Kep,Sp.Kep.An
6 4 Januari
2016
BAB I Ns. Zubaidah,
S.Kep,
M.Kep,Sp.Kep.An
7 7 Januari
2016
BAB I Ns. Zubaidah,
S.Kep,
M.Kep,Sp.Kep.An
8 12 Januari
2016
BAB I dan BAB II Ns. Zubaidah,
S.Kep,
M.Kep,Sp.Kep.An
9 17 Februari
2016
BAB I dan BAB II Ns. Zubaidah,
S.Kep,
M.Kep,Sp.Kep.An
10 3 Maret
2016
BAB I dan BAB II Ns. Zubaidah,
S.Kep,
M.Kep,Sp.Kep.An
11 10 Maret
2016
BAB I, BAB II, dan
BAB III
Ns. Zubaidah,
S.Kep,
M.Kep,Sp.Kep.An
12 15 Maret
2016
BAB I, BAB II, dan
BAB III
Ns. Zubaidah,
S.Kep,
M.Kep,Sp.Kep.An
13 17 Maret
2016
BAB III dan
Kuesioner
Ns. Zubaidah,
S.Kep,
M.Kep,Sp.Kep.An
14 21 Maret
2016
BAB III, Kuesioner
dan Lampiran
Ns. Zubaidah,
S.Kep,
M.Kep,Sp.Kep.An
15 28 Maret
2016
BAB III, Kuesioner
dan Lampiran
Ns. Zubaidah,
S.Kep,
M.Kep,Sp.Kep.An
16 3 Juni 2016 BAB III, BAB IV,
BAB V, BAB VI
Ns. Zubaidah,
S.Kep,
M.Kep,Sp.Kep.An
17 7 Juni 2016 BAB III, BAB IV,
BAB V, BAB VI
Ns. Zubaidah,
S.Kep,
M.Kep,Sp.Kep.An
18 13 Juni
2016
BAB V Ns. Zubaidah,
S.Kep,
M.Kep,Sp.Kep.An
Lampiran 15
Jadwal Penelitian
JADWAL PENELITIAN
No Kegiatan Desember Januari Februari Maret April Mei Juni
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
1 Pengajuan
masalah dan
persetuan
topik
penelitian
2 Proses
bimbingan
proposal
3 Seminar
proposal
4 Perbaikan
proposal
5 Pelaksanaan
penelitian dan
bimbingan
hasil penelitian
6 Seminar hasil
7 Perbaikan riset
keperawatan
Lampiran 16
Hasil Uji Validitas
Correlations
skor_total
item_1 Pearson Correlation .979**
Sig. (2-tailed) .000
N 30
item_2 Pearson Correlation .622**
Sig. (2-tailed) .000
N 30
item_3 Pearson Correlation .979**
Sig. (2-tailed) .000
N 30
item_4 Pearson Correlation .515**
Sig. (2-tailed) .004
N 30
item_5 Pearson Correlation .908**
Sig. (2-tailed) .000
N 30
item_6 Pearson Correlation .979**
Sig. (2-tailed) .000
N 30
item_7 Pearson Correlation .740**
Sig. (2-tailed) .000
N 30
item_8 Pearson Correlation .979**
Sig. (2-tailed) .000
N 30
item_9 Pearson Correlation .769**
Sig. (2-tailed) .000
N 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Lampiran17
Hasil Uji Reliabilitas
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.937 9
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
item_1 6.60 5.766 .972 .918
item_2 6.80 6.097 .495 .951
item_3 6.60 5.766 .972 .918
item_4 6.50 7.017 .463 .944
item_5 6.63 5.757 .878 .922
item_6 6.60 5.766 .972 .918
item_7 6.70 5.941 .654 .937
item_8 6.60 5.766 .972 .918
item_9 6.70 5.872 .691 .935
Lampiran18
Hasil Uji Normalitas
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
VAR00001 116 100.0% 0 .0% 116 100.0%
Descriptives
Statistic Std. Error
VAR00001 Mean 7.52 .217
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 7.09
Upper Bound 7.95
5% Trimmed Mean 7.84
Median 8.00
Variance 5.487
Std. Deviation 2.342
Minimum 0
Maximum 9
Range 9
Interquartile Range 1
Skewness -2.523 .225
Kurtosis 5.126 .446
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
VAR00001 .409 116 .000 .537 116 .000
a. Lilliefors Significance Correction
Lampiran 19
Hasil Penelitian
Usia
usia
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 18-40 tahun 107 92.2 92.2 92.2
40-60 tahun 9 7.8 7.8 100.0
Total 116 100.0 100.0
Pendidikan
pendidikan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tamat SD 8 6.9 6.9 6.9
SMP 62 53.4 53.4 60.3
SMA 40 34.5 34.5 94.8
D1/2/3 2 1.7 1.7 96.6
S1/S2 4 3.4 3.4 100.0
Total 116 100.0 100.0
Pekerjaan
pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid ibu rumah tangga 37 31.9 31.9 31.9
petani 45 38.8 38.8 70.7
buruh 7 6.0 6.0 76.7
dagang 21 18.1 18.1 94.8
PNS 6 5.2 5.2 100.0
Total 116 100.0 100.0
Waktu Pemberian MPASI
Waktu
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 6 bulan keatas 11 9.5 9.5 9.5
kurang dari 6 bulan 105 90.5 90.5 100.0
Total 116 100.0 100.0
Kepatuhan Budaya
Statistics
kepatuhan
N Valid 116
Missing 0
kepatuhan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak patuh 20 17.2 17.2 17.2
patuh 96 82.8 82.8 100.0
Total 116 100.0 100.0
Hubungan Kepatuhan Budaya dengan Waktu Pemberian MPASI
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
kepatuhan * waktu 116 100.0% 0 .0% 116 100.0%
kepatuhan * waktu Crosstabulation
waktu
Total
6 bulan keatas
kurang dari 6
bulan
kepatuhan tidak patuh Count 11 9 20
Expected Count 1.9 18.1 20.0
patuh Count 0 96 96
Expected Count 9.1 86.9 96.0
Total Count 11 105 116
Expected Count 11.0 105.0 116.0
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square 58.331a 1 .000
Continuity Correctionb 52.100 1 .000
Likelihood Ratio 45.222 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 57.829 1 .000
N of Valid Casesb 116
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,90.
b. Computed only for a 2x2 table
No. Responden Umur Pendidikan Pekerjaan
1 1 4 4
2 1 3 4
3 1 4 1
4 1 4 4
5 1 4 1
6 1 4 4
7 1 6 5
8 1 6 5
9 1 4 4
10 1 3 2
11 1 2 2
12 1 4 2
13 1 3 1
14 1 3 4
15 1 4 4
16 1 3 1
17 1 3 2
18 1 3 1
19 1 4 4
20 1 3 4
21 1 4 2
22 1 3 1
23 1 3 1
24 1 3 4
25 1 3 2
26 1 3 2
27 1 4 1
28 1 3 1
29 1 3 1
30 1 3 2
31 1 4 1
32 1 4 1
33 1 4 1
34 1 3 3
35 1 3 2
36 1 3 1
37 1 3 3
38 1 3 2
39 1 3 2
40 1 3 2
41 1 3 2
42 2 4 1
43 1 3 4
44 1 3 4
45 1 3 3
46 1 4 1
47 1 4 1
48 1 3 1
49 1 4 4
50 1 3 2
51 1 4 2
52 1 4 1
53 1 4 2
54 1 4 2
55 1 3 2
56 2 3 4
57 1 4 2
58 2 3 3
59 1 3 1
60 1 3 2
61 1 6 4
62 1 4 3
63 1 4 5
64 1 4 2
65 1 3 3
66 1 3 2
67 1 3 2
68 1 3 1
69 1 3 1
70 1 3 1
71 2 3 1
72 1 6 5
73 1 2 1
74 1 3 1
75 1 3 1
76 2 3 1
77 1 4 1
78 1 4 1
79 1 2 2
80 1 3 2
81 1 3 2
82 1 3 4
83 1 2 2
84 1 2 2
85 1 3 2
86 1 5 5
87 1 3 1
88 1 3 2
89 2 3 1
90 1 4 4
91 1 4 1
92 1 4 4
93 1 2 2
94 2 4 2
95 1 4 2
96 1 4 2
97 1 4 3
98 1 3 4
99 1 3 2
100 1 3 2
101 1 2 2
102 2 3 2
103 1 3 2
104 1 3 2
105 1 2 4
106 1 3 1
107 2 3 1
108 1 3 4
109 1 3 2
110 1 4 2
111 1 4 2
112 1 5 5
113 1 4 1
114 1 4 2
115 1 4 2
116 1 3 1
Kuesioner A (Data Demografi)
No. Responden Jawaban
1 1
2 1
3 1
4 1
5 1
6 1
7 1
8 0
9 1
10 1
11 1
12 1
13 1
14 1
15 1
16 1
17 1
18 0
19 1
20 1
21 0
22 1
23 0
24 1
25 1
26 1
27 1
28 1
29 1
30 1
31 1
32 1
33 1
34 1
35 1
36 1
37 1
38 1
39 1
40 1
41 1
42 1
43 1
44 1
45 1
46 1
47 1
48 1
49 1
50 1
51 1
52 1
53 1
54 1
55 1
56 1
57 0
58 1
59 1
60 1
61 1
62 1
63 0
64 1
65 1
66 1
67 1
68 1
69 1
70 1
71 1
72 0
73 1
74 1
75 1
76 1
77 1
78 0
79 1
80 1
81 1
82 1
83 1
84 1
85 1
86 0
87 1
88 1
89 1
90 1
91 1
92 1
93 1
94 1
95 1
96 1
97 0
98 1
99 1
100 1
101 1
102 1
103 1
104 1
105 1
106 1
107 1
108 1
109 1
110 1
111 1
112 0
113 1
114 1
115 1
116 1
Kuesioner B (Waktu pemberian MPASI)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 8
2 1 0 1 1 1 1 1 1 1 8
3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
4 1 1 1 1 1 1 1 1 0 8
5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
6 1 0 1 1 1 1 1 1 1 8
7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
8 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1
9 1 0 1 1 1 1 1 1 1 8
10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
12 1 1 1 1 1 1 0 1 1 8
13 1 1 1 1 1 1 1 1 0 8
14 1 1 1 1 0 1 1 1 0 7
15 1 0 1 1 1 1 1 1 1 8
16 1 0 1 1 1 1 1 1 1 8
17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
18 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
19 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
20 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
21 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1
22 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
23 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1
24 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
25 1 1 1 1 1 1 0 1 1 8
26 1 0 1 1 1 1 1 1 1 8
27 1 1 1 1 1 1 0 1 1 8
28 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
29 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
30 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
31 1 0 1 1 0 1 1 1 1 7
32 1 1 1 1 1 1 0 1 1 8
33 1 1 1 0 1 1 1 1 1 8
34 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
35 1 0 1 1 1 1 1 1 1 8
36 1 1 1 1 1 1 0 1 1 8
37 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
38 1 1 1 0 1 1 1 1 1 8
39 1 1 1 0 1 1 1 1 1 8
40 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
41 1 0 1 1 1 1 1 1 1 8
42 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
43 1 1 1 0 1 1 1 1 1 8
44 1 1 1 1 1 1 0 1 1 8
45 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
46 1 0 1 1 1 1 1 1 1 8
47 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
48 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
49 1 0 1 1 1 1 0 1 1 7
50 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
51 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
52 1 1 1 0 1 1 1 1 1 8
53 1 1 1 0 1 1 0 1 1 7
54 1 1 1 0 1 1 1 1 1 8
55 1 1 1 1 1 1 0 1 1 8
56 1 0 1 1 1 1 1 1 1 8
57 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1
58 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
59 1 1 1 1 1 1 1 0 1 8
60 1 1 1 0 1 1 1 1 1 8
61 1 0 1 1 1 1 1 1 1 8
62 1 1 1 1 1 1 0 1 1 8
63 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
64 1 1 0 1 1 1 1 1 1 8
65 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
66 1 1 1 0 1 1 1 1 1 8
67 1 1 1 1 1 1 0 1 1 8
68 1 0 1 1 1 1 1 1 1 8
69 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
70 1 1 1 1 1 1 0 1 1 8
71 1 1 1 0 1 1 1 1 1 8
72 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1
73 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
74 1 0 1 1 1 1 1 1 1 8
75 1 1 1 1 1 1 0 1 1 8
76 1 1 1 0 1 1 0 1 1 7
77 1 1 1 1 1 0 1 1 1 8
78 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
79 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
80 1 1 1 0 1 1 1 1 1 8
81 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
82 1 0 1 1 1 1 0 1 1 7
83 1 1 1 0 1 1 1 1 1 8
84 1 1 1 1 1 1 0 1 1 8
85 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
86 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1
87 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
88 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
89 1 1 1 0 1 1 1 1 1 8
90 1 1 1 1 1 1 0 1 1 8
91 1 0 1 1 1 1 1 1 1 8
92 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
93 1 0 1 1 1 1 0 1 1 7
94 1 1 1 0 1 1 1 1 1 8
95 1 1 1 0 1 1 1 1 1 8
96 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
97 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
98 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
99 1 0 1 1 1 1 1 1 1 8
100 1 1 1 1 1 0 1 1 1 8
101 1 1 1 0 1 1 0 1 1 7
102 1 0 1 1 1 1 1 1 1 8
103 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
104 1 1 1 0 1 1 1 1 1 8
105 1 1 1 1 1 1 0 1 1 8
106 1 0 1 1 0 1 1 1 1 7
107 1 1 1 0 1 1 1 1 1 8
108 1 1 1 1 1 1 1 0 1 8
109 1 1 1 0 1 1 1 1 1 8
110 1 1 1 1 1 1 0 1 1 8
111 1 0 1 1 1 1 1 1 1 8
112 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
113 1 1 1 0 1 1 1 1 1 8
114 1 1 1 1 1 1 0 1 1 8
115 1 1 1 0 1 1 1 1 1 8
116 1 0 1 1 1 1 1 1 1 8
PernyataanSkor totalNo. Responden